Upload
uliuliaulia
View
7
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
anemia pada ibu hamil
Citation preview
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA IBU HAMIL DENGAN ANEMIA
OLEH :
1. Deni dwi j (09.058)
2. DIAN RETNOSARI (09.062)
3. LUTVIA AVITA r (09.073)
4. Mega pramita (09.076)
5. UMMI RUDATIN (09.093)
AKADEMI KEPERAWATAN
PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGo
2011
LAPORAN PENDAHULUAN
Anemia pada Kehamilan
A. DEFINISI
Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari 12 gr
% (Wiknjosastro, 2002).
Anemia adalah suatu kondisi dimana kadar Hb dan/atau hitung eritrosit lebih rendah dari
harga normal. Dikatakan sebagai anemia bila Hb < 14 g/dl dan Ht < 41 % pada pria atau Hb <
12 g/dl dan Ht
4. Adanya kecenderungan rendahnya cadangan zat besi (Fe)
5. Pada wanita akibat persalinan sebelumnya dan menstruasi.
D. PATOFISIOLOGI
Anemia dalam kehamilan disebabkan karena dalam kehamilan keperluan akan zat-zat
makanan bertambah dari terjadi pula perubahan-perubahan dalam darah dan sumsum tulang.
Dalam kehamilan terjadi peningkatan jumlah darah dimana jumlah sel-sel darah lebih sedikit
dibandingkan dengan jumlah plasma (hidremia), yaitu plasma bertambah sebesar 25-30%
sedangkan sel darah bertambah sekitar 20%. Hal itu bisa menyebabkan terjadinya pengenceran
darah (hemodelusi) yang disertai anemia fisiologi.
Semakin meningkatnya umur kehamilan, kebutuhan akan zat besi dan asam folat untuk ibu
dan janin juga akan meningkat. Terlebih pada trimester akhir yang jika tidak dipenuhi dari
tambahan dari luar akan meningkatkan resiko tinggi terjadinya anemia pada ibu.
E. KLASIFIKASI
Anemia dalam kehamilan dapat dibagi sebagai berikut :
1. Anemia defisiensi besi (62,3%)
Anemia dalam kehamilan yang paling sering dijumpai ialah anemia akibat kekurangan
besi. Kekurangan ini dapat disebabkan karena kurang masuknya unsur besi dengan makanan,
karena gangguan resorpsi, gangguan penggunaan, atau karena terlalu banyaknya besi ke luar
dari badan, misalnya pada pendarahan. Keperluan akan besi bertambah dalam kehamilan ,
terutama pada trisemester terakhir. Apabila masuknya besi tidak bertambah dalam kehamilan,
maka mudah terjadi anemia defisiensi besi, lebih-lebih pada kehamilan kembar.
Diagnosis defisiensi besi yang berat tidak sulit karena ditandai ciri-ciri yang khas bagi
defisiensi besi, yaitu mikrositosis dan hipokromasia. Sifat lain yang khas bagi defisiensi besi
adalah :
a. Kadar besi serum rendah
b. Daya ikat besi serum tinggi
c. Protoporfirin eritrosit tinggi
d. Tidak ditemukan homosiderin (stainable iron) dalam sumsum tulang
Pengobatan anemia defisiensi besi dapat dimulai dengan preparat besi per os. Biasanya
diberikan garam besi sebanyak 600-1000 mg sehari, seperti sulfas-ferrosus atau glukonas
ferrosus. Terapi parenteral dapat diberikan apabila penderita tidak tahan akan obat besi per os,
ada gangguan penyerapan, penyakit saluran pencernaan, atau apabila kehamilannya sudah tua.
Besi parenteral diberikan dalam bentuk ferri secara IM.
Anemia defisiensi besi dapat dicegah dengan pemberian sulfas-ferrosus atau glukonas
ferrosus 1 tablet sehari pada setiap ibu hamil dan berikan nasehat pada ibu hamil untuk makan
lebih banyak protein dan sayur-sayuran yang mengandung banyak mineral serta vitamin.
Prognosis anemia defisiensi besi dalam kehamilan umumnya baik bagi ibu dan anak.
Persalinan dapat berlangsung seperti biasa tanpa perdarahan banyak atau komplikasin lain.
Anemia berta yang tidak diobati dalam kehamilan muda dapat menyebabkan abortus, dan
dalam kehamilan tua dapat menyebabkan partus lama, perdarahan post partum, dan infeksi.
2. Anemia megaloblastik( 29,0%)
Anemia megaloblastik dalam kehamilan disebabkan karena difisiensi asam folat
( pteroylglutamic acid, jarang sekali karena difiesiensi vitamin B12 ( cynocobalamin).
Diagnosis anemia megaloblastik dibuat apabila ditemukan megaloblas atau promegaloblas
dalam darah atau sumsum tulang. Defisiensi asam folik sering berdampingan dengan
defisiensi besi dalam kehamilan.
Dalam pengobatan anemia megaloblastik dalam kehamilan sebaiknya bersama-sama
dengan asam folik diberikan pula besi. Tablet asam folik diberikan dalam dosis 15-30 mg
sehari atau diberikan dengan suntikan dengan dosis yang sama.
Anemia megaloblastik dalam kehamilan pada umumnya berat sehingga tranfusi darah
kadang-kadang diperlukan apabila tidak cukup waktu karena kehamilan dekat aterm, atau
apabila pengobatan dengan pelbagai obat penambah darah tidak berhasil.
Anemia megaloblastik dalam kehamilan umumnya mempunyai prognosis cukup baik.
Apabila penderita mencapai masa nifas dengan selamat dengan atau tanpa pengobatan, maka
anemianya akan sembuh dan tidak akan timbul lagi. Hal ini disebabkan karena dengan
lahirnya anka keperluan akan asam folik jauh berkurang.
3. Anemia Hipoblastik ( 8, 0%)
Anemia pada wanita hamil yang disebabkan karena gangguan sumsum tulang kurang
mampu membuat sel sel darah baru, dinamakan anemia hipoplastik dalam kehamilan. Darah
tepi menunjukan gambaran normositer dan normokrom, tidak ditemukan ciri ciri defisiensi
besi, asam folat, atau vitamin B12. Etiologi anemia hipoplastik karena kehamilan hingga kini
belum diketahui dengan pasti, kecuali yang disebabkan oleh sepsis, sinar rontgen, racun atau
obat obatan.
Salah satu pengobatan yang dapat dilakukan untuk penderita anemia hipoblastik adalah
dengan pemberian tranfusi darah yang perlu diulang sampai beberapa kali. Anemia hipoblastik
berat yang tidak diobati mempunyai prognosis buruk, baik bagi ibu maupun bagi anak. Dalam
pemberian obat-obat pada bumil selalu harus dipikirkan pengaruh samping obat-obat itu.
Khususnya obat-obat yang mempunyai pengaruh hemotoksik.
4. Anemia hemolitik
Anemia hemolitik disebakan karena pengghancuran sel darah merah berlangsung lebih
cepat dari pembuatannya. Wanita dengan anemia hemolitik sukar menjadi hamil, apabila
hamil maka anemianya akan menjadi lebih berat. Sebaliknya mungkin pula bahwa kehamilan
menyebabkan krisis henolitik pada wanita yang sebelumnya tidak menderita anemia. Secara
umum anemia hemolitik dapat dibagi dalam 2 golongan besar, yakni :
a. Golongan yang disebabkan oleh faktor intrakorpuskuler, seperti pada sferositosis,
eliptositosis, anemia hemolitik herediter , thalasemia, anemia sel sabit, hemoglobinopatia
C, D, G, H, I, dan paraxysmal noctural haemoglobinuria.
b. Golongan yang disebabkan oleh faktor ekstrakorpuskular , seperti pada infeksi ( malaria,
sepsis, dsb), keracunan arsenikum , neoarsphenamin, timah, sulfonamid, kinin, paraquin,
pimaquin, nitrofuratoin ( Furadantin), racun ular pada defisiensi G6PD , antagonismus
rhesus atau ABO, leukemia, penyakin Hodgkin, limfasarkoma, penyakit hati, dll.
Gejala-gejala yang sering timbul ialah gejala-gejala proses hemolitik (anemia,
hemoglobinemia, hemoglobinuria, hiperbilirubinemia, hiperurobilinuria, dan strekobilin lebih
banyak dalan feses) dan selain itu juga timbul gejala sebagai tanda regenerasi darah. Pada
hemolisis yang berlangsung lama dijumpai pembesaran limpa dan anemia hemolitik yang
herediter kadang-kadang disertai kelainan roentgenologis pada tengkorak dan tulang-tulang
lain.
Pengobatan anemia hemolitik dalam kehamilan tergantung pada jenis dan beratnya.
Transfusi darah yang kadang-kadang diulang beberapa kali, diperlukan pada anemia berat
untuk meringankan penderitaan ibu dan untuk mengurangi bahay hipoksia.
