Upload
yudayuda1234
View
156
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PELAYANAN KESEHATAN HEWAN PELIHARAAN DI MALANG
Girang Cahya Kurnia, Nurachmad Sujudwijono. A.S , Beta Suryokusumo
Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Brawijaya,
Jalan MT. Haryono 167, Malang 65141, Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
Anjing dan kucing merupakan hewan yang memiliki tingkah laku yang lucu, jinak dan
tentunya dapat menjadi teman disaat kesepian Tidak heran banyak orang yang memelihara
hewan tersebut untuk dijadikan hewan kesayangan. Sehingga semakin banyaknya komunitas
pecinta hewan di masyarakat. Salah satunya di kota Malang. Masyarakat atau pecinta hewan
mulai memelihara hewan tersebut untuk dijadikan hewan peliharaan. Namun pada kenyatannya,
kondisi objektif fasilitas-fasilitas yang mewadahi kegiatan-kegiatan pemeliharaan hewan belum
mendukung/mewadahi secara efektif. Fasilitas hewan di Malang jumlahnya sedikit dibandingkan
dengan meningkatnya pemelihara hewan. Selain itu pemilik hewan kurang puas dengan fasilitas
yang ada. Adanya fasilitas kesehatan hewan yang lengkap dan mampu mewadahi secara efektif
serta mempermudah setiap pemilik hewan yang datang, supaya hewan-hewan peliharaan ini
terjaga dan terpelihara dengan baik. Metode yang digunakan adalah metode kajian-
perancangan. Metode yang dilakukan melalui tahapan-tahapan kajian maupun perancangan.
Perancangan kesehatan hewan peliharaan nantinya mempertimbangkan fungsi, ruang, dan
kebutuhan akan kesehatan bagi hewan peliharaan. yang nantinya akan disesuaikan kebutuhan
atau standart yang ada. Sehingga menghasilkan suatu rancangan yang sesuai dengan standart
pelayanan kesehatan hewan peliharaan khususnya hewan anjing dan kucing.
Kata kunci : Pelayanan kesehatan hewan peliharaan, kucing dan anjing.
Pendahuluan
Dewasa ini masalah kesehatan
hewan harus dipandang sebagai masalah
kesehatan semesta, yang memerlukan
pendekatan paradigma “one world – one
health – one medicine”. Hal ini
mengandung implikasi pentingnya
penyelesaian masalah kesehatan hewan
secara tuntas dan berkesinambungan dalam
suatu sistem kesehatan hewan. Malang
sebagai salah satu kota di Jawa Timur yang
memiliki perkembangan kota yang sangat
pesat khususnya di bidang kesehatan.
Kesehatan bukan hanya dimiliki atau
kebutuhan manusia saja tetapi hewan perlu
akan kesehatan yang baik. Anjing dan
kucing merupakan hewan yang memiliki
tingkah laku yang lucu, jinak dan tentunya
dapat menjadi teman disaat kesepian. Warna
dan bulu yang lebat serta jenis yang berbeda,
menjadikan daya tarik tersendiri bagi
mereka yang mencintai hewan. Tidak heran
banyak orang yang memelihara hewan
tersebut untuk dijadikan hewan kesayangan.
Sehingga semakin banyaknya komunitas
pecinta hewan di masyarakat. Salah satunya
di kota Malang yang sangat terkenal akan
tempat wisatawanya karena berada di
dataran tinggi yang memiliki suhu udara
yang dingin. Hal tersebut sangat cocok bagi
hewan seperti anjing dan kucing terutama
bagi hewan ras asli untuk bisa hidup di kota
Malang. Sehingga mendorong masyarakat
atau pecinta hewan untuk memelihara
hewan tersebut. Banyaknya fasilitas dan
layanan perawatan bagi hewan seperti anjing
dan kucing di kota Malang membuat para
pecinta hewan tidak perlu bingung dan
khawatir dengan hewan kesayangannya.
Sehingga hewan tersebut tetap terjaga
dengan baik dan sehat. Hasil studi yang
dilakukan baik dari hasil wawancara
maupun hasil studi yang sama yang telah
dilakukan sebelumnya oleh orang lain
mengenai perkembangan pecinta hewan di
Malang dapat disimpulkan bahwa semakin
tinggi para peminat pemelihara hewan maka
semakin tinggi pula kebutuhan akan fasilitas
pendukung serta kegiatan-kegiatan
pemeliharaan hewan. Namun pada
kenyatannya, kondisi objektif fasilitas-
fasilitas yang mewadahi kegiatan-kegiatan
pemeliharaan hewan belum mendukung /
mewadahi secara efektif. Fasilitas hewan di
Malang jumlahnya sedikit dibandingkan
dengan meningkatnya pemelihara hewan.
