21
I. PENDAHULUAN Asbabun nuzul adalah salah satu ilmu yang penting dalam kaitannya dengan Al-Qur’an sebagai kitab suci dan pegangan hidup orang islam, maka tidak sedikit ulama’ yang bahkan secara khusus membahas ilmu tersebut. Ilmu ini dapat memudahkan para ulama dalam menemukan makna Al-Qur’an dan memahami tafsirannya serta mendapatkan hukum dan hikmah dibalik kisah turunnya Al-Qur’an.Pengetahuan tentang Asbab al-Nuzul merupakan hal penting apabila kita hendak memahami al-Qur’an Pengetahuan tentang Asbab al-Nuzul merupakan salah satu syarat yang harus dikuasai oleh para ulama yang hendak menafsirkan al-Qur’an di samping ilmu ilmu lainnya. Karena dengan mengetahui asbab al nwul akan mengantarkan kita pada pengetahuan tentang makna- makna dan maksud-maksud al-Qur’an serta mengetahui kejadian-kejadian yang menyertai turunnya sebuah ayat. Selain itu juga untuk mengetahui di balik hikmah pembentukan hukum syara dan menghilangkan persangkaan yang sempit mengenai makna sebuah ayat. Ibnu Taimiyah juga menegaskan bahwa mengetahui Asbab al-Nuzul akan mengantarkan pada pengetahuan tentang musabbab. Page | 1

asbab al nuzul.docx

Embed Size (px)

Citation preview

I. PENDAHULUANAsbabun nuzul adalah salah satu ilmu yang penting dalam kaitannya dengan Al-Quran sebagai kitab suci dan pegangan hidup orang islam, maka tidak sedikit ulama yang bahkan secara khusus membahas ilmu tersebut. Ilmu ini dapat memudahkan para ulama dalam menemukan makna Al-Quran dan memahami tafsirannya serta mendapatkan hukum dan hikmah dibalik kisah turunnya Al-Quran.Pengetahuan tentang Asbab al-Nuzul merupakan hal penting apabila kita hendak memahami al-Quran Pengetahuan tentang Asbab al-Nuzul merupakan salah satu syarat yang harus dikuasai oleh para ulama yang hendak menafsirkan al-Quran di samping ilmu ilmu lainnya.Karena dengan mengetahui asbab al nwul akan mengantarkan kita pada pengetahuan tentang makna-makna dan maksud-maksud al-Quran serta mengetahui kejadian-kejadian yang menyertai turunnya sebuah ayat. Selain itu juga untuk mengetahui di balik hikmah pembentukan hukum syara dan menghilangkan persangkaan yang sempit mengenai makna sebuah ayat. Ibnu Taimiyah juga menegaskan bahwa mengetahui Asbab al-Nuzul akan mengantarkan pada pengetahuan tentang musabbab.Berdasarkan pernyataan di atas, betapa mempelajari dan mengetahui Asbab al-Nuzul merupakan suatu hal yang urgen dalam konteks penafsiran al-Quran. Untuk itu, penulis dalam makalah ini akan mengemukakan landasan teoritis tentang asbab al-Nuzul yang didalamnya diuraikan tentang pengertian Asbab al-Nuzul, keragaman dan ruang lingkup asbab al-Nuzul, ikhtilaf ulama seputar Asbab al-Nuzul, metode penggunaan dan pentarjihan, serta tidak lupa dikemukakan tentang urgensi asbab al-Nuzul bagi penafsiran al-Quran

II. RUMUSAN MASALAHA. Apa pengertian dari Asbab al-Nuzul ?B. Apa saja macam-macam Asbab al-Nuzul ?C. Mengapa harus mempelajari Asabab al-Nuzul ?D. Jelaskan kaidah penetapan hukum yang berkaitan dengan asbab al nuzul?

III. PEMBAHASANA. Pengertian asbabun nuzulMenurut bahasa Asbabun nuzul berarti turunnya ayat-ayat Al-Quran.Al-Quan diturunkan Allah SWT.Secara berangsur-angsur dalam masa lebih kurang 23 tahun. Al-Quram diturunkan untuk memperbaiki akidah, ibadah, akhlak, dan pergaulan manusia yang sudah menyimpang dari kebenaran. Karena itu dapat dikatakan bahwa terjadinya penyimpangan dan kerusakan dalam tatanan kehidupan manusia merupakan sebab umum diturunkannya Al-Quran.Namun pembahasan disini yang dimaksud asbab nuzul yang berkaitan dengan turunnya ayat-ayat tertentu.Batasan lebih lengkap dirumuskan oleh subhi as-shalih, menurutnya:sababun nuzul adalah adalah sesuatu yang karena sesuatu itu menyebabkan satu atau beberapa ayat Al-Quran diturunkan (dalam rangka) mengcover, menjawab, atau menjelaskan hukumnya disaat sesuatu itu terjadi.[footnoteRef:2] [2: Subhi as-shalih, mahabits fiUlumil Quran, 1998, hlm. 132]

Mengacu kepada kedua definisi sabab nuzul diatas, disamping memperhatikan pengertian harfiah dari kata-kata sabab nuzul itu sendiri, dapatlah diformulasikan bahwa sabab nuzul ialah sesuatu yang karena sesuatu itu menyebabkan sebagian atau beberapa ayatAl-Quran diturunkan. Yang dimaksud dengan sesuatu itu sendiri adakalanya berbentuk pertanyaan dan kejadian, tetapi bisa juga berwujud alasan logis (illat) dan hal-hal lain yang relevan serta mendorong turunnya satu atau beberapa ayat Al-Quran.Atas dasar ini, maka tidak selamanya sabab nuzul harus diartikan dengan segala sesuatu yang terjadi lebih dahulu dan baru kemudian turun ayat Al-Quran. Sebab, bisa saja peristiwanya itu sendiri masih jauh akan terjadi, tetapi ayat Al-Qurannya telah diturunkan lebih dahulu. Diantara contohnya adalah ada sahabat bertanya kepada Nabi apakah disurga nanti ada manusia akan tidur.Beliau menjawab. tidak sahabat itu lalu heran, bagaimana nanti kalau merasa capek, lalu turunlah ayat ini (Al-fathir :35)

Dari definisi diatas memberikan pengertian bahwa sebab suatu ayat atau beberapa ayat turun adakalanya berhubungan dengan peristiwa tertentu dan adakalanya memberi jawaban terhadap pertanyaan tertentu.Sedangkan sebab-sebab turunnya ayat dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu :1. Sebagian turun dari Allah tanpa sebab khusus, namun semata-mata untuk member hidayah kepada makhluknya.1. Sebagian turun berkaitan dengan sebab yang khusus

Sebab sebab nuzul ada dua macam :1. Adanya peristiwa yang terjadi. Maka turunlah ayat yang mengandung hal itu. Contohnya : riwayat yang dikemukakan oleh Al Tsalaby Ibnu Abbas mengatakan bahwa kaum nasrani najran dan kaum yahudi madinah mengharap agar Nabi shalat menghadap kiblat mereka. Ketika Allah membelokkan kiblat itu ke kabah, mereka berusaha agar nabi Saw menyetujui kiblat sesuai dengan agama mereka. Maka turun ayat :

orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka . katakanlah sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk yang benar dan sesungguhnya jika kamu mengikutikemauan mereka setelah pengetahuan dating kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu (Qs. Al-Baqarah)1. Adanya pertanyaan Sebagai contoh diriwayatkan oleh bukhari dan Ibnu Masud bahwa Nabi Saw. Pada suatu hari berjalan dengan bertongkat disertai Ibnu Masud lewat depan segolongan kaum Yahudi, salah seorang mereka bertanya : terangkan kepada kami tentang ruh? Nabi berdiri sesaat dengan mengangkat kepalanya kelangit, beliau terlihat sedang menerima wahyu. Lalu Nabi Saw membaca :

Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh, katakanlah: ruh itu termasuk urusan Tuhan-ku dan tidaklah kamu diberi pengetahuan kecuali sedikit (Qs. Al-Isra)B. Macam-macam Asbabun NuzulDari segi jumlah sebab dan ayat turun sabab an nuzul dapat dibagi menjadi 2, yaitu ta'addud al-asbab wa al nazil wahid (sebab turunnya lebih dari satu dan ini persoalan yang terkandung dalam ayat atau kelompok ayat yang turun satu) dan Taaddud Al-Nazil wa al sabab wahid (ini persoalan yang terkandung dalam ayat atau sekelompok ayat yang turun lebih dari satu sedang sebab turunnya satu)[footnoteRef:3] [3: Drs. H Syadali, ulumul quran, pustaka setia, Bandung, 1997, hlm.99]

Sebab turun ayat disebut Taaddud bila ditemukan dua riwayat yangberbeda atau lebih tentang sebab turun suatu ayat atau sekelompok ayat tertentu.Sebaliknya turun ayat disebut Wakhid atau tunggal bila riwayatnya hanya satu. Suatu ayat atau sekelompok ayat yang turun disebut taaddud al nazil,bila inti persoalan yang terkandung dalam ayat yang turun sehubungan dengan sebab tertentu lebih dari satu persoalan. Jika ditemukan dua riwayat atau lebih tentang sebab turunnya ayat dan masing-masing menyebutkan suatu sebab yang jelas dan berbeda dari yang disebutkan lawannya, maka kedua ayat ini diteliti dan dianalisis .permasalahannya ada empat bentuk. Pertama, salah satu dari keduanya shahih dan lainnya tidak. Kedua, keduanya shahih akan tetapi salah satunya mempunyai penguat (murajjih) dan lainnya tidak. Ketiga, keduanya shahih dan keduanya sama-sana tidak mempunyai penguat (murajjih).Akan tetapi, keduanya dapat diambil sekaligus.bentuk keempat, keduanya shahih tidak mempunya penguat (murajjih) dan tidak mungkin mengambil keduanya sekaligus. Bentuk pertama diselesaikan dengan jalan memilih riwayat yang shahih dan menolah yang tidak shahih. Misalnya perbedaan yang terjadi antara riwayat Bukhari, Muslim, dan lainnya dari satu pihak dan riwayat At- Tabrani dan ibnu Abi Syuaibah dipihak lain. Bukhari Muslim dan lainnya meriwayatkan dari jundab. Ia (jundab) berkata : Nabi saw kesakitan sehingga ia tidak bangun satu atau dua malam. Seorang perempuan datang kepadanya dan berkata :hai Muhammad, saya tidak melihat setanmu kecuali ia telah meninggalkanmu maka Allah menurunkan :

Al-Tabrani dan syuaibah meriwayatkan dari Hafsh bin Maisarah dari ibunya, ibunya ( neneknya dari ibunya) dan ibunya ini pembantu Rosulullah : sesungguhnya seekor anak anjing memasuki rumah Nabi Saw. Anak anjing itu masuk ke bawah tempat tidur dan mati. Maka selama empat hari Nabi Saw tidak dituruni wahyu, maka Ia (Nabi) berkata : hai Khaulah, apa yang telah terjadi di rumah Rosulullah? Jibril tidak datang kepadaku. Saya berkata pada diri saya sendiri : sekiranyalah engkau persiapkan rumah ini dan engkau sapu, maka saya jangkaukan penyapu debawah tempat tidur itu, maka saya keluarkan anak anjing tersebut. Nabi Saw pun datang dalam keadaan jenggotnya gemetar. Dan jika memang turun (wahyu) kepadanya ia menjdi gemetar maka Allah menurunkan surat Ad-dhuha.Dalamhal demikian menurut Al-Zarqani, kita mendahulukanriwayat yang pertama dan menerangkan sebab turunnya ayat tersebut karea kesahihan dan tidak riwayat yang kedua.Sebab dalam riwayat sanad yang kedua terdapat periwayat yang tidak dikenal. Ibnu Hajr berkata : kisah terlambatnya jibril karena adanya anak anjing yang masuk itu. Akan tetapi, kadaannya menjadi sebab bagi turunnya ayat aneh itu.Dalam sanadnya terdapat orang yang tak dikenal.Karena itu yangh, yang diterima adalah yang ada didalam kitab Shahih. Bentuk kedua adalah keadaan dua riwayat itu Shahih, akan tetapi salah satu diantaranya mempunyai penguat (murajjih). Penyelesaiannya ada dengan mengambil yang kuat rajihah.Penguat (murajjih) itu adakalanya salah satunya lebih shahih dari yang lainnya atau periwayat salah satu dari keduanya menyaksika kisah itu berlangsung sedang periwayat lainnya tidak demikian, misalnya hadist yang yang diriwayatkan Al-Bukharidari Ibnu Masud. Ia (Ibnu Masud ) berkata :saya berjalan bersama Nbi Saw di Madinah dan ia (Nabi) bertongkatkan pelepah kurma. Ia melewati sekelompok orang Yahudi. Mereka berkata sebagian lainnya :coba kamu Tanya dia. Maka mereka berkata : ceritakan kepada kami tentang ruh. Nabi terhjenti sejenak dan kemudia Ia mngangkatkan kepalanya. Sayapun mengerti bahwa Ia dituruni wahyu hingga wahyu nitu naik. Kemudian ia berkata : Dalam hubungan ayat yang sama, At-Tirmidzi meriwayatkan hadist yang dishahihkannya dari Ibnu Abbas, Ia (Ibnu Abbas) berkata : orang-orang quraisy berkata kepada orang-orang Yahudi, berikanlah kepada kami sesuatu yang yang akan kami pertanyakan kepada Nabi, mereka berkata : tanyakanlah kepadanya tentang ruh? merekapun menanyakannya maka Allah menurunkan : ()Menurut As-Suyuti dan Al-Zarqani, riwayat yang kedua ini menunjukkan bahwa ayat tersebut turun di Mekkah dan sebab turunnya adalah pertanyaan kaum Quraisy.Sedangkan riwayat yang pertama jelas menunnjukkan turunnya di Madinah karena sebab turunnya adalah pertanyaan orang-orang Yahudi.Riwayat yang pertama ini lebih kuat dari yang kedua.Yang pertama adalh riwayat Al-Bukhari dan yang kedua riwayat At-Tirmidzi.Telah menjadi ketentuan bahwa riwayat Al-Bukhari lebih shahih dari riwayat lainnya.Kemudian, riwayat pertama, Ibnu Masud menyaksikan kisah turun ayat tersebut, sedangkan riwayat hadist kedua tidak demikian.Orang yang menyaksikan tentunya mempunyai kekuatan yang lebih dalam penerimaan dan penyamoaian riwayat dari pada orang yang tidak menyaksikan.Karena itu, riwayat yang pertama diterima dan riwayat yang kedua ditolak.Bentuk ketiga, ialah keshahihan dua riwayat itu sama dan tidak ditemukan penguat (murajjih) bagi salah satu keduanya. Akan tetapi, keduanya dapat di kompromikan.kedua sebab itu benar terjadi dan ayat turun mengiring peristiwa tersebut karena masa keduanya berhampiran. Penyelesaiannya adalah dengan menganggap terjadinya beberapa sebab bagi turunnya ayat tersebut. Ibnu Hajar pernah berkata : tidak ada halangan bagi terjadinya taaddud al sabab (sebab ganda).Misalnya, hadist yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dari jalan ikrimah dari Ibnu Abbas, bahwa Hilal bin Umayah menuduh istrinya berbuat mesum (qadz) disisi Nabi dengan Syarik bin samha. Nabi berkata : bukti atau hukuman (had) atas pundakmu. Ia berkata: hai Rosulullah, jika seorang dari kami mendapati seorang laki-laki bersama istrinya, dia harus mencari bukti? menurut satu riwayat, ia berkata : demi Tuhan yang membangkitkanmu dengan kebenaran, sesungguhnya saya benar, dan sesungguhnya Allah akan menurunkan sesuatu ayat yang akan membebaskan pundak saya dari hukuman (had), maka Jibril pun turun dan menurunkan atas (Nabi) :

Bentuk keempat ialah keadaan dua riwayat itu shahih, tidak ada penguat (murajjih) bagi salah satu keduanya atas lainnya, dan tidak pula mungkin menjadikan keduanya sekaligus sebagai asbab al-Nuzul karena waktu peristiwanya jauh berbeda .penyelesaian masalah ini adalah dengan mengannggap berulang-ulangnya ayat itu turun sebanyak Asbab Al-Nuzulnya. Misalnya ialah hadist yang diriwayatkan Al-Baihaqi dan Al-Bazzar dari Abu Hurairah bahwa Nabi Saw. Tegak dekat Hamzah ketika gugur menjadi Syahid dan tubuhnya dicincang. Nabi berkata : sungguh saya akan cincang 70 orang dari mereka sebagai penggantimu. Jibril pun turun, Nabi masih berdiri, dengan tiga ayat dari surat akhir An-Nahl :

Inilah empat bentuk permasalahan dan pemecahannya ketika terjadi taaddud Al Asbab Wa Al Nazil wahid maupun Taaddud Al Nazil Wa Al sasab Wahid maka hal demikian tidak menjadi masalah

C. Pentingnya Asbab Al Nuzul Dalam Menfsirkan Al-QuranMempelajari dan mengetahui sabab al nuzul adalah merupakan kunci untuk dapat memahami ayat-ayat al-Quran dengan baik dan benar terutama dalam upaya memahami ayat-ayat yang menyangkut masalah hukum, Olehkarena itu, dari sekian banyak ayat-ayatnya, oleh para ulama di nyatakan sebagai harus dipahami dalam konteks sebab-sebab nuzulnya. Karena itu pula, paling tidak sebab al-nuzul itu menggambarkan, bahwa ayat yang diturunkan itu berinteraksi langsung dengan kenyataan yang ada. Dengan demikian dapat dikatakn bahwa kenyataanya tersebut mendahului atau setidak-tidaknya, keberadannya bersama dengan turunnya ayat-ayat al-Quran di atas pentas bumi ini.[footnoteRef:4] [4: Dr.usman, M.Ag, ulumul quran. hal.137]

Seperti yang dikatakan oleh al wahidy tidaklah mungkin mengetahui tafsir ayat, tanpa mengetahui kisahnya dan sebab turunnya. Kemudian Ibnu Taimayah juga berkata mengetahui sebab nuzul membantu kita unutk memahami ayat ; karena sesungguhnya mengetahui sebab menghasilkan pengetahuan tentsng yang disebabkan (akibat).[footnoteRef:5] Namun demikian, bukan berarti, bahwa setiap orang harus mencari sabab al nuzul setiap ayat, karena tidak semua ayat-ayat al-Quran diturunkan mesti didahului oleh suatu peristiwa dan kejadian atau pertanyaan. Tetapi ada, bahakn sebagian besar diantara ayat-ayat al-Quran yang diturunkan itu semata-mata sebagai petunjuk, tanpa adanya sebab yang mendahuluinya, baik mengenai akidah atau keimanan maupun syariah Allah, baik yang berkaitan dengan kehidupan pribadi maupun kolektif atau sosial kemasyarakatan. [5: Tengku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Prof. DR. Ulumul quran. hal. 14]

Karenanya mengungkapkan sebab nuzul melalui kisah atau riwayat (yang sahih) adalah merupakan cara yang sangat baik untuk dapat menjelaskan mengenai suatu yang bernilai tinggi itu. Pernyataan dari para ulama di atas menunjukkan, beapa pentinggnya memehami asbab al-nuzul. Sebab sebagaimana pun juga suasana turunnya al-Quran terkait erat dengan kondisi masyarakat.dimana ia diturunkan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa memahaminya mutlak diperlukan dalam upaya memahami ayat al-Quran secara utuh. Sebaliknya, pengabaian atau ketidak tahuan terhadapnya menyebabkan sebagian orang terperosok ke dalam kebimbangan dan keragu-raguan dalam memahami ayat al-Quran.Namun demikian, tidak semua ayat al-Quran harus mempunyai sabab al-nuzul. Dalam kaitan ini ahmad adil kamal, sebagaimana dikutip oleh ramli abdul wahid, menjalaskan bahwa trunnya ayat-ayat al-Quran melalui itga cara yaitu :1. Ayat-ayat al-Quran yang diturunkan sebagai redaksi terhadap peristiwa tertentu.1. Ayat-ayat yang diturunkan sebagai jawaban terhadap pertanyaan yang dikemukakan kepada Nabi.1. Ayat-ayat yang diturunkan sebagai penjelasan tanpa didahului oleh peristiwa atau pertanyaan.Kemudian ia menambahkan, bahwa ayat-ayat yang mempunyai sabab al-nuzul itu terbagi menjadi dua kelompok yaitu:Pertama, ayat-ayat yang sabab al-nuzulnya harus diketahui, agar dalam penetapan hukumnya tidak menjadi keliru, seperti ayat-ayat hukum.Kedua, ayat-ayat yang sabab al-nuzulnya tidak harus diketahui, seprti ayat-ayat yang menyangkut kisah dalam al-Quran. Namun tidak berarti bahawa semua ayat-ayat kisah tidak perlu diketahui sabab al-nuzul nya, karena bagaimana pun sebagian kisah al-Quran itu tidak dapat dipahami tanpa pengetahuan tentang sabab al-nuzul nya. Maka dapat dikemukakan beberapa kegunaan mengetahui asbab al-nuzul itu, diantaranya adalah:1. Untuk mengetahui hikmah diundangkannya suatu hukum dan perhatian syara terhadap kepentingan dan kebutuhan umum dan kebutuhan umum dalam menghadapi segala peristiwa.1. Membantu seseorang dalam memahami suatu ayat, sekaligus dapat menghilangkan kesulitan yang terdapat di dalam ayat.1. Dapat memberikan pemahaman degnan tepat, bahwa ysng dibawa oleh ayat al-Quran adalah khusus untuk memberikan penyelesaian terhadap peristiwa atau pernyataan yang menjadi sabab al-nuzulnya ayat itu.1. Dapat diketahui dengan tepatsasaran hukum yang dibawa oleh ayat-ayat yang diturunkan, sehingga tidak akan keliru di dalam menetapkan sesuatu hukum.1. Dapat membantu mempermudah pemahaman dan penghafalan ayat serta membantu meletakkan ayat-ayat yang bersangkutan barada di dalam hati orang-orang yang mendengarnya bila ayat itu dibacakan.Demikianlah diantara pandangan para ulama mengenai pentingnya mengetahui dan memahmi asbab al-nuzul ayat-ayat al-Quran.