F. GEJALA KLINIS
Gejala anemia pada kehamilan yaitu :
1. Ibu mengeluh cepat lelah, sering pusing
2. Mata berkunang-kunang
3. Malaise
4. Lidah luka
5. Nafsu makan turun( anoreksia)
6. Konsentrasi hilang
7. Nafas pendek ( pada anemia parah)
8. Keluhan mual muntah pada hamil muda
9. Palpitasi.
G. PEMERIKSAAN FISIK
1. Inspeksi : konjungtiva, wajah pucat.
2. Palpasi : turgor kulit, CRT, pembesaran kelenjar limfa, tinggi fundus uteri, kontraksi uterus.
3. Auskultasi : DJJ dan denyut jantung ibu.
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK.
Pada pemeriksaan laboratorium ditemui :
1. Pemeriksaan Hb Sahli, kadar Hb < 10 mg/%
2. Kadar Ht menurun ( normal 37% - 41% )
3. Peningkatan bilirubin total ( pada anemia hemolitik )
4. Terlihat retikulositosis dan sferositosis pada apusan darah tepi
5. Terdapat pansitopenia, sumsum tulang kosong diganti lemak
I. PENATALAKSANAAN
Terapi pengobatan
a. Terapi oral
Pengobatan anemia biasanya dengan pemberian tambahan zat besi. Sebagian besar
tablet zat besi mengandung ferosulfat, besi glukonat atau suatu polisakarida. Tablet besi akan
diserap dengan maksimal jika diminum 30 menit sebelum makan. Biasanya cukup diberikan 1
tablet/hari, kadang diperlukan 2 tablet. Kemampuan usus untuk menyerap zat besi adalah
terbatas, karena itu pemberian zat besi dalam dosis yang lebih besar adalah sia-sia dan
kemungkinan akan menyebabkan gangguan pencernaan dan sembelit. Zat besi hampir selalu
menyebabkan tinja menjadi berwarna hitam, dan ini adalah efek samping yang normal dan
tidak berbahaya. Dan biasanya asupan nutrisi yang mengandung zat besi cenderung lebih
tinggi pada ibu hamil daripada wanita normal. Umumnya asupan nutrisi meningkat 2 kali lipat
daripada wanita normal. Pengobatan yang lain:
Asam folik 15 30 mg per hari
Vitamin B12 3 X 1 tablet per hari
Sulfas ferosus 3 X 1 tablet per hari
Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga dapat diberikan
transfusi darah.
b. Terapi parenteral
Diberikan jika penderita tidak tahan akan obat besi peroral ada gangguan penyerapan
penyakit saluran pencernaan atau apabila kehamilannya sudah tua. Terapi parenteral ini
diberikan dalam bentuk ferri. Secara intramusculus dapat disuntikan dextran besi (imferon)
atau sorbitol besi (Jectofer)
J. PENCEGAHAN
1. Makanlah makanan yang kaya akan sumber zat besi secara teratur.
2. Makanlah makanan yang kaya sumber vitamin C untuk memperlancar penyerapan zat besi.
3. Jagalah lingkungan sekitar agar tetap bersih untuk mencegah penyakit infeksi dan penyakit
cacingan.
4. Hindari minum teh, kopi, susu coklat setelah makan karena dapat menghambat penyerapan zat
besi.
K. KOMPLIKASI
Anemia dapat terjadi pada setiap ibu hamil, karena itulah kejadian ini harus selalu
diwaspadai.
Anemia yang terjadi saat ibu hamil Trimester I akan dapat mengakibatkan : abortus,
missed abortus dan kelainan kongenital.
Anemia pada kehamilan trimester II dapat menyebabkan : persalinan prematur,
perdarahan antepartum, gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, asfiksia intrauterin
sampai kematian, BBLR, gestosis dan mudah terkena infeksi, IQ rendah dan bahkan bisa
mengakibatkan kematian.
Saat inpartu, anemia dapat menimbulkan gangguan his baik primer maupun sekunder,
janin akan lahir dengan anemia, dan persalinan dengan tindakan yang disebabkan karena ibu
cepat lelah.
Saat post partum anemia dapat menyebabkan: tonia uteri, rtensio placenta, pelukaan
sukar sembuh, mudah terjadi febris puerpuralis dan gangguan involusio uteri.
L. POHON MASALAH
Kurangnya asupan zat besi pd
makanan selama kehamilan
Defisiensi asam folik
Fungsi sumsum tulang dalam
pembentukan sel-sel darah
Penghancuran sel darah merah yg
berlangsung lebih cepat dari pembuatan
Adanya kecenderungan rendahnya cadangan Fe
Meningkatnya kebutuhan Fe untuk pertumbuhan janin
ANEMIA
Adanya sianosis Perubahan
karakteristik kulit (rambut, kuku, kelembaban)
CRT > 3 dtkKonjungtiva pucatHb < 10 mg/dlNafas pendek
Mual MuntahAnoreksiaLidah luka
Ibu mengeluh cepat lelah
MalaiseKeletihanKehilangan
produktifitasLebih banyak
tidur
DJJ > 120 kali Tinggi fundus
uteri tidak sesuai dengan umur kehamilan
Gangguan perfusi jaringan b/d
penurunan suplai O2
ke jaringan
Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
b/d mual, muntah
Intoleransi aktifitas b/d
ketidakseimbangan suplai O
2
Resiko cidera terhadap janin b/d penurunan kadar
Hb pada ibu
Penatalaksanaan :
Terapi Oral :asam folik 15-30 mg/dl
vit B12
3x1 tablet/hari
Terapi Parenteral
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
Anemia pada Kehamilan
A. PENGKAJIAN
a. Aktivitas
Keletihan, kelemahan, malaise umum.
Kehilangan produktifitas, penurunan semangat untuk bekerja.
Toleransi terhadap latihan rendah.
Kebutuhan untuk istirahat dan tidur lebih banyak
b. Sirkulasi : Riwayat kehilangan darah kronis, palpitasi, CRT lebih dari dua detik
c. Integritas Ego : Cemas, gelisah, ketakutan
d. Eliminasi : Konstipasi, sering kencing.
e. Makanan dan cairan : Nafsu makan menurun, mual muntah, defisiensi besi dan asam folat
f. Nyeri atau kenyamanan : Lokasi nyeri terutama di daerah abdomen dan kepala.
g. Pernapasan : Napas pendek pada saat istirahat maupun aktifitas
h. Seksual : Dapat terjadi pendarahan pervaginam, pendarahan akut sebelumnya.
i. Pemerikasaan fisik :
Inspeksi : konjungtiva, wajah pucat.
Palpasi : turgor kulit, CRT, pembesaran kelenjar limfa, tinggi fundus uteri, kontraksi
uterus.
Auskultasi : DJJ dan denyut jantung ibu.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan perfungsi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai oksigen ke jaringan atau
ke sel
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai
oksigen
4. Risiko cedera terhadap janin b/d penurunan kadar Hb pada ibu
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan pengetahuan mengenai anemia
C. INTERVENSI
Dx 1 : Gangguan perfungsi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai oksigen ke
jaringan/ke sel
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1x24 jam,perfusi ke jaringan/ke sel
efektif
Kriteria hasil :
- Tidak terdapat perubahan karakteristik kulit (rambut, kuku, kelembaban)
- Tidak terdapat kebiruan pada kulit
- CRT dalam batas normal (kembali dalam kurun waktu kurang dari 2 detik)
Intervensi :
1. Perhatikan status fisiologis ibu, status sirkulasi dan volume darah.
R: Kejadian perdarahan potensial merusak hasil kehamilan, kemungkinan
menyebabkan hipovolemia atau hipoksia uteroplasenta.
2. Lakukan pemeriksaan fisik CRT dengan menekan kuku pasien.
R: Keadaan capillary refill test yang tidak kembali dalam waktu kurang
dari 2 dapat menandakan anemia.
3. Auskultasi dan laporkan DJJ, catat bradikardi, atau takikardi. Catat perubahan pada aktivitas
janin (hipoaktif atau hiperaktif).
R: Mengkaji berlanjutnya hipoksia janin. Pada awalnya janin berespon
pada penurunan kadar oksigen dengan takikardia dan peningkatan
gerakan.
4. Catat kehilangan darah ibu dan adanya kontraksi uterus.
R: Bila kontraksi uterus disertai dilatasi serviks, tirah baring dan medikasi
mungkin tidak efektif dalam mempertahankan kehamilan. Kehilangan
darah ibu secara berlebihan menurunkan perfusi plasenta.
5. Anjurkan tirah baring pada posisi miring kiri
R: Menghilangkan tekanan vena kava inferior dan meningkatkan sirkulasi
plasenta atau janin dan pertukaran oksigen.
6. Kolaborasi dalam pemberian oksigen pada klien
R: Meningkatkan ketersediaan oksigen untuk ambilan janin, sehingga
kapasitas oksigen yang dibawa janin meningkat.
Dx 2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah.
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24jam diharapkan kebutuhan nutrisi
klien terpenuhi.
Kriteria hasil :
- Berat badan klien dalam batas normal
- Klien tidak mengalami mual-muntah
- Klien tidak menunjukkan penurunan nafsu makan
Intervensi
1. Berikan informasi tertulis atau verbal yang tepat tentang diet pranatal dan suplemen vitamin
atau zat besi setiap hari.
R: Materi referensi yang dapat dipelajari dirumah kemudian meningkatkan
kemungkinan klien memilih diet seimbang.
2. Evaluasi motivasi atau sikap dengan mendengar keterangan klien dan meminta umpan balik
tentang informasi yang telah diberikan.
R: Bila klien telah termotivasi untuk memperbaiki diet, evaluasi lebih
lanjut atau intervensi lain mungkin dapat diindikasikan.
3. Tanyakan keyakinan berkenaan dengan diet sesuai budaya dan hal-hal yang tabu selama
kehamilan.
R: Dapat menunjukkan motivasi untuk mengikuti anjuran pemberi layanan
kesehatan. Sebagai contoh beberapa budaya menolak zat besi, meyakini
bahwa ini mengeraskan tulang ibu dan membuat sulit melahirkan.
4. Perhatikan adanya pika atau ngidam. Kaji pilihan bahan bukan makanan dan tingkat motivasi
untuk memakannya.
R: Memakan bahan bukan makanan pada kehamilan mungkin didasarkan
pada kebutuhan psikologis,fenomena budaya, respon terhadap lapar,
dan/atau respon tubuh terhadap kebutuhan nutrisi.
5. Timbang berat badan klien
R: Ketidakadekuatan penambahan berat badan pranatal dan/atau di bawah
berat badan normal masa kehamilan, meningkatkan risiko reetardasi
pertumbuhan intrauterin (IUGR) pada janin dengan berat badan lahir
rendah.
6. Tinjau ulang frekuensi dan beratnya mual muntah.
R: Mual muntah trimester pertama dapat berdampak negatif pada status
nutrisi pranatal, khususnya pada periode kritis perkembangan janin.
7. Pantau kadar hemoglobin (Hb)/hematokrit (Ht).
R: Mengidentifikasi adanya anemia dan potensial penurunan kapasitas
pembawa oksigen ibu. Klien dengan kadar Hb kurang dari 12 g/dL atau
kadar Ht kurang atau sama dengan 37 % dipertimbangkan anemia pada
trimester pertama.
8. Kolaborasi sesuai indikasi (misalnya, pada ahli gizi)
R: Mungkin diperlukan bantuan tambahan terhadap pilihan nutrisi.
Dx 3 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai
oksigen.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pasien dapat
beraktivitas dengan baik.
Kriteria hasil :
- Nadi dan tekanan darah dalam batas normal (nadi 60-100x/menit, TD 90/60-140/90
mmHg)
- Pasien tidak mengeluh lemah dan lelah
Intervensi :
1. Jelaskan alasan perlunya tirah baring, penggunaan posisi rekumben lateral kiri/miring, dan
penurunan aktivitas.
R : Tindakan ini ditujukan untuk mempertahankan janin jauh dari serviks
dan meningkatkan perfusi uterus. Tirah baring dapat menurunkan peka
rangsang uterus.
2. Berikan tindakan kenyamanan seperti gosokan punggung, perubahan posisi, atau penurunan
stimulus dalam ruangan (mis. Lampu redup)
R : Menurunkan tegangan otot dan kelelahan serta meningkatkan rasa
nyaman.
3. Berikan latihan gerak pada pasien secara bertahap (aktif dan pasif).
R : Aktivitas dan latihan sangat penting bagi pasien yang mengalami
intoleransi aktivitas karena kurang latihan akan menyebabkan otot
menjadi atrofi.
4. Berikan periode untuk istirahat atau tidur.
R : Meningkatkan istirahat, mencegah kelelahan, dan dapat meningkatkan
relaksasi.
5. Berikan aktivitas pengalihan, seperti membaca, mendengarkan radio, dan menonton televisi,
atau kunjungan dengan teman yang dipilih atau keluarga.
R : Membantu klien dalam koping dengan penurunan aktivitas.
Dx 4 : Risiko cedera terhadap janin b/d penurunan kadar Hb pada ibu
Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan risiko cedera pada janin dapat
tertanggulangi
Kriteria hasil :
- Denyut jantung bayi dalam batas normal (120-160 x/menit)
- Hasil USG tidak menunjukan tanda tanda abnormalitas.
