41
II PEMBAHASAN 2.1 Total Quality Manajemen dan Biaya Kualitas 2.1.1 Definisi Total Quality manajemen Menurut Fandy Tjiptono (2003) Total Quality Manajemen merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus menerus atas produk, jasa, manusia, proses dan lingkungannya. Dijelaskan kembali bahwa TQM bisa dicapai dengan memperhatikan karakteristik TQM berikut ini: - Fokus pada pelanggan, baik pelanggan internal maupun eksternal - Memiliki obsesi yang tinggi terhadap kualitas - Menggunakan pendekatan ilmiah dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah. - Memiliki komitmen jangka panjang - Membutuhkan kerjasama tim - Memperbaiki proses secara berkesinambungan - Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan - Memberikan kebebasan yang terkendali - Memiliki kesatuan tujuan - Adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan Prosedur Mutu adalah prosedur SMM wajib, yang sekurang-kurangnya meliputi :

ARTIKEL i isi.doc

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ARTIKEL i isi.doc

II

PEMBAHASAN

2.1 Total Quality Manajemen dan Biaya Kualitas

2.1.1 Definisi Total Quality manajemen

Menurut Fandy Tjiptono (2003) Total Quality Manajemen merupakan suatu pendekatan dalam

menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan

terus menerus atas produk, jasa, manusia, proses dan lingkungannya. Dijelaskan kembali bahwa

TQM bisa dicapai dengan memperhatikan karakteristik TQM berikut ini:

- Fokus pada pelanggan, baik pelanggan internal maupun eksternal

- Memiliki obsesi yang tinggi terhadap kualitas

- Menggunakan pendekatan ilmiah dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah.

- Memiliki komitmen jangka panjang

- Membutuhkan kerjasama tim

- Memperbaiki proses secara berkesinambungan

- Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan

- Memberikan kebebasan yang terkendali

- Memiliki kesatuan tujuan

- Adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan

Prosedur Mutu adalah prosedur SMM wajib, yang sekurang-kurangnya meliputi :

- 1. Prosedur Pengendalian Dokumen;

- 2. Prosedur Pengendalian Rekaman;

- 3. Prosedur Audit Internal SMM;

- 4. Prosedur Pengendalian Hasil Pekerjaan Tidak Sesuai;

- 5. Prosedur Tindakan Korektif;

- 6. Prosedur Tindakan Pencegahan.

Page 2: ARTIKEL i isi.doc

TQM juga diterjemahkan sebagai pendekatan berorientasi pelanggan yang memperkenalkan

perubahan manajemen yang sistematik dan perbaikan terus menerus terhadap proses, produk, dan

pelayanan suatu organisasi. Proses TQM memiliki input yang spesifik (keinginan, kebutuhan, dan

harapan pelanggan), mentransformasi/ memproses input dalam organisasi untuk memproduksi

barang atau jasa yang pada gilirannya memberikan kepuasan kepada pelanggan (output). Tujuan

utama TQM adalah perbaikan mutu pelayanan secara terus menerus. Dengan demikian, juga

quality manajemen sendiri yang harus dilaksanakan secraa terus menerus. Sejak tahun 1950-an

pola pikir mengenai mutu terpadu atau TQM sudah muncul di daratan Amerika dan Jepang dan

akhirnya Koji Kobayashi, salah satu CEO of NEC, diklaim sebagai orang pertama yang

mempopulerkan TQM, yang dia lakukan pada saat memberikan pidato pada pemberian

penghargaan Deming prize di tahun 1974.

Penerapan Total Quality Management dipermudah oleh beberapa piranti, yang sering

disebut “alat TQM”. Alat-alat ini membantu kita menganalisis dan mengerti masalah-masalah

serta membantu membuat perencanaan. Delapan alat TQM yang diuraikan adalah sebagai

berikut.

1. Curah pendapat (sumbang saran) – Brainstorming, adalah alat perencanaan yang dapat

digunakan untuk mengembangkan kreativitas kelompok. Curah pendapat dipakai, antara lain

untuk menentukan sebab-sebab yang mungkin dari suatu masalah atau merencanakan

langkah-langkah suatu proyek.

2. Diagram alur (bagan arus proses), adalah satu alat perencanaan dan analisis yang

digunakan, antara lain untuk menyusun gambar proses tahap demi tahap untuk tujuan

analisis, diskusi, atau komunikasi dan menemukan wilayah-wilayah perbaikan dalam proses.

3. Analisis SWOT, adalah suatu alat analisis yang digunakan untuk menganalisis masalah-

masalah dengan kerangka Strengths (kekuatan), Weaknesses (kelemahan), Opportunities

(peluang), dan Threats (ancaman).

4. Ranking preferensi, merupakan suatu alat interpretasi yang dapat digunakan untuk memilih

gagasan dan pemecahan masalah di antara beberapa alternatif.

Page 3: ARTIKEL i isi.doc

5. Analisis tulang ikan (juga dikenal sebagai diagram sebab-akibat), merupakan alat analisis,

antara lain untuk mengkategorikan berbagai sebab potensial dari suatu masalah dan

menganalisis apa yang sesungguhnya terjadi dalam suatu proses.

6. Penilaian kritis, adalah alat bantu analisis yang dapat digunakan untuk memeriksa setiap

proses manufaktur, perakitan, atau jasa. Alat ini membantu kita untuk memikirkan apakah

proses itu memang dibutuhkan, tepat, dan apakah ada alternatif yang lebih baik.

7. Benchmarking, adalah proses pengumpulan dan analisis data dari organisasi kita dan

dibandingkan dengan keadaan di dalam organisasi lain. Hasil dari proses ini akan menjadi

patokan untuk memperbaiki organisasi kita secara terus menerus. Tujuan benchmarking

adalah bagaimana organisasi kita bisa dikembangkan sehingga menjadi yang terbaik.

8. Diagram analisa medan daya (bidang kekuatan), merupakan suatu alat analisis yang dapat

digunakan, antara lain untuk mengidentifikasi berbagai kendala dalam mencapai suatu

sasaran dan mengidentifikasi berbagai sebab yang mungkin serta pemecahan dari suatu

masalah atau peluang.

Dalam hal kualitas dianggap layak, maka diperlukan suatu produk untuk dapat memenuhi

dimensi-dimensi berikut ini.

1. Performa: seberapa cocok produk itu digunakan sesuai dengan fungsi pemenuhan

kebutuhannya

2. Features: konten dari produk yang membedakannya dari produk lain

3. Reliabilitas: seberapa lama produk itu dapat bertahan dari kerusakan

4. Conformance: sejauh mana produk dapat dikembangkan oleh konsumen itu sendiri.

5. Durabilitas: seberapa lama produk dapat digunakan sampai benar benar tidak dapat dipakai

lagi

6. Serviceability, speed, cost, ease to repair: ada tidaknya servis center dan seberapa banyak

biaya yang dikeluarkan konsumen untuk itu.

7. Esthetic: nilai keindahan dari produk, termasuk dalam definisi ini adalah tampilan fisik produk

8. Percieved quality: kesan yang membekas dari produk pada pemikiran konsumen

Page 4: ARTIKEL i isi.doc

Syarat syarat pelaksanaan TQM dalam suatu perusahaan adalah sebagai berikut.

1. Setiap perusahaan/organisasi harus secara terus meneurus melakukan perbaikan mutu

produk dan pelayanan sehingga dapat memuaskan para pelanggan.

2. Memberikan kepuasan kepada pemilik, pemasok, karyawan, dan para pemegang saham.

3. Memiliki wawasan jauh ke depan dalam mencari laba dan memberikan kepuasan.

4. Fokus utama ditujukan pada proses, baru menyusul hasil.

5. Menciptakan kondisi di mana para karyawan aktif berpartisipasi dalam menciptakan

keunggulan mutu.

6. Ciptakan kepemimpinan yang berorientasi pada bawahan dan aktif memotivasi karyawan

bukan dengan cara otoriter sehingga diperoleh suasana kondusif bagi lahirnya ide-ide baru.

7. Rela memberikan ganjaran, pengakuan bagi yang sukses dan mudah memberikan maaf

bagi yang belum berhasil/berbuat salah.

8. Setiap keputusan harus berdasarkan pada data, baru berdasarkan pengalaman/ pendapat.

9. Setiap langkah kegiatan harus selalu terukur jelas sehingga pengawasan lebih mudah.

10. Program pendidikan dan pelatihan hendaknya menjadi urutan utama dalam upaya

peningkatan mutu.

2.1.2 Sejarah TQM

Fandy Tjiptono (2003) menjelaskan bahwa evolusi total quality dimulai dari masa studi waktu dan

gerak oleh Bapak Manajemen Ilmiah Frederick Taylor pada tahun 1920-an. Aspek yang menjadi

bahasan utama yang disebut sebagai manajemen ilmiah ini adalah adanya pemisahan antara

perencanaan dan pelaksanaan. Taylor mengatasi ini dengan membuat perencanaan tugas

manajemen dan tugas tenaga kerja. Untuk mempertahankan kualitas produk dan jasa yang

dihasilkan dibentuklah departemen kualitas yang terpisah.

Page 5: ARTIKEL i isi.doc

Ringkasan makalah Lucky Kuryanto dinyatakan berikut konsep- konsep tentang perkembangan

TQM itu sendiri sebagai berikut.

1. F.W. Taylor (1856-1915), seorang insiyur mengembangkan satu seri konsep yang

merupakan dasar dari pembagian kerja (devision of work). Analisis dengan pendekatan

gerak dan waktu (time and motion study) untuk pekerjaan manual memperoleh gelar “Bapak

Manajemen Ilmiah” (The Father of Scientific Management). Dalam bukunya tersebut Taylor

menjelaskan beberapa elemen tentang teori manajemen, yaitu sebagai berikut.

- Setiap orang harus mempunyai tugas yang jelas dan harus diselesaikan dalam satu hari

- Pekerjaan harus memiliki peralatan yang standar untuk menyelesaikan tugas yang menjadi

bagiannya.

- Bonus dan intensif wajar diberikan kepada yang berprestasi maksimal.

- Penalti yang merupakan kerugian bagi pekerjaan yang tidak mencapai sasaran yang telah

ditentukan (personal loss).

Taylor memisahkan perencanaan dari perbaikan kerja. Dengan demikian, dia memisahkan

pekerjaan dari tanggung jawab untuk memperbaiki kerja.

2. Shewart (1891-1967), seorang ahli statistik yang bekerja pada “Bell Labs” selama periode

1920-1930. Dalam bukunya The Economic Control of Quality Manufactured Products,

diperoleh suatu kontribusi yang menonjol dalam usaha untuk memperbaiki mutu barang hasil

pengolahan. Dia mengatakan bahwa variasi terjadi pada setiap segi pengolahan dan variasi

dapat dimengerti melalui penggunaan alat statistik yang sederhana. Sampling dan

probabilitas digunakan untuk membuat control chart untuk memudahkan para pemeriksa

mutu, untuk memilih produk mana yang memenuhi mutu dan tidak.

3. Edward Deming, lahir tahun 1900 dan mendapat Ph. D. pada 1972 sangat menyadari bahwa ia

telah memberikan pelajaran tentang pengendalian mutu secara statistik kepada para

insinyur bukan kepada para manajer yang mempunyai wewenang untuk memutuskan. Pada

1950 beliau diundang oleh “The Union to Japanese Scientists and Engineers (JUSE)” untuk

memberikan ceramah tentang mutu yang dapat disimpulkan sebagai berikut.

Page 6: ARTIKEL i isi.doc

- Quality is primarily the result of senior management actions and not the results of actions

taken by workers.

- The system of work that determines how work is performed and only managers can create

system.

- Only manager can allocate resources, provide training to workers, select the equipment

and tools that worekers use, and provide the plant and environment necessary to achieve

quality.

- Only senior managers determine the market in which the firm will participate and what

product or service will be solved.

4. Prof. Juran, mengunjungi Jepang pada tahun 1945 dan membantu pimpinan Jepang di

dalam menstrukturisasi industri sehingga mampu mengekspor produk ke pasar dunia. Ia

membantu Jepang untuk mempraktikkan konsep mutu dan alat-alat yang dirancang untuk

pabrik ke dalam suatu seri konsep yang menjadi dasar bagi suatu “management process”

yang terpadu. Juran endemonstrasikan tiga proses manajerial untuk mengelola keuangan

suatu organisasi yang dikenal dengan trilogi Juran, yaitu finance planning, financial control,

financial improvement. Adapun perincian trilogi itu sebagai berikut.

- Quality planning, yaitu suatu proses yang mengidentifikasi pelanggan dan proses yang

akan menyampaikan produk dan jasa dengan karakteristik yang tepat dan kemudian

mentransfer pengetahuan ini ke seluruh kaki tangan perusahaan guna memuaskan

pelanggan.

- Quality control, yaitu suatu proses di mana produk benar-benar diperiksa dan dievaluasi,

dibandingkan dengan kebutuhan-kebutuhan yang diinginkan para pelanggan. Persoalan

yang telah diketahui kemudian dipecahkan, misalnya mesin-mesin rusak segera diperbaiki.

- Quality improvement, yaitu suatu proses di mana mekanisme yang sudah mapan

dipertahankan sehingga mutu dapat dicapai berkelanjutan. Hal ini meliputi alokasi sumber-

sumber, menugaskan orang-orang untuk menyelesaikan proyek mutu, melatih para

karyawan yang terlibat dalam proyek mutu, dan pada umumnya menetapkan suatu struktur

permanen untuk mengejar mutu dan mempertahankan apa yang telah dicapai sebelumnya.

Page 7: ARTIKEL i isi.doc

5. Kaoru Ishikawa, penggugas gugus kendali mutu dengan mengembangkan ”Ishikawa Cause

and Effect Diagram’ atau dikenal sebagai ’fishbone diagram’. Istilah yang digunakannya

Company-Wide Quality Control (CWQC) menjadi Total Quality Management

(TQM). Penerapan statistik untuk Quality Assurance diungkapkan secara praktis tanpa

formula matematis yang rumit sehingga amat disukai. Beliau memiliki filsafah ’utamakan

membangun manusia, baru kemudian membuat barang’.

6. Profesor Kume, mengemukakan TQM adalah pendekatan manajemen yang bertujuan untuk

keberhasilan dalam membantu membangun pertumbuhan yang stabil dari sebuah organisasi

dengan mengikutsertakan anggotanya yang secara ekonomi menghasilkan mutu yang

diinginkan pelanggan.

2.1.3 TQM dan metode manajemen lainnya

Fandy Tjiptono (2003) menjelaskan ada 4 perbedaan pokok antara TQM dengan metode

manajemen lainnya:

- Dasar teoritis ilmu manajemen lainnya berasal dari ilmu sosial sebagian besar, sedangkan

TQM selain ilmu manajemen itu sendiri maka TQM dasarnya adalah dari statistika, yang

berfokus pada pengendalian proses statistical yang didasarkan pada sampling dan analisis

varians.

- Inovasi ilmu manajemen lainnya berasal dari perusahaan konsultan manajemen. Maka

TQM ini lahir dari para insinyur teknik industru yang sudah bekerja di industri dan

pemerintah.

- Asal ilmu manajemen bersumber dari Amerika kemudian ditransfer secara luas di

lingkungan internasional. Maka TQM dikembangkan di USA kemudian ditransfer ke

Jepang lalu dikembangkan kembali ke Amerika bagian utara dan Eropa.

- Proses penyebarannya untuk ilmu manajemen dimulai dari perusahaan terkemuka

kemudian ditransfer ke industry yang lebih kecil dibawahnya. Sedang TQM dimulai dari

perusahaan perusahaan yang kecil dan menengah.

Page 8: ARTIKEL i isi.doc

Dalam Fandy (2003) digambarkan juga bagaimana perbedaan TQM dengan teknik manajemen

modern lainnya

Sumber : management review, june 1994 (dalam Sutojo, 1994, p.10)

ASPEK TQM REENGINEER

ING

RIGHTSIZI

NG

RESTRUCTUR

ING

AUTOMATIO

N

Asumsi

yang

dipertanya

kan

Kebutuh

an dan

keingina

n

pelangga

n

Fundamental Penentuan

staf

Hubungan

pelaporan

Aplikasi/

penerapan

teknologi

Lingkup

perubahan

Bottom-

up

Radikal Penentuan

staf dan

tanggung

jawab kerja

Organisasi Sistem

Orientasi Proses Proses Fungsional Fungsional Prosedur

Sasaran

perbaikan

inkremen

tal

dramatis inkremental inkremental inkremental

2.1.4 Prinsip Pokok dalam TQM

Fandy (2003) menjelaskan dalam bukunya mengenai TQM, bahwa TQM memiliki 10 unsur utama

(Goetsh dan Davis, 1994, pp 14-18), sebagai berikut:

1. Fokus pada pelanggan

Pelanggan pada TQM diartikan sebagai driver atau pemicu untuk kualitas yang akan

dihasilkan, oleh karena itu fokus pada pelanggan menjadi bagian penting untuk

memanajemen kualitas produk.

Page 9: ARTIKEL i isi.doc

2. Obsesi terhadap kualitas

Kualitas yang telah ditentukan pada setiap tingkat dalam organisasi diharapkan bisa

membuat setiap bagian dalam organisasi terobsesi untuk mencapai kualitas yang telah

ditentukan tersebut.

3. Pendekatan ilmiah

Untuk setiap kualitas yang ingin dicapai diperlukan perhitungan atau pendekatan ilmiah

yang baik. Maka dari itu data sangat diperlukan guna menyusun benchmark, memantau

prestasi dan melaksanakan perbaikan. Tujuannya yaitu untuk menjaga dan mencapai

kualitas yang terus menerus.

