Upload
rizal-al-bary
View
556
Download
27
Embed Size (px)
Citation preview
KEPERAWATAN JIWA II
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DEPRESI
Kelompok 7 :
1. Akhmad Jefri Maulana (07600008)
2. Afro’ Rizqiyah (09600005)
3. Citra Pataha Y. (09600015)
4. Junaidi (09600031)
5. M. Syahrul Nizam (09600044)
6. Nur sehah (09600052)
7. Salman Farisi (09600062)
8. Yayuk Saidah (09600076)
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
2011/2012
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkah, rahmat, dan
hidayahnya saya dapat menyusun makalah yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN
DENGAN PASIEN DEPRESI ” untuk melengkapi tugas mata kuliah keperawatan JIWA II
Dengan selesainya makalah ini, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-
pihak yang membantu dalam penyelesaian makalah ini. Saya menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua
pihak demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
saya khususnya bagi para pembaca.
Surabaya, 1 april 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Depresi
2.2 Rentang respon emosional
2.3 Jenis – jenis tingkatan Depresi
2.4 Penyebab Depresi
2.5 Gejala – gejala Depresi
2.6 Dampak Depresi
2.7 Pencegahan Depresi
2.8 Faktor – faktor yang mempengaruhi terjadinya Depresi
2.9 Penatalaksanaan Depresi
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. (UU Kesehatan No. 23 th 1992 ).
Sedangkan kesehatan jiwa adalah suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik,
intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras
dengan keadaan orang lain (UU No. 3 th 1966 pasal 1 ).
Dengan melihat kedua definisi diatas dapat ditarik kesimpulan diantaranya mengenai jiwa
yang merupakan bagian integral dari bagian lainnya baik fisik, sosial maupun ekonomi. Dan
ketika seseorang dalam pertumbuhan dan perkembangannya tidak optimal baik fisik, intelektual
dan emosionalnya dalam keselarasan dengan orang lain maka dapat dikatakan bahwa individu
tersebut mengalami kelainan jiwa.
Dalam kenyataannya, ada individu yang mampu mencapai derajat kesehatan secara optimal
sehingga bisa selaras dan beradaptasi dengan lingkungannya. Namun terdapat pula individu yang
tidak mampu mencapai derajat kesehatan secara optimal dalam pertumbuhan dan
perkembangannya sehingga terjadilah konflik dalam dirinya dan dengan ketidakmampuannya
tersebut membawa dampak pada kelainan jiwa.
1.2 Rumusan Masalah
2.1 Pengertian Depresi
2.2 Rentang respon Emosional
2.3 Jenis – jenis tingkatan Depresi
2.4 Penyebab Depresi
2.5 Gejala – gejala Depresi
2.6 Dampak Depresi
2.7 Pencegahan Depresi
2.8 Faktor – faktor yang mempengaruhi terjadinya Depresi
2.9 Penatalaksanaan Depresi
1.3 Tujuan
3.1 Untuk Mengetahui pengertian dari Depresi
3.2 Untuk Mengetahui Rentang respon Emosional
3.3 Untuk Mengetahui Jenis – jenis tingkatan Depresi
3.4 Untuk Mengetahui Penyebab Depresi
3.5 Untuk Mengetahui Gejala – gejala Depresi
3.6 Untuk Mengetahui Dampak Depresi
3.7 Untuk Mengetahui Pencegahan Depresi
3.8 Untuk Mengetahui Faktor – faktor yang mempengaruhi terjadinya Depresi
3.9 Untuk Mengetahui Penatalaksanaan Depresi
BAB II
PEMBAHASAN
2 .1 PENGERTIAN DEPRESI
Depresi adalah suatu jenis gangguan alam perasaan atau emosi yang disertai komponen
psikologik : rasa susah,murung,sedih ,putus asa,dan tidak bahagia,serta komponen somatik :
anoreksia,konstipasi,kulit lembab,( rasa dingin ),tekanan darah dan denyut nadi menurun.
Depresi adalah salah satu gangguan jiwa pada alam perasaan ( afektif , mood ) ( teddy
hidayat ,2008).
Depresi merupakan alam perasaan yang berat dan dimanifestasikan dengan gangguan
fungsi sosial dan fungsi fisik yang hebat,lama dan menetap pada individu yang
bersangkutan .depresi merupakan reaksi yang normal bila berlangsung dalam waktu pendek
dengan adanya faktor pencetus yang jelas, lama dan dalamnya depresi sesuai dengan faktor
pencetusnya. Depresi merupakan gejal psikotik bila keluhan yang bersangkutan tidak sesuai lagi
dengan realita, tidak dapat menilai realita dan tidak dapat dimengerti oleh orang lain.
Depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai dengan kemurungan dan
kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sehingga hilangnya kegairahan hidup. (Hawari,
2001, hal.19)
Depresi adalah suatu mood sedih (disforia) yang berlangsung lebih dari empat minggu,
yang disertai prilaku seperti perubahan tidur, gangguan konsentrasi, iritabilitas, sangat cemas,
kurang bersemangat, sering menangis, waspada berlebihan, pesimis, merasa tidak berharga, dan
mengantisipasi kegagalan. (DSM-IV-TR,2000 dalam Videbeck, 2008, hal.388)
Depresi adalah suatu gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan sedih dan
berduka yang berlebihan dan berkepanjangan. (Purwaningsih, 2009, hal. 130)
Depresi adalah keadaan emosional yang ditunjukkan dengan kesedihan, berkecil hati,
perasaan bersalah,penurunan harga diri, ketidakberdayaan dan keputusasaan. (Isaacs, 2004, hal.
