13
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN KEGAGALAN PERNAPASAN PADA TORAKOTOMI AKIBAT HEMATOTORAK YANG DIPASANG VENTILATOR MEKANIK 1. Pengertian Hematotorak adalah adanya darah pada rongga pleura (Reksoprodjo S, 1995). Torakotomi adalah tindakan life saving untuk menhentikan kelainan yang terjadi karena pendarahan (Reksoprodjo, S, 1995). Gagal pernapasan akut (GPA) adalah tidak berfungsinay pernapsan pada derajad dimana pertukaran gas tidak adekuat untuk mempertahankan gas darah secar adekuat ( Hudak and Gallo, 1994). 2. Patofisiologi dikaitkan dengan perubahan kebutuhan dasar manusia. Kecelakaan Lalulintas Menyebabkan ruda paksa tumpul pada toraks dan abdoment. Diikuti dengan patah tulang tertutup. Trauma torak (Hematotorak) Trauma abdoment Patah tulang Pendarahan jaringan interstitium, Pecahnya usus sehingga terjadi pendarahan Terputusnya / hilangnya kontinuitas dari

Askep Respiratory Failure

Embed Size (px)

DESCRIPTION

askep

Citation preview

Page 1: Askep Respiratory Failure

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN KEGAGALAN PERNAPASAN PADA TORAKOTOMI

AKIBAT HEMATOTORAK YANG DIPASANG VENTILATOR MEKANIK

1. Pengertian

Hematotorak adalah adanya darah pada rongga pleura (Reksoprodjo S, 1995).

Torakotomi adalah tindakan life saving untuk menhentikan kelainan yang

terjadi karena pendarahan (Reksoprodjo, S, 1995).

Gagal pernapasan akut (GPA) adalah tidak berfungsinay pernapsan pada

derajad dimana pertukaran gas tidak adekuat untuk mempertahankan gas

darah secar adekuat ( Hudak and Gallo, 1994).

2. Patofisiologi dikaitkan dengan perubahan kebutuhan dasar manusia.

Kecelakaan Lalulintas

Menyebabkan ruda paksa tumpul pada toraks dan abdoment.

Diikuti dengan patah tulang tertutup.

Trauma torak

(Hematotorak)

Trauma abdoment Patah tulang

Pendarahan jaringan

interstitium, Pendarahan

Intra alviolar, kolaps

arteri dan kapiler, kapiler

kecil, hingga tahanan

periver pembuluh darah

paru naik , aliran darah

menurun.

HB turun, sesak napas

nyeri dada, pergerakan

napas pendek

Pecahnya usus sehingga

terjadi pendarahan

Vs : T , t , DN

4. Hipertermi

5. Resiko defisit volume

cairan

Nyeri tekanan +, defance

Terputusnya / hilangnya

kontinuitas dari struktur

tulang.

Nyeri gerak, deformitas,

krepitase.

Gerakan abnormal di

lokasi patah tulang

Page 2: Askep Respiratory Failure

1. Gangguan pertukaran

gas.

2. Pola pernapasan

tidak efektif

Kompensasi untuk

mengurangi nyeri pasien

berbaring dan takut

bergerak, takut ngantuk.

Reflek batuk menurun.

3. Pembersihan jalan

nafas tidak efektif.

muskular +, suara bising

usus -, kembung.

6. Gangguan rasa

nyaman (nyeri).

7. Gangguan pola

pernapasan.

8. Gangguan mobilitas

3. Data fokus

3.1 Aktifitas/istirahat : adanya sesak nafas

3.2 Sirkulasi : adanya takhikardia, frekuensi denyut nadi tidak teratur, tekanan darah

menurun, didapatkan adanya S3 atau S4 /irama gallop

3.3 Integritas : ketakutan dan gelisah

3.4 Makanan/cairan : adanya pemasangan infus IV line

3.5 Nyeri/kenyamanan : Nyeri dada unilateral, meningkat bila bernapas dan batuk,

wajah berkerut karena menahan nyeri

3.6 Pernapasan : takipnea, peningkatan kerja napas, retraksi interkostal, perkusi

pekak, palpasi gerakan dada tidak simetri (paradoksal).

