107
i ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. S DENGAN GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULAR : CONGESTIF HEART FAILURE PADA POST PARTUM HARI KE IV ATAS INDIKASI PREEKLAMPSIA BERAT DI PAVILIUN CEMPAKA RUMAH SAKIT UMUM KABUPATEN TANGERANG KARYA TULIS Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan Disusun Oleh : KUSUMA WARDINI NIM : P17320410057 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN BANTEN JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG 2013

asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

Embed Size (px)

DESCRIPTION

merupakan karya tulis mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan gagal jantung kongestif atau congestif heart failure

Citation preview

Page 1: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

i

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. S DENGAN GANGGUAN SISTE M KARDIOVASKULAR : CONGESTIF HEART FAILURE PADA POST PARTUM HARI KE IV ATAS INDIKASI PREEKLAMPSIA BERAT

DI PAVILIUN CEMPAKA RUMAH SAKIT UMUM KABUPATEN TANGERANG

KARYA TULIS

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan

Disusun Oleh :

KUSUMA WARDINI

NIM : P17320410057

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN BANTEN

JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG

2013

Page 2: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

ii

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

KARYA TULIS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. S DENGAN GANGGUAN SISTE M KARDIOVASKULAR : CONGESTIF HEART FAILURE PADA POST PARTUM HARI KE IV ATAS INDIKASI PREEKLAMPSIA BERAT

DI PAVILIUN CEMPAKA RUMAH SAKIT UMUM KABUPATEN TANGERANG

Disusun Oleh :

KUSUMA WARDINI NIM : P17320410057

Telah diujikan dan dinyatakan “LULUS” pada tanggal 24 Juli 2013

Pembimbing

Hj. Lindawati, S.Kep, Ners, MKM

NIP. 196911251993032002

Menyetujui, Ketua Jurusan Keperawatan Tangerang

Reni Ratnasih, S.Kp, M.Kes NIP. 195703201980122001

Page 3: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

iii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

KARYA TULIS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. S DENGAN GANGGUAN SISTE M KARDIOVASKULAR : CONGESTIF HEART FAILURE PADA POST PARTUM HARI KE IV ATAS INDIKASI PREEKLAMPSIA BERAT

DI PAVILIUN CEMPAKA RUMAH SAKIT UMUM KABUPATEN TANGERANG

Disusun Oleh :

KUSUMA WARDINI NIM : P17320410057

Ketua Penