Upload
vanbao
View
229
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MEMPREDIKSI KONDISI
KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR
INDUSTRI DASAR DAN KIMIA YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA TAHUN 2010-2014
Rini Puspita Sari
Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji
Tanjungpinang, Kepualauan Riau
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variabel rasio likuiditas,
rasio solvabilitas, rasio profitabilitas dan rasio aktivitas terhadap financial distress
pada perusahaan sektor industri dasar dan kimia yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2010-2014.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial rasio likuiditas tidak
berpengaruh signifikan terhadap financial distress. Sedangkan rasio solvabilitas
dan rasio profitabilitas secara parsial berpengaruh signifikan terhadap financial
distress. Sementara untuk rasio aktivitas juga tidak berpengaruh signifikan
terhadap financial distress. Secara simultan rasio likuiditas, rasio solvabilitas,
rasio profitabilitas dan rasio aktivitas berpengaruh signifikan terhadap financial
distress. Ini dibuktikan dari uji Koefisien Determinan dengan nilai adjusted R2
sebesar 0,677 hal ini menunjukkan bahwa 67,7% Financial Distress dipengaruhi
oleh rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas dan rasio aktivitas. Dan
sisanya 32,3% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak di kaji dalam penelitian
ini.
Kata Kunci : Rasio Keuangan dan Financial Distress
PENDAHULUAN
Setiap perkembangan yang terjadi didunia usaha akan membuat semakin
berkembangnya pula persaingan yang terjadi terutama perusahaan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia. Hal ini mengakibatkan adanya kemungkinan
kebangkrutan yang dapat terjadi pada setiap perusahaan. Kebangkrutan
perusahaan diawali dengan adanya kesulitan keuangan pada perusahaan. Dimana
kesulitan keuangan itu sendiri merupakan sebuah kondisi yang diartikan sebagai
ketidakmampuan perusahaan dalam membayar kewajiban keuangannya saat jatuh
tempo yang menyebabkan terjadinya kebangkrutan perusahaan.
Perusahaan memerlukan adanya penilaian kinerja guna mengevaluasi
hasil dari kinerja yang sudah dilakukan dalam satu periode. Penilaian kinerja ini
juga dimaksudkan agar perusahaan dapat memprediksi hal-hal negatif yang
mungkin terjadi dimasa yang akan datang, seperti kesulitan keuangan yang
nantinya akan berdampak pada kebangkrutan perusahaan. Hal ini dapat diamati
dari menurunnya rasio-rasio keuangan dari tahun ketahun.
Laporan keuangan dapat dijadikan dasar dalam mengukur kesehatan
perusahaan melalui rasio keuangan yang ada dalam perusahaan. Rasio keuangan
merupakan salah satu informasi penting yang dibutuhkan dalam proses penilaian
kinerja perusahaan yang berdampak pada keberlangsungan hidup perusahaan,
sehingga dengan rasio keuangan tersebut dapat menampilkan bagaimana kondisi
keuangan perusahaan serta kinerja perusahaan dalam satu periode tertentu.
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
Kebangkrutan Perusahaan
Kebangkrutan biasanya diartikan sebagai kegagalan perusahaan dalam
menjalankan operasional perusahaan untuk menghasilkan laba. Menurut Altman
(1968) kebangkrutan adalah perusahan yang secara hukum bangkrut. Menurut
Purnajaya dan Merkusiwati (2014) kebangkrutan adalah suatu kondisi disaat
perusahaan mengalami ketidakcukupan dana untuk menjalankan usahanya.
Analisis kebangkrutan dilakukan untuk memperoleh tanda-tanda awal
kebangkrutan. Semakin awal diketahui tanda-tanda kebangkrutan semakin baik
bagi manajemen karena manajemen bisa melakukan perbaikan-perbaikan.
Kreditur dan pemegang saham bisa melakukan persiapan untuk mengatasi
berbagai kemungkinan yang buruk. Tanda-tanda kebangkrutan dalam hal ini
dilihat dengan menggunakan data-data akuntansi dalam laporan keuangan
perusahaan.