Selain itu pemilik hewan kurang puas
dengan fasilitas yang ada. Fasilitas yang
tidak lengkap dan terpisah antara satu
dengan yang lainnya menjadi faktor
penyebab pemilik merasa tidak puas dan
kurang efektifnya fasilitas dalam
pemeliharaan hewan peliharaan. Keinginan
dari pecinta hewan peliharaan atau
komunitas pecinta hewan di Malang pada
umumnya, adanya fasilitas kesehatan hewan
yang lengkap dan mampu mewadahi secara
efektif dan mempermudah setiap pemilik
hewan yang datang, supaya hewan-hewan
peliharaan ini terjaga dan terpelihara dengan
baik.
Metode Kajian-Perancangan
Tahapan ini dimulai dari penguraian
latar belakang masalah, merumuskan
permasalahan dengan mengidentifikasi
permasalahan terlebih dahulu, yang
kemudian dilakukan pembatasan suatu
permasalahan sehingga menghasilkan suatu
rumusan permasalahan yang lebih spesifik
untuk dicari penyelesaiannya. Dari
permasalahan yang telah dirumuskan
tersebut, kemudian mencari data-data baik
tinjauan literatur serta tinjauan objek
komparasi yang terkait dengan
permasalahan yang ada. Adapun tahapan
yang digunakan dalam metode ini akan
dijelaskan pada sub-bab berikutnya.
3.1.1 Perumusan ide/gagasan
Dalam tahap pertama yang dilakukan
adalah pencarian informasi mengenai
perkembangan pecinta hewan di Malang
dengan partisipasi masyarakat khususnya
bagi para komunitas pecinta hewan anjing
dan kucing dalam memberikan informasi
tentang perkembangan hewan kesayangan.
Dalam tahap pertama ini yang dihasilkan
adalah data berupa pernyataan-pernyataan
dari para komunitas pecinta hewan maupun
kalangan profesi. Selain itu juga data yang
diperoleh dari berita internet dan surat kabar
tentang isu terkini mengenai peningkatan
pecinta hewan kesayangan, dan isu tentang
keberadaan fasilitas kesehatan hewan yang
masih kurang memenuhi dan kurang
memberikan kepuasaan bagi pecinta hewan.
Data ini digunakan untuk mendukung dan
memperkuat latar belakang dan rumusan
masalah yang diangkat pada kajian ini.
Dari pengamatan tersebut muncul
fakta dan permasalahan mulai dari masalah
umum (non-arsitektural) hingga ke masalah
khusus (arsitektural). Permasalahannya ialah
kurangnya fasilitas kesehatan bagi hewan
yang kurang memenuhi dan fasilitas yang
terpisah-pisah sehingga timbul
ketidakpuasan para pecinta hewan pada
umunya di kota Malang. Oleh karena itu
muncul ide/gagasan untuk merancang
pelayanan kesehatan hewan peliharaan di
Malang.
3.1.2 Pengumpulan Data
Dalam tahap ketiga yang dilakukan
adalah mulai mengumpulkan data yang
diperlukan untuk perancangan pelayanan
kesehatan hewan peliharaan di Malang.
Terdapat dua macam data, yaitu:
A. Data primer
Pada tahap ini dilakukan tinjauan
langsung atau survey ke lapangan,
karena dalam proses suatu perancangan
memang dibutuhkan data-data
mengenai hal-hal yang berkaitan baik
dengan permasalahan yang ada di
wilayah setempat maupun data
mengenai kondisi eksistingnya. Data
primer ini meliputi:
1. Survei lapangan, merupakan
pengamatan langsung dilakukan
dengan cara survei langsung ke
lokasi kajian, mencatat dan
merekam kondisi yang ada.
2.Wawancara, merupakan
pengumpulan data yang lebih
spesifik dan detail mengenai
kebutuhan ruang, tata ruang
serta aktivitas pemakai tentang
segala sesuatu terkait
perancangan pelayanan
kesehatan hewan peliharaan.
B. Data sekunder
Merupakan data yang diambil secara
tidak langsung dari sumber-sumber pustaka.
Namun data ini berfungsi sebagai
pendukung data primer serta sebagai bahan
pertimbangan dalam merancang. Data
sekunder yang digunakan dalam kajian ini
yaitu studi literatur dan studi komparasi,
yang diperoleh dari sumber-sumber tertulis
berupa karya ilmiah (skripsi), buku, serta
data-data lain yang diperoleh dari internet.
