13
ASKEP ASMA BRONCHIAL BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beberapa laporan ilmiah baik di dalam negeri atau luar negeri menunjukkan bahwa angka kejadian alergi dan asma terus meningkat tajam beberapa tahun terakhir. Tampaknya alergi merupakan kasus yang mendominasi kunjungan penderita di klinik rawat jalan pelayanan kesehatan anak. Salah satu manifestasi penyakit alergi yang tidak ringan adalah asma. Penyakit asma terbanyak terjadi pada anak dan berpotensi mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak. Alergi dapat menyerang semua organ dan fungsi tubuh tanpa terkecuali. Sehingga penderita asma juga akan mengalami gangguan pada organ tubuh lainnya. Di samping itu banyak dilaporkan permasalahan kesehatan lain yang berkaitan dengan asma tetapi kasusnya belum banyak terungkap. Kasus tersebut tampaknya sangat penting dan sangat berpengaruh terhadap kehidupan anak, tetapi masih perlu penelitian lebih jauh. Dalam tatalaksanan asma anak tidak optimal, baik dalam diagnosis, penanganan dan pencegahannya.. Menurut Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1996, penyakit- penyakit yang dapat menyebabkan sesak napas seperti bronchitis, emfisema, dan asma merupakan penyebab kematian ketujuh di Indonesia. Asma yang tidak ditangani dengan baik dapat mengganggu kualitas hidup anak berupa hambatan aktivitas 30 persen, dibanding 5 persen pada anak non-asma. Banyak kasus asma pada anak tidak terdiagnosis dini, karena yang menonjol adalah gejala batuknya, bisa dengan atau tanpa wheezing (mengi). Asma adalah penyakit yang menyerang saluran pernafasan yang bisa menyerang siapa saja, namun penderita paling banyak adalah para anak-anak. Menurut KEMENKES (2008) , 100 hingga 150 juta orang di dunia menderita asma, jumlah ini diperkirakan akan meningkat sebanyak 18.000 kasus setiap tahunnya. Setiap negara di dunia memilki kejadian kasus asma yang berbeda-beda. Di Asia khususnya Asia Tenggara 1 dari 4 orang yang menderita asma mengaami masa yang tidak produktif karena tidak bekerja akibat asma. bisa dibanyangkan berapa kerugian yang dialami. Menurut Miol, penderita asma 3.3% penduduk Asia Tenggara

Askep Asma Bronchial

Embed Size (px)

DESCRIPTION

askep asma

Citation preview

Page 1: Askep Asma Bronchial

ASKEP ASMA BRONCHIALBAB 1

PENDAHULUANA. Latar Belakang

Beberapa laporan ilmiah baik di dalam negeri atau luar negeri menunjukkan bahwa angka kejadian alergi dan asma terus meningkat tajam beberapa tahun terakhir. Tampaknya alergi merupakan kasus yang mendominasi kunjungan penderita di klinik rawat jalan pelayanan kesehatan anak. Salah satu manifestasi penyakit alergi yang tidak ringan adalah asma. Penyakit asma terbanyak terjadi pada anak dan berpotensi mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak. Alergi dapat menyerang semua organ dan fungsi tubuh tanpa terkecuali. Sehingga penderita asma juga akan mengalami gangguan pada organ tubuh lainnya.

Di samping itu banyak dilaporkan permasalahan kesehatan lain yang berkaitan dengan asma tetapi kasusnya belum banyak terungkap. Kasus tersebut tampaknya sangat penting dan sangat berpengaruh terhadap kehidupan anak, tetapi masih perlu penelitian lebih jauh. Dalam tatalaksanan asma anak tidak optimal, baik dalam diagnosis, penanganan dan pencegahannya..

Menurut Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1996, penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan sesak napas seperti bronchitis, emfisema, dan asma merupakan penyebab kematian ketujuh di Indonesia. Asma yang tidak ditangani dengan baik dapat mengganggu kualitas hidup anak berupa hambatan aktivitas 30 persen, dibanding 5 persen pada anak non-asma. Banyak kasus asma pada anak tidak terdiagnosis dini, karena yang menonjol adalah gejala batuknya, bisa dengan atau tanpa wheezing (mengi).

Asma adalah penyakit yang menyerang saluran pernafasan yang bisa menyerang siapa saja, namun penderita paling banyak adalah para anak-anak. Menurut KEMENKES (2008) , 100 hingga 150 juta orang di dunia menderita asma, jumlah ini diperkirakan akan meningkat sebanyak 18.000 kasus setiap tahunnya. Setiap negara di dunia memilki kejadian kasus asma yang berbeda-beda.

Di Asia khususnya Asia Tenggara 1 dari 4 orang yang menderita asma mengaami masa yang tidak produktif karena tidak bekerja akibat asma. bisa dibanyangkan berapa kerugian yang dialami. Menurut Miol, penderita asma 3.3% penduduk Asia Tenggara adalah orang-orang yang menderita asma. Dimana kasus asma banyak terjadi di Indonesia, Vietnam, Thailand, Filiphina dan singapura.

Sedangkan menurut RISKESDAS (2007) di Indonesia prevalensi penderita asma diperkirakan masih sangat tinggi. Bedasarakan depkes persentase penderita asma di indonesia sebesar 5,87% dari keselurahan penduduk Indonesia. Dimana masih banyak penderita asma yang belum mendapatkan perawatan dokter.Hal itu membuat angka kematian karena penyakit asma tergolong tinggi di Indonesia.B. Tujuan1.    Agar mahasiswa memahami tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan asma bronchial2.    Agar mahasiswa memahami tentang asma bronchial3.    Sebagai tugas mata kuliah gerontikC. Rumusan Masalah1. Defenisi asma Bronchial2. Penyebab asma3. Tanda dan gejala asma

Page 2: Askep Asma Bronchial

4. Asuhan Keperawatan pada asma

BAB 2PEMBAHASAN

A.    DEFENISIIstilah asma dari kata Yunani yang artinya “terengah-engah” dan berarti serangan napas

pendek.  Meskipun dahulu istilah ini digunakan untuk menyatukan gambaran klinis napas pendek tanpa memandang sebabnya, sekarang istilah ini hanya ditujukan untuk keadaan-keadaan yang menunjukkan respon abnormal saluran napas terhadap berbagai rangsangan yang menyebabkan penyempitan jalan napas yang meluas.  (Price, 1995, hlm 689)

Asma adalah obstruksi jalan nafas akut, episodik yang diakibatkan oleh rangsangan yang tidak menimbulkan respon pada orang sehat. Asma telah didefinisikan sebagai gangguan yang dikarakteristikan oleh paroksisme rekurens mengi dan dipsnea yang tidak disertai oleh penyakit jantung atau penyakit lain. (dr. Jan Tambayong, 2000, hlm 97)

Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronkial yang mempunya ciri bronkospasme periodik (kontraksi spasme pada saluran napas) teutama pada percabangan trakeobronkial yang dapat di akibatkan oleh berbagai stimulus seperti oleh faktor biokemikal, endokrin, infeksi, otonomik dan psikologi. (Irman Somantri, 2009, hlm 50).

asma adalah inflamasi abnormal bersifat kronik pada saluran nafas yang menyebabakan hipersensitif bronkus terhadap berbagai rangsangan yang ditandai dengan gejala berulang seperti menggigil, batuk, sesak nafas dan berat di dada, biasanya terjadi pada malam atau dini hari yang bersifat reversible baik dengan atau tanpa pengobatan (Menurut Kemenkes. 2008)

asma adalah gangguan pernafasan kronik menyerang bronkus dan bronkiolus yang bersifat hipersensitif yang disebabkan oleh alergi debu, bulu hewan,iritasi bahan kimia, kecoak,asap rokok,emosi, obat-obatan (Menurut Kongres GINA : 1989)                                                     