Analisis Rasio Keuangan
Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas adalah rasio yang bertujuan untuk mengetahui
kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek (Darsono &
Ashari, 2005). Untuk mampu mempertahankan agar perusahaan tetap dalam
kondisi likuid, maka perusahaan harus memiliki dana lancar yang lebih
besar dari utang lancarnya (Widhiari & Merkusiwati, 2015). Rasio likuiditas yang
digunakan dalam penelitian ini adalah current ratio.
Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengetahui
kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jika perusahaan tersebut
dilikuidasi. (Darsono & Ashari, 2005)
Penggunaan utang yang terlalu tinggi akan membahayakan perusahaan
karena perusahaan akan masuk dalam kategori utang ekstrim yaitu perusahaan
terjebak dalam tingkat utang yang tinggi dan sulit untuk melepaskan beban utang
tersebut. (Fahmi, 2012) Dalam penelitian ini rasio yang digunakan adalah debt to
asset ratio atau rasio hutang.
Rasio Profitabilitas
Profitabilitas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan
perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya (SDM, modal, kas) yang ada
untuk menghasilkan laba untuk perusahaan (Yuliastary & Wirakusuma, 2014).
Rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah Return On Asset.
Rasio Aktivitas
Kemampuan dalam menggunakan aktiva yang dimiliki untuk
menghasilkan penjualan digambarkan dalam rasio total asset turn over. Dengan
melihat rasio ini kita dapat mengetahui efektivitas penggunaan aktiva dalam
menghasilkan penjualan. (Darsono & Ashari, 2005)
Pengembangan Hipotesis
Pengaruh Likuiditas Terhadap Financial Distress
Fahmi (2012) menjelaskan bahwa jika sebuah perusahaan mengalami
kesulitan likuiditas maka sangat memungkinkan perusahaan tersebut akan
memasuki masa kesulitan keuangan dan bahkan berakibat kebangkrutan.
Financial distress dimulai dari ketidakmampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajibannya, terutama kewajiban jangka pendek termasuk likuiditas. Semakin
besar current ratio dan quick ratio yang dimiliki perusahaan, maka kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajibannya juga semakin besar.
Pengaruh Solvabilitas Terhadap Financial Distress
Rasio solvabilitas adalah rasio yang mengukur seberapa besar
perusahaan dibiayai dengan hutang. Artinya penggunaan hutang yang tinggi akan
membahayakan perusahaan karena akan mengakibatkan adanya utang ekstrim.
Mengukur solvabilitas perusahaan dapat menggunakan debt ratio atau rasio
hutang, dimana rasio ini digunakan untuk melihat perbandingan utang perusahaan
dengan cara membagi total hutang dengan total aktiva. Semakin besar debt ratio
yang dimiliki perusahaan maka akan mengakibatkan banyaknya hutang yang
dimiliki maka perusahaan tersebut akan mengalami masa financial distress.
(Fahmi, 2012)
Pengaruh Profitabilitas Terhadap Financial Distress
Widarjo & Setiawan (2009) menjelaskan bahwa profitabilitas merupakan hasil
akhir bersih dari berbagai kebijakan dan keputusan, dimana rasio ini digunakan
sebagai alat pengukur atas kemampuan perusahaan untuk memperoleh
keuntungan dari setiap rupiah penjualan yang dihasilkan. Profitabilitas adalah
tingkat keberhasilan atau kegagalan perusahaan selama jangka waktu tertentu.
Pengaruh Aktivitas Terhadap Financial Distress
Variabel ini mengukur aktifitas aktiva, kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan penjualan melalui aset dan mengukur seberapa efisien aktiva
tersebut telah dimanfaatkan untuk memperoleh penghasilan. Semakin tinggi
perputaran total aset, maka semakin efektif total aset dalam menghasilkan
penjualan (Saleh & Sudiyatno, 2013).
METODOLOGI PENELITIAN
Objek dan Ruang Lingkup Penelitian
Objek penelitian ini adalah laporan keuangan tahunan perusahaan
manufaktur sektor industri dasar dan kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode 2010-2014.