3.1.3 Analisis Data
Dari data yang sudah diperoleh
kemudian diolah untuk memperoleh hasil
secara terprogram. Dalam tahap ini, data-
data yang telah diperoleh, dipilih dan
dianalisa berdasarkan masalah yang akan
dipecahkan dalam perancangan pelayanan
kesehatan hewan peliharaan di Malang.
Metode yang digunakan adalah analisis
kualitatif dengan pendekatan yang
mengintegrasikan kajian visual dan spasial.
Dengan penjelasan secara deskriptif analitis,
yaitu melakukan analisis data kualitatif
sesuai dengan konteks arsitektur untuk
memperoleh konsep rancangan. Adapun
analisis yang dilakukan antara lain:
A. Analisa ruang dan pelaku
Analisa terhadap ruang dan
pelaku dilakukan secara fungsional,
yaitu kegiatan penentuan ruang
yang mempertimbangkan fungsi
dan tuntutan aktifitas yang
diwadahi oleh ruang. Pada proses
analisa ini dilakukan secara
kualitatif (tidak mendetail dan
dilakukan untuk mendapatkan
kebutuhan mendasar dari fungsi
pelayanan kesehatan hewan
peliharaan). Analisa ini terdiri dari:
1. Analisa aktifitas manusia (unsur
non fisik), analisa jenis ini
dilakukan dengan cara
menganalisa berbagai aktifitas
manusia dan hewan yang
dilakukan di dalam ruangan dan
kebiasaan dari pemakai bangunan
baik pengunjung maupun
pengelola. Dari analisa muncul
beberapa permasalahan yang
lebih spesifik, yaitu jenis aktifitas
yang diwadahi.
2. Analisa fasilitas (unsur fisik),
merupakan analisa yang
dihasilkan dari analisa
pelaku/pemakai bangunan yang
berupa penyelesaian secara
arsitektural dengan cara
menyediakan fasilitas-fasilitas
yang mendukung pelayanan
kesehatan hewan peliharaan.
Metode programatik digunakan
untuk merubah analisa aktifitas
menjadi tuntutan untuk
mewadahi kebutuhan dari
aktifitas yang berupa besaran,
hubungan dan kebutuhan ruang
yang diperlukan yang
berlandaskan terhadap penerapan
standart. Hasil dari metode ini
berupa program ruang, meliputi
kebutuhan ruang, pola hubungan
dan susunan antar ruang, zoning
ruang dan fasilitas pendukung
ruang. Analisa akan disajikan
dalam bentuk tabel (diagram
matriks) dan diagram gelembung
B. Analisa Tapak
Analisa terhadap faktor potensi
tapak yang berlokasi di Malang
dilakukan dengan menggunakan
analisa tautan, dimana proses analisa
terhadap unsur-unsur baik potensi
maupun kondisi tapak dan lingkungan
serta aspek-aspek yang terkandung di
dalamnya serta dilakukan analisa
terhadap tata massa dalam bangunan.
Proses analisa ini berupa analisa
terhadap potensi tapak dengan
pengamatan langsung (daya dukung
dan kekurangannya), iklim,
peraturan bangunan, pencapaian,
sirkulasi, kebisingan, drainase,
zoning dan aktifitas lingkungan.
Analisa yang dilakukan disajikan
dalam bentuk gambar dan foto secara
verbal.
C. Analisa bangunan, tata massa dan
ruang luar, utilitas
Analisa pelayanan kesehatan
hewan peliharaan meliputi faktor-
faktor fisik dan non fisik yang
meliputi analisa bentuk dan
tampilan bangunan, analisa tata
massa dan ruang luar dan analisa
utilitas.
Analisa bangunan dilakukan
dengan melakukan pengolahan-
pengolahan bentukdasar yang
digunakan seperti segiempat,
lingkaran dan segitiga yang
dikembangkan dan disesuaikan
dengan kebutuhan fungsional,
estetika maupun kekuatan (struktur)
sehingga menghasilkan bentukkan
tiga dimensional Analisa yang
dilakukan disajikan dalam bentuk
gambar manual maupun digital.
Setelah dilakukan pengolahan
bentuk dasar, kemudian dilakukan
penganalogian suatu bentuk yang
mencerminkan suatu fungsi formal dari
sebuah pelayanan kesehatan hewan
peliharaan yang dituangkan dalam massa
bangunan dan ruang luar sehingga
dapat memperkuat integrasi antara massa
bangunan dan ruang luar. 3.1.4
Perumusan Konsep
Perumusan konsep adalah tahapan
yang dilakukan setelah dilakukan analisa
sebelumnya, yang meliputi analisa fungsi,
perilaku, dan kebutuhan ruang, analisa
tapak, serta analisa bangunan. Konsep-
konsep yang dihasilkan meliputi:
A. Konsep tata ruang dalam bangunan yang
meliputi penzoningan, dan sirkulasi ruang
dalam.
B. Konsep tapak yang meliputi pencapaian,
kebisingan, view, cahaya matahari, dan
angin
C. Konsep bangunan yang meliputi bentuk
dan tampilan, serta tata massa dan ruang
luar.
D. Konsep Utilitas yang meliputi sistem
penyediaan dan penghematan air bersih,
sistem pengolahan air kotor dan kotoran,
serta sistem pengelohan sampah.
3.2. Metode Perancangan
Setelah didapatkan konsep awal
perancangan pelayanan kesehatan hewan
peliharaan di Malang, maka dilakukan
pengembangan dan eksplorasi desain
yang ditransformasikan dalam grafis
gambar. Teknik yang digunakan dalam
proses perancangan ini menggunakan
sketsa-sketsa gambar, diagramatik serta
menampilkan gambar-gambar digital
dengan menggunakan aplikasi SketchUp
dan Photoshop yang menjawab rumusan
masalah. Metode yang digunakan adalah
metode pragmatis.
Hasil dan Pembahasan
4.1 Tinjauan tapak
Pelayanan kesehatan hewan
peliharaan merupakan salah satu pelayanan
jasa khususnya kesehatan bagi hewan,
perdagangan, serta fasilitas pendidikan dan
rekreasi bagi masyarakat Malang maka
untuk pemilihan tapak sendiri dengan
melihat tata guna lahan kota Malang yaitu
kawasan sepanjang jalan Soekarno Hatta-
Blimbing. Selain pertimbangan dari RTRW
Kota malang, dengan melihat fakta yang ada
untuk kawasan sepanjang jalan Soekarno
Hatta- Blimbing merupakan pusat berbagai
pelayanan baik primer maupun sekunder
seperti pertokoan, permukiman, fasilitas
umum, dan pelayanan jasa. Berikut
pertimbangan pemilihan lokasi tapak dapat
dilakukan berdasarkan kriteria-kriteria
sebagai berikut :
a Tata Guna Lahan, sesuai dengan pola
peruntukan lahan dari rencana induk
kota Malang.
b. Pencapaian, kemudahan pencapaian
terutama ditinjau dari hubungan yang
lancar dengan daerah perdagangan,
pusat kegiatan/fasilitas umum kota,
sehingga memudahkan mobilitas
kegiatan keluar dan masuk lokasi
stasiun televisi.
c Utilitas Kota, tersedia utilitas kota
seperti air bersih, listrik,
telekomunikasi dan drainase kota
(riol).
d. Luasan yang memadai. Sebagai
bangunan yang akan menampung
banyak hewan dan akan dikunjungi
banyak orang pula, maka faktor
luasan tapak sangat penting.
e. Adanya potensi dari lingkungan
setempat.
Posisi tapak berada di jalan
arteri Soekarno Hatta. Persimpangan
bundaran monumen pesawat Soekarno
Hatta. Tepatnya berada di sebelah
timur pom bensin. Daerah lingkungan
sekitar site merupakan pengembangan
lahan fungsi permukiman, komersil,
rekreasi, dan pendidikan. Dan yang
akan dibangun berupa fasilitas
komersil yaitu pusat kesehatan hewan
kesayangan yang mewadahi aktifitas
perdagangan, penitipan, dan
pemeliharaan kesehatan hewan-hewan
peliharaan. Adapun batas-batas
tapaknya antara lain:
1. Utara : Jalan soekarno hatta.
2. Timur : Lapangan Futsal.
3. Selatan :
Perumahan/permukiman.
4. Barat :Resto Ocean Garden,
pom bensin.
Gambar 1: tapak dan batas perancangan
Luas tapak yaitu 4900 m2, dengan
ketentuan yang berlaku untuk kawasan ini
antara lain Dengan ketentuan :
1. Kofisien Dasar Bangunan (KDB): 80-85
%
2. Koefisien Lantai Bangunan (KLB): 4
3. GSB depan = 5 m
4. GSB samping dan belakang = 3 m
4.2 Lay outplan dan siteplan
Gambar 2: pencapaian dan pola sirkulasi
Keterangan :
Sirkulasikendaraan
pengunjung
Sirkulasi kendaraan pengelola, dan
karyawan
Sirkulasi pejalan kaki
A. Pencapaian dan pola sirkulasi
Seperti terlihat pada gambar, tapak
perancangan pelayanan kesehatan hewan
peliharaan berada tepat berada jalan
Soekarno Hatta, setelah bundaran pesawat
menuju ke arah blimbing/jalan Borobudur.
Tapak diplih merupakan hasil dari analisa
yang telah dilakukan terkait dengan
perancangan pelayanan kesehatan hewan
peliharaan di Malang. Pencapaian menuju
tapak sangat mudah karena dilalui berbagai
jenis kendaraan. Jika tidak ada kendaraan
pribadi, terdapat angkutan umum untuk jalur
ABG, ADL, dan lainnya.
Seperti terlihat pada gambar, pada
tapak terdapat satu jalan masuk dan satu
jalan keluar untuk memudahkan jalur
sirkulasi kendaraan yang masuk ataupun
keluar. Mengurangi kemacetan yang berada
di sisi utara tapak karena jalur/jalan
soekarno Hatta sangat ramai dengan
kendaraan yang melintasi. Sirkulasi
kendaraan bagi pengunjung ditempatkan di
area depan atau yang mudah dilalui dan
dicapai menuju bangunan pelayanan
kesehatan hewan peliharaan. Sedangkan
untuk sirkulasi kendaraan bagi pengelola
dan karyawan ditempatkan dan melewati di
sisi selatan bangunan dengan tujuan
memisahkan dengan sirkulasi kendaraan
pengunjung untuk kenyamanan aktivitas di
dalamnya. Untuk pejalan kaki bagi
pengunjung maupun pengelola dan
karyawan akan disediakan di sisi bagian
yang mengelilingi bangunan berupa selasar-
selasar dengan tujuan memberikan
kenyamanan pada pengguna dari sirkulasi
kendaraan dan terik matahari maupun hujan.
B. Tata massa bangunan dan ruang luar
Pada perancangan pelayanan
kesehatan hewan peliharaan, tata massa
terdiri dari tiga massa bangunan yang terdiri
dari klinik hewan, penitipan hewan dan
grooming serta pets shop serta massa
bangunan service maupun penunjang
lainnya. Hasil dari analisa yang telah
dilakukan dan akan kebutuhan fasilitas
kesehatan hewan peliharaan di Malang serta
berdasarkan kebutuhan aktivitas yang ada.
Terdapat selasar di sekeliling massa
bangunan untuk menghubungkan massa
yang satu dengan yang lain agar tidak
terkesan terpisah antara massa yang satu
dengan yang lainnya. Orientasi massa
menghadap langsung jalan Soekarno Hatta
tepatnya pada sisi utara tapak dikarenakan
fungsi bangunan sebagai bangunan
publik/komersil,yaitu terbuka untuk
masyarakat umum. Dan menjadi view yang
menarik pada kawasan ini. Karena bangunan
ini akan memberikan kesan yang berbeda
selasar Masuk
Keluar
dengan bangunan-bangunan lainnya yang
ada disekitarnya
Gambar 3: tata massa
Massa bangunan utama berada di
tengah tapak dengan tujuan memberikan
kenyamanan baik akses dan pencapaian
pada bangunan pelayanan kesehatan hewan
peliharaan. Dan juga mempertimbangkan
dampak yang ditimbulkan dari peracangan
bangunan pelayanan kesehatan hewan
peliharaan.Sisi-sisi tapak akan dimanfaatkan
untuk ruang luar seperti parkir kendaraan,
taman, serta adanya pedestrian bagi pejalan
kaki dengan tujuan memeberikan
kenyamanan pejalan kaki dan aktivitas di
dalamnya. Penambahan dengan elemen
vegetasi juga akan menambah kerindangan
serta berfungsi sebagai barier untuk
mengatasi dampak dari luar maupun di
dalam tapak.
