3
CIANJUR, TRIBUNJABAR.CO.ID - Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis premium dari 6.900 rupiah menjadi 7.400 rupiah untuk wilayah Jawa, Madura, dan Bali belum memberikan pengaruh yang signifikan pada harga-harga bahan pokok di Pasar Tradisional Muka, Kabupaten Cianjur. Seperti diketahui, keputusan BBM naik ditetapkan pada, Sabtu (28/3) dini hari. Pedangang ayam potong di Blok A, Pasar Muka, Gangan Suganda (29) menuturkan bahwa kenaikan BBM tidak berpengaruh apapun terhadap harga ayam. Menurutnya, ayam potong hingga kemarin masih dijual dengan harga 28.000/kilogram. "Belum ada pengaruh, saya nanya sama bos, naik atau engga, terus bos jawab, engga. Ini masih harga sebulan yang lalu," ujar Gangan di kiosnya, Sabtu (28/3) pagi. Berbeda dengan pedagang di Pasar Muka, penyuplai sayuran di Pasar Cigombong, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Yayan Sofyan (50) menuturkan bahwa imbas dari kenaikan BBM itu adalah naiknya ongkos untuk biaya pengiriman sayuran dari Cigombong ke Pasar Kemayoran, Jakarta, dari yang awalnya hanya 850 ribu, menjadi 1 juta. "Sebenarnya tidak tentu, kadang sejuta lebih, tergantung seberapa banyak sayuran yang diangkut dan situasi di perjalanan. Kalau macet pasti boros bahan bakar. Tapi hari ini (kemarin, Red) ongkos jadi naik dari standar 850 ribu," ujarnya di Cigombong. (ram) RENGAT,GORIAU.COM - Setelah pemerintah menaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) pada Minggu (29/3/2015) lalu dari Rp6.800 menjadi Rp7.300 rupiah membuat sejumlah harga barang di Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu) kembali meroket. Bahkan kenaikan harga tersebut hingga tujuh persen.

Artikel Pep m5

Embed Size (px)

DESCRIPTION

artikel pep m5

Citation preview

Page 1: Artikel Pep m5

CIANJUR, TRIBUNJABAR.CO.ID - Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis

premium dari 6.900 rupiah menjadi 7.400 rupiah untuk wilayah Jawa, Madura, dan Bali belum

memberikan pengaruh yang signifikan pada harga-harga bahan pokok di Pasar Tradisional

Muka, Kabupaten Cianjur. Seperti diketahui, keputusan BBM naik ditetapkan pada, Sabtu (28/3)

dini hari.

Pedangang ayam potong di Blok A, Pasar Muka, Gangan Suganda (29) menuturkan bahwa

kenaikan BBM tidak berpengaruh apapun terhadap harga ayam. Menurutnya, ayam potong

hingga kemarin masih dijual dengan harga 28.000/kilogram. "Belum ada pengaruh, saya nanya

sama bos, naik atau engga, terus bos jawab, engga. Ini masih harga sebulan yang lalu," ujar

Gangan di kiosnya, Sabtu (28/3) pagi.

Berbeda dengan pedagang di Pasar Muka, penyuplai sayuran di Pasar Cigombong, Kecamatan

Pacet, Kabupaten Cianjur, Yayan Sofyan (50) menuturkan bahwa imbas dari kenaikan BBM itu

adalah naiknya ongkos untuk biaya pengiriman sayuran dari Cigombong ke Pasar Kemayoran,

Jakarta, dari yang awalnya hanya 850 ribu, menjadi 1 juta.

"Sebenarnya tidak tentu, kadang sejuta lebih, tergantung seberapa banyak sayuran yang diangkut

dan situasi di perjalanan. Kalau macet pasti boros bahan bakar. Tapi hari ini (kemarin, Red)

ongkos jadi naik dari standar 850 ribu," ujarnya di Cigombong. (ram)

RENGAT,GORIAU.COM - Setelah pemerintah menaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) pada Minggu (29/3/2015) lalu dari Rp6.800 menjadi Rp7.300 rupiah membuat sejumlah harga barang di Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu) kembali meroket. Bahkan kenaikan harga tersebut hingga tujuh persen.

Pantauan GoRiau.Com di Pasar Rakyat Rengat, Rabu (1/4/2015) siang, beberapa pedagang mengeluhkan kenaikan harga barang tersebut, seperti harga gula. Dimana, sebelumnya harga gula di pasaran hanya Rp9800 per kilogram, setelah kenaikan BBM harga gula menanjak hingga Rp11.000 per kilogram.

Selain itu, peningkatan harga juga terjadi pada ayam pedaging atau ayam potong. Sebelumnya harga ayam berkisar Rp25 ribu hongga Rp30 ribu per kilogram, setelah kenaikan BBM harga daging ayam menanjak hingga Rp35 ribu hingga Rp40 ribu per kilogram. Dan diperkirakan, harga barang pokok dan barang makanan yang lain juga ikut melonjak pasca kenaikan harga BBM tersebut.

Page 2: Artikel Pep m5

Atan (42), salah seorang pedagang sembako di Pasar Rakyat Rengat membenarkan adanya kenaikan harga gula tersebut. "Biasanya saya membeli gula seharga Rp490 ribu per sak yang berukuran 50 kilogram, setelah kenaikan BBM ini, harga gula per sak mencapai Rp525 ribu per sak", sebutnya.

Selain gula, sebut Atan, harga kacang tanah juga mengalami kenaikan sebesar Rp2.500 rupiah per kilo. Jika sebelumnya harga kacang tanah hanya Rp17.000 per kilo, saat ini mengalami kenaikan hinggan Rp19.500 per kilogram.

Meski begitu, sejauh ini kenaikan harga BBM tersebut belum berdampak pada kenaikan seluruh bahan pokok, seperti halnya harga beras dan telur yang mengalami penurunan, pungkas Atan.

Disisi lain, salah seorang masyarakat Pematang Reba, Kusniati kepada GoRiau.Com menuturkan bahwa, kebijakan pemerintah menaikan harga BBM ini tentunya sangat meresahkan masyarakat kecil seperti dirinya. "Kenaikan harga BBM ini sangat meresahkan masyarakat. Karena, akan berdampak pada kenaikan harga sembilan bahan pokok (sembako) yang setiap hari dibutuhkan masyarakat", sebutnya ketus.

Seperti pengalaman sebelumnya, pada saat pemerintah menaikan harga BBM, seluruh harga baik itu sembako maupun barang lain mengalami kenaikan drastis. Namun, setelah harga BBM kembali diturunkan, maka harga sembako yang terlanjur naik tidak ikut turun dan malah bertahan, keluh ibu dua anak itu.

Menanggapi hal itu, Dinas Perindustrian Perdagangan dan Pengelolaan Pasar (Disperindagpas) Inhu mengaku belum mengetahui adanya kenaikan harga tersebut. "Kita belum mengetahui pasti adanya kenaikan barang termasuk sembako akibat kenaikan BBM tersebut. Namun demikian, kita akan melakukan pengecekan terhadap dampak kenaikan BBM ini", sebut Kabid Pasar Disperindag Inhu Elpari Adha.

Selain itu sebut Elpari, pihaknya akan melakukan monitoring terkait dampak kenaikan harga BBM itu. "Kita belum tahu pasti adanya kenaikan harga bahan pokok akibat kenaikan BBM ini, besok akan kita lakukan monitoring. Selain itu, kita juga akan melakukan rapat koordinasi untuk membahas dampak kenaikan harga BBM ini", pungkasnya.(jef)