Operasionalisasi Variabel Penelitian
Variabel terikat (dependent variable)
Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah prediksi
kondisi financial distress/ kebangkrutan perusahaan dinyatakan dengan Z-Score.
Z-Score merupakan skor yang ditentukan dari hitungan standar dikalikan rasio-
rasio keuangan yang akan menunjukkan tingkat kemungkinan kebangkrutan
perusahaan. Z-Score Altman untuk perusahaan manufaktur yang telah go public
ditentukan dengan rumus sebagai berikut (Darsono & Ashari, 2005) :
Z- Score = 1.2 X1 + 1.4 X2 + 3.3 X3 + 0.6 X4 + 1.0 X5
Keterangan:
Z-Score =Bankrupty Index
X1 =Working Capital to Total Assets
X2 =Retained Earning to Total Assets
X3 =Earnings Before Interest and Taxes (EBIT) to Total Assets
X4 =Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities
X5 = Sales to Total Assets
Variabel Bebas (independent variable)
Rasio Likuiditas
Rasio lancar merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan
menggunakan total aset lancar yang tersedia. Dengan kata lain, rasio lancar ini
menggambarkan seberapa besar jumlah ketersediaan aset lancar yang dimiliki
perusahaan dibandingkan dengan total kewajiban lancar.
Rasio Solvabilitas
Rasio debt to asset ratio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar
asset perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan
berpengaruh terhadap pembiayaan asset.
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑦
𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡
Rasio Profitabilitas
Return on total asset merupakan perbandingan antara laba setelah pajak
dengan total aktiva guna mengukur tingkat pengembalian investasi total (Masud
& Srengga, 2012).
Rasio Aktivitas
Rasio yang digunakan adalah rasio total asset turn over (perputaran total
aset) dimana rasio ini digunakan untuk menggambarkan kemampuan perusahaan
dalam menggunakan aset yang dimiliki untuk menghasilkan penjualan. Dengan
melihat rasio ini kita bisa mengetahui efektivitas aset dalam melakukan penjualan
(Darsono & Ashari, 2005).
Teknik Penentuan Populasi dan Sampel
Populasi yang digunakan sebagai sampel penelitian ini adalah
perusahaan manufaktur sektor industri dasar dan kimia yang terdaftar (listed) di
Bursa Efek Indonesia selama tahun 2010-2014. Sedangkan pemilihan sampel
dalam hal menggunakan metode purposive sampling.. Kriteria yang digunakan
diantaranya :
1. Perusahaan sektor industri dasar dan kimia yang tercatat di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2010-2014.
2. Laporan keuangan tahunan perusahaan tersebut memiliki komponen-
komponen indikator perhitungan yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
3. Perusahaan yang mengalami laba berturut-turut selama periode
penelitian.
4. Perusahaan yang menyajikan laporan keuangan tahunan dalam mata
uang rupiah.
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 𝑇𝑢𝑟𝑛 𝑂𝑣𝑒𝑟 = 𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡
Metode Analisis Data
Metode analisis data menggunakan uji statistik deskriptif, uji asumsi klasik
yang terdiri dari uji nomalitas, uji autokorelasi, uji heterokedastisitas, dan uji
multikolinieritas, Uji regresi berganda dan uji Hipotesis.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Statistik Deskriptif
Hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut:
Tabel 4.1
Hasil Uji Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
LIKUIDITAS 105 ,60169 9,44105 2,6021316 1,86940009
SOLVABILITAS 105 ,02371 ,83746 ,3932864 ,20114548
PROFITABILITAS 105 ,00060 ,63934 ,1041478 ,09527037
AKTIVITAS 105 ,55127 2,31316 1,1530527 ,42488686
Z-SCORE 105 ,83439 5,16148 2,4030957 ,97527616
Valid N (listwise) 105
Sumber : Data Sekunder yang Diolah, 2016
Berdasarkan tabel hasil uji diatas diketahui bahwa jumlah data yang dimasukan
dalam pengujian ini adalah 105 data. Financial distress yang diukur dengan
Altman Z-Score memiliki rata-rata 2,4030957, nilai minimum 0,83439, nilai
maksimum 5,16148, dengan standard deviasi sebesar 0,97527616. Rasio likuiditas
yang diukur dengan Current Assets memiliki rata-rata 2,6021316, nilai minimum
0,60169, nilai maksimum 9,44105, dengan standard deviasi 1,86940009. Rasio
solvabilitas memiliki rata-rata 0,3932864, nilai minimum 0,02371, nilai maksimum
0,83746, dengan standard deviasi 0,20114548. Rasio profitabilitas memiliki rata-
rata 0,1041478, nilai minimum 0,00060, nilai maksimum 0,63934, dengan standard
deviasi 0,09527037. Rasio aktivitas memiliki rata-rata 1,1530527, nilai minimum
0,55127, nilai maksimum 2,31316, dengan standard deviasi 0,42488686.
