9
ASAS-ASAS DAN RUANG LINGKUP ANTROPOLOGI 1. Fase-Fase Perkembangan Antropologi Fase pertama (sebelum 1800), musafir, pelaut, pendeta, pegawai agama Nasrani, penerjemah Kitab Injil, maupun para pegawai pemerintah jajahan. Deskripsi tentang adat istiadat, susunan masyarakat, bahasa, dan ciri-ciri fisik beraneka warna suku bangsa di Afrika, Asia, Oseania, maupun berbagai suku bangsa Indian “Etnografi” (etmos berarti bangsa). Tiga sikap yang bertentangan terhadap orang- orang Afrika, Asia, Oseania, dan Indian tersebut yaitu: 1. Anggapan bahwa orang-orang tersebut sebenarnya bukan manusia sunggguh-sungguh, melainkan manusia liar keturunan iblis, dan lain-lain, sehingga timbul istilah-istilah savage dan primitive yang mengacu kepada bangsa-bangsa pribumi itu. 2. Padangan bahwa masyarakat-masyarakat pribumi tersebut merupakan contoh-contoh masyarakat yang masih murni, yang belum mengenal kejahatan seperti yang ada dalam masyarakat bangsa-bangsa Eropa Barat pada waktu itu. 3. Padangan bahwa” keanehan” bangsa-bangsa pribumi (adat istiadatnya, maupun benda-benda kebudayaannya) dapat dimanfaatkan untuk dipercontohkan kepada khalayak ramai di Eropa Barat, sehingga timbul museum-museum yang menggelar benda-benda kebudayaan berbagai bangsa di luar Eropa. Fase kedua (kira-kira pertengahan abad ke 19). Abad ke-19 cara berfikir evolusi masyarakat, yaitu: Masyarakat dan kebudayaan manusia telah beevolusi sangat lambat, yakni selama beberapa ribu tahun, dari tingkat-tingkat yang rendah, dan melalui beberapa tingkat sampai pada tingkat-tingkat yang tertinggi. Ketika sekitar tahun 1860 ada beberapa karangan yang mengklasifikasikan bahan-bahan mengenai berbagai kebudayaan di dunia dalam berbagai

ASAS

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ASAS

ASAS-ASAS DAN RUANG LINGKUP ANTROPOLOGI

1. Fase-Fase Perkembangan AntropologiFase pertama (sebelum 1800), musafir, pelaut, pendeta,

pegawai agama Nasrani, penerjemah Kitab Injil, maupun para pegawai pemerintah jajahan. Deskripsi tentang adat istiadat, susunan masyarakat, bahasa, dan ciri-ciri fisik beraneka warna suku bangsa di Afrika, Asia, Oseania, maupun berbagai suku bangsa Indian “Etnografi” (etmos berarti bangsa).

Tiga sikap yang bertentangan terhadap orang-orang Afrika, Asia, Oseania, dan Indian tersebut yaitu: 1. Anggapan bahwa orang-orang tersebut sebenarnya bukan

manusia sunggguh-sungguh, melainkan manusia liar keturunan iblis, dan lain-lain, sehingga timbul istilah-istilah savage dan primitive yang mengacu kepada bangsa-bangsa pribumi itu.

2. Padangan bahwa masyarakat-masyarakat pribumi tersebut merupakan contoh-contoh masyarakat yang masih murni, yang belum mengenal kejahatan seperti yang ada dalam masyarakat bangsa-bangsa Eropa Barat pada waktu itu.

3. Padangan bahwa” keanehan” bangsa-bangsa pribumi (adat istiadatnya, maupun benda-benda kebudayaannya) dapat dimanfaatkan untuk dipercontohkan kepada khalayak ramai di Eropa Barat, sehingga timbul museum-museum yang menggelar benda-benda kebudayaan berbagai bangsa di luar Eropa.

Fase kedua (kira-kira pertengahan abad ke 19). Abad ke-19 cara berfikir evolusi masyarakat, yaitu: Masyarakat dan kebudayaan manusia telah beevolusi sangat lambat, yakni selama beberapa ribu tahun, dari tingkat-tingkat yang rendah, dan melalui beberapa tingkat sampai pada tingkat-tingkat yang tertinggi. Ketika sekitar tahun 1860 ada beberapa karangan yang mengklasifikasikan bahan-bahan mengenai berbagai kebudayaan di dunia dalam berbagai tingkat evolusi, lahirlah antropologi. Ilmu itu bersifat akademis. Mempelajari masyarakat dan kebudayaan primitif dengan maksud mendapatkan pengertian mengenai tingkat-tingkat kuno dalam sejarah dan sejarah penyebaran kebudayaan manusia di muka bumi.

Fase ketiga (awal abad ke 20). Suatu ilmu yang praktis, yang tujuannya adalah mempelajari masyarakat dan kebudayaan suku-suku bangsa di luar Eropa guna kepentingan pemerintah kolonial dan guna mendapat pengertian tentang masyarakat modern yang bersifat kompleks.

Page 2: ASAS

Fase kempat (Sesudah kira-kira 1930). Dalam fase perkembangannya mempunyai dua tujuan, yaitu : 1. Tujuan akademis, tujuan akademisnya adalah untuk

mencapai pengertian tentang makhluk manusia pada umumnya dengan mempelajari berbagai bentuk fisiknya, masyarakatnya, maupun kebudayaanya.

2. Tujuan praktis, tujuan praktisnya mempelajari manusia dalam beragam masyarakat suku bangsa guna membangun masyarakat suku bangsa tersebut.

2. Antropologi Masa Kini Etnografi yang diartikan sebagai “pelukisan” (deskripsi)

tentang bangsa-bangsa, digunakan secara umum di Eropa Barat untuk menyebut bahan keterangan yang ada dalam tulisan-tulisan tentang masyarakat dan kebudayaan suku-suku bangsa bukan Eropa maupun untuk metode-metode yang digunakan untuk mengumpulkan dan mengumumkan bahan tersebut.

Etnhologi, yang berarti ilmu bangsa-bangsa juga telah dipkai sejak awal. Yang mempelajari masalah-masalah yang berhubungan dengan sejarah perkembangan kebudayaan manusia.

Voelkerkunde, dalam bahasa Jerman, atau volkenkundedalam bahasa Belanda, adalah istilah untuk “ilmu bangsa-bangsa”, dan terutama dipergunakan di Eropa Tengah sampai sekarang.

Kultukunde, berarti “ilmu kebudayaan”, istilah ini pernah dipakai sarjana antropologi Jerman L. Frobenius, dalam arti yang sama seperti Ethnology di Amerika.

Anthropology atau “Ilmu tentang manusia”, adalah suatu istilah yang pada awalnya mempunyai makna yang lain, yaitu ilmu tentang ciri-ciri tubuh manusia.

Cultural anthropology akhir-akhir ini terutama digunakan di Amerika tetapi kemudian digunakan juga di negara-negara lain untuk bagian antropologi yang tidak mempelajari physical antropologi, yaitu yang secara khusus mempelajari tubuh manusia.

3. Ilmu-Ilmu Bagian Dari AntropologiLima masalah penelitian khusus, yaitu:

1. Masalah sejarah asal dan perkembangan manusia (atau evolusinya) dipandang dari segi biologi

2. Masalah sejarah terjadinya berbagai ragam manusia, dipandang dari ciri-ciri tubuhnya

Page 3: ASAS

3. Masalah sejarah asal, perkembangan, serta penyebaran berbagai macam bahasa di seluruh dunia

4. Masalah perkembangan, penyebaran, dan terjadinya kebudayaan di dunia

5. Masalah mengenai asas-asas kebudayaan manusia dalam kehidupan masyarakat-mayarakat suku bangsa di dunia

Paleoantropologi ilmu bagian yang meneliti asal-usul atau terjadinya serta evolusi manusia, yang menggunakan sisa-sisa tubuh yang telah membatu (fosil manusia) yang ditemukan dalam lapisan-lapisan bumi sebagai bahan untuk penelitiannya.

Antropologi fisik dalam arti khusus adalah bagian dari antropologi yang mencoba memahami sejarah terjadinya beragam mahkluk manusia berdasarkan perbedaan ciri-ciri tubuhnya, dengan bahan penelitian berupa ciri-ciri tubuh yang tampak lahir, atau fenotipik (seperti misalnya warna kulit, warna dan bentuk rambut), genotipik (seperti misalnya frekuensi golongan darah).

Etnolinguistik, ilmu bagian yang pada awalnya erat berkaitan dengan antropologi. Penelitiannya daftar kata-kata dan deskripsi tentang ciri dan tata bahasa dari beratus-ratus bahasa suku bangsa di berbagai tempat du muka bumi, maupun bahan. Perkembangan kebudayaan umat manusia yag lalu hingga sekarang, dibagi ke dalam dua bagian yaitu:

1. Sebelum manusia mengenal tulisan 2. Setelah manusia mengenal tulisan Etnologi, ilmu bagian yang mempelajari asas-asas

manusi, meneliti sejumlah kebudayaan suku bangsa yang tersebar di seluruh dunia. Akhir-akhir ini dalam sub-ilmu etnologi berkembang dua golongan penelitian yaitu :

1. Golongan yang memberi perhatian khusus pada bidang diakrinik

2. Golongan yang lebih memperhatikan bidang diakronik dari kebudayaan manusia.

4. Hubungan Antara Antropologi Budaya atau Sosial dan Sosiologi

Ada beberapa perbedaan yang lebih mendasar, yaitu: 1. Kedua ilmu itu masing-masing mempunyai asal-

mula dan sejarah perkembangan yang berbeda2. Perbedaan sejak awal itu juga telah menyebabkan

pengkhususan pada pokok dan bahan penelitian dari kedua ilmu itu masing-masing

Page 4: ASAS

3. Perbedaan sejak awal itu juga telah menyebabkan berkembangya metode-metode dan masalah-masalah yang khusus pada antropologi budaya maupun sosial dan sosiologi

Setelah timbul krisis-krisis besar dalam kehidupan masyarakat bangsa-bangsa Eropa (seperti revolusi Perancis, revolusi industri, dan lain-lain, kegiatan menganalisa masalah-masalah masyarakat makin digalakkan sehingga ketika para ahli filsafat.

Sejarah perkembenganan antropologi telah menyebabkan bahwa sejak awal ilmu itu terutama masih tertuju pada obyek penelitian dalam masyarakat dan kebudayaan suku-suku bangsa bukan Eropa dan Amerika modern. Perkebangan sosiologi menyebabkan bahwa ilmu itu sejak mulanya tertuju pada obyek-obyek penelitian dalam masyarakat dan kebudayaan bangsa-bangsa yang justru hidup dalam lingkungan kebudayaan Eropa Barat dan Amerika modern.

Dapat disimpulkan bahwa perbedaan antara antropologi dan sosiologi tidak lagi dapat ditentukan berdasarkan perbedaan antara masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan, tetapi dalam metode-metode ilmiahnya. Sebaliknya,perhatian sosiologi senantiasa ditujukan kepada unsur-unsur atau gejala-gejala khusus dalam masyarakat manusia dengan cara menganalisa hubungan antar kelompok atau antar individu, maupun proses-proses yang ada dalam kehidupan suatu masyarakat.

Para ahli antropologi sudah terbiasa menghadapi bergam kebudayaan yang jumlahnya beribu-ribu diseluruh dunia, sehingga berkembang berbagai metode pengumpulan bahan yang mengkhusus kedalam (jadi bersifat kualitatif) maupun berbagai metode pengolahan dan analisa komporatif.

Para ahli sosiologi lebih banyak berpengalaman dalam meneliti gejala masyarakat perkotaan keanekaragaman kebudayaan masyarakat yang terdapat di dunia, dan sebagai akibatnya dalam ilmu itu berkembang berbagai metode pengumpulan bahan yang sifatnya meluas merata, maupun metode-metode pengolahan bahan dan analisa berdasarkan perhitungan-perhitungan dalam sejumlah besar (metode kuantitatif), seperti misalnya metode statistik.

5. Hubungan antara Antropologi dan Ilmu-Ilmu LainHubungan antara Geologi dan Antropologi. Ilmu geologi

mempelajari ciri- ciri dari lapisan bumi beserta perubahan –perubahannya, dan juga artefak-artefak maupun bekas-bekas kebudayaan hasil galian para ahli arkeologi, untuk

Page 5: ASAS

menganalisa umur dari lapisan bumi tempat benda-benda itu tersimpan.

Hubungan antara Paleoantropologi dan Antropologi. Paleoantropologi sebagai ilmu yang meneliti fosil makhluk-makhluk purba guna merekontruksi proses evolusi yang terjadi pada manusia.

Hubungan Antara Ilmu Anatomi Dan Antropologi. Memerlukan bantuan ilmu anatomi karena ciri-ciri dari berbagai bagian kerangka manusia, bagian tengkorak, serta ciri-ciri dari bagian tubuh manusia.

Hubungan antara ilmu kesehatan Masyarakat dan antropologi, yaitu data mengenai konsepsi dan sikap penduduk desa tentang kesehatan, sakit, dukun, obat –obatan tradisional, kebiasaan serta pantangan makan, dan lain-lain.

Hubungan antara ilmu pskisatri dan antropologi. Hubungan antara psikiatri dan antropologi merupakan suatu pengluasan dari hubungan antara antro-pologi dan psikologi, yang kemudian mendapat fungsi yang praktis.

Hubungan antara ilmu linguistik dan antropologi. Ilmu lingiustik (atau ilmu bahas) terjadi pada akhir abad ke-18. Ilmu linguistik berkembang menjadi ilmu yang berusaha mengembangkan konsep-konsep.

Hubungan antara Arkeologi dan Antropologi. Arkeologi, atau ilmu sejarah kebudayaan manusia, pada awalnya meneliti sejarah dari kebudayaan-kebudayaan kuno di zaman purba, seperti misalnya kebudayaan Yunani dan rum Klasik, kebudayaan Mesir Kuno, Kebudayaan Mesopotamia, Kebudayaan kuno Palestina, dan lain-lain. Di indonesia arkeologi antara lain meneliti sejarah negara-negara Indonesia-Hindu antara abad ke 4 dan abad ke 16 masehi.

Hubungan antara ilmu sejarah dan antropologi. Hubungan ini sebenarnya mirip dengan hubungan antara arkeologi dan antropologi dengan hubungan antara arkeologi dan antropologi terurai diatas. Untuk menulis sejarah suatu bangsa, antropologi pada awalnya menyediakan bahan prasejarahnya. Demikian juga berbagai masalah dalam historiografi dari sejarah suatu bangsa dapat dipecahkan dengan metode-metode antropologi. Berbagai sumber sejarah, seperti prasasti, dokumen, naskah tradisional, dan arsip kuno, seringkali hanya dapat mengungkapkan peristiwa-persitiwa sejarah yang terbatas pada bidang politik saja. Sebaliknya, seluruh latar belakang sosial dari peristiwa-peristiwa politik konsep-konsep tentang kehidupan masyarakat yang dikembangkan antropologi dan ilmu –ilmu sosial dapat memberi pengertian kepada para ahli sejarah

Page 6: ASAS

untuk mengisi latar belakang suatu peristiwa politik dimasa lampau. Untuk memecahkan masalah-masalah yang diakibatka oleh pengaruh kebudayaan asing.

Hubungan antara Geografi dan antropologi. Geografi, atau ilmu bumi, mencoba mencapai pengertian tentang alam dunia ini dengan gambaran-gambaran tentang bumi dan ciri-ciri dari segala bentuk hidup yang ada dibumi, seperti flora dan fauna.

Hubungan antara ilmu ekonomi dan antropologi. Dalam banyak negara penduduk pedesaanya lebih besar jumlahnya daripada penduduk kotanya, kekuatan, proses, dan hukum-hukum ekonomi yang berlaku dalam kegiatan kehidupan ekonominya sangat dipengaruhi system kemasyarakatan, cara berpikir, pandangan, serta sikap hidup warga masyarakat pedesaan.

