29
Anatomi dan Fisiologis I. PENDAHULUAN A. Gambaran Singkat. Pertahanan tubuh nonspesifik dan sistem imun melindungi tubuh terhadap agens lingkungan yang asing bagi tubuh. Agens asing di lingkungan eksternal dapat berupa patogen (virus, bakteri, jamur, protozoa, atau produknya). Produk tumubuhan atau hewan (makanan tertentu, serbuk sari, atau rambut atau bulu binatang), atau zat kimia (obat atau polutan). 1. Pertahanan Spesifik memberikan perlindungan umum terhadap berbagai jenis agens. Oleh beberapa ahli, pertahanan ini dimasukkan dalam pertahanan non- imun. Ahli lain menyebutnya sebagai pertahanan imun bawaan lahir atau imunitas alami. a. Pertahanan nonspesifik terdiri dari semua barter fisik, mekanik, dan kimia sejak lahir yang melawan benda asing. b. Barter tersebut meliputi kulit, membran mukosa, sel-sel fagositik, dan zat yang dilepas leukosit. 2. Imunitas didapat adalah pertahanan spesifik, yang diindikasi (didapat) melalui pajanan terhadap agens infeksius spesifik. Jaringan limfatik dan organ tubuh membentuk sistem imun. a. Komponen sistem imun meliputi organ-organ limfoid primer (sumsum tulang dan kelenjar timus), jaringan limfoid sekunder (nodus limfe, limpa, adenoid, amandel, bercak Peyer pada usus

AnFIS

Embed Size (px)

DESCRIPTION

YFYUYG

Citation preview

Page 1: AnFIS

Anatomi dan Fisiologis

I. PENDAHULUAN

A. Gambaran Singkat. Pertahanan tubuh nonspesifik dan sistem imun melindungi

tubuh terhadap agens lingkungan yang asing bagi tubuh. Agens asing di

lingkungan eksternal dapat berupa patogen (virus, bakteri, jamur, protozoa, atau

produknya). Produk tumubuhan atau hewan (makanan tertentu, serbuk sari,

atau rambut atau bulu binatang), atau zat kimia (obat atau polutan).

1. Pertahanan Spesifik memberikan perlindungan umum terhadap berbagai

jenis agens. Oleh beberapa ahli, pertahanan ini dimasukkan dalam pertahanan

non-imun. Ahli lain menyebutnya sebagai pertahanan imun bawaan lahir

atau imunitas alami.

a. Pertahanan nonspesifik terdiri dari semua barter fisik, mekanik, dan

kimia sejak lahir yang melawan benda asing.

b. Barter tersebut meliputi kulit, membran mukosa, sel-sel fagositik, dan

zat yang dilepas leukosit.

2. Imunitas didapat adalah pertahanan spesifik, yang diindikasi (didapat)

melalui pajanan terhadap agens infeksius spesifik. Jaringan limfatik dan

organ tubuh membentuk sistem imun.

a. Komponen sistem imun meliputi organ-organ limfoid primer (sumsum

tulang dan kelenjar timus), jaringan limfoid sekunder (nodus limfe,

limpa, adenoid, amandel, bercak Peyer pada usus halus, dan apendiks),

juga beberapa sel lain dan produk sel.

b. Ada dua jenis respons imun, imunitas humoral dan imunitas selular

(diperantara sel).

1) Imunitas humoral dengan perantara antibodi, diproduksi limfosit

yang berasal dari sumsum tulang (sel-sel B) dan ditemukan dalam

plasma darah.

2) Imunitas selular diperantarai limfosit yang berasal dari timus (sel-

sel T)

II. PERTAHANAN NONSPESIFIK

A. Barier fisik, kimia, dan mekanik terhadap agens infeksius

1. Kulit yang utuh menjadi salah satu garis pertahanan pertama karena sifatnya

yang impermeabel terhadap infeksi berbagai organisme.

Page 2: AnFIS

a. Walaupun beberapa organisme dapat masuk ke tubuh melalui kelenjar

sebasea dan folikel rambut, efek antimikroba keringat dan sekresi sebasea

(akibat asam laktat dan asam lemak) meminimalkan kemungkinan rute ini.

b. Jika kulit hilang, seperti pada luka bakar, atau saat kulit terluka, infeksi

dapat terjadi. Walaupun demikian, luka kecil jarang menyebabkan infeksi

yang parah karena luka kecil memicu respons imun kulit.

2. Membran mukosa yang melapisi permukaan bagian dalam tubuh mensekresi

mukus untuk menjebak mikroba dan partikel asing lainnya serta menutup jalur

masuknya ke sel epitel.

a. Sebagai contoh, partikel besar yang masuk dalam ruang nasal disaring

oleh rambut dalam hidung dan tertahan dalam mukus. Partikel besar yang

masuk dalam saluran pernafasan atas akan dikeluarkan saat bersin dan

batuk.

b. Partikel kecil dan mikroorganisme yang mungkin lolos dari barier mukus

akan masuk ke saluran pernapasan, tetapi dikeluarkan oleh silia pada

lapisan epitel. Partikel tersapu ke atas menjauhi paru-paru untuk

dikeluarkan atau ditelan bersama mukus ke dalam saluran pencernaan.

