40
Asbabun Nuzul BAB 1 PENDAHULUAN DASAR PEMIKIRAN Asbabun Nuzul, Terkadang banyak ayat yang turun, sedang sebabnya hanya satu. Karena itu banyak ayat yang turun didalam berbagai surah berkenaan dengan satu peristiwa. Asbabun nuzul adakalanya berupa kisah tentang peristiwa yang terjadi, atau berupa pertanyaan yang disampaikan kepada Ro sulullah SAW untuk mengetahui hukm suatu masalah, sehingga Qur'an pun turun sesudah terjadi peristiwa atau pertanyaan tersebut. Asbabun nuzul mempunyai pengaruh dalam memahami makna dan menafsirkan ayat-ayat Al-Quran. Al-Qur'an diturunkan untuk memahamipetunjuk kepada manusia kearah tujuan yang terang dan jalan yang lurus dengan menegakkan asas kehidupan yang didasarkan pada keimana kepada allah SWT dan risalah-Nya, sebagian besar qur'an pada mulanya diturunkan untuk tujuan menyaksikan banyak peristiwa sejarah, bahkan kadang terjadi diantara mereka khusus yang memerlukan penjelasan hukum Allah SWT . RUMUSAN MASALAH 1. Apa pengertian dari Asbabun nuzul itu ? 2. Bagaimanakah cara turunnya asbabun nuzul itu ? 3. Apakah faedah (manfaat) dari mempelajari asbabun nuzul itu ? 4. Bagaimana urgensi asbabun nuzul itu? 5. Bagaimana munasabah (korelasi) dalam Al-Quran? TUJUAN PENULISAN Tujuan dari pembahasan makalah ini adalah agar kita

Asbab an Nuzul

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Asbab an Nuzul

Asbabun Nuzul

BAB 1

PENDAHULUAN

DASAR PEMIKIRAN

Asbabun Nuzul, Terkadang banyak ayat yang turun, sedang sebabnya hanya satu. Karena itu banyak ayat yang turun didalam berbagai surah berkenaan dengan satu peristiwa. Asbabun nuzul adakalanya berupa kisah tentang peristiwa yang terjadi, atau berupa pertanyaan yang disampaikan kepada Ro sulullah SAW untuk mengetahui hukm suatu masalah, sehingga Qur'an pun turun sesudah terjadi peristiwa atau pertanyaan tersebut. Asbabun nuzul  mempunyai pengaruh dalam memahami makna dan menafsirkan ayat-ayat Al-Quran.

Al-Qur'an diturunkan untuk memahamipetunjuk kepada manusia kearah tujuan yang terang dan jalan yang lurus dengan menegakkan asas kehidupan yang didasarkan pada keimana kepada allah SWT dan risalah-Nya, sebagian besar qur'an pada mulanya diturunkan untuk tujuan menyaksikan banyak peristiwa sejarah, bahkan kadang terjadi diantara mereka khusus yang memerlukan penjelasan hukum Allah SWT.

RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian dari Asbabun nuzul itu ? 2. Bagaimanakah cara turunnya asbabun nuzul itu ? 3. Apakah faedah (manfaat) dari mempelajari asbabun nuzul itu ?

4. Bagaimana urgensi asbabun nuzul itu?

5. Bagaimana munasabah (korelasi) dalam Al-Quran?

TUJUAN PENULISAN

Tujuan dari pembahasan makalah ini adalah agar kita bisa lebih mengenal tentang penjelasan asbabun nuzul dan lebih memudahkan kita untuk mempelajari lebih jauh lagi tentang Al- Quran dan sejarahnya sehingga dalam proses mempelajarinya kita tidak menemukan kesulitan.

Untuk memenuhi tugas Matakuliah studi al-quran yang di berikan sebagai tugas kelompok.

Page 2: Asbab an Nuzul

BAB IIPEMBAHASAN

A.    Pengertian asbabun nuzul

Asbabun Nuzul didefinisikan “sebagai suatu hal yang karenanya al-qur’an diturunkan untuk menerangkan status hukumnya, pada masa hal itu terjadi, baik berupa peristiwa maupun pertanyaan”, asbabun nuzul membahas kasus-kasus yang menjadi turunnya beberapa ayat al-qur’an, macam-macamnya, sight (redaksi-redaksinya), tarjih riwayat-riwayatnya dan faedah dalam mempelajarinya.

Untuk menafsirkan qur’an ilmu asbabun nuzul sangat diperlukan sekali, sehingga ada pihak yang mengkhususkan diri dalam pembahasan dalam bidang ini, yaitu yang terkenal diantaranya ialah Ali bin madani, guru bukhari, al-wahidi , al-ja’bar , yang meringkaskan kitab al-wahidi dengan menghilangkan isnad-isnadnya, tanpa menambahkan sesuatu, syikhul islam ibn hajar yang mengarang satu kitab mengenai asbabun nuzul.

Pedoman dasar para ulama’ dalam mengetahui asbabun nuzul ialah riwayat shahih yang berasal dari rasulullah atau dari sahabat. Itu disebabkan pembaritahuan seorang sahabat mengenai asbabun nuzul, al-wahidi mengatakan: “ tidak halal berpendapat mengenai asbabun nuzul kitab, kecuali dengan berdasarkan pada riwayat atau mendengar langsung dari orang-orang yang menyaksikan turunnya. Mengetahui sebab-sebabnya dan membahas tentang pengertian secara bersungguh-sungguh dalam mencarinya ”.

Para ulama’ salaf terdahulu untuk mengemukakan sesuatu mengenai asbabun nuzul mereka amat berhati-hati, tanpa memiliki pengetahuan yang jelas mereka tidak berani untuk menafsirkan suatu ayat yang telah diturunkan. Muhammad bin sirin mengatakan: ketika aku tanyakan kepada ‘ubaidah mengetahui satu ayat qur’an, dijawab: bertaqwalah kapada allah dan berkatalah yang benar. Orang-oarang yang mengetahui mengenai apa qur’an itu diturunkan telah meninggal.

Maksudnya: para sahabat, apabila seorang ulama semacam ibn sirin, yang termasuk tokoh tabi’in terkemuka sudah demikian berhati-hati dan cermat mengenai riwayat dan kata-kata yang menentukan, maka hal itu menunjukkan bahwa seseorang harus mengetahui benar-benar asbabun nuzul. Oleh sebab itu yang dapat dijadikan pegangan dalam asbabun nuzul adalah riwayat ucapan-ucapan sahabat yang bentuknya seperti musnad, yang secara pasti menunjukkan asbabun nuzul.

Al-wahidi telah menentang ulama-ulama zamannya atas kecerobohan mereka terhadap riwayat asbabun nuzul, bahkan dia (Al-wahidi ) menuduh mereka pendusta dan mengingatkan mereka akan ancaman berat, dengan mengatakan: “ sekarang, setiap orang suka mangada-ada dan berbuat dusta; ia menempatkan kedudukannya dalam kebodohan, tanpa memikirkan ancaman berat bagi orang yang tidak mengetahui sebab turunnya ayat ”.

Page 3: Asbab an Nuzul

B.    Pedoman mengetahui asbabun nuzul

Aisyah pernah mendengar ketika khaulah binti sa’labah mempertanyakan suatu hal kepada nabi bahwasannya dia dikenakan zihar. Oleh suaminya aus bin samit katanya: “ Rasulullah, suamiku telah menghabiskan masa mudaku dan sudah beberapa kali aku mengandung karenanya, sekarang setelah aku menjadi tua dan tidak beranak lagi ia menjatuhkan zihar kepadaku”. Ya allah sesunguhnya aku mengadu kepadamu, aisyah berkata: tiba-tiba jibril turun membawa ayat-ayat ini; sesungguhnya allah telah mendengar perkataan perempuan yang mengadu kepadamu tentang suaminya, yakni aus bin samit.

“Hal ini tidak berarti sebagai acuan bagi setiap orang harus mencari sebab turun setiap ayat”, karena tidak semua ayat qur’an diturunkan sebab timbul suatu peristiwa dalam kejadian, atau karena suatu pertanyaan. Tetapi ada diantara ayat qur’an yang diturunkan sebagai permulaan tanpa sebab, mengenai akidah iman, kewajiban islam dan syariat allah dalam kehidupan pribadi dan sosial.

