Upload
bali-homepetshop
View
24
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN
ARTRITIS REUMATOID
KELOMPOK II :
1. Ngakan Made Hartapa (0702115004)2. I Putu Artawan (0702115011)3. Kadek Edy Herawan (0702115013)4. Ni Wayan Suniya Dewi (0702115016)5. Desak Kadek Sastrawati (0702115021)6. Ni Rai Widiastuti (0702115023)7. Luh Made Oka Rusmini (0702115029)8. Ni Made Sri Aryani (0702115034)9. Ni Made Sumarni (0702115036)10.I Made Rismawan (0702115039)
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN- BFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
2008KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN
ARTRITIS REUMATOID
KONSEP DASAR PENYAKIT
1.DEFINISI
Artritis rematoid adalah penyakit inflamasi nonbacterial yg bersifat
sistemik,progresif,cenderung kronis yg menyerang berbagai system
organ(Arif Muttaqin,2002:322).
Artritis rematoid merupakan inflamasi kronis yg paling sering
ditemukan pada sendi.Insiden puncak antara usia 40-60 tahun,lebih banyak
pada wanita daripada pria dgn perbandingan 3:1.
2.ETIOLOGI
Penyebab utama kelainan ini tidak diketahui.Beberapa teori yg
dikemukakan mengenai penyebab arthritis rematoid adalah infeksi
streptokokus hemolitikus dan streptokokus
nonhemolitikus,endokrin,autoimun,metabolic,factor genetic,atau factor
lingkungan.
3.PATOFISIOLOGI
Pada arthritis rematoid reaksi autoimun terutama terjadi dalam
jaringan synovial.Proses fagositosis menghasilkan enzyme-enzym dalam
sendi.Enzym-enzym tersebut akan memecah kolagen sehangga terjadi
oedema,proliferasi membrane synovial dan akhirnya pembentukan
pannus.Pannus akan menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi
tulang.Akibatnya adalah menghilangnya permukaan sendi yang akan
mengganggu gerak sendi.Otot akan turut terkena karena serabut otot akan
mengalami perubahan degeneratif dengan menghilangnya elastisitas otot
dan kekuatan kontraksi otot.
4.MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis arthritis rematoid sangat bervariasi dan biasanya
mencerminkan stadium serta beratnya penyakit.Rasa
nyeri,pembengkakan,panas,eritema,dan gangguan fungsi pada sendi
merupakan gambaran klinis yang klasik untuk arthritis rematoid.Artritis
rematoid dapat dibagi menjadi 3 stadium:
A.Stadium I(stadium sinovitis).Pada tahap awal terjadi kongesti
vascular,proliferasi synovial disertai infiltrasi dilapisan subsinovial oleh
sel-sel polimorfi limfosit dan sel plasma.Selanjutnya terjadipenebalan
struktur kapsul sendi disertai pembentukan vili pada sinovium dan efusi
pada sendi/pembungkus tendo.
B.Stadium II(stadium destruksi).Pada stadium ini inflamasi
berlanjut menjadi kronis serta terjadi destruksi sendi dan tendo.Kerusakan
pada tulang rawan sendi disebabkan oleh enzyme proteolitik dan jaringan
vaskuler pada lipatan sinovia serta jaringan granulasi yang terbentuk pada
permukaan sendi(pannus).Erosi tulang terjadi pada bagian tepi sendi
akibat invasi jaringan granulasi dan resorpsi osteoklas.Pada tendo terjadi
tenosinovitis disertai invasi kolagen yang dapat menyebabkan rupture
tendo,baik parsial ataupun local.
C.Stadium III(stadium deformitas).Pada stadium ini kombinasi
antara destruksi sendi,ketegangan selaput sendi,dan rupture tendo akan
enyebabkan instabilitas dan deformitas sendi.
5.PENATALAKSANAAN MEDIS
Untuk arthritis rematoid yang dini,terapi dimulai dengan
pendidikan pasien,keseimbangan antara istirahat dan latihan,dan rujukan
kekembaga kemasyarakatan yang dapat memberikan
dukungan.Penanganan medik dimulai dengan pemberian salisilat atau
NSAID dalam dosis terapuetik.Kalau diberikan dalam dosis terapuetik
yang penuh,obat-obat ini akan memberikan efek antiinflamasi maupun
analgesic.Kepada pasien perlu diberitahukan untuk menggunakan obat
menurut resep dokter agar kadar obat yang konsisten dalam darah bias
dipertahankan sehingga keefektifan obat anti inflamasi tersebut dapat
mencapai tingkat yang optimal.
Untuk arthritis rematoid erosife,moderat,suatu program
formal dengan terapi okupasi dan fisioterapi harus diresepkan untuk
mendidik pasien tentang prinsip-prinsip perlindungan sendi,pengaturan
kecepatan dalam pelaksanaan aktivitas,penyederhanaan kerja,latihan
gerak,dan latihan untuk menguatkan otot-otot.Pasien didorong untuk turut
berpartisipasi aktif dalam program penatalaksanaan tersebut.Program
medikasi dievaluasi ulang secara periodic,dan perubahan yang sesuai dapat
dilakukan jika diperlukan.
Bagi arthritis rematoid erosife,persisten,bedah
rekonstruksi dan terapi kortikosteroid kerapkali diresepkan.Bedah
rekonstruksi merupakan indikasi kalau rasa nyeri tidak dapat diredakan
oleh tindakan konservatif.Prosedur bedah mencakup tindakan
sinovektomi(eksisi membrane synovial),tenorafi(penjahitan
tendon),atrodesis(operasi untuk menyatukan sendi) dan artroplasti(operasi
untuk memperbaiki sendi).Namun demikian operasi tidak dilakukan pada
saat penyakit msih berada dalam stadium akut.Pemberian kortikosteroid
sistemik dilakukan jika pasien menderita inflamasi serta rasa nyeri yang
tidak pernah sembuh/pasien membutuhkan obat-obat”yang
menjembatani”pada saat ia menantikan hasil kerja obat anti rematik yang
kerjanya lambat.Terapi kortikosteroid dengan dosis rendah dapat
direkomendasikan dalam waktu terpendek yang diperlukan.
Bagi arthritis rematoid yang lanjut dan tidak pernah
sembuh,obat-obat imunosupresi diresepkan mengingat kemampuannya
untuk mempengaruhi produksi antibody pada tingkat seluler.Obat-obat ini
mencakup preparat metotreksat dosis tinggi,siklofosfamid dan
azatioprin.Namun obat-obat ini sangat toksis dan dapat menimbulkan
depresi sumsum tulang,anemia,gangguan gastrointestinal serta
ruam.Plasmaferesis,limfoferesis dan iradiasi total limfoid merupakan
prosedur eksprimental yang dikenalkan dalam tahun 1970-an dan kini
dianggap tidak atau hanya sedikit peranannya dalam penanganan penyakit
rematik,kecuali pada kasus-kasus akut yang mengancam penderitanya dan
tidak menunjukkan respons terhadap terapi konvensional yang agresif.
KRITERIA ARTRITIS REUMATOID (ARA).
1 .Kekakuan sendi jari yangan pada pagi hari(morning stiffness)
2 .Nyeri pada pergerakan sendi atau nyeri tekan sekurang-
kurangnya pada satu sendi.
3 .Pembengkakan pada salah satu sendi secara terus-menerus
sekurang-kurangnya 6 minggu.
4 .Pembengkakan pada sekurang-kurangnya salah satu sendi lain.
5 .Pembengkakan sendi yang bersifat simetris.
6 .Nodul subcutan pada daerah tonjolan tulang didaerah ekstensor.
7 .Gambaran fotorontgen yang khas pada arthritis rheumatoid.
8 .Uji aglutinasi factor rheumatoid.
9 .Perubahan karakteristik histologis lapisan sinovia.
10.Gambaran histologis yang khas pada nodul.
11.Pengendapan cairan caousin yang jelek.
HASIL PENILAIAN
@ Bila terdapat 7 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya
selama 6 minggu.(KLASIK)
@ Bila terdapat 5 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya 6
minggu.(DEFINITIF)
@ Bila terdapat 3 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya
selama 4 minggu(KEMUNGKINAN REUMATOID)
KONSEP DASAR ASKEP
1.PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses
keperawatan.
A.Anamnesis.Anamnesis dilakukan untuk mengetahui:
@ Identitas meliputi nama,jenis kelamin,usia,alamat,agama,bahasa
yang digunakan,status perkawinan,pendidikan,pekerjaan,asuransi,
golongan darah ,nomor register,tanggal masuk rumah sakit,dan diagnosis
medis.
@ Riwayat penyakit sekarang.Pengumpulan data dilakukan sejak
keluhan muncul.Pada klien arthritis rheumatoid,stadium awal biasanya
ditandai dengan gangguan keadaan umum berupa malaise,penurunan
berat badan,rasa capek, sedikit panas,dan nemia.Gejala local yang terjadi
berupa pembengkakan,nyeri,dan gangguan gerak pada sendi
metakarpofalangeal.
@ Riwayat penyakit dahulu.Pada pengkajian ini, kemungkinan
penyebab pendukung terjadinya arthritis rheumatoid.Penyakit tertentu
seperti penyakit DM menghambat proses penyembuhan arthritis
rheumatoid.
@ Riwayat penyakit keluarga.Kaji tentang adakah keluarga dari
generasi terdahulu yang mengalami keluhan yang sama dengan klien.
@ Riwayat psikososial.Kaji respon emosi klien terhadap penyakit
dan perannya dalam keluarga dan masyarakat.Klien dapat mengalami
ketakutan akan kecacatan karena perubahan bentuk sendi dan pandangan
terhadap dirinya yang salah (gangguan citra diri).Kebutuhan tidur dan
istirahat juga harus dikaji,selain kingkungan,lama tidur,kebiasaan,
kesulitan,dan penggunaan obat tidur.
B.Pemeriksaan Fisik.Setelah melakukan anamnesis,pemeriksaan fisik
sangat berguna untuk mendukung data anamnesis.Pemeriksaan fisik
dilakukan persistem(B1-B6) dengan focus pemeriksaan B6(bone) yang
dikaitkan dengan keluhan pasien.
@ B1(Breathing).Klien arthritis rheumatoid tidak menunjukkan
kelainan system pernafasan pada saat inspeksi.Palpasi thoraks
menunjukkan taktil fremitus seimbang kanan dan kiri.Pada
auskultasi,tidak ada suara nafas tambahan.
@ B2(Blood).Tidak ada iktus jantung pada palpasi.Nadi mungkin
meningkat,iktus tidak teraba.Pada auskultasi,ada suara S1 dan S2
tunggal dan tidak ada murmur.
@ B3(Brain).Kesadaran biasanya CM.Pada kasus yang lebih
parah,klien dapat mengeluh pusing dan gelisah.
> Kepala dan wajah : ada sianosis
> Mata : sclera biasanya tidak ikterik
> Leher : biasanya JVP dalam batas normal
> Telinga : tes bisik atau Weber masih dalam
keadaan normal.Tidak ada lesi atau
nyeri tekan
> Hidung : tidak ada deformitas,tidak ada
pernafasan cuping hidung
> Mulut dan faring : tidak ada pembesaran tonsil,gusi tidak
terjadi perdarahan,mukosa mulut tidak
pucat
Status mental:penampilan dan tingkah laku klien biasanya tidak
mengalami perubahan.
Pemeriksaan saraf cranial:
# Saraf I.Biasanya pada klien arthritis rheumatoid tidak ada
kelainan dan fungsi penciuman tidak ada kelainan.
# Saraf II.Tes ketajaman penglihatan normal.
# Saraf III,IV,dan VI.Biasanya tidak ada gangguan mengangkat
kelopak mata,pupil isokor.
# Saraf V.Klien arthritis rheumatoid umumnya tidak mengalami
paralysis pada otot wajah dan reflek kornea biasanya tidak ada
kelainan.
# Saraf VII.Persepsi pengecapan dalam batas normal dan wajah
simetris.
# Saraf VIII.Tidak ditemukan tuli konduktif tau tuli persepsi.
# Saraf IXdanX.Kemampuan menelan baik.
# Saraf XI.Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan
trpezius.
# Saraf XII.Lidah simetris,tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak
ada fasikulasi.Indra pengecapan normal.
@ B4(Bladder).Produksi urine biasanya dalam batas normal dan
tidak ada keluhan pada system perkemihan.
@ B5(Bowel).Umumnya klien arthritis rheumatoid tidak
mengalami gangguan eleminasi.Meski demikian perlu dikaji
frekwensi,konsistensi,warna serta bau feses.Frekwensi
berkemih,kepekatan urine,warna,bau,jumlah urine juga harus
dikaji.Gangguan gastrointestinal yang sering adalah mual,nyeri
lambung,yang menyebabkan klien tidak nafsu makan,terutama klien
yang menggunakan obat reumatik dan NSAID.Peristaltik yng menurun
menyebabkan klien jarang defekasi.
@ B6(Bone).
> Look :didapatkan adanya pembengkakan yang tidak biasa,
deformitas pada daerah sendi kecil tangan,pergelangan kaki,dan sendi
besar lutut,panggul,dan pergelangan tangan.Adanya degenerasi serabut
otot memungkinkan terjadinya pengecilan,atrofi otot yang disebabkan
oleh tidak digunakannya otot akibat inflamasi sendi.Sering ditemukan
nodul subcutan miltipel.
> Feel :nyeri tekan pada sendi yang sakit.
> Move :ada gangguan mekanis dan fungsional pada sendi dengan
manifestasi nyeri bila menggerakkan nyeri sendi yang sakit.Klien sering
mengalami kelemahan fisik sehingga mengganggu aktivitas hidup
sehari-hari.
C.PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
@ Pemeriksaan radiologi.Pada tahap awal,foto rontgen tidak
menunjukkan kelainan yang mencolok.Pada tahap lanjut,terlihat
rarefaksi korteks sendi yang difus dan disertai trabekulasi
tulang,obliterasi ruang sendi yang memberi perubahan degeneratif
berupa densitas,iregularitas permukaan sendi,serta spurring
marginal.Selanjutnya bila terjadi destruksi tulang rawan,akan terlihat
penyempitan ruang sendi dengan erosi pada beberapa tempat.
D.PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Ditemukan peningkatan laju endap darah,anemia normostik
hipokrom,reaksi protein-C positif dan mukoprotein meningkat,factor
rheumatoid positif 80%(uji Rose-Waaler) dan factor antinuclear positif
80%,tetapi kedua uji ini tidak spesifik.
@ DATA SUBYEKTIF
-mengeluh nyeri sendi
-mengeluh badan panas
-mengatakan kurang mengerti tentang penyakitnya
@ DATA OBYEKTIF
-bengkak pada sendi
-menggigil
-suhu meningkat akibat peradangan
-kekuatan otot menurun
-kekakuan sendi
-terbatasnya gerakan sendi
-deformitas
-fenomena Raynaud
-nodul rheumatoid
-gejala ekstra artikuler(neuropati,perikarditis,splenomegali,dan
sindrom sjogren)
2.DIAGNOSA KEPERAWATAN
a.Nyeri b/d adanya reaksi peradangan
b.Kerusakan mobilitas fisik b/d adanya kekakuan
sendi,deformitas,penurunan kekuatan otot
c.Gangguan bodi image b/d perubahan kemampuan untuk melakukan
ADL(akibat dari deformitas,kekakuan sendi,penurunan kekuatan otot.)
d.Defisit perawatan diri b/d penurunan kekuatan,daya tahan,kekakuan
sendi saat beraktivitas
e.Kurang pengetahuan b/d kurangnya informasi tentang
penyakitnya,kesalahan interpretasi informasi
f.Resiko cedera b/d penurunan kekuatan otot
3.RENCANA KEPERAWATAN
Dengan munculnya beberapa diagnosa keperawatan seperti
diaras,maka dapat dibuat rencana tindakan pada diagnose yang paling
umum terjadi pada pasien arthritis rheumatoid.
No DX Intervensi Rasional
1 2 3 4a kaji status nyeri,catat
lokasi&intensitas nyeri
-berikan kasur
keras,bantal
kecil.Tinggikan tempat
tidur ssi kebutuhan
-beri posisi nyaman saat
tidur&duduk dikursi
anjurkan px untuk mandi
air hangat
berikan masase yg
lembut
libatkan dlm aktivitas
hiburan yg ssi untuk
situasi individu
membantu dalam
menentukan
kebutuhan manajemen nyeri
-tjd pemeliharaan
kesejajaran
tubuh yg tepat.Peninggian
tmpt tidur m”nurunkan
tkanan pada
sendi yg terinflamasi
-tirah baring diperlukan
untuk membatasi nyeri
sendi
-panas m”ningkatkan
relaksasi
otot,menurunkan rasa nyeri
-m”ningkatkan relaksasi otot
-m”ningkatkan rasa percaya
diri&perasaan sehat
b
beri obat sblm aktivitas
yg
direncanakan ssi
petunjuk
-pantau tngkat sakit pd
sendi
-pertahankan istirahat
tirah baring/duduk
-ubah posisi dgn sering
dgn jmlh personel cukup
-gunakan bantal
kecil/tipis dibawah leher
-dorong px
m”pertahankan
postur tegak&duduk
tinggi
berdiri,berjalan
-berikan lingk.yg aman
seperti p”gunaan alat
bantu mobilitas kursi
roda penyelamat
-konsul dgn ahli terapi
fisik
-m”ningkatkan relaksasi,me
ngurangi tegangan otot,me
mudahkan ikut serta dalam
terapi
-tingkat latihan trgntung dri
tingkat rasa nyeri
-mencegah kelelahan,mem
pertahankan kekuatan
-m”hilangkan tek.pd jar.&
m”ningkatkan sirkulasi
-mencegah fleksi leher
-memaksimalkan fungsi
sendi,m”pertahankan
mobilitas
-menghindari cedera
akibat kecelakaan /jatuh
-berguna dlm
m”formulasikan
c -dorong p”ngungkapan
mengenai mslh ttng
proses penyakit
&harapan masa depan
-diskusikan arti dari
kehilangan/perubahan
pada px
-diskusikan persepsi px
mengenai bgmn org
terdekat menerima
keterbatasan
-akui&terima perasaan
berduka,b’musuhan,
ketergantungan
-bantu dgn kebutuhan
pera watan yg diperlukan
prog.latihan yg berda
sarkan kebut.individual
-berikan kesempatan u/
m”identifikasi rasa
takut/kesalahan
konsep&m”hadapinya scra
langsung
-m”identifikasi bgmn
penyakit m’pngaruhi per
sepsi diri&interaksi dgn
org lain akan
m’nentukan kbthan trhdp
intervensi
-isyarat verbal/nonverbal
org terdekat dpt m’punyai
pe ngaruh mayor pd bgmn
px m’mandang dirinya
sendiri
-perasaam marah dan
bermusuhan umum terjadi
-m’pertahankan
penampilan yg dpt
m’ningkatkan citra
diri
d
-berikan bantuan positif
bila perlu
-rujuk pd konseling
psikiatri
-beri obat ssi petunjuk
spti: obat-obat
antiansietas
-diskusikan tingkat
fungsi umum
-p’tahankan mobilitas,
kontrol thdp nyeri &
program latihan
-kaji hambatan thdp
partisipasi dlm
perawatan diri
-konsul dgn ahli terapi
okupasi
-m’mungkinkan px untuk
merasa senang thdp
dirinya sendiri
-px mungkin m’butuhkan
dukungan slma berhdpan
dgn proses jangka
panjang/
ketidakmampuan
-mkn dbtuhkan saat
munculnya depresi hebat
-dpt melanjutkan aktivitas
umum dgn m’lakukan
adaptasi yg diperlukan
pd keterbatasan saat ini
-mendukung kemandirian
fisik/emosional
-m’nyiapkan u/meningkat
kan kemandirian
-berguna u/m’nentukan
alat bantu u/memenuhi
kebutuhan individual
e
f
-atur konsul dgn
lembaga lain,spti:pel.
perawatan
rumah,ahli nutrisi
-tinjau proses
penyakit,prognosis &
harapan masa depan
-bantu dlm
m’rencanakan jadwal
aktivitas terintegrasi
yg realistis
-tekankan pntngnya melan
jutkan managemen
farmako terapuetik
-diskusikan tanda &
gejala kemajuan
penyakit
-beri dukungan
psikologis agar px
m’jalankan apa yg
sudah disepakati
-ciptakan lingk.yg bebas
dari bahaya
(licin,peneranga ckup)
-mkn m’butuhkan berbgai
bantuan tambahan untuk
persiapan situasi dirumah
-m’berikan penget.dimana
px dpt membuat pilihan
b’dasarkan informasi
-m’berikan struktur&me
ngurani ansietas pd wkt
m’nangani proses penya
kit kronis kompleks
-keuntungan dari terapi
obat-obatan tergntung
pd ketepatan dosis
-m’bantu px&klrga dalam
penatalaksanaan prwtan
px arthritis rheumatoid
-m’ningkatkan kemauan
px&klrga ttg pntngnya
prwtan dirumah
-m’ciptakan lingk.
aman&mengurangi
resiko tjd kecelakaa
-beri dukungan
ambulasi ssi
kemampuan
-ajarkan pd px u/tidak
naik tangga, &
mengangkat beban
berat
-bantu px melakukan
aktivitas hidup sehari-
hari dgn hati-hati
-ambulasi tdk ssi kemam
puan dpt beresiko trjdi
cedera(jatuh)
-p’gerakan yg cepat me
nudahkan tjdnya frak
tur
-m’minimalkan resiko
trjdnya cedera
4.EVALUASI
Evaluasi yang dilakukan pada diagnose keperawatan pasien
arthritis rematoid adalah berdasarkan kriteria evaluasi dari diagnose
keperawatan tersebut.Adapun evaluasinya adalah sebagai berikut:
a.nyeri berkurang
b.kerusakan mobilisasi dapat diminimalisasi
c.gangguan bodi image dapat diatasi
d.mampu melakukan perawatan diri sesuai dengan tingkat kemampuan
e.mengetahui proses perjalanan penyakit,gejala,tanda,komplikasi pada
penyakit arthritis rheumatoid
f.resiko cedera tidak terjadi
SKEMA PATOFISIOLOGI ARTRITIS REUMATOID DIKAITKAN DENGAN NUNCULNYSKEMA PATOFISIOLOGI ARTRITIS REUMATOID DIKAITKAN DENGAN NUNCULNYA MASALAH A MASALAH KEPERAWATANKEPERAWATAN
Reaksi Faktor R dg Antibodi, faktor metabolik, infeksi dg kecendReaksi Faktor R dg Antibodi, faktor metabolik, infeksi dg kecenderunan viruserunan virus
Nyeri Nyeri Reaksi PeradanganReaksi Peradangan
Sinovial menebalSinovial menebal
Pannus Pannus Nodul Nodul Deformitas Sendi Deformitas Sendi Gg bodi imageGg bodi image
< informasi tentang proses penyakit< informasi tentang proses penyakit Infiltrasi ke dlm os. SubcondriaInfiltrasi ke dlm os. Subcondria
Hambatan nutrisi pada kartilago artikularisHambatan nutrisi pada kartilago artikularis
Kurang pengetahuanKurang pengetahuan Kartilago nekrosisKartilago nekrosis
Kerusakan kartilago & tulangKerusakan kartilago & tulang Erosi kartilagoErosi kartilago
Tendon & ligamen melemahTendon & ligamen melemah Adhesi pd permukaan sendiAdhesi pd permukaan sendi
Mudah luksasi & subluksasiMudah luksasi & subluksasi Ankilosis fibrosa Ankilosis fibrosa ankilosis tulangankilosis tulang
Hilangnya kekuatan ototHilangnya kekuatan otot Kekakuan sendi Kekakuan sendi Terbatasnya gerakan sendiTerbatasnya gerakan sendi
Resiko cederaResiko cedera Gg. Mobilitas fisikGg. Mobilitas fisik Defisit Defisit sself careelf care
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, A.(2002), Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskletal, Jakarta : EGC.
Carpenito, L. J. (2004), Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Edisi 10, Jakarta : EGC.
Doenges, M. E. (2000), Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, Jakarta : EGC.
Smeltzer, S. C. (2001), Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, Edisi 8, Jakarta : EGC