15
ANATOMI FISIOLOGI SALURAN CERNA Saluran cerna berfungsi untuk menyerap zat makanan, zat-zat penting, garam dan air serta mengeksresi bagian-bagian makanan yang tak diserap dan sebagian hasil akhir metabolisme. Pencernaan makanan adalah suatu proses biokimia yang bertujuan mengolah makanan yang dimakan menjadi zat-zat yang mudah diserap oleh selaput lendir usus, bila mana zat tersebut dapat berlangsung secara optimal dan efisien bila dipengaruhi oleh enzim-enzim yang dikeluarkan oleh fraktus digestivus sendiri. Supaya enzim-enzim tersebut dapat mempengaruhi proses pencernaan secara optimal dan efisien maka enzim tersebut harus mem punyai kontak dengan makanan.

ANATOMI FISIOLOGI SALURAN CERNA

Embed Size (px)

Citation preview

ANATOMI FISIOLOGI SALURAN CERNA

Saluran cerna berfungsi untuk menyerap zat makanan, zat-zat penting,

garam dan air serta mengeksresi bagian-bagian makanan yang tak diserap dan

sebagian hasil akhir metabolisme. Pencernaan makanan adalah suatu proses

biokimia yang bertujuan mengolah makanan yang dimakan menjadi zat-zat yang

mudah diserap oleh selaput lendir usus, bila mana zat tersebut dapat berlangsung

secara optimal dan efisien bila dipengaruhi oleh enzim-enzim yang dikeluarkan

oleh fraktus digestivus sendiri. Supaya enzim-enzim tersebut dapat mempengaruhi

proses pencernaan secara optimal dan efisien maka enzim tersebut harus mem

punyai kontak dengan makanan.

Gambar 1. Organ saluran cerna

Tempat sekresi Sel sekresi eksokrin Komponen sekret

Seluruh sistem pencernaan Semua sel Air dan garam-garam anorganik

Kelenjar ludah Serosa

Mukosa

Amilase

Mucin

Esofagus Mukosa Mucin

Lambung Parietal

Chief

Mukosa

HCl dan sel intrinsic

Pepsin

Mucin

Pankreas Acinar

Epitel

Amilase, protease, lipase

Bikarbonat

Hati Hepatosit

Epitel

Garam empedu, pigmen empedu

dan kolesterol

Usus halus Mukosa Mucin

Usus besar Mukosa Mucin

Dimulut makanan mengalami proses pengunyahan, yaitu makanan diet

dicampur dengan saliva sambil dihancurkan oleh gigi dan diaduk-aduk oleh lidah

sampai menjadi halus yang disebut bolus terus ditelan. Makanan yang sudah halus

dan tercampur dengan saliva ini (saliva campuran enzim-enzim : ptialin, lisizim,

kartikein dan mukoprotein), di lambung makanan diaduk lagi oleh adanya gerakan

peristaltik yang ditimbulkan dinding lambung. Pengadukan ini disertai dengan

sekresi getah lambung yang banyak mengandung HC1 dan pepsin, yang terjadi

secara reflektoris oleh karena pengaruh nervus vargus. Sekresi yang dikeluarkan

bersifat asam dan banyak mengandung pepsin ini ± 600 cc. Disini pengaruh

hormonal memegang peran penting, hormon yang dikeluarkan dari atrium

disebabkan gastrin.

Sekresi asam adalah suatu aktifitas faal yang sangat penting pada reaksi

sekretoris. Nervus vagus tidak hanya merangsang sel-sel dari parietal secara

langsung, tetapi memungkinkannya efek dari antral gastrin dan rangsang lain-lain

pada sel-sel parietal. Dengan melihat, mencium bau maka akan terbentuk getah

lain lambung yang banyak mengandung HCl dan pepsin. Kernudian bolus yang

siap diabsorpsi meninggalkan lambung masuk ke duodenum dan jejenum, tetapi

getah lambung tetap berjalan setelah 1-3 jam. Hal ini terjadi karena pengaruh

hormon atau absorpsi zat-zat makanan yang langsung merangsang kelenjar pada

keadaan normal sekresi getah lambung ± 2500 cc.

Gangguan pada saluran cerna diantaranya adalah gastritis; Ulkus dapat

terjadi pada bagian esofagus, lambung dan duodenum bagian atas, juga di ileum

bagi yang pernah mengalami gastroileotomi yang biasanya terdapat didekat

anastetomose dan disebut ulkus marginalis atau stornal ulcer; tifus dan lain-lain.

Saluran pencernaan berurusan dengan penerimaan makanan dan

mempersiapkannya untuk diasimilasi oleh tubuh. Saluran pencernaan terdiri dari

atas bagian-bagian sebagai berikut :

Mulut (Oris)

Faring (tekak)

Oesofagus (kerongkongan)

Ventrikulus (lambung)

Intestinum Minor (Usus Halus) :

- Duodenum

- Yeyenum

- Ileum

Intestinum Mayor :

- Seikum

- Kolon Asendens

- Kolon Transversum

- Kolon Descenden

- Kolon Sigmoid

1. Rongga Mulut

Di dalam rongga mulut terdapat permukaan epitel yang halus. Fungsi dari

rongga mulut adalah untuk mensekresi saliva agar membasahi makanan dan

memulai pencernaan. Pada rongga mulut, obat harus diabsobsi baik, efektif pada

dosis kecil, rasanya harus enak, obat yang diabsorbsi umumnya bersirkulasi tanpa

melewati hati terlebih dahulu.

Makanan dalam mulut :

Dihancurkan menjadi partikel kecil menggunakan gigi yang dibantu oleh

kelenjar saliva dihancurkan menjadi partikel yang kecil dan halus oleh

gigi.

Pati (karbohidrat) didegradasi oleh amylase yang terdapat didalam saliva

Setelah itu makanan kunyah telah didegradasi masuk ke dalam esophagus

dan oleh adanya gerakan peristaltic terbawa ke lambung.

2. Esophagus

Mentransport makanan dengan cepat dari kerongkongan sampai

lambung.spincter esophageal bagian bawah membuka sedikit, tetapi dengan cara

lain mencegah bercampurnya juice lambung mengalir lagi yang secara potensial

berbahaya.

3. Lambung

Lambung merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk

seperti kandang keledai, terdiri dari 3 bagian yaitu kardia (bagian tengah), fundus

(bagian atas), dan antrum (bagian bawah). Makanan masuk ke dalam lambung

dari kerongkonan melalui otot berbentuk cincin (sfinter), yang bisa membuka dan

menutup. Dalam keadaan normal, sfinter menghalangi masuknya kembali isi

lambung ke dalam kerongkongan (Anonim, 2009).

Dinding Lambung terdiri dari 3 lapis, yang luar bersifat membujur, yang

tengah sirkuler, dan yang paling dalam otot polos lurik. 3 lapisan itu yaitu :

Sel-sel utama (chief cells) di mukosa fundus mensekresi pepsinogen ;

merupakan enzim yang dapat memecah protein.

Sel-sel parietal terdapat di dinding mukosa fundus dan corpus yang

memproduksi HCl dan intrinsic factor

Sel-sel G terdapat di mukosa antrum dan mengeluarkan gastrin. Di lokasi ini

terdapat pula sel-sel mucus yang mensekresi lendir (Tjay & Rahardja. 2002).

Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung.

Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang

mengarah kepada terbentuknya tukak lambung (Anonim, 2009).

Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan

oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan

sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri

(Anonim, 2009).

Lambung merupakan tempat penampung makanan dan di sinilah makanan

dicampur secara intensif dengan getah lambung. Selain itu, lambung juga

mensekresi gastrin dan intrinsic factor, dan absorpsi (minimal) dari bahan

makanan tertentu (Tjay & Rahardja, 2002).

Mukosa lambung memiliki berjuta-juta kelenjar kecil yang menghasilkan

getah lambung, yang terdiri dari gastrin, HCl, pepsin, dan lendir. Sekresinya

dipicu oleh beberapa mekanisme, yakni melalui stimulasi N. vagus yang timbul

bila melihat atau membaui makanan, juga stimulasi sel-sel sekresi secara langsung

akibat tekanan makanan pada dinding lambung. Gastrin memegang peranan

penting pula pada regulasi sekresi. Getah lambung yang dibentuk sebanyak ca 3 1

per hari adalah esensial untuk pencernaan yang baik dari hidratarang dan protein

a. Gastrin adalah hormone dari sel-sel G, yang mengatur sekresi getah lambung,

khususnya HCl dan pepsinogen, sekresinya distimulasi oleh rangsangan

kolinergik. Alcohol dan kopi juga dapat menstimulasi sekresi gastrin melalui

efek langsung terhadap mukosa lambung. Hasilnya adalah peningkatan nafsu

makan dan daya pencernaan.

b. Asam Lambung terbentuk di sel-sel parietal dan berfungsi membantu

pencernaan dan mengaktivasi pepsin, yang hanya efektif dalam lingkungan

asam. Fungsi lainnya membunuh kuman yang ditelan bersamaan dengan

makanan.

c. Pepsinogen adalah prekoursor dari enzim proteolitis pepsin, yang disintesa

oleh sel-sel utama.

d. Lendir (mucus) berfungsi sebagai suatu rintangan pelindung (barriee) tahan-

asam dan tahan-pepsin, yang keduanya dapat merusak jaringan lambung (Tjay

& Rahardja, 2002).

Fungsi lambung terdiri dari dua bagian penting, yaitu fungsi motorik dan

fungsi pencernaan serta sekresi. Fungsi motorik meliputi:

Fungsi menampung

Menyimpan makanan sampai makanan tersebut sedikit demi sedikit dicerna

dan bergerak pada saluran cerna. Menyesuaikan peningkatan volume tanpa

menambah tekanan dengan relaksasi reseptif otot polos, diperantarai oleh

nervus vagus dan dirangsang oleh gastrin.

Fungsi mencampur

Memecahkan makanan menjadi partikel- partikel kecil dan mencampurkannya

dengan getah lambung melelui kontraksi otot yang mengelilingi lambung.

Kontraksi peristaltik diatur oleh suiatu irama listri intrinsik dasar.

Fungsi pengosongan lambung

Diatur oleh pembukaan sfingter pilorus yang dipengaruhi oleh viskositas,

volume, keasaman , aktivitas osmotik , keadaan fisik, emosi, obat-obatan,

olahraga. pengosongan lambung diatur oleh faktor saraf dan hormonal seperti

kolesistokinin.

Fungsi pencernaan dan sekresi meliputi:

Pencernaan protein oleh pepsin dan HCl dimulai disini; pencernaan

karbohidrat dan lemak oleh amilase dan lipase dalam lambung kecil

peranannya.

Sintesis dan pelepasan gastrin dipengaruhi oleh protein yang dimakan,

peregangan antrum, alkalinisasi antrum, dan rangsangan vagus.

Sekresi faktor intrinsik memungkinkan absorpsi vitamin B12 dari usus

halus bagian distal.

Sekresi mukus membentuk selubung yang melindungi lambung serta

berfungsi sebagai pelumas sehingga makanan lebih mudah diangkut.

Sekresi bikarbonat, bersama dengan sekresi gel mukus, tampaknya

berperan sebagai barier dari asam lumen dan pepsin.

4. Usus Halus (Banyak mikroorganisme nonpatogenik).

Merupakan lapisan tunggal sel epitel yang membentuk lekukan-lekukan

yang disebut lekukan Kerckring yang sangan meningkatkan luas permukaan

intestinal. Proyeksi kecil dari lekukan-lekukan ini disebut villi yang dapat

meningkatkan luas permukaan 10 lekukan lainnya. Proyeksi yang lebih kecil

sepanjang villi terdapat mikrovilli yang meningkatkan luas permukaan 20 lekukan

lainnya. pH lingkungan usus halus sekitar 4-5 hingga agak basa. Fungsi usus halus

halus adalah untuk absorbs dari nutrient normal. Obat yang dapat terabsorbsi

dengan baik adalah obat yang tidak terionisasi atau basa lemah. Faktor – factor

yang mempengaruhi absorbsi intestinal antara lain:

a. Senyawa yang ditransportasi.

b. Waktu transit

- Peristaltis.

- Diarrhea.

- Konstipasi.

Usus halus ini mensekret bikarbonat yang membuat pada usus netral atau

lebih cenderung ke basa. Usus halus memproduksi campuran dari disakarida,

peptida, asam lemak, dan monogliserida. Sehingga sebanyak 90-95% dari nutrisi

terjadi absorbsi didalam usus halus ini. Akhir dari pencernaan dan absorbsi terjadi

didalam vili, yang merupakan lapisan permukaan dari usus halus.

Pada bagian permukaan dari sel epitel pada setiap vili ditutupi oleh

mikrovili sehingga total permukaan dari usus menjadi (biasa disebut sebagai

"brush border") 200 meter kuadrat.

5. Usus Besar (Kolon)

Tidak terdapat mikrovilli. Lingkungan dari usus besar bersifat netral

hingga basa. Berfungsi untuk eliminasi dari lender dan fecal. Yang dibantu

dengan transport ion natrium. Absorpsi obatnya terjadi di rektal. Usus besar

menerima residu dari pencernaan seperti air, selulosa yang tidak dicerna, fiber

yang semuanya steril sehingga usus besar terdapat banyak populasi dari

mikroorganisme. pH dari usus besar adalah 5,5 - 7, dan seperti area bukal, darah

yang mengalir di rektum tidak ditansport pertama kali ke hati.

Gambar 11. Kandungan air dalam saluran cerna

II. Motilitas GI

Interdigestive atau tahap puasa: mengganti siklus.

- Kira–kira 1 jam tidak bergerak.

- Kira–kira 1 jam beraktivitas yang dikenal sebagai migrating motor complex

(kontraksi regular dengan amplitudo yang tinggi, didahului dan diikuti dengan

kontraksi irregular.

Digestive atau tahap makan.

- Sepanjang makanan ada dalam lambung.

- Kontraksi regular

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Gastrointestinal Tract. http://www.wikipedia/gastrointestinaltract

[diakses tanggal 06/10/2009].

Anonim.2007.Gastrointestinal Tract.

http://users.rcn.com/jkimball.ma.ultranet/BiologyPages/G/GITract.html

[diakses tanggal 06/10/2009].

Boudinot, S. 2009. Anatomy of GI Tract and Drugs Absorption.

www.chemcases.com [diakses tanggal 06/10/2009].

Toshikiro, K. & H. Kazutaka. 2009. Gastointestinal Transit and Drugs Absorption.

www.cinii.com [diakses tanggal 06/10/2009].

Tjay, Hoan Tan dan Kirana Rahardja. 2002. Obat-obat Penting Khasiat,

Penggunaan, dan Efek-efek Sampingnya. Edisi kelima. Cetakan kedua.

Jakarta: PT. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia