24
Analisis Terhadap Putusan Kepailitan Nomor: 34/Pailit/1999/PN.Niaga.Jkt .Pst (Untuk memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Hukum Kepailitan)

Anlisis Terhadap Putusan Kepailitan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Anlisis Terhadap Putusan Kepailitan

Analisis Terhadap Putusan Kepailitan

Nomor: 34/Pailit/1999/PN.Niaga.Jkt .Pst

(Untuk memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Hukum Kepailitan)

Dwi Bagus Prasojo

09400241

Fakultas Hukum

Universitas Muhammadiyah Malang

Page 2: Anlisis Terhadap Putusan Kepailitan

KASUS POSISI

Permaslahan yang terdapat dalam putusan No.34/Pailit/1999/PN.Jkt.Pst

adalah permohonan pailit yang diajukan oleh OVERSEA-CHINESE BANKING

CORPORATION LIMITED,  suatu korporasi yang didirikan menurut hukum

Republik Singapura berkantor pusat di 65 Chulia Street # 41-05 OCBC Centre

Singapore 049513 sebagai PEMOHON I dan INDUSTRIAL &

COMMERCIAL BANK LIMITED, suatu korporasi yang didirikan menurut

hukum negara Republik Singapura, berkantor pusat di 80 Raffles Place, UOB

Plaza Singpore 048624, sebagai PEMOHON II. Dalam hal ini diwakili oleh

Wahyu Nogroho, S.H, LL.M, Toni Budijaja, S.H dan Rahmat Bastian, S.H

Penasehat Hukum dari Dermawan & Co Law Firm berdasarkan surat kuasa

tertanggal 22 Januari 1999 dan tertanggal 21 Januari 1999 yang dilegalisir di

Kepaniteraan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat pada tanggal 1 Juni 1999 No.

108/Leg.Srt.Kuasa/PN.Niaga.JKT.PST selanjutnya disebut sebagai PARA

PEMOHON berdasarkan surat kuasa tertanggal 22 Januari 1999. Mengajukan

surat pernyataan kepailitan terhadap PT ASTER DHARMA INDUSTRI, Tbk,

beralamat di Yos Sudarso (Daan Mogot Km.19), Kelurahan Jurumudi Baru,

Kecamatan Benda, Kodya Tangerang 15124.

Rincian singkat tentang bagaimana latar belakang kasus yang terjadi antara para

pihak baik pemohon maupun termohaon adalah munculnya perjanjian

penanggungan antara para pihak. Bahwa TERMOHON adalah penjamin (borg)

berdasarkan Letter/Deed of Guarantee and Indemnity (corporate) (surat akta

Penanggungan dan Penjaminan (Perusahaan)) tanggal 22 November 1996 yang

telah dibuat dan ditandatangani oleh TERMOHON untuk kepentingan

PEMOHON I (Vide Bukti P-1) serta Bahwa Penjaminan/jaminan (borgtocht)

yang diberikan oleh TERMOHON kepada atau untuk kepentingan PEMOHON I

adalah memenuhi (secara tepat waktu dan penuh) kewajiban pembayaran setiap

jumlah uang yang wajib dibayar atau menjadi wajib dibayar oleh DTRON

SINGAPORE PTE LTD, suatu korporasi yang didirikan menurut hukum negara

Republik Singapura, berkantor pusat di 9 Temasek Boulevard # 19-20 Suntec

Tower 2 Singapore 038989 yang merupakan anak perusahaan TERMOHON

Page 3: Anlisis Terhadap Putusan Kepailitan

(selanjutnya disebut sebagai DTRON) kepada PEMOHON I sehubungan dengan

fasilitas kredit (credit facility) yang diterima oleh DTRON dari PEMOHON I

berdasarkan perjanjian kredit dalam bentuk surat PEMOHON I kepada DTRON

tanggal 15 Agustus 1996, Ref.BBU/96/155/SC/CT/ja yang telah disetujui dan

ditandatangani oleh DTRON pada tanggal 23 September 1996 (Vide Bukti P-2);

Selanjutnya kedudukan pemohon adalah Bahwa TERMOHON adalah

penjamin (borg) berdasarkan Letter of Guarantee (Surat Penjaminan) tanggal 21

Mei 1997 yang telah dibuat dan ditandatangani oleh TERMOHON untuk

kepentingan PEMOHON  II (selanjutnya disebut sebagai “Surat Penjaminan”;

(Vide Bukti P-10). Bahwa penjaminan/jaminan (borgtocht) yang diberikan oleh

TERMOHON kepada atau untuk kepentingan PEMOHON II adalah untuk

memenuhi  (secara tepat waktu dan penuh) kewajiban pembayaran setiap jumlah

uang yang wajib dibayar atau menjadi wajib dibayar oleh DTRON kepada

PEMOHON II sehubungan dengan fasilitas kredit (credit facility) yang diterima

oleh DTRON dari PEMOHON II berdasarkan perjanjian kredit dalam bentuk

surat  PEMOHON II kepada DTRON tanggal 29 April 1997,

Ref:ICB/CHL/CB/0124/CCM berikut The General Agreement for Commercial

Business (Perjanjian Umum untuk keperluan Bisnis) yang merupakan kesatuan

dan bagian yang tidak terpisahkan dari surat terebut yang telah disetujui dan

ditandatangani oleh DTRON pada tanggal 21 Mei 1997 (selanjutnya disebut

sebagai “Perjanjian Fasilitas Kredit PEMOHON II”) (Vide bukti P-11).

Jadi sebenarnya termohon bukanlah kreditur sebenarnya namun hanya

sebagai penjamin dari perjanjian – perjanjian kerja sama yang dilakukan oleh

DTRON dengan para pemohon dimana kemudian DTRON tidak dapat melunasi

kewajiban fasilitas kredit yang diberikan oleh kedua pemohon sampai pada saat

jatuh tempo dan juga tidak melakukan pembayaran setelah beberapa kali

diberikan somasi oleh kesus belah pemohon. Dari bukti – bukti yang diberikan

oleh kedua pemohon disebutkan bahwa tuntutan utang yang diajukan ;para

pemohon kepada termohon mencapai S$ 4,5 juta.

Surat permohonan yang diajukan oleh PEMOHON tertanggal 31 Mei 1999

yang diterima dan didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat

Page 4: Anlisis Terhadap Putusan Kepailitan

pada tanggal 1 Juni 1999 dibawah register perkara No.

34/PAILIT/1999/PN.NIAGA.JKT.PST memuat beberapa bukti yang cukup untuk

membuktikan bahwa termohon telah melakukan wanprestasi terhadap para debitur

(yaitu minimal 2 debitur) serta ditambah dengan bukti dari para pihak debitur

yang lain, yang tidak terlibat dalam permohonan ini, dan bukti bahwa salah satu

kewajiban utangnya telah jatuh tempo dan belum sanggup untuk dilunasi oleh

termohon.dengan kta lain menurut pasal 2 ayat 1 UU Kepailitan syarat bahwa

suatu prusshaan dinyatakan pailit ileh pengadilan sudah terpenuhi yaitu :

Adanya 2 Kreditur atau lebih

Hal ini dimaksudkan bahwa debitor dalam keadaan benar – benar tidak mampu

untuk melunasi utang kepada kreditornya, dalam kasus ini jelas tersebut ada 2

debitor yaitu

OVERSEA-CHINESE BANKING CORPORATION

LIMITED,  suatu korporasi yang didirikan menurut hukum Republik

Singapura berkantor pusat di 65 Chulia Street # 41-05 OCBC Centre

Singapore 049513, yang berdasarkan bukti perjanjian (Vide Bukti P 1)

mempunyai piutang kepada DTRON adalah sejumlah keseluruhan hutang

pokok sebesar S$ 1.986.585,04 (satu juta sembilan ratus delapan puluh

enam ribu lima ratus delapan puluh lima dolar Singapura dan empat sen)

dan jumlah keseluruhan bunga S$ 290.439,82 (dua ratus sembilan puluh

ribu empat ratus tiga puluh sembilan dolar Singapura dan delapan puluh

dua sen), jumlah mana merupakan konversi hutang pokok dan bunga

dalam mata uang dolar Amerika Serikat yang terhutang oleh DTRON

kepada OVERSEA-CHINESE BANKING CORPORATION

LIMITED yang dijamin oleh PT ASTER DHARMA INDUSTRI, Tbk. 

INDUSTRIAL & COMMERCIAL BANK LIMITED, suatu korporasi

yang didirikan menurut hukum negara Republik Singapura, berkantor

pusat di 80 Raffles Place, UOB Plaza Singpore 048624, yang berdasarkan

bukti yang dihadirkan didepan persidangan, DTRON mempunyai

berkewajiban untuk segera melunasi seluruh jumlah uang yang terhutang dan

Page 5: Anlisis Terhadap Putusan Kepailitan

wajib dibayar oleh DTRON kepada INDUSTRIAL & COMMERCIAL

BANK LIMITED berdasarkan penjaminan fasilitas kredit terebut sampai

sejumlah US $ 1.300.000 (satu juta tiga ratus ribu Dolar Amerika Serikat).

Serta juga terdapat beberapa kresitor lain yang masih terikat perjanjian hutang –

piutang semacamnya dengan debitor yang disebutkan dalam surat guagatan

tersebut misalnya Bank Lippo, PT BANK PUTRA SURYA PERKASA, Bank

Arya Panduarta

Tidak dapat membayar sedikitnya 1 utang yang telah jatuh

tempo dan dapat ditagih

Pada perntaaan tidak membayar satu utang yang telah jatuh tempo da

dapat ditagih disni adalah utang pokok atau bunga yang tidak terbayar, namun

pada penjelasan pasal 2 ayat 1 Undang – Undang Kepailitan disebutkan kewajiban

untuk membayar utang jatuh tempo dan dapat ditagih baik karena telah

diperjanjikan,karena percepatan pengalihan sebagaimana diperjanjikan, karena

sanksi atau denda oleh instansi yang berwenang maupun karena putusan

pengadilan,arbiter atau majelis arbritase. Dari kasus tersbut menurut pemohon

kedua perjanjian hutang tersebut sudah jatuh tepo pada febuari akhir 1997 namun

sampai febuari 1998 belum dibayakan sehingga para pihak pemohon

mengirimkan surat somasi pada 6 febuari 1998 dan juni 1998.namun dalam bukti

yang ada saya tidak menemukan tanggal pasti kaan utang – utang debitor telah

jatuh tempo. Namun dari adanya bukti 4 kalli surat somasi dikirimkan kepada

debitor sudah mengindikasikan bahwa hutang debitor sudah jatuh tempo.

Dari kedua unsure yang dijelakan tersebut diatas maka secara sederhana

persyaratan pernyataan pailit dalam pasal 2 ayat1 Undang – Undang Kepailitan

suda terpenuhi. namun ternyata dalam kasus yang terjadi tersebut tidak semudah

itu, dalam perkembangany kasus ini trelah sampai tahap peninjauan kembali

kepada Mahkamah Agung dengan putusan yang saling bertentangan, misalnya

dalam putusan tingkat pertama dalam PN niaga Jakarta Pusat menolak

permohaonan, namun dalam kasasi permohonan diterima dan dalam PK

Page 6: Anlisis Terhadap Putusan Kepailitan

permohonan kembali ditolak oleh majelis Hakim untuk lebih jelasnya akan saya

bahas sebagai berikut.

PUTUSAN HAKIM PN NIAGA Jak.pst Nomor: 34/Pailit/1999/PN.Niaga.Jkt

.Pst

Dalam putusan yang bacakan pada  tanggal 29 Juni 1999 oleh kami Majelis

Hakim Pengadilan Niaga Jakarta Pusat dengan susunan HARYONO,S.H sebagai

Hakim  Ketua, UNTUNG HARYADI, S.H, dan HIRMAN

PURWANASUMA,S.H masing-masing sebagai Hakim Anggota, putusan mana

pada hari itu juga diucapkan dalam sidang yang terbuka untuk umum dengan

dibantu oleh DOLY SIREGAR, S.H, panitera pengganti serta dihadiri oleh Kuasa

PEMOHON, kuasa TERMOHON dan kreditur lainnya tersebut Majelis Hakim

memutuskan bahwa permohonan pernyataan kepailitan atas PT ASTER

DHARMA INDUSTRI, Tbk dengan pertimbangan bahwa setelah mempelajari

bukti – bukti yang diajukan oleh baik pemohon maupun termhon majelis hakim

memutuskan degan beberapa pertimbangan yang menurut saya penting sebagai

berikut :

Menimbang, bahwa sekarang yang menjadi permasalahan adalah apakah

DTRON Singapore sebagai debitur utama yang sesuai dengan putusan

Pengadilan Tinggi Singapura (Bukti P-6 dan P-7) telah dibubarkan sejak

tanggal 11 Desember 1998 dan menunjuk Tuan Ong Yew Huat dari Kantor

ERNST & YOUNG Singapore sebagai likuidator

Menimbang, bahwa berdasarkan bukti-bukti yang diajukan oleh PEMOHON

tidak terlihat adanya penyelesaian hutang-hutang DTRON Singapore yang

dilakukan oleh likuidator cq Kantor ERNST & YOUNG Singapore, apakah

harta-harta DTRON Singapore telah disita dan dilelang untuk membayar atau

melunasi hutang-hutangnya ataukah hasil lelang tersebut tidak cukup untuk

membayar piutang kreditur atau masih ada sisa piutang yang belum dibayar,

Menimbang, bahwa apabila utang DTRON sudah disita dan dilelang sedang

hasilnya sudah mencukupi untuk membayar utang-utangnya maka

Page 7: Anlisis Terhadap Putusan Kepailitan

permasalahan akan selesai dan TERMOHON sebagai penanggung (borg) tidak

perlu dilibatkan, apalagi untuk dinyatakan pailit, sebab guarantor (penjamin)

dapat ditagih untuk membayar utang debitur bila utang atau sisa utang debitur

utama belum terbayar,

Menimbang, bahwa tentang bukti P-6 lampiran 3 dan 18.a hanyalah

merupakan neraca DTRON Singapore per 30 September 1998 dan 11

Desember 1998 bukan perincian pembayaran utang DTRON kepada

krediturnya,

Menimbang, bahwa demikian pula dengan kapan utang TERMOHON dapat

dinyatakan telah jatuh waktu dan dapat ditagih, hal ini belum dapat ditentukan

sebab apakah masih ada sisa hutang dari DTRON sebagai debitur utama

karena belum ada perincian tentang hal ini,

Menimbang, bahwa berdasarkan alasan tersebut setelah terangkan dan

dihubungkan satu dengan lainnya ternyata bahwa persyaratan untuk

dinyatakan pailit sebagaimana diatur dalam pasal 1 ayat 1 Undang-Undang

No.4 tahun 1998 terpenuhi, dimana hal ini seharusnya PEMOHON menunggu

dulu hasil likuidasi yang dilakukan oleh likuidator ERNST & YOUNG

Singapore terhadap DTRON Singapore untuk memenuhi isi putusan

Pengadilan Tinggi Singapore tanggal 11 Desember 1998,

Menimbang, bahwa dengan demikian permohonan pailit dari PEMOHON

terlalu prematur oleh karena itu akan dinyatakan tidak dapat diterima.

Mengadili

Menyatakan bahwa permohonan PEMOHON dinyatakan tidak dapat diterima,

Membebankan kepada PEMOHON untuk membayar ongkos perkara ini sebesar

Rp5.000.000 (lima juta rupiah),

Dengan melihat bukti – bukti yang diajukan oleh para pihak baik Pemohon

maupun Termohon maka menurut saya keputusan yang diambil oleh Majelis

Hakim sudah benar, dimana dari unsure persyaratan kepailitan yaitu adanya salah

Page 8: Anlisis Terhadap Putusan Kepailitan

satu utang yanag jatuh tempo tersebut tidak terdapat kejelasan waktu jatuh

temponya sehingga tidak dapat diputusakan bahwa termohon mempunyai hutang

yag sudah jatuh tempo, selain itu juga munculnya fakta bahwa adanya Tuan Ong

Yew Huat dari Kantor ERNST & YOUNG Singapore sebagai likuidator yang

masih belum memberikan hasil liquidasi terhadap harta kekayaan DTRON untuk

membayar hutang kepada pemohon.

PUTUSAN KASASI MAHKAMAH AGUNG Nomor:

022/K/N/1999

Terhadap putusan atas permohonan pernyataan pailit dapat dilakukan

upaya hukum Kasasi ke Mahkamah Agung. Dengan demikian terhadap keputusan

pengadilan pertama Pengadilan Niaga tidak dapat diajukan upaya hukum banding

tetapi langsung dapat dilakukan uapaya hukum Kasasi (pasal 11 jo pasal 13)

Undang – Undang Kepailitan. Pihak – pihak yang boleh mengajukan Kasasi ke

MA pada prinsipnya adalah sama dengan pihak yang dapat mengajukan

permohonan pailit, yaitu Debitor, Kreditor, termasuk Kresitor lain yang bukan

pihak dalam persidangan tingkat pertama namun tidak puas dengan putusan pailit

yang ditetapkan,dalam hal ini RATION LIMITED dan INDUSTRIAL &

COMMERCIAL BANK LIMITED atas putusan PN NIAGA Jak.pst Nomor:

34/Pailit/1999/PN.Niaga.Jkt .Pst. Pihak pemohon mengajukan kasasi pada

tanggal 29 Juni 1999 kemudian terhadapnya oleh Pemohon dengan perantaraan

kuasanya khusus, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 21 Januari 1999 dan 22

Januari 1999 diajukan permohonan kasasi secara tertulis pada tanggal 6 Juli 1999,

sebagaimana ternyata dari akta pengumuman kasasi  No:

21/Kas/Pailit/1999/PN.Niaga/JKT.PST . jo No. 34/Pailit/1999PN.NIAGA

JKT.PST, yang dibuat oleh panitera Pengadilan Niaga Jakarta Pusat, permohonan

mana kemudian disusul oleh memori kasasi  yang memuat alasan-alasan yang

diterima di Kepaniteraan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat pada hari itu juga.

Dalam kasasi ini pihak pemohon mengajukan beberapa keberatan terhadap

pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara No

34/pailit/1999/PN.Niaga.Jkt.pst yaitu :

Page 9: Anlisis Terhadap Putusan Kepailitan

1. Termohon Kasasi telah mengakui bahwa Termohon Kasasi adalah debitur

utama maupun debitur tanggung renteng/tanggung menanggung dari para

Pemohon Kasasi yang akibat dari hukumnya telah pula diuraikan dan

dijelaskan di muka dari memori kasasi

2. Judex Factie salah menerapkan hukum tentang hukum yang berlaku atas surat

pernyataan jaminan, bahwa berdasarkan bukti P-1 dan P-10 = T.31 - T.41

pasal 32 (1) bukti P-1 dan pasal 27 bukti P.10 yang antara lain berbunyi “surat

jaminan ini harus tunduk dan ditafsirkan dalam segala hal menurut hukum

Republik Singapore;

3. Judex Factie tidak ataupun lalai melakukan cara pemeriksaan/beracara yang

diharuskan oleh Undang-undang Kepailitan. bahwa pasal 6 UU Kepailitan

menentukan bahwa: “Permohonan pernyataan pailit harus dikabulkan apabila

terdapat fakta atau keadaan yang terbukti secara sederhana bahwa

persyaratan  untuk dinyatakan pailit sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 ayat

(1) telah terpenuhi”. Sementara itu pasal 1 ayat (1) UU Kepailitan menentukan

bahwa “debitur yang mempunyai dua atau lebih kreditur dan tidak membayar

sedikitpun satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan

pailit dengan putusan pengadilan yang berwenang sebagaimana dimaksud

dalam pasal 2, baik atas permohonannya sendiri, maupun atas permintaan

seorang atau lebih krediturnya”.bahwa berdasarkan ketentuan-ketentuan

tersebut diatas jelas bahwa judex factie harus mengabulkan permohonan

pernyataan pailit oleh para Pemohon Kasasi, apabila secara sederhana

terbukti:

Termohon kasasi adalah debitur dari para Pemohon Kasasi.

Termohon kasasi mempunyai lebih dari satu kreditur

Termohon kasasi telah tidak membayar utangnya yang telah kasasi telah

tidak membayar utangnya yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih kepada

salah satu krediturnya.

Fakta-fakta mana telah terbukti sebagaimana disebutkan dalam

pertimbangan hukum judex factie karenanya seharusnya judex factie

mengabulkan permohonan pernyataan pailit terhadap Termohon kasasi

Page 10: Anlisis Terhadap Putusan Kepailitan

dan bukannya menyatakan bahwa permohonan tersebut tidak dapat

diterima.

Selanjutnya Majelis Hakim MA berpendapat untuk menanggapi beberapa

keberata yag diajukan oleh pemohon kasasi yang disebutkan dalam pertimbangan

bahwa :

Menimbang, bahwa berdasarkan pasal 1 ayat 1 Undang-Undang No.4

Tahun 1998 debitur dapat dinyatakan pailit apabila memenuhi syarat

sebagai berikut Menimbang, bahwa berdasarkan pasal 1 ayat 1 Undang-

Undang No.4 Tahun 1998 debitur dapat dinyatakan pailit apabila

memenuhi syarat sebagai berikut:

1. adanya hutang

2. satu dari hutang tersebut telah jatuh tempo

3. adanya 2 / lebih kreditor

Mengenai keberatan ad 1,Bahwa keberatan ini tidak dapat dibenarkan

karena Pengadilan Niaga Jakarta Pusat tidak salah menerapkan hukum

sebab dalam Hukum Internasional dikenal adanya teori kedaulatan

(sovereignty) yang mengatakan bahwa sistem hukum yang diberlakukan

oleh suatu badan peradilan suatu negara adalah sistem hukum negara yang

bersangkutan, dan sistem hukum asing hanya akan

diberlakukan/diperhatikan sejak penguasa yang berdaulat mengizinkan

(asas comitas gentium/comity of nations)

Adanya 2 atau lebih kreditur,bahwa Pemohon I dan II keduanya dalam

permohonannya hanya mendalilkan sebagai kreditur Termohon, juga

terdapat kreditur lain yaitu PT Bank Lippo dan PT Bank Putra Surya

Perkasa; bahwa dari bukti P.2 Pemohon I telah memberikan pinjaman

pada DTRON dan dari bukti P.11b Pemohon II telah memberikan

pinjaman pada DTRON; bahwa berdasarkan bukti Pk.3 dan Pk.5 Bank

Lippo juga telah memberikan pinjaman pada Termohon, bahwa pinjaman

tersebut ternyata belum dapat dibayar oleh Termohon sehingga

Termohon  sampai pada saat Permohonan ini diajukan masih merupakan

Page 11: Anlisis Terhadap Putusan Kepailitan

kreditur dari Pemohon I dan II serta Bank Lippo sehingga dengan

demikian syarat adanya 2 kreditur atau lebih telah terpenuhi

Mengabulkan permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi: 1. OVRSEA

CHINESE BANKING CORPORATION LIMITED, 2. INDUSTRIAL &

COMMERCIAL BANK LIMITED  dalam hal ini kedua diwakili oleh

kuasanya 1. Wahyo Nugroho, S.H. LL.M, 2. Toni Budijaja, S.H, 3.

Rahmat Bastian S.H para penasehat hukum tersebut\

Membatalkan putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat tanggal 29 Juni

1999 No.34/Pailit/1999/PN/ JKT.PST.

PUTUSAN PK MAHKAMAH AGUNG Nomor: 021/PK/N/199

Terhadap putusan kepailitan yan telah mempunyai kekuatan hukum tetap

(inkracth van gewisjde) dapat dilakukan upaya hukum Peninjauan Kembali (PK)

ke Mahkamah Agung (Pasal 14 jo Pasal 295 ayat 1) Undang – Undang

Kepailitan.Dengan ketentuan PK dapt dilakukan apabila :

a. Setelah perkara diputus ditemukan bukti baru yang bersifat menetukan yang

pada waktu oemeriksaan di Pengadilan sudah ada, tetapi belum ditemukan,

atau

b. Dalam putusan Hakim yang bersangkutan terdapat kekelitruan yang nyata.

Dalam hal ini PT.ADI yang dikalahkan dalah putusan Kasasi Mahkamah Agung

No 22/K//2009 yang mengajukan Peninjauan Kembali dengan disertai beberapa

dalil – dalil sebagai berikut :

1. Kesalahan berat dalam menyebutkan pasal 1 ayat 1 Undang-undang No. 4

tahun 1998.

2. Majelis Hakim Agung pada tingkat Kasasi telah melakukan kesalahan berat

dalam penerapan hukum karena menyatakan bahwa Debitur dapat dinyatakan

pailit berdasarkan Pasal 1 ayat 1 Undang-undang No. 4 tahun 1998.

Sedangkan apabila kita membaca Undang-undang No. 4 Tahun 1998 dengan

cermat, maka faktanya adalah bahwa Undang-undang tersebut tidak terbagi

dalam ayat-ayat, (sehingga tidak relevan untuk menyebutkan `Pasal 1 ayat 1');

3. Terdapat kesalahan berat dalam menerapkan hukum tentang "penanggungan"

Page 12: Anlisis Terhadap Putusan Kepailitan

Pada halaman 12 putusannya, Majelis Hakim Agung pada tingkat Kasasi

berpendapat bahwa berdasarkan Pasal 1832 ayat (2) dan (4), Penanggung

tidak dapat menggunakan haknya sebagaimana tersebut dalam Pasal 1831

KUHPerdata apabila Penanggung mengikatkan dirinya bersama-sama dengan

siberhutang utama secara tanggung renteng atau jika siberutang berada dalam

keadaan pailit, sehingga sebagai Guarantor dapat secara langsung dimohonkan

pailit;

Berdasarkan Pasal 1820 KUHPerdata pengertian Penanggungan adalah "suatu

perjanjian dengan mana seorang pihak ketiga, guna kepentingan si berutang,

mengikatkan diri untuk memenuhi perikatan siberutang manakala orang ini

sendiri tidak memenuhinya (lalai/wanprestasi)". Bahwa Debitur Utama (i.c

DTRON) tidak dapat dikatakan lalai hanya dikarenakan telah dibubarkan oleh

Pengadilan Tinggi Singapura, padahal setelah bubarnya Debitur Utama (i.c.

DTRON) telah ditunjuk Likuidator yang akan melakukan pemberesan

terhadap harta Debitur Utama yang dilikuidasi (i.c. DTRON) sehingga

Pemohon PK tidak berkewajiban secara serta merta dan langsung masih ada

hak-hak dari pemohon PK yang harus juga dilindung.

4. Terdapat kesalahan dalam menerapkan hukum tentang utang/jumlah uang

yang pasti.

Bahwa pengertian hutang menurut pertimbangan Majelis Hakim Agung pada

tingkat kasasi tersebut tidak tetap karena hutang dari Debitur Utama (i.c.

DTRON) tidak pasti berapa yang harus ditanggung oleh Pemohon PK hal ini

dikarenakan belum selesainya proses pemberesan yang dilakukan oleh

Likuidator dari Debitur Utama (i.c. DTRON), yang artinya dengan belum

selesainya proses likuidasi terhadap DTRON, maka tidak dapat disangkal lagi

bahwa jumlah utang/kewajiban DTRON kepada Termohon Peninjauan

Kembali I dan/atau Termohon Peninjauan Kembali II belum dapat ditentukan

secara pasti, sehingga berapa besar jumlah hutang yang pasti yang harus

ditanggung oleh Pemohon PK (Gurantor)-pun tidak jelas seperti dimaksudkan

oleh pasal 1 ayat (1) UU Kepailitan tentang adanya hutang yang pasti tidak

Page 13: Anlisis Terhadap Putusan Kepailitan

dipenuhi bahkan mungkin saja utang itu sama sekali sudah tidak ada lagi

apabila dari hasil penjualan aset-aset debitur semua hutang itu sudah terbayar

lunas.

Dari beberapa alasan yang didalilkan oleh Pemohon Pk tersebut Majelis

Hakim yang dipimpin oleh Sarwata, SH. Ketua Mahkamah Agung sebagai

Ketua Sidang, Zakir, SH. dan Th. Ketut Suraputra, SH. Hakim-Hakim

Anggota mempertimbangkan dan menanggapi bebrapa dalil yang diajukan

tersebut misalnya:

a. Mengenai alasan 1.

Bahwa alasan ini walaupun dapat dibenarkan, namun bukanlah

merupakan, kesalahan berat yang dapat dijadikan alasan untuk

membatalkan putusan yang dimohonkan Peninjauan Kembali, karena

kesalahannya hanyalah sebatas formalitas penyebutan peraturan

perundang-undangan yang tidak menyangkut substansi permasalahan;

b. Mengenai alasan-alasan ad. 2 dan 3

Bahwa alasan-alasan ini dapat dibenarkan, karena Majelis Kasasi telah

melakukan kesalahan berat dalam penerapan pasal 1832 ayat 2 dan 4

KUH Perdata seperti termuat dalam pertimbangannya halaman 12, 13

dan 15

Bahwa pasal 1832 ayat 2 dan 4 KUHPerdata (BW) memang

mengecualikan berlakunya pasal 1831 BW terhadap penanggung yang

mengikat dirinya secara tanggung renteng atau dalam hal debitur

utama jatuh pailit

Bahwa akan tetapi dalam hal debitur utama sudah dinyatakan pailit

seperti halnya dalam perkara ini, dimana DTRON Singapura PTE Ltd

berdasar putusan The High Court of Singapore tanggal 11 Desember

1998 No.364/1998 telah diperintahkan untuk dibubarkan (be wound up

by the court) dan menetapkan Ong Yew Huat dari kantor Akuntan

ERNST & YOUNG sebagai likuidator, maka seluruh aset/harga

kekayaan DTRON menurut hukum harus dilikuidir untuk melunasi

utang-utangnya kepada Kreditur konkuren termasuk para Pemohon

yang sekarang mengajukan permohonan untuk mempailitkan juga para

Page 14: Anlisis Terhadap Putusan Kepailitan

Termohon sebagai penanggung (corporate guarantor) dari DTRON

Singapore PTE Ltd

Bahwa oleh karena proses likuidasi yang menjadi kewajiban likuidator

terhadap DTRON sebagai tindak lanjut dari keputusan The High Court

of The Republik of Singapore tanggal 11 Desember 1999 No.364/1998

itu tidak terbukti telah terlaksana, sehingga belum dapat dipastikan

berapa besar utang DTRON sebagai debitor utama yang sudah

terlunasi dari aset-aset/harta kekayaan DTRON dan berapa sisa utang-

utang yang masih harus dibayar oleh Termohon sebagai penanggung;