3. Sebagian cairan tubuh mengandung agens antimikroba. Misalnya:

mikroorganisme dapat dihancurkan oleh enzim lisozim dalam saliva, sekresi

nasal, dan air mata; oleh enzim dan asam dalam cairan pencerna; oleh

proteolitik dan cairan empedu dalam usus halus; dan oleh asiditas vagina. Zat

kimia pelindung ini membentuk lingkungan yang tidak nyaman untuk

beberapa, tidak semua, organisme.

4. Faktor mekanik seperti aksi pembilasan oleh air mata, saliva, dan urine juga

turut berperan dalam perlindungan.

B. Fagositosis adalah garis pertahanan kedua tubuh terhadap agens infeksius.

Pertahanan ini terdiri dari proses penelanan dan pencernaan mikroorganisme serta

toksin setelah berhasil menembus tubuh.

1. Fagosit utama tubuh adalah neutrofil darah dan makrofag jaringan yang

merupakan derivat monosit darah.

2. Neutrofil dan makrofag bergerak ke seluruh jaringan melaui kemotaksis, yaitu

gerakan sel leukosit yang dipengaruhi zat kimia. Kemotaksin yang menarik sel

darah putih diproduksi oleh mikroorganisme, leukosit lain, atau komponen lain

darah.

Page 3: AnFIS

a. Makrofag jaringan ikatt (histiosit) adalah makrofag menetap atau

berkeliaran (bergerak), bergantung pada perbedaan tahap perkembangna

dari sel yang sama.

b. Makrofag dari perkusornya (monosit) berdifusi untuk membentuk sel

raksasa asing pada tubuh, yaitu sel multinukleus yang berfungsi sebagai

barier di antara massa benda asing yang besar dan jaringan tubuh. Sel

seperti ini banyak ditemukan, contohnya pada penderita tuberkolosis.

c. Makrofag juga berperan penting dalam memfasilitasi respons imun.

3. Sistem fagositik mononuklear, sebelumnya dikenal sebagai sistem

retikuloendotelial, meliputi kombinasi monosit fagositik, makrofag bergerak,

dan makrofag jaringan tetap. Makrofag tetap, memiliki nama yang khusus

pada berbagai jaringan. Nama-nama tersebut antara lain:

a. Makrofag alveolar pada paru-paru

b. Sel Kupffer dalam hati

c. Sel Lengerhans pada epidermis

d. Mikroglia pada sistem saraf pusat

e. Sel mengasial dalam ginjal

f. Sel retikular dalam limpa, sumsum tulang, dan timus.

C. Inflamasi adalah respons jaringan terhadap cedera akibat infeksi, pungsi, abrasi,

terbakar, objek asing, atau toksin (produk bakteri yang merusak sel hospes atau

jaringan hospes). Inflamasi meliputi rangkaian peristiwa kompleks yang dapat

bersifat akut (jangka pendek) atau kronik.

1. Tanda-tanda lokal respons inflamasi meliputi kemerahan, panas,

pembengkakan, dan nyeri. Gejala kelima yang kadang terjadi adalah

hilangnya fungsi, bergantung luas area cedera.

2. Rangkaian peristiwa dalam inflamasi adalah sebagai berikut:

a. Tahap pertama adalah produksi faktor-faktor kimia vasoaktif oleh sel

rusak di area cedera. Faktor-faktor ini meliputi histamin (dari sel mast),

serotonin (dari trombosit), derivatif asam arakidonat (leukotrien,

prostaglandin, dan tromboksan), dan kinin (protein plasma teraktivasi).

Faktor-faktor ini mengakibatkan efek berikut

Page 4: AnFIS

1) Vasodilatasi atau pelebaran diameter pembuluh darah pada area

yang rusak meningkatkan aliran darah dan menyebabkan kemerahan

(eritema), nyeri berdenyut, dan panas.

2) Peningkatan permeabilitas kapiler mengakibatkan hilangnya

cairan dari pembuluh ke dalam ruang interselular. Akumulasi cairan

dalam jaringan menyebabkan pembengkakan atau edema.

3) Pembatasan area cedera terjadi akibat lepasnya fibrinogen dari

plasma ke dalam jaringan. Fibrinogen diubah menjadi fibrin untuk

membentuk bekuan yang akan mengisolasi lokasi yang rusak dari

jaringan yang masih utuh.

b. Tahap kedua adalah kemotaksis (gerakan fagosit ke area cedera), terjadi

dalam satu jam setelah permulaan proses inflamasi.

1) Marginasi adalah perlekatan fagosit (neutrofil dan monosit) ke

dinding endotelial kapilar pada area yang rusak.

2) Diapedesis adalah migrasi fagosit melalui dinding kapilar menuju

area cedera. Yang pertama kali sampai di area yang rusak adalah

neutrofil; monosit menyusul ke dalam jaringan dan menjadi

makrofag.

c. Fagositosis agens berbahaya terjadi pada area cedera.

1) Neutrofil dan makrofag akan terurai secara enzimatik dan mati

setelah menelan sejumlah besar mikroorganisme.

2) Leukosit mati, sel jaringan mati, dan berbagai jenis cairan tubuh

membentuk pus yang terus berbentuk sampai infeksi teratasi. Pus

bergerak menuju permukaan tubuh untuk diuraikan atau menuju

rongga internal yang pada akhirnya akan dihancurkan dan diabsorpsi

tubuh.

