askep asfiksia neonatorum

Embed Size (px)

DESCRIPTION

keperawatan

Citation preview

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Asfiksia Neonatorum

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN ASFIKSIA NEONATORUM

DISUSUNOleh: Kelompok 9Dermawati SimanjuntakFitri Sepriani SIra RiskaMelva SihombingRenta TioStefani Priscilla S

Dosen: Adventina Hutapea, S.Kep.,Ns

PROGRAM STUDI NERS TAHAP AKADEMIKSTIKes SANTA ELISABETH MEDAN2015

KATA PENGANTARPuji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Adapun topic dari makalah ini adalah: ASUHAN KEPERWATAN PADA KLIEN DENGAN ASFIKSIA NEONATORUM.Kami mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing kami Ibu Adventina Hutapea S.Kep.,Ns yang telah membimbing dan mengarahkan kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.Kami juga menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu, kami berharap kiranya dosen pembimbing bersedia memberi kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah ini. Atas perhatian dan kerjasama, kami mengucapkan terimakasih.

Medan, Agustus 2015

Penulis

DAFTAR ISIBAB I PENDAHULUAN4Latar Belakang Masalah4Tujuan5BAB II TINJAUAN PUSTAKA62.1. Konsep Medis62.1.1. Defenisi62.1.2. Klasifikasi62.1.3. Etiologi72.1.4. Patofisiologi82.1.5. Pathway92.1.6. Manifestasi Klinis102.1.7. Pemeriksaan Diagnostik102.1.8. Prognosis102.1.9. Penatalaksanaan112.1.10. Pencegahan122.2. Konsep Keperawatan132.2.1. Pengkajian132.2.2. Diagnosa Keperawatan142.2.3. Intervensi Keperawatan14BAB III PENUTUP163.1. Kesimpulan163.2. Saran16DAFTAR PUSTAKA17

BAB IPENDAHULUAN1.1. Latar Belakang MasalahDi seluruh dunia, setiap tahun diperkirakan 4 juta bayi meninggal pada tahun pertama kehidupannya dan dua pertiganya meninggal pada bulan pertama. Dua pertiga dari yang meninggal pada bulan pertama meninggal pada minggu pertama. Dua pertiga dari yang meninggal pada minggu pertama, meninggal pada hari pertama. Penyebab utama kematian pada minggu pertama kehidupan adalah komplikasi kehamilan dan persalinan seperti asfiksia, sepsis dan komplikasi berat lahir rendah (Lawn JE ,2005).Menurut WHO, setiap tahunnya 120 juta bayi lahir di dunia, 4 juta bayi lahir mati dan 4 juta lainnya meninggal dalam usia 30 hari. Sebanyak 3,6 juta (3%) dari 120 juta bayi lahir mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini meninggal. Sebanyak 98 % dari kematian bayi terjadi di negara-negara yang sedang berkembang. Kematian bayi sangat memprihatinkan, yang dikenal dengan fenomena 2/3. Penyebab kematian neonatal utama asfiksia neonatorum (27%) setelah (29%) (WHO, 2005).Menurut hasil riset kesehatan dasar tahun 2007, tiga penyebab utama kematian perinatal di Indonesia adalah gangguan pernapasan/respiratory disorders (35,9%), prematuritas (32,4%) dan sepsis neonatorum (12.0%) (Departemen Kesehatan RI, 2008). Hipoksia janin yang menyebabkan asfiksia neonatorum terjadi karena gangguan pertukaran gas serta transport O2 dari ibu ke janin sehingga terdapat gangguan dalam persediaan O2 dan dalam menghilangkan CO 2. Perubahan pertukaran gas dan transport oksigen selama kehamilan dan persalinan akan mempengaruhi oksigenasi selsel tubuh yang selanjutnya dapat mengakibatkan gangguan fungsi sel. Gangguan ini dapat berlangsung secara menahun akibat kondisi ibu selama kehamilan, atau secara mendadak karena hal-hal yang diderita ibu dalam persalinan. Gangguan menahun dalam kehamilan dapat berupa gizi ibu yang buruk, penyakit menahun seperti anemia, hipertensi, penyakit jantung, dan lain-lain. Pada gangguan yang terakhir ini pengaruh terhadap janin disebabkan oleh gangguan oksigenasi serta kekurangan pemberian zat-zat makanan berhubungan dengan gangguan fungsi plasenta (Mochtar, 1989).Diperkirakan 1 juta anak yang bertahan setelah mengalami asfiksia saat lahir kini hidup dengan morbiditas jangka panjang seperti cerebral palsy, retardasi mental dan gangguan belajar (Lee, 2008). Asfiksia neonatorum adalah kegawat daruratan bayi baru lahir berupa depresi pernapasan yang berlanjut sehingga menimbulkan berbagai komplikasi (WHO,1999).

1.2. Tujuan1.2.1. Tujuan UmumAgar mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan klien dengan asfiksia neonatorum 1.2.2. Tujuan Khusus1. Mahasiswa mampu memahami konsep dasar medik2. Mahasiswa mampu memahami konsep dasar keperawatan

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1. Konsep Medis2.1.1. DefenisiAsfiksia neonatorum adalah keadaan gawat bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan teratur, sehingga dapat meurunkan oksigen dan makin meningkatkan karbon dioksida yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut (Manuaba, 2007). Asfiksia adalah interupsi pertukaran gas, baik di plasenta maupun di paru, yang mengakibatkan hiperkarbia, hipoksemia dan asidosis. (Bobak, 2004).Asfiksia neonatorum adalah kegagalan napas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah saat lahir yang ditandai dengan hipoksemia, hiperkarbia dan asidosis (IDAI, 2004). Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir(WHO, 1999)

2.1.2. KlasifikasiBerdasarkan nilai APGAR (Appearance, Pulse, Grimace, Activity, Respiration) asfiksia diklasifikasikan menjadi 4, yaitu: 1. Asfiksia berat dengan nilai APGAR 0-3 2. Asfiksia ringan sedang dengan nilai APGAR 4-6 3. Bayi normal atau sedikit asfiksia dengan nilai APGAR 7-9 4. Bayi normal dengan nilai APGAR 10 (Ghai, 2010) Nilai 0 1 2

Nafas Tidak ada Tidak teratur Teratur

Denyut jantung Tidak ada 100

Warna kulit Biru atau pucat Tubuh merah jambu & kaki, tangan biru. Merah jambu

Gerakan/tonus otot Tidak ada Sedikit fleksi Fleksi

Reflex (menangis) Tidak ada Lemah/lambat Kuat

2.1.3. EtiologiAsfiksia neonatorum dapat terjadi selama kehamilan, pada proses persalinan dan melahirkan atau periode segera setelah lahir. Janin sangat bergantung pada pertukaran plasenta untuk oksigen, asupan nutrisi dan pembuangan produk sisa sehingga gangguan pada aliran darah umbilikal maupun plasental hampir selalu akan menyebabkan asfiksia (Parer, 2008).Penyebab asfiksia menurut Mochtar (1989) adalah : 1. Asfiksia dalam kehamilan.a. Penyakit infeksi akut.b. Penyakit infeksi kronik. c. Keracunan oleh obat-obat bius. d. Uremia dan toksemia gravidarum. e. Anemia berat. f. Cacat bawaan. g. Trauma. 2. Asfiksia dalam persalinan a. Kekurangan O2. Partus lama ( rigid serviks dan atonia/ insersi uteri) Ruptur uteri yang memberat, kontraksi uterus yang terus-menerus mengganggu sirkulasi darah ke plasenta. Tekanan terlalu kuat dari kepala anak pada plasenta. Prolaps fenikuli tali pusat akan tertekan antara kepala dan panggul. Pemberian obat bius terlalu banyak dan tidak tepat pada waktunya. Perdarahan banyak : plasenta previa dan solutio plasenta. Kalau plasenta sudah tua : postmaturitas (serotinus), disfungsi uteri. b. Paralisis pusat pernafasan Trauma dari luar seperti oleh tindakan forceps. Trauma dari dalam : akibat obat bius.

2.1.4. PatofisiologiBila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbulah rangsangan terhadap nervus vagus sehingga DJJ (denyut jantung janin) menjadi lambat. Jika kekurangan O2 terus berlangsung maka nervus vagus tidak dapat dipengaruhi lagi. Timbulah kini rangsangan dari nervus simpatikus sehingga DJJ menjadi lebih cepat akhirnya ireguler dan menghilang. Janin akan mengadakan pernafasan intrauterin dan bila kita periksa kemudian terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru, bronkus tersumbat dan terjadi atelektasis. Bila janin lahir, alveoli tidak berkembang.Apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan ganti, denyut jantung mulai menurun sedangkan tonus neuromuskuler berkurang secara berangsur-angsur dan bayi memasuki periode apneu primer. Jika berlanjut, bayi akan menunjukkan pernafasan yang dalam, denyut jantung terus menurun , tekanan darah bayi juga mulai menurun dan bayi akan terluhat lemas (flascid). Pernafasan makin lama makin lemah sampai bayi memasuki periode apneu sekunder. Selama apneu sekunder, denyut jantung, tekanan darah dan kadar O2 dalam darah (PaO2) terus menurun. Bayi sekarang tidak bereaksi terhadap rangsangan dan tidak akan menunjukkan upaya pernafasan secara spontan. Kematian akan terjadi jika resusitasi dengan pernafasan buatan dan pemberian tidak dimulai segera.

2.1.5. Faktor lain: anastesi, obat-obatan narkotikParalisis Pusat PernafasanPersalinan lama, lilitan tali pusatPresentasi janin abnormalPathway

ASFIKSIA NEONATORUM

Paru-paru terisi cairanJanin kekurangan O2 dan CO2 meningkat

Bersihan jln nafas tidak efektif

O2 dalam darah Pola napas tidak efektifSuplai O2 ke paru

Nafas cepat

Resiko ketidakseimbangan suhu tubuhKerusakan otakapneu

Gangguan metabolisme perubahan asam basaKematian bayiDJJ dan TD

Resiko cederaProses Keluarga TerhentiJanin tidak bereaksi terhadap ransangan

Asidosis respiratorik

Gangguan perfusi ventilasi

Gangguan pertukaran Gas

2.1.6. Manifestasi Klinik Denyut jantung janin lebih dari 1OOx/mnt atau kurang dari lOOx/menit dan tidak teratur Mekonium dalam air ketuban ibu Apnea Pucat Sianosis Penurunan kesadaran terhadap stimulus Kejang (Ghai, 2010)

2.1.7. Pemeriksaan Diagnostik Nilai Apgar: memberikan pengkajian yang cepat menyangkut kebutuhan untuk resusitasi neonatal Rontgen toraks/abdomen: untuk menyingkirkan abnormalitas/cedera struktural dan penyebab ventilasi Pemeriksaan Ultrasonografi kepala: untuk deteksi abnormalitas/cedera cranial atau otak atau adanya malformasi congenital Kultur darah: untuk menyingkirkan atau memastikan adanya bakterimia Skrining toksikologi: untuk menentukan adanya toksisitas obat atau kemungkinan sindrom alcohol janin (fetal alcohol syndrome, FAS) Skrining metabolisme untuk menyingkirkan adanya gangguan endokrin atau metabolisme

2.1.8. Prognosis1. Asfiksia ringan / normal : baik2. Asfiksia sedang tergantung kecepatan penatalaksanaan bila cepat,prognosa baik3. Asfiksia berat dapat menimbulkan kematian pada hari-hari pertama, atau kelainan saraf permanent. Asfiksia dengan Ph 6,9 dapat menyebabkan kejang sampai koma, dan kelainan neurologist yang permanent misalnya cerebal palsy, mental retar dation (RSU Dr.Soetomo, 1994).