Definisi asbabun nuzul yang dikemukakan pada pembagian ayat-ayat al-qur’an terhadap dua kelompok: Pertama, kelompok yang turun tanpa sebab, dan kedua, adalah kelompok yang turun dengan sebab tertentu. Dengan demikian dapat diketahui bahwa tidak semua ayat menyangkut keimanan, kewajiban dari syariat agama turun tanpa asbabun nuzul.

Sahabat ali ibn mas’ud dan lainnya, tentu tidak satu ayatpun diturunkan kecuali salah seorang mereka mengetahui tentang apa ayat itu diturunkan seharusnya tidak dipahami melalui beberapa kemungkinan; Pertama, dengan pernyataan itu mereka bermaksud mengungkapkan betapa kuatnya perhatian mereka terhadap al-qur’an dan mengikuti setiap keadaan yang berhubungan dengannya. Kedua, mereka berbaik sangka dengan segala apa yang mereka dengar dan saksikan pada masa rasulullah dan mengizinkan agar orang mengambil apa yang mereka ketahui sehingga tidak akan lenyap dengan berakhirnya hidup mereka, bagaimanapun suatu hal yang logis bahwa tidak mungkin semua asbabun nuzul dari semua ayat yang mempunyai sebab al-nuzul bisa mereka saksikan. Ketiga, para periwayat menambah dalam periwatnya dan membangsakannya kepada sahabat.

Intensitas para sahabat mempunyai semangat yang tinggi untuk mengikuti perjalanan turunnya wahyu, mereka bukan saja berupaya menghafal ayat-ayat al-qur’an dan hal-hal yang berhubungan serta mereka juga melestarikan sunah nabi, sejalan dengan itu al-hakim menjelaskan dalam ilmu hadist bahwa seorang sahabat yang menyaksikan masa wahyu dan al-qu’an diturunkan tentang suatu ( kejadian ) maka hadist itu dipandang hadist musnad, Ibnu al-shalah dan lainnya juga sejalan dengan pandangan ini.

Asbabun Nuzul dengan hadist mursal, yaitu hadist yang gugur dari sanadnya seoarng sahabat dan mata rantai periwayatnya hanya sampai kepada seorang tabi’in, maka riwayat ini tidak diterima kecuali sanadnya shahih dan mengambil tafsirnya dari para sahabat, seperti mujahid, hikmah dan said bin jubair. para ulama menetapkan

Page 4: Asbab an Nuzul

bahwa tidak ada jalan untuk mengetahui asbabun nuzul kecuali melalui riwayat yang shahih. Mereka tidak dapat menerima hasil nalar dan ijtihad dalam masalah ini, namun tampaknya pandangan mereka tidak selamanya berlaku secara mutlak, tidak jarang pandangan terhadap riwayat-riwayat asbabun nuzul bagi ayat tertentu berbeda-beda yang kadang-kadang memerlukan Tarjih ( mengambil riwayat yang lebih kuat ) untuk melakukan tarjih diperlukan analisis dan ijtihad.

C.    Macam-macam / bentuk Asbabun Nuzul

Dari segi jumlah sebab dan ayat yang turun, asbabun nuzul dapat dibagi kepada ta’addud al-asbab wa al-nazil wahid ( sebab turunnya lebih dari satu dan ini persoalan yang terkandung dalam ayat atau kelompok ayat yang turun satu ) dan ta’addud al-nazil wa al-sabab wahid (ini persoalan yang terkandung dalam ayat atau kelompok ayat yang turun lebih dari satu sedang sebab turunnya satu ). sebab turun ayat disebut ta’addud karena wahid atau tunggal bila riwayatnya hanya satu, sebaliknya apabila satu ayat atau sekelompok ayat yang turun disebut ta’addud al-nazil.

Jika ditemukan dua riwayat atau lebih tentang sebab turun ayat-ayat dan masing-masing menyebutkan suatu sebab yang jelas dan berbeda dari yang disebutkan lawannya, maka riwayat ini harus diteliti dan dianalisis, permasalahannya ada empat bentuk: Pertama, salah satu dari keduanya shahih dan lainnya tidak. Kedua, keduanya shahih akan tetapi salah satunya mempunyai penguat ( Murajjih ) dan lainnya tidak. Ketiga, keduanya shahih dan keduanya sama-sama tidak mempunyai penguat ( Murajjih ). Akan tetapi, keduanya dapat diambil sekaligus. Keempat, keduanya shahih, tidak mempunyai penguat ( Murajjih ) dan tidak mungkin mengambil keduanya sekaligus. Adapun Bentuk asbabun nuzul sebagai berikut :

a. Perdebatan (jaddal)

Perdebatan antara sesama umat Islam atau antara umat Islam dengan orang- orang kafir,seperti Nabi dengan para Yahudi. Kemudian turun surah Ali Imran (3) Ayat 96.

96. Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia[214].

[214] Ahli kitab mengatakan bahwa rumah ibadah yang pertama dibangun berada di Baitul Maqdis, oleh karena itu Allah membantahnya.

b. Kesalahan

Peristiwa yang merupakan perbuatan salah yang dilakukan oleh para sahabat kemudian turun untuk meluruskan kesalahan tersebut agar tidak terulang kembali. Kemudian turun surah An-Nisa’ (4) ayat 43.

Page 5: Asbab an Nuzul

4. berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan[267]. kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang hati, Maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap lagi baik akibatnya.

[267] Pemberian itu ialah maskawin yang besar kecilnya ditetapkan atas persetujuan kedua pihak, karena pemberian itu harus dilakukan dengan ikhlas.

c. Harapan dan Keinginan.

Sebagaimana turunnya ayat :

144 .sungguh Kami(sering) melihat mukamu menengadah ke langit[96], Maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. dan dimana saja kamu berada, Palingkanlah mukamu ke arahnya. dan Sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka

kerjakan.

[96] Maksudnya ialah Nabi Muhammad s.a.w. sering melihat ke langit mendoa dan menunggu-nunggu turunnya wahyu yang memerintahkan beliau menghadap ke Baitullah.

D.    Pengetahuan tentang asbabun nuzul

Perlunya mengetahui asbabun nuzul, al-wahidi berkata:” tidak mungkin kita mengetahui penafsiran ayat al-qur’an tanpa mangetahui kisahnya dan sebab turunnya ayat adalah jalan yang kuat dalam memahami makna al-qur’an”. Ibnu taimiyah berkata: mengetahui sebab turun ayat membantu untuk memahami ayat al-qur’an. Sebab pengetahuan tentang “sebab” akan membawa kepada pengetahuan tentang yang disebabkan (akibat).Namum sebagaimana telah diterangkan sebelumnya tidak semua al-qur’an harus mempunyai sebab turun, ayat-ayat yang mempunyai sebab turun juga tidak semuanya harus diketahui sehingga, tanpa mengetahuinya ayat tersebut bisa dipahami, ahmad

Page 6: Asbab an Nuzul

adil kamal menjelaskan bahwa turunnya ayat-ayat al-qur’an melalui tiga cara:

1. Pertama ayat-ayat turun sebagai reaksi terhadap pertanyaan yang dikemukakan kepada nabi.

2. Kedua ayat-ayat turun sebagai permulaan tanpa didahului oleh peristiwa atau pertanyaan.

3. Ketiga ayat-ayat yang mempunyai sebab turun itu terbagi menjadi dua kelmpok;

Ayat-ayat yang sebab turunnya harus diketahui ( hukum ) karena asbabun nuzulnya harus diketahui agar penetapan hukumnya tidak menjadi keliru.

Ayat-ayat yang sebab turunnya tidak harus diketahui, ( ayat yang menyangkut kisah dalam al-qur’an).

Kebanyakan ayat-ayat kisah turun tanpa sebab yang khusus, namun ini tidak benar bahwa semua ayat-ayat kisah tidak perlu mengetahui sebab turunnya, bagaimanpun sebagian kisah al-qur’an tidak dapat dipahami tanpa pengetahuan tentang sebab turunnya.

E.    Faedah asbabun nuzul 

Mengetahui asbabun nuzul sangat besar pengaruhnya dalam memahami makna ayat-ayat dalam Al-Qur’an. Oleh karena itu, para ulama sangat berhati-hati dalam memahami asbabun nuzul, sehingga banyak ulama yang menulis tentang itu. Diantara kitab termasyhur yang membahas tentang asbabun nuzul adalah; Asbabun Nuzul, karya Imam Al-Wahidi, Lubabun Nuqul fi Asbabin Nuzul karya Imam Suyuthi. Beberapa faedah mengetahui asbabun nuzul antara lain:

1. Dapat mengetahui hikmah disyari’atkannya hukum. Imam Al-Wahidi mengatakan, ”Tidak mungkin orang bisa mengetahui tafsir suatu ayat tanpa mengetahui kisah dan penjelasan mengenai turunnya lebih dahulu”.

1. Sesungguhnya Allah telah mendengar Perkataan wanita yang mengajukan gugatan kepada kamu tentang suaminya, dan mengadukan (halnya) kepada Allah. dan Allah mendengar soal jawab antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha melihat [1461].

[1461] Sebab turunnya ayat ini ialah berhubungan dengan persoalan seorang wanita bernama Khaulah binti Tsa´labah yang telah dizhihar oleh suaminya Aus ibn Shamit, Yaitu dengan mengatakan kepada isterinya: kamu bagiku seperti punggung ibuku dengan maksud Dia tidak boleh lagi menggauli isterinya, sebagaimana ia tidak boleh menggauli ibunya. menurut adat Jahiliyah kalimat Zhihar seperti itu sudah sama dengan menthalak isteri. Maka Khaulah mengadukan hal itu kepada Rasulullah s.a.w. Rasulullah menjawab, bahwa dalam hal ini belum ada keputusan dari Allah. dan pada riwayat yang lain Rasulullah mengatakan: Engkau telah diharamkan bersetubuh dengan Dia. lalu Khaulah berkata: Suamiku belum menyebutkan kata-kata thalak kemudian Khaulah berulang kali mendesak

Page 7: Asbab an Nuzul

Rasulullah supaya menetapkan suatu keputusan dalam hal ini, sehingga kemudian turunlah ayat ini dan ayat-ayat berikutnya.Catatan_Ayat

2. Kekhususan hukum disebabkan oleh sebab tertentu. Ibnu Taimiyyah mengatakan, ”Mengetahui asbabun nuzul sangat membantu untuk memahami ayat. Sesungguhnya dengan mengetahui sebab akan mendapatkan ilmu musabbab” tarlihat dalam Surah Al- Baqarah (2) : 196

196. dan sempurnakanlah ibadah haji dan 'umrah karena Allah. jika kamu terkepung (terhalang oleh musuh atau karena sakit), Maka (sembelihlah) korban[120] yang mudah didapat, dan jangan kamu mencukur kepalamu[121], sebelum korban sampai di tempat penyembelihannya. jika ada di antaramu yang sakit atau ada gangguan di kepalanya (lalu ia bercukur), Maka wajiblah atasnya berfid-yah, Yaitu: berpuasa atau bersedekah atau berkorban. apabila kamu telah (merasa) aman, Maka bagi siapa yang ingin mengerjakan 'umrah sebelum haji (di dalam bulan haji), (wajiblah ia menyembelih) korban yang mudah didapat. tetapi jika ia tidak menemukan (binatang korban atau tidak mampu), Maka wajib berpuasa tiga hari dalam masa haji dan tujuh hari (lagi) apabila kamu telah pulang kembali. Itulah sepuluh (hari) yang sempurna. demikian itu (kewajiban membayar fidyah) bagi orang-orang yang keluarganya tidak berada (di sekitar) Masjidil Haram (orang-orang yang bukan penduduk kota Mekah). dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksaan-Nya.

[120] Yang dimaksud dengan korban di sini ialah menyembelih binatang korban sebagai pengganti pekerjaan wajib haji yang ditinggalkan; atau sebagai denda karena melanggar hal-hal yang terlarang mengerjakannya di dalam ibadah haji.[121] Mencukur kepala adalah salah satu pekerjaan wajib dalam haji, sebagai tanda selesai ihram.

.

3. Mengetahui nama orang, dimana ayat diturunkan berkaitan dengannya, dan pemahaman ayat menjadi lebih jelas . (seperti ayat dii atas)

4. Menghindarkan anggapan menyempitkan dalam memandang hukum yang nampak lahirnya menyempitkan.

5. Membawa kepada pengetahuan tentang rahasia dan tujuan allah secara khusus mensyari’atkan agama-Nya melalui al-qur’an.

Page 8: Asbab an Nuzul

6. Membantu dalam memahami ayat dan menghindarkan kesulitannya. 7. Dapat menolak dugaan adanya Hasr ( pembatasan ). 8. Dapat mengkhususkan (Takhsis) hukum pada sebab menurut ulama yang memandang bahwa yang mesti diperhatikan adalah kekhususan sebab dan bukan keumuman lafal.

188. janganlah sekali-kali kamu menyangka, hahwa orang-orang yang gembira dengan apa yang telah mereka kerjakan dan mereka suka supaya dipuji terhadap perbuatan yang belum mereka kerjakan janganlah kamu menyangka bahwa mereka terlepas dari siksa, dan bagi mereka siksa yang pedih.

9. Diketahui pula bahwa sebab turun ayat tidak pernah keluar dari hukum yang terkandung dalam ayat tersebut sekalipun datang mukhasisnya ( yang mengkhususkannya ). Seperti dalam surat berikut:

23. Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita yang baik-baik, yang lengah[1033] lagi beriman (berbuat zina), mereka kena la'nat di dunia dan akhirat, dan bagi mereka azab yang besar,24. pada hari (ketika), lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan.25. di hari itu, Allah akan memberi mereka Balasan yag setimpal menurut semestinya, dan tahulah mereka bahwa Allah-lah yang benar, lagi yang menjelaskan (segala sesutatu menurut hakikat yang sebenarnya).

[1033] Yang dimaksud dengan wanita-wanita yang lengah ialah wanita-wanita yang tidak pernah sekali juga teringat oleh mereka akan melakukan perbuatan yang keji itu.

10. Diketahui ayat tertetu turun padanya secara tepat sehingga tidak terjadi kesamaran bisa membawa kepada penuduhan terhadap orang yang tidak bersalah dan pembebasan bagi orang yang tidak bersalah.

11. Akan mempermudah orang menghafal ayat-ayat al-qur’an serta memperkuat keberadaan wahyu dalam ingatan orang yang mendengarnya jika mengetahui sebab turunnya.

F. Urgensi

Urgensi pengetahuan akan asabab an nuzul dalam memahami al qur’an yang diperlihatkan oleh ulama salaf ternyata mendapat dukungan dari ulama khalaf. menarik untuk dikaji adalaah pendapat dari fazlur rahaman yang menggambarkan Al Qur’an sebagai puncak dari sebuah gunung es, Sembilan per sepuluh bagian terendam

Page 9: Asbab an Nuzul

di bawah perairan sejarah, rahman menhjelaskan bahwa sebagian ayat al qur’an sebenarnya mensyaratkan perlunnya pemahaman-pemahaman terhadap situasi-situasi historis yang khusus yang memperoleh solusi tanggapan dan komentar dari al qur’an uaraian ar rahman tersebut secara eksplisist mengisyaratkan asbab an nuzul dalam memahami al qur’an.

Dalam uraian yang lebih rinci az zarqany mengemukakan urgensi asbab an nuzul dalam memahami al qur’an, sebagai berikut:

1. Membantu dalam memahami sekaligus mengatasi ketidak pastian daam menangkap pesan ayat-ayat al qur’an diantaranya dalam surat al baqarah ayat 115 dinyatakan bahwa timur dan barat mereupakan kepunyaan allahdalam kasus shalat dengan melihat zahir ayat diatas seseorang boleh menghadap kemana saja sesuai kehendaknya ia seakan-akan tidak berkewajiban menghadap kiblat ketika shalat akan tetapi ketika setelah melihat asab an nuzulnya tahapan bahwa inteepretasi ayat itu keliru sebab ayat diatas berkaitan dengan seseorang yang sedang bereda dalam perjalanan dan melakukan shlata diatas kendaraan , ataau berkaitan dengan seseorang yang sedang berjihad dalam menentukan arah kiblat.”

2. Mengatasi keraguan ayat yang diduuga mengandung pengertian umum. Umpamanya dalam surat al ‘anam [6] ayat 145 dikatakan :

145. Katakanlah: "Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan

kepadaKu, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi - karena Sesungguhnya semua itu kotor - atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah. Barangsiapa yang dalam Keadaan terpaksa, sedang Dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, Maka Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang".

Menurut as syaf’I pesan ini tidak bersifat umum(hasr) untuk mengatasi kemungkinan keraguan dalam ,memahami ayat diatas as syafi’I menggunekan alat bantu asbab an nuzul . menurutnya ayat ini diturunkan sehubungnan orang-0rang kafir yang tidak mau makan sesuatu, kecuali apa yang telah mereka halalkan sendiri karena mengharamkan apaa yang dihalalkan oleha allah ataupun sebaliknya merupakan kebiasaan orang-orang kafir terutama orang-orang yahudi turnlah ayat diatas.

Mengkhususkan hukum yang terkandung dalam al qur’an bagi ulama yang berpegang teguh pada pendapat bahwa yang menjadi pegangan adalah sebab yang bersifat khusus (khusus as sabab ) dan bukanlah lafadz yang bersifat umum (umum al lafazh) dengan demikian ayat zihar pada permulaan ayat al mujadalah [85] yang berkenaan dengan aus ibn samit yang menzahir istrinya (khaulah binti hakim ibn ats tsa’labah ) hanya berlaku bagi kedua orang tersebut, hokum zihar yang berlaku bagi selain keduanya adalah qiyas.

Page 10: Asbab an Nuzul

Mengidentifikasikan pelaku yang menyebabkan ayat al qur’an turun misalnya aisyah pernah menjernihkan kekeliruan marwan yang menunjuk Abd Ar Rahman Ibn Abu Bakar yang menyebabkan turunya ayat :

17. dan orang yang berkata kepada dua orang ibu bapaknya: "Cis bagi kamu keduanya, Apakah kamu keduanya memperingatkan kepadaku bahwa aku akan dibangkitkan, Padahal sungguh telah berlalu beberapa umat sebelumku? lalu kedua ibu bapaknya itu memohon pertolongan kepada Allah seraya mengatakan: "Celaka kamu, berimanlah! Sesungguhnya janji Allah adalah benar". lalu Dia berkata: "Ini tidak lain hanyalah dongengan orang-orang dahulu belaka".

Untuk meluruskan persoalan aisyah berkata kepada marwan : demi allah bukan dia yang menyebabkan ayat ini turun, dan aku sanggup menyebut orang yang sebenarnya.”

Memudahkan untuk memahami dan menghapal ayat al qur’an , serta untuk memantapkan wahyu kedalam hati orang yang mendengarkanya sebab hubungan sebab akibat (musabbab) ,hokum, peristiwa, pelaku, masa dan tempat merupakan satu jalinan yang bias mengikat hati.

Taufiq adnan amal syamsul rizal panggabean menyatakan bahwa pemahaman terhadap konteks kesejarahan pra qur’an dan pada masa al qur’an menjajikan beberapa manfaat praktis. Pertama :Pemahaman itu memudahkan bagi kita mengidentifikasikan gejala-gejala moral dan social pada masyarakat arab pada masa itu , sikap al qur’an terhadapnya dan cara al qur’an memodifikasi atau mentransformasi gejala itu hingga sejalan dengan pandanga dunia al qur’an; kedua kesemuanya itu dapat dijadikan pedoman bagi umat islam dalam mengidentifikasi dan menangani problem-problem yang mereka hadapi; ketiga , pemahaman tentang konteks kesejarahan pra qur’an dan pada masa al qur’an dapat menghindarkan kitta dari praktik-praktik pemaksaan prakonsep dalam islam.

Page 11: Asbab an Nuzul

G. Munasabah

1. Arti Munasabah

Munasabah secara etimologi berarti kecocokan, kesesuaian atau kepantasan. Kata munasabah secara etimologi menurut as-Syuyuti berarti al-Musakalah (ke-serupaan) dan dan al-Muqabarah (kedekatan). Sedangkan menurut terminologi da-pat difinisikan sebagai berikut, Menurut az-Zarkasyi, munasabah adalah suatu hal yang dapat dipahami, tatkala dihadapkan pada akal, pasti akal itu menermannya. Menurut Ibnu al-Araby, munasabah adalah keterkaitan ayat-ayat al-Qur’an se-hingga seolah-olah merupakan satu ungkapan yang mempunyai kesatuan makna dan keteraturan redaksi. Menurut al-Biqai, munasabah adalah suatu ilmu yang mencoba mengetahui  alasan-alasan dibalik susunan atau urutan bagian-bagian al-Qur’an baik ayat atau surat dengan surat. M. Quraisy Shihab member pengertian munasabah sebagai kemiripan-kemiripan yang terdapat pada hal-hal tertentu dalam al-Qur’an, baik surah maupun ayat-ayatnya yang menghubungkan uraian satu ayat dengan yang lainnya. Menurut Manna’ al-Qattan, munasabah adalah segala pertal-ian antara kalimat dengan kalimat dalam satu ayat atau antara ayat dengan ayat dalam banyak ayat atau antara surat dengan surat.

Dengan kata lain ilmu munasabah al-Qur’an adalah suatu ilmu yang mem-pelajari hubungan suatu ayat dengan ayat lainnya, atau suatu surat dengan surat lainnya. Hubungan itu dapat berupa hubungan umum dengan khusus, hubungan lo-gis (‘aqli) atau hubungan konsekuensi logis seperti hubungan sebab dengan akibat, hubungan dua hal yang sebanding atau berlawanan.

Bentuk Munasabah secara garis besar dapay di Klasifikasikan menjadi dua, yaitu Zhahir (jelas) dan Mumudhmar (tersembunyi).

A. Munasabah Zhahir

a. Suatu ayat menyempurnakan penjelasan ayat sebelumnya,artinya jika ayat sebelumnya belum lengkap kemudian ayat berikutnya menyempurnakannya. Misal:

3. (yaitu) mereka yang beriman[13] kepada yang ghaib[14], yang mendirikan shalat[15], dan menafkahkan sebahagian rezki[16] yang Kami anugerahkan kepada mereka.

4. dan mereka yang beriman kepada kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-Kitab yang telah diturunkan sebelummu[17], serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat[18].

5. mereka Itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung[19].

Page 12: Asbab an Nuzul

[13] Iman ialah kepercayaan yang teguh yang disertai dengan ketundukan dan penyerahan jiwa. tanda-tanda adanya iman ialah mengerjakan apa yang dikehendaki oleh iman itu.

[14] Yang ghaib ialah yang tak dapat ditangkap oleh pancaindera. percaya kepada yang ghjaib yaitu, mengi'tikadkan adanya sesuatu yang maujud yang tidak dapat ditangkap oleh pancaindera, karena ada dalil yang menunjukkan kepada adanya, seperti: adanya Allah, malaikat-malaikat, hari akhirat dan sebagainya.

[15] Shalat menurut bahasa 'Arab: doa. menurut istilah syara' ialah ibadat yang sudah dikenal, yang dimulai dengan takbir dan disudahi dengan salam, yang dikerjakan untuk membuktikan pengabdian dan kerendahan diri kepada Allah. mendirikan shalat ialah menunaikannya dengan teratur, dengan melangkapi syarat-syarat, rukun-rukun dan adab-adabnya, baik yang lahir ataupun yang batin, seperti khusu', memperhatikan apa yang dibaca dan sebagainya.

[16] Rezki: segala yang dapat diambil manfaatnya. menafkahkan sebagian rezki, ialah memberikan sebagian dari harta yang telah direzkikan oleh Tuhan kepada orang-orang yang disyari'atkan oleh agama memberinya, seperti orang-orang fakir, orang-orang miskin, kaum kerabat, anak-anak yatim dan lain-lain.

[17] Kitab-Kitab yang telah diturunkan sebelum Muhammad s.a.w. ialah Kitab-Kitab yang diturunkan sebelum Al Quran seperti: Taurat, Zabur, Injil dan Shuhuf-Shuhuf yang tersebut dalam Al Quran yang diturunkan kepada Para rasul. Allah menurunkan kitab kepada Rasul ialah dengan memberikan wahyu kepada Jibril a.s., lalu Jibril menyampaikannya kepada rasul.

[18] Yakin ialah kepercayaan yang kuat dengan tidak dicampuri keraguan sedikitpun. akhirat lawan dunia. kehidupan akhirat ialah kehidupan sesudah dunia berakhir. yakin akan adanya kehidupan akhirat ialah benar-benar percaya akan adanya kehidupan sesudah dunia berakhir.

[19] Ialah orang-orang yang mendapat apa-apa yang dimohonkannya kepada Allah sesudah mengusahakannya.

Ayat diatas menjelaskan karakteristik orang yang bertakwa kepada hal yang Ghaib,mendirikan shalat dan membantu jalan Allah dengan harta yang dimilikinya. Yang kemudian dijelaskan lebih detail di ayat selanjutnya.

b. Tawkid (menguatkan)

Suatu ayat menguatkan isi kandungan ayat lainnya. Misal:

Page 13: Asbab an Nuzul

149. dan dari mana saja kamu keluar (datang), Maka Palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil haram, Sesungguhnya ketentuan itu benar-benar sesuatu yang hak dari Tuhanmu. dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan.

150. dan dari mana saja kamu (keluar), Maka Palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. dan dimana saja kamu (sekalian) berada, Maka Palingkanlah wajahmu ke arahnya, agar tidak ada hujjah bagi manusia atas kamu, kecuali orang-orang yang zalim diantara mereka. Maka janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku (saja). dan agar Ku-sempurnakan nikmat-Ku atasmu, dan supaya kamu mendapat petunjuk.

Ayat 149 memperbincangkan kemestian berkiblat ke Masjidil haram. Dan diantara isi kandungan ayat 150 juga perintah berkiblat ke Masjidil Haram.

c. Tafsir (menjelaskan)

Suatu ayat menjelaskan atau menafsirkan ayat sebelumnya. Kadanng akadang ada ayat yang membicarakan suatu permasalahan atau istilah,tetapi ayat tersebut tidak menjelaskan maksud dari permasalahan itu. Kemudian ayat selanjtnya menjelaskan makna, konsep atau karakteristiknya. Misal:

26. Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu[33]. Adapun orang-orang yang beriman, Maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: "Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?." dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah[34], dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik,

27. (yaitu) orang-orang yang melanggar Perjanjian Allah sesudah Perjanjian itu teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya dan membuat kerusakan di muka bumi. mereka Itulah orang-orang yang rugi.

Page 14: Asbab an Nuzul

[33] Diwaktu turunnya surat Al Hajj ayat 73 yang di dalamnya Tuhan menerangkan bahwa berhala-berhala yang mereka sembah itu tidak dapat membuat lalat, Sekalipun mereka kerjakan bersama-sama, dan turunnya surat Al Ankabuut ayat 41 yang di dalamnya Tuhan menggambarkan Kelemahan berhala-berhala yang dijadikan oleh orang-orang musyrik itu sebagai pelindung sama dengan lemahnya sarang laba-laba.

[34] Disesatkan Allah berarti: bahwa orang itu sesat berhubung keingkarannya dan tidak mau memahami petunjuk-petunjuk Allah. dalam ayat ini, karena mereka itu ingkar dan tidak mau memahami apa sebabnya Allah menjadikan nyamuk sebagai perumpamaan, Maka mereka itu menjadi sesat.

Ayat 26 tidak menjelaskan fasiq. Maka ayat 27 menjelaskan maksud fasiq dan karakteristiknya.

B. Munasabah yang tersembunyi (mudhmar)

a. Ayat tersebut di hubungkan oleh huruf ‘athaf, seperti yang terlihat dalam surat As-Saba’ (34) ayat 2:

2. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi, apa yang ke luar daripadanya, apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepadanya. dan Dia-lah yang Maha Penyayang lagi Maha Pengampun.

Ungkapan seolah- olah tidak berhubungan dengan ungkapan , sebab yang pertaman berbicara tentang sesuatu yang masuk dan keluar bumi,sedangkan yang terakhir berbicara tentang yang naik dan turun langit. Kedua topik tersebut membicarakan topik yang sama,yaitu ilmu Allah. Olehkarena itu keduanya di hubungkan oleh waw’athaf.

Munasabah ini biasanya menghubungkan dua hal yang berlawanan,seperti masuk dan keluar.

b. Al-Mudhaddah (berlawanan),yaitu dua ayat berurutan yang membicarakan dua hal yang berlawanan seperti surga dan neraka serta kafir dan iman. Misalnya:

Page 15: Asbab an Nuzul

150. Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan ra-sul-rasul-Nya, dan bermaksud memperbedakan[373] antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan men-gatakan: "Kami beriman kepada yang sebahagian dan Kami kafir terhadap sebahagian (yang lain)", serta bermaksud (den-gan Perkataan itu) mengambil jalan (tengah) di antara yang demikian (iman atau kafir),

151. merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir itu siksaan yang menghinakan.

152. orang-orang yang beriman kepada Allah dan Para Rasul-Nya dan tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka, kelak Allah akan memberikan kepada mereka pahalanya. dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

[373] Maksudnya: beriman kepada Allah, tidak beriman kepada rasul-rasul-Nya.

Ayat 150-151 bercerita tentang karakteristik orang-orang kafir dan balasan atas mereka ; mereka ingkar pada Allah dan rosulnya, sedangkan ayat 152 berbicara tentang sifat orang – orang mukmin, dimana mereka semua percaya pada rosulnya.

c. Istithrad (sampai)

Yaitu perbincangan suatu ayat mengenai suatu masalah sampai kepada hal lain yang tidak berkaitan langsung dengan msalah yang sedang diperbincangkan,tetapi hukumnya sama dengan hal yang diperbincangkan itu. Misal :

26. Hai anak Adam[530], Sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. dan pakaian takwa[531] Itulah yang paling baik. yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, Mudah-mudahan mereka selalu ingat.

Page 16: Asbab an Nuzul

[530] Maksudnya Ialah: umat manusia

[531] Maksudnya Ialah: selalu bertakwa kepada Allah.

Kata dalam ayat ini tidak ada kaitannya denagn ungkapan sebelumnya berbicara tentang pakaian penutup aurat sedangkan (Pakaian takwa), bukan pakaian penutup aurat. Jadi , secara Zhahir kata tersebut tidak ada hubungannya dengan aurat.

Sedangkan dalam sumbur lain, terdapat banyak macam Munasabah.

Macam-Macam Munasabah al-Qur’an

(1). Munasabah antara surah dengan surah.

Keserasian hubungan atau munasabah antar surah ini pada hakikatnya memperlihatkan kaitan yang erat dari suatu surah dengan surah lainnya. Ben-tuk munasabah yang tercermin pada masing-masing surah, kelihatannya mem-perlihatkan kesatuan tema. Salah satunya memuat tema sentral, sedangkan surah-surah yang lainnya menguraikan sub-sub tema berikut perinciannya baik secara umum maupun secara parsial. salah satu contoh yang dapat diajukan di sini adalah munasabah yang dapat ditarik pada tiga surah beruntun, masing-masing Q. S al-Fatihah. (1), Q. S al-baqarah dan Q. S Al-Imran.

            Satu surah berfungsi menjelaskan surah sebelumnya, misalnya di dalam surah al-Fatihah:

6. Tunjukilah[8] Kami jalan yang lurus,

[8 ]Ihdina (tunjukilah kami), dari kata hidayaat: memberi petunjuk ke suatu jalan yang benar. yang dimaksud dengan ayat ini bukan

sekedar memberi hidayah saja, tetapi juga memberi taufik.

Lalu dijelaskan di dalam surah al-Baqarah, bahwa jalan yang lurus itu ialah mengikuti petunjuk al-Qur’an, sebagaimana disebutkan:

Page 17: Asbab an Nuzul

2. Kitab[11] (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa[12],

(2). Munasabah antara satu surat dengan surat sebelumnya.

           Untuk mencari munasabah antara satu surat dengan surat sebelumnya, as-Suyuthi menyimpulkan bahwa satu surat berfungsi menerangkan atau menyempurkan ungkapan pada surat sebelumnya. Sebagai contoh dalam surat al-Bawarah [2] ayat 152 dan 182:

  

152. karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya aku ingat (pula) kepadamu[98], dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.

[98] Maksudnya: aku limpahkan rahmat dan ampunan-Ku kepadamu.

182. (akan tetapi) Barangsiapa khawatir terhadap orang yang Berwasiat itu, Berlaku berat sebelah atau berbuat dosa, lalu ia mendamaikan[113] antara mereka, Maka tidaklah ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

[113] Mendamaikan ialah menyuruh orang yang Berwasiat Berlaku adil dalam Mewasiatkan sesuai dengan batas-batas yang ditentukan syara'.

Ayat-ayat dari surat ini menerangkan dan menyemprnakan dari surat sebelum-nya al-fatihah [1] ayat 2:

2. segala puji[2] bagi Allah, Tuhan semesta alam[3].

[2] Alhamdu (segala puji). memuji orang adalah karena perbuatannya yang baik yang dikerjakannya dengan kemauan sendiri. Maka memuji Allah berrati: menyanjung-Nya karena perbuatannya yang baik. lain halnya den-gan syukur yang berarti: mengakui keutamaan seseorang terhadap nikmat yang diberikannya. kita menghadapkan segala puji bagi Allah ialah karena Allah sumber dari segala kebaikan yang patut dipuji.

Page 18: Asbab an Nuzul

[3] Rabb (tuhan) berarti: Tuhan yang ditaati yang Memiliki, mendidik dan Memelihara. Lafal Rabb tidak dapat dipakai selain untuk Tuhan, kecuali kalau ada sambungannya, seperti rabbul bait (tuan rumah). 'Alamiin (semesta alam): semua yang diciptakan Tuhan yang terdiri dari berbagai jenis dan macam, seperti: alam manusia, alam hewan, alam tumbuh-tum-buhan, benda-benda mati dan sebagainya. Allah Pencipta semua alam-alam itu.

Begitu juga ayat 21-22 surat al-Baqarah [2]:

21. Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa,

22. Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit se-bagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia meng-hasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu Mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah[30], Padahal kamu mengetahui.

[30] Ialah segala sesuatu yang disembah di samping menyembah Allah seperti berhala-berhala, dewa-dewa, dan sebagainya.

Merupakan penyempurnaan dari ungkapan( ) DينGمD LعDال ال Nب Dرdalam surat al-fatihah.

Page 19: Asbab an Nuzul

(3). Munasabah Antara Nama Surat Dengan Kandungan Isinya

            Nama suatu surah pada dasarnya bersifat tawqifi. Namun beberapa bukti menunjukkan bahwa suatu surah terkadang memiliki satu nama dan terkadang dua nama atau lebih. Tampaknya ada rahasia dibalik nama tersebu. Para ahli tafsir sebagaimana yang dikemukan oleh sayuthi melihat adanya keterkaitan antara nama-nama surah dengan isi atau uraian yang dimuat dalam suatu surah. Kaitan antara nama surah dengan isi ini dapat di indentifikasikan sebagai berikut:

(1). Nama diambil dari urgensi isi serta kedudukan surah. Nama surah al-fatihah disebut dengan umm al-kitab karena urgensinya dan disebut dengan al-Fatihah karena kedudukannya. (2). Nama diambil dari perumpamaan, peris-tiwa, kisah atau peran itu syarat dengan ide. Di sini dapat disebut nama-nama surah: al-‘Ankabut, al-Fath, al-Fil, al-Lahab dan sebagainya. (3). Nama seba-gai cerminan isi pokoknya, misalnya al-ikhlas karena mengandung ide pokok keimanan yang paling mendalam serta kepasrahan; al-Mulk, mengandung ide pokok hakikat kekuasaan dan sebagainya.

 (4). Munasabah Antara Nama Surah Dengan Kandungan Isinya.

Nama suatu surah pada dasarnya bersifat tawqifi. Namun beberapa bukti menunjukkan bahwa suatu surah terkadang memiliki satu nama dan terkadang dua nama atau lebih. Tampaknya ada rahasia dibalik nama tersebut. Para ahli tafsir sebagaimana yang dikemukakan oleh al-Sayuthi melihat adanya keterkaitan antara nama-nama surah dengan isi atau uraian yang dimuat dalam suatu surah. Kaitan antara nama surah dengan isi ini dapat di indentifikasikan sebagai berikut :

a. Nama diambil dari urgensi isi serta kedudukan surah. Nama surah al-Fatihah disebut dengan umm al-Kitab karena urgensinya dan disebut dengan al-Fatihah karena kedudukannya.

b. Nama diambil dari perumpamaan, peristiwa, kisah atau peran yang menonjol, yang dipparkan pada rangkaian ayat-ayatnya; sementara di dalam perumpamaan, peristiwa, kisah atau peran itu sarat dengan ide. Di sini dapat disebut nama-nama surah : al-‘Ankabut, al-Fath, al-Fil, al-Lahab dan sebagainya.

c. Nama sebagai cerminan isi pokoknya, misalnya al-ikhlas karena men-gandung ide pokok keimanan yang paling mendalam serta kepasrahan ; al-Mulk mengandung ide pokok hakikat kekuasaan dan sebagainya.

d. Nama diambil dari tema spesifik untuk dijadikan acuan bagi ayat-ayat lain yang tersebar diberbagai surah. Contoh al-Hajj ( dengan spesifik tema haji ), al-Nisa ( dengan spesifik tema tentang tatanan kehidupan rumah tangga). Kata Nisa yang berarti kaum wanita adalah lambang keharmonisan rumah tangga.

e. Nama diambil dari huruf-huruf tertentu yang terletak dipermulaan surah, sekaligus untuk menuntut perhatian khusus terhadap ayat-ayat di

Page 20: Asbab an Nuzul

dalamnya yang memakai huruf itu. Contohnya : Thaha, Yasin, Shad dan Qaf.

(5). Munasabah Antara Satu Kalimat Lainnya Dalam Satu Ayat.

Munasabah antara satu kalimat dengan kalimat yang lainnya dalam satu ayat dapat dilihat dari dua segi. Pertama adanya hubungan langsung antar kali-mat secara konkrit yang jika hilang atau terputus salah satu kalimat akan merusak isi ayat. Identifikasi munasabah dalam tipe ini memperlihatkan ciri-ciri ta’kid / tasydid ( penguat / penegasan ) dan tafsir / I’tiradh ( interfretasi / penjelasan dan ciri-cirinya). Contoh sederhana ta’kid :

“ تفعلوا لم تفعلوا “ dikuti , “ فإن .( Q.S al-Baqarah / 2 : 24 ) ”ولن

Contoh tafsir :

األقصى المسجد الى الحرام المسجد من ليال بعبده اسرى الذى سبحان

Kemudian diikuti dengan

اإلسراء ( / اياتنا من لنريه حوله باركنا . )1 : 17الذى

Kedua masing-masing kalimat berdiri sendiri, ada hubungan tetapi tidak lang-sung secara konkrit, terkadang ada penghubung huruf ‘ athaf ‘ dan terkadang tidak ada. Dalam konteks ini, munasabahnya terletak pada :

a. Susunan kalimat-kalimatnya berbentuk rangkaian pertanyaan, perintah dan atau larangan yang tak dapat diputus dengan fashilah.

Salah satu contoh :

الحمد __ __ قل الله ليقولون واألرض السماوات خلق من سألتهم ولئنلقمان ( : . )25لله

b. Munasabah berbentuk istishrad ( penjelasan lebih lanjut ). Contoh :

البقرة ___ ___ ( / هى قل األهلة عن . )189 : 2يسألونك

c. Munasabah berbentuk nazhir / matsil ( hubungan sebanding ) atau mudhaddah / ta’kis ( hubungan kontradiksi ). Contoh :

… ___ البر ولكن والمغرب المشرق قبل وجوهكم تولوا أن البر ليس. )177 : 2البقرة( /

(6). Munasabah Antara Nama Surat Dengan Tujuan Turunya.

            Al-Biqai menjelaskan bahwa nama-nama surat al-Qur’an merupakan “inti pembahasan surat tersebut serta penjelasan menyankut tujuan”. Setiap surat mempunyai tema pembicaraan yang sangat menonjol, dan itu tercermin dalam nama-nama masing-masing surat, seperti surat al-Baqarah, surat yusuf, surat an-Naml, dab surat al-Jinn. Cerita tentang lembu betina dalam surat al-Baqarah umpamanya merupakan inti pembicaraan surat tersebut, yaitu kekuasaan Allah membangkitkan orang mati. Surat Yusuf mengisahkan Nabi

Page 21: Asbab an Nuzul

Yusuf a.a.s. yang dibuang ke sumur oleh saudara-saudaranya, kemudian sete-lah menjadi orang orang istana ia difitnah memperkosa Zulaekha, permasuri penguasa Mesir, padahal justru wanita itu yang berusaha memaksa Yusuf melakukan pembuatan tidak terpuji. Surat al-Jinn yang mengisahkan bahwa Jin adalah mahluk yang juga sering mendengarkan bacaan al-Qur’an, dsb. Singkat cerita semua nama surat mencerminkan isi dari surat itu.

(7). Munasabah Antara Ayat Dengan Ayat Dalam Satu Surah.

Untuk melihat munasabah semacam ini perlu diketahui bahwa ini didaf-tarkan pada pandangan datar yaitu meskipun dalam satu surah tersebar sejum-lah ayat, namun pada hakikatnya semua ayat itu tersusun dengan tertib dengan ikatan yang padu sehingga membentuk fikiran serta jalinan informasi yang sis-tematis. Untuk menyebut sebuah contoh, ayat-ayat diawal Q.S al-Baqarah 1 – 20 memberikan sistematika informasi tentang keimanan, kekufuran, serta ke-munafikan. Untuk mengidentifikasikan ketiga tipologi iman, kafir dan nifaq, dapat ditarik hubungan ayat-ayat tersebut.

Misalnya surah al-Mu’minun dimulai dengan :

المؤمنون أفلح .”Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman“ قد

Kemudian dibagian akhir surah ini ditemukan kalimat :

الكافرون يفلح ال .انه

“Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tidak beruntung”.

(8). Munasabah Antara Penutup Ayat Dengan Isi Ayat Itu Sendiri.

                        Munasabah pada bagian ini, Imam al-Sayuthi menyebut empat bentuk yaitu al-Tamkin ( mengukuhkan isi ayat ), al-Tashdir ( memberikan sandaran isi ayat pada sumbernya ), al-Tawsyih ( mempertajam relevansi makna ) dan al-Ighal ( tambahan penjelasan ).

Sebagai contoh :

الخالقين احسن الله علقة mengukuhkan  فتبارك النطفة خلقنا -bahkan men  ثمgukuhkan hubungan dengan dua ayat sebelumnya ( al-Mukminun : 12 – 14 ). Kalimat-kalimat : ,                          لقوم , يفقهون لقوم يعقلون لقوم يتفكرون selalu menjadi sandaran isi ayat. Kata “halim” sangat erat hubungannya den-gan ‘ibadat, sementara “rasyid” kuat hubungannya dengan al-amwal seperti bunyi ayat Q.S Hud : 87 berikut :

أموالنا فى نفعل أن أو اباؤنا مايعبد نترك أن تأمرك أصالتك شعيب يا قالواالرشيد الحليم ألنت إنك مانشاؤا

Sedangkan bentuk al-Ighal dapat dijumpai pada Q.S al-Naml ( 27 ) : 80 :

برين مد ولوا إذا الدعاء الصم والتسمع الموتى التسمع انك

Kata “Wallaw” yang artinya ‘bila mereka berpaling’ berfungsi sebagai penje-lasan terhadap arti ( orang tuli ).

Page 22: Asbab an Nuzul

(9). Munasabah Antara Awal Uraian Surah Dengan Akhir Uraian Surah.

Salah satu rahasia keajaiban al-Qur’an adalah adanya keserasian serta hubungan yang erat antara awal uraian suatu surat dengan akhir uraiannya. Se-bagai contoh, dikemukakan oleh al-Zamakhsyari demikian juga al-Kirmani bahwa Q.S al-Mu’minun diawali dengan “ المؤمنون افلح respek Tuhan ) “ قدkepada orang-orang Mukmin ) dan diakhiri dengan “ الكافرين اليفلح “ انه( sama sekali Allah tidak menaruh respek terhadap orang-orang Kafir ). Dalam Q.S al-Qashas, al-Sayuthi melihat adanya munasabah antara pembicaraan ten-tang perjuangan Nabi Musa menghadapi Fir’aun seperti tergambar pada awal surah dengan Nabi Muhammad Saw yang menghadapi tekanan kaumnya seperti tergambar pada situasi yang dihadapi oleh Musa As dan Muhammad Saw, serta jaminan Allah bahwa mereka akan memperoleh kemenangan.

(10).Munasabah Antara Penutup Suatu Surah Dengan Awal Surah Berikutnya.

Misalnya akhir surah al-Waqi’ah / 96 :

العظيم ربك باسم فسبح

“Maka bertasbihlah dengan ( menyebut ) nama Tuhanmu Yang Maha Besar”.

Lalu surah berikutnya, yakni surah al-Hadid / 57 ayat 1 :

الحكيم العزيز وهو واألرض السموات مافى الله سبح

“Semua yang berada di langit dan di bumi bertasbih kepada Allah ( meny-atakan kebesaran Allah ). Dan Dia-lah Maha Kuasa atas segala sesuatu”.

(11). Munasabah Antar Ayat Tentang Satu Tema.

Munasabah antar ayat tentang satu tema ini, sebagaimana dijelaskan oleh al-Sayuthi, pertama-tama dirintis oleh al-Kisa’I dan al-Sakhawi. Semen-tara al-Kirmani menggunakan metodologi munasabah dalam membahas muta-syabih al-Qur’an dengan karyanya yang berjudul al-Burhan fi Mutasyabih al-Qur’an. Karya yang dinilainya paling bagus adalah Durrah al-Tanzil wa Gharrat al-Ta’wil oleh Abu ‘Abd Allah al-Razi dan Malak al-Ta’wil oleh Abu Ja’far Ibn al-Zubair.

Munasabah ini sebagai contoh dapat dikemukakan tentang tema qi-wamah ( tegaknya suatu kepemimpinan ). Paling tidak terdapat dua ayat yang saling bermunasabah, yakni Q.S al-Nisa ( 4 ) : 34 :

من أنفقوا بما و بعض على بعضهم الله فضل بما النساء على قوامون الرجال.أموالهم

Dan Q.S al-Mujadalah ( 58 ) : 11 :

خبير تعملون بما والله درجات العلم أوتوا والذين منكم امنوا الذين الله .يرفع

Tegaknya qiwamah ( konteks parsialnya qiwamat al-rijal ‘ala al-nisa ) erat sekali kaitannya dengan faktor Ilmu pengetahuan / teknologi dan faktor ekonomi. Q.S al-Nisa menunjuk kata kunci “Bima Fadhdhala” dan “al-Ilm” .

Page 23: Asbab an Nuzul

Antara “Bima fadhdhala” dengan “yarfa’” terdapat kaitan dan keserasian arti dalam kata kunci nilai lebih yang muncul karena faktor ‘Ilmu.

Munasabah al-Qur’an diketahui berdasarkan ijtihad, bukan melalui petunjuk Nabi ( tawqifi ). Setiap orang bisa saja menghubung-hubungkan an-tara berbagai hal dalam Kitab al-Qur’an.

            (12). Munasabah Penutup Surat Terdahulu dengan Awal Surat Berikutnya.

            Munasabah semacam ini menurut al-Suyuthi (w. 910 H), terkadang tampak jelas, dan terkadang tampak tidak jelas. Selanjutnya al-Suyuthi dalam al-Itqan banyak memberikan contoh tentang munasabah antara awal uraian dengan akhir uraian suatu sura. Sebagai contoh misalnya terlihat pada surat al-Mukminun, surat ini dimulai dengan peryataan: Qad aflaha al-mukminun, yaitu peryataan hipotetik bahwa orang mukmin akan mendapat kemenangan, dan mereka pasti menang. Di akhir surat di akhiri dengan peryataan la Yufli al-Kafirun, sebagai isyarat bahwa orang kafir tidak akan mendapat kemenangan. Jelaslah bahwa dua peryataan ini melukiskan perlawanan antara dua situasi, yaitu dua akhir dari dua hal yang bertolak belakang.

الحكيم العزيز وهو واالرض السموات في ما لله شبح

“semua yang berada di langit dan yang di bumi bertasbih kepada Allah (menyatakan kebesaran Allah). Dan dialah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu”

            Ayat ini bermunasabah dengan akhir surat sebelumnya “al-waqi’ah” yang memerintahkan bertasybih.

  G LعDظGيم ال DكN ب Dر G م LاسG ب LحN ب DسDف

Page 24: Asbab an Nuzul

BAB IIIPENUTUP

KESIMPULAN

Seteleh mempelajari dan melihat pembahasan yang telah dijabarkan panjang lebar diatas, dapat kami simpulkan bahwasannya:

1.    Asbabun nuzul didefinisikan 

“ sebagai suatu hal yang karenanya al-qur’an diturunkan untuk menerangkan status hukumnya, pada masa hal itu terjadi, baik berupa peristiwa maupun pertanyaan”, serta memiliki faedah didalamnya.

2.    Cara turunnya Asbabun Nuzul itu:

Pertama ayat-ayat turun sebagai reaksi terhadap pertanyaan yang dikemukakan kepada nabi.

Kedua ayat-ayat turun sebagai permulaan tanpa didahului oleh peristiwa atau pertanyaan.

Ketiga ayat-ayat yang mempunyai sebab turun itu terbagi menjadi dua kelompok; Ayat-ayat yang sebab turunnya harus diketahui ( hukum ) karena asbabun

nuzulnya harus diketahui agar penetapan hukumnya tidak menjadi keliru. Ayat-ayat yang sebab turunnya tidak harus diketahui, ( ayat yang menyangkut

kisah dalam al-qur’an).

3.    Faedah asbabun nuzul

Membawa kepada pengetahuan tentang rahasia dan tujuan allah secara khusus mensyari’atkan agama-Nya melalui al-qur’an.

Membantu dalam memahami ayat dan menghindarkan kesulitannya Dapat menolak dugaan adanya Hasr ( pembatasan ). Dapat mengkhususkan (Takhsis) hokum pada sebab menurut ulama yang

memandang bahwa yang mesti diperhatikan adalah kekhususan sebab dan bukan keumuman lafal.

Diketahui pula bahwa sebab turun ayat tidak pernah keluar dari hokum yang terkandung dalam ayat tersebut sekalipun datang mukhasisnya ( yang mengkhususkannya ).

Diketahui ayat tertetu turun padanya secara tepat sehingga tidak terjadi kesamaran bisa membawa kepada penuduhan terhadap orang yang tidak bersalah dan pembebasan bagi orang yang tidak bersalah.

Akan mempermudah orang menghafal ayat-ayat al-qur’an serta memperkuat keberadaan wahyu dalam ingatan orang yang mendengarnya jika mengetahui sebab turunnya.

Page 25: Asbab an Nuzul

4. Dalam uraian yang lebih rinci az zarqany mengemukakan urgensi asbab an nuzul dalam memahami al qur’an, sebagai berikut:

a. Membantu dalam memahami sekaligus mengatasi ketidak pastian daam menangkap pesan ayat-ayat al qur’an

b. Mengatasi keraguan ayat yang diduuga mengandung pengertian umum. c. Menurut as syaf’I pesan ini tidak bersifat umum(hasr) untuk mengatasi

kemungkinan keraguan dalam ,memahami ayat diatas as syafi’I menggunekan alat bantu asbab an nuzul .

d. Mengkhususkan hukum yang terkandung dalam al qur’an bagi ulama yang berpegang teguh pada pendapat bahwa yang menjadi pegangan adalah sebab yang bersifat khusus (khusus as sabab ) dan bukanlah lafadz yang bersifat umum (umum al lafazh).

5. Munasabah secara etimologi berarti kecocokan, kesesuaian atau kepantasan. Kata munasabah secara etimologi menurut as-Syuyuti berarti al-Musakalah (keserupaan) dan dan al-Muqabarah (kedekatan). Sedangkan menurut terminologi dapat difinisikan sebagai berikut, Menurut az-Zarkasyi, munasabah adalah suatu hal yang dapat dipahami, tatkala dihadapkan pada akal.

1. Munasabah Zhahir

a. Suatu ayat menyempurnakan penjelasan ayat sebelumnya,artinya jika ayat sebelumnya belum lengkap kemudian ayat berikutnya menyempurnakannya.

b. Tawkid (menguatkan)

Suatu ayat menguatkan isi kandungan ayat lainnya.

c. Tafsir (menjelaskan)

Suatu ayat menjelaskan atau menafsirkan ayat sebelumnya. Kadanng akadang ada ayat yang membicarakan suatu permasalahan atau istilah,tetapi ayat tersebut tidak menjelaskan maksud dari permasalahan itu. Kemudian ayat selanjtnya menjelaskan makna, konsep atau karakteristiknya. Misal:

2. Munasabah yang tersembunyi (mudhmar)

a. Ayat tersebut di hubungkan oleh huruf ‘athaf, seperti yang terlihat

b. Al-Mudhaddah (berlawanan),yaitu dua ayat berurutan yang membicarakan dua hal yang berlawanan seperti surga dan neraka serta kafir dan iman. Misalnya:

c. Istithrad (sampai)

Yaitu perbincangan suatu ayat mengenai suatu masalah sampai kepada hal lain yang tidak berkaitan langsung dengan msalah yang sedang diperbincangkan,tetapi hukumnya sama dengan hal yang diperbincangkan itu.

Page 26: Asbab an Nuzul

6. Macam Munasabah adalah sebagai berikut :

a. Munasabah antara surah dengan surah.

b. Munasabah antara satu surat dengan surat sebelumnya.

c. Munasabah Antara Nama Surat Dengan Kandungan Isinya

d.  Munasabah Antara Nama Surah Dengan Kandungan Isinya.

e. Munasabah Antara Satu Kalimat Lainnya Dalam Satu Ayat.

f. Munasabah Antara Nama Surat Dengan Tujuan Turunya.

g. Munasabah Antara Ayat Dengan Ayat Dalam Satu Surah.

h. Munasabah Antara Penutup Ayat Dengan Isi Ayat Itu Sendiri.

i. Munasabah Antara Awal Uraian Surah Dengan Akhir Uraian Surah.

j. Munasabah Antara Penutup Suatu Surah Dengan Awal Surah Berikut-nya.

k. Munasabah Antar Ayat Tentang Satu Tema.

l. Munasabah Penutup Surat Terdahulu dengan Awal Surat Berikutnya.

Page 27: Asbab an Nuzul

DAFTAR PUSTAKA

M. Yusuf,Kadar.2009.Studi Alquran.Jakarta : Amzah

As- Suyuthi,Imam Jalaludin.2008.Studi Al- Quran Komprehensif.Solo: Indiva Media Kreasi.

Abdul Wahid, Ramli.1994.ulumul qur’an.Jakarta:Rajawali

Al-khattan, Manna’ khalil.2001.Studi ilmu-ilmu qur’an.Kairo:Maktabah Wakbah

Syadali, Ahmad.1997.Ulumul qur’an I.Bandung:CV. Pustaka Setia

Thamrin, Husni.1982.Muhimmah ulumul qur’an.Semarang:Bumi Aksara

Zuhdi, Masfuk.1993.Pengantar ulumul qur’an.Surabaya:Bina Ilmu

www.google.com

www.wikipedia.com

Al-Quran in word

Page 28: Asbab an Nuzul

Makalah Studi Al-Quran

Asbabun Nuzul(Sebab-sebab turunnya Al-Quran )

Dosen Pengampu : H. Mochamad Imamudin, Lc., MA.

Jurusan Teknik ArsitekturFakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri (UIN) Malang2011