150
ANALISIS TINGKAT KEBERHASILAN RUKYAT DI PANTAI TANJUNG KODOK LAMONGAN DAN BUKIT CONDRODIPO GRESIK TAHUN 2008-2011 S K R I P S I Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S.1) Dalam Ilmu Syari’ah Oleh : KHOIROTUN NI’MAH NIM : 0 8 2 1 1 1 0 76 KONSENTRASI ILMU FALAK JURUSAN AHWAL AL-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO S E M A R A N G 2012

Analisis Tingkat Keberhasilan Rukyat Di Pantai Tanjung Kodok Lamongan Dan Bukit Condrodipo Gresik Tahun 2008-2011

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Analisis Tingkat Keberhasilan Rukyat Di Pantai Tanjung Kodok Lamongan Dan Bukit Condrodipo Gresik Tahun 2008-2011

Citation preview

ANALISIS TINGKAT KEBERHASILAN RUKYAT DI PANTAI TANJUNG KODOK LAMONGAN

DAN BUKIT CONDRODIPO GRESIK TAHUN 2008-2011

S K R I P S I

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S.1)

Dalam Ilmu Syari’ah

Oleh :

KHOIROTUN NI’MAH NIM : 0 8 2 1 1 1 0 76

KONSENTRASI ILMU FALAK JURUSAN AHWAL AL-SYAKHSIYAH

FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

S E M A R A N G 2012

ii

iii

iv

MOTTO

uθ èδ“Ï%©!$# Ÿ≅ yè y_š[ ôϑ¤±9$# [ !$u‹ÅÊt� yϑ s) ø9$# uρ# Y‘θçΡ…çνu‘ £‰ s%uρ tΑ Η$oΨtΒ(#θ ßϑ n=÷è tF Ï9yŠ y‰ tã tÏΖÅb¡9$# z>$|¡Åsø9$# uρ 4$tΒt,n=y{ ª! $#š� Ï9≡sŒ āω Î) Èd,ysø9$$Î/ 4ã

≅ Å_Áx� ムÏM≈ tƒ Fψ $#5Θ öθ s) Ï9tβθ ßϑ n=ôè tƒ∩∈∪

Artinya:Dia-lah yang menjadikan Matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu,

supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang

demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada

orang-orang yang mengetahui.(Q.S. Yunus ayat : 5)1

1Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, Bandung : Jumanatul Ali Art (J-

Art), 2005, hlm. 531.

v

PERSEMBAHAN

Skripsi ini

Saya persembahkan untuk :

Bapak Sun’an dan Ibu Khalimahtercintadan

terkasih yang tak kenal lelah menjadi lentera hidupku, kasih sayang, do’a dan

restumu yang menjadi penyemangatku

Keluarga tersayang,

Mas Rasyid - Mbak Luthfi , Mbak Lilik - Mas Amir ,

Mas Rony - Mbak Hasanah, Dik Shofy

Kerabat, guru, Kawan ku TOGETHER ’08,

keluarga besar CSS MoRA IAIN Walisongo,

PP. Daarun Najah,PPTarbiyatut Tholabah

Dan dipersembahkan juga untuk,

Kaum Muslimin dimana pun berada di berbagai belahan dunia

vi

DEKLARASI

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab penulis

menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang telah

pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian juga

skripsi ini tidak berisi satu pun pikiran-pikiran orang lain

kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan

bahan rujukan dalam penelitian ini.

Semarang, 13 Juni2012

Deklarator

Khoirotun Ni’mah NIM: 082111076

vii

ABSTRAK

Rukyat al-hilal selalu dilakukan oleh organisasi keislaman dan pemerintah Indonesia terutama pada penentuan awal Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah akan tetapi keberhasilannya masih minim.Pengamatan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor waktu, tempat, dan kecerlangan langit senja, dengan mengasumsikan kondisi langit yang cerah tidak berawan, serta pengalaman, ketajaman penglihatan, dan pengetahuan astronomis pengamat. Pada saat pengamatan hilal, tidak setiap lokasi pengamatan dapat berhasil melihat hilalseperti pengamatan hilal yang dilakukan di Tanjung Kodok Lamongan, tetapi ada juga lokasi pengamatan yang tidak jarang hilal berhasil terlihat, seperti di Bukit Condrodipo Gresik. Dari hasil laporan rukyat yang dilaksanakan dari tahun 2008-2011 di Tanjung Kodok dan Bukit Condrodipo, pada penetapan awal Ramadhan Syawal dan Dzulhijjah di Tanjung Kodok belum pernah berhasil melihat hilal, sedangkan di Condrodipo sudah 5 kali berhasil. Yakni pada penentuan awal Ramadhan 1429 H, dzulhijjah 1430 H, Ramadhan 1431 H dan 1432 H, dan Dzulhijjah 1432 H. Penulis ingin mengetahui apa faktor yang menyebabkan perbedaan tingkat keberhasilan rukyat serta apa kelebihan dan kekurangan rukyat yang dilakukan di dua lokasi rukyat tersebut.

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (LibraryResearch) yang termasuk dalam jenis penelitian kualitatif. Data primernya yaitu dokumen-dokumen hasil rukyat al-hilal yang dilakukan di Pantai Tanjung Kodok dan Bukit Condrodipo dan data dari BMKG terkait kondisi klimatologi saat rukyat. Data sekunder diperoleh dari dokumen berupa buku, tulisan, makalah-makalah yang berkaitan dengan obyek penelitian.Metode analisis yang penulis gunakan adalah metode deskriptif dan komparatif.

Hasil penelitian skripsi ini: 1). Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perbedaan tingkat keberhasilan rukyat di Pantai Tanjung Kodok Lamongan dan Bukit Condrodipo Gresik tahun 2008-2011 adalah faktor alam dan faktor non alam. Faktor alam yang berpengaruh adalah faktor cuaca, kondisi geografis lokasi rukyat, tinggi hilal saat Matahari terbenam, beda azimuthBulan – Matahari, kondisi atmosfer Bumi, dan horizontal visibility (pandangan mendatar di permukaan Bumi). Keenam faktor tersebut akan berakumulasi dalam pengamatan yang dilakukan.Faktor non alam yang berpengaruh adalah alat dan pengamat. 2). Kelebihan dan kekurangan dua tempat tersebut menunjukkan bahwa dua tempat tersebut memiliki kelebihan ditinjau dari aspek geografis dan topografis. Kekurangan dari kedua tempat tersebut pada aspek klimatologis yang berpengaruh pada keberhasilan rukyat yang dilakukan, disamping adanya pangaruh lain yaitu adanya lampu kota dan adanya uap air yang merupakan salah satu faktor penyebab ketidakberhasilan rukyat di Tanjung Kodok. Bukit Condrodipo tidak terlalu dipengaruhi oleh cahaya lampu kota yang menjadikan lokasi ini sebagai tempat rukyat yang ideal menurut peneliti. Key word: Rukyat, Pantai Tanjung Kodok dan Bukit Condrodipo, tingkat

keberhasilan

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah memberi kesempatan dan

segala hal untuk memahami sedikit ilmu-Nya agar lebih dapat mengenal-Nya.

Hanya dengan ijin dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul: “Analisis Tingkat Keberhasilan Rukyat di Pantai Tanjung Kodok

dan Bukit Condrodipo Gresik Tahun 2008-2011”dengan lancar lewat segala

proses yang memberi banyak arti.Shalawat dan salam semoga selalu tercurah

kepada Nabi agung Muhammad Saw sebagai Rasul Allah yang telah memberi

penerang atas gelap dan dahaga bagi para pencari-Nya. Demikian juga shalawat

dan salam semoga dilimpahkan kepada keluarga Nabi, para sahabat Nabi saw,

para alim ulama’, yang warna-warni pemikiran mereka menjadi bahan dan bekal

referensi bagi para musafir ilmu.

Sehubungan dengan ini penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam tahap

pengerjaan hingga penyelesaian skripsi ini penulis tidak sendiri.Banyak pihak

yang memberi uluran tangan, pemikiran, dukungan, dan doa selama proses

kegiatan ini sehingga skripsi dapat terselesaikan dengan baik.Oleh karena itu

melalui kata pengantar ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sedalam-

dalamnya kepada:

ix

1. Kementerian Agama Republik Indonesia khususnya Pedepontren yang telah

memberi kesempatan mendapat Beasiswa Santri berprestrasidari awal sampai

selesai perkuliahan.

2. Prof. Dr. H. Muhibbin, M.Ag selaku Rektor IAIN Walisongo Semarang.

3. DR. Imam Yahya, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo

Semarang dan Muhyiddin, M.Ag (Dekan sebelumnya).

4. Dr. H. Moh. Arja Imroni, M.Ag selaku kepala Prodi Konsentrasi Ilmu Falak,

Drs. H. Eman Sulaeman, MH (kepala Prodi sebelumnya) beserta staf-staf-

nya,Dr. H. Ahmad Izzuddin, M.Ag, Drs. H. Maksun, M.Ag, Ahmad Syifaul

Anam, S.HI., MH, H. Tolkah, MA selaku jajaran pengelola Konsentrasi Ilmu

Falak (KIF), yang telah bersusah payah memberikan arahan dan bimbingan

sepenuhnya kepada penulis dan teman-teman KIF lainnya selama belajar di

Semarang.

5. Mohammad Khasan, M.Ag, danAhmad Syifaul Anam, SHI. MH selaku

pembimbing dalam penulisan skripsi ini, yang telah mau bersabar dan

meluangkan segenap waktu, tenaga, pikiran di tengah-tengah kesibukan yang

ada, demi untuk membantu, memberi arahan, masukan, dan bimbingan yang

begitu banyak pada penulisan skripsi penulis, sekaligus telah memberikan acc

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak Abdul Karim (Lamongan), Bapak M. Khoirul Anam (Lamongan) dan

A. Zaeni (Gresik), yang telah memberikan arahan, bimbingan dan data hasil

rukyat; Bapak Widodo (Surabaya) yang telah mau memberikan arahan dan

data cuaca pada saat rukyat dilakukan di Tanjung Kodok dan Bukit

x

Condrodipo;Bapak Masluch (Gresik), Bapak Khotib (Gresik), Bapak Ahmad

Sulistyo (Semarang) yang mau menjawab pertanyaan-pertanyaan penulis

ketika wawancara, Bapak Thomas Djamaluddin, Bapak Ma’rufin

Sudibyoyang mau menjawab pertanyaan-pertanyaan penulis viafacebook.

7. Kedua orang tua penulis, ibu Khalimah dan bapak Sun’an yang telah

mengajarkan arti sebuah nafas kehidupan dan atas perjuangan serta doanya

yang tiada terkira.

8. Keluarga penulis tercinta (Mas Rasyid, Mbak Luthfi, Mbak Lilik, Mas Amir,

Mas Rony, Mbak Hasanah, Mas Syahidur Rohman,Dik Shofy, Dik Nisa, Bude

Muriyati) yang selalu memberi cinta kasih dan semangat lahiriyah maupun

bathiniyah, serta doa yang tak terkira.

9. Keluarga besar Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah di Lamongan yang

telah mengajarkan cara mengenal-Nya dan cara berjalan di jalan-Nya.

10. Keluarga Besar Pondok Pesantren Daarun Najaah Jerakah Tugu Semarang,

khususnya kepada KH. Siroj Chudlori beserta keluarga selaku pengasuh yang

juga menjadi motivator dan inspirator penulis dan yang telah memberikan

ilmu-ilmunya serta atas bimbingan dan arahannya.

11. Seluruh anak-anak Together “Mas Ade, Fajar, Amar, Silah, mb Eni, Tucin,

Vian, mb Uul, Ashud, mami Diah, mb Endang, Ayu Hesti,Ihwan, mb oink,

Lukman, Adon, Arbi, Reza, pak dhe Cuda, Mak Cik, mb Until, E-Bone,

Akang Harir, Hanif, Sadam, pak Lur Shofa, mb Imut, Syekh Dayat, mb

Latifah, A’ Purqon, mbah Pur, mas Rifki, Rizal, mb Rubi, Abang Daus, mak

Olis, Yadi, teh Yen, Jay selama 4 tahun bersama dalam suka dan

xi

duka.Terimakasih kepada teman suka dan duka penulis jenk U2l yang menjadi

tempat curhat dan senasib dengan penulis, Mak Olash dan mbk ime, temen

berburu kuliner dan jreng2 di Semarang, Sadam yang bersedia meluangkan

waktu untuk membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

12. Mas dodol, Khumairoh, Misbah, Risma, Arina Litsa; dan semua pihak yang

membantu dalam pengumpulan dan pengolahan data yang penulis butuhkan.

13. Pondok Putri Utara (Banyu Biru), khususnya kamar “tiga” Al Qomariyah,

Mbak Hasna, Nafis, Lilik, Ria yang selalu ada di saat pertama membuka mata

dan menutup mata.

14. Temen-temen CSS MoRA IAIN Walisongo Semarang

15. Temen-temen KKN ke-57, khususnya posko 34 Desa Jetis Kecamatan

Bandungan Kabupaten Semarang.

16. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dorongan kepada penulis

selama penulis studi di Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang.

Tidak ada yang dapat penulis berikan atas arti keberadaan mereka, kecuali

sepenggal harapan semoga pihak-pihak yang telah penulis kemukakan di atas

selalu mendapat rahmat dan anugerah dari Allah Swt.

Demikian skripsi yang penulis susun ini sekalipun masih belum sempurna

namun harapan penulis semoga akan tetap bermanfaat dan menjadi sumbangan

yang berharga bagi khazanah kajian ilmu falak.

Semarang, 13Juni 2012 Penulis

Khoirotun Ni’mah NIM. 082111076

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Tabel Klimatologi Bukit Condrodipo saat pelaksanaan rukyat tahun

2008-2011 ........................................................................................................ 56

Tabel 3.2 Tabel Klimatologi Bukit Condrodipo saat pelaksanaan rukyat tahun

2008-2011 ........................................................................................................ 59

Tabel 3.3 Data Hasil Pelaksanaan Rukyat Tahun 1429 H / 2008 M ............... 65

Tabel 3.4 Data Hasil Pelaksanaan Rukyat Tahun 1430 H / 2009 M ............... 66

Tabel 3.5 Data Hasil Pelaksanaan Rukyat Tahun 1431 H / 2010 M ............... 68

Tabel 3.6 Data Hasil Pelaksanaan Rukyat Tahun 1432 H / 2011 M ............... 69

Tabel 3.7 Data Hasil Pelaksanaan Rukyat Tahun 1429 H / 2008 M ............... 71

Tabel 3.8 Data Hasil Pelaksanaan Rukyat Tahun 1430 H / 2009 M ............... 72

Tabel 3.9 Data Hasil Pelaksanaan Rukyat Tahun 1431 H / 2010 M ............... 73

Tabel 3.10 Data Hasil Pelaksanaan Rukyat Tahun 1432 H / 2011 M ............ 74

Tabel 4.1 Tinggi Hilal Mar’I di Pantai Tanjung Kodok ................................. 83

Tabel 4.2 Beda Azimuth Matahari-Bulan di Pantai Tanjung Kodok .............. 84

Tabel 4.3 Tinggi Hilal Mar’I di Bukit Condrodipo ......................................... 93

Tabel 4.4 Beda Azimuth Matahari-Bulan di Bukit Condrodipo ..................... 95

Tabel 4.5 Pelaksanaan Rukyat Yang Berhasil Melihat Hilal .......................... 103

Tabel 4.6 Pelaksanaan Rukyat Yang Tidak Berhasil Melihat Hilal ............... 104

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Alur Kerja Penelitian.................................................................... 19

Gambar 3.1 Peta Tanjung Kodok diambil dari Software Google Earth .......... 49

Gambar 3.2 batu karang mirip Kodok (Katak) di Pantai Tanjung Kodok ....... 50

Gambar 3.3 pelataran dan menara rukyat di Tanjung Kodok .......................... 51

Gambar 3.4 Peta Bukit Condrodipo diambil dari Software Google Earth ....... 53

Gambar 4.1 Peta Tanjung Kodok diambil dari Software Google Earth .......... 78

Gambar 4.2 Peta Bukit Condrodipo diambil dari Software Google Earth ....... 92

xiv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

HALAMAN NOTA PEMBIMBING .............................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii

HALAMAN MOTTO ..................................................................................... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... v

HALAMAN DEKLARASI ............................................................................. vi

HALAMAN ABSTRAK ................................................................................. vii

HALAMAN KATA PENGANTAR ............................................................... viii

HALAMAN DAFTAR TABEL ...................................................................... xii

HALAMAN DAFTAR GAMBAR .................................................................. xiii

HALAMAN DAFTAR ISI ............................................................................. xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................. 11

C. Tujuan Penelitian .................................................................. 11

D. Manfaat Penelitian ................................................................ 12

E. Telaah Pustaka ...................................................................... 12

F. Metodologi Penelitian .......................................................... 15

G. Sistematika Penulisan ........................................................... 19

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG RUKYATUL HILAL

A. Pengertian Rukyatul Hilal ..................................................... 21

xv

1. Pengertian Menurut Bahasa ............................................ 21

2. Pengertian Menurut Istilah .............................................. 24

B. Dasar Hukum Rukyatul Hilal ................................................ 25

1. Dasar dari Al-Qur’an....................................................... 25

2. Dasar dari Hadis ............................................................ 28

C. Pendapat Para Ulama tentang Rukyatul Hilal ....................... 30

D. Pelaksanaan Rukyatul Hilal di Indonesia .............................. 32

1. Isbat dari Pemerintah dalam Penentuan Awal Ramadhan dan

Syawal ............................................................................. 32

2. Persiapan Rukyat........................................................... 33

3. Teknis Pelaksanaan Rukyat di Lapangan ...................... 39

4. Laporan Hasil Rukyat ................................................... 41

E. Problematika Rukyatul Hilal ................................................. 42

1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Rukyatul Hilal

2. Faktor Alam .................................................................... 43

3. Faktor Non Alam ............................................................ 46

BAB III HASIL RUKYATUL HILAL DI PANTAI TANJUNG KODO K

DAN BUKIT CONDRODIPO

A. Letak Geografis Pantai Tanjung Kodok dan Bukit Condrodipo 49

1. Pantai Tanjung Kodok..................................................... 49

2. Bukit Condrodipo ............................................................ 53

B. Kondisi Klimatologi Pantai tanjung Kodok dan Bukit

Condrodipo ............................................................................ 56

xvi

1. Pantai Tanjung Kodok .................................................... 56

2. Bukit Condrodipo ............................................................ 59

C. Data Hasil Rukyat di Pantai Tanjung Kodok dan Bukit

Condrodipo Tahun 2008-2011 .............................................. 65

1. Pantai Tanjung Kodok .................................................... 65

a. Lokasi Pantai Tanjung kodok ..................................... 65

b. Alat-alat Pendukung rukyat ........................................ 66

c. TabelDataHasilRukyat al-hilal Awal Ramadhan, Syawal

dan Dzulhijjah Tahun 1429-1432 H / 2008-2011 M .. 66

2. Bukit Condrodipo ............................................................ 71

a. Lokasi Pantai Tanjung kodok ..................................... 71

b. Alat-alat Pendukung rukyat ........................................ 72

c. Tabel DataHasilRukyat al-hilal Awal Ramadhan, Syawal

dan Dzulhijjah Tahun 1429-1432 H / 2008-2011 M .. 72

BAB IV ANALISIS TINGKAT KEBERHASILAN RUKYAT DI

PANTAI TANJUNG KODOK DAN BUKIT CONDRODIPO

TAHUN 2008-2011

A. Faktor yang Menyebabkan Perbedaan Tingkat Keberhasilan

Rukyat di Pantai Tanjung Kodok Lamongan dan Bukit

Condrodipo Gresik Tahun 2008-2011 .................................. 78

1. Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Rukyat di Tanjung

Kodok Lamongan Tahun 2008-2011 .............................. 78

xvii

2. Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Rukyat di Bukit

Condrodipo Gresik Tahun 2008-2011 .............................. 92

3. Faktor yang Menyebabkan Perbedaan Hasil Rukyat di Pantai

Tanjung Kodok Lamongan dan Bukit Condrodipo Gresik

Tahun 2008-2011 ............................................................ 98

B. Kelebihan dan Kekurangan Lokasi Rukyat (Pantai Tanjung

Kodok Lamongan dan Bukit Condrodipo Gresik) ................ 108

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................... 112

B. Saran ...................................................................................... 114

C. Penutup ................................................................................. 115

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

RIWAYAT PENDIDIKAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perbedaan penentuan hari-hari besar Islam, khususnya Ramadhan, Idul

Fitri dan Idul Adha, sering menimbulkan kebingungan di masyarakat.2 Salah satu

permasalahannya adalah pendefinisian tentang hilal3. Hilal merupakan patokan

untuk memulai awal bulan Kamariah. Penentuan awal bulan Kamariah sangat

penting artinya bagi segenap kaum muslimin, sebab banyak ibadah dalam Islam

yang pelaksanaannya dikaitkan dengan perhitungan bulan Kamariah.4 Salah satu

upaya untuk menentukan awal bulan Kamariah adalah dengan melakukan rukyat

al-hilal.

Rukyat al-hilal adalah pengamatan dengan mata kepala terhadap

penampakan bulan sabit sesaat setelah Matahari terbenam di hari telah terjadinya

ijtima’ (konjungsi).5 Akan tetapi kesulitan yang dialami adalah ketika Matahari

2 Di Indonesia selama ini sudah biasa terjadi perbedaan penetapan dan pelaksanaan untuk

mengawali puasa dan mengakhirinya (melaksanakan hari raya idul fitri). Bagaimana tidak, jika Pemerintah sudah menfasilitasi untuk penyatuan dalam sidang Isbat tetapi masing-masing ormas mengeluarkan keputusan. Pemerintah yang semestinya memegang kendali putusan ternyata lebih mengedepankan kemaslahatan politik, yang semestinya lebih mengedepankan kebenaran ilmiah yang objektif. Lihat pada Ahmad Izzuddin, Ilmu Falak Praktis (Metode Hisab-Rukyah Praktis Dan Solusi Permasalahannya), Semarang: Komala Grafika, 2006, hlm. 123-124.

3 Hilal atau Bulan sabit atau dalam istilah astronomi disebut crescent adalah bagian dari bulan yang menampakkan cahayanya terlihat dari bumi ketika sesaat setelah Matahari terbenam pada hari telah terjadinya ijtima’ atau konjungsi. Pendapat A. Ghazalie Masroerie dalam Musyawarah Kerja dan Evaluasi hisab Rukyah tahun 2008 yang di selenggarakan oleh Badan Hisab Rukyah departemen Agama RI tentang Rukyat al-hilal Pengertian dan Aplikasinya, 27-29 Februari 2008, hlm. 4.

4 Di antara ibadah-ibadah itu adalah shalat Idul Adha dan Idul Fitri, shalat gerhana bulan dan Matahari, puasa Ramadhan dengan zakat fitrahnya, haji dan sebagainya. Demikian pula hari-hari besar dalam Islam, semuanya diperhitungkan menurut perhitungan bulan Kamariah. Lihat Badan Hisab dan Rukyat Departemen Agama, Almanak Hisab Rukyat, Jakarta: Proyek Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, 1981, hlm. 98.

5 Penampakan Bulan sabit di awal bulan harus terlihat oleh mata, baik mata telanjang maupun dengan alat dan tidak cukup hanya angan-angan, pemikiran, perkiraan dan keyakinan

2

terbenam atau sesaat setelah itu langit sebelah barat berwarna kuning kemerah-

merahan, sehingga antara cahaya hilal yang putih kekuning-kuningan dengan

warna langit yang melatarbelakanginya tidak begitu kontras6. Apalagi apabila di

ufuk7 Barat terdapat awan tipis atau awan tebal tidak merata.

Pengurus Lajnah Falakiyah PBNU, Hendro Setyanto secara optimis

mengatakan bahwa rukyat al-hilal atau dalam bahasa lain observasi menyebabkan

disiplin ilmu astronomi terus berkembang hingga saat ini. Tanpa observasi itu

ilmu astronomi akan mandeg dan umat Islam hanya mengandalkan data

astronomis, apalagi sekarang data itu tidak dikembangkan sendiri tapi diperoleh

begitu saja dari kalangan non Muslim.8

Observasi dan eksperimen merupakan asas semua cabang ilmu alam.

Melalui kegiatan tersebut diperoleh data, yang setelah melalui proses reduksi9 dan

pengolahan, disintesiskan10 menjadi sebuah model atau teori tentang suatu

fenomena alam. Model atau teori tersebut sepatutnya mampu menerangkan

fenomena alam yang dikenal dan bahkan dapat memprediksi hal-hal baru yang

belum dijumpai yang kebenarannya akan dibuktikan melalui observasi dan

eksperimen baru. Data-data hasil rukyatlah yang akan dapat “menyimpulkan” belaka. Lihat pada A. Ghazalie Masroerie, Rukyat al-hilal Pengertian dan Aplikasinya, op cit, hlm. 4.

6 Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktik, Yogyakarta: Buana Pustaka, t.t, hlm. 173.

7 Kaki langit (Horison), yaitu lingkaran besar yang membagi bola langit menjadi dua bagian yang sama (bagian langit yang kelihatan dan bagian langit yang tidak kelihatan). Lingkaran ini menjadi batas pemandangan mata seseorang. Tiap-tiap orang berlainan tempat, berlainan pula kaki langitnya. Susiknan Azhari, Ensiklopedi Hisab Rukyat, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005, cet. II, hlm. 223.

8 Menuju Penyatuan Awal Bulan Hijriah (2) Bagi NU Rukyat adalah Observasi, Bagi Muhammadiyah Perintah Rukyat Sudah Tidak Berlaku http://www.nu.or.id

9 Menganalisa sesuatu secara keseluruhan kepada bagian-bagiannya, atau menjelaskan tahap akhir dari proses perkembangan sebelumnya yang lebih sedrhana. Pius A Partanto dan M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Arkola, t.t, hlm. 658.

10 Pemaduan; perpaduan; penggabungan. ibid., hlm. 710.

3

apakah persamaan atau rumus hasil hisab analisis itu “diterima” atau “harus

diperbaiki lagi” dengan menggunakan analisis baru atau dengan mengemukakan

hipotesis baru.11Rukyat ini menurut Ghazalie Masroerie, dengan kata lain

sekaligus menjadi sarana koreksi atas hitungan hisab.12

Ada sebagian kalangan yang mengira bahwa penentuan awal bulan

Kamariah dengan cara rukyat al-hilal sangat awam dan kelihatan tidak atau

kurang berpengetahuan. Selain itu rukyat dianggap menyulitkan dan menambah

pekerjaan, sia-sia dan membuang-buang waktu karena harus bersusah-susah

mencari bulan baru setiap tanggal 29 kalender Hijriyah. Karena sebagian

berpendapat bahwa metode hisab atau perhitungan astronomis yang relatif mudah

dan kelihatan ilmiah.13

11 Ilmu empiris ini merupakan salah satu ciri khusus paling menonjol pada ilmu yang

akan dikembangkan ilmuwan muslim. lihat saja misalnya ilmuwan era Yunani dan Romawi kuno, ilmu mereka bersifat logis dan spekulatif. Contoh empirisme yang dilakukan Ibnu Sina ketika akan mendirikan rumah sakit merupakan salah satu tonggak ilmu empiris yang cukup dikenal sebagai sebuah bukti yang tertera dalam ukuran sejarah ilmu dunia. Dan ilmu empiris ini pula yang membawa ilmu modern ini berkembang hingga saat ini. Lihat pada, Ruswa darsono, Penanggalan Islam Tinjauan sistem, Fiqih dan Hisab Penanggalan, Yogyakarta: LABDA Press, 2010, hlm. 9.

12 Pengamatan Hilal Penting untuk Mengoreksi Perhitungan. kompas.com. Lihat pula pada Susiknan Azhari, Hisab Dan Rukyat Wacana Untuk Membangun Kebersamaan ditengah Perbedaan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007, cet. I, hlm. 87.

13 Di zaman modern dimana ilmu perbintangan mengalami kemajuan yang sangat pesat, hingga bisa menyibak ruang angkasa, Allah memperlihatkan banyak sekali rahasia keagungan-Nya. Banyak dari kalangan muslim yang mengira bahwa wajib menjadikan hisab itu sebagai patokan dan memandang sebelah mata kepada rukyat. Al Amin Muhammad ahmad Ka’urah dalam bukunya Mabadi’ul Kauniyat berkata: “Beberapa hal yang mempengaruhi pergerakan bulan; 1. perubahan garis orbit pada bulan sekitar 31,8 hari, 2. perbedaan yaitu sesuatu yang mempengaruhi percepatan timbulnya Bulan sabit dan purnama sebelum waktunya dan memperlam bat setelah lingkaran bulan, 3. perubahan jarak antara bumi dan Matahari, juga perubahan jarak antara bulan dan Matahari yang mempengaruhi kekuatan daya tarik Matahari terhadap bulan, 4. perubahan yang terjadi pada pertemuan garis orbit bulan dan Matahari, 5. perubahan yang terjadi pada titik kecondongan bulan. Kesimpulannya bahwa gerakan bulan, bumi dan Matahari hanya akan tetap sementara waktu, karena lintas orbit planet dan bintang-bintang antara satu dengan yang lain tidak pernah berulang. Untuk itu tidak mungkin diciptakan suatu patokan khusus bagi tahun Kamariah karena bulan-bulan Kamariah selalu berubah dari tahun ke tahun. Lihat pada buku Syaikhul Islam Ibbnu Taimiyyah,(ed.), Hilal atau Hisab Kajian Lengkap Tentang Penetapan Awal Bulan Dengan Rukyat al-hilal Serta Kekeliruan Metode Hisab, diterjemahkan oleh Ibrahim Bin Abdullah Al Hamizi, dari “Risalah Fi Al Hilal Wa Al Hisab Al Falakiy ”, Banyumas: Buana Ilmu Islami, 2010,, cet. I, hlm. 55-56.

4

Mengamati Bulan pada awal bulan Kamariah adalah suatu pekerjaan

yang bisa dilakukan orang banyak, tetapi tidak semua orang dapat melihat

sasarannya. Beberapa hal perlu diketahui dan dipersiapkan sebelum melakukan

observasi, di antaranya ialah tempat observasi.14 Pada dasarnya tempat yang baik

untuk mengadakan observasi awal bulan adalah tempat yang memungkinkan

pengamat dapat mengadakan observasi disekitar tempat terbenamnya Matahari.

Pandangan pada arah itu sebaiknya tidak terganggu, sehingga horizon akan

terlihat lurus pada daerah yang mempunyai azimuth 240° sampai 300°.15

Apabila pengamatan yang teratur diperlukan, maka tempat itupun harus

memiliki iklim yang baik untuk pengamatan. Pada awal bulan cahaya bulan sabit

demikian tipisnya sehingga hampir terangnya dengan cahaya senja di langit.

Adanya awan yang tipispun sudah akan menyulitkan pengamat. Setidaknya

bersihnya langit dari awan pengotoran udara maupun cahaya kota disekitar arah

terbenamnya Matahari merupakan persyaratan yang sangat penting untuk dapat

melakukan observasi.16 Selain itu posisi benda langit, penunjuk waktu, cahaya

bulan sabit dan masih banyak hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan

observasi.

Rukyat al-hilal selalu dilakukan oleh organisasi keislaman dan

pemerintah Indonesia akan tetapi keberhasilannya masih minim. Bahkan dilokasi

rukyat tertentu jarang sekali hilal bisa terlihat seperti rukyat al-hilal yang

dilakukan di Pantai Tanjung Kodok Lamongan Jawa Timur. Akan tetapi ada juga

lokasi rukyat yang di sana hilal sering terlihat, seperti di Bukit Condrodipo

14 Badan Hisab dan Rukyat Dep. Agama, Almanak Hisab Rukyat, op. cit., hlm. 51-52. 15 ibid.

16 ibid.

5

Gresik. Contohnya pada penetapan awal Ramadhan 1432 Hijriyah, dari sekian

banyak tempat observasi hilal di Indonesia17 daerah Jawa Timur dilaporkan bahwa

yang berhasil melihat hilal hanyalah di dua tempat, yakni Bukit Condrodipo

Gresik dan di Pantai Gebang, Bangkalan, Madura.18

Lokasi lain melaporkan gagal melihat hilal, seperti tim di Pamekasan,

Pantai Serang Blitar, Kalbut Situbondo, Pantai Giliketapang Probolinggo, dan

Kencong Jember mengalami kegagalan karena terhambat cuaca mendung. Lain

halnya dengan tim di Tanjung Kodok Lamongan yang cuacanya cerah tapi juga

tidak berhasil, sedangkan di Pantai Nambangan Kenjeran Surabaya juga cuaca

berawan tapi gagal melihat hilal. Sebelumnya, pada penetapan awal Ramadhan

1431 Hijriyah yang lalu dari 11 titik daerah di Jawa Timur19 tim hisab dan rukyat

juga melihat hilal di 2 titik yakni Pantai Gili Probolinggo dan Bukit Condrodipo

Gresik.20

17 Banyak sekali tempat yang biasanya dijadikan untuk observasi awal bulan Kamariah di

Indonesia. Di antara tempat observasi yang terkenal antara lain: (1) Boscha ITB Lembang Kabupaten Bandung, Jawa Barat, (2) POB Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, (3) Pos Observasi Tanjung Kodok, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, (4) Menara ITC Bulevart Menado, Sulawesi Utara, (5) Pantai Jerman Kute Denpasar Bali, (6) Pos Observasi Lemong Krui Lampung Barat, (7) Menera Mesjid Agung Jawa Tengah Semarang, dan (8) Pos Observasi Lhoknga Aceh.

18http://www.surya.co.id/2011/07/31/nu-jatim-lihat-hilal-di-gresik-bangkalan, diakses pada 25 April 2012.

19 Antara lain, Tanjungkodok Lamongan, Bukit Condro Gresik, Pantai Serang Blitar, Pantai Ambet, dan Pasean Pamekasan, Pantai Gebang Bangkalan, Pantai Nambangan Kenjeran Surabaya, Pantai Selatan Malang, Pantai Giliketapang Probolinggo, Pantai Plengkung Banyuwangi, Pantai Pasir Putih Situbondo. http://berita.liputan6.com/read/346649/nu-jatim-siapkan-sebelas-lokasi-rukyat. Diakses pada 25 April 2012.