Uji Normalitas
Tabel 4.2
Hasil Pengujian Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 105
Normal Parametersa,b
Mean Normal Parameters
a,b
Std. Deviation
Most Extreme Differences
Absolute Most Extreme Differences
Positive
Negative
Kolmogorov-Smirnov Z 2,109
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000
Sumber : Data Sekunder yang Diolah, 2016
Hasil pengujian One Sample Kolmogorov-Smirnov pada table 4.2 diatas
menunjukkan bahwa model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini tidak
berdistribusi normal. Untuk mengatasi itu, maka dilakukan transformasi data
dengan menggunakan semi log (Ln).
Tabel 4.3
Hasil Pengujian Normalitas (Setelah Dilakukan Transformasi Data)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 105
Normal Parametersa,b
Mean ,0000000
Std. Deviation ,45492806
Most Extreme Differences
Absolute ,129
Positive ,129
Negative -,087
Kolmogorov-Smirnov Z 1,321
Asymp. Sig. (2-tailed) ,061
Sumber : Data yang Diolah, 2016
Dari tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa data yang diuji setelah dilakukan
transformasi memiliki nilai Asymp.Sig (2-tailed) 0,061 lebih tinggi dari taraf
signifikan yang digunakan yakni 0,05. Hal ini berarti bahwa data yang digunakan
berdistribusi normal.
Uji Multikolinieritas
Tabel 4.4
Hasil Pengujian Multikolinieritas Coefficients
a
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1
(Constant)
LnLIK ,480 2,083
LnSOL ,525 1,906
LnPRO ,760 1,315
LnAKT ,925 1,081
a. Dependent Variable: Z-SCORE
Sumber : Data Sekunder yang Diolah, 2016
Hasil pengujian multikolinieritas yang dilihat dari tabel 4.5 diatas
menunjukkan bahwa model penelitian memiliki nilai tolerance lebih besar dari
pada 0.10 (tolerance > 0,10) dan nilai VIF yang lebih kecil dari 10 ( VIF < 10),
maka dapat diartikan bahwa model penelitian tersebut terbebas dari masalah
multikolinieritas.
Uji Autokorelasi
Tabel 4.5
Hasil Pengujian Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-
Watson
1 ,830a ,689 ,677 ,46394 2,219
Sumber : Data Sekunder yang Diolah, 2016
Nilai DW yang terdapat dalam tabeh hasil pengujian diatas menunjukkan
angka sebesar 1,870. Sehingga diperoleh hasil dU < dW < 4-dU = 1,7617 < 2,219
< 2,2383. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa penelitian ini tidak terjadi
autokorelasi.
Uji Heterokedatisitas
Tabel 4.6
Hasil Pengujian Heterokedastisitas
Correlations
LnLIK LnSOL LnPRO LnAKT Unstandardized
Residual
Spea
rme
n’s
rho
Unstandard
ized
Residual
Correlation
Coefficient
-,016 ,000 ,095 -,043 1,000
Sig. (2-tailed) ,875 ,999 ,337 ,660 .
N 105 105 105 105 105
Sumber : Data yang Diolah, 2016
Dari tabel 4.7 diatas, menunjukkan bahwa nilai signifikansi dari semua
variabel bebas (likuiditas, solvabilitas, profitabilitas dan aktivitas) berada diatas
taraf signifikansi yang digunakan yakni sebesar 0,05. Hal ini berarti model
penelitian yang digunakan terbebas dari masalah heterokedastisitas.
Uji Regresi Berganda
Tabel 4.7
Hasil Pengujian Regresi Berganda
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 1,840 ,176 10,460 ,000
LnLIK ,201 ,106 ,153 1,901 ,060
LnSOL -,380 ,102 -,287 -3,730 ,000
LnPRO ,356 ,040 ,570 8,913 ,000
LnAKT ,198 ,136 ,085 1,464 ,146
Sumber : Data Sekunder yang Diolah, 2016
Berdasarkan tabel pengujian regreasi diatas,maka model analisis regresi
berganda antara variabel independen terhadap variabel dependen dapat
ditransformasikan dalam model persamaan berikut ini :
Z-Score = 1,840 + 0,201 Likuiditas – 0,380 Solvabilitas + 0,356 Profitabilitas
+ 0,198 Aktivitas + Ԑ
Uji Hipotesis
Uji Parsial (Uji t)
Tabel 4.8
Hasil Pengujian Hipotesis
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 1,840 ,176 10,460 ,000
LnLIK ,201 ,106 ,153 1,901 ,060
LnSOL -,380 ,102 -,287 -3,730 ,000
LnPRO ,356 ,040 ,570 8,913 ,000
LnAKT ,198 ,136 ,085 1,464 ,146
Sumber : Data yang Diolah, 2016
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa hipotesis pertama ditolak.
Dengan nilai t hitung sebesar 1,901 lebih kecil dari t tabelnya yakni sebesar
1,98397. Sedangkan nilai signifikansi dari hipotesis pertama sebesar 0,060 lebih
besar dari tingkat signifikansi yang digunakan peneliti yakni α=0,05. Hipotesis
kedua dalam penelitian ini dapat diterima. Hasil dari t hitung sebesar -3,730 lebih
kecil dari t tabel yakni -1,98397. Sedangkan nilai signifikansi dari hipotesis kedua
sebesar 0,000 lebih kecil dari tingkat signifikansi 0,05. Hipotesis ketiga dalam
penelitian ini dapat diterima dengan nilai t hitung yang dimiliki adalah sebesar
8,913 lebih besar dati t tabel dalam penelitian ini yakni sebesar 1,98397.
Sedangkan nilai signifikan yang dimilki adalah sebesar 0,000 lebih kecil dari nilai
tingkat signifikansi 0,05. Hipotesis keempat dalam penelitian ini ditolak dengan
nilai t hitung yang dimiliki adalah sebesar 1,464 lebih kecil dari t tabelnya yakni
sebesar 1,98397. Sedangkan nilai signifikansi yang dimiliki adalah sebesar 0,146
lebih besar dari tingkat signifikansi
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa rasio keuangan
yangberpengaruh signifikan adalah rasio solvabilitas dan rasio profitabilitas
sedangkan rasio yang tidak berpengaruh signifikan terhadap FinancialDistress
adalah rasio likuiditas dan rasio aktivitas
Uji Koefisien Determinasi
Tabel 4.9
Hasil Pengujian Koefisien Determinasi
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,830a ,689 ,677 ,46394
Sumber : Data yang Diolah, 2016
Hasil dari pengujian koefisien determinasi diatas menunjukkan nilai
sebesar 0,854. Hal ini berarti variabel independen dalam penelitian ini yaitu
likuiditas, solvabilitas, profitabilitas dan aktivitas mampu menjelaskan sebesar
67,7% terhadap variabel dependennya yaitu tingkat kebangkrutan perusahaan.
Sedangkan selebihnya sebesar 32,3 % dijelaskan oleh variabel lain yang tidak
dibahas dalam penelitian ini.