- Tinggi fundus arteri sesuai umur kehamilan
Intervensi
1. Perhatikan kondisi ibu yang berdampak pada sirkulasi janin.
R: Faktor yang mempengaruhi atau menurunkan sirkulasi atau oksigenasi
ibu mempunyai dampak yang sama pada kadar oksigen janin atau plasenta. Janin yang
tidak mendapatkan cukup oksigen untuk kebutuhan metabolisme anaerob yang
menghasilkan asam laktat yang menimbulkan kondisi asidosis.
2. Ajari ibu untuk mengobservasi gerakan janin
R: Secara normalnya dalam kandungan janin bergerak dan merupakan
tanda yang sehat pada janin. Jika janin tidak bergerak perlu diwaspai terjadi cedera pada
janin akibat kekurangan nutrisi.
3. Bantu dalam screening dan kelainan genetik.
R: Kelainan seperti anemia sel sabit mengharuskan tindakan yang khusus
untuk mencegah efek negatif dalam pertumbuhan janin.
4. Diskusikan efek negatif yang potensial terjadi akibat kelainan genetik
R: Retardasi pertunbuhan intrauterus/pascanatal, malformasi dan retardasi
mental dapat terjadi.
5. Lakukan pemeriksaan leopod untuk mengetahui keadaan janin terutama mengukur tinggi
fundus.
R: Tinggi fundus sesuai usia kehamilan merupakan satu tanda bahwa
pertumbuhan janin dalam kandungan ibu tidak mengalami gangguan.
6. Kolaborasi dalam pemeriksaan USG
R: Penyakit anemia dapat mengakibatkan IUGR.
Dx 5 Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan pengetahuan mengenai anemia
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pengetahuan
pasien mengenai anemia menjadi adekuat.
Kriteria hasil :
- Dapat menjelaskan kembali mengenai pengertian anemia
- Dapat mengikuti instruksi dan prosedur perawatan
- Dapat menunjukkan prilaku kesehatan yang positif untuk menanggulangi anemia
Intervensi :
1. Kaji kesiapan klien untuk belajar.
R : Faktor-faktor seperti ansietas atau kurang kesadaran tentang kebutuhan
terhadap informasi dapat mempengaruhi kesiapan untuk belajar.
Penyerapan informasi ditingkatkan bila klien termotivasi dan siap
untuk belajar.
2. Libatkan orang terdekat dalam proses belajar-mengajar.
R : Dukungan dari orang terdekat dapat membantu menghilangkan
ansietas yang nantinya menguatkan prinsip-prinsip belajar dan
mengajar.
3. Berikan informasi tentang perawatan tindak lanjut bila klien pulang.
R : Klien mungkin perlu kembali untuk keteraturan pemantauan dan/atau
tindakan.
4. Anjurkan pemberian intake yang adekuat, banyak nutrisi untuk kebutuhan ibu dan janin.
R : Intake nutrisi yang adekuat dapat memenuhi kebutuhan nutrisi ibu dan
janin terutama zat besi, asam folat, vit. B 12, dll. Dan berikan informasi kepada pasien
tentang dampak obat-obatan terutama yang dapat menyebabkan mual dan muntah oleh
karena itu ajarkan cara memakan obat dengan benar misalnya mengkonsumsi buah-buahan
yang mengandung vitamin C untuk membantu mempercepat reabsorpsi obat dan
menganjurkan pasien untuk tidak meminum kopi atau teh selama meminum obat karena
akan memperlambat reabsorpsi obat.
D. EVALUASI
1. Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi dengan tidak adanya mual muntah
2. Tidak terdapat perubahan karakteristik pada kulit(rambut, kuku,dan kelembapan)
3. Pasien dapat beraktivitas dengan baik dengan tidak mengeluh lemah dan lelah
4. Tidak adanya risiko cedera pada janin dengan tinggi fundus sesuai kehamilan
5. Pengetahuan pasien mengenai anemia menjadi adekuat dengan mengikuti tindakan dan
prosedur perawatan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Doenges, M.E ( 2001). Rencana Perawatan Maternal/ Bayi Pedoman Untuk Perencanaan &
Dokumentasi Perawatan Klien. Edisi 2. Jakarta : EGC
2. Bobak dkk. 2005. Buku Ajar Keperawtan Maternitas Edisi 4. Jakarta : EGC
3. Prawirahardjo,Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka.