Artikel Ilmiah

Embed Size (px)

Citation preview

KESULITAN SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 5 PALANGKA RAYA TAHUN AJARAN 2013/2014 DALAM MEMAHAMI KONSEP STRUKTUR LEWIS

Hari Anita Br Barus(Alumni Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Palangka Raya)

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesulitan apa saja yang dialami siswa dalam materi Struktur Lewis dengan mendeskripsikan kesulitan siswa dalam menggambarkan Struktur Lewis suatu senyawa. Penelitian ini melibatkan siswa kelas XI IPA 1, XI IPA 2 dan XI IPA 3 SMA Negeri 5 Palangka Raya sebanyak 82 orang. Instrumen yang digunakan berupa tes tertulis yang tertuang dalam TKSL (Tes Kemampuan Struktur Lewis) dan wawancara sebagai konfirmasi dari jawaban siswa. Data dikumpulkan dengan cara menyebarkan soal yang telah diajarkan pada subyek soal tes tersebut berupa materi pelajaran struktur lewis dan bentuk molekul. Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata pola jawaban benar dilakukan 34,14% siswa dan rerata pola jawaban salah dilakukan 65,85% siswa. Ketuntasan siswa yang berada dibawah rata-rata terletak pada skor 4, 5, 6, 7, dan 8.Kata Kunci: Kesulitan, Struktur Lewis, Aturan Oktet, TKSL, Ikatan Kimia, Pola Jawaban

PENDAHULUANIlmu kimia merupakan cabang dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang mengkaji zat dari segi sifat, komposisi, struktur, ikatan, perubahan dan pembuatannya, serta perubahan energi yang terlibat. Dibandingkan dengan kelompok ilmu yang lain dalam IPA atau sains, kimia mempunyai kedudukan yang lebih spesifik karena ilmu kimia dapat menjelaskan secara mikro (molekuler) terhadap fenomena makro (Arifin, 2007). Sebagian besar konsep kimia bersifat abstrak, sifatnya berurutan, dari konsep yang sederhana menuju konsep yang lebih kompleks dan berkembang cepat (Middlecamp, 1995). Konsep tersebut baru akan terkait dengan baik apabila siswa telah memilih konsep awal yang sesuai dengan konsep baru yang akan dikaitkan sehingga terjadi struktur konsep yang baru.Ilmu kimia mempelajari tentang zat atau reaksi yang berkaitan dengan komposisi, struktur, dan sifat, transformasi, dinamika, dan energitika zat dengan melibatkan keterampilan dan penalaran (Arifin, 2007). Konsep-konsep kimia dianggap rumit, diperlukan keterampilan matematika untuk menyelesaikan soal-soal kimia. Dalam memecahkan soal-soal kimia yang memerlukan perhitungan siswa cenderung mengalami kesulitan mulai dari memahami soal, menulis apa yang diketahui seperti menulis lambang, menulis apa yang ditanyakan, menulis rumus-rumus hingga menyelesaikan soal yang memerlukan keahlian operasi matematika.Beberapa penyebab kesulitan yang dialami siswa adalahsifat ilmu kimia yang abstrak, konsep yang dipelajari sangat banyak serta berurutan. Secara umum, siswa yang mengalami kesulitan dalam kimia adalah gagal mempelajari konsep kimia dengan baik. Banyaknya konsep yang bersifat abstrak, yang harus diterima siswa membutuhkan pemahaman ekstra dari siswa. Pernyataan ini didukung oleh Sidauruk (1995) yang mengatakan bahwa keabstrakan konsep-konsep ilmu kimia menyebabkan penjelasan mengenai konsep-konsep ilmu kimia harus melalui pendefinisian, sementara di dalam definisi itu sendiri biasanya selalu terkandung istilah-istilah (konsep-konsep) lain yang membutuhkan pemahaman ekstra dari siswa. Sebagian besar pemahaman siswa yang diperoleh di sekolah cenderung terbatas karena banyaknya konsep yang diajarkan pada suatu jam pelajaran, konsep diajarkan tanpa saling dihubungkan dan konsep tidak dipaparkan secara lengkap, sehingga siswa sulit untuk menghubungkan konsep lama dengan konsep yang baru diterima.Faktor lain yang terkait dengan kesulitan siswa dalam memahami konsep konsep dalam ilmu kimia adalah kualitas guru dalam hal pemahaman dan pengajaran sains yang masih kurang. Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru saat mengajar kurang variatif, sehingga membosankan dan tidak menarik minat siswa. Selain itu, kesulitan belajar juga dapat muncul dari karakteristik materi pelajaran kimia itu sendiri yang sebagian besar konsepnya bersifat abstrak, dan banyaknya konsep yang harus dipahami, sehingga muncul anggapan bahwa kimia adalah ilmu yang sukar dipelajari.Konsep dasar yang bersifat abstrak ada dalam materi Ikatan Kimia, salah satunya tentang Struktur Lewis yang dipelajari pada pembelajaran di kelas X semester 1. Materi ini mendasari siswa dalam mempelajari dan menentukan bentuk molekul suatu senyawa. Beberapa penelitian yang melaporkan tentang adanya kesulitan dalam memahami Struktur Lewis adalah 1) Penelitian Hermanto (2002) yang mengungkapan Kesulitan dalam Memahami Materi Ikatan Kimia pada Siswa Kelas X, melaporkan bahwa persentase kesulitan yang dialami oleh siswa pada subkonsep Struktur Lewis adalah 54,3% yang berarti cukup besar. 2) Penelitian Prihantini (2012), melaporkan bahwa 58,7% siswa mengalami kesulitan dalam memahami subkonsep Struktur Lewis. Pada penelitian tersebut tidak menjelaskan secara rinci letak kesulitan yang dialami oleh siswa pada materi Struktur Lewis. Kesulitan yang didapatkan pada penelitian tersebut hanya menunjukkan pemahaman siswa pada Struktur Lewis dengan melihat cara menggambarkan elektron valensi atom-atom yang berinteraksi berdasarkan kaidah duplet dan oktet dalam pembentukan ikatan kimia. Berdasarkan persentase tersebut ditunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam memahami konsep Struktur Lewis memiliki kesulitan cukup besar.Hal ini didukung oleh observasi yang telah dilakukan sebelumnya oleh peneliti terhadap beberapa orang mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia angkatan Tahun 2010, 2011, dan 2012 atau mahasiswa pada semester 5, semester 3 dan semester 1 yang telah memperoleh materi Struktur Lewis pada kelas X pada Sekolah Menengah Atas (SMA). Hasil observasi tersebut menunjukkan, sebagian besar mahasiswa mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal-soal yang diberikan, soal disajikan dalam bentuk uraian, karena peneliti beranggapan bahwa mahasiswa sudah pernah menerima materi tentang Struktur Lewis.Kesulitan yang dialami oleh mahasiswa sebagian besar adalah saat menggambarkan Struktur Lewis dari senyawa ion sederhana, senyawa yang memiliki ikatan rangkap, dan senyawa yang tidak mengikuti kaidah oktet atau duplet. Pada senyawa ion sederhana, mahasiswa masih mengalami kesulitan untuk menentukan atom yang akan menerima atau memberi elektron, mampu menentukan atom pusat senyawa yang diberikan, beberapa mahasiswa mengosongkan jawaban dan sebagian hanya menyelesaikan bagian konfigurasi elektronnya atau menggambarkan Struktur Lewis dengan kurang tepat. Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada salah satu mahasiswi yang mengalami kesulitan mengatakan bahwa konsep tentang menggambar Struktur Lewis tidak dijelaskan dengan baik oleh guru pada saat di SMA sehingga saat mengerjakan soal yang berkaitan dengan hal itu mahasiswi tersebut mengalami kesulitan.Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti ingin mengetahui bagaimana Kesulitan Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 5 Palangka Raya Tahun Ajaran 2013/2014 dalam memahami Konsep Struktur Lewis.

METODEPenelitian ini tergolong penelitian deskriptif. Penelitian ini berusaha mendeskripsikan kesulitan siswa kelas XI IPA SMAN-5 Palangka Raya Tahun Ajaran 2013/2014 dalam memahami konsep Struktur Lewis dan menggambarkan Struktur Lewis suatu senyawa. Pada penelitian ini sampel yang dipilih oleh peneliti adalah siswa kelas XI IPA 1, XI IPA 2 dan XI IPA 3 sebanyak 82 siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes tertulis dalam bentuk uraian sebanyak 24 soal. Tes tersebut berisi tentang soal pokok bahasan Struktur Lewis, soal tersebut terdiri dari 8 jenis bentuk molekul yang umum ada di SMA, dan 1 jenis bentuk molekul terdapat 3 jenis contoh soal.Berdasarkan cakupan materi dalam menggambarkan Struktur Lewis ini tersusun dalam 4 subkonsep menggambarkan Struktur Lewis suatu senyawa. Secara rinci pernyataan subkonsep terhadap kemampuan Struktur Lewis disajikan dalam Tabel 1.Tabel 1.Tabel Pernyataan Tes Kemampuan Struktur LewisSub KonsepPenskoran Kriteria BenarButir Soal

Konfigurasi Elektron Mampu menuliskan konfigurasi elektron dari setiap unsur yang terlibat berdasarkan nomor atom dari unsur tersebut1a- 20a

Elektron ValensiMampu menuliskan jumlah elektron valensi dari setiap unsur yang terlibat darii senyawa tersebut1b-20b

Lambang LewisMampu menggambarkan lambang lewis dari setiap unsur yang terlibat dari senyawa tersebut.1c-20c

Struktur Lewis Mampu menentukan atom pusat dari senyawa yang terlibat. Mampu menentukan kerangka struktur (susunan atom-atom) dari senyawa yang terlibat. Mampu meletakkan elektron-elektron dari setiap unsur berdasarkan kebutuhan dari setiap ikatan antar unsur (ikatan tunggal/ikatan rangkap 2/ ikatan rangkap 3)

1d-20d

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tes tertulis yaitu dengan cara menyebarkan soal yang telah diajarkan pada subyek soal tes tersebut berupa materi pelajaran Struktur Lewis dan Lambang Lewis. Hasil yang diperoleh, dikelompokkan berdasarkan pola jawaban siswa, kemudian diberi skor berdasarkan kunci jawaban yang sudah disiapkan. Hasil tes ini dijadikan sebagai data dalam penelitian ini. Jika pola kesulitan siswa sudah ditentukan, maka dilakukan wawancara kepada siswa berdasarkan pola kesulitan siswa. Siswa dikatakan mengalami kesulitan jika ketuntasannya berada di bawah 76%(KKM yang berlaku di sekolah). Data pola jawaban siswa terhadap soal tersebut dianalisis dengan tahap sebagai berikut:1. Dilakukan pemberian skor terhadap hasil pekerjaan siswa yang menjawab soal TKSL dalam bentuk tes uraian dimana siswa diminta untuk menggambarkan sturuktur lewis suatu senyawa, sesuai dengan aturan skor penilaian soal TKSL. Selanjutnya ditentukan persentase jawaban benar siswa;%skor benar = x 100 %2. Dilakukan pengelompokkan terhadap pola jawaban siswa berdasarkan pola kesulitan siswa.3. Setiap pola jawaban siswa dideskripsikan untuk menjelaskan jenis kesulitan yang dialami oleh siswa dalam menggambarkan Struktur Lewis dari senyawa-senyawa yang diberikan.

HASILDeskripsi Kesulitan SiswaDari hasil penelitian yang terkumpul melalui lembar jawaban, diperoleh pola jawaban siswa yang cukup beragam. Rerata pola jawaban benar dilakukan 34,14% siswa dan rerata pola jawaban salah dilakukan 65,85% siswa. Setiap butir soal dinyatakan tuntas apabila jumlah siswa dapat menjawab dengan benar 76% atau skor setara 76. Pada Gambar 1. ditunjukkan bahwa skor rerata siswa yang berada dibawah KKM berada pada butir soal 2, 5, 8,9,10,11, 13, 14, 15, 16, 18, 19 dan 20. Adapun butir soal disusun berdasarkan kompleksitas bentuk molekul dimulai dari sederhana hingga bentuk molekul yang lebih kompleks. Kompleksitas bentuk molekul ini didasari dari banyaknya elektron yang berada di sekitar atom pusat. Pada butir soal yang digunakan oleh peneliti ini dimulai dari bentuk molekul linear (dengan BK 2) hingga bentuk molekul oktahedral (BK 6), dan bentuk molekul tersebut sering digunakan pada pembelajaran di SMA.Gambar 1. Grafik Ketuntasan Siswa Menyelesaikan Soal Tes Kemampuan Struktur LewisBerdasarkan grafik tersebut ditunjukkan bahwa secara umum kesulitan siswa semakin meningkat dari konsep sederhana ke konsep yang lebih kompleks, pada butir soal dengan bentuk molekul linear (butir soal 1-3), sebagian siswa menjawab dengan benar, sedangkan pada butir soal 20 dengan bentuk molekul oktahedral, mendapatkan presentase ketuntasan yang paling kecil yang berarti bahwa kesulitan siswa besar dalam menjawab soal ini dengan benar.Adapun kemampuan siswa dalam setiap subkonsep ditunjukkan pada Gambar 2. berikut:Gambar 2. Grafik Kemampuan Siswa Dalam Setiap SubkonsepBerdasarkan grafik tersebut terlihat bahwa secara umum siswa mengalami penurunan pemahaman dari konsep konfigurasi elektron hingga meramalkan bentuk molekul suatu senyawa. Sebagian besar siswa tidak mengalami kesulitan pada subkonsep Konfigurasi Elektron hingga Lambang Lewis (dari skor 2 - skor 3) mendapat presentase ketuntasan diatas KKM, tetapi berdasarkan grafik tersebut ditunjukkan bahwa pada subkonsep Konfigurasi Elektron dan jumlah elektron valensi mengalami kenaikan. Hal ini dikarenakan siswa cenderung menghafal letak unsur dalam Sistem Periodik sehingga siswa dapat dengan mudah menentukan jumlah elektron valensi unsur yang diketahui, tetapi kesulitan dalam menuliskan konfigurasi elektron dengan benar, terutama unsur dengan nomor atom besar (seperti 53I). Kesulitan ditemukan pada subkonsep Struktur Lewis hingga meramalkan bentuk molekul suatu senyawa yang dapat terbentuk (skor 4 - skor 8).Tingkat Pemahaman Siswa pada Sub Konsep Struktur LewisStruktur Lewis molekul atau ion merupakan salah satu cara untuk menggambarkan distribusi elektron valensi atom-atom yang terlibat dalam molekul atau ion itu. Pada setiap butir soal TKSL yang diberikan pada siswa pada sub konsep Struktur Lewis sesuai dengan tahapan yang benar. Adapun tahapan yang diukur untuk menggambar Struktur Lewis dalam penelitian ini adalah (1) menentukan atom pusat, yaitu atom yang diikat oleh atom lain (2) menentukan kerangka struktur senyawa, (3) meletakkan elektron-elektron dari setiap unsur berdasarkan kebutuhan dari setiap ikatan antar unsur dengan benar. Pada tahapan ini, kesulitan siswa dari setiap siswa dinyatakan dalam skor yang terdiri dari beragam skor, yaitu skor 4, 5, dan 6. Siswa yang benar pada tahap menentukan atom pusat mendapat skor 4, siswa yang benar pada tahap menentukan kerangka struktur senyawa mendapat skor 5, dan siswa yang benar pada tahap meletakkan elektron-elektron dari setiap unsur berdasarkan kebutuhan dari setiap ikatan antar unsur dengan benar mendapat skor 6.a. Tingkat Pemahaman Siswa pada Sub Konsep Struktur Lewis (Skor 4)Variasi jawaban siswa pada sub konsep Struktur Lewis tersebar dalam setiap butir soal dari nomor 1 hingga 20, mendapatkan rerata skor sebesar 72,3%. Pada sub konsep ini, dominan kesulitan yang dialami siswa terdapat dalam butir soal nomor 2d, 16d, dan 20d. Skor tersebut menyatakan bahwa sebagian besar siswa menjawab benar dalam menggambarkan Struktur Lewis suatu unsur berdasarkan langkah sebelumnya, dalam hal ini siswa mengukur kemampuan siswa dalam menentukan atom pusat untuk menggambarkan Struktur Lewis senyawa yang terbentuk.Pada butir soal ini terdapat 20,7% (17 orang) siswa yang mengalami kesulitan dalam menentukan atom yang menjadi atom pusat diantara C, N dan H. Ragam pola jawaban salah siswa pada butir soal 2d dapat dilihat dalam Tabel 2.Tabel 2.Ragam Pola Kesalahan Siswa Pada Butir Soal 2d (Skor 4)Butir Soal 2d(kunci jawaban)Pola Jawaban SalahPersentase (%)

Pilihan Jawaban 1:

Pola salah ke 135,29%

Pola salah ke 229,41%

Pilihan Jawaban 2:

Pola salah ke 35,88%

Pola salah ke 45,88%

Pada butir soal 2d siswa diminta untuk menggambarkan Struktur Lewis dari unsur H, C dan N, pertanyaan butir soal 2d dapat dilihat pada gambar berikut:Gambar 4. Butir Soal 2Pola jawaban salah siswa pada butir soal 2d yang meminta siswa untuk menggambarkan Struktur Lewis senyawa dari unsur tersebut, dapat dilihat pada gambar berikut:Gambar 5. Pola salah ke 1 (skor 3) (35,29%)Gambar 6. Pola salah ke 2 (skor 3) (29,41%)Gambar 7. Pola salah ke 3 (skor 3) (5,88%)Gambar 8. Pola salah ke 4 (skor 3) (5,88%)

Dalam molekul HCN, penentuan C sebagai atom pusat ditentukan dengan membandingkan harga elektronegativitas antara atom C dan N. Karena atom C mempunyai elektronegativitas lebih kecil dari pada atom N yang berarti bahwa kemampuan atom N untuk menarik pasangan elektron ikatan lebih besar.Kutipan wawancara berikut dapat menjelaskan kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan soal. P: Tolong kamu jelaskan sedikit tentang soal nomor ini( nomor 20). Alasan kamu menuliskan Oksigen sebagai atom pusatnya?S1: Kalo F nya ajadi atom pusat ga bisa di masukan O nya mba,P: maksudnya dimasukan? Ga bisa berikatan?S1: Iya mba. Supaya stabil, jadi saya buat seperti itu.P: Coba kamu liat ini, kira-kira kenapa gambarnya begini? Ada berapa F kamu buat disini? (nomor 20)S2: Saya buat sesuai dengan elektron valensinya mba,jadi oksigenya ada 6, semuanya berikatan masing- masing 6 gitu mba.P: Kamu pernah dengar tentang aturan oktet/duplet ga?S2: Ga tau mba.P: Di kelas X kamu sudah pernah belajar tentang itu, tentang 2 elektron dan 8 elektron agar stabil, kamu ingat?S2: Eh, kalo yang itu ingat mba.Berdasarkan kutipan wawancara terserbut tersirat bahwa dalam pembelajaran di kelas juga kualitas guru dalam mengajar menjadi salah satu faktor yang menjadi kesulitan siswa dalam memahami materi ini. Hal ini menyebabkan sebagian besar konsep-konep pelajaran kimia menjadi konsep yang abstrak bagi siswa dan bahkan mereka tidak dapat mengenali konsep-konsep kunci atau hubungan antarkonsep yang diperlukan untuk memahami konsep tersebut, sehingga siswa tidak memiliki pemahaman konsep-konsep kimia yang bersifat dasar pada awal mereka mempelajari ilmu kimia jika materi ini disampaikan dengan metode pembelajaran yang tepat sehingga siswa dapat memahami dengan baik. Pada penentuan atom pusat juga penting disampaikan bahwa keelektronegatifan suatu unsur merupakan salah satu unsur yang perlu dipahami, dimana pada pembelajaran ini dipelajari oleh siswa pada saat di Kelas X, pada materi Sistem Periodik Unsur, siswa dapat diberi penekanan mengenai kecenderungan keelektronegatifan suatu unsur dalam satu golongan maupun periode sehingga siswa dapat memiliki konsep dasar yang baik mengenai karakteristik suatu unsur dilihat dari masing-masing karakteristiknya, dan guru memfasilitasi siswa dengan menghubungkan antarkonsep tersebut.b. Tingkat Pemahaman Siswa pada Sub Konsep Struktur Lewis (Skor 5)Variasi jawaban siswa pada sub konsep Struktur Lewis tersebar dalam setiap butir soal dari nomor 1 hingga 20, mendapatkan rerata skor sebesar 58,2%. Pada sub konsep ini (skor 5), dominan kesulitan yang dialami siswa terdapat dalam butir soal nomor 2d, 8d, 9d, dan 18d. Skor ini menyatakan bahwa sebagian besar siswa menjawab benar dalam menggambarkan Struktur Lewis suatu unsur berdasarkan langkah sebelumnya, setelah mengukur kemampuan siswa dalam menentukan atom pusat untuk menggambarkan Struktur Lewis senyawa yang terbentuk, lalu siswa diharapkan dapat meletakkan kerangka struktur (susunan atom-atom) dan senyawa yang terlibat dengan benar.Pada butir soal ini terdapat 51,22% (42 orang) siswa yang mengalami kesulitan dalam menentukan atom yang menjadi atom pusat diantara C, N dan H (skor 4). Pola jawaban salah siswa pada butir soal 2d yang mengalami kesulitan untuk menggambarkan Struktur Lewis dengan kerangka atom yang benar tersebut, dapat dilihat pada gambar berikut:Gambar 9. Pola salah ke 1 (skor 4) (22,5%)Gambar 10. Pola salah ke 2 (skor 4) (17,5%)Gambar 11. Pola salah ke 3 (skor 4) (22,5%)Gambar 12. Pola salah ke 4 (skor 4) (12,5%)Siswa tidak memahami kecenderungan atom untuk mencapai oktet. Dalam menentukan kerangka struktur, siswa harus memahami aturan oktet maupun pengecualian terhadap oktet dan mengetahui bahwa ikatan yang telah dibuat stabil. Kesalahan dominan (popular) yang dilakukan siswa dalah dapat menentukan atom pusat tetapi tidak dapat menuliskan kerangka struktur dengan benar. Dalam buku kimia, yang umumnya digunakan siswa tidak menjelaskan aturan dalam menentukan kerangka struktur (subtituen) yang terbentuk. Dalam buku tersebut hanya menuliskan bahwa gambar kerangka molekul yang masuk akal. Pernyataan ini akan menjadi kesulitan bagi siswa untuk memahami kalimat masuk akal sehingga kecenderungan pemahaman yang sebatas hafalan besar. Pada senyawa yang sering digunakan pasti akan mudah menentukan, tetapi jika senyawa diganti tetapi dengan konsep yang sama dapat menimbulkan kesulitan terhadap siswa. Contoh kalimat masuk akal yang terdapat dalam buku kimia SMA kelas XI adalah:

Kutipan wawancara berikut dapat menjelaskan kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan butir soal 2.P: Jelasin sedikit kenapa menggambarnya seperti ini?S3: Ini kan biar dia berikatan ya seperti ini mba.P: Apakah struktur HCN benar seperti ini Struktur Lewisnya?S3: Saya kurang paham menggambar Struktur Lewis mba.P: Kalau cara menentukan atom pusat ini, kamu tulis C, dan kerangkanya seperti ini kenapa?S3: Valensinya 4 mba, sehingga saya buat elektronya kira-kira supaya stabil seperti ini mba.P: Apa sih yang kamu tau tentang Struktur Lewis?S3: Menggambar ikatan antar unsur dengan menggunakan titik-titik gitu mba.P: Coba kamu kerjakan soal ini.?S3: (mengerjakan)

P: Apakah kamu yakin ini benar?S3: hehe, ga tau mba.

c. Tingkat Pemahaman Siswa pada Sub Konsep Struktur Lewis (Skor 6)Variasi jawaban siswa pada sub konsep Struktur Lewis tersebar dalam setiap butir soal dari nomor 1 hingga 20, mendapatkan rerata skor sebesar 55,43%. Pada sub konsep ini (skor 6), dominan kesulitan yang dialami siswa terdapat dalam butir soal nomor 14d, 8d, dan 13d. Skor tersebut menyatakan bahwa sebagian besar siswa menjawab benar dalam menggambarkan Struktur Lewis suatu unsur berdasarkan langkah sebelumnya, setelah mengukur kemampuan siswa dalam menentukan atom pusat untuk menggambarkan Struktur Lewis senyawa yang terbentuk, lalu siswa diharapkan dapat meletakkan kerangka struktur (susunan atom-atom) dan senyawa yang terlibat dengan benar dan meletakkan elektron-elektron dari setiap unsur berdasarkan kebutuhan dari setiap ikatan antar unsur dengan benar.Pada butir soal ini terdapat 4,87% (4 orang) siswa yang mengalami kesulitan dalam meletakkan elektron dari setiap unsur berdasarkan kebutuhan dari setiap ikatan antar unsur.Pola jawaban salah siswa pada butir soal 14d yang mengalami kesulitan untuk menggambarkan Struktur Lewis dengan meletakkan elektron-elektron yang terlibat dalam ikatan yang terbentuk, dapat dilihat pada gambar berikut:Gambar 13. Pola Salah ke 1 (Skor 5a) (50%)Gambar 14. Pola Salah ke 2 (Skor 5a) (50%)

Berdasarkan pola jawaban tersebut dapat dilihat ragam pola jawaban siswa dengan skor 5a, yaitu sulit dalam meletakkan elektron-elektron dari setiap unsur berdasarkan kebutuhan dari setiap ikatan antar unsur dengan benar, terlihat pada pola jawaban ke 1 pola jawaban ke 2 adalah pola jawaban siswa yang ingin menggambarkan Struktur Lewis senyawa SCl2, tetapi peletakan elektron-elektron disekitar atom pusat masih kurang tepat sehingga jawaban menjadi tidak tepat.Selain itu, dapat dikarenakan siswa terbiasa dengan tidak menggambarkan ikatan kimia dengan menggunakan Struktur Lewis, sehingga siswa tidak memahami aturan yang benar meletakkan elektron pada masing-masing atom dan dengan adanya anggapan bahwa pasangan elektron harus berpasangan sehingga siswa menuliskan/memaknai berpasangan tersebut dengan 2 elektron, masing-masing atom memberikan 2 elektron untuk berikatan sehingga ikatan menjadi ikatan rangkap 2. Jawaban ini didukung oleh hasil wawancara berikut ini:P: Bisa jelaskan alasan kamu mengerjakan soal ini seperti ini (soal nomor 14)S4: Ini mba, saya buat gambar Lewis dengan S lalu di kelilingi dengan Cl,P: Ada berapa Cl yang kamu buat disini?S4: 2 mba.P: Kenapa?S4: mmmsaya sering liat senyawa itu seperti itu mba?P: Apakah kamu tau bagaimana cara menentukan atom pusat.?S4: Biasanya yang ditulis di depan ini mba.P: Oh, ia. Lalu dengan elektron-elektron ini, menurut kamu ini sudah benar belum?S4: mmm(bingung), sepertinya ada yang salah mba. Saya bingung mba.P: Apa yang kamu bingungkan?S4: Kan elektron itu harus berpasangan mba, jadi saya buat setiap atom itu memberikan 2 elektronya supaya bisa berikatan mba.P: Oh, sekarang coba kamu kerjakan soal iniS4: (mengerjakan)

Pada pola jawaban salah 5b, siswa dapat menuliskan konfigurasi elektron unsur dengan benar, menuliskan jumlah elektron valensi dari setiap unsur dan menggambarkan lambang lewis unsur yang terlibat, meletakkan atom pusat, menuliskan bentuk molekul dengan benar, tetapi menentukan kerangka struktur (susunan atom-atom) yang terlibat dan rumus molekul salah. Siswa mengetahui kemungkinan bentuk molekul yang akan terbentuk dan jawaban siswa tersebut benar, tetapi Struktur Lewisnya salah. Persentase dominan pola jawaban ini hanya sebesar 15,85% (13 orang) pada soal nomor 2. Pola jawaban salah siswa dapat dilihat pada gambar berikut:Gambar 15. Pola Salah 1 (Skor 5b) (15,85%)Jumlah ikatan kovalen yang dibentuk oleh suatu atom dapat dihitung dengan menjumlahkan elektron yang dibutuhkan untuk mencapai konfigurasi gas mulia. Pada atom Karbon (C) mempunyai 4 elektron dalam kulit valensinya. Untuk mencapai konfigurasi gas mulia dibutuhkan pemakaian elektron bersama yaitu membutuhkan 4 elektron tambahan. Nitrogen yang mempunyai lima elektron valensi memerlukan 3 elektron untuk membentuk suatu oktet yang sempurna. Oleh sebab itu, Nitrogen dalam ikatan ini membentuk ikatan rangkap 3 dengan atom Karbon dan antara atom H dan atom C membentuk ikatan tunggal agar dapat mencapai oktet sempurna.Pada pola jawaban ini siswa beranggapan bahwa kestabilan atom Nitrogen dicapai dengan membentuk 3 ikatan tunggal dengan atom Karbon, dan membentuk 1 ikatan tunggal antara atom H dan atom C sehingga rumus molekul yang dituliskan adalah HCN3. Siswa tidak dapat menuliskan bagaimana penggambaran Struktur Lewis antara H, C, dan N tetapi dapat meramalkan bentuk molekul yang terbentuk.d. Tingkat Pemahaman Siswa Dalam Meramalkan Rumus Molekul dan Bentuk Molekul Suatu Senyawa (Skor 7)Variasi jawaban siswa pada sub konsep Struktur Lewis tersebar dalam setiap butir soal dari nomor 1 hingga 20, mendapatkan rerata skor sebesar 48,29%. Skor ini menyatakan bahwa sebagian besar siswa menjawab benar dalam menggambarkan Struktur Lewis dengan benar dan siswa diharapkan dapat meramalkan rumus molekul dan bentuk molekul yang dapat terbentuk dengan benarTerdapat 3 macam pola jawaban siswa pada skor 6, yaitu 6a, 6b, dan 6c. Pada skor 6a menunjukkan kemampuan siswa dalam menggambarkan Struktur Lewis dengan benar tetapi tidak dapat meramalkan rumus molekul dan bentuk molekul yang mungkin terbentuk dari kedua unsur yang disediakan. Pada skor 6b menunjukkan kemampuan siswa dalam menggambarkan Struktur Lewis, yaitu meletakkan atom pusat dengan benar, dan meletakkan kerangka unsur-unsur dengan benar tetapi salah dalam meletakkan elektron berdasarkan kebutuhan dari setiap ikatan antar unsur dan menuliskan rumus molekul, tetapi dapat menuliskan bentuk molekul dengan benar. Pada skor 6c menunjukkan kemampuan siswa dalam menentukan atom pusat dalam menggambarkan Struktur Lewis, sedangkan dalam meletakkan elektron berdasarkan kebutuhan dari setiap ikatan antar unsur dan menuliskan bentuk molekul salah, tetapi dapat menuliskan rumus molekul dengan benarPada butir soal 17d siswa diminta untuk menggambarkan Struktur Lewis dari unsur S, dan F dan meramalkan rumus molekul dan bentuk molekul yang mungkin terbentuk dari kedua unsur tesebut pertanyaan butir soal 17d dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 16. Soal 17dPada butir soal ini terdapat 10,97% (9 orang) siswa yang mengalami kesulitan dalam menuliskan rumus molekul dan bentuk molekul yang terbentuk setelah dapat menggambarkan Struktur Lewis dengan benar. Ragam pola jawaban salah siswa pada butir soal 17d dapat dilihat dalam Tabel 3.Tabel 3.Ragam Pola Jawaban Salah Siswa Pada Butir Soal 17d (Skor 7)Butir Soal 17d(kunci Jawaban)Pola Jawaban SalahPersentase (%)

