Upload
trinhquynh
View
220
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
APLIKASI MEDIA EDUKASI UNTUK PENINGKATAN PENGETAHUAN IBU
BALITA GIZI KURANG DAN GIZI BAIK DI PUSKESMAS CIPUTAT TIMUR
KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2014
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana
Disusun Oleh :
WAHYUNITA GANI WINTARTI
NIM : 1110101000092
PEMINATAN PROMOSI KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015 M / 1436 H
i
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANPROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKATPEMINATAN PROMOSI KESEHATANSkripsi, Juni 2015
Wahyunita Gani Wintarti, NIM : 1110101000092
Aplikasi Media Edukasi untuk Peningkatan Pengetahuan Ibu Balita Gizi Kurangdan Gizi Baik di Puskesmas Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan Tahun 2014
xiii + 81 halaman, 6 tabel, 6 bagan, 2 gambar, 8 lampiran
ABSTRAK
Kurang gizi pada balita dapat dikarenakan kurangnya pengetahuan terkait gizipada ibu, keluarga, masyarakat, bahkan pada petugas kesehatan. Dinas Kesehatan KotaTangerang Selatan membuat berbagai program perbaikan gizi serta media untukmenyebarluaskan informasi yang berkaitan tentang perbaikan gizi. Oleh karena itu,penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan pengetahuan ibu balita gizikurang dan gizi baik dengan aplikasi media edukasi. Penelitian ini dilakukan pada bulanNovember sampai Desember 2014 di wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitianeksperimen semu tidak equivalen kontrol grup. Instrumen yang digunakan adalahkuesioner pre-test, post-test, dan media. Sampel penelitian ini terdiri dari 9 ibu balitagizi kurang dan 27 ibu balita gizi baik yang belum mendapatkan intervensi.
Hasil penelitian menunjukan karakteristik ibu dengan median umur 30 tahun,tingkat pendidikan yang ada yang tidak tamat SMP, dan ibu yang tidak bekerja lebihbanyak dari pada ibu yang bekerja. Sedangkan median umur balita berada pada usia 2tahun. Hasil penelitian terkait perbedaan pengetahuan diketahui terdapat perbedaanpengetahuan yang signifikan pada ibu balita gizi kurang (Pvalue = 0,007) sedangkan ibubalita gizi baik (Pvalue = 0,000) sebelum dan setelah diberikan edukasi kesehatandengan media lembar balik dan video dengan menggunakan uji Wilcoxon.
Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan kepada responden untukmemanfaatkan pengetahuan yang didapat dalam kehidupan. Bagi Puskesmas CiputatTimur disarankan untuk membuat kegiatan penyuluhan secara menyeluruh danmelakukan pengukurannya. Sedangkan bagi peneliti lain disarankan untuk menghitungkeefektifitasan penyuluhan dan media penyuluhan secara kuantitatif.
Daftar bacaan : 61 (2000-2014)Keyword: Edukasi Kesehatan, Ibu Balita, Media, Pengetahuan
ii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCEPUBLIC HEALTH STUDY PROGRAMSPECIALIZATION HEALTH PROMOTIONSkripsi, June 2015
Wahyunita Gani Wintarti, NIM : 1110101000092
Application of Media Education for Excalation Children Under Five’s MotherKnowledge among Underweight and Normal Status in Health Center of EastCiputat, South Tangerang 2014
xiii + 81 pages, 6 tables, 6 charts, 2 pictures, 8 attachments
ABSTRACT
Undernourished children under five caused by low knowledge about nutrition inmother, family, community even in health service. South Tangerang Health Service madesome nutrition improvement programs and media for disseminated information aboutnutrition improvement. Therefore, this study aims to know the difference of childrenunder five’s mother knowledge among underweight and normal status with applicationof media education. This study was held in November to December 2014 in HealthCenter of East Ciputat’s working area.
This research is a quantitative research with quasi experiment non-equivalentcontrol group. The instrument of this research was pre-test, post-test questionnaire, andmedia. Respondents in this study are 9 mother of low nutrition and 27 mother of goodnutrition that didn’t had interventions before.
The results showed that median age of mother is at 30 years, there is still amother who didn’t have a junior high school’s certivicate, and there is much of motherwho didn’t work than work. While median age of children under five is at 2 years.Based on the research results about difference knowledge is known there is a significantdifference for mother of low nutrition (Pvalue = 0,007) and mother of good nutrition(Pvalue = 0,000) between before and after education with flipchart media and videowith Wilcoxon test.
Based on this results, it is suggeted to respondents to apply the knowledge intheir daily activities. As for Health Center of East Ciputat is expected to make educationactivity for all mothers and measure it. While other researchers are expected to measurethe effectiveness of education and health media education in quantitative.
Reading list : 61 (2000-2014)Keyword: Health Education, Children Under Five’s Mother, Knowledge, Media
iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi dengan Judul
APLIKASI MEDIA EDUKASI UNTUK PENINGKATAN
PENGETAHUAN IBU BALITA DI PUSKESMAS CIPUTAT TIMUR
KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2014
Telah diperiksa dan disetuji oleh Pembimbing Skripsi Program Studi Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Disusun Oleh:
WAHYUNITA GANI WINTARTI
1110101000092
Pembimbing I Pembimbing II
Fase Badriah, SKM, MKes, PhD Ratri Ciptaningtyas, MHS
NIP: 197106052006042012 NIP: 198404042008122007
PEMINATAN PROMOSI KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2015 M / 1436 H
iv
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Jakarta, 8 Juli 2015
Penguji I,
Raihana Nadra Al-Kaff, SKM, MMA
NIP: 197812162009012005
Penguji II,
Dr. M. Farid Hamzens, MSi
NIP: 196306211994031001
Penguji III,
Julie Rostina, SKM, MKM
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama Lengkap : Wahyunita Gani Wintarti
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 23 Juni 1992
Alamat : Jalan Kebon Mangga I No. 26 RT 004 RW 07
Kelurahan Cipulir, Kecamatan Kebayoran Lama,
Jakarta Selatan, DKI Jakarta 12230
Jenis Kelamin : Perempuan
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Email : [email protected] atau
Telepon : 085716228669
Riwayat Pendidikan
1998 – 2004 SDN 07 Pagi Cipulir, Jakarta Selatan
2004 – 2007 SMP Manba’ul Ulum, Jakarta Barat
2007 – 2010 MAN 4 Model Jakarta
2010 – sekarang Peminatan Promosi Kesehatan
Jurusan Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin. Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah
swt. yang telah memberikan rahmat dan nikmat sehat, umur, serta kelapangan waktu
bagi peneliti. Sehingga peneliti dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul
“Aplikasi Media Edukasi untuk Peningkatan Pengetahuan Ibu Balita Gizi Kurang
dan Gizi Baik di Puskesmas Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2014”.
Tak lupa shalawat serta salam peneliti haturkan kepada Nabi Muhammad
saw. yang telah membawa kita semua umat muslim dari zaman jahiliyah ke zaman
yang terang benderang seperti sekarang ini. Semoga kita semua termasuk ke dalam
golongan umatnya yang kelak mendapatkan syafa’at di yaumul akhir. Amin.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini tidak akan tersusun dan selesai tanpa
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itulah, peneliti ingin menyampaikan
terima kasih kepada:
1. Bapak, Dr. H. Arif Sumantri, SKM, MKes, selaku dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Fajar Ariyanti, SKM, MKes, PhD, selaku Kepala Program Studi Kesehatan
Masyarakat dan penanggung jawab skripsi.
3. Ibu Raihana Nadra Al-Kaff, SKM, MMA, selaku penanggung jawab Peminatan
Promosi Kesehatan dan Penesehat Akademik.
4. Ibu Fase Badriah, SKM, MKes, PhD dan Ibu Ratri Ciptaningtyas, MHS, selaku
Dosen Pembimbing atas waktu, konsultasi, arahan, serta bimbingannya selama
peneliti mengerjakan skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat yang telah
memberikan ilmu yang bermanfaat bagi peneliti.
6. Bapak, ibu, dan adik-adik tercinta yang selalu mendoakan, memberikan
dukungan, motivasi, perhatian, dan pengorbanan yang tidak akan pernah putus
kepada peneliti.
7. Kak Ida Farida yang telah memberikan banyak masukan serta berbagi ilmu dan
pengalaman kepada peneliti.
vii
8. Seluruh teman-teman kelas Promkes 2010 (Saryati, Furi, Zahrita, Siva, Yuli,
Ayu, Ilmi, Supriadi, Fadlur, Prima, Richo, Hervina, Dita, dan Randika) yang
selalu siap mendengarkan keluh kesah peneliti selama mengerjakan skripsi.
9. Dan tak lupa kepada orang-orang yang telah membantu peneliti dalam proses
penyetakan skripsi ini.
Skripsi yang telah dibuat oleh peneliti ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran demi kemajuan di masa yang
akan datang. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Amin.
Jakarta, 5 Juli 2015
Peneliti
viii
DAFTAR ISI
Abstrak.................................................................................................................... iLembar Pernyataan Persetujuan Pembimbing........................................................ iiiLembar Pernyataan Persetujuan Penguji ................................................................ ivDaftar Riwayat Hidup.............................................................................................vKata Pengantar........................................................................................................viDaftar Isi .................................................................................................................viiiDaftar Tabel ............................................................................................................xiDaftar Bagan dan Gambar ......................................................................................xiiDaftar Lampiran .....................................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN1.1. LATAR BELAKANG...................................................................................11.2. RUMUSAN MASALAH ..............................................................................51.3. TUJUAN PENELITIAN ...............................................................................6
1.3.1. Tujuan Umum..........................................................................................61.3.2. Tujuan Khusus.........................................................................................7
1.4. MANFAAT PENELITIAN ...........................................................................71.5. RUANG LINGKUP ......................................................................................8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA2.1. PENGETAHUAN IBU..................................................................................9
2.1.1. Pengetahuan.............................................................................................92.1.2. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ...............................................102.1.3. Pengetahuan Gizi .....................................................................................14
2.2. EDUKASI KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN IBU................152.3. EDUKASI KESEHATAN (PENYULUHAN)..............................................16
2.3.1. Pengertian Penyuluhan ............................................................................162.3.2. Materi atau Pesan Penyuluhan.................................................................172.3.3. Metode Penyuluhan .................................................................................172.3.4. Media Penyuluhan ...................................................................................192.3.5. Faktor yang Mempengaruhi Penyuluhan.................................................222.3.6. Penyuluhan Gizi ......................................................................................22
2.3.6.1. Pengertian penyuluhan gizi ...............................................................222.3.6.2. Tujuan penyuluhan gizi .....................................................................232.3.6.3. Ciri-ciri penyuluhan gizi....................................................................232.3.6.4. Pelaku penyuluhan gizi......................................................................242.3.6.5. Pendekatan penyuluhan gizi ..............................................................24
2.4. KERANGKA TEORI....................................................................................24
ix
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL3.1. KERANGKA KONSEP ................................................................................283.2. DEFINISI OPERASIONAL..........................................................................30
BAB IV METODE PENELITIAN4.1. DESAIN PENELITIAN ................................................................................314.2. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN.......................................................31
4.2.1. Lokasi Penelitian .....................................................................................314.2.2. Waktu Penelitian......................................................................................31
4.3. POPULASI DAN SAMPEL..........................................................................314.3.1. Populasi ...................................................................................................314.3.2. Sampel .....................................................................................................32
4.4. CARA PENGUMPULAN DATA.................................................................334.5. INTRUMEN PENELITIAN..........................................................................334.6. ALUR PENELITIAN ....................................................................................354.7. MANAJEMEN DATA..................................................................................364.8. ANALISIS MEDIA.......................................................................................374.9. ANALISIS DATA.........................................................................................37
BAB V HASIL5.1. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ..........................................395.2. GAMBARAN EFEKTIFITAS APLIKASI MEDIA EDUKASI PADA
IBU BALITA GIZI KURANG DAN GIZI BAIK ........................................415.3. GAMBARAN UMUM KARAKTERISTIK IBU BALITA GIZI
KURANG DAN GIZI BAIK.........................................................................435.4. GAMBARAN UMUR BALITA GIZI KURANG DAN GIZI BAIK...........455.5. GAMBARAN HASIL NILAI PENGETAHUAN IBU BALITA
GIZI KURANG DAN GIZI BAIK SEBELUM DAN SETELAHDIBERIKAN PENYULUHAN DENGAN MEDIA EDUKASI ..................46
5.6. PERBEDAAN PENGETAHUAN IBU BALITA GIZI KURANGDAN GIZI BAIK SEBELUM DAN SETELAH DIBERIKANPENYULUHAN DENGAN MEDIA EDUKASI .........................................49
BAB VI PEMBAHASAN6.1. KETERBATASAN PENELITIAN ...............................................................506.2. GAMBARAN EFEKTIFITAS APLIKASI MEDIA EDUKASI PADA
IBU BALITA GIZI KURANG DAN GIZI BAIK ........................................506.3. GAMBARAN UMUM KARAKTERISTIK IBU BALITA GIZI
KURANG DAN GIZI BAIK.........................................................................556.4. GAMBARAN UMUR BALITA GIZI KURANG DAN GIZI BAIK...........59
x
6.5. GAMBARAN HASIL NILAI PENGETAHUAN IBU BALITAGIZI KURANG SEBELUM DAN SETELAH DIBERIKANPENYULUHAN DENGAN MEDIA EDUKASI .........................................61
6.6. GAMBARAN HASIL NILAI PENGETAHUAN IBU BALITAGIZI BAIK SEBELUM DAN SETELAH DIBERIKANPENYULUHAN DENGAN MEDIA EDUKASI .........................................66
6.7. PERBEDAAN PENGETAHUAN IBU BALITA GIZI KURANGDAN GIZI BAIK SEBELUM DAN SETELAH DIBERIKANPENYULUHAN DENGAN MEDIA EDUKASI .........................................70
BAB VII KESIMPULAN7.1. KESIMPULAN .............................................................................................737.2. SARAN..........................................................................................................74
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................76LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Judul Tabel Halaman
3.1 Definisi Operasional 30
5.1 Gambaran Karakteristik Ibu Balita Gizi Kurang dan
Gizi Baik
43
5.2 Gambaran Umur Balita Gizi Kurang dan Gizi Baik 45
5.3 Gambaran Hasil Nilai Pengetahuan Ibu Balita Gizi
Kurang dan Gizi Baik Sebelum dan Setelah Diberikan
Penyuluhan dengan Media Edukasi
46
5.4 Gambaran Jawaban Benar Ibu Balita Gizi Kurang dan
Gizi Baik Sebelum dan Setelah Diberikan Penyuluhan
dengan Media Edukasi
47
5.5 Perbedaan Pengetahuan Ibu Balita Gizi Kurang dan Gizi
Baik Sebelum dan Setelah Diberikan Penyuluhan
dengan Media Edukasi dengan Uji Wilcoxon
49
xii
DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR
Nomor Judul Bagan dan Gambar Halaman
2.1 Bagan Teori Precede-Proceed 25
2.2 Bagan Model Komunikasi Laswell 27
2.3 Bagan Kerangka Teori 27
3.1 Bagan Kerangka Konsep Ibu Balita Gizi Kurang 28
3.2 Bagan Kerangka Konsep Ibu Balita Gizi Baik 29
4.1 Bagan Alur Penelitian 35
5.1 Gambar Cover Media Lembar Balik 41
5.2 Gambar Judul Video 42
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Perizinan dari Dinas Kota Tangerang Selatan
Lampiran 2 Surat Perizinan Pengambilan Data dan Turun Lapangan dari Fakultas
Lampiran 3 Kuesioner Identitas Responden
Lampiran 4 Kuesioner Pre-test
Lampiran 5 Kuesioner Post-test
Lampiran 6 Gambaran Media Lembar Balik yang Digunakan
Lampiran 7 Capture Konten Video yang Digunakan
Lampiran 8 Hasil (Output) Penghitungan Statistik Ibu Balita Gizi Kurang dan Ibu
Balita Gizi Baik
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Balita yang mengalami kurang gizi dapat berdampak pada tumbuh
kembangnya. Salah satu dampak nyata dari kurang gizi adalah stunting. Selain
itu, balita kurang gizi dapat mengalami berbagai macam penyakit, seperti
kebutaan karena kurangnya vitamin A dan cacat pembuluh saraf karena
kekurangnya asam folat. Dampak panjang dari balita yang mengalami kurang
gizi yaitu dapat mengalami gangguan kecerdasan dan terlihat kurang aktif
dibandingkan dengan teman sebayanya (UNICEF, 2013).
Menurut United Nations Children’s Fund (UNICEF) tahun 2013,
penyebab dari kurang gizi pada balita bukan hanya pada kemiskinan dan
makanan yang kurang bergizi. Akan tetapi, dikarenakan balita sering terkena
penyakit, kurangnya pelayanan kesehatan, dan sulitnya akses terhadap pelayanan
kesehatan (UNICEF, 2013). Selain itu juga, kurang gizi pada balita dapat
dikarenakan kurangnya pengetahuan terkait gizi pada ibu, keluarga, masyarakat,
bahkan pada petugas kesehatan (UNICEF Indonesia, 2008).
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Suiraoka dan kawan-kawannya
terkait edukasi atau penyuluhan gizi dengan media leaflet keluarga sadar gizi
(KADARZI) di empat Posyandu di wilayah Puskesmas Banjarangkan, Bali,
diketahui bahwa terdapat perbedaan antara hasil pre-test dan post-test yang
diberikan kepada kelompok intervensi dengan media dengan uji statistik lebih
2
kecil dari 0,05. Sedangkan pada kelompok yang diberikan intervensi tanpa
menggunakan media, skor pre-test dan post-test yang didapatkan tidak terdapat
perbedaan yang signifikan (Suiraoka, Kusumayanti, dan Juniarsana, 2010).
Selain itu, penelitian dari Rahmawati, Sudargo, dan Paramastri (2006) di
Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, bahwa dari tiga kelompok
yang diberikan perlakuan terdapat perbedaan pengetahuan yang signifikan.
Kelompok yang dimaksud yaitu kelompok kontrol, kelompok modul, dan
kelompok audiovisual. Dari penelitian tersebut diketahui bahwa perlakuan
dengan audiovisual lebih baik dibandingkan dengan modul ataupun kontrol.
Nilai statistik kelompok audiovisual lebih kecil dari 0,05 dan juga lebih kecil
dibandingkan dengan kelompok modul.
Di Indonesia, usaha pemerintah dalam melakukan perbaikan gizi balita
melalui peningkatkan pengetahuan terkait gizi salah satunya dengan melakukan
pendidikan gizi. Pendidikan gizi yang diberikan berupa penyuluhan dan
konseling gizi. Pendidikan gizi yang diberikan tidak hanya kepada petugas
kesehatan tetapi juga disebarluaskan kepada masyarakat luas. Salah satu bentuk
strategi penyebarluasan pendidikan gizi yang dilakukan pemerintah yaitu dengan
menyediakan materi komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) terkait gizi
(Direktorat Bina Gizi, 2013).
Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan sampai tahun 2013 sudah
menjalankan beberapa program yang berkaitan dengan perbaikan gizi balita
pada seluruh Puskesmas yang ada di Kota Tangerang Selatan. Program-program
tersebut yaitu pemberian makanan tambahan (PMT) bagi balita yang berada di
3
bawah garis merah saat penimbangan, pemberian PMT pemulihan bagi balita
gizi kurang dan gizi buruk, penyuluhan di meja keempat saat kegiatan
penimbangan oleh tenaga gizi atau bidan desa, serta penyuluhan ke rumah ibu
balita yang tidak datang ke Posyandu saat penimbangan (Seksi Perbaikan Gizi
Masyarakat, 2012).
Selain menjalankan berbagai program untuk melakukan perbaikan gizi,
Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan juga membuat berbagai media untuk
menyebarluaskan informasi yang berkaitan tentang perbaikan gizi. Media yang
digunakan berupa lembar balik, leaflet dengan berbagai judul, dan juga poster.
Media yang dibuat oleh Dinas Kesehatan tersebut didistribusikan ke seluruh
Puskesmas (Seksi Perbaikan Gizi Masyarakat, 2012).
