17
I. PENDAHULUAN Miopia adalah suatu keadaan mata dimana sinar sejajar yang datang dari jarak yang tak terhingga masuk ke dalam mata dalam keadaan tidak berakomodasi dan dibiaskan di depan retina 1,2,3,4,5 . Pada miopia, titik fokus sistem optik media penglihatan terletak di depan makula lutea, hal ini dapat disebabkan oleh sistem optik yang terlalu kuat, bola mata yang terlalu panjang, miopia aksial atau sumbu 1,2,3 . Pasien dengan mata miopia memberikan keluhan penglihatan kabur untuk melihat jauh, sedangkan untuk melihat dekat akan lebih jelas 2,3 . Koreksi untuk mata miopia dengan menggunakan lensa sferis negatif terkecil yang memberikan ketajaman penglihatan maksimal 1,3,4 . Presbiopia merupakan keadaan refraksi mata, dimana pungtum proksimum yaitu titik terdekat yang dapat dilihat dengan akomodasi maksimal telah begitu jauh, sehingga pekerjaan dekat yang halus seperti membaca, menjahit sukar dilakukan. Proses ini merupakan keadaan fisiologis yang terjadi pada setiap mata pada usia di 1

Astigmatisma.doc

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Astigmatisma.doc

I. PENDAHULUAN

Miopia adalah suatu keadaan mata dimana sinar sejajar yang

datang dari jarak yang tak terhingga masuk ke dalam mata dalam

keadaan tidak berakomodasi dan dibiaskan di depan retina1,2,3,4,5. Pada

miopia, titik fokus sistem optik media penglihatan terletak di depan makula

lutea, hal ini dapat disebabkan oleh sistem optik yang terlalu kuat, bola

mata yang terlalu panjang, miopia aksial atau sumbu1,2,3. Pasien dengan

mata miopia memberikan keluhan penglihatan kabur untuk melihat jauh,

sedangkan untuk melihat dekat akan lebih jelas2,3. Koreksi untuk mata

miopia dengan menggunakan lensa sferis negatif terkecil yang

memberikan ketajaman penglihatan maksimal1,3,4.

Presbiopia merupakan keadaan refraksi mata, dimana pungtum

proksimum yaitu titik terdekat yang dapat dilihat dengan akomodasi

maksimal telah begitu jauh, sehingga pekerjaan dekat yang halus seperti

membaca, menjahit sukar dilakukan. Proses ini merupakan keadaan

fisiologis yang terjadi pada setiap mata pada usia di atas 40 tahun,

dimana dikoreksi dengan lensa positif sesuai dengan usia penderita1,2,3.

Astigmatisma adalah suatu keadaan dimana sinar sejajar yang

datang dari jarak yang tak terhingga masuk ke dalam mata dalam

keadaan tidak berakomodasi dan tidak dibiaskan dengan kekuatan yang

sama pada seluruh bidang pembiasan sehingga fokus pada retina tidak

pada satu titik1,2,3,4,6,7.

Astigmatisma regular adalah permukaan kornea ataupun lensa

memiliki kelengkungan yang tidak sferis dan terdapat dua bidang ekstrim,

1

Page 2: Astigmatisma.doc

yaitu meridian dengan daya bias maksimal dan minimal yang saling tegak

lurus letaknya, jadi ada meridian yang vertikal dan ada meridian yang

horizontal yang mempunyai kemampuan berbeda dalam membiaskan

sinar-sinar sejajar1,3,7. Astigmatisma irreguler adalah permukaan kornea

yang membiaskan sinar tidak teratur dan tidak terdapat dua meridian

ekstrim yang saling tegak lurus yang membiaskannya1,3,7.

Penyebab dari astigmatisma adalah kelainan kornea (90%), yaitu

perubahan lengkung kornea dengan atau tanpa pemendekan atau

pemanjangan diameter anterior – posterior bola mata, kelainan ini dapat

merupakan kelainan kongenital, akibat kecelakaan, peradangan kornea

atau akibat operasi, selain itu dapat pula disebabkan oleh karena kelainan

pada lensa, seperti kekeruhan lensa, biasanya oleh karena katarak

insipien atau imatur2,4,7,.

Mata astigmatisma miopikus simpleks yang sering disebut mata

silindris adalah keadaan dimana sinar yang masuk ke dalam mata tidak

dipusatkan pada satu titik akan tetapi tersebar3,7. Astigmatisma miopikus

simpleks sering diakibatkan permukaan kornea yang tidak teratur4,7,8. Mata

normal mempunyai permukaan kornea yang licin kelengkungan yang

sama pada setiap bagiannya1,2,,3. Pada mata dengan astigmatisma

miopikus simpleks maka permukaan kornea menyimpang dari normal dan

kelengkungan kornea lebih berat pada satu bidang3,7. Akibat astigmatisma

miopikus simpleks dapat dibandingkan dengan melihat pada cermin yang

tidak rata3,4,7.

2

Page 3: Astigmatisma.doc

Daya akomodasi mata tidak dapat mengkompensasi kelainan

astigmatisma karena pada akomodasi, lengkung lensa mata berubah

sama kuatnya di semua bidang, dengan kata lain, kedua bidang

memerlukan koreksi derajat akomodasi yang berbeda, sehingga tidak

dapat dikoreksi pada saat bersamaan tanpa dibantu kacamata. Oleh

sebab itu pada penderita miopik astigmatisma bila tidak dibantu kacamata

penglihatannya tidak pernah jelas3,4,7,9.

Kita dapat mengangap mata yang astigmatisma mempunyai sistem

lensa yang terdiri atas dua lensa silinder dengan kekuatan yang berbeda

yang diletakan saling tegak lurus, karena itu cara untuk koreksi

astigmatisma miopikus simpleks biasanya ialah cara trial and error untuk

menemukan lensa sferis yang cocok untuk mengoreksi pembiasan pada

salah satu bidang, setelah itu lensa silinder tambah digunakan untuk

mengoreksi kelainan pada bidang yang lain2,3,7,9.

Gejala utama astigmatisma miopikus simpleks adalah penglihatan

kabur, selain itu penderita mengeluh adanya sakit kepala, kelelahan atau

rasa tegang pada mata, rasa tidak nyaman pada mata atau iritasi3,4,7.

Pada astigmatisma irregular dimana terjadi pemantulan dan

pembiasan sinar yang tidak teratur pada permukaan kornea, maka koreksi

dilakukan dengan menggunakan lensa kontak7,9. Dengan memakai lensa

kontak ini, maka permukaan depan kornea tertutup rata dan diisi oleh film

air mata. Kadang-kadang perlu dilakukan pencangkokan kornea,

keratoplasti untuk menghilangkan jaringan parut yang mengakibatkan

gangguan penglihatan9,10,11,12.

3

Page 4: Astigmatisma.doc

II. LAPORAN KASUS

Seorang penderita laki-laki, usia 57 tahun, suku Minahasa, bangsa

Indonesia, agama Kristen Protestan, pekerjaan pensiunan , alamat

Karombasan, datang berobat di Poliklinik Mata RSU Prof. dr. R. D.

Kandou pada tanggal 10 Agustus 2005 dengan keluhan utama mata

kabur.

Anamnesis

Mata kabur dialami penderita sejak 2 tahun yang lalu pada kedua

mata. Penglihatan kabur ini dialami secara perlahan-lahan, tanpa

menimbulkan rasa sakit yang hebat. Apabila penderita menyipitkan mata,

penglihatan menjadi lebih jelas, bila terlalu lama memaksakan untuk

membaca, mata sering terasa perih dan mengeluarkan air mata mata,

mata terasa berat dan kadang-kadang sakit kepala tapi tidak hebat.

Apabila melihat sesuatu akan terlihat dua bayangan, Penderita

sebelumnya sudah memakai kacamata.

Riwayat trauma pada mata disangkal penderita. Riwayat penyakit

mata lainnya disangkal penderita. Riwayat penyakit dahulu seperti sakit

gula, sakit darah tinggi, sakit jantung dan sakit paru-paru, sakit ginjal

sebelumnya tidak ada. Riwayat alergi obat tidak ada. Dalam keluarga

hanya penderita yang sakit seperti ini

4

Page 5: Astigmatisma.doc

Pemeriksaan Fisik

Status generalis : keadaan umum cukup, kesadaran kompos mentis,

tekanan darah 120/ 80 mmHg, nadi 80 x/ menit,

pernapasan 20 x/ menit, suhu badan 36,9oC. Jantung dan

paru-paru tidak ditemukan kelainan, perut datar dan

lemas, nyeri tekan tidak ada, hati dan limpa tidak teraba,

ekstremitas tidak ada kelainan.

Status psikiatri : sikap penderita kooperatif, ekspresi wajar dan respon

yang ditunjukkan baik.

Status neurologi : motorik dan sensibilitas baik, refleks fisiologis positif

normal, refleks patologik tidak ada.

Pemeriksaan Khusus (Status Oftalmikus)

Pemeriksaan Objektif:

a. Inspeksi umum:

Oculus dekstra (OD) dan oculus sinistra (OS) tidak ditemukan

pembengkakan, lakrimasi , benjolan tidak ada.

b. Inspeksi khusus:

Oculi dekstra dan oculi sinistra apparatus lakrimalis tidak ada kelainan,

sklera tidak ada kelainan, konjungtiva jernih, ulkus dan sikatriks tidak

ada, refleks pupil ada, lensa jernih.

5

Page 6: Astigmatisma.doc

c. Palpasi:

Oculi dekstra dan oculi senistra nyeri tekan dan benjolan tidak ada,

tekanan intraocular dengan tonometer, tekanan intraocular oculi

dekstra: 17,3 mmHg dan tekanan intraocular oculi sinistra: 17,3 mmHg.

Pemeriksaan subjektif:

Dengan Snellen card didapatkan visus untuk oculus dekstra: 6/ 12,

pinhole 6/ 10 dan setelah dikoreksi dengan lensa S – 0,75 = C – 0,75 axis

900 menjadi 6/ 6, sedangkan visus untuk oculus sinistra 6/6 F2 dan setelah

dikoreksi dengan lensa C – 0,25 axis 900 menjadi 6/ 6. PD: 64/ 62 mm.

Resume

Seorang penderita laki-laki, usia 57 tahun datang berobat di

Poliklinik Mata dengan keluhan utama mata kabur sejak 2 tahun yang lalu,

yang terjadi secara perlahan-lahan disertai dengan gejala mata cepat

lelah, keluar air mata, mata terasa berat dan sakit kepala yang tidak hebat

yang kadang-kadang timbul. Melihat dua bayangan pada satu benda .

Riwayat trauma, hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung, paru-paru,

ginjal tidak ada. Pemeriksaan fisik: status generalis dalam batas normal.

Status oftalmikus OD visus 6/ 12, pinhole 6/ 10 dikoreksi dengan lensa S –

0,75 = C – 0,50 axis 900 menjadi 6/ 6. OS visus 6/ 6 F dikoreksi dengan

lensa C – 0,25 axis 900 menjadi 6/ 6. PD: 64/ 62 mm, konjungtiva jernih,

lakrimasi .

6

Page 7: Astigmatisma.doc

Diagnosis

Astigmatisma compound OD + astigmatisma simpleks OS +

Presbiopia ODS

Penanganan

Pemakaian kaca mata dengan ukuran:

OD : S – 0,75 = C – 0,25 axis 90 0 add S + 3,00

OS : C – 0,25 axis 90 0 add S + 3,00

Prognosis

Dubia ad bonam

7

Page 8: Astigmatisma.doc

III. DISKUSI

Diagnosis Astigmatisma compound OD + astigmatisma simpleks

OS ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik2,3,4,7.

Pada anamnesis didapatkan keluhan berupa penglihatan kabur jika

penderita membaca atau melihat sesuatu pada jarak jauh, hal ini sesuai

dengan kepustakaan dimana pada penderita dengan mata miopia

penglihatan kabur untuk melihat jauh dan kabur melihat dekat pada

presbiopia2,3. Selain itu pada anamnesis juga didapatkan mata kabur dan

disertai dengan lekas lelah pada mata, mata terasa berat dan kadang-

kadang sakit kepala tetapi tidak hebat. Hal ini sesuai dengan

kepustakaan, dimana pada suatu astigmatisma memberikan gejala mata

kabur disertai gejala-gejala cepat lelah, sakit kepala, rasa tegang atau

rasa tidak nyaman pada mata3,4,7.

Pada pemeriksaan subyektif menggunakan Snellen card dengan

cara coba-coba (trial and error) didapatkan visus awal untuk oculus

dekstra: 6/ 12, pinhole 6/ 10 dan setelah dikoreksi dengan lensa S – 0,75 = C

– 0,50 axis 900 menjadi 6/ 6, sedangkan visus untuk oculus sinistra 6/ 6 F

dan setelah dikoreksi dengan lensa C – 0,25 axis 900 menjadi 6/ 6. Dari

hasil pemeriksaan ini dapat ditarik kesimpulan mata kanan penderita

mengalami kelainan berupa Astigmatisma compound 3,7,9, sedangkan pada

mata kiri penderita mengalami kelainan astigmatisma simpleks OS 1,3,5.

Penanganan Astigmatisma compound yaitu dengan pemakaian

lensa silinder, lensa kontak dan kadang-kadang diperlukan

8

Page 9: Astigmatisma.doc

pencangkokkan kornea atau dilakukan keratoplasti3,9,10,11,12. Pada penderita

ini setelah penglihatannya dikoreksi visusnya menjadi 6/6. Hal ini

menunjukkan bahwa dengan koreksi tersebut mata penderita sudah dapat

melihat dengan baik, oleh karena itu pada penderita ini dianjurkan untuk

memakai kacamata dengan ukuran OD: S – 0,75 = C – 0,50 axis 900 dan

OS: C – 0,25 axis 900. Selain itu penderita dianjurkan untuk kontrol di

Poliklinik Mata secara rutin dan teratur minimal 6 bulan sekali, penerangan

harus cukup bila penderita membaca dan makan makanan bergizi3,7.