3) Abses atau granuloma akan terbentuk jika respons inflamasi tidak

dapat mengatasi cedera atau invasi.

a) Abses adalah kantong pus terbatas yang dikelilingi jaringan

terinflamasi. Abses ini biasanya tidak terurai secara spontan

dan harus dikeluarkan.

b) Granuloma biasanya terjadi akibat proses inflamasi kronik

dalam merespons iritasi berulang. Granuloma merupakan

Page 5: AnFIS

akumulasi sel-sel fagositik dan mikroorganisme yang

dikelilingi kapsul fibrosa.

d. Pemulihan melalui regenerasi jaringan atau pembentukan jaringan

parut merupakan tahap akhir proses inflamasi.

1) Pada regenerasi jaringan, sel-sel sehat dalam jaringan yang

terkena akan membelah secara mitosis untuk berproliferasi dan

mengembalikan massa jaringan.

2) Pembentukan jaringan parut oleh fibroblas adalah respons

alternatif terhadap regenerasi jaringan. Jaringan parut

mengganti jaringan asli yang rusak.

3) Sifat jaringan yang rusak dan luasnya area cedera akan

menentukan apakah akan terjadi regenerasi atau pembentukan

jaringan parut. Kulit memiliki kemampuan yang tinggi untuk

melakukan regenerasi lengkap kecuali jika cedera terlalu dalam

atau luas.

3. Efek sistemik inflamasi meliputi demam dan leukositosis.

a. Demam atau suhu tubuh tinggi yang abnormal dapat terjadi dalam

kaitannya dengan inflamasi.

1) Pirogen eksogen (pencetus demam) yang dilepas bakteri dan pirogen

endogen yang dilepas berbagai leukosit, bekerja pada hipotalamus

untuk mengatur kembali kendali termoregulator normal ke suhu yang

lebih tinggi.

2) Penyesuaian tubuh terhadap peningkatan suhu meliputi

vasokonstriksi untuk mengurangi panas yang hilang, menggigil dan

gemetar untuk meningkatkan panas tubuh, dan peningkatan laju

metabolik. Akibatnya adalah peningkatan suhu tubuh.

3) Demam akan mereda jika infeksi teratasi, kadar pirogen berkurang,

dan kendali termoregulator normal tercapai.

b. Leukositosis (peningkatan jumlah leukosit dalam darah) terjadi akibat

peningkatan kebutuhan jumlah sel darah putih tambahan dan peningkatan

produksi sel tersebut dalam sumsum tulang.

D. Zat antivirus dan antibakteri nonspesifik diproduksi tubuh untuk perlindungan

tubuh terhadap infeksi. Cara kerja zat ini tidak membutuhkan interaksi antigen-

antibodi sebagai pemicunya.

Page 6: AnFIS

1. Interferon (IFN) adalah protein antivirus yang dapat disintesis oleh hampir

setiap jenis sel hospes sebagai respons terhadap infeksi virus, stimulasi

imun, atau berbagai jenis stimulan kimia.

a. Jenis-jenis interferon

Interferon alfa (IFN – α) diproduksi oleh leukosit yang terinfeksi

virus.

Interferon beta (IFN – β) diproduksi fibroblas yang terinfeksi

virus.

Interferon gamma (IFN – γ) diproduksi oleh dua jenis limfosit

imun.

b. Fungsi IFN. Interferon menghalangi multiplikasi virus dan juga

memegang peranan dalam memodulasi aktivitas imunologis.

2. Sistem komplemen adalah sekelompok protein plasma inaktif yang

bersirkulasi dalam darah. Komponen komplemen diberi nama sesuai

dengan kemampuannya untuk meningkatkan atau melengkapi sistem

pertahanan tubuh.

a. Fungsi. Fungsi keseluruhan sistem komplemen adalah untuk

menyerang dan menghancurkan mikroorganisme penyusup.

b. Mekanisme aktivasi. Jalur kerja komplemen ini adalah jalur berantai

(cascade). Setiap protein dalam kelompok yang diaktivasi akan

pengaruhi protein selanjutnya dalam jalur. Cascade memungkinkan

terjadinya amplifikasi dan aktivasi sejumlah besar komplemen dari

sinyal awal yang kecil.

1) Jalur klasik untuk aktivasi komplemen memerlukan reaksi

antigen-antibodi sebagai pemicunya.

2) Jalur alternatif. Suatu bentuk tahanan nonspesifik, dipicu oleh

bakteri atau produknya tanpa memerlukan reaksi antigen-antibodi.

3) Properdin adalah sejenis protein serum yang meningkatkan

aktivasi komplemen dengan cara menstabilkan protein komplemen

tertentu.

III. SISTEM IMUN: PERTAHANAN SPESIFIK

Page 7: AnFIS

A. Definisi. Sistem imun adalah suatu sistem kompleks yang memberikan respons

imun (humoral dan selular) untuk menghadapi agens asing spesifik seperti

bakteri, virus, toksin, atau zat lain yang oleh tubuh dianggap “bukan bagian diri”.

B. Karakteristik

1. Spesifisitas. Sistem imun dapat membedakan berbagai zat asing dan

responsnya terutama jika dibutuhkan.

