Upload
others
View
10
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS SCANNING ELECTRON MICROSCOPE (SEM)
PADA PENGELASAN BRAZING ANTARA ALUMINIUM SERI 1000 DAN
STAINLESS STEEL SERI 304 DENGAN PENAMBAHAN SERBUK TEMBAGA
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Progam Studi Strata 1
Pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik
Oleh:
YOGA SAPUTRO
D200150277
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
1
2
3
1
ANALISIS SCANNING ELECTRON MICROSCOPE (SEM)
PADA PENGELASAN BRAZING ANTARA ALUMINIUM SERI 1000 DAN
STAINLESS STEEL SERI 304 DENGAN PENAMBAHAN SERBUK TEMBAGA
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan serbuk tembaga
dalam proses mematri baja aluminium-steel untuk mikro-struktur dan sifat mekanik. Spesimen
dalam penelitian ini digunakan aluminium seri 1000, stainless steel seri 304, alusol ER4043,
dan bubuk tembaga. Pada penelitian ini standart untuk pembuatan spesimen adalah ASTM
D1002. SEM dan EDX dilakukan untuk menganalisis senyawa mikro-struktur dan kimia. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kekuatan tarik meningkat dengan penambahan bubuk tembaga.
Kekuatan tarik tertinggi adalah 14,703 MPa. Sementara spesimen tanpa bubuk tembaga
didapatkan kekuatan tarik lebih rendah sebesar 10,850 MPa. Pengujian EDX ini menunjukkan
bahwa konsentrasi Si meningkat pada spesimen dengan bubuk tembaga yaitu sebesar 3,69%.
Ini bisa meningkatkan kekuatan tarik karena karakteristik Si yang menguatkan ikatan. Dengan
menggunakan SEM, senyawa antar logam terdeteksi pada semua spesimen selama pembesaran
1000x. Panjang lapisan antar-logam dari spesimen dengan bubuk tembaga lebih rendah dari
spesimen lainnya. Itu 11 µm. Spesimen tanpa bubuk tembaga panjangnya 94 µm dari lapisan
antar-logam. Sedangkan ketebalan lapisan antar-logam yang terdeteksi dalam berbagai
ketebalan karena butir-butir bahan pengisi.
Kata kunci: pemateri, Scanning Electron Microscope, intermetallics, bubuk tembaga.
Abstract
The purpose of this study is to investigate the influence of copper powder addition in the
brazing process of aluminium-stainless steel to the micro-structure and mechanical properties.
The specimens in this research were used aluminium series 1000, stainless steel series 304,
ER4043 alusol, and copper powder. The specimen was manufactured based on the ASTM
D1002 standard for tensile test. SEM and EDX were performed to analyse the micro-structure
and chemical compounds. The results show that the tensile strength was increased by the
addition of copper powder. The highest tensile strength was 14.703 MPa. While the specimen
without copper powder was delivered lower tensile strength of 10.850 MPa. The EDX test was
shown that the concentration of Si was increased in the specimen with copper powder. It was
3.69%. It could increase the tensile strength due to the characteristic of Si in the brazing line.
By using SEM, the inter-metallic compound was detected in all specimens during the
magnification of 1000x. The length of inter-metallic layer of specimen with copper powder
was lower than the other specimen. It was 11 µm. The specimen without copper powder was
94 µm length of inter-metallic layer. While the thickness of inter-metallic layer were detected
in various thickness due to the grain of filler material.
Keywords: Brazing, Scanning Electron Microscope, Intermetallics, copper powder.
1. PENDAHULUAN
Di dunia industri yang berkaitan dengan logam, banyak sekali proses – proses penyambungan
logam. Salah satu proses penyambungan dua bagian logam adalah dengan cara mengelas, yaitu
2
menyambung dua bagian logam atau lebih secara permanen dengan menggunakan energi
panas.
Bahan dari ilmu pengelasan yang sangat penting dalam dunia industri penyambungan
logam adalah brazing atau mematri. Memateri (brazing) adalah penyambungan logam melalui
penyaluran panas dan penggunaan logam pengisi yang memiliki suhu leleh diatas 840°F
(450°C) tetapi di bawah titik leleh dari logam yang bergabung. (Milhaupt, 2004)
Menurut Milhaupt (2004), brazing banyak digunakan dalam industri karena
mempunyai banyak kelebihan, antara lain:
a. Sambungan yang dibrazing kuat. Pada logam dan baja non-ferro, kekuatan tarik dari
sambungan yang dibuat dengan benar akan sering melebihi dari logam yang bergabung.
Pada baja tahan karat, dimungkinkan untuk mengembangkan sambungan dengan
kekuatan tarik sebesar 130.000 pon per inchi persegi. (896,3 MPa)
b. Sambungan yang di brazing bersifat ulet, mampu menahan guncangan dan getaran yang
cukup besar.
c. Sambungan yang di brazing biasanya mudah dan cepat dibuat, sesuai dengan
ketrerampilan operator.
d. Mematri ideal untuk menggabungkan logam yang berbeda. Anda dengan mudah
menggabungkan besi dengan logam non-ferro, dan logam dengan titik leleh yang sangat
bervariasi.
e. Mematri pada dasarnya adalah proses satu operasi, sehingga jarang ada kebutuhan untuk
grinding, filling atau mekanis finishing setelah sambungan selesai.
f. Mematri dilakukan pada suhu yang relatif rendah, mengurangi kemungkinan
melengkung, terlalu panas atau melelehkan logam yang bergabung.
Aluminium memiliki sifat ringan dan harga lebih murah (Möller et al., 2011).
Aluminium dan paduannya (alloy aluminium) memiliki film oksida yang kuat dan stabil di
permukaannya. Hal ini menghambat pembasahan oleh solder cair. Untuk mengatasi hal ini
mematri bisa dilakukan dengan menggunakan fluks aktif secara kimia yang mengandung
klorida seperti NaCl, KCl, LiCl, dan juga sejumlah kecil fluoride. Karena konduktivitas termal
dan ketahanan korosi yang baik, aloy aluminium banyak digunakan untuk perpindahan panas.
Mengikuti perkembangan industri mobil, aplikasi paduan aluminium telah terus berkembang,
dari komponen AC seperti kondensor dan evaporator (paling baru) radiator. (Sugiyama, 1989)
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan penambahan serbuk tembaga
dengan tidak ditambahkannya serbuk terbaga terhadap kekuatan uji tarik atau geser dan
struktur morfologi antara plat aluminium seri 1000 dengan stainless steel seri 304. Foto
3
Scanning Electron Microscope (SEM) dan Energy Dispersive X-Ray Spectroscopy (EDS)
digunakan untuk menganalisis struktur mikro guna mengetahui formability hasil
penyambungan dengan metode Tocrh Brazing.
2. METODE
2.1 Diagram Alir Penelitian
Untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam pengelasan Brazing, maka diperlukan
tahapan penelitian yang dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1. Diagram Alir Penelitian
2.2 Langkah Pengujian
a. Pemotongan Spesimen
Pemotongan spesimen menggunakan standart ASTM D1002
4
Gambar 2. Ukuran standart ASTM D1002
b. Pengujian Komposisi Kimia
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui unsur kimia yang terkandung didalam
material yang akan digunakan. Jika sesuai yang diharapkan maka penelitian akan
dilanjutkan pada tahap selanjutnya namun jika belum sesuai maka harus mencari
material yang sesuai.
c. Pengujian Tegangan Geser
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui tegangan geser maksimal dari spesimen yang
telah dilakukan penyambungan dengan metode brazing.
d. Pengujian SEM dan EDX
Pengujian ini untuk mengetahui detail permukaan dari sambungan dan untuk
mengetahui komposisi unsur dari material yang disambung.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Pengujian Komposisi Kimia
Pengujian komposisi kimia dilakukan di Laboratorium Teknik Mesin Universitas Gajah Mada,
Yogyakarta. Hasil uji komposisi kimia seperti terlihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 1. Hasil pengujian komposisi kimia aluminium
No Unsur Presentase (%)
1 Si 0,1907
2 Fe 0,4491
3 Cu 0,0603
4 Mn 0,0484
5 Mg 0,0127
6 Cr 0,0013
7 Ni 0,0032
5
8 Zn 0,0047
9 Ti 0,0169
10 Pb 0,0011
11 Sb 0,0020
12 Al 99,2095
Tabel 1. menunjukan hasil pengujian komposisi kimia, diambil tiga unsur paling
banyak kemudian dimasukkan ke dalam “MatWeb Material Property Data” dan didapatkan
bahwa material aluminium tersebut termasuk ke seri 1xxx, jika dibandingkan dengan hasil dari
“MatWeb Material Property Data” maka hasilnya mendekati aluminium seri 1000 dengan
property Al = 99.0% - 100%, Fe = 0.00600 – 0.800% Si + Fe = 0.0200 – 1.00%.
3.2 Analisa Pengujian Tarik
Pengujian tarik geser dilakukan untuk mengetahui kekuatan sambungan lap joint
dengan metode brazing dalam menahan beban yang diberikan. Pengujian tarik geser
menggunakan alat uji Universal Testing Machine milik bengkel pengelasan Balai Latihan
Kerja (BLK) Surakarta. Pada pengujian ini menggunakan standar ASTM D1002.
3.2.1 Hasil Pengujian Tarik untuk Sambungan Aluminium dan Aluminium
Gambar 3. Grafik rata-rata hasil pengujian tarik geser sambungan lap joint
antara aluminium dan aluminium dengan dan tanpa serbuk tembaga
Gambar 3, menunjukan hasil analisa grafik rata – rata tegangan dan regangan
pengujian geser, peneliti mendapatkan hasil pengujian geser pada sambungan lap joint antara
aluminium dengan alumunium tebal 2 mm menggunakan filler alusol dan tambahan filler
serbuk tembaga. Pada sambungan tanpa tambahan serbuk tembaga didapatkan hasil rata – rata
tegangan geser tertinggi sebesar 11.306 MPa dan rata – rata regangan sebesar 22.835 %,
sedangkan pada sambungan dengan tambahan serbuk tembaga didapatkan hasil rata – rata
tegangan geser tertinggi sebesar 10.933 MPa dan rata – rata regangan sebesar 25.509 %.
0
2
4
6
8
10
12
0 5 10 15 20 25 30
Teg
angan
(M
pa)
Regangan (%)
Al - Al Tanpa Cu Al - Al Dengan Cu
6
Gambar 4. Hasil pengujian tarik geser sambungan aluminium dengan aluminium
(a) Tanpa serbuk tembaga (b) Dengan serbuk tembaga
Seperti yang ditunjukan gambar 4, spesimen yang telah dilakukan pengujian geser,
semua spesimen mengalami putus pada bagian base metal. Hal ini terjadi karena sambungan
brazing lebih kuat dibandingkan base metal dan juga kemungkinan dipengaruhi oleh HAZ
(Heat Affected Zone). Karena sambungan brazing masih terlalu kuat untuk plat aluminium tebal
2 mm, maka peneliti menambahkan spesimen stainless steel dengan stainless steel tebal 2 mm
dengan dan tanpa tambahan serbuk tembaga untuk dilakukan pengujian tarik geser kembali.
3.2.2 Hasil Pengujian Tarik untuk Sambungan Stainless steel dan Aluminium
Gambar 5. Grafik rata-rata hasil pengujian tarik geser sambungan lap joint
antara stainless steel dan aluminium dengan dan tanpa serbuk tembaga
Gambar 5, menunjukan hasil analisa grafik rata – rata tegangan dan regangan
pengujian geser, peneliti mendapatkan hasil pengujian geser pada sambungan lap joint antara
stainless steel dengan aluminium tebal 2 mm menggunakan filler alusol dan tambahan filler
serbuk tembaga. Pada sambungan tanpa tambahan serbuk tembaga didapatkan hasil rata – rata
tegangan geser tertinggi sebesar 10.850 MPa dan rata – rata regangan sebesar 6.509 %,
sedangkan pada sambungan dengan tambahan serbuk tembaga didapatkan hasil rata – rata
tegangan geser tertinggi sebesar 10.901 MPa dan rata – rata regangan sebesar 25.722 %.
Gambar 6. Hasil pengujian tarik geser sambungan stainless steel dengan aluminium
(a) Tanpa serbuk tembaga (b) Dengan serbuk tembaga
0
2
4
6
8
10
12
0 5 10 15 20 25 30
Teg
angan
(M
pa)
Regangan (%)
Ss - Al Tanpa Cu Ss - Al Dengan Cu
7
Seperti yang ditunjukan gambar 6, spesimen yang telah dilakukan pengujian geser, 2
spesimen putus dari variasi tanpa penambahan serbuk tembaga putus pada sambungan, dan
sisanya putus pada area base metal. Dua dari spesimen yang putus pada base metal ini terjadi
karena sambungan brazing kurang kuat atau saat proses brazing belum mencapai temperature
dari brazing sendiri. dibandingkan base metal dan juga kemungkinan dipengaruhi oleh HAZ
(Heat Affected Zone). Dari hal ini peneliti menambahkan spesimen stainless steel dengan
stainless steel tebal 2 mm dengan dan tanpa tambahan serbuk tembaga untuk dilakukan
pengujian tarik geser kembali.