Pola salah ke 177,78%

Pola salah ke 222,22%

Pola jawaban salah siswa pada butir soal 17d yang mengalami kesulitan dalam menuliskan rumus molekul dan bentuk molekul dari dua unsur yang telah diketahui, dapat dilihat pada gambar berikutGambar 17. Pola salah ke 1 (Skor 6a) (77,78%)Gambar 18. Pola salah ke 2 (Skor 6a) (22,22%)Berdasarkan pola jawaban tersebut dapat dilihat bahwa siswa yang mengalami kesulitan dalam meramalkan rumus molekul dan bentuk molekul mendapat skor 6. Adapun ragam pola jawaban siswa dengan skor 6a, yaitu sulit dalam menentukan rumus molekul dan bentuk molekul yang terbentuk dari senyawa yang telah dibentuk. Pada pola salah ke 1 dan pola salah ke 2, siswa menuliskan Struktur Lewis SF2 dengan benar tetapi penulisan rumus molekul dan bentuk molekul tidak tepat sehingga jawaban siswa menjadi tidak tepat, siswa beranggapan bahwa simbol E dalam tipe molekul harus diganti dengan suatu unsur juga, sehingga jawabanya menjadi tidak tepat.Pada penulisan bentuk molekul siswa beranggapan bahwa bentuk molekul tidak dipengaruhi oleh elektron dari penulisan Struktur Lewis, siswa kurang memahami konsep bahwa dalam suatu molekul elektron-elektron tersebut saling tolak-menolak karena memiliki muatan yang sama. Untuk mengurangi gaya tolak tersebut atom-atom yang berikatan membentuk struktur ruang tertentu hingga tercapai gaya tolak yang minimum. Akibat yang ditimbulkan dari tolakan yang yang terjadi yaitu mengecilnya sudut ikatan dalam molekul. Untuk meramalkan bentuk molekul dari Struktur Lewis senyawa siswa harus dapat memperkirakan besarnya sudut-sudut ikatan disekitar atom pusat dengan memperhatikan tolakan-tolakan yang terjadi agar diperoleh bentuk dengan tolakan yang minimum.Penggunaan bahasa/istilah yang digunakan guru juga merupakan hal yang berpengaruh dalam pemahaman suatu konsep. Penyampaian konsep-konsep dengan menggunakan analogi istilah dalam bahasa komunikasi merupakan salah satu faktor kesulitan siswa dalam memahami konsep. Banyak bahasa dalam konsep sains yang mempunyai kemiripan makna, misalnya rumus kimia dengan rumus molekul. Kesulitan yang dilakukan siswa dalam memahami konsep ini adalah menganggap bahwa tidak ada perbedaan antara tipe molekul dan rumus molekul (tulisan miring, jawaban salah siswa). Kesalahan ini dilakukan siswa secara konsisten pada soal-soal sejenis. Siswa lebih memahami pernyataan rumus kimia dibanding dengan rumus molekul.Kutipan wawancara berikut dapat menjelaskan kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan butir soal 17.P: Soal ini (nomor 17), kamu menuliskan rumus molekulnya S2F2, Alasan kamu apa ya?S5: Saya bingung mba, saya pikir dia bisa berikatan dengan S lagi dengan menggunakan elektron bebas ini (menunjuk pada lembar jawabanya).P: Bukannya rumus molekul, hanya dari Struktur Lewis yang kamu buat?S5: Oh, begitu ya mba..P: Kalau bentuk molekulnya, kenapa kamu tuliskan bentuk molekulnya ini padahal struktur lewisnya ini?S5: Saya kira kalau dia lurus seperti ini mba, itu linear.P: Kalau pengaruh elektron bebasnya kamu perhatikan tidak?S5: Tidak mba, saya rasa tidak berpengaruh.Pada skor 6b, dapat terjadi karena siswa hanya melihat dari Struktur Lewis yang telah dibuat dan memperkirakan bentuk molekul yang dapat terbentuk. Pola jawaban salah dominan terletak pada butir soal nomor 5 ,pada unsur Al dan F, terdapat 7,32% (6 orang) yang salah dalam meletakkan elektron di sekitar atom pusat dan substituennya juga salah dalam menuliskan rumus molekul.Pola jawaban salah siswa pada butir soal 5d dengan kesulitan dalam meletakkan elektron berdasarkan kebutuhan dari setiap ikatan antar unsur dan menuliskan rumus molekul, dapat dilihat pada gambar berikut:Gambar 19. Pola Salah 1 (Skor 6b) (7,32%)Hal ini dapat dikarenakan siswa beranggapan bahwa jika pasangan elektron bebas tidak ada dan terdapat 3 atom yang mengelilingi atom pusat maka bentuk molekulnya adalah segitiga planar. Dalam hal ini siswa tidak memahami peletakkan masing-masing elektron agar dapat berikatan dengan atom lainya dengan benar.Pada skor 6c, terjadi karena siswa hanya mampu meletakkan atom pusat, menuliskan rumus molekul, dan bentuk molekul dengan benar.Siswa beranggapan bahwa menentukan bentuk molekul dapat dilakukan dengan melihat dari elektron valensi dari setiap unsur kemudian dapat memprediksi bentuk molekul yang terbentuk berdasarkan rumus molekul. Pada butir soal nomor 4, pada unsur B dan Cl, terdapat 1,22% (1 orang) yang sulit dalam menggambarkan Struktur Lewis pada BCl3 tetapi dapat menentukan rumus molekul dan bentuk molekul yang terbentuk.Pola jawaban salah siswa pada butir soal 4d dengan kesulitan dalam meletakkan elektron berdasarkan kebutuhan dari setiap ikatan antar unsur dan menuliskan bentuk molekul, dapat dilihat pada gambar berikut:Gambar 20. Pola Salah ke 1 (Skor 6c) (1,22%)e. Tingkat Pemahaman Siswa Dalam Meramalkan Bentuk Molekul Suatu Senyawa (Skor 8)Variasi jawaban siswa dalam meramalkan bentuk molekul suatu senyawa tersebar dalam setiap butir soal dari nomor 1 hingga 20, mendapatkan rerata skor sebesar 28,6 %. Pada sub konsep ini (skor 8), dominan kesulitan yang dialami siswa terdapat dalam butir soal nomor 10d. Skor 8 menyatakan bahwa sebagian besar siswa mengalami kesulitan meramalkan bentuk molekul yang dapat terbentuk dengan benar. Sedangkan, pada siswa yang mengalami kesulitan pada tahap ini mendapat skor 7.Pada siswa yang mengalami kesulitan untuk meramalkan bentuk molekul pada skor 8 akan mendapat skor 7. Adapun jenis skor 7 terdapat 3 ragam pola jawaban, yaitu 7a, 7b, dan 7c. Pada skor 7a menunjukkan kemampuan siswa dalam menggambarkan Struktur Lewis dengan benar dan dapat meramalkan rumus molekul tetapi tidak dapat meramalkan bentuk molekul yang mungkin terbentuk dari kedua unsur yang disediakan. Pada skor 7b menunjukkan kemampuan siswa dalam menggambarkan Struktur Lewis dan meramalkan bentuk molekul dengan benar tetapi salah dalam meramalkan rumus molekul. Pada skor 7c menunjukkan kemampuan siswa dalam menentukan atom pusat dalam menggambarkan Struktur Lewis, dan meletakkan kerangka unsur-unsur dan elektron yang terlibat, dapat menuliskan rumus molekul dan bentuk molekul dengan benar, tetapi salah dalam meletakkan elektron-elektron yang terlibat dari setiap unsur sesuai dengan kebutuhan ikatan antar unsur.Pada butir soal 10d siswa diminta untuk menggambarkan Struktur Lewis dari unsur 8O, dan 1H dan meramalkan rumus molekul dan bentuk molekul yang mungkin terbentuk dari kedua unsur tesebut pertanyaan butir soal 10d dapat dilihat pada gambar berikut:Gambar 21. Soal 10dPada butir soal ini terdapat 45,1% (30 orang) siswa yang mengalami kesulitan dalam bentuk molekul yang terbentuk setelah dapat menggambarkan Struktur Lewis dan menuliskan rumus molekul dengan benar. Ragam pola jawaban salah siswa pada butir soal 10d dapat dilihat dalam Tabel 4.Tabel 4.Ragam Pola Jawaban Salah Siswa Pada Butir Soal 10dButir Soal 10d(kunci Jawaban)Pola Jawaban SalahPersentase (%)

Pola salah ke 140%

Pola salah ke 233,33%

Pola jawaban salah siswa pada butir soal 10d yang mengalami kesulitan dalam menentukan bentuk molekul dari dua unsur yang telah diketahui, dapat dilihat pada gambar berikut:Gambar 22. Pola salah ke 1 (skor 7a) (14,6%)Gambar 23. Pola salah ke 2 (skor 7a) (12,19%)Berdasarkan pola jawaban tersebut dapat dilihat ragam pola jawaban siswa dengan skor 7a, yaitu sulit dalam menentukan bentuk molekul yang terbentuk. Pada pola salah ke 1 - pola salah ke 2, siswa menuliskan Struktur Lewis H2O dengan benar dan menuliskan rumus molekul H2O dengan benar, tetapi tidak dapat meramalkan bentuk molekul yang terbentuk. Hal ini dapat dikarenakan siswa tidak memahami bahwa bentuk molekul ditentukan oleh penataan pasangan elektron disekeliling atom pusat. Semua yang dibutuhkan untuk menyusunnya adalah seberapa banyak pasangan elektron yang berada pada tingkat ikatan, dan kemudian tertatanya untuk menghasilkan jumlah tolakan minimum antara pasangan elektron diperlukan juga untuk memasukkan pasangan elektron ikatan dan pasangan elektron bebas sehingga dapat menentukan bentuk molekul yang terbentuk.Bentuk molekul merupakan materi kimia yang bersifat abstrak. Dalam peramalan bentuk molekul terdapat konsep-konsep yang saling berkaitan dan berjenjang dari konsep sederhana ke konsep yang lebih tinggi tingkatannya dan lebih kompleks. Konsep-konsep tersebut mencakup konsep untuk menentukan atom pusat, jumlah elektron pada kulit valensi atom pusat, jumlah elektron yang digunakan, jumlah elektron bebas dan elektron ikatan, dan bentuk molekul.Karena sifatnya yang saling berkaitan dan berjenjang, maka apabila timbul kesulitan dalam mempelajari konsep sederhana, misalnya konsep atom pusat,siswa akan terus mengalami kesulitan pada konsep elektron valensi dan bentuk molekul. Kesulitan-kesulitan tersebut dapat menimbulkan konsep sukar dan berpeluang menimbulkan kesalahan konsep apabila terjadi secara konsisten. Konsep sukar merupakan persepsi siswa terhadap konsep yang dianggap sukar. Siswa diidentifikasi mengalami kesalahan konsep apabila menjawab salah pada beberapa soal yang berbeda konteksnya, namun memiliki dasar konseptual yang sama.Selain itu, siswa memahami bahwa pasangan elektron bebas di atom pusat tidak mempunyai pengaruh pada bentuk molekul. Sehingga siswa cenderung meramalkan/menentukan bentuk molekul berdasarkan kerangka atom dari senyawa yang terlibat dalam Struktur Lewis. Sehingga, dalam pembelajaran di kelas perlu ditekankan peranan elektron dalam atom pusat, misalnya dengan menggunakan media Animasi Flash dalam pembelajaran dapat membantu siswa untuk mengimajinasikan keberadaan elektron dalam suatu senyawa, sehingga kesulitan ini dapat teratasi.Kutipan wawancara berikut dapat menjelaskan kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan butir soal 10:P: Untuk soal ini (nomor 10), bisa jelaskan tidak mengapa kamu menuliskan jawaban ini seperti ini.?S6: Karena ini mba, Struktur Lewisnya kan seperti ini mba, yang saya ingat bentuknya trigonal piramida mba.Elektrron bebasnya itu mempengaruhi mba, sehingga menjadi segitiga..P: Jadi, menurut kamu, elektron bebas ini akan membuat bentuk molekulnya menjadi segitiga?S6: Ia, kira-kira seperti itu mba.

Pada skor 7b, terjadi karena siswa sulit dalam menentukan rumus molekul yang terbentuk dari unsur yang diketahui. Kemampuan menuliskan rumus molekul dapat dicapai dengan mengetahui senyawa yang terlibat dengan menggunakan jumlah elektron valensi dari setiap unsur, kemudian mengaitkan dengan aturan oktet atau duplet agar tercapai kestabilan dalam unsur yang berikatan.Oleh karena kurangnya kemampuan tersebut sehingga siswa sulit untuk menentukan rumus molekul dari unsur-unsur tersebut. Pada subkonsep ini terdapat 8,53% (7 orang) yang mengalami kesulitan pada butir soal nomor 1.Pola jawaban salah siswa pada butir soal 1d dengan kesulitan menuliskan rumus molekul senyawa, dapat dilihat pada gambar berikut:Gambar 24. Pola Salah ke 1 (Skor 7b) (8,53%)Berdasarkan eksperimen, Be dalam molekul tidak dikelilingi oleh delapan elektron. Dalam molekul itu atom Be sebagai atom pusat dengan tingkat energi terluarnya terisi dua pasang elektron yang saling mengadakan tolakan. Agar tolak itu sekecil mungkin maka posisi kedua pasang elektron itu berada pada sisi berlawanan. Karena dua atom F terikat pada atom Be melalui penggunaan bersama pasangan elektron maka atom F akan berada dimana pasangan elektron itu berada. Oleh karena itu struktur BeF2 adalah linear.Pada skor 7c, terjadi karena siswa sulit dalam meletakkan elektron-elektron dari setiap unsur berdasarkan kebutuhan setiap ikatan antar unsur. Sehingga, siswa menentukan rumus molekul yang mungkin terbentuk hanya berdasarkan elektron valensi dari masing-masing unsur kemudian dengan menggunakan bilangan koordinasi dari senyawa tersebut dapat ditentukan bentuk molekul yang mungkin terbentuk. Tetapi, siswa kesulitan dalam menentukan letak elektron yang mengelilingi atom pusat. Pada subkonsep ini terdapat 2,44% (2 orang) yang mengalami kesulitan, dan kesulitan dominan terletak pada butir soal nomor 15.Pola jawaban salah siswa pada butir soal 15d dengan kesulitan meletakkan elektron di sekitar atom pusat, ditunjukkan pada gambar berikut:Gambar 24. Pola Salah Ke 1 ( Skor 7c) (2,44%)Dalam molekul PF5, P sebagai atom pusat dikarenakan P lebih elektropositif dibanding atom F. Unsur yang sangat elektronegatif mempunyai energi ionisasi yang sangat tinggi, jadi sangat sukar melepaskan elektronnya, Unsur dengan afinitas elektron yang sangat tinggi, akan menghasilkan zat yang sangat stabil apabila elektron ditambah, sehingga F akan lebih stabil jika diletakkan sebagai substituen atau ligan. Karena Fosfor beraada pada periode ketiga, memiliki jumlah elektron valensi 5, sehingga elektron valensi dapat mengembang lebih dari delapan elektron, sehingga Struktur Lewis yang memungkinkan dapat dibuat pada molekul PF3 dan PF5.

PENUTUPBerdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa 1) Rerata pola jawaban benar dilakukan 34,14% siswa dan rerata pola jawaban salah dilakukan 65,85% siswa Siswa memiliki beragam kesulitan dalam menggambarkan Struktur Lewis suatu senyawa hingga meramalkan bentuk molekulnya. 2) Kesalahan dominan saat menentukan atom pusat dialami siswa dalam menentukan atom pusat jika 3 unsur diketahui. Siswa tidak mampu menjelaskan alasan yang ilmiah dalam menentukan atom pusat dalam suatu senyawa, misalnya memperhatikan keelektronegatifan unsur yang ditanyakan. 3) Kesulitan dalam meletakan kerangka struktur senyawa disebabkan karena siswa tidak memahami kecenderungan atom untuk mencapai oktet maupun kecenderungan pengecualian oktet dan cara menata atom-atom yang terlibat di sekitar atom pusat hingga struktur senyawa tersebut menjadi stabil. 4)Kesulitan dalam meletakan elektron-elektron yang terlibat dengan benar dikarenakan siswa kurang memahami konsep ikatan kimia secara mendalam serta gagal mengintegrasikan model mental ke dalam suatu kerangka konseptual yang terkait, yaitu kecendrungan atom mencapai oktet dan pada senyawa yang mengalami pengecualian oktet, seperti IOF5, PF5, dan BeF2.Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perlunya peningkatan terhadap pembelajaran kimia, khususnya pokok bahasan Struktur Lewis di SMA, agar lebih menekankan pada peningkatan memahami konseptual siswa, dan merancang strategi dan pendekatan pembelajaran yang tepat dan efisien dengan karakteristik masing-masing siswa dan perlunya metode pembelajaran yang dilakukan oleh guru yang dapat membuat siswa menjadi lebih tertarik dengan kimia dan membuat pembelajaran kimia menjadi menyenangkan, dan diperlukan penekanan pemahaman pada materi sebelumnya, yaitu Sistem Periodik Unsur dan Konfigurasi elektron, agar siswa dapat memahami kecenderungan suatu unsur dalam satu golongan ataupun satu periode sehingga kesulitan dalam menggambar Struktur Lewis dapat teratasi.

DAFTAR PUSTAKAArifin, Mulyati. 2007. Materi Pokok Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Kimia. Jakarta:Universitas TerbukaMiddlecamp, C. & Elizabeth K. 1995. Panduan Belajar Kimia Dasar. Jakarta: GramediaPrihantini, Heny. 2012. Kesulitan Siswa SMA di Kota Palangka Raya Dalam Memahami Konsep Ikatan Kimia. Tesis Magister tidak diterbitkan, Universitas Palangka Raya, Palangka RayaSidauruk, Suandi. 1995. Kesulitan Siswa SMA Memahami Konsep-Konsep Ilmu Kimia. Tesis:IKIP Jakarta