Uji Simultan
Tabel 4.10
Hasil Uji F
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 47,703 4 11,926 55,408 ,000b
Residual 21,524 100 ,215
Total 69,227 104
Sumber : Data yang Diolah, 2016
Dari tabel penelitian diatas menunjukkan bahwa nilai f hitung sebesar
55,408 dengan nilai f tabel sebesar 2,46 dan nilai signifikansi sebesar 0,000
dengan tingkat signifikansi yang digunakan adalah sebesar 0.005 (5%). Nilai f
hitung yang lebih besar dari pada nilai f tabel serta tingkat signifikansi yang lebih
kecil dari 0.05 menunjukkan bahwa model penelitian dengan variabel independen
likuiditas, solvabilitas, profitabilitas dan aktivitas secara bersama-sama
mempengaruhi variabel dependen yaitu tingkat kebangkrutan perusahaan.
PEMBAHASAN
Pengaruh Likuiditas Terhadap Financial Distress
Berdasarkan hasil pengujian uji parsial atau uji t diatas dapat diketahui
likuiditas tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat kebangkrutan
perusahaan. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Andre
(2013) dan Nurcahyono (2014). Masud dan Srengga (2012) menjelaskan bahwa
Likuiditas umumnya dinilai dari kemampuan perusahaan membayar hutang
lancar dengan aset lancar yang dimiliki. Hasil penelitian yang menunjukkan
bahwa likuiditas tidak berpengaruh signifikan terhadap financial distress. Hal ini
dikarenakan bahwa pada perusahaan sampel, perusahaan memiliki kemampuan
mendanai operasional perusahaan dalam memenuhi kewajiban (utang) jangka
pendek dengan hutang lancar yang dimilikinya. Oleh karena itu perusahaan
mengelola hutang lancar dengan aktiva yang dimiliknya denganbaik sehingga
tidak terjadi financial distress.
Pengaruh Solvabilitas Terhadap Financial Distress
Berdasarkan hasil pengujian uji parsial atau uji t diatas dapat diketahui
Solvabilitas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat kebangkrutan
perusahaan. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Andre (2013) serta
Muharam dan Triwahyuningtias (2012) yang menyatakan bahwa rasio solvabilitas
yang diukur dengan debt to asset ratio memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap financial distress. Hasil penelitian ini memiliki nilai t negatif yang
menunjukkan bahwa hubungan yang dimiliki antara debt asset ratio terhadap
financial distress juga negatif. Hal ini berarti semakin besar debt ratio yang
dimilki oleh perusahaan, maka semakin kecil kemungkinan perusahaan
mengalami kebangkrutan. Kondisi ini bisa terjadi karena hutang yang terdapat
diperusahaan digunakan oleh pihak manajemen untuk melakukan investasi
sehingga meskipun hutang yang dimiliki oleh perusahaan meningkat namun,
modal dalam perusahaan juga meningkat karena meningkatnya investasi sehingga
kemungkinan perusahaan mengalami kondisi financial distress semakin kecil.
Pengaruh Profitabilitas Terhadap Financial Distress
Berdasarkan hasil pengujian uji parsial atau uji t diatas dapat diketahui
Profitabilitas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat kebangkrutan
perusahaan. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Nurcahyono (2014). Profitabilitas adalah tingkat keberhasilan atau kegagalan
perusahaan selama jangka waktu tertentu. Rasio return on asset yang tinggi
menunjukkan efisiensi manajemen asset yang berarti bahwa perusahaan mampu
menggunakan asset yang dimiliki untuk menghasilkan laba dari penjualan
investasi yang dilakukan perusahaan (Widarjo & Setiawan, 2009).
Pengaruh Aktivitas Terhadap Financial Distress
Berdasarkan hasil pengujian uji parsial atau uji t diatas dapat diketahui
Aktivitas tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat kebangkrutan
perusahaan. Total Asset Turnover Ratio yang tinggi menunjukkan semakin efektif
perusahaan dalam penggunaan aktivanya untuk menghasilkan penjualan.