Gambar 4: ruang luar
4.3 Denah
A. Denah Klinik hewan
Gambar 4. Denah klinik hewan
Tabel 4. 1 : Besaran ruang klinik hewan
No. Ruangan Zona Luas
(m2)
1. Lobby Publik 160
2. Receptionist Publik 32
3. Ruang
tunggu
Publik 144
4. Ruang
pemeriksaan
Semi
publik
96
5. Ruang
konsultasi
Semi
publik
24
6. Ruang
administrasi
dan medik
Privat 40
7. Ruang
perawatan
Privat 135
Penitipan hewan dan grooming
Klinik hewan
Pet shop
service area dan bangunan penunjang lainnya
Ruang transisi/ selasar
Zona Publik
Zona Privat
Zona
semi
publik
Zona
semi
publik
8. Ruang pemulihan
Privat 16
9. Ruang
operasi
Privat 48
10. Ruang x ray Privat 24
11. Ruang
kendali
Privat 4
12. Ruang
perawat
Privat 24
13. Ruang dokter Privat 24
14. Laboratorium Privat 24
15. Ruang rawat
anjing
Privat 180
16. Ruang rawat
kucing
Privat 64
17. Gudang Privat 4
18. Toilet Publik 16
19. Kamar
mandi/ganti
Privat 8
Total 1067
20 % Sirkulasi 214
Total keseluruhan 1281
B. Denah penitipan hewan dan grooming
Gambar 5 : Denah penitipan hewan dan grooming
Tabel 4. 2 : Besaran ruang penitipan
hewan dan grooming
No. Ruangan Zona Luas
(m2)
1. Lobby Publik 108
2. Receptionist Publik 8
3. Ruang tunggu Publik 52
4. Ruang
administrasi
dan medik
Privat 48
5. Ruang
grooming
Semi
publik
48
6. Ruang titip
anjing
Privat 135
7. Ruang titip
kucing
Privat 16
8. Ruang obat Privat 48
9. kasir Semi
publik
24
10. Ruang
pendaftaran
penitipan
hewan
Semi
publik
4
11. Ruang
perawat
Privat 24
12. Ruang dokter Privat 24
13. Ruang kennel
boys
Privat 10
14. Pantry Privat 8
15. Toilet Publik 8
16. K.mandi/ganti Privat 8
17. Apotik Privat 24
Total 597
20 % Sirkulasi 120
Total keseluruhan 717
Zona Privat
Zona Publik
Zona semi publik
C. Denah pengelola
Gambar 6 : Denah pengelola
Tabel 4. 3 : Besaran ruang pengelola
No. Ruangan Zona Luas
(m2)
1. Ruang
informasi
Publik 32
2. Ruang
pimpinan
dokter
Privat 52
3. Ruang
direktur
Privat 32
4. Ruang Wakil
direktur
Privat 48
5. Ruang Staff Privat 48
6. Ruang rapat Privat 64
7. Sekretaris Privat 16
8. Ruang
Office boy
Privat 32
9. Gudang Privat 16
10. Pantry Privat 16
11 Toilet Privat 16
12. Kamar
mandi/ganti
Privat 4
Total 376
20 % Sirkulasi 75
Total keseluruhan 451
D. Denah pets shop
Gambar 4.7 : Denah Pets Shop
Tabel 4. 4 : Besaran ruang pet shop
No. Ruangan Zona Luas
(m2)
1. Lobby Publik 48
2. Receptionist Publik 6
3. kasir Semi
publik
12
4. Retail hewan Publik 192
5. Kennel boys Privat 8
6. Toilet Publik 8
7. Ruang
komunitas
hewan
Privat 48
8. Ruang
pamer/indoor
Semi
publik
168
Total 490
20 % Sirkulasi 98
Total keseluruhan 588
Zona Privat
Zona Publik
Zona Semi
publik
4.4 Tampilan bangunan
Gambar 4.8 : Tampak Tapak
Seperti terlihat pada gambar, tampak
pada sisi utara tepatnya sisi yang menghadap
jalan Soekarno Hatta akan tampak view
ketiga massa bangunan utama yang
terintegrasi antara bangunan satu dengan
yang lainnya dengan dihubungkan dengan
selasar yang mengelilingi bangunan
tersebut. Difungsikan sebagai penghubung
antara bangunan yang satu dengan yang lain.
selain itu dapat digunakan bagi pengunjung/
pejalan kaki untuk memudahkan para
pengunjung datang ke pelayanan kesehatan
hewan peliharaan. Terdapat taman/ruang
terbuka hijau diantara bangunan yang satu
dengan yang lain yang berfungsi sebagai
barier terhadap bangunan, keindahan serta
kenyamanan bagi pengunjung maupun
pengelola.
Bangunan pada pelayanan kesehatan
hewan peliharaan ini memiliki tampilan
dinamis dan modern. Bentuk tampilan yang
dinamis tersebut di relisasikan dengan
penggunaan secondary skin yang
membentuk garis-garis yang tidak hanya
berfungsi sebagai penyaring sinar matahari
juga dapat berfungsi sebagai pengarah
angin. Berawal dari konsep tata massa yang
mengolah tata alur sirkulasi angin sehingga
di tiap detail pada massa bangunan ini tidak
hanya dilihat dari segi bentuk tetapi juga
dapat dilihat dari penggunaan secondary
skin sehingga tampak muka bangunan akan
lebih terlihat modern dan mempunyai
dinamika antara bangunan dan sirkulasi
angin. Berikut merupakan gambaran dari
tampilan bangunan pada pelayanan
kesehatan hewan peliharaan.
Gambar 4.9 : Tampak bangunan klinik
hewan,penitipan hewan dan grooming,serta pets shop
4.5 Utilitas
1. Penyediaan air bersih
Pada bangunan pelayanan kesehatan
hewan peliharaan untuk penyedian air bersih
yang utama berasal dari PDAM yang
ditampung terlebih dahulu di reservoir
bawah ( tandon bawah), kemudian dipompa
ke tandon atas dan di distribusikan ke
ruangan yang membutuhkan baik di dalam
bangunan maupun di luar bangunan.
Klnik hewan dan
pengelola
Pets shop Penitipan hewan
dan Grooming
Gambar 4.10 : Penyediaan air bersih
2. Pengelolahan air kotor dan kotoran
Gambar 4.11 : Pengelolahan air kotor dan kotoran
serta limbah medis
Utilitas tapak dalam hal ini untuk
saluran air kotor dan kotoran terpisah antara
manusia dan hewan. Supaya limbah yang
dihasilkan tidak tercampur antara limbah
yang dihasilkan oleh manusia dan hewan.
Selain itu untuk mengurangi beban dari
limbah maupun penyebaran penyakit dari
limbah tersebut. Berikut skema aliran air
kotor dan kotoran pada manusia.
Gambar 4.12 : Skema aliran air kotor dan kotoran
pada manusia
Untuk saluran air kotor pada hewan
nantinya terdapat saluran tersendiri dari
masing2 ruangan hewan tersebut. Dialirkan
melalui pipa pembuangan menuju bak
kontrol. Sedangkan untuk kotoran akan
terpisah dengan saluran air kotor yang
nantinya akan menuju pada septic tank
diteruskan ke sumur resapan.
Gambar 4.13 : Skema aliran air kotor dan kotoran
pada hewan
Untuk limbah cair yang dihasilkan
oleh laboratorium, ruang perawatan, ruang
pemulihan, ruang operasi pada tindakan
medis akan disalurkan atau dibuang menuju
IPAL dan akan diolah supaya nantinya
limbah pembuangannya menuju ke riol kota
tidak berbahaya bagi lingkungan.
3. Pengelolahan sampah medis dan non
medis
Gambar 4.15 : Pengelolahan sampah medis dan non
medis
Kotoran dari closet Saluran Bak kontrol
Septictank
sumur resapan
Kotoran dari saluran pembuangan kotoran hewan
Pipa Saluran
Bak kontrol Septictank sumur resapan
Gambar 4.14: skema aliran limbah cair medis
Limbah cair
dari medis Saluran Bak kontrol
IPAL
Sampah medis berasal dari ruang
perawatan, pemulihan dan ruang operasi,
serta laboratorium. Sistem pembuangan
sampah dilakukan dengan mengumpulkan
sampah dari tiap ruang dan disalurkan
melalui shaft sampah yang ada, harus
terpisah dengan shaft sampah non medis
sebab sampah medis perlu penanganan
khusus dan tidak sembarangan
membuangnya karena akan berdampak pada
kesehatan lingkungan. Setelah itu, sampah
tersebut diangkut ke Incenerator untuk
dibakar.
Sedangkan untuk sampah non medis,
sistem pembuangan sampah dilakukan
secara manual dengan mengumpulkan
sampah dari tiap ruang dan disalurkan
melalui shaft sampah yang ada pada tiap
masing-masing bangunan. Sampah dari shaft
kemudian ditampung sementara pada ruang
sampah untuk kemudian dibawa ke TPS.
setelah itu diangkut oleh petugas kebersihan
setempat
Simpulan dan Saran
5.1 Simpulan
Melihat kebutuhan akan kesehatan
hewan di Malang sangat penting untuk
menjaga keberlangsungan ekosistem di
dunia ini. Dan menjawab keinginan serta
ketidakpuasan bagi masyarakat khususnya
para pecinta hewan dalam hal pelayanan
kesehatan hewan yang sangat minim. Maka
dari itu keberadaan pelayanan kesehatan
hewan peliharaan yang lengkap dan terpadu
di Kota Malang sangat diperlukan. Dengan
adanya fasilitas ini diharapkan mampu
meningkatkan kesehatan hewan tersebut dan
pada akhirnya masyarakat ikut menjaga
keberlangsungan ekosistem di dunia ini
tetap terjaga ini sehingga terhindar dari
bahaya atau dampak buruk yang
ditimbulkan oleh penyakit hewan tersebut.