Kulit pucat, sianosis, berkeringat

Penggunaan ventilator mekanik

3.7 Keamanan : riwayat trauma

3. Pemeriksaan diagnostik :

3.1 Sinar x dada menyatakan adanya akumulasi cairan

Page 3: Askep Respiratory Failure

3.2 Analisa gas darah : PaCO2 meningkat > 45, PaO2 menurun< 80, saturasi oksigen

menurun

3.3 Kadar Hb menurun < 10 gr %

3.4 Volume tidak menurun < 500 ml

3.5 Kapasital vital paru menurun

4. Prioritas keperawatan :

1. Meningkatkan ventilasi dan oksigenisasi secara adekuat

2. Mencegah komplikasi

3. Memberikan dukungan emosional kepada pasien dan keluarga

4. Memberikan informasi tentang proses penyakit dan kebutuhan pengobatan

5. Rencana keperawatan

5.1 Diagnosa keperawatan : pola pernapasan tidak efektif berhubungan dengan

gangguan rasio O2 dan CO2.

Data : perubahan frekuensi nafas, retraksi interkostal, penurunan vital kapasitas

paru, takipnea atau henti nafas bila ventilator dihentikan, sianosis, penurunan PO2

< 80, peningkatan CO2 > 45, peningkatan saturasi oksigen, gelisah

Tujuan keperawatan : Pola pernapasan efektif melalui ventilator tanpa adanya

penggunaan otot bantu pernapasan

Kriteria hasil : Saturasi oksigen normal, tidak ada hipoksia, kapasital vital normal,

tidak ada sianosis

Rencana tindakan :

1. Selidiki penyebab gagal pernapasan, rasional pemahaman tentang penyebab

kegagalan pernapasan penting untuk memberikan perawatan.

2. Observasi pola napas dan catat frekuensi pernapasan, jarak antara pernapasan

spontan dan napas ventilator, rasional pasien dengan pemasanagn ventilator

dapat mengalami hiperventilasi/hipoventilasi dan pasien berupaya

memperbaiki kekurangan oksigen dengan peningkatan pola pernapasan

sehingga frekuensi meningkat.

3. Auskultasi dada secara periodik, catat bila ada kelainan bunyi pernapasan.

Rasional : Memberikan informasi tentang adanya obsturksi jalan nafas,

perubahan simetrisitas dada menunjukkan tidak tepatnya letak selang

endotrakeal.

4. Jumlahkan pernapasan pasien selama 1 menit penuh dan bandingkan untuk

menyusun frekuensi yang diinginkan ventilator. Rasional : Pernapasan pasien

Page 4: Askep Respiratory Failure

cepat menimbulkan alkalosis respiratorik, sednagkan pernapasan pasien

lambat menimbulkan asidosis ( peningkatan PaCO2)

5. Kembangkan balon selang endotrakeal dengan tepat menggunakan tehnik

hambatan minimal, periksa pengembangan tiap 4 jam. Rasional : balon harus

tepat mengembang untuk meyakinkan ventilasi adekuat sesuai volume tidak

yang diinginkan

6. Periksa selang bila ada sumbatan/lipatan. Rasional lipatan selang menghambat

aliran volume udara adekuat. Adanya air memungkinkan tumbuhkan kuman

sehingga pencetus terjadinya kolonisasi kuman.

7. Periksa fungsi alarm ventilator. Rasional : ventilator mempunyai berbagai

alarm sehingga kelainan dini bisa terdeteksi misalnya adanya penurunan

tekanan gas, saturasi oksigen, rasio inspirasi dan ekspirasi dsb.

8. Bantu pasien dalm kontorl pernapasan bila penyapihan diupayakan. Rasional

melatih pasien untuk bernapas secara lambat denga cara nafas abdomen dan

penggunaan tehnik relaksasi sehingga fungsi pernapasan bisa maksimal.

9. Kolaborasi untuk pemeriksaan analisa gas darah sesuai pesanan. Rasional

untuk mengetahui keberhasilan pemberian bantuan napas.

10. Kaji volume tidal. Rasional untuk menentukan jumlah udara inspirasi dan

ekspirasi

11. Awasi rasio inspirasi den ekspirasi. Rasional : fase ekspirasi biasanya 2 kali

panjangnya dari kecepatan inspirasi.

5.2 Diagnosa keperawatan : tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan

adanya sekret pada jalan nafas akibat ketidakmampuan batuk efektif.

Data : Perubahan frekuensi nafas, sianosis, bunyi nafas tidak normal (stridor),

gelisah

Tujuan keperawatan : Pasien mampu mempertahankan jalan nafas bersih tanpa

ada kelainan bunyi pernapasan.

Kriteria hasil : Tidak ada stridor, frekuensi napas normal

Rencana keperawatan :

1. Observasi bunyi nafas. Rasional : obstruksi disebabkan adanya akumulasi

sekret, spasme bronkus, perlengketran muskosa, dan atau adanya masalah

terhadap endotrakeal.

2. Evaluasi gerakan dada. Rasional : gerakan dada simetris dengan bunyi nafas

menunjukkan letak selang tepat. Obstruksi jalan nafas bawah menghasilkan

perubahan bunyi nafas seperti ronkhi dan whezing.

Page 5: Askep Respiratory Failure

3. Catat bial ada sesak mendadak, bunyi alarm tekanan tinggi ventilator, adanya

sekret pada selang. Rasional : pasien dengan intubasi biasanya mengalami

reflek batuk tidak efektif.

4. Hisap lendir, batasi penghisapan 15 detik atau kurang, pilih kateter penghisap

yang tepat, isikan cairan garam faali bila diindikasikan. Gunakan oksigen 100

% bila ada. Rasional : penghisapan tidak harus ruitn, dan lamanya harus

dibatasi untuk mengurangi terjadinya hipoksia. Diamter kateter < diameter

endotrakel.

5. Lakukan fisioterapi dada sesuai indikasi. Rasional untuk meningkatkan

ventilasi pada semua segmen paru dan untuk drainage sekret.

6. Berikan bronkodilator sesuai pesanan. Rasional untuk meningkatkan ventilasi

dan mengencerkan sekret dengan cara relaksasi otot polos bronkus.

5.3 Diagnosa keperawatan : Resiko tinggi perubahan membran mukosa oral

berhubungan dengan tidak efektifnya bersihan oral.

Tujuan keperawatan : Pasien mampu menunjukkan kesehatan mukosa mulut

dengan tepat tanpa adanya tanda peradangan.

Kriteria hasil : Tanda peradangan mukosa mulut tidak ada, mulut bersih dan tidak

berbau.

Rencana tindakan :

1. Observasi secara rutin rongga mulut, gigi, gusi terhadap adanya luka atau

pendarahan. Rasional : identifikasi dini memberikan kesempatan untuk

pencegahan secara tepat.

2. Berikan perawatan mulut secara rutin. Rasional : Mencegah adanya luka

membran mukosa mulut dan menurunkan media pertumbuhan bakteri dan

meningkatkan kenyamanan.

3. Ubah posisi selang endotrakeal sesuai jadual. Rasional : menurunkan resiko

luka pada bibir dan membran mukosa mulut.

4. Berikan minyak bibir. Rasional: mempertahankan kelembaban dan mencegah

kekeringan.

5.4 Diagnosa keperawatan : perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan gangguan kemampuan mencerna.

Data : penurunan berat badan, tonus otot lemah, peradangan pada mulut, bunyi

usus lemah.

Tujuan keperawatan : Kebutuhan nutrisi cukup

Kriteria hasil : berat badan naik, albumin serum normal, tonus otot kuat

Rencana keperawatan :

Page 6: Askep Respiratory Failure

1. Evaluasi kemampuan makan. Rasional : pasien dengan selang endotrakeal

harus terpenuhi kebutuhan makannya melalui parenteral atau selang makan.

2. Observai penurunan kekuatan otot dan kehilangan lemak subkutan. Rasional :

penurunan jumlah komponen gizi mengakibatkan penurunan cadangan energi

pada otot dan dapat menurunkan fungsi otot pernapasan.

3. Timbang berat badan bila memungkinkan. Rasional untuk mengetahui bahwa

kehilangan berat badan 10 % merupakan abnormal.

4. Catat masukan oral bila memungkinkan

5. Berikan masukan cairan sedikitnya 2500 cc/ hari. Rasional : untuk mencegah

adanya dehidrasi.

6. Awasi pemeriksaan laboratorium : serum, glukosa, dan BUN/kreatinin.

Rasional : memberikan informasi tentang dukungan nutrisi adekuat atau tidak.

5.5 Diagnosa keperawatan : resiko terhadap infeksi berhubungan dengan penurunan

daya tahan tubuh.

Tujuan keperawatan : pasien menunjukkan tidak terdapat adanya tanda infeksi

selama perawatan.

Kriteria hasil : daya tahan tubuh meningkat, diff. Count normal, penurunan

monosyt tidak ada, lekosit normal : >10.000/mm

Rencana keperawatan :

1. Catat faktor resiko terjadinya infeksi. Rasional : faktor yang menyebabkan

adanya infeksi antara lain; malnutrisi, usia, intubasi, pemasangan ventilator

lama, tindakan invasif. Faktor ini harus dibatasi/diminimalkan.

2. Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan. Rasional untuk mengurangi

sekunder infeksi

3. Pertahankan hidrasi adekuat dan nutrisi. Rasional, membantu peningkatan

daya tahan tubuh.

4. Kolaborasi dengan pemberian antibitika sesuai pesanan. Rasional : untuk

membunuh dan mengurangi adanya kuman.

5.6 Diagnosa keperawatan : resiko tinggi disfungsi respons penyapihan ventilator

berhubungan dengan ketidak mampuan untuk penyapihan.

Tujuan perawatan : pasien mampu aktip untuk berpartisipasi dalam proses

penyapihan.

Kriteria hasil : tanga gagal nafas tidak ada

Rencana keperawatan :

1. Kaji faktor fisik dalam proses penyapihan : vital sign. Rasional : penyapihan

adalah kerja keras, peningkatan suhu indikasi peningkatan kebutuhan oksigen

Page 7: Askep Respiratory Failure

7 %, takikardia dan hipertensi menandai jantung kerja keras dalam bekerja

sehingga penyapihan tidak diperbolehkan, stres dalam penyapihan

mengurangi stamina sehingga daya tahan tubuh menurun.

2. Tentukan persipan psikologis. Rasional : penyapihan menimbulkan stress.

3. Jelaskan tehnik penyapihan. Rasional : membantu pasien untuk siap

mengadapi penyapihan.

4. Berikan periode istirahat tanpa gangguan. Rasional : memaksimalkan energi

untuk proses penyapihan.

5. Catat kemajuan pasien. Rasonal : untuk mengetahui perkembangan dalam

proses penyapihan.

6. Awasi respons terhadap aktivitas. Rasional : kebutuhan oksigen berlebih bila

aktifitas berlebih.

7. Kaji foto dada dan analisa gas darah. Rasional : saturasi oksigen harus

memuaskan dengan cek analisa gas darah, FIO2 < 40 %

Page 8: Askep Respiratory Failure

Daftar pustaka

Hudak and Gallo, (1994), Critical Care Nursing, A Holistic Approach, JB Lippincott

company, Philadelpia.

Marilynn E Doengoes, et all, alih bahasa Kariasa IM, (2000), Rencana Asuhan

Keperawatan, pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian

perawatan pasien, EGC, Jakarta.

Reksoprodjo Soelarto, (1995), Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, Binarupa Aksara,

Jakarta.

Suddarth Doris Smith, (1991), The lippincott Manual of Nursing Practice, fifth

edition, JB Lippincott Company, Philadelphia.

Page 9: Askep Respiratory Failure

Indikasi Ventilasi Mekanik:

Parameter Nilai Tindakan

Frekuensi pernapasan

Kapasitas vital

Tekanan inspirasi

Analisa gas darah :

Ph

PaCo2

PaO2

Auskultasi paru

Irama dan frekuensi jantung

Status mental

< 10 x/mt

16-20 x/mt

28-40 x/mt

< 10-20 ml

< 20 cm H2O

< 7.25

>50 mmHg

<50 mmHg

tidak ada bunyi

120 x/mt

delirium, somnolen

Evaluasi dan hilangkan etio.

Normal

Rencanakan ventilator

Lihat AGD

Evaluasi dan kombinasi

dengan peningkatan PaCO2

Evaluasi dikombinasi

dengan penurunan Ph

Evaluasi dikombinasi

dengan Ph dan PCO2

Beri oksigen 100 %

Monitor disritmia

Monitor kemungkinan

kejang hipoksia

Standar pengesetan ventilator :

1. Fraksi oksigen ( Fi O2) inspirasi 100 %

2. VT = 10-15 ml/KgBB

3. Frekuensi pernapasan = 10-15 x/menit

4. Aliran inspirasi = 40-60 l/dt

5. Sensitivitas = -2 cm H2O

6. Tekanan ekspirasi akhir positif ( TEAP) = 0-5 cm

Page 10: Askep Respiratory Failure

Pengesetan ditentukan oleh AGD

Jumlah oksigen yang diberikan dengan rumus : CJ x ( 1,34. Hb.SaO2 + 0,003 . PaO2)

Kriteria Penyapihan :

1. Kapasitas vital = 10-15 cc/Kg

2. VT = 4-5 cc/Kg

3. Ventilasi per menit = 6-10 liter

4. Kekuatan inspirasi = 20 cm H2O

5. GDA normal

6. Selang endotrakeal

7. ; di atas karina pada foto rongent, diameter 8,5 mm

8. Nutrisi 2000-2500 kal/hari

9. Kesiapan emosi baik

10. Tanda fisik stabil.

Indikator penyapihan :

Perbaikan penyebab kegagalan pernapasan, mempertahankan kekuatan otot, nutrisi

sesuai, persiapan psikologis.