2.1.9. Penatalaksanaan MedisPenatalaksanaan secara umum pada bayi baru lahir dengan asfiksia menurut Wiknjosastro (2005) adalah sebagai berikut: 1. Pengawasan suhu Bayi baru lahir secara relatif kehilangan panas yang diikuti oleh penurunan suhu tubuh, sehingga dapat mempertinggi metabolisme sel jaringan sehingga kebutuhan oksigen meningkat, perlu diperhatikan untuk menjaga kehangatan suhu bayi baru lahir dengan: Mengeringkan bayi dari cairan ketuban dan lemak. Menggunakan sinar lampu untuk pemanasan luar. Bungkus bayi dengan kain kering. 2. Pembersihan jalan nafas Saluran nafas bagian atas segera dibersihkan dari lendir dan cairan amnion, kepala bayi harus posisi lebih rendah sehingga memudahkan keluarnya lendir. 3. Rangsangan untuk menimbulkan pernafasan Rangsangan nyeri pada bayi dapat ditimbulkan dengan memukul kedua telapak kaki bayi, menekan tendon achilles atau memberikan suntikan vitamin K. Hal ini berfungsi memperbaiki ventilasi.Menurut Perinasia (2006), Cara pelaksanaan resusitasi sesuai tingkatan asfiksia, antara lain: a. Asfiksi Ringan (Apgar score 7-10) Caranya: 1. Bayi dibungkus dengan kain hangat 2. Bersihkan jalan napas dengan menghisap lendir pada hidung kemudian mulut 3. Bersihkan badan dan tali pusat. 4. Lakukan observasi tanda vital dan apgar score dan masukan ke dalam inkubator.

b. Asfiksia sedang (Apgar score 4-6)Caranya: 1. Bersihkan jalan napas. 2. Berikan oksigen 2 liter per menit. 3. Rangsang pernapasan dengan menepuk telapak kaki apabila belu ada reaksi, bantu pernapasan dengan melalui masker (ambubag). 4. Bila bayi sudah mulai bernapas tetapi masih sianosis berikan natrium bikarbonat 7,5%sebanyak 6cc. Dextrosa 40% sebanyak 4cc disuntikan melalui vena umbilikus secara perlahan-lahan, untuk mencegah tekanan intra kranial meningkat.

c. Asfiksia berat (Apgar skor 0-3)Caranya: 1. Bersihkan jalan napas sambil pompa melalui ambubag. 2. Berikan oksigen 4-5 liter per menit. 3. Bila tidak berhasil lakukan ETT. 4. Bersihkan jalan napas melalui ETT. 5. Apabila bayi sudah mulai benapas tetapi masih sianosis berikan natrium bikarbonat 7,5% sebanyak 6cc. Dextrosa 40% sebanyak 4cc.

2.1.10. PencegahanPencegahan secara Umum Pencegahan terhadap asfiksia neonatorum adalah dengan menghilangkan atau meminimalkan faktor risiko penyebab asfiksia. Derajat kesehatan wanita, khususnya ibu hamil harus baik. Komplikasi saat kehamilan, persalinan dan melahirkan harus dihindari. Upaya peningkatan derajat kesehatan ini tidak mungkin dilakukan dengan satu intervensi saja karena penyebab rendahnya derajat kesehatan wanita adalah akibat banyak faktor seperti kemiskinan, pendidikan yang rendah, kepercayaan, adat istiadat dan lain sebagainya. Untuk itu dibutuhkan kerjasama banyak pihak dan lintas sektoral yang saling terkait (Perinasia, 2006). Pencegahan saat persalinan Pengawasan bayi yang seksama sewaktu memimpin partus adalah penting, juga kerja sama yang baik dengan Bagian Ilmu Kesehatan Anak. Yang harus diperhatikan: a. Hindari forceps tinggi, versi dan ekstraksi pada panggul sempit, sertapemberian pituitarin dalam dosis tinggi. b. Bila ibu anemis, perbaiki keadaan ini dan bila ada perdarahan berikan oksigen dan darah segar. c. Jangan berikan obat bius pada waktu yang tidak tepat, dan jangan menunggu lama pada kala II (Perinasia, 2006).