Pelayanan kesehatan hewan
peliharaan ini terdiri dari klinik hewan
sebagai fasilitas utama untuk melayani
kesehatan hewan peliharaan. Ditunjang
dengan fasilitas lainnya yang terdiri dari
penitipan hewan , grooming, penjualan
hewan ( pets shop) serta fasilitas service
yang nantinya saling berkaitan satu sama
lain sehingga memenuhi kebutuhan
kesehatan hewan peliharaan yang ada di
kota Malang.
Klinik hewan yang berfungsi untuk
menangani permasalahan kesehatan hewan
yang sakit, dan yang membutuhkan
pertolongan medis. Tersedianya ruangan
yang lengkap dan memenuhi kebutuhan
hewan seperti adanya ruang periksa baik
untuk anjing dan kucing, ruang perawatan,
ruang konsultasi, ruang dokter dan perawat,
ruang operasi, serta ruang penitipan bagi
hewan sakit. Untuk fasilitas penitipan hewan
dan grooming menyediakan tempat
penitipan hewan untuk anjing dan kucing
serta terdapat area bermain untuk hewan
agar hewan tidak stres selama waktu
penitipan. Sedangkan fasilitas grooming
hewan untuk anjing dan kucing akan
terpisah dan menyediakan beberapa ruangan
untuk mengatasi jumlah hewan yang akan
melakukan perawatan.
Fasilitas penunjang lainnya yaitu
penjualan hewan. Fasilitas ini menyediakan
penjualan hewan untuk anjing dan kucing,
dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan
pecinta hewan yang ingin membeli hewan
kesayangannya.
5.2 Saran
Dalam tiap proses membangun
seyogyanya tidak lagi dilihat hanya dari
pemenuhan nilai ekonomi semata, tetapi
sebagai penyelaras nilai ekologi dan
kebutuhan masyarakat. Menjadi tanggung
jawab moral bagi kita semua untuk menjaga
lingkungan demi generasi mendatang.
Adapun rekomendasi untuk
perancangan pelayanan kesehatan hewan
peliharaan selanjutnya, yaitu dengan
melakukan kajian secara mendalam
sehingga didapatkan data yang lebih valid
mengenai pelayanan kesehatan hewan.
Lebih jauh lagi nantinya didapat satu tetapan
khusus mengenai bangunan pelayanan
kesehatan hewan atau sejenisnya sehingga
dapat digunakan sebagai standar pada
semua tipe bangunan.
Daftar pustaka
Anonim.2010. Merawat hewan kesayangan,
Jakarta : Agromedia.
Anonim. Revisi Rencana Tata Ruang dan
Wilayah Kabupaten Malang
2000-2010. Malang: Bappeda.
Ching, D. K. (2000). Arsitektur Bentuk
Ruang dan Tatanan, Jakarta:
Penerbit Erlangga
De Chiara Joseph, and John Calender. 1981.
Time Saver Standart for building Types,
New York : Megraw Hill Book Company.
Neufert, Ernerst. 1997. Data Arsitek jilid 1
dan 2, Jakarta : Erlangga.
Rudy, Setya. 2004. Semarang Dog Center.
hlm. 31&85.
MENTERI PERTANIAN
NOMOR:02/Permentan/OT.140/1/2010
TENTANG PEDOMAN PELAYANAN
JASA MEDIK VETERINER.
Mangunwijaya, Y. B, 1998. Fisika
Bangunan, Jakarta : Erlangga.
Microsoft Encarta, 1983. Our World
Encyclopedia, London : Macmillan
Education Ltd.
Utami, Estri. 2005, Pet and Horticulture
Centre. hlm.24.
United States Department
Agriculutural.1998. Secretary of Agriculture
for Farm and Foreign Agricultural Services,
New York : United States federal executive
department.
www.bothellpethospital.com
www.flickr.com
www. rumah-terraria.com
www.kucingkita.com
www.petnet.com
www.peteducation.com
www.lgpethotel.com
wordpress.com.walk-the-dog-a-speaking-
activity