2. Memori dan amplifikasi. Respons imun memiliki kemampuan untuk

mengingat kembali kontak sebelumnya dengan suatu agens tertentu,

sehingga pajanan berikutnya akan menimbulkan respons yang lebih cepat

dan lebih besar.

3. Pengenalan bagian diri dan bukan bagian diri (asing). Sistem imun

dapat membedakan agens-agens asing, dan sel-sel tubuh sendiri serta

protein. Walaupun demikian, respons imun terhadap “diri sendiri’ dapat

terjadi dan membentuk suatu kondisi yang disebut autoimunitas.

Automimunitas dapat meenyebabkan efek patologis pada tubuh.

C. Komponen respons imun

1. Antigen adalah suatu zat yang menyebabkan respons imun spesifik. antigen

biasanya berupa zat dengan berat molekul besar dan juga kompleks zat

kimia seperti protein dan polisakarida.

a. Determinan antigenik (epitop) adalah kelompok kimia terkecil dari

suatu antigen yang dapat membangkitkan respons imun. Suatu antigen

dapat memiliki dua atau lebih molekul determinan antigenik, satu

molekul pun dalam keadaan yang sesuai dapat menstimulasi respons

yang jelas.

b. Hapten adalah senyawa kecil yang jika sendirian tidak dapat

menginduksi respons imun, tetapi senyawa ini menjadi imunogenik

jika bersatu dengan carrier yang berat molekulnya besar, seperti

protein serum.

c. Hapten dapat berupa obat, antibiotik, zat tambahan makanan, atau

kosmetik. Ada banyak senyawa dengan berat molekul kecil yang jika

berkonjugasi dengan carrier dalam tubuh dapat membentuk

imunogenisitas. Misalnya, pada beberapa orang, penisilin tidak bersifat

antigenik sampai penisilin tersebut bergabung dengan protein serum

dan mampu memicu respons imun.

Page 8: AnFIS

2. Antibodi adalah suatu protein dapat larut yang dihasilkan sistem imun

sebagai respons terhadap keberadaan antigen dan akan bereaksi khususnya

dengan antigen tersebut.

a. Struktur

1) Sebuah molekul antibodi terdiri dari empat rantai polipeptida: dua

rantai berat identik dan dua rantai ringan identik. Istilah berat

dan ringan mengacu pada berat molekul relatifnya.

2) Rantai-rantai dihubungkan dengan ikatan disulfida (-S-S) dan

ikatan lain untuk membentuk molekul berbentuk Y yang memiliki

are hinge (engsel) fleksibel. Ini untuk memungkinkan terjadinya

perubahan bentuk saat bereaksi dengan jumlah antigen maksimum.

3) Regia variabel pada rantai berat ringan terletak di bagian ujung

lengan Y. Regia ini membentuk dua sisi pengikat antigen. Setiap

antibodi memiliki dua sisi pengikat yang disebut bivalen.

a) Regia variabel pada antibodi yang berbeda memiliki

rangkaian asam amino yang berbeda.

b) Spesifisitas suatu antibodi terhadap antigen tertentu

bergantung pada struktur regia variabelnya.

4) Regia konstan terdiri dari lengan Y dan batang molekul, selalu

identik pada semua antibodi dari kelas yang sama.

b. Kelas antibodi. Antibodi adalah sekelompok protein plasma yang disebut

Imunoglobulin (Ig). Ada lima kelas (isotipe) imunoglobulin: IgA, IgD,

IgE, IgG, IgM.

1) Molekul IgA mencapai 15% dari semua antibodi dalam serum darah

dan ditemukan dalam sekresi tubuh seperti keringat, saliva, air mata,

pernapasan, genitourinari, dan sekresi usus, seta air susu ibu. Fungsi

utama IgA adalah untuk melawan mikroorganisme pada setiap titik

masuk potensial ke dalam tubuh.

2) Molekul IgD dalam serum darah dan limfe relatif sedikit, tetapi banyak

ditemukan dalam limfosit B. Hanya sedikit yang diketahui mengenai

fungsinya; molekul ini membantu memicu respons imun.

3) Molekul IgE biasanya ditemukan dalam konsentrasi darah yang sangat

rendah. Kadarnya meningkat selama reaksi alergi dan pada penyakit

Page 9: AnFIS

parasitik tertentu. Molekul ini terkait pada reseptor sel mast dan basofil

serta menyebabkan pelepasan histamin dan mediator kimia lainnya.

4) Molekul IgG mencapai 80% sampai 85% dari keseluruhan antibodi

yang bersirkulasi dan merupakan satu-satunya antibodi yang dapat

menembus plasenta dan memberikan imunitas pada bayi baru lahir.

Molekul ini berfungsi sebagai pelindung terhadap mikroorganisme

dan toksin yang bersirkulasi, mengaktivasi sistem komplemen, dan

meningkatkan keefektifan sel fagositik.

5) Molekul IgM merupakan antibodi pertama yang tiba di sisi infeksi

pada pajanan awal terhadap antigen. Pajanan kedua mengakibatkan

peningkatan produksi IgG. Antibodi IgM mengaktivasi komplemen

dan memperbanyak fagositosis, tetapi umur molekul ini relatif

pendek. Karena ukurannya, maka molekul ini menetap dalam

pembuluh darah dan tidak memasuki jaringan sekitar.

3. Interaksi antibodi-antigen. Sisi pengikat antigen pada regio variabel

antibodi akan berkaitan dengan sisi penghubung determinan antigenik pada

antigen untuk membentuk kompleks antigen-antibodi 9atau imun).

Peningkatan ini memungkinkan inaktivasi antigen melalui proses fiksasi,

netralisasi, aglutinasi, atau presipitasi.

a. Fiksasi komplemen terjadi jika bagian molekul antibodi mengikat

komplemen. Ikatan molekul komplemen diaktivasi melalui “jalur

kalsik” yang meicu efeke cascade untuk mencegah terjadinya

kerusakan akibat organisme atau toksin penyusup. Efek yang paling

penting meliputi:

1) Opsonisasi. Partikel antigen diselubungi antibodi atau komponen

komplemen yang memfasilitasi proses fagositosis partikel. Selain

itu, suatu produk protein berlekuk dari cascade komplemen. C3b,

juga berinteraksi dengan reseptor khusus pada neutrofil dan

makrofag, dan meningkatkan fagositosis.

2) Sitolisis. Kombinasi dari faktor-faktor komplemen multipel

mengakibatkan rupturnya membran plasma bakteri atau penyusup

lain dan menyebabkan isi selular keluar.

3) Inflamasi. Produk komplemen berkontribusi dalam inflamasi akut

melalui aktivasi sel mast.

Page 10: AnFIS

b. Netralisasi terjadi saat antibodi menutup sisi toksik antigen dan

menjadikannya tidak berbahaya.

c. Aglutinasi (penggumpalan) terjadi jika antigen adalah materi

partikulat, seperti bakteri atau sel-sel merah.

d. Presipitasi terjadi jika antigen dapat larut. Kompleks imun menjadi

besar akibat hubungan silang molekul antigen sehingga tidak dapat

larut dan berprespitasi. Reaksi presipitasi antara antigen dan antibodi

dapat dipakai secara klinis untuk mendeteksi dan mengukur salah satu

komponen berikut.

1) Imunoelektroforesis adalah suatu metode untuk menganalisis

campuran antigen (protein) dan antibodinya. Protein

digerakkan pada bidang listrik (elektroforesis) untuk dipisahkan

dan kemudian dibiarkan berdifusi dalam jeli agar tempat setiap

protein membentuk garis presipitin dengan antibodinya.

2) Radioimunoassai (RIA) didasarkan pada pengikatan

kompetitif secara radioaktif antara antigen berlabel dan antigen

tanpa label untuk sejumlah kecil antibodi. Metode ini

memungkinkan dilakukannya analisis terhadap antigen,

antibodi, atau kompleks dalam jumlah yang sangat kecil

melalui pengukuran radio aktivitasnya bukan melalui cara

kimia.

D. Jenis Imunitas

1. Imunitas aktif didapat akibat kontak langsung dengan mikroorganisme

atau toksin sehingga tubuh memproduksi antibodnya sendiri.

a. Imunitas aktif dapatan secara alami terjadi jika seseorang terpapar

satu penyakit dan sistem imun memproduksi antibodi serta limfosit

khusus. Imunitas dapat bersifat seumur hidup (campak, cacar) atau

sementara (pneumonia pneumokokal, gonore).

b. Imunitas aktif dapatan secara buatan (terinduksi) merupakan hasil

vaksinasi. Vaksin diubah dari patogen yang mati atau dilemahkan atau

toksin yang telah diubah. Vaksin ini dapat merangsang respons imun,

tetapi tidak menyebabkan penyakit.

2. Imunitas pasif terjadi jika antibodi dipindah dari satu individu ke

individu lain.

Page 11: AnFIS

a. Imunitas pasif alami terjadi pada janin saat antibodi IgG ibu masuk

menembus plasenta. Antibodi IgG memberi perlindungan sementara

(mingguan sampai bulanan) pada sistem imun yang imatur.

b. Imunitas pasif buatan adalah imunitas yang diberikan melalui injeksi

antibodi yang diproduksi oleh orang atau hewan yang kebal karena

pernah terpapar suatu antigen, misalnya, antibodi dari kuda yang sudah

kebal terhadap racun ular tertentu dapat diinjeksikan pada individu

yang dipatuk ular sejenis.

E. Sel-sel yang terlibat dalam respons imun. Tiga jenis sel yang memegang

peranan penting dalam imunitas: sel B (limfosit B), sel T (limfosit T), dan

makrofag.

1. Fungsi sel

a. Sel B adalah antigen spesifik yang berproliferasi untuk merespons

antigen tertentu. Sel B berdiferensiasi menjadi sel plasma

nonproliferasi yang menyintesis dan mensekresi antibodi.

b. Sel T juga menunjukkan spesifisitas antigen dan akan berproliferasi

jika ada antigen, tetapi sel ini tidak memproduksi antibodi.

1) Sel T mengenali dan berinteraksi dengan antigen melalui reseptor

sel T, yaitu protein permukaan sel yang terikat membran

dananalog dengan antibodi.

2) Sel T memproduksi zat aktif secara imunologis yang disebut

limfokin. Subtipe limfosit berfungsi untuk membantu limfosit B

merespons antigen, membunuh sel-sel asing tertentu, dan

mengatur respons imun.

c. Makrofag secara fagositik menelan zat asing dan melalui kerja

enzimatik menguraikan materi yang tertelan untuk diekskresi dan

untuk pemakaian ulang.

1) Makrofag memproses antigen terfagositosi melalui denaturasi

atau mencerna sebagian antigen untuk menghasilkan fragmen

yang mengandung determinan antigenik.

2) Makrofag akan meletakkan fragmen antigen pada permukaan

selnya sehingga terpapar untuk limfosit T tertentu. Ini

merupakan langkah penting dalam aktivasi sel T.

Page 12: AnFIS

2. Respons sel B

a. Sel B merupakan nama bursa Fabrisius, yaitu jaringan limfoid yang

ditemukan pada ayam. Jaringan sejenis yang ada pada mamlia yaitu

sumusum tulang, jaringan limfe usus, dan limpa.

b. Setelah berdiferensiasi dari sel-sel batang prekursor, sel Bmatur

bermigrasi ke organ-organ limfe perifer seperti, limpa, nodus limfe,

bercak Peyer pada saluran pencernaan, dan amandel.

c. Sel B matur membawa molekul imunoglobulin permukaan yang terikat

dengan membran selnya. Saat diaktivasi oleh antigen tertentu dan

dengan bantuan limfosit T, sel B akan berdiferensiasi malelui dua cara.

1) Sel plasma adalah sel B yang telah terdifernsiasi penuh. Sel ini

mampu menyintesis dan mensekresi antibodi untuk

menghancurkan antigen tertentu.

2) Sel memori B adalah sel tidak membelah yang berasal dari

pecahan limfosit B antigen teraktivasi. Sel memori menetap

dalam jaringan limfoid dan siap merespons antigen perangsang

yang muncul dalam pajanan selanjutnya dengan respons imun

sekunder yang lebih cepat dan lebih besar.

d. Selection clonal theory mengenai pembentukan antibodi, diajukan dan

dikembangkan oleh Jerne, Burnet, Talmadge, dan Lederberg, adalah

hipotesis kerja yang menjelaskan kompleksitas fungsi sistem imun.

Pokok pikiran pada teori ini adalah sebagai berikut:

1) Sel B secara genetik diprogramkan untuk merespons antigen

spesifik sebelum mengadakan hubungan dengan antigen

tersebut. Sebelum berdiferensiasi menjadi sel plasma yang

mensekresi antibodi, sel B membawa antibodi sebagai reseptor

permukaan yang terikat membran. Antibodi ini adalah molekul

Ig dari spesifisitas yang sama dengan antibodi yang akan

diproduksi setelah sel B teraktivasi dan terdifernsiasi.

2) Setiap orang memiliki jutaan sel b. Masing-masing sel B

membawa sebuah antibodi terikat membran berbeda yang

mampu bereaksi dengan sebuah determinan antigenik tunggal.

3) Jika suatu antigen atau determinan antigenik bertemu dengan

reseptor antibodi yang sesuai di sel B imatur, antigen akan

Page 13: AnFIS

berikatan dengan reseptor dan memicu proliferasi serta

maturasi sel B tertentu menjadi sel plasma dan sel memori.

4) Hasilnya adalah tiruan, atau kelompok sel yang secara genetik

identik dan diturunkan dari satu sel B tunggal. Antibodi yang

diproduksi bereaksi khususnya dengan antigen yang

menyebabkan respons.

5) Setiap sel plasma akan memproduksi satu jenis antibodi asalkan

antigennya tersedia.

6) Setiap limfosit yang membawa antibod berlawanan dengan

antigen diri akan hancur selama kehidupan janin. Semua sel B

pada individu yang sistem imunnya kompeten akan mentolerir

bagian diri dan biasanya tidak akan memproduksi respons imun

lanjutan menghadapi antigen diri.

7) Clonal selection theory dapat juga diterapkan pada sel T.

Antigen yang terikat pada reseptor sel T memicu proliferasi

pada tiruan sel matur yang diturunkan dari sel T imatur tunggal.

8) Clonal selection theory menjelaskan memori imunologis.

a) Respons imun primer berlangsung dengan lambat karena

pada awalnya, hanya ada sedikit sel yang memiliki molekul

antibodi permukaan atau reseptor sel T untuk merespons

antigen.

b) Respons sekunder pada pajanan terhadap antigen yang

berikutnya berlangsung lebih cepat dan lebih kuat karena

tiruan tambahan dari sel B memori berkembang dan sel T

dapat mersponsnya.

3. Respons sel T

a. Sel T, seperti sel B berasal dari sel batang prekursor dalam suumsum

tulang. Pada periode akhir perkembangan janin atau segera setelah

lahir, sel prekursor bermigrasi menuju kelenjar timus, tempatnya

berproliferasi, berdiferensiasi, dan mendapatkan kemampuan untuk

mengenali diri.