3.2.3 Hasil Pengujian Tarik untuk Sambungan Stainless steel dan Stainless Steel
Gambar 7. Grafik rata-rata hasil pengujian tarik geser sambungan lap joint
antara stainless steel dan stainless steel dengan dantanpa serbuk tembaga
Gambar 7, menunjukan hasil analisa grafik rata – rata tegangan dan regangan
pengujian geser, peneliti mendapatkan hasil pengujian geser pada sambungan lap joint antara
stainless steel dengan stainless steel tebal 2 mm menggunakan filler alusol dan tambahan filler
serbuk tembaga. Pada sambungan tanpa tambahan serbuk tembaga didapatkan hasil rata – rata
tegangan geser tertinggi sebesar 12.910 MPa dan rata – rata regangan sebesar 1.575 %,
sedangkan pada sambungan dengan tambahan serbuk tembaga didapatkan hasil rata – rata
tegangan geser tertinggi sebesar 14.703 MPa dan rata – rata regangan sebesar 1.678 %.
Seperti yang ditunjukan gambar 8, spesimen yang telah dilakukan pengujian geser,
semua spesimen mengalami putus pada bagian sambungan. Hal ini terjadi karena sambungan
brazing kurang kuat dibandingkan base metal dan juga kemungkinan dipengaruhi jenis filler
yang kurang cocok, karna dalam proses ini menggunakan filler seri ER 4043 yang sebagaian
besar dengan kandungan aluminium.
0
2
4
6
8
10
12
14
16
0 0.5 1 1.5 2
Teg
angan
(M
pa)
Regangan (%)
Ss - Ss Tanpa Cu Ss - Ss Dengan Cu
8
Gambar 8. Hasil pengujian tarik geser sambungan stainless steel dengan stainless steel
(a) Tanpa serbuk tembaga (b) Dengan serbuk tembaga
Seluruh spesimen yang telah dilakukan pengujian tarik geser, semua spesimen
mengalami putus pada bagian logam las (nugget). Hal ini terjadi karena pada bagian logam
induk stainless steel lebih kuat dibandingkan sambungan brazing sekaligus membuktikan
bahwa penambahan filler serbuk tembaga dapat mempengaruhi kekuatan tarik geser pada
sambungan brazing.
3.2.4 Hasil Rata – rata Pengujian Tarik Sambungan Tanpa Serbuk Tembaga
Gambar 9. Grafik rata – rata pengujian tarik geser tegangan dan
regangan tanpa penambahan serbuk tembaga
Gambar 9. menunjukan hasil analisa grafik rata – rata tegangan dan regangan tanpa
penambahan serbuk tembaga, nilai rata – rata tegangan tertinggi pada sambungan stainless
steel dengan stainless steel yaitu sebesar 12.910 MPa dibandingkan pada sambungan
aluminium dengan aluminium sebesar 11.306 MPa, dan pada sambungan dan stainless steel
dengan aluminium sebesar 10.850 MPa.
0
2
4
6
8
10
12
14
0 5 10 15 20 25
Teg
angan
(M
pa)
Regangan (%)
Ss - Al Tanpa Cu Ss - Ss Tanpa Cu Al - Al Tanpa Cu
9
3.2.5 Hasil Rata – rata Pengujian Tarik Sambungan Dengan Serbuk Tembaga
Gambar 10. Grafik rata – rata pengujian tarik geser tegangan dan
regangan dengan penambahan serbuk tembaga
Gambar 10. menunjukan hasil analisa grafik rata – rata tegangan dan regangan dengan
penambahan serbuk tembaga, nilai rata – rata tegangan tertinggi pada sambungan stainless
steel dengan stainless steel yaitu sebesar 14.703 MPa, dibandingkan pada sambungan
aluminium dengan aluminium sebesar 10.933 MPa dan pada sambungan stainless steel dengan
aluminium sebesar 10.901 MPa.
3.3 Hasil Pengujian SEM dan EDX
Pengujian SEM (Scanning Electron Microscope) dan EDS (Energy Dispersive X-Ray)
pada penelitian ini untuk melihat penggambara struktur lapisan dan untuk mendeteksi
keberadaan copper powder pada spesimen yang diuji. Selain itu dengan EDX juga dapat
mengetahui unsur – unsur apa saja yang berada khususnya pada area base metal dan
sambungan.
3.3.1 Analisis Hasil Pengujian SEM dan EDX untuk Brazing antara Aluminium dan
Aluminium dengan Penambahan Serbuk Tembaga.
Gambar 11. Mikrograf SEM dari sambungan aluminium dan aluminium
dengan penambahan serbuk tembaga
0
2
4
6
8
10
12
14
16
0 5 10 15 20 25 30
Teg
angan
(M
pa)
Regangan (%)
Al - Al Dengan Cu Ss - Ss Dengan Cu Ss - Al Dengan Cu
10
Gambar 11, menunjukan hasil pemindaian dengan SEM sambungan las brazing antara
aluminium dan aluminium dengan penambahan serbuk tembaga pada perbesaran 1000 kali.
Pada perbesaran ini tidak terindikasi adanya cacat yang terjadi, namun terlihat jelas unsur dari
Si atau silicon dengan ukuran panjang dan lebar sekitar 20 µm dan 1.7 µm. Pada hasil SEM ini
tidak terindikasi adanya unsur Cu atau tembaga yang ada, namun dari hasil EDX unsur Cu
terindikasi sebesar 0.17% atom. = 0.07 % atom, Mn = 0.06 % atom, Fe = 0.32 % atom, Zn =
0.49 % atom.
Gambar 12. Mikrograf SEM untuk line analysis sambungan aluminium
dan aluminium dengan tambahan serbuk tembaga
Gambar 12. menunjukan dimana proses dari Line analysis EDX diambil, kandungan
Si atau silikon yang sangat mendominasi pada area sambungan, seperti yang ditunjukan pada
hasil EDX (tabel 4.2) menunjukan kandungan Si terbesar kedua setelah Al yaitu sebesar 3.69
% atom, sedangkan unsur Al = 94.21 % atom, dan unsur – unsur lain seperti Mg = 1 % atom,
atom, Si = 3.69 % atom, Cr = 0.07 % atom, Mn = 0.06 % atom, Fe = 0.32 % atom, Zn = 0.49
% atom. Sesuai sifat dari Si yang dapat menguatkan ikatan maka pada sambungan ini semua
spesimen putus pada area base metal bukan pada sambungan, seperti yang ditunjukan pada
gambar 4(b).
Gambar 13. Line analysis sambungan aluminium dan aluminium
dengan tambahan serbuk tembaga
11
Tabel 2. Hasil line analysis EDX untuk sambungan aluminium dan aluminium dengan
tambahan serbuk tembaga
3.3.2 Analisis Hasil Pengujian SEM dan EDX untuk Brazing antara Stainless steel dan
Aluminium tanpa Penambahan Serbuk Tembaga.
Gambar 14. Mikrograf SEM dari sambungan stainless steel dan
aluminium tanpa penambahan serbuk tembaga perbesaran 10000x
Gambar 14, menunjukan perbesaran 1000 kali, dengan pengambilan gambar
berdasarkan BSE (Back Scattered Electron) terindikasi adanya lapisan intermeatallics pada
interface stainless steel dengan filler sepanjang 94 µm dan lebar yang bervariasi. Lapisan
intermeatallics yang terbentuk menunjukan unsur Al-Fe-Si (Al2 FeSi, Al3 FeSi2 dan Al5
FeSi)seperti yang dikemukakan oleh D.Narsimhachary dkk (2018) dengan metode yang sama
yaitu brazing sambungan antara aluminium dengan baja galvanis.
Element Weight % Atomic % Error % Net Int. K Ratio Z R A F
Mg K 0.89 1 3.47 93.2 0.0086 1.0416 0.9902 0.8869 1.0466
Al K 92.88 94.21 1.72 9255.19 0.8849 1.0026 0.9976 0.9486 1.0019
Si K 3.79 3.69 7.41 160.44 0.0162 1.0241 1.0046 0.4174 1.0021
Cr K 0.12 0.07 28.11 3.16 0.0011 0.8624 1.0532 0.9783 1.0661
Mn K 0.11 0.06 40.12 2.4 0.001 0.8433 1.0555 0.9869 1.0825
Fe K 0.65 0.32 9.3 12.25 0.0061 0.8554 1.057 0.9928 1.0993
Cu K 0.4 0.17 21.9 4.41 0.0038 0.8149 1.0556 1.0015 1.1779
Zn K 1.16 0.49 11.39 10.21 0.0113 0.8104 1.0527 1.0029 1.1954
12
Gambar 15. Mikrograf SEM dari sambungan stainless steel dan
aluminium tanpa penambahan serbuk tembaga perbesaran 3000x
Gambar 4.13, menunjukan perbesaran 3000 kali, terlihat daerah antar substrat yang di
brazing. Butiran butiran dari filler terlihat jelas dengan ukuran yang bervariasi, dan terindikasi
adanya unsur dari filler yang terdifusi ke area substrat dari aluminium berupa Si atau silikon
yang pada hasil EDX dari aluminium berupa menunjukan komposisi sebesar 5.82 % atom.
Gambar 16. Mikrograf SEM untuk line analysis sambungan stainless steel
dan aluminium tanpa tambahan serbuk tembaga
Gambar 16, menunjukan dimana proses dari Line analysis EDX diambil yaitu pada
perbesaran 3000 kali, line analysis diambil pada tittk ini ditujukan untuk mendeteksi butiran –
butiran yang terdifusi ke area substrat dari aluminium, dan sesuai dari hasil line analysis EDX
pada butiran yang terdifusi kandungan dari Al menurun dibandingkan kandungan dari substrat
Al. Menurunnya kandungan Al pada area difusi disebabkan kandungan dari filler alusor yang
tidak sebanyak kandungan Al dari base metal Aluminium. Unsur yang terdeteksi dari line
analysis adalah O = 8.61% atom, Se = 0.76 % atom, Al = 73 % atom, Si = 5.82 % atom, Fe
adalah O = 8.61% atom, Se = 0.76 % atom, Al = 73 % atom, Si = 5.82 % atom, Fe = 11.56 %
atom.
13
Gambar 17. Line analysis sambungan stainless steel dan
aluminium tanpa tambahan serbuk tembaga
Tabel 3. Hasil line analysis EDX untuk sambungan stainless steel dan aluminium tanpa
tambahan serbuk tembaga
3.3.3 Analisis Hasil Pengujian SEM dan EDX untuk Brazing antara Stainless steel dan
Aluminium dengan Penambahan Serbuk Tembaga
Gambar 18. Mikrograf SEM dari sambungan stainless steel dan
aluminium dengan penambahan serbuk tembaga perbesaran 5000x
Gambar 18. menunjukan perbesaran 5000 kali, terlihat adanya void dan unsur dari
filler yang terdifusi ke daerah aluminium dengan panjang sekitar 4 µm. Dengan pengambilan
Element Weight % Atomic % Error % Net Int. K Ratio Z R A F
O K 4.62 8.61 8.47 60.11 0.018 1.1543 0.9369 0.3368 1
Se L 2.02 0.76 3.21 32.72 0.0156 0.8012 1.1387 0.9383 1.0242
Al K 66.24 73.24 3.82 1914.09 0.5057 1.0265 0.9816 0.7416 1.0029
Si K 5.48 5.82 7.05 95.58 0.0267 1.0489 0.9891 0.464 1.0034
Fe K 21.64 11.56 2.52 144.55 0.1983 0.8794 1.0475 0.9951 1.0473
14
gambar berdasarkan BSE (Back Scattered Electron) terindikasi danya unsur dari filler yang
terdifusi ke area substrat dari aluminium berupa Si atau silikon.
Gambar 19. Mikrograf SEM dari sambungan stainless steel dan
aluminium dengan penambahan serbuk tembaga perbesaran 5000x
Gambar 19. menunjukan perbesaran 5000 kali, terlihat adanya unsur dari stainless
steel yang terdifusi ke area filler dan alumunium dengan panjang dan lebar sekitar 2,8 µm dan
1 µm. Dan terindikasi juga area void pada interface stainless steel dengan filler. Lapisan
intermetallics dengan ketebalan kurang dari 1 µm muncul pada interface stainless steel akibat
dari proses brazing. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Yang Jinlong dkk (2014),
menemukan daerah intermetallics yang membentuk unsur Fe4Al13.
Gambar 20. Mikrograf SEM untuk line analysis sambungan stainless steel
dan aluminium dengan tambahan serbuk tembaga
Pada gambar 20. menunjukan dimana proses dari Line analysis EDX diambil yaitu pada
perbesaran 5000 kali, line analysis diambil pada titik ini ditujukan untuk mendeteksi butiran –
butiran yang terdifusi ke area substrat dari aluminium, hasilnya menunjukan kandungan Al
yang lebih kecil yaitu sebesar 51.16 % atom, kandungan dari Al yang kecil dipengaruhi oleh
unsur C yaitu sebesar 13.13 % atom dan unsur lain seperti Fe = 23% atom, Si = 7.28 % atom,
O = 7.18 % atom, Cr = 3.03 % atom, F = 2.25 % atom, Zn 1.88 % atom, Cu = 0.85 % atom,
15
Mg = 0,56 % atom, Mn = 0.41 % atom. Pada sambungan ini terdeteksi unsur dari Cu yaitu
sebesar 0.85 % atom, tidak ditemukannya banyak kandungan dari Cu atau serbuk tembaga yang
dimaksud dapat disebabkan oleh tidak mencairnya serbuk tembaga, ataupun tidak terdeteksi
pada titik dimana proses line analysis diambil.
Gambar 21. Line analysis sambungan stainless steel dan aluminium
dengan tambahan serbuk tembaga
Tabel 4. Hasil line analysis EDX untuk sambungan stainless steel dan aluminium dengan
tambahan serbuk tembaga
4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
a. Hasil pengujian komposisi kimia pada aluminium menunjukan bahwa aluminium tersebut
merupakan seri 1000.
b. Pada sambungan aluminium dan aluminium tanpa tambahan serbuk tembaga didapatkan
hasil rata – rata tegangan geser tertinggi sebesar 11.306 MPa dan rata – rata regangan sebesar
Element Weight % Atomic % Error % Net Int. K Ratio Z R A F
C K 5.34 13.13 11.49 24.5 0.0083 1.2198 0.907 0.1276 1
O K 3.88 7.18 8.61 76.99 0.017 1.1653 0.9308 0.3757 1
F K 1.45 2.25 8.4 36.78 0.0069 1.0822 0.9411 0.438 1
Na K 0 0 81.13 0 0 1.056 0.9596 0.4382 1.0054
Mg K 0.46 0.56 10.03 13.82 0.0028 1.0734 0.968 0.5657 1.0103
Al K 46.69 51.16 4.51 1573.01 0.3354 1.033 0.976 0.6928 1.0035
Si K 6.92 7.28 6.27 178.42 0.0407 1.0551 0.9834 0.5562 1.0039
Cr K 5.34 3.03 4.24 57.82 0.0537 0.8872 1.0356 0.9895 1.1466
Mn K 0.76 0.41 17.53 6.31 0.0071 0.8671 1.0378 0.994 1.0872
Fe K 23.19 12.28 3.12 155.18 0.2129 0.8791 1.0392 0.9926 1.0519
Cu K 1.83 0.85 17.85 5.97 0.0163 0.8353 1.0364 0.9877 1.0822
Zn K 4.15 1.88 11.41 10.07 0.0372 0.8299 1.033 0.9917 1.0875
16
22.835 %, sedangkan pada sambungan dengan tambahan serbuk tembaga didapatkan hasil
rata – rata tegangan geser tertinggi sebesar 10.933 MPa dan rata – rata regangan sebesar
25.509 %. Pada stainless steel dan aluminium tanpa tambahan serbuk tembaga didapatkan
hasil rata – rata tegangan geser tertinggi sebesar 10.850 MPa dan rata – rata regangan sebesar
6.509 %, sedangkan pada sambungan dengan tambahan serbuk tembaga didapatkan hasil
rata – rata tegangan geser tertinggi sebesar 10.901 MPa dan rata – rata regangan sebesar
25.722 %. Pada stainless steel dan stainless steel tanpa tambahan serbuk tembaga
didapatkan hasil rata – rata tegangan geser tertinggi sebesar 12.910 MPa dan rata – rata
regangan sebesar 1.575 %, sedangkan pada sambungan dengan tambahan serbuk tembaga
didapatkan hasil rata – rata tegangan geser tertinggi sebesar 14.703 MPa dan rata – rata
regangan sebesar 1.678 %.
c. Pada hasil uji tarik sambungan yang diindikasikan terdapat lapisan intermetallics
menunjukan hasil rata – rata yang lebih rendah yaitu sebesar 10.850 MPa dan hasil rata –
rata yang lebih tinggi pada sambungan dengan serbuk tembaga yaitu sebesar 10.901 MPa.
Hasil analisis SEM, daerah intermetalics terlihat di sambungan stainless steel dan
aluminium tanpa serbuk tembaga sepanjang 94 µm lebih besar dari yang terlihat pada
sambungan yang sama namun dengan tambahan serbuk tembaga yaitu sepanjang 11 µm.
5.1 Saran
Berdasarkan hasil penelitian sambungan brazing antara plat alumunium dan stainless
steel dengan dan tanpa penambahan serbuk tembaga yang telah dilakukan, penulis
menyarankan beberapa hal antara lain:
a. Untuk mendapatkan hasil tegangan geser yang sama rata setiap variasi sangat perlu
memperhatikan heat input dan parameter suhu yang dibutuhkan.
b. Sebelum melakukan proses brazing lebih baik memahami tentang standart yang akan
digunakan dan jurnal yang berkaitan.
c. Sebelum melakukakan proses penyambungan, diusahakan material bersih dari kotoran
maupun kerak.
d. Untuk penelitian selanjutkan disarankan dengan aluminium seri 5xxx atau lebih serta
dengan ditambahkannya variasi proses etsa sebelum dilakukannya proses pengelasan
dengan sambungan Butt Joint maupun Lap Joint.
DAFTAR PUSTAKA
A.D.N. Rizha. 2018. Pengaruh Material Pengisi (Filler) dan Lebar Celah Pada Sambungan
Brazing Terhadap Kekuatan Tarik dan Struktur Mikro. Teknik Mesin. Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.
17
ASM Handbook Vol 6. Pdf, 1993, Welding, Brazing and Soldering, ASM Handbook Commite,
United State
ASM Handbook Vol 9. Pdf, 1998, Metallography and Microstructures, ASM Handbook
Commite, United State
ASM Handbook Vol 10. Pdf, 1998, Material Characterization, ASM Handbook Commite,
United State
Bin Liu, dkk. 2018. Interaksi dan Fasa Intermetalik antara Aluminium dan Stainless steel.
Teknik Material. Universitas China Utara. China.
Bing Xiao, dkk. 2015. Pengembangan ZrF4 mengandung CsF-AlF3 Fluk dengan Brazing
Aluminium seri 5052 dengan Zn-Al sebagai Filler. Teknik Material. Universitas Tianjin.
China
Davis, J. R. 1993. Aluminum and aluminum alloys. ASM international. Hlm 319.
Ernawan Nanang. 2019. Analisis Sifat Mekanis dan Metalografi Pada Sambungan Aluminium
dan Kuningan Menggunakan Metode Brazing. Teknik Mesin. Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.
G.H.S.F.L. Carvalho, dkk. 2018. Pembentukan struktur intermetalik antarmuka pada stainless
steel dan aluminium dengan metode brazing. Teknik mesin. Universitas Coimbra.
Portugal
Guanxing Zhang, dkk. 2015. Pengembangan Zn -15Al – x Zr filler logam pengisi untuk brazing
paduan aluminium seri 6061 dan stainless steel seri 304. Institute Technology Harbin.
China.
Hidayat Roni. 2017. Analisa Kekuatan Tarik Sambungan Tipe Simple Lap Joint Plat
Aluminium Tebal 2 mm Dengan Metode Brazing. Teknik Mesin. Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.
Wiryosumarto,H dan Okumura,T. 2000. Teknologi Pengelasan Logam Cetakan Kedelapan.
Pradnya Paramita.
W. Kenyon. 1985. Dasar-Dasar Pengelasan (Basic Welding and Fabrication). Alih Bahasa
Dines Ginting. Erlangga:Jakarta.
Zulfikri Endriansyah. 2017. Analisa Kekuatan Mekanik dan Struktur Metalografi Pada Metode
Brazing Antara Aluminium dan Besi Dengan Menggunakan Filler Alusol. Teknik Mesin.
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.