Hubungan antara ilmu hukum adat Indonesia dan antropologi. Timbulnya ilmu hukum adat Indonesia pada permulaan abad ke-20, para ahli telah menyadari pentingnya antropologi sebagai ilmu Bantu dalam melakukan penelitian-penelitiannya.

Hubungan antara ilmu administrasi dan antropologi. Ilmu administrasi tentu akan menghadapi masalah-masalah yang sama seperti ilmu ekonomi.

Hubungan antara ilmu politik dan antropologi. Ilmu politik telah melebarkan perhatiannya ke masalah-masalah yang menyangkut latar belakang sosial budaya dari kekuatan-kekuatan politik.

Ilmu gabungan mengenai tingkah laku manusia. Tingkah laku dan tindakan manusia tidak hanya diteliti antropologi melainkan juga oleh berbagai ilmu sosial seperti sosiologi dan psikologi.

6. Metode Ilmiah Dari antropologi budaya atau Sosial dan Sosiologi

Metode Ilmiah. Adalah semua cara yang dapat digunakan dalam ilmu tersebut untuk mencapai suatu kesatuan pengetahuan. Kesatuan pengetahuan dapat dicapai dalam ilmu yang bersangkutan melalui tiga tingkat, yaitu: 1. Pengumpulan fakta

Pengumpulan fakta. Dalam kenyataan, aktivitas pengumpulan fakta disini terdiri dari berbagai metode observasi, mencatat, mengolah, dan mendeskripsi fakta- fakta yang terjadi dalam suatu masyarakat yang hidup.

Metode-metode pengumpulan fakta dalam ilmu pengetahuan dapat dibagi dalam tiga golongan yang mempunyai perbedaan pokok, yaitu:

Page 7: ASAS

1. Penelitian di lapangan 2. Penelitian di laboratorium 3. Penelitian perpustakaan

2. Penentuan ciri-ciri umu dan system Penentuan ciri-ciri umu dan system. Merupakan

suatu tahap dalam cara berpikir ilmiah, yang bertujuan untuk menentukan ciri-ciri umum dan system yang digunakan untuk menganalisa fakta-fakta yang telah terkumpul dalam suatu penelitian. Induktif yaitu dari pengetahuan tentang peristiwa-peristiwa dan fakta-fakta yang nyata,kepada konsep-konsep mengenai ciri-ciri umum yang lebih abstrak. Mengenai kehidupan masyarakat dan kebudayaan, disamping pengetahuan yang berupa kaidah-kaidah sosial budaya.

3. VerifikasiDilakukan dalam kenyataan alam atau dalam

masyarakat yang hidup, terhadap kaidah-kaidah yang telah dirumuskan atau kaidah-kaidah yang dimaksudkan untuk memperkuat suatu pengertian yang telah ada. Secara deduktif, yaitu dari perumusan umum ke fakta-fakta yang ada. Metode verivikasi yang bersifat kualitatif. Untuk memperkuat pengertian dengan cara menerapkannya secara rinci pada kenyataan, yaitu pada beberapa masyarakat yang ada.

Pada metode-metode kuantitatif verfikasi dilakukan dengan cara mengumpulkan sebanyak mungkin fakta dari kejadian-kejadian dan gejala-gejala sosial budaya yang sama atau menunjukkan persamaan yang mendasar, yang disebut metode statistik. Metode yang sekarang sangat penting bagi antropologi ini dulu memang jarang digunakan.

7. Tenaga Ahli, Lembaga, Majalah dan Prasarana Antropologi

Kehidupan ilmiah. Suatu cabang pengetahuan dapat dikatakan “hidup” apabila para ahli dalam bidang ilmu pengetahuan tersebut melakukan kegiatan-kegiatan penelitian untuk memecahkan berbagai macam masalah. Karena suatu penelitian biasanya memerlukan pendanaan yang besar, maka untuk menyokong kegiatan-kegiatan peneltian itu diperlukan kehadiran badan-badan yang dapat menompang kegiatan-kegiatan, yaitu perguruan-perguruan tinggi dan yayasan-yayasan.