1) Setiap individu memiliki suatu susunan khas tanda protein

permukaan sel (entigen) yang dikodekan oleh gen yang disebut

sebagai kompleks histokompatibilitas mayor (major

Page 14: AnFIS

histocompability complex(MHC) ). Protein yang dikodekan

oleh MHC kelas I dan kelas II penting dalam aktivasi sel T.

a) Antigen dikodekan MHC kelas I diproduksi pada

permukaan semua sel bernukleus dalam tubuh.

b) Antigen dikodekan MHC kelas II hanya ditemukan

pada permukaan sel B dan makrofag.

2) Selama masa kehidupan awal, antigen yang dikodekan MHC

sudah tertanam dalam sel T pada kelenjar timus. Dengan

demikian, sel T akan mengenali setiap MHC pengkode antigen

lain sebagai benda asing. Ini merupakan dasar untuk rejeksi

imun terhadap organ yang dicangkok atau ditransplatasi.

b. Setelah mengalami diferensiasi dan maturasi. Sel T berimigrasi menuju

organ limfoid seperti limpa atau nodus limfe. Sel ini dikhususkan

untuk melawan sel yang mengandung organisme intraselular.

1) Setiap sel T memiliki satu jenis molekul reseptor permukaan

sel (reseptor sel T) yang merpakan antigen khusus. Ada jutaan

jenis respetor sel T, tetapi setiap jenis dapat mengenali suatu

antigen asing spesifik hanya jika respetor tersebut berhubungn

dengan antigen yang dikodekan MHC. Ini untuk memberi tahu

sel bahwa reseptor telah mengadakan kontak dengan sel lain.

2) Saat pengenalan antigen asing, sel T berdiferensaia menjadi sel

memori yang menetap setelah inaktifasi dan tiga jenis sel T

efektor.

c. Sel T efektor

1) Sel T sitotoksik (sel T pembunuh) mengenali dan

menghancurkan sel yang memperlihatkan antigen asing pada

permukaannya, sperti sel kanker, sel jaringan transplantasi, dan

virus serta beberapa jenis bakteri yang berproduksi dalam sel

hospes.

a) Sel T sitotoksik meninggalkan jaringan limfoid dan

bermigrasi menuju lokasi sel targetnya. Di sini sel ini

mengikat sel target dan menghancurkannya.

b) Karena reseptor sel T pada sel T sitotoksik mengenali

antigen asing sel target hanya jika sel T juga mengenali

Page 15: AnFIS

antigen yang dikodekan MHC permukaan sel

normalnya (antigen diri kelas I), maka fungsi sel T

sitotoksik disebut sebagai MHC terestriksi.

2) Sel T pembantu tidak berpeean langsung dalam pembunuhan

sel. Sel ini mengenali antigen MHC kelas II, yang ada dalam

sel B dan makrofag, dan harus “melihat” antigen tersebut

teraktivasi. Setelah aktivasi oleh makrofag pembawa antigen,

sel T pembantu memiliki beberapa fungsi.

a) Sel ini diperlukan untuk sintesis antibodi normal.

i. Sel T pembantu teraktivasi akan berinteraksi

dengan sel B yang antibodinya mengenali

antigen yang sama dengan antigen yang

menstimulasi sel T pembantu.

ii. Sel B terpicu untuk membelah dan

berdiferensiasi menjadi tiruan sel-sel plasma

yang memproduksi antibodi.

Pengertian sistem imun        Sistem Imun (bahasa Inggris: immune system) adalah sistem pertahanan manusia sebagai

perlindungan terhadap infeksi dari makromolekul asing atau serangan organisme, termasuk virus, bakteri, protozoa dan parasit. Sistem kekebalan juga berperan dalam perlawanan terhadap protein tubuh dan molekul lain seperti yang terjadi pada autoimunitas, dan melawan sel yang teraberasi menjadi tumor. (Wikipedia.com)

 Sistem kekebalan atau sistem imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar biologis yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme. Jika sistem kekebalan bekerja dengan benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus, serta menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Jika sistemkekebalan melemah, kemampuannya melindungi tubuh juga berkurang, sehingga menyebabkan patogen, termasuk virus yang menyebabkan demam dan flu, dapat berkembang dalam tubuh. Sistem kekebalan juga memberikan pengawasan terhadap sel tumor, dan terhambatnya sistem ini juga telah dilaporkan meningkatkan resiko terkena beberapa jenis kanker.

Fungsi dari Sistem Imun

Page 16: AnFIS

         Sumsum Semua sel sistem kekebalan tubuh berasal dari sel-sel induk dalam sumsum tulang. Sumsum tulang adalah tempat asal sel darah merah, sel darah putih (termasuk limfosit dan makrofag) dan platelet. Sel-sel dari sistem kekebalan tubuh juga terdapat di tempat lain.

         TimusDalam kelenjar timus sel-sel limfoid mengalami proses pematangan sebelum lepas ke dalam sirkulasi. Proses ini memungkinkan sel T untuk mengembangkan atribut penting yang dikenal sebagai toleransi diri.

         Getah beningKelenjar getah bening berbentuk kacang kecil terbaring di sepanjang perjalanan limfatik. Terkumpul dalam situs tertentu seperti leher, axillae, selangkangan dan para-aorta daerah. Pengetahuan tentang situs kelenjar getah bening yang penting dalam pemeriksaan fisik pasien.

         Mukosa jaringan limfoid terkait (MALT)Di samping jaringan limfoid berkonsentrasi dalam kelenjar getah bening dan limpa, jaringan limfoid juga ditemukan di tempat lain, terutama saluran pencernaan, saluran pernafasan dan saluran urogenital.

Mekanisme Pertahanan

non Spesifik

         Dilihat dari caranya diperoleh, mekanisme pertahanan non spesifik disebut juga respons imun alamiah. Yang merupakan mekanisme pertahanan non spesifik tubuhkita adalah kulit dengan kelenjarnya, lapisan mukosa dengan enzimnya, serta kelenjar lain dengan enzimnya seperti kelenjar air mata.

Demikian pula sel fagosit (sel makrofag, monosit, polimorfonuklear) dan komplemen merupakan komponen mekanisme pertahanan non spesifik.

Mekanisme Pertahanan Spesifik

         Bila pertahanan non spesifik belum dapat mengatasi invasi mikroorganisme maka imunitas spesifik akan terangsang. Mekanisme pertahanan spesifik adalah mekanisme pertahanan yang diperankan oleh sel limfosit, dengan atau tanpa bantuan komponen sistem imun lainnya seperti sel makrofag dan komplemen.

         Dilihat dari caranya diperoleh maka mekanisme  pertahanan spesifik disebut juga respons imun didapat.  Mekanisme Pertahanan Spesifik  (Imunitas Humoral dan Selular)

          Imunitas humoral adalah imunitas yang diperankan oleh sel limfosit B dengan atautanpa bantuan sel imunokompeten lainnya. Tugas sel B akan dilaksanakan olehimunoglobulin yang disekresi oleh sel plasma. Terdapat lima kelas imunoglobulin yang kita kenal, yaitu IgM, IgG, IgA, IgD, dan IgE.

          Imunitas selular didefinisikan sebagai suatu respons imun terhadap antigen yangdiperankan oleh limfosit T dengan atau tanpa bantuan komponen sistem imun lainnya.

Antibodi (Immunoglobulin)

‡Antibodi (bahasa Inggris:antibody,  gamma globulin) adalah glikoprotein dengan struktur tertentu yang disekresi dari pencerap limfosit-B yang telah teraktivasi menjadi sel plasma,

Page 17: AnFIS

sebagai respon dari antigen tertentu dan reaktif terhadap antigen tersebut. Pembagian Immunglobulin

Antibodi A (bahasa Inggris: Immunoglobulin A, IgA) adalah antibodi yang memainkan peran penting dalam imunitas mukosis (en:mucosal immune). IgA banyak ditemukan pada bagian sekresi tubuh (liur, mukus, air mata, kolostrum dan susu) sebagai sIgA (en:secretoryIgA) dalam perlindungan permukaan organ tubuh yang terpapar dengan mencegah penempelan bakteri dan virus ke membran mukosa. Kontribusi fragmen konstan sIgA dengan ikatan komponen mukus memungkinkan pengikatan mikroba.

Antibodi D (bahasa Inggris: Immunoglobulin D, IgD) adalah sebuah monomer dengan fragmen yang dapat mengikat 2 epitop. IgD ditemukan pada permukaan pencerap sel B bersama dengan IgM atau sIga, tempat IgD dapat mengendalikan aktivasi dan supresi sel B. IgD berperan dalam mengendalikan produksi autoantibodi sel B. Rasio serum IgD hanya sekitar 0,2%.

Antibodi E (bahasa Inggris: antibody E, immunoglobulin E, IgE) adalah jenis antibodi yang hanya dapat ditemukan pada mamalia. IgE memiliki peran yang besar pada alergi terutama pada hipersensitivitas tipe 1. IgE juga tersirat dalam sistem kekebalan yang merespon cacing parasit (helminth) seperti Schistosoma mansoni, Trichinella spiralis, dan Fasciola hepatica,  serta terhadap parasit protozoa tertentu sepertiPlasmodium  falciparum, dan artropoda.

Antibodi G (bahasa Inggris: Immunoglobulin G, IgG) adalah antibodi monomeris yang terbentuk dari dua rantai berat dan rantai ringan , yang saling mengikat dengan ikatan disulfida, dan mempunyai dua fragmen antigen-binding. Populasi IgG paling tinggi dalam tubuh dan terdistribusi cukup merata di dalam darah dan cairan tubuh dengan rasio serum sekitar 75% pada manusia dan waktu paruh 7 hingga 23 hari bergantung pada sub-tipe.

Antibodi M (bahasa Inggris: Immunoglobulin M, IgM,  macroglobulin) adalah antibodi dasar yang berada pada plasma B. Dengan rasio serum 13%, IgM merupakan antibodi dengan ukuran paling besar, berbentuk pentameris 10 area epitop pengikat, dan teredar segera setelah tubuh terpapar antigen sebagai respon imunitas awal (en:primary immune response) pada rentang waktu paruh sekitar 5 hari. Bentuk  monomeris dari IgM dapat ditemukan pada permukaan limfosit- B dan reseptor sel-B. IgM adalah antibodi pertama yang tercetus pada 20 minggu pertama masa janin kehidupan seorang manusia dan berkembang secara fitogenetik (en:phylogenetic). Fragmen konstan IgM adalah bagian yangmenggerakkan lintasan komplemen klasik.