D. Kaidah Penetapan Hukum yang Berkait Dengan Asbab al-NuzulLafal-lafal dari riwayat yang shahih tidak selalu berupa nas sarih (pernyataan yang jelas) dalam menerangkan sebab turunnya ayat. Di antaranya ada dengan pernyataan yang konkrit, dan ada pula dengan bahasa yang samar yang kurang jelas maksudnya. Sebab mungkin yang dimaksudkan itu adalah sebab turunnya ayat atau hukum yang terkandung dalam ayat itu.Apabila seorang perawi menerangkan dengan lafal/kata sebabatau memakai fa ta qibiyah (fa huruf yang mempunyai arti maka/kemudian), yang masuk ke dalam materi turunnya ayat,sesudah ia menerangkan suatu peristiwa atau sebuah pertanyaan yagn diajukan kepada Nabi SAW. Misalnya ia berkata:terjadi peristiwa ini atau Nabi ditanya tentang peristiwa in, maka turunlah ayat iniMaka yang demikian itu merupakan nas/pernyataan yang jelas mununjukan sebab turunnya ayat itu. Tetapi apabila seorang perawi menyatakan: ayat ini turun tentang itu, makan ibarat ini mmengandung dua kemungkinan, yakni: mungkin itu merupakan sebab turunnya ayat tersebut dan mungkin pula mengandung suatu hukum dalam ayat itu Dalam hal ini,Al-Zarkasyi dalam kitab nya Al-Burhan berkata:Telah diketahui kebiasaan para sahabat dan Tabii,bahwa apabila mereka mengatakan:Turun ayat ini tentang itu,maka maksud mereka ialah menerangkan ,bahwa ayat itu mengandung hukum itu, bukan dimaksudkan untuk menerangkan sebab turunnya ayatSegolongan ahli Hadis memasukkan ibarat(perkataan)semacam itu ke dalam Hadits Musnad dan Marfu, seperti terdapat pada ucapan Ibnu Umar tentang firman Allah:Isteri-isterimu adalah sawah ladang bagimuImam Ahmad dan Imam Muslim, tidak memasukkan ucapan tersebut ke dalam Hadits Musnad, tetapi mereka memandang ucapan tersebut sebagai istidal(memakai ayat itu sebagai dalil untuk menetapkan sesuatu hukum)atau takwil (interpretasi) dari sahabat/Tabii yang bersangkutan.jadi bukan termasuk riwayat yang di nukil/dikutip mengenai suatu peristiwa yang telah terjadi.Dan apabila seorang perawi berkata: ayat ini turun tentang hal ini,sedang perawi lain berkataayat ini turu tentang bukan hal ini, maka jika lafalitu dapat menerima maksud dari kedua perawi itu, maka dapatlah dipertanggungkannya kepada kedua duanya dan tak ada pertentangan antara kedua-duanya.Tetapi kalau lafal itu tidak dapat menerima maksud dari kedua perawi tersebut maka yang dipegangi adalah yang sesuai dengan petunjuk lafalnya dan sesuai pula dengan siyaqul kalam (konteks kalimatnya). Tetapi apabila seorang perawi berkata : Dengan nas yang sarih, maka sudah jelaslah bahwa yang dipegangi adalah yang memakai nas yang sarih, sebab nas yng sarih haruslah didahulukan dari pada ucapan yang masih mengandung beberapa kemungkinan (muhtamil)[footnoteRef:6] [6: Drs. H Syadali, ulumul quran, pustaka setia, Bandung, 1997, hlm.14]

IV. KESIMPULAN9. Asbab al-Nuzul adalah konsep, teori atau berita tentang adanya "sebab-sebab turun"-nya wahyu tertentu dari Al-Quran kepada Nabi saw., baik berupa satu ayat, satu rangkaian ayat atau satu surat.9. Mempelajari dan mengetahui sabab al nuzul adalah merupakan kunci untuk dapat memahami ayat-ayat al-Quran dengan baik dan benar terutama dalam upaya memahami ayat-ayat yang menyangkut masalah hukum.

V. PENUTUP

Daftar PustakaPage | 14