121)Dari keempat pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa depresi adalah gangguan alam
perasaan yang disertai oleh komponen psikologik dan komponen somatic yang terjadi akibat
kesedihan yang panjang.
2.2 Rentang respon emosional
Respon adaptif Respon maladaptive
Menurut Purwaningsih (2009) Reaksi Emosi dibagi menjadi dua yaitu:
1) Reaksi Emosi Adaptif
Merupakan reaksi emosi yang umum dari seseorang terhadap rangsangan yang diterima
dan berlangsung singkat. Ada 2 macam reaksi adaptif :
a) Respon emosi yang responsive
Keadaan individu yang terbuka dan sadar akan perasaannya. Pada rentang ini individu
dapat berpartisipasi dengan dunia eksternal dan internal.
b) Reaksi kehilangan yang wajar
Merupakan posisi rentang yang normal dialami oleh individu yang mengalami
kehilangan. Pada rentang ini individu menghadapi realita dari kehilangan dan mengalami
proses kehilangan, misalnya Bersedih, berhenti kegiatan sehari – hari, takut pada diri sendiri,
berlangsung tidak lama.
2) Reaksi Emosi Maladaptif
Merupakan reaksi emosi yang sudah merupakan gangguan, respon ini dapat dibagi 3
tingkatan yaitu :
a) Supresi
Tahap awal respon emosional maladaptive, individu menyangkal, menekan atau
menginternalisasi semua aspek perasaannya terhadap lingkungan.
b) Reaksi kehilangan yang memanjang
Supresi memanjang ® mengganggu fungsi kehidupan individu
Gejala : bermusuhan, sedih berlebih, rendah diri.
c) Mania/ Depesi
Merupakan respon emosional yang berat dan dapat dikenal melalui intensitas dan
pengaruhnya terhadap fisik individu dan fungsi social.
2.3 JENIS DAN TINGKATAN DEPRESI
Pembagian depresi dimaksudkan untuk mempermudah dalam mengambil tindakan
perawatan dan pengobatan. Ada tiga tingkatan dalam depresi antara lain :
Depresi Sesaat
Depresi sesaat terjadi karena kita bereaksi terhadap keadaan yang teradi, misalnya path
hati. Depresi ini terbilang tingkat ringan karena kemudian bisa hilang begitu kondisi tak
menyenangkan dilalui. Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk mengatasi depresi ini,
karena jika kita menemukan sesuatu yang baru maka depresi ini akan hilang dengan sendirinya
Depresi Neurotik
Penyembuhan depresi ini memakan waktu bertahun dan lebih sering ditemukan di antara
orang-orang yang tidak menikah, pengguna narkoba dan alkoholik. Dari sana menunjukkan
bahwa kasus depresi bisa terjadi pada orang segala usia. Tidak hanya orang dewasa tetapi juga
pada orang yang sangat tua maupun anak
Depresi Berat
Pada orang yang terkena gangguan depresi neurotik, sekitar 40 persen menjadi depresi
berat. Tingkat depresi berat itu adalah yang paling parah karena sebagian menjadi gila dan
mendapat perawatan rumah sakit. Biasanya kerja mulai terganggu atau tidak bisa bekerja.
Sedangkan depresi neurotik, biasanya diri sendiri merasa terganggu tetapi dari luar belum
kentara terganggu kualitasnya. Terganggu pada pekerjaan tetapi masih bisa berjalan. Pada
tingkatan depresi berat penderita harus selalu mendapatkan perawatan yang intensif baik dari
segi medis maupun melalui psikiater.
2.4 PENYEBAB DEPRESI
Pada intinya, depresi merupakan suatu kondisi di mana alam perasaan seseorang itu turun
ke posisi yang terendah. Sekalipun penyebab persis depresi tidak diketahui, tetapi bisa diduga
faktor-faktor yang mendukung terjadinya depresi
Macam-macam penyebab depresi :
1. Mengalami kekecewaan yang berat dalam hidupnya
2. Tidak berhasil mencapai suatu keinginan
3. Kehilangan orang yang paling dicintai
4. Tuntutan terhadap anak
5. Pertengkaran hebat antar pasangan
6. Derita penyakit berkepanjangan
7. Masalah keuangan
8. Persaingan karier
9. Rendahnya harga diri
10. Kesulitan menjalin hubungan dengan pasangan dan relasi
11. Gangguan hormonal
Sebab-sebab depresi di atas merupakan penyebab depresi yang terjadi karena hubungan
soial penderita. Beberapa obat yang dipakai untuk mengobati HIV dapat menyebabkan atau
memperburuk depresi, terutama efavirenz. Ada beberapa penyakit misalnya anemia atau diabetes
yang dapat menyebabkan gejala serupa dengan depresi, begitu juga dengan penggunaan narkoba
atau alkohol, serta testosteron, vitamin B6 atau vitamin B12 yang rendah
2.5GEJALA DEPRESI
Pasien depresif tidak selalu mengeluh adanya sedih. Mereka mungkin mudah tersinggung
dan banyak keluhan fisik. Gejala deperesi berbeda-beda tergantung pada pasien yang
bersangkutan. Kebanyakan dokter mencurigai depresi bila pasien melaporkan bahwa dia merasa
sedih atau kehilangan gairah untuk kegiatan sehari-hari. Kemungkinan kita mengalami depresi
bila perasaan ini tetap berlanjut selama dua minggu atau lebih.