Prognosis penderita ini baik, karena ketajaman penglihatan

penderita pada mata kanan dan kiri dapat dikoreksi dengan lensa silinder

atau lensa kontak. Ketajaman penglihatan penderita bila tidak dapat

dikoreksi dengan silinder atau dengan lensa kontak maka dapat dilakukan

operasi keratoplasti9,10,11,12,13. Pada penderita ini prognosisnya baik karena

dengan penggunaan lensa, visus penderita dapat dikoreksi sampai 6/ 6.

IV. KESIMPULAN

9

Page 10: Astigmatisma.doc

1. Diagnosis Astigmatisma compound dan astigmatisma simpleks

pada pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis dan

pemeriksaan fisik.

2. Gejala utama astigmatisma adalah mata kabur yang disertai

keluhan mata cepat lelah, sakit kepala yang tidak berat, rasa tidak

nyaman pada mata.

3. Gejala utama miopia adalah penglihatan kabur untuk melihat jauh,

sedangkan untuk melihat dekat akan lebih jelas.

4. Koreksi astigmatisma yaitu dengan lensa silinder, lensa kontak atau

pencangkokan kornea.

5. Koreksi untuk miopia yaitu dengan menggunakan lensa sferis

negatif.

6. Penanganan preventif pada penderita ini adalah dengan kontrol

teratur di Poliklinik Mata, membaca ditempat yang terang dan

makan makanan yang bergizi.

7. Prognosis penderita ini adalah baik.

KEPUSTAKAAN

10

Page 11: Astigmatisma.doc

1. Riordan P. Optics and Refraction. In: Vaughan D, Asbury T, Riordan P,

editors. General Ophtalmology 15th ed. Canada: Prentice Hall

International Inc; 2000. p. 355 – 69.

2. Wijana N. Ilmu Penyakit Mata. Cetakan ke – 6. Jakarta: Abadi Tegal;

1993: hal. 256 – 8.

3. Ilyas S. Tajam Penglihatan dan Kelainan Refraksi. Dalam: Penuntun

Ilmu Penyakit Mata edisi ke – 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2003.

hal: 1 – 19.

4. The Merck Manual illustrated [monograph on CD-ROM]. Napier R,

Stone W. Merck & Co., Inc., producers, 17th ed. Whitehouse Station,

N.J.; 1999.

5. Fredrick DR. Myopia. British Medical Journal [serial online] 2002 May

18 [cited 2005 July 21]. 324 :1195 – 1199 Available from: URL:

HYPERLINK

http://bmj.bmjjournals.com/cgi/content/full/324/7347/1195.htm

6. Guyton AC, Hall JE. Sifat Optik Mata. Dalam : Setiawan I, editor

bahasa Indonesia. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit

Buku Kedokteran EGC; 1997. hal: 779 – 94.

7. Astigmatisma. [cited 2005 July 21]. Available from: URL: HYPERLINK

http://www.hendrickhealth.org.htm

8. Fan DSP, Rao SK, Cheung EYY, et al. Astigmatism in Chinese

preschool children: prevalence, change, and effect on refractive

development. British Journal of Ophthalmology [serial online] 2004

11

Page 12: Astigmatisma.doc

November [cited 2005 July 21]. 88: 938 – 941 Available from: URL:

HYPERLINK

http://bjo.bmjjournals.com/cgi/content/full/88/7/938.htm

9. Alpins N. A re-analysis of astigmatism correction. British Journal of

Ophthalmology [serial online] 2002 [cited 2005 July 21]. 86: 832.

Available from: URL: HYPERLINK

http://bjo.bmjjournals.com/cgi/content/full/832.htm

10.Morlet N, Minassian D, Dart J. Astigmatism and the analysis of its

surgical correction. British Journal of Ophthalmology [serial online]

2002 [cited 2005 July 21]. 86:1458-1459. Available from: URL:

HYPERLINK

http://bjo.bmjjournals.com/cgi/content/full/85/9/1127 .htm

11.Astigmatism and the analysis of its surgical correction. British Journal

of Ophthalmology [serial online] 2001 September [cited 2005 July 21].

85: 1127 – 1138. Available from: URL: HYPERLINK

http://bjo.bmjjournals.com/cgi/content/full/85/9/1127 .htm

12.Condon PI, Mulhern M, Fulcher T, et al. Laser intrastromal keratomileusis for

high myopia and myopic astigmatism. British Journal of Ophthalmology

[serial online] 1997 March [cited 2005 July 21]. 81:199-206 Available from:

URL: HYPERLINK http://bjo.bmjjournals.com/cgi/content/full/81/3/199.htm

12