31
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Batu saluran kemih menurut tempatnya sebagai batu ginjal dan batu kandung kemih. Batu ginjal merupakan keadaaan tidak normal dalam ginjal, mengandung komponen kristal dan matriks organik. Lokasi batu ginjal dijumpai khas pada kaliks atau pelvis dan bila akan keluar dapat berhenti di ureter atau di kandung kemih.batu ginjal sebagian besar mengandung batu kalisium oksalat ataupun kalsium fosfat, secara bersama dijumpai sampai sebesar 65-85 % dari jumlah keseluruhan batu ginjal. Sukahtya dan Muhamad Ali (1975) melaporkan dari 96 batu saluran kemih ditemukan batu dengan kandungan asam urat tinggi, bentuk murni sebesar 24 (25%) dan campuran bersama kalsium oksalat/ kalsium fosfat sebesar 76 (79%), sedangkan batu kalsium oksalat/ kalsium fosfat sebesar 71 (73%). Batu ginjal merupakan penyebab terbanyak kelainan saluran kemih. Di negara berkembang batu saluran kemih banyak dijumpai. Epidemiologi batu saluran kemih 1

ASKEP UROLITIASIS

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ASKEP UROLITIASIS

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Batu saluran kemih menurut tempatnya sebagai batu ginjal dan batu

kandung kemih. Batu ginjal merupakan keadaaan tidak normal dalam ginjal,

mengandung komponen kristal dan matriks organik. Lokasi batu ginjal dijumpai

khas pada kaliks atau pelvis dan bila akan keluar dapat berhenti di ureter atau di

kandung kemih.batu ginjal sebagian besar mengandung batu kalisium oksalat

ataupun kalsium fosfat, secara bersama dijumpai sampai sebesar 65-85 % dari

jumlah keseluruhan batu ginjal.

Sukahtya dan Muhamad Ali (1975) melaporkan dari 96 batu saluran kemih

ditemukan batu dengan kandungan asam urat tinggi, bentuk murni sebesar 24

(25%) dan campuran bersama kalsium oksalat/ kalsium fosfat sebesar 76 (79%),

sedangkan batu kalsium oksalat/ kalsium fosfat sebesar 71 (73%).

Batu ginjal merupakan penyebab terbanyak kelainan saluran kemih. Di

negara berkembang batu saluran kemih banyak dijumpai. Epidemiologi batu

saluran kemih bagian atas di negara berkembang dijumpai ada hubungan yang

erat dengan perkembangan ekonomi serata dengan peningkatan pengeluaran

biaya untuk kebutuhan makanan perkapita.

B. TUJUAN PENULISAN

Tujuan penulisan makalah yang berjudulkan asuhan keperawatan dengan

penyakit pre post operasi, diantaranya adalah :

1. Dapat menjelaskan pengertian urolitiasis.

2. Dapat menjelaskan etiologi, patofisioloi dari penyakit urolitiasis.1

Page 2: ASKEP UROLITIASIS

2

3. Dapat menjelaskan manifestasi klinik dari penyakit urolitiasis.

4. Dapat menjelaskan penatalaksanaan medik dari penyakit urolitiasis.

5. Mampu atau dapat melakukan asuhan keperawatan dari :

a. Pengkajian

b. Diagnosa

c. Implementasi

d. Evaluasi

C. RUANG LINGKUP

Dalam makalah ini kami membataskan pada masalah ”Asuhan Keperawatan

dengan Penyakit Urolitiasis”. Untuk mengangkat tema dalam makalah

Keperawatan Medikal Bedah ini sebagai bahan diskusi .

D. METODE PENULISAN

Metode penulisan makalah ini menggunakan metode deskriptif, yaitu

metode ilmiah menggambarkan kejadian atau hasil pengamatan secara

sistematis. Landasan teori dan tinjauan kasus diperoleh melalui studi

kepustakaan.

E. SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematia penulisan makalah sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan : menjelaskan tentang latar belakang, tujuan

penulisan, metode penulisan, sistematia

penulisan.

Page 3: ASKEP UROLITIASIS

3

Bab II Tinjauan Teori : menjelaskan tentang konsep dasar penyakit dan

asuhan keperawatan.

Bab III Penutup : menjelaskan tentang kesimpulan dan saran.

Daftar Pustaka : berisikan sumber-sumber.

Page 4: ASKEP UROLITIASIS

4

BAB II

TINJAUAN TEORI

Konsep Dasar Penyakit

A. Anatomi dan Fisiologi

B. Definisi Urolitiasis

Batu saluran kemih (urolitiasis) adalah adanya batu pada saluran kemih

yang bersifat idiopatik, dapat menimbulkan statis dan infeksi.Mengacu pada

adanya batu (kalkuli) pada traktus urinarius.

Batu ginjal (kalkulus) adalah bentuk deposit mineral, paling umum

oksolaktat Ca2+ dan fosfat Ca2+, namun asam urat dan kristal yang lain juga

pembentuk batu. Meskipun kalkulus ginjal dapat terbentuk dimana saja dari

saluran perkemihan, batu ini paling umum ditemukan pada pelvis dan kalik

ginjal. Batu ginjal dapat tetap asimtomatik sampai keluar ke dalam ureter dan

atau aliran urine terhambat, bila potensial untuk kerusakan ginjal adalah akut.

C. Etiologi

Urolitiasis mengacu pada adanya batu (kalkus) di traktus urinarius. Batu

terbentuk di traktus urinarius ketika konsentrasi substansi tertentu seperti

kalsium oksalat, kalsium fosgat, dan asam urat meningkat. Batu juga dapat

terbentuk ketika terdapat defisiensi substansi tertentu, serta sitrat yang secara

normal mencegah kristalisasi dalam urine.

Batu dapat ditemukan di setiap bagian ginjal sampai ke kandung kemih dan

ukurannya bervariasi dari deposit grannuler yang kecil, yang disebut pasir atau

krikil, sampai batu sebesar kandung kemih yang berwarna oranye.

Page 5: ASKEP UROLITIASIS

5

Faktor – faktor tertentu yang mempengaruhi pembentukan batu ginjal

diantaranya :

a. Faktor infeksi, dimana penyebab tersering dari infeksi ini adalah adanya

Escherichia Coli.

b. Asidosis tubular renal

c. Masukan vitamin D yang berlebihan.

d. Diet yang salah.

e. Kekurangan minum atau dehidrasi.

f. Hyperparathiroidisme, penyakit metabolic bawaan.

g. Penyakit mieloproliferatif (leukemia, polisitemia) yang menyebabkan

proliferasi abnormal sel darah merah dan sumsum tulang.

D. Patofisiologi

Pembentukan batu saluran kemih memerlukan keadaan supersaturasi dalam

pembentukan batu. Inhibitor pembentuk batu dijumpai dalam air kemih normal.

Batu kalsium oksalat dengan inhibisi sitrat dan glokoprotein. Beberapa promotor

(reaktan) dapat memacu pembentukan batu seperti asam urat, memacu batu

kalsium oksalat. Aksi raektan dan inhibitor belum dikenali sepenuhnya. Ada

dugaan proses ini berperan pada pembentukan awal atau nukleasi kristal,

progresi kristal atau agregatasi kristal. Misal penambahan sitrat dalam kompleks

kalsium dapat mencegah agregatasi kristal kalsium oksalat yang mungkin dapat

mengurangi resiko agregatasi kristal dalam saluran kemih.

Page 6: ASKEP UROLITIASIS

6

Aspek umum pembentukan batu saluran kemih :

Usia

Jenis kelamin

Profesi

Mentalitas

Konstitusi

Nutrisi

Musim

Ras Keturunan

Kelainan

morfologi

Gangguan

aliran urine

Infeksi

saluran

kemih

Kelainan

metabolik

Faktor

genetik

Ekskresi bahan pembetuk batu

meningkat

Ekskresi inhibitor kristal

menurun

Batu saluran kemih

Kalaianan kristaluria

Agregatsi kristal

Pertumbuhan kristal

Perubahan fisiko-kimiawi supersaturasi

Page 7: ASKEP UROLITIASIS

7

E. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis adanya batu dalam traktus urinarius tergantung pada

adanya obstruksi, infeksi dan edema. Ketika batu menghambat aliran urine,

terjadi obstruksi menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi

piala ginjal serta ureter proksimal. Beberapa batu dapat menyebabkan sedikit

gejala, namun secara perlahan merusak unit fungsional (nefron) ginjal,

sedangkan yang lain menyebabkan nyeri yang luar biasa dan ketidaknyamanan.

Batu pada piala ginjal menyebabkan sakit yang dalam dan terus menerus di

area kostovestebral. Nyeri yang berasal dari area renal menyebar secara anterior

pada wanita kebawah mendekati kandung kemih sedangkan pria mendekati

testis. Apabila ada nyeri tekan pada daerah kostovertebral dan muncul mual dan

muntah, maka pasien sedang mengalami kolik renal. Diare dan ketidaknyamanan

abdominal dapat terjadi. Gejala gastrointestinal ini akibat dari refleks

renointestinal dan proksimitas anatomik ginjal ke lambung, pankreas dan usus

besar.

Batu yang terjebak pada ureter menyebakan gelombang nyeri yang luar

biasa, dan kronik yang menyebar ke paha dan genetalia. Pasien sering merasa

ingin berkemih namun hanya sedikit yang keluar dan biasanya mengandung

darah akibat aksi abrasif batu, gejala ini biasa disebut kolik ureteral. Umumnya

pasien akan mengeluarkan batu dengan diameter 0,5 sampai 1 cm secara

spontan.

Batu yang berada pada kandung kemih biasanya menyebabkan gejala iritasi

dan berhubungan dengan infekasi traktus urinaria dan hematuria. Jika batu

obstruksi pada leher kandung kemih, akan terjadi retensi urine. Jika infeksi

berhubungan dengan adanya batu, maka kondisi ini jauh lebih serius, disertai

sepsis yang mengancam kehidupan pasien.

F. Pemeriksaan Diagnostik

Diagnosis ditegakkan dengan studi ginjal, ureter, kandung kemih (GUK),

uregrafi intravena, atau pielografi retrograde. Uji kimia darahdan urine 24 jam

untuk mengukur kadar kalsium, asam urat, kreatinin, natrium, pH, dan volume

Page 8: ASKEP UROLITIASIS

8

total merupkan bagian dari upaya diagnostic. Riwayat diet dan medikasi serta

riwayat adanya batu ginjal dalam keluarga didapatkan untuk mengidentifikasi

faktor yang mencetuskan terbentuknya batu pada pasien, adapun pemeriksaan

diagnostiknya yaitu:

a. Urinalisa : warna mungkin kuning, coklat gelap, berdarah;

secara umum menunjukkan SDM, SDP, kristal

(sistin, asam urat, kalsium oksolat), serpihan,

mineral, bakteri, pus; pH mungkin asam

(meningkatkan sistin dan batu asam urat) atau

alkalin (meningkatkan magnesium, fosfat

amonium, atau batu kalsium fosfat).

b. Urine (24 jam) : kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksolat atau

sistin mungkin meningkat.

c. Kultur urine : mungkin meningkatkan ISK (Stapilococus aureus,

Proteus, Klebsiela, Pseudomonas)

d. Servei biokimia : peningkatan kadar kalsium, magnesium, asam urat,

fosfat, protein, elektrolit.

e. BUN : abnormal (tinggi pada serum/ rendah pada urine)

sekunder terhadap tingginya batu obstruktif pada

ginjal menyebabkan iskemia/nekrosis.

f. Kadar klorida dan bikarbonat serum : peningkatan kadar klorida dan

penurunan kadar bikarbonat menunjukkan

terjadinya asidosis tubulus ginjal.

g. Hitung darah lengkap : SDP mungkin meningkat menunjukkan infeksi/

septikemia.

h. SDM : biasanya normal

i. Hb/ Ht : abnormal bila klien dehidrasi berat atau

polisitemia terjadi (mendorong presipitasi

pemadatan) atau anemia (perdarahan, disfungsi/

gagal ginjal)

Page 9: ASKEP UROLITIASIS

9

j. Hormon paratiroid : meningkat bila ada gagal ginjal. (PTH merangsang

reabsorbsi kalsium dari tulang meningkatkan

sirkulasi serum dan kalsium urine).

k. Foto rontgen KUB : menunjukkan adanya kalkuli dan atau perubahan

anatomik pada daerah ginjal dan ureter.

l. IVP : memberikan konfirmasi cepat urolitiasis seperti

penyebab nyeri abdominal atau panggul.

Menunjukkan abnormalitas pada struktur anatomi

(distensi ueret) dan garis bentuk kalkuli.

m. Sistoureterokopi : visualisasi langsug kandung kemih dan ureter dan

menunjukkan batu dan atau efek obstrukasi.

n. CT scan : mengidentifikasi atau menggambarkan kalkuli dan

masa lain; ginjal, ureter, dan distennsi kandung

kemih.

o. Ultrasound ginjal : untuk menentukan perubahan obstruksi, lokasi

batu.

G. Penatalaksanaan Medik

Tujuan dasar penatalaksanaan adalah untuk menghilangkan batu,

menentukan jenis batu, mencegah kerusakan nefron, mengendalikan infeksi, dan

mengurangi obstruksi yang terjadi.

a. Farmako terapi.

Natrium Bikarbonat.

Asam Aksorbal.

Diuretik Thiasid.

Alloporinol.

b. Pengangkatan batu melalui Pembedahan.

Pielolitotomi.

Uretolitotomi.

Sistolitotomi.

Lithotripsi ultrasonic perkutan / PUL.

Page 10: ASKEP UROLITIASIS

10

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Adapun yang harus dikaji pada klien urolitiasis adalah :

1. Aktivitas istirahat

Gejala : pekerjaan monoton, pekerjaan dimana pasien terpajang pada

lingkungan bersuhu tinggi. Keterbatasan aktivitas/immobilisasi

sehubungan dengan kondisi sebelumnya (contohnya penyakit tak

sembuh, cedera spinalis).

2. Sirkulasi

Tanda : peningkatan TD/nadi (nyeri, ansietas, gagal jantung). Kulit hangat

dan kemerahan, pucat.

3. Eliminasi

Gejala : riwayat adanya ISK kronis, obstruksi sebelumnya (kalkulus),

penurunan haluaran urine, kandung kemih penuh, rasa terbakar,

dorongan berkemih, diare.

Tanda : oliguria, hematuria, piuria, dan perubahan pola berkemih.

4. Makanan/cairan

Gejala : mual/muntah, nyeri tekan abdomen, diet tinggi purin, kalsium

oksalat, dan atau fosfat, ketidakcukupan pemasukan cairan, tidak

minum air dengan cukup.

Tanda : distensi abdominal, penurunan atau takadanya bising usus, dan

muntah.

5. Nyeri/ kenyamanan

Page 11: ASKEP UROLITIASIS

11

Gejala : episode akut nyeri berat, nyeri kolik. Lokasi tergantung dari lokasi

batu, contohnya pada pangggul di regio sudut kostovertebral, dapat

menyebar ke punggung, abdomen dan turun ke lipat paha atau

genetalia.

Tanda : melindungi, perilaku distraksi. Nyeri tekan pada area ginjal pada

palpasi.

6. Keamanan

Gejala : penggunaan alkohol, demam dan menggigil.

7. Penyuluhan pembelajaran

Gejala : riwayat kulkus dalam keluarga, penyakit ginjal, hipertensi, gout,

ISK kronis. Riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen

sebelumnya, hiperparatiroidisme

B. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien urolitiasis, sebagai

berikut :

1. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan frekuensi/dorongan kontraksi

ureteral.

2. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan stimulasi kandung kemih

oleh batu, iritasi ginjal atau ureteral.

3. Resiko tinggi terhadap kekuranganm volume cairan berhubungan dengan

mual/muntah

4. Kurangnya pemngetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan

pengobatan berhubungan dengan kurang terpajang/mengingat, salah

interpretasi informasi.

Page 12: ASKEP UROLITIASIS

12

C. Perencanaan ( Implementasi )

1. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan frekuensi/dorongan kontraksi

ureteral.

Mandiri

a. Catat lokasi lamanya intensitas (skala 0-10) dan penyebaran. Perhatikan

tanda non-verbal, contoh peningkatan TD dan nadi, gelisah, merintih,

menggelepar.

R/ membantu mengevaluasi tempat obstruksi dan kemajuan gerakan

kalkulus

b. Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya melaporkan ke staff terhadap

perubahan kejadian/karakteristik nyeri

R/ memberikan kesempatan terhadap pemberian analgesi sesuai waktu

membantu dalam meningkatkan kemampuan koping klien dan dapat

menurunkan ansietas) dan waspadakan staf akan kemungkinan

lewatnya batu/ terjadi komplikasi. Penghentian tiba-tiba nyeri biasanya

menunjukkan lewatnya batu.

c. Berikan tindakan nyaman, contoh pijatan punggung dan lingkungan

istirahat.

R/ Meningkatkan relaksasi, menurungkan tegangan otot dan

meningkatkan koping.

d. Bantu atau dorong penggunaan nafas berfokus, bimbingan imajinasi

dan aktivitas terapeutik.

R/ mengarahkan kembali perhatian dan membantu dalam relaksasi otot.

e. Dorong atau bantu ambulasi sering sesuai indikasi dan tingkatan

pemasukan cairan sedikitnya 3-4 L/hari dalam toleransi jantung.

Page 13: ASKEP UROLITIASIS

13

R/ hidrasi kuat melewatkan lewatnya batu, mencegah stasis urine dan

mencegah pembentukan batu selanjutnya.

f. Perhatikan keluhan peningkatan/ menetapnya nyeri abdomen.

R/ obstrukasi lengkap ureter dapat menyebabkan perforasi dan

ekstravasasi urine kedalam area perirenal. Ini membutuhkan

kedaruratan bedah akut.

Kolaborasi

a. Berikan obat sesuai indikasi :

Narktik, contohnya meperidin (demoral), morfin

R/ biasanya diberikan selama episode akut untuk menurunkan kolik

uretra dan meningkatkan relaksasi otot/ mental.

Antispasmodik, contoh flavoksat (Uripas), Oksibutin (Ditropan)

R/menurunkan refleks spasme dapat menurunkan kolik dan nyeri.

Korikosteroid

R/ mungkin digunakan untuk menurunkan edema jaringan untuk

membantu gerakan batu.

b. Berikan kompres hangat pada punggung.

R/ menghilangkan tegangan otot dan dapat menurunkan refleksi

spasme.

c. Pertahankan patensi kateter bila digunakan.

R/ mengubah stasis/ retensi urine, menurunkan resiko peningkatan

tegangan dan infeksi.

Page 14: ASKEP UROLITIASIS

14

2. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan stimulasi kandung kemih

oleh batu, iritasi ginjal atau ureteral.

Mandiri

a. Awasi pemasukan dan pengeluaran serta karakteristik urine

R/ memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi,

contoh infekasi dan perdarahan.perdarahan dapat mengidentifiaksikan

peningkatan obstruksi atau iritasi ureter.

b. Tentukan pola berkemih pasien dan perhatikan variasi

R/ kalkulus dapat menyebabkan eksitabilitas saraf, yang menyebabkan

sensasi kebutuhan berkemih segera. Biasanya frekuensi dan urgensi

meningkat bila kalkulus mendekatipertemuan urektrovesikal.

c. Dorong meningkatkan pemmasukan cairan

R/ peningkatan hidrasi dapat membilas bakteri, darah, dan debris dan

dapat membantu lewatnya batu.

d. Perikas semua urine. Catat adanya keluaran batu dan kirim

kelaboratorium untuk analisa.

R/ penemuan batu menmungkinkan identifikasi tipe batu dan

mempengaruhi pilihan terapi.

e. Selidiki keluhan kandung kemih penuh; palpasi untuk distensi

suprapublik. Perhatikan penurunan keluaran urine, adanya edema

periorbital/tergantung.

R/ retensi urine dapat terjadi, menyebabkan distensi jaringan (kandung

kemih/ ginjal) dan potensial resiko terjadinya infekasi, gagal ginjal.

Page 15: ASKEP UROLITIASIS

15

f. Observasi perubahan status mental, prilaku atau tingkat kesadaran.

R/ akumulasi sisa uremik dan ketidakseimbangan elektrolit dapat

menjadi toksik pada SSP.

Kolaborasi

a. Awasi pemeriksaan laboratorium, contoh elektrolit, BUN, kreatinin.

R/ peninggian BUN, kreatinin, dan elektrolit mengindikasikan disfungsi

ginjal.

b. Ambil urine untuk kultur dan sensitivitas.

R/ menentukan adanya ISK, yang menyebabkan gejala komplikasi.

c. Berikan obat sesuai inidikasi, contoh :

Asetazolamid (Diamox), alupurional (Ziloprim)

R/ meningkatkan pH urine (alkalinitas) untuk menurunkan

pembentukan batu asam

Hidroklorotiazid (Esidrix, Hidroiuril), klortalidon (Higroton)

R/ mencegah stasis urine dan menurunkan pembentukan batu kalsium

bila tidak berhubungan dengan proses penyakit dasr seperti

hipertiroidisme atau abnormalitas vitamin D.

Amonium klorida; kalium atau natrium fosfat (Sal-Hepatika)

R/ menurunkan pembentukan batu fosfat.

Agen Antigout, contoh alupurinol (Ziloprim)

R/ menurunkan prrosuksi asam urat/ potensial pembentukan batu.

Antibiotik

R/ adanya ISK/ alkalin urine potensial pembentuk abtu.

Page 16: ASKEP UROLITIASIS

16

Natrium bikarbonat

R/ mengganti kehilangan yang tidak dapat retensi selama pembuangan

bikarbonat atau alkalinisasi urine dapat menurunkan / mencegah

pembentukan beberapa kalkuli.

Asam askorbat

R/ mengasamkan urine untuk mencegah berulangnya pembentukan

alkalin.

d. Perhatikan patensi kateter tak menetap (uretral, ureteral atau

nefrostomi) bila menggunakan.

R/ membantu aliran urine/ mencegah retensi dan komplikasi.

e. Irigasi dengan asam atau larutan alkalin sesuai indikasi.

R/ mengubah pH urine dapat membantu pelarutan batu dan mencegah

pembentukan batu selanjutnya.

f. Siapkan klien/ bantu untuk prosedur endoskopi, contoh :

Prosedur basket

R/ kalkulus pada ureter distal dan tengah mungkin digerakkan oleh

sistoskop endoskopi dengan penangkapan batu ginjal dalam kantung

kateter.

Stents ureteral

R/ kateter diposisikan diatas batu untuk meningkatkan dilatasi uretra/

lewatnya batu. Irigasi kontinu atau intermiten dapat dilakukan untuk

membilas ureter da mempertahankan pH urine.

Pielolitotomi terbuka atau perkutaneus, nefrolitotomi, ureterolitotomi

Page 17: ASKEP UROLITIASIS

17

R/ pembedahan mungkin perlu untuk membuang batu yang terlalu besar

untuk melewati ureter.

Litotripsi ultrasonik perkuteneus

R/ tindakan gelombang syok invasif untuk batu pelvis/ kaliks ginjal

atau ureter atas.

Litotripsi gelombang syok ekstrakorporeal

R/ prosedur non-invasif dimana batu ginjal dihancurkan dengan

gelombang dari luar tubuh.

3. Resiko tinggi terhadap kekuranganm volume cairanberhubungan dengan

mual/muntah

Mandiri

a. Awasi pemasukan dan pengeluaran cairan

R/ membandingkan keluaran aktual dan yang diantisipasi membanu

dalam evaluasi adanya kerusakan ginjal

b. Catat insiden muntah, diare. Perhatikan karakteristik dan frekuensi

muntah dan diare, juga kejadian yang menyertai atau mencetuskan.

R/ Mual/muntah secara umum berhubungan dengan kolik ginjal karena

sartaf ganglion seliaka pada kedua ginjal dan lambung. Pencatatan

dapat membantu mengesampingkan kejadian abdominal lain yang

menyebabkan nyeri atau menunjukkan kalkulus.

c. Tingkatkan pemasukan cairan 3-4 liter/hari dalam toleransi jantung.

R/ Mempertahankan keseimbangan cairan untuk homeostatis juga

tindakan “mencuci” yang dapat membilas batu keluar. Dehidrai dan

Page 18: ASKEP UROLITIASIS

18

ketidakseimbangan elektrolit dapat terjadi sekunder terhadap

kehilangan cairan berlebih (muntah dan diare).

d. Awasi tanda vital. Evaluasi nadi, pengisian kapilar, turgor kulit dan

membran mukosa.

R/ indikator hidrasi/volume sirkulasi dan kebutuhan intervensi

e. Timbang berat badan tiap hari.

R/ peningkatan berat badan yang cepat mungkin berhubungan dengan

retensi.

Kolaborasi

a. Awasi Hb/Ht, elektrolit

R/ mengkaji hidrasi dan keefektifan/ kebutuhan intervensi.

b. Berikan cairan IV

R/ mempertahankan volume sirkulasi meningkatkan fungsi ginjal

c. Berikan diet tepat, cairan jernih, makan lembut sesuai toleransi.

R/ makanan mudah cerna menurunkan aktivitas GI/ iritasi dan

membantu mempertahankan caiatan dan keseimbangan nutrisi.

d. Berikan obat sesuai indikasi: antiemetik, contoh proklorperazin

(Compaxin).

R/ menurunkan mual/muntah.

4. Kurangnya pemngetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan

pengobatan berhubungan dengan kurang terpajang/mengingat, salah

interpretasi informasi.

Page 19: ASKEP UROLITIASIS

19

Mandiri

a. Kaji ulang proses penyakit dan harapan masa datang

R/ memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat

piihan berdasarkan informasi.

b. Tekankan pentingnya peningkatan pemasukan cairan, contoh 3-4

L/hari. Dorong klien untuk melaporkan mulut kering, diuresis

berlebihan/ berkeringat dan untuk meningkatkan pemasukan cairan baik

bila haus atau tidak.

R/ pembilasan sistem ginjal menurunkan kesempatan stasis ginjal dan

pembentukan batu. Peningkatan kehilangan cairan/dehidrasi

memerlukan pemasukan tambahan dalam kebutuhan sehari-hari.

c. Diet rendah purin, contohya membatasi daging berlemak, tumbuhan

polong, gandum dan alkohol.

R/ menurunkan pemasukan oral terhadap prekusor asam urat.

d. Diet rendah kalsium, contohnya membatasi susu, keju, sayur berdaun

hijau.

R/ menurunkan pembentukan batu kalsium.

e. Diet rendah kalsium/ fosfat dengan jeli karbonat aluminium 30-40 ml,

30 menit per jam.

R/ mencegah kalkulus fosfat dengan membentuk presipitat yang tidak

larut dalam traktus GI, mengurangi beban nefron ginjal. Juga efektif

melawan bentuk kalkulus kalsium lain.

f. Identifikasi tanda atau gejala yang memerlukan evaluasi medik

contohnya hematuria, oliguria.

Page 20: ASKEP UROLITIASIS

20

R/ dengan peningkatan kemungkinan berulangnya batu, intervensi

segera dapat mencegah komplikasi serius.

D. Evaluasi

Dari intervensi yang dilakukan beberapa hasil yang kita harapkan adalah

sebagai berikut :

1. Menunjukkan berkurannya nyeri

2. Menunjukkan peningkatan perilaku sehat untuk mencegah kekambuhan

a. Mengkonsumsi masukan cairan dalam jumlah besar (10-12 gelas setiap

hari)

b. Melakukan aktifitas yang sesuai

c. Mengkonsumsi diet yang diresepkan untuk mengurangi faktor

predisposisi pembentuk batu.

d. Mengidentifikasi gejala yang harus dilaporkan ke tenaga kesehatan

(demam, menggigil, nyeri panggul, hematuria).

e. Memantau pH urine sesuai anjuran.

f. Mematuhi medikasi serta yang dianjurkan untuk mengurangi

pembentukan batu.

3. Tidak adanya komplikasi.

a. Tidak memperlihatkan tanda sepsis dan infeksi.

b. Berkemih sebanyak 200 sampai 400 ml urine jernih tanpa mengandung

sel darah merah setiap kali berkemih.

c. Melaporkan tidak adanya disuria, frekuensi dan hesitensi.

Page 21: ASKEP UROLITIASIS

21

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Batu saluran kemih (urolitiasis) adalah adanya batu pada saluran kemih

yang bersifat idiopatik, dapat menimbulkan statis dan infeksi.Mengacu pada

adanya batu (kalkuli) pada traktus urinarius. Urolitiasis mengacu pada adanya

batu (kalkus) di traktus urinarius. Batu terbentuk di traktus urinarius ketika

konsentrasi substansi tertentu seperti kalsium oksalat, kalsium fosgat, dan asam

urat meningkat.

Penangan batu saluran kemih dilakukan dengan pengenalan sedini mungkin

tatalaksana awal yang dilakukan adalah evaluasi faktor resiko batu saluran

kemih. Terapi diberikan untuk mengatasi keluhan dan mencegah serta

mengobati gangguan akibat batu saluran kemih. Pengambilan batu dapat

dilakukan dengan pemebdahan atau litotripsi dan terpenting adalah pengenalan

faktor resiko sehingga diharapkan dapat memberikan hasil pengobatan dan

memberikan pencegahan timbulnya batu saluran kemih yang lebih baik.

B. Saran

Agar tidak terjadi peningkatan penyakit urolitiasis atau batu kandung kemih

diharapkan melakukan pencegahan sedini mungkin dengan cara membatasi

konsumsi kalsium oksalat, kalsium fosfat dan memperbanyak minum.

Untuk asuhan keperawatan yang diberikan pada klien urolitiasis diutamakan

pada menghilangkan nyeri, mempertahankan fungsi ginjal adekuat, mencegah

komlikasi dan memberikan informasi tentang proses penyakit atau prognosis dan

kebutuhan pengobatan.

Page 22: ASKEP UROLITIASIS

22

DAFTAR PUSTAKA

Doenges E. Marilynn, Moorhouse Frances Mary, Geisster C Alice. 1999.Rencana

Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian

perawatan pasien Edisi 3. Jakarta: EGC

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal BedahBrunner &

Suddarth Edisi 8 Vol 2. Jakarta: EGC

Suyono. Slamet. dkk. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi 3. Jakarta :

Balai Penerbit FKUI