Media lembar balik yang digunakan berjudul “Menuju Keluarga Sehat”,
merupakan yang digunakan oleh petugas Dinas Kesehatan untuk menyampaikan
informasi terkait upaya perbaikan gizi kepada pihak Puskesmas, Posyandu, serta
kader. Materi yang ada di dalam media tersebut ada beragam. Contohnya seperti
pengetahuan tentang gizi, perilaku yang benar dalam upaya peningkatan gizi,
serta akibat kurang gizi untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Namun,
informasi yang berkaitan dengan masalah gizi kurang tidak dimasukan, yang ada
di dalamnya hanya informasi terkait gizi buruk pada balita. Informasi gizi buruk
pada balita yang ada adalah klasifikasi gizi buruk dan cara penanggulangannya
berdasarkan umur balita (Seksi Perbaikan Gizi Masyarakat, 2012).
Sedangkan leaflet yang digunakan ada berbagai judul, salah satunya
adalah leaflet dengan judul “Gizi Buruk”. Informasi yang ada di dalamnya
4
adalah pengertian gizi buruk, tanda dan gejala klinis gizi buruk, dan cara
pencegahannya. Leaflet ini diberikan kepada seluruh Puskesmas di Kota
Tangerang Selatan dengan jumlah masing-masing 19 lembar (Seksi Perbaikan
Gizi Masyarakat, 2012). Berdasarkan informasi dari salah satu kader dari
Puskesmas Ciputat Timur menyatakan bahwa konten isi dari media leaflet ini
kurang informasi, terutama yang berkaitan tentang penyebab gizi buruk dan
dampaknya. Selain itu juga, kader lain juga menambahkan kalau diberikan
leaflet banyak yang tidak membacanya dan digunakan untuk hal yang lain,
contohnya dijadikan pembungkus makanan dan sebagainya.
Sebelumnya sudah pernah dilakukan penelitian yang berkaitan tentang
pengetahuan ibu atau pengasuh balita terkait status gizi balita melalui media
lembar balik di Puskesmas Ciputat Timur. Pada penelitian sebelumnya
pengetahuan yang diberikan terkait status gizi anak secara umum, kali ini
peneliti akan membuat pengetahuan tersebut menjadi lebih spesifik, yaitu
pengetahuan terkait status balita gizi buruk. Hasil dari penelitian sebelumnya
menyatakan bahwa ada perbedaan hasil pengetahuan sebelum dengan setelah
diberikan pendidikan gizi yang berupa penyuluhan kepada ibu atau pengasuh
anak melalui media lembar balik. Media lembar balik yang digunakan berisikan
informasi terkait pengertian status gizi, jenis status gizi, cara pemantauan status
gizi, dampak jika anak kurus dan gemuk, manfaat menjaga status gizi, porsi
makan anak, dan cara menangani anak yang mengalami susah makan (Al-Kaff
dan Ciptaningtyas, 2012).
5
Dalam penelitian ini, peneliti juga menggunakan media untuk membantu
penyuluhan yang akan dilakukan. Media tersebut berupa media lembar balik dan
video. Lembar balik dan video tersebut berisikan materi terkait status balita gizi
buruk. Media lembar balik yang digunakan merupakan media yang baru dibuat
oleh peneliti. Sedangkan untuk video, peneliti mencarinya di internet.
1.2. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian dari latar belakang diketahui bahwa materi dari
media-media yang ada belum sesuai untuk meningkatkan pengetahuan ibu balita
terutama yang berkaitan dengan status balita gizi buruk. Di Dinas Kesehatan
Tangerang Selatan media untuk membantu meningkatkan pengetahuan ibu balita
terkait status gizi buruk masih dijadikan satu bagian dengan media yang memuat
informasi masalah gizi secara umum, yaitu yang berkaitan dengan perilaku yang
benar dalam upaya penanganan gizi. Menurut informasi dari salah satu kader di
Puskesmas Ciputat Timur, media yang digunakan untuk edukasi kesehatan
terkait status gizi buruk seharusnya ada informasi penyebab serta dampaknya.
Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas juga diketahui bahwa
penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya memberikan pengetahuan terkait
status gizi balita secara umum dan menggunakan media lembar balik kepada ibu
atau pengasuh balita. Sedangkan, peneliti kali ini akan membuat media lembar
balik yang berisikan informasi terkait status balita gizi buruk. Informasi yang
ditambahkan merupakan pelengkap dari media-media yang sudah ada, seperti
pengertian gizi buruk, ciri-ciri gizi buruk, penyebab gizi buruk, dampaknya, cara
6
penanggulangannya, cara mencegahnya, guna asupan makanan bergizi, dan
variasi jenis makanan yang baik. Sehingga peneliti tidak menggunakan media
yang digunakan oleh peneliti sebelumnya. Hal ini dikarenakan informasi yang
berkaitan tentang gizi buruk di dalam media lembar balik tersebut kurang cukup
memadai. Selain itu, peneliti juga akan menggunakan media video untuk
menambah informasi responden terkait status gizi buruk pada balita.
Penelitian ini memberikan pengetahuan terkait status balita gizi buruk
kepada ibu balita gizi kurang dan ibu balita gizi baik. Media yang akan dipakai
adalah media lembar balik dan video. Media yang dipakai belum pernah
digunakan untuk penyuluhan dengan sasaran yang spesifik.
Penelitian ini juga dilakukan untuk melihat perubahan hasil nilai
pengetahuan ibu balita gizi kurang dan gizi baik dengan menggunakan media
edukasi. Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas yang diketahui
memiliki balita yang mengalami masalah gizi dengan jumlah yang terbanyak di
Kota Tangerang Selatan, yaitu Puskesmas Ciputat Timur.
1.3. TUJUAN PENELITIAN
1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan
pengetahuan ibu balita gizi kurang dan gizi baik dengan aplikasi media edukasi
di Puskesmas Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan tahun 2014.
7
1.3.2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Diketahuinya gambaran aplikasi media edukasi yang diberikan kepada
ibu balita gizi kurang dan gizi baik.
b. Diketahuinya gambaran karakteristik ibu balita gizi kurang dan gizi baik
seperti umur, tingkat pendidikan, dan status pekerjaan, serta karakteristik
balita, yaitu umur balita gizi kurang dan gizi baik.
c. Diketahuinya gambaran hasil nilai pengetahuan ibu balita gizi kurang
dan gizi baik sebelum dan setelah dilakukan aplikasi media edukasi.
d. Diketahuinya perbedaan pengetahuan ibu balita gizi kurang dan gizi baik
sebelum dan setelah aplikasi media edukasi terkait status gizi buruk pada
balita.
1.4. MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:
a. Responden yang ikut serta dalam kegiatan penyuluhan mendapatkan
pengetahuan terkait masalah gizi balita, sehingga di masa yang akan datang
responden dapat menerapkan pengetahuan yang didapat.
b. Puskesmas Ciputat Timur sebagai tambahan informasi terkait pengetahuan ibu
balita gizi kurang dan gizi baik sebelum dan setelah diberikan intervensi berupa
penyuluhan terkait status balita gizi buruk.
8
c. Peneliti lainnya dapat dijadikan salah satu sumber informasi, terutama yang
berkaitan dengan pengetahuan ibu balita terkait masalah gizi sebelum dan
setelah diberikan penyuluhan.
1.5. RUANG LINGKUP
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengetahuan ibu
balita gizi kurang dan gizi baik sebelum dan setelah diberikan aplikasi media
edukasi terkait masalah gizi. Penelitian ini dilakukan pada bulan November
sampai dengan Desember 2014 dengan menggunakan metode pre-test dan post-
test. Variabel yang akan diteliti adalah perbedaan pengetahuan ibu balita gizi
kurang dan gizi baik sebelum dan setelah penyuluhan dengan media diberikan.
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Ciputat Timur yaitu Kelurahan Rempoa,
Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. PENGETAHUAN IBU
2.1.1. Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo, pengetahuan adalah hasil dari tahu dan terjadi
setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan dapat terjadi melalui pancaindra manusia, yaitu indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007).
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
untuk menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian
atau responden (Notoatmodjo, 2007). Sedangkan cara memperoleh pengetahuan
terbagi dalam dua kelompok, yaitu cara tradisional atau non ilmiah dan cara
modern atau cara ilmiah. Cara tradisional terbagi menjadi empat cara, yaitu:
1. Trial dan error (coba-salah), cara ini digunakan dengan cara percobaan
sampai berhasil, jika belum berhasil maka akan terus diulang kembali.
2. Kekuasaan (otoritas), orang-orang yang memiliki kekuasaan dijadikan
sebagai sumber pengalaman, seperti pemimpin agama, pemerintah, atau ahli
pengetahuan.
3. Berdasarkan pengalaman pribadi.
4. Jalan pikiran, yang nantinya akan menghasilkan sebuah induksi ataupun
deduksi sebagai kesimpulan dari pikiran manusia.
10
Sedangkan cara yang modern atau cara ilmiah menggunakan cara yang
lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut metode ilmiah atau yang
lebih dikenal dengan sebutan metodologi penelitian (research methodology)
(Notoatmodjo, 2003).
Sumber yang dapat digunakan untuk memperoleh pengetahuan dapat
dikelompokan ke dalam empat kategori, yaitu:
1. Perorangan di luar kendali pelayanan kesehatan, seperti keluarga, teman, ahli
agama, tokoh masyarakat, dan lainnya.
2. Perorangan dalam kendali pelayanan kesehatan, seperti petugas kesehatan.
3. Nonperorangan di luar kendali pelayanan kesehatan, seperti media massa
dan media elektronik.
4. Nonperorangan dalam kendali pelayanan kesehatan, seperti iklan dan brosur
yang dibuat oleh pelayanan kesehatan (Hartono, 2010 dalam Kanta, 2013).
2.1.2. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang yaitu:
1. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.
Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seeorang
makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan
tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik
dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang
masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan.
11
Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan
seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas
pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang
berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula.
Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan
tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal. Pengetahuan
seseorang tentang sesuatu obyek juga mengandung dua aspek yaitu aspek
positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan menentukan
sikap seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari
obyek yang diketahui, akan menumbuhkan sikap makin positif terhadap
obyek tersebut (Notoadmodjo, 2007).
2. Informasi atau media massa
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non-
formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact)
sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya
teknologi menyediakan beragam media massa yang dapat mempengaruhi
pengetahuan masyarakat. Sebagai sarana komunikasi, terdapat banyak media
massa seperti televisi, radio, surat kabar, dan majalah yang mempunyai
pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayan orang. Dalam
penyampaian informasi, media massa membawa pula pesan-pesan yang
berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi
baru mengenai sesuatu hal dapat memberikan landasan kognitif baru bagi
terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut (Notoadmodjo, 2007).
12
Menurut Azwar (2003), pengetahuan dapat dipengaruhi oleh adanya
informasi dari sumber media sebagai sarana komunikasi yang dibaca atau
dilihat, baik dari media cetak maupun elektronik seperti televisi, radio, surat
kabar, majalah dan lain-lain.
3. Sosial, budaya, dan ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui
penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian
seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan.
Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas
yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini
akan mempengaruhi pengetahuan seseorang (Notoatmodjo, 2007). Menurut
Nursalam (2001), sistem sosial budaya yang ada di masyarakat dapat
mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.
4. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik
lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap
proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam
lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik
ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu
(Notoatmodjo, 2007).
5. Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali
13
pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi
masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan
memberikan pengetahuan dan keterampilan profesional serta pengalaman
belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil
keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara
ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya
(Notoatmodjo, 2007).
6. Usia
Notoatmodjo (2007), mengatakan bahwa usia mempengaruhi terhadap
daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan
semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga
pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya,
individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial
serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya
menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan lebih
banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca. Kemampuan
intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan hampir
tidak ada penurunan pada usia ini. Dua sikap tradisional mengenai jalannya
perkembangan selama hidup, yaitu:
- Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang
dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah
pengetahuannya.
14
- Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang sudah tua
karena mengalami kemunduran baik fisik maupun mental. Dapat
diperkirakan bahwa IQ akan menurun sejalan dengan bertambahnya usia,
khususnya pada beberapa kemampuan yang lain seperti misalnya kosa
kata dan pengetahuan umum. Beberapa teori berpendapat ternyata IQ
seseorang akan menurun cukup cepat sejalan dengan bertambahnya usia.
2.1.3. Pengetahuan Gizi
Pengetahuan gizi merupakan pengetahuan tentang makanan dan zat gizi,
sumber-sumber zat gizi pada makanan, makanan yang aman dikonsumsi
sehingga tidak menimbulkan penyakit dan cara mengolah makanan yang baik
agar zat gizi dalam makanan tidak hilang serta bagaimana hidup sehat
(Notoatmodjo, 2003). Sedangkan menurut Almatsier (2009), pengetahuan gizi
adalah sesuatu yang diketahui tentang makanan dalam hubungannya dengan
kesehatan optimal. Pengetahuan gizi meliputi pengetahuan tentang pemilihan
dan konsumsi sehari-hari dengan baik dan memberikan semua zat gizi yang
dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh.
Pengetahuan gizi yang tidak memadai, kurangnya pengertian tentang
kebiasaan makan yang baik, serta pengertian yang kurang tentang kontribusi gizi
dari berbagai jenis makanan akan menimbulkan masalah kecerdasan dan
produktifitas. Peningkatan pengetahuan gizi bisa dilakukan dengan program
pendidikan gizi yang dilakukan oleh pemerintah. Program pendidikan gizi dapat
memberikan pengaruh terhadap pengetahuan, sikap, dan perilaku anak terhadap
kebiasaan makannya (Soekirman, 2000).
15
Secara umum, di negara berkembang, ibu memainkan peranan penting
dalam memilih dan mempersiapkan pangan untuk dikonsumsi anggota
keluarganya. Walaupun seringkali para ibu bekerja di luar, mereka tetap
mempunyai peran besar dalam kegiatan pemilihan dan penyiapan makanan. Saat
kedua orang tua memegang peranan penting dalam pemilihan pangan untuk
anggota keluarganya, maka pengetahuan gizi keduanya akan mempengaruhi
jenis pangan dan dan mutu gizi makanan yang dikonsumsi anggota keluarga.
Pengetahuan gizi yang dimiliki ibu akan mempengaruhi pemilihan
pangan bagi keluarganya, terutama ibu yang memiliki balita. Jika balita tidak
diberikan asupan makanan yang bergizi maka dapat berdampak kepada tumbuh
kembang balita tersebut. Selain berdampak pada tumbuh kembang balita,
pemilihan asupan makanan juga mempengaruhi status gizi balita. Jika ibu salah
dalam memberikan asupan makanan dikarenakan kurangnya pengetahuan maka
status gizi dari balita tersebut bisa menjadi gizi kurang bahkan gizi buruk.
2.2. EDUKASI KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN IBU
Berbagai penelitian terkait edukasi gizi dengan pendidikan ibu, terutama
yang berkaitan dengan status gizi balita, sering dilakukan dan hasilnya beragam.
Penelitian yang dilakukan oleh Suiraoka dan kawan-kawannya terkait edukasi
atau penyuluhan gizi dengan media leaflet keluarga sadar gizi (KADARZI) di
empat Posyandu di wilayah Puskesmas Banjarangkan, Bali, mengatakan bahwa
terdapat perbedaan antara hasil pre-test dan post-test yang diberikan kepada
kelompok intervensi dengan media. Sedangkan pada kelompok yang diberikan
16
intervensi tanpa menggunakan media, skor pre-test dan post-test yang
didapatkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan (Suiraoka, Kusumayanti,
dan Juniarsana, 2010).
Dalam penelitian lain yang dilakukan oleh Dyah Ambarini di Dusun
Ngulu Wetan, Wonogiri, terkait pengaruh penyuluhan gizi terhadap tingkat
pengetahuan ibu, diketahui bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara
hasil pre-test dan post-test yang dilakukan. Hal ini membuktikan bahwa terdapat
pengaruh penyuluhan terhadap pengetahuan ibu (Kusumaningtyas, 2011).
2.3. EDUKASI KESEHATAN (PENYULUHAN)
2.3.1. Pengertian Penyuluhan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, penyuluhan berasal dari kata
“suluh” atau obor, yang artinya kegiatan penerangan atau memberikan terang
bagi yang berada dalam kegelapan. Sebagai proses penerangan, kegiatan
penyuluhan tidak hanya terbatas pada memberikan penerangan, namun
menjelaskan mengenai segala informasi yang ingin disampaikan kepada
kelompok sasaran yang akan menerima manfaat penyuluhan, sehingga mereka
benar-benar memahami maksud penyuluh.
Penyuluhan adalah proses aktif yang memerlukan interaksi antara
penyuluh dan yang disuluh agar terbangun proses perubahan perilaku, yang
merupakan perwujudan dari pengetahuan, sikap, dan keterampilan seseorang
yang dapat diamati oleh orang lain, baik secara langsung ataupun tidak
langsung. Kegiatan penyuluhan tidak berhenti pada penyebarluasan informasi
17
atau inovasi dan memberikan penerangan saja tetapi juga merupakan proses
yang dilakukan secara terus menerus, sekuat tenaga dan pikiran, memakan
waktu dan melelahkan, sampai terjadi perubahan perilaku yang ditunjukan oleh
sasaran penyuluhan (Maulana, 2009).
2.3.2. Materi atau Pesan Penyuluhan
Menurut Effendi (2003) materi atau pesan yang disampaikan kepada
sasaran sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan kesehatan dari individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat, sehingga menfaatnya dapat dirasakan
secara langsung. Materi yang disampaikan sebaiknya menggunakan bahasa yang
dimengerti oleh sasaran. Dalam penyampaian materi sebaiknya menggunakan
metode dan media untuk mempermudah pemahaman dan menarik perhatian
sasaran.
2.3.3. Metode Penyuluhan
Metode penyuluhan merupakan salah satu faktor tercapainya hasil
penyuluhan yang optimal. Berikut adalah metode yang dapat digunakan, yaitu:
- Metode penyuluhan perorangan (individual)
Metode ini digunakan untuk membina perilaku yang baru atau seseorang
yang mulai tertarik pada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Alasan
digunakannya pendekatan ini karena setiap orang mempunyai masalah atau
alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan perilaku baru
tersebut. Bentuk dari pendekatan ini dapat berupa:
18
a. Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling)
Dengan menggunakan cara ini petugas dan klien dapat kontak
langsung yang intensif, setiap masalah klien dapat langsung digali dan
dibantu penyelesaiannya. Pada akhirnya, klien tersebut dengan sukarela
dan sadar, menerima perilaku baru tersebut (mengubah perilaku).
b. Wawancara (interview)
Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan
penyuluhan. Cara ini digunakan untuk mencari lebih dalam lagi
penyebab atau alasan klien yang tidak atau belum mau menerima
perubahan perilaku, atau klien tertarik tapi belum menerima perilaku,
serta untuk mengetahui dasar pengertian dan kesadaran yang akan
perilaku yang diadopsi atau akan diadopsi. Jika belum maka penyuluhan
yang akan diberikan lebih mendalam lagi (Notoatmodjo, 2007).
- Metode penyuluhan kelompok
Dalam memilih metode penyuluhan kelompok harus dilihat besarnya
kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal sasaran. Untuk kelompok
besar metode yang digunakan akan berbeda dengan kelompok kecil. Disebut
penyuluhan kelompok besar karena jumlah pesertanya lebih dari 15 orang.
Sedangkan untuk penyuluhan kelompok kecil jumlah pesertanya kurang dari
15 orang, berikut adalah beberapa metodenya.
i. Diskusi kelompok
Dalam diskusi kelompok semua anggota dapat bebas
berpartisipasi dalam diskusi, sehingga formasi duduk peserta diatur
19
sedemikian rupa agar para peserta dapat saling melihat satu sama
lain. Pemimpin diskusi akan memberikan pertanyaan-pertanyaan
terkait topik yang akan dibahas untuk menghidupkan diskusi
kelompok.
ii. Curah pendapat (brain storming)
Prinsip metode ini mirip dengan diskusi kelompok. Bedanya,
setiap jawaban atau tanggapan dari pertanyaan yang diajukan, ditulis
dalam flipchart atau papan tulis. Jika seluruh peserta sudah
menyampaikan pendapatnya maka diskusi sudah bisa dimulai
(Notoatmodjo, 2007).
2.3.4. Media Penyuluhan
Media kesehatan pada hakikatnya merupakan alat bantu pendidikan
kesehatan yang bisa digunakan dalam bentuk Audio Visual Aids (AVA). Disebut
sebagai media kesehatan karena alat-alat tersebut merupakan saluran (channel)
untuk menyampaikan pesan kesehatan guna mempermudah penerimaannya bagi
masyarakat atau ‘klien’ (Notoatmodjo, 2007). Media kesehatan dibagi menjadi 3
berdasarkan fungsinya sebagai penyalur pesan kesehatan, yaitu:
1. Media cetak
Variasi media cetak antara lain:
a. Booklet: media kesehatan yang berupa buku, baik tulisan maupun
gambar.
b. Leaflet: media kesehatan yang berupa lembaran yang dilipat. Isi
informasi dalam bentuk kalimat maupun gambar atau kombinasi.
20
c. Flyer (selembaran): mirip dengan leaflet tapi tidak dilipat.
d. Flip chart (lembar balik): media kesehatan yang berbentuk lembar balik.
Biasanya dalam bentuk buku, dimana tiap lembarnya berisi gambar
peraga dan dibaliknya informasi yang berkaitan dengan gambar tersebut.
e. Rubrik atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah, yang berisi
suatu pembahasan masalah kesehatan ataupun hal-hal lain yang berkaitan
dengan kesehatan.
f. Poster: media kesehatan yang biasanya ditempel di tembok-tembok, di
tempat umum, maupun di kendaraan umum.
g. Foto-foto yang mengungkapkan informasi-informasi kesehatan.
2. Media elektronik
Berikut adalah berbagai jenis media elektronik yang dapat digunakan
sebagai media kesehatan, yaitu:
a. Televisi: penyampaian pesan atau informasi kesehatan dapat berbentuk
sandiwara, sinetron, forum diskusi atau tanya jawab sekitar masalah
kesehatan, pidato (ceramah), TV, sport, kuis atau cerdas cermat, dan
sebagainya.
b. Radio: penyampaian pesan atau informasi kesehatan dapat berbentuk
obrolan, sandiwara radio, ceramah, radio spot, dan lainnya.
c. Video: penyampaian pesan atau informasi kesehatan yang berupa video.
d. Slide atau powerpoint: penyampaian pesan atau informasi kesehatan
yang berupa slide.
e. Film strip: penyampaian pesan atau informasi kesehatan dalam film strip.
21
3. Media papan (Bill board)
Papan (Bill board) yang dipasang di tempat umum dapat dipakai dan
diisi dengan pesan atau informasi kesehatan. Media papan yang dimaksud
juga mencakup pesan yang ditulis pada lembaran seng yang ditempel pada
kendaraan umum seperti bus dan taksi (Notoatmodjo, 2007).
Dalam penelitian ini, media yang digunakan berupa flip chart atau
lembar balik dan video. Kedua media ini digunakan untuk memudahkan peneliti
dalam melaksanakan edukasi kesehatan. Berikut adalah penjabaran terkait media
yang digunakan.
Lembar balik merupakan media kesehatan yang berbentuk lembar bolak-
balik. Biasanya berbentuk seperti buku gambar, yang tiap lembarnya diisi oleh
gambar dan dibaliknya berisi kalimat pesan atau informasi yang terkait dengan
gambar tersebut. Penggunaan media ini dapat menghemat waktu penyuluh
karena tidak perlu menulis di papan tulis. Bahan media lembar balik biasanya
berukuran seperti kertas plano yang mudah dibolak-balik, mudah diisi, dan
berwarna cerah (Sjahmenan, 2011).
Media kesehatan lainnya yang digunakan adalah video. Video kesehatan
adalah media penyampaian pesan atau informasi kesehatan yang berupa video.
Keunggulan dari media ini adalah dapat memberikan realita yang mungkin sulit
direkam kembali oleh mata dan pikiran sasaran. Selain itu, media ini juga dapat
memicu diskusi mengenai sikap dan perilaku serta efektif untuk sasaran yang
jumlahnya tidak terlalu banyak dan dapat diputar atau diulang kembali (Lucie,
2005).
22
2.3.5. Faktor yang Mempengaruhi Penyuluhan
Keberhasilan suatu penyuluhan dapat disebabkan oleh beberapa faktor,
yaitu sebagai berikut:
- Faktor penyuluh, contohnya kurang persiapan, kurang menguasai materi
yang akan dijelaskan, penampilan yang kurang meyakinkan sasaran, bahasa
yang digunakan kurang dimengerti sasaran, suara terlalu kecil dan tidak
dapat terdengar, serta penyampaian materi yang monoton sehingga sasaran
menjadi bosan.
- Faktor sasaran, contohnya tingkat pendidikan rendah, tingkat sosial ekonomi
rendah dan tidak memperhatikan materi karena memikirkan hal lain yang
mendesak, kepercayaan dan adat istiadat yang sulit diubah, serta kondisi
lingkungan yang tidak memungkinkan perubahan perilaku dapat terjadi.
- Faktor proses dalam penyuluhan, contohnya waktu penyuluhan yang tidak
sesuai dengan keinginan sasaran, tempat penyuluhan dekat dengan
keramaian, jumlah sasaran terlalu banyak, alat peraga yang kurang, metode
penyuluhan kurang tepat, serta penggunaan bahasa yang kurang dimengerti
oleh sasaran (Maulana, 2009).
2.3.6. Penyuluhan Gizi
2.3.6.1.Pengertian penyuluhan gizi
Menurut Suharjo (2003), penyuluhan gizi merupakan pendekatan
edukatif yang menghasilkan perilaku individu atau masyarakat yang diperlukan
dalam peningkatan atau mempertahankan gizi baik.
23
2.3.6.2.Tujuan penyuluhan gizi
Tujuan dari penyuluhan gizi adalah sebagai berikut:
a. Terciptanya sikap positif terhadap gizi.
b. Terbentuknya pengetahuan dan kecakapan dalam memilih dan menggunakan
sumber pangan.
c. Timbul kebiasaan makan yang baik.
d. Adanya motivasi untuk mengetahui lebih lanjut terkait hal-hal yang
berhubungan dengan gizi (Suharjo, 2003).
2.3.6.3.Ciri-ciri penyuluhan gizi
Ciri-ciri dari penyuluhan gizi yaitu:
a. Penyuluhan kesehatan harus terencana, mulai dari penemuan data, penetapan
tujuan, sampai evaluasi dan pengembangan.
b. Penyuluhan adalah proses dari suatu rangkaian kegiatan.
c. Penyuluhan menggunakan kombinasi pengalaman belajar, yang artinya tidak
hanya satu metode saja yang digunakan.
d. Penyuluhan disampaikan kepada individu, kelompok, atau massa.
e. Tujuan perubahan perilaku hidup sehat. Perubahan perilaku yang artinya
pengetahuan, sikap, dan keterampilan, sedangkan perilaku hidup sehat
meliputi kegiatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif (Suharjo,
2003).
24
2.3.6.4.Pelaku penyuluhan gizi
Orang yang dapat melakukan penyuluhan gizi, yaitu:
- Perorangan sebagai anggota masyarakat (ahli gizi) ataupun petugas suatu
lembaga (Puskesmas, rumah sakit, lembaga swasta/LSM).
- Seluruh petugas kesehatan atau gizi, baik dari institusi formal ataupun
lembaga swadaya masyarakat yang memiliki tanggung jawab untuk
melakukan penyuluhan kesehatan atau gizi baik secari individu, kelompok,
ataupun massa (Snetselaar, 2009).
2.3.6.5.Pendekatan penyuluhan gizi
Pendekatan penyuluhan gizi dapat dilakukan dengan cara:
a. Individu dengan metode konsultasi (wawancara).
b. Kelompok dengan metode demonstrasi, diskusi kelompok, dan ceramah
c. Massa dengan metode ceramah ataupun menggunakan media kesehatan
(Snetselaar, 2009).
2.4. KERANGKA TEORI
Berdasarkan penjabaran dari berbagai pengertian di atas, peneliti
mencocokan beberapa kerangka teori yang memungkinkan untuk dapat
memfokuskan penelitian yang akan dilakukan. Akhirnya, peneliti memilih Teori
Model Precede-Proceed yang merupakan teori pengembangan dari teori yang
dikemukakan oleh Lawrence W. Green. Teori Model Precede-Proceed dibuat
oleh Marshall Krueter. Berikut adalah modifikasi yang dibuat oleh peneliti
berdasarkan Teori Model Precede-Proceed oleh Marshall Krueter.
Bagan 2.1 Teori Precede-Proceed
* Modifikasi dari Teori Model Precede-Proceed dari Lawrence W. Green dan Marshall Krueter terhadap status gizi.
Fase 1AnalisisSosial
Fase 2AnalisisEpidemiologi
Fase 3AnalisisPerilaku danLingkungan
Fase 4Analisis Edukasidan Ekologi
Fase 5AnalisisKebjakanAdministratif
EdukasiKesehatan
Kebijakan,peraturan, danorganisasi
Pengalaman,pengetahuan,pendidikan
Edukasilanjutan danpencarianinformasi
Pelayanankesehatan danaksesibilitas
Pola asuh danasupanmakanan
Lingkungansekitar
Keadaanfisik Status Gizi
Fase 6Implementasi
Fase 7EvaluasiProses
Fase 8EvaluasiDampak
Fase 9Evaluasi Hasil(outcome)
PROCEED
PRECEDE
25
26
Peneliti menggunakan kerangka teori yang dibuat oleh Marshall Krueter
yang didalamnya terdapat edukasi kesehatan pada fase kelima yang merupakan
bagian dari kebijakan administratif dan fase keenam yaitu implementasi.
Edukasi kesehatan yang dimaksud yaitu pemberian informasi kepada masyarakat
luas terkait suatu masalah dalam upaya perbaikan masalah tersebut. Kebijakan
administratif tersebut telah dibuat dan ditetapkan dalan Undang-Undang
Kesehatan. Sedangkan implementasinya dilakukan oleh instansi yang bergerak
di bidang kesehatan seluruh Indonesia.
Di dalam kerangka teori tersebut jelas bahwa edukasi kesehatan perlu
dilakukan dalam menunjang pengalaman, pengetahuan, dan pendidikan
seseorang, terutama ibu dari balita. Edukasi kesehatan tersebut dapat membantu
ibu dalam mengasuh anak-anaknya dan dalam memilih asupan makanan yang
baik bagi seluruh anggota keluarga. Setelah edukasi kesehatan mempengaruhi
pola asuh dan pemberian makanan, diharapkan edukasi kesehatan juga akan
berpengaruh terhadap kesehatan fisik dan berakhir pada status gizi yang baik.
Peneliti memiliki beberapa alasan untuk pembatasan penelitian yang
dilakukan. Pertama, peneliti hanya melihat pada peningkatan pengetahuan ibu
terhadap edukasi yang dilakukan. Hal ini dikarenakan peneliti mengasumsikan
pengalaman muncul setelah pengetahuan didapatkan. Pada bagian pendidikan,
peneliti mengukur pendidikan ibu sebagai pendidikan formal. Pada bagian
edukasi lanjutan dan pencarian informasi, peneliti tidak mengukur edukasi
lanjutan karena penelitian yang dilakukan berupa point time atau dilakukan pada
satu waktu.
27
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan media dalam memudahkan
penyampaikan informasi yang berupa pengetahuan gizi. Oleh karena itu, peneliti
selanjutnya menggunakan model komunikasi dari Harold Dwight Laswell
(1948) yang mengatakan bahwa “siapa yang mengatakan apa kepada siapa
menggunakan saluran apa dengan dampak apa”. Berikut adalah gambaran
model komunikasi Laswell yang telah dimodifikasi sesuai dengan penelitian.
Bagan 2.2 Model Komunikasi Laswell
Who(speaker)
Says What(message)
In WhichChannel(medium)
To Whom(listener)
With WhatEffect(effect)
PenyuluhEdukasiKesehatan
Media EdukasiSubjekPenelitian(responden)
Efek
Berdasarkan dari kedua teori tersebut peneliti kemudian membuat sebuah
kerangka teori yang akan digunakan dalam penelitian ini. Berikut adalah
gambaran kerangka teori gabungan dari teori komunikasi dari Laswell dan teori
Precede-Proceed dari Green dan Krueter.
Bagan 2.3 Kerangka Teori
PenelitiEdukasi
Kesehatanterkait Gizi
Media(Lembar Balik
dan Video)
Ibu Balita(Gizi Kurang
dan Gizi Baik)
PengetahuanIbu Balita
* Gabungan model komunikasi Laswell dengan teori Green dan Krueter.
28
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. KERANGKA KONSEP
Berdasarkan kerangka teori yang telah dibuat, peneliti kemudian
membuat kerangka konsep agar penelitian yang akan dilakukan jelas dan tidak
keluar dari tema penelitian. Variabel yang menjadi pembahasan dalam penelitian
ini adalah perbedaan sebelum dan setelah diberikan penyuluhan gizi terhadap
pengetahuan ibu terkait status balita gizi buruk.
Berikut adalah kerangka konsep penelitian yang akan dilakukan:
Bagan 3.1 Kerangka Konsep Ibu Balita Gizi Kurang
Sebelum:Pengetahuan kelompokibu balita gizi kurang
Setelah:Pengetahuan kelompokibu balita gizi kurang
Edukasi kesehatanmenggunakan
lembar balik danvideo
Karakteristik yangmempengaruhipengetahuan gizi.1. Umur ibu2. Tingkat pendidikan
ibu3. Status pekerjaan ibu4. Umur balita
29
Bagan 3.2 Kerangka Konsep Ibu Balita Gizi Baik
Sebelum:Pengetahuan kelompok
ibu balita gizi baik
Setelah:Pengetahuan kelompok
ibu balita gizi baik
Edukasi kesehatanmenggunakanlembar balik
Karakteristik yangmempengaruhipengetahuan gizi.1. Umur ibu2. Tingkat pendidikan
ibu3. Status pekerjaan ibu4. Umur balita
30
3.2. DEFINISI OPERASIONAL
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional CaraUkur
AlatUkur Hasil Ukur Skala
1 Umur ibu Masa hidup respondendalam tahun sampaipada saat wawancaradilakukan
Wawancara Kuesioner a. < dari medianb. ≥ dari median
Ordinal
2 Umur balita Masa hidup balitaresponden dalamtahun sampai padasaat wawancaradilakukan
Wawancara Kuesioner a. < dari medianb. ≥ dari median
Ordinal
3 Tingkatpendidikanibu
Jenjang pendidikanformal terakhirberdasarkan ijasahyang dimiliki ibu
Wawancara Kuesioner a. < tamat SMPb. ≥ tamat SMP
Ordinal
4 Statuspekerjaan ibu
Jenis pekerjaan yangpaling banyakmenghabiskan waktuibu dalam sehari
Wawancara Kuesioner a. Tidak bekerjab. Bekerja
Ordinal
5 Pengetahuanibu sebelumpenyuluhan
Hasil jawaban ibuterkait pengetahuanstatus balita gizi buruksebelum penyuluhandilakukan
Wawancara Kuesioner a. ≤ 70b. > 70
(Berdasarkan penelitiandari Hadi, Sulistyowati,dan Mifbakhudin (2005))
Ordinal
6 Pengetahuanibu setelahpenyuluhan
Hasil jawaban ibuterkait pengetahuanstatus balita gizi buruksetelah penyuluhandilakukan
Wawancara Kuesioner a. ≤ 70b. > 70
(Berdasarkan penelitiandari Hadi, Sulistyowati,dan Mifbakhudin (2005))
Ordinal
7 Perbedaanpengetahuanibu
Selisih hasil jawabanibu terkaitpengetahuan statusbalita gizi buruksebelum dan setelahpenyuluhan dilakukan
Wawancara Kuesioner a. ≤ 70b. > 70
(Berdasarkan penelitiandari Hadi, Sulistyowati,dan Mifbakhudin (2005))
Ordinal
8 AplikasiEdukasikesehatan
Kegiatan aplikasimedia edukasi yangberupa penyuluhangizi sebagai upayapendidikan bagiresponden
Wawancara Kuesioner Delta persentasenilai pengetahuanibu balita setelah dansebelum kegiatanedukasi dilakukan
Nominal
31
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1. DESAIN PENELITIAN
Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah jenis penelitian kuantitatif
dengan design penelitian berupa eksperimen semu (quasi eksperiment) non-
equivalent control group. Design penelitian ini digunakan untuk dua kelompok
subjek. Kelompok subjek merupakan kelompok yang dites (diteliti keadaan
sebelum dan setelahnya) serta diberikan perlakuan berupa penyuluhan dari
kelompok ibu balita gizi kurang dan kelompok ibu balita gizi baik.
4.2. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN
4.2.1. Lokasi Penelitian
Lokasi tempat penelitian dilakukan adalah di Puskesmas Ciputat Timur,
Kota Tangerang Selatan.
4.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan November sampai Desember 2014.
4.3. POPULASI DAN SAMPEL
4.3.1. Populasi
Populasi penelitian yang diteliti adalah seluruh ibu yang memiliki balita
dengan berat badan dibagi tinggi badan ≤ – 2 SD sebanyak 9 orang, yang
merupakan hasil informasi terbaru dari kader di seluruh Posyandu yang ada di
32
wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur. Sehingga keseluruhan jumlah
ibu tersebut, yaitu 9 orang ibu balita, yang diberikan intervensi berupa
penyuluhan sebagai group case atau kelompok kasus.
4.3.2. Sampel
Responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah seluruh
populasi ibu balita gizi kurang yang disebut juga dengan metode pengambilan
total sampling yaitu sebanyak 9 orang. Syarat pemilihan sampel yang diteliti
adalah belum pernah diberikan penyuluhan atau edukasi kesehatan lainnya,
sampel merupakan data terbaru yang berasal dari kader di Posyandu, dan sampel
bukanlah ibu dari balita yang memiliki penyakit penyerta. Sedangkan yang tidak
termasuk ke dalam sampel adalah ibu yang sudah mendapatkan intervensi
berupa penyuluhan serta yang balitanya sudah mendapatkan pemberian makanan
tambahan pemulihan (PMT-P) dan gizinya sudah membaik.
Pengambilan sampel untuk group control atau kelompok kontrol
menggunakan cara pengambilan sampel dengan metode purposive random
sampling. Metode pengambilan sampel ini digunakan untuk menemukan ibu
yang memiliki balita dengan berat badan ditimbang normal atau pada KMS
(Kartu Menuju Sehat) posisi titik (tanda) timbangan balita berada pada area
hijau. Perbandingan sampel ibu balita yang gizi baik ini adalah 1 : 3 dengan
sampel ibu balita gizi kurang yaitu 27 orang, dengan ketentuan ibu balita yang
gizi baik tersebut bersedia dijadikan responden.
33
4.4. CARA PENGUMPULAN DATA
Peneliti membagikan tiga lembar pertanyaan (kuesioner). Pertama,
lembar kuesioner yang berisi data lengkap responden. Selanjutnya, peneliti
memberikan lembar pre-test untuk mengukur keadaan pengetahuan awal
responden yang terpilih. Kemudian peneliti melakukan penyuluhan secara
langsung kepada responden dengan dibantu oleh Petugas Gizi. Terakhir, peneliti
memberikan lembar pertanyaan yang sama sebagai lembar post-test untuk
mengukur keadaan pengetahuan setelah diberikan penyuluhan.
4.5. INSTRUMEN PENELITIAN
Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner yang berisi
pertanyaan-pertanyaan terkait dengan pengetahuan status balita gizi buruk.
Instrumen penelitian yang digunakan terdapat tiga jenis, yaitu lembar data
responden, lembar pre-test dan lembar post-test, yang di dalamnya terdapat
pertanyaan yang sama dengan pre-test.
Selain itu juga, peneliti menggunakan media sebagai alat bantu dalam
melakukan penyuluhan. Media tersebut berupa media lembar balik dan cuplikan
video terkait gizi buruk yang digunakan pada penyuluhan kepada ibu yang
balitanya gizi kurang. Sedangkan untuk ibu yang balita gizi baik hanya
digunakan lembar balik saja.
Kuesioner yang digunakan oleh peneliti merupakan gabungan dari
beberapa kuesioner penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti lain. Pertanyaan
kuesioner nomor 1 sampai dengan nomor 6 diambil dari penelitian yang
34
dilakukan oleh Munawaroh (2006) dengan nilai hasil uji validitas lebih kecil dari
0,05 dan uji reliabilitas sebesar 0,737. Untuk pertanyaan nomor 7, 8, dan 9
diambil dari penelitian Palupi (2014) dengan nilai hasil uji validitas lebih kecil
dari 0,05 dan uji reliabilitas sebesar 0,669. Terakhir pertanyaan nomor 10
diambil dari penelitian Purwanti (2010) dengan nilai hasil uji validitas yang
lebih kecil dari 0,05 dan uji reliabilitas sebesar 0,9633.
Isi materi dari lembar balik yang akan digunakan dalam penyuluhan
berkaitan dengan status balita gizi buruk. Lembar pertama diisi dengan
pengertian gizi buruk. Lembar kedua diisi dengan faktor risiko gizi buruk.
Lambar ketiga diisi dengan ciri-ciri gizi buruk. Lembar keempat diisi dengan
pencegahan gizi buruk. Lembar kelima diisi dengan penanganan gizi buruk.
Lembar keenam diisi dengan dampak gizi buruk. Lembar terakhir diisi dengan
manfaat asupan makanan yang bergizi.
Sedangkan isi materi dari video yang akan diberikan kepada ibu balita
gizi kurang berisi informasi terkait kasus gizi buruk di Indonesia, pengertian gizi
buruk, serta penyebab terjadinya gizi buruk. Selain itu ditambahkan informasi
terkait keterampilan yang sebaiknya dimiliki oleh pengasuh balita agar ibu balita
tidak salah dalam mengasuh balita-nya.
35
4.6. ALUR PENELITIAN
Penelitian ini memiliki alur yang digambarkan pada bagan berikut.
Bagan 4.1 Alur Penelitian
Berikut adalah penjabaran dari tahapan-tahapan alur penelitian.
1. Mengumpulkan data dan informasi terkait status gizi balita; mengumpulkan
media yang digunakan dalam upaya perbaikan gizi balita; mengklasifikan
informasi yang ada di dalam media-media tersebut; mencari informasi
pengaplikasian media di masyarakat; dan wawancara dengan petugas gizi di
Puskesmas, kader Posyandu, serta ibu balita.
2. Merumuskan masalah berdasarkan informasi yang telah didapat kemudian
menyimpulkan untuk membuat media baru dengan tambahan informasi.
3. Proses pembuatan media. Mulai dari pengumpulan bahan-bahan yang
dijadikan referensi sampai proses penyetakan media lembar balik.
Tahap 1 – analisis situasi dan kebutuhan
Tahap 2 – membuat rumusan masalah terkait media edukasi,status gizi balita, dan pengetahuan ibu balita
Tahap 3 – membuat media edukasi
Tahap 5 – melakukan penelitian
Tahap 6 – membuat laporan hasil penelitian
Tahapanalisissituasi
Tahappengembangan
media
Intervensi
Tahap 4 – uji coba media
36
4. Melakukan uji coba media terhadap 2-3 ibu balita yang bukan merupakan
responden. Uji coba media tidak hanya pada lembar balik tetapi juga media
video. Uji coba media lembar balik berkaitan dengan konten isi materi,
bahasa dan gambar yang dipakai, serta ukuran dan warna media. Sedangkan
untuk media video yang dilihat adalah isi materi, kejernihan gambar dan
suara, serta durasi video.
5. Tahap 5 dan 6 adalah proses penggunaan media sampai penulisan hasil.
4.7. MANAJEMEN DATA
Tahapan pengolahan atau manajemen data yang akan dilakukan oleh
peneliti adalah sebagai berikut:
1. Menyunting data (data editing)
Proses penyuntingan data adalah setiap lembar kuesioner diperiksa untuk
memastikan bahwa setiap pertanyaan yang terdapat di dalam kuesioner terisi
seluruhnya.
2. Mengkode data (data coding)
Proses mengkode data adalah proses pemberian kode pada setiap
jawaban yang terkumpul di dalam kuesioner untuk memudahkan proses
pengolahan data.
3. Membuat struktur data dan file data
Proses membuat struktur data dan file data dilakukan dengan
menggunakan komputer untuk memudahkan peneliti.
37
4. Memasukkan data (data entry)
Pada proses memasukkan data ini dilakukan dengan menggunakan SPSS
untuk memudahkan proses pengolahan data.
5. Membersihkan data (data cleaning)
Proses membersihkan data adalah proses yang dilakukan setelah data
masuk ke dalam komputer, data tersebut diperiksa kembali apakah ada
kesalahan pada saat peng-entry-an data atau tidak.
4.8. ANALISIS MEDIA
Analisis media yang dilakukan dengan penjabaran isi materi dari media
yang telah dibuat secara kualitatif kemudian dikaitkan dengan hasil penelitian
yang didapat. Analisis ini mendeskripsikan warna, bentuk dan ukuran huruf,
bahasa yang digunakan, serta urutan penempatan materi. Penjabaran isi materi
secara kualitatif diperkuat dengan teori yang terkait. Penjabaran isi materi yang
ada di dalam media lembar balik diurutkan berdasarkan urutan materi sesuai
dengan instrumen penelitian (kuesioner pre-test dan post-test).
4.9. ANALISIS DATA
Data yang telah diperoleh kemudian dianalisis untuk mengetahui hasil
pengujuran pengetahuan ibu sebelum dan sesudah dilakukannya penyuluhan.
Proses pengolahan data dilakukan dengan:
38
a. Analisis univariat
Analisis ini untuk melihat median menggunakan distribusi frekuensi.
Penghitungan ini dilakukan dengan menggunakan software statistik.
b. Analisis bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk melihat perbedaan pengetahuan ibu
setelah diberikan aplikasi media edukasi, berdasarkan selisih antara nilai
pengetahuan sebelum dan sesudah aplikasi media edukasi dilakukan. Uji
ststistik yang digunakan adalah uji nonparametrik karena hasil uji normalitas
data menghasilkan data yang tidak normal.
Penelitian ini menggunakan derajat kepercayaan 95% sehingga jika
diperoleh nilai P < α, maka hasil perhitungan statistik dinyatakan bermakna
atau ada perbedaan, begitu juga sebaliknya. Analisis ini dilakukan dengan
menggunakan software statistik yaitu dengan penghitungan uji Wilcoxon.
39
BAB V
HASIL
5.1. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Wilayah Ciputat Timur merupakan wilayah pemekaran yang awalnya
bagian dari Ciputat. Di Ciputat Timur terdapat 1 unit Puskesmas yang
merupakan pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, yaitu
Puskesmas Ciputat Timur. Wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur berbatasan
dengan:
a. DKI Jakarta di sebelah utara,
b. Puskesmas Pisangan di sebelah timur,
c. Puskesmas Ciputat di sebelah selatan, dan
d. Puskesmas Rengas di sebelah barat.
Luas wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur adalah 459,5 Ha yang
terdiri dari dua kelurahan, yaitu Kelurahan Rempoa dan Kelurahan Cempaka
Putih. Luas wilayah Kelurahan Rempoa sekitar 219,5 Ha dan Luas wilayah
Kelurahan Cempaka Putih sekitar 240 Ha.
Jumlah RT dan RW yang terdapat di Kelurahan Rempoa ada sebanyak
72 RT dan 12 RW. Sedangkan di Kelurahan Cempaka Putih ada sebanyak 55 RT
dan 11 RW.
Total Posyandu yang ada di Kelurahan Rempoa ada sebanyak 23 unit
dan di Kelurahan Cempaka Putih ada sebanyak 20 unit. Dari 23 unit Posyandu
yang ada di Kelurahan Rempoa, masih terdapat 6 Posyandu yang memiliki balita
40
kurang gizi. Sedangkan di Kelurahan Cempaka Putih, terdapat 3 Posyandu yang
memiliki balita kurang gizi. Dari 9 Posyandu tersebut, masing-masing memiliki
1 balita yang mengalami kurang gizi.
Umur ibu yang bertempat tinggal di wilayah Puskesmas Ciputat Timur
rata-rata berusia 19 – 43 tahun. Ada sekitar 4700-an ibu yang berusia 23 – 42
tahun tinggal di wilayah Kelurahan Cempaka Putih. Sedangkan ada sekitar
6900-an ibu yang berusia 19 – 43 tahun tinggal di wilayah Kelurahan Rempoa.
Sebagian besar dari ibu-ibu yang tinggal atau berdomisili di wilayah
kerja Puskesmas Ciputat Timur sudah tamat SMP dan SMA/sederajat. Di
wilayah Kelurahan Cempaka Putih sekitar 2700 ibu sudah menamatkan
pendidikan SMA/sederajat. Sedangkan di Kelurahan Rempoa ada hampir 8000
ibu yang telah menamatkan pendidikan SMA/sederajat. Untuk ibu yang hanya
menamatkan pendidikannya sampai dengan SMP ada sekitar 1500-an ibu di
Kelurahan Cempaka Putih dan 1300-an ibu di Kelurahan Rempoa.
Pekerjaan yang banyak dilakukan oleh ibu-ibu di wilayah Kelurahan
Cempaka Putih adalah sebagai karyawan swasta dan disusul dengan pembantu
rumah tangga serta pegawai negeri sipil (PNS). Sedangkan untuk data pekerjaan
yang banyak dilakukan ibu-ibu di wilayah Kelurahan Rempoa tidak diketahui.
41
5.2. GAMBARAN EFEKTIFITAS APLIKASI MEDIA EDUKASI PADA IBU
BALITA GIZI KURANG DAN GIZI BAIK
Gambar 5.1 CoverMedia Lembar Balik
Isi materi yang ada di dalam lembar balik yang digunakan berupa hal-hal
yang berkaitan dengan status balita gizi buruk. Lembar pertama media berupa
cover yang dibaliknya berisi pengertian gizi buruk menurut Kementerian
Kesehatan tahun 2011 dan menurut Almatsier tahun 2009. Lembar berikutnya
berupa gambar balita yang mengalami gizi buruk dan dibaliknya berisi informasi
terkait faktor-faktor risiko yang dapat menyebabkan gizi buruk. Lembar
selanjutnya berisi gambar dari faktor-faktor risiko gizi buruk dan dibaliknya
berisi informasi terkait ciri-ciri gizi buruk. Lembar berikutnya berisi gambar
ciri-ciri balita gizi buruk dan dibaliknya berisi informasi tentang cara-cara
pencegahan gizi buruk. Lembar berikutnya berisikan gambar-gambar berupa
cara pencegahan gizi buruk dan dibaliknya ada informasi terkait penanganan gizi
buruk. Lembar berikutnya berisi gambar penanganan gizi buruk dan dibaliknya
terdapat informasi terkait dampak gizi buruk. Lembar selanjutnya berisi gambar
42
dampak gizi buruk dan dibaliknya terdapat informasi manfaat asupan makanan
bergizi. Pada lembar terakhir berisi gambar manfaat asupan makanan bergizi
bagi balita dan dibaliknya ditulis seluruh sumber informasi yang dipakai oleh
peneliti dalam membuat lembar balik. Gambaran media lembar balik tertera di
dalam lampiran 6.
Gambar 5.2 Judul Video
Sedangkan video yang digunakan saat penyuluhan diberikan kepada ibu
balita gizi kurang, peneliti mengunduhnya dari Youtube.com. Video tersebut
diunggah oleh Sae Nun pada tanggal 25 Juli 2013 dengan judul “Awas Gizi
Buruk Mengancam Kita”. Video tersebut berdurasi 6 menit 4 detik. Video
tersebut berisikan tentang fakta-fakta gambaran kasus gizi buruk dan gizi kurang
yang dialami balita di Indonesia. Selain itu juga terdapat informasi pengertian
dari gizi buruk, penyebab terjadinya gizi buruk, pengasuh balita di rumah, serta
macam-macam keterampilan yang harus dimiliki pengasuh balita. Video
tersebut diakhir dengan beberapa pesan yang ditulis oleh pengunggah. Capture
konten video terdapat pada lampiran 7.
42
dampak gizi buruk dan dibaliknya terdapat informasi manfaat asupan makanan
bergizi. Pada lembar terakhir berisi gambar manfaat asupan makanan bergizi
bagi balita dan dibaliknya ditulis seluruh sumber informasi yang dipakai oleh
peneliti dalam membuat lembar balik. Gambaran media lembar balik tertera di
dalam lampiran 6.
Gambar 5.2 Judul Video
Sedangkan video yang digunakan saat penyuluhan diberikan kepada ibu
balita gizi kurang, peneliti mengunduhnya dari Youtube.com. Video tersebut
diunggah oleh Sae Nun pada tanggal 25 Juli 2013 dengan judul “Awas Gizi
Buruk Mengancam Kita”. Video tersebut berdurasi 6 menit 4 detik. Video
tersebut berisikan tentang fakta-fakta gambaran kasus gizi buruk dan gizi kurang
yang dialami balita di Indonesia. Selain itu juga terdapat informasi pengertian
dari gizi buruk, penyebab terjadinya gizi buruk, pengasuh balita di rumah, serta
macam-macam keterampilan yang harus dimiliki pengasuh balita. Video
tersebut diakhir dengan beberapa pesan yang ditulis oleh pengunggah. Capture
konten video terdapat pada lampiran 7.
42
dampak gizi buruk dan dibaliknya terdapat informasi manfaat asupan makanan
bergizi. Pada lembar terakhir berisi gambar manfaat asupan makanan bergizi
bagi balita dan dibaliknya ditulis seluruh sumber informasi yang dipakai oleh
peneliti dalam membuat lembar balik. Gambaran media lembar balik tertera di
dalam lampiran 6.
Gambar 5.2 Judul Video
Sedangkan video yang digunakan saat penyuluhan diberikan kepada ibu
balita gizi kurang, peneliti mengunduhnya dari Youtube.com. Video tersebut
diunggah oleh Sae Nun pada tanggal 25 Juli 2013 dengan judul “Awas Gizi
Buruk Mengancam Kita”. Video tersebut berdurasi 6 menit 4 detik. Video
tersebut berisikan tentang fakta-fakta gambaran kasus gizi buruk dan gizi kurang
yang dialami balita di Indonesia. Selain itu juga terdapat informasi pengertian
dari gizi buruk, penyebab terjadinya gizi buruk, pengasuh balita di rumah, serta
macam-macam keterampilan yang harus dimiliki pengasuh balita. Video
tersebut diakhir dengan beberapa pesan yang ditulis oleh pengunggah. Capture
konten video terdapat pada lampiran 7.
43
Gambaran efektifitas aplikasi media edukasi yang diberikan terlihat dari
delta (Δ) nilai pengetahuan ibu balita, baik gizi kurang maupun gizi baik, yang
sudah mencapai nilai 70 ke atas sebelum dan setelah diberikan penyuluhan. Pada
ibu balita gizi kurang penghitungan delta nilai pengetahuannya yaitu 66,7 % – 0
% hasilnya 66,7 %. Sedangkan ibu balita gizi baik penghitungan delta nilai
pengetahuannya sebesar 85,2 % – 48,1 % sama dengan 37,1 %.
5.3. GAMBARAN UMUM KARAKTERISTIK IBU BALITA GIZI KURANG
DAN GIZI BAIK
Berikut ini adalah karakteristik ibu balita gizi kurang dan gizi baik,
seperti umur ibu, tingkat pendidikan, dan status pekerjaan, yang dapat dilihat
dalam tabel 5.1 berikut ini.
Tabel 5.1 Gambaran Karakteristik Ibu Balita Gizi Kurang dan Gizi Baik
Karakteristik Ibu BalitaGizi Kurang Gizi Baik
n % n %
Umur
Di bawah 30 tahun 2 22,2 13 48,1
Di atas sama dengan 30 tahun 7 77,8 14 51,9
Tingkat Pendidikan
Tidak tamat SMP 1 11,1 1 3,7
Tamat SMP 8 88,9 26 96,3
Status Pekerjaan
Tidak bekerja 9 100 22 81,5
Bekerja 0 0 5 18,5
Total 9 100 27 100
44
Berdasarkan tabel 5.1 diketahui bahwa umur ibu balita gizi kurang yang
berusia di atas sama dengan 30 tahun ada 7 orang dan ibu balita gizi kurang
lainnya berusia di bawah 30 tahun. Pembagian usia di atas dan di bawah 31
tahun berdasarkan nilai median atau nilai tengah dari 9 orang ibu yang menjadi
responden penelitian.
Sedangkan umur ibu balita gizi baik yang berusia di bawah 30 tahun ada
13 orang dan 14 orang lainnya berusia di atas sama dengan 30 tahun. Pembagian
di atas dan dibawah 30 tahun berdasarkan nilai median dari 27 orang ibu yang
menjadi responden terpilih.
Selain itu, berdasarkan tabel 5.1 juga dapat diketahui bahwa tingkat
pendidikan ibu balita gizi kurang yang sudah tamat SMP ada 8 orang dan 1
orang lainnya tidak tamat SMP. Pembagian tamat dan tidak tamat SMP
berdasarkan ketentuan dari Kementerian Pendidikan Nasional terkait “wajib
belajar 9 tahun”, terhitung dari tahun pertama Sekolah Dasar (SD).
Sedangkan tingkat pendidikan ibu balita gizi baik diketahui ada 26 orang
yang tamat SMP dan 1 orang lainnya tidak tamat SMP. Pembagian tamat dan
tidak tamat SMP berdasarkan ketentuan dari Kementerian Pendidikan Nasional
terkait “wajib belajar 9 tahun”.
Terakhir berdasarkan tabel 5.1 diketahui bahwa status pekerjaan ibu
balita gizi kurang adalah tidak bekerja. Status pekerjaan ibu balita dilihat dari
jenis pekerjaan yang paling banyak menghabiskan waktu ibu dalam sehari.
45
Sedangkan status pekerjaan ibu balita gizi baik diketahui ada 22 orang
ibu yang tidak bekerja dan 5 orang lainnya bekerja. Status pekerjaan ibu dilihat
dari jenis pekerjaan yang paling banyak meghabiskan waktu ibu dalam sehari.
5.4. GAMBARAN UMUR BALITA GIZI KURANG DAN GIZI BAIK
Berikut ini adalah gambaran umur balita gizi kurang dan gizi baik yang
dijabarkan dalam tabel 5.2 di bawah ini.
Tabel 5.2 Gambaran Umur Balita Gizi Kurang dan Gizi Baik
Umur BalitaGizi Kurang Gizi Baik
n % n %
Kurang dari 2 tahun 3 33,3 8 29,6
Lebih dari sama dengan 2 tahun 6 66,7 19 70,4
Total 9 100 27 100
Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa umur balita yang mengalami gizi
kurang ada 3 balita yang usianya di bawah 2 tahun dan 6 balita lainnya berusia
di atas sama dengan 2 tahun. Pembagian di atas dan di bawah 2 tahun
berdasarkan nilai median dari 9 balita yang ibunya menjadi responden.
Sedangkan gambaran umur balita gizi baik yang berusia di bawah 2
tahun ada 8 balita dan 19 balita lainnya berusia di atas sama dengan 2 tahun.
Pembagian di atas dan di bawah 2 tahun juga berdasarkan dari nilai median dari
27 balita yang ibunya menjadi responden terpilih.
46
5.5. GAMBARAN HASIL NILAI PENGETAHUAN IBU BALITA GIZI
KURANG DAN GIZI BAIK SEBELUM DAN SETELAH DIBERIKAN
PENYULUHAN DENGAN MEDIA EDUKASI
Berikut ini adalah gambaran skor nilai pengetahuan ibu balita gizi kurang
dan gizi baik sebelum dan setelah penyuluhan diberikan.
Tabel 5.3 Gambaran Hasil Nilai Pengetahuan Ibu Balita Gizi Kurang dan Gizi
Baik Sebelum dan Setelah Diberikan Penyuluhan dengan Media Edukasi
No.Skor Nilai Pengetahuan
Ibu Balita
Gizi Kurang Gizi Baik
Pre-Test Post-Test Pre-Test Post-Test
n % n % n % n %
1 Di bawah sama dengan
nilai 70
9 100 3 33,3 14 51,9 4 14,8
2 Di atas nilai 70 0 0 6 66,7 13 48,1 23 85,2
Total 9 100 9 100 27 100 27 100
Berdasarkan tabel 5.3 di atas, diketahui bahwa nilai pengetahuan ibu
balita gizi kurang sebelum diberikan penyuluhan terkait status balita gizi buruk
adalah di bawah sama dengan nilai 70. Pengetahuan ibu sebelum diberikan
penyuluhan berdasarkan akumulasi nilai dari 10 pertanyaan terkait status balita
gizi buruk. Setiap jawaban benar berikan skor nilai mulai dari 1 sampai 10, yang
kemudian dijumlahkan keseluruhan nilainya.
Sedangkan gambaran nilai pengetahuan ibu balita gizi kurang setelah
diberikan penyuluhan ada 6 orang ibu yang nilainya berada di atas 70 dan 3
lainnya masih berada di bawah sama dengan 70.
47
Berdasarkan tabel 5.3 di atas, juga diketahui bahwa nilai pengetahuan ibu
balita gizi baik sebelum diberikan penyuluhan ada 14 orang yang nilainya
berada di bawah sama dengan 70 dan 13 orang lainnya sudah di atas nilai 70.
Penghitungan pengetahuan ibu dilakukan dengan mengakumulasikan skor nilai 1
sampai 10 dari 10 pertanyaan terkait status balita gizi buruk.
Sedangkan untuk nilai pengetahuan ibu balita gizi baik setelah diberikan
penyuluhan terkait status balita gizi buruk diketahui ada 23 orang ibu yang nilai
pengetahuannya sudah di atas 70 dan 4 orang lainnya masih di bawah sama
dengan 70. Penghitungan nilai pengetahuan ibu setelah diberikan penyuluhan
merupakan total nilai skor 1 sampai 10 dari 10 pertanyaan yang diajukan kepada
responden terpilih.
Berikut ini adalah penjabaran jawaban benar ibu balita gizi kurang dan
gizi baik sebelum dan setelah diberikan penyuluhan berdasarkan jawaban yang
tertera di kuesioner.
Tabel 5.4 Gambaran Jawaban Benar Ibu Balita Gizi Kurang dan Gizi Baik
Sebelum dan Setelah Diberikan Penyuluhan dengan Media Edukasi
No Pertanyaan Kuesioner
Jawaban Benar
Ibu Balita Gizi Kurang Ibu Balita Gizi Baik
Pre-Test Post-Test Pre-Test Post-Test
n % n % n % n %
1. Pengertian gizi buruk 0 0 7 77,8 3 11,1 18 66,7
2. Ciri-ciri gizi buruk 2 22,2 5 55,6 4 14,8 20 74,1
3. a. Faktor risiko atau penyebab giziburuk
b. Faktor risiko atau penyebab giziburuk yang dominan
4 44,4 7 77,8 16 59,2 23 85,1
48
No Pertanyaan Kuesioner
Jawaban Benar
Ibu Balita Gizi Kurang Ibu Balita Gizi Baik
Pre-Test Post-Test Pre-Test Post-Test
n % n % n % n %
4. Jenis penyakit yang dapatmenyebabkan gizi buruk
2 22,2 7 77,8 13 48,1 24 88,9
5. Cara pencegahan gizi buruk 5 55,6 7 77,8 17 62,9 23 85,1
6. Cara penanganan gizi buruk 4 44,4 8 88,9 20 74,1 26 96,3
7. Pengaruh gizi buruk bagi tumbuhkembang balita atau anak
9 100 9 100 22 81,4 27 100
8. Dampak gizi buruk bagi tumbuhkembang balita atau anak
5 55,6 7 77,8 18 66,7 25 92,5
9. Manfaat makanan bergizi bagitumbuh kembang
9 100 9 100 23 85,1 27 100
10. Variasi pangan yang baik bagi balitaatau anak
9 100 9 100 27 100 27 100
Berdasarkan tabel 5.4 dapat terlihat bahwa jawaban dari ibu balita gizi
kurang yang paling tinggi kenaikannya adalah pertanyaan terkait pengertian
tentang gizi buruk, yaitu sebesar 77,8 %. Sedangkan pada pertanyaan nomor 7,
9, dan 10 hasilnya tidak berubah.
Sedangkan perubahan jawaban benar ibu balita gizi baik pada pertanyaan
nomor 1 dan 2 merupakan yang terbesar dibandingkan dengan pertanyaan lain.
Perubahan pertanyaan nomor 1 adalah sebesar 55,6 % dan perubahan pertanyaan
nomor 2 adalah sebesar 59,3 %. Sedangkan hanya pertanyaan nomor 10 yang
hasil nilainya tidak berubah.
49
5.7. PERBEDAAN PENGETAHUAN IBU BALITA GIZI KURANG DAN GIZI
BAIK SEBELUM DAN SETELAH DIBERIKAN PENYULUHAN
DENGAN MEDIA EDUKASI
Perbedaan pengetahuan ibu balita gizi kurang dan gizi baik sebelum dan
setelah diberikan penyuluhan terkait status balita gizi buruk dapat dilihat pada
tabel 5.5 berikut ini.
Tabel 5.5 Perbedaan Pengetahuan Ibu Balita Gizi Kurang dan Gizi Baik Sebelum
dan Setelah Diberikan Penyuluhan dengan Media Edukasi dengan Uji Wilcoxon
Pengetahuan Ibu Balita Median SD P valueGizi Kurang
0,007Sebelum 65,00 8,819Setelah 80,00 14,672Gizi Baik
0,000Sebelum 70,00 8,086Setelah 80,00 9,341
Berdasarkan tabel 5.5 di atas dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan
yang bermakna antara pengetahuan ibu balita gizi kurang sebelum dan setelah
diberikan penyuluhan. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai P value yang lebih
kecil dari 0,05. Selain itu juga, nilai median atau nilai tengah pengetahuan ibu
balita gizi kurang sebelum dan setelah diberikan penyuluhan menunjukan
adanya perbedaan, yaitu sebesar 15,00.
Sedangkan untuk pengetahuan sebelum dengan setelah diberikan
penyuluhan pada ibu yang memiliki balita gizi baik diketahui bahwa ada
perbedaan yang bermakna. Selain itu juga, nilai median pengetahuan ibu balita
gizi baik juga menunjukan adanya perbedaan yaitu sebesar 10,00.
50
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1. KETERBATASAN PENELITIAN
Keterbatasan dalam penelitian yang dilakukan adalah waktu penelitian.
Waktu penelitian bersinggungan dengan perubahan status gizi pada balita, yang
memiliki kemungkinan untuk berubah setiap harinya. Sewaktu penelitian
dilakukan jumlah balita yang mengalami gizi kurang hanya ada 9 orang.
Selain waktu penelitian, keterbatasan lainnya adalah pengukuran pre-test
dan post-test dilakukan pada hari yang sama. Alasan peneliti langsung mengukur
post-test karena jika diberikan rentang beberapa hari ada kemungkinan
responden mendapatkan informasi tambahan dari orang lain, seperti kader
ataupun ahli gizi Puskesmas. Hal tersebut dapat membuat bias saat pengukuran
post-test dilakukan.
6.2. GAMBARAN EFEKTIFITAS APLIKASI MEDIA EDUKASI PADA IBU
BALITA GIZI KURANG DAN GIZI BAIK
Jumlah responden dalam penelitian ini ada 9 orang ibu balita gizi kurang
dan 27 orang ibu balita gizi baik. Kesembilan ibu balita gizi kurang didapat
berdasarkan data yang dimiliki oleh Puskesmas Ciputat Timur. Sedangkan
jumlah responden ibu balita gizi baik dihitung berdasarkan perbandingan 1 : 3
dari design penelitian quasi eksperimen kontrol grup non-equivalen, sehingga
didapatkan jumlah 27 orang ibu. Karena jumlah ibu balita gizi kurang yang
51
sangat sedikit inilah, penghitungan hasil penelitian menggunakan penghitungan
statistik non-parametrik. Selain itu juga, penghitungan statistik non-parametrik
digunakan karena ada 2 variabel hasil data yang didapatkan tidak berdistribusi
normal.
Selain ibu balita gizi kurang, ibu balita gizi baik juga menggunakan
penghitungan ini. Hal tersebut dikarenakan jumlah ibu balita gizi baik yang
kurang dari 30 orang responden serta 3 variabel hasil data yang didapatkan tidak
berdistribusi dengan normal.
Saat penelitian dilaksanakan, peneliti menggunakan dua metode
pengumpulan responden yang berbeda. Pertama, peneliti mengumpulkan
responden dalam 1 ruangan bersama-sama bagi kelompok ibu gizi kurang.
Sedangkan metode yang kedua adalah dengan mendatangi langsung ibu balita
gizi kurang.
Kelompok ibu balita gizi kurang dikumpulkan bersama-sama dalam satu
ruangan kemudian diberikan penyuluhan. Seluruh ibu balita gizi kurang yang
sudah dikumpulkan dalam 1 ruangan tersebut, kemudian diberikan kuesioner
pre-test untuk melihat pengetahuan ibu terkait status balita gizi buruk. Setelah
kuesioner pre-test diisi dan dikembalikan kepada peneliti, selanjutnya ibu balita
gizi kurang diberikan penyuluhan. Penyuluhan tersebut dilakukan dengan
menggunakan alat bantu atau media yang berupa lembar balik dan video. Setelah
penyuluhan selesai berikan, ibu balita gizi kurang kemudian diberikan lagi
kuesioner yang berisi pertanyaan yang sama (post-test) untuk mengukur nilai
pengetahuan ibu setelah diberikan penyuluhan.
52
Sedangkan untuk kelompok ibu balita gizi baik, peneliti menggunakan
metode purposive sampling untuk mendapatkan responden. Metode yang
dilakukan peneliti tersebut merupakan metode yang dinilai tepat dalam
mengumpulkan responden. Hal ini dikarenakan peneliti tidak memiliki sampling
frame dari ibu balita gizi baik, jika harus menggunakan metode simple random
sampling. Selain itu juga, peneliti tidak dapat menggunakan metode systematic
random sampling karena jangkauan lokasi penelitian yang cukup luas.
Meskipun metode pemilihan responden dengan metode purposive
sampling merupakan metode yang dinilai paling cocok, namun metode ini
memiliki beberapa kekurangan. Salah satu kekurangan dalam metode ini adalah
tidak semua ibu balita gizi baik atau seluruh populasi yang ada mendapatkan
kesempatan sebagai responden (Suryabrata, 2010). Hal ini dikarenakan peneliti
hanya memilih ibu balita gizi baik yang bersedia menjadi responden bukan
berdasarkan dari sampling frame ataupun systematic random yang dibuat. Jadi
bisa saja ada ibu balita gizi baik yang lebih berpotensi menjadi responden,
namun tidak terpilih menjadi responden dalam penelitian.
Peneliti secara langsung menemui ibu yang memiliki balita gizi baik.
Peneliti juga meminta persetujuan terlebih dulu kepada ibu balita terkait
kesediannnya sebagai responden penelitian. Jika ibu balita gizi baik setuju
barulah peneliti melakukan prosedur yang sama seperti yang dilakukan kepada
ibu balita gizi kurang. Perbedaan penyuluhan ibu balita gizi kurang dengan ibu
balita gizi baik terletak pada media yang digunakan. Media penyuluhan yang
digunakan kepada ibu balita gizi baik hanya lembar balik saja.
53
Gambaran efektifitas penyuluhan yang dilakukan dapat dilihat dari
gambaran hasil nilai pengetahuan ibu balita gizi kurang maupun gizi baik.
Dalam gambaran hasil nilai pengetahuan terlihat bahwa persentase jumlah ibu
yang mendapatkan nilai di atas 70 bertambah. Untuk ibu balita gizi kurang
peningkatan nilai pengetahuannya yaitu sebesar 66,7 %. Sedangkan untuk ibu
balita gizi baik peningkatannya sebesar 37,1 %.
Peningkatan nilai pengetahuan ibu balita gizi kurang didapat dari hasil
pengurangan persentase nilai pengetahuan setelah dengan persentase nilai
pengetahuan sebelum ibu diberikan penyuluhan. Persentase nilai pengetahuan
ibu yang berada di atas 70 sebelum diberikan adalah 0 %. Sedangkan persentase
nilai pengetahuan ibu setelah diberikan penyuluhan adalah 66,7 %. Sehingga
nilai peningkatannya menjadi 66,7 %.
Penghitungan peningkatan nilai pengetahuan ibu balita gizi baik juga
didapat dari hasil pengurangkan antara persentase nilai pengetahuan setelah
dengan persentase nilai pengetahuan sebelum diberikan penyuluhan. Persentase
nilai pengetahuan ibu setelah diberikan penyuluhan adalah sebesar 85,2 %.
Sedangkan persentase nilai pengetahuan ibu sebelum diberikan penyuluhan
adalah sebesar 48,1 %. Sehingga peningkatan persentase ibu balita gizi baik
yang mendapat nilai di atas 70 adalah 37,1 %.
Hal ini dapat menggambarkan bahwa penyuluhan yang diberikan kepada
ibu balita baik gizi kurang maupun ibu balita gizi baik meningkatkan jumlah ibu
dengan nilai pengetahuan di atas 70. Keberhasilan penyuluhan yang dilakukan
dalam menaikan jumlah ibu kemungkinan juga dipengaruhi oleh media yang
54
digunakan saat penyuluhan. Media lembar balik dinilai dapat lebih membantu
dalam penyuluhan. Selain itu, video yang digunakan saat penyuluhan kepada ibu
balita gizi kurang kemungkinan menjadi penyebab perbedaan nilai persentase
hasil nilai pengetahuan ibu balita gizi kurang dengan ibu balita gizi baik menjadi
cukup besar, yaitu sebesar 29,6 %. Meskipun perbedaan penggunaan media
dapat memperbesar pengaruh pada saat penyuluhan, namun secara keseluruhan
penyuluhan dapat dikatakan berhasil meningkatkan nilai pengetahuan ibu balita.
Selain itu, keberhasilan dalam meningkatkan nilai pengetahuan ibu balita baik
gizi kurang maupun gizi baik dikarenakan perbandingan jumlah ibu balita. Ibu
balita gizi baik berjumlah 3 kali lebih banyak dibandingkan ibu balita gizi
kurang. Ada kemungkinan juga, faktor waktu pemberian penyuluhan serta
tempat atau lokasi penyuluhan dilakukan.
Ibu balita gizi kurang dikumpulkan dalam satu ruangan dan waktu yang
bersamaan, sedangkan ibu balita gizi baik ditemui secara terpisah dan pada hari
yang berbeda-beda. Ibu balita gizi kurang juga mendapatkan tambahan informasi
dari video yang diberikan serta adanya konsultasi sejenak dengan para ibu balita
gizi kurang terkait masalah dan kasus serta hal-hal lain yang berhubungan
dengan status balita gizi buruk. Sedangkan pada ibu balita gizi baik, peneliti
tidak memberikan informasi dari video dan tidak banyak berkonsultasi.
Kemungkinan hal-hal itu juga yang membantu meningkatkan pengetahuan ibu
balita gizi kurang dibandingkan dengan ibu balita gizi baik.
55
6.3. GAMBARAN UMUM KARAKTERISTIK IBU BALITA GIZI KURANG
DAN GIZI BAIK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran dari karakteristik ibu
baik ibu balita gizi kurang maupun ibu yang memiliki balita gizi baik.
Karakteristik yang diteliti berupa umur, tingkat pendidikan, dan status pekerjaan
ibu. Ketiga karakteristik tersebut dianggap memiliki pengaruh terhadap
pengetahuan yang dimiliki ibu, terutama yang berkaitan dengan gizi balita.
Dalam penelitian ini diketahui bahwa jumlah umur ibu yang memiliki
balita gizi kurang berusia 30 tahun ke atas ada 7 orang. Kisaran umur ibu yang
diteliti oleh peneliti antara 27 – 42 tahun. Dalam hal ini kisaran usia ibu tersebut
masih termasuk ke dalam wanita usia subur menurut pembagian yang dilakukan
oleh Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), yaitu antara 15 – 49 tahun. Selain itu,
usia para ibu tersebut masuk ke dalam usia yang sudah cukup memiliki banyak
pengetahuan dan pengalaman, terutama yang berkaitan dengan pemberian
makan anggota keluarganya.
Sedangkan untuk ibu yang memiliki balita gizi baik ada sebanyak 14
orang yang berusia 30 ke atas. Berdasarkan hasil penelitian yang didapat oleh
peneliti rentang usia ibu antara 22 – 37 tahun. Rentang usia tersebut juga masih
termasuk ke dalam rentang wanita usia subur menurut Riskesdas.
Menurut Murti (1995) dalam Amir (2008) mengatakan bahwa sampel
yang diambil dengan cara purposive harus memiliki kesetaraan karakteristik.
Dari hasil di atas dapat dikatakan bahwa rentang usia ibu balita gizi kurang
dengan rentang usia ibu balita gizi baik sudah setara dengan nilai median sama.
56
Beberapa penelitian menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara
status balita dengan umur ibu. Seperti penelitian yang dilakukan oleh
Rahmawati, Sudargo, dan Paramastri (2006) di Kabupaten Kotawaringin Barat,
Kalimantan Tengah. Hasil uji yang mereka lakukan membuktikan bahwa umur
ketiga kelompok ibu, yaitu kelompok kontrol, modul, dan audiovisual, tidak
memiliki hubungan dengan status balita mereka. Selain itu, dalam penelitian
yang dilakukan oleh Meikawati dan Hersoelistyorini (2007) di Kecamatan
Tembalang, Kota Semarang, diketahui bahwa umur ibu tidak memiliki
hubungan dengan kasus gizi buruk yang terjadi pada balita.
Berdasarkan penjabaran di atas, dapat disimpulkan bahwa umur ibu tidak
memiliki pengaruh atau hubungan dengan status gizi balita. Meskipun tidak
memiliki pengaruh secara langsung, ada kemungkinan umur ibu dapat menjadi
salah satu faktor kurangnya pengetahuan ibu, terutama terkait status balita gizi
buruk. Notoatmodjo (2007) menulis dalam bukunya bahwa salah satu faktor
yang berhubungan dengan pengetahuan adalah umur. Semakin tua umur
seseorang, pengetahuan yang dimiliki akan semakin banyak. Namun di masa
sekarang tidak jarang juga usia muda memiliki pengetahuan yang lebih banyak
dibandingkan dengan usia yang lebih tua. Hal tersebut dikarenakan banyak
faktor lain yang juga dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang selain faktor
umur, seperti media massa dan juga informasi.
Berdasarkan penelitian ini juga diketahui bahwa tingkat pendidikan ibu
balita gizi kurang di wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur masih ada 1 orang
yang tidak berhasil menamatkan pendidikan Sekolah Tingkat Pertama (SMP).
57
Sedangkan 8 orang ibu balita lainnya sudah memiliki ijazah SMP. Tingkat
pendidikan yang wajib dilaksanakan minimal sampai dengan SMP, berdasarkan
ketentuan yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan Nasional, yaitu wajib
melaksanakan pendidikan selama 9 tahun.
Sedangkan untuk tingkat pendidikan ibu balita gizi baik yang diteliti juga
masih ada 1 orang ibu yang tidak dapat menamatkan SMP dan 26 orang ibu
lainnya sudah mendapatkan ijazah SMP. Meskipun peneliti menemukan masih
ada 1 orang ibu yang tidak menamatkan pendidikan SMP, tetapi ibu tersebut
dapat mempertahankan gizi balita-nya. Kemungkinan hal ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti ibu tersebut memiliki pengalaman dan pengetahuan yang
lebih terutama yang berkaitkan dengan gizi balita.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rarastiti dan Syauqy (2014)
di Puskesmas Bugangan, Semarang Timur, diketahui bahwa tidak ada hubungan
antara pendidikan ibu dengan status gizi balita. Hal itu juga sama dengan
penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati, Sudargo, dan Paramastri (2006) di
Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, yang menyatakan bahwa
tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan status balita. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa ibu yang tamat SD, SMP, SMA, ataupun lulusan
sarjana tidak memberikan pengaruh terhadap status gizi balita-nya.
Berdasarkan hasil yang didapat peneliti, status pekerjaan ibu balita gizi
kurang seluruhnya tidak bekerja. Itu artinya, selama seharian penuh ibu dapat
selalu berada di dekat balita-nya. Akan tetapi, kenyataannya balita mereka masih
58
mengalami gizi kurang. Ada kemungkinan hal tersebut dipengaruhi oleh jenis
makanan yang dikonsumsi balita atau karena salahnya pola asuh ibu.
Sedangkan hasil penelitian status pekerjaan ibu balita gizi baik ada 22
orang ibu yang tidak bekerja dan 5 orang lainnya bekerja. Meskipun bekerja,
kelima ibu balita tersebut masih mampu mencukupi kebutuhan asupan gizi balita
mereka. Kemungkinan hal ini dikarenakan kemampuan dari pengasuh balita di
rumah, saat ibunya pergi bekerja, yang mampu memberikan asupan makanan
yang cukup bagi balita. Sehingga meskipun ibunya pergi, asupan makanan yang
diperlukan oleh balita dapat tetap terpenuhi. Selain karena faktor kemampuan
dari pengasuh balita di rumah, ada kemungkinan juga ibu yang bekerja tersebut
yang memilihkan pilihan asupan makanan bagi balita-nya.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Rarastiti dan Syauqy (2014) di
Puskesmas Bugangan, Semarang Timur, diketahui bahwa tidak ada hubungan
antara status pekerjaan ibu dengan status gizi balita. Hal tersebut juga sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Amir (2008) di Puskesmas Sudiang Raya
dan Puskesmas Bira, Sulawesi Selatan, yang menyatakan bahwa tidak ada
hubungan antara status pekerjaan ibu dengan status gizi balita.
Berdasarkan penghitungan secara crosstab yang dilakukan oleh peneliti
terkait karakteristik ibu dengan nilai pengetahuan ibu sebelum dan setelah
diberikan penyuluhan, diketahui bahwa seluruh karakteristik ibu tidak memiliki
hubungan dengan nilai pengetahuan ibu. Ibu balita gizi kurang dan juga ibu
balita gizi baik, keduanya menunjukan hasil yang sama. Itu artinya, seluruh
karakteristik ibu tidak mempengaruhi nilai pengetahuan yang didapat.
59
Berdasarkan penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik
yang dimiliki oleh ibu balita, baik yang gizi kurang maupun gizi baik, tidak
memiliki hubungan secara langsung terhadap status gizi balita mereka. Selain itu
juga, karakteristik ibu tidak mempengaruhi nilai pengetahuan sebelum maupun
setelah diberikan penyuluhan.
6.4. GAMBARAN UMUR BALITA GIZI KURANG DAN GIZI BAIK
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk melihat gambaran umur balita
yang mengalami gizi kurang dan gizi baik. Umur balita secara langsung
mempengaruhi status gizi balita. Hal tersebut dapat dilihat dari pengukuran yang
digunakan dalam Kartu Menuju Sehat (KMS) atau Kartu Ibu dan Anak (KIA)
yang dijadikan pedoman oleh Puskesmas maupun Posyandu dalam menetapkan
status gizi balita. Selain itu, umur balita juga digunakan sebagai acuan pemilihan
bahan pangan bagi balita itu sendiri.
Jumlah balita gizi kurang yang memiliki usia di bawah 2 tahun ada 3
orang dan 6 orang lainnya berusia 2 tahun ke atas. Balita yang usianya di bawah
2 tahun harus tetap diberikan Air Susu Ibu (ASI) sampai balita genap 2 tahun.
Selain itu juga, balita harus diberikan asupan makanan yang variatif sesuai
dengan usianya. Sedangkan untuk balita yang usianya sudah di atas 2 tahun,
seharusnya sudah dapat porsi makan yang lebih besar.
Sedangkan untuk umur balita gizi baik diketahui bahwa ada 8 balita yang
usianya masih di bawah 2 tahun dan ada 19 balita yang usianya sudah lebih dari
2 tahun. Jika dibandingkan dengan umur balita yang mengalami gizi kurang,
60
umur balita gizi baik relatif sama. Kemungkinan para balita gizi baik diberikan
asupan yang sesuai dengan kebutuhan usia mereka oleh orang tuanya, sehingga
kecukupan gizinya terpenuhi.
Dalam Petunjuk Teknis Tatalaksana Anak Gizi Buruk Buku II yang
dibuat oleh Direktorat Bina Gizi tahun 2011, diketahui bahwa penanggulangan
balita yang menderita masalah gizi, terutama gizi buruk, harus diberikan
tambahan asupan gizi sesuai dengan usianya. Jika balita kurang dari 2 tahun,
harus tetap diberikan ASI dan ditambah dengan makanan sesuai porsinya.
Sedangkan untuk balita di atas 2 tahun, asupan serta porsi makannya harus
ditambah dari asupan serta porsi sebelumnya. Hal tersebut harus tetap dilakukan
sampai berat badan balita tersebut sesuai dengan usianya.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Suhendri (2009) di Puskesmas
Sepatan, Kabupaten Tangerang, menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan
antara umur balita dengan status gizi balita. Hal itu juga sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Devi (2010) di 7 provinsi di Indonesia, yaitu Lampung,
Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat (Lombok),
dan Sulawesi Selatan, bahwa tidak ada hubungan antara sebaran kelompok umur
balita dengan status gizinya. Dari kedua hasil penelitian tersebut dapat diketahui
bahwa berapapun usia balita tidak akan mempengaruhi langsung status gizi
balita itu sendiri.
Berdasarkan penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa umur balita
tidak mempengaruhi status gizi balita. Hal yang mungkin dapat mempengaruhi
status gizi balita adalah asupan makanan serta pola asuh yang dilakukan ibu.
61
Asupan makanan yang kurang bergizi dan tidak tercukupi dapat berpengaruh
besar dalam peningkatan ataupun penurunan status gizi balita.
6.5. GAMBARAN HASIL NILAI PENGETAHUAN IBU BALITA GIZI
KURANG SEBELUM DAN SETELAH DIBERIKAN PENYULUHAN
DENGAN MEDIA EDUKASI
Tujuan dari penelitian ini dilakukan adalah untuk melihat gambaran hasil
pengetahuan ibu balita gizi kurang sebelum dan setelah penyuluhan diberikan.
Selain itu juga, bertujuan sebagai bagian dari pengukuran pre-test dan post-test.
Hasil dari pengukuran sebelum penyuluhan nantinya akan dibandingkan dengan
hasil pengukuran pengetahuan setelah penyuluhan diberikan, yang kemudian
dilihat selisih rerata nilai antara kedua hasil tersebut.
Hasil penelitian nilai pengetahuan ibu balita gizi kurang sebelum
diberikan penyuluhan (nilai pre-test) diketahui bahwa seluruh ibu yang diteliti
memiliki nilai di bawah 70. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa seluruh
ibu yang memiliki balita gizi kurang rata-rata tidak dapat menjawab 3 dari 10
pertanyaan yang diajukan. Pengetahuan awal ibu terkait status balita gizi buruk
dapat dikatakan masih rendah.
Sedangkan hasil penelitian nilai pengetahuan ibu setelah diberikan
penyuluhan yaitu 6 orang ibu balita sudah memiliki nilai di atas 70 dan 3 orang
ibu lainnya masih memiliki nilai di bawah 70. Ibu yang masih memiliki nilai di
bawah 70 kemungkinan memiliki nilai pengetahuan awal yang sangat rendah,
sehingga setelah diberikan penyuluhan nilainya masih tetap berada di bawah 70.
62
Dari hasil tersebut diketahui bahwa sudah ada 6 orang ibu yang memiliki nilai
pengetahuan di atas 70. Berarti ada 6 orang ibu yang nilai pengetahuannya
bertambah dibandingkan sebelum diberikan penyuluhan.
Dalam tabel penjabaran jawaban benar ibu balita gizi kurang dapat
diketahui bahwa terdapat beberapa pertanyaan yang awalnya hanya dapat
dijawab oleh beberapa responden saja bertambah beberapa responden lagi.
Selain itu juga, ada 3 pertanyaan yang dapat dijawab benar oleh seluruh
responden. Bahkan ada pertanyaan yang awalnya tidak satu orangpun responden
yang mengetahuinya namun setelah diberikan penyuluhan jumlah responden
yang dapat menjawab bertambah banyak.
Berikut ini adalah penjabaran lengkap jumlah responden yang menjawab
pertanyaan kuesioner dengan benar. Pertanyaan pertama terkait pengertian gizi
buruk, awalnya tidak ada satupun responden yang menjawab benar. Hal ini
kemungkinan dikarenakan para ibu balita gizi kurang selama ini hanya
mendengar istilah gizi buruk, tapi kurang memperhatikan pengertian dari gizi
buruk. Atau kemungkinan juga dikarenakan perbedaan persepsi pengertian yang
dimiliki ibu balita dengan yang dimaksud oleh peneliti. Sehingga menyebabkan
seluruh responden pada awalnya tidak dapat menjawab pertanyaan tersebut.
Setelah mendapatkan penyuluhan akhirnya ibu balita gizi kurang dapat
menjawab dengan benar, meskipun masih juga ada yang salah. Akhirnya, pada
hasil kuesioner post-post diketahui bahwa ada 7 orang ibu yang dapat menjawab
dengan benar. Penjelasan pengertian gizi buruk terdapat pada lembar pertama
media lembar balik dan capture konten video yang keempat dalam lampiran.
63
Pertanyaan kedua terkait ciri-ciri gizi buruk hanya ada 2 orang ibu yang
menjawab dengan benar, sedangkan sisanya masih salah. Hal ini kemungkinan
dikarenakan jawaban yang diberikan mirip satu sama lain, sehingga
membingungkan ibu balita dalam memilih. Namun setelah diberikan
penyuluhan, jumlahnya bertambah 3 orang ibu menjadi 5 orang ibu. Penjelasan
ciri-ciri gizi buruk terdapat dalam media lembar balik pada lembar ketiga di
dalam lampiran media lembar balik.
Pada pertanyaan ketiga terkait faktor risiko terbagi menjadi 2 yaitu
faktor-faktor risiko gizi buruk dan faktor yang paling dominan. Pertanyaan
ketiga memiliki penghitungan tersendiri. Jumlah kedua hasil nilai kemudian
dibagi 2. Jika skor jawaban di bawah 5 maka jawaban dianggap salah. Pada
pertanyaan ini ibu balita gizi kurang yang dapat menjawab dengan benar pada
pre-test ada 4 orang. Hal ini kemungkinan karena pada saat sebelum diberikan
penyuluhan, para ibu tidak mengetahui kalau faktor risiko gizi buruk ada
bermacam-macam. Sehingga beberapa dari mereka mendapatkan skor kurang
dari 5. Namun jumlahnya bertambah menjadi 7 orang setelah diberikan
penyuluhan. Penjelasan terkait faktor-faktor risiko gizi buruk tertera dalam
lembar balik pada lembar kedua dan capture video kelima pada lampiran.
Pertanyaan keempat terkait jenis penyakit yang dapat mengakibatkan gizi
buruk dapat dijawab dengan benar oleh 2 orang ibu sebelum diberikan
penyuluhan. Kemungkinan ibu balita gizi kurang salah dalam menjawab karena
pilihan yang diberikan cukup banyak, sedangkan pilihan yang mereka inginkan
tidak terdapat dalam pilihan. Sehingga jawaban ibu balita gizi kurang banyak
64
yang tidak tepat. Dan setelah diberikan penyuluhan jumlahnya meningkat
menjadi 7 orang ibu. Penjelasan terkait jenis penyakit yang dapat mengakibatkan
gizi buruk tertera dalam lembar balik pada lembar kedua dan capture video
kelima pada lampiran.
Pertanyaan kelima tentang cara pencegahan gizi buruk ada 5 orang ibu
yang menjawab dengan benar sebelum diberikan penyuluhan. Sebagian besar
ibu sudah mengetahui cara pencegahan gizi buruk dengan benar. Namun, balita
yang mereka miliki masih mengalami kurang gizi. Sedangkan setelah diberikan
penyuluhan jumlahnya hanya bertambah 2 orang menjadi 7 orang ibu. Cara
pencegahan gizi buruk terdapat pada media lembar balik pada lembar keempat
dalam lampiran.
Pertanyaan keenam terkait cara penanganan gizi buruk sebelum
diberikan penyuluhan ada 4 orang ibu yang menjawab dengan benar. Jumlah ibu
yang menjawab benar bertambah 4 orang, kemungkinan karena ibu balita saat
penyuluhan diberikan memperhatikan dengan baik cara-cara penanganan gizi
buruk. Beberapa dari mereka sempat bertanya setelah penyuluhan terkait
prosedur penanganan gizi buruk yang tepat, sebagai tambahan informasi. Dan
setelah diberikan penyuluhan jumlahnya bertambah menjadi 8 orang. Penjelasan
cara penanganan gizi buruk terdapat dalam lembar balik pada lembar kelima
yang ada pada lampiran.
Pertanyaan ketujuh terkait pengetahuan ibu akan pengaruh gizi buruk
terhadap tumbuh kembang balita seluruh ibu balita gizi kurang menjawab
dengan benar, baik saat pre-test maupun post-test. Pilihan jawaban dari
65
pertanyaan nomor 7 adalah “ya” dan “tidak”, sehingga para ibu dapat menjawab
dengan benar.
Pertanyaan kedelapan tentang dampak gizi buruk bagi tumbuh kembang
balita ada 5 orang ibu yang sudah menjawab benar saat pre-test dilakukan. Hal
ini kemungkinan karena pilihan yang diberikan cukup beragam, sehingga ibu
balita memilih yang mereka ketahui saja. Setelah diberikan penyuluhan
jumlahnya bertambah menjadi 7 orang ibu. Penjelasan dampak gizi buruk bagi
tumbuh kembang terdapat pada lembar keenam di lampiran media lembar balik.
Pertanyaan kesembilan terkait pengetahuan manfaat makanan bergizi
bagi tumbuh kembang balita kesembilan ibu balita gizi kurang menjawab
dengan benar, baik sebelum maupun setelah diberikan penyuluhan. Pilihan
pertanyaan nomor 9 hanya “ya” dan “tidak”, namun peneliti meminta ibu balita
untuk menjabarkan jawaban mereka. Ada yang menuliskan “agar anak menjadi
sehat”, “badannya lebih berisi”, “supaya pintar”, “supaya anak lebih lincah”, dan
lain sebagainya. Penjabaran terkait manfaat makanan bergizi terdapat pada
lembar ketujuh di media lembar balik yang ada pada lampiran.
Pertanyaan kesepuluh terkait variasi pangan yang baik bagi balita seluruh
ibu balita gizi kurang menjawab benar. Hal ini kemungkinan dikarenakan
seluruh ibu sudah mengetahui dengan baik variasi pangan yang baik bagi
balitanya.
66
6.6. GAMBARAN HASIL NILAI PENGETAHUAN IBU BALITA GIZI BAIK
SEBELUM DAN SETELAH DIBERIKAN PENYULUHAN DENGAN
MEDIA EDUKASI
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk melihat gambaran hasil
pengetahuan ibu balita gizi baik sebelum dan setelah diberikan penyuluhan serta
sebagai bagian dari pengukuran pre-test dan post-test. Hasil pengukuran
pengetahuan ibu sebelum diberikan penyuluhan akan dibandingkan hasil
pengetahuan setelah diberikan penyuluhan. Selanjutnya, peneliti akan melihat
selisih rerata nilai keduanya.
Hasil nilai pengetahuan ibu balita gizi baik sebelum diberikan
penyuluhan diketahui ada 14 orang ibu yang nilainya di bawah 70 dan 13 orang
lainnya sudah di atas 70. Sebagian besar nilai pengetahuan awal ibu balita gizi
baik masih kurang dari 70. Artinya sebagian besar pengetahuan ibu terkait status
balita gizi buruk masih rendah. Meskipun sebagian besar nilai pengetahuan awal
ibu balita rendah, namun mereka dapat mempertahankan status gizi balita
mereka tetap baik.
Sedangkan nilai pengetahuan ibu setelah diberikan penyuluhan diketahui
bahwa masih ada 4 orang ibu balita yang nilainya masih di bawah 70. Namun,
23 orang ibu lainnya sudah memiliki nilai pengetahuan lebih dari 70. Artinya,
nilai pengetahuan ibu balita gizi baik juga bertambah setelah diberikan
penyuluhan.
Dalam tabel jawaban benar ibu balita gizi baik terlihat lebih bervariasi.
Kemungkinan karena jumlah responden yang 3 kali lebih besar dibandingkan
67
dengan jumlah ibu balita gizi kurang. Meskipun tidak ada pertanyaan yang
dijawab salah oleh seluruh responden. Berbeda dengan ibu balita gizi kurang,
ibu balita gizi baik yang seluruh ibu menjawab benar hanya 1 pertanyaan saja.
Berikut ini adalah penjabaran lengkap jumlah responden yang menjawab
pertanyaan kuesioner dengan benar. Pertanyaan pertama terkait pengertian gizi
buruk, awalnya hanya ada 3 responden yang menjawab benar. Berdasarkan
pengakuan beberapa responden yang mengatakan bahwa mereka tidak
mengetahui pengertian gizi buruk yang benar. Namun pada hasil kuesioner post-
post diketahui bahwa ada 18 orang ibu yang dapat menjawab dengan benar.
Penjelasan terkait pengertian gizi buruk terdapat pada lembar pertama media
lembar balik.
Pertanyaan kedua terkait ciri-ciri gizi buruk ada 4 orang ibu yang
menjawab dengan benar, sedangkan sisanya masih salah. Hal ini kemungkinan
dikarenakan jawaban yang diberikan mirip satu sama lainnya, sehingga
membingungkan ibu balita dalam memilih jawaban. Namun setelah diberikan
penyuluhan, jumlahnya bertambah menjadi 20 orang ibu. Penjelasan ciri-ciri gizi
buruk terdapat dalam media lembar balik pada lembar ketiga di dalam lampiran
media lembar balik.
Pada pertanyaan ketiga terkait faktor risiko terbagi menjadi 2 yaitu
faktor-faktor risiko gizi buruk dan faktor yang paling dominan. Pertanyaan
ketiga memiliki penghitungan tersendiri. Jumlah kedua hasil nilai kemudian
dibagi 2. Jika skor jawaban di bawah 5 maka jawaban dianggap salah. Pada
pertanyaan ini ibu balita gizi baik yang dapat menjawab dengan benar pada pre-
68
test ada 16 orang. Hal ini kemungkinan karena pada saat sebelum diberikan
penyuluhan, para ibu tidak mengetahui kalau faktor risiko gizi buruk ada
bermacam-macam. Sehingga beberapa dari mereka mendapatkan skor kurang
dari 5. Kemudian jumlahnya bertambah menjadi 23 orang setelah diberikan
penyuluhan. Penjelasan terkait faktor-faktor risiko gizi buruk tertera dalam
lembar balik pada lembar kedua.
Pertanyaan keempat terkait jenis penyakit yang dapat mengakibatkan gizi
buruk dapat dijawab dengan benar oleh 13 orang ibu sebelum diberikan
penyuluhan. Kemungkinan ibu balita gizi baik salah dalam menjawab karena
pilihan yang diberikan cukup banyak, sedangkan pilihan yang mereka inginkan
tidak terdapat dalam pilihan. Sehingga jawaban ibu balita gizi baik banyak yang
tidak tepat. Setelah diberikan penyuluhan jumlahnya meningkat menjadi 24
orang ibu. Penjelasan tentang jenis penyakit yang dapat mengakibatkan gizi
buruk tertera dalam lampiran media lembar balik pada lembar kedua.
Pertanyaan kelima tentang cara pencegahan gizi buruk ada 17 orang ibu
yang sudah menjawab dengan benar sebelum diberikan penyuluhan. Sebagian
besar ibu balita gizi baik sudah mengetahui cara pencegahan gizi buruk.
Sedangkan setelah diberikan penyuluhan jumlahnya bertambah menjadi 23
orang ibu. Cara pencegahan gizi buruk terdapat pada media lembar balik pada
lembar keempat dalam lampiran.
Pertanyaan keenam terkait cara penanganan gizi buruk terdapat 20 orang
ibu yang menjawab benar sebelum diberikan penyuluhan. Sebagian besar dari
mereka sudah mengetahui cara penanganan gizi buruk. Beberapa dari responden
69
mengaku bahwa pernah ada kader di posyandu yang memberikan informasi.
Setelah penyuluhan diberikan jumlah bertambah 6 orang manjadi 26 orang ibu
yang menjawab benar. Penjelasan cara penanganan gizi buruk terdapat dalam
lembar balik pada lembar kelima yang ada pada lampiran.
Pertanyaan ketujuh terkait pengetahuan ibu akan pengaruh gizi buruk
terhadap tumbuh kembang balita sebelum diberikan penyuluhan ada 22 orang
ibu yang menjawab dengan benar. Setelah diberikan penyuluhan seluruh ibu
balita gizi baik dapat menjawab pertanyaan nomor 7 dengan benar. Pada saat
pre-test dilakukan, beberapa dari ibu mengaku ragu-ragu dalam menjawaban
karena merasa takut salah dalam memilih jawaban. Sedangkan jumlah ibu yang
menjawab benar setelah diberikan penyuluhan ada 27 orang.
Pertanyaan kedelapan tentang dampak gizi buruk bagi tumbuh kembang
balita ada 18 orang ibu yang menjawab benar sebelum diberikan penyuluhan.
Beberapa ibu balita gizi baik menjawab pertanyaan ini dengan kurang tepat.
Berdasarakan pengakuan dari beberapa ibu diketahui bahwa mereka kurang
mengetahui dampak gizi buruk. Setelah diberikan penyuluhan jumlah ibu yang
menjawab benar bertambah menjadi 25 orang. Penjelasan dampak gizi buruk
bagi tumbuh kembang ada pada lembar keenam di lampiran media lembar balik.
Pertanyaan kesembilan terkait pengetahuan manfaat makanan bergizi
bagi tumbuh kembang balita terdapat 23 ibu yang menjawab dengan benar pada
kuesioner pre-test. Kemungkinan karena pertanyaan nomor 9 merupakan
pertanyaan jenis semi terbuka, sehingga pada awalnya ibu balita gizi baik tidak
menuliskan alasan jawaban mereka. Sedangkan setelah penyuluhan diberikan
70
dan kuesioner post-test dibagikan lagi, jumlahnya bertambah menjadi 27 orang.
Penjabaran terkait manfaat makanan bergizi terdapat pada lembar ketujuh di
media lembar balik yang ada pada lampiran.
Pertanyaan kesepuluh terkait variasi pangan yang baik bagi balita seluruh
ibu balita gizi baik menjawabnya dengan benar baik sebelum maupun setelah
diberikan penyuluhan. Hal ini kemungkinan karena ibu balita gizi baik memang
sudah memiliki pengetahuan terkait variasi pangan yang bagi balita.
6.7. PERBEDAAN PENGETAHUAN IBU BALITA GIZI KURANG DAN GIZI
BAIK SEBELUM DAN SETELAH DIBERIKAN PENYULUHAN
DENGAN MEDIA EDUKASI
Penelitian ini bertujuan untuk melihat ada atau tidaknya perbedaan
pengetahuan ibu balita sebelum dengan setelah diberikan penyuluhan. Perbedaan
pengetahuan ibu balita sebelum dan setelah diberikan penyuluhan dilihat dari
hasil uji statistik yang dilakukan oleh peneliti. Jika hasil uji statistik yang
dilakukan menampilkan hasil kurang dari 0,05, maka dikatakan ada perbedaan
pengetahuan ibu antara sebelum dengan setelah diberikan penyuluhan.
Sedangkan jika hasil uji statistik menampilkan hasil lebih dari 0,05, maka
dikatakan tidak ada perbedaan pengetahuan ibu, baik ibu balita gizi kurang
maupun ibu balita gizi baik.
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan diketahui bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara nilai pengetahuan ibu balita gizi kurang
sebelum dan setelah diberikan penyuluhan. Hal itu terlihat dari hasil uji statistik
71
yang memperlihatkan nilai 0,007. Dari hasil uji statistik juga diketahui
perbedaan nilai standar deviasi pengetahuan sebelum dan setelah diberikan
penyuluhan yaitu sebesar 5, 853.
Sedangkan untuk nilai pengetahuan ibu balita gizi baik juga menunjukan
bahwa adanya perbedaan yang signifikan antara pengetahuan sebelum dengan
setelah diberikan penyuluhan. Hasil uji statistik dengan nilai 0,000 lebih kecil
dari pada 0,05 sebagai buktinya. Perbedaan nilai standar deviasi pengetahuan
sebelum dan setelah diberikan penyuluhan sebesar 1,255.
Perbedaan nilai standar deviasi pengetahuan ibu balita gizi baik lebih
rendah dibandingkan dengan nilai standar deviasi pengetahuan ibu balita gizi
kurang. Hal tersebut dimungkinkan karena pada pengukuran pengetahuan ibu
balita gizi kurang sebelum diberikan penyuluhan keseluruh ibu tersebut nilainya
berada di bawah nilai 70. Sedangkan pada ibu balita gizi baik sudah ada 13
orang yang nilainya sudah di atas 70.
Berdasarkan hasil penelitian ini terbukti bahwa adanya perbedaan nilai
pengetahuan ibu sebelum dengan setelah diberikan penyuluhan terkait status
balita gizi buruk. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Rahmawati, Sudargo, dan Paramastri (2006) di Kabupaten Kotawaringin Barat,
Kalimantan Tengah, bahwa dari tiga kelompok yang diberikan perlakuan
terdapat perbedaan pengetahuan yang signifikan. Kelompok yang dimaksud
yaitu kelompok kontrol, kelompok modul, dan kelompok audiovisual. Dari
penelitian tersebut diketahui bahwa perlakuan dengan audiovisual lebih baik
dibandingkan dengan kontrol ataupun modul.
72
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Amir (2008) di Puskesmas
Sudiang Raya dan Puskesmas Bira, Sulawesi Selatan, juga membuktikan bahwa
terdapat perbedaan peningkatan skor pengetahuan ibu antara kedua kelompok
yang terjadi setelah dilakukan 1 bulan intervensi. Hal tersebut ditandai dengan
nilai uji statistik sebesar 0,0001.
Hal tersebut tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Meikawati dan Hersoelistyorini (2007) di Kecamatan Tembalang, Kota
Semarang, yang menyatakan bahwa meskipun terdapat peningkatan skor
pengetahuan tetapi tidak dibarengi dengan peningkatan nilai hasil uji. Hal itulah
yang membuat mereka menyimpulkan bahwa tingkat pengetahuan ibu tidak
berhubungan dengan status gizi balitanya. Selanjutnya, Meikawati dan
Hersoelistyorini juga menambahkan jika bantuan makanan bergizi, seperti
Pemberian Makanan Tambahan (PMT), sebagai salah satu penyebab tingkat
pengetahuan ibu tidak mempengaruhi status gizi balita.
Berdasarkan penjabaran di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil
penelitian yang didapat peneliti adalah adanya perbedaan antara hasil nilai
pengetahuan ibu balita sebelum dengan setelah diberikan penyuluhan. Hal
tersebut juga didukung oleh 2 penelitian lainnya. Meskipun, hasil penelitian dari
Meikawati dan Hersoelistyorini (2007) menyatakan hal yang sebaliknya.
73
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijabarkan dalam bab hasil dan
pembahasan sebelumnya, maka peneliti membuat kesimpulan sebagai berikut.
1. Gambaran aplikasi media penyuluhan dapat terlihat dari bertambahnya
jumlah ibu balita yang mendapatkan nilai di atas 70, baik itu ibu balita gizi
kurang maupun ibu balita gizi baik. Untuk ibu balita gizi kurang
kenaikannya mencapai 66,7 % sedangkan ibu balita gizi baik kenaikannya
sebesar 37,1 %.
2. Karakteristik umur ibu balita gizi kurang dan gizi baik memiliki nilai median
yang sama, yaitu 30 tahun. Karakteristik tingkat pendidikan ibu balita
diketahui masih ada 1 orang ibu balita gizi kurang dan gizi baik yang tidak
tamat SMP. Terakhir karaktertistik status pekerjaan ibu diketahui ibu balita
gizi kurang seluruhnya tidak bekerja sedangkan ibu balita gizi baik ada 5
orang yang bekerja.
3. Karakteristik umur balita gizi kurang dan gizi baik memiliki nilai median
yang sama.
4. Seluruh ibu balita gizi kurang sebelum diberikan penyuluhan memiliki nilai
kurang dari 70. Namun setelah penyuluhan diberikan jumlah ibu yang
memiliki nilai di atas 70 bertambah menjadi 6 orang.
74
5. Jumlah ibu balita gizi kurang sebelum diberikan penyuluhan ada 14 orang
yang nilainya di bawah 70. Sedangkan setelah penyuluhan diberikan jumlah
ibu balita yang nilainya di atas 70 menjadi 23 orang.
6. Adanya perbedaan pengetahuan ibu balita gizi kurang dan gizi baik antara
sebelum dengan setelah diberikan penyuluhan terkait status balita gizi buruk
di Puskesmas Ciputat Timur, Tangerang Selatan.
7.2. SARAN
1. Peneliti menyarankan penyuluhan yang diberikan kepada responden dapat
diaplikasikan ke dalam kehidupan sehingga dapat membantu memperbaiki
masalah gizi terutama yang dialami oleh kelompok responden ibu balita gizi
kurang. Sedangkan untuk kelompok responden ibu balita gizi baik dapat
memanfaatkan pengetahuan yang telah diberikan oleh peneliti dan
menyebarluaskannya kepada ibu balita yang lain.
2. Peneliti menyarankan kepada Puskesmas Ciputat Timur untuk membuat
kegiatan penyuluhan terkait masalah status gizi balita secara menyeluruh.
Sehingga ibu balita gizi baik, gizi kurang, dan gizi buruk mendapatkan
informasi yang lebih banyak lagi. Selain itu, peneliti menyarankan untuk
melakukan pengukuran kegiatan penyuluhan yang dilakukan. Dan juga
menjadikan kegiatan penyuluhan sebagai bagian dalam kegiatan rutin
puskesmas dan dimasukan dalam laporan kegiatan dan laporan tahunan
puskesmas.
75
Sedangkan media edukasi yang telah dibuat diharapkan dapat
menjadi bahan acuan sebagai materi edukasi kesehatan atau penyuluhan
yang berkaitan dengan status gizi buruk balita. Selain itu, diharapkan juga
Puskesmas dapat mengajukan penyediaan media yang lebih bervariatif dan
lebih memiliki informasi status gizi yang diperlukan oleh ibu balita,
keluarga, serta masyarakat luas.
3. Peneliti menyarankan kepada peneliti yang lainnya untuk menguji media
edukasi dengan menggunakan metode kuantitatif agar lebih terlihat besaran
keefektifitasannya.
76
DAFTAR PUSTAKA
Al-Kaff, Raihana Nadra dan Ciptaningtyas, Ratri. 2012. Analisis Peningkatan
Pengetahuan dan Sikap Setelah Diberikan Penyuluhan Media Lembar Balik
Gizi pada Ibu atau Pengasuh Anak tentang Status Gizi Anak di Kelurahan
Rempoa, Ciputat Timur, Tangerang Selatan Tahun 2012. Jakarta: Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Almastier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Amir, Aswita. 2008. Tesis. Pengaruh Penyuluhan Model Pendampingan terhadap
Perubahan Status Gizi Anak Usia 6 -24 Bulan. Semarang: Universitas
Diponegoro.
Azwar, Saifudin. 2003. Sikap Manusia Teori Skala dan Pengukurannya. Jakarta:
Pustaka Pelajar.
Departemen Kesehatan RI. 2002. Pemantauan Pertumbuhan Balita. Jakarta: Direktorat
Gizi Departemen Kesehatan RI.
Departemen Kesehatan RI. 2004. Analisis Situasi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta:
Depkes RI.
Devi, Mazarina. 2010. Jurnal. Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap
Status Gizi Balita di Pedesaan. Volume 33, Nomor 2, September 2010: 183-192
Diakses pada tanggal 5 Mei 2015 dari
http://journal.um.ac.id/index.php/teknologi-kejuruan/article/viewFile/3054/426.
Direktorat Bina Gizi Masyarakat Departemen Kesehatan RI. 2008. Materi Inti II: Tanda
dan Gejala Klinis Anak Gizi Buruk. Diakses pada tanggal 23 Agustus 2014 dari
http://elib.fk.uwks.ac.id/asset/archieve/matkul/Ilmu%20Gizi/MATERI%20INTI
%20II.pdf.
Direktorat Bina Gizi. 2011. Petunjuk Teknis Tatalaksana Anak Gizi Buruk Buku II.
Diakses pada tanggal 30 Maret 2015 dari
http://gizi.depkes.go.id/download/Pedoman%20Gizi/GIZI%20BURUK%20II.P
DF.
77
Direktorat Bina Gizi. 2013. Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Kesehatan. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Direktorat Bina Gizi. 2013. Rencana Kerja Binaan Gizi Masyarakat Tahun 2013.
Diakses pada tanggal 19 Maret 2014 dari
http://gizi.depkes.go.id/download/Pedoman%20Gizi/bk%20rencana%20kerja%2
0gizi%20FINAL.pdf.
Effendy, Nasrul. 2003. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta:
EGC.
Ernawati, Halida dan Djewarut, Herman. 2012. Jurnal. Pengaruh Penyuluhan
Kesehatan Terhadap Peningkatan Pengetahuan Ibu Tentang Status Gizi Balita
di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Antang Perumnas Makassar. Volume 2,
Nomor 2, Tahun 2013, ISSN : 2302-1721. Diakses pada tanggal 26 Juni 2014
dari http://library.stikesnh.ac.id/files/disk1/4/e-
library%20stikes%20nani%20hasanuddin--ernawatiha-195-1-artikel2.pdf.
Gibson, Rosalind S. 2005. Principles of Nutritional Assessment, Second Edition. New
York: Oxford University Press.
Hadi, Setiawan; Sulistyowati, Enik; dan Mifbakhudin. 2005. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Indonesia. Hubungan Pendapatan Perkapita, Pengetahuan Gizi Ibu,
dan Aktivitas Fisik dengan Obesitas Anak Kelas 4 dan 5 di SD Hj. Isriati
Baiturrahman, Kota Semarang. Volume 2, Nomor 1, Tahun 2005. Diakses pada
tanggal 6 Mei 2014 dari
http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/jkmi/article/view/383/433.
Hasan Rusepno dan Alatas Husein. 2007. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Staf
Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FK UI. Jakarta: Infomedika.
Hidayat, A. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan.
Jakarta: Salemba Medika.
Kanta, Desly Ahdi. 2013. Skripsi. Pengaruh Media Pop-Up Book terhadap
Peningkatan Pengetahuan dan Intensi ASI Eksklusif Ibu Hamil di Puskesmas
Kecamatan Pesanggrahan, Jakarta Selatan Tahun 2013 . Jakarta: Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
78
Kementerian Kesehatan RI. 2011. Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak.
Jakarta: Direktorat Bina Gizi.
Kliegman, R. Nelson. 2007. Textbook of Pediatrics. USA: Saunders Elsevier.
Kosim, Sholeh M. 2008. Buku Ajar Neonatologi Edisi I. Jakarta: Badan Penerbit IDAI.
Kumar, S. 2007. Global Database on Child Growth and Malnutrition.
Kusumaningtyas, Dyah Ambarini. 2011. Pengaruh Penyuluhan Gizi Terhadap Tingkat
Pengetahuan Ibu Mengenai Pemberian Makanan Tambahan yang Baik untuk
Balita. Surakarta: Universitas Sebelas Maret (UNS).
Litbangkes Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013. Diakses
pada tanggal 20 April 2014 dari
http://depkes.go.id/downloads/riskesdas2013/Hasil%20Riskesdas%202013.pdf.
Lucie, Setiana. 2005. Teknik Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta:
Pustaka Pelajar.
Maulana, Heri D. J. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC.
Meikawati, Wulandari dan Hersoelistyorini, Wikanastri. 2007. Jurnal. Correlation
Between Mother Characteristic and Family Social Economic Status with
Undernutrition on Under Five Year Children at Kelurahan Tandang, Kecamatan
Tembalang. Diakses pada tanggal 6 Mei 2015 dari
http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/psn12012010/article/view/120/101.
Menteri Kesehatan RI. 2008. Kepmenkes Nomor 347/Menkes/IV/2008 Perihal
Penanggulangan Gizi Buruk. Departemen Kesehatan RI.
Mulyana, Deviani Widya. 2011. Pengaruh Tingkat Pengetahuan, Pendidikan,
Pendapatan, dan Perilaku Ibu Terhadap Status Balita Gizi Buruk di Kecamatan
Tegalsari dan di Kecamatan Tandes, Kota Surabaya. Jurnal UNESA
(Universitas Negeri Surabaya). Diakses pada tanggal 24 Juni 2014 dari
http://id.scribd.com/doc/143123886/PENGARUH-TINGKAT-
PENGETAHUAN-PENDIDIKAN-PENDAPATAN-DAN-PERILAKU-IBU-
TERHADAP-STATUS-BALITA-GIZI-BURUK-DI-KECAMATAN-
TEGALSARI-DAN-DI-KECAMATAN-TANDE.
Munawaroh, Laitatul. 2006. Skripsi. Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Gizi Ibu,
Pola Makan Balita dengan Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
79
Kedungwuni II Kabupaten Pekalongan Tahun 2006. Diakses pada 26 Juni 2014
dari http://www.share-pdf.com/47220c4e8d8f42829b43e12ebbfffd74/2335.pdf..
Nainggolan, Julita. 2011. Hubungan antara Pengetahuan dan Sikap Gizi Ibu dengan
Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Rajabasa Indah Kelurahan
Rajabasa Raya Bandar Lampung. Diakses pada tanggal 26 Juni 2014 dari
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/download/24/23.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka
Cipta.
Novitasari, Dewi. 2012. Faktor-Faktor Risiko Kejadian Gizi Buruk Pada Balita Yang
Dirawat Di RSUP dr. Kariadi Semarang. Diakses pada tanggal 28 Juni 2014
dari http://eprints.undip.ac.id/37466/.
Nursalam. 2001. Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta: CV,
Sagung Seto.
Nursalam. 2001. Proses dan Dokumentasi Keperawatan: Konsep dan Praktik. Jakarta:
Salemba Medika.
Palupi, Retno Dyah. 2014. Skripsi. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status
Gizi Baik dan Gizi Kurang pada Balita di Desa Dukuhwaluh, Kecamatan
Kembaran, Kabupaten Banyumas. Purwokerto: Universitas Jendral Soedirman.
Pius, Dahlan. 2001. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya: Arkola.
Pudjiadi, S. 2005. Ilmu Gizi Klinis Pada Anak. Jakarta: Gaya Baru.
Purwanti, Dian. 2010. Skripsi. Hubungan antara Pendidikan, Pengetahuan Ibu, dan
Pendapatan Keluarga dengan Status Gizi Balita di Desa Dukuhlo, Kecamatan
Bulakamba, Kabupaten Brebes. Semarang: Universitas Muhammadiyah.
Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI. 2013. Ringkasan Eksekutif Data dan Informasi
Kesehatan Provinsi Banten. Diakses pada tanggal 24 Juni 2014 dari
http://www.depkes.go.id/downloads/kunker/banten.pdf.
Rahmawati, Ira; Sudargo, Toto; dan Paramastri, Ira. 2007. Jurnal Gizi Klinik Indonesia.
Pengaruh Peyuluhan dengan Media Audio Visiul terhadap Peningkatan
Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Ibu Balita Gizi Kurang dan Buruk di
80
Kabupaten Kotawaringin Barat, Provinsi Kalimantan Tengah. Volume 4, No. 2,
November 2007: 69-77. Diakses pada 30 Maret 2015 dari
http://repository.ugm.ac.id/digitasi/download.php?file=1821_MU.11030004.pdf.
Rarastiti, Chairunisa Nur dan Syauqy, Ahmad. 2014. Journal of Nutrition College.
Hubungan Karakteristik Ibu, Frekuensi Kehadiran Anak ke Posyandu, Asupan
Energi dan Protein dengan Status Gizi Anak Usia 1-2 Tahun. Volume 3, Nomor
1, Tahun 2014, Halaman 98 – 105. Diakses pada tanggal 6 Mei 2015 dari
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jnc.
Sanjaja, B. dan Heriyanto, Albertus. 2006. Panduan Penelitian. Jakarta: Prestasi
Pustaka.
Satria. 2012. Pengertian Hipotesis Menurut Para Ahli. Diakses pada tanggal 10 Juli
2012 dari http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2286061-pengertian-
hipotesis-menurut-para-ahli/.
Seksi Perbaikan Gizi Masyarakat. 2012. Laporan Kegiatan Gizi 2011. Dinas Kesehatan
Kota Tangerang Selatan.
Seksi Perbaikan Gizi Masyarakat. 2012. Media Lembar Balik – Menuju Keluarga Sehat.
Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan.
Seksi Perbaikan Gizi Masyarakat. 2012. Media Leaflet – Gizi Buruk. Dinas Kota
Tangerang Selatan.
Sjahmenan, Nanda Pramana. 2011. Komunikasi Kesehatan Melalui Lembar Bolak-Balik
(KDRT). 2011. Dikases pada tanggal 8 April 2014 dari
http://id.scribd.com/doc/89762992/BAB-II-Komkes-Bolak-Balik-Fix.
Snetselaar, Linda. 2009. Nutrition Counseling Skills for The Nutrition Care Process,
Fourth Edition. Ontario, Canada: Jones and Bartlett Publishers.
Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya untuk Keluarga dan Masyarakat. Jakarta:
EGC.
Soekirman. 2002. Ilmu Gizi dan Aplikasinya. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Suhardjo, 2003. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. PT Bumi Aksara, Jakarta.
Suhendri, Ucu. 2009. Skripsi. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi
Anak di Bawah Lima Tahun (Balita) di Puskesmas Sepatan, Kecamatan
81
Sepatan, Kabupaten Tangerang Tahun 2009. Jakarta: Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Suiraoka, I. P.; Kusumayanti, G. A. Dewi; dan Juniarsana, I. W. 2010. Penyuluhan Gizi
dengan Media Leaflet KADARZI dan Perilaku Keluarga Sadar Gizi Ibu Balita.
Diakses pada tanggal 3 Juli 2014 dari http://poltekkes-
denpasar.ac.id/files/JIG/V1N1/Suiraoka.pdf.
Supartini, Y. 2002. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.
Suryabrata, Sumadi. 2010. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
UNICEF Indonesia. 2008. Ringkasan Kajian Gizi Ibu dan Anak. Diakses pada tanggal
23 Juni 2014 dari http://www.unicef.org/indonesia/id/A6_-
_B_Ringkasan_Kajian_Gizi.pdf.
UNICEF. 2013. Improving Child Nutrition – The achievable imperative for global
progress. Diakses pada tanggal 9 Juli 2015 dari
http://www.unicef.org/gambia/Improving_Child_Nutrition_-
_the_achievable_imperative_for_global_progress.pdf.
Walker, Allan. 2004. Pediatric Gastrointertinal Disease. USA: DC Decker.
Widodo, Yekti. 2011. Cakupan Pemberian ASI Eksklusif: Akurasi dan Interpretasi Data
Survei dan Laporan Program. Jakarta: Gizi Indonesia.
Kuesioner Penelitian Tentang Perbedaan Pengetahuan Ibu Balita Gizi Kurang
Terkait Status Balita Gizi Buruk Sebelum dan Setelah Penyuluhan
di Puskesmas Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan Tahun 2014
Saya Wahyunita Gani Wintarti salah satu mahasiswa Kesehatan Masyarakat Peminatan
Promosi Kesehatan di Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta. Saya sedang melakukan sebuah
penelitian untuk memenuhi penelitian skripsi saya. Penelitian ini tidak akan menimbulkan
kerugian bagi Ibu sekalian karena semua informasi yang Ibu berikan akan dijaga dan hanya
digunakan untuk penelitian ini saja. Saya berharap Ibu mau berpartisipasi sebagai responden
karena jawaban Ibu sangatlah penting bagi penelitian saya.
Berikut adalah pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan data diri Ibu. Atas kesediaan
Ibu menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, saya ucapkan terima kasih.
[IR1] Nama Lengkap Ibu : ______________________________
[IR2] Umur Ibu : _____________________ tahun
[IR3] Nama Lengkap Balita : ______________________________
[IR4] Umur Balita : ________ tahun _______ bulan
[IR5] Pendidikan Ibu :
a. Tamat SD (sederajat) b. Tamat SMP (sederajat)
c. Tamat SMA/SMEA/SMK d. Tamat D3/S1/S2/S3
[IR6] Pekerjaan Ibu :
a. PNS b. Karyawan Swasta
c. Wirausaha d. Ibu Rumah Tangga
[IR7] Alamat Ibu : _________________________________ No. ___ RT ___ RW ___
Kelurahan __________________________
[IR8] Nomor Telepon/Hp : ______________________________
[IR9] Pendapatan Sebulan :
a. Kurang dari 1 juta b. 1 juta – 2.442.000
c. 2.442.000 d. Lebih dari 2.442.000
Identitas Responden
[IR10] Apakah sebelumnya Ibu pernah mendapatkan pendidikan atau penyuluhan yang berkaitan
dengan gizi buruk?
a. Ya b. Tidak (Langsung ke IR12)
[IR11] Jika “Ya”, tolong jelaskan seperti apa penyuluhannya? (tema, waktu pelaksanaan, dll)
[IR12] Apakah pada Posyandu tempat Ibu tinggal terdapat media (seperti poster/leaflet/brosur)
yang berisikan informasi terkait masalah gizi buruk?
a. Ya b. Tidak
[IR13] Apakah pada Posyandu tempat Ibu tinggal bidan atau kader pernah memberikan
penyuluhan terkait masalah gizi buruk?
a. Ya b. Tidak
[IR14] Apakah di lingkungan sekitar tempat Ibu tinggal terdapat media informasi yang berkaitan
dengan masalah gizi buruk?
a. Ya b. Tidak
[IR15] Apakah di lingkungan sekitar tempat Ibu tinggal pernah dilakukan penyuluhan oleh Tokoh
Masyarakat atau Tokoh Agama yang berkaitan dengan masalah gizi buruk?
a. Ya b. Tidak
[IR16] Menurut Ibu, fasilitas yang ada di Puskesmas Ciputat Timur apakah sudah memadai untuk
menangani kasus gizi buruk? Jelaskan…
[IR17] Menurut Ibu, apakah pelayanan kesehatan yang ada di sekitar tempat tinggal Ibu dapat
diakses dengan mudah? Bagaimanakah pelayanannya?
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan melingkari (O) atau menyilang (X)
jawaban sesuai dengan apa yang diketahui Ibu.
1. Menurut Ibu manakah yang dimaksud dengan gizi buruk?a. Keadaan kurang gizi tingkat berat diakibatkan rendahnya konsumsi energi dan protein dalam waktu yang lamab. Keadaan fisik balita yang kurus karena kekurangan konsumsi makanan bergizic. Keadaan berat badan menurut umur balita ditimbang berada pada posisi ≤ 3SD pada tabel bakud. Keadaan berat badan balita ditimbang berada pada posisi di bawah garis merah pada KMS (Kartu Menuju Sehat)
2. Menurut Ibu manakah ciri-ciri gizi buruk?a. Balita sangat kurus, tidak edema, lingkar lengan balita kurang dari 11,5 cmb. Balita sangat kurus, edema, lingkar lengan balita kurang dari 12,5 cmc. Balita sangat kurus, tidak edema, BB/TB kurang dari – 3 SD, lingkar lengan kurang dari 12,5 cmd. Balita sangat kurus, edema, BB/TB kurang dari – 3 SD, lingkar lengan kurang dari 11,5 cm
3. A. Menurut Ibu manakah faktor risiko atau penyebab gizi buruk? (Jawaban boleh lebih dari 1)a. Kurangnya asupan makananb. Tidak lengkapnya imunisasic. Pengetahuan ibu terkait gizi rendahd. Penyakit bawaane. Berat badan lahir rendah (BBLR)f. Air Susu Ibu (ASI) tidak eksklusifg. Lainnya, sebutkan ___________________________________________
3. B. Menurut Ibu manakah faktor risiko atau penyebab yang paling dominan yang membuat anak Ibumengalami gizi kurang?a. Kurangnya asupan makananb. Tidak lengkapnya imunisasic. Pengetahuan ibu terkait gizi rendahd. Penyakit bawaane. Berat badan lahir rendah (BBLR)f. Air Susu Ibu (ASI) tidak eksklusifg. Lainnya, sebutkan ___________________________________________
4. Menurut Ibu jenis penyakit mana yang dapat menyebabkan terjadinya gizi buruk pada balita?(Jawaban boleh lebih dari 1)a. Diareb. Tuberkulosisc. HIV/AIDSd. Hepatitise. Malariaf. Demamg. Demam Berdarah Dengue (DBD)h. Influenzai. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)j. Lainnya, sebutkan ___________________________________________
PRE-TEST
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan melingkari (O) atau menyilang (X)
jawaban sesuai dengan apa yang diketahui Ibu.
5. Menurut Ibu bagaimana cara pencegahan gizi buruk? (Jawaban boleh lebih dari 1)a. Berikan ASI eksklusifb. Berikan makanan bergizic. Berikan imunisasi yang lengkapd. Rutin mengikuti penimbangan setiap bulan di Posyandue. Lainnya, sebutkan ___________________________________________
6. Menurut Ibu bagaimana cara penanganan gizi buruk? (Jawaban boleh lebih dari 1)a. Segera dibawa ke rumah sakitb. Minta surat pengantar dari Posyanduc. Laporkan ke ketua RTd. Laporkan ke bidan desae. Berikan ASI eksklusif, jika balita masih 0-6 bulanf. Berikan PMT-Pemulihan untuk balita 6-59 bulang. Berikan makanan yang bergizih. Berikan susu formulai. Lainnya, sebutkan ___________________________________________
7. Menurut Ibu apakah gizi buruk berpengaruh kepada tumbuh kembang anak?a. Yab. Tidakc. Tidak Tahu
8. Apa dampak gizi buruk bagi tumbuh kembang anak? (Jawaban boleh lebih dari 1)a. Gangguan IQb. Ukuran tubuh tidak optimalc. Emosi tidak terkontrold. Keadaan fisik yang tidak sesuai dengan usianyae. Daya tahan tubuh lemahf. Lainnya, sebutkan ___________________________________________
9. Apakah Ibu mengetahui manfaat asupan makanan bergizi bagi anak?a. Ya, jelaskan _________________________________________________________________b. Tidakc. Tidak Tahu
10. Variasi pangan mana menurut Ibu yang paling baik bagi balita? (Jawaban boleh lebih dari 1)Nasi Jagung Coklat Kacang Hijau
Bubur Instan Gorengan Mie Instan NuggetIkan Tahu Makanan Ringan Ayam
Teh Manis Es Krim Madu SusuAir Putih Kacang Merah Bayam Wortel
Sawi Bihun Pisang JerukPermen Cilok Roti Otak-Otak
Lainnya, sebutkan ___________________________________________
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan melingkari (O) atau menyilang (X)
jawaban sesuai dengan apa yang diketahui Ibu.
1. Menurut Ibu manakah yang dimaksud dengan gizi buruk?a. Keadaan kurang gizi tingkat berat diakibatkan rendahnya konsumsi energi dan protein dalam waktu yang lamab. Keadaan fisik balita yang kurus karena kekurangan konsumsi makanan bergizic. Keadaan berat badan menurut umur balita ditimbang berada pada posisi ≤ 3SD pada tabel bakud. Keadaan berat badan balita ditimbang berada pada posisi di bawah garis merah pada KMS (Kartu Menuju Sehat)
2. Menurut Ibu manakah ciri-ciri gizi buruk?a. Balita sangat kurus, tidak edema, lingkar lengan balita kurang dari 11,5 cmb. Balita sangat kurus, edema, lingkar lengan balita kurang dari 12,5 cmc. Balita sangat kurus, tidak edema, BB/TB kurang dari – 3 SD, lingkar lengan kurang dari 12,5 cmd. Balita sangat kurus, edema, BB/TB kurang dari – 3 SD, lingkar lengan kurang dari 11,5 cm
3. A. Menurut Ibu manakah faktor risiko atau penyebab gizi buruk? (Jawaban boleh lebih dari 1)a. Kurangnya asupan makananb. Tidak lengkapnya imunisasic. Pengetahuan ibu terkait gizi rendahd. Penyakit bawaane. Berat badan lahir rendah (BBLR)f. Air Susu Ibu (ASI) tidak eksklusifg. Lainnya, sebutkan ___________________________________________
3. B. Menurut Ibu manakah faktor risiko atau penyebab yang paling dominan yang membuat anak Ibumengalami gizi kurang?a. Kurangnya asupan makananb. Tidak lengkapnya imunisasic. Pengetahuan ibu terkait gizi rendahd. Penyakit bawaane. Berat badan lahir rendah (BBLR)f. Air Susu Ibu (ASI) tidak eksklusifg. Lainnya, sebutkan ___________________________________________
4. Menurut Ibu jenis penyakit mana yang dapat menyebabkan terjadinya gizi buruk pada balita?(Jawaban boleh lebih dari 1)a. Diareb. Tuberkulosisc. HIV/AIDSd. Hepatitise. Malariaf. Demamg. Demam Berdarah Dengue (DBD)h. Influenzai. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)j. Lainnya, sebutkan ___________________________________________
POST-TEST
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan melingkari (O) atau menyilang (X)
jawaban sesuai dengan apa yang diketahui Ibu.
5. Menurut Ibu bagaimana cara pencegahan gizi buruk? (Jawaban boleh lebih dari 1)a. Berikan ASI eksklusifb. Berikan makanan bergizic. Berikan imunisasi yang lengkapd. Rutin mengikuti penimbangan setiap bulan di Posyandue. Lainnya, sebutkan ___________________________________________
6. Menurut Ibu bagaimana cara penanganan gizi buruk? (Jawaban boleh lebih dari 1)a. Segera dibawa ke rumah sakitb. Minta surat pengantar dari Posyanduc. Laporkan ke ketua RTd. Laporkan ke bidan desae. Berikan ASI eksklusif, jika balita masih 0-6 bulanf. Berikan PMT-Pemulihan untuk balita 6-59 bulang. Berikan makanan yang bergizih. Berikan susu formulai. Lainnya, sebutkan ___________________________________________
7. Menurut Ibu apakah gizi buruk berpengaruh kepada tumbuh kembang anak?a. Yab. Tidakc. Tidak Tahu
8. Apa dampak gizi buruk bagi tumbuh kembang anak? (Jawaban boleh lebih dari 1)a. Gangguan IQb. Ukuran tubuh tidak optimalc. Emosi tidak terkontrold. Keadaan fisik yang tidak sesuai dengan usianyae. Daya tahan tubuh lemahf. Lainnya, sebutkan ___________________________________________
9. Apakah Ibu mengetahui manfaat asupan makanan bergizi bagi anak?a. Ya, jelaskan _________________________________________________________________b. Tidakc. Tidak Tahu
10. Variasi pangan mana menurut Ibu yang paling baik bagi balita? (Jawaban boleh lebih dari 1)Nasi Jagung Coklat Kacang Hijau
Bubur Instan Gorengan Mie Instan NuggetIkan Tahu Makanan Ringan Ayam
Teh Manis Es Krim Madu SusuAir Putih Kacang Merah Bayam Wortel
Sawi Bihun Pisang JerukPermen Cilok Roti Otak-Otak
Lainnya, sebutkan ___________________________________________
Media Lembar Balik
Media Lembar Balik
Media Lembar Balik
Capture Konten VideoCapture Konten VideoCapture Konten Video
HASIL OUTPUT IBU BALITA GIZI KURANG DAN GIZI BAIK
Hasil Output Ibu Balita Gizi Kurang
umur ibu median
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid < 31 3 33.3 33.3 33.3
>= 31 6 66.7 66.7 100.0
Total 9 100.0 100.0
umur balita median
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid < 2 3 33.3 33.3 33.3
>= 2 6 66.7 66.7 100.0
Total 9 100.0 100.0
pendidikan ibu
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid < Tamat SMP 1 11.1 11.1 11.1
>= tamat SMP 8 88.9 88.9 100.0
Total 9 100.0 100.0
skor pretes 70
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid <= 70 9 100.0 100.0 100.0
KERJA IBU
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid TIDAKKERJA
9 100.0 100.0 100.0
skor postes 70
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid <= 70 3 33.3 33.3 33.3
> 70 6 66.7 66.7 100.0
Total 9 100.0 100.0
Hasil Uji Wilcoxon Ibu Balita Gizi Kurang
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
NILAI PENGETAHUAN IBU
SETELAH - NILAI
PENGETAHUAN IBU
SEBELUM
Negative Ranks 0a .00 .00
Positive Ranks 9b 5.00 45.00
Ties 0c
Total 9
a. NILAI PENGETAHUAN IBU SETELAH < NILAI PENGETAHUAN IBU SEBELUM
b. NILAI PENGETAHUAN IBU SETELAH > NILAI PENGETAHUAN IBU SEBELUM
c. NILAI PENGETAHUAN IBU SETELAH = NILAI PENGETAHUAN IBU SEBELUM
Test Statisticsb
NILAI
PENGETAHUAN
IBU SETELAH -
NILAI
PENGETAHUAN
IBU SEBELUM
Z -2.677a
Asymp. Sig. (2-tailed) .007
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Hasil Output Ibu Balita Gizi Baik
umur ibu median
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid < 30 13 48.1 48.1 48.1
>= 30 14 51.9 51.9 100.0
Total 27 100.0 100.0
umur balita median
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid < 2 8 29.6 29.6 29.6
>= 2 19 70.4 70.4 100.0
Total 27 100.0 100.0
pendidikan ibu tamat SMP
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid < tamat SMP 1 3.7 3.7 3.7
>= tamat SMP 26 96.3 96.3 100.0
Total 27 100.0 100.0
KERJA IBU
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid TIDAKKERJA
22 81.5 81.5 81.5
KERJA 5 18.5 18.5 100.0
Total 27 100.0 100.0
skor pretes [cut of point]
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid <= 70 14 51.9 51.9 51.9
> 70 13 48.1 48.1 100.0
Total 27 100.0 100.0
skor postes [cut of point]
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid <= 70 4 14.8 14.8 14.8
> 70 23 85.2 85.2 100.0
Total 27 100.0 100.0
Hasil Uji Wicoxon Ibu Balita Gizi Baik
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
NILAI PENGETAHUAN IBU
SETELAH - NILAI
PENGETAHUAN IBU
SEBELUM
Negative Ranks 0a .00 .00
Positive Ranks 19b 10.00 190.00
Ties 8c
Total 27
a. NILAI PENGETAHUAN IBU SETELAH < NILAI PENGETAHUAN IBU SEBELUM
b. NILAI PENGETAHUAN IBU SETELAH > NILAI PENGETAHUAN IBU SEBELUM
c. NILAI PENGETAHUAN IBU SETELAH = NILAI PENGETAHUAN IBU SEBELUM
Test Statisticsb
NILAI
PENGETAHUAN
IBU SETELAH -
NILAI
PENGETAHUAN
IBU SEBELUM
Z -3.846a
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test