26
RSFR Kamis, 10 Januari 2013 MAKALAH GASTRITIS Tugas EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TIDAK MENULAR (EPTM) GASTRITIS <!--[if !vml]--> <!--[endif]--> OLEH : AKMAL NOVRIAN SYAHRUDDIN 70200110005 KESMAS A JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT

Artikel Gastritis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Patofisiologi

Citation preview

Page 1: Artikel Gastritis

RSFR Kamis, 10 Januari 2013

MAKALAH GASTRITIS Tugas 

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TIDAK MENULAR (EPTM)

GASTRITIS

<!--[if !vml]--> <!--[endif]-->

OLEH :AKMAL NOVRIAN SYAHRUDDIN

70200110005KESMAS A

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDINMAKASSAR

Page 2: Artikel Gastritis

2012

KATA PENGANTAR

<!--[if !vml]--> <!--[endif]-->

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya

sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah ini.

Penyusun bersyukur karena dengan kodrat dan iradat Allah SWT. Penyusun dapat

menyelesaikan tugas dengan baik. Namun dengan kerendahan hati, keterbukaan tangan dan

keleluasaan waktu “tak ada gading yang tak retak” oleh karena itu penyusun berterima kasih

akan saran dan kritik sahabat pembaca budiman. Semoga memberikan manfaat bagi kita

semua

Akhirnya semoga makalah ini dapat menjadi ladang amal saleh yang diterima oleh

Allah SWT, ilmu yang bermanfaat dan menjadi bagian dalam mewujudkan agen of change

kearah yang diridhai Allah SWT. Amin.

Makassar, des 2012

Penyusun

BAB I

PENDAHULUAN

<!--[if !supportLists]-->A.    <!--[endif]-->LATAR BELAKANG

Saat ini dengan semakin modernnya zaman, semakin banyak juga penyakit yang timbul

akibat gaya hidup manusia dan penularan bakteri. Salah satunya adalah penyakit gastritis,

yang terjadi karena inflamasi yang terjadi pada lapisan lambung yang menjadikan sering

merasa nyeri pada bagian perut. Penyakit ini tidak bisa menular tapi biasanya bakteri

Helycobacter pylori masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan.

Page 3: Artikel Gastritis

Gastritis adalah proses inflamsi pada lapisan mukosa dan sub mukosa lambung. Secara

histopastologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltarsi sel-sel radang pada daerah tersebut.

Gastritis merupakan salah satu penyakit yang banyak dijumpai di klinik atau ruangan

penyakit dalam pada umumnya. Kejadian penyakit gastritis meningkat sejak 5 – 6 tahun ini

bisa menyerang semua jenis kelamin karena pola makan yang buruk dan kebiasaan

mengkonsumsi alkohol dan merokok. Penyakit gastritis ini lebih menyerang kepada usia

remaja sampai dewasa sehingga butuh perawatan khusus karena akan menggaggu masa tua

kita semua,sehingga dibutuhkan pengetahuan untuk mengobati dan lebih baik lagi untuk

mencegah terjadinya penyakit ini sejak dini

<!--[if !supportLists]-->B.     <!--[endif]-->RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :

<!--[if !supportLists]-->1.      <!--[endif]-->Apakah pengertian penyakit gastritis?

<!--[if !supportLists]-->2.      <!--[endif]-->Bagaimanakah epidemologi penyakit gastritis ?

<!--[if !supportLists]-->3.      <!--[endif]-->Bagaimanakah klasifikasi penyakit gastritis ?

<!--[if !supportLists]-->4.      <!--[endif]-->Bagaimanakah pathogenesis penyakit gastritis ?

<!--[if !supportLists]-->5.      <!--[endif]-->Apa sajakah faktor resiko penyakit gastritis ?

<!--[if !supportLists]-->6.      <!--[endif]-->Bagaimanakah gejala klinis penyakit gastritis ?

<!--[if !supportLists]-->7.      <!--[endif]-->Bagaimanakah diagnosis penyakit gastritis ?

<!--[if !supportLists]-->8.      <!--[endif]-->Bagaimanakah pencegahan penyakit gastritis ?

<!--[if !supportLists]-->9.      <!--[endif]-->Bagaimanakah pengobatan/penanggulangan penyakit gastritis

?

BAB II

ISI

<!--[if !supportLists]-->A.    <!--[endif]-->PENGERTIAN

Gastritis adalah suatu istilah kedokteran untuk suatu keadaan inflamasi jaringan

mukosa (jaringan lunak) lambung. Gastritis atau yang lebih dikenal dengan magh berasal dari

bahasa Yunani yaitu gastro, yang berarti perut/lambung dan itis yang berarti inflamasi atau

peradangan. Gastritis bukan merupakan penyakit tunggal, tetapi terbentuk dari beberapa

kondisi yang kesemuanya itu mengakibatkan peradangan pada lambung.

Salah satu bentuk gastritis akut yang sering dijumpai di klinik ialah gastritis akut

erosive. Gastritis akut erosif adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang akut

dengan kerusakan-kerusakan erosi. Disebut erosif apabila kerusakan yang terjadi tidak lebih

dalam daripada mukosa muskularis. Penyakit ini dijumpai di klinik, sebagai akibat samping

Page 4: Artikel Gastritis

pemakaian obat, sebagai penyulit penyakit-penyakit lain atau karena sebab yang tidak

diketahui.

Perjalanan penyakitnya biasanya ringan, walaupun demikian kadang-kadang dapat

menyebabkan kedaruratan medis, yakni perdarahan saluran cerna atas. Penderita gastritis akut

erosif yang tidak mengalami perdarahan sering diagnosisnya tidak tercapai. Untuk

menegakkan diagnosis tersebut diperlukan pemeriksaan khusus yang sering dirasakan tidak

sesuai dengan keluhan penderita yang ringan saja.

Jenis gastritis yang lainnya yaitu gastritis kronik. Gastritis kronik adalah suatu

peradangan bagian permukaan mukosa lambung yang menahun. Gastritis kronik sering

dihubungkan dengan ulkus peptik dan karsinoma lambung, tetapi hubungan sebab akibat

antara keduanya belum pernah dapat dibuktikan.

<!--[if !supportLists]-->B.     <!--[endif]-->EPIDEMIOLOGI

Adanya kasus gastritis di masyarakat :

<!--[if !supportLists]-->1.       <!--[endif]-->Berdasarkan data yang diperoleh dari medical record Rumah

Sakit Hospital pada tahun 2010 ditemukan jumlah pasien yang dirawat dengan penyakit

infeksi pada saluran pencernaan adalah 55% dengan diare, 34.5% dengan gastritis, 4%

dengan infeksi usus, 3.5% dengan peritonitis, dan 3% dengan penyakit infeksi lainnya.

<!--[if !supportLists]-->2.       <!--[endif]-->Rendahnya kesadaran masyarakat Indonesia menjaga

kesehatan lambungnya, menyebabkan jumlah penderita gastritis mengalami grafik kenaikan.

Di penjuru dunia saat ini penderita gastritis mencapai 1.7 miliar. Hasil penelitian riset Brain

& Co dengan PT. Kalbe Farma tahun 2010, terhadap 1.645 responden di Medan, Jakarta,

Surabaya dan Denpasar mengungkapkan 60% dari jumlah responden menderita gastritis.

<!--[if !supportLists]-->3.       <!--[endif]-->Menurut Dr.Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH MMB dari

Divisi Gastroenterologi- Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/ RSUPN Cipto

Mangunkusumo, dari hasil penelitian yang dilakukan RSCM pada sekitar 100 pasien dengan

keluhan dispepsia, didapatkan 20% penderita yang mengalami kelainan organik. Kelainan ini

ditemukan setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan menggunakan endoskopi.

Suatu penelitian lain dengan junlah pasien yang cukup besar dan melibatkan pusat endoskopi

pada beberapa kota di Indonesia juga menunjukkan tingginya penderita gastritis kronis. Dari

7.092 kasus dispepsia yang dilakukan endoskopi, ditemukan 86.41% pemderita mengalami

dispepsia fungsional. Data-data penelitian dari luar negeri juga menunjukkan angka yang

tidak terlalu berbeda.

<!--[if !supportLists]-->C.    <!--[endif]-->KLASIFIKASI

Page 5: Artikel Gastritis

Gastritis ada 2 kelompok yaitu gastritis akut dan gastritis kronik. Tetapi gastritis kronik

bukan merupakan lanjutan dari gastritis akut, dan keduanya tidak saling berhubungan.

1.Gastritis akut

Salah satu bentuk gastritis akut yang sering dijumpai di klinik ialah gastritis akut

erosif.Gastritis akut erosif adalah suatu peradangan mukosa lambung yang akut dengan

kerusakan-kerusakan erosif. Disebut erosif apabila kerusakan yang terjadi tidak lebih dalam

daripada mukosa muskularis.

2.Gastritis kronis

Gastritis kronis adalah suatu peradangan bagian permukaan mukosa lambung yang

menahun (Soeparman, 1999, hal : 101).Gastritis kronis adalah suatu peradangan bagian

permukaan mukosa lambung yang berkepanjangan yang disebabkan baik oleh ulkus lambung

jinak maupun ganas atau oleh bakteri helicobacter pylori (Brunner dan Suddart, 2000, hal :

188).

Gastritis kronik dikelompokkan lagi dalam 2 tipe yaitu tipe A dan tipe B:

<!--[if !supportLists]-->1.      <!--[endif]-->Dikatakan gastritis kronik tipe A (korpus) jika mampu

menghasilkan imun sendiri. Tipe ini dikaitkan dengan atropi dari kelenjar lambung dan

penurunan mukosa. Penurunan pada sekresi gastrik mempengaruhi produksi antibodi.

Anemia pernisiosa berkembang pada proses ini.

<!--[if !supportLists]-->2.      <!--[endif]-->Gastritis kronik tipe B (antrum) lebih lazim. Tipe ini

dikaitkan dengan infeksi helicobacter pylori yang menimbulkan ulkus pada dinding lambung.

<!--[if !supportLists]-->D.    <!--[endif]-->PATOGENESIS

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan kerusakan mukosa lambung, yaitu :

1.      Kerusakan mukosa barrier sehingga difusi balik ion H meninggi.

2.      Perfusi  mukosa lambung yang terganggu.

3.      Jumlah asam lambung.

Faktor-faktor tersebut biasanya tidak berdiri sendiri. Misalnya stres fisik akan

menyebabkan perfusi mukosa lambung terganggu, sehingga timbul daerah-daerah

infark kecil. Di samping itu, sekresi asam lambung juga terpacu.Mukosal barrier pada

penderita stres fisis biasanya tidak terganggu. Hal inilah yang membedakannya dengan

gastritis erosif karena bahan kimia atau obat. Pada gastritis refluks, gastritis karena bahan

kimia, obat, mukosal barrier rusak sehingga difusi balik ion H meninggi. Suasana asam yang

terdapat pada lumen lambung akan mempercepat kerusakan mukosal barrier oleh cairan usus.

Pada umumnya patogenesis gastritis kronik belum diketahui. Gastritits kronik sering

dijumpai bersama-sama dengan penyakit lain, misalnya anemia, penyakit Addison dan

Page 6: Artikel Gastritis

Gondok, anemia kekurangan besi idiopatik. Gastritis kronik antrum-pilorus hampir selalu

terdapat bersamaan dengan ulkus lambung kronik. Beberapa peneliti menghubungkan

gastritis kronik fundus dengan proses imunologi. Hal ini didasarkan pada kenyataan kira-kira

60% serum penderita gastritis kronik fundus mempunyai antibodi terhadap sel parietalnya.

Gastritis kronik antrum-pilorus biasanya dihubungkan dengan refluks usus-lambung.

<!--[if !supportLists]-->E.     <!--[endif]-->FAKTOR RISIKO

<!--[if !supportLists]-->1.    <!--[endif]-->Pola Makan Menurut Yayuk Farida Baliwati (2004),

terjadinya gastritis dapat disebabkan oleh pola makan yang tidak baik dan tidak teratur, yaitu

frekuensi makan, jenis, dan jumlah makanan, sehingga lambung menjadi sensitif bila asam

lambung meningkat.

<!--[if !supportLists]-->a.    <!--[endif]-->Frekuensi Makan

Frekuensi makan adalah jumlah makan dalam sehari-hari baik kualitatif dan kuantitatif.

Secara alamiah makanan diolah dalam tubuh melalui alat-alat pencernaan mulai dari mulut

sampai usus halus. Lama makanan dalam lambung tergantung sifat dan jenis makanan. Jika

rata-rata, umumnya lambung kosong antara 3-4 jam. Maka jadwal makan ini pun

menyesuaikan dengan kosongnya lambung (Okviani, 2011).

Orang yang memiliki pola makan tidak teratur mudah terserang penyakit gastritis. Pada saat

perut harus diisi, tapi dibiarkan kosong, atau ditunda pengisiannya, asam lambung akan

mencerna lapisan mukosa lambung, sehingga timbul rasa nyeri (Ester, 2001). Secara alami

lambung akan terus memproduksi asam lambung setiap waktu dalam jumlah yang kecil,

setelah 4-6 jam sesudah makan biasanya kadar glukosa dalam darah telah banyak terserap

dan terpakai sehingga tubuh akan merasakan lapar dan pada saat itu jumlah asam lambung

terstimulasi.

Bila seseorang telat makan sampai 2-3 jam, maka asam lambung yang diproduksi semakin

banyak dan berlebih sehingga dapat mengiritasi mukosa lambung serta menimbulkan rasa

nyeri di seitar epigastrium (Baliwati, 2004). Kebiasaan makan tidak teratur ini akan membuat

lambung sulit untuk beradaptasi. Jika hal itu berlangsung lama, produksi asam lambung akan

berlebihan sehingga dapat mengiritasi dinding mukosa pada lambung dan dapat berlanjut

menjadi tukak peptik. Hal tersebut dapat menyebabkan rasa perih dan mual. Gejala tersebut

bisa naik ke kerongkongan yang menimbulkan rasa panas terbakar (Nadesul, 2005). Produksi

asam lambung diantaranya dipengaruhi oleh pengaturan sefalik, yaitu pengaturan oleh otak.

Adanya makanan dalam mulut secara refleks akan merangsang sekresi asam lambung. Pada

manusia, melihat dan memikirkan makanan dapat merangsang sekresi asam lambung

(Ganong 2001).

Page 7: Artikel Gastritis

<!--[if !supportLists]-->b.    <!--[endif]-->Jenis Makanan.

Jenis makanan adalah variasi bahan makanan yang kalau dimakan, dicerna, dan diserap akan

menghasilkan paling sedikit susunan menu sehat dan seimbang. Menyediakan variasi

makanan bergantung pada orangnya, makanan tertentu dapat menyebabkan gangguan

pencernaan, seperti halnya makanan pedas (Okviani, 2011). Mengkonsumsi makanan pedas

secara berlebihan akan merangsang sistem pencernaan, terutama lambung dan usus untuk

berkontraksi. Hal ini akan mengakibatkan rasa panas dan nyeri di ulu hati yang disertai

dengan mual dan muntah. Gejala tersebut membuat penderita makin berkurang nafsu

makannya.

Bila kebiasaan mengkonsumsi makanan pedas lebih dari satu kali dalam seminggu selama

minimal 6 bulan dibiarkan terus-menerus dapat menyebabkan iritasi pada lambung yang

disebut dengan gastritis (Okviani, 2011). Gastritis dapat disebabkan pula dari hasil makanan

yang tidak cocok. Makanan tertentu yang dapat menyebabkan penyakit gastritis, seperti buah

yang masih mentah, daging mentah, kari, dan makanan yang banyak mengandung krim atau

mentega. Bukan berarti makanan ini tidak dapat dicerna, melainkan karena lambung

membutuhkan waktu yang labih lama untuk mencerna makanan tadi dan lambat

meneruskannya kebagian usus selebih-nya. Akibatnya, isi lambung dan asam lambung

tinggal di dalam lambung untuk waktu yang lama sebelum diteruskan ke dalam duodenum

dan asam yang dikeluarkan menyebabkan rasa panas di ulu hati dan dapat mengiritasi

(Iskandar, 2009).

<!--[if !supportLists]-->c.    <!--[endif]-->Porsi Makan

Porsi atau jumlah merupakan suatu ukuran maupun takaran makanan yang dikonsumsi pada

tiap kali makan. Setiap orang harus makan makanan dalam jumlah benar sebagai bahan bakar

untuk semua kebutuhan tubuh. Jika konsumsi makanan berlebihan, kelebihannya akan

disimpan di dalam tubuh dan menyebabkan obesitas (kegemukan). Selain itu, Makanan

dalam porsi besar dapat menyebabkan refluks isi lambung, yang pada akhirnya membuat

kekuatan dinding lambung menurun. Kondisi seperti ini dapat menimbulkan peradangan atau

luka pada lambung (Baliwati, 2004).

<!--[if !supportLists]-->2.    <!--[endif]-->Kopi

Menurut Warianto (2011), kopi adalah minuman yang terdiri dari berbagai jenis bahan dan

senyawa kimia; termasuk lemak, karbohidrat, asam amino, asam nabati yang disebut dengan

fenol, vitamin dan mineral. Kopi diketahui merangsang lambung untuk memproduksi asam

lambung sehingga menciptakan lingkungan yang lebih asam dan dapat mengiritasi lambung.

Ada dua unsur yang bisa mempengaruhi kesehatan perut dan lapisan lambung, yaitu kafein

Page 8: Artikel Gastritis

dan asam chlorogenic. Studi yang diterbitkan dalam Gastroenterology menemukan bahwa

berbagai faktor seperti keasaman, kafein atau kandungan mineral lain dalam kopi bisa

memicu tingginya asam lambung. Sehingga tidak ada komponen tunggal yang harus

bertanggung jawab (Anonim, 2011). Kafein dapat menimbulkan perangsangan terhadap

susunan saraf pusat (otak), sistem pernapasan, serta sistem pembuluh darah dan jantung. Oleh

sebab itu tidak heran setiap minum kopi dalam jumlah wajar (1-3 cangkir), tubuh kita terasa

segar, bergairah, daya pikir lebih cepat, tidak mudah lelah atau mengantuk. Kafein dapat

menyebabkan stimulasi sistem saraf pusat sehingga dapat meningkatkan aktivitas lambung

dan sekresi hormon gastrin pada lambung dan pepsin. Hormon gastrin yang dikeluarkan oleh

lambung mempunyai efek sekresi getah lambung yang sangat asam dari bagian fundus

lambung. Sekresi asam yang meningkat dapat menyebabkan iritasi dan inflamasi pada

mukosa lambung (Okviani, 2011). Jadi, gangguan pencernaan yang rentan dimiliki oleh

orang yang sering minum kopi adalah gastritis (peradangan pada lapisan lambung). Beberapa

orang yang memilliki gangguan pencernaan dan ketidaknyamanan di perut atau lambung

biasanya disaranakan untuk menghindari atau membatasi minum kopi agar kondisinya tidak

bertambah parah (Warianto, 2011).

<!--[if !supportLists]-->3.    <!--[endif]-->Teh

Hasil penelitian Hiromi Shinya, MD., dalam buku “The Miracle of Enzyme” menemukan

bahwa orang-orang Jepang yang meminum teh kaya antioksidan lebih dari dua gelas secara

teratur, sering menderita penyakit yang disebut gastritis. Sebagai contoh Teh Hijau, yang

mengandung banyak antioksidan dapat membunuh bakteri dan memiliki efek antioksidan

berjenis polifenol yang mencegah atau menetralisasi efek radikal bebas yang merusak.

Namun, jika beberapa antioksidan bersatu akan membentuk suatu zat yang disebut tannin.

Tannin inilah yang menyebabkan beberapa buah dan tumbuh-tumbuhan memiliki rasa sepat

dan mudah teroksidasi (Shinya, 2008). Tannin merupakan suatu senyawa kimia yang

memiliki afinitas tinggi terhadap protein pada mukosa dan sel epitel mukosa (selaput lendir

yang melapisi lambung). Akibatnya terjadi proses dimana membran mukosa akan mengikat

lebih kuat dan menjadi kurang permeabel. Proses tersebut menyebabkan peningkatan proteksi

mukosa terhadap mikroorganisme dan zat kimia iritan. Dosis tinggi tannin menyebabkan efek

tersebut berlebih sehingga dapat mengakibatkan iritasi pada membran mukosa usus (Shinya,

2008). Selain itu apabila Tannin terkena air panas atau udara dapat dengan mudah berubah

menjadi asam tanat. Asam tanat ini juga berfungsi membekukan protein mukosa lambung.

Asam tanat akan mengiritasi mukosa lambung perlahan-lahan sehingga sel-sel mukosa

lambung menjadi atrofi. Hal inilah yang menyebabkan orang tersebut menderita berbagai

Page 9: Artikel Gastritis

masalah lambung, seperti gastritis atrofi, ulcus peptic, hingga mengarah pada keganasan

lambung

<!--[if !supportLists]-->4.    <!--[endif]-->Rokok.

Rokok adalah silinder kertas yang berisi daun tembakau cacah. Dalam sebatang rokok,

terkandung berbagai zat-zat kimia berbahaya yang berperan seperti racun. Dalam asap rokok

yang disulut, terdapat kandungan zat-zat kimia berbahaya seperti gas karbon monoksida,

nitrogen oksida, amonia, benzene, methanol, perylene, hidrogen sianida, akrolein, asetilen,

bensaldehid, arsen, benzopyrene, urethane, coumarine, ortocresol, nitrosamin, nikotin, tar,

dan lain-lain. Selain nikotin, peningkatan paparan hidrokarbon, oksigen radikal, dan substansi

racun lainnya turut bertanggung jawab pada berbagai dampak rokok terhadap kesehatan

(Budiyanto, 2010).

Efek rokok pada saluran gastrointdstinal antara lain melemahkan katup esofagus dan pilorus,

meningkatkan refluks, mengubah kondisi alami dalam lambung, menghambat sekresi

bikarbonat pankreas, mempercepat pengosongan cairan lambung, dan menurunkan pH

duodenum. Sekresi asam lambung meningkat sebagai respon atas sekresi gastrin atau

asetilkolin. Selain itu, rokok juga mempengaruhi kemampuan cimetidine (obat penghambat

asam lambung) dan obat-obatan lainnya dalam menurunkan asam lambung pada malam hari,

dimana hal tersebut memegang peranan penting dalam proses timbulnya peradangan pada

mukosa lambung.

Rokok dapat mengganggu faktor defensif lambung (menurunkan sekresi bikarbonat dan

aliran darah di mukosa), memperburuk peradangan, dan berkaitan erat dengan komplikasi

tambahan karena infeksi H. pylori. Merokok juga dapat menghambat penyembuhan spontan

dan meningkatkan risiko kekambuhan tukak peptik (Beyer, 2004). Kebiasaan merokok

menambah sekresi asam lambung, yang mengakibatkan bagi perokok menderita penyakit

lambung (gastritis) sampai tukak lambung. Penyembuhan berbagai penyakit di saluran cerna

juga lebih sulit selama orang tersebut tidak berhenti merokok (Departemen Kesehatan RI,

2001).

<!--[if !supportLists]-->5.    <!--[endif]-->Obat-Obatan.

Obat-obatan yang sering dihubungkan dengan gastritis erosif adalah aspirin dan sebagian

besar obat anti inflamasi non steroid (AINS) (Suyono, 2001). Asam asetil salisilat lebih

dikenal sebagai asetosal atau aspirin. Asam asetil salisilat merupakan obat anti inflamasi

nonsteroid (OAINS) turunan asam karboksilat derivat asam salisilat yang dapat dipakai

secara sistemik. Obat AINS adalah salah satu golongan obat besar yang secara kimia

heterogen menghambat aktivitas siklooksigenase, menyebabkan penurunan sintesis

Page 10: Artikel Gastritis

prostaglandin dan prekursor tromboksan dari asam arakhidonat. Siklooksigenase merupakan

enzim yang penting untuk pembentukkan prostaglandin dari asam arakhidonat. Prostaglandin

mukosa merupakan salah satu faktor defensive mukosa lambung yang amat penting, selain

menghambat produksi prostaglandin mukosa, aspirin dan obat antiinflamasi nonsteriod

tertentu dapat merusak mukosa secara topikal, kerusakan topikal terjadi karena kandungan

asam dalam obat tersebut bersifat korosif sehingga dapat merusak sel-sel epitel mukosa.

Pemberian aspirin dan obat antiinflamasi nonsteroid juga dapat menurunkan sekresi

bikarbonat dan mukus oleh lambung, sehingga kemampuan faktor defensif terganggu. Jika

pemakaian obat-obat tersebut hanya sesekali maka kemungkinan terjadinya masalah lambung

akan kecil. Tapi jika pemakaiannya dilakukan secara terus menerus atau berlebihan dapat

mengakibatkan gastritis dan ulkus peptikum. Pemakaian setiap hari selama minimal 3 bulan

dapat menyebabkan gastritis

<!--[if !supportLists]-->6.    <!--[endif]-->Stress

Stress merupakan reaksi fisik, mental, dan kimia dari tubuh terhadap situasi yang

menakutkan, mengejutkan, membingungkan, membahayakan dan merisaukan seseorang.

Definisi lain menyebutkan bahwa stress merupakan ketidakmampuan mengatasi ancaman

yang dihadapi mental, fisik, emosional, dan spiritual manusia, yang pada suatu saat dapat

mempengaruhi kesehatan fisik manusia tersebut

<!--[if !supportLists]-->a.    <!--[endif]-->Stress Psikis Produksi asam lambung akan meningkat pada

keadaan stress, misalnya pada beban kerja berat, panik dan tergesa-gesa. Kadar asam

lambung yang meningkat dapat mengiritasi mukosa lambung dan jika hal ini dibiarkan, lama-

kelamaan dapat menyebabkan terjadinya gastritis. Bagi sebagian orang, keadaan stres

umumnya tidak dapat dihindari. Oleh karena itu, maka kuncinya adalah mengendalikannya

secara efektif dengan cara diet sesuai dengan kebutuhan nutrisi, istirahat cukup, olah raga

teratur dan relaksasi yang cukup

<!--[if !supportLists]-->b.    <!--[endif]-->Stress Fisik Stress fisik akibat pembedahan besar, luka

trauma, luka bakar, refluks empedu atau infeksi berat dapat menyebabkan gastritis dan juga

ulkus serta pendarahan pada lambung. Perawatan terhadap kanker seperti kemoterapi dan

radiasi dapat mengakibatkan peradangan pada dinding lambung yang selanjutnya dapat

berkembang menjadi gastritis dan ulkus peptik. Ketika tubuh terkena sejumlah kecil radiasi,

kerusakan yang terjadi biasanya sementara, tapi dalam dosis besar akan mengakibatkan

kerusakan tersebut menjadi permanen dan dapat mengikis dinding lambung serta merusak

kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung (Anonim, 2010).

Page 11: Artikel Gastritis

Refluks dari empedu juga dapat menyebabkan gastritis. Bile (empedu) adalah cairan yang

membantu mencerna lemak-lemak dalam tubuh. Cairan ini diproduksi oleh hati. Ketika

dilepaskan, empedu akan melewati serangkaian saluran kecil dan menuju ke usus kecil.

Dalam kondisi normal, sebuah otot sphincter yang berbentuk seperti cincin (pyloric valve)

akan mencegah empedu mengalir balik ke dalam lambung. Tapi jika katup ini tidak bekerja

dengan benar, maka empedu akan masuk ke dalam lambung dan mengakibatkan peradangan

dan gastritis.

<!--[if !supportLists]-->7.    <!--[endif]-->Alkohol

Alkohol sangat berperangaruh terhadap makhluk hidup, terutama dengan kemampuannya

sebagai pelarut lipida. Kemampuannya melarutkan lipida yang terdapat dalam membran sel

memungkinkannya cepat masuk ke dalam sel-sel dan menghancurkan struktur sel tersebut.

Oleh karena itu alkohol dianggap toksik atau racun. Alkohol yang terdapat dalam minuman

seperti bir, anggur, dan minuman keras lainnya terdapat dalam bentuk etil alkohol atau etanol

(Almatsier, 2002).

Organ tubuh yang berperan besar dalam metabolisme alkohol adalah lambung dan hati, oleh

karena itu efek dari kebiasaan mengkonsumsi alkohol dalam jangka panjang tidak hanya

berupa kerusakan hati atau sirosis, tetapi juga kerusakan lambung. Dalam jumlah sedikit,

alkohol merangsang produksi asam lambung berlebih, nafsu makan berkurang, dan mual,

sedangkan dalam jumlah banyak, alkohol dapat mengiritasi mukosa lambung dan duodenum.

Konsumsi alkohol berlebihan dapat merusak mukosa lambung, memperburuk gejala tukak

peptik, dan mengganggu penyembuhan tukak peptik. Alkohol mengakibatkan menurunnya

kesanggupan mencerna dan menyerap makanan karena ketidakcukupan enzim pankreas dan

perubahan morfologi serta fisiologi mukosa gastrointestinal (Beyer 2004).

<!--[if !supportLists]-->8.    <!--[endif]-->Infeksi Helicobacter pylori

Helicobacter pylori adalah kuman Gram negatif, basil yang berbentuk kurva dan batang.

Helicobacter pylori adalah suatu bakteri yang menyebabkan peradangan lapisan lambung

yang kronis (gastritis) pada manusia. Sebagian besar populasi di dunia terinfeksi oleh bakteri

Helicobacter pylori yang hidup di bagian dalam lapisan mukosa yang melapisi dinding

lambung.

Walaupun tidak sepenuhnya dimengerti bagaimana bakteri tersebut dapat ditularkan, namun

diperkirakan penularan tersebut terjadi melalui jalur oral atau akibat memakan makanan atau

minuman yang terkontaminasi oleh bakteri ini. Infeksi Helicobacter pylori sering terjadi pada

masa kanak-kanak dan dapat bertahan seumur hidup jika tidak dilakukan perawatan. Infeksi

Page 12: Artikel Gastritis

Helicobacter pylori ini sekarang diketahui sebagai penyebab utama terjadinya ulkus peptikum

dan penyebab tersering terjadinya gastritis .

<!--[if !supportLists]-->9.    <!--[endif]-->Usia.

Usia tua memiliki resiko yang lebih tinggi untuk menderita gastritis dibandingkan dengan

usia muda. Hal ini menunjukkan bahwa seiring dengan bertambahnya usia mukosa gaster

cenderung menjadi tipis sehingga lebih cenderung memiliki infeksi Helicobacter Pylory atau

gangguan autoimun daripada orang yang lebih muda.

Sebaliknya, jika mengenai usia muda biasanya lebih berhubungan dengan pola hidup yang

tidak sehat. Kejadian gastritis kronik, terutama gastritis kronik antrum meningkat sesuai

dengan peningkatan usia. Di negara Barat, populasi yang usianya pada dekade ke-6 hampir

80% menderita gastritis kronik dan menjadi 100% pada saat usia mencapai dekade ke-7.

Selain mikroba dan proses imunologis, faktor lain juga berpengaruh terhadap patogenesis

Gastritis adalah refluks kronik cairan penereatotilien, empedu dan lisolesitin (Suyono, 2001).

<!--[if !supportLists]-->F.     <!--[endif]-->GEJALA KLINIS

<!--[if !supportLists]-->1.      <!--[endif]-->Perih atau sakit seperti terbakar pada perut bagian atas yang

dapat menjadi lebih baik atau lebih buru ketika makan

<!--[if !supportLists]-->2.      <!--[endif]-->Mual

<!--[if !supportLists]-->3.      <!--[endif]-->Muntah

<!--[if !supportLists]-->4.      <!--[endif]--> Kehilangan selera makan

<!--[if !supportLists]-->5.      <!--[endif]-->Kembung

<!--[if !supportLists]-->6.      <!--[endif]--> Terasa penuh pada perut bagian atas setelah makan

<!--[if !supportLists]-->7.      <!--[endif]-->Kehilangan berat badan

Gastritis yang terjadi tiba-tiba (akut) biasanya mempunyai gejala mual dan sakit pada

perut bagian atas, sedangkan gastritis kronik yang berkembang secara bertahap biasanya

mempunyai gejala seperti sakit yang ringan pada perut bagian atas dan terasa penuh atau

kehilangan selera. Gastritis dapat menyebabkan pendarahan pada lambung, tapi hal ini jarang

menjadi parah kecuali bila pada saat yang sama juga terjadi borok/luka pada lambung.

Pendarahan pada lambung dapat menyebabkan muntah darah atau terdapat darah pada feces

dan memerlukan perawatan segera.

Sebagian besar penderita gastritis kronik tidak memiliki keluhan. Sebagian kecil saja

yang mempunyai keluhan biasanya berupa : nyeri ulu hati, anoreksia, nausea, nyeri seperti

ulkus peptik dan keluhan-keluhan anemia. Pada pemeriksaan fisis sering tidak dapat dijumpai

kelainan. Kadang-kadang dapat dijumpai nyeri tekan midepigastrium yang ringan saja.

Pemeriksaan laboratorium juga tidak banyak membantu. Kadang-kadang dapat dijumpai

Page 13: Artikel Gastritis

anemia makrositik. Uji coba ciling tidak normal. Analisis cairan lambung kadang-kadang

terganggu. Dapat terjadi aklorhidria. Kadar gastrin serum meninggi pada penderita gastritis

kronik fundus yang berat. Antibodi terhadap sel parietal dapat dijumpai pada sebagian

penderita gastritis kronik fundus.

<!--[if !supportLists]-->G.    <!--[endif]-->DIAGNOSIS

Jika seseorang merasakan nyeri pada perut sebelah atas disertai mual dan gejalanya

menetap maka dokter akan menduganya Gastritis. Dan bila seseorang didiagnosa terkena

gastritis, biasanya dilanjutkan dengan pemeriksaan tambahan untuk mengetahui secara jelas

penyebabanya. Pemeriksaan tersebut meliputi :

<!--[if !supportLists]-->1.      <!--[endif]-->Pemeriksaan darah

Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibakteri H.pylori dalam darah. Hasil tes

yang positif menunjukkan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada suatu waktu

dalam hidupnya, tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah

dapat juga dilakukan untuk memeriksa anemia, yang terjadi akibat pendarahan lambung

akibat gastritis.

<!--[if !supportLists]-->2.      <!--[endif]-->Pemeriksaan pernapasan

Tes ini dapat menentukan apakah pasien terinfeksi H.pylori atau tidak.

<!--[if !supportLists]-->3.      <!--[endif]-->Pemeriksaan feces

Tes ini memeriksa apakah terdapat H.pylori dalam feces atau tidak. Hasil yang positif

dapat mengindikasikan terjadinya infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya darah

dalam feces. Hal ini menunjukkan adanya perdarahan pada lambung.

<!--[if !supportLists]-->4.      <!--[endif]-->Endoskopi saluran cerna bagian atas

Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas yang

mungkin tidak terlihat dari sinar-X. tes ini dilakukan dengan cara memasukkan sebuah selang

kecil yang fleksibel (endoskop) melalui mulut dan masuk ke dalam esophagus, lambung dan

bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan terlebih dahulu dimatirasakan (anestesi) sebelum

endoskop dimasukkan untuk memastikan pasien merasa nyaman menjalani tes ini.

Jika ada  jaringan dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan, dokter akan

mengambil sedikit sampel (biopsy) dari jaringan tersebut. Sampel itu kemudian akan dibawa

ke laboratorium untuk diperiksa. Tes ini memakan waktu lebih kurang 20 sampai 30 menit.

Pasien biasanya tidak langsung disuruh pulang ketika tes ini selesai, tetapi harus menunggu

sampai efek dari anestesi menghilang, lebih kurang satu atau dua jam. Hampir tidak ada

Page 14: Artikel Gastritis

resiko akibat tes ini. Komplikasi yang sering terjadi adalah rasa tidak nyaman pada

tenggorokan akibat menelan ondoskop.

<!--[if !supportLists]-->5.      <!--[endif]-->Ronsen saluran cerna bagian atas

Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit pencernaan lainnya.

Biasanya akan diminta menelan cairan barium terlebih dahulu sebelum dilakukan ronsen.

Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika dironsen

<!--[if !supportLists]-->H.    <!--[endif]-->PENCEGAHAN GASTRITIS

Agar kita terhindari dari penyakit gastritis, sebaiknya kita mengontrol semua Faktor

risiko yang menyebabkan terjadinya gastritis, dengan melakukan tindakan pencegahan seperti

dibawah ini:

<!--[if !supportLists]-->         <!--[endif]-->Makan yang teratur

<!--[if !supportLists]-->         <!--[endif]-->Hindari alkohol

<!--[if !supportLists]-->         <!--[endif]-->Makan dalam porsi kecil dan sering

<!--[if !supportLists]-->         <!--[endif]-->Menghindari stress

<!--[if !supportLists]-->         <!--[endif]-->Mengunyah 32 kali

<!--[if !supportLists]-->         <!--[endif]-->Menghindari rokok

<!--[if !supportLists]-->I.       <!--[endif]-->PENGOBATAN/PENANGGULANGAN1. Cara Perawatan Gastritis

<!--[if !supportLists]-->a.       <!--[endif]-->Ketika sedang sakit, makanlah makanan yang lembek yang

mudah dicerna dan tidak merangsang asam lambung

<!--[if !supportLists]-->b.      <!--[endif]-->Hindari makanan yang merangsang pengeluaran asam lambung,

seperti makanan pedas, makanan yang asam, tinggi serat, zat tepung

<!--[if !supportLists]-->c.       <!--[endif]-->Hindari minuman yang merangsang pengeluaran asam lambung

seperti teh kopi, alkohol

<!--[if !supportLists]-->d.      <!--[endif]-->Makan secara teratur

<!--[if !supportLists]-->e.       <!--[endif]-->Minum obat secara teratur

<!--[if !supportLists]-->f.       <!--[endif]-->Hindari stress fisik dan psikologis

2. Pemberian Obat-obatan

Pengobatan yang dilakukan terhadap Gastritis bergantung pada penyebabnya. Pada

banyak kasus Gastritis, pengurangan asam lambung dengan bantuan obat sangat bermanfaat.

Antibiotik untuk menghilangkan infeksi. Penggunaan obat-obatan yang mengiritasi lambung

juga harus dihentikan. Pengobatan lain juga diperlukan bila timbul komplikasi atau akibat

lain dari Gastritis.

Kategori obat pada Gastritis adalah :

Page 15: Artikel Gastritis

<!--[if !supportLists]-->a.       <!--[endif]-->Antasid : menetalisir asam lambung dan menghilangkan

nyeri

<!--[if !supportLists]-->b.      <!--[endif]-->Acid blocker membantu mengurang jumlah asam lambung

yang diproduksi

<!--[if !supportLists]-->c.       <!--[endif]-->Proton pump inhibitor : menghentikan produksi asam

lambung dan menghambat H.pylori.

3. Pengobatan tradisional

Banyak cara pengobatan tradisional yang dapat mengobati penyakit maag, salah

satunya dengan resep di bawah ini yang penulis dapat berikan:

Bahan:

Daun jambu biji ................. 5 lembar

Pegagan ............................ 10 lembar

Kencur .............................. 5 biji

Ketumbar .......................... 11 biji

Kayu Manis ...................... ½ jari tangan

Cara meramu:

Cuci bersih semua bahan, kemudian rebus bahan dengan 4 gelas air hingga tersisa sekitar 3

gelas. Angkat dan saring.

Aturan pakai:

Minum ramuan setelah makan, dengan dosis sebagai berikut;

-          Anak umur 9-12 tahun, 3 kali sehari, masing-masing 1/3 gelas.

-          Dewasa, 3 kali sehari, masing-masing ½ gelas

Insya Allah penyakit maag akan berkurang sakitnya.

BAB III

KESIMPULAN

<!--[if !supportLists]-->1.      <!--[endif]-->Gastritis atau yang lebih dikenal maag adalah penyakit tidak

menular yang disebabkan imflamasi (pembengkakan) dari mukosa lambung.

<!--[if !supportLists]-->2.      <!--[endif]-->Gastritis ada 2 kelompok yaitu gastritis akut dan gastritis

kronik. Tetapi gastritis kronik bukan merupakan lanjutan dari gastritis akut, dan keduanya

tidak saling berhubungan.

Page 16: Artikel Gastritis

<!--[if !supportLists]-->3.      <!--[endif]-->Ada banyak factor risiko yang dapat menyebabkan maag

antara lain, pola makan yang tidak teratur, jenis makanan yang dapat memicu asam lambung

kopi, teh, rokok, alcohol, stress, obat-obatan, dan usia

<!--[if !supportLists]-->4.      <!--[endif]-->Gejala gastritis bermacam-macam, tergantung kepada jenis

gastritisnya. Biasanya penderita gastritis mengalami gangguan pencernaan (indigesti) dan

rasa tidak nyaman di perut sebelah atas.

<!--[if !supportLists]-->5.      <!--[endif]-->Pencegahan dari penyakit ini yaitu dengan menghindari

semua factor risiko yang dapat memicu timbulnya penyakit gastritis

<!--[if !supportLists]-->6.      <!--[endif]-->Pengobatan dengan memberikan obat yang dapat menetralisir

asam lambung seperti antasida, selain itu selalu perhatikan pola konsumsi makanan, hindari

makanan yang dapat memicu naiknya asam lambung

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Anonimous, 2010. 

Baliwati, Yayak F. 2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta: Penebar Swadaya Beyer. 2004Brunner dan Suddart, 2000, Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta.

Budiyanto, Carko. 2010. Merokok Memang Ternyata Nikmat.

http://nina9yuli.student.umm.ac.id/2010/02/11/Merokok-Memang-Ternyata-Nikmat/

Ester, Monica. 2001. Pedoman Perawatan Pasien. Jakarta: EGC 

Iskandar, H. Yul. 2009. Saluran Cerna. Jakarta: Gramedia Kelly, Gregory. 2010

Okviani, Wati. 2011. Pola Makan Gastritis.

http://www.library.upnvj.ac.id/-pdf/2s1keperawatan/205312047/.pdf

Nadesul. 2005. Sakit Lambung, Bagaimana Terjadinya. http://www.kompas.com/Sakit-Lambung-

Bagaimana/TerjadinyaSoeparman, 1999, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, FKUI, Jakarta.

Page 17: Artikel Gastritis

Suyono, Slamet. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Balai Penerbitan FKUI 

Warianto, Chaidar. 2011. Minum Kopi Bisa Berakibat Gangguan Pencernaan.

http://www.griyawisata.com/pdf. php ? url pdf = 28640

Yayak F. 2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta: Penebar Swadaya Beyer. 2004. Medical

Nutrition Therapy for Upper Gastrointestinal Tract Disorders.