Sebelum kita menjelajah lebih jauh untuk mengenali gejala depresi, ada baiknya jika kita
mengenal apakah artinya gejala. Gejala merupakan sekumpulan peristiwa, perilaku atau perasaan
yang sering (namun tidak selalu) muncul pada waktu bersamaan. Gejala depresi merupakan
kumpulan dari perilaku dan perasaan yang secara spesifik dan mempengaruhi fisik maupun
psikis seseorang, serta dapat dikelompokkan sebagai depresi . Namun yang perlu diingat, setiap
orang mempunyai perbedaan yang mendasar, yang memungkinkan suatu peristiwa atau perilaku
dihadapi secara berbeda dan memunculkan reaksi yang berbeda antara satu orang dengan yang
lain. Individu yang terkena depresi pada umumnya menunjukkan gejala psikis, gejala fisik dan
sosial yang khas, seperti murung, sedih berkepanjangan, sensitif, mudah marah dan tersinggung,
hilang semangat kerja, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya konsentrasi dan menurunnya daya
tahan. Gejala-gejala depresi dapat dikelompokkan menjadi tiga gejala yaitu gejala dari segi fisik,
psikis, dan sosial. Untuk lebih jelasnya, kita lihat uraian di bawah ini
GEJALA FISIK
Menurut para ahli, gejala depresi yang kelihatan secara fisik mempunyai rentangan dan
variasi yang luas sesuai dengan berat ringannya depresi yang dialami. Namun secara garis besar
ada beberapa gejala fisik umum yang mudah untuk dideteksi. Gejala-gejala tersebut antara lain :
1. Gangguan pola tidur, baik mengalami kesulitan untuk tidur, terlalu sedikit maupun terlalu
banyak
2. Perubahan perilaku, pada umumnya, orang yang mengalami depresi menunjukkan
perilaku yang pasif, suka pada kegiatan yang tidak melibatkan orang lain seperti nonton
TV, makan, tidur
3. Aktivitas menurun, dan mudah capek. Orang yang terkena depresi akan kehilangan
sebagian atau seluruh motivasi kerjanya. Sebabnya, ia tidak lagi bisa menikmati dan
merasakan kepuasan atas apa yang dilakukannya. Ia sudah kehilangan minat dan motivasi
untuk melakukan kegiatan seperti semula. Oleh karena itu, keharusan untuk tetap
beraktifitas membuat penderita semakin kehilangan energi karena energi yang ada sudah
banyak terpakai untuk mempertahankan diri agar tetap dapat berfungsi seperti biasanya.
Penderita mudah sekali lelah, capek padahal belum melakukan aktifitas yang berarti
4. Semangat kerja menurun, tidak konsentrasi terhadap pekerjaan. Penyebabnya jelas orang
yang terkena depresi akan sulit memfokuskan perhatian atau pikiran pada suatu hal, atau
pekerjaan. Sehingga, mereka juga akan sulit memfokuskan energi pada hal-hal prioritas.
Kebanyakan yang dilakukan justru hal-hal yang tidak efesien dan tidak berguna, seperti
misalnya ngemil, melamun, merokok terus-menerus, sering menelepon yang tidak perlu.
Yang jelas, orang yang terkena depresi akan terlihat dari metode kerjanya kurang
terstruktur, sistematika kerjanya jadi kacau atau kerjanya jadi lamban
5. Nafsu makan berkurang dan kehilangan berat badan
GEJALA PSIKIS
gejala psikis adalah segala sesuatu yang menyangkut emosi dan tingkah laku seseorang,
seseorang yang mengalami depresi akan mengalami perubahan tingkah laku dan watak yang
mencolok sekali. Berikut adalah gejala-gejala psikis yang dapat dialami oleh para penderita
depresi
1. Kehilangan rasa percaya diri. Penyebabnya, orang yang mengalami depresi cenderung
memandang segala sesuatu dari sisi negatif, termasuk menilai diri sendiri. Pasti mereka
senang sekali membandingkan dirinya dengan orang lain. Orang lain dinilai lebih sukses,
pandai, beruntung, kaya, lebih berpendidikan, lebih berpengalaman, lebih diperhatikan
oleh atasan, dan pikiran negatif lainnya
2. Sensitif. Orang yang mengalami depresi senang sekali mengkaitkan segala sesuatu
dengan dirinya. Perasaannya sensitif sekali, sehingga sering peristiwa yang netral
dipandang dari sudut pandang yang berbeda oleh penderita, bahkan disalahartikan.
Akibatnya, mereka penderita mudah marah, mudah tersinggung, perasa, curiga akan
maksud orang lain (yang sebenarnya tidak ada apa-apa), mudah sedih, murung, dan lebih
suka menyendiri
3. Merasa diri tidak berguna. Perasaan tidak berguna ini muncul karena mereka merasa
menjadi orang yang gagal terutama di bidang atau lingkungan yang seharusnya penderita
kuasai. Misalnya, seorang manajer mengalami depresi karena ia dimutasikan ke bagian
lain. Dalam persepsinya, permutasian itu disebabkan ketidakmampuannya dalam bekerja
dan pimpinan menilai dirinya tidak cukup memberikan kontribusi sesuai dengan yang
diharapkan.
4. Perasaan bersalah. Perasaan bersalah kadang timbul dalam pemikiran orang yang
mengalami depresi. Mereka memandang suatu kejadian yang menimpa dirinya sebagai
suatu hukuman atau akibat dari kegagalan mereka melaksanakan tanggung jawab yang
seharusnya dikerjakan. Banyak pula yang merasa dirinya menjadi beban bagi orang lain
dan menyalahkan diri mereka atas situasi tersebutr.
5. Perasaan terbebani. Banyak orang menyalahkan orang lain atas kesusahan yang
dialaminya. Mereka merasa terbeban berat karena merasa terlalu dibebani tanggung
jawab yang berat.
GEJALA SOSIAL
Masalah depresi yang berawal dari diri sendiri pada akhirnya mempengaruhi lingkungan
dan pekerjaan (atau aktivitas rutin lainnya). Lingkungan tentu akan bereaksi terhadap perilaku
orang yang depresi tersebut yang pada umunya negatif (mudah marah, tersinggung, menyendiri,
sensitif, mudah letih, mudah sakit). Problem sosial yang terjadi biasanya berkisar pada masalah
interaksi dengan rekan kerja, atasan atau bawahan. Masalah ini tidak hanya berbentuk konflik,
namun masalah lainnya juga seperti perasaan minder, malu, cemas jika berada di antara
kelompok dan merasa tidak nyaman untuk berkomunikasi secara normal. Mereka merasa tidak
mampu untuk bersikap terbuka dan secara aktif menjalin hubungan dengan lingkungan sekalipun
ada kesempatan.
Menurut dr. Hubertus gejala depresi dibagi menjadi 2 yaitu :
Gejala Major Depression :
1. Gelisah dan sedih
2. Pesimis
3. Tak berguna, tidak percaya diri
4. kehilangan minat pada aktivitas yang menyenangkan termasuk seks
5. tak bersemangat dan lamban
6. sulit konsentrasi
7. sulit mengambil keputusan putus asa
8. sulit tidur atau terlalu banyak tidur
9. putus asa
10. kehilangan selerea makan atau makan jadi berlebihan
11. berpikir tentang atau ingin bunuh diri
12. mudah tersinggung
13. merasa sakit kepala atau penyakit lain tak bisa sembuh seketika
Gejala Maniac-Depressive Illnes :
1. Gembira berlebihan dan tidak normal
2. Mudah tersinggung yang tidak lazim
3. Kebutuhan tidur menurun drastis
4. Bicara muluk tentang dirinya
5. Bicara berlebihan
6. Hasrat seksual meningkat pesat
7. Perilaku sosial menyimpang
8. Sulit berpikir jernih
2.6 DAMPAK DEPRESI
Depresi tidak hanya menyerang psikis seseorang, tetapi juga dapat menimbulkan efek-
efek lain bagi tubuh yang secara langsung dapat mengganggu aktifitas dan kesehatan penderita.
Efek paling berat paling dirasakan pada orang yang mengalami depresi berat, karena pada
tingkatan depresi ini sebagian besar harus mendapatkan perawatan di rumah sakit jiwa.
Lingkungan rumah sakit maupun efek obat untuk terapi tentu akan berpengaruh secara langsung
terhadap fisik pasien depresi di rumah sakit. Ada berbagai macam dampak depresi dari yang
paling ringan hingga yang sangat berat bahkan menimbulkan kematian.
Dampak-dampak tersebut antara lain :
1. Depresi biasanya akan disertai dengan penyakit fisik, seperti asma, jantung koroner,
sakit kepala dan maag
2. Menurut seorang ahli yang juga penulis buku, yaitu Philip Rice, depesi akan
meningkatkan resiko seseorang terserang penyakit karena kondisi depresi cenderung
meningkatkan sirkulasi adrenalin dan kortisol sehingga menurunkan tingkat kekebalan
tubuhnya. Jika sistem kekebalan tubuh menjadi lemah maka penyakit akan mudah untuk
menyerang penderita depresi
3. Penyakit mudah hinggap karena orang yang terkena depresi sering kehilangan nafsu
makan, kebiasaan makannya jadi berubah (terlalu banyak makan atau sulit makan),
kurang berolah raga, mudah lelah dan sulit tidur
4. Selain penurunan daya tahan tubuh, depresi dipandang berbahaya bagi kesehatan psikis
dan fisik karena bisa menyebabkan penurunan fungsi kognitif, emosi dan produktifitas
dalam pekerjaan.
5. Dampak depresi tidak hanya akan mempengaruhi diri sendiri penderita tersebut tapi juga
akan berdampak bagi “lingkungan” sekitarnya. Yang dimaksud dengan lingkungan di
sini adalah orang lain di sekitar penderita. Seperti halnya jika kita terserang flu, maka
seluruh tubuh kita merasa lemas dan tidak enak . bukan hanya itu, orang lain yang ada
disekitar kita juga berpotensi untuk tertular oleh penyakit flu kita.
6. Ada pula dimana depresi tidak menyebabkan penyakit, tetapi justru penyakit yang tak
kunjung sembuh yang akhirnya menyebabka depresi sehingga akan memperparah
penyakit tersebut. Contoh kasus adalah depresi yang dialami penderita kanker, asma,
sakit punggung yang biasanya berlangsung bertahun-tahun
2.7 Pencegahan Depresi
Depresi memang dapat diobati namun depresi juga dapat dicegah, ingat mencegah
lebih baik daripada mengobati. Berikut adalah cara mencegah depresi :
a) Usahakan untuk selalu punya seseorang yang dekat untuk bercurah hati. Jangan pernah
untuk menyimpan sendiri beban hidup kita. Karena hal ini dapat memperburuk depresi
yang sdah dialami mapun dapat mengakibatkan depresi
b) Berpartisipasi dalam suatu kegiatan yang dapat membuat diri lebih baik, hal ini dapat
mengalihkan perhatian kita terhadap masalah yang sedang kita hadapi. Ingat kita bkan
lari dari masalah tetapi labih cenderung menyegarkn pikiran kita sehingga kita lebih siap
untuk menghadapinya lagi nanti.
c) Berpikir realistis, jangan terlalu menghayal dan berimajinasi. Hilangkan kata
“seandainya saya…” dalam hidup kita
d) Melakukan olahraga, aktif dalam kelompok agama dan sosial, kegiatan tersebut
membuat kita lebih jarang melamun
e) Mengubah suasana hati, Usahakan untuk selalu membuat suasan hati kita gembira
karena hal tersebut dapat menghindarkan diri dari menyalahkan diri sendiri
f) Jangan banyak berpengharapan
g) Berpikir positif
h) Lapang hati dan sabar dalam mengadapi segala cobaan hidup dapat menjauhkan diri kita
dari depresi
2.8 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA DEPRESI
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi seseorang lebih berisiko terkena depresi,
faktor tersebut antara lain :
Jenis Kelamin
Pada pengamatan yang hampir universal, terlepas dari kultur negara, terdapat prevalensi
gangguan depresi berat yang dua kali lebih besar pada wanita dibandingkan laki-laki. Walaupun
alasn adanya perbedaan tersebut tidak diketahui, penelitian telah jelas menunjukkan bahwa
perbedaan di dalam masyarakat barat tidak semata-mata karena praktek diagnostik yang secara
sosial mengalami bias(sinopsis psikiatri halm 779)
Usia
Rata-rata usia onset untuk gangguan depresif berat adalah kira-kira 40 tahun, 50 persen
dari semua pasien mempunyai onset antara usia 20 dan 30 tahun. Gangguan depresif berat juga
mungkin memiliki onset selama masa anak-anak atau pada lanjut usia, walaupun hal tersebut
jarang terjadi. Beberapa data epidemiologis baru-baru ini menyatakan bahwa insidensi gangguan
depresif berat mungkin meningkat pada orang-orang yang berusia kurang dari 20 tahun. Karena
pada usia tersebut masalah hidup lebih berat Jika pengamatan tersebut benar, hal tersebut
mungkin berhubungan dengan meningkatnya penggunaan alkohol dan zat lain pada kelompok
usia tersebut.
Status Perkawinan
Pada umumnya, gangguan depresif berat terjadi paling sering pada orang yang tidak
memiliki hubungan interpersonal yang erat atau yang bercerai atau berpisah. Hal ini mungkin
karena penderita tidak mempunyai tempat maupun orang untuk menceritakan atau berbagi
masalah yang dialami dalam kehidupannya
Pertimbangan Sosioekonomi dan Kultural
Tidak ditemukan adanya korelasi antara status sosioekonomi dan gangguan depresif
berat. Depresi mungkin lebih sering di daerah pedesaan daripada di daerah perkotaan. Untuk
depresi sesaat ekonomi sangat berpengaruhmisalnya kenaikan harga BBM dapat menyebabkan
depresi, karena hal tersebut sangat memberatkan apalagi untuk golongan ekonomi ke bawah.
Tetapi depresi ini akan hilang dengan sendirinya dalam jangk waktu tertentu. Dalam kasus ini
jika harga BBM kembali turun maka depresi tersebut akan hilang.
2.9 PENATALAKSANAAN DEPRESI
Menurut (Tomb, 2003, hal.61)
Semua pasien depresi harus mendapatkan psikoterapi, dan beberapa memerlukan tambahan
terapi fisik. Kebutuhan terapi khusus bergantung pada diagnosis, berat penyakit, umur pasien,
respon terhadap terapi sebelumnya.
