36
Keperawatan Maternitas ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN SOLUSIO PLASENTA OLEH : KELOMPOK 6 (TINGKAT 2.1 Reguler) Ni Made Suparmi (P07120013011) I Dewa Gede Pranatha Wiguna (P07120013012)

ASKEP-SOLUSIO-PLASENTA(1)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

nice and edit

Citation preview

Keperawatan MaternitasASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN SOLUSIO PLASENTA

OLEH :KELOMPOK 6 (TINGKAT 2.1 Reguler)

Ni Made Suparmi(P07120013011)I Dewa Gede Pranatha Wiguna(P07120013012)

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASARJURUSAN KEPERAWATAN2015

KATA PENGANTARPuji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa , atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Solusio Plasenta ini dengan lancar. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen pengajar mata kuliah Keperawatan Maternitas.Makalah ini ditulis dari hasil data-data skunder yang penulis peroleh dari buku panduan serta informasi dari media masa yang berhubungan dengan Asuhan Keperawatan Solusio Plasenta. Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada pengajar mata kuliah Keperawatan Maternitas atas arahan dan bimbingan dalam penulisan makalah sederhana ini . Penulis berharap, dengan membaca makalah ini dapat memberi mamfaat bagi kita semua, khususnya bagi penulis. Makalah sederhana ini jauh dari sempurna. Maka penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk perbaikan menuju yang lebih baik. Sekian dan terimakasih.

Denpasar, 18 April 2015

Penulis

DAFTAR ISIKATA PENGANTARiiDAFTAR ISIiiiBAB I : PENDAHULUAN11.Latar Belakang12.Rumusan Masalah23.Pembelajaran2BAB II : PEMBAHASAN41.Konsep Dasar Penyakit4A.Pengertian4B.Etiologi4C.Klasifikasi6D.Epidemiologi7E.Patofisiologi8F.Manifestasi Klinis9H.Penatalaksanaan10I.Komplikasi112.Konsep Dasar Asuhan Keperawatan12A.Pengkajian12B.Diagnosa Keperawatan14C.Rencana Keperawatan14D.Implementasi19E.Evaluasi19BAB III : PENUTUP201.Kesimpulan202.Saran20DAFTAR PUSTAKA21

18

BAB IPENDAHULUAN

1. Latar Belakang Solusio plasenta atau disebut abruption placenta / ablasia placenta adalah separasi prematur plasenta dengan implantasi normalnya di uterus (korpus uteri) dalam masa kehamilan lebih dari 20 minggu dan sebelum janin lahir. Dalam plasenta terdapat banyak pembuluh darah yang memungkinkan pengantaran zat nutrisi dari ibu kejanin, jika plasenta ini terlepas dari implantasi normalnya dalam masa kehamilan maka akan mengakibatkan perdarahan yang hebat. Perdarahan pada solusio plasenta sebenarnya lebih berbahaya daripada plasenta previa oleh karena pada kejadian tertentu perdarahan yang tampak keluar melalui vagina hampir tidak ada / tidak sebanding dengan perdarahan yang berlangsung internal yang sangat banyak pemandangan yang menipu inilah yang sebenarnya yang membuat solusio plasenta lebih berbahaya karena dalam keadaan demikian seringkali perkiraan jumlah, darah yang telah keluar sukar diperhitungkan, padahal janin telah mati dan ibu berada dalam keadaan syok. Penyebab solusio plasenta tidak diketahui dengan pasti, tetapi pada kasus-kasus berat didapatkan korelasi dengan penyakit hipertensi vaskular menahun, 15,5% disertai pula oleh pre eklampsia. Faktor lain diduga turut berperan sebagai penyebab terjadinya solusio plasenta adalah tingginya tingkat paritas dan makin bertambahnya usia ibu. Gejala dan tanda solusio plasenta sangat beragam, sehingga sulit menegakkan diagnosisnya dengan cepat. Dari kasus solusio plasenta didiagnosis dengan persalinan prematur idopatik, sampai kemudian terjadi gawat janin, perdrhan hebat, kontraksi uterus yang hebat, hipertomi uterus yang menetap. Gejala-gejala ini dapat ditemukan sebagai gejala tunggal tetapi lebih sering berupa gejala kombinasi.Solusio plasenta merupakan penyakit kehamilan yang relatif umum dan dapat secara serius membahayakan keadaan ibu. Seorang ibu yang pernah mengalami solusio plasenta, mempunyai resiko yang lebih tinggi mengalami kekambuhan pada kehamilan berikutnya. Solusio plasenta juga cenderung menjadikan morbiditas dan bahkan mortabilitas pada janin dan bayi baru lahir.2. Rumusan Masalah1.1 Apa pengertian Solutio Plasenta?1.2 Apa saja etiologi Solutio Plasenta?1.3 Apa saja klasifikasi dari Solusio Plasenta?1.4 Bagaimana epidemiologi Solusio Plasenta?1.5 Bagaimana Patofisiologi Solusio Plasenta?1.6 Apa saja manifestasi klinis dari Solusio Plasenta?1.7 Apa saja pemeriksaan penunjang Solusio Plasenta?1.8 Bagaimana penatalaksanaan Solusio Plasenta?1.9 Apa saja komplikasi dari Solusio Plasenta?1.10 Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien Solusio Plasenta?3. Pembelajaran1.1 Untuk mengetahui pengertian Solutio Plasenta.1.2 Untuk mengetahui etiologi Solutio Plasenta.1.3 Untuk mengetahui klasifikasi dari Solusio Plasenta.1.4 Untuk mengetahui epidemiologi Solusio Plasenta.1.5 Untuk mengetahui patofisiologi Solusio Plasenta.1.6 Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Solusio Plasenta.1.7 Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang Solusio Plasenta.1.8 Untuk mengetahui penatalaksanaan Solusio Plasenta.1.9 Untuk mengetahui komplikasi dari Solusio Plasenta.1.10 Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien Solusio Plasenta.

BAB IIPEMBAHASAN

1. Konsep Dasar PenyakitA. Pengertian Solutio Plasenta adalah terlepasnya plasenta dengan implantasi normal sebelum waktunya pada kehamilan yang berusia diatas 28 minggu (Arief Mansjoer, 2001). Solutio Plasenta adalah suatu keadaan dalam kehamilan viable, dimana plasenta yang tempat implantasinya normal (pada fundus atau korpus uteri) terkelupas atau terlepas sebelum kala III. (Dr. Chrisdiono. M. Achadiat,SP.2003) Solusio Placenta adalah terlepasnya sebagian atau keseluruhan placenta dari implantasi normalnya (korpus uteri) sebelum janin lahir, dengan disertai perdarahan pervaginam pada usia kehamilan 20 minggu atau berat janin di atas 500 gram.B. EtiologiPenyebab primer solusio plasenta belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa faktor yang menjadi predisposisi :1) Faktor kardio-reno-vaskulerGlomerulonefritis kronik, hipertensi essensial, sindroma preeklamsia dan eklamsia dapat menyebabkan solution plasenta. Pada penelitian di Parkland, ditemukan bahwa terdapat hipertensi pada separuh kasus solusio plasenta berat, dan separuh dari wanita yang hipertensi tersebut mempunyai penyakit hipertensi kronik dan sisanya hipertensi yang disebabkan oleh kehamilan. Dapat terlihat solusio plasenta cenderung berhubungan dengan adanya hipertensi pada ibu.2) Faktor traumaTrauma yang dapat terjadi antara lain :a. Dekompresi uterus pada hidroamnion dan gemeli.b. Tarikan pada tali pusat yang pendek akibat pergerakan janin yang banyak/bebas, versi luar atau tindakan pertolongan persalinan.c. Trauma langsung, seperti terjatuh atau terkena tendangan.3) Faktor usia ibuDalam penelitian Prawirohardjo di RSUP NCM dilaporkan bahwa terjadinya peningkatan kejadian solusio plasenta sejalan dengan meningkatnya umur ibu. Hal ini dapat diterangkan karena makin tua umur ibu, makin tinggi frekuensi hipertensi menahun.4) Faktor penggunaan kokainPenggunaan kokain mengakibatkan peninggian tekanan darah dan peningkatan pelepasan katekolamin, yang mana bertanggung jawab atas terjadinya vasospasme pembuluh darah uterus dan dapat berakibat terlepasnya plasenta. Namun, hipotesis ini belum terbukti secara definitif. Angka kejadian solusio plasenta pada ibu-ibu penggunan kokain dilaporkan berkisar antara 13-35%.5) Faktor kebiasaan merokokIbu yang perokok juga merupakan penyebab peningkatan kasus solusio plasenta sampai dengan 25% pada ibu yang merokok 1 (satu) bungkus per hari. Ini dapat diterangkan pada ibu yang perokok plasenta menjadi tipis, diameter lebih luas dan beberapa abnormalitas pada mikrosirkulasinya.6) Riwayat solusio plasenta sebelumnyaHal yang sangat penting dan menentukan prognosis ibu dengan riwayat solusio plasenta adalah bahwa resiko berulangnya kejadian ini pada kehamilan berikutnya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ibu hamil lainnya yang tidak memiliki riwayat solusio plasenta sebelumnya.7) Pengaruh lain, seperti anemia, malnutrisi/defisiensi gizi, tekanan uterus pada vena cava inferior dikarenakan pembesaran ukuran uterus oleh adanya kehamilan.C. KlasifikasiMenurut derajat lepasnya plasenta, solusio plasenta diklasifikasikan menjadi:1) Solusio plasenta partsialisBila hanya sebagaian plasenta terlepas dari tepat pelekatnya.2) Solusio plasenta totalisBila seluruh plasenta sudah terlepas dari tempat pelekatnya.3) Prolapsus plasentaBila plasenta turun kebawah dan dapat teraba pada pemeriksaan dalam.Menurut derajatnya, solusio plasenta dibagi menjadi :1) Solusio plasenta ringanRuptur sinus marginalis atau terlepasnya sebagian kecil plasenta yang tidak berdarah banyak akan menyebabkan perdarahan pervaginan berwarna kehitaman dan sedikit. Perut terasa agak sakit atau terus menerus agak tegang. Bagian janin masih mudah diraba.2) Solusio plasenta sedangPlasenta telah terlepas lebih dari seperempat tanda dan gejala dapat timbul perlahan atau mendadak dengan gejala sakit terus menerus lalu perdarahan pervaginan. Dinding uterus teraba tegang terus menerus dan nyeri tekan sehingga bagian-bagian janin susah diraba serta bunyi jantung janin susah didengar. Walaupun perdarahan pervaginam dapat sedikit, tetapi perdarahan sebenarnya mungkin telah mencapai 1000 ml. Ibu mungkin telah jatuh ke dalam syok, demikian pula janinnya yang jika masih hidup mungkin telah berada dalam keadaan gawat3) Solusio plasenta beratPlasenta telah lepas dari dua pertiga permukaan disertai penderita shock. Terjadi sangat tiba-tiba. Biasanya ibu telah jatuh dalam keadaan shock dan janinnya telah meninggal. Uterus teraba sangat tegang seperti papan dan sangat nyeri. D. Epidemiologi Insiden solusio plasenta bervariasi antara 0,2-2,4 % dari seluruh kehamilan. Literatur lain menyebutkan insidennya 1 dalam 77-89 persalinan, dan bentuk solusio plasenta berat 1 dalam 500-750 persalinan. Slava dalam penelitiannya melaporkan insidensi solusio plasenta di dunia adalah 1% dari seluruh kehamilan. Di sini terlihat bahwa tidak ada angka pasti untuk insiden solusio plasenta, karena adanya perbedaan kriteria menegakkan diagnosisnya. Penelitian Cunningham di Parkland Memorial Hospital melaporkan 1 kasus dalam 500 persalinan. Tetapi sejalan dengan penurunan frekuensi ibu dengan paritas tinggi, terjadi pula penurunan kasus solusio plasenta menjadi 1 dalam 750 persalinan. Menurut hasil penelitian yang dilakukan Deering didapatkan 0,12% dari semua kejadian solusio plasenta di Amerika Serikat menjadi sebab kematian bayi. Penelitian retrospektif yang dilakukan oleh Ducloy di Swedia melaporkan dalam 894.619 kelahiran didapatkan 0,5% terjadi solusio plasenta. Menurut data yang diperoleh dari Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo (RSUPNCM) Jakarta didapat angka 2% atau 1 dalam 50 persalinan. Antara tahun 1968-1971 solusio plasenta terjadi pada kira-kira 2,1% dari seluruh persalinan, yang terdiri dari 14% solusio plasenta sedang dan 86% solusio plasenta berat. Solusio plasenta ringan jarang didiagnosis, mungkin karena penderita terlambat datang ke rumah sakit atau tanda-tanda dan gejalanya terlalu ringan sehingga tidak menarik perhatian penderita maupun dokternya. Sedangkan penelitian yang dilakukan Suryani di RSUD. DR. M. Djamil Padang dalam periode 2002-2004 dilaporkan terjadi 19 kasus solusio plasenta dalam 4867 persalinan (0,39%) atau 1 dalam 256 persalinan.E. Patofisiologi Terjadinya solusio plasenta dipicu oleh perdarahan ke dalam desidua basalis yang kemudian terbelah dan meningkatkan lapisan tipis yang melekat pada mometrium sehingga terbentuk hematoma desidual yang menyebabkan pelepasan, kompresi dan akhirnya penghancuran plasenta yang berdekatan dengan bagian tersebut. Ruptur pembuluh arteri spiralis desidua menyebabkan hematoma retro plasenta yang akan memutuskan lebih banyak pembuluh darah, hingga pelepasan plasenta makin luas dan mencapai tepi plasenta, karena uterus tetap berdistensi dengan adanya janin, uterus tidak mampu berkontraksi optimal untuk menekan pembuluh darah tersebut. Selanjutnya darah yang mengalir keluar dapat melepaskan selaput ketuban.PATHWAYTrauma

Perdarahan ke dalam desidualbasalis

Terbelah & meninggal lapisan tipis pada miometrium

Terbentuk hematoma desidual

Penghancuran plasenta

Ruptur pembuluh arteri spinalis desidua

Hematoma retroplasenta

Pelepasan plasenta lebih banyak

Uterus tidak mampu berkontraksi optimal

Darah mengalir keluar dapat melepaskan selaput ketuban

Syok hipovolemik

F. Manifestasi Klinis1. AnamnesisPerdarahan biasanya pada trimester ketiga, perdarahan pervaginan berwarna kehitam-hitaman yang sedikit sekali dan tanpa rasa nyeri sampai dengan yang disertai nyeri perut, uterus tegang perdarahan pervaginan yang banyak, syok dan kematian janin intra uterin.2. Pemeriksaan fisikTanda vital dapat normal sampai menunjukkan tanda syok.3. Pemeriksaan obstetriNyeri tekan uterus dan tegang, bagian-bagian janin yang sukar dinilai, denyut jantung janin sulit dinilai / tidak ada, air ketuban berwarna kemerahan karena tercampur darah.

G. Pemeriksaan Penunjang1. Pemeriksaan laboratorium darah : hemoglobin, hemotokrit, trombosit, waktu protombin, waktu pembekuan, waktu tromboplastin, parsial, kadar fibrinogen, dan elektrolit plasma.2. Cardiotokografi untuk menilai kesejahteraan janin.3. USG untuk menilai letak plasenta, usia gestasi dan keadaan janin.H. Penatalaksanaan1. Konservatif. Menunda pelahiran mungkin bermanfaat pada janin masih imatur serta bila solusio plasenta hanya berderajat ringan. Tidak adanya deselerasi tidak menjamin lingkungan intra uterine aman. Harus segera dilakukan langkahlangkah untuk memperbaiki hipovolemia, anemia dan hipoksia ibu sehingga fungsi plasenta yang masih berimplantasi dapat dipulihkan. Tokolisis harus di anggap kontra indikasi pada solusio plasenta yang nyata secara klinis.2. Aktif. Pelahiran janin secara cepat yang hidup hampir selalu berarti seksio caesaria. Seksio sesaria kadang membahayakan ibu karena ia mengalami hipovolemia berat dan koagulopati konsumtif. Apabila terlepasnya plasenta sedemikian parahnya sehingga menyebabkan janin meninggal lebih dianjurkan persalinan pervaginam kecuali apabila perdarahannya sedemikian deras sehingga tidak dapat di atasi bahkan dengan penggantian darah secara agresif atau terdapat penyulit obstetric yang menghalangi persalinan pervaginam.

I. Komplikasi1. Syok perdarahanPendarahan antepartum dan intrapartum pada solusio plasenta hampirtidak dapat dicegah, kecuali dengan menyelesaikan persalinan segera. Bilapersalinan telah diselesaikan, penderita belum bebas dari perdarahanpostpartum karena kontraksi uterus yang tidak kuat untuk menghentikan perdarahan pada kala III. Pada solusio plasenta beratkeadaan syok sering tidak sesuai dengan jumlah perdarahan yang terlihat 2. Gagal ginjalGagal ginjal merupakan komplikasi yang sering terjadi pada penderita solusio plasenta, pada dasarnyadisebabkan oleh keadaan hipovolemia karena perdarahan yang terjadi.Biasanya terjadi nekrosis tubuli ginjal yang mendadak, yang umumnya masih dapat ditolong dengan penanganan yang baik. 3. Kelainan pembekuan darahKelainan pembekuan darah biasanya disebabkan oleh hipofibrinogenemia. 4. Apoplexi uteroplacenta (Uterus couvelaire)Pada solusio plasenta yang berat terjadi perdarahan dalam otot-otot rahim dan di bawah perimetrium kadang-kadang juga dalam ligamentum latum. Perdarahan ini menyebabkan gangguan kontraktilitas uterus dan warna uterus berubah menjadi biruatau ungu yang biasa disebutUteruscouvelaire. 5. Komplikasi pada janin yang dapat diselamatkan, dapat terjadi komplikasi asfiksia, berat badan lahir rendah, dan sindrom gagal napas

2. Konsep Dasar Asuhan KeperawatanA. Pengkajiana. Identitas klien secara lengkapb. Keluhan utama1) Pasien mengatakan perdarahan yang disertai nyeri.2) Rahim keras seperti papan dan nyeri tekan karena isi rahim bertambah dengan dorongan yang berkumpul dibelakang plasenta, sehingga rahim tegang.3) Perdarahan yang berulang-ulang.c. Riwayat penyakit sekarangDarah terlihat merah kehitaman karena membentuk gumpalan darah, darah yang keluar sedikit banyak, terus menerus. Akibat dari perdarahan pasien lemas dan pucat. Sebelumnya biasanya pasien pernah mengalami hypertensi esensialis atau pre eklampsi, tali pusat pendek trauma, uterus yang sangat mengecil (hydroamnion gameli) dll.d. Riwayat penyakit masa laluKemungkinan pasien pernah menderita penyakit hipertensi / pre eklampsi, tali pusat pendek atau trauma uterus.e. Riwayat psikologisPasien cemas karena mengalami perdarahan disertai nyeri, serta tidak mengetahui asal dan penyebabnya.f. Pemeriksaan fisik1) Keadaan umuma) Kesadaran : composmetis s/d apatisb) Postur tubuh : biasanya gemukc) Raut wajah : biasanya pucat2) Tanda-tanda vitala) Tensi : normal sampai turun (syok) b) Nadi : normal sampai meningkat (> 90x/menit)c) Suhu : normal / meningkat (> 37o c)d) RR : normal / meningkat (> 24x/menit)3) Pemeriksaan cepalo caudala) Kepala : kulit kepala biasanya normal / tidak mudah mengelupas rambut biasanya rontok / tidak rontok.b) Muka : biasanya pucat, tidak oedema ada cloasmac) Hidung : biasanya ada pernafasan cuping hidungd) Mata : conjunctiva anemise) Dada : bentuk dada normal, RR meningkat, nafas cepat dan dangkalf) Abdomen :1. Inspeksi : perut besar (buncit), terlihat etrio pada area perut, terlihat linea alba dan ligra 2. Palpasi rahim keras, fundus uteri naik3. Auskultasi : tidak terdengar DJJ, tidak terdengar gerakan janin.g) GenetaliaHiperpregmentasi pada vagina, vagina berdarah / keluar darah yang merah kehitaman, terdapat farises pada kedua paha / femur.h) EkstimitasAkral dingin, tonus otot menurun.g. Pemeriksaan Penunjang1) Darah : Hb, hemotokrit, trombosit, fibrinogen, elektrolit.2) USG untuk mengetahui letak plasenta,usia gestasi, keadaan janin.3) Kardioktokgrafi : untuk mengetahui kesejahteraan janinB. Diagnosa Keperawatan1) Gangguan perfusi jaringan b.d. perdarahan ditandai dengan conjungtiva anemis, akral dingin, Hb turun, muka pucat, dan lemas. 2) Risiko tinggi terjadinya letal distress berhubungan dengan perfusi darah ke plasenta berkurang. 3) Nyeri akut b.d. kontraksi uterus ditandai terjadi distress/ pengerasan uterus, nyeri tekan uterus. 4) Cemas b.d. kurang terpapar informasi klien mengenai keadaan patologi yang dialaminya.5) Risiko terjadinya shock hemoragik b.d. perdarahan.C. Rencana KeperawatanNo.Diagnosa KeperawatanTujuan dan Kriteria HasilRencana KeperawatanRasional

1. Gangguan perfusi jaringan b.d. perdarahan ditandai dengan conjungtiva anemis, akral dingin, Hb turun, muka pucat, dan lemas.Setelah diberikan askep selama ...x24 jam, diharapkan perfusi jaringan pasien adekuat, dengan kriteria hasil :1. Conjunctiva tidak anemis2. Akral hangat3. Hb normal4. Muka tidak pucat, dan pasien tidak lemas. Monitor tanda tanda vitalTD, frekuensi nadi yang rendah, frekuensi RR dan suhu tubuh yang tinggi menunjukkan gangguan sirkulasi darah

Observasi tingkat pendarahan setiap 15-20 menitMengantisipasi terjadinya shock

Catat intake dan outputProduksi urin yang kurang dari 30 ml/jam menunjukkan penurunan fungsi ginjal

Kolaborasi dalam pemberian terapi infuse isotonikCairan infus isotonic dapat mengganti volume darah yang hilang akibat pendarahan

Kolaborasi dalam pemberian tranfusi darah apabila Hb rendahTranfusi darah dapat menggan volume darah yang hilang akibat pendarahan

2. Risiko tinggi terjadinya letal distress berhubungan dengan perfusi darah ke plasenta berkurang .Setelah diberikan askep selama ...x24 jam, diharapkan tidak terjadi fetal distress, dengan kriteria hasil:1. DJJ normal/terdengar2. Adanya pergerakan bayi3. Bayi lahir selamatJelaskan risiko terjadinya distress janin/kematian janin pada ibuMemberikan penjelasan mengenai risiko terjadinya distress janin pada klien membuat klien kooperatif pada setiap tindakan yang akan diberikan

Observasi perubahan frekuensi dan pola DJ janinPenurunan frekuensi plasenta mengurangi kadar oksigen janin sehingga menyebabkan perubahan frekuensi jantung janin

Berikan O2 10-12 liter dengan masker jika terjadi tanda-tanda fetal distress Meningkatkan supali oksigen janin

3.Nyeri akut b.d. kontraksi uterus ditandai terjadi distress/ pengerasan uterus, nyeri tekan uterus Setelah diberikan askep selama ...x24 jam, diharapkan klien dapat beradaptasi dengan nyeri yang dideritanya, dengan kriteria hasil :1. Klien dapat melakukan tindakan untuk mengurangi nyeri.2. Klien kooperatif dengan tindakan yang diberikanJelaskan penyebab nyeri pada klienMemberikan informasi mengani penyabab nyeri yang dideritanya akan membuat klien kooperatif dengantindakan yang akan diberikan

Ajarkan teknik relaksasi distraksi pernapasan Teknik relaksasi distraksi pernapasan dapat mendorong klien relaks dan memberikan klien cara mengatasi dan mengontrol tingkat nyeri

Berikan posisi yang nyaman (miring ke kiri / kanan)Posisi miring mencegah penekanan pada vena cava

Berikan teknik relaksasi massage pada perut dan punggungMeningkatkan relaksasi dan meningkatkan kooping dan kontrol klien terhadap nyeri

Libatkan suami dan keluarga dalam tindakan pengontrolan nyeriMelibatkan suami dan keluarga dapat memberikan dukungan mental kepada klien

Kolaborasi dalam pemberian obat analgetikObat analgetik dapat mengurangi nyeri yang dirasakan klien dengan memblok impuls nyeri

4.Cemas b.d. kurang terpapar informasi klien mengenai keadaan patologi yang dialaminyaSetelah diberikan askep selama ...x24 jam, diharapkan klien tidak cemas dan dapat mengerti tentang keadaannya, dengan kriteria hasil :1. Klien melaporkan cemas berkurang2. Klien tampak tenang dan tidak gelisahAnjurkan klilen untuk mengemukakan hal-hal yang dicemaskanMengungkapkan perasaan tentang hal-hal yang dicemaskan dapat mengurangi beban pikiran klien

Beri penjelasan tentang kondisi janinMengurangi kecemasan klien mengenai kondisi janinnya

Beri penjelasan tentang kondisi klienMengurangi kecemasan klien mengenai kondisinya

Anjurkan keluarga untuk mendampingi dan memberi dukungan kepada klienDukungan keluarga dapat memberikan rasa aman kepada klien dan mengurangi kecemasan klien

Anjurkan penggunaan/kontinuitas teknik pernapasan dan latihan relaksasi.Memberikan perasaan rileks sehingga dapat menurunkan kecemasan klien

5.Risiko terjadinya shock hemoragik b.d. perdarahan Setelah diberikan askep selama ...x24 jam, diharapkan shock hipovolemik tidak terjadi, dengan kriteria hasil :1. Perdarahan berkurang2. TTV normal3. Kesadaran komposmentisKaji pendarahan setiap 15-30 menitMengetahui adanya gejala syok sedini mungkin.

Oservasi TTV setiap 15 menit dan apabila TTV normal, observasi TTV dilakukan setiap 30 menitMengetahui kondisi klien dan untuk mengetahui adanya gejala syok sedini mungkin

Awasi adanya tanda-tanda syok, pucat, keringat dingin, dan kepala pusing.Mendeteksi adanya gejala syok sedini mungkin

Kolaborasi dalam pemberian terapi cairanMempertahankan volume cairan sehingga sirkulasi bisa adekuat

D. ImplementasiImplementasi dilaksanakan berdasarkan perencanaan ( intervensi ) keperawatan yang telah ditentukan sebelumnya.E. EvaluasiEvaluasi berdasarkan tujuan dan outcome.

BAB IIIPENUTUP1. KesimpulanSolusio Placenta adalah terlepasnya sebagian atau keseluruhan placenta dari implantasi normalnya (korpus uteri) sebelum janin lahir, dengan disertai perdarahan pervaginam pada usia kehamilan 20 minggu atau berat janin di atas 500 gram. Penyebab primer solusio plasenta belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa faktor yang menjadi predisposisi yaitu diantaranya faktor trauma, usia ibu, kebiasaan merokok, dan pengaruh lain seperti anemia. Klasifikasi solusio plasenta menurut derajatnya dapat dibagi menjadi tiga yaitu solusio plasenta ringan sedang, dan berat.Tanda dan gejala solusio plasenta diantaranya yaitu perdarahan pada trimester ketiga, perdarahan pervaginan berwarna kehitam-hitaman, uterus tegang perdarahan pervaginan yang banyak, syok dan kematian janin intra uterin serta nyeri tekan uterus dan tegang, denyut jantung janin sulit dinilai / tidak ada, air ketuban berwarna kemerahan karena tercampur darah.Komplikasi terparah dari solution plasenta dapat mengakibatkan syok dari perdarahan yang terjadi, keadaan seperti ini sangat berpengaruh pada keselamatan dari ibu dan janin. Penatalaksanaan dari solution plaseenta dapat dilakukan secara konservatif dan secara aktif. Masing-masing dari penatalaksaan tersebut mempunyai tujuan demi keselamatan baik bagi ibu, janin, ataupuun keduanya.2. Saran Diharapkan perawat serta tenaga kesehatan lainnya mampu memahami dan mendalami dari solution plasenta. Perawat serta tenaga kesehatan l;ainnya mampu meminimalkan factor risiko dari solution plasenta demi mempertahankan dan meningkatkan status derajat kesehatan ibu dan anak.DAFTAR PUSTAKA

Antara, Ngurah Jaya.2014.Laporan Pendahuluan pada pasien dengan Solusio Plasenta (online) (http://askepterkini.blogspot.com/2014/05/laporan-pendahuluan-pada-pasien-dengan.htmldiakses pda tanggal 18 April 2015)Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.Mansjoer Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius FKUI.Restanti, Titin.2014.Askep Solusio Plasenta(online) (http://titinrestantikaharu.blogspot.com/2014/06/askep-solusio-plasenta.html diakses pada tanggal 18 April 2015)Sujiyatini, dkk.2009.Asuhan Patologi Kebidanan.Jogjakarta : Nuha Medika.Yusova, Anggie.2014.Askep Solusio Plasenta(online) (http://anggieyusova.blogspot.com/2014/04/askep-solusio-plasenta.html diakses pada tanggal 18 April 2015)