Semakin efektif perusahaan menggunakan aktivanya untuk menghasilkan
penjualan diharapkan dapat memberikan keuntungan yang semakin besar bagi
perusahaan. Hal itu akan menunjukkan semakin baik kinerja keuangan yang
dicapai oleh perusahaan sehingga kemungkinan terjadinya probabilitas
kebangkrutan semakin kecil.
Pengaruh Likuiditas, Solvabilitas, Profitabilitas dan Aktivitas Terhadap
Financial Distress
Secara simultan penelitian ini membuktikan bahwa variabel likuiditas
yang diukur dengan current ratio, solvabilitas yang diukur dengan debt to asset
ratio, profitabilitas yang diukur dengan ROA danaktivitas yang diukur dengan
total asset turn over berpengaruh terhadap kondisi Financial Distress dengan
nilai signifikan 0.000. Maka dapat diambil kesimpulan dari penelitian ini
bahwa keempat variabel yang digunakan secara simultan dapat digunakan
sebagai alat untuk mengukur kondisi financial distress.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pengujian hipotesis, yang telah
dilakukan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan regresi linier
berganda menunjukkan bahwa likuiditas tidak berpengaruh signifikan
terhadap Kondisi Financial distress perusahaan sektor industri dasar
dan kimia yang terdaftar di BEI (Bursa Efek Indonesia) tahun 2010-
2014.
2. Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan regresi linier
berganda menunjukkan bahwa solvabilitas berpengaruh signifikan
terhadap Kondisi Financial distress perusahaan sektor industri dasar
dan kimia yang terdaftar di BEI (Bursa Efek Indonesia) tahun 2010-
2014.
3. Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan regresi linier
berganda menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh signifikan
terhadap Kondisi Financial distress perusahaan sektor industri dasar
dan kimia yang terdaftar di BEI (Bursa Efek Indonesia) tahun 2010-
2014.
4. Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan regresi linier
berganda menunjukkan bahwa aktivitas tidak berpengaruh signifikan
terhadap Kondisi Financial distress perusahaan sektor industri dasar
dan kimia yang terdaftar di BEI (Bursa Efek Indonesia) tahun 2010-
2014.
5. Hasil uji hipotesis dengan Uji Simultan (Uji F), menunjukan
likuiditas, solvabilitas, profitabilitas dan aktivitas secara bersama-sama
berpengaruh signifikan terhadap kondisi Financial Distress
perusahaan sektor industri dasar dan kimia yang terdaftar diBursa Efek
Indonesia (BEI) tahun 2010-2014.
Saran
Adapun saran yang dapat direkomendasikan untuk penelitian selanjutnya
berdasarkan keterbatasan yang ada dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, peneliti selanjutnya dapat
menambah variabel bebas berupa rasio keuangan yang dapat dijadikan
sebagai faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kebangkrutan
perusahaan.
2. Peneliti selanjutnya juga diharapkan dapat menambah sampel penelitian
atau mengganti dengan perusahaan lain mengingat penelitian ini hanya
menggunakan sektor dari manufaktur.
DAFTAR PUSTAKA
Altman, E. I. (1968). Financial Ratios, Diskriminant Analysis and the Prediction
of Corporate. The Journal of Finance, Vol. XXXIII No.4.
Amilia, L. S., & Kristijadi. (2003). Analisis Rasio Keuangan untuk Memprediksi
Kondisi Financial Distress pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar
di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia, Vol. 7
No. 2.
Andre, O. (2013). Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas dan Leverage Dalam
Memprediksi Financial Distress (Studi Empiris Pada Perusahaan Aneka
Industri yang Terdaftar di BEI).
Burhanudin, R. A. (2015). Analisis Penggunaan Metode Altman Z-Score dan
Springate untuk Mengetahui Terjadinya Financial Distress pada
Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Dasar dan Kimia Sub Sektor
Semen Tahun 2009-2013.Skripsi.Makassar: Universitas Hasanudin.
Cahyono, W. A. (2012). Prediksi Kebangkrutan Perusahaan Pertambangan
Batubara yang Listing di BEI tahun 2011-2012 dengan Menggunakan
Metode Analisis Z-Score Altman. Malang.
Darsono, & Ashari. (2005). Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan.
Yogyakarta: ANDI.
Fahmi, I. (2012). Analisis Laporan Keuangan. Bandung: Alfabeta.
Gozhali, I. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19
Edisi 5. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hery. (2015). Analisis Laporan Keuangan Pendekatan Rasio Keuangan .
Yogyakarta: CAPS.
Idriyati, I. T. (2010). Analisis Laporan Keuangan dan Penggunaan Z-Score
Altman untuk Memprediksi Tingkat Kebangkrutan Perusahaan Properti
yang Terdaftar di BEI periode 2006-2008. Surakarta: Universitas Sebelas
Maret.
Irsyad, N. (2012). Peranan Analisi Metode Z-Score dalam Memprediksi
Kebangkrutan Suatu Perusahaan dan Kaitannya terhadap Harga Saham.
Tasikmalaya.
Krismawati, S. (2009). Analisis Laporan Keuangan untuk Memprediksi Tingkat
Kebangkrutan Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (Studi
pada Perusahaan Manufaktur yang Mengeluarkan Obligasi). Skripsi.
Universitas Sebelas Maret.Semarang.
Liana, D., & Sutrisno. (2014). Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi
Kondisi Financial Distress Pada Perusahaan Manufaktur. Jurnal Studi
Manajemen dan Bisnis Vol.1 No 2.
Lindawati. (2015). Pengaruh Rasio Laverage dan Rasio Likuiditas Terhadap
Kondisi Financial Distress (Studi Kasus Pada Perusahaan Sub Sektor
Transportasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2013).
Martha, D. R. (2014). Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Financial Distress
Pada Perusahaan Sub Sektor Aneka Industri Yang Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia Periode 2009-2011.
Marwati, D. (2013). Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Kondisi
Financial Distress Pada Perusahaan Manufatur Yang Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia.
Masud, I., & Srengga, R. M. (2012). Analisis Rasio Keuangan untuk Memprediksi
Kondisi Financial Distress Pada Persahaan Manufaktur yang Terdaftar di
BEI. Jurnal Universitas Jember.
Nurcahyono, K. S. (2014). Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Kondisi
Financial Distres. Jurnal Analisis Manajemen, Vol. 1 No.3.
Purnajaya, K. D., & Merkusiwati, N. K. (2014). Jurnal Akuntansi Universitas
Udayana 7.1. Analisis Komparasi Potensi Kebangkrutan Dengan Metode
Z - Score Altman, Springate, Dan Zmijewski Pada Industri Kosmetik Yang
Terdaftar Di BEIE-.
Saleh, A., & Sudiyatno, B. (2013, Mei). Pengaruh Rasio Keuangan untuk
Memperngaruhi Probabilitas Kebangkrutan pada Perusahaan Manufaktur
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dinamika Akuntansi, Keuangan
dan Perbankan, Vol. 2 No. 1(ISSN : 1979-4878), 82-91.
Triwahyuningtias, M., & Muharam, H. (2012). Analisis Pengaruh Struktur
Kepemilikan, Ukuran Dewan, Komisaris Independen, Likuiditas, dan
Laverage Terhadap Terjadinya Kondisi Financial Distress pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun
2008-2010. Diponegoro Journal of Management, Vol.1 No. 1, 1-14.
Widarjo, W., & Setiawan, D. (2009). Pengaruh Rasio Keuangan terhadap
Kondisi Financial Distress Perusahaan Otomotif. Jurnal Bisnis dan
Akuntansi Vol.11 No.2, 107-119.
Widhiari, N. L., & Merkusiwati, N. K. (2015). Pengarh Likuiditas, Laverage,
Operating Capacity dan Sales Growth Terhadap Financial Distress.
Jurnal Akuntansi Udayana, Vol 11 No.2 (ISSN : 2302-8556), 456-469.
Yuliastary, E. C., & Wirakusuma, M. G. (2014). Analisis Financial Distress
dengan Metode Z-Score Altman, Springate dan Zmijewski. Jurnal
Akuntansi, Vol.6 No.3(ISSN : 2302-8556), 379-389.