1) Terapi Psikologik
Psikoterapi suportif selalu diindikasikan. Berikan kehangatan, empati, pengertian dan
optimistic. Bantu pasien mengidentifikasi dan mengekspresikan hal – hal yang membuatnya
prihatin dan melontarkannya. Identifikasi factor pencetus dan bantulah untuk mengoreksinya.
Bantulah memecahkan problem eksternal (misal, pekerjaan, menyewa rumah), arahkan pasien
terutama selama periode akut dan bila pasien tidak aktif bergerak. Latih pasien untuk mengenal
tanda – tanda dekompensasi yang akan dating. Temui pasien sesering mungkin (mula – mula 1 –
3 kali per minggu) dan secara teratur, tetapi jangan sampai tidak berakhir atau untuk selamanya.
Kenalilah bahwa beberapa pasien depresi dapat memprovokasi kemarahan anda (melalui
kemarahan, hostilitas, dan tuntutan yang tak masuk akal, dll.). psikoterapi berorientasi tilikan
jangka panjang, dapat berguna pada pasien depresi minor kronis tertentu dan beberapa pasien
dengan depresi mayor yang mengalami remisi tetapi mempunyai konflik.
Terapi Kognitif – Perilaku dapat sangat bermanfaat pada pasien depresi sedang dan ringan.
Diyakini oleh sebagian orang sebagai “ketidakberdayaan yang dipelajari”, depresi diterapi
dengan memberikan pasien latihan keterampilan dan memberikan pengalaman – pengalaman
sukses. Dari perspektif kognitif, pasien dilatih untuk mengenal dan menghilangkan pikiran –
pikiran negative dan harapan – harapan negative. Terapi ini mencegah kekambuhan.
Deprivasi tidur parsial (bangun mulai di pertengahan malam dan tetap terjaga sampai malam
berikutnya), dapat membantu mengurangi gejala – gejala depresi mayor buat sementara. Latihan
fisik (berlari, berenang) dapat memperbaiki depresi, dengan mekanisme biologis yang belum
dimengerti dengan baik.
2) Terapi Fisik
Semua depresi mayor dan depresi kronis atau depresi minor yang tidak membaik
membutuhkan antidepresan (70 – 80 % pasien berespon terhadap antidepresan), meskipun yang
mencetuskan jelas terlihat atau dapat diidentifikasi. Mulailah dengan SSRI atau salah satu
antidepresan terbaru. Apabila tidak berhasil, pertimbangkan antidepresan trisiklik, atau MAOI
(terutama pada depresi “atipikal”) atau kombinasi beberapa obat yang efektif bila obat pertama
tidak berhasil. Waspadalah terhadap efek samping dan bahwa antidepresan “dapat” mencetuskan
episode manik pada beberapa pasien bipolar (10 % dengan TCA, dengan SSRI lebih rendah,
tetapi semua koonsep tentang “presipitasi manic” masih diperdebatkan). Setelah semuh dari
episode depresi pertama, obat dipertahankan untuk beberapa bulan, kemudian diturunkan,
meskipun demikian pada beberapa pasien setelah satu atau lebih kekambuhan, membutuhkan
obat rumatan untuk periode panjang. Antidepresan saja (tunggal) tidak dapat mengobati depresi
psikosis unipolar.
Litium efektif dalam membuat remisi gangguan bipolar, mania dan mungkin bermanfaat
dalam pengobatan depresi bipolar akut dan beberapa depresi unipolar. Obat ini cukup efektif
pada bipolar serta untuk mempertahankan remisi dan begitu pula pada pasien unipolar.
Antikonvulsan tampaknya juga sama baik dengan litium untuk mengobati kondisi akut, meskipun
kurang efektif untuk rumatan. Antidepresan dan litium dapat dimulai secara bersama – sama dan
litium diteruskan setelah remisi. Psikotik, paranoid atau pasien sangat agitasi membutuhkan
antipsikotik, tunggal atau bersama – sama dengan antidepresan, litium atau ECT – antidepresan
antipikal yang baru saja terlihat efektif.
ECT mungkin merupakan terapi terpilih :
a) Bila obat tidak berhasil setelah satu atau lebih dari 6 minggu pengobatan,
b) Bila kondisi pasien menuntut remisi segera (misal, bunuh diri yang akut),
c) Pada beberapa depresi psikotik,
d) Pada pasien yang tidak dapat mentoleransi obat (misal pasien tua yang berpenyakit
jantung). Lebih dari 90 % pasien memberikan respons.
Terapi Obat
Depresi dapat diobati dengan antidepresanObat untuk depresi, namun anti depresan dapat
berinteraksi dengan ARV. Anti depresan harus dipakai dalam pengawsan dokter yang
mengetahui mengenai ARV yang kita pakai. Ritonavir FOOt NOTE dan indinavir paling sering
beriteraksi dengan antidepresan.
Antidepresan yang paling sering dipakai dalam mengobati depresi adalah
SSRIFOOTNOTE. Efek samping obat golongan ini dapat menyebabkn kehilangan nafsu seks,
kehilangan nafsu makan, sakit kepala, insomnia (sulit tidur), kelelahan, mual, diare, dan
kegelisahan
Obat dari golongan trisiklik menyebabkan lebih banyak efek samping daripada SSRI.
Obat dari golongan ini dapat menyebabkan sedasi FOOTNOTE, sembelit, dan denyut jantung
tidak teratur.
Pengobatan depresi ringan dapat disesuaikan dengan gejala-gejala yang timbul. Misalnya
susah tidur dan kehilangan nafsu makan dapat diberikan obat penambah nafsu makan atau obat
tidur.
Terapi antidepresi yang pasti adalah dengan obat atau kejang listrik (ECT) membutuhkan
beberapa minggu atau lebih lama. Informasi penting untuk menentukan tindakan pengobatan
adalah : apakah pasien psikotik?, apakah pasien telah minum obat atau alkohol?, adakah
gangguan medik yang ditemukan?. Jika kita telah mengetahui masing-masing informasi tentang
hal diatas, maka tindakan pengobatan selanjutnya akan lebih aman, mengingat antidepresan
sangat mudah bereaksi dengan obat lain.
Berikut ini adalah terapi obat dengan antidepresan :
1. Bila pasien mengidap gangguan organik, dapat diatasi dengan benzodiazepine seperti
lorazem (ativan) 1-2 mg per oral atau 1M, alprazolam (xanax) 0,5-1 mg per oral, atau
oksazepam (serax) 10-30 mg per oral, semua diberikan tiap 4 jam dan seperlunya
2. Bila gejala psikotik timbul, benzodiazepine dapat digunkan, tetapi antipsikotika perlu
dipertimbangkan. Contuh haloperidol (haldol) 2-5 mg per oral atau 1M, flufenazin
(prolixin, anatensol) 2-5 mg per oral atau 1M, atau tiotiksen (navane) 2-5 mg per oral
atau 1M. semua diberikan tiap 4 jam seperlunya.
LAPORAN PENDAHULUAN
I . MASALAH UTAMA
Gangguan alam perasaan: depresi dengan resiko bunuh diri.
II. PROSES TERJADINYA MASALAH
Depresi adalah suatu jenis alam perasaan atau emosi yang disertai komponen psikologik :
rasa susah, murung, sedih, putus asa dan tidak bahagia, serta komponen somatik: anoreksia,
konstipasi, kulit lembab (rasa dingin), tekanan darah dan denyut nadi sedikit menurun.
Depresi disebabkan oleh banyak faktor antara lain : faktor heriditer dan genetik, faktor
konstitusi, faktor kepribadian pramorbid, faktor fisik, faktor psikobiologi, faktor neurologik,
faktor biokimia dalam tubuh, faktor keseimbangan elektrolit dan sebagainya.
Depresi biasanya dicetuskan oleh trauma fisik seperti bunuh diri, penyakit infeksi,
pembedahan, kecelakaan, persalinan dan sebagainya, serta faktor psikik seperti kehilangan kasih
sayang atau harga diri dan akibat kerja keras.
Depresi merupakan reaksi yang normal bila berlangsung dalam waktu yang pendek
dengan adanya faktor pencetus yang jelas, lama dan dalamnya depresi sesuai dengan faktor
pencetusnya. Depresi merupakan gejala psikotik bila keluhan yang bersangkutan tidak sesuai lagi
dengan realitas, tidak dapat menilai realitas dan tidak dapat dimengerti oleh orang lain.
III. A. POHON MASALAH
Kasus
Klien Tn. D 45 th, datang ke emergensi dengan keluhan merasa dirinya sudah tidak berguna lagi,
tidak berarti, tidak ada tuhuan hidup, putus asa dan cenderung ingin bunuh diri. Klien mudah
tersinggung dan ketidakmampuan untuk konsentrasi, anoreksia, konstipasi, tensidan nadi
menurun, ekspresi wajah murung, sukar tidur dan sering menangis. Menurut psikolog klien
memiliki corak kepribadian klien depresif. Perawat menyusun diagnosa keperawatan dan
memberi terapi rekreasi audiovisual.
MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI
1. Gangguan alam perasaan: depresi
a) Data subyektif:
Tidak mampu mengutarakan pendapat dan malas berbicara.Sering
mengemukakan keluhan somatik. Merasa dirinya sudah tidak berguna lagi, tidak berarti,
tidak ada tujuan hidup, merasa putus asa dan cenderung bunuh diri.
b) Data obyektif:
Gerakan tubuh yang terhambat, tubuh yang melengkung dan bila duduk dengan
sikap yang merosot, ekspresi wajah murung, gaya jalan yang lambat dengan langkah
yang diseret.Kadang-kadang dapat terjadi stupor. Pasien tampak malas, lelah, tidak ada
nafsu makan, sukar tidur dan sering menangis.Proses berpikir terlambat, seolah-olah
pikirannya kosong, konsentrasi terganggu, tidak mempunyai minat, tidak dapat berpikir,
tidak mempunyai daya khayal Pada pasien psikosa depresif terdapat perasaan bersalah
yang mendalam, tidak masuk akal (irasional), waham dosa, depersonalisasi dan
halusinasi.Kadang-kadang pasien suka menunjukkan sikap bermusuhan (hostility),
mudah tersinggung (irritable) dan tidak suka diganggu.
2. Koping maladaptif
DS : menyatakan putus asa dan tak berdaya, tidak bahagia, tak ada harapan.
DO : nampak sedih, mudah marah, gelisah, tidak dapat mengontrol impuls.
IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko mencederai diri berhubungan dengan depresi.
2. Gangguan alam perasaan: depresi berhubungan dengan koping maladaptif.
V. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
a. Tujuan umum: Klien tidak mencederai diri.
b. Tujuan khusus
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan:
1. Perkenalkan diri dengan klien
2. Lakukan interaksi dengan pasien sesering mungkin dengan sikap empati
3. Dengarkan pemyataan pasien dengan sikap sabar empati dan lebih banyak memakai
bahasa non verbal. Misalnya: memberikan sentuhan, anggukan.
4. Perhatikan pembicaraan pasien serta beri respons sesuai dengan keinginannya
5. Bicara dengan nada suara yang rendah, jelas, singkat, sederhana dan mudah
dimengerti
6. Terima pasien apa adanya tanpa membandingkan dengan orang lain.
2. Klien dapat menggunakan koping adaptif
Tindakan:
1. Beri dorongan untuk mengungkapkan perasaannya dan mengatakan bahwa perawat
memahami apa yang dirasakan pasien.
2. Tanyakan kepada pasien cara yang biasa dilakukan mengatasi perasaan
sedih/menyakitkan
3. Diskusikan dengan pasien manfaat dari koping yang biasa digunakan
4. Bersama pasien mencari berbagai alternatif koping.
5. Beri dorongan kepada pasien untuk memilih koping yang paling tepat dan dapat diterima
6. Beri dorongan kepada pasien untuk mencoba koping yang telah dipilih
7. Anjurkan pasien untuk mencoba alternatif lain dalam menyelesaikan masalah.
3. Klien terlindung dari perilaku mencederai diri
Tindakan:
1. Pantau dengan seksama resiko bunuh diri/melukai diri sendiri.
2. Jauhkan dan simpan alat-alat yang dapat digunakan olch pasien untuk mencederai
dirinya/orang lain, ditempat yang aman dan terkunci.
3. Jauhkan bahan alat yang membahayakan pasien.
4. Awasi dan tempatkan pasien di ruang yang mudah dipantau oleh peramat/petugas.
4. Klien dapat meningkatkan harga diri
Tindakan:
1. Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi keputusasaannya.
2. Kaji dan kerahkan sumber-sumber internal individu.
3. Bantu mengidentifikasi sumber-sumber harapan (misal: hubungan antar
sesama,keyakinan, hal-hal untuk diselesaikan).
5. Klien dapat menggunakan dukungan social
Tindakan:
1. Kaji dan manfaatkan sumber-sumber ekstemal individu (orang-orang terdekat, tim
pelayanan kesehatan, kelompok pendukung, agama yang dianut).
2. Kaji sistem pendukung keyakinan (nilai, pengalaman masa lalu, aktivitas
keagamaan, kepercayaan agama).
3. Lakukan rujukan sesuai indikasi (misal : konseling pemuka agama).
6. Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat
Tindakan:
1. Diskusikan tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efek samping minum obat).
2. Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar pasien, obat, dosis, cara,
waktu).
3. Anjurkan membicarakan efek dan efek samping yang dirasakan.
4. Beri reinforcement positif bila menggunakan obat dengan benar.
BAB II
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Depresi merupakan gangguan psikis yang dapat menurunkan alam kesadaran seseorang,
sehingga seseorang yang terkena depresi akan terganggu aktifitasnya. Ada banyak pengertian
tentang arti depresi, Depresi adalah penyakit suasana hati. Penyakit dari sekitar kesedihan atau
duka cita. “Depresi adalah gangguan mood, kondisi emosional berkepanjangan yang mewarnai
seluruh proses mental (berpikir, berperasaan dan berperilaku) seseorang. Pada umumnya mood
yang secara dominan muncul adalah perasaan tidak berdaya dan kehilangan harapan”. Depresi
merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia baik fungsi psikis mupun fungsi fisik, yang
berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada
pola tidur dan nafsu makan, psikomotorik, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan
tak berdaya, serta gagasan bunuh diri.(ilmu kedokteran jiwa darurat halm 227) Depresi tidak
hanya menggambarkan suasana hati, tetapi juga meliputi perubahan dalam pemikiran, perilaku,
dan biologis kita. Jika hal tersebut dibiarkan maka akan sangat berbahaya karena akan
mempengaruhi keseimbangan hubungan diri kita dengan lingkungan. Depresi dapat menurunkan
fungsi kognitif, emosi dan produktifitas pada individu.
3.2 Saran
Dalam melakukan tindakan keperwatan jiwa kepada pasien yang akan melakukan
terapi kejang listrik kita sebagai seorang perawat harus dapat melakukan secara benar dalam
arti keilmuannya untuk praktik keperawatan harus dilakukan oleh perawat professional dan
berkompeten.
DAFTAR PUSTAKA
http://fitra-ilmukeperawatan.blogspot.com/2010/11/terapi-kejang-listrik.html
Dalami, Ermawati dkk. 2009. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa.
Jakarta : Trans Info Media
Maramis, W.F. 1994. Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga University Press
Baihaqi, MIF. 2007. Psikiatri. Bandung : PT Refika Aditama