Bahwa selama proses likuidasi/pemberesan yang menjadi putusan The

Hight Court of The Republik of Singapore belum selesai, dan selama

para Pemohon belum dapat menentukan dengan tegas berapa

sebenarnya utang DTRON yang masih tersisa dan menjadi kewajiban

Termohon untuk membayar maka untuk menghindari pembayaran

yang tumpang tindih berdasarkan putusan Pengadilan, pengertian yang

sudah jatuh tempo dan dapat ditagih seperti dimaksud pasal 1 ayat 1

PERPU No. 1 tahun 1998 yang telah ditetapkan menjadi Undang-

undang dengan Undang-undang No. 4 tahun 1998 belumlah ada,

Dari beberapa pertimbanga diatas maka Majelis hakim memuutuskan untuk

menolak permohonan pernyataan pailit yang diajukan oleh Pemohon Pailit kepada

Termohon Pailit seperti yang tertulis dalah amar putusan sebagai berikut:

Menimbang, bahwa karena Permohonan Pemohon Peninjauan Kembali

dikabulkan dan Permohonan Pailit ditolak maka semua biaya perkara baik

yang jatuh pada Pengadilan Niaga, tingkat kasasi maupun pada

Peninjauan Kembali di bebankan kepada Termohon Peninjauan

Kembali/Pemohon Pailit

Memperhatikan pasal-pasal dari Undang-undang No. 14 tahun 1970 jo

Undang-undang No. 35 tahun 1999, Undang-undang No. 14 tahun 1985

dan PERPU No. 1 tahun 1998 yang telah ditetapkan menjadi Undang-

undang dengan Undang-undang No. 4 Tahun 1998 serta Undang-undang

lain yang bersangkutan.

Page 15: Anlisis Terhadap Putusan Kepailitan

Serta dalam putusannya mengadili :

Mengabulkan permohonan Peninjauan Kembali dari pemohon Peninjauan

Kembali PT. ASTER DHARMA INDUSTRI TBK yang diwakili oleh

kuasanya FAISAL TAJUDDIN, SH. LLM Dkk Pengacara Penasehat

Hukum tersebut

Membatalkan putusan Mahkamah Agung tanggal 18 Agustus 1999 No.

022/K/N/1999 dan putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat tanggal 29

Juni 1999 No. 34/Pailit/1999/PN.Niaga Jkt.Pst;

Dari putusan Peninjauan Kembali yang diajukan oleh Pemohon PK ,PT. ADI

mengajukan permohonan PK dengan beberapa dalil. Diantaranya adalah sebagai

berikut. Pertama, Majelis Hakim Kasasi telah salah menerapkan ketentuan

ps.1832 (2) dan (4) KUHPer, yaitu dengan DETRON sebagai debitur utama telah

dinyatakan dalam keadaan pailit, maka penanggung serta merta tidak dapat

melaksanakan haknya yang diatur dalam ps.1831 KUHPer dan menjadi wajib

membayar hutang DETRON. Majelis Hakim PK sependapat dengan PT. ADI

dengan menyatakan bahwa dengan telah dinyatakannya likuidasi dan telah

ditunjuknya likuidator, maka seluruh aset/harga kekayaan DTRON menurut

hukum harus dilikuidir untuk melunasi utang-utangnya kepada Kreditur konkuren

termasuk para Pemohon. Kedua, PT. ADI mengemukakan bahwa hutang

DETRON yang menurut OCBIC Bank dan ICBank wajib dibayar oleh PT. ADI

belumlah dipastikan jumlahnya sehingga masih ada hak-hak PT. ADI sebagai

penanggung yang harus dilindungi. Majelis Hakim PK pun sependapat pula

dengan PT. AD dengan menyatakan bahwa proses likuidasi yang menjadi

kewajiban likuidator terhadap DTRON sebagai tindak lanjut dari keputusan

Pengadilan Tinggi di Singapura tidak terbukti telah terlaksana, sehingga belum

dapat dipastikan berapa besar hutang DTRON yang sudah terlunasi dari harta

DTRON dan berapa sisa utang-utang yang masih harus dibayar oleh PT. ADI

sebagai penanggung. Sehingga kondisi “hutang yang jatuh tempo dan dapat

ditagih” belumlah terpenuhi sebagaimana yang dimaksud dalam ps.1 (1)

UUK. Permohonan PK dikabulkan sekaligus memnangkan PT ADI dan

Permohonan pailit ditolak.

Page 16: Anlisis Terhadap Putusan Kepailitan

---------------------------------------------------Sekian

-------------------------------------------

Sumber Data

1. UU No 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan 2. www.google.com3. file:///I:/kepailitan/ pailit/PNIJAP341999N/putusanpn.htm4. file:///I:/kepailitan/ /KRI221999putusanma/kasasi.htm5. file:///I:/kepailitan/ /KRI 211999pailit/putusanma/PK.htm6. file:///I:/kepailitan/ pailit/resume1.htm

------------------------------------------------------------Malang, 1 januari 2014----------