Upload
awiradireja
View
112
Download
5
Embed Size (px)
DESCRIPTION
antibiotik
Citation preview
Antibiotik Makrolida
I. DEFINISI
Makrolida adalah salah satu kelas poliketida. Makrolida merupakan sekelompok obat
(khususnya antibiotik) yang aktivitasnya disebabkan karena keberadaan cincin makrolida, cincin
lakton besar yang berikatan dengan satu atau lebih gula deoksi, biasanya cladinose dan
desosamine. Cincin laktonnya biasanya tersusun dari 14-, 15-, atau 16- atom.
Antibiotik makrolida digunakan untuk menyembuhkan infeksi yang disebabkan oleh
bakteri-bakteri Gram positif seperti Streptococcus Pnemoniae dan Haemophilus influenzae.
Penggunaannya merupakan pilihan pertama pada infeksi paru-paru. Digunakan untuk mengobati
infeksi saluran nafas bagian atas seperti infeksi tenggorokan dan infeksi telinga, infeksi saluran
nafas bagian bawah seperti pneumonia, untuk infeksi kulit dan jaringan lunak, untuk sifilis, dan
efektif untuk penyakit legionnaire (penyakit yang ditularkan oleh serdadu sewaan). Sering pula
digunakan untuk pasien yang alergi terhadap penisilin. Spektrum antimicrobial makrolida sedikit
lebih luas dibandingkan penisilin. Sekarang ini antibiotika Makrolida yang beredar di pasaran
obat Indonesia adalah Eritomisin, Spiramisin, Roksitromisin, Klaritromisin dan Azithromisin.
II. SUMBER
Antibiotik Makrolida dihasilkan oleh beberapa bakteri : Eritromisin berasal dari
Streptomyces erythreus, Saccharopolyspora erythraea dan Sarcina lutea. Oleandomisin berasal
dari Streptomyces antibioticus, karbamisin berasal dari Streptomyces halstedii dan Spiramisin
berasal dari Streptomyces ambofaciens.
III. MEKANISME AKSI
Antibiotik makrolida dapat menghambat biosintesis protein bakteri dengan cara mencegah
peptidiltransferase melekatkan peptidil dengan tRNA pada asam amino berikutnya. Makrolida
juga dapat menghambat translokasi ribosom. Mekanisme lainnya adalah dengan berikatan secara
reversible dengan subunit 50S ribosom bakteri sehingga mengganggu sintesis protein atau
menghambat sintesis protein bakteri. Antibiotik makrolida bersifat bakteriostatik atau bakterisid
tergantung dari jenis bakteri dan kadar obat Makrolida.
IV. BIOSINTESIS
adapun biosintesa cincin makrolakton dari kondensasi asetat dan atau propionat melalui
malonil CoA dan 2-metilmalonil CoA.
V. CONTOH OBAT
Antibiotik yang termasuk dalam golongan makrolida antara lain adalah eritromisin,
pikromisin dan streptomisin. Mekanismenya adalah menghambat sintesis protein.
1. Eritromisin
STRUKTUR :
Antibiotik eritromisin yang termasuk dalam golongan
antibiotik makrolida adalah antibiotik spektrum luas yang sangat
efektif, mempunyai toksisitas yang rendah pada manusia untuk
pengobatan penyakit akibat bakteri Gram positif khususnya
Staphylococcus dan Diphtheroids, serta beberapa bakteri yang
sudah resisten terhada penisilin (Galeet al., 1981).