B.     ETIOLOGISampai saat ini etiologi asma diketahui belum pasti , suatu hal yang menonjol pada semua

penderita asma adalah fenomena hipereaktivitas bronkus . bronkus penderita asma sangat peka tehadap rangsangan imonologi maupun nonimumologi. Oleh karena sifat inilah,  maka serangan asma mudah terjadi ketika rangsangan baik fisik, metabolik, kimia, alergen, infeksi, dan

Page 3: Askep Asma Bronchial

sebagainya. Penderita asma perlu mengetahui dan sedapat mungkin menghindari rangsangan atau pencetus yang dapat menimbulkan asma.Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut :

a.      Genetik       Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan faktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.

b.      AlergenDimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :1. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasanContoh : debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi2. Ingestan, yang masuk melalui mulutContoh : makanan dan obat-obatan3. Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulitContoh : perhiasan, logam dan jam tangan

c.       Perubahan cuacaCuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma. Atmosfir yang

mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim kemarau.

d.      StressStress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa

memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress/gangguan emosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.

e.       Lingkungan kerja  Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini berkaitan

dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.

f.       Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat.Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas jasmani

atau olah raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.

C.    Manifestasi Klinis  Gejala asma terdiri atas, yaitu takipnea, dispnea, batuk, dan mengi. Gejala yang di sebutkan

terakhir sering di anggap sebagai gejala yang harus ada, dan data lainnya seperti terlihat pada pemeriksaan fisik(Irman,2009)

  Karena asma merupakan suatau penyakit yang di tandai dengan penyempitan jalan nafas yang reversible , maka gambaran klinis dari asma memperlihatkan variabilitasyang besar baik di antara penderita asma dan secara individual di sepanjang waktu . masalah utamanya adalah

Page 4: Askep Asma Bronchial

kepekaan selaput lender bronchial dan hiperaktif otot bronchial . rangkaian pengaruh dari edema selaput lender bronchial, peningkatan produksi mucus (dahak).menimbulkan penyempitan jalan nafas dan menyebabkan empat gejala asma yang utama  yakni : kelelahan, batuk, mengi , pernafasan pendek , dan rasa sesak di dada(Antony,1997)

D.    PhatofisiologiAsma ditandai dengan kontraksi spastik dari otot polos bronkus yang menyebabkan sukar

bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody IgE abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen spesifikasinya. Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka antibody IgE orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient), faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin.

Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini akan menghasilkan adema lokal pada dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi mukus yang kental dalam lumen bronkhioulus dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat.

Pada asma, diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi daripada selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi paksa menekan bagian luar bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi. Pada penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa menyebabkan barrel chest.

BAB 3ASUHAN KEPERAWATAN

A.    Pengkajian  BIO DATA

Pengkajian mengenai nama, umur dan jenis kelamin perlu dilakukan pada klien dengan asma. Serangan asma pada usia dini memberikan implikasi bahwa sangat mungkin terdapat status atopic. Serangan pada usia dewasa dimungkinkan adanya factor non-atopik. Tempat tinggal yang

Page 5: Askep Asma Bronchial

menggambarkan kondisi tempat klien berada. Berdasarkan tempat alamat tersebut, dapat diketahui pula factor yang memungkinkan menjadi pencetus serangan asma. Status perkawinan dan gangguan emosional yang timbul dalam keluarga atau lingkungan merupakan factor pencetus serangan asma. Pekerjaan serta suku bangsa juga dapat dikaji untuk mengetahui adanya pemaparan bahan allergen. Hal ini yang perlu dikaji dari identitas klien ini adalah tanggal masuk rumah sakit (MRS), nomor rekam medis, asuransi kesehatan dan diagnosis medis.Keluhan utama meliputi sesak nafas, bernafas terasa berat pada dada, adanya keluhan sulit untuk bernafas.

      Riwayat Penyakit Saat IniKlien dengan serangan asma datang mencari pertolongan terutama dengan keluhan sesak nafas yang hebat dan mendadak, kemudian diikuti dengan gejala-gejala lain seperti wheezing, pengugunaan otot bantu pernafasan, kelelahan,gangguan kesadaran, sianosis dan perubahan tekanan darah.Serangan asma mendadak secara klinis dapat dibagi menjadi tiga stadium. Stadium pertama ditandai dengan batul-batuk berkala dan kering. Batuk ini terjadi karena iritasi mukosa yang kental dan mengumpul. Pada stadium ini terjadi edema dan pembengkakan bronkus. Stadium kedua ditandai dengan batuk disertai mukus yang jernih dan berbusa. Klien merasa sesak nafas , berusah untuk nafas dalam, ekspirasi memanjang diikuti bunyi mengi(wheezing). Klien lebih suka duduk dengan tangan diletakkan pada pinggir tempat tidur, tampak pucat, gelisah, dan warna kulit mulai membiru. Stadium ketiga ditandai dengan hampir tidak terdengarnya suara nafas karean aliran udara kecil, tidak ada batuk, pernafasan menjadi dangkal dan tidak teratur, irama nafas meningkat karena asfiksia.

      Riwayat Penyakit DahuluPenyakit yang pernah diderita pada masa-masa dahulu seperti adanya ineksi saluran pernafasan atas, sakit tenggorokan, amandel, sinusitis, dan polip hidung. Riwayat serangan asma, frekuensi, waktu  dan alergen-alergen yang dicurigai sebagai pencetus serangan, serta riwayat pengobatan yang dilakukan untuk meringkan gejala asma.

      Riwayat Penyakit KeluargaPada klien dengan serangan asma perlu dikaji tentang riwayat penyakit asma atau penyakit alergi yang lain pada anggota keluarga karena hipersensitivitas pada penyakit asma ini lebih ditentukan oleh factor genetic dan lingkungan.

B.     DIAGNOSA KEPERAWATAN      Diagnosa 1:

Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan bronkhokonstriksi,  bronkhospasme ditandai dengan sekresi mucus yang kental, adanya wheezing,RR meningkat (lebih dari 22x/mnt), HR meningkat (lebih dari 100x/mnt), napas dangkal dan cepat, menggunakan otot bantu napas.

      Tujuan :Bersihan jalan napas kembali efektif setelah di lakukan tindakan keperawatan

      Kriteria Hasil:1.      Klien dapat mendemonstrasikan batuk efektif2.      Tidak ada suara nafas tambahan dan wheezing3.      Pernapasan klien normal ( 16 -20 x /menit) tanpa adanya pengguanaan otot bantu napas.

Page 6: Askep Asma Bronchial

4.      Frekuensi nadi 60-120 x /menit.      Intervensi:

  Mandiri :1.      Posisikan pasien untuk mengoptimalkan pernapasan ( posisi semi fowler)

Rasional : posisi semi fowler dapat memberikan kesempatan pada proses ekspirasi paru.2.      Kaji Warna, kekentalan dan jumlah sputum

Rasional : karekteristik sputum dapat menunjukkan  barat ringannya obstruksi.3.      Atur posisi semifowler

Rasional : posisi semi fowler meningkatkan ekspansi paru.4.      Ajarkan cara batuk efektif dan terkontrol

Rasional : batuk yang terkontrol dan efektif  dapat memudahkan pengeluaran secret yang melekat dijalan napas.

5.      Bantu klien latihan napas dalam.Rasional : ventilasi maksimal membuka lumen jalan nafas dan meningkatkan gerakan secret kedalam jalan nafas besar untuk dikeluarkan.

6.      Pertahankan intake cairan sedikitnya 2500 ml/hari kecuali tidak diindikasikanRasional : Hidrasi yang adekuat membantu mengencerkan secret dan mengefektifkan pembersihan jalan nafas.

7.      Lakukan fisioterapi dada dengan teknik postural dranase, perkusi,fibrasi dada.Rasional : fisioterapi  dada merupakan strategi untuk mengeluarkan secret.

  Kolaborasi :1.      Kolaborasi pemberian obat bronkodilator

Rasional : Pemberian bronkodilator via inhalasi akan langsung menuju area broncus yang mengalami spasme sehingga lebih cepat berdilatasi.

2.      Kolaborasi dengan dokter pemberian obat agen mukolitik dan ekspektoranRasional : agen mukolitik menurunkan kekentalan dan perlengketan secret paru untuk memudahkan pembersihan. Agen ekspektoran akan memudahkan secret lepas dari perlengketan jalan napas .

3.      Kolaborasi dengan dokter pemberian obat kortikostiroid.Rasional : kortikosteroid berguna pada keterlibatan luas dengan hipoksemia dan menurunkan reaksi inflamasi akibat edema mukosa dan dinding bronkus.

      Diagnosa 2Pola  napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan energy/kelelahan di tandai dengan sesak napas, takipnea, orthopnea, tarikan interkostal/penggunaan otot napas tambahan untuk bernapas, napas pendek, napas pursed-lip.

      Tujuan: Pola nafas kembali efektif setelah di lakukan tindakan keperawatan selama … x 24

      Kriteri Hasil :1.      pernapasan klien normal (16-20x/menit) tanpa adanya penggunaan otot bantu napas.2.      Tidak terdapat suara nafas tambahan atau wheezing.3.      Status tanda vital dalam batas normal.4.      nadi 60 - 100x /menit5.      RR 16-20 x/mnt

Page 7: Askep Asma Bronchial

6.      Klien dapat mendemonstrasikan teknik distraksi pernapasan.

      Intervensi:  Mandiri :1.      Posisikan pasien untuk mengoptimalkan pernapasan ( posisi semi fowler)

Rasional : posisi semi fowler dapat memberikan kesempatan pada proses ekspirasi paru.2.      Pantau kecepatan, irama, kedalaman pernapasan dan usaha respirasi.

Rasional : Memantau pola pernafasan  harus dilakukan terutama  pada klien dengan gangguan pernafasan .

3.      Perhatikan pergerakan dada , amati kesimetrisan, penggunaan otot-otot bantu napas, serta retraksi otot supraklavikular dan interkostal.Rasional : melakukan pemeriksaan fisik pada paru dapat mengetahui kelainan yang terjadi pada klien .

4.      Auskultasi bunyi napas, perhatikan area penurunan / tidak adanya ventilasi dan adanya bunyi napas tambahan.Rasional : Adanya bunyi napas tambahan mengidentifikasikan  adanya  gangguan pada pernapasan.

5.      Pantau peningkatan kegelisahan, ansietas, dan tersengal-sengal.Rasional : Ansietas dapat memicu pola pernapasan seseorang.

6.      Anjurkan napas dalam melalui abdomen selama periode distress pernapasanRasional : Teknik distraksi dapat merileksasikan otot –otot pernapasan.

  Kolaborasi :1.      Kolaborasi dengan dokter pemberian bronkodilator.

Rasional : pemberian bronkodilator via inhalasi akan langsung menuju area bronkus yang mengalami spasme sehingga  lebih cepat berdilatasi.

      Diagnosa 3Gangguan Pertukaran gas berhubungan dengan kelelahan otot respiratory ditandai dengan dispnea, peningkatanPCO2, peningkatan penggunaan otot bantu napas

      Tujuan :Pertukaran gas kembali efektif setelah dilakukan tindakan keperawatan selama…x24 jam.

      Kriteria Hasil :1.      Klien dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi dalam pernapasan.2.      Frekuensi napas 16-20 x /menit dan tidak sesak napas3.      Frekuensi nadi 60-120 x /menit.4.      Kulit tidak pucat ( PaO2 kurang dari 50 mm Hg.PaCO2 lebih dari 50 mm Hg dan PH 7,35-7,40 )5.      Saturasi  oksigen dalam darah lebih dari 90%

      Intervensi:1.      Pantau status pernapasan tiap 4 jam,hasil GDA,intake dan output.

Rasional : untuk mengindenfikasi indikasi ke arah kemajuan atau penyimpangan dari hasil klien.2.      Tempatkan klien  pada posisi semi fowler

Rasional: posisi tegak memungkinkan ekspansi paru lebih baik.3.      Berikan pengobatan  yang telah ditentukan serta amati bila ada tanda-tanda toksisitas.

Rasional : pengobatan untuk mengembalikan kondisi bronchus seperti kondisi sebelumnya.4.      Tingkatkan aktifitas secara bertahap, jelaskan bahwa fungsi pernapasan akan meningkat dengan

aktivitas.

Page 8: Askep Asma Bronchial

Rasional : Mengoptimalkan fungsi paru sesuai dengan kemampuan aktivitas individu.  Kolaborasi:1.      Berikan terapi intravem sesuai anjuran (kolaborasi dengan dokter)

Rasional : Untuk memungkinkan dehidrasi yang cepat  dan tepat mengikuti keadaan vaskuler untuk pemberian obat-obat darurat.

2.      Berikan oksigen melalui kanula nasal 4 L/menit selanjutnya sesuaikan dengan hasil PaO2.Rasional : pemberian oksigen mengurangi beban otot-otot pernafasan.

      Diagnosa 4:ntoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen ditandai dengan kelelahan, dispnea, sianosis

      Tujuan :Dalam waktu …x24 jam setelah diberikan intervensi klien dapat melakukan aktivitas sesuai kebutuhan .

      Kriteria hasil :1.      Klien dapat beraktivitas sesuai kebutuhannya2.      Pernapasan klien normal (16-20 x/menit) dan tidak sesak napas3.      Frekuensi nadi 60-120 x /menit.4.      Klien dapat mendemonstrasikan teknik distraksi yang diajarkan

      Intervensi:1.      Jelaskan aktivitas dan factor ysng dapat meningkatkan kebutuhan oksigen

Rasional : merokok ,suhu ekstrem dan stress menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah dan meningkatkan beban jantung .

2.      Ajarkan progam relaksasiRasional : mempertahankan, memperbaiki  pola nafas teratur .

3.      Buat jadwal aktivitas harian ,tingkatkan secara bertahap.Rasional : mepertahankan pernapasan lambat dengan tetap memperhatikan latihan fisik memungkinkan peningkatan kemampuan otot bantu pernapasan

4.      Ajarkan teknik napas efektif.Rasional : meningkatkan  oksigenasi tanpa mengorbankan banyak energi .

5.      Pertahan kan terapi oksigen tambahan .Rasional : mempertahankan, memperbaiki dan meningkatkan konsentrasi oksigen darah.

6.      Kaji respon abnormal setelah aktivitas.Rasional : respon abnormal meliputi nadi , tekanan darah , dan pernafasan yang meningkat .

7.      Beri waktu istirahat yang cukup.Rasional :  meningkatkan daya tahan klien, mencegah kelelahan .

  Kolaborasi :1.      Kolaborasikan dengan fisioterapi untuk melakukan latihan /aktivitas harian sesuai jadwal.

Rasional: latihan/aktivitas harian memungkinkan kemampuan otot bantu nafas

Page 9: Askep Asma Bronchial

Daftar PustakaSomantri, Irman.2009. Asuhan Keperwatan Pada Klien Gangguan Sistem Pernafasan Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.Rab,Tabran.1996.Ilmu Penyakit Paru.Jakarta:Hipokrates.Muttaqin, Arif.2008. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Pernafasan.Jakarta: Salemba Medika.Crocket,Antony,1997. Penanganan Asma Dalam Keperawatan Primer. Jakrta:Hipokrates.Doengoes, Marilyn.dkk.2000. Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta: Buku kedokteran EGC.http://id.wikipedia.org/wiki/Medicafarma-Asma Brokiale.2008.Tambayong,Jan.2000.Patofisiologi untuk Keperawatan.Jakarta:EGC.