2.2. Konsep Keperawatan2.2.1. Pengkajian KeperawatanUntuk periode antepartum dan intrapartum Kaji data laboratorium Pantau DJJ (kurang dari 100 atau lebih dari 160 kali/menit Pantau untuk perubahan pergerakan janin Inspeksi cairan amnion untuk mekonium (encer, moderat atau partikulat Lakukan pemeriksaan vagina sterilUntuk periode neonatal: Tentukan penilaian APGAR pada menit ke-1, ke-5 dan ke-10 kehidupan sebagai pengkajian menyeluruh respons neonates terhadap kelahiran dan adaptasi neonatal terhadap kehidupan akstrauteri Kaji gas darah arteri (AGD)/tali pusat Pantau tanda-tanda vital Pantau warna Pantau tonus otot Pantau kadar glukosa dan observasi tanda hipoglikemia (mis. Tremor, gemetar, letargi, kehilangan tonus otot, menangis lemah).

2.2.2. Diagnosa Keperawatan1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d. mucus dalam jumlah berlebihan2. Ketidakefektifan pola napas b.d. sindrom hipoventilasi3. Gangguan pertukaran gas b.d. ventilasi-perfusi

2.2.3. Intervensi Keperawatan

NODPHasil yang Diharapkan(Tujuan-sasaran)Rencana Tindakan

NOC: Respiratory Status: Airway patency (0410)Setelah dilakukan tindakan keperawatan, jalan nafas pasien dapat lancara dengan kriteria hasil: Frekuensi napas Kedalaman inspirasi Kemampuan untuk membersihkan sekretNIC: Resuscitation: Neonate (6947)1. Monitor respirasi dan nadi2. Siapkan perlengkapan untuk resusitasi sebelum persalinan3. Tes perlengkapan resusitasi, suction dan oksigen untuk memastikan berfungsi dengan baik4. Tempatkan BBL di bawah lampu pemanas radiasi.5. Masukkan laringoskopi untuk memvisualisasi trachea untuk menghisap mekonium.6. Intubasi dengan selang endotrakeal untuk mengeluarkan mekonium dari jalan nafas bawah.7. Berikan stimulasi taktil pada telapak kaki atau punggung bayi.8. Berikan kompresi dada untuk denyut jantung < 60 kali permenit atau jika >80 kali per menit tanpa peningkatan9. Kolaborasi dengan dokter untuk persiapan pengobatan

2NOC: Respiratory Status: Ventilation (0403)Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pola napas dapat efektif dengan kriteria hasil: Frekuensi napas Tidak ada suara tambahan Kesimetrisan ekspansi dadaNIC: Airway Management (3140)1. Monitor rsepirasi dan oksigenasi2. Auskultasi suara napas, untuk mengetahui adanya penurunan ventilasi dan suara tambahan3. Buka jalan napas, menggunakan teknik menaikkan dagu (chin lift) atau mendorong rahan (jaw thrust)4. Lakukan pengisapan endotrakeal atau nasotrakeal jika dibutuhkan5. Kolaborasi dengan dokter untuk pemeriksaan AGD dan pemberian alat bantu napas atau oksigen

3NOC: Respiratory Status: Gas Exchange (0402)Setelah dilakukan keperawatan, gangguan ertukaran gas dapat teratasi dengan kriteria hasil: Tekanan parsial oksigen dan karbondioksida dalam darah (PaO2 dan PaCO2) Saturasi oksigen Keseimbangan ventilasi perfusiNIC: Acid-Base Management (1910)1. Monitor pH darah, PaCO2, dan HCO3 untuk menentukan tipe ketidakseimbangan2. Monitor analisa gas darah dan serum serta level elektrolit3. Pertahankan kepatenan jalan napas4. Sediakan dukungan ventilasi mekanik5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat-obatan sesuai dengan pH darah, PaCO2, HCO3 dan serum elektrolit

BAB IIIPENUTUP3.1. KesimpulanAsfiksia neonatorum merupakan kasus yang banyak dijumpai dilapangan yang disebabkan karena keadaan ibu, keadaan tali pusat, serta keadaaan bayipada pertolongan persalinan. Sebagai perawat tentunya harus memiliki kemampuan atau berkompeten untuk melakukan resusitasi pada bayi baru lahir saat terjadi kasus asfiksia. Karena tindakan yang cepat dan tepat dalam penanganan kasus asfiksia sangat berpengaruh terhadap penurunan Angka Kematian Bayi (AKB). Selain itu konseling dan pemberian inform consent sangat penting dilakukan dalam penanganan kasus asfiksia ini.

3.2. Saran1. Diharapkan perawat meningkatkan pengetahuan dan kerjasama dengan pasien dan keluarga serta tenaga kesehatan lainnya2. Hendaknya dalam asuhan keperawatan dikumpulkan data yang lengkap danvalid, agar kita sebagai tenaga kesehatan memberikan asuhan yang optimal baik pada intervensi maupun implementasi terlebih dalam menentukan diagnosa keperawatan sehingga kita dapat memahami dan melakukan penanganan yang sesuai atau kompeten.

DAFTAR PUSTAKA

Bobak, Lowdermilk, Jensen. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta:EGC.

Bulechek, Gloria M. 2013. Nursing Interventions Classification. USA: Elsevier

Dr. Soetomo. RSU.1994.Pedoman Diagnosa danTerapi Lab/UPF Ilmu Kesehatan anak. Surabaya: FK UNAIR

Ghai,O.P., Paul,V.K, Bagga, A. 2010. Essential Pediatrics. Seventh edition.

Herdman, T.H., Kamitsuru, S. 2014. NANDA International Nursing Diagnoses: Definitions & Classification, 2015-2017. Oxford: Wiley Blackwell

IDAI, 2004. Asfiksia Neonatorum. Dalam: Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. (level of evidence IV).Jakarta: Badan Penerbit IDAI.

Lawn J.E., Cousens S., Zupan J., 2005. Lancet Neonatal Survival Steering Team. 4 million neonatal deaths: When? Where? Why?. 365 (9462):891 900.Lee, et.al., 2008. Risk Factors for Neonatal Mortality Due to Birth Asphyxia in Southern Nepal: A Prospective, Community-Based Cohort Study. Pediatrics (Level of evidence Iib).

Manuaba, I.B.G., I.A. Chandranita Manuaba, dan I.B.G. Fajar Manuaba. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC.

Moorhead, Sue. 2013. Nursing Outcomes Classification. USA: Elsevier

Parer, J.T., 2008. Fetal Brain Metabolism Under Stress Oxygenation, Acid-Base and Glucose. Available from: http://www.nichd.nih.gov/publications/pubs/acute/acute.cfm.

Perinasia, 2006. American Academy of Pediatrics dan American Heart Association. Buku panduan resusitasi neonatus. Edisi ke-5. Jakarta.

World Health Organization, 2005. The World Health Report 2005: make every mother and child count. Geneva: WHO.World Health Organization, 1999. Basic Newborn Resuscitation: A Practical Guide-Revision. Geneva: World Health Organization.Wiknjosastro Hanifa, Abdul Bari Saifuddin, dan Trijatmo Rachimhadhi. 2002. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

4