Askep Asma Bronchial

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Askep Asma Bronchial

Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN

LAPORAN PENDAHULUANASMA BRONCHIALE

Konsep DasarI. PengertianAsma bronchiale adalah keadaan respon abnormal saluran nafas terhadap berbagai rangsangan yang menyebabkan penyempitan saluran nafas (IPD jilid II, 2001).Asma bronchiale dibagi menjadi 3 kategori yaitu :1. Esfrinsik / alergiAsma yang disebabkan oleh bahan alergen seperti spora, jamur, debu, bulu binatang dan yang lebih jarang adalah susu atau coklat. Dan asma yang umumnya dimulai sejak kanak-kanak dengan anggota keluarga yang mempunyai riwayat penyakit seperti hayfever, dermatitis.2. Asma infrinsikDitandai dengan faktor yang tidak jelas. Asma ini sering muncul setelah umur 40 tahun. Serangan ini makin lama makin sering sehingga akan terjadi brontitis kronik.3. Asma campuranKombinasi ekstrinsik dan instrinsik

II. EtiologiPenyebab dari asma bronchiale belum diketahui secara pasti namun berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa dasar gejala asma adalah inflamasi dan respon saluran nafas yang berlebihan. Asma saat ini dipandang sebagai penyakit inflamasi saluran nafas. Inflamasi ditandai dengan adanya kalor (panas karena vasodilatasi) dan rubor (kemerahan karena vasodilatasi), tumor lekssutasi plasma dan edema), dolor (rasa sakit karena rangsangan sensoris) dan fuction laesa (fungsi yang terganggu) ternyata ke enam syaraf tersebut dijumpai pada asma, sifat saluran nafas pasien asma sangat peka terhadap berbagai rangsangan iritan (debu), zat kimia (histamin) dan feses (kegiatan jasmani).

III. AnatomiRespirasi adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung O2 kedalam tubuh serta menghembuskan udara yang banyak mengandung CO2 sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Saluran pernafasan di bagi menjadi 2 zona yaitu :1. Zona konduksiTerdiri dari hidung, faring, trakea, bronkus dan bronkus terminalis.2. Zona respiratorikTerdiri dari bronkioli respiratorik, duktus alveoli

IV. PatofisiologisDestruksi saluran nafas pada asma merupakan kombinasi spasme otot bronkus, sumbat mukus edema dan inflamasi dinding bronkus. Destruksi bertambah berat selama ekspirasi karena secara fisiologis saluran nafas menyempit. Gejala mengi menandakan adanya penyempitan di saluran nafas besar, sedang pada saluran nafas yang kecil gejala batuk dan sesak lebih dominan dibanding mengi. Penyempitan saluran nafas ternyata tidak merata di seluruh bagian paru. Ada daerah yang kurang mendapat ventilasi, sehingga darah kapiler yang melalui daerah tersebut mengalami hipoksemia. Untuk mengatasi kekurangan O2 tubuh melakukan hiperventilasi, agar kebutuhan O2 terpenuhi. Tetapi akibat pengeluaran CO2 sehingga PCO menurun dan menimbulkan alkalosis respiratorik pada serangan asma yang lebih berat lagi banyak saluran nafas tertutup oleh mukus sehingga tidak memungkinkan lagi terjadi pertukaran gas. Hal ini menyebabkan hipokremia dan kerja otot-otot pernafasan bertambah berat serta terjadi peningkatan produksi CO2, peningkatan produksi CO2 dapat mengakibatkan gagal nafas.

V. Gejala KlinisGejala Klinis asma adalah batuk, mengi dan sesak nafas. Pada awal serangan sering gejala tidak jelas seperti rasa berat di dada dan pada asma alergik bisa disertai pilek atau bersin. Meskipun pada mulanya batuk tanpa disertai sekret tetapi pada perkembangan selanjutnya pasien akan mengeluarkan Sekret, pada asma alergi, sering hubungan antara pemajanan alergen dengan gejala asma tidak jelas. Terlebih lagi pasien asma alergi pencetus non alergik seperti asap rokok, asap yang merangsang infeksi saluran nafas ataupun perubahan cuaca

VI. Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan laboratorium dapat dibagi atas :1. Pemeriksaan sputumPada pemeriksaan sputum ditemukan Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal eosinofil. Netrofil dengan eosinofil yang terdapat pada sputum umumnya bersifat mukoid dengan viskositas yang tinggi dan kadang-kadang terdapat mukus plug.2. Pemeriksaan darahPada pemeriksaan darah yang rutin diharapkan terjadi peningkatan eosinofil sedangkan leokosit dapat meningkatkan atau normal, walaupun terdapat komplikasi. Analisis gas darah pada umumnya normal, akan tetapi dapat pula terjadi hipoksomia, asidosis. Kadang-kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan IDH.3. Pemeriksaan radiologiKelainan yang didapat adalah : Bila disertai dengan bronchitis maka bercak-bercak dihilus akan bertambah. Bila terjadi emfirema (COPD) maka gambaran radiolosan akan semakin bertambah. Bila komplikasi pneumonia maka terdapat gambaran infiltrasi pada paru-paru.4. Pemeriksaan faal paruBerdasarkan pemeriksaan faal paru maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : Setiap pasien menunjukkan peningkatan resistensi jalan pernafasan dan penurunan expiratory flow rate (kecepatan aliran ekspirasi) Peningkatan fluktuasi dari tekanan intrapleura.5. Scaning paruDengan scaning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara selama serangan asma ternyata tidak menyeluruh, pada paru-paru sedangkan pada pemeriksaan xenon 133 melalui pembuluh darah dapat dilihat redistribusi radioaktif tidak menyeluruh pada kedua paru.

VII. PenatalaksanaanPada penderita asma bronchiale dapat ditinjau dari berbagai pendekatan seperti :a. Mencegah ikatan alergen IGEMenghindari alergen, tampaknya sederhana tetapi sukar untuk dilakukan.b. Mencegah pelepasan mediatorPremedikasi dengan natrium kromolin dapat mencegah spasme bronkus yang dicetuskan oleh alergen natrium kromolin mekanisme konjungtiva diduga mencegah penglepasan mediator dari mastosif obat tersebut tidak adapat mengatasi spasme bronkus yang telah terjadi, oleh karena itu hanya dipakai sebagai obat profilaktif pada terapi pemeliharaan.c. Melebarkan saluran nafas dengan bronkodilatorKortikosteroid tidak termasuk obat golongan bronkodilator tetapi secara tidak langsung, dapat melebarkan saluran nafas.d. Mengurangi respons dengan jalan meredam inflamasi saluran nafas.Implikasi terapi proses inflamasi diatas adalah meredam inflamasi yang ada baik dengan natrium kromolin, atau secara lebih paten dengan kartikosteroid baik secara oral, parenteral atau inhalasi

VIII. Komplikasi Pneumotoraks Pneumodiastinum dan erofirema subkutis Atelektasis Gagal nafas Bronkitis Fraktur iga

Asuhan KeperawatanIX. Pengumpulan dataa. Identitas klien b. Keluhan utamaBiasanya pada klien dengan asma bronchiale mengeluh sesak nafasc. Riwayat kesehatan Riwayat kesehatan dahuluPenyakit yang pernah diderita sebelumnya seperti sesak nafas batuk dan disertai dahak dan alergi. Riwayat kesehatan sekarangDitanyakan:-Kapan terjadinya -Sering / kadang-kadang-Batuk produktif atau non produktif-Sputum dan warna Riwayat kesehatan keluargaBiasanya merupakan faktor keturunan dari salah satu anggota keluarga.X. Pola Fungsi kesehatan1. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehatMeliputi persepsi klien terhadap kesehatan dan penyakitnya.Apa yang dilakukan klien bila merasa sakit2. Pola nutrisi dan metabolismeMeliputi makanan klien dalam sehari3. Pola aktivitas dan latihanGangguan aktivitas / kebutuhan istirahat, akibat sesak nafas dan batuk sehingga dapat menghambat aktivitas sehari-hari termasuk pekerjaan harus dibatasi.4. Pola eliminasiPada pola ini klien tidak mengalami gangguan5. Pola tidur dan istirahatPada pasien ini mengalami gangguan pada pola tidur yang diakibatkan sesak nafas dan batunya6. Pola sensori dan kognitifBagaiman Klien dalam menghadapi penyakitnya, apakah dapat mengerti cara penanggulangan pertama jika kambuh penyakitnya 7. Pola persepsi dan konsep diriPersepsi klien tentang penyakitnya dan bagaiman konsep diri dalam menghadapi penyakit yang dideritanya8. Pola hubungan dan peranDalam hal ini hubungan dan peran klien terganggu karena klien mungkin merasa bahwa dirinya orang yang sakit-sakitan9. Pola reproduksi dan sexualMengalami gangguan akibat penurunan libido yang diakibatkan sesak nafas yang ia alami.10. Pola penanggulangan stressBagaimana klien menghadapi masalah yang membebaninya sekarang, cara penanggulangannya.11. Pola tata nilai dan kepercayaanDalam pola ini kadang ada yang mempercayakan diri pada hal-hal yang ber sifat ghoib.

XI. Pemeriksaan fisik1. Keadaan umumYang perlu dikaji kesadaran, TTV, sesak nafas dan batuk, suara tambahan (whezing, ronchi)2. Dada Inspeksi: Pada klien asma terlihat pergerakan otot bantu pernafasan, pernafasan cuping hidung. Palpasi : Meliputi pergerakan dada kanan + kiri simetris atau tidak, ada atau tidaknya nyeri tekan. Perkusi:Klien asma suara ketok sonor antara dada kanan dan kiri. Auskultasi :Terdapat suara tambahan, berupa whezing ronchi.3. Abdomen Inspeksi: Pada klien terlihat otot bantu pernafasan perut Palpasi : Ada tidaknya nyeri klien pembesaran hati atau limfe Perkusi:Pada penyakit ini peristaltik usus tidak ada gangguan. Auskultasi :Meliputi ada tidaknya kembung, suara pekak atau redup

XII. Diagnosa keperawatan1. Gangguan pertukaran gas sehubungan dengan terbatasnya aliran udara, kelelahan otot pernafasan dan produksi mukus yang berlebihan.2. Ketidak efektifan dan produksi mukkus yang meningkat.3. Kecemasan berhubungan dengan sesak nafas.4. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang paparan pathogen, rendahnya pertahanan tubuh.IntervensiDx I: Gangguan pertukaran gas sehubungan dengan terbatasnya aliran udara, kelelahan otot pernafasan dan produksi mukus yang berlebihan.Tujuan:Klien dapat bernafas dengan normalKH : Produksi mukus yang menurunRencana tindakan1) Mengkaji pola nafas, rata-rata, irama dan kedalaman ekspansi paru.R /Untuk mengetahui pola pernafasan klien.2) Observasi TTVR/Untuk mengetahui perkembangan klien.3) Ajarkan teknik untuk membantu dalam mempertahankan posisi tubuh yang tepat selama terjadi dispnea.R/Untuk memberikan rasa nyaman klien dalam istirahat4) Mengkaji kualitas dan kuantitas sputumR/Untuk mengetahui kualitas dan kuantitas sputum5) Melakukan kolaborasi dengan tim medisR/Agar tepat dalam melaksanakan peran independen perawat

Dx II: Ketidak efektifan dan produksi mukkus yang meningkat.Tujuan:Pembersihan jalan nafas klien dapat normalKH : Batuk klien dapat berkurangIntervensi :1) Gunakan nebulizer untuk pengeluaran sekretR /Memudahkan dalam melakukan pengeluaran sekret2) Ajarkan metode batuk efektifR/Sekret dapat keluar dengan mudah3) Beri posisi semi fowler pada klienR/Agar memudahkan / memberi rasa nyaman pada klien agar tidak sesak.4) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi bronkodilatorR/Untuk melebarkan saluran pernafasanDx III: Cemas berhubungan dengan sesak nafas.Tujuan:Klien dapat mengelola kecemasanKH : Klien tidak merasakan cemas lagiIntervensi :1) Ajarkan pada klien tentang teknik relaxaxiR /Untuk mengurangi kecemasan pada klien.2) Beri penjelasan pada klien tentang hal-hal apa saja yang dapat mengakibatkan keparahan pada penyakitnya.R/Agar klien mengetahui apa saja yang dapat mengakibatkan atau memperparah penyakitnya.3) Anjurkan klien untuk menghindari hal-hal yang dapat mengakibatkan bertambahnya sesak yang ia alami.R/Untuk mengurangi sesak yang dialami klien4) Hindarkan klien dari hal-hal yang membuat dia cemasR/Untuk mengurangi cemas yang dialami klien.

Dx IV: Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang paparan pathogen, rendahnya pertahanan tubuh.Tujuan:Klien dapat melakukan pencegahan terhadap penyebaran infeksi dan menunjukkan perubahan dalam perilaku kesehatan.KH : Klien menyatakan pemahaman dalam proses penyakit dan kebutuhan pengobatan, melakukan perubahan pola hidup untuk memperbaiki kesehatan.Intervensi :1) Jelaskan pada klien tentang penyebaran infeksi, bersin, droplet selama batuk.R /Pemahaman dalam proses penyakit akan membantu klien untuk mencegah penyebaran infeksi.2) Instruksikan klien batuk dan meludah dengan benar (tampung dalam sputum pot dan beri desinfektan)R/Perubahan perilaku perlu untuk mencegah penyebaran penyakit.3) Monitor temperatur sesuai dengan indikasi.R/Reaksi febris adalah indikator berlanjut infeksi4) Jelaskan dosis obat, frekuensi pemberian dan alasan pengobatan yang lama.R/Meningkatkan kerja sama dalam program pengobatan dan mencegah obat sesuai perbaikan kondisi klien.

DAFTAR PUSTAKA

Arif Mansjoer. Dkk (1999)., Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta, Media Aesculapius FKUI.

Marlyn E. Doenges, (2000)., Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta, EGC.

Prof. Dr. H. Slamet Suyono, SPPD, KE dkk (2001), Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta, Gaya Baru