20 Tim dari Pantai Gili-Probolinggo melihat hilal sekitar pukul 17.32 WIB. Sedangkan tim di Bukit Condrodipo Gresik melihat hilal pukul 17.46 WIB. Data ini kami unduh dari http://ramadan.detik.com/read/2010/08/10/184520/1417688/631/hilal-terlihat-di-gresik-dan-probolinggo pada 27 Februari 2012, 11:03.

6

Badan Hisab dan Rukyat Jawa Timur tidak melihat hilal pada penetapan

awal Ramadhan 1429 H / 2008 M di Tanjung Kodok. Hal ini disebabkan karena

cuaca mendung. Demikian dikatakan Anggota Badan Hisab dan Rukyat Jatim

Sriyatin Sodik. Namun demikian, Sriyatin mengatakan bahwa hilal berhasil

terlihat di wilayah Bangkalan, di mana berdasarkan laporan lima orang yang telah

disumpah berhasil melihat hilal di wilayah Bangkalan Madura, Jawa Timur.21

Demikian juga dari data yang penulis peroleh dari Depag Gresik bahwa pada

penetapan awal Ramadhan 1429 tersebut di Bukit Codrodipo hilal dapat terlihat

oleh tiga syahid (perukyat).22

Pada penetapan awal Ramadhan 1430 H / 2009 M tim Hisab dan Rukyat

Departemen Agama Lamongan juga gagal melihat hilal di Tanjung Kodok.

Menurut Kepala Depag Lamongan, Kusaiyin Wardani hilal tidak terlihat karena

adanya beberapa kondisi antara lain karena tertutup awan, dan cuaca mendung

serta kabut tebal. Selain itu posisi hilal masih dibawah ufuk, yaitu -1 hingga 2

derajat. Secara teori jika bulan berada di posisi ini tidak bisa terlihat.23 Demikian

juga di Condrodipo, tidak ada perukyat yang berhasil melihat hilal awal bulan

Ramadhan 1430 H. Tim Rukyat tidak melihat hilal karena ketinggian hilal tidak

mungkin di lihat mata telanjang. Jadi, Bulan Sya’ban di istikmalkan menjadi 30

hari.

21Data diakses dari http://www.elshinta.com/v2003a/readnews.htm?id=56219, pada : Rabu 25 April 2012. 22 Ketiga syahid (perukyat ) tersebut adalah Muhyiddin Bin KH. Hasan Basri Said (28), Muhammad Inwanuddin Bin H. Muh. Khudori (32), dan M. Sholahuddin Bin KH M. Kamil Khayan (41). Data ini kami peroleh dari dokumen laporan hasil rukyat di Tanjung Kodok 1429 H / 2008 M. 23 Data diakses dari http://surabaya.detik.com/read/2009/08/20/181141/1186692/475/tim-rukyat-tak-melihat-bulan-di-tanjung-kodok, pada : Rabu 25 April 2012.

7

Pada pelaksanaan rukyat al-hilal Rajab 1432 H di Tanjung Kodok, yang

dipimpin dan dipandu langsung oleh M. Khoirul Anam selaku Ketua LFNU

Lamongan hilal tidak pula dapat dilihat. Dengan seksama seluruh peserta

memusatkan pandangan mata menuju ke arah (Azimuth) hilal, sambil berharap

semoga hilal kali ini bisa terlihat. Tetapi ketika detik-detik rukyat dilaksanakan

cuaca di sekitar lokasi sangat tidak mendukung. Mendung tipis bahkan mendung

tebal bertebaran di angkasa. Dan tepat di arah (Azimuth) hilal ternyata mendung

tidak juga hilang dan menyingkir, meski angin terasa begitu kencang berhembus.

Tepat pukul 17:42 WIB pelaksanaan rukyat ditutup dengan kesimpulan bahwa

rukyat al-hilal awal bulan Rajab 1432H di Tanjung Kodok Lamongan tidak

berhasil melihat hilal.24

Hilal awal bulan Rajab 1432 H berhasil terlihat di Balai Rukyat Bukit

Condrodipo Gresik dan Pantai Alam Indah (PAI) Tegal dalam kegiatan rukyat al-

hilal untuk penentuan awal Rajab, bertepatan dengan 29 Jumadil Akhir 1432 H.

Berdasarkan data hisab Lajnah Falakiyah PBNU yang diterbitkan untuk Markaz

Jakarta, posisi hilal memang sangat memungkinkan untuk dilihat. Ijtima’ awal

bulan terjadi pada pukul 14.03 WIB (qablal ghurub), sementara ketinggian hilal

pada saat diadakan rukyat al-hilal sudah mencapai 5 derajat lebih.

Dari pelaksanaan rukyat tahun 2008-2011, pada penetapan awal

Ramadhan di Tanjung Kodok belum pernah sekalipun berhasil melihat hilal.25

Sedangkan Condrodipo dari tahun 2008-2011 pada penetapan awal Ramadhan

24Data ini di http://lajnahfalakiyahlamongan.wordpress.com/2011/06/03/pelaksanaan-rukyatul-hilal-rajab-1432-h/. Diakses pada Rabu, 25 April 2012.

25 Informasi penulis peroleh dari data laporan hasil rukyat yang dilakukan di Tanjung Kodok sejak tahun 2008-2011 dari Depag Lamongan, dan juga wawancara dengan M. Khoirul Anam (Kepala Urais Lamongan). Pada Kamis, 12 April 2012 pukul 10:15 WIB.

8

sudah tiga kali berhasil melihat hilal. Yakni pada penetapan awal Ramadhan 1429

H, 1431 H dan 1432 H.26

Tanjung Kodok telah mendapat pengakuan Internasional sebagai tempat

penelitian waktu terjadi gerhana Matahari total pada 11 Juni 1983. Obyek wisata

alam pantai berbatu cadas mirip kodok itu dijadikan lokasi penelitian gejala

astronomi gerhana Matahari total oleh NASA Arnerika Serikat. Dan sejak saat itu

dibangunlah menara rukyat dan pelataran sebagai tempat untuk observasi hilal.27

Menara tersebut yang dipakai oleh umat Islam Indonesia khususnya para

ahli falak Lamongan dan masyarakat untuk melihat bulan khusunya menjelang

masuknya bulan Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah. Tinggi menara rukyat

tersebut 20 meter dengan posisi tepat di tepi pantai, di atas dataran batu karang

yang tinggi. Setiap tahun banyak astronom muslim dan tim rukyat datang ke sini

untuk melihat hilal atau Bulan sabit sebagai tanda masuknya bulan baru bulan

Kamariah khususnya bulan Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah.28

Di Gresik, salah satu tempat yang digunakan sebagai observasi atau

rukyat al-hilal berada di Bukit Condrodipo, Desa Kembangan, Kecamatan

Kebomas. Balai rukyat ini berdiri diatas bukit disamping makam Mbah

Condrodipo. Balai rukyat ini juga dilengkapi dengan busur besar (diameter 6

meter) sebagai petunjuk mata angin. Koordinat balai rukyat ini 7°10'10" LS, 112°

26 Informasi penulis peroleh dari data laporan hasil rukyat yang dilakukan di Condrodipo

sejak tahun 2008-2011 dari Depag Gresik, dan juga wawancara dengan bapak Zaeni, M.Ag (Kepala Urais Gresik). Pada Jum’at, 13 April 2012 pukul 13:15 WIB.

27Diakses dari http://nyangko.wordpress.com/2011/04/13/tempat-wisata-di-lamongan-jawa-timur/, http://jelajah-nesia.blogspot.com/2012/05/batu-kodok-di-pantai-lamongan.html, data diakses pada Senin, 21 Mei 2012. 28Data ini penulis peroleh dari http://baltyra.com/2009/10/31/legenda-tanjung-kodok/#ixzz1skOUpDLy, pada hari Ahad, 22 April 2012 pukul 13:56 WIB.

9

37' 2" BT menurut Google earth, akan tetapi berdasarkan pengukuran GPS pada

awal pembangunannya, posisi balai rukyat ini 7° 10' 11.1" LS, 112° 37' 2.5" BT

dengan ketinggian 120 meter dari permukaan laut. Di tempat inilah diadakan

rukyat pada setiap akhir bulan Hijriyah terutama menjelang Ramadhan, Syawal,

dan Dzulhijjah.29

Dari data dan informasi yang penulis peroleh dari M. Khoirul Anam

(Kepala Urais Depag Lamongan) rukyat yang dilakukan di Tanjung Kodok belum

pernah berhasil melihat hilal. Akan tetapi rukyat tetap dilakukan disana karena

tempat ini memiliki nilai historis dan sudah ditetapkan oleh Kementrian Agama

sebagai tempat rukyat al-hilal setiap tahun untuk daerah Lamongan, dan

laporannya akan dijadikan pertimbangan pada sidang isbat penentuan awal bulan

Kamariah khususnya penetapan tanggal 1 Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah.

Sedangkan di Condrodipo, setiap rukyat al-hilal yang dilakukan di sana sering

berhasil.

Alasan penulis ingin melakukan penelitian di pantai Tanjung Kodok

Lamongan dan bukit Condrodipo Gresik adalah ingin mengetahui bagaimana

rukyat yang dilakukan di dua tempat tersebut apakah benar di Pantai Tanjung

Kodok jarang berhasil melihat hilal sedangkan di Bukit Condrodipo sering

berhasil. Kemudian penulis bandingkan antara keduanya yang kami lihat dari sisi

letaknya yang jauh dari ufuk dan dekat dari ufuk dan bagaimana tingkat

keberhasilan rukyat yang dilakukan di dua tempat tersebut. Bagaimana bisa dua

29 Diperoleh dari http://wikimapia.org/8971687/id/Balai-Rukyat-LFNU-Gresik-Condrodipo, pada hari Ahad, 22 April 2012 pukul 15:41 WIB.

10

tempat yang letaknya tidak berjauhan tetapi tingkat keberhasilan rukyatnya sangat

ekstrim.

Seberapa besar tingkat keberhasilan rukyat yang dilakukan di Pantai

Tanjung Kodok dan Bukit Condrodipo. Apakah ada korelasi antara lokasi rukyat

dengan tingkat keberhasilan rukyat. Penulis membatasi penelitian ini dari tahun

2008-2011 agar penelitian ini bisa mendalam dan tidak terlalu meluas. Dari data

yang ada akan penulis telusuri dari sudut ketinggian hilal, apakah perbedaannya

terlalu signifikan sehingga berpengaruh pada terlihat dan tidak terlihatnya hilal.

Ataukah ada faktor lain yang menyebabkan berhasil dan tidaknya rukyat yang

dilakukan di dua tempat tersebut.

Dari data yang ada dan pelaksanaan rukyat yang telah dilakukan sejak

tahun 2008-2011 sebagai pijakan awal bagaimana rukyat yang sebelumnya telah

dilakukan sehingga untuk pelaksanaan rukyat yang akan datang bisa dipersiapkan

agar rukyat bisa memungkinkan berhasil.

Selain itu penulis juga ingin tahu sejarah awal pemakaian dua tempat

tersebut. Kenapa kedua tempat tersebut selalu digunakan sebagai tempat observasi

untuk penentuan awal bulan. Sebenarnya apa yang mempengaruhi sehingga tidak

semua tempat rukyat bisa mudah melihat hilal. Apakah ada kriteria tertentu atau

harus ditempat tertentu agar hilal mudah dilihat. Pertanyaan-pertanyaan itulah

yang mendorong penulis tertarik untuk mengangkatnya dalam bentuk skripsi

dengan judul “Analisis Tingkat Keberhasilan Rukyat di Pantai Tanjung

Kodok Lamongan dan Bukit Condrodipo Gresik Tahun 2008 – 2011”.

11

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, dan untuk

membatasi agar skripsi lebih spesifik dan tidak terlalu melebar, maka dapat

dikemukakan pokok permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini.

Pokok-pokok permasalahan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Apa faktor yang menyebabkan perbedaan tingkat keberhasilan rukyat di Pantai

Tanjung Kodok dan Bukit Condrodipo?

2. Apa kelebihan dan kekurangan rukyat yang dilakukan di Pantai Tanjung

Kodok dan Bukit Condrodipo?

C. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan permasalahan di atas, maka dalam menyusun skripsi ini

ada beberapa tujuan yang hendak dicapai penulis antaranya:

1. Untuk mengetahui faktor yang menyebabkan perbedaan tingkat keberhasilan

rukyat yang dilakukan di Tanjung Kodok dan Bukit Codrodipo tahun 2008-

2011.

2. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan rukyat yang dilakukan di

Tanjung Kodok dan Bukit Condrodipo.

D. Manfaat Penelitian

1. Diharapkan dapat diketahui penyebab kegagalan rukyat yang dilakukan di

Tanjung Kodok yang telah dibandingkan dengan Bukit Condrodipo.

12

2. Diharapkan dapat memberi kontribusi dan pemahaman terhadap para pihak

atau tim rukyat tentang faktor yang harus dipersiapkan dan jika ada kesalahan

bisa diperbaiki agar rukyat diharapkan bisa berhasil.

3. Dari sisi akademis kegunaan penelitian di samping berguna bagi

pengembangan ilmu penulis juga dapat bermanfaat bagi peneliti-peneliti yang

akan datang. Pentingnya hasil penelitian ini bagi peneliti-peneliti yang akan

datang terutama terletak pada sisi ketersediaan data awal, karakteristik

termasuk masalah-masalah yang belum mendapatkan analisis yang fokus.

E. Telaah Pustaka

Permasalahan penentuan awal bulan Kamariah merupakan satu hal yang

sampai saat ini menimbulkan banyak persepsi dan perbedaan. Beragam kitab

karya ulama falak yang muncul dan menjadi acuan dalam penentuan awal bulan

Kamariah ini, yang diantara kitab-kitab falak itu ada yang diangkat ke dalam

tulisan berupa penelitian atas pemikiran tokoh yang mengarang kitab tersebut.

Penulis kemudian menemukan bahwa hampir setiap buku falak secara

umum di dalamnya terdapat salah satu bab yang menjelaskan tentang rukyat al-

hilal. Diantara buku-buku tersebut adalah Fiqh Hisab Rukyah karya Ahmad

Izzuddin30. Yang mana di dalamnya diuraikan; diantaranya adalah penentuan awal

bulan Kamariah dengan menggunakan metode rukyat al-hilal. Kemudian Ilmu

Falak (Dalam Teori dan Praktek) karya Muhyiddin Khazin31. yang menjelaskan

diantaranya bagaimana seharunya dilakukan rukyat dan persiapan yang harus

30 Ahmad Izzuddin, Fiqih Hisab Rukyah, Jakarta: Erlangga, 2002, hlm. 8. 31 Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktik, op.cit., hlm. 8.

13

dilakukan agar maksud dan tujuan pelaksanaan rukyat al-hilal dapat tercapai

secara optimal. Kemudian Almanak Hisab Rukyat karya Badan Hisab dan Rukyat

Departemen Agama yang didalamnya terdapat penjelasan tentang faktor-faktor

yang mempengaruhi rukyat al-hilal.32

Selayang Pandang Hisab Rukyat yang diterbitkan oleh DIK Ditjen Bimas

Islam Dan Penyelenggaraan Haji Departemen Agama, berisi tentang artikel-artikel

tentang Hisab Rukyat dan Permasalahannya, Teknologi Hisab Rukyat,

Mekanisme Penentuan Awal Bulan Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah.33

Pedoman Tehnik Rukyat, di dalamnya terdapat pengertian, dasar hukum, dan

peranan rukyat, persiapan dan pelaksanaan rukyat, serta laporan hasil rukyat.34

Mengkompromikan Rukyat dan Hisab karya Tono Saksono, yang

mengupas tentang bagaimana kesulitan dalam melaksanakan rukyat. Makalah

Ahmad Ghazalie Masroeri yang berjudul Rukyat al-hilal Pengertian Dan

Aplikasinya, yang diuraikan tentang pengertian, sistem, dan penentuan awal bulan

Kamariah yang didasarkan pada rukyat.35

Ada beberapa penelitian yang berhubungan dengan masalah rukyat al-

hilal dan bulan Kamariah yang ditinjau dari berbagai segi. Seperti Oki Yosi yang

mengangkat skripsi dengan judul Studi “Analisis Hisab Rukyat Lajnah Falakiyah

Al Husiniyah Cakung Jakarta Timur Dalam Penetapan Awal Bulan Qomariyah

(Studi Kasus Penetapan Awal Syawal 1427 H / 2006 M)” yang mengungkap

32 Badan Hisab dan Rukyat Dep. Agama, loc. cit.

33 Direktorat Pembinaan Peradilan Agama Ditjen Bimas Islam Dan Penyelenggaraan Haji Departemen Agama, Selayang Pandang Hisab Rukyat, Jakarta: DIK Ditjen Bimas Islam Dan Penyelenggaraan Haji Departemen Agama, 2004. 34 Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Pedoman Tehnik Rukyat, Jakarta: Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, 1994/1995.

35 Ahmad Ghazalie Masroeri loc.cit.

14

metode hisab rukyat yang digunakan oleh Lajnah Falakiyah Al Husiniyah serta

analisis terhadap metode hisab rukyat Lajnah Falakiyah Al Husiniyah. Tujuan

penelitian skripsi ini adalah mengungkap metode hisab rukyat yang digunakan

oleh Lajnah Falakiyah Al Husiniyah serta analisis terhadap metode hisab rukyat

Lajnah Falakiyah Al Husiniyah.36

Thomas Djamaluddin dengan Analisis Visibilitas Hilal Untuk Usulan

Kriteria Tunggal di Indonesia yang membahas tentang beberapa alternatif kriteria

berdasarkan analisis data rukyat di Indonesia dan Internasional untuk digunakan

sebagai dasar penyusunan kriteria tunggal hisab rukyat di Indonesia. Di dalamnya

dijelaskan mengenai Kriteria visibilitas hilal, baik kriteria visibilitas hilal

Internasional maupun kriteria visibilitas hilal Indonesia, serta Kriteria Hisab-

Rukyat Indonesia.37 Ada pula makalah Muh. Ma’rufin Sudibyo “Mengenal Lebih

Lanjut Kriteria Visibilitas Hilal Indonesia”, yang menjelaskan tentang kriteria

imkanur rukyat dan kelemahannya, basis data visibilitas hilal Indonesia dan

kriteria RHI, serta evaluasi dan justifikasi terhadap kriteria RHI.38

Penelitian Muh. Ma’rufin Sudibyo yang berjudul “Data Observasi Hilal

2007–2009 di Indonesia”, membahas tentang tahap awal dari upaya menuju

kalender Hijriah tunggal di Indonesia, yang dimulai dari langkah paling awal,

yakni pengumpulan data observasi, analisis dan penarikan kesimpulan secara

36 Oki Yosi, Studi Analisis Hisab Rukyat Lajnah Falakiyah Al Husiniyah Cakung Jakarta Timur Dalam Penetapan Awal Bulan Qomariyah (Studi Kasus Penetapan Awal Syawal 1427 H / 2006 M), Skripsi Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang, 2011.

37 Thomas Djamaluddin, Matahari dan Lingkungan Antariksa, Jakarta: Dian Rakyat, cet. IV, 2010, hlm. 67 – 76. 38 Muh. Ma’rufin Sudibyo, Variasi Lokal dalam Visibilitas Hilaal: Observasi Hilaal di Indonesia pada 2007–2009. Prosiding Pertemuan Ilmiah XXV Himpunan Fisika Indonesia, Purwokerto, 9 April 2011. Lihat pula pada http://iix.server.kafeastronomi.com, Sabtu, 26 Mei 2012, 11:01 WIB.

15

empiris. Di dalamnya dibahas bagaimana kampanye observasi Bulan sebagai hilal

telah berlangsung sejak 2007 tahun silam dan masih berlanjut hingga kini,

bagaimana prosedur operasional pelaksanaan observasi dan data–data yang

diperoleh hingga membentuk Basis Data Visibilitas Indonesia (BDVI) serta

perbandingannya dengan basis data internasional yang telah terseleksi, serta

bagaimana analisis yang telah dilakukan terhadap basis data ini, yang

menghasilkan usulan kriteria visibilitas Indonesia serta usulan definisi hilal secara

kuantitatif. 39

Dari telaah pustaka tersebut, menurut penulis belum ada kajian ilmiah

atau skripsi yang membahas secara spesifik tentang Tingkat Keberhasilan Rukyat

Di Pantai Tanjung Kodok Lamongan Dan Bukit Condrodipo Gresik Jawa Timur

Tahun 2008 - 2011.

F. Metodologi Penelitian

Berdasar pada kajian diatas, penulis akan menggunakan metode

penelitian yang dianggap relevan guna mendukung upaya mengumpulkan dan

menganalisis data-data yang dibutuhkan dalam skripsi ini.

1. Jenis Penelitian

Peneletian ini merupakan jenis penelitian kualitatif40, sehingga metode

penelitiannyapun menggunakan metode kualitatif. Hal ini disebabkan karena

39 Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Ilmu Falak Rukyat al-hilal Indonesia, Data Observasi Hilal 2007–2009 di Indonesia, Yogyakarta, 2012. 40 Analisis Kualitatif pada dasarnya lebih menekankan pada proses dekuktif dan induktif serta pada analisis terhadap dinamika antar fenomena yang diamati, dengan menggunakan logika ilmiah. Lihat dalam Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet-5, 2004, hlm. 5.

16

dalam penelitian ini hasil penelitian lebih berkenaan dengan interprestasi

terhadap data yang ditemukan.

Selain itu, penelitian ini juga tergolong pada jenis penelitian

kepustakaan (Library Research) karena dalam penelitian ini penulis akan

melakukan penelitian dengan menelaah data-data dan dokumen hasil rukyat

yang dilakukan di Pantai Tanjung Kodok dan Bukit Condrodipo untuk

mengetahui bagaimana rukyat yang dilakukan di dua tempat tersebut dari tahun

2008-2011.

Selain data-data dan dokumen hasil rukyat yang diteliti sebagai

sumber utama peneliti juga melakukan penelitian dengan menelaah bahan-

bahan pustaka, baik berupa buku, ensiklopedi, jurnal, majalah dan sumber

lainnya yang relevan dengan topik yang dikaji.41

2. Sumber Data

Berdasarkan jenis data yang dikumpulkan, ada dua jenis data yang

menjadi sumber penelitian ini, yakni data primer dan sekunder.

1) Sumber Data Primer

Data primer42 ini merupakan data yang berasal langsung dari sumber

data yang dikumpulkan dan juga berkaitan dengan permasalahan yang

diteliti. Sumber primer dalam penelitian ini adalah dokumen-dokumen hasil

rukyat al-hilal yang dilakukan di Pantai Tanjung Kodok dan Bukit

Condrodipo. Serta hasil wawancara dengan Ketua Lajnah Falakiyah

41 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta: Rajawali, 1986, hlm. 15.

42 Data Primer adalah data yang dikumpulkan oleh peneliti dari sumber pertamanya. Lihat di Sumardi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta “: Grafindo Persada,1995) Cet ke II, hlm. 84-85.

17

Lamongan dan Ketua Lajnah Falakiyah Gresik yang telah mengikuti rukyat

di dua tempat tersebut.

2) Sumber Data Sekunder

Data sekunder43 adalah data-data pendukung atau tambahan yang

merupakan pelengkap dari data primer di atas. Data sekunder ini penulis cari

dari buku-buku, artikel-artikel, karya ilmiah yang dimuat dalam media

massa seperti majalah dan surat kabar, serta jurnal ilmiah maupun laporan –

laporan hasil penelitian dan data-data yang diterbitkan oleh lembaga-

lembaga pemerintah tentang rukyat al-hilal yang pernah dilakukan di dua

tempet tersebut.

3. Metode pengumpulan data

a. Dokumentasi

Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti meneliti dan

manganalisis dokumen hasil rukyat al-hilal yang dilakukan di Pantai

Tanjung Kodok dan Bukit Condrodipo dan benda-benda tertulis seperti

buku-buku yang berhubungan dengan rukyat al-hilal. Teknik ini digunakan

untuk mengetahui bagaimana rukyat yang telah dilakukan di dua tempat

tersebut dan bagaimana hasilnya.

b. Wawancara

Dalam metode interview ini, penulis mengadakan wawancara dengan

Ketua Badan Hisab Rukyat Lamongan dan Gresik dan Ketua Lajnah

Falakiyah yang biasa melakukan rukyat di Pantai Tanjung Kodok dan Bukit

43 ibid.

18

Condrodipo. Wawancara terhadap ketua dan pengurus ini bertujuan

mendapatkan data mengenai rukyat yang dilakukan di Tanjung Kodok dan

Condrodipo dan metode apa yang digunakan.

Wawancara juga dilakukan terhadap pakar falak di luar Lajnah

falakiyah untuk mendapatkan informasi sehubungan dengan penelitian ini.

Serta BMKG untuk mengetahui bagaimana kondisi klimatologi pada waktu

rukyat dilakukan di Tanjung Kodok dan Bukit Condrodipo dari tahun 2008-

2011. Wawancara ini dilakukan untuk mendukung data primer yakni

dokumen hasil rukyat, ssehingga informasi yang belum penulis dapatkan

dari dokumen tersebut akan penulis peroleh dari hasil wawancara ini.

4. Metode Analisis Data

Dalam menganalisa data penulis akan menganalisis dengan

menggunakan metode deskriptif serta metode analisis komparatif. Setelah data-

data yang dibutuhkan terpenuhi, kemudian data-data tersebut diolah dan

dianalisis bersamaan dengan proses penyajiannya dengan metode deskriptif-

analitik,44 metode yang akan menggambarkan sifat atau keadaan yang

dijadikan objek dalam penelitian, dan juga menganalisis keadaan tersebut.

Selain itu penulis juga menggunakan analisis komparatif, dalam hal

ini penulis akan mengkomparasikan antara Pantai Tanjung Kodok dan Bukit

Condrodipo. Analisis ini diperlukan untuk mengetahui bagaimana rukyat yang

dilakukan di Tanjung Kodok tidak berhasil sedangkan di Condrodipo berhasil

melihat hilal. Faktor apa yang mempengaruhi perbedaan tersebut, apakah dari

44 Analisis yang bertujuan untuk memberikan diskripsi mengenai subjek penelitian berdasarkan data dari variable yang diperoleh dari mazhab subjek yang diteliti dan tidak dimaksud untuk menguji hipotesis. Saifuddin Azwar, op.cit., hlm. 126.

19

metode yang digunakan,alat, perukyat atau cuaca, atau ada faktor lain sehingga

di Tanjung Kodok hilal tidak dapat dilihat tetapi di Condrodipo berhasil dilihat.

Adapun alur kerja dari penelitian ini sebagai berikut:

Gambar 1.1 Alur Kerja Penelitian

Gambar 1.1 Alur Kerja Penelitian

G. Sistematika Penulisan

Skripsi ini terdiri atas tiga bagian besar pertama bagian muka meliputi

halaman judul skripsi, persetujuan pembimbing, pengesahan, motto, persembahan,

deklarasi, abstrak, kata pengantar dan daftar isi.

Bagian kedua adalah bagian isi terdiri atas 5 bab dengan masing-masing

sub bab permasalahan. Bab I berupa pendahuluan meliputi latar belakang

masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, telaah

pustaka, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

Sumber Data Tehnik:

1. Data primer; dokumen hasil rukyat. 2. Data Sekunder; buku-buku, artikel-artikel, karya ilmiah selain data primer.

1. Deskriptif; menggambarkan sifat atau keadaan. 2. Komparatif; mengkomparasikan antaraTanjung Kodok dan Bukit

Analisis

1.Dokumentasi; dokumen hasil. rukyat 2. Wawancara; Ketua BHR, Lajnah Falakiyah,

1. Tingkat keberhasilan rukyat yang dilakukan di Pantai Tanjung Kodok dan Bukit Codrodipo tahun 2008-2011. 2. Faktor yang menyebabkan perbedaan hasil rukyat antara Pantai Tanjung Kodok dan Bukit Condrodipo. 3. Kriteria yang dibutuhkan untuk keberhasilan rukyat di Pantai Tanjung Kodok dan Bukit Condrodipo.

Hasil

20

Berikutnya bab II yaitu mengenai landasan teori yang memuat sekilas

penjelasan tentang rukyat al-hilal, penafsiran dan pendapat para ulama’ tentang

rukyat al-hilal, pelaksanaan rukyat al-hilal di Indonesia, serta problematika rukyat

al-hilal.

Bab III mengenai kondisi geografis dan klimatologis Pantai Tanjung

Kodok dan Bukit Condrodipo, sejarah tentang pelaksanaan rukyat al-hilal di

Pantai Tanjung Kodok dan Bukit Condrodipo. Pada bab ini juga akan dipaparkan

data hasil rukyat di Pantai Tanjung Kodok dan Bukit Condrodipo dari tahun 2008-

2011.

BAB IV merupakan pokok daripada pembahasan penulisan skripsi ini

yakni meliputi analisis faktor yang menyebabkan perbedaan tingkat keberhasilan

rukyat di Pantai Tanjung Kodok dan Bukit Condrodipo tahun 2008-2011. Dan

analisis kelebihan dan kekurangan rukyat yang dilakukan di Pantai Tanjung

Kodok dan Bukit Condrodipo.

Terakhir adalah Bab V berupa penutup. Dalam penutup ini dipaparkan

kesimpulan, saran-saran dan kata penutup. Dan pada bagian ketiga adalah

lampiran-lampiran yang menerangkan dan mendukung data-data pada skripsi ini,

baik berupa surat keterangan, foto-foto, maupun data hasil wawancara dan lain-

lain.

21

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG RUKYAT AL-HILAL

A. Pengertian Rukyat al-hilal

Rukyat al-hilal terdiri dari dua kata dalam bahasa Arab, yakni rukyat

dan hilal. Rukyat ditinjau dari segi epistimologi terkelompokkan menjadi dua

pendapat

1, yaitu:

1. Kata rukyat adalah masdar dari kata ra’a yang secara harfiah diartikan

melihat dengan mata telanjang.

2. Kata rukyat adalah masdar yang artinya penglihatan, dalam bahasa inggris

disebut vision yang artinya melihat, baik secara lahiriah maupun batiniah.

Kata ‘rukyat’ menurut bahasa berasal dari kata ra’a- yara- ra’yan-

ru’yatan, yang bermakna melihat, mengira, menyangka, menduga2 dan ى��

.berarti berusaha melihat hilal ا���ل

Kata “ra’a” di sini bisa dimaknai dengan tiga pengertian. Pertama,

ra’a yang bermakna “abshoro” artinya melihat dengan mata kepala (ra’a bil

fi’li ), yaitu jika objek (maf’ul bih) menunjukkan sesuatu yang tampak (terlihat).

Kedua, ra’a dengan makna “’alima / adroka” artinya melihat dengan akal

pikiran (ra’a bil ‘aqli ) yaitu untuk objek yang berbentuk abstrak atau tidak

1 Burhanuddin Jusuf Habibie, Rukyah dengan Teknologi, Jakarta: Gama Insani Press, hlm. 14.

2 Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawir, Surabaya: Pustaka Progressif, 1997, cet. XIV, hlm. 494 – 495.

22

mempunyai objek. Ketiga, ra’a bermakna “dzonna / hasiba” artinya melihat

dengan hati (ra’a bil qolbi) untuk objek (maf’ul bih) nya dua.3

Beberapa pemaknaan tersebut kemudian memunculkan interpretasi

yang sudah tidak asing lagi bagi kita, yaitu istilah ra’a bil fi’li, ra’a bil aqli dan

ra’a bil qalbi. Ra’a bil fi’li berarti melihat hilal secara langsung (rukyat),

sedangkan ra’a bil ‘aqli menentukan hilal dengan hisab (menentukan awal

bulan dengan perhitungan matematis), dan ra’a bil qolbi adalah menentukan

awal bulan dengan intuisi (perasaan) tanpa menggunakan perhitungan atau

melihat hilal.

Hilal dalam bahasa Arab adalah kata isim yang terbentuk dari 3 huruf

asal, yaitu ha-lam-lam ( ل -ل -هـ ), sama dengan asal terbentuknya fi’il (kata

kerja) ,Hilal (jamaknya ahillah) artinya bulan sabit .اه dan tashrif-nya ه

suatu nama bagi cahaya bulan yang nampak seperti sabit. dalam اه dan ه

konteks hilal mempunyai arti bervariasi sesuai dengan kata lain yang

mendampinginya yang membentuk isthilahi (idiom). Bangsa Arab sering

mengucapkan :

.artinya bulan sabit tampak اه ا���ل dan ه ا���ل •

• .artinya seorang laki-laki melihat/memandang bulan sabit ه ا���

.artinya orang banyak teriak ketika melihat bulan sabit اه ا���م ا���ل •

.artinya bulan (baru) mulai dengan tampaknya bulan sabit ه ا��ــ�� •

3 Pendapat Ahmad Ghazalie Masroerie dalam Musyawarah Kerja dan Evaluasi hisab Rukyah tahun 2008 yang diselenggarakan oleh Badan Hisab Rukyah departemen Agama RI tentang Rukyat al-Hilal, Pengertian dan Aplikasinya, 27-29 Februari 2008, hlm. 1-2.

23

Jadi menurut bahasa Arab, hilal adalah bulan sabit yang tampak pada

awal bulan dan dapat dilihat.4

Dalam Kamus Ilmu Falak disebutkan, hilal atau ”bulan sabit” yang

dalam astronomi disebut crescent adalah bagian Bulan yang tampak terang dari

Bumi sebagai akibat cahaya Matahari yang dipantulkan olehnya pada hari

terjadinya ijtima’ sesaat setelah Matahari terbenam. Apabila setelah Matahari

terbenam, hilal tampak, maka malam itu dan keesokan harinya merupakan

tanggal satu bulan berikutnya5.

Apabila kata rukyat dan hilal dengan artinya tersebut digabungkan,

maka arti rukyat al-hilal adalah pengamatan dengan mata kepala terhadap

penampakan Bulan sabit sesaat setelah Matahari terbenam di hari telah

terjadinya ijtima’ (konjungsi).6 Muhyidin Khazin mendefinisikan rukyat al-

hilal sebagai suatu kegiatan atau usaha melihat hilal atau Bulan sabit di langit

(ufuk) sebelah Barat sesaat setelah Matahari terbenam menjelang awal bulan

baru khususnya menjelang bulan Ramadan, Syawal dan Dzulhijjah untuk

menentukan kapan bulan baru itu dimulai.7

4 ibid. 5 Muhyiddin Khazin, Kamus Ilmu Falak, Yogyakarta: Buana Pustaka, 2005, cet. I, hlm. 30. 6 Ahmad Ghazalie Masroeri, op.cit., hlm. 4. 7 Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktik, Yogyakarta: Buana Pustaka, t.t, cet. IV, hlm. 173. Definisi hilal bisa beragam karena itu bagian dari riset ilmiah, semua definisi itu semestinya saling melengkapi satu dengan lainnya. Bukan dipilih definisi parsial, tapi hilal harus didefinisikan dengan suatu definisi yang komprehensif. Misalnya, definisi lengkap yang dirumuskan sebagai berikut: hilal adalah bulan sabit pertama yang teramati di ufuk Barat sesaat setelah Matahari terbenam, tampak sebagai goresan garis cahaya yang tipis, dan bila menggunakan teleskop dengan pemroses citra bisa tampak sebagai garis cahaya tipis di tepi bulatan Bulan yang mengarah ke Matahari. Dari data-data rukyat al-hilal jangka panjang, keberadaan hilal dibatasi oleh kriteria hisab tinggi minimal sekian derajat bila jaraknya dari Matahari sekian derajat dan beda waktu terbenam Bulan-Matahari sekian menit serta fraksi iluminasi sekian prosen. T Djamaluddin, Redefinisi Hilal menuju Titik Temu Kalender Hijriyyah, http://t-djamaluddin.space.live.com

24

Pengertian rukyat al-hilal menurut syara’ adalah kesaksian hilal

dengan mata kepala setelah terbenamnya Matahari pada hari ke dua puluh

sembilan menjelang bulan baru Hijriah, dari orang yang beritanya dapat

dipercaya dan kesaksiannya dapat diterima. Kesaksian orang tersebut dijadikan

sebagai pedoman penetapan masuknya bulan baru.8 Dalam Kamus Ilmu Falak

disebutkan, rukyat al-hilal adalah usaha melihat atau mengamati hilal di tempat

terbuka dengan mata telanjang atau peralatan pada sesaat Matahari terbenam

menjelang bulan baru Hijriah.9

Dari sekian banyak definisi yang ada, dapat ditarik kesimpulan bahwa

rukyat al-hilal adalah kegiatan melihat (mengamati) Bulan baru dengan mata

telanjang atau peralatan yang dilaksanakan pada tanggal 29 bulan Kamariah

yang sedang berjalan pada saat Matahari terbenam di ufuk Barat di hari telah

terjadinya ijtima’ (konjungsi).

Sampai saat ini, rukyat yang selalu diperhatikan adalah rukyat untuk

menentukan awal bulan Ramadan, Syawal, dan Dzulhijjah. Dua bulan pertama

berkaitan dengan ibadah puasa dan hari raya Idul Fitri, sedangkan yang ketiga

berkaitan dengan ibadah Haji. Keberhasilan rukyat sendiri sangatlah

bergantung pada kondisi ufuk sebelah Barat saat Matahari terbenam. Selain itu,

ketajaman mata juga mempengaruhi hasilnya.

8 Abu ‘Umar, al-Mausu’ah al-Fiqhiyyah al-Kuwaitiyyah, juz I, hlm. 7597. 9 Muhyiddin Khazin, Kamus Ilmu Falak, op.cit., hlm. 69.

25

B. Dasar Hukum Rukyat al-hilal

Rukyat sebagai dasar penentuan awal bulan Kamariah, khususnya

awal bulan Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah didasarkan atas pemahaman

bahwa nash-nash tentang rukyat itu bersifat ta’abbudi. Dasar hukum rukyat al-

hilal ada dua, yaitu dasar hukum al-Quran dan dasar hukum al-Hadis.

1. Dasar Hukum al-Qur’an:

a. Surat al-Baqarah ayat 185

Dalam ayat berikut ini, Allah swt menyatakan bahwa barang

siapa yang menyaksikan masuknya bulan wajib untuk melakukan

puasa.

ã� öκy− tβ$ ŸÒ tΒ u‘ ü“Ï%©!$# tΑÌ“Ρé& ϵŠÏù ãβ#u ö� à)ø9 $# ”W‰èδ Ĩ$ ¨Ψ=Ïj9 ;M≈oΨÉi�t/uρ z ÏiΒ

3“y‰ßγ ø9 $# Èβ$ s%ö�à�ø9 $#uρ 4 yϑsù y‰Íκy− ãΝä3ΨÏΒ t� öꤶ9 $# çµôϑÝÁ uŠù=sù ( tΒ uρ tβ$Ÿ2

$ ³ÒƒÍ÷s∆ ÷ρr& 4’ n?tã 9� x�y™ ×Ïèsù ôÏiΒ BΘ$ −ƒ r& t� yzé& 3 ߉ƒ Ì� ムª!$# ãΝà6Î/ t� ó¡ãŠø9 $# Ÿωuρ

߉ƒ Ì� ムãΝà6 Î/ u�ô£ãè ø9 $# (#θ è=Ïϑò6 çGÏ9 uρ nÏè ø9 $# (#ρç�Éi9 x6 çGÏ9 uρ ©!$# 4† n? tã $ tΒ

öΝä31 y‰yδ öΝà6 ¯=yès9 uρ šχρã� ä3ô±n@

Artinya: (Beberapa hari yang ditentukan itu adalah) bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). karena itu, Barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan Barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas

26

petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur (Q.S al-Baqarah: 185).10

Sebagian mufassir memahami ayat ini dengan “barang siapa di

antara kamu melihat hilal di bulan Ramadhan maka hendaklah ia

berpuasa pada bulan itu”. Al-Maraghi dalam tafsirnya memaknai ayat

ini dengan “Barang siapa menyaksikan masuknya bulan Ramadhan

dengan melihat hilal sedang ia tidak bepergian, maka wajib

berpuasa”.11

b. Surat al-Baqarah ayat 189

š�tΡθ è=t↔ó¡o„ Ç tã Ï' ©#Ïδ F{$# ( ö≅è% }‘Ïδ àM‹Ï%≡ uθ tΒ Ä¨$ ¨Ψ=Ï9 Ædkys ø9 $#uρ 3 }§øŠs9 uρ •�É9 ø9 $# βr' Î/

(#θ è?ù' s? šVθãŠç6 ø9 $# ÏΒ $ yδ Í‘θ ßγ àß £ Å3≈ s9 uρ §�É9 ø9 $# ÇtΒ 4†s+?$# 3 (#θ è?ù&uρ šVθã‹ ç7ø9 $# ôÏΒ

$ yγ Î/≡ uθö/r& 4 (#θ à)?$#uρ ©!$# öΝà6=yès9 šχθßs Î=ø�è?

Artinya: Mereka bertanya kepadamu tentang Bulan sabit. Katakanlah: "Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji; dan bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebajikan itu adalah kebajikan orang yang bertakwa. dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintu-pintunya; dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.(Q.S. al-Baqarah : 189).12

Ada dua hal yang dapat dipahami dari ayat ini. Pertama,

adanya rukyat sebelum ayat ini turun. Sebelum mereka bertanya,

tentunya mereka terlebih dahulu telah melihat hilal. Kedua, fungsi hilal

10 Departemen Agama Republik Indonesia, al-Quran dan terjemahnya, Bandung: CV Penerbit Jamanatul Ali-ART, 2005, hlm. 23.

11 Ahmad Mustafa Al-Maragi, (ed.), Tafsir Al-Maragi Juz II, diterjemahkan oleh K. Anshori Umar Sitanggal, et al., dari “Tafsir Al-Maragi (Edisi Bahasa Arab)”, Semarang: Toha Putra, 1993, cet. II, hlm. 127.

12 Departemen Agama Republik Indonesia, al-Quran dan terjemahnya, op.cit., hlm. 91.

27

sebagai kalender bagi kegiatan manusia dan ibadah, termasuk ibadah

haji.13

c. Surat Yasiin ayat 39-40

t� yϑs)ø9 $#uρ çµ≈tΡö‘ £‰s% tΑΗ$oΨtΒ 4®L ym yŠ$tã Èβθ ã_ ó�ãèø9 $% x. ÉΟƒÏ‰s)ø9 $# ∩⊂∪ Ÿω ߧôϑ¤±9 $#

Èöt7.⊥ tƒ !$ oλ m; βr& x8Í‘ ô‰è? t� yϑs)ø9 $# Ÿωuρ ã≅ø‹ ©9 $# ß,Î/$ y™ Í‘$ pκ]9 $# 4 @≅ä.uρ ’ Îû ;7n=sù

šχθßs t7 ó¡o„ ∩⊆⊃∪

Artinya: Dan telah Kami tetapkan bagi Bulan manzilah-manzilah,

sehingga (setelah Dia sampai ke manzilah yang terakhir) Kembalilah Dia sebagai bentuk tandan yang tua. Tidaklah mungkin bagi Matahari mendapatkan Bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. dan masing-masing beredar pada garis edarnya. (Q.S. Yaasin ayat : 39-40).14

Ayat ini menjelaskan fase-fase Bulan. Pada awal bulan, Bulan

terlihat kecil berbentuk sabit, kemudian sesudah menempati manzilah-

manzilah, Bulan menjadi purnama, kemudian pada manzilah terakhir

kelihatan seperti tandan kering yang melengkung.

d. Surat Yunus ayat 5

uθ èδ “Ï%©!$# Ÿ≅ yèy_ š[ôϑ¤±9 $# [ !$ u‹ ÅÊ t� yϑs)ø9 $#uρ # Y‘θ çΡ …çνu‘ £‰s%uρ tΑΗ$oΨtΒ (#θßϑn=÷ètF Ï9

yŠ y‰tã t ÏΖÅb¡9 $# z>$ |¡ Ås ø9 $#uρ 4 $ tΒ t,n=y{ ª!$# š�Ï9≡sŒ āω Î) Èd,ys ø9 $$ Î/ 4 ã≅Å_Á x�ãƒ

ÏM≈tƒ Fψ$# 5Θöθ s)Ï9 tβθ ßϑn=ôètƒ

Artinya: Dia-lah yang menjadikan Matahari bersinar dan Bulan

bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui

13 A. Ghazalie Masroeri, Rukyatul HilalPengertian dan Aplikasinya, op.cit., hlm. 5. 14 Departemen Agama Republik Indonesia, al-Quran dan terjemahnya, op.cit., hlm. 353.

28

bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.(Q.S. Yunus ayat : 5 ).15

Al-Maraghi dalam tafsirnya jilid 4 halaman 67

mengemukakan, bahwa: “Allah menetapkan perjalanan Bulan pada

orbitnya beberapa manzilah, setiap malam menempati satu manzilah,

tidak akan melampaui dan tidak akan mengurangi manzilah-manzilah

yang telah ditetapkan, yaitu sebanyak 28 (manzilah), pada manzilah-

manzilah itu Bulan terlihat oleh mata, dan satu malam atau 2 malam

Bulan tertutup maka Bulan tidak dapat dilihat.”16

Ayat 5 dari surat yunus ini mengisyaratkan bahwa pengetahuan

tentang bilangan tahun dan hitungan waktu dapat diperoleh setelah

dilakukan rukyat (observasi) terhadap penampakan Bulan pada

manzilah-manzilah-nya selama 28 hari. Ayat ini menunjukkan dan

menghendaki adanya rukyat untuk penentuan waktu dan bilangan

tahun.17

2. Dasar Hukum al-Hadis

a. Hadis riwayat Ibnu Umar

�� ا���� ��� �� ��! "#�� أ&� أ$� ��! "��� أ&� &*� &) أ&( '� ��! ,-�. )�( ا&( 7�� ر8) ا���� ��7��أن� ر$�ل ا���� 3��4 ا���� ���� و$��1 ذآ� (- �#���ل ا����� ه*:ا وه*:ا وه*:ا �1 ��� إ&�- �;��ر#=�ن -=�ب &

�A�" -@�#�ا ��ؤ;<��A�روا �� ا�B�- 1*��� (7Cن أD- �>;�وا ��ؤE-وأ )� �� )1�G# H18)روا

15 ibid., hlm. 531.

16 Ahmad Mustafa Al-Maragi, (ed.), Tafsir Al-Maragi Jus 4, op.cit., hlm. 67.

17 A. Ghazalie Masroeri, Rukyatul HilalPengertian dan Aplikasinya, op.cit., hlm. 6.

18 Maktabah Syamilah, Shahih Muslim, edisi ke-2, juz. V, hlm. 431, hadis ke-1796.

29

Artinya: Bercerita kepada kami Abu Bakar bin Abi Syaibah bercerita kepada kami Abu Usamah bercerita kepada Kami Ubaidillah dari Nasi’ bin Umar radiallahu anhu bahwa Rasulullah Saw menuturkan masalah bulan Ramadan sambil menunjukkan kedua tangannya kemudian berkata;bulan itu seperti ini, seperti ini, seperti ini, kemudian menelungkupkan ibu jarinya pada saat gerakan yang ketiga. Maka berpuasalah kalian karena melihat hilal dan berbukalah karena melihat hilal pula, jika terhalang oleh awan terhadapmu maka genapkanlah tiga puluh hari. (HR. Muslim)

b. Hadis riwayat Abu Hurairoh

�ل KL7$ أ&� ه�;�ة ر8) B د�� #�7O� &( ز;� ��! "�L' �� Pدم !�� �� ��!

1$��ل أ&� ا��B ل�B و$��1 أو ���ل ا����)Q 3��4 ا���� ��B � ;��ل�ا���� �

�*1 3��4 ا���� ���� و1��$ #�4�� (R�C نD- �>;�وا ��ؤE-ا ��ؤ;<� وأ�

)� ��ن ��L' آ7��ا ���ةS-)ري�U� )19 رواH ا�

Artinya: Bercerita kepada kami Adam bercerita kepada kami Syu’bah

bercerita kepada kami Muhammad bin Ziyad dia berkata saya menedengar Abu Hurairah dia berkata Nabi Saw bersabda atau berkata Abu Qosim Saw berpuasalah kamu karena melihat hilal dan berbukalah karena melihat hilal pula, jika hilal terhalang oleh awan terhadapmu maka genapkanlah bulan Sya’ban tiga puluh hari. (HR. Bukhori)

Puasa Ramadhan wajib dilakukan dengan melihat hilal

masuknya bulan Ramadhan. Untuk melihat hilal tidak disyaratkan

diseluruh kaum muslim. Namun cukuplah kiranya jika “terlihatnya hilal

benar-benar dapat dibuktikan, sekalipun hanya melalui berita dari

seseorang yang berpredikat adil”. Apabila penglihatan terhalang oleh

19 Maktabah Syamilah, Shahih Bukhari, edisi ke-2, juz. VI, hlm. 481, hadis ke- 1776.

30

awan, baik untuk masuknya bulan Ramadhan ataupun keluarnya, maka

bilangan bulan digenapkan menjadi tiga puluh hari.20

Dari sekian dalil Al-Quran dan Al-Hadis, pokok masalah yang

utama adalah tidak adanya petunjuk operasional yang jelas, rinci, dan

bersifat kuantitatif seperti halnya masalah waris. Tentu ini ada

hikmahnya, ummat Islam ditantang untuk melakukan riset ilmiah untuk

memperjelas, merinci, dan mengkuantitaskan pedoman umum dalam

nash Al-Quran dan Al-Hadis. Sesuai dengan sifat riset ilmiah, tidak ada

yang bersifat benar mutlak untuk selamanya dan di segala tempat.

Semuanya bersifat dinamis.21

C. Pendapat Para Ulama’ tentang Rukyat al-hilal

Ada beberapa pendapat fuqaha dalam cara menetapkan awal

Ramadhan dan Syawal. Pendapat tersebut antara lain melalui rukyat oleh

kelompok besar, adapula yang berpendapat cukup rukyat oleh dua orang

muslim yang adil dan yang lain berpendapat cukup hanya rukyat oleh seorang

lelaki yang adil.22

Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa apabila langit cerah, maka

untuk menetapkan awal bulan Hijriah dengan persaksian orang banyak (jumlah

20 Bahrun Abu Bakar, Penjelasan Hukum-Hukum Syariat Islam (Terjemah Ibaanatul ahkam), Bandung: Penerbit Sinar Baru Algesindo, 1994, hlm. 1086.

21 T. Djamaluddin, Redefinisi Hilal Menuju Titik Temu Kalender Hijriyah, Dimuat di

Pikiran Rakyat, 20 dan 21 Februari 2004. 22 Wahbah Al-Zuhaily, (ed.), Fiqih Shaum, I’tikaf dan Haji (Menurut Kajian Berbagai Madzhab), diterjemahkan oleh Masdar Helmy, dari “Al-Fiqhul Islamy Wa Adillatuhu”, Bandung: C.V. Pustaka Media Utama, 2006, cet. I, hlm. 31.

31

dan teknisnya diserahkan kepada imam),23 tetapi jika keadaan langit tidak

cerah karena terselimuti awan atau kabut, maka imam cukup memegang

kesaksian seorang muslim yang adil24, berakal dan balig. Imam Malik

berpendapat bahwasanya tidak boleh berpuasa atau berhari raya dengan

persaksian kurang dari dua orang yang adil25. Atas rukyat seperti ini, maka

berpuasa atau berbuka telah berlaku baik bagi orang yang melihatnya atau

orang yang menyampaikan kabarnya, baik keadaan langit berawan atau

cerah.26

Imam Syafi’i dan Hambali berpendapat bahwasanya boleh memulai

puasa berdasarkan persaksian rukyat seorang lelaki, tetapi tidak boleh berhari

raya Idul Fitri berdasarkan persaksian kurang dari dua orang laki-laki.

Dari beberapa uraian tersebut bisa diketahui bahwa Fuqoha’ telah

sependapat bahwa untuk berhari raya Idul Fitri hanya dapat diterima persaksian

dua orang laki-laki.

Jumhur ulama (Hanafi, Maliki, dan Hambali) berpendapat bahwa

penetapan awal bulan Kamariah, terutama awal bulan Ramadhan harus

23 Salah satu syaratnya adalah adanya sekelompok orang, karena objek yang diamati tertuju pada satu titik yang sama sehingga harus dihindari adanya berbagai penghalang. Penglihatan harus mulus serta penuh konsentrasi dalam mencari awal bulan. Rukyat seorang diri kemungkinan akan timbul kekeliruan. Orang yang bersaksi melihat bulan (Ramadhan) menyatakan kesaksiannya dengan kalimat ”saya bersaksi”. Wahbah Al-Zuhaily, op.cit., hlm. 31-32. 24 Orang yang adil (menurut mazhab Hanafi) adalah orang yang kebaikanya lebih banyak dari pada kejelekannya atau walau tidak jelas identitasnya menurut pendapat yang shahih, baik lelaki atau wanita, merdeka atau budak, sebab masalah rukyat adalah masalah agama yang nilainya sama dengan meriwayat hadis. Wahbah Al-Zuhaily, ibid.. 25 Adalah lelaki yang merdeka balig serta berakal, tidak pernah berbuat dosa besar, tidak berbuat dosa kecil yang terus menerus serta tidak melakukan hal-hal yang menodai harga diri. 26 Ketika rukyat dalam keadaan langit tidak jelas, maka puasa Ramadhan tidak wajib dilaksanakan hanya menurut kesaksian seorang yang adil, seorang wanita atau dua orang wanita menurut pendapat yang mashur. Puasa tersebut hanya wajib dilaksanakan oleh yang menyaksikannya saja. Kesaksian itu boleh didasarkan atas kesaksian dua orang adil jika masing-masing beritanya disampaikan oleh dua orang adil atau lainnya dengan tida perlu menggunakan kalimat (aku bersaksi). Wahbah Al-Zuhaily, op.cit., hlm. 32-33.

32

berdasarkan rukyat. Menurut Hanafi dan Maliki apabila terjadi rukyat di suatu

negeri maka rukyat tersebut berlaku untuk seluruh dunia Islam dengan

pengertian selama masih bertemu sebagian malamnya27. Mazhab Syafi’i

berpendirian sama dengan Jumhur, yakni awal Ramadhan ditetapkan

berdasarkan rukyat. Perbedaannya dengan Jumhur adalah bahwa menurut

golongan ini rukyat hanya berlaku untuk daerah atau wilayah yang berdekatan

dengannya, tidak berlaku untuk daerah yang jauh.28

D. Pelaksanaan Rukyat al-hilal di Indonesia

Pelaksanan rukyat al-hilal di Indonesia diyakini sudah dimulai sejak

Islam masuk ke kepulauan nusantara pada abad pertama Hijriah. Hal ini terlihat

dari adanya perintah agama untuk melihat hilal sebelum umat Islam melakukan

ibadah puasa Ramadhan dan Idul Fitri. Koordinasi dan metode pelaksanaan

rukyat, dari masa ke masa mengalami perubahan dan perkembangan baik

dalam hal politik, ilmu pengetahuan dan teknologi.

1. Isbat Dari Pemerintah Dalam Penentuan Awal Ramadhan Dan Syawal

Penetapan (isbat) awal Ramadhan awal Syawal dilakukan oleh

pemerintah berdasakan hasil rukyat al-hilal atau istikmal.29 Garis besar

kaidah-kaidah penentuan awal bulan / isbat oleh pemerintah adalah

sebagai berikut:

27 Misalnya antara Indonesia dan Aljazair yang selisih waktunya antara 5-6 jam. 28 Direktorat Pembinaan Peradilan Agama Ditjen Bimas Islam Dan Penyelenggaraan Haji Departemen Agama, Selayang Pandang Hisab Rukyat, Jakarta: DIK Ditjen Bimas Islam Dan Penyelenggaraan Haji Departemen Agama, 2004, hlm. 31-32. 29 Pedoman Rukyat dan Hisab Nahdlatul Ulama, Diterbitkan oleh Lajnah Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, 2006, hlm. 39.

33

a. Penentuan didasarkan pada rukyat al-hilal, bukan berdasar hasil

perhitungan ilmu hisab.

b. Jika pada tanggal 29 setelah terbenamnya Matahari, tidak terlihat hilal

di atas ufuk, maka hitungan bulan disempurnakan menjadi 30 hari

(Istikmal).

Ketetapan pemerintah (isbat) mempunyai kekuatan hukum yang

berlaku kepada seluruh warga negaranya. Artinya, apabila pemerintah

telah menetapkan kapan jatuhnya hari raya Idul Fitri atau awal Ramadlan,

maka ketetapan tersebut berlaku secara umum. Ketetapan awal bulan oleh

pemerintah harus didasarkan kepada kesaksian dua orang saksi yang dapat

dipercaya, kecuali dalam penentuan awal bulan Ramadlan, maka cukup

dengan satu orang saksi.

2. Persiapan Rukyat

a. Membentuk Tim Pelaksana Rukyat

Agar pelaksanaan rukyat al-hilal terkoordinasi sebaiknya

dibentuk suatu tim pelaksanaan rukyat. Tim rukyat ini hendaknya

terdiri dari unsur-unsur terkait, misalnya Kementerian Agama (sebagai

koordinator), Pengadilan Agama, Organisasi Masyarakat, ahli hisab,

orang yang memiliki ketrampilan rukyah, dll. Selain itu sebuah Tim

rukyat dapat juga dibentuk dari suatu organisasi masyarakat dengan

koordinasi unsur-unsur terkait tersebut.

Lebih lanjut, tim rukyat ini hendaknya terlebih dahulu

menentukan tempat atau lokasi untuk pelaksanaan rukyat dengan

34

memilih tempat yang bebas pandangan mata ke ufuk Barat dan rata,

merencanakan teknis pelaksanaan rukyat dan pembagian tugas tim,

dan mempersiapkan segala sesuatunya yang dianggap perlu.30

b. Alat-Alat yang diperlukan Untuk Rukyat

Beberapa peralatan yang dapat dimanfaatkan untuk membantu

pelaksanaan rukyat di antaranya:

1) Gawang lokasi

Gawang lokasi adalah alat yang dibuat khusus untuk

mengarahkan pandangan ke posisi hilal.31 Alat yang tidak

memerlukan lensa ini diletakkan berdasarkan garis arah mata

angin yang sudah ditentukan sebelumnya dengan teliti dan

berdasarkan data hasil perhitungan tentang posisi hilal.32

2) Binokuler

Binokuler adalah alat bantu untuk melihat benda-benda

yang jauh. Binokuler ini menggunakan lensa dan prisma. Alat ini

berguna untuk memperjelas obyek pandangan. Sehingga bisa

digunakan untuk pelaksanaan rukyat al-hilal.

30 Muhyiddin Khazin, ilmu Falak dalam Teori dan Praktik, op.cit., hlm. 175. 31 Alat ini terdiri dari dua bagian yaitu: tiang pengincar dan gawang lokasi. Untuk mempergunakan alat ini, diharuskan menghitung tentang tinggi dan azimuth hilal dan pada tempat tersebut harus sudah terdapat arah mata angin yang cermat. Almanak Hisab Rukyat, op.cit., hlm. 128-129.

32 Caranya dengan menempatkan alat di depan pengamat saat Matahari terbenam dan pengamat akan melihat terus ke arah bingkai rukyat yang bisa diatur turun mengikuti gerakan hilal sampai terlihatnya hilal. Diperlukan kemampuan khusus mengoperasikan alat ini mengikuti arah gerakan hilal. Selayang Pandang Hisab Rukyat, op.cit., hlm. 28.

35

3) Rubu’ al-Mujayyab33

Alat ini sangat berguna untuk memproyeksikan peredaran

benda-benda langit pada bidang vertikal. Saat pelaksanaan rukyat

al-hilal, rubu’ al-mujayyab digunakan untuk mengukur sudut

ketinggian hilal (irtifa' ).

4) Theodolite

Peralatan ini termasuk modern karena dapat mengukur

sudut azimuth dan ketinggian / altitude (irtifa' ) secara lebih teliti

dibanding kompas dan rubu’ al-mujayyab. Theodolite modern

dilengkapi pengukur sudut secara digital dan teropong pengintai

yang cukup kuat.34

5) Teleskop

Teleskop yang cocok digunakan untuk rukyat adalah

teleskop yang memiliki diameter lensa (cermin) cukup besar agar

dapat mengumpulkan cahaya lebih banyak.

6) Tongkat Istiwa

Tongkat istiwa adalah alat sederhana yang terbuat dari

tongkat yang ditancapkan tegak lurus pada bidang datar dan

33 Rubu’ al-mujayyab adalah suatu alat hitung yang berbentuk segiempat lingkaran untuk hitungan goneometris. Rubu’ ini biasanya terbuat dari kayu atau semacamnya yang salah satu mukanya dibuat garis-garis skala sedemikian rupa. Sebagai alat peninggalan peradaban falak Islam masa lalu, rubu’ ternyata mampu menyelesaikan hitungan-hitungan trigonometri yang cukup teliti untuk masa itu. Hendro Setyanto, Rubu’ Al-Mujayyab, Bandung: Pudak Scientific, hlm.1. Lihat juga pada Almanak Hisab Rukyat, op.cit., hlm. 132. Lihat pula pada Muhyiddin Khazin, ilmu Falak dalam Teori dan Praktik, op.cit., hlm. 16. 34 Alat ini mempunyai dua buah sumbu, yaitu sumbu vertikal untuk melihat skala ketinggian benda langit, dan sumbu horizontal, untuk melihat skala azimuth-nya. Dengan demmikian teropong yang digunakan untuk mengincar benda langit dapat bebas bergerak ke semua arah. ibid., hlm. 134.

36

diletakkan di tempat tebuka agar mendapat sinar Matahari. Alat

ini berguna untuk menentukan waktu Matahari hakiki,

menentukan titik arah mata angin, dan menentukan tinggi

Matahari.35

Selain alat-alat di atas, untuk melengkapi dan mendukung

pelaksanaan rukyat bisa digunakan altimeter, busur derajat, GPS

(Global Positioning System), jam digital, jam istiwa’/jam surya ,

kalkulator, kompas, komputer, sektan, waterpass, benang, paku, dan

meteran untuk membuat benang azimuth dan lain-lain agar

memudahkan pelaksanaan rukyat.

c. Penentuan Lokasi36

Hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan observasi di

antaranya adalah tempat untuk observasi. Sehubungan dengan objek

pengamatan berada di sekitar ufuk, maka hal pertama yang harus

dilakukan untuk menghindari penghalang pandangan di permukaan

Bumi adalah mencari tempat pengamatan yang letaknya tinggi.

Pengamatan itu dapat dilakukan di puncak gedung-gedung yang

tinggi, menara atau puncak bukit.

Di tempat yang rendah atau di atas Bumi langsung bisa

dilakukan di tepi-tepi pantai yang terbuka sampai ufuk Barat

kelihatan. Daerah pandangan yang harus terbuka sepanjang ufuk

adalah sampai mencapai 28,5 derajat ke Utara maupun ke Selatan dari 35 ibid., hlm. 135-136. 36 Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Pedoman Tehnik Rukyat, Jakarta: Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, 1994/1995, hlm. 19-20.

37

arah Barat, karena Bulan berpindah-pindah letaknya sepanjang daerah

itu di antara kedua belahan langit. Matahari berpindah-pindah hanya

sampai sejauh 23,5 derajat ke Utara dan ke Selatan dari ekuator langit.

Menggunakan lokasi ufuk bukan laut akan timbul

permasalahan mengenai bagaimana menghitung ketinggian,

kerendahan ufuk untuk koreksi hilal dari tinggi hakiki ke tinggi hilal

mar’i. Padahal tidaklah mudah mencari lokasi rukyat berupa ufuk

bukan laut, tetapi yang ideal, yaitu yang ufuk tempat Matahari dan

Bulan tenggelam bebas dari hambatan baik berupa asap, uap air,

maupun gunung ataupun pepohonan dan gedung (bangunan).

Hal berikutnya yang harus diusahakan dalam penentuan

lokasi pengamatan adalah lokasi tersebut mempunyai cuaca yang

relatif baik sepanjang tahun. Disebabkan oleh letak geografis,

Indonesia dilewati oleh angin dari lautan yang luas dan juga sewaktu-

waktu dilewati angin dari daratan benua yang luas di udara. Dengan

demikian seluruh wilayah Indonesia sewaktu-waktu mengalami

musim hujan dan sewaktu-waktu mengalami musim kemarau.37

Sebagai akibat dari bentuk wilayah yang terdiri dari banyak sekali

37 Ada 2 musim di Indonesia yaitu musim hujan dan musim kemarau, pada beberapa tempat dikenal musim pancaroba, yaitu musim di antara perubahan kedua musim tersebut. Curah hujan di Indonesia rata-rata 1.600 milimeter setahun, namun juga sangat bervariasi; dari lebih dari 7000 milimeter setahun sampai sekitar 500 milimeter setahun di daerah Palu dan Timor. Daerah yang curah hujannya rata-rata tinggi sepanjang tahun adalah Aceh, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Bengkulu, sebagian Jawa Barat, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, Maluku Utara dandelta Mamberamo di Irian. http://id.wikipedia.org/wiki/Geografi_Indonesia, diakses pada 29 Mei 2012.

38

pulau38, maka udara di wilayah Indonesia lembab.. Oleh karena itu

keadaan cuaca sepanjang hari secara umum banyak memperlihatkan

awan di langit.

d. Penentuan Arah Geografis

Kedudukan Bulan pada suatu lokasi pengamatan, selain

ditentukan oleh ketinggian tempat juga ditentukan oleh letak

geografisnya, yaitu koordinat lintang dan bujur lokasi pengamatan.

Faktor ini berpengaruh kepada seberapa dekat posisi hilal dengan

lingkaran Matahari pada saat Matahari terbenam. Selain itu ketinggian

lokasi pengamatan dari atas permukaan laut juga harus diperhatikan,

semakin tinggi lokasi pengamatan kemungkinan terlihatnya hilal

semakin besar.39

Dua tempat yang letak geografisnya berbeda melihat bulan

pada saat bersamaan berada pada kedudukan yang berbeda pula.

Kedudukan itu dinyatakan oleh azimuth dan ketinggian Bulan di atas

ufuk. Azimuth ditentukan dari arah Utara atau Selatan sejajar dengan

horizon, sampai pada posisi benda langit itu. Pengukurannya sesuai

dengan gerak putaran jarum jam. Sehubungan dengan penentuan

38 Indonesia memiliki sekitar 17.504 pulau (menurut data tahun 2004; lihat pula: jumlah pulau di Indonesia), sekitar 6.000 di antaranya tidak berpenghuni tetap, menyebar sekitar katulistiwa, memberikan cuaca tropis. Pulau terpadat penduduknya adalah pulau Jawa, di mana lebih dari setengah (65%) populasi Indonesia. Indonesia terdiri dari 5 pulau besar, yaitu: Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Irian Jaya dan rangkaian pulau-pulau ini disebut pula sebagai kepulauan Nusantara atau kepulauan Indonesia. Agustus 2010, Kementerian Kelautan dan Perikanan, merevisi jumlah pulau di Indonesia dari 17.480 menjadi hanya 13.000. http://alamendah.wordpress.com/2011/09/13/berapa-jumlah-pulau-di-indonesia/, diakses pada 29 Mei 2012. 39http://tjerdastangkas.blogspot.com/2012/03/kegiatan-rukyah-atau-mengamati.html, diakses pada hari Kamis 03 Mei 2012.

39

azimuth itu, maka pada setiap lokasi pengamatan kedua arah tadi

harus diketahui dengan pasti.40

e. Menyatakan Cuaca sebelum Matahari Terbenam41

Hal ini penting sekali untuk mendapatkan gambaran umum

mengenai cuaca pada saat observasi dengan cara sebagai berikut:

1) Periksa horizon Barat di sekitar perkiraan terbenamnya Matahari

perkiraan terlihatnya Bulan.

2) Nyatakan keadaan cuaca itu menurut tingkatannya. Untuk

pengamatan ini dipakai perjanjian tingkatan cuaca sebagai

berikut:

Cuaca tingkat 1, apabila pada horison itu bersih dari awan,

birunya langit dapat terlihat jernih sampai ke horison.

Cuaca tingkat 2, apabila pada horison itu terdapat awan tipis yang

tidak merata, dan langit di atas horison terlihat keputih-putihan

atau kemerah-merahan.

Cuaca tingkat 3, apabila pada horison terdapat awan tipis yang

merata di sepanjang horison Barat, atau terdapat awan yang tebal

sehingga warna langit di horison Barat bukan biru lagi.

3. Teknis Pelaksanaan Rukyat di Lapangan

Sebelum rukyat dilaksanakan, ada beberapa segi yang melandasi

pelaksanaan rukyat yang perlu diketahui dan dipersiapkan dengan sebaik-

baiknya. Di dalam persiapan itu termasuk juga pemilihan lokasi atau

40 Pedoman Tehnik Rukyat, op.cit., hlm. 22-23. 41 Almanak Hisab Rukyat, op.cit., hlm. 57-58.

40

tempat yang memenuhi syarat yang diperlukan. Penggunaan jam yang

menunjuk waktu secara akurat adalah suatu hal yang juga diperlukan,

demikian juga dengan tanda-tanda penunjuk arah yang dijadikan patokan

dalam pengukuran posisi benda langit.42Hal-hal yang harus dipersiapkan

sebelum rukyat dilaksanakan di antaranya:

a. Membuat rincian perhitungan tentang arah dan kedudukan Matahari

serta hilal, sesuai dengan perhitungan bagi bulan yang bersangkutan.43

b. Membuat peta proyeksi rukyat sesuai dengan rincian perhitungan.

Diusahakan satu peta bagi setiap perukyat.

c. Menentukan kedudukan perukyat (syahid) dan memasang alat-alat

pembantu guna melokalisir (men-ta’yin-kan) jalur tenggelamnya hilal

untuk memudahkan pemantauan (pelaksanaan) rukyat, sesuai dengan

peta proyeksi rukyat.

d. Perukyat terus mencari jalur tenggelamnya hilal sesuai dengan waktu

yang diperhitungkan.

e. Perukyat boleh menggunakan alat yang diyakini bisa membantu

memperjelas pandangan.44

42 Pedoman Tehnik Rukyat, op.cit., hlm. 17. 43 Data itu selain menyebutkan ketinggian dan azimuth Bulan juga perlu menyatakan azimuth Matahari agar dapat diketahui apakah Bulan berada di sebelah Utara atau di sebelah Selatannya. ibid., hlm. 19. 44 Usaha untuk memperoleh detail dari pada objek pengamatan adalah dengan menggunakan teropong. Ada tiga fungsi utama yang dimiliki teropong yakni: meningkatkan kecermelangan objek pengamatan, membuat objek kelihatan lebih detail dibandingkan dengan mata telanjang, dan membuat objek tampak lebih besar, seolah-olah lebih dekat dengan pengamat. ibid., hlm. 18.

41

4. Laporan Hasil Rukyat45

Ada dua macam prosedur yang ditempuh dalam penyampaian

laporan hasil pelaksanaan rukyat al-hilal:

a. Prosedur struktural

Yaitu laporan bulanan dan tahunan yang disampaikan oleh

Pengadilan Agama kepada Pengadilan Tinggi Agama dan kepada

Ditbinbapera Islam, atau laporan tahunan dari Pengadilan Tinggi

Agama kepada Ditbinbapera Islam, yang memuat kegiatan rukyat yang

dilakukan oleh seluruh Pengadilan Agama yang ada di wilayah

juridiksinya. Di samping memuat data kegiatan rukyat yang dilakukan,

juga memuat kegiatan-kegiatan lain yang ada kaitannya dengan hisab

rukyat, seperti musyawarah, kursus, kerjasama dengan instansi lain dan

sebagainnya.

b. Prosedur non struktural

Yaitu laporan yang disampaikan langsung ke pusat, baik oleh

Pengadilan Agama, Pengadilan Tinggi Agama atau petugas lainnya di

luar laporan bulanan dan tahunan. Ada dua macam laporan dengan

prosedur non struktural:

a. Laporan lisan untuk kepentingan penentuan awal Ramadhan,

Syawal dan Dzulhijjah

b. Laporan tulisan untuk kepentingan teknis hisab rukyat.

45 ibid., hlm. 45-46.

42

E. Problematika Rukyatul Hilal

Mengamati lengkungan bulan (hilal) yang masih sangat tipis,

beberapa jam sesudah terjadi konjungsi, jarang bisa berhasil karena kondisi

alam cukup menyulitkan. Lengkungan bulan yang bisa dilihat oleh mata itu

adalah permukaan bulan yang terkena sinar cahaya Matahari dan oleh karena

itu lengkungan tersebut dekat berhadapan dengan Matahari.46

Kondisi alam yang menyulitkan pengamatan secara visual itu adalah

terangnya langit di sekitar bulan, sedangkan bulan sendiri bukanlah pemantul

cahaya yang baik. Hal ini membuat kontras antara lengkungan bulan dengan

langit sangat kecil. Dekatnya Bulan terhadap Matahari berarti Bulan

mempunyai ketinggian yang kecil di atas horizon pada saat Matahari terbenam.

Oleh karena itu waktu untuk pengamatan relatif singkat sekali, sebelum Bulan

tenggelam di bawah ufuk.

Keadaan hilal yang begitu tipis dan halus sangat sulit untuk dilihat.

Bulan adalah sebuah benda gelap yang tidak mempunyai cahaya sendiri. Yang

bisa dilihat adalah bagian Bulan yang disinari Matahari. Pada keadaan tertentu

cahaya Bumi (juga pantulan cahaya Matahari) dapat pula terlihat di Bulan,

memberikan kebulatan bulan yang utuh. Pada saat awal bulan, pengamatan itu

dilakukan pada waktu Matahari terbenam, keadaan langit pada waktu itu mulai

berubah. Pada siang hari Matahari terang, langitpun terang. Terangnya langit

ini disebabkan oleh cahaya Matahari yang disebarkan oleh udara Bumi.

46 ibid., hlm. 17.

43

Matahari terbenam, terangnya langit berkurang tetapi cahaya senja

masih terlihat sampai dengan waktu Isya tiba. Pada saat Matahari baru saja

terbenam, cahaya langit senja masih cukup terang, yang menyulitkan kita untuk

dapat melihat hilal. Bulan masih terlalu tipis, sehingga cahayanya hampir tidak

jauh berbeda dengan terangnya langit senja yang cerah tanpa awan.47

Faktor-faktor yang mempengaruhi rukyat al-hilal:

1. Faktor Alam

a. Manusia (Pengamat)48

Untuk melakukan praktik rukyat al-hilal, seseorang harus

memiliki keterampilan tertentu, antara lain:

1) Bagi mata orang awam yang belum terlatih melakukan rukyah akan

menemui kesulitan menemukan hilal yang dimaksud. Terkait dengan

warna hilal yang lembut dan tidak kontras dengan langit yang

melatarbekanginya49.

2) Mengetahui posisi hilal saat Matahari terbenam (ghurub). Sehingga

ketika proses rukyat, dia tidak melihat ke arah yang salah dan tentu

saja dia tidak akan menemukan hilal pada arah (yang salah) tersebut.

Data-data ini diperoleh dari perhitungan hisab.

3) Seorang yang akan melakukan rukyat al-hilal juga harus mengetahui

bentuk hilal yang dimaksud. Menurut penuturan Sriyatin Shadiq,

47 Almanak Hisab Rukyat, op.cit., hlm. 54. 48 Syarat-syarat seorang perukyah antara lain: harus adil dalam persaksiannya, harus mengucapkan dua kalimat Syahadah, dan dalam mengucapkan dua kalimat Syahadah, perukyah harus didampingi dua orang saksi. Lihat Noor Ahmad SS, 2006, Menuju Cara Rukyat yang Akurat, Makalah pada Lokakarya Imsakiyah Ramadhan 1427H/2006M se-Jawa Tengah dan daerah Istimewa Yogyakarta yang diselenggarakan oleh PPM IAIN Walisongo Semarang. 49 Muhyiddin Khazin, loc. cit.

44

pernah ada kesaksian beberapa orang yang telah melihat hilal awal

bulan, dan setelah diklarifikasi bentuk hilal yang mereka lihat

ternyata posisi hilal yang seharus “telentang” tapi menurut mereka

“telungkup” tentu saja pengakuan ini dianggap aneh dan tidak masuk

akal.50

4) Hasil rukyah tersebut tidak bertentangan dengan perhitungan yang

telah disepakati bersama menurut perhitungan ilmu hisab yang qath’i

(terjadi kesepakatan ahli falak).

b. Tempat Observasi

Pada dasarnya tempat yang baik untuk mengadakan observasi

awal bulan adalah tempat yang memungkinkan pengamat dapat

mengadakan observasi di sekitar tempat terbenamnya Matahari.

Pandangan pada arah itu sebaiknya tidak terganggu, sehingga horizon

akan terlihat lurus pada daerah yang mempunyai azimuth 240° sampai

300°. Daerah itu diperlukan terutama jika observasi Bulan dilakukan

sepanjang musim dengan mempertimbangkan pergeseran Matahari dan

Bulan dari waktu ke waktu.51

c. Cuaca

Rukyat dilaksanakan dalam keadaan cuaca cerah dan tidak

terdapat penghalang antara perukyah dan hilal. Penghalang ini bisa saja

berupa awan, asap, maupun kabut. Seberapapun tinggi dan umur hilal,

50 Sriyatin Shadiq, Makalah Simulasi dan Metode Rukyat al-hilal, Pelatihan Hisab Rukyah Tingkat Nasional, Ponpes Setinggil, Kriyan Kalinyamatan Jepara pada tanggal 26-29 Desember 2008M/ 28 Dulhijjah - 1 Muharram 1430 H.

51 Almanak Hisab Rukyat, op.cit., h. 51-52.

45

kalau cuaca mendung maka hilal tidak mungkin terlihat. Tempat yang

tingkat polusinya tinggi akan memperbesar tingkat kesulitan mengamati

hilal karena tebalnya asap polusi.

d. Kondisi atmosfer Bumi52 (asap akibat polusi, kabut yang dapat

diakibatkan juga oleh polusi udara).

Pengaruh atmosfer lokal sangat mempengaruhi kredibilitas hilal,

kecerahan langit sore hari dan kondisi cuaca lokal dapat menyebabkan

penampakan hilal tak terdeteksi karena pengamatan seseorang dalam

melihat hilal juga menambah tingkat kesulitan observasi. Polusi cahaya

kota jelas sangat berpengaruh karena meningkatkan cahaya latar

depan.53

e. Iklim

Apabila pengamatan teratur diperlukan, maka tempat itupun

harus memiliki iklim yang baik untuk pengamatan. Indonesia

mempunyai iklim tropik basah yang dipengaruhi oleh angin

monsun Barat dan monsun Timur. Dari bulan November hingga Mei,

angin bertiup dari arah Barat Laut membawa banyak uap air dan hujan

di kawasan Indonesia; dari Juni hingga Oktober angin bertiup dari

Selatan Tenggara, membawa sedikit uap air. Suhu udara di dataran

52 Karena Bumi memiliki atmosfir yang menyelimuti permukaannya, maka meskipun Matahari telah tenggelam berkas sinarnya masih tampak. Di permukaan Bulan, kejadiannya akan berbeda karena tidak ada atmosfir di Bulan, begitu Matahari tenggelam maka permukaan Bulan langsung gelap secara tiba-tiba. Sementara di Bumi, proses menjadi gelap ini terjadi lebih perlahan-lahan karena atmosfir Bumi masih memantulkan sinar Matahari meskipun sebetulnya Matahari telah tenggelam, Tono Saksono, op.cit., hlm. 89. 53 Wawancara dengan Thomas Djamaluddin, Peneliti Matahari dan Antariksa, LAPAN Bandung, via facebook pada Jum’at 25 Mei 2012.

46

rendah Indonesia berkisar antara 23 derajat Celsius sampai 28 derajat

Celsius sepanjang tahun. Unsur iklim suhu udara di Indonesia

sepanjang tahun hampir konstan, tetapi unsur iklim curah hujan sangat

berubah terhadap musim.54

2. Faktor non Alam

a. Kualitas alat (optik) untuk pengamatan.

Keterbatasan mata telanjang tidak bisa melihat secara detail

wujud lengkap Bulan dan bila tanpa referensi letak Bulan yang

sebenarnya, bisa keliru dengan objek lain, misalnya awan yang agak

terang. Usaha untuk memperoleh detail dari objek pengamatan adalah

dengan menggunakan teropong. Selain teropong masih ada sarana dan

prasarana lain yang diperlukan untuk membantu pelaksaan rukyat

seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.

b. Lingkungan pengamatan (ke ufuk Barat) tidak boleh terganggu oleh

pepohonan, gedung-gedung, gunung ataupun sumber cahaya lain.

c. Hisab

Sebelum rukyat dilakukan maka terlebih dahulu melakukan

hisab awal bulan untuk membantu pelaksanaan rukyat yakni melakukan

perhitungan untuk menentukan posisi bulan secara matematis dan

astronomis, untuk mengetahui kapan dan dimana hilal (bulan sabit

pertama setelah bulan baru) dapat terlihat. Dalam hisab ada beberapa

jenis aliran yang pada intinya terbagi atas: hisab urfi, hisab taqribi, dan

54 Bayong Tjasyono HK, Klimatologi, Bandung: Penerbit ITB, 2004, cet. II, hlm. 147.

47

hisab tahqiqi dan hisab kontemporer. Keakuratan metode hisab yang

digunakan juga akan mempengaruhi rukyat.55

d. Visibilitas hilal

Visibilitas hilal merupakan permasalahan pokok dalam

melaksanakan hilal, karena dengan mempelajari visibilitas hilal

seseorang dapat menganalisis kondisi seperti apa yang memungkinkan

hilal dapat dilihat. Jangankan tertutup awan dan hujan, dalam kondisi

langit cerah pun terdapat kondisi minimal yang harus dipenuhi oleh

anak bulan sehingga dapat dirukyat oleh mata manusia sebagai hilal.

Dalam penentuan awal bulan Kamariah, kriteria imkan rukyat

atau visibilitas hilal merupakan titik temu antara pengikut rukyat dan

pengikut hisab. Dengan kriteria itu, maka hasil hisab diupayakan sama

dengan hasil rukyat. Hal itu bisa terlaksana kalau kriteria imkan rukyat

didasarkan pada data astronomi kesaksian hilal. Itulah sebabnya

astronomi bisa memberikan solusi penyatuan umat dengan tawaran

kriteria visibilitas hilalnya.

Saat ini, kriteria yang kita gunakan hanya berdasarkan

kesepakatan yang belum sepenuhnya mengikuti kriteria astronomi.

Akibatnya, hasil rukyat bisa saja berbeda dengan hasil hisab, walau pun

ketinggiannya sudah lebih dari 2 derajat. Kondisi hilal yang akan

diobservasi, juga menjadi hal penting untuk menunjang visibilitas hilal.

55http://edukasi.kompasiana.com/2011/09/11/cara-tepat-menetapkan-1-syawal-idul-adha, diakses pada hari Selasa 29 Mei 2012.

48

e. Cahaya Bulan sabit.

Keadaan hilal yang begitu tipis dan halus sangat sulit untuk

dilihat. Bulan adalah sebuah benda gelap yang tidak mempunyai cahaya

sendiri. Yang bisa dilihat adalah bagian Bulan yang disinari Matahari.

Pada saat rukyat, yaitu ketika Matahari terbenam, walaupun Matahari

sudah berada di bawah ufuk, namun cahaya remang petang masih

terang dan memberikan rona warna kuning jingga hingga merah.56

f. Adanya planet-planet lain yang mengecoh pandangan, seperti planet

Venus dalam fase sabit57

g. Posisi Benda Langit

Sebelum melakukan pengamatan satu hal yang semestinya

sudah diketahui adalah data letak Bulan pada saat terbenamnya

Matahari. Letak Bulan itu dinyatakan oleh perbedaan ketinggiannya

dengan Matahari dan selisih azimuth diantara keduanya. Keterangan

ketinggian hilal saja belum memberikan informasi yang lengkap tentang

letak Bulan. Hal itu disebabkan oleh letak bulan yang dapat bervariasi

dari 0 derajat sampai sekitar 5 derajat dari Matahari ke arah Utara atau

Selatan.58

56 Selayang Pandang Hisab Rukyat, op.cit., hlm. 79. 57 Venus juga memiliki fase seperti Bulan, yaitu fase purnama, separo, perbani (separo lebih), dan sabit. Ketika fase purnama, Venus tampak berbentuk bulat kecil karena posisinya jauh dari Bumi. Sedangkan ketika berbentuk sabit, Venus berada di dekat Bumi sehingga tampak sangat besar. Posisi Venus yang selalu dekat dengan Matahari dan bentuk sabit yang besar dan bersamaan dengan waktu konjungsi menyebabkan pandangan pengamat kadang terkecoh. Sehingga yang dilihat bukanlah hilal akan tetapi planet Venus. 58 Almanak Hisab Rukyat, op.cit., hlm. 52.

49

BAB III

HASIL RUKYAT AL-HILAL DI PANTAI TANJUNG KODOK

DAN BUKIT CONDRODIPO

A. Letak Geografis Pantai Tanjung Kodok Dan Bukit Condrodipo

1. Pantai Tanjung Kodok

Pantai Tanjung Kodok terletak di Desa Paciran Kecamatan Paciran,

merupakan salah satu bagian Kabupaten Lamongan yang terletak di bagian

Utara (Pantura), Provinsi Jawa Timur, Indonesia.Pantai Tanjung Kodok

letaknya sangat strategis di jalan raya Daendeles antara Gresik menuju Tuban.

Menjadi satu kesatuan dengan Wisata Bahari Lamongan (WBL) dan Wisata

Goa Maharani, berjarak hanya 3 km dari tempat ziarah Makam Sunan Wali

Songo (Sunan Drajad dan Sunan Sendang Dhuwur), 3 km dari pantai pasir

putih, 15 km dari tempat ziarah Makam Syeh Asmoroqondi, 30 km dari Goa

Akbar dan Makam Sunan Bonang.1

Koordinat Pantai Tanjung Kodok ini terletak pada 06° 51′ 0,050″ LS,

112° 21′ 0,028″ BT dengan ketinggian 10 meter dari permukaan laut.2 Batas

wilayah, sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Bojonegoro dan

Kabupaten Tuban, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Gresik,

sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa, dan sebelah Selatan berbatasan

1http://jjfm.wordpress.com/2007/12/31/wisata-pantai-tak-selalu-berbahaya/, diakses pada Kamis 24 Mei 2012. 2Data ini didapatkan dari dokumen hasil rukyat Kementrian Agama Lamongan dan wawancara dengan Ketua Lajnah Falakiyah Lamongan.Penentuan koordinat tersebut menggunakan GPS.

50

dengan Kabupaten Jombang dan Kabupaten Mojokerto. Berikut foto letak

geografis Pantai Tanjung Kodok:

Gambar 3.1 Peta Tanjung Kodok diambil dari Software Google Earth3

Nama Tanjung Kodok sendiri merupakan sebutan untuk beberapa

bongkah batu karang yang berada di tepi pantai, sebutan itu karena bentuk

batu-batu karang itu mirip dengan Kodok (Katak) dengan posisi menghadap ke

Laut.Karena adanya batu-batu Kodok itulah wisata ini dulu dikenal dengan

nama Pantai Tanjung Kodok.Tanjung Kodok menjadi makin meriah karena di

tempat itu berdiri fasilitas wisata bernama Wisata Bahari Lamongan yang

popular disebut WBL.4

3Diakses pada tanggal 7 Juni 2012. 4http://jelajah-nesia.blogspot.com/2012/05/batu-kodok-di-pantai-lamongan.html, data diakses pada Senin, 21 Mei 2012.

51

Gambar 3.2Batu karang mirip Kodok (Katak) di Pantai Tanjung Kodok5

Tanjung Kodok telah mendapat pengakuan Internasional sebagai

tempat penelitian waktu terjadi gerhana Matahari total pada 11 Juni

1983.Karena posisinya yang dianggap strategis,obyek wisata alam pantai

berbatu cadas mirip kodok itu dijadikan lokasi penelitian gejala astronomi

gerhana Matahari total oleh National Aeronautics and Space

Administration (NASA) Arnerika Serikat. Sejak saat itu dibangunlah menara

rukyat dan pelataran sebagai tempat untuk observasi hilal.6Berikut gambar

pelataran den menara rukyat yang ada di Tanjung Kodok:

5http://jelajah-nesia.blogspot.com/2012/05/batu-kodok-di-pantai-lamongan.html, diakses pada Senin, 21 Mei 2012. 6Diakses dari http://nyangko.wordpress.com/2011/04/13/tempat-wisata-di-lamongan-jawa-timur/, data diakses pada Senin, 21 Mei 2012.

52

Gambar 3.3Pelataran dan menara rukyat di Tanjung Kodok7

Menara tersebut yang dipakai oleh umat Islam Indonesia khususnya

para ahli falak Lamongan dan masyarakat untuk melihat bulan khusunya

menjelang masuknya bulan Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah. Tinggi menara

rukyat tersebut kurang lebih 20 meterdengan posisi tepat di tepi pantai, di atas

dataran batu karang yang tinggi. Setiap tahun banyak astronom dan tim rukyat

datang ke tempat tersebut untuk melihat hilal atau bulan sabit sebagai tanda

masuknya bulan baru bulan Kamariah khususnya bulan Ramadhan, Syawal dan

Dzulhijjah.8

Sejak menara tersebut didirikan belum pernah ada laporan

keberhasilan rukyat al-hilal yang dilakukan disana.Di samping karena kondisi

hilal juga disebabkan oleh pandangan ke ufuk selalu diliputi oleh awan tebal.

Selain itu, faktor lain yang menyebabkan hilal tidak pernah bisa dilihat ialah

karena terdapat bukit dan adanya uap air.9Selain menara rukyat, dibangun pula

7Gambar diperoleh dari http://wisataliburanindo.blogspot.com/2011/11/tanjung-kodok-wisata-unggulan-rakyat.html, diakses pada Selasa, 12 Juni 2012. 8http://baltyra.com/2009/10/31/legenda-tanjung-kodok/#ixzz1skOUpDLy, diakses pada hari Ahad, 22 April 2012 pukul 13:56 WIB. 9Wawancara dengan M. Khoirul Anam (Kasi Urais Lamongan).di dusun Mendalan Lamongan Jawa Timur, pada hari Kamis, 12 April 2012.

53

pelataran rukyat yang panjangnya kurang lebih 10 meter dan luasnya 6

meter.Di pelataran tersebut terdapat kuningan yang menunjukkan arah Utara

dan Selatan.Pelataran rukyat inilah yang sering digunakan untuk rukyat al-hilal

setiap menjelang masuknya bulan Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah.10

Dari data dan informasi yang penulis peroleh dari M. Khoirul Anam

(Kepala Urais Depag Lamongan) rukyat yang dilakukan di Tanjung Kodok

belum pernah berhasil melihat hilal. Akan tetapi rukyat tetap dilakukan disana

karena tempat ini memiliki nilai historis dan sudah ditetapkan oleh Kementrian

Agama sebagai tempat rukyat al-hilal setiap tahun untuk daerah Lamongan,

dan laporannya akan dijadikan pertimbangan pada sidang isbat penentuan awal

bulan Kamariah khususnya penetapan tanggal 1 Ramadhan, Syawal dan

Dzulhijjah. Menurut Kepala Depag Lamongan, Kusaiyin Wardani Tanjung

Kodok sebagai lokasi rukyat karena matlaknya sesuai matlak standar

Internasional.

2. Bukit Condrodipo

Tempat observasi hilal di Gresik Jawa Timur yang telah mendapatkan

pengakuan dari pemerintah salah satunya adalah Bukit Condrodipo.Di Bukit

Condrodipo tersebut telah didirikan bangunan sebagai tempat untuk

pelaksanaan rukyat al-hilal.Tempat observasi Bukit Condrodipo ini telah

digunakan secara resmi sejak Desember 2004 lalu.

Balai Rukyat al-hilal NU Condrodipo ini berada di atas bukit di areal

makam Mbah Condrodipo, Desa Kembangan, Kecamatan Kebomas,

10Diperoleh dari http://simpang5.wordpress.com/2008/03/13/keindahan-pantai-utara-pulau-jawa-di-tanjung-kodok-beach-resort/.Diakses pada Kamis 24 Mei 2012.

54

Kabupaten Gresik.Balai rukyat ini juga dilengkapi dengan busur besar

(diameter 6 meter) sebagai petunjuk mata angin. Koordinat balai rukyat ini

7°10'10" LS, 112° 37' 2" BT menurut Google Earth, akan tetapi berdasarkan

pengukuran GPS pada awal pembangunannya, posisi balai rukyat ini 7° 10'

11.1" LS, 112° 37' 2.5" BT dengan ketinggian 120 meter dari permukaan laut.

Di tempat inilah diadakan rukyat pada setiap akhir bulan Hijriyah terutama

menjelang Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah.11 Berikut foto letak geografis

Bukit Condrodipo:

Gambar 3.4 Peta Bukit Condrodipo diambil dari Software Google Earth12

Batas Wilayah: Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten

Lamongan, sebelah Timur berbatasan dengan Selat Madura, sebelah Utara

11http://wikimapia.org/8971687/id/Balai-Rukyat-LFNU-Gresik-Condrodipo, diakses pada hari Ahad, 22 April 2012 pukul 15:41 WIB. 12Diakses pada tanggal 10 Juni 2012.

55

berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten

Sidoarjo, Kabupaten Mojokerto, Kota Surabaya.

Pada dasarnya lokasi rukyat yang telah ditentukaan untuk Kabupaten

Gresik adalah di Pantai Ujung Pangkah Gresik, akan tetapi setelah sekian lama

rukyat yang dilakukan di lokasi ini agaknya kurang efektif karena pada saat

Matahari di sebelah Selatan, pengamatan hilal akan sulit terlihat karena

terhalang oleh gunung (bukit) sehingga rukyat jarang berhasil. Oleh karena itu,

dipilihlah alternatif lain yaitu Bukit Condrodipo sebagai tempat rukyat untuk

daerah Gresik.13

Dipilihnya Bukit Condrodipo tersebut karena ada beberapa

pertimbangan dan observasi sebelumnya yang dilakukan tim yang terdiri dari

anggota Lajnah Falakiyah NU Kabupaten Gresik dengan dibantu oleh petugas

dari Pengadilan Tinggi Agama Jawa Timur. Hasil observasi tersebut

memperoleh beberapa kesimpulan yang mendukung lokasi tesebut untuk

dibangun Balai Rukyatul Hilal yaitu:

1) Makam Mbah Condrodipo berada pada 7° 10' 11.1" LS dan 112° 37' 2.5"

BT.

2) Ketinggian lokasi adalah 120 meter di atas permukaan laut.

3) Pandangan ke ufuk 0°.

4) Dari areal lokasi tersebut, rukyat al-hilal dapat dilakukan sepanjang tahun

karena bebas dari halangan apapun sampai ke Utara 24° dan ke Selatan 24°.

13Wawancara dengan Muhammad Khotib (Anggota Lajnah Falakiyah Gresik) pada hari Kamis tanggal 10 Mei 2012 di Gresik.

56

Memang ada tempat yang letaknya lebih tinggi,akan tetapi terhalang,

sehingga diputuskan Condrodipo ini sebagai Balai Rukyat untuk Kabupaten

Gresik.

Rukyat yang dilakukan di Bukit Condrodipo tidak hanya pada awal

Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah saja tetapi setiap akhir bulan Hijriyah untuk

menentukan masuknya awal bulan baru, bahkan kadang dilakukan dua kali

rukyat untuk penentuan satu bulan agar hasilnya lebih akurat. Kendala yang

menghalangi hilal tidak dapat terlihat diantaranya mendung, asap, pembakaran

kapur, banyak pabrik, akan tetapi selain cuaca mendung kendala-kendala

tersebut masih bisa diatasi.14

B. Kondisi Klimatologi Pantai Tanjung Kodok Dan Bukit Condrodipo

1. Pantai Tanjung Kodok

Data cuaca di Pantai Tanjung Kodok dimulai sejak 19 September 2009,

hal ini dikarenakan alat pngukur mulai dipasang di Tanjung Kodok pada tahun

2009 sehingga untuk tahun 2008 sampai 20 Agustus 2009 tidak penulis

cantumkan data cuaca ketika rukyat di Tanjung Kodok.15 Berikut Tabel

Klimatologi di Pantai Tanjung Kodok saat pelaksanaan rukyat:

Tanggal ff dd RRR Sn P 31 Agustus 2008 - - - - -

29 September 2008 - - - - -

27 Nopember 2008 - - - - -

20 Agustus 2009 - - - - -

14Wawancara dengan KH.Masluch Al-Fanani (Ketua Lajnah Falakiyah Gresik) pada hari Kamis tanggal 10 Mei 2012 di Gresik.

15Wawancara dengan Bapak Widodo (Pengamat Meteorologi Geofisika) Stasiun Meteorologi Klas 2 Perak II Surabaya, Jl. Kalimas Baru 97 B Surabaya, pada Jumat 18 Mei 2012.

57

19 September 2009 1,8 222 0 28,7 1010,6

17 Nopember 2009 1,3 221 0 28,9 1007,5

10 Agustus 2010 1,5 166 0 27,1 1009,0

8 September 2010 1,2 205 0 26,9 1009,5

6 Nopember 2010 1 175 0.2 28,0 1006,9

31 Juli 2011 1,5 205 0 25,8 1009,0

29 Agustus 2011 2 181 0 27,7 1009,9

27 Oktober 2011 2,6 130 0 29,9 1006,6

Tabel 3.1 Tabel Klimatologi Bukit Condrodipo saat pelaksanaan rukyat

tahun 2008-2011 16

Berikut keterangan masing-masing data pada tabel tersebut:

a. dd = Arah Angin dalam satuan Azimuth17. Nilainya antara 0° sampai 360°.

b. ff = Kecepatan Angin dalam satuan knot. Untuk mengkonversi satuan knot

menjadi satuan km/jam, digunakan rumus: 1 knot = 1,852 km/jam18.

c. RRR = Jumlah curah hujan dalam satuan mm

d. Sn = Tanda (negative, nol atau positif) suhu udara, suhu minimum /

maksimum dan suhu titik embun dalam satuan derajat celcius)

e. P = Tekanan udara dalam satuan milibar19

Keadaan cuaca saat rukyat awal Syawal 1430 H (Sabtu Kliwon,19

September 2009): Kecepatan Angin (ff) = 1,8 (1,8 knots = 1,8 x 1,852 = 3,3336

km/jam). Arah Angin (dd) = 222° (dihitung dari Utara). Jumlah curah hujan

16Data ini didapat dari BMKG Perak 1 Surabaya pada tanggal 1 Juni 2012. 17Azimuth adalah busur pada lingkaran horizon diukur mulai dari titik Utara ke arah Timur. Susiknan Azhari, Ensiklopedi Hisab Rukyat, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008, Cet. II, h. 38. Azimuth Utara = 0°, azimuth Timur = 90°, azimuth Selatan = 180°, dan azimuth Barat = 270°. 18http://forum.detik.com/showthread.php?t=62252&page=34 diakses pada tanggal 7 Juni 2012. 19 Untuk mengetahui keterangan istilah tersebut lebih lengkap lihat pada Departemen Perhubungan Badan Meteorologo dan Geofisika, Jakarta: 2000, hlm. 6-45.

58

(RRR) = 0 (tidak terdeteksi). Suhu udara (Sn) = 28,7° C. Tekanan Udara (P) =

1010,6 milibar.20

Keadaan cuaca saat rukyat awalDzulhijjah 1430 H (Selasa Wage, 17

Nopember 2009): Kecepatan Angin (ff) = 1,3 (1,3 knots = 1,3 x 1,852 = 2,4076

km/jam). Arah Angin (dd) = 221°(dihitung dari Utara). Jumlah curah hujan

(RRR) = 0 (tidak terdeteksi). Suhu udara (Sn) = 28,9° C. Tekanan Udara (P) =

1007,5 milibar.21

Keadaan cuaca saat rukyat awal Ramadhan 1431 H (Selasa Kliwon,

10 Agustus 2010): Kecepatan Angin (ff) = 1,5 (1,5 knots = 1,5 x 1,852 = 2,778

km/jam). Arah Angin (dd) = 166°(dihitung dari Utara). Jumlah curah hujan

(RRR) = 0 (tidak terdeteksi). Suhu udara (Sn) = 27,1° C. Tekanan Udara (P) =

1009,0milibar.22

Keadaan cuaca saat rukyat awal Syawal 1431 H (Rabu Wage, 08

September 2010): Kecepatan Angin (ff) = 1,2 (1,2 knots = 1,2 x 1,852 = 2,2224

km/jam). Arah Angin (dd) = 205°(dihitung dari Utara). Jumlah curah hujan

(RRR) = 0 (tidak terdeteksi). Suhu udara (Sn) = 26,9° C. Tekanan Udara (P) =

1009,5milibar.23

Keadaan cuaca saat rukyat awalDzulhijjah 1431 H (Sabtu Pon, 06

Nopember 2010): Kecepatan Angin (ff) = 1 (1 knots = 1 x 1,852 = 18,52

km/jam). Arah Angin (dd) = 175°(dihitung dari Utara). Jumlah curah hujan

20ibid. 21ibid. 22ibid. 23ibid.

59

(RRR) = 0.2mm. Suhu udara (Sn) = 28,0° C. Tekanan Udara (P) =

1006,9milibar.24

Keadaan cuaca saat rukyat awal Ramadhan 1432 H (Ahad Kliwon, 31

Juli 2011): Kecepatan Angin (ff) = 1,5 (1,5 knots = 1,5 x 1,852 =

2,778km/jam). Arah Angin (dd) = 205°(dihitung dari Utara). Jumlah curah

hujan (RRR) = 0 (tidak terdeteksi). Suhu udara (Sn) = 25,8° C. Tekanan Udara

(P) = 1009,0milibar.25

Keadaan cuaca saat rukyat awal Syawal 1432 H (Senin Wage, 29

agustus 2011): Kecepatan Angin (ff) = 2 (2 knots = 2 x 1,852 = 3.704 km/jam).

Arah Angin (dd) = 181°(dihitung dari Utara). Jumlah curah hujan (RRR) = 0

(tidak terdeteksi). Suhu udara (Sn) = 27,7° C. Tekanan Udara (P) =

1009,9milibar.26

Keadaan cuaca saat rukyat awalDzulhijjah 1432 H (Kamis Pon, 27

Oktober 2011): Kecepatan Angin (ff) = 2,6 (2,6 knots =2,6x 1,852 = 4,8152

km/jam). Arah Angin (dd) = 130°(dihitung dari Utara). Jumlah curah hujan

(RRR) = 0 (tidak terdeteksi). Suhu udara (Sn) = 29,9° C. Tekanan Udara (P) =

1006,6milibar.27

2. Bukit Condrodipo

Berikut Tabel Klimatologi di Bukit Condrodipo saat pelaksanaan

rukyat tahun 2008-2011:

24ibid. 25ibid. 26ibid. 27ibid.

60

Tanggal N dd Ff VV Nh CL CM CH 31 Agustus 2008 5 30 10 62 1 1 1 1

29 September 2008 1 12 7 62 1 1 1 0

27 Nopember 2008 8 25 6 57 5 9 2 /

20 Agustus 2009 1 9 6 60 1 5 0 1

19 September 2009 4 12 10 60 3 8 7 1

17 Nopember 2009 5 32 64 59 2 5 2 1

10 Agustus 2010 2 9 8 60 2 9 1 1

8 September 2010 3 8 8 60 1 5 7 1

6 Nopember 2010 5 8 6 60 3 5 2 1

31 Juli 2011 2 9 8 60 0 0 0 1

29 Agustus 2011 2 14 12 60 1 1 1 1

27 Oktober 2011 7 12 3 60 3 9 2 1

Tabel 3.2 Tabel Klimatologi Bukit Condrodipo saat pelaksanaan rukyat

tahun 2008-2011 28

Berikut keterangan masing-masing data pada tabel tersebut:

a. N = Jumlah Awan yang menutupi langit yang tampak. Nilainya antara 1-8.

b. dd = Arah Angin dalam satuan Azimuth29. Nilainya antara 0° sampai 360°.

c. ff = Kecepatan Angin dalam satuan knot. Untuk mengkonversi satuan knot

menjadi satuan km/jam, digunakan rumus: 1 knot = 1,852 km/jam30.

d. VV = Penglihatan Mendatar di permukaan Bumi. Cara konversi nilainya

menjadi satuan km adalah km = VV – 50.

e. Nh = Bagian langit yang tertutup oleh awan jenis Cl atau Cl dan Cm.

f. CL = Jenis Awan Rendah.

g. CM = Jenis Awan Menengah.

28Data ini didapat dari BMKG Perak 1 Surabaya pada tanggal 1 Juni 2012. 29Azimuth adalah busur pada lingkaran horizon diukur mulai dari titik Utara ke arah Timur. Susiknan Azhari, Ensiklopedi Hisab Rukyat, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008, Cet. II, h. 38. Azimuth Utara = 0°, azimuth Timur = 90°, azimuth Selatan = 180°, dan azimuth Barat = 270°. 30http://forum.detik.com/showthread.php?t=62252&page=34 diakses pada tanggal 7 Juni 2012.

61

h. CH = Jenis Awan Tinggi31

Keadaan cuaca saat rukyat awal Ramadhan 1429 H (Ahad Legi, 31

Agustus 2008): Jumlah Awan (N) = 5, ini berarti pada jam 17.00 WIB bagian

langit yang tertutupi awan adalah 5/8 dari langit yang tampak. Arah Angin (dd)

= 30(berkisar antara azimuth 295° sampai 304° dihitung dari Utara).Kecepatan

Angin (ff) = 10 (10 knots = 10 x 1,852 = 18,52 km/jam 32).Penglihatan

Mendatar di permukaan Bumi (VV) = 62 (pandangan yang bisa dilihat adalah

12 km).Bagian langit yang tertutup oleh awan jenis Cl atau Cl dan Cm (Nh) =

1(awan yang tertutup oleh awan Cl atau Cl dan Cm adalah 1/8 dari langit yang

tampak). Jenis Awan Rendah (Cl) = 1(jenis awan rendah Cumulus

Humilis).Jenis Awan Menengah (Cm) = 1, berarti awan menengah berjenis

Altrostatus Tipis. Jenis awan Tinggi (Ch) = 1(awan tinggi berjenis Cirrus halus

seperti bulu ayam tidak dalam keadaan bertambah).33

Keadaan cuaca saat rukyat awal Syawal 1429 H (Senin Kliwon, 29

September 2008):Jumlah Awan = 1 (pada jam 17.00 WIB bagian langit yang

tertutupi awan adalah 1/8 dari langit yang tampak).Arah Angin = 12 (berkisar

antara azimuth 115° sampai 124° dihitung dari Utara). Kecepatan Angin = 7 (7

knots = 7 x 1,852 = 12,775 km/jam).Penglihatan Mendatar di permukaan Bumi

= 62(12 km).Bagian langit yang tertutup oleh awan jenis Cl atau Cl dan Cm

(Nh) = 1 (1/8 dari langit yang tampak).Jenis Awan Rendah = 1 (Cumulus

31Departemen Perhubungan Badan Meteorologo dan Geofisika, op.cit.,hlm. 4-45.

32http://forum.detik.com/showthread.php?t=62252&page=34 diakses pada tanggal 7 Juni 2012. 33Departemen Perhubungan Badan Meteorologo dan Geofisika, op.cit.,hlm. 4-45.

62

Humilis).Jenis Awan Menengah = 1 (Altrostatus Tipis). Jenis awan Tinggi = 0

(tidak ada awan tinggi).34

Keadaan cuaca saat rukyatawal Dzulhijjah 1429 H (Kamis Legi, 27

Nopember 2008): Jumlah Awan (N) = 8 (keseluruhan langit tetutup

awan).Arah Angin = 25 (245° - 254° dihitung dari Utara).Kecepatan Angin =

6. (6 knots = 6 x 1,852 = 10,95 km/jam).Penglihatan Mendatar di permukaan

Bumi = 57 (7 km).Bagian langit yang tertutup oleh awan jenis Cl atau Cl dan

Cm= 5 (5/8 dari langit yang tampak).Jenis Awan Rendah = 9 (Cumulunimbus)

karena awan rendah bernilai 9, maka besar kemungkinan terjadi hujan.Jenis

Awan Menengah = 2 (Altrostatus tebal atau nimbostratus). Jenis awan Tinggi =

/(awan tinggi tidak kelihatan karena tertutup oleh awan Cl dan Cm).35

Keadaan cuaca saat rukyatawal Ramadhan 1430 H (Kamis Kliwon, 20

Agustus 2009):Jumlah Awan = 1 (1/8 langit tertutup awan). Arah Angin = 9

(berkisar antara azimuth 85° sampai 94° dihitung dari Utara).Kecepatan Angin

= 6 (6 knots = 6 x 1,852 = 10,95 km/jam).Penglihatan Mendatar di permukaan

Bumi = 60 (10 km).Bagian langit yang tertutup oleh awan jenis Cl atau Cl dan

Cm (Nh) = 1 (1/8 dari langit yang tampak).Jenis Awan Rendah = 5

(Stratocumulus).Jenis Awan Menengah = 0 (ada awan menengah). Jenis awan

Tinggi = 1 (Cirrus halus).36

Keadaan cuaca saat rukyatawal Syawal 1430 H (Sabtu Kliwon,19

September 2009):Jumlah Awan = 4 (4/8 langit tertutup awan).Arah Angin = 12

(azimuth 115° sampai 124° dihitung dari Utara).Kecepatan Angin = 10 (10 34ibid. 35ibid. 36ibid.

63

knots = 10 x 1,852 = 18,52 km/jam).Penglihatan Mendatar di permukaan Bumi

= 60 (10 km).Bagian langit yang tertutup oleh awan jenis Cl atau Cl dan Cm =

3 (3/8 dari langit yang tampak).Jenis Awan Rendah = 8 (Cumulunimbus).Jenis

Awan Menengah = 7 (Altocumulus tebal). Jenis awan Tinggi = 1(Cirrus

halus).37

Keadaan cuaca saat rukyatawal Dzulhijjah 1430 H (Selasa Wage, 17

Nopember 2009): Jumlah Awan = 5 (5/8 langit tertutup awan).Arah Angin =

32 (azimuth 315° sampai 324° dihitung dari Utara).Kecepatan Angin = 4 (4

knots = 4 x 1,852 = 7,30 km/jam).Penglihatan Mendatar di permukaan Bumi =

59 (9 km).Bagian langit yang tertutup oleh awan jenis Cl atau Cl dan Cm = 2

(2/8 dari langit yang tampak).Jenis Awan Rendah= 5 (Stratocumulus).Jenis

Awan Menengah = 2 (Altostratus). Jenis awan Tinggi = 1 (Cirrus halus).

Keadaan cuaca saat rukyatawal Ramadhan 1431 H (Selasa Kliwon, 10

Agustus 2010): Jumlah Awan = 2 (2/8 langit tertutup awan).Arah Angin = 9

(azimuth 85° sampai 94° dihitung dari Utara).Kecepatan Angin = 8 (8 knots =

8 x 1,852 = 14,60 km/jam).Penglihatan Mendatar di permukaan Bumi = 60 (10

km).Bagian langit yang tertutup oleh awan jenis Cl atau Cl dan Cm = 2 (2/8

dari langit yang tampak).Jenis Awan Rendah = 9 (Cumulunimbus).Jenis Awan

Menengah = 1 (Altostratus tebal). Jenis awan Tinggi = 1(Cirrus halus).38

Keadaan cuaca saat rukyatawal Syawal 1431 H (Rabu Wage, 08

September 2010):Jumlah Awan = 3 (3/8 langit tertutup awan).Arah Angin = 8

(azimuth 75° sampai 84° dihitung dari Utara).Kecepatan Angin = 8 (8 knots =

37ibid. 38ibid.

64

8 x 1,852 = 14,6 km/jam).Penglihatan Mendatar di permukaan Bumi = 60 (10

km).Bagian langit yang tertutup oleh awan jenis Cl atau Cl dan Cm = 1 (1/8

dari langit yang tampak).Jenis Awan Rendah = 5 (Stratocumulus). Jenis Awan

Menengah = 7 (Altocumulus tebal). Jenis awan Tinggi = 1 (Cirrus halus).39

Keadaan cuaca saat rukyatawal Dzulhijjah 1431 H (Sabtu Pon, 06

Nopember 2010):Jumlah Awan = 5 (5/8 langit tertutup awan).Arah Angin = 8

(azimuth 75° sampai 84° dihitung dari Utara).Kecepatan Angin = 6 (6 knots =

6 x 1,852 = 10,95 km/jam).Penglihatan Mendatar di permukaan Bumi = 60 (10

km).Bagian langit yang tertutup oleh awan jenis Cl atau Cl dan Cm = 3 (3/8

dari langit yang tampak).Jenis Awan Rendah = 5 (Stratocumulus).Jenis Awan

Menengah = 2 (Altostratus). Jenis awan Tinggi = 1 (Cirrus halus).40

Keadaan cuaca saat rukyatawal Ramadhan 1432 H (Ahad Kliwon, 31

Juli 2011):Jumlah Awan = 2 (2/8 langit tertutup awan).Arah Angin = 9

(azimuth 85° sampai 94° dihitung dari Utara).Kecepatan Angin = 8 (8 knots =

8 x 1,852 = 14,60 km/jam).Penglihatan Mendatar di permukaan Bumi = 60 (10

km).Bagian langit yang tertutup oleh awan jenis Cl atau Cl dan Cm = 0 (tidak

ada awan jenis Cl atau Cl dan Cm).Jenis Awan Rendah = 0 (tidak ada awan

rendah).Jenis Awan Menengah = 0 (tidak ada awan menengah). Jenis awan

Tinggi = 1 (Cirrus halus).41

Keadaan cuaca saat rukyatawal Syawal 1432 H (Senin Wage, 29

agustus 2011):Jumlah Awan = 2 (2/8 langit tertutup awan).Arah Angin = 14

(azimuth 135° sampai 144° dihitung dari Utara).Kecepatan Angin = 12 (12 39ibid. 40ibid. 41ibid.

65

knots = 12 x 1,852 = 21,90 km/jam).Penglihatan Mendatar di permukaan Bumi

= 60 (10 km).Bagian langit yang tertutup oleh awan jenis Cl atau Cl dan Cm =

1 (1/8 dari langit yang tampak).Jenis Awan Rendah = 1 (Cumulus Humilis).

Jenis Awan Menengah = 1 (Altostratus tipis). Jenis awan Tinggi = 1 (Cirrus

halus).42

Keadaan cuaca saat rukyatawal Dzulhijjah 1432 H (Kamis Pon, 27

Oktober 2011): Jumlah Awan (N) = 7 (7/8 langit tertutup awan).Arah Angin =

12 (azimuth 115° sampai 124° dihitung dari Utara).Kecepatan Angin = 3 (3

knots = 3 x 1,852 = 5,475 km/jam).Penglihatan Mendatar di permukaan Bumi

= 60 (10 km).Bagian langit yang tertutup oleh awan jenis Cl atau Cl dan Cm =

3 (3/8 dari langit yang tampak).Jenis Awan Rendah (Cl) = 9

(Cumulunimbus).Jenis Awan Menengah = 2 (Altostratus tebal). Jenis awan

Tinggi = 1 (Cirrus halus).43

C. Data Hasil Rukyat di Pantai Tanjung Kodok dan Bukit Condrodipo dari

Tahun 2008-2011

1. Hasil Rukyat di Tanjung Kodok

a. Lokasi Pantai Tanjung Kodok

Pantai Tanjung Kodok

Markas / Tempat Rukyat : Tanjung Kodok Lamongan

Lintang Tempat ( φ ) : -6° 51' 50,22" LS

Bujur Tempat ( λ ) : 112° 21' 27,8" BT

42ibid. 43ibid.

66

Ketinggian Tempat / Dip ( D’ ) : 10 Meter dari permukaan laut

b. Alat-Alat Pendukung Rukyat diantaranya:

1) Theodolite 3 set (Nikon NE-202 dan NE-102)

2) Teleskop Celestron Nexstar 5

3) Gawang lokasi konvensinal

c. Tabel Data Hasil Rukyat al-hilal Awal Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah

Tahun 1429-1432 H / 2008-2011 M

Data Hasil Pelaksanaan Rukyat Tahun 1429 H / 2008 M

Data Hisab Bulan / Tahun Rukyat Awal Ramadhan 1429 H / 2008 M

Awal Syawal 1429 H / 2008 M

Awal Dzulhijjah 1429 H / 2008 M

Ijtima’ Ahad Legi, 31 Agustus 2008 Pukul: 02:59 WIB

Senin Kliwon, 29 September 2008 Pukul: 15:13:50 WIB

Kamis Legi, 27 Nopember 2008 Pukul: 23:56:11 WIB

Matahari terbenam 17 : 26 : 05 WIB 17 : 25 : 01 WIB 17 : 30 : 09 WIB

Azimut Matahari 278°22’ 6,28” UTSB 268°33’ 31,43” UTSB 249°03’ 13,2” UTSB

Azimut Bulan 273° 49’ 22,73” UTSB 264° 33’ 8,49” UTSB 244° 41’ 32,43” UTSB

Tinggi hilal hakiki 05°48’ 50,13” -1°7’ 36.82” -4°13’ 58,50” Tinggi hilal mar’i 05°29’ 47,79” -0° 24’ 15,21” -4°11’ 17,63” Posisi hilal Miring ke Selatan - - Lama hilal 21m 59,19d - -

Hilal terbenam 17 : 52 : 05 WIB 17 : 23 : 24 WIB 17 : 16 :20 WIB

Cahaya hilal 0,4887 % - -

Kesimpulan Hilal tidak Terlihat Hilal tidak terliha t Hilal tidak terlihat Perukyat (Syahid) Tidak ada Tidak ada Tidak ada

Tabel 3.3 Data Hasil Pelaksanaan Rukyat Tahun 1429 H / 2008 M44

Tim rukyat di Tanjung Kodok tidak berhasil melihat hilal pada

penetapan awal Ramadhan 1429 H / 2008 M. Hal ini disebabkan karena

cuaca mendung.Demikian dikatakan Anggota Badan Hisab dan Rukyat

44Data ini didapat dari dokumen hasil rukyat Kementrian Agama Lamongan.Data ini dihitung menggunakan sistem Ephemeris.

67

Jatim Sriyatin Sodik.Namun demikian, Sriyatin mengatakan bahwa hilal

berhasil terlihat di wilayah Bangkalan.

Hilal untuk menentukan 1 Syawal 1429 H, tidak terlihat saat

dilakukan pengamatan oleh timrukyat di Tanjung Kodok. Hal ini

dikarenakan ketinggian hilal yang masih dibawah ufuk sehingga bisa

dipastikan hilal tidak akan terlihat.Pada siding isbat dan tertuang pada

keputusan Menteri Agama RI nomor 28 tahun 2008, dengan laporan rukyat

yang menyatakan tidak berhasil melihat hilal, maka bulan Ramadhan 1429

H diistikmalkan (digenapkan 30 hari) dan ditetapkan tanggal satu Syawal

1429 H jatuh pada hari Rabu, 1 Oktober 2008.45

Pada penetapan awal Dzulhijjah 1429 H, sama halnya dengan

penetapan awal Syawal yakni dikarenakan ketinggian hilal yang masih

dibawah ufuk sehingga hilal tidak terlihat. Berdasarkan laporan rukyat di

seluruh Indonesia yang menyatakan tidak ada yang berhasil melihat hilal

maka bulan Dzulqa’dah 1429 H diistikmalkan. Pada siding isbat dan

tertuang pada keputusan Menteri Agama RI nomor 164 tahun

2008ditetapkan tanggal 1 Dzulhijjah 1429 H jatuh pada hari Sabtu, 29

November 2008. Sehingga Idul Adha jatuh pada hari Senin 8 Desember

2008.

Data Hasil Pelaksanaan Rukyat Tahun 1430 H / 2009 M

Data Hisab Bulan / Tahun Rukyat Awal Ramadhan 1430 H / 2009 M

Awal Syawal 1430 H / 2009 M

Awal Dzulhijjah 1430 H / 2009 M

45 Kementrian Agama RI Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah, Keputusan Menteri Agama RI 1 Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah 1381 H – 1432 H / 1962 M – 2011 M, Jakarta, 2011, hlm. 402.

68

Ijtima’ Kamis Kliwon, 20 Agustus 2009 Pukul: 17:02:48 WIB

Sabtu Kliwon, 19 September 2009 Pukul: 01:45:35 WIB

Selasa Wage, 17 Nopember 2009 Pukul: 02:15:05 WIB

Matahari terbenam 17 : 31 : 11 WIB 17 : 27 : 36 WIB 17 : 26 : 38 WIB Azimut Matahari 257°42’ 53,88” UTSB 271°15’ 19,96” UTSB 250°45’ 23,67” UTSB Azimut Bulan 260° 08’ 39,07” UTSB 264° 53’ 32,07” UTSB 245° 49’ 28,35” UTSB Tinggi hilal hakiki -01°16’ 43,38” 05°47’ 49” 05°54’ 19,83” Tinggi hilal mar’i -01°28’ 46,28” 05° 27’ 42,61” 05° 40’ 54,55” Posisi hilal - Miring ke Selatan Miring ke Selatan Lama hilal - 21m 50,84d 22m 43,64d Hilal terbenam 17 : 25 : 50 WIB 17 : 50 : 13 WIB 17 : 51 : 29 WIB Cahaya hilal 0,0463 % 0,75 % 0,54 % Kesimpulan Hilal tidak terlihat Hilal tidak terlihat Hilal tidak terlihat Perukyat (Syahid) Tidak ada Tidak ada Tidak ada

Tabel 3.4 Data Hasil Pelaksanaan Rukyat Tahun 1430 H / 2009 M46

Pada penetapan awal Ramadhan 1430 H / 2009 M tim Hisab dan

Rukyat Departemen Agama Lamongan juga gagal melihat hilal di Tanjung

Kodok. Menurut Kepala Depag Lamongan, Kusaiyin Wardani hilal tidak

terlihat karena adanya beberapa kondisi antara lain karena tertutup awan,

dan cuaca mendung serta kabut tebal. Selain itu, posisi hilal masih dibawah

ufuk, yaitu -1 hingga 2 derajat.Sehingga bulan Sya’ban diistikmalkan

menjadi 30 hari dan awal Ramadhan 1430 H jatuh pada hari Sabtu tanggal

22 Agustus 2009.47

Pada penetapan awal Syawal 1430 ini timrukyat al-hilal Jawa

Timur kesulitan melihat karena pengaruh cuaca, bahkan di beberapa

kawasan terjadi hujan lebat. Lokasi pemantuan hilal di Pantai Nambangan,

Kenjeran dipastikan hilal tidak terlihat akibat mendung.Bahkan di Tanjung

Kodok, cuacanya hujan sehingga dipastikan hilal tidak bisa terlihat.

46Dokumen hasil rukyat Kementrian Agama Lamongan tahun, op.cit. 47Keputusan Menteri Agama RI 1 Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah 1381 H – 1432 H / 1962 M – 2011 M, op.cit., hlm. 412.

69

Pada penetapan awal Dzulhijjah 1430 H / 2009 M di Pantai

Tanjung Kodok hilal tidak dapat dilihat karena keadaan horizon pada saat

itu banyak halangan dan mengganggu pemantauan hilal yang dilakukan,

selain itu keadaan cuaca sebelum Matahari terbenam terdapat awan tebal

sehingga hilal tidak terlihat.

Data Hasil Pelaksanaan Rukyat Tahun 1431 H / 2010 M

Data Hisab Bulan / Tahun Rukyat Awal Ramadhan 1431 H / 2010 M

Awal Syawal 1431 H / 2010 M

Awal Dzulhijjah 1431 H / 2010 M

Ijtima’ Selasa Kliwon, 10 Agustus 2010 Pukul: 10:08:28 WIB

Rabu Wage, 08 September 2010 Pukul: 17:29:56 WIB

Sabtu Pon, 06 Nopember 2010 Pukul: 11:52:09 WIB

Matahari terbenam 17 : 32 : 31 WIB 17 : 29 : 39 WIB 17 : 26 : 19 WIB Azimut Matahari 285°31’ 04” UTSB 275°34’ 04” UTSB 253°44’ 38” UTSB Azimut Bulan 281° 22’ 13” UTSB 271° 08’ 06” UTSB 249° 32’ 09” UTSB Tinggi hilal hakiki 02°38’ 53” -02°16’ 57” 01°23’ 56” Tinggi hilal mar’i 02° 15’ 30” -02° 06’ 56” 01° 07’ 52” Posisi hilal Miring ke Selatan Miring ke Selatan Miring ke Selatan Lama hilal 11m 00d -09m 54d 05m 49d Hilal terbenam 17 : 43 : 32 WIB 17 : 19 : 45 WIB 17 : 32 : 08 WIB Cahaya hilal 0,23 % 0,16 % 0,18 % Kesimpulan Hilal tidak t erlihat Hilal tidak terlihat Hilal tidak terlihat Perukyat (Syahid) Tidak ada Tidak ada Tidak ada

Tabel 3.5 Data Hasil Pelaksanaan Rukyat Tahun 1431 H / 2010 M48

Hilal untuk menentukan 1 Syawal 1431 Hijriyah, tidak terlihat saat

dilakukan pengamatan oleh tim Hisab Rukyat Lajnah Falakiyah Nahdlatul

Ulama di Tanjung Kodok. Selain karena ketinggian hilal yang masih

dibawah ufuk juga keadaan cuaca mendung yang menjadi penyebab hilal

tidak dapat dilihat.Pada saat Matahari terbenam, posisi hilal di seluruh

wilayah Indonesia masih di bawah ufuk, dengan ketinggian hilal antara -

2°53’ sampai dengan -1°54’.Para perukyat di seluruh wilayah Indonesia

48Dokumen hasil rukyat Kementrian Agama Lamongan, op.cit.

70

tidak ada yang menyatakan berhasil melihat hilal sehingga ditetapkan bahwa

1 Syawal 1431 H jatuh pada hari Jumat 10 September 2010.49

Pada saat Matahari terbenam, ketinggian hilal di seluruh wilayah

Indonesia antara -0°19’ sampai dengan 1°21 (belum imkanur rukyat).Pada

penetapan awal Dzulhijjah 1431 ini di seluruh Indonesia tidak ada perukyat

yang menyatakan berhasil melihat hilal. Pada sidang isbat yang tertuang

dalam Keputusan Menteri Agama RI Nomor 150 tahun 2010, ditetapkan

tanggal 1 Dzulhijjah 1431 H jatuh pada hari Senin, 8 September 2010 M

dan Idul Adha jatuh pada hari Rabu, 17 November 2010.50

Data Hasil Pelaksanaan Rukyat Tahun 1432 H / 2011 M

Data Hisab Bulan / Tahun Rukyat Awal Ramadhan 1432 H / 2011 M

Awal Syawal 1432 H / 2011 M

Awal Dzulhijjah 1432 H / 2011 M

Ijtima’ Ahad Kliwon, 31 Juli 2011 Pukul: 01:41:46 WIB

Senin Wage, 29 agustus 2011 Pukul: 10:05:16 WIB

Kamis Pon, 27 Oktober 2011 Pukul: 02:56:56 WIB

Matahari terbenam 17:30:58.94 WIB 17:30:45.61 WIB 17 : 23 : 46.50 WIB Azimut Matahari 288°18’ 31.50” UTSB 279°20’ 54.59” UTSB 288°32’ 32.22” UTSB Azimut Bulan 282° 56’ 47.38” UTSB 273° 28’ 50.66” UTSB 282° 46’ 18.01” UTSB Tinggi hilal hakiki 07° 09’ 55.58” 01° 57’ 39.22” 06° 57’ 22.96” Tinggi hilal mar’i 06° 39’ 37.00” 01° 37’ 37.35” 06° 25’ 52.65” Posisi hilal Miring ke Selatan Miring ke Selatan Miring ke Selatan Lama hilal 26m 38.47d 06m 30.49d 25m 43.51d Hilal terbenam 17 : 57 : 37.40 WIB 17 : 37 : 16.10 WIB 17 : 23 : 46.50 WIB Kesimpulan Hilal tidak terlihat Hilal tidak terliha t Hilal tidak terlihat Perukyat (Syahid) Tidak ada Tidak ada Tidak ada

Tabel 3.6 Data Hasil Pelaksanaan Rukyat Tahun 1432 H / 2011 M51 Pada penetapan awal Ramadhan 1432 H di Pantai Tanjung Kodok

hilal tidak dapat dilihat.Keadaan horizon pada saat rukyat

49Keputusan Menteri Agama RI 1 Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah 1381 H – 1432 H / 1962 M – 2011 M, op. cit. hlm. 426. 50ibid.,hlm. 430. 51Dokumen hasil rukyat Kementrian Agama Lamongan, op.cit.

71

dilakukanadahalangan tetapi tidak mengganggu pemantauan hilal yang

dilakukan.Keadaan cuaca sebelum Matahari terbenam terdapat awan tidak

merata sehingga hilal tidak terlihat.

Ketika kondisi alam bersahabat dalam artian cuaca mendukung

untuk dilaksanakan rukyat al-hilal, tetapi hilal ketinggianya sangat rendah (

belum imkanur rukyat) maka hilal pun akan sulit terlihat.Hal inilah yang

terjadi ketika pelaksanaan rukyat pada penetapan awal Syawal 1432

Hijriyah, ketinggian hilal belum mencapai dua derajat (batas minimal

imkanur rukyat ketinggian hilal di Indonesia) sehingga hilal tidak terlihat.

Pada penetapan awal Dzulhijja 1432 H di Pantai Tanjung Kodok

hilal tidak dapat dilihat karena keadaan horizon pada saat itu banyak

halangan dan mengganggu pemantauan hilal yang dilakukan.Keadaan cuaca

sebelum Matahari terbenam maupun saat hilal tidak terlihat juga terdapat

awan tebal.

2. Hasil Rukyat di Condrodipo

a. Lokasi Bukit Condrodipo

Bukit Condrodipo

Markas / Tempat Rukyat : Balai Rukyat Condrodipo Gresik

Lintang Tempat ( φ ) : -7° 10' 11,1" LS

Bujur Tempat ( λ ) : 112° 37' 2,5" BT

Ketinggian Tempat/ Dip ( D’ ) : 120 Meter dari permukaan laut

b. Alat-Alat Pendukung Rukyat diantaranya:

72

1) Theodolite 3 set (Nikon NE-202 dan NE-102)

2) Telescop Tracking Bosscha

3) Gawang lokasi konvensinal

c. Tabel Data Hasil Rukyat al-hilal Awal Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah

Tahun 1429-1432 H / 2008-2011 M

Data Hasil Pelaksanaan Rukyat Tahun 1429 H / 2008 M

Data Hisab Bulan / Tahun Rukyat Awal Ramadhan 1429 H / 2008 M

Awal Syawal 1429 H / 2008 M

Awal Dzulhijjah 1429 H / 2008 M

Ijtima’ Ahad Legi, 31 Agustus 2008 Pukul: 02:59 WIB

Senin Kliwon, 29 September 2008 Pukul: 15:12:50 WIB

Kamis Legi, 27 Nopember 2008 Pukul: 23:56:11 WIB

Matahari terbenam 17 : 26 : 05 WIB 17 : 25 : 42 WIB 17 : 33 : 31 WIB Azimut Matahari 276°16’ 34” UTSB 267°11’ 14” UTSB 248° 25” 50,62” UTSB Azimut Bulan 274° 11’ 03” UTSB 263° 06’ 36” UTSB 243° 49’ 29,27” UTSB Tinggi hilal hakiki 06°16’ 47,25” -1° 11' 28,75'' -4° 12’ 36,58” Tinggi hilal mar’i 05° 23’ 44,84” -0° 44’ 07” -4° 10’ 05,79” Posisi hilal Miring ke Selatan - - Lama hilal 10m 07d - - Hilal terbenam 17 : 42 : 10 WIB 17 : 21 : 03 WIB 17 : 16 : 51 WIB Cahaya hilal 0,23 % - - Kesimpulan Hilal Terlihat Hilal tidak terlihat Hilal tidak terli hat Perukyat (Syahid) 1. M. Inwanuddin Tidak ada Tidak ada 2. M. Sholahuddin Tidak ada Tidak ada 3.Muhyiddin Hasan Tidak ada Tidak ada

Tabel 3.7 Data Hasil Pelaksanaan Rukyat Tahun 1429 H / 2008 M52

Pada penetapan awal Ramadhan 1429 tersebut di Bukit Codrodipo hilal

dapat terlihat oleh tiga syahid (perukyat).53Pada penetapan awal Syawal dan

Dzulhijjah hilal tidak dapat terlihat. Hal ini dikarenakan ketinggian hilal yang

masih dibawah ufuk sehingga bisa dipastikan hilal tidak akan terlihat.Secara teori

52Data ini didapat dari dokumen hasil rukyat Kementrian Agama Gresik.Data ini dihitung menggunakan sistem Ephemeris. 53Data ini peneliti peroleh dari dokumen laporan hasil rukyat di Condrodipo 1429 H / 2008 M.

73

jika bulan masih berada di bawah ufukmaka tidakakan bisa terlihat, sehingga

bulan Sya’ban dan Dzulqa’dah diistikmalkan menjadi 30 hari.

Data Hasil Pelaksanaan Rukyat Tahun 1430 H / 2009 M

Data Hisab Bulan / Tahun Rukyat Awal Ramadhan 1430 H / 2009 M

Awal Syawal 1430 H / 2009 M

Awal Dzulhijjah 1430 H / 2009 M

Ijtima’ Kamis Kliwon, 20 Agustus 2009 Pukul: 17:02:40 WIB

Sabtu Kliwon, 19 September 2009 Pukul: 01:45:42 WIB

Selasa Wage, 17 Nopember 2009 Pukul: 02:15:15 WIB

Matahari terbenam 17 : 30 : 05 WIB 17 : 26 : 03 WIB 17 : 27 : 55 WIB Azimut Matahari 282°19’ 07” UTSB 271°14’ 59” UTSB 250°39’ 54” UTSB Azimut Bulan 279° 52’ 43” UTSB 264° 17’ 02” UTSB 245° 59’ 07” UTSB Tinggi hilal hakiki -01°07’ 49” 06°10’ 56” 06°13’ 37” Tinggi hilal mar’i -01° 17’ 30” 05° 36’ 32” 05° 41’ 29” Posisi hilal - Miring ke Selatan Miring ke Selatan Lama hilal -05m 30d 25m 22d 27m 41d Hilal terbenam 17 : 24 : 35 WIB 17 : 51 : 25 WIB 17 : 55 : 36 WIB Cahaya hilal 0,05 % 0,75 % 0,54 % Kesimpulan Hilal tidak terlihat Hi lal tidak terlihat Hilal Terlihat Perukyat (Syahid) Tidak ada Tidak ada 1. M. Inwanuddin Tidak ada Tidak ada 2. M Syamsul Fuad

Tabel 3.8 Data Hasil Pelaksanaan Rukyat Tahun 1430 H / 2009 M54

Di Condrodipo, tidak ada perukyat yang berhasil melihat hilal awal

bulan Ramadhan 1430 H. Tim Rukyat tidak melihat hilal karena ketinggian

hilal tidak mungkin di lihat mata telanjang (masi di bawah ufuk). Sehingga

bulan Sya’ban diistikmalkan menjadi 30 hari dan awal Ramadhan 1430 H

jatuh pada hari Sabtu tanggal 22 Agustus 2009.

Posisi Bulan dan Matahari saat terbenam setelah ijtima’, Bulan

berada cukup tinggi sekitar 4 hingga 5 derajat di atas ufuk. Berdasarkan

kondisi ini, diperkirakan awal Syawal 1430 H akan jatuh pada tanggal 20

September 2009. Posisi Bulan setelah ijtima’ pada tanggal 19 September

54Dokumen hasil rukyat Kementrian Agama Gresik, op.cit.

74

2009 Matahari terbenam lebih dahulu, dan Bulan mencapai tinggi sekitar 5

derajat.Akan tetapi karena cuaca mendung sehingga di Bukit Condrodipo

hilal tidak bisa terlihat.

Pada penetapan awal Dzulhijjah di Bukit Condrodipo Gresik Jawa

Timur hilal berhasil dilihat.tinggi hilal hakiki 06°13’ 37”, tinggi hilal mar'i

05° 41’ 29”. Horison barat cukup berawan, akan tetapi kurang lebih 60

derajat di sekitar hilal, awan agak tipis. Hilal terlihat oleh Inwanuddin dan

Samsul Fu'ad.

Data Hasil Pelaksanaan Rukyat Tahun 1431 H / 2010 M

Data Hisab Bulan / Tahun Rukyat Awal Ramadhan 1431 H / 2010 M

Awal Syawal 1431 H / 2010 M

Awal Dzulhijjah 1431 H / 2010 M

Ijtima’ Selasa Kliwon, 10 Agustus 2010 Pukul: 10:08:28 WIB

Rabu Wage, 08 September 2010 Pukul: 17:29:56 WIB

Sabtu Pon, 06 Nopember 2010 Pukul: 11:52:09 WIB

Matahari terbenam 17 : 32 : 03 WIB 17 : 29 : 23 WIB 17 : 26 : 35 WIB Azimut Matahari 285°29’ 40” UTSB 275°32’ 16” UTSB 253°41’ 44” UTSB Azimut Bulan 281° 21’ 56” UTSB 271° 05’ 54” UTSB 249° 30’ 15” UTSB Tinggi hilal hakiki 02°26’ 06” -02°29’ 24” 01°12’ 07” Tinggi hilal mar’i 02° 17’ 13” -02° 11’ 47” 01° 11’ 05” Posisi hilal Miring ke Selatan - Miring ke Selatan Lama hilal 10m 07d -10m 47d 04m 56d Hilal terbenam 17 : 42 : 10 WIB 17 : 18 : 36 WIB 17 : 31 : 31 WIB Cahaya hilal 0,23 % 0,16 % 0,18 % Kesimpulan Hilal Terlihat Hilal tidak terlihat Hilal tidak terlihat Perukyat (Syahid) 1. M. Inwanuddin Tidak ada Tidak ada 2. Achmad Azhar Tidak ada Tidak ada

Tabel 3.9 Data Hasil Pelaksanaan Rukyat Tahun 1431 H / 2010 M55

Pada saat Matahari terbenam, posisi hilal di seluruh wilayah

Indonesia sudah di atas ufuk, dengan ketinggian hilal antara 01°14’ sampai

dengan 02°32’. Hilal dapat terlihat di Bukit Condrodipo.Berdasarkan

55ibid.

75

laporan dan hasil pelaksanaan rukyat, ahli hisab dan rukyat yang tergabung

dalam Badan Hisab Rukyat Kementerian Agama RI sepakat menyatakan

bahwa tanggal 1 Ramadhan 1431 H jatuh pada hari Rabu tanggal 11

Agustus 2010. Para saksi yang berhasil melihat hilal di Condrodipo

Muhammad. Inwanuddin dan Achmad Azhar. Para saksi lain yang

melaporkan berhasil melihat hilal ialah Hasan Mujib, Maksum, Sholihin,

Rusdi, Musthofa yang semuanya dari Probolinggo Jawa Timur, dan

Mohammad Labib, Ahmad Zaim dari OKI Jakarta serta H. Syaifullah dari

Bengkulu.56

Pada penetapan awal Syawal hilal tidak dapat terlihat.Hal ini

dikarenakan ketinggian hilal yang masih dibawah ufuk sehingga bisa

dipastikan hilal tidak akan terlihat. Sedangkan pada penetapan awal

Dzulhijjah ketinggian hilal di seluruh wilayah Indonesia antara -0°19’

sampai dengan 1°21’; belum imkanur rukyat.

Data Hasil Pelaksanaan Rukyat Tahun 1432 H / 2011 M

Data Hisab Bulan / Tahun Rukyat Awal Ramadhan 1432 H / 2011 M

Awal Syawal 1432 H / 2011 M

Awal Dzulhijjah 1432 H / 2011 M

Ijtima’ Ahad Kliwon, 31 Juli 2011 Pukul: 01:39:42 WIB

Senin Wage, 29 agustus 2011 Pukul: 10:04:03 WIB

Kamis Pon, 27 Oktober 2011 Pukul: 02:56:28 WIB

Matahari terbenam 17: 31: 38 WIB 17: 30 : 50 WIB 17 : 25 : 02 WIB Azimut Matahari 288°17’ 00” UTSB 279°19’ 10” UTSB 257°00’ 14” UTSB Azimut Bulan 282° 56’ 43” UTSB 273° 27’ 31” UTSB 252° 26’ 10” UTSB Tinggi hilal hakiki 06°52’ 18” 01° 41’ 15” 06° 33’ 17” Tinggi hilal mar’i 06° 36’ 24” 01° 36’ 23” 06° 16’ 17” Posisi hilal Miring ke Selatan Miring ke Selatan Miring ke Selatan Lama hilal 28m 53d 06m 44d 28m 14d

56Keputusan Menteri Agama RI 1 Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah 1381 H – 1432 H / 1962 M – 2011 M, op.cit., hlm. 420.

76

Hilal terbenam 18: 00: 32 WIB 17:37:34 WIB 17 : 53 : 16 WIB Cahaya hilal 0,72 % 0,33 % 0,62 % Kesimpulan Hilal Terlihat Hilal tidak terlihat Hilal Terlihat Perukyat (Syahid) 1. M. Inwanuddin Tidak ada 1. M. Inwanuddin 2. M. Sholahuddin Tidak ada 2. Achmad Ashar 3.Muhyiddin Hasan Tidak ada -

Tabel 3.10 Data Hasil Pelaksanaan Rukyat Tahun 1432 H / 2011 M57

Pada saat Matahari terbenam, posisi hilal di seluruh wilayah

Indonesia sudah di atas ufuk, dengan ketinggian hilal antara 04°50’ sampai

dengan 06°55’. Hilal awal Ramadhan 1432 H. terlihat dari Bukit

Condrodipo oleh tiga orang.Kondisi horizon (ufuk) Barat cukup cerah,

walaupun ada awan-awan tipis. Menurut perhitungan, Matahari terbenam di

ufuk Barat pukul 17:31:17, akan tetapi pada pukul 17:28:45 WIB Matahari

sudah tidak terlihat karena tenggelam di balik awan yang menutupi horison

Barat.

Pada saat Matahari terbenam, posisi hilal di seluruh wilayah

Indonesia sudah di atas ufuk, dengan ketinggian hilal antara 0°08’ sampai

dengan 1°53’, para perukyat di seluruh wilayah Indonesia tidak ada yang

menyatakan berhasil melihat hilal sehingga ditetapkan bahwa 1 Syawal

1432 H jatuh pada hari Rabu tanggal 31 Agustus 2011.58

Para saksi lain yang melaporkan berhasil melihat hilal ialah H.

Abbas Fadhil, Irwan Slamet keduanya dari Sulawesi Selatan, Heru Jatmiko

dari Makassar, Taufiqurrahman, H. Mashudi dan Wahid bin mislan

ketiganya dari Bangkalan Jawa Timur. Masing-masing telah disumpah oleh

57Dokumen hasil rukyat Kementrian Agama Gresik, op.cit. 58Keputusan Menteri Agama RI 1 Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah 1381 H – 1432 H / 1962 M – 2011 M, op.cit., hlm. 440.

77

Hakim pada Pengadilan Agama setempat.Tanggal satu Ramadhan 1432 H

ditetapkan jatuh pada hari Senin tanggal 1 Agustus 2011.59

Pada penetapan awal Dzulhijjah 1432 Hijriyah ini hilal dapat

terlihat di Condrodipo, ketinggian hilal mencapai 06° 33’ 17”.Kondisi

ketinggian hilal sangat memungkinkan untuk berhasil dirukyat ( imkanur

rukyat). Pada saat Matahari terbenam, posisi hilal di seluruh wilayah

Indonesia sudah di atas ufuk, dengan ketinggian hilal antara 04°25’ sampai

dengan 6°34’. Pada siding isbat yang tertuang dalam Keputusan Menteri

Agama RI Nomor 192 tahun 2011, ditetapkan tanggal 1 Dzulhijjah 1432 H

ditetapkan jatuh pada hari Jumat tanggal 28 Oktober 2011 dan Idul Adha

jatuh pada hari Ahad, 6 November 2011 .60

59ibid.,hlm. 435. 60ibid.,hlm. 444.

112

BAB IV

ANALISIS TINGKAT KEBERHASILAN RUKYAT DI PANTAI

TANJUNG KODOK LAMONGAN DAN BUKIT CONDRODIPO GRESIK

TAHUN 2008-2011

A. Faktor yang Menyebabkan Perbedaan Tingkat Keberhasilan Rukyat

Antara Pantai Tanjung Kodok Lamongan dan Bukit Condrodipo Gresik

Tahun 2008-2011

Faktor-faktor yang menyebabkan perbedaan hasil rukyat di Pantai

Tanjung Kodok Lamongan dan Bukit Condrodipo Gresik banyak

sekali.Beberapa faktor tersebut menurut peneliti penting untuk dikaji, agar

ketika pelaksanaan rukyat selanjutnya bisa mempertimbangkan faktor-faktor

ini. Oleh karena itu, dan untuk mempertajam analisis, peneliti membagi

analisis faktor-faktor yang menyebabkan perbedaan hasil rukyat menjadi tiga

bagian, yaitu:

1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Rukyat di Pantai

Tanjung Kodok Lamongan Tahun 2008-2011

Secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan

rukyat di Pantai Tanjung Kodok bisa dikategorikan menjadi dua, yaitu:

a. Faktor Alam

Faktor alam termasuk faktor yang paling mempengaruhi dalam

keberhasilan rukyat.Hal ini dikarenakan alam tidak bisa diubah dan

ditentukan oleh manusia. Manusia hanya bisa mengikuti hukum alam

79

yang berlaku, misalnya jika awan menjadi sangat gelap, maka besar

kemungkinan akan turun hujan.

Berikut beberapa faktor alam yang mempengaruhi

keberhasilan rukyat:

1) Kondisi Geografis Lokasi Rukyat

Kondisi geografis lokasi rukyat di Pantai Tanjung Kodok

termasuk strategis.Hal ini bisa ditinjau dari bentuk tepi laut

Tanjung Kodok menjorok ke lautan.Karena letaknya yang

menjorok ke lautan, maka arah Barat pantai ini adalah lautan bebas

tanpa penghalang untuk mengamatai terbenamnya Matahari dan

Bulan. Berikut gambar kondisi geografis pantai Tanjung Kodok

Lamongan:

Gambar 4.1 Peta Tanjung Kodok diambil dari Software Google Earth163

163Diakses pada tanggal 7 Juni 2012.

80

Hal ini sesuai dengan kriteria lokasi rukyat dalam buku

Pedoman Teknik Rukyat, bahwadaerahpandangan ke arah ufuk

Barat harus terbuka sebesar 28,5 derajat ke arah Utara maupun ke

Selatan dari arah Barat. Angka 28,5 derajat ini didapatkan dari nilai

deklinasi maksimum Bulan, yaitu 28,5 derajat. Sedangkan

deklinasi maksimum Matahari adalah 23.5 derajat. Deklinasi Bulan

mempengaruhi arah terbenamnya Bulan, jika deklinasi Bulan

bernilai 20 derajat, maka saat itu Bulan terbenam pada 20 derajat

dihitung dari arah Barat ke arah Utara164.

2) Kondisi Cuaca Saat Rukyat

Kondisi cuaca yang peneliti maksud adalah kondisi awan

saat pelaksanaan rukyat.Hasil penelusuran peneliti pada data

BMKG Pantai Tanjung Kodok Lamongan menghasilkan beberapa

data terkait dengan kecepatan awan, arah angin, temperatur udara,

tekanan udara, dan curah hujan.

Data-data tersebut menunjukkan bahwa saat pelaksanaan

rukyat dari tahun 2008-2011 tidak pernah sekalipun terjadi hujan,

hal ini dikarenakan data curah hujan = 0, yang berarti tidak ada

hujan. Namun tidak menutup kemungkinan adanya awan yang

menutupi pengamatan hilal di pantai Tanjung Kodok tersebut,

seperti yang dilaporkan oleh M. Khoirul Anam, ketua tim rukyat

pantai Tanjung Kodok Lamongan bahwa rukyat pada tahun 2008

164 Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Pedoman Tehnik Rukyat, Jakarta: Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, 1994/1995, hlm. 20.

81

hingga tahun 2011 tidak berhasil dilakukan karena saat rukyat

dilakukan, ada banyak awan mendung yang menutupi langit.

3) Tinggi Hilal

Ketinggian hilal saat Matahari terbenam adalah faktor yang

paling menentukan keberhasilan rukyat di Pantai Tanjung Kodok

Lamongan. Secerah apapun cuaca saat pengamatan, jika ketinggian

hilalnya di bawah ufuk (negatif) atau di atas ufuk, namun kurang

dari dua derajat, maka rukyat akan sulit dilakukan.

Kriteria ketinggian hilalyang bisa dilihat ada berbagai

macam pendapat.Untuk Indonesia, kriteria ketinggian hilal yang

bisa dilihat adalah minimal 2 derajat.Kriteria ini ditetapkan setelah

diadakannya Musyawarah Menteri-menteri Agama Brunei

Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS)165.

Secara astronomis ketinggian hilal kurang dari 3 derajat

terlalu rendah, umurnya terlalu muda, dan fraksi iluminasi Bulan

terlalu kecil.Dalam kondisi seperti itu hilal mustahil dapat

dirukyat.Kondisi cuaca yang cenderung banyak awan dan hujan

juga kemungkinan mengganggu.

Kriteria dasar yang dapat digunakan berdasarkan

pengamatan dan model teoritik astronomi adalah limit Danjon,

165 Kriteria penentuan awal Bulan (kalender) Hijriyah yang ditetapkan berdasarkan Musyawarah Menteri-menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS), dan dipakai secara resmi untuk penentuan awal Bulan Hijriyah pada Kalender Resmi Pemerintah, lihat http://id.wikipedia.org/wiki/Hisab_dan_rukyat, dikases pada Sabtu, 26 Mei 2012.

82

yang menyatakan bahwa hilal tidak mungkin teramati bila jarak

Bulan-Matahari kurang dari 7 derajat. Kriteria lain di antaranya

dikembangkan oleh Mohammad Ilyas dari IICP (International

Islamic Calendar Programme), Malaysia. Kriteria imkan rukyat

yang dirumuskan IICP meliputi tiga kriteria.166

Pertama, kriteria posisi Bulan dan Matahari: Beda tinggi

Bulan-Matahari minimum agar hilal dapat teramati adalah 4 derajat

bila beda azimuth Bulan – Matahari lebih dari 45 derajat, bila beda

azimuthnya 0 derajat perlu beda tinggi lebih dari 10,5 derajat.

Kedua, kriteria beda waktu terbenam: Sekurang-kurangnya

Bulan 40 menit lebih lambat terbenam daripada Matahari dan

memerlukan beda waktu lebih besar untuk daerah di lintang tinggi,

terutama pada musim dingin.

Ketiga, kriteria umur Bulan (dihitung sejak ijtima’): Hilal

harus berumur lebih dari 16 jam bagi pengamat di daerah tropik

dan berumur lebih dari 20 jam bagi pengamat di lintang tinggi.167

Kriteria IICP sebenarnya belum final, mungkin berubah

dengan adanya lebih banyak data. Kriteria berdasarkan umur Bulan

dan beda posisi nampaknya kuat dipengaruhi jarak Bulan-Bumi dan

posisi lintang ekliptika Bulan, bukan hanya faktor geografis.

166Thomas Djamaluddin, “Kriteria Imkanur Rukyat Khas Indonesia : Titik Temu Penyatuan Hari Raya dan Awal Ramadhan”, Dimuat di Pikiran Rakyat, 30 Januari 2001. 167 Thomas Djamaluddin, Imkan Rukyat: Parameter Penampakan Sabit Hilal dan Ragam Kriterianya (Menuju Penyatuan Kalender Islam di Indonesia), kumpulan Materi “Pendidikan dan Pelatihan Nasional Pelaksana Rukyat Nahdlatul Ulama” Dilaksanakan pada; tanggal 17-23 desember 2006 / 26 Dzulqo’dah – 2 Dzulhijjah 1427 H di Masjid Agung Jawa tengah, hlm. 3.

83

Secara astronomis LAPAN pernah mengkaji ulang semua

laporan rukyatul hilal yang didokumentasikan oleh Departemen

Agama.Dari analisis astronomis oleh LAPAN tersebut telah

disarankan kepada suatu kriteria yang lebih disempurnakan,

terutama masalah ketinggian hilal.Tinggi hilal minimum 2 derajat

bila Bulan jauh dari Matahari, tetapi bila terlalu dekat perlu

ketinggian lebih dari 9 derajat.

Kriteria usulan LAPAN tersebut lebih mendekati kriteria

internasional, tanpa mengabaikan kriteria yang pernah disepakati di

Indonesia dan negara-negara MABIMS karena datanya adalah

rukyatul hilal di Indonesia.Adapun kriteria LAPAN sebagaimana

yang diungkapkan oleh Thomas Djamaluddin adalah:

a. Jarak sudut Bulan-Matahari > 6,4

b. Beda tinggi Bulan-Matahari > 4

Kriteria baru tersebut hanya merupakan penyempurnaan

kriteria yang selama ini digunakan oleh BHR dan ormas-ormas

Islam untuk mendekatkan semua kriteria itu dengan fisis hisab dan

rukyat hilal menurut kajian astronomi.Dengan demikian aspek

rukyat maupun hisab mempunyai pijakan yang kuat, bukan sekadar

rujukan dalil syar’i tetapi juga interpretasi operasionalnya

berdasarkan sains-astronomi yang bisa diterima bersama168.

168 Thomas Djamaluddin, Astronomi Memberi Solusi Penyatuan Umat, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, 2011, hlm. 23.

84

Berikut tabel ketinggian hilalsaat pelaksanaan rukyat di

Pantai Tanjung Kodok Lamongan tahun 2008 – 2011 yang peneliti

dapatkan:

Bulan / Tahun Hijriah

Tinggi Hilal Mar’i Tanjung Kodok

Keterangan

Ramadhan 1429 H 05°29’ 47.79” Tidak Terlihat

Syawal 1429 H -0° 24’ 15,21” Tidak Terlihat

Dzulhijjah 1429 H Hilal di bawah ufuk Tidak Terlihat

Ramadhan 1430 H Hilal di bawah ufuk Tidak Terlihat

Syawal 1430 H 05° 27’ 42,61” Tidak Terlihat

Dzulhijjah 1430 H 06° 25’ 52.65” Tidak Terlihat

Ramadhan 1431 H 02° 15’ 30” Tidak Terlihat

Syawal 1431 H -02° 06’ 56” Tidak Terlihat

Dzulhijjah 1431 H 01° 07’ 52” Tidak Terlihat

Ramadhan 1432 H 06° 39’ 37.00” Tidak Terlihat

Syawal 1432 H 01° 37’ 37.35” Tidak Terlihat

Dzulhijjah 1432 H 06° 25’ 52.65” Tidak Terlihat

Tabel 4.1 Tinggi Hilal Mar’I di Pantai Tanjung Kodo k Dari tabel tersebut, dan hasil wawancara dengan M.

Khoirul Anam selaku Ketua Lajnah Falakiyah Lamongan, peneliti

mendapatkan hasil kesimpulan bahwa rukyat di Pantai Tanjung

KodokLamongan belum pernah berhasil dilakukan dari tahun 2008

hingga tahun 2011. Adapun alasan ketidakberhasilan rukyat

tersebut dikarenakan adanya mendung yang menghalangi perukyat

sebagaimana yang dinyatakan M. Khoirul Anam.

4) Beda Azimuth Bulan – Matahari

85

Beda azimuth Bulan – Matahari sangat mempengaruhi

visibilitas hilal.Saatbedaazimuth Bulan – Matahari relatif kecil,

misalkan 0 derajat, maka cahaya Matahari saat terbenam akan

menyamarkan cahaya Bulan sabit (hilal). Dalam keadaan ini,

ketinggian hilal harus cukup tinggi agar cahaya hilal bisa nampak,

yaitu sebesar 8,3.169

Kasus ini tentunya berbeda dengan kasus dimana beda

azimuth Bulan – Matahari relatif besar, misalnya 6 derajat, maka

hilal dengan ketinggian 2,3 derajat akan bisa dilihat karena jarak

antara Bulan dan Matahari saat itu jauh.

Berikut tabel bedaazimuth Bulan– Mataharisaat

pelaksanaan rukyat di Pantai Tanjung Kodok Lamongan tahun

2008 – 2011 yang peneliti dapatkan:

Bulan / Tahun Hijriah

Azimuth Matahari

Azimuth Bulan

Beda Azimuth Matahari-Bulan

Ramadhan 1429 H

278° 22' 6.28'' 273° 49' 22.73''

4° 32' 43.55'' Syawal 1429 H 268° 33'

31.43'' 264° 33' 8.49'' 4° 0' 22.94''

Dzulhijjah 1429 H

249° 3' 13.2'' 244° 41' 32.43''

4° 21' 40.77'' Ramadhan 1430 H

257° 42' 53.88''

260° 8' 39.07'' 2° 25' 45.19'' Syawal 1430 H 271° 15'

19.96'' 264° 53' 32.07''

6° 21' 47.89'' Dzulhijjah 1430 H

250° 45' 23.67''

254° 49' 28.35''

4° 4' 4.68'' Ramadhan 1431 H

285° 31' 4'' 281° 22' 13'' 4° 8' 51'' Syawal 1431 H 275° 34' 4'' 271° 8' 6'' 4° 25' 58'' Dzulhijjah 1431 H

253° 44' 38'' 249° 32' 9'' 4° 12' 29'' Ramadhan 1432 H

288° 18' 31.5'' 282° 56' 47.38''

5° 21' 44.12''

169Thomas Djamaluddin, “Kriteria Imkanur Rukyat Khas Indonesia : Titik Temu Penyatuan Hari Raya dan Awal Ramadhan”, Dimuat di Pikiran Rakyat, 30 Januari 2001.

86

Syawal 1432 H 279° 20' 54.59''

273° 28' 50.66''

5° 52' 3.93'' Dzulhijjah 1432 H

288° 32' 32.22''

282° 46' 18.01''

5° 46' 14.21''

Tabel 4.2 Beda Azimuth Matahari-Bulan di Pantai Tanjung Kodok

Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa rata-rata

bedaazimuthBulan dan Matahari sebesar 5 derajat. Oleh karena itu

ketinggian hilal 2,6 derajat sudah dikategorikan untuk bisa dilihat

secara teori.

5) KondisiatmosferBumi

Lapisan atmosfer selain berfungsi untuk melindungi

kehidupan di Bumi dengan menyerap radiasi sinar ultraviolet dari

Matahari, juga berfungsi sebagai lensa raksasa yang dapat

membiaskan gelombang cahaya Matahari sehingga dapat

mempengaruhi penglihatan terhadap objek benda langit.

Gangguan atmosferik sewaktu melakukan rukyatul hilal

terjadi kebanyakan di lapisan Troposfir (0-16 km) di ekuator dan

(0-8 km) di kutub, karena di lapisan inilah terjadi fenomena-

fenomena cuaca seperti suhu, tekanan, partikel di udara dan kondisi

awan yang menimbulkan peristiwa optik di atmosfir, seperti

refraksi, refleksi dan difraksi bahkan menyerap cahaya sehinggga

mempengaruhi penglihatan.170

170 Muhammad Husni, Mengenal Faktor Gangguan Atmosferik (Ghumma) Pada Pelaksanaan Rukyatul Hilal, Kumpulan-kumpulan Materi “Pendidikan dan Pelatihan Nasional Pelaksana Rukyat Nahdlatul Ulama” Dilaksanakan pada tanggal 17-23 desember 2006 / 26 Dzulqo’dah – 2 Dzulhijjah 1427 H di Masjid Agung Jawa tengah, hlm. 2.

87

Dari berbagai peristiwa optik tersebut, peristiwa refraksi

atmosfer adalah peristiwa optik yang sangat mempengaruhi

penglihatan terhadap benda langit, khususnya dalam praktek

rukyat.Refraksi atmosfer adalah penyimpangan cahaya atau

gelombang elektromagnetik dari garis lurus ketika melewati

atmosfer karena adanya variasi kerapatan udara sebagai fungsi dari

ketinggian.Refraksi atmosfer menyebabkan benda-benda langit

terlihat lebih tinggi daripada yang sebenarnya.Semakin dekat ke

horizon semakin besar indeks refraksinya.171

Fenomena yang terjadi akibat adanya refraksi atmosfer

antara lain:Perubahan posisi Matahari dan Bulan,Perubahan bentuk

Matahari dan Bulan, Kilat hijau (Green flash), Benda khayal

(mirages), inferior dan superior, Kilat merah (Red flash) dan Benda

berkilau (Scintillation).172

6) Horizontal Visibility (Jarak Pandang Mendatar)

Jarak pandang mendatarakan berkurang jika partikel-

partikel atmosfer antara pengamat dan benda menyerap atau

menghamburkan cahaya Matahari.Selain itu, cahaya juga dapat

diserap oleh zat-zat di atmosfer seperti Karbon dan NO2 yang

sangat dominan dalam menyerap cahaya. Jika konsentrasi partikel

di udara sangat rendah maka batas pandang dapat mencapai 250

km. Polusi meningkatkan konsentrasi pertikel di udara sehingga

171ibid. 172ibid.

88

mempengaruhi jarak pandangmenjadi minus 70 km.Jarak pandang

dari permukaan laut dapat mencapai 300 km jika tanpa ada partikel

di atmosfer, bahkan bisa mencapai 500 km dari puncak Mount

Blanc. Intinya semakin tinggi suatu tempat, maka jarak pandangnya

akan semakin jauh.173

b. Faktor Non Alam

Faktor non alam juga berpengaruh terhadap keberhasilan

rukyat di pantai Tanjung Kodok. Berikut beberapa faktor non alam

yang turut mempengaruhi keberhasilan rukyat:

1) Alat Rukyat

Keadaan hilal yang begitu tipis dan halus sangat sulit untuk

dilihat. Pada saat Matahari baru saja terbenam, cahaya langit senja

masih cukup terang, yang menyulitkan perukyat untuk dapat

melihat hilal. Selain itu saat rukyat dilakukan, umur Bulan masih

muda, sehingga cahaya Bulan masih terlalu tipis.Cahaya Bulan ini

hampir tidak jauh berbeda dengan terangnya langit senja yang

cerah tanpa awan.174

Oleh karena itu, untuk memudahkan pelaksanaan rukyat

diperlukan beberapa alat bantu. Alat bantu yang bisa digunakan

dalam pelaksanaan rukyat adalah Gawang Lokasi, Binokuler,

Rubu’ al-Mujayyab,Theodolite, Teleskop, dan Tongkat Istiwa’.

173ibid, 174 Badan Hisab dan Rukyat Departemen Agama, Almanak Hisab Rukyat, Jakarta: Proyek Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, 1981, hlm. 54.

89

Menurut peneliti, dari beberapa alat bantu tersebut, alat-alat

yang penting untuk digunakan adalah theodolite dan teleskop.

Theodolite berguna untuk mengukur sudut azimuth dan

ketinggian/altitude (irtifa' ) secara lebih teliti dibandingkan kompas

dan Rubu’ al Mujayyab175.

Sedangkan teleskop atau teropong memiliki tiga fungsi

utama, yakni: meningkatkan kecermelangan objek pengamatan,

membuat objek kelihatan lebih detail dibandingkan dengan mata

telanjang, dan membuat objek tampak lebih besar, seolah-olah

lebih dekat dengan pengamat.

Peran teleskop dalam penentuan awal Bulan diantaranya;

a) Membantu dalam pengamatan hilal sehingga dapat dicapai

obyektivitas hasil pengamatan hilal.

b) Agar dapat dicapai unifikasi persepssi obyek langit yang

dinamakan hilal, kesalahan persepsi tentang obyek lain yang

dikira hilal diharapkan bisa dihindari dengan baik dan

absurditas hasil pengamatan hilal dapat menjadi obyektifitas

ilmu pengetahuan tentang hilal yang lebih kokoh.

c) Pengamatan hilal dengan teleskop tidak dipengaruhi oleh

subyektivitas (kondisi psikolog dan mata pengamat) dengan

independen membantu mengklarifikasi apakah yang diamati

oleh mata pengamat sebuah hilal atau awan tipis.

175 Badan Hisab dan Rukyat Departemen Agama, Almanak Hisab Rukyat, Jakarta:

Proyek Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, 1981, hlm. 134.

90

d) Membantu mata pengamat dalam mengidentifikasi hilal pada

langit yang diterangi cahaya senja.

e) Teleskop dapat merekam kondisi langit Barat pada arah

pengamatan hilal, dapat merekam kondisi pengamatan hilal.176

Adapun alat rukyat yang digunakan di pantai Tanjung

Kodok adalah Teleskop Celestron Nexstar 5, Theodolite, GPS

(Global Positioning System), dll.Menurut peneliti. Perpaduan

antara Teleskop Celestron Nexstar 5 dan GPS akan sangat

membantu perukyat untuk merukyat hilal.hal ini dikarenakan

teleskop jenis ini secara otomatis akan menunjukkan lokasi hilal

saat Matahari terbenam. Hilal yang tampak pada teleskop juga bisa

diabadikan dengan kamera yang bisa dipasang pada teleskop.177

2) Manusia Sebagai Perukyat

Manusia sebagai perukyat juga turut memberikan andil

yang besar pada keberhasilan pelaksanaan rukyat. Menurut peneliti

kriteria perukyat yang capable untuk pelaksanaan rukyat adalah:

a) Pengalaman rukyat.Bagi orang awam yang belum terlatih

untuk melakukan rukyat akan menemui kesulitan untuk

menemukan hilal yang dimaksud.

176 Moedji Raharto, Perangkat Rukyat Hilal: Binokuler, Teleskop dan Sistem Mounting, Kumpulan-kumpulan Materi “Pendidikan dan Pelatihan Nasional Pelaksana Rukyat Nahdlatul Ulama” Dilaksanakan pada; tanggal 17-23 desember 2006 / 26 Dzulqo’dah – 2 Dzulhijjah 1427 H di Masjid Agung Jawa tengah, hlm. 4-5.

177http://www.celestron.com/astronomy/telescopes/celestron-nexstar-5se.html diakses pada tanggal 8 Juni 2012.

91

b) Ahli mengoperasikan alat rukyat. Munculnya varian alat

rukyat, baik yang klasik maupun yang modern, seperti

theodolite dan teleskop, mengharuskan perukyat mempunyai

keahlian mengoperasikannya. Hal ini penting untuk

mempermudah perukyat mengamati hilal dengan alat bantu

rukyat tersebut.

c) Mengetahui posisi hilal saat Matahari terbenam (ghurub).

Sehingga ketika proses rukyah, ia tidak melihat ke arah yang

salah. Data posisi hilal ini bisa diperoleh dari perhitungan

hisab awal Bulan Kamariah.

d) Mengetahui bentuk hilal yang dimaksud. Pada saat permulaan

Bulan hijriah baru, hilal yang muncul ada bermacam-macam

bentuknya. Ada yang miring ke Selatan, miring ke Utara, dan

sebagainya. Bentuk hilal ini bisa diperoleh dengan perhitungan

awal Bulan Kamariah.

e) Mempunyai indra penglihatan yang tajam. Bagi perukyat yang

menggunakan kacamata untuk mata minus akan sulit melihat

hilal. Ini disebabkan penyakit mata minus menyebabkan

penderitanya susah melihat benda yang jauh, terutama saat

malam hari.

f) Pengetahuan astronomis pengamat. Pengetahuan astronomis

pengamat akan mempengaruhi kebenaran obyek yang diamati.

92

Ini dikarenakan banyaknya benda langit yang menyerupai

Bulan.

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Rukyat di Bukit

Condrodipo Gresik 2008-2011

Secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan

rukyat di Bukit condrodipo Gresik bisa dikategorikan menjadi dua faktor,

yaitu:

a. Faktor Alam

Beberapa faktor alam yang mempengaruhi keberhasilan rukyat

di Bukit Condrodipo Gresik adalah:

1) Kondisi Geografis Lokasi Rukyat

Kondisi geografis Bukit Condrodipo sebagai lokasi rukyat

cukup memadai.Dua hal yang menjadikannya tempat yang

memadai untuk pelaksanaan rukyat. Pertama, ketinggian tempat

Bukit Condrodipo adalah 185 kaki178 atau 56,388 meter 179.

Sedangkan dalam Taqwim Awal Bulan Qomariyah tahun 2009-

2011, data tinggi tempat yang digunakan adalah 120 meter.

Ketinggian tempat ini menjadikan ufuk horizon semakin luas,

karena tempat-tempat yang biasanya terhalang akan terlihat.

Kedua, pandangan bebas di daerah sebelah Barat, menjadikan ufuk

Barat tempat terbenamnya Matahari dan munculnya hilal lebih

178 Data ini didapatkan dari software Google Earth pada tanggal 8 Juni 2012 179 1 kaki = 0,3048 meter. Lihat http://www.calculateme.com/Length/Feet/ToMeters.htm

diakses pada 8 juni 2012.

93

mudah dilihat.Hal ini menjadikan tempat ini layak digunakan

untuk tempat rukyat.

Berikut gambar Bukit Condrodipo Gresik yang peneliti

dapatkan dari software Google Earth:

Gambar 4.2 Peta Bukit Condrodipo diambil dari Software Google Earth180

2) Kondisi Cuaca Saat Rukyat

Beberapa data yang peneliti kumpulkan dari BMKG Gresik

menunjukkan kondisi cuaca saat pengamatan.Data-data tersebut

berupa jumlah awan, arah angin, kecepatan angin, jenis awan

rendah, jenis awan menengah, jenis awan tinggi, dan jarak pandang

mendatar.

Dari hasil pengamatan peneliti, kriteria cuaca yang baik

untuk pelaksanaan rukyat adalah ketika jumlah awannya kurang

dari 2, dan jenis awan rendah dan awan menengahnya bernilai 0

180Diakses pada tanggal 7 Juni 2012.

94

atau 1, meskipun ada awan tinggi, namun keberadaannya tidak

akan mengganggu terlihatnya hilal, selama jumlah awan tingginya

tidak lebih dari 7 yang akan menyebabkan turunnya hujan.

3) Tinggi Hilal

Ketinggian hilal saat Matahari terbenam juga

mempengaruhi hasil rukyat di Bukit Condrodipo

Gresik.Ketinggian hilal yang bisa diamati dari Bukit Condrodipo

adalah ketika tinggi hilal lebih dari 2 derajat.ini bisa dilihat dari

tabel berikut. Tabel ini berisi data tinggi hilal saat pelaksanaan

rukyat di Bukit Condrodipo Gresik dari tahun 2008 hingga tahun

2011:

Bulan / Tahun Hijriah

Tinggi Hilal Mar’i Bukit Condrodipo

Keterangan

Ramadhan 1429 H 06°16’ 47.25” Terlihat

Syawal 1429 H -0° 44’ 07” Tidak Terlihat

Dzulhijjah 1429 H Hilal di bawah ufuk Tidak Terlihat

Ramadhan 1430 H -01° 17’ 37” Tidak Terlihat

Syawal 1430 H 05° 36’ 32” Tidak Terlihat

Dzulhijjah 1430 H 05° 41’ 29” Terlihat

Ramadhan 1431 H 02° 17’ 13” Terlihat

Syawal 1431 H -02° 11’ 47” Tidak Terlihat

Dzulhijjah 1431 H 01° 11’ 05” Tidak Terlihat

Ramadhan 1432 H 06° 36’ 24” Terlihat

Syawal 1432 H 01° 36’ 23” Tidak Terlihat

Dzulhijjah 1432 H 06° 16’ 17” Terlihat

Tabel 4.3 Tinggi Hilal Mar’I di Bukit Condrodipo

95

Dari tabel tersebut dapat dismpulkan bahwa pada

ketinggian hilal 01° 36’ 23” (awal Syawal 1432 H) dan 01° 07’ 52”

(awal Dzulhijjah 1431 H), pelaksanaan rukyat tidak berhasil.

Pelaksanaan rukyat baru berhasil ketika hilal berada pada

ketinggian 02° 17’ 13” (awal Ramadhan 1431 H), 05° 41’ 29”

(awal Dzulhijjah 1430 H), 06° 16’ 17” (awal Dzulhijjah 1432 H),

06°16’ 47.25” (awal Ramadhan 1429 H), dan 06° 36’ 24” (awal

Ramadhan 1432 H).

Meskipun demikian rukyat pernah dilaporkan tidak berhasil

pada ketinggian hilal 5° 36’ 32” pada awal Syawal 1430 H. Hal ini

bukan dikarenakan karena faktor ketinggian, karena secara ilmiah

pada ketinggian itu hilal dimungkinkan bisa dilihat oleh pengamat.

Kegagalan rukyat pada awal Syawal 1430 H dikarenakan keadaan

cuaca saat rukyat tersebut adalah mendung, sehingga hilal tidak

bisa diamati181.

4) Beda Azimuth Bulan – Matahari

Berikut tabel bedaazimuth Bulan – Mataharisaat

pelaksanaan rukyat di Bukit Condrodipo Gresik tahun 2008 – 2011

yang peneliti dapatkan:

Bulan / Tahun Hijriah

Azimuth Matahari

Azimuth Bulan

Beda Azimuth Matahari-Bulan

Ramadhan 1429 H

276° 16' 34'' 274° 11' 3'' 2° 5' 31'' Syawal 1429 H 267° 11' 14'' 263° 6' 36'' 4° 4' 38''

181Info tentang mendung ini peneliti dapatkan saat wawancara dengan Luch Al Fanani,

selaku Ketua Lajnah Falakiyah Gresik, pada hari Kamis tanggal 10 Mei 2012.

96

Dzulhijjah 1429 H

248° 25' 50.62''

243° 49' 29.27''

4° 36' 21.35'' Ramadhan 1430 H

282° 19' 7'' 279° 52' 43'' 2° 26' 24'' Syawal 1430 H 271° 14' 59'' 264° 17' 2'' 6° 57' 57'' Dzulhijjah 1430 H

250° 39' 54'' 245° 59' 7'' 4° 40' 47'' Ramadhan 1431 H

285° 29' 40'' 281° 21' 56'' 4° 7' 44'' Syawal 1431 H 275° 32' 16'' 271° 5' 54'' 4° 26' 22'' Dzulhijjah 1431 H

253° 41' 44'' 249° 30' 15'' 4° 11' 29'' Ramadhan 1432 H

288° 17' 0'' 282° 56' 43'' 5° 20' 17'' Syawal 1432 H 279° 19' 10'' 273° 27' 31'' 5° 51' 39'' Dzulhijjah 1432 H

257° 0' 14'' 252° 26' 10'' 4° 34' 4''

Tabel 4.4 Beda Azimuth Matahari-Bulan di Bukit Condrodipo Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa rata-rata

bedaazimuthBulan dan Matahari sebesar 5 derajat. Oleh karena itu

ketinggian hilal 2,6 derajat sudah dikategorikan untuk bisa dilihat

secara teori.

5) Kondisi atmosferBumi

Gangguan atmosferik sewaktu melakukan rukyatul hilal

terjadi kebanyakan di lapisan Troposfir (0-16 km) di ekuator dan

(0-8 km) di kutub, karena di lapisan inilah terjadi fenomena-

fenomena cuaca seperti suhu, tekanan, partikel di udara dan kondisi

awan yang menimbulkan peristiwa optik di atmosfir, seperti

refraksi, refleksi dan difraksi bahkan menyerap cahaya sehinggga

mempengaruhi penglihatan.Refraksi atmosfer menyebabkan benda-

benda langit terlihat lebih tinggi daripada yang

97

sebenarnya.Semakin dekat ke horizon semakin besar indeks

refraksinya.182

6) Horizontal Visibility (Jarak Pandang Mendatar)

Jarak pandang mendatarakan berkurang jika partikel-

partikel atmosfer antara pengamat dan benda menyerap atau

menghamburkan cahaya Matahari. Polusi meningkatkan

konsentrasi pertikel di udara sehingga mempengaruhi jarak

pandangmenjadi minus 70 km.Jarak pandang dari permukaan laut

dapat mencapai 300 km jika tanpa ada partikel di atmosfer, bahkan

bisa mencapai 500 km dari puncak Mount Blanc. Intinya semakin

tinggi suatu tempat, maka jarak pandangnya akan semakin jauh.

b. Faktor Non Alam

Adapun beberapa faktor non alam yang turut mempengaruhi

keberhasilan rukyat di Bukit Condrodipo Gresik adalah:

1) Alat Rukyat

Beberapa alat bantu rukyat yang digunakan adalah

Theodolite 3 set (Nikon NE-202 dan NE-102), Teleskop Tracking

Bosscha (dibawa oleh Tim Bosscha Bandung), Gawang lokasi

konvensional, LCD Proyektor 2 set NEC VT-470, Kamera digital

Nikon Coolpix-2100, serta Laptop dan software pendukung.

182ibid.

98

Beberapa alat yang digunakan dalam pelaksanaan rukyat di

Bukit Condrodipo Gresik tersebut sudah memadai untuk

pengamatan hilal. Tiga buah theodolite (Nikon NE-202 dan NE-

102) serta teleskop tracking Bosscha yang disambugkan dengan

kamera digital Nikon Coolpix-2100 dan Laptop beserta LCD

Proyektor NEC VT-470 akan mempermudah pengamatan hilal,

karena teleskop ini tipe teleskop tracking yang bisa mencari secara

otomatis benda langit yang diinginkan, termasuk Bulan.

2) Manusia Sebagai Perukyat

Manusia sebagai perukyat juga turut memberikan andil

yang besar pada keberhasilan pelaksanaan rukyat.Menurut peneliti

kriteria perukyat yang memadai untuk pelaksanaan rukyat adalah

pengalaman rukyat, ahli mengoperasikan alat rukyat, serta

mempunyai ilmu agama yang cukup terakit dengan rukyatul hilal.

3. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Perbedaan Hasil Rukyat antara Pantai

Tanjung Kodok Lamongan dan Bukit Condrodipo Gresik Tahun 2008-

2011

Berdasarkan hasil analisis peneliti di atas, peneliti mengambil

beberapa kesimpulan mengenai factor-faktor yang menyebabkan

perbedaan rukyat antara Pantai Tanjung Kodok Lamongan dan Bukit

Condrodipo Gresik 2008-2011, yaitu:

a. Secara umum, kondisi alam yang sangat mempengaruhi perbedaan

rukyat adalah kondisi geografis lokasi rukyat.

99

Kriteria lokasi pelaksanan rukyat yang layak digunakan adalah

tempat yang mempunyai pandangan bebas ke arah Barat dengan sudut

arah minimal 24 derajat dihitung dari titik Barat, baik ke arah Utara

maupun ke arah Selatan.Hal ini dikarenakan deklinasi Matahari terbesar

rata-rata bernilai 23°27’ dan minimal bernilai -23°27’.Kriteria ini sudah

dipenuhi oleh kedua lokasi tersebut karena keduanya memang memiliki

jarak pandang yang bebas ke arah Barat.

Namun bila ditinjau kembali hasil pelaksanaan rukyat di kedua

tempat, akan didapatkan hasil rukyat yang berbeda. Pelaksanaan rukyat

di Pantai Tanjung Kodok tidak berhasil dilakukan dari tahun 2008

hingga 2011.Hal ini terjadi meskipun ketinggian hilal mar’i sudah lebih

dari dua derajat di atas ufuk, dan alat yang digunakan sudah canggih,

yaitu Teleskop Celestron Nexstar 5, Theodolite, danGPS (Global

Positioning System).

Sedangkan pelaksanaan rukyat di Bukit Condrodipo Gresik

dilaporkan berhasil beberapa kali dari tahun 2008-2011. Hilal berhasil

dilihat ketika tinggi hilal mar’i lebih dari 2 derajat saat Matahari

terbenam, yaitu pada ketinggian 02° 17’ 13” (awal Ramadhan 1431 H),

05° 41’ 29” (awal Dzulhijjah 1430 H), 06° 16’ 17” (awal Dzulhijjah

1432 H), 06°16’ 47.25” (awal Ramadhan 1429 H), dan 06° 36’ 24”

(awal Ramadhan 1432 H). Alat yang digunakan di Bukit Condrodipo

Gresik hampir sama, yaitu theodolite dan teleskop yang bisa mencari

benda langit secara otomatis.

100

Dari perbedaan hasil pelaksanaan rukyat pada dua tempat

tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa tempat yang ideal untuk rukyat

adalah tempat yang tinggi dengan pandangan bebas ke arah Barat.Hal

ini terbukti dengan laporan keberhasilan pelaksanaan rukyat beberapa

kali di Bukit Condrodipo Gresik.

Hal ini sebagaimana dilansir oleh Ma’rufin Sudibyo, bahwa

rukyat di tepi laut akan dipengaruhi oleh uap air laut yang dihasilkan

oleh sinar Matahari pada air laut sebelum terbenam. Uap air laut dalam

jumlah banyak akan mengaburkan pandangan mata183. Oleh karena itu

pelaksanaan rukyat diutamakan pada daratan yang tinggi seperti bukit

atau puncak gunung dengan pandangan bebas ke arah Barat. Pada

daratan yang tinggi dengan pandangan bebas ke arah Barat, tidak akan

ada pengaruh uap air laut, sehingga pandangan mata perukyat tidak

akan tersamarkan oleh uap air laut seperti yang terjadi di tepi laut.

b. Cuaca saat rukyat

Cuaca saat rukyat akan mempengaruhi pelaksanaan rukyat. Pada

cuaca dengan jumlah awan (N) lebih dari 2, akan terdapat awan rendah

dan awan menengah. Biasanya kedua jenis awan ini akan menutupi

posisi hilal saat Matahari terbenam. Factor cuaca ini tidak bisa dihindari

dan diubah oleh manusia.Oleh karena itu saat jumlah awan semakin

banyak, misalnya N mencapai angka 7, 8 atau 9. Maka menurut

BMKG, hilal tidak akan berhasil dilihat karena saat N bernilai 7 atau 8

183Hasil wawancara dengan Ma’rufin Sudibyo lewat media sosial Facebook pada tanggal 8 Juni 2012.Dia adalah ketua Tim Ahli pada Badan Hisab dan Rukyat Daerah Kebumen tahun 2007 hingga sekarang.

101

maka dipastikan saat itu 90 % langit tertutup awan. Sedangkan jika N

bernilai 9 maka dipastikan akan turun hujan yang mengindikasikan

bahwa pengamatan hilal juga akan terkendala. Ketika kondisi awan

seperti ini maka perukyat harus menggunakan metode istikmal untuk

penentuan awal Bulan Kamariah, sebagaimana hadis Nabi Muhammad

saw:

�ل KL7$ أ&� ه�;�ة ر8) ا���� ��� B د�� #�7O� &( ز;� ��! "�L' �� Pدم !�� �� ��!

�ل ا����)Q 3��4 ا���� ��B و$��1 ;��ل ���ل أ&� ا���$1 3��4 ا���� ��B ل�B و$��1 أو ��

)� ��ن ��L' آ7��ا ���ةS- 1*��� (R�C نD- �>;�وا ��ؤE-�4#�ا ��ؤ;<� وأ) Hروا

�ريU� 184)ا�

Artinya: Bercerita kepada kami Adam bercerita kepada kami Syu’bah

bercerita kepada kami Muhammad bin Ziyad dia berkata saya menedengar Abu Hurairah dia berkata Nabi Saw bersabda atau berkata Abu Qosim Saw berpuasalah kamu karena melihat hilal dan berbukalah karena melihat hilal pula, jika hilal terhalang oleh awan terhadapmu maka genapkanlah Bulan Sya’ban tiga puluh hari.

c. Ketinggian Hilal saat Matahari terbenam

Faktor lain yang turut mendominasi keberhasilan pelaksanaan

rukyat adalah ketinggian Hilal saat Matahari terbenam. Dari laporan

pelaksanaan rukyat yang berhasil dilakukan di Bukit Condrodipo

Gresik, dapat disimpulkan bahwa rukyat berhasil dilakukan saat tinggi

hilal yang terlihat atau hilal mar’i lebih dari 2 derajat di atas ufuk.Hal

ini dikarenakan terlhatnya Hilal sangat dipengaruhi oleh refraksi dan

cahaya Matahari saat terbenam.

184 Maktabah Syamilah, Shahih Bukhari, edisi ke-2, zus. 6, hlm.481, hadis ke- 1776.

102

Refraksi menjadikan benda langit seperti Bulanakan tampak

lebih tinggi dari yang sebenarnya. Refraksi semakin besar ketika benda

langit semakin mendekati ufuk. Selain itu, cahaya Matahari saat

terbenam menjadikan Hilal yang dekat dengan ufuk akan menjadi

tersamarkan oleh cahaya Matahari, sehingga pengamatan hilal akan

sulit dilakukan.

Berdasarkan data yang peneliti kumpulkan dari tim rukyat hilal di

Pantai Tanjung Kodok Lamongan dan Bukit Condrodipo Gresik dari tahn

2008-2011, peneliti mendapatkan gambaran umum bahwa rukyat yang

dilakukan di Pantai Tanjung Kodok tidak berhasil dilakukan, sedangkan

pelaksanaan rukyat di Bukit Condrodipo terkadang berhasil dan terkadang

tidak.

Dari data-data laporan pelaksanaan rukyatul hilal peneliti

menggolongkannya ke dalam dua kategori.Kategori pertama adalah kategori

keberhasilan pelaksanaan rukyat.Dan kategori kedua adalah kategori

ketidakberhasilan rukyat.

Untuk kategori keberhasilan rukyat, peneliti menuliskannya kembali

dalam tabel berikut.Tabel ini berisi hasil pelaksanaan rukyat yang berhasil

dilakukan -meskipun hanya berhasil di Bukit Condrodipo Gresik- dari tahun

1429 H / 2008 M – 1432 H / 2011 M.

Bulan / Tahun Hijriah

Tinggi Hilal Mar’i Tanjung Kodok

Keterangan Tinggi Hilal Mar’i Bukit Condrodipo

Keterangan

Ramadhan 1429 H 05°29’ 47.79” Tidak Berhasil 06°16’ 47.25” Berhasil Dzulhijjah 1430 H 05° 40’ 54,55” Tidak Berhasil 05° 41’ 29” Berhasil Ramadhan 1431 H 02° 15’ 30” Tidak Berhasil 02° 17’ 13” Berhasil

103

Ramadhan 1432 H 06° 39’ 37.00” Tidak Berhasil 06° 36’ 24” Berhasil Dzulhijjah 1432 H 06° 25’ 52.65” Tidak Berhasil 06° 16’ 17” Berhasil

Tabel 4.5 Pelaksanaan Rukyat Yang Berhasil Melihat Hilal

Penetapan awal Ramadhan 1429 H / 2008 Mhilal tidak berhasil

terlihat di Tanjung Kodok disebabkan karena cuaca mendung.di Bukit

Codrodipo hilal dapat terlihat oleh tiga syahid (perukyat).

Pada penetapan awal Dzulhijjah 1430 H di Pantai Tanjung Kodok

hilal tidak dapat dilihat karena keadaan horizon pada saat itu banyak

halangan dan mengganggu pemantauan hilal yang dilakukan, selain itu

keadaan cuaca sebelum Matahari terbenam terdapat awan tebal sehingga

hilal tidak terlihat.Di Bukit Condrodipo Gresik Jawa Timur hilal berhasil

dilihat.tinggi hilal hakiki 06°13’ 37”, tinggi hilal mar'i 05° 41’ 29”. Horison

barat cukup berawan, akan tetapi kurang lebih 60 derajat di sekitar hilal,

awan agak tipis dan hilal berhasil terlihat oleh Inwanuddin dan Samsul

Fu'ad.

Pada penetapan awal Ramadhan 1431 H hilal dapat terlihat di Bukit

Condrodipo. Pada saat Matahari terbenam, posisi hilal di seluruh wilayah

Indonesia sudah di atas ufuk, dengan ketinggian hilal antara 01°14’ sampai

dengan 02°32’. Pada penetapan awal Ramadhan 1432 H di Pantai Tanjung

Kodok hilal tidak dapat dilihat.Keadaan horizon pada saat rukyat

dilakukanada halangan tetapi tidak mengganggu pemantauan hilal yang

dilakukan.Keadaan cuaca sebelum Matahari terbenam terdapat awan tidak

merata sehingga hilal tidak terlihat.Hilal terlihat dari Bukit Condrodipo oleh

104

tiga orang.Kondisi horizon (ufuk) Barat cukup cerah, walaupun ada awan-

awan tipis.

Pada penetapan awal Dzulhijja 1432 H di Pantai Tanjung Kodok

hilal tidak dapat dilihat karena keadaan horizon pada saat itu banyak

halangan dan mengganggu pemantauan hilal yang dilakukan.Keadaan cuaca

sebelum Matahari terbenam maupun saat hilal tidak terlihat juga terdapat

awan tebal.Hilal dapat terlihat di Condrodipo, ketinggian hilal mencapai 06°

33’ 17”. Kondisi ketinggian hilal sangat memungkinkan untuk berhasil

dirukyat ( imkanur rukyat). Pada saat Matahari terbenam, posisi hilal di

seluruh wilayah Indonesia sudah di atas ufuk, dengan ketinggian hilal antara

04°25’ sampai dengan 6°34’.185

Keberhasilan rukyat yang hanya terjadi di Bukit Condrodipo

menunjukkan bahwa daerah pegunungan atau dataran tinggi lebih berpotensi

untuk dapat melihat hilal dibandingkan dengan dataran rendah terutama tepi

laut.Khusus pada tepi laut banyaknya uap air laut yang dihasilkan oleh sinar

Matahari mengakibatkan pandangan mata perukyat terhalang oleh uap air laut

tersebut.Hal ini tentu saja berbeda dengan pengamatan hilal di bukit atau

dataran tinggi.Asalkan pandangan ke arah Barat jelas dan tidak terhalang oleh

bangunan atau perbukitan, maka hilal dimungkinkan terlihat oleh perukyat.

Untuk kategori pelaksanaan rukyat yang tidak berhasil melihat hilal,

penulis masukkan ke dalam tabel berikut.Tabel pelaksanaan rukyat yang tidak

185Keputusan Menteri Agama RI 1 Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah 1381 H – 1432 H / 1962 M – 2011 M, op.cit., hlm. 435.

105

berhasil dilakukan di Bukit Condrodipodan Pantai Tanjung Kodok dari tahun

1429 H / 2008 M – 1432 H / 2011 M.

Bulan / Tahun Hijriah

Tinggi Hilal Mar’i Tanjung Kodok

Keterangan Tinggi Hilal Mar’i Bukit Condrodipo

Keterangan

Syawal 1429 H -0° 24’ 15,21” Tidak Berhasil -0° 44’ 07” Tidak Berhasil Dzulhijjah 1429 H Hilal di bawah ufuk Tidak Berhasil Hilal di bawah ufuk Tidak Berhasil Ramadhan 1430 H Hilal di bawah ufuk Tidak Berhasil -01° 17’ 37” Tidak Berhasil Syawal 1430 H 05° 27’ 42,61” Tidak Berhasil 05° 36’ 32” Tidak Berhasil Syawal 1431 H -02° 06’ 56” Tidak Berhasil -02° 11’ 47” Tidak Berhasil Dzulhijjah 1431 H 01° 07’ 52” Tidak Berhasil 01° 11’ 05” Tidak Berhasil Syawal 1432 H 01° 37’ 37.35” Tidak Berhasil 01° 36’ 23” Tidak Berhasil

Tabel 4.6 Pelaksanaan Rukyat Yang Tidak Berhasil Melihat Hilal

Hilal untuk menentukan 1 Syawal 1429 H, tidak terlihat saat

dilakukan pengamatan oleh timrukyat di Tanjung Kodok maupun di Bukit

Condrodipo. Hal ini dikarenakan ketinggian hilal yang masih dibawah ufuk

sehingga bisa dipastikan hilal tidak akan terlihat. Kasus yang sama juga terjadi

pada penetapan awal Dzulhijjah 1429 H yakni hilal masih di bawah ufuk.

Pada penetapan awal Ramadhan 1430 H / 2009 M tim Hisab dan

Rukyat Departemen Agama Lamongan juga gagal melihat hilal di Tanjung

Kodok. Hilal tidak terlihat karena adanya beberapa kondisi antara lain karena

tertutup awan, dan cuaca mendung serta kabut tebal. Selain itu, posisi hilal

masih dibawah ufuk, yaitu -1 hingga 2 derajat.Di Condrodipo juga tidak ada

perukyat yang berhasil melihat hilal.

Pada penetapan awal Syawal 1430 ini timrukyat al-hilal Jawa

Timur kesulitan melihat karena pengaruh cuaca, meskipun posisi Bulan dan

Matahari saat terbenam setelah ijtima’Bulan berada cukup tinggi sekitar 4

106

hingga 5 derajat di atas ufuk. akan tetapi karena cuaca mendung sehingga di

Bukit Condrodipo juga hilal tidak bisa terlihat.

Pada penetapan awal Syawal hilal tidak dapat terlihat.Hal ini

dikarenakan ketinggian hilal yang masih dibawah ufuk sehingga bisa

dipastikan hilal tidak akan terlihat. Sedangkan pada penetapan awal

Dzulhijjah ketinggian hilal di seluruh wilayah Indonesia antara -0°19’

sampai dengan 1°21’; belum imkan rukyat.Penetapan awal Syawal 1432

Hijriyah, ketinggian hilal belum mencapai dua derajat (batas minimal imkan

rukyat ketinggian hilal di Indonesia) sehingga hilal tidak terlihat.Para

perukyat di seluruh wilayah Indonesia tidak ada yang menyatakan berhasil

melihat hilal sehingga ditetapkan bahwa 1 Syawal 1432 H jatuh pada hari

Rabu tanggal 31 Agustus 2011.186

Dari tabel tersebut, meskipun dua tempat tersebut berbeda tempat dan

ketinggian, namun ada faktor penting lainnya yang mengakibatkan hilal tidak

bisa dilihat.Pertama, faktor ketinggian hilal saat Matahari terbenam. Meskipun

kedua tempat tersbut berbeda ketinggian dan didukung oleh kondisi langit yang

cerah, namun jika tinggi hilalnya dibawah 2 derajat saat Matahari terbenam,

maka hilal akan sulit dilihat karena kecerahan langit saat Matahari terbenam

membuat cahaya hilal yang tipis semakin kabur. Kedua, faktor mendung. Pada

saat mendung, meskipun ketinggian hilal berada di atas dua derajat, seperti

awal Syawal 1430, namun jika cuaca saat pengamatan mendung, maka

186ibid.,hlm. 440.

107

dipastikan hilal akan sangat sulit terlihat. Oleh karena itu kedua tempat tersebut

tidak dapat melihat hilal.

Tingkat keberhasilan rukyat yang dilakukan di Pantai Tanjung Kodok

Lamongan mulai tahun 2008 hingga 20011 tidak berhasil dilakukan karena

ketika pelaksanaan rukyat perukyat terhalang oleh awan yang menutupi hilal.

Hal ini wajar karena pada daerah pantai penglihatan rukyat akan tertutupi oleh

uap air laut yang dihasilkan oleh sinar Matahari sebelum tenggelam. Oleh

karena itu, wajar bila perukyat tidak bisa melihat hilal.

Selain itu, iklim Indonesia saat pelaksanaan rukyat adalah iklim hujan.

Hal ini dikarenakan Bulan-Bulan saat pelaksanakan rukyat adalah Bulan

Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah yang pada tahun 2008 hingga tahun 2011

bersamaan dengan awal musim hujan di Indonesia, yaitu Bulan agustus,

September dan Oktober.

Pada tahun 2008, awal Bulan Ramadhan bertepatan dengan Tanggal

31 Agustus, awal Bulan Syawal bertepatan dengan tanggal 29 September, dan

awal Bulan Dzulhijjah bertepatan dengan tanggal 27 Nopember. Pada tahun

2009, awal Bulan Ramadhan bertepatan dengan tanggal 20 Agustus, awal

Bulan Syawal bertepatan dengan tanggal 19 September, dan awal Bulan

Dzulhijjah bertepatan dengan tanggal 17 Nopember. Pada tahun 2010, awal

Bulan Ramadhan bertepatan dengan tanggal 10 Agustus, awal Bulan Syawal

bertepatan dengan tanggal 8 September, dan awal Bulan Dzulhijjah bertepatan

dengan tanggal 6 Nopember. Pada tahun 2011 awal Bulan Ramadhan

bertepatan dengan tanggal 31 Juli, awal Bulan Syawal bertepatan dengan

108

tanggal 29 Agustus, dan awal Bulan Dzulhijjah bertepatan dengan tanggal 27

Oktober.

Dari perbandingan Bulan tersebut, dapat diketahui bahwa Bulan-

Bulan Hijriyah tersebut (Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah) pada tahun 2008

hingga 2011, bersamaan dengan Bulan-Bulan yang identik dengan mulainya

musim penghujan di Indonesia, yaitu Agustus, September dan Oktober187. Hal

ini tentu saja akan mempengaruhi kondisi langit saat pelaksanaan rukyat yang

tentu saja berpengaruh pada visibilitas hilal.

B. Kelebihan dan Kekurangan Lokasi Rukyat (Pantai Tanjung Kodok

Lamongan dan Bukit Condrodipo Gresik)

Kelebihan dan kekurangan lokasi rukyat akan turut mempengaruhi

hasil rukyat yang dilakukan. Untuk memperjelas analisis, peneliti menganalisis

dari empat aspek, yaitu aspek geografis, aspek klimatologis, aspek topografis,

dan aspek aksiologis. Berikut penjabaran masing-masing:

1. Aspek Geografis

Daerah Pantai Tanjung Kodok Lamongan dengan bentuk daratan

yang menjorok ke laut menjadikan tempat ini tempat yang strategis untuk

pelaksanaan rukyat.Pandangan bebas ke arah Barat, tanpa adanya

penghalang juga turut memberikan kemudahan untuk pelaksanaan

rukyat.Sehingga secara teori tempat ini ideal untuk pelaksanaan rukyat,

sedangkan daerah Bukit Condrodipo Gresik adalah daerah pegunungan

dengan pandangan bebas ke arah Barat.Tidak adanya gunung dan

187Informasi mengenai musim hujan di Indonesia dapat diakses di

http://www.bmg.go.idpada menu klimatologi.

109

bangunan tinggi di sebela Barat menjadikan tempat ini ideal untuk

pengamatan rukyat.

Tanjung Kodok, meskipun lokasi rukyat ini ufuk sebelah Baratnya

laut, akan tetapi letak pelataran yang digunakan sebagai lokasi rukyat

terlalu ke Utara, sehingga ketika Matahari berada di sebelah Selatan maka

hilal akan sulit terlihat karena terhalang bukit. Selain itu, menara

rukyatnya kurang tinggi untuk bisa terbebas dari bukit tersebut.Faktor lain

yang menyebabkan hilal tidak pernah bisa dilihat yaitu karena adanya uap

air yang mengganggu pengamatan.

2. Aspek Klimatologis

Pelaksanaan rukyat, biasanya dilakukan dengan menggunakan

peralatan canggih seperti teleskop yang dilengkapi CCD Imaging,akan

tetapi ada banyak problematika yang harus dihadapi, seperti adanya polusi,

pemanasan global dan kemampuan mata yang terbatas. Pengaruh atmosfir

lokal sangat mempengaruhi kredibilitas hilal, kecerahan langit sore hari

dan kondisi cuaca lokal dapat menyebabkan penampakan hilal tidak

terdeteksi karena pengamatan seseorang dalam melihat hilal juga

menambah tingkat kesulitan observasi.

Daerah Pantai Tanjung Kodok Lamongan memiliki kelembaban

udara yang tinggi.Hal ini dikarenakan pada daerah laut, banyak terdapat

uap air karena sinar Matahari.Akumulasi uap air yang banyak menjadikan

pantai tanjung kodok sarat dengan awan.

110

Daerah Bukit Condrodipo Gresik memiliki cuaca perbukitan yaitu

dingin dan sejuk.Namun daerah bukit ini tidak memiliki banyak kabut

sebagaimana daerah pegunungan.Hal ini dikarenakan sekeliling bukit

sudah terdapat perumahan penduduk desa.Sehingga jumlah pohon-pohon

dan tanaman yang biasanya menghasilkan kabut, tidak terlalu banyak.Oleh

karena itu pada saat pagi hari kabut tetap terlihat, namun saat sore hari

yang bertepatan dengan saat pelaksanaan rukyat, kabut tidak terlihat.

3. Aspek Topografis

Daerah Pantai Tanjung Kodok Lamongan memiliki topografis

pantai, dengan ketinggian tempat 10 meter dari permukaan air laut188,

sedangkan daerah Bukit Condrodipo adalah daerah dataran tinggi dengan

ketinggian tempat 120 meter yang menjadikannya tempat yang ideal untuk

memandang daerah di bawahnya, sekaligus menjadikannya tempat yang

ideal untuk mengamati hilal.

4. Aspek Akses ke lokasi

Daerah Pantai Tanjung Kodok Lamongan mudah dijangkau oleh

pengamat dan pelaksana rukyat. Tempat pelaksanaan rukyat berupa tempat

yang luas dengan permukaan yang rata menjadikannya tempat rukyat yag

bagus, baik untuk pengamat maupun untuk penggunaan alat rukyat seperti

teleskop, theodolite, gawang lokasi, dan sebagainya.

Daerah Bukit Condrodipo memiliki tempat khusus di gedung Balai

Rukyat lantai dua untuk pelaksanaan rukyat.Untuk sampai ke tempat ini

188 Data ini didapatkan dari laporan hasil rukyat Tim Rukyat Pantai Tanjung Kodok

Lamongan

111

harus melewati jalanan mulus yang sedikit menanjak yang bisa dilalui oleh

berbagai alat transportasi.

Dari beberapa aspek tersebut peneliti menyimpulkan bahwa tempat

yang ideal untuk melaksanakan rukyat adalah Bukit Condrodipo

Gresik.Hal ini dikarenakan beberapa alasan.Pertama, pada tempat yang

tinggi tingkat kelembaban air cenderung rendah, sehingga tidak terlalu

banyak kabut.Kedua, tidak adanya uap air yang menghalangi perukyat,

sehingga pengamataan hilal tidak terganggu.Ketiga, tidak adanya lampu-

lampu di sekitar bukit, mekipun ada, itupun berasal dari perumahan

penduduk desa yang letaknya jauh dari bukit.Keempat, jarak pandang

mendatar di bukit, atau di dataran tinggi lebih jauh dibandingkan di

dataran rendah.Kelima, bukit Condrodipo memiliki pandangan bebas ke

arah Barat, sehingga langit sebelah Barat bisa terlihat dengan jelas.

Kelemahan lokasi inikarena letak lokasi ini di atas Bukit dan

sedikit menanjak maka tidak semua orang bisa ikut rukyat di tempat ini,

selain itu balai rukyat di lantai atas tidak begitu luas sehingga tidak semua

orang bisa masuk hanya pihak tetentu yang bisa ikut masuk di lantai atas.

Para peserta yang lain berada di lantai dasar. Faktor lain yang juga menjadi

kekurangan dari lokasi ini ialah adanya pepohonan yang besar dan tinggi

disebelah balai rukyat menyebabkan rukyat yang dilakukan di lantai dasar

kurang maksimal tidak seperti rukyat yang dilakukan di lantai atas.

112

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian penulis yang berjudul “Analisis Tingkat

Keberhasilan Rukyat Di Pantai Tanjung Kodok Lamongan Dan Bukit

Condrodipo Gresik Tahun 2008 – 2011”, dapat diambil beberapa kesimpulan,

yaitu:

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan rukyat antara Pantai

Tanjung Kodok Lamongan dan Bukit Condrodipo Gresik Tahun 2008 –

2011 adalah faktor alam dan faktor non alam. Untuk faktor non alam

pengaruhnya tidak terlalu besar karena kedua tempat tersebut sudah

menggunakan alat bantu rukyat dengan kapabilitas yang sama disamping

perukyatnya juga adalah orang yang mempunyai kapabilitas yang tinggi

dalam ilmu dan pengoperasian alat rukyat.

Sedangkan faktor alam adalah yang paling berpengaruh dalam

keberhasilan pelaksanaan rukyat pada dua tempat tersebut. Faktor alam

tersebut di antaranya adalah faktor cuaca, kondisi geografis lokasi rukyat,

tinggi hilal saat Matahari terbenam, beda azimuth Bulan - Matahari, dan

horizontal visibility (pandangan mendatar di permukaan Bumi). Pada

kelima faktor alam tersebut, rukyat akan berhasil dilakukan jika

akumulasi semua faktor ini terkumpul.

Adapun faktor yang paling berpengaruh adalah faktor cuaca,

dimana jika cuaca mendung, maka rukyat akan sulit dilakukan. Faktor

113

selanjutnya adalah faktor ketinggian hilal saat rukyat. Kriteria ketinggian

hilal yang dilaporkan berhasil dilakukan adalah jika tinggi hilal di atas

dua derajat. Faktor lokasi rukyat juga berpengaruh pada hasil rukyat,

lokasi rukyat di pantai Tanjung Kodok lebih sulit melihat hilal daripada di

Bukit Condrodipo. Hal ini dikarenakan adanya uap air laut yang turut

mengaburkan pandangan perukyat di pantai, sementara di Bukit tidak ada

uap air laut. Hal ini dikarenakan uap air laut juga berpotensi untuk

menyebabkan terjadinya awan dan pada tahap berikutnya akan menjadi

hujan, tentunya dua hal ini akan menyulitkan pengamatan hilal.

2. Beberapa kelebihan dan kekurangan lokasi rukyat di Pantai Tanjung

Kodok Lamongan adalah bahwa daerah ini merupakan daerah yang

strategis untuk pelaksanaan rukyat ditinjau dari aspek geografis dan

topografis karena tempatnya yang menjorok ke pantai sehingga

pandangan ke arah Barat hanya berupa laut tanpa ada halangan yang

berarti. Namun kekurangannya adalah bahwa daerah pantai ini memiliki

uap air yang banyak yang pada tahap berikutnya akan mempengaruhi

pengamatan hilal disamping akumulasi uap air yang banyak akan berubah

menjadi awan yang selanjutnya akan menjadi hujan. Faktor lain yang

merupakan kekurangan tempat ini adalah adanya pengaruh cahaya

perkotaan, dan hotel di dekat lokasi rukyat, yang mempengaruhi

pengamatan hilal saat Matahari terbenam.

Sedangkan kelebihan dan kekurangan di Bukit Condrodipo Gresik,

ditinjau dari aspek geografis tempat ini tepat digunakan untuk rukyat

114

karena tempat ini memiliki ketinggian tempat 120 meter, memiliki

pandangan bebas ke arah Barat, tidak adanya uap air yang mengaburkan

pandangan saat rukyat, tidak ada pengaruh yang besar dari lampu-lampu

perkotaan, karena memang tempat ini tinggi dan daerah sebelah Barat

Bukit Condrodipo adalah perumahan pedesaan sehingga lampunya tidak

terlalu mengganggu rukyat, dibandingkan lampu perkotaan.

B. SARAN

Setelah meneliti tentang Analisis Tingkat Keberhasilan Rukyat Di

Pantai Tanjung Kodok Lamongan Dan Bukit Condrodipo Gresik Jawa Timur

Tahun 2008 – 2011, peneliti membuat berapa saran, yaitu:

1. Rukyat sebaiknya dilakukan di tempat yang jauh dari wilayah perairan,

baik itu kolam, danau, ataupun tepi laut, karena wilayah perairan akan

mengahsilkan uap air dalam jumlah yang tinggi yang akan mengaburkan

pandangan perukyat.

2. Tempat ideal untuk rukyat adalah daerah dataran tinggi dengan

pandangan bebas ke arah Barat. Pada tempat yang tinggi ufuk akan

semakin naik dan hilal akan mudah diamati. Selain itu wilayah perkotaan

yang identik dengan banyaknya lampu kota juga akan mempengaruhi

pengamatan hilal, oleh karena itu sangat disarankan untuk memilih tempat

rukyat yang jauh dari lampu perkotaan.

3. Pihak BHR Lamongan hendaknya berupaya untuk mencoba mencari

alternatif tempat-tempat observasi yang lain yang memungkinkan hilal

115

dapat terlihat. Misalnya di Mantren, atau daerah bukit di Sendang Duwur,

atau tempat lain yang telah dilakukan penelitian sebelumnya dan

memenuhi kriteria sebagai lokasi pengamatan hilal.

C. PENUTUP

Syukur Alhamdulillah atas pemberian kenikmatan serta karunia yang

tidak terhingga kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

Meskipun dalam pengerjaannya penulis telah berupaya dengan optimal, ada

kiranya terdapat banyak kesalahan dalam penulisan dan pemaknaan, penulis

harapkan adanya kritik, saran konstruktif untuk kesempurnaan skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat, umumnya kepada masyarakat umum

dan khususnya kepada Mahasiswa Prodi Konsentrasi Ilmu Falak, Fakultas

Syariah IAIN Walisongo Semarang. Penelitian ini diharapkan dapat

meningkatkan wawasan dan ranah keilmuan kita di bidang ilmu falak,

khususnya di bidang rukyat awal bulan Hijryiah. Amin. Wallahu a’lam bish

shawab.

DAFTAR PUSTAKA

Azhari, Susiknan, Ensiklopedi Hisab Rukyah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.

______________, Hisab Dan Rukyat Wacana Untuk Membangun Kebersamaan ditengah Perbedaan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007.

______________, Ilmu Falak (Perjumpaan Khazanah Islam dan Sains Modern), Yogyakarta : Suara Muhammadiyah, 2007, Cet. II.

______________, Pembaharuan Pemikiran Hisab di Indonesia, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1972.

Azwar, Saifuddin, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007.

Badan Hisab dan Rukyat Departemen Agama, Almanak Hisab Rukyat, Jakarta: Proyek Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, 1981.

Bakar, Bahrun Abu, Penjelasan Hukum-Hukum Syariat Islam (Terjemah Ibaanatul ahkam), Bandung: Penerbit Sinar Baru Algesindo, 1994.

Basrowi, Suwandi. Memahami Penelitian Kualitatif, Jakarta: Rineka Cipta, 2008.

Darsono, Ruswa, Penanggalan Islam Tinjauan sistem, Fiqih dan Hisab Penanggalan, Yogyakarta: LABDA Press, 2010.

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: CV Penerbit Jumanatul ‘Ali, 2005.

Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Pedoman Tehnik Rukyat, Jakarta: Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, 1994/1995.

Direktorat Pembinaan Peradilan Agama Ditjen Bimas Islam Dan Penyelenggaraan Haji Departemen Agama, Selayang Pandang Hisab Rukyat, Jakarta: DIK Ditjen Bimas Islam Dan Penyelenggaraan Haji Departemen Agama, 2004

Djamaluddin, Tomas, Penggagas Fiqih Astronomi (Telaah Hisab Rukyah dan Pencarian Solusi Perbedaan Hari Raya), Jakarta: Kaki Langit, 2005, Cet. I.

_________________, Matahari dan Lingkungan Antariksa, Jakarta: Dian Rakyat, Cet. IV, 2010.

_________________, Kriteria Imkanur Rukyat Khas Indonesia : Titik Temu Penyatuan Hari Raya dan Awal Ramadhan, Dimuat di Pikiran Rakyat, 30 Januari 2001.

D.N Danawas dan Purwanto, Tinjauan Sekitar Penentuan Awal Bulan Ramadhan dan Syawal, makalah dalam BP Planetarium, Jakarta, 1994.

Habibie, Burhanuddin Jusuf, Rukyah dengan Teknologi, Jakarta: Gama Insani Press, 1996.

Hadawi dan Mimi Martin, Penelitian Terapan, Yogyakarta: Gajahmada University Press, 1996.

Hambali, Slamet, Ilmu Falak 1(Penentuan Awal Waktu Sholat Dan Arah Kiblat Seluruh Dunia), Semarang: Program Pascasarjana IAIN Walisongo, 2011.

______________, Pengantar Ilmu Falak (Menyimak Proses Pembentukan Alam Semesta), Banyuwangi: Bismillah Publisher, 2012.

______________, Almanak Sepanjang Masa (Sejarah Sisitem Penanggalan Masehi, Hijriyah, dan Jawa), Semarang: Program Pascasarjana IAIN Walisongo, 2011.

Harun, H. M. Yusuf, Pengantar Ilmu Falak, Banda Aceh: Pena, 2007.

Izzuddin, Ahmad, Fiqih Hisab Rukyah, Jakarta: Erlangga, 2002.

______________, Ilmu Falak Praktis (Metode Hisab-Rukyah Praktis Dan Solusi Permasalahannya), Semarang: Komala Grafika, 2006.

Kementrian Agama RI Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah, Keputusan Menteri Agama RI 1 Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah 1381 H – 1432 H / 1962 M – 2011 M, Jakarta, 2011

Khazin, Muhyiddin, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktik, Yogyakarta: Buana Pustaka, Cet. 3.

________________, Kamus Ilmu Falak, Yogyakarta: Buana Pustaka, 2005.

________________, 99 Tanya Jawab Masalah Hisab dan Rukyat, Yogyakarta: Ramadhan Press, 2009.

Lajnah Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Pedoman Rukyat dan Hisab Nahdlatul Ulama, Jakarta: PBNU, 2006.

Lajnah Falakiyah PBNU, Pedoman Operasional Penyelenggaraan Rukyat bil Fi’li di Lingkungan Nahdlatul Ulama, Jakarta: PBNU. t.t.

Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Ilmu Falak Rukyatul Hilal Indonesia, Data Observasi Hilal 2007–2009 di Indonesia, Yogyakarta, 2012.

Maragi, Ahmad Mustafa Al, (ed.), Tafsir Al-Maragi Juz II, diterjemahkan oleh K. Anshori Umar Sitanggal, et al., dari “Tafsir Al-Maragi (Edisi Bahasa Arab)”, Semarang: Toha Putra, 1993, cet. II.

Maskufa, Ilmu Falaq, Jakarta: Gaung Persada Perss, 2009.

Masroerie, A. Ghazalie, Rukyatul Hilal Pengertian dan Aplikasinya, dalam Musyawarah Kerja dan Evaluasi hisab Rukyah tahun 2008 yang di selenggarakan oleh Badan Hisab Rukyah departemen Agama RI tentang 27-29 Februari 2008.

Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Rosdakarya, 2002.

Muhajir, Noeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rake Sarasin, 1996.

Munawwir, Ahmad Warson, Kamus al-Munawir, Surabaya : Pustaka Progressif, 1997, cet. ke 14.

Murtadho, Moh., Ilmu Falak Praktis, Malang: UIN Malang Press, 2008.

Partanto, Pius A dan M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Arkola, t.t.

Radiman, Iratius, Ensiklopedi-Singkat Astronomi Dan Ilmu Yang Bertautan, Bandung: Penerbit ITB, 1980.

Rumaningsih, Endang, Mahir Berbahasa Indonesia, Semarang: RaSAIL, 2011, cet. III.

Ruskanda, Farid, 100 Masalah Hisab Rukyah : Telaah Sains, Syari’ah, Teknologi, Jakarta: Gema Insani Press, 1996.

Saksono, Tono, Mengkompromikan Rukyat dan Hisab, Jakarta: Amythas Publica, 2007.

Setyanto, Hendro, Rubu’ Al-Mujayyab, Bandung: Pudak Scientific, 2002.

Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta: Rajawali, 1986.

Sudibyo, Muh. Ma’rufin, Variasi Lokal dalam Visibilitas Hilaal: Observasi Hilaal di Indonesia pada 2007–2009. Prosiding Pertemuan Ilmiah XXV Himpunan Fisika Indonesia, Purwokerto, 9 April 2011.

_____________________, Mengenal Lebih Lanjut Kriteria Visibilitas Hilal Indonesia, Prosiding Pertemuan Ilmiah XXV Himpunan Fisika Indonesia, Purwokerto, 9 April 2011.

Supriatna, Encup, Hisab Rukyat dan Aplikasinya, Bandung: PT Rafika Aditama, 2007.

Suryabrata, Sumardi, Metodologi Penelitian, Jakarta : Grafindo Persada,1995, Cet. II.

Taimiyyah, Syaikhul Islam Ibnu, (ed.), Hilal atau Hisab Kajian Lengkap Tentang Penetapan Awal Bulan Dengan Rukyatul Hilal Serta Kekeliruan Metode Hisab, diterjemahkan oleh Ibrahim Bin Abdullah Al Hamizi, dari “Risalah Fi Al Hilal Wa Al Hisab Al Falakiy ”, Banyumas: Buana Ilmu Islami, 2010.

Tjasyono, Bayong HK, Klimatologi, Bandung: Penerbit ITB, 2004, cet. II

Yosi, Oki, Studi Analisis Hisab Rukyat Lajnah Falakiyah Al Husiniyah Cakung Jakarta Timur Dalam Penetapan Awal Bulan Qomariyah (Studi Kasus Penetapan Awal Syawal 1427 H / 2006 M), Skripsi Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang, 2011.

Zuhaily, Wahbah Al, (ed.), Fiqih Shaum, I’tikaf dan Haji (Menurut Kajian Berbagai Madzhab), diterjemahkan oleh Masdar Helmy, dari “Al-Fiqhul Islamy Wa Adillatuhu”, Bandung: C.V. Pustaka Media Utama, 2006, cet. I.

Wawancara

Wawancara dengan M. Khoirul Anam (Kasi Urais Lamongan). di dusun Mendalan Lamongan Jawa Timur, pada hari Kamis, 12 April 2012.

Wawancara dengan Drs. H. Moh. Zaeni (Kasi Urais Gresik) di desa Kembangan Kebomas Gresik Jawa Timur, pada hari Jum’at, 13 April 2012.

Wawancara dengan Muhammad Khotib (Anggota Lajnah Falakiyah Gresik) di desa Pekelingan Kemuteran Gresik Jawa Timur, pada hari Kamis tanggal 10 Mei 2012.

Wawancara dengan KH. Masluch Al-Fanani (Ketua Lajnah Falakiyah Gresik) di desa Pekelingan Kemuteran Gresik Jawa Timur, pada hari Kamis tanggal 10 Mei 2012.

Wawancara dengan Prof. Thomas Djamaluddin, Peneliti Matahari dan Antariksa, LAPAN Bandung, via facebook pada Jum’at 25 Mei 2012.

Wawancara dengan Muh. Ma’rufin Sudibyo, via facebook pada Minggu, 27 Mei 2012.

Wawancara dengan Achmad Sulistyo (Pengamat Meteorologi Geofisika) Semarang, pada Kamis 24 Mei 2012.

Wawancara dengan Bapak Widodo (Pengamat Meteorologi Geofisika) Stasiun Meteorologi Klas 2 Perak II Surabaya, Jl. Kalimas Baru 97 B Surabaya, pada Jumat 18 Mei 2012.

Media On Line

http://www.surya.co.id/2011/07/31/nu-jatim-lihat-hilal-di-gresik-bangkalan, diakses pada 25 April 2012.

http://berita.liputan6.com/read/346649/nu-jatim-siapkan-sebelas-lokasi-rukyat. Diakses pada 25 April 2012.

http://ramadan.detik.com/read/2010/08/10/184520/1417688/631/hilal-terlihat-di-gresik-dan-probolinggo pada 27 Februari 2012, 11:03.

http://surabaya.detik.com/read/2009/08/20/181141/1186692/475/tim-rukyat-tak-melihat-bulan-di-tanjung-kodok, pada : Rabu 25 April 2012.

http://lajnahfalakiyahlamongan.wordpress.com/2011/06/03/pelaksanaan-rukyatul-hilal-rajab-1432-h/. Diakses pada Rabu, 25 April 2012.

http://baltyra.com/2009/10/31/legenda-tanjung-kodok/#ixzz1skOUpDLy, pada hari Ahad, 22 April 2012 pukul 13:56 WIB.

http://tjerdastangkas.blogspot.com/2012/03/kegiatan-rukyah-atau mengamati.html, diakses pada hari Kamis 03 Mei 2012.

http://edukasi.kompasiana.com/2011/09/11/cara-tepat-menetapkan-1-syawal-idul-adha, diakses pada hari Selasa 29 Mei 2012.

http://wikimapia.org/8971687/id/Balai-Rukyat-LFNU-Gresik-Condrodipo, diakses pada hari Ahad, 22 April 2012 pukul 15:41 WIB.

Lampiran Gambar Foto kenampakan hilal di Bukit Condrodipo

1. Pengamatan hilal awal Syawal 1429 H pada pengamatan hari kedua

2. Pengamatan hilal awal Ramadhan 1430 H

3. Pengamatan hilal awal Ramadhan 1431 H pada pengamatan hari pertama

Pengamatan hari kedua

Lampiran 1 :

Hasil Wawancara

Judul skripsi : Analisis Tingkat Keberhasilan Rukyat di Pantai Tanjung

Kodok Lamongan dan Bukit Condrodipo Gresik Tahun

2008-2011.

Narasumber : M. Khoirul Anam

Jabatan : Katua Lajnah Falakiyah Lamongan

Pewawancara : Khoirotun Ni’mah

Lokasi : Kantor Kementerian Agama Kabupaten Lamongan dusun

Mendalan Lamongan Jawa Timur

Tanggal : Kamis, 12 April 2012

1. Bagaimana sejarah awal pemakaian Pantai Tanjung Kodok sebagai tempat

rukyat?

Tanjung Kodok telah mendapat pengakuan Internasional sebagai tempat

penelitian waktu terjadi gerhana Matahari total pada 11 Juni 1983. Sejak saat

itu dibangunlah menara rukyat dan pelataran sebagai tempat untuk observasi

hilal. Di pelataran tersebut juga terdapat kuningan yang menujukkan arah

Utara dan Selatan.

2. Kapan Tim Rukyat Lajnah Falakiyah Lamongan melakukan rukyatul hilal di

Tanjung Kodok? Apakah setiap akhir bulan Kamariah atau hanya menjelang

Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah?

Rukyat yang dilakukan di Tanjung Kodok hanya menjelang masuknya bulan

Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah. Tetapi terkadang pada awal Rajab juga

dilakukan rukyat untuk menentukan awal sya’ban.

3. Metode apa saja yang digunakan untung menghitung?

Metode yang digunakan paling tidak ada tiga, Ephemeris, Badi’atul Misal,

Ittifaqu Dzzatil Bain.

4. Apa saja alat yang digunakan ketika melakukakn rukyat di Tanjung Kodok?

Alatnya banyak, diantaranya Theodolite, GPS, Gawang lokasi, Teropong,

Gawang penintai hilal, dll.

5. Apa bapak punya pengalaman rukyat di tempat lain?

Tidak pernah, hanya di Tanjung Kodok.

6. Menurut anda apa penyebab rukyat yang dilakukan di Tanjung Kodok tidak

pernah berhasil?

Di samping karena kondisi hilal juga disebabkan oleh pandangan ke ufuk

selalu diliputi oleh awan tebal. Selain itu, faktor lain yang menyebabkan hilal

tidak pernah bisa dilihat ialah karena terdapat bukit dan adanya uap air.

7. Dari rukyat yang pernah anda ikuti pernakah anda berhasil mengamati hilal

baik secara visual maupun dengan alat bantu?

Sejak rukyat yang dilakukan di Tanjung Kodok belum pernah berhasil

melihat hilal.

8. Mengapa rukyat selalu dilakukan di Tanjung Kodok padahal tidak pernah

berhasil?

Karena tempat ini memiliki nilai historis dan sudah ditetapkan oleh

Kementrian Agama sebagai tempat rukyat al-hilal setiap tahun untuk daerah

Lamongan, dan laporannya akan dijadikan pertimbangan pada sidang isbat

penentuan awal bulan Kamariah khususnya penetapan tanggal 1 Ramadhan,

Syawal dan Dzulhijjah.

9. Kenapa tidak mencari lokasi lain untuk rukyat bagi wilayah Lamongan yang

memungkinkan hilal dapat terlihat?

Sebenarnya dari pihak Depag Lamongan sudah mengusulkan pada pihak

WBL untuk merenofasi pelataran rukyat yang ada agar dirubah lebih ke

Selatan dan menara rukyta yang ada di tinggikan agar hilal dapat terlihat,

karena ketika Matahari beradadi sebelah Selatan maka hilal akan sullit

diamati karena pelatarannya terlalu ke Utara dan menara rukyatnya kurang

tinggi. Tetapi dari pihak WBL belum merealisasikan permohonan tersebut.

Untuk mencari lokasi lain juga bukan hal yang mudah, kami belum pernah

mencobanya karena setiap tahun rukyat dilakukan di Tanjung Koodk dan

tempat ini termasuk salah satu titik yang ditunjuk Kementrian Agama Pusat

sebagai lokasi rukyat di Lamongan dan laporannya di jadikan masukan ketika

sidang isbat.

Lampiran 2 :

Hasil Wawancara

Judul skripsi : Analisis Tingkat Keberhasilan Rukyat di Pantai Tanjung

Kodok Lamongan dan Bukit Condrodipo Gresik Tahun

2008-2011.

Narasumber : Muhammad Khotib

Jabatan : Anggota Lajnah Falakiyah Gresik

Pewawancara : Khoirotun Ni’mah

Lokasi : Desa Pekelingan Kecamatan Kemuteran Gresik Jawa

Timur

Tanggal : Kamis tanggal 10 Mei 2012

1. Bagaimana sejarah awal pemakaian Bukit Condrodipo sebagai tempat

rukyat?

Pada awalnya lokasi rukyat yang telah ditentukaan untuk Kabupaten Gresik

adalah di Pantai Ujung Pangkah Gresik, akan tetapi setelah sekian lama

rukyat yang dilakukan di lokasi ini agaknya kurang efektif karena pada saat

Matahari di sebelah Selatan, pengamatan hilal akan sulit terlihat karena

terhalang oleh gunung (bukit) sehingga rukyat jarang berhasil. Oleh karena

itu, dipilihlah alternatif lain yaitu Bukit Condrodipo sebagai tempat rukyat

untuk daerah Gresik. Dipilihnya Bukit Condrodipo tersebut karena ada

beberapa pertimbangan dan observasi sebelumnya yang dilakukan tim yang

terdiri dari anggota Lajnah Falakiyah NU Kabupaten Gresik dengan dibantu

oleh petugas dari Pengadilan Tinggi Agama Jawa Timur.

2. Kapan Tim Rukyat Lajnah Falakiyah Lamongan melakukan rukyatul hilal di

Bukit Condrodipo? Apakah setiap akhir bulan Kamariah atau hanya

menjelang Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah?

Rukyat yang dilakukan di tempat ini tidak hanya pada awal Ramadhan,

Syawal dan Dzulhijjah saja tetapi setiap akhir bulan Hijriah untuk

menentukan masuknya awal bulan baru, bahkan kadang dilakukan dua kali

rukyat untuk penentuan satu bulan agar hasilnya lebih akurat.

3. Metode apa saja yang digunakan untung menghitung?

Metode yang digunakan banyak sekali, mulai dari kitab klasik hingga

modern. Di antaranya ialah Ittifaqu Dzatil Bain, Almanak Nutika, Newcom,

Badi’atul Mitsal, Khulasoh al-Wafiah, Sullam Nayyiroin, Ephemeris, dll.

4. Apa saja alat yang digunakan ketika melakukakn rukyat di Bukit

Condrodipo?

Alat yang digunakan juga banyak, karena alat ini disiapkan dari Depag pusat.

Diantaranya; Teropong, Theodolite, GPS, Gawang Lokasi, Kalkulator,

Laptop, dll.

5. Apa bapak punya pengalaman rukyat di tempat lain?

Sebelumnya ya rukyat di Pantai Ujung Pangkah. Tetappi karena jarang

berhasil dan sekarang rukyatnya ke Condrodipo.

6. Dari rukyat yang pernah anda ikuti pernakah anda berhasil mengamati hilal

baik secara visual maupun dengan alat bantu?

Pernah melihat ketika melakukan rukyat di Condrodipo, sebelumnya ketika

rukyat di ujung Pangkah belum pernah melihat hilal.

7. Apa yang biasanya menyebabkan rukyat yang dilakukan di Bukit

Condrodipotidak berhasil?

Kendala yang menghalangi hilal tidak dapat terlihat diantaranya mendung,

asap, pembakaran kapur, banyak pabrik, akan tetapi selain cuaca mendung

kendala-kendala tersebut masih bisa diatasi.

8. Apakah Condrodipo ini merupakan lokasi yang strategis untuk melakukann

rukyat?

Lokasi Condrodipo merupakan lokasi rukyat sepanjang masa. Baik Matahari

di sebelah Selatan maupun Utara hilal tidak akan terhalang.

Lampiran 3 :

Hasil Wawancara

Judul skripsi : Analisis Tingkat Keberhasilan Rukyat di Pantai Tanjung

Kodok Lamongan dan Bukit Condrodipo Gresik Tahun

2008-2011.

Narasumber : KH. Masluch Al-Fanani

Jabatan : Ketua Lajnah Falakiyah Gresik

Pewawancara : Khoirotun Ni’mah

Lokasi : Desa Pekelingan Kecamatan Kemuteran Gresik Jawa

Timur

Tanggal : Kamis tanggal 10 Mei 2012.

1. Sejak kapan pelaksanaan rukyat di Bukit Condrodipo diadakan?

Bukit Condrodipo ini telah digunakan secara resmi kira-kira sejak Desember

2004 lalu.

2. Apa bapak punya pengalaman rukyat di tempat lain?

Hanya di dua tempat, yaitu Pantai Ujung Pangkah dan Bukit Condrodipo.

3. Dari rukyat yang pernah anda ikuti pernakah anda berhasil mengamati hilal

baik secara visual maupun dengan alat bantu?

Saya sudah 27 tahun mengikuti rukyat, di Ujung Pangkah belum pernah sama

sekali melihat hilal. Pernah melihat hilal baru ketika rukyat di Condrodipo.

Saya pernah melihat dua kali di Condrodipo. Itupun sudah ada yang

sebelumnya melihat, baru saya bisa melihat ketika telah diberi tahu oleh

Inwanuddin.

4. Apakah benar di Condrodipo sering bisa melihat hilal?

Kalau sering tidak, karena rukyat yang dilakukan tidak hanya menjelang awal

Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah, tapi setiap menjelang awal bulan Hijriyah

jadi dari 12 bulan tersebut kadang berhasil kadang tidak. Tapi kalau

dibandingkan dengan rukyat yang dilakuakn di Ujung Pangkah memang di

Condrodipo bisa dikatakan sering melihat hilal.

Lampiran 4:

Wawancara dengan Prof. Thomas Djamaluddin, Peneliti Matahari dan Antariksa,

LAPAN Bandung, via facebook pada Jum’at 25 Mei 2012.

1. [Bandung, Jum’at 25 Mei 2012 pukul 11:21 WIB]

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Maaf bapak, saya Khoirotun Ni’mah mahasiswa falak IAIN Walisongo, saya

mau tanya dan minta pendapat bapak mengenai tempat rukyatul hilal. Menurut

bapak tempat rukyat yang bagus itu bagaimana? Syarat-syaratnya apa saja?

Apakah harus di tempat sunyi, atau di pinggir pantai atau di atas bukit yang

tinggi? Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keberhasilan

rukyat?Apakah kelembapan udara, partikel-partikel cahaya di kota, dan iklim

di daerah lokasi rukyat tersebut berpengaruh terhadap keberhasilan rukyat?.

Terima kasih sebelumnya

[Semarang, Jum’at 25 Mei 2012 pukul 13:43 WIB]

Syaratnya: medan pandang ke Barat terbuka dan cauaca cukup bagus untuk

rukyat.

2. [Bandung, Jum’at 25 Mei 2012 pukul 13:50 WIB]

Apakah kelembapan udara atau cahaya lampu kota itu dapat berpengaruh

terhadap keberhasilan rukyat prof?

[Semarang, Jum’at 25 Mei 2012 pukul 23:30 WIB]

Kelembapan tidak terlalu berpengaruh, itu hanya terkait dengan koreksi

refraksi. Polusi cahaya kota jelas sangat berpengaruh karena meningkatkan

cahaya latar depan.

3. [Bandung, Sabtu 26 Mei 2012 pukul 09:30 WIB]

Kalau menurut prof yang mempengaruhi keberhasilan rukyat itu apa saja?

soalnya ada tempat rukyat yang tidak pernah sama sekali berhasil melihat

hilal, yaitu di Tanjung Kodok.

[Semarang, Ahad 27 Mei 2012 pukul 08:43 WIB]

Ya, 2 syarat di atas. Saya tidak tahu kondisi tempat rukyat Tanjung Kodok.

4. [Bandung, Senin 05 Juni 2012 pukul 13:30 WIB]

Apakah uap air mempengaruhi visibilitas hilal? bila iya? seberpa besar

pengaruhnya? Apakah bisa dihitung dengan matematis? Manakah yang lebih

bagus, rukyat di pantai atau di bukit?

[Semarang, Senin 05 Juni 2012 pukul 20:45 WIB]

Ya, uap air mempengaruhi transparansi. Uap air dihitung sebagai kelembapan.

Di bukit sering terganggu oleh kabut, yang merupakan kondensasi uap air

karena udara dingin. Di laut tidak ada kabut.

5. [Bandung, Selasa 12 Juni 2012 pukul 14:15 WIB]

Jadi menurut bapak, yang lebih baik, melaksanakan rukyat di pantai atau di

bukit? Faktor-faktor alam apa saja yang memperngaruhi keberhasilan rukyat

pak?

[Semarang, Rabu 13 Juni 2012 pukul 13:48 WIB]

Di pantai lebih baik daripada di bukit. Faktor yang mempengaruhi rukyat:

kondisi medan pandang ke arah Barat dan kondisi atmosfernya.

Lampiran 5:

Wawancara dengan Muh. Ma’rufin Sudibyo, via facebook pada Minggu, 27 Mei

2012.

1. Saya:

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Maaf bapak, saya Khoirotun Ni’mah mahasiswa falak IAIN Walisongo, saya

mau tanya dan minta pendapat bapak mengenai tempat rukyatul hilal. Menurut

bapak tempat rukyat yang bagus itu bagaimana? Syarat-syaratnya apa saja?

Apakah harus di tempat sunyi, atau di pinggir pantai atau di atas bukit yang

tinggi? Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keberhasilan rukyat?

Apakah kelembapan udara, partikel-partikel cahaya di kota, dan iklim di daerah

lokasi rukyat tersebut berpengaruh terhadap keberhasilan rukyat?. Terima kasih

sebelumnya

(27 Mei 2012)

Pak Ma’rufin:

Wlkslm. Intinya :

1. Jangan dekat permukaan laut

2. Jangan berhadapan dengan kota/pemukiman yang banyak cahayanya.

3. Jangan di kawasan industry

4. Jangan di daerah yang sering berkabut

(4 Juni 2012)

2. Saya:

Menurut bapak, manakah yang lebih baik antara rukyat yang dilakukan di tepi

pantai atau di atas bukit yang tinggi? Saya sedang meneliti tingkat keberhasilan

rukyat di Pantai Tanjung Kodok Lamongan dan Bukit Condrodipo Gresik Jawa

Timur, soalnya rukyat yang dilakukan di pantai Tanjung Kodok belum pernah

berhasil sedangkan di Bukit Condrodipo bisa sering berhasil melihat hilal.

(Rabu, 6 Juni 2012)

Pak ma’rufin: Bukit yang tinggi. Itu bisa dihitung koq dengan simulasi, berapa

persentase cahaya Bulan yang diterima di bukit yang tinggi (terhadap cahaya

aslinya) dan diperbandingkan dengan di pantai.

(7 Juni 2012)

3. Saya:

Selain foto tentang kenampakan hilal yang dapat terlihat di Condrodipo, apa

lagi pak yang harus dilengkapi untuk mendukung riset ini? Kemudian untuk

menghitung berapa persentase cahaya Bulan yang diterima di bukit yang tinggi

(terhadap cahaya aslinya) dan diperbandingkan dengan di pantai itu dengan

rumus (ada rumusnya) atau maksudnya dengan starynight?

(Jumat, 8 Juni 2012)

Pak Ma’rufin:

Salah satunya bisa anda lihat di skripsi mbak Eka Puspita Arumaningtyas di

ITB. Meski lebih fokus ke masalah kontras hilal, namun beliau juga

menyajikan persamaan yang mengupas masalah serapan cahaya.

(Jumat, 8 Juni 2012)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Khoirotun Ni’mah

NIM : 082111076

Tempat Tanggal Lahir : Lamongan, 20 Desember 1989

Alamat Asal : Jl. Masjid Jami’ Baitur Rahman, No. 14, RT 01

RW 01 Desa Gelap Laren Lamongan 62262

No.Telp/HP : 08648428519

Email : [email protected]

Nama Orangtua

Ayah : Sun’an

Ibu : Khalimah

Pekerjaan Orangtua

Ayah : Petani

Ibu : Petani

Alamat Sekarang : PP.Daarunnajaah, Jl. Stasiun no. 275 Jrakah Tugu

Semarang 50151

Riwayat Pendidikan

1. Formal : :

a. MI Thoriqotul Hidayah (Lulus Tahun 2002)

b. Mts Tarbiyatut Tholabah (Lulus Tahun 2005)

c. MA Tarbiyatut Tholabah (Lulus Tahun 2008)

d. IAIN Walisongo Semarang (2008-Sampai Sekarang)

2. Non Formal :

a. PP Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan

b. Madrasah Diniyah al-Wustho Tarbiyatut Tholabah (Lulus Tahun 2000)

c. Madrasah Diniyah al-Ulya Tarbiyatut Tholabah (Lulus Tahun 2008)

d. PP.Daarun Najaah Jrakah Tugu Semarang

e. Pendidikan Bahasa Inggris di Pare pada bulan Februari tahun 2009

f. Pendidikan TOEFL dan TOAFL IAIN Walisongo tahun 2009

Semarang, 13 Juni 2012

Penulis,

Khoirotun Ni’mah NIM. 082111076