Eritromisin merupakan metabolit sekunder yang disintesis oleh galur Streptomyces
erythreus pada akhir fase tropofase (Crueger dan Crueger, 1984). Aktif terhadap kuman gram
positif seperti Str. Pyogenes dan Str. Pneumoniae yang biasa digunakan untuk infeksi
Mycloplasma pneumoniae, penyakit Legionnaire, infeksi Klamidia, Difter, Pertusis, iInfeksi
Streptokokus, Stafilokokus, infeksi Camylobacter, Tetanus, Sifilis, Gonore. Dalam dosis rendah
sampai sedang, obat ini mempunyai efek bakteriostatik dan dengan dosis tinggi efeknya
bakteriostatik dan dengan dosis tinggi efeknya bakterisidal. Eritromisin dapat diberikan melalui
oral atau intravena. Karena asam lambung merusak obat, berbagai garam eritromisin (contoh
etilsuksinat, stearat dan estolat) dipakai untuk mengulangi disolusi (pecah menjadi partikel-
partikel kecil) di dalam lambung dan memungkinkan absorbsi terjadi pada usus halus. Untuk
pemakaian intravena, senyawa, eritromisin laktobionat dan eritromisin gluseptat, dipakai untuk
meningkatkan absorbsi obat. Antibiotik ini aktif melawan hampir semua bakteri gram positif,
kecuali staphylococcus aureus, dan cukup aktif melawan beberapa gram negatif. Obat ini sering
diresepkan sebagai pengganti penisilin. Obat ini merupakan obat pilihan untuk pneumonia akibat
mikroplasma dan penyakit legionnaire. Sediaan dari Eritromisin berupa kapsul/ tablet,
sirup/sspensi, tablet kunyah dan obat tetes oral.
Pada tahun mendatang diprediksikan penggunaan eritromisin akan terus meningkat. Hal ini
disebabkan karena selain dapat digunakan untuk pengobatan, eritromisin juga berpotensi sebagai
bahan baku pembuatan obat baru generasi kedua dari eritromisin seperti azitromisin,
roksitromisin dan klaritromisin (O’Hagan 1991; Dewick, 1999). Kendala penggunaan eritromisin
adalah harganya relative mahal sehingga hanya digunakan oleh kalangan terbatas (Kardawati et
al., 1989).
Mikroba utama penghasil eritromisin adalah Saccharopolyspora erythrea. Berdasarkan
lintasan biosintesisnya, eritromisin dibentuk oleh prekusor pokok propionol-KoA dan metal
malonil-KoAyang berkondensasi membentuk bagian aglikon (gula deoksi) (Corcoran,1981;
Donadio et al., 1991; O’Hagan,1991). Didalam mikroba terjadi interkonversi antara propionil-
KoA dan metal malonil KoA sehingga semua senyawa yang dapat menyediakan salah satu/
kedua prekusor tersebut dapat meningkatkan biosintesis eritronolid, yang selanjutnya
meningkatkan produksi eritromisin (Corcoran, 1981;Manitto, 1981). Praprekusor biosintesis
eritromisin secara garis besar dapat digolongkan menjadi tiga golongan yaitu karbohidrat, lemak
dan protein. Selain itu beberapa sumber karbon seperti glukosa dan fruktosa berpengaruh pada
biosintesisantibiotik eritromisin dan glukosa merupakan sumber karbon yang paling
menghambat pembentukan antibiotik (Hu dan Demain, 1979).Actinomycetes adalah bakteri
Gram positif yang banyak terdapat di tanah.Actinomycetes dapat memproduksi berbagai macam
antibiotik dan metabolit sekunder lainnya (Bibb, 1996). Secara umum, produksi metabolit
mikroba erat kaitannya dengan metode fermentasi. Karakteristik fisiologis dan genetik dari
mikroba, komposisi media,perbedaan nutrisi dan konsentrasinya mempunyai efek yang
bermacam-macam padaakumulasi metabolit-metabolit yang berbeda. Sumber karbon dan
nitrogen dapat mempengaruhi pembentukan antibiotic (Kirk, 2000; Wang, 2005).
Contoh bakteri dari kalangan Actinomycetes yang dapat memproduksi eritromisin adalah
Saccharopolyspora erythraea , Sarcina lutea dan Streptomyces erythreus.
Eritromisin dapat mengalami resistensi dalam 3 tipe:
1. Menurunnya permeabilitas dinding sel kuman.
2. Berubahnya reseptor obat pada Ribosom kuman dan
3. Hidrolisis obat oleh esterase yang dihasilkan oleh kuman tertentu.
Efek samping yang berat akibat pemakaian Eritromisin dan turunannya jarang terjadi
reaksi alergi mungkin timbul dalam bentuk demam, eosinofilia dan eksantem yang cepat hilang
bila terapi dihentikan. Ketulian sementara dapat terjadi bila Eritromisin diberikan dalam dosis
tinggi secara IV. Eritromisin dilaporkan meningkatkan toksisitas Karbamazepin, Kortikosteroid,
Siklosporin, Digosin, Warfarin dan Teofilin.
2. Spiramisin
Spiramisin adalah antibiotika golongan Makrolida yang dihasilkan olehStreptomyces
ambofaciens. Secara in vitro (tes laboratorium) aktivitas antibakteri Spiramisin lebih rendah
daripada Eritromisin.
Sediaan yang tersedia dari spiramisin adalah bentuk tablet 500 mg. Seperti Eritromisin,
Spiramisin digunakan untuk terapi infeksi rongga mulut dan saluran nafas.
Spiramisin juga digunakan sebagai obat alternatif untuk penderita Toksoplasmosis yang
karena suatu sebab tidak dapat diobati dengan Pirimentamin dan Sulfonamid (misalnya pada
wanita hamil, atau ada kontra indikasi lainnya). Efeknya tidak sebaik Pirimentamin dan
Sulfonamid. Pemberian oral kadang-kadang menimbulkan iritasi saluran cerna.
3. Roksitromisin
Eritromisin-9-(-O-[2-methoxyethoxy] methyloxime)
Roksitromisin adalah derivat Eritromisin yang diserap dengan baik pada pemberian oral. Obat ini
lebih jarang menimbulkan iritasi lambung dibandingkan dengan Eritromisin. Bioavailabilitas
atau kadar obat yang tersedia juga tidak banyak terpengaruh oleh adanya makanan dalam
lambung. Kadar obat dalam darah dan plasma lebih tinggi dari Eritromisin. Bentuk sediaan yang
beredar adalah tablet atau kapsul 150 mg dan 300 mg.
Indikasinya diperuntukkan untuk infeksi THT, saluran nafas bagian atas dan bawah seperti
bronkitis akut dan kronik, penumonia, uretritis (selain Gonore) akut dan kronis, infeksi kulit
seperti pioderma, impetigo, dermatitis dengan infeksi, ulkus pada kaki.
4. Klaritromisin
Klaritromisin juga digunakan untuk indikasi yang sama denga Eritromisin. Secara in vitro
(di laboratorium), obat ini adalah Makrolida yang paling aktif terhadapChlamydia
trachomatis. Absorpsinya tidak banyak dipengaruhi oleh adanya makanan dalam lambung.
Efek sampingnya adalah iritasi saluran cerna (lebih jarang dibandingkan dengan iritasi
saluran cerna dan peningkatan enzim sementara di hati. Klaritromisin juga meningkatkan kadar
Teofilin dan Karbamazepin bila diberikan bersama obat-obat tersebut.
5. Azitromisin
Azitromisin digunakan untuk mengobati infekti tertentu yang disebabkan oleh bakteri
seperti bronkitis, pneumonia, penyakit akibat hubungan seksual dan infeksi dari telinga, paru-
paru, kulit dan tenggorokan. Azitromisin tidak efektif untuk pilek, flu atau infeksi yang
disebabkan oleh virus.
Azitromisin, sebagai dihidrat, adalah bubuk kristal putih dengan rumus molekul
C 38 H 72 N 2 O 12 • 2H 2 O dan berat molekul 785,0.
Tablet Zithromax berisi azitromisin dihidrat setara dengan 600 azitromisin mg.Tablet
diberikan sebagai putih, dimodifikasi berbentuk oval, tablet dilapisi film.Mereka juga
mengandung bahan aktif sebagai berikut: dibasic kalsium fosfat anhidrat, pati pregelatinized,
croscarmellose natrium, magnesium stearat, natrium lauril sulfat dan mantel film berair terdiri
dari hypromellose, titanium dioksida, laktosa dan triacetin.
Zithromax untuk suspensi oral diberikan dalam paket dosis tunggal yang mengandung
setara azitromisin dihidrat dengan 1 azitromisin g. Hal ini juga mengandung bahan aktif sebagai
berikut: koloid silikon dioksida, natrium fosfat tribasic, anhidrat; semprot kering rasa pisang
buatan, spray dried cherry rasa buatan, dan sukrosa.