Upload
operator-warnet-vast-raha
View
1.971
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
Tugas :KGD
OLEH
KELOMPOK V:
Samniah
Edi Sihrun
Zainal
Waode Asmi
La Sari
Suherman
Nyoman Sudiarjane
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulilllah kami hatarkan Kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat limpahan Rahmat dan Hidayahnya yang diberikan kepada kami sehingga dapat
merampungkan tulisan ataupun makalah yang menjadi tugas individu
Makalah ini merupakan salah satu tugas pada mata kuliah “KMB” yang dipercayakan
kepada kelompok kami yang pada dasarnya mengulas tentang “gangguan sistem berbicara
(afasia dan parau)”, .kami menyadari bahwa dengan keterbatasan kemampuan dan
pengetahuan yang kamimiliki, materi ulasan yang kami sajikan masih jauh dari
kesempuranaan dalam hal ini masih sangat sederhana sehingga tentunya tak akan luput dari
kesalahan dan kehilafan. Oleh karena itu, kami menghargai segala bentuk masukan dan kritik
dari rekan-rekan ataupun pihak lain untuk lebih membangun dan menyegarkan wawasan
yang lebih bijaksana di tengah-tengah perkembangan ilmu pengetahuan yang kompetitif Dan
semoga makalah ini dapat bermanfaat sebagaimana yang kami harapkan.
Raha, september 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................ i
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................. 1
C. Tujuan ................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................... 2
A. Konsep Penyakit ................................................................................... 2
1. Pengertian ........................................................................................ 2
2. Etiologi ............................................................................................ 2
3. Patofisilogi ...................................................................................... 2
4. Manifestasi klinis ............................................................................ 2
5. Komplikasi ...................................................................................... 2
6. Penata laksanan................................................................................ 2
B. Konsep Asuhan Keperawatan ............................................................... 4
1. Pengkajian Keperawatan ................................................................. 4
2. Diagnose Keperawatan .................................................................... 5
3. Rencana Tindakan ........................................................................... 6
4. Implementasi ................................................................................... 7
BAB III PENUTUP ............................................................................................ 10
A. Kesimpulan ........................................................................................... 10
B. Saran ...................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam berbahasa tercakup berbagai kemampuan yaitu, bicara spontan,
komprehensi, menamai, repetisi (mengulang), membaca dan menulis. Bahasa
merupakan instrument dasar bagi komunikasi pada manusia dan merupakan dasar dan
tulang punggung bagi kemampuan kognitif. Bila terdapat defisit pada sistem
berbahasa, penilaian faktor kognitif seperti memori verbal. Interpretasi pepatah dan
berhitung lisan menjadi sulit dan mungkin tidak dapat dilakukan. Kemampuan
berkomunikasi dengan menggunakan bahasa sangat penting. Bila terdapat gangguan
hal ini akan mengakibatkan hambatan yang berarti bagi pasien.
Gangguan berbahasa tidak mudah di deteksi dengan pemeriksaan yang
tergesa-gesa. Pemeriksaan perlu meningkatkan pengetahuan menganai pola gangguan
berbahasa.
B. Rumusan Masalah
- Apa definisi dari Afasia dan Parau ?
- Sebutkan etiologi dari Afasia dan Parau ?
- Bagaimana masnifestasi klinis dari Afasia dan Parau ?
- Bagaimana penatalaksanaan untuk Afasia dan Parau ?
- Sebutkan pemeriksaan penunjang untuk Afasia!
- Bagaimana asuhan keperawatan untuk Afasia dan parau?
C. Tujuan
- Untuk mengetahui definisi dari Afasia ?
- Untuk mengetahui etiologi dari Afasia!
- Untuk mengetahui masnifestasi klinis dari Afasia ?
- Untuk mengetahui penatalaksanaan untuk Afasia ?
- Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang untuk Afasia!
- Untuk mengetahui asuhan keperawatan untuk Afasia ?
BAB II
PEMBAHASAN
1. AFASIA1.1 Pengertian
Afasia merupakan sejenis penyakit yang disebabkan oleh kerusakan saraf otak
dengan itu akan melumpuhkan kemampuan seseorang untuk berkomunikasi
Afasiamerupakan gangguan bahasa. Dalam hal ini pasien menunjukan gangguan dalam memproduksi/memahami bahasa. Defek dasar pada afasia ialah pemrosesan bahasa tingkat intregatif yang lebih tinggi. Gangguan artikulasi dan praksis munkin ada sebagian gejala yang menyertai.Afasia adalah gangguan berbahasa akibat gangguan serbrovaskuler hemisfer domain, trauma kepala atau proses penyakit. Terdapat beberapa tipe afasia. Biasa di golongkan sesuai lokasi lesi. Semua penderita afasia memperlihatkan keterbatasan dalam pemahama, membaca, ekspresi verbal, dan menulis dalam deraja berbeda-beda.
1.2 etiologi
afasia biasanya berarti hilangnya kemampuan berbahasa setelah kerusakan otak. Kata afasia perkembangan (sering disebut disfesia) di gunakan bila anak mempunyai keterlambatan spesifik dalam memperoleh tidak sebandingnya dengan perkembangan kognitif umumnya. Strok, munculnya tumor di otak, dimensi dan penyakit lainya yang dapat mengakibatkan gangguan berbahasa.
Afasia biasanya disebabkan oleh kerusakan pada pusat bahasa otak dan juga bisa disebabkan oleh angin ahmar atau cedera fizikal, tergantung pada letak dan tahap cedera. Seseorang mungkin mampu berbicara akan tetapi tidak mampu untuk menulis atau sebaliknya ataupun memahami sesuatu yang lebih sulit dari yang dapat mereka hasilkan
1.3 PatofisiologiPada afasia ini yang terkena adalah himisfer dominan serebral karena adanya
deficit neuglogis, pada bagian otak terdapan serebral yang menjadi bagian yang paling besar dan menonjol yang terletak di pusat saraf yang mengatur proses penalaran ingatan.Pada serebral ini terdapat hemisfer kanan kiri. Substansi gresea terdapat pada bagian luar dinding serebrum bagian dalam yang keduanya saling berkaitan. Kroktes frontalis merupkan area sensorik reseptif yang memiliki peranan dalam proses ingatan tertentu. Pada lobus temporal terdapat korteks asosiasi pendengsrsn penting untuk memahami bahasa, dan lensi di daerah ini dapat mengakibatkan
peurunan kemampuan memahami serta mengetahui suatu bahasa serta mengulang kata-kata yang di dengarkan. Area ini oleh karena itu penyakit-penyakit tertentu dapat mengakibatkan afasia.
1.4 Manefestasi klinisGejala dan Gambaran kKlinik Afasia
Afasia global. Afasia global ialah bentuk afasia yang paling berat. Keadaan ini di tandai oleh tidak adanya lagi bahasa spontan atau berkurang sekali dan dan menjadi beberapa patah kata yang di ucapkan secara stereotip (itu-itu saja, berulang). Misalnya: ‘iiya, iya, iya”, atau “baaah, baaah, baaah. Komprehensi menghilang atau sangat terbatas, misalnya hanya mengenal namanya saja atau satu atau dua patah kata. Repetis (mengulang) juga sama berat penggunanya seperti bicara spontan. Membaca dan menulis juga terganggu berat.Afasia global di sebabkan oleh lesi luas yang merusak sebagian besar atau semua daerah bahasa. Penyebab lensi yang paling sering adalah okulasi arteri karotis interna atau arteri sebri media pada pangkalnya. Kemungkinan pulih ialah buruk . afasia global hampir selalu di sertai hemiparese atau hemiplagia yang menyebabkan invaliditas kronis yang parah.
Afasia broca, afasia ini sering kita lihat di klinik dan di tandai dengan bicara yang tidak lancar, dan disatria, serta tampak melakukan upaya bila berbicara. Pasien sering atau sering mengucapkan kata-benda dan kata-kerja. Bicaranya bergaya telegramatau tanpa tata-bahasa (tanpa grammer). Contohnya:” saya..........sembuh......rumah.......kontrol.......ya...kon...trol.” “priksa.....lagi.......makan ....banyak..”
Mengulang atau repitasi danmembaca kuat-kuat sama terganggunya seperti bberbicara spontan. Pemahaman audiktifdan pemahaman membaca tampaknya tidak terganggu, namun pemahaman kalimat dengan dengan berbahasa yang kompleks sering terganggu (misalnya memahami kalimat: “seandainya anda tidak berusaha untuk tidak gagal bagaimana rencana anda untuk maksut ini’).Ciri klinis aafasia broca: Bicara tidak lancar Tampak sulit memulai bicara Kalimatnya pendek (5 kata atau kurang perkalimat) Pengulangan (repetis) buruk Kemampuan menerima buruk Kesalahan parafisia Pemahaman lumayan (namun mengalami kesulitan memahami kalimat
yang sintaktis kompleks) Gramatika bahasa kurang, tidak kompleks Irama kalimat dan irama bicara terganggu
Memahami (naming) dapat menunjukan jawaban yang parafasik. Lesi yang menyebabkan afasia borca mencakup daerah brodman 44 dan sekitarnya. Lesi yang mengakibatkan afasia borca,biasanya melibatkan operkulum frontal (area brodmann 45 dan 46) dan masa alfa frontal dalam (tidak melibatkan korteks motoriks bawah dan masa allba parafentrikuler tengah), selain itu ada pasien dengan lesi dikorteks pori-rolandik, terutama daerah brodman 4, ada pula yang terganggu di daerah peri-rolandik dengan kerusakan masa alba yang ekstensif.
Ada pakar yang menyatakan bahwa bila kerusakan terjadihanya di area broca di kortek, tanpa melihatkan jaringan di sekitarnya,maka tidak akan terjadi afasia. Penderita afasia borca biasanya mengalami perubahan emosional. Seperti frustasi dan depresi.
Pemulihan terhadap berbahasa (prognosis)umumnya lebih baik daripada afasia global. Karena pemahaman realita baik, pasien lebih baik beradaptasi dengan keadaanya.
Afasia wernicke, pada kelainan ini pemahaman bahasa terganggu di klinik, pasien Afasia wernicke ditandai dengan ketidak mampuan memahami bahasalisan dan bila ia memnjawab iapun tidak mampu mengetahui jawabanya salah, ia tidak mampu kata yang di ucapkanya, apakah benar atau salah, maka terjadilah kalimat yang isinya kosong , berisi penafsiran dan neologisme, misalnya menjawab pertanyaan:bagaimana keadaan ibu sekarang ? pasien menjawab :”anal sayalalu sana sakit tanding tak berabir”.
Pengulangan (repetisi) terganggu berat. menamai (naming)umumnya parafasik. Membaca dan menulis juga terganggu berat.
Gambaran klinis Afasia wernicke:
Keluaran afasik yang lancar Panjang kalimat normal Artikulasi baik Prosodi baik Anomia (tidak dapat menamai) Parafesia fenomik dan semantik Komperhensif adiktif dan membaca buruk Repetisi terganggu Menulis lancar tapi isinya”kosong”
1.5 PenatalaksanaanDasar-dasar rehabilitasiBina wicara (specch theraphy) pada afasia di sadarkan pada :1. dimulai seawal munkin. Segera di berikan bila keadaan pasien sudah
memungkinkan pada fase akut penyakitnya pada fase akut penyakitnya.
2. Dikatakan bahwa bina wicara yang di berikan pada bulan pertama sejak mulai sakit mempunyai hasil yang paling baik.
3. Hindarkan penggunaan komunikasi non-linguistik (seperti isyarat)4. Program terapi yang di buat oleh terapis sangatindividual dan tergantung dari
latar belakang pendidikan, status sosial dan kebiasaaan pasien.5. Program terapi berlandaskan pada aperubahan motivasi pasien untuk mau
belajar (re-learning) bahasanya yang hilang .memberikan stimulasi supaya pasien memberikan tanggapan verbal. Stimuli dapat berupa verbal, tulisan ataupun taktil. Materi yang telah di kuasai pasien perludiulang-ulang (repatisi).
6. Terapi dapat di berikan secara pribadi dan di seling dengan terapi kelompok dengan pasien afasia yang lain.
1.6 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengumpulan data
- Integritas ego:
Gejala : - Sulit untuk mengepresikan dirinya
- Kecemasan keluarga
Tanda : - Perasaan malu
- Neurosensori
Gejala : - Sulit untuk mengungkapkan kata-kata
Tanda : - Lidah sulit dikeluarkan dan kaku untuk digerakkan
- Cara bicara yang lemah dan gemetar
- Interaksi sosial
Gejala : - Kesulitan dalam berkomunikasi
Tanda : - Menarik diri
- Penyuluhan/pembelajaran
Tanda : - Keluarga sering menanyakan tentang kondisi klien
Klasifikasi data
➢ Data subjektif
- Keluarga mengatakan klien sulit untuk mengepresikan dirinya
- Keluarga mengatakan cemas dengan keadaan klien
- Keluarga mengatakan klien sulit untuk mengungkapkan kata-kata
➢ Data objektif
- Nampak klien merasa malu
- Lidah sulit dikeluarkan dan kaku untuk digerakkan
- Cara bicara yang lemah dan gemetar
- Menarik diri
- Keluarga sering menanyakan tentang kondisi klien
1.7 Analisa data
Problem Etiologi Sympton
Gangguan
Komunikasi Verbal
Stroke
Suplay darah ke otak
terganggu
Penurunan fungsi pada
korteks serebri dan area
brodman
Motorik wicara terganggu
Gangguan komunikasi verbal
Ds:
- Keluarga mengatakan
klien kesulitan dalam
berkomunikasi
- Keluarga mengatakan
klien kesulitan dalam
mengungkapkan kata-kata
Do:
- Nampak cara bicara klien
lemah dan gemetar
- Nampak lidah klien sulit
dikeluarkan dan kaku
digerakkan
Gangguan harga diri Gangguan pada otot bicara
Kesulitan dalam
berkomunikasi
Gangguan harga diri
Ds:
- Keluarga mengatakan
klien sulit untuk
mengepresikan dirinya
Do:
- Nampak klien merasa
malu
- Nampak klien menarik
diri
Kurang terpajan informasi
Kurang pengetahuan
Ansietas
Ds:
- Keluarga mengatakan cemas
dengan keadaan klien
Do:
- Keluarga sering menanyakan
keadaan klien
1.8 Diagnosa keperawatan
➢ Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan fungsi pada korteks
serebri dan area brodman ditandai dengan:
Ds:
- Keluarga mengatakan klien kesulitan dalam berkomunikasi
- Keluarga mengatakan klien kesulitan dalam mengungkapkan kata-kata
Do:
- Nampak cara bicara klien lemah dan gemetar
- Nampak lidah klien sulit dikeluarkan dan kaku digerakkan
➢ Gangguan harga diri berhubungan dengan kesulitan dalam berkomunikasi ditandai
dengan:
Ds:
- Keluarga mengatakan klien sulit untuk mengekspresikan dirinya
Do:
- Nampak klien merasa malu
- Nampak klien menarik diri
➢ Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan ditandai dengan:
Ds:
- Keluarga mengatakan cemas dengan keadaan klien
Do:
- Keluarga sering menanyakan keadaan klien
Prioritas masalah
➢ Gangguan komunikasi verbal
➢ Gangguan citra diri
➢ Ansietas
1.9 Perencanaan
No
Dx
Rencana Tindakan
Tujuan Intervensi
1. Tupan: 1. Jelaskan efek angguan 1. Pengertian dapat
meningkatkan kepatuhan
Setelah diberikan tindakan
keperawatan selama 7
hari gangguan komunikasi
verbal teratasi
Tupen:
Setelah diberikan tindakan
keperawatan selama 4
hari gangguan
komunikasi verbal
membaik dengan kriteria:
- Klien mulai
berkomunikasi dengan
baik
- Klien mulai bisa
mengeluarkan kata-kata
bicara
2. Lakukan latihan untuk
memperbaiki variasi
suara
3. Lakukan latihan lidah
4. Jelaskan keuntungan
latihan perbaikan bicara
pada latihan perbaikan suara
2. Latihan ini
meningkatkan kejelasan
suara
3. Latihan ini menguatkan
lidah dan meningkatkan
rentan artikulasi
4. Latihan setiap hari
membantu memperbaiki
keberhasilan muscular
bicara dan meningkatkan
kecepatan volume dan
artikulasi
2. Tupan:
Setelah diberikan tindakan
keperawatan selama 6 hari
gangguan harga diri
teratasi
Tupen:
Setelah diberikan tindakan
keperawatan selama 3
hari harga diri klien
mulai membaik
dengan kriteria:
- Klien tidak malu lagi
1. Anjurkan klien untuk
mengepresikan
perasaanya
2. Beri dukungan terhadap
setiap perilaku yang
ditunjukkan oleh klien
3. Anjurkan keluarga klien
untuk meningkatkan
perhatian kepada klien
1. Dapat mengetahui
perasaan yang dirasakan
oleh klien sehingga
memudahkan dalam
perawatan
2. Dapat
meningkatkan minat
/partisipasi klien
dalam segala hal
termasuk dalam kegiatan
rehabilitasi
3. Dapat meningkatkan rasa
percaya diri, dan
mencegah terjadinya
- Klien mulai bisa
mengepresikan dirinya
perilaku merusak diri
3. Tupan:
Setelah diberikan tindakan
keperawatan selama 2
hari ansietas hilang
Tupen:
Setelah diberikan tindakan
keperawatan selama 1 hari
ansietas berkurang
dengan
kriteria:
- Kecemasan keluarga
berkurang
1. Observasi tingkat
kecemasan keluarga
2. Beri kesempatan pada
keluarga untuk
mendiskusikan
tentang penyakit
klien
3. Beri penjelasan tentang
penyakit klien pada
keluarga
1. Sebagai dasar untuk
menentukan rencana
tindakan selanjutnya
2. Membuat keluarga lebih
memahami tentang kondisi
klien
3. Menambah pengetahuan
keluarga, sehingga
mengurangi ansietas
2 PARAU
2.1 pengertian
suara parau merupakan gejala yang di sebabkan dari kelainan pita suara. Suara
paraumerupakan suara yang di gambarkan oleh penderita sebagai suara yang kasa,
atau suara yang susah keluar atau suara dengan nada rendah yang biasa atau
normal.
2.2 etiologi
penyebab suara parau bermacam-macam yang prinsipnya menimpa laring.
Penyebab iniberupa peradangan akibat invasi bakteri tumor (neoplasma), pralysis
otot laring, kelainan laring seperty sikartis akibat operasi. Suara parau dapat
diakibatkan operasi. Suara parau dapat juga di akibatkan oleh pemakaian suara
yang berlebihan dan sangat nyaring.
2.3 patofisiologis
suara parau terjadidi mana pertemuan kedua pita suara yang normal sewaktu
fonasi terganggu oleh adanya udema akibat peradangan laring. Saat akan
mengeluarkan suara, pita suara bergerak secara terpisah mengalami ketegangan.
Akibat proses peradangan tersebut pada laring maka terjadi lesi pada saraf . bila
hal ini tidak cepat di atasi maka pita suara akan menjadi lumpuh, dimana pita
suara menjauhi garis tengah sehingga menimbulkan celah di antara kedua pita
suara yang menyebabkan kompresi pitasuara yang tidak sehat.
2.4 Tanda dan gejala
Gejala awalnya dapat berupa batuk-batuk, sesak nafas di sertai dengan demam.
Kemudian suara menjadi parau bahkan bisa sampai tidak bersuara sama sekali,
dapat pula muncul gejala nyeri saat menelan
2.5 pemeriksaan penunjang
-pemeriksaan laboratorium
-radiologi
-patologi anomik
-laring di periksa menggunakan kaca laring
- pasien dianjurkan untuk istirahat
-pasien harus mengurangi bicara yang berlebihan
2.6 Konsep Asuhan Keperawatan
1. pengkajian
pengumpulan data
nyeri/kenyamanan
gejala : -sakit saat menelan
tanda : -meringis
-udema laring
-gelisah
-cemas
Pernapasan
Gejala : -sesak nafas
-batuk
Tanda : -frekuensi nafas meningkat
Metabolisme tubbuh
Gejala : -badan terasa panas
-banyak keringat
Tanda : -suhu tubuh meningkat
-keadaan umum lemah
Penyuluhan
Gejala : -tidak mematuhi proses penyakitnya
Tanda : -klien sering menanyakan penyakitnya
2. klasifikasi data
DataSubjektif:
- klien mengatakan sakit saay menelan
- klien mengatakan sesak nafas
- klien mengatakan batuk-batuk
- klien mengatakan badanya terasa panas
- klien mengatakan banyak berkeringat
Data Obyektif:
- klien nampak meringis
- tanpak udema laring
- klien tampak gelisah
- klien nampak cemas
- frekuensi nafas meningkat
- suhu tubuh meningkat
- keadaan umum lemah
- klien sering menanyakan penyakitnya
2.7 Analisis data
Sympton Etiologi Problem
Ds:
-klien mengeluh sesak
nafas
-klien mengeluh batuk-
batuk
Invasi bakteri
Peradangan pada laring
Pola nafas tidak efektif
Do:
-frekuensi nafas meningkat
Udema laring
Adanya sumbatan pada
laring
Dispneu
Pola nafas tidak efektif
Ds:
- klien mengeluh sakit saat
menelan
Do:
-klien nempak meringis
saat menelanmakanan
-terdapat udema pada
laring
Infaksi bakteri
Peradangan pada laring
Udema
Merangsang
mediatorkimia
mengeluarkan
pastoglandin
Lupus di hantarkan ke
pusat nyeri di thalamus
Korteks cebri
nyeri
Nyeri
Ds:
-klien mengeluh badanya
terasa panas
-klien mengeluh keringatnya
banyak yang keluar
Do:
-keadaan umum lemah
-suhu tubuh meningkat
-gelisah
Invasi bakteri
peradangan pada laring
merangsang susunan saraf
otonom di hipotalamus yang
mengatur suhu utbuh
hipertemia
Hipertermia
Ds:
-klien mengeluh cemas
dengan keadaanya
-klien mengatakan tidak
mengetahui
Kurang adanya informasi
Kurang pengetahuan
Stres psikologi
ansietas
Ansietas
2.8 diagnosakeperawatan
pola nafas tidak efektif berhubungan dengan sumbatan pada laring ditandai
dengan :
Ds:
- klien mengeluh sesak nafas
- klien mengeluh batuk-batuk
Do:
- frekuensi nafas meningkat
nyeri berhubungan dengan udema di tandai dengan:
Ds:
- klien mengeluh saatmenelan
Do:
- klien nampak meringis saat menelan
- terdapat udema pada laring
hipertemi berhubungan dengan peradangan pada laring di tandai dengan:
Ds:
- klien mengeluh badanya terasa panas
- klien mengeluh keringatnya banyak yang keluar
Do:
- keadaan lemah
- suhu tubuh meningkat
- gelisah
Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan dengan :
Ds:
- klien mengeluh dengan keadaanya
- klien tidak mengetahui tentang proses penyakitnya
Do:
- ekspresi wajah nampak tegang
- klien sering menanyakan tentang penyakitnya
prioritas masalah
- pola nafas tidak efektif
- nyeri
- hipertermi
- ansietas
2.9 Perencanaan
No
Dx
Rencana Tindakan
Tujuan Intervensi Rasional
1. Tupan:
Setelah diberikan tindakan
keperawatan selama 6
hari pola nafas kembali
1. observasi pola nafas
klien
2. atur posis klien
senyaman munkin
1. sebagai dasar
menentukan rencana
tindakan selanjutnya
2. dapatmeningkatkan
ekspresi paru dalam
Tupen:
Setelah diberikan tindakan
keperawatan selama 3
hari pola nafas berangsur
nenbaik dengan criteria :
- klien tidak mengeluh
sesak nafas
-klien tidakmengeluh batuk
3. beri O2 yang di
lembabkan
4. ciptakan lingkungan
yang nyaman
5. beri minun banyak pada
klien
menerima O2
sehingga mengurangi
sesak
3. O2 yang di
lembabkan dapat
mencegah iritasi
pada laring
4.dapat mengurangi
kepengapan sehingga
pernapasan lebih
baik
5. dapat melonggarkan
pernapasan
2. Tupan:
Setelah di berikan tindakan
keperawatan selama 4 hari
nyeri hilang
Tupen:
Setelah diberi tindakan
keperawatan selam 2 hari
nyeri berkurang dengan
criteria:
-klien tidak mengeluh nyeri
saat menelan makanan
1. beri makanan dalam
bentuk lunak atau cair
2. kolaborasi dalam
pemberian obat
analgetik
3. anjurkan klien untuk
makan-makanan dalam
bentuk padat atau keras
1. makanan lunak atau
cair dapat
mengurangi rasa
nyeri saat menelan
2. dapat menekan pusat
nyeri
3. makanan yang keras
dapat menambah rasa
nyeri saat menelan
3. Tupan:
Setelah diberikan tindakan
selama 4 hari hipertermi
1. Observasi tanda-tanda
vital
2. beri kompres hangat pada
1. Sebagai dasar untuk
menentukan rencana
tindakan selanjutnya
teratasi
Tupen:
Setelah tindakan keperawatan
selama 2 hari suhu badan
berangsung normal dengan
criterie:
-suhu badan normal
-keringat berkurang ansietas
hilang
Tupen:
Setelah di beri tindakan
keperawatan selama 2 hari
ansietas berkurang dengan
criteria:
-ekspresi wajah rileks
-klien suda paham dengan
proses penyakit yang di
deritanya
klien
3. kolaborasidalam
pemberian obat anti
piretik
2. dapat terjadi
kompensasi sehingga
dapatmenurunkan
panas tubuh
3. dapat menurunkan
panas tubuh dan
meningkatkan
penyembuhan klien
4. klien bisa lebih paham
tentang penyakitnya
BAB III
P E N U T U P
A. Kesimpulan
Afasia merupakan sejenis penyakit yang disebabkan oleh kerusakan saraf otak,
dengan itu akan melumpuhkan kemampuan seseorang untuk berkomunikasi.Afasia
biasanya disebabkan oleh kerusakan pada pusat bahasa otak dan juga bisa disebabkan
oleh angin ahmar atau cedera fizikal tergantung pada letak dan tahap cedera.
parau merupakan gejala yang di sebabkan dari kelainan pita suara. Suara
paraumerupakan suara yang di gambarkan oleh penderita sebagai suara yang kasa,
atau suara yang susah keluar atau suara dengan nada rendah yang biasa atau
normal.penyebab suara parau bermacam-macam yang prinsipnya menimpa laring.
Penyebab iniberupa peradangan akibat invasi bakteri tumor (neoplasma), pralysis otot
laring, kelainan laring seperty sikartis akibat operasi. Suara parau dapat diakibatkan
operasi. Suara parau dapat juga di akibatkan oleh pemakaian suara yang berlebihan
dan sangat nyaring.
B. Saran
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan, khususnya pada klien afasia dan
parau atau gangguan sistem bicara, hendaknya memperhatikan dengan seksama
masalah-masalah yang ada yang akan terjadi sehingga asuhan keperawatan akan
tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, E. Marilynn, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3, Penerbit Buku
Kedokteran, EGC Jakarta.
http://jhon-asuhan-keperawatan.blogspot.com/2012/09/afasia.htmlel: adventure1331
http://jhon-asuhan-keperawatan.blogspot.com/2012/09/parau.htmlel: adventure1331