4. Komitmen jangka panjang

Karena TQM adalah oaradigma baru maka diperlukan perubahan budaya untuk

berkomitmen supaya penerapan TQM bisa berjalan dengan baik.

5. Kerjasama tim

Adalah unsur utama karena dalam penerapan TQM atau untuk mencapai tujuan TQM itu

sendiri diperlukan kerjasama dari semua pihak, baik karyawan maupun pihak manajemen

dan masyarakat sekitar.

6. Perbaikan secara berkesinambungan

Produk produk yang dihasilkan diharapkan mengalami kenaikan kualitas terus menerus.

Oleh karena itu prinsip perbaikan ini terkait dengan produk yang dihasilkan adalah

semakin meningkat kualitasnya.

7. Pendidikan dan pelatihan

Terkait dengan bagaimana agara kualitas ini terus meningkat, maka penerapan TQM

memaksa setiap bagian terutama tenaga kerja untuk selalu belajar dan mengembangkan

ilmunya guna meningkatkan kualitas dan mencapai tujuan TQM. Maka pelatihan dan

pendidikan dilakukan secara kontinyu sebagai perbaikan kualitas terhadap karyawan yang

diyakini kana berpengaruh terhadap produk produk yang dihasilkan. Juga untuk

pengambilan keputusan yang tepat untuk setiap kebijakan kualitas atas suatu produk.

Page 10: ARTIKEL i isi.doc

8. Kebebasan terkendali

Karyawan dilibatkan dalam setiap keputusan. Adanya pemecahan masalah yang ada dalam

organisasi, karyawan diikutsertakan dalam urun serta aktif dalam penyelesaian dan

pengambilan keputusan.

9. Kesatuan Tujuan

10. Keterlibatan dan pemberdayaan karyawan.

2.1.5 Biaya Kualitas

Prinsip dari TQM saya simpulkan sebagai sebuah teori yang mengedepankan bagaimana

nantinya setiap organisasi atau perusahaan yang bergerak ini bisa mengembangkan biaya kualitas

dengan sangat baik. Fandy (2003) dalam bukunya mengenai “Total Quality Management”

menyatakan bahwa biaya kualitas adalah biaya yang terjadi atau mungkin akan terjadi karena

kualitas yang buruk. Jadi, biaya kualitas adalah biaya yang berhubungan dengan penciptaan,

pengidentifikasian, perbaikan dan pencegahan kerusakan.

Biaya kualitas bisa dikelompokkan menjadi 4 golongan:

1. Biaya pencegahan (prevention cost)

2. Biaya deteksi/ penilaian (detection/appraisal cost)

3. Biaya kegagalan internal (internal failure cost)

4. Biaya kegagalan eksternal (eksternal failure cost)

Sebelum penjelasan, saya menyimpulkan bahwa biaya kualitas ini adalah biaya yang telah

disediakan terlebih dahulu dalam sebuah proyek atau dalam suatu produksi untuk mengantisipasi

terjadinya kualitas yang buruk, seperti biaya insidental akan tetapi jika menerapkan TQM dengan

baik maka “zero defect” aka nada sehingga biaya kualitas ini tidak perlu kembali dicadangkan

karena kualitas produksi atau hasil dari sebuah proyek sudah dipastikan bagus.

Page 11: ARTIKEL i isi.doc

Berikut dijelaskan rincian beberapa biaya yang bisa dianalisis dari 4 golongan biaya

tersebut diatas Hansen Mowen (2009)

1. Biaya Pencegahan

Biaya ini meliputi biaya yang berhubungan dengan perancangan, pelaksanaan, dan

pemeliharaan sistem kualitas. Antara lain yaitu;

a. biaya yang dikeluarkan untuk aktivitas yang berkaitan dengan patokan rencana

kualitas produk yang dihasilkan,

b. biaya yang dikeluarkan untuk penyiapan tawaran/penilaian rancangan baru segi

kualitas/penyiapan program,

c. biaya yang dikeluarkan pada waktu perancangan produk atau pemilihan proses

produksi,

d. biaya yang dikeluarkan untuk teknik pengendalian proses,

e. biaya yang dikeluarkan untuk pengembangan kualitas,

f. biaya yang dikeluarkan untuk mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan terhadap

rencana kualitas keseluruhan

2. Biaya Deteksi

adalah biaya yang terjadi untuk menentukan apakah produk dan jasa sesuai dengan

persyaratan persyaratan kualitas. Tujuan utama biaya ini adalah untuk menghindari

terjadinya kesalahan dan kerusakan sepanjang proses perusahaan.

Antara lain;

a. Biaya yang dikeluarkan untuk memeriksa dan menguji kesesuaian bahan baku yang

dibeli denagna kualifikasi yag tercantum dalam pesanan,

b. Biaya yang terjadi untuk meneliti kesesuaian hasil produksi dengan standar

perusahaan,

c. Biaya yang terjadi untuk melaksanakan pemeriksaan produk dalam proses maupun

produk jadi,

d. Biaya yang terjadi untuk menguji produk gudang dengan tujuan untuk mendeteksi

terjadinya penurunan kualitas produk.

