73
MAKALAH KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN COMBUSTIO (Luka Bakar) Di susun untuk memenuhi tugas mata ajar keperawatan anak Pembimbing : Ns. Dyah Restuning P, M.Kep,CWCS Disusun Oleh : 1. Achmad Selamet Riyadi (1205001) 2. Budi sutaryanto (1205017) 3. Diyana Hidayah (1205023) 4. Nur Anis Syifaah (1205057) AKADEMI KEPERAWATAN WIDYA HUSADA

Askeplukabakarasli 150423080827 Conversion Gate01

Embed Size (px)

DESCRIPTION

askep

Citation preview

Page 1: Askeplukabakarasli 150423080827 Conversion Gate01

MAKALAH

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN COMBUSTIO (Luka Bakar)

Di susun untuk memenuhi tugas mata ajar keperawatan anak

Pembimbing : Ns. Dyah Restuning P, M.Kep,CWCS

Disusun Oleh :

1. Achmad Selamet Riyadi (1205001)

2. Budi sutaryanto (1205017)

3. Diyana Hidayah (1205023)

4. Nur Anis Syifaah (1205057)

AKADEMI KEPERAWATAN WIDYA HUSADA

SEMARANG TAHUN 2014

Page 2: Askeplukabakarasli 150423080827 Conversion Gate01

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur kehadirat-Nya, akhirnya makalah “Konsep dasarAsuhan

Keperawatan pada Pasien denganLuka Bakar (Combustio)” dapat di susun. Makalah merupakan

kelengkapan bagi mahasiswa agar dapat memahami masalah keperawatan pada pasien luka

bakar. Makalah ini juga di harapkan dapat di gunakan oleh mahasiswa lain karena materi yang

ada di dalam makalah mencakup pokok bahasan yang dapat di pelajari oleh mahasiswa lain.

Kami ucapkan terimakasih kepada Ibu Ns. Dyah Restuning P, M.Kep,CWCS. Selaku

dosen  pembimbing  yang telah membimbing dan memberi motivasi dalam proses pembelajaran

dan kami ucapkan pula kepada teman-teman yang telah membantu dalam menyelesaikan

makalah ini.

Makalah ini di buat untuk  mahasiswa kesehatan maupun mahasiswa umum yang

nantinya bisa memberikan manfaat maupun pengetahuan tentang masalah Luka Bakar. Kami

tahu bahwa makalah ini mungkin tidak sempurna dan kami membuka diri untuk menerima saran

dan kritikan yang membangun dari para pembaca untuk menyempurnakan makalah ini.

Semarang, 20 Mei 2014

Penyusun

ii

Page 3: Askeplukabakarasli 150423080827 Conversion Gate01

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR................................................................................................................................. ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................................6

1.1Latar Belakang......................................................................................................................................6

1.2 Tujuan Penulisan..................................................................................................................................7

BAB II KONSEP DASAR TEORI.............................................................................................................3

2.1 Pengertian............................................................................................................................................3

2.2 Etiologi.................................................................................................................................................4

2.3 Patofisiologi........................................................................................................................................5

2.4 Pathways..............................................................................................................................................8

2.5 Manifestasi Klinik..............................................................................................................................10

2.6 Pemeriksaan Penunjang.....................................................................................................................15

2.7 Komplikasi.........................................................................................................................................17

2.8 Penkajian Fokus.................................................................................................................................18

2.9 Diagnosa Keperawatan......................................................................................................................23

2.10 Fokus Intervensi...............................................................................................................................24

2.11 Penatalaksanaan...............................................................................................................................35

BAB III PENUTUP....................................................................................................................................44

3.1 Kesimpulan........................................................................................................................................44

3.2 Saran..................................................................................................................................................44

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................................45

iii

Page 4: Askeplukabakarasli 150423080827 Conversion Gate01

iv

Page 5: Askeplukabakarasli 150423080827 Conversion Gate01

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kurang lebih 2,5 juta orang mengalami luka bakar di amerika serikat setiap

tahunnya. Dari kelompok ini, 200.000 pasien memerlukan penanganan rawat jalan dan

100.000 pasien dirawat di rumah sakit. Sekitar 12.000 orang meninggal setiap tahunnya

akibat luka bakar. Satu juta hari kerja hilang setiap tahunnya karena luka bakar. Lebih dari

separuh kasus-kasus luka bakar yang dirawat di rumah sakit seharusnya dapat dicegah.

Perawat dapat memainkan peran yang aktif dalam pencegahan kebakaran dan luka bakaar

dengan mengajarkan konsep-konsep pencegahan dan mempromosikan undang-undang

tentang pengamanan kebakaran.

Anak-anak kecil dan orang tua merupakan populasi yang beresiko tinggi untuk

mengalami luka bakar. Kaum remaja laki-laki dan pria dalam usia kerja juga lebih sering

menderita luka bakar ketimbang yang diperkirakan lewat repretasinya dalam total populasi.

Sebagian besar luka bakar terjadi di rumah. Memasak, memanaskan atau menggunakan alat-

alat listrik merupakan pekerjaan yang lazimnya terlibat dalam kejadian ini. Kecelakan

industry juga menyebabkan banyak kejadian luka bakar.

Luka bakar dapat dialami oleh siapa saja, dan dapat terjadi di mana saja baik di

rumah, di tempat kerja bahkan di jalan atau di tempat-tempat lain. Anak-anak kecil dan orang

tua merupakan populasi yang beresiko tinggi untuk mengalami luka bakar. Penyebab luka

bakar pun bermacam-macam bisa berupa api, cairan panas, uap panas, bahan kimia, aliran

listrik dan lain-lain.

Luka bakar yang terjadi, akan menimbulkan kondisi kerusakan kulit selain itu juga

dapat mempengaruhi berbagai sistem tubuh. Perawatan luka bakar disesuaikan dengan

penyebab luka bakar, luas luka bakar dan bagian tubuh yang terkena. Luka bakar yang lebih

luas dan dalam memerlukan perawatan lebih intensif dibandingkan dengan luka bakar yang

hanya sedikit dan superfisial. Luka bakar yang terjadi karena tersiram air panas dengan luka

bakar karena terkena zat kimia atau radiasi membutuhkan penanganan yang berbeda

meskipun luas luka bakarnya sama.

1

Page 6: Askeplukabakarasli 150423080827 Conversion Gate01

2

Luka bakar masih merupakan problema yang berat. Perawatan dan rehabilitasnya

masih sukar dan memerlukan ketekunan serta biaya yang mahal, tenaga terlatih dan terampil.

Mengingat banyaknya masalah dan komplikasi yang dapat dialami pasien, maka pasien luka

bakar memerlukan penanganan yang serius.

(Brunner&suddart, 2002)

1.2 Tujuan Penulisan

1.2.1 Tujuan Umum

Mampu menjelaskan tentang penerapan asuhan keperawatan pada anak dengan

masalah gangguan sistem integumen (combustio)

1.2.2 Tujuan Khusus

- Menjelaskan konsep dasar medis pada pasien dengan luka bakar mulai dari

definisi, etiologi, klasifikasi, patofisiologis, manifestasi, pemeriksaan diagostik,

kompilikasi dan penatalaksanaan medik.

- Menganalisa data serta merumuskan diagnosa pada klien dengan luka bakar dan

membuat patways luka bakar.

- Membuat kesimpulan tentang asuhan keperawatan pada klien dengan luka bakar

Page 7: Askeplukabakarasli 150423080827 Conversion Gate01

BAB II

KONSEP DASAR TEORI

2.1 Pengertian

Pengertian luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak dengan suhu

tinggi seperti api, air panas, listrik, bahan kimia dan radiasi; juga oleh sebab kontak dengan

suhu rendah (frost-bite). Luka bakar ini dapat mengakibatkan kematian, atau akibat lain yang

berkaitan dengan problem fungsi maupun estetik (Mansjoer, 2001).

Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan oleh

energi panas atau bahan kimia atau benda-benda fisik yang menghasilkan efek baik

memanaskan atau mendinginkan. Secara garis besar ada lima mekanisme penyebab

timbulnya luka bakar, yaitu terutama adalah sebagai berikut :

1. Api : kontak dengan kobaran api.

2. Luka bakar cair : kontak dengan air mendidih, uap panas, dan minyak panas.

3. Luka bakar kimia : asam akan menimbulkan panas ketika kontak dengan jaringan

organik.

4. Luka bakar listrik : Bisa timbul dari sambaran petir atau aliran listrik. Luka bakar

listrik memiliki karakteristik yang unik, sebab sekalipun

sumber panas (listrik) berasal dari luar tubuh,

kebakaran/kerusakan yang parah justru terjadi di dalam tubuh.

5. Luka bakar kontak : kontak langsung dengan obyek panas, misalnya dengan wajan

panas atau knalpot sepeda motor (Brunner&suddart, 2002).

The National Institute of Burn Medicine yang mengumpulkan data-data statistic dari

berbagai pusat luka bakar diseluruh Amerika Serikat mencatat bahwa sebagian besar pasien

(75%) merupakan korban dari perbuatan dari mereka sendiri. Tersiram air mendidih pada

anak-anak yang baru belajar berjalan; bermain dengan korek api pada anak-anak uasia

sekolah; cedera karena arus listrik pada remaja laki-laki; dan penggunaan obat bius, alcohol

serta sigaret pada orang dewasa semuanya ini memberikan kontribusinya terhadap angka

statistic tersebut. Cobb, Maxwell dan silverstein. 1992 mengemukakan bahwa sekitar 13%

pasien luka bakar yang dirawat di rumah sakit atau pun anggota keluarganya sudaj pernah

3

Page 8: Askeplukabakarasli 150423080827 Conversion Gate01

4

dirawat sebelumnya karena luka bakar. Perawat harus menjadi alat untuk memutskan rantai

luka bakar ini.

Ada empat tujuan utama yang berhubungan dengan luka bakar :

1. Pencegahan

2. Implementasi tindakan untuk penyelamatan jiwa pada pasien-pasien luka bakar yang

berat

3. Pencegahan ketidakmampuan dan kecacatan melalui penganan dini, spesialistik serta

individual

4. Pemulihan atau rehabilitasi pasien melalui pembedahan rekonstruksi dan program

rehabilitasi.

Prediksi keberhasilan hidup : orang yang berusia sangat muda dan tua memiliki risiko

mertalitas yang tinggi sesudah mengalami luka bakar. Peluang untuk bertahan hidup lebih

besar pada anak-anak yang berusia di atas 5 tahun dan pada dewasa muda yang berusia

kurang dari 40 tahun. Cedera inhalasi yang menyertai luka bakar akan memperberat

prognosis pasien. Hasil akhirnya tergantung pada dalamnya dan luasnya luka bakar di

samping pada status kesehatan sebelum luka bakar serta usia pasien.

(Brunner&suddart, 2002)

2.2 EtiologiBerbagai faktor dapat menjadi penyebab luka bakar. Beratnya luka bakar juga dipengaruhi

oleh cara dan lamanya kontak dengan sumber panas (misal suhu benda yang membakar, jenis

pakaian yang terbakar, sumber panas : api, air panas dan minyak panas), listrik, zat kimia,

radiasi, kondisi ruangan saat terjadi kebakaran dan ruangan yang tertutup. Luka bakar

dikategorikan menurut mekanisme injurinya meliputi :

1. Luka Bakar Suhu Tinggi (Thermal Burn)

Luka bakar thermal (panas) disebabkan oleh karena terpapar atau kontak dengan api,

cairan panas atau objek-objek panas lainnya. ( gas, cairan, bahan padat/solid )

Page 9: Askeplukabakarasli 150423080827 Conversion Gate01

5

2. Luka Bakar Bahan Kimia (Chemical Burn)

Luka bakar chemical (kimia) disebabkan oleh kontaknya jaringan kulit dengan asam atau

basa kuat. Konsentrasi zat kimia, lamanya kontak dan banyaknya jaringan yang terpapar

menentukan luasnya injuri karena zat kimia ini. Luka bakar kimia dapat terjadi misalnya

karena kontak dengan zat-zat pembersih yang sering dipergunakan untuk keperluan

rumah tangga dan berbagai zat kimia yang digunakan dalam bidang industri, pertanian

dan militer. Lebih dari 25.000 produk zat kimia diketahui dapat menyebabkan luka bakar

kimia.

3. Luka Bakar Sengatan Listrik (Electrical Burn)

Luka bakar electric (listrik) disebabkan oleh panas yang digerakan dari energi listrik yang

dihantarkan melalui tubuh. Berat ringannya luka dipengaruhi oleh lamanya kontak,

tingginya voltage dan cara gelombang elektrik itu sampai mengenai tubuh.

4. Luka Bakar Radiasi (Radiasi Injury)

Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe injuri ini

seringkali berhubungan dengan penggunaan radiasi ion pada industri atau dari sumber

radiasi untuk keperluan terapeutik pada dunia kedokteran. Terbakar oleh sinar matahari

akibat terpapar yang terlalu lama juga merupakan salah satu tipe luka bakar radiasi.

(Brunner&suddart, 2002) (Corwin, 2009) (Mansjoer, 2001) (Hudak, 2008)

2.3 Patofisiologi1. Respon sistemik

Perubahan patofisiologik yang disebabkan oleh luka bakar yang berat selama awal

periode syok luka bakar mencakup hipoperfusi jaringan dan hipofungsi organ yang

terjadi sekunder akibat penurunan curah jantung dan diikuti oleh fase hiperdinamik

serta hipermetabolik. Pasien yang luka bakarnya tidak mencapai 20% dari luas total

permukan tubuh akan memperlihatkan respons yang terutama bersifat local. Insideni,

intensitas dan durasi perubahan patofisiologik pada luka bakar sebanding dengan

luasnyaluka bakar dengan respon maksimal terlihat pada luka bakar yang mengenai

60% atau lebih dari luas permukaan tubuhnya. Kejadian sistemik awal sesudah luka

bakar yang berat adalah ketidakstabilan hemodinamika akibat hilangnya integritas

Page 10: Askeplukabakarasli 150423080827 Conversion Gate01

6

kapiler dan kemudian terjadinya perpindahan cairan, natrium serta protein dari ruang

intravaskuler ke dalam ruang interstisial. Ketidakstabilan hemodinamika bukan

hanya melibatkan mekanisme kardiovaskuler tetapi juga keseimbangan cairan serta

elektrolit, volume darah, mekanisme pulmoner dan berbagai mekanisme lainnya.

2. Respon kardiovaskuler

Curah jantung akan menurun sebelum perubahan yang signifikan pada volume

darah terlihat jelas. Karena berlanjutnya kehilangan cairan dan berkurangnya volume

vaskuler, maka curah jantung akan terus turun dan terjadi penurunan tekanan darah.

Keadaan ini merupakan awitan syok luka bakar. Sebagai respon system saraf simpatik

akan melepaskan ketokolamin yang meningkatkan resistensi perifer (vasokonstriksi)

dan frekuensi denyut nadi. Selanjutnya vasokonstriksi pembuluh darah perifer

menurunkan curah jantung.

Resusitasi cairan yang segera dilakukan memungkinkan dipertahankannya

tekanan darah kisaran normal yang rendah sehingga curah jantung membaik.

Meskipun sudah dilakukan resusitasi cairan yang adekuat, tekanan pengisian jantung-

tekanan vena sentral, tekanan arteri pulmonalis dan tekanan baji arteri pulmonalis

tetap rendah selama periode syok luka bakar. Jika resusitasi cairan tidak adekuat,

akan terjadi syok distributif.

Umumnya jumlah kebocoran cairan yang terbesar terjadi dalam 24 jam hingga

36 jam pertama sesudah luka bakar dan mencapai puncaknya dalam tempo 6 hingga 8

jam. Dengan terjadinya pemulihan integritas kapiler, syok luka bakar akan

menghilang dan caira mengalir kembali kedalam kompertemen vaskuler setelah

cairan diabsorbsi kembali ke jaringan intertisial ke dalam kompartemen vaskuler,

volume darah akan meningkat. Jika fungsi renal dan kardiak masih memadai,

haluaran urin akan meningkat. Diuresis berlanjut selama beberapa hari hingga 2

minggu.

Sebagaimana disebutkan sebelumnya, pada luka bakar yang kurang dari 30%

luas total permukaan tubuh, maka gangguan integritas kapiler dan perpidahan cairan

akan terbatas pada luka bakar itu sendiri sehingga pembentukan sehingga

Page 11: Askeplukabakarasli 150423080827 Conversion Gate01

7

pembentukan lepuh dan edema hanya terjadi di daerah luka bakar. Pasien dengan luka

baakar yang lebih parah akan mengalami edema sistemik yang massif.

3. Respons pulmoner

Sepertiga dari pasien-pasien luka bakar akan mengalami masalah pulmoner

yang berhubungan dengan luka bakar. Meskupun tidak terjadi cedera pulmoner,

hipoksia dapatdijumpai. Pada luka bakar yang berat , konsumsi oksigen oleh jaringan

tubuh pasien akan meningkat 2 kali lipat sebagai akibat dari keadaan

hipermetabolisme dan respons local (white, 1993). Untuk memastikan tersedianya

oksigen bagi jaringan, mungkin diperlukan suplemen oksigen.

Cedera pulmoner diklasifikasikan menjadi beberapa kategori : cedera saluran

napas, cedera saluran napas di bawah glotis yang mencakup keracunan karbon

monoksida; dan defek restriksi. Cedera saluran napas atas terjadi akibat panas

langsung atau edema. Keadaan ini bermanifestasi pada sebagai obstruksi mekanis

saluran napas atas yang mencakup faring dan laring (Corwin, 2009)

(Brunner&suddart, 2002) (Hudak C. M., 2008).

Page 12: Askeplukabakarasli 150423080827 Conversion Gate01

8

2.4 Pathways

2

3

4

5

6

7

Thermal Burn

Saluran Napas

Destruksi Jaringan

Kulit

Denaturasi protein/ ionisasi sel

Koagulasi sel

Penguatan meningkat

Electrical burn

Vasodilatasi pembuluh darah

kapiler

Chemical Burn Radiasi

Saluran Napas

Keracunan gas CO

Gangguan perfusi jaringan

Kerusakan mukosa saluran

napas

Inflamasi jalan napas

Oedema laring

Saluran Napas

Obstruksi jalan napas

Pengeluaran secret

Bersihan jalan napas tidak efektif

Penumpukan secret

Hb tidak dapat mengikat O2

Kelemahan fisik

Hipoksia Jaringan

Suplai O2 ke jaringan

Konsentrasi CO dalam Hb meningkat

Intoleransi Aktivitas

Jaringan kulit terbuka

Gangguan rasa nyaman nyeri

Kehilangan barrier kulit

Jaringan saraf terbuka

Pembuluh darah terbuka

Peningkatan respon nyeri

Kerusakan Integritas Kulit

Resiko Infeksi

Proses inflamasi(Respon tubuh)

Respon sistemik

Respon pada Hipotalamus

Gangguan Termoregulasi

Hipotermi

Voltase Tinggi > 1000 Watt

Masuk jantung

Lisis Sel

Nekrosis Jantung

Afterload

Kerusakanpertukaran gas

Page 13: Askeplukabakarasli 150423080827 Conversion Gate01

9

Ekstravasi/perpindahan natrium, H2O, dan protein

dari ruang intravaskuler ke ruang intersisial

Tekanan onkotik turun

Hipovolemia

Kekurangan Volume Cairan

Syok luka bakar

Hormon Kortikoadrenal pelepasan ketokolamin

Respon stress massif, aktivitas system saraf

simpatis

Penurunan Peristaltik Usus

Metabolisme Gastrointestinal

menurun

Penurunan Curah Jantung

Vasokontriksi perifer

Penurunan aliran darah ke

Gastrointestinal

Konstipasi

Page 14: Askeplukabakarasli 150423080827 Conversion Gate01

10

2.5 Manifestasi Klinik1. Kedalaman luka bakar

Luka bakar dapat diklasifikasikan menurut dalamnya jaringan yang rusak dan disebut

sbagai luka bakar superficial partial thickness, deep partial thickness dan full thickness.

Respons lokal terhadap luka bakar bergantung pada dalamnya kerusakan kulit.

Luka bakar derajat Satu, epidermis mengalami kerusakan atau cedera dan

sebagian dermis turut cedera. Luka tersebut bisa terasa nyeri, tampak merah dan

kering seperti luka bakar matahari, atau mengalami lepuh/bulle.

Gambar Luka Bakar Derajat I

Luka bakar derajat dua, meliputi destruksi epidermis serta lapisan atas dermis dan

cedera pada bagian dermis lebih dalam. Luka tersebut terasa nyeri, tampak merah

dan mengalami eksudasi cairan. Pemutihan jaringan yang terbakar diikuti oleh

pengisiaan kembali kapiler; folikel rambut masih utuh.

Luka Bakar Derajat II Dibedakan atas 2 (dua) :

a. Derajat II Dangkal (Superficial) :

- Kerusakan mengenai bagian superfisial dari dermis.

- Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar

sebasea masih utuh. (Moenadjat, 2001).

Page 15: Askeplukabakarasli 150423080827 Conversion Gate01

11

- Bula mungkin tidak terbentuk beberapa jam setelah cedera, dan luka bakar

pada mulanya tampak seperti luka bakar derajat satu dan mungkin

terdiagnosa sebagai derajat dua superfisial setelah 12 sampai 24 jam.

- Ketika bula dihilangkan, luka tampak berwarna pink dan basah.

- Jarang menyebabkan hypertrophic scar.

- Jika infeksi dicegah maka penyembuhan akan terjadi secara spontan

kurang dari 3 minggu (Schwarts et al, 1999).

Gambar Luka Bakar Derajat II

(superficial)

b. Derajat II Dalam (Deep)

- Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis.

- Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar

sebasea sebagian besar masih utuh.

- Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung biji epitel yang tersisa.

- Juga dijumpai bula, akan tetapi permukaan luka biasanya tampak

berwarna pink dan putih segera setelah terjadi cedera karena variasi suplai

darah ke dermis (daerah yang berwarna putih mengindikasikan aliran

darah yang sedikit atau tidak ada sama sekali; daerah yang berwarna pink

mengindikasikan masih ada beberapa aliran darah).

- Jika infeksi dicegah luka bakar akan sembuh dalam 3 sampai 9

minggu. (Schwarts et al, 1999)

Page 16: Askeplukabakarasli 150423080827 Conversion Gate01

12

Luka bakar derajat tiga, meliputi destruksi total epidermis serta dermis, dan pada

sebagian kasus, jaringan yang berada dibawahnya. Warna putih hingga merah,

cokelat atau hitam. Daerah yang terbakar tidak terasa nyeri karena serabut-serabut

sarafnya hancur. Luka bakar tersebut tampak seperti bahan kulit. Folikel rambut

dan kelenjar keringat turut hancur.

Gambar Luka Bakar Derajat III

(Brunner&suddart, 2002)

2. Berdasarkan Luasnya

Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal dengan nama rule

of nine atau rule of wallace yaitu:

Page 17: Askeplukabakarasli 150423080827 Conversion Gate01

13

Bagian

tubuh

1 th 5 th Dewasa

Kepala

leher

18% 14% 9%

Ekstrimitas

atas (kanan

dan kiri)

18% 18% 18 %

Badan

depan

18% 18% 18%

Badan

belakang

18% 18% 18%

Ektrimitas

bawah

(kanan dan

kiri)

32% 32% 36%

Genetalia 1% 1% 1%

(Hudak C. M., 2008)

3. Berdasarkan Berat-Ringannya luka bakar

Dalam menentukan berat luka bakar adalah berdasarkan pada luas ukuran dan kedalaman.

Ada terdapat tiga kategori dalam menentukan berat luka bakar; mayor, modrat, minor.

a. Luka bakar mayor

Terdapat satu atau lebih kriteria :

Luka bakar derajat III lebih dari 10% luas permukaan tubuh

Page 18: Askeplukabakarasli 150423080827 Conversion Gate01

14

Luka bakar derajat dua lebih dari 25% luas permukaan tubuh pada orang

dewasa dan lebih dari 20% pada anak anak.

Luka bakar terdapat pada tangan, muka, kaki, atau genetalia.

Luka bakar dengan komplikasi fraktur, atau gangguan pernapasan.

Luka bakar elektrik.

b. Luka bakar Moderat

Luka bakar 2% sampai 10% luas permukaan tubuh.

Luka bakar derajat II 15% sampai 25% luas permukaan tubuh pada orang

dewasa dan lebih dari 10% samapi 20% pada anak.

c. Luka bakar minor

Luka bakar derajat III kurang dari 2% luas permukaan tubuh.

Luka bakar derajat II kurang dari 15% luas permukaan tubuh pada orang

dewasa dan lebih dari 10% pada anak.

Dalam melakukan pengkajian yang harus menjadi pertimbangan secara khusus adalah

lokasi luka bakar : muka, tangan, kaki, dan genetalia karena kemungkinan hilangnya

fungsi.

4. Fase Luka Bakar

- Fase akut.

Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Secara umum pada fase ini, seorang

penderita akan berada dalam keadaan yang bersifat relatif life thretening. Dalam fase

awal penderita akan mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas), brething

(mekanisme bernafas), dan circulation (sirkulasi). Gnagguan airway tidak hanya

dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah terbakar, namun masih dapat terjadi

obstruksi saluran pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma.

Cedera inhalasi adalah penyebab kematian utama penderiat pada fase akut.

Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat

cedera termal yang berdampak sistemik. Problema sirkulasi yang berawal dengan

kondisi syok (terjadinya ketidakseimbangan antara paskan O2 dan tingkat kebutuhan

Page 19: Askeplukabakarasli 150423080827 Conversion Gate01

15

respirasi sel dan jaringan) yang bersifat hipodinamik dapat berlanjut dengan keadaan

hiperdinamik yang masih ditingkahi denagn problema instabilitas sirkulasi.

- Fase sub akut.

Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah kerusakan atau

kehilangan jaringan akibat kontak denga sumber panas. Luka yang terjadi

menyebabkan:

a. Proses inflamasi dan infeksi.

b. Problem penutupan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang atau tidak

berbaju epitel luas dan atau pada struktur atau organ – organ fungsional.

c. Keadaan hipermetabolisme.

- Fase lanjut.

Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan

pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada fase ini adalah

penyulit berupa parut yang hipertropik, kleoid, gangguan pigmentasi, deformitas dan

kontraktur (Corwin, 2009).

2.6 Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menunjang diagnosaadalah :

1. Hitung darah lengkap

Peningkatan MHT awal menunjukan hemokonsentrasi sehubung dengan perpindahan

atau kehilngan cairan. Selanjutnya menurunnya Hb dan Ht dapat terjadi sehubungan

dengan kerusakan oleh panas terhadap endothelium pembuluh darah.

2. Sel darah putih

Leukosit dapat terjadi sehubungan dengan kehilangan sel pada sisi luka dan respon

inflamasi terhadap cidera. 

3. GDA

Dasar penting untuk kecurigaan cidera inhalasi.

Page 20: Askeplukabakarasli 150423080827 Conversion Gate01

16

4. CO Hbg

Peningkatan lebih dari 15 % mengindikasikan keracunan CO cidera inhalasi.

5. Elektrolit serum:

Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan cidera jaringan/ kerusakan SDm

dan penurunan fungsi ginjal. 

6. Natrium urine random

Lebih besar dari 20 MEqL mengindikasikan kelebihan resusitasi cairan, kurang dari 10

MEq / L menduga ketidak adekuatan resusitasi cairan. 

7. Glukosa serum

Rasio albumin / globulin mungkin terbalik sehubungan dengan kehilangan protein pada

edema cairan. 

8. Albumin serum

Peningkatan glukosa serum menunjukan respon stress.

9. BUN kreatinin

Peningkatan BUN menujukan penuruna fungsi- fungai ginjal.

10. Urine

Adanya albumin, Hb dan mioglobulin menunjukan kerusakan jaringan dalam dan

kehilangan protein.

11. Foto roentgen dada

Dapat tampak normal pada pansca luka bakar dini meskipun dengan cidera inhalasi,

namun cidera inhalasi yang sesungguhnya akan ada pada saat progresif tanpa foto dada. 

12. Bronkopi serat optic

Berguna dalam diagnosa luas cidera inhalasi, hasil dapat meliputi edema, perdarahan dan/

tukak pada saluran pernafasan atas

13. Loop aliran volume

Memberikan pengkajian non invasive terhadap efek / luasnya cidera inhalasi

14. Scan paru

Mungkin dilakukan untuk menentukan luasnya xidera inhalasi

15. EKG

Tanda iskemia miokardiak disritmia dapat terjadi pada luka bakar listrik

Page 21: Askeplukabakarasli 150423080827 Conversion Gate01

17

16. Foto grafi luka bakar

Memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar selanjutnya.

(Hudak C. M., 2008)

2.7 Komplikasi1. Infeksi

Infeksi merupakan masalah utama. Bila infeksi berat, maka penderita dapat mengalami

sepsis. Berikan antibiotika berspektrum luas, bila perlu dalam bentuk kombinasi.

Kortikosteroid jangan diberikan karena bersifat imunosupresif (menekan daya tahan),

kecuali pada keadaan tertentu, misalnya pda edema larings berat demi kepentingan

penyelamatan jiwa penderita.

2. Curling’s ulcer (ulkus Curling)

Ini merupakan komplikasi serius, biasanya muncul pada hari ke 5–10. Terjadi ulkus pada

duodenum atau lambung, kadang-kadang dijumpai hematemesis. Antasida harus

diberikan secara rutin pada penderita luka bakar sedang hingga berat. Pada endoskopi

75% penderita luka bakar menunjukkan ulkus di duodenum.

3. Gangguan Jalan nafas

Paling dini muncul dibandingkan komplikasi lainnya, muncul pada hari pertama. Terjadi

karena inhalasi, aspirasi, edema paru dan infeksi. Penanganan dengan jalan

membersihkan jalan nafas, memberikan oksigen, trakeostomi, pemberian kortikosteroid

dosis tinggi dan antibiotika.

4. Konvulsi

Komplikasi yang sering terjadi pada anak-anak adalah konvulsi. Hal ini disebabkan oleh

ketidakseimbangan elektrolit, hipoksia, infeksi, obat-obatan (penisilin, aminofilin,

difenhidramin) dan 33% oleh sebab yang tak diketahui.

5. Kontraktur

Merupakan gangguan fungsi pergerakan.

6. Ganguan Kosmetik akibat jaringan parut

Page 22: Askeplukabakarasli 150423080827 Conversion Gate01

18

2.8 Penkajian Fokusa. Pengkajian

 Anamnesa

1.  Identitas

2. Identitas klien

Nama                    :

Umur                    :

Umur seseorang tidak hanya mempengaruhi hebatnya luka bakar akan tetapi

anak dibawah umur 2 tahun dan dewasa diatsa 80 tahun memiliki penilaian

tinggi terhadap jumlah kematian.

Keluhan utama

Keluhan utama yang dirasakan oleh klien luka bakar adalah nyeri, sesak nafas. Nyeri

dapat disebabkan karena iritasi terhadap saraf. Dalam melakukan pengkajian nyeri

harus diperhatikan paliatif, severe, time, quality (p,q,r,s,t). sesak nafas yang timbul

beberapa jam / hari setelah klien mengalami luka bakardan disebabkan karena

pelebaran pembuluh darah sehingga timbul penyumbatan saluran nafas bagian atas,

bila edema paru berakibat sampai pada penurunan ekspansi paru.

Riwayat Kesehatan

- Riwayat penyakit sekarang

Gambaran keadaan klien mulai tarjadinya luka bakar, penyabeb lamanya kontak,

pertolongan pertama yang dilakuakn serta keluhan klien selama menjalan

perawatan ketika dilakukan pengkajian. Apabila dirawat meliputi beberapa fase :

fase emergency (±48 jam pertama terjadi perubahan pola bak), fase akut (48 jam

pertama beberapa hari / bulan ), fase rehabilitatif (menjelang klien pulang).

Page 23: Askeplukabakarasli 150423080827 Conversion Gate01

19

- Riwayat penyakit masa lalu

Merupakan riwayat penyakit yang mungkin pernah diderita oleh klien sebelum

mengalami luka bakar. Resiko kematian akan meningkat jika klien mempunyai

riwayat penyakit kardiovaskuler, paru, DM, neurologis, atau penyalagunaan obat

dan alkohol.

- Riwayat penyakit keluarga

Merupakan gambaran keadaan kesehatan keluarga dan penyakit yang

berhubungan dengan kesehatan klien, meliputi : jumlah anggota keluarga,

kebiasaan keluarga mencari pertolongan, tanggapan keluarga mengenai masalah

kesehatan, serta kemungkinan penyakit turunan.

Pola ADL (Activity Daily Living)

-  Aktifitas/istirahat: Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang

gerak pada area yang sakit; gangguan massa otot, perubahan tonus.

-  Sirkulasi: Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi

(syok); penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera; vasokontriksi

perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik);

takikardia (syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok listrik); pembentukan oedema

jaringan (semua luka bakar).

- Eliminasi: Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna

mungkin hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan

otot dalam; diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam

sirkulasi); penurunan bising usus/tak ada; khususnya pada luka bakar kutaneus

lebih besar dari 20% sebagai stres penurunan motilitas/peristaltik gastrik.

- Makanan/cairan: Tanda: oedema jaringan umum; anoreksia; mual/muntah.

Page 24: Askeplukabakarasli 150423080827 Conversion Gate01

20

- Neurosensori: Gejala: area batas; kesemutan, Tanda: perubahan orientasi; afek,

perilaku; penurunan refleks tendon dalam (RTD) pada cedera ekstremitas;

aktifitas kejang (syok listrik); laserasi korneal; kerusakan retinal; penurunan

ketajaman penglihatan (syok listrik); ruptur membran timpanik (syok listrik);

paralisis (cedera listrik pada aliran saraf).

- Nyeri/kenyamanan:

Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara eksteren sensitif

untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan suhu; luka bakar ketebalan

sedang derajat kedua sangat nyeri; smentara respon pada luka bakar ketebalan

derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat tiga tidak

nyeri.

- Pernafasan: Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan

cedera inhalasi). Tanda: serak; batuk mengii; partikel karbon dalam sputum;

ketidakmampuan menelan sekresi oral dan sianosis; indikasi cedera inhalasi.

Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar lingkar dada; jalan

nafas atau stridor/mengii (obstruksi sehubungan dengan laringospasme, oedema

laringeal); bunyi nafas: gemericik (oedema paru); stridor (oedema laringeal);

sekret jalan nafas dalam (ronkhi).

- Keamanan:

Tanda:

Kulit umum: destruksi jaringan dalam mungkin tidak terbukti selama 3-5 hari

sehubungan dengan proses trobus mikrovaskuler pada beberapa luka.

Area kulit tak terbakar mungkin dingin/lembab, pucat, dengan pengisian

kapiler lambat pada adanya penurunan curah jantung sehubungan dengan

kehilangan cairan/status syok.

Page 25: Askeplukabakarasli 150423080827 Conversion Gate01

21

Cedera api: terdapat area cedera campuran dalam sehubunagn dengan variase

intensitas panas yang dihasilkan bekuan terbakar. Bulu hidung gosong;

mukosa hidung dan mulut kering; merah; lepuh pada faring posterior;oedema

lingkar mulut dan atau lingkar nasal.

Cedera kimia: tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab. Kulit mungkin

coklat kekuningan dengan tekstur seperti kulit samak halus; lepuh; ulkus;

nekrosis; atau jarinagn parut tebal. Cedera secara mum ebih dalam dari

tampaknya secara perkutan dan kerusakan jaringan dapat berlanjut sampai 72

jam setelah cedera.

Cedera listrik: cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit di bawah

nekrosis. Penampilan luka bervariasi dapat meliputi luka aliran masuk/keluar

(eksplosif), luka bakar dari gerakan aliran pada proksimal tubuh tertutup dan

luka bakar termal sehubungan dengan pakaian terbakar.

Adanya fraktur/dislokasi (jatuh, kecelakaan sepeda motor, kontraksi otot

tetanik sehubungan dengan syok listrik).

Riwayat psiko-sosial

Pada klien dengan luka bakar sering muncul masalah konsep diri body image yang

disebabkan karena fungsi kulit sebagai kosmetik mengalami gangguan perubahan.

Selain itu juga luka bakar juga membutuhkan perawatan yang laam sehingga

mengganggu klien dalam melakukan aktifitas. Hal ini menumbuhkan stress, rasa

cemas, dan takut.

Pemeriksaan kulit

Merupakan pemeriksaan pada darah yang mengalami luka bakar (luas dan kedalaman

luka). Prinsip pengukuran persentase luas uka bakar menurut kaidah 9 (rule of nine

lund and Browder) sebagai berikut :

Page 26: Askeplukabakarasli 150423080827 Conversion Gate01

22

Bagian

tubuh

1 th 5 th Dewasa

Kepala

leher

18% 14% 9%

Ekstrimitas

atas (kanan

dan kiri)

18% 18% 18 %

Badan

depan

18% 18% 18%

Badan

belakang

18% 18% 18%

Ektrimitas

bawah

(kanan dan

kiri)

32% 32% 36%

Genetalia 1% 1% 1%

Page 27: Askeplukabakarasli 150423080827 Conversion Gate01

23

2.9 Diagnosa Keperawatan1. Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan keracunan karbon monogsida,

inhalasi asap dan obstruksi saluran nafas atas.

2. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan edema dan efek

inhalasi asap .

3. Perfusi jaringan tidak efektif berhubungan dengan penurunan suplai O2 ke jaringan

dan interupsi aliran darah arteri / vena.

4. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas

kapiler dan kehilangan cairan akibat evaporasi dari daerah luka bakar.

5. Diangnosa keperawatan: hipotermia yang berhubungan dengan gangguan mikro

sirkulasi kulit dan luka yang terbuka.

6. Diangnos keperawatan: nyeri yang berhubungan dengan cedera jaringan dan syaraf

serta dampak emosional cedera.

7. Resiko infeksi berhubungan dengan kehilangan barrier kulit dan terganggunya respon

imun.

8. Kerusakan integritas kulit b/d kerusakan permukaan kulit sekunder destruksi lapisan

kulit.

9. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan penurunan ketahanan dan kekuatan otot.

10. Konstipasi berhubungan dengan Penurunan peristaltic usus akibat penurunan aliran

darah ke gastrointestinal.

11. Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan hipovelemia dan peningkatan afterload

akibat disfungsi konduksi listrik

Page 28: Askeplukabakarasli 150423080827 Conversion Gate01

24

2.10 Fokus Intervensi1. Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan keracunan karbon monogsida,

inhalasi asap dan obstruksi saluran nafas atas.

Tujuan : pemeriharaan oksigenasi jaringan yang adekuat.

Kriteria Hasil :

Tidak ada dipnea.

Frekuensi respirasi antara 18-24x permenit.

Paru bersih pada auskultasi selanjutnya.

saturasi oksigen arteri lebih dari 96% denagn oksimetri nadi kadar gas darah arteri

dalam batas normal.

Intervensi Rasional

1. Berikan oksigen yang sudah

dilembabkan

2. Kaji bunyi nafas, frekuensi

pernafasan, irama dan

simetrisnyapernafasan. Pantau pasien

untuk mendeteksi tanda-tanda

hipoksia.

3. Amati hal-hal berikut:

a. Eritma pada mukosa bibir dan pipi.

b. Lubang hidung yang gosong.

c. Luka bakar pada muka

d. Bertambahnya keparauan suara.

e. Adanya hangus dan sputum atau

jaringan trakea dalam secret

respirasi.

4. Pantau hasil gas darah arteri, hasil

1. Oksigen yang dilembabkan akan

memberikan kelembapan pada

jaringan yang cedera; suplementasi

oksigen meningkatkan oksigenasi

alveoli.

2. Hasil pengkajian ini memberikan

data dasar untuk pengkajian

selanjutnya dan bukti peningkatan

penurinan pernafasan.

3. Tanda ini menunjukkan kemungkinan

cedera inhalasi dan resiko disfungsi

pernafasan.

4. Peningkatan PCO2 dan penurunan

Page 29: Askeplukabakarasli 150423080827 Conversion Gate01

25

pemeriksaan oksimetri denyut nadi

dan kadar karboksi-hemoglobin.

5. Laporkan pernafasan yang berat,

penurunan dalamnya pernafasan, atau

tanda-tanda hipoksia dan segera

kepada dokter.

6. Bersiap untuk membantu dokter

dalam intubasi dan eskarotomi.

7. Pantau dengan ketat keadaan

pasien yang menggunakan alat

ventilator mekanis.

PO2 serta saturasi O2 dapat menun

jukkan perlunya fentilasi mekanis.

5. Intervensi yang segera diperlukan

untuk mengatasi kesulitan

pernafasan.

6. Intubasi memungkinkan ventilasi

mekanis. Eskarotomi memudahkan

ekskursi dada pada luka bakar yang

melingkar.

7. Pemantauan memungkinkan deteksi

dini penurunan status respirasi atau

komplikasi pada ventilasi mekanis.

2. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan edema dan efek inhalasi

asap .

Tujuan : pemeliharaan saluran nafas yang peten dan bersihan saluran nafas adekuat.

Kriteria Hasil :

Jalan nafas paten.

Sekresi respirasi minimal, tidak berwarna dan encer.

Frekuensi respirasi,pola dan bunyi nafas normal.

Intervensi Rasional

1. pertahanan kepatenan jalan nafas

melalui pemberian posisi pasien

yang tepat, pembuangan sekresi,

dan jalan nafas artificial bila

1. Jalan nafas yang paten sangat krusial

untuk fungsi respirasi.

Page 30: Askeplukabakarasli 150423080827 Conversion Gate01

26

diperlukan.

2. Auskultasi paru, perhatikan

stridor, mengi/gemericik,

penurunan bunyi nafas, batuk

rejan.

3. Berikan oksigen yang sudah

dilembabkan.

4. Awasi frekuensi, irama,

kedalaman pernafasan ;

perhatikan adanya pucat/sianosis

dan sputum mengandung karbon

atau merah muda.

5. Dorong pasien agar mau

membalikkan tubuh,batuk dan

nafas dalam. Anjurkan agar

pasien menggunakan

spirometriinsentif. Tindakan

pengisapan jika diperlukan

2. Obstruksi jalan nafas/distres pernafasan

dapat terjadi sangat cepat atau lambat

contoh sampai 48 jam setelah terbakar.

3. Kelembapan akan mengecerkan secret dan

mempermudah ekspektorasi.

4. Takipnea, penggunaan otot bantu, sianosis

dan perubahan sputum menunjukkan

terjadi distress pernafasan/edema paru dan

kebutuhan intervensi medik.

5. Aktivitas ini meningkatkan mobilisasi dan

pembuanggan sekresi

3. Perfusi jaringan tidak efektif berhubungan dengan penurunan suplai O2 ke jaringan dan

interupsi aliran darah arteri / vena.

Tujuan : aliran darah pasien ke jaringan perifer adekuat

Kriteria Hasil :

nadi perifer teraba dengan kualitas dan kekuatan yang sama

pengisian kapiler baik

warna kulit normal tidak sianosis

Intervensi Rasional

Mandiri

Page 31: Askeplukabakarasli 150423080827 Conversion Gate01

27

1. Kaji warna, sensasi, gerakan, dan nadi

perifer.

2. Tinggikan ekstremitas yang sakit.

3. Ukur TD pada ektremitas yang

mengalami luka bakar.

4. Dorong latihan gerak aktif.

5. Lakukan kolaborasi dalam

mempertahankan penggantian cairan.

6. Kolaborasi dalam mengawasi elektrolit

terutama natrium, kalium, dan kalsium.

7. Lakukan kolaborasi untuk menghindari

injeksi IM atau SC.

1 Pembentukan edema dapat terjadi

secara cepat menekan PD sehingga

mempengaruhi sirkulasi PD ke

jaringan perifer.

2 Untuk meningkatkan aliran balik vena

dan dapat menurunkan edema.

3 Untuk mengetahui kekuatan aliran

darah ke daerah yang mengalami luka

bakar.

4 Untuk meningkatkan sirkulasi darah

lokal dan sistemik.

5 Untuk meningkatkan volume sirkulasi

dan perfusi jaringan.

6 Mengawasi terjadinya penurunan curah

jantung.

7 Perubahan perfusi jaringan dan

pembentukan edema mengganggu

absorpsi obat.

4. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas

kapiler dan kehilangan cairan akibat evaporasi dari daerah luka bakar.

Tujuan : Pemeliharaan saluran nafas yang paten dan bersihan jalan nafas adekuat.

Kriteria hasil :

Kadar elekrolit serum berada dalam batas normal.

Haluaran urin berkisar antara 0,5 dan 1,0 ml/kg/jam.

Frekuensi nadi normal 80x/menit

Intervensi Rasional

Page 32: Askeplukabakarasli 150423080827 Conversion Gate01

28

1. Amati tanda-tanda vital, haluaran

urine, dan waspada terhadap tanda-

tanda hipovelemia atau kelebihan

beban cairan.

2. Pantau haluaran urin sedikitnya setiap

jam sekali dan menimbang berat

badan pasien setiap hari.

3. Pertahankan pemberian infus dan

mengatur tetesannya pada kecepatan

yang tepat sesuai dengan program

medik.

4. Amati gejala disifisiensi atau

kelebihan kadar natrium, kalsium,

fosfor dan bikarbonat.

5. Naikkan bagian kepala tempat tidur

pasien dan tinggikan ekstremitas yang

terbakar.

1. Hipovelemia merupakan risiko utama

yang segera terdapat sesudah luka

bakar. Resusitasi berlebihan dapat

menyebabkan kelebihan beban cairan.

2. Haluaran urine dan berat badan

memberikan informasi tentang perfusi

renal, kecukupan penggantian cairan,

dan kebutuhan serta status cairan .

3. Pemberian cairan yang ade kuat di

perlukan untuk mempertahankan

keseimbangan cairan dan elektrolit

mungkin terjadi.

4. Perubahan yang cepat pada status

cairan dan elektrolit mungkin terjadi

dalam periode pasca luka bakar.

5. Peninggian akan meningkatkan aliran

balik darah vena.

5. Diangnosa keperawatan: hipotermia yang berhubungan dengan gangguan mikro sirkulasi

kulit dan luka yang terbuka.

Tujuan : pemeliharaan suhu tubuh yang adekuat.

Kritera Hasil :

Page 33: Askeplukabakarasli 150423080827 Conversion Gate01

29

Suhu tubuh tetap pada rentang 36.1◦c-38,3◦c

Tidak ada menggigil atau gemetar.

Intervensi Rasional.

1. Berikan lingkunggan yang hangat

dengan penggunaan perusal

pemanas, selimut beronga, lampu

atau selimut pemanas.

2. Bekerja dengan cepat kalo lukanya

terpajan udara dingin.

3. Kaji suhu inti tubuh dengan sering.

1. Lingkungan yang stabil

mengurangi kehilanggan panas

lewat evaporasi.

2. Pajanan yang minimal

menggurangi kehilanggan panas

dari luka.

3. Kaji suhu tubuh yang frekuen

membantu mendeteksi terjadinya

hipotermia.

6 Diangnos keperawatan: nyeri yang berhubungan dengan cedera jaringan dan syaraf

serta dampak emosional cedera.

Tujuan: pengendalian rasa nyeri.

Kriteria Hasil :

Menyatakan tingkat nyeri menurun

Tidak ada petunjuk non verbal tentang nyeri.

Intervensi Rasional

1. Gunakan skalanyeri untuk menilai

tingkat rasa nyeri (yaitu, 1-10)

bedakan dngan keadaan hipoksia.

1. Tingkat nyeri memberikan data dasar

untuk mengevaluasi efektifitas

tindakan mengurangi nyeri. Hipoksia

dapat menimbulkan tanda-tanda

serupa dan harus disingkirkan terlebih

Page 34: Askeplukabakarasli 150423080827 Conversion Gate01

30

2. Kaji tanda nonverbal nyeri

( gelisah, kening berkerut,

mengatupkan rahang, peningkatan

TD).

3. Berikan instruksi dan membantu

pasien dalam melaksanakan

tekhnik distraksi, relaksasi.

4. Berikan preparat analgetik opioit

menurut program medic. Amati

kemungkinan supresi pernafasan

pada pasien yang tidak memakai

ventilasi mekanis. Lakukan

penilaian respon pasien terhadap

pemberian analgetik.

5. Berikan dukungan emosional dan

menentramkan kekhawatiran

pasien.

dahulu sebelu pengobtan nyeri

dilaksanakan.

2. Data-data hasil pengkajian nyeri akan

memberikan informasi dasar untuk

mengkaji respon nyeri.

3. Tindakan non farmakologik untuk

mengatasi nyeri akan memberikan

berbagai cara intervensi yang dapat

mengurangi sensasi rasa nyeri.

4. Penyuntikan preparat analgetik intra

vena diperlukan karena terjadinya

perubahan perfusi jaringan akibat luka

bakar.

5. Dukungan emosional sangat penting

untuk mengurangi ketakutan dan

ansietas akibat luka bakar. Ketakuatn

dan ansietas akan meningkatkan

persepsi nyeri.

7 Resiko infeksi berhubungan dengan kehilangan barrier kulit dan terganggunya respon imun.

Tujuan: Tidak adanya infeksi yang lokal dan sistemik

Kriteria Hasil :

Tidak adanya tanda dan gejala infeksi dan sepsis

Nilai leukosit dalam batas normal

Page 35: Askeplukabakarasli 150423080827 Conversion Gate01

31

Intervensi Rasional

1. Kaji tanda- tanda infeksi.

2. Batasi jumlah pengunjung.

3. Jaga asepsis selama pasien berisiko.

4. Sediakan perawatan kulit pada area

yang edema.

5. Inpeksi kulit dan membrane mukosa

selama kemerahan, panas tinggi atau

drainase.

6. Anjurkan intake nutrisi yang cukup. 

7. Ajarkan pasien dan keluarga tentang

tanda dan gejala infeksi dan

melaporkan kepada petugas perwatan

ketika terdapat tanda dan gejala

infeksi.

Kolaborasi

8. Berikan antibiotic sesuai indikasi.

1. Mengetahui dini terjadinya infeksi

2. Mengurangi kontaminasi silang,

3. meminimalkan kesempatan untuk

kontaminasi.

4. Perawatan kulit pada area yang

edema dapat membantu mencegah

terjadinya infeksi yang lebih luas.

5. Apabila kulit kembali kemerahan

dan terdapat drainase purulen

menandakan terjadi prosesinflamasi

bakteri.

6. Mempertahankan keseimbangan

nutrisi untuk mendukung perpusi

jaringan dan memberikan nutrisi

yang perlu untuk regenerasi selular

dan penyembuhan jaringan.

7. Meningkatkan pengetahuan pasien

dan keluarga

Page 36: Askeplukabakarasli 150423080827 Conversion Gate01

32

9. Monitor absolute granulosit,

WBC ,dan hasil normal.

8. Antibiotic dapat menghambat

proses infeksi.

9. WBC merupakan salah satu data

penunjang yang dapat

mengidentifikasi adanya bakteri di

dalam darah. Sel darah putih akan

meningkat sebagai kompensasi

untuk melawan bakteri yang

mnginvasi tubuh.

8 Kerusakan integritas kulit b/d kerusakan permukaan kulit sekunder destruksi lapisan

kulit.

Tujuan dan Kriteria Hasil : Memumjukkan regenerasi jaringan.

Kriteria hasil: Mencapai penyembuhan tepat waktu pada area luka bakar.

Intervensi Rasional

1. Kaji/catat ukuran, warna, kedalaman

luka, perhatikan  jaringan nekrotik  dan

kondisi sekitar luka.

2. Lakukan perawatan luka bakar yang

tepat dan tindakan kontrol infeksi.

3. Pertahankan penutupan luka sesuai

indikasi.

1. Memberikan informasi dasar tentang

kebutuhan penanaman kulit dan

kemungkinan petunjuk tentang

sirkulasi pada aera graft.

2. Menyiapkan jaringan untuk penanaman

dan menurunkan resiko

infeksi/kegagalan kulit.

3. Kain nilon/membran silikon

mengandung kolagen porcine peptida

yang melekat pada permukaan luka

sampai lepasnya atau mengelupas

secara spontan kulit repitelisasi.

Page 37: Askeplukabakarasli 150423080827 Conversion Gate01

33

4. Tinggikan area graft bila

mungkin/tepat. Pertahankan posisi

yang diinginkan dan imobilisasi area

bila diindikasikan.

5. Pertahankan balutan diatas area graft

baru dan/atau sisi donor sesuai

indikasi.

6. Cuci sisi dengan sabun ringan, cuci,

dan minyaki dengan krim, beberapa

waktu dalam sehari, setelah balutan

dilepas dan penyembuhan selesai.

7. Lakukan program kolaborasi :

Siapkan / bantu prosedur

bedah/balutan biologis.

4. Menurunkan pembengkakan

/membatasi resiko pemisahan graft.

Gerakan jaringan dibawah graft dapat

mengubah posisi yang mempengaruhi

penyembuhan optimal.

5. Area mungkin ditutupi oleh bahan

dengan permukaan tembus pandang tak

reaktif.

6. Kulit graft baru dan sisi donor yang

sembuh memerlukan perawatan khusus

untuk mempertahankan kelenturan.

7. Graft kulit diambil dari kulit orang itu

sendiri/orang lain untuk penutupan

sementara pada luka bakar luas sampai

kulit orang itu siap ditanam.

9 Intoleransi aktifitas berhubungan dengan penurunan ketahanan dan kekuatan otot.

Tujuan : pasien dapat melakukan aktivitas secara mandiri dengan.

Kriteria hasil : Pasien mampu melakukan ADL secara mandiri.

Intervensi Rasional

1. Kaji kembali kemampuan dan keadaan

secara fungsional pada kerusakan yang

terjadi.

1. Mengidentifikasi masalah utama

terjadinya gangguan mobi;litas

fisik.

Page 38: Askeplukabakarasli 150423080827 Conversion Gate01

34

2. Monitor fungsi motorik dan sensorik setiap

hari.

3. Lakukan latihan ROM.

4. Ganti posisi tiap 2 jam sekali.

2. Menentukan kemampuan mobilisasi

mengidentifikasi masalah utama

terjadinya gangguan mobilitas fisik.

3. Mencegah terjadinya kontraktur.

4. Penekanan terus-menerus

menimbulkan decubitus

10 Konstipasi berhubungan dengan Penurunan peristaltic usus akibat penurunan aliran

darah ke gastrointestinal.

Tujuan : Pasien tidak mengalami konstipasi dan pengeluaran urine lancar.

Kriteria hasil :

Pola eliminasi dalam rentang yang diharapkan 1-2x sehari.

Feses lunak dan berbentuk.

Mengeluarkan feses tanpa bantuan.

Intervensi Rasional

1. Dapatkan data dasar mengenai

program defekasi, aktivitas,

pengobatan, dan pola kebiasaan.

2. Pantau tanda dan gejala rupture usus

atau peritonitis.

3. Jelaskan etiologi masalah dan

rasional tindakan kepada pasien.

4. Ajarkan pasien tentang efek

diet(misal cairan dan serat) pada

1. Untuk menyusun intervensi sesuai

kebutuhan pasien.

2. Mencegah terjadinya rupture usus dan

peritonitis agar tidak terjadi infeksi

dalam.

3. Pemberian informasi yang tepat akan

membuat pasien tenang dan mampu

ikut berperan aktif dalam prosedur

keperawatan untuk mengatasi

konstipasi.

4. Meningkatkan keseimbangan cairan

dan serat untuk proses pembentukan

Page 39: Askeplukabakarasli 150423080827 Conversion Gate01

35

eliminasi. feses yang baik sehingga mencegah

komplikasi akibat cairan yang tidak

normal dan feces yang keras.

11 Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan hipovelemia dan peningkatan

afterload akibat disfungsi konduksi listrik

Tujuan : setalah dilakukan tindakan keperawatan, klien menunjukkan adanya

peningkatan curah jantung.

Kriteria Hasil:

Frekuensi jantung meningkat

Status Hemodinamik stabil

Haluaran Urin adekuat

Tidak terjadi dispnu

Akral Hangat

Intervensi Rasional

- Auskultasi nadi apical, kaji

frekuensi, irama jantung.

- Catat bunyi jantung.

- Palpasi nadi perifer.

- Biasanya terjadi tachycardia untuk

mengkompensasi penurunan

kontraktilitas jantung.

- S1 dan s2 lemah, karena

menurunnya kerja pompa S3

sebagai aliran ke dalam serambi

yaitu distensi. S4 menunjukkan

inkopetensi atau stenosis katup.

- Untuk mengetahui fungsi pompa

jantung yang sangat dipengaruhi

Page 40: Askeplukabakarasli 150423080827 Conversion Gate01

36

- Pantau tekanan darah.

- Pantau keluaran urine, catat

penurunan keluaran, dan kepekatan

atau konsentrasi urine.

- Kaji perubahan pada sensori

contoh: letargi, bingung,

disorientasi, cemas dan depresi.

- Berikan istirahat semi recumbent

(semi-fowler) pada tempat tidur.

- Kolaborasi dengan dokter untuk

terapi, oksigen, obat jantung, obat

diuretic dan cairan.

oleh CO dan pengisisan jantung.

- Untuk mengetahui fungsi pompa

jantung yang sangat dipengaruhi

oleh CO dan pengisisan jantung.

- Dengan menurunnya CO

mempengaruhi suplai darah ke

ginjal yang juga mempengaruhi

pengeluaran hormone aldosteron

yang berfungsi pada proses

pengeluaran urine.\

- Menunjukkan tidak adekuatnya

perfusi serebral sekunder terhadap

penurunan curah jantung.

- Memperbaiki insufisiensi kontraksi

jantung dan menurunkan kebutuhan

oksigen dan penurunan venous

return.

- Membantu dalam proses kimia

dalam tubuh.

2.11 Penatalaksanaanb. Penatalaksanaan Luka Bakar Berdasarkan Berat Ringannya Luka Bakar

1. Luka Bakar Ringan

Dalam kasus luka bakar, ada 3 (tiga) derajat luka bakar berdasarkan tingkat

keparahannya. Derajat paling awal yaitu luka bakar ringan, dimana sebagian

epidermis (bagian teratas kulit) terbakar dalam kadar yang cukup ringan.

Page 41: Askeplukabakarasli 150423080827 Conversion Gate01

37

Biasanya luka bakar ringan disebabkan oleh terkena panas matahari berlebihan,

tersentuh benda panas misalnya setrika atau panci/wajan panas, tersiram air panas,

atau kena bahan kimia yang bersifat korosif.

Gejala luka bakar ringan adalah kulit memerah, ada pembengkakan, dan pada

beberapa kasus, bisa menyebabkan demam dan sakit kepala.

Walaupun tergolong ringan, luka bakar ringan tetap harus dirawat dengan baik.

Berikut adalah langkah-langkah perawatan luka bakar ringan :

- Dinginkan luka bakar dengan air dingin yang mengalir secara terus

menerus selama 15 menit. Hal ini bisa dilakukan dengan meletakkan

bagian yang mengalami luka bakar di bawah kran dengan air

yang terus mengalir, atau rendam dalam bak mandi atau ember yang

berisi air dingin. Tindakan ini berguna untuk mencegah atau

mengurangi bengkak yang disebabkan oleh kerusakan jaringan serta

mencegah kerusakan merembet ke lapisan kulit yang lebih dalam.

2. Jangan meletakkan es secara langsung pada luka bakar, karena dapat

menyebabkan frosbite, yaitu cedera atau kematian sel karena membeku.

3. Jangan mengoleskan apapun ke kulit yang mengalami luka bakar sebelum anda

melakukan tindakan diatas. Mengoleskan pasta gigi atau mentega bukanlah

tindakan yang tepat, bahkan akan memicu munculnya infeksi.

4. Setelah luka bakar dingin, oleskan lotion yang mengandung aloe vera atau

vitamin E. Hal ini bertujuan untuk mencegah kulit menjadi kering atau rusak.

5. Bila perlu anda dapat menutup kulit yang mengalami luka bakar dengan kasa

steril yang mengandung antibiotik  ( Sofratulle atau Daryantulle) dan plester.

Tindakan ini dapat mencegah terjadinya infeksi dan juga mengurangi nyeri akibat

luka bakar bersentuhan dengan udara atau pakaian.

6. Selain kasa steril yg mengandung antibiotik anda juga bisa mengoleskan krim

antibiotik contohnya Bioplacenton ke luka bakar untuk mencegah infeksi.

7. Untuk mengurangi rasa nyeri atau demam minumlah pereda nyeri seperti

paracetamol atau aspirin.

Page 42: Askeplukabakarasli 150423080827 Conversion Gate01

38

8. Setelah luka bakar sembuh untuk mengurangi bekas luka dapat menggunakan

mederma gel yang bisa di beli di apotik-apotik terdekat.

9. Luka bakar sedang

Luka bakar sedang atau luka bakar tingkat II adalah luka bakar yang menyebabkan

kerusakan pada lapisan di bawah kulit. Contohnya adalah sengatan sinar matahari yang

berlebihan, cairan panas dan percikan api dari bensin atau bahan lain.

Menurut Stanley M. Zildo seperti dikutip dari bukunya yang berjudul 'First Aid,Cara

Benar Pertolongan Pertama dan Penanganan Darurat', gejala luka bakar tingkat II ini

berupa kulit kemerahan, melepuh, bengkak yang tak hilang selama beberapa hari dan

kulit terlihat lembab.

Apabila terjadi luka bakar seperti ini, segera lakukan hal berikut:

10. Siram air dingin atau air es pada daerah luka atau beri kompres dengan

menggunakan handuk kecil. Bisa juga menggunakan saputangan yang

sebelumnya dicelupkan ke dalam air.

11. Keringkan luka menggunakan handuk besih atau bahan lain yang lembut.

12. Tutup dengan perban steril untuk menghindari infeksi.

13. Angkat bagian tangan atau kaki yang terluka lebih tinggi dari organ juantung.

14. Segera cari pertolongan medis jika korban mengalami luka bakar di sekitar bibir

atau kesulitan bernapas.

15. Jangan coba mengempiskan luka yang melepuh atau mengoleskan minyak,

semprotan atau ramuan lain tanpa sepengetahuan dokter.

PENATALAKSANAAN FASE RESUSITATIF

1. Perawatan di Tempat Kejadian

Page 43: Askeplukabakarasli 150423080827 Conversion Gate01

39

Prioritas pertama adalah menghentikan proses kebakaran dan mencegah mencederai

diri sendiri. Berikut prosedur emergensi tambahan :

Mematikan api

Mendinginkan luka bakar

Melepaskan benda penghalang

Menutup luka bakar

Mengirigasi luka bakar kimia.

Meskipun efek lokal paling tampak nyata pada luka bakar, namun efek sistemik

merupakan ancaman yang lebih besar. Harus diingat ABC selama periode awal pasca

luka bakar, yaitu : Airway (saluran nafas), Breathing (pernafasan) dan

Circulation/sirkulasi darah (dan Cervical spine immobilization/fiksasi vertebra servikalis

jika diperlukan).

Breathing harus dinilai dan patensi saluraran nafas diciptakan pada perawatan

emergensi. Terapi yang segera ditujukan (immediate therapy) ditujukan penciptaan

saluran nafas lapang dan pemberian oksigen 100 % yang dilembabkan. Bila terjadi edema

saluran nafas dapat dipasang pipa endotrakeal dan memulai ventilasi manual.

Sistem sirkulasi dinilai pada denyut apikal dan tekanan darah yang harus dimonitor

dengan sering. Takikardi dan hipotensi ringan terjadi segera pasca luka bakar. Survai

sekunder dari kepala sampai kaki untuk menemukan cedera lainnya.

Pencegahan syok dengan pemberian cairan infus dan elektrolit. Selain itu tidak boleh

ada makanan atau minuman diberikan lewat mulut dan pasien diposisikan untuk

pencegahan aspirasi muntahan karena mual dan vomitus timbul akibat ileus paralitik

(Brunner&suddart, 2002).

2. Perawatan di Unit Gawat Darurat

Prioritas pertama di UGD tetap ABC. Untuk cedera paru ringan, udara pernafasan

dilembabkan dan pasien didorong batuk sehingga sekret bisa dikeluarkan dengan

penghisapan. Untuk situasi parah pengeluaran sekret dengan penghisapan bronkus dan

Page 44: Askeplukabakarasli 150423080827 Conversion Gate01

40

pemberian preparat bronkodilator serta mukolitik. Jika edema jalan nafas, intubasi

endotrakeal mungkin indikasi. Continuous positive airway pressure dan ventilasi mekanis

mungkin perlu untuk oksigenasi adekuat.

Kanula Intra Vena dipasang pada vena perifer atau dimulai aliran sentral. Untuk

LPTT di atas 20%-30% harus dipasang kateter pengukuran haluaran urine. NGT untuk

resiko ileus paralitik dengan LPTT lebih 25%. Untuk cedera inhalasi atau keracunan

monoksida diberikan oksigen 100% dilembabkan.

Booster toksoid tetanus diberikan bila sudah diimunisasi sebelumnya tapi belum

menerima lagi 5 tahun terakhir. Jika riwayat imunisasi tidak diketahui, diberikan 250 unit

globulin human imun-tetanus manusia dan pemberian pertama dari serangkaian imunisasi

aktif dengan toksoid tetanus.

Selimut tidak melekat dan tidak berbulu diberikan untuk kehangatan dan pencegahan

hipotermi serta pencegahan kontaminasi dan mengurangi nyeri (atau dengan air normal

salin dingin bukan air es karena dapat merusak jaringan)

Tanggung jawab keperawatan termasuk pemantauan terhadap cedera inhalasi,

pemantauan resusitasi cairan, pengkajian luka bakar, pemantauan tanda-tanda vital,

pengumpulan riwayat kesehatan yang akurat dan tindakan kedaruratan (Hudak C. M.,

2008).

3. Perawatan di Unit Perawatan Kritis

Resusitasi cairan adalah intervensi primer pada fase ini. Tujuan dari fase perawatan

ini adalah untuk :

a). Memperbaiki defisit cairan, elektrolit dan protein.

b). Menggantikan kehilangan cairan berlanjut dan mempertahankan keseimbangan

cairan.

c). Mencegah pembentukan edema berlebihan

Page 45: Askeplukabakarasli 150423080827 Conversion Gate01

41

d). Mempertahankan haluaran urine pada dewasa 30 sampai 70 ml/jam.

Formula untuk penggantian cairan secara umum dilakukan penggantian kehilangan

kristaloid ( RL: mendekati komposisi cairan ekstravaskuler, molekulnya besar dapat

mengembangkan volume plasma yang bersirkulasi ) dan koloid. Setelah 24 jam pertama

penggantian kehilangan air evaporatif dengan dekstrosa/air (5DW) 5% untuk

pertahankan natrium 140mEq/L.

Berikut pedoman dan rumus untuk penggantian cairan luka bakar :

a). Rumus Konsensus

Larutan Ringer Laktat (atau saline lainnya) : 2-4 ml x kg BB x % luas luka bakar.

Separuh diberikan dalam 8 jam pertama; sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya.

b). Rumus Evans

Koloid : 1 ml x kg BB x % luas luka bakar

Elektrolit (salin) : 1 ml x kg BBx % luas luka bakar

Glukosa (5 % dalam air) : 2000 ml untuk kehilangan insensibel

Hari 1 : Separuh diberikan dalam 8 jam pertama; separuh sisanya dalam 16 jam

berikutnya.

Hari 2 : separuh dari cairan elektrolit dan koloid yang diberikan pada hari

sebelumya; seluruh penggantian cairan insensibel.

Maksimum 10.000 ml selama 24 jam. Luka bakar derajat dua dan tiga yang

melebihi 50 % luas permukaan tubuh dihitung berdasarkan 50% luas permukaan

tubuh.

c). Rumus Brooke Army

Koloid : 0,5 ml x kg berat badan x % luka bakar

Elektrolit ( larutan ringer laktat ): 1,5 ml x kg berat badan x % luas luka bakar

Gukosa 5 % dalam air : 2000ml untuk kehilangan insensibel.

Hari 1 : separuh diberikan dalam 8 jam pertama; separuh sisanya dalam 16 jam

berikutnya.

Page 46: Askeplukabakarasli 150423080827 Conversion Gate01

42

Hari 2 : separuh dari cairan koloid yang diberikan pada hari sebelumnya; seluruh

pengantian cairan insensibel.

Luka bakar derajad dua dan tiga yang melebihi 50 % luas permukaan tubuh dihitung

berdasarkan 50 % luas permukaan tubuh.

d. Rumus Parkland/Baxter

Pada Dewasa

Larutan Ringer Laktat : 4 ml x kg BB x % luas luka bakar

Hari 1 : separuh diberikan dalam 8 jam pertama; separuh dalam 16 jam berikutnya.

Hari 2 : bervariasi. Ditambahkan koloid.

Berikan ½ dari total kebutuhan cairan dalam waktu 8 jam pertama, dan sisanya 16

jam berikutnya.

Contoh :

korban gawat darurat tersiram air panas pada tangan kanan dan kaki kanan, umur 42

tahun dengan BB 50 kg, luas luka bakar 20%. Maka korban gawat darurat akan

mendapat 50 x 20 x 4 cc / 24 jam = 4000 cc / 24 jam. Separuh 2000cc (4 kolf) dalam

8 jam pertama. kemudian 8 jam berikutnya diberikan dari ¼ x 4000 cc = 1000cc,

pada 8 jam terakhir diberikan sisanyanya yaitu 1000cc.

catatan: 2000 cc x 20 (tetes infus set) = 80 tetes/ menit

Page 47: Askeplukabakarasli 150423080827 Conversion Gate01

43

Pada Anak-anak

Resusuitasi : 2 cc x BB(kg) x LB = a cc

Kebutuhan faal :

< 1 th : BB x 100 cc

1-3 th : BB x 75 cc = b cc

3-5 th : BB x 50 cc

Kebutuhan Total = ∑ resusitasi + ∑ faal = a + b

Diberikan dalam keadaan tercampur

- RL : Dextran = 17 : 3

- 8 jam I = ½ (a + b) cc

- 16 jam II = ½ (a + b) cc

Contoh:

1. Untuk pasien dengan berat badan 20 kg dengan luka bakar 25% Total cairan

dalam waktu 24 jam pertama

= (60 ml/jam x 24 jam) + 4 ml x 20kg x 25% luka bakar

Page 48: Askeplukabakarasli 150423080827 Conversion Gate01

44

= 1440 ml + 2000 ml

= 3440 ml (1720 ml selama 8 jam pertama)

24 jam kedua: berikan ½ hingga ¾ cairan yang diperlukan selama hari pertama.

Awasi pasien dengan ketat selama resusitasi (denyut nadi, frekuensi napas, tekanan

darah dan jumlah air seni). Transfusi darah mungkin diberikan untuk memperbaiki

anemia atau pada luka-bakar yang dalam untuk mengganti kehilangan darah.

d). Larutan salin hipertonik

Larutan pekat natrium klorida ( NaCl ) dan laktat dengan konsentrasi 250-300 mEq

natrim per liter yang diberikan pada kecepatan yang cukup untuk mempertahankan

volume keluaran urin yang diinginkan. Jangan meningkatkan kecepatan infus selama

8 jam pertama pasca luka bakar. Kadar natrium serum harua dipantau dengan ketat,

tujuan : meningkatkan kadar natrium serum dan osmolalitas untuk mengurangi

edema dan mencegah komplikasi paru.

Page 49: Askeplukabakarasli 150423080827 Conversion Gate01

45

Page 50: Askeplukabakarasli 150423080827 Conversion Gate01

BAB III

PENUTUP

3.1 KesimpulanKulit adalah organ kompleks yang memberikan pertahanan tubuh pertama terhadapkemungkinan

lingkungan yang merugikan. Kulit melindungi tubuh terhadap infeksi, mencegahkehilangan cairan tubuh,

membantu mengontrol suhu tubuh, berfungsi sebagai organ eksretoridan sensori, membantu dalam proses

aktivasi vitamin D, dan mempengaruhi citra tubuh. Lukabakar adalah hal yang umum, namun merupakan

bentuk cedera kulit yang sebagian besar dapat dicegah

Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh dokter, jenis yang

beratmemperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi dibandingkan dengan cederaoleh sebab

lain .Biaya yang dibutuhkan juga cukup mahal untuk penanganannnya. Penyebab lukabakar selain karena api

( secara langsung ataupun tidak langsung ), juga karena pajanan suhutinggi dari matahari, listrik maupun

bahan kimia. Luka bakar karena api atau akibat tidak langsung dari api ( misalnya tersiram panas ) banyak

terjadi pada kecelakaan rumah tangga.

Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan kontak dengan

sumber panas seperti kobaran api di tubuh (flame), jilatan api ke tubuh (flash), terkena air

panas (scald), tersentuh benda panas (kontak panas), akibat sengatan listrik, akibat bahan-

bahan kimia, serta  sengatan matahari.

3.2 Sarana. Untuk mahasiswa sebaiknya dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien

dengan kegawat daruratan luka bakar diharapkan mampu memahami konsep dasar

luka bakar serta konsep asuhan keperawatan.

b. Untuk institusi pendidikan hendaknya lebih melengkapi literatur yang berkaitan

dengan penyakit ini.

c. Diharapkan seorang Perawat agar dapat lebih profesional dengan pengetahuan dan

ketrampilan yang dimiliki sehingga dapat melakuan penanganan luka bakar dengan

cepat dan tepat.

44

Page 51: Askeplukabakarasli 150423080827 Conversion Gate01

DAFTAR PUSTAKA

Corwin, E. J. (2009). Buku Saku Patofisiologi edisi 3 . Jakarta: EGC.

Doenges, M. G. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: EGC.

Gruendemann, Barbara J. (2005). Buku Ajar Keperawatan Periopratif, vol. 2. Jakarta: EGC.

Hudak, C. M. (2008). Keperawatan kritis pendekatan 1 edisi 8. Jakarta : EGC.

Mansjoer, A. (2001). Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius.

Suddarth, B. &. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta: EGC.

Wilkinson, Judith M. (2011). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 9. Jakarta: EGC.

45