9
Umat Islam Itu Egois Assalam mu’alaikum.. Pastinya kita semua (muslim) menyadari, bahwa saat ini umat Islam sudah begitu banyak yang kehilangan rasa peduli terhadap sekitarnya. Entah itu lingkungan kerja, tempat tinggal, ataupun pergaulan di masyarakat. Kita senantiasa sibuk mengejar duniawi dan beribadah siang malam memikirkan keselamatan diri sendiri, hanya supaya terhindar dari azab- Nya. Ibadah kita cuma sekedar rutinitas tanpa kualitas, yang penting bagaimana kelak di masa mendatang diri kita tidak masuk neraka. Astaghfirullah!! Sebegitu PDnya kah kita akaan surga? Semua juga bisa melihat, bahwa umat ini hanya terlihat kuat dari kulitnya saja. Seperti halnya ketika sholat berjama’ah. Kita berada dalam satu mesjid, satu imam, satu gerakan sholat, satu bacaan sholat. Berdiri rapat sejajar dalam barisan shaf, tidak peduli apa jabatan dan harta kekayaannya. Tapi begitu sholat berjama’ah selesai, berhamburanlah kita semua keluar dari mesjid seperti anai-anai dengan tabiatnya masing-masing. Ada yang tetap korup, ada yang masih suka cabul, ada yang hobby bergunjing, dan lain-lain. Menyedihkan bukan? Padahal manusia sengaja diciptakan oleh Allah di muka bumi ini sebagai KHALIFAH (pemimpin), dan tentunya kita (muslim) hukumnya WAJIB untuk tetap saling mengingatkan bila ada kekhilafan dan kebathilan. Walaupun pasti banyak juga yang tak akan sepaham dengan apa yang kita lakukan untuk tegaknya kebenaran. Malah mereka berujar, ” SOK ALIM LO! MEREKA SENANG2 KAN TIDAK GANGGUIN ELO! BIARIN AJA KEQ MEREKA JADI BAJINGAN, KOQ ELO YANG AMBIL PUSING?” Percaya deh, satu orang saja berbuat maksiat dan kita hanya diam cuek bebek, pasti teguran dan azab itu akan datang menimpa kita semuanya. Apalagi kalau yang berbuat maksiat itu satu negara, Masya Allah… Yakin nih mau menantang amarah Dia? Maka selamatkan segera akidah serta akhlak anak-anak dan keluarga kita sedini mungkin.

Artikel bahasa Indonesia.docx

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Artikel bahasa Indonesia.docx

Umat Islam Itu EgoisAssalam mu’alaikum..

Pastinya kita semua (muslim) menyadari, bahwa saat ini umat Islam sudah begitu banyak yang kehilangan rasa peduli terhadap sekitarnya. Entah itu lingkungan kerja, tempat tinggal, ataupun pergaulan di masyarakat. Kita senantiasa sibuk mengejar duniawi dan beribadah siang malam memikirkan keselamatan diri sendiri, hanya supaya terhindar dari azab-Nya. Ibadah kita cuma sekedar rutinitas tanpa kualitas, yang penting bagaimana kelak di masa mendatang diri kita tidak masuk neraka. Astaghfirullah!! Sebegitu PDnya kah kita akaan surga?

Semua juga bisa melihat, bahwa umat ini hanya terlihat kuat dari kulitnya saja. Seperti halnya ketika sholat berjama’ah. Kita berada dalam satu mesjid, satu imam, satu gerakan sholat, satu bacaan sholat. Berdiri rapat sejajar dalam barisan shaf, tidak peduli apa jabatan dan harta kekayaannya. Tapi begitu sholat berjama’ah selesai, berhamburanlah kita semua keluar dari mesjid seperti anai-anai dengan tabiatnya masing-masing. Ada yang tetap korup, ada yang masih suka cabul, ada yang hobby bergunjing, dan lain-lain. Menyedihkan bukan?

Padahal manusia sengaja diciptakan oleh Allah di muka bumi ini sebagai KHALIFAH (pemimpin), dan tentunya kita (muslim) hukumnya WAJIB untuk tetap saling mengingatkan bila ada kekhilafan dan kebathilan. Walaupun pasti banyak juga yang tak akan sepaham dengan apa yang kita lakukan untuk tegaknya kebenaran. Malah mereka berujar, ” SOK ALIM LO! MEREKA SENANG2 KAN TIDAK GANGGUIN ELO! BIARIN AJA KEQ MEREKA JADI BAJINGAN, KOQ ELO YANG AMBIL PUSING?”

Percaya deh, satu orang saja berbuat maksiat dan kita hanya diam cuek bebek, pasti teguran dan azab itu akan datang menimpa kita semuanya. Apalagi kalau yang berbuat maksiat itu satu negara, Masya Allah… Yakin nih mau menantang amarah Dia? Maka selamatkan segera akidah serta akhlak anak-anak dan keluarga kita sedini mungkin.

Tahukah anda sapu lidi? Bila sebatang lidi saja maka tidak ada nilainya dan malahan hanya menjadi ’sampah’, tapi bila sebatang demi sebatang dihimpun maka akan menjadi kekuatan yang luar biasa untuk menyapu ‘onggokan sampah’. Begitu juga dengan kita (muslim). Tapi, apakah mungkin kita bisa seperti ikatan sapu lidi itu?

Wallahu’alam.

Page 2: Artikel bahasa Indonesia.docx

Antara Menyelamatkan Bumi dengan Ego Manusia

“Panas sekali siang ini yha…” kalimat tersebut mungkin adalah kalimat yang sering terdengar oleh kita. Atau kalimat “Bukannya sudah seharusnya musim kemarau, tapi kok masih hujan yha…” Ada yang bisa menjawab pertanyaan tersebut secara ilmiah? Saya yakin semua pasti bisa menjawabnya. Ya benar. Semua hal di atas pangkalnya hanya satu. “Global warming”. Saya kira saya tidak perlu menjelaskan apa itu Global warming karena kata-kata tersebut sudah sangat familiar di telinga kita. Global Warming tidak akan terjadi jikalau bumi ini masih hijau dan segar. Hijau di sini maksudnya adalah masih banyak pepohonan yang bisa menyerap Co₂ sebanyak-banyaknya dan menghasilkan O₂ sebanyak-banyaknya pula agar manusia bisa menghirup udara segar dan lapisan ozon tidak bocor. Rasanya seruan agar kita memelihara bumi ini dengan cara penghijauan sudah menjadi tema yang sangat pasaran. Kenapa pasaran? Karena ibarat orang berbicara dengan tembok. Seruan tersebut dianggap angin belaka bagi kebanyakan orang. Banyak orang yang mengajak untuk melakukan hal semacam itu, tetapi banyak juga orang yang tak menghiraukannya. Memang ketika diberi penyuluhan tentang bahaya hutan gundul, global warming, dll orang tersebut sadar akan bahayanya. Tetapi lihat saja beberapa hari ke depan apa yang dia lakukan. Penyuluhan tersebut ibarat suara yang masuk telinga kanan keluar telinga kiri. Mungkin memang orang jaman sekarang sudah tergantung dengan teknologi. Salah satu contohnya Air Conditioner. Ketika panas datang, yang ada dalam pikiran orang jaman sekarang adalah “Andaikan saja ada AC disini.” Hanya itu yang ada dalam pikiran mereka. Mungkin hanya berbeda redaksinya. Hanya sedikit orang yang berpikir tentang bumi. Seperti apa bumi sekarang? Mau bagaimana bumi ke depannya? Hanya sedikit orang yang berpikir seperti itu.

Kalau sudah begini apa yang seharusnya dilakukan? Pertanyaan yang gampang sebenarnya. Tetapi apakah semua orang bisa mencari solusi yang tepat untuk menyelamatkan bumi kita agar hijau kembali? Atau dalam bahasa kerennya “go green.” Rasanya memang kita sendiri yang harus bergerak untuk menyelamatkan bumi ini. Mulailah dengan hal kecil terlebih dahulu. Itu sudah cukup membantu. Menanam pepohonan di depan rumah mungkin? Atau tidak menggunakan kendaraan bermotor? Itu terserah anda bagaimana caranya. Tapi yang jelas, saat ini cara yang paling efektif untuk menyelamatkan bumi kita bukanlah dengan penyluhan lagi, melainkan diri kita lah yang seharusnya bergerak tanpa perlu menunggu perintah dan bencana yang menimpa kita. Terasa susah memang ketika hanya kita yang memikirkan dan bertindak untuk menyelamatkan bumi sedangkan orang lain hanya enak melihat kita dan menikmati hasil kerja kita. Tapi ingatlah teman, bahwa ALLAH itu melihat apa yang dilakukan oleh kita. Ikhlaskan hati anda dan niatkan lah untuk beribadah kepada-Nya. Dengan begitu kita akan terus termotivasi untuk melakukan perubahan agar bumi kita selamat. Bergeraklah teman sebelum semuanya terlambat. Keep green our earth!

Page 3: Artikel bahasa Indonesia.docx

No Time For Love

Cinta adalah sebuah kata yang paling romantis, cinta adalah suatu perasaan kepada orang lain, cinta itu buta, cinta itu gila. Banyak kata-kata yang mengartikan cinta.

Cinta adalah lukisan abadi dalam kanvas kesadaran manusia. Lukisan. Bukan difenisi. Ia disentuh sebagai sebuah situasi manusiawi, dengan detil-detil nuansa yang begitu rumit. Tapi dengan pengaruh yang tellalu dahsyat. Cinta merajut semua emosi manusia dalam berbagai pristiwa kehidupannya menjadi sublih: begitu agung tapi juga terlalu rumit.( Anis Mata)

Cinta ditakdirkan menjadi kata tanpa benda. Tidak terlihat. Hanya terasa. Tapi dahsyat. Siapa yang tidak pernah mendengar kisah Romeo dan Juliet, Romeo membunuh diri ketika mendengar Juliet telah tiada, dan begitu juga dengan Juliet yang meminum racun ketika Romeo bunuh diri. Itulah betapa dahsyatnya cinta. Tetapi jika kita tidak bisa menggontrol kedahsyatan cinta, kita akan sesat untuk jangka waktu yang lama.

Tapi ketika kita memasuki masa remaja yang begitu indah dan mengenal namanya cinta. Dunia terasa berbunga-bunga. Setelah mengenal namanya cinta selanjutnya yaitu pacaran. Pacaran seperti halnya cinta yang tidak terdefenisikan dengan kata-kata. Ada yang bilang kalau lagi pacaran dunia ini terasa milik kita berdua, mungkin yang lain kontrak. Seharusnya Remaja tidak pacaran terlebih dahulu yang lebih di masa lagi belajar. Karena pacaran lebihh banyak keburukan dari pada manfaatnya. Walaupun banyak orang yang berkata kalau pacaran untuk menjadi semangat biar belajar, tapi itu semua tidak benar, orang yang pacaran ketika Ia sedang belajar yang semulanya satu jam setengah hanya tersisa sebuluh menit yang sisanya hanya untuk memikirkan kata-kata sang pacar tadi pagi, ataupun sibuk membalas sms sang pacar.

Dan bagi remaja yang tidak pacaran bukan karena tidak laku atau tidak dapat izin dari orang tua tetapi hnya karena Allah, adalah remaja pilihan. Remaja yang yakin sepenuhnya kepada Allah atas jodohnya, dan ia tidak ingin membuang-buang uang dan waktunya untuk pacaran. Dari pada mencurahkan rasa cinta kita kepada lawan jenis yang belum jelas masa depannya, lebih baik mencurahkan rasa cinta kepada Ayah dan Ibunda tercinta. Terutama kepada Ibu yang telah mengandung kita selama sembilan bulan dalam keadaan susah payah, melahirkan kita dengan taruhan nyawanya sendiri, menyusui kita selama 2 tahun ,dan masih banyak kebaikan ibu kita. Tidak sepantasnya Remaja lebih mementingkan pacarnya dari pada kedua orang tuanya yang begitu hebat luar biasa.

Marilah kita alihkan energi cinta kita bukan untuk melihat pacar adalah orang yang terbaik untuk kita tapi untuk mempersiapkan diri saat diberikan oleh Allah Jodoh.

Page 4: Artikel bahasa Indonesia.docx

Pecinta sejati bukanlah Ia yang memamerkan cintanya tapi pecinta sejati adalah iya yang siap berkomitmen kepada seseorang yang dititipkan oleh Allah untuk kita.

Diam Itu Emas

Diam itu bukan berarti kosong,Diam itu bukan berarti hampa,Diam itu bukan berarti tidak mengerti,Diam itu bukan berarti tak peduli,

Diam itu penutup segala kebodohan,Diam itu perhiasan tanpa berhias,Diam itu kehebatan tanpa kerajaan,Diam itu benteng tanpa pagar,Diam itu penutup segala aib,Diam itu ibadah yang tanpa bersusah payah,Diam itu perhiasan bibir tanpa berhias dengan pemerah,Diam itu kekayaan tanpa meminta kepada orang,Diam itu istirahat bagi kedua malaikat pencatat amal.

Tapi …Jangan diam saat orang bekerjaJangan diam saat kejujuran dikoyakJangan diam saat keburukan ada didepanmuJangan diam saat hatimu pilu, berdzikirlah supaya hatimu tenangJangan diam saat harus bicaraJangan diam saat ditanya, meski jawabnya ‘tidak tahu’Jangan diam saat imam selesai membaca Al-Fatihah.. bacalah Amin..Jangan diam saat Engkau berdoa

Diam yang baik itu…Diam sedang menyerap ilmu,Diam ingin mencari makna,Diam sedang merajut asa,Diam sedang memperhatikan,Diam karena ilmu nya orang tua,Diam karena mendengarkan,Diam sedang menahan ghibah dan dusta,Diam sedang menahan amarah,Diam sedang berpikir,Diam sedang berdoa dalam hati,Diam sedang mencari solusi.Diam sedang menyembunyikan keikhlasan,

Page 5: Artikel bahasa Indonesia.docx

Itulah kenapa… DIAM itu EMAS..=============

Sungguh lidah memang tak bertulang, setiap gerakannya akan menggetarkan pita suara, dan suara yang keluar jika tak bernilai kebaikan sebaiknya diam, dan mustinya harus selalu diingat bahwa setiap gerakan lidah akan dimintai pertanggungjawaban oleh  ALLAH di peradilan ALLAH nanti.

Iya lidah dan ucapan akan dihisab, bicara apa dan berkata apa. Di peradilan ALLAH tidak ada pengacara yang akan membela. Di sana lidah hanya akan berkata jujur tentang semua yang pernah diucapkannya, dan betullah seharusnya kita DIAM ketika tidak bisa berkata benar.

“Kalau dihina ?” gak usah dibalas dengan hinaan. rugi mengotori lidah dengan menghina orang itu lagi. Ketika ada orang yang menghina, sesungguhnya orang itu sedang menghina dirinya sendiri. Ketika membalas dengan hinaan, apa bedanya dengan dia.  Jangan.. jangan..  pahala dan energi bisa habis hanya untuk membalas sesuatu yang gak penting lagi buat kita bukan? biarkan saja… sudahi dengan DIAM dan senyum manis.

Berhati-hatilah, karena lidah lebih tajam dari pedang (pesan sayyidina Umar bin Khottob).

Kata orang ”Setan itu mencari sahabat sahabatnya dan ALLAH melindungi kekasih kekasihNYA” salah satu agar dicintai ALLAH dan menjadi kekasih ALLAH adalah dengan menjadi ahli dzikir dan sifat dari para ahli dzikir itu “diamnya dzikir, bicaranya dakwah” …

Firman-ALLAH, “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya. Yaitu, ketika dua malaikat mencatat amal perbuatannya, yang satu duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada satu ucapan pun yang diucapkannya melainkan di dekatnya ada malaikat yang selalu hadir.“ (QS Qaf: 16-18).

”Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhirat, maka hendaklah ia berkata yang baik atau diam”. (Riwayat BUKHARI & MUSLIM)

”Barangsiapa diam maka ia terlepas dari bahaya”.(Riwayat AT-TARMIZI)

“Allah memberi rahmat kepada orang-orang yang berkata baik lalu mendapat keuntungan, atau diam lalu mendapat keselamatan.” (HR Ibnu Mubarak).

Sahabat, doakan saya (pengurus web ini), ibunda saya dan keluarga saya ya.. . Agar diberikan kesehatan, mudah dalam segala urusan, serta terkabul segala hajat dan keinginan  (saat ini saya ingin berumroh dan renovasi rumah).  Semoga putra saya menjadi khafidz. Saya doakan agar sahabat pun mendapatkan apa yang sahabat doakan untuk saya dan keluarga.  Al Faatihah..

Page 6: Artikel bahasa Indonesia.docx

Kebencian Hari Ini, Petaka Esok Hari

Sahabat, percayakah anda, sebuah dendam dan kebencian yang ditebar hari ini membuahkan celaka bagi generasi mendatang? Mari kita tengok.

Berapa sering kita mendengar banyaknya korban akibat ranjau yang ditanam saat perang puluhan tahun silam. Di Rusia, Cina, Kolombia, Kamboja, Jenewa, Irak, Afganistan,  negara-negara Afrika, dan lain-lain.

Ranjau-ranjau itu adalah sisa-sisa amarah, bekas-bekas angkara, dan jejak-jejak amuk, dan bekas-bekas kebencian. Kebencian atas penindasan dan ketidak adilan. Kebencian akan perilaku adikuasa.

Kita tak pernah tahu kapan semua itu akan tersapu bersih. Meski damai telah dijabattangankan, siapa bisa menjamin tak ada penyesalan di kemudian hari? Betapa mahalnya sebuah kebencian.

Hal ini mengajarkan pada kita untuk tidak hanya mempertimbangkan apa yang terjadi pada esok hari akibat perbuatan kita hari ini. Ketika kita membenci sesuatu, maka kebencian itu akan beranak pinak, dan akan kembali kepada kita sebesar kebencian yang kita tebarkan.

Mari tanyakan pada diri sendiri, buat apa kebencian ini? Adakah manfaatnya? Adakah akibat diesok hari buat diri kita dan anak cucu kita? Adakah jalan yang lebih baik? Karena ranjau-ranjau kebencian itu akan melukai orang yang membenci, juga orang yang dibenci. Dua-duanya sama-sama terluka.

Namun ada yang harus digaris bawahi, bahwa kebencian tidaklah sama dengan ketegasan sikap dalam menegakkan aturan dan batas-batas norma kehidupan. Kebencian lebih condong mengarah pada subjek, sedang ketegasan lebih mengacu pada perilaku dan perbuatan.

Semakin jauh kita memandang ke depan, semestinya semakin besar nilai perbuatan kita hari ini bagi kemanusiaan.  Semakin berhati-hati dalam menentukan langkah dalam bertindak.

Salam..