Page 12: ARTIKEL i isi.doc

3. Biaya Kegagalan internal

adalah biaya yang terjadi karena adanya ketidaksesuaian dengan persyaratan dan

terdeteksi sebelum barang atau jasa tersebut dikirimkan kepada pelanggan. Biayanya

antara lain;

a. Biaya kerugian karena sisa bahan

b. Biaya ekstra yang harus dikeluarkan karena proses pengerjaan ulang

c. Biaya tambahan yang timbul karena adanya aktifitas rejects dan complaint atas

bahan baku yang sudah dibeli

d. Biaya yang berhubungan dengan waktu yang digunakan para ahli dalam masalah

produksi menyangkut kualitas misalnya tidak memenuhi spesifikasi kualitas

4. Biaya Kegagalan Eksternal

Biaya yang terjadi karena produk jasa gagal memenuhi persyaratan persyaratan yang

diketahui setelah produk dikirim kepada pelanggan. Meliputi biaya biaya sebagai

berikut;

a. Biaya karena complain tertentu, seperti penukaran produk atau penggantian produk

b. Biaya yang timbul setelah berlalunya masa garansi

c. Biaya servis yang diakibatkan karena untuk memperbaiki cacat yang bukan

disebabkan oleh keluhan pelanggan

d. Biaya sehubungan dengan jaminan atau pertanggungjawaban atas kegagalan

memenuhi standar kualitas

e. Biaya yang timbul karena adanya penarikan kembali suatu produk atau komponen

tertentu

Secara singkat maka rumus biaya kualitas menjadi sebagai berikut:

Rumus:

Total biaya kualitas = Biaya pengendalian + Biaya kerusakan

Total biaya kualitas = (Biaya pencegahan + Biaya pemeriksaan) +

Biaya kerusakan internal + Biaya kerusakan eksternal)

Page 13: ARTIKEL i isi.doc

TQM ini menganjurkan beberapa langkah yang bisa ditempuh untuk meningkatkan kualitas tanpa

harus memberikan banyak beban pada biaya biaya kualitas yang dijelaskan di bagian atas tadi.

Menurut Edwards Deming langkah yang terkenal yang bisa diambil oleh suatu perusahaan dalam

mengantisipasi biaya kualitas ini dan untuk meningkatkan kualitas produk adalah dnegan langkah

PDCAA (Plan, Do, Check, Act, Analyze). Sedangkan Philip B. Crosby terkenal dengan najuran

manajemen “zero defect” dan pencegahan, yang menentang tingkat kualitas yang dapat diterima

secara statistic.berikut dijelaskan Fandy (2003) perbedaan keduanya dalam memandang kualitas

untuk implementasi TQM.

Sumber : Oakland, JS (1989) Total Quality Management, London: Heinemann Professional

Publishing Ltd, pp. 291-292

Deming Crosby

Definisi Kualitas Tingkat yang dapat diprediksi

dari keseragaman dan

ketergantungan pada biaya

yang rendah sesuai dengan

pasar

Sesuai dengan Persyaratan

Tingkat tanggung jawab

manajemen senior

Bertanggung jawab 94% atas

masalah kualitas

Bertanggung jawab untuk

kualitas

Standar prestasi Kualitas memiliki banyak

skala, sehingga perlu

digunakan statistic untuk

mengukur prestasi pada semua

bidang , kerusakan nol

amatlah penting

Kerusakan nol (zero defect)

Pendekatan umum Mengurangi keanekaragaman

dengan perbaikan

berkesinambungan

Pencegahan, bukanlah

inspeksi

Page 14: ARTIKEL i isi.doc

Basis perbaikan Secara terus menerus

mengurangi penyimpangan

Suatu proses, bukan suatu

program, tujuan perbaikan

Kerjasama tim Partisipasi karyawan dalam

pengambilan keputusan

Adanya kelompok perbaikan

kualitas dan dewan kualitas

Biaya kualitas Tidak ada optimum perbaikan

terus menerus

Cost of nonconformance,

quality is free

2.1.6 Perhitungan TQM

Berikut beberapa metode yang digunakan untuk menghitung tepatnya total Quality yang telah

dijelaskan sebelumnya.

Metode yang digunakan untuk mengukur biaya kualitas dari artikel Pengendalian mutu (STIMIK

Jakarta) adalah sebagai berikut:

1. Metode pengganda; Biaya total produk gagal adalah beberapa kali lipat

dari biaya produk gagal yang diukur.

2. Metode penilaian pasar : survai para tenaga penjual terhadap konsumen

tentang pengaruh mutu yang jelek.

3. Metode rugi mutu Taguchi : setiap variasi nilai target dari karakteristik

mutu akan menimbulkan biaya mutu yang tersembunyi.

Rumus Taguchi : L (Y) = k(y-T)2

Di mana :

k = (konstanta), konstanta proporsionalitas yang besarnya tergantung pada struktur biaya

produk gagal eksternal.

y= (yield), nilai aktual dari karakteristik mutu

T= (target), nilai target dari karakteristik mutu

L= (loss), rugi mutu

Page 15: ARTIKEL i isi.doc

Contoh perhitungan :

k=Rp.400 T= 10 inci diameter, unit dihasilkan 2.000, deviasi kuadrat rata-rata 0,025. Maka

biaya per unit yang diharapkan adalah Rp.10(0.025)xRp.400= Rp. 20.000 adalah total

kerugian untuk 2.000 unit.

Unit y (y-T) (y-T)2 K(y-T)2

1 9.9 -0,10 0,010 4,00

2 10,1 0,10 0,010 4,00

3 10,2 0,20 0,040 16,00

4 9.8 -0,20 0,040 16,00

Total 0,100 40,00

Rata-rata 0,025 10,00

Laporan Biaya Mutu

Laporan biaya mutu sesungguhnya berisi setiap kategori biaya mutu yang dihubungkan dalam

bentuk persentase dari pendapatan penjualan. Contoh laporan biaya mutu disajikan seperti

berikut ini, seperti yang dijelaskan oleh Hansen Mowen (2009), berikut memodifikasi contoh

PT. MAJU

Laporan Biaya Mutu

Untuk Tahun yang Berakhir Tanggal 31 Desember 20x2

(Angka Rupiah dalam Jutaan)

Page 16: ARTIKEL i isi.doc

Biaya Mutu

Jumlah

Golongan

Biaya Mutu

Persentase

dari

Pendapatan

Penjualan

Biaya Pencegahan

Biaya pelatihan mutu Rp. 1.000

Biaya rekayasa mutu 1.500

Biaya perencanaan mutu 500

Biaya pelaporan mutu 200

Biaya penilaian pemasok 50

Biaya gugus kendali mutu 75

Biaya review design 25

Rp. 3.350 5,58%

Biaya penilaian

Biaya inspeksi bahan baku Rp. 500

Biaya product acceptance 200

Biaya process acceptance 100

800 1,33

Page 17: ARTIKEL i isi.doc

Biaya kegagalan intern

Biaya sisa bahan Rp. 40

Biaya pengerjaan kembali 160

200 0,33

Biaya kegagalan ekstern

Biaya penanganan keluhan

customerRp. 250

Biaya jaminan 300

Biaya perbaikan 125

675 1,12

Rp. 5.025 8,38%

* Pendapatan penjualan adalah Rp. 60.000.

* Rp.5.025 : Rp.60.000 = 8,38%. Perbedaan dengan jumlah yang seharusnya disebabkan

pembulatan

Dari laporan tersebut diperoleh informasi mengenai signifikan atau tidaknya setiap kategori

biaya mutu yang dibandingkan dengan pendapatan penjualan. Biaya mutu di PT.MAJU

menyerap 8,38% dari pendapatan penjualan.

Manajemen memiliki kesempatan untuk menyusun program yang lebih baik dalam perbaikan

mutu produk atau jasa yang dijual pada customer. Program perbaikan mutu memerlukan

perencanaan yang dituangkan dalam anggaran biaya mutu. Dalam pelaksanaan program

perbaikan mutu, manajemen memerlukan umpan balik berupa laporan biaya mutu yang berisi

Page 18: ARTIKEL i isi.doc

informasi biaya penuh sesungguhnya yang berkaitan dengan mutu produk / jasa dibandingkan

dengan biaya yang dianggarkan. Laporan biaya mutu ini ini digunakan untuk memantau efektivitas

pelaksanaan program yang telah ditetapkan. Contoh laporan biaya mutu yang berisi perbandingan

biaya mutu sesungguhnya dengan anggarannya disajikan sebagai berikut :

PT. MAJU

Laporan Biaya Mutu

Untuk Tahun yang Berakhir Tanggal 31 Desember 20x2

(Angka Rupiah dalam Jutaan)

Realisasi Anggaran Selisih

Biaya Pencegahan

Biaya Tetap

Biaya pelatihan mutu Rp. 1.000 Rp. 950 Rp. 50 R

Biaya rekayasa mutu 1.500 1.600 100 L

Biaya perencanaan mutu 500 600 100 L

Biaya penilaian pemasok 50 65 15 L

Biaya gugus kendali mutu 75 70 5 R

Biaya review design 25 35 10 L

Biaya Variabel

Biaya pelaporan mutu 200 250 50 L

Jumlah biaya pencegahan Rp. 3.350 Rp. 3.565 Rp. 215 L

Page 19: ARTIKEL i isi.doc

Biaya penilaian

Biaya Variabel

Biaya inspeksi bahan baku Rp. 500 Rp. 475 Rp. 25 R

Biaya product acceptance 200 300 100 L

Biaya process acceptance 100 175 75 L

Jumlah biaya penilaian Rp. 800 Rp. 950 Rp. 150 L

Biaya kegagalan intern

Biaya Variabel

Biaya sisa bahan Rp. 40 Rp. 60 Rp. 20 L

Biaya pengerjaan kembali 160 190 30 L

Jumlah biaya kegagalan intern Rp. 200 Rp. 250 Rp. 50 L

Biaya kegagalan ekstern

Biaya Tetap

Biaya penanganan keluhan

customerRp. 250 Rp. 240 Rp. 10 R

Page 20: ARTIKEL i isi.doc

Biaya Variabel

Biaya jaminan 300 350 50 L

Biaya perbaikan 125 140 15 L

Jumlah biaya kegagalan ekstern Rp. 675 Rp. 730 Rp. 470 L

Jumlah biaya mutu Rp. 5.025 Rp. 5.495 Rp. 470 L

8,38% 9,16% 0,78%

* Pendapatan penjualan adalah Rp. 60.000.

* Rp.5.025 : Rp.60.000 = 8,38%

* Rp.5.495 : Rp.60.000 = 9,16%

* Rp.470 : Rp.60.000 = 0,78%

Informasi Biaya Mutu

Informasi biaya mutu digunakan untuk:

1. Mengevaluasi kinerja

2. Memperbaiki berbagai keputusan manajerial dan analisis produk baru

Hakikat dari informasi biaya mutu adalah untuk perbaikan mutu produk perusahaan secara

terus menerus. Informasi biaya mutu yang digunakan untuk penetapan harga strategis dan untuk

mengetahui laba siklus hidup produk baru adalah disajikan seperti contoh dibawah ini:

Page 21: ARTIKEL i isi.doc

Laporan Biaya Mutu, Penjualan = Rp. 1.000

Keterangan Biaya Mutu

(Rp)

% terhadap

penjualan

Biaya Pencegahan:

Pelatihan mutu 10

Reliabilitas mutu 30

40 4,00

Biaya Penilaian:

Pemeriksaan bahan 5

Penilaian produk 10

Penilaian proses 15

30 3,00

Produk Gagal Internal:

Sisa bahan 10

Pengerjaan ulang 20

30 3,00

Page 22: ARTIKEL i isi.doc

Produk Gagal Eksternal:

Keluhan pelanggan 10

Jaminan 10

Perbaikan 20

40 4,00

Total 140 14,00

Unit diproduksi 100 unit

Penetapan Harga Strategis

Estimasi Biaya Mutu (Rp)

Biaya pencegahan 40

Biaya penilaian 30

Biaya produk gagal internal 30

Biaya produk gagal eksternal 40

Total 140

Keputusan: Biaya mutu akan dikurangi 50% dalam 18 bulan yaitu sebesar 50% x Rp.140 =

Rp.70, atau per unitnya = (Rp.70 / 100 unit) = Rp.0,7. Jika manajemen mampu mengurangi

biaya mutu, maka harga dapat diturunkan, misalnya 2% x Rp.10 = Rp.0,2 setiap enam bulan,

tujuannya untuk menjaga pangsa pasar. Tindakan yang demikian ini disebut keputusan strategis

dalam penurunan harga jual melalui penghematan biaya mutu.

Page 23: ARTIKEL i isi.doc

Analisis Laba Siklus Hidup Produk Baru

Laporan: Analisis Produk Baru Proyek No.001

Estimasi siklus hidup produk: 2 tahun

Proyeksi potensi penjualan: 1000 unit (siklus hidup), harga Rp 2/unit

Target operating profit margin 20%

Proyeksi laporan laba-rugi siklus hidup

Penjualan (1000 unit @ Rp 2) 2.000

Biaya Input:

Bahan 500

Upah 400

Biaya overhead pabrik 300

Biaya mutu 100

Biaya pemasaran 250

Biaya administrasi 150

Laba siklus hidup (laba operasi) 300

Berdasarkan proyeksi laba rugi di atas menunjukkan bahwa laba operasi terhadap penjualan

(operating profit margin) sebesar: (Rp 300 / Rp 2.000) = 15%. Dengan demikian produk baru

tersebut ditolak, karena target laba operasi terhadap penjualan sebesar 20%.

Page 24: ARTIKEL i isi.doc

2.2 Industri Konstruksi dan Mutu Kualitas

Istimawan (1996) proyek konstruksi adalah proyek yang berkaitan dengan upaya pembangunan

suatu bangunan infrastruktur yang umumnya mencakup pekerjaan pokok yang termasuk dalam

bidang tekni sipil dan arsitektur. Konstruksi dalam pengertian tersebut bukanlah hanya ditekankan

hanya pada pelaksanaan pembangunan fisiknya saja akan tetapi mencakup arti sistem

pembangunan secara utuh dan lengkap. Pekerjaan konstruksi ini memberikan tantangan yang

bersifat khusus karena hampir setiap konstruksi bangunan apapaun macamnya, selalu direncanakan

atau dilaksanakan dengan menggunakan sistem rekayasa tertentu khusus diperuntukkan bagi

bangunan tersebut.

Mutu kualitas produk keluaran dari sebuah produk konstruksi berfokus pada perencanaan dan

pengawasan yang dilakukan dari pihak konsumen/pemberi tugas project konstruksi, dalam hal ini

kita ibaratkan adalah pemerintah. Ada beberapa pihak yang utama terkait dengan pekerjaan

konstruksi ini. Jika digambarkan dalam sebuah bagan alur secara lengkap adalah sebagai berikut

Sumber : Istimawan Dipohusodo (1996) p. 101

JASA

IMBALAN

IMB

ALAN

PROSESPRODUKSI

JASA IMBALAN

KONSULTANPERENCANA

KONTRAKTORKONSULTAN

VALUEENGINEERING

KONSUMEN(pemberi tugas)

JASA JASA

KONSULTANPENGAWAS

IMBALAN

Page 25: ARTIKEL i isi.doc

Dari bagan alur yang digambarkan seperti diatas kita bisa melakukan penilaian bahwa pada setiap

project konstruksi kita ketahui tidak ahanya kontraktor yang melaksanakan project konstruksi

tersebut akan tetapi ada pihak seperti konsultan perencana dan konsultan pengawas. Dalam

Instansi tempat saya bekerja saat ini bagian perencanaan telah melaksanakan apa yang disebut

dengan SMM (Sistem Manajemen Mutu) sebagai implementasi pelaksanaan TQM meliputi fokus

pada pelanggan dan seterusnya yang telah dijelaskan pada awal penjelasan TQM.

Perhitungan mengenai TQM sendiri yang telah disajikan pada bagian perhitungan TQM, akan

tetapi khusus untuk perhitungan pada konstruksi ini saya hanya akan menyajikan bagaimana biaya

kualitas dianggarkan pada sebuah pekerjaan konstruksi, fokus penyajian biaya kualitas ini terdapat

dalam kontrak pengawasan yang nantinya akan saya sajikan pada bagian selanjutnya.

Selain bagan alur pelaksanaan Konstruksi tersebut bukti bahwa sebuah industry Konstruksi sangat

memelihara dan mengedepankan mutu kualitas adalah Keith Potts

(2008) menjelasakan bahwa proses manajemen biaya yang dilakukan dalam bidang konstruksi akan

selalu terkait dengan “sustainable development”, oleh karena itu proses manajemen biaya

dilakukan pada setiap fase kosntruksi yang meliputi:

1. Manajemen Pre-contract

2. Peralatan dan teknik

3. Strategi dan procurement

4. Manajemen Post-contract

Terlihat bahwa konstruksi pun melakukan banyak tahap untuk menghasilkan output pekerjaan yang

baik dalam artian kualitas. Setiap tahapan tersebut dilaksanakan dan direncanakan dengan baik,

tidak hanya pertahap tersebut teruntuk biaya pun konstruksi mempunyai prinsip dalam

memonitoring seperti menurut Peterson (2009) yang ada 3 poin penting dalam hal memonitor dan

mengontrol biaya biaya konstruksi ini, yaitu bahwa

Page 26: ARTIKEL i isi.doc

1. Manajer secara aktif memonitor biaya biaya yang dikeluarkan dalam suatu pekerjaan

konstruksi.

2. Manajer menelusur permasalahan yang kemungkinan besar muncul dalam pekerjaan

konstruksi ini, terutamanya terkait dengan pengelolaan biaya

3. Manajer secara aktif bersama tim dalam proyek tersebut, berusaha mencari solusi atas

permasalahan yang dimungkinkan timbul tersebut.

Bisa saya simpulkan bahwa industri konstruksi pun memiliki perhatian yang cukup besar terhadap

bagian biaya. Meskipun biaya tersebut adalah biaya proses konstruksi secara keseluruhan akan

tetapi biaya biaya tersebut dikeluarkan pastinya untuk memperikan hasil ouput pekerjaan terbaik

dengan mutu kualitas yang baik sesuai dengan yang diminta oleh pemberi tugas atau konsumen

dalam hal ini pemerintah.

2.3 Total Quality Management (TQM) dalam Sistem Manajemen Mutu (SMM) dan Biaya

Kualitas Kontrak Pengawasan Konstruksi

2.3.1 TQM dalam SMM Konstruksi

Sesuai dengan Permen PU no.04 tahun 2009 maka dijelaskan sebagai berikut mengenai bagaimana

implementasi Prinsip prinsip SMM yang saya analisis sebagai bentuk pengimplementasian prinsip

TQM yang sudah dijelaskan pada bahasan sebelum ini,

Penerapan SMM Departemen Pekerjaan Umum harus dapat menunjukkan peningkatan

berkelanjutan dalam Unit Kerja/Unit Pelaksana di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum

dengan mengaktualisasikan 8 (delapan) prinsip manajemen mutu dalm setiap proses kegiatan,

yang meliputi :

o Fokus pelanggan;

o Kepemimpinan;

o Keterlibatan personil;

o Pendekatan proses;

o Pendekatan sistem terhadap manajemen;

Page 27: ARTIKEL i isi.doc

o Perbaikan berkesinambungan;

o Pendekatan faktual dalam pengambilan keputusan;

o Hubungan pemasok yang saling menguntungkan

Pedoman Penerapan Sistem Manajemen Mutu ini berlandaskan :

1. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 602/PRT/M/2006 tentang Tata Persuratan dan

Kearsipan

2. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 02/PRT/2008 Tanggal 11 Februari 2008,

tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Departemen Pekerjaan Umum yang merupakan

Kewenangan Pemerintah dan Dilaksanakan sendiri;

3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 03/PRT/M/2008 tentang Pedoman

Pelaksanaan Kegiatan Bidang Pekerjaan Umum Yang Merupakan Kewenangan

Pemerintah Dan Dilaksanakan Melalui Dekonsentrasi Dan Tugas Pembantuan.

4. SNI Nomor 19-9001-2001 tentang Sistem Manajemen Mutu Persyaratan;

5. SNI Nomor 19-19011-2003 tentang Pedoman Pengauditan Sistem Manajemen Mutu dan

Sistem Manajemen Lingkungan;

6. SNI Nomor 19-9000-2005 tentang Sistem Manajemen Mutu Dasar-Dasar dan Kosakata.

Dalam Permen juga dijelaskan beberapa poin penting seperti Prosedur Mutu adalah prosedur SMM

wajib, yang sekurang-kurangnya meliputi :

1. Prosedur Pengendalian Dokumen;

2. Prosedur Pengendalian Rekaman;

3. Prosedur Audit Internal SMM;

4. Prosedur Pengendalian Hasil Pekerjaan Tidak Sesuai;

5. Prosedur Tindakan Korektif;

6. Prosedur Tindakan Pencegahan.

Page 28: ARTIKEL i isi.doc

Dalam Permen tersebut juga dijelaskan bahwa monitoring mutu dilakukan pada bagian

perencanaan, yang kemudian dibagi dalam 3 rencana yaitu Rencana Mutu Unit Kerja, Rencana

Mutu Pelaksanaan Kegiatan dan Rencana Mutu Kontrak (lampiran 2, lampiran 3, lampiran 4).

2.3.2 Biaya Kualitas dalam Kontrak Pengawasan Konstruksi

Telah dijelaskan dalam bagan alur konstruksi diatas bahwa proses konstruksi tidak hanya

melibatkan kontraktor dan pemberi tugas /konsumen dalam hal ini pemerintah. Akan tetapi diluar

pengawasan mutu perencanaan yang telah dijelaskan sebelum bab ini, maka kemudian ada yang

disebut sebagai kontrak pengawasan. Kontrak pengawasan ini dilakukan secara khusus diluar

kontrak kerja pekerjaan konstruksi, hal ini dilakukan sebagai upaya Pemerintah untuk memastikan

bahwa Kualitas dari pekerjjaan konstruksi yang telah disepakatai tetap terjaga dengan baik.

Pemerintah dalam hal pelaksanaan suatu kontrak konstruksi tentunya tidak bisa secara rutin

melakukan pengawasan terkait perkerjaan kontraktor pada setiap termin atau setiap tahap, oleh

karena itu Pemerintah melakukan kontrak dengan tenaga ahli untuk membantu Pemerintah

melakukan fungsi pengawasan dalam hal mutu kualitas baik pekerjaan dan bahan yang digunakan

apakah sudah sesuai dengan spek atau standard yang ditetapkan (contoh perjanjian terlampir).

Saya tidak melampirkan contoh kontrak pengawasan secara keseluruhan, saya lampirkan salah

satu contoh perjanjian dari sebuah paket kontrak pengawasan atas suatu pekerjaan saja berikut

lampiran bagaimana biaya kualitas dari sebuah paket pelaksanaan kontrak pengawasan dirinci.

Pada lampiran rincian biaya pengawsan dijelaskan fokus kepada biaya tenaga teknisi yang

menangani bagaimana mutu tersebut dijaga. Dijelaskan terdapat biaya biaya sebagai berikut :

1. Biaya tenaga ahli untuk mengukur quality engineer

2. Biaya terkait supervision engineer, untuk mengawasi pekerjaan

3. Biaya teknisi, yaitu untuk surveyor pekerjaan teknis, apakah sudah sesuai atau belum

4. Biaya lab teknisi, ini dilakukan untuk mengecek kembali hasil project (khusus untuk

project jalan) mengukur terkait ketebalan dan bahannya untuk dilakukan cek ulang di

dalam lab. (lampiran 1)

Page 29: ARTIKEL i isi.doc

Jika dalam prinsipnya biaya kualitas ini diminimumkan karena hasil mutu kualitas diharapkan

sudah baik. Maka saat ini bagi pemerintah, biaya kualitas ini masuk kedalam biaya antisipasi atau

biaya pencegahan atau biaya support yang masih harus terus dikeluarkan untuk menjaga mutu dari

hasil output suatu pekerjaan konstruksi.

Page 30: ARTIKEL i isi.doc
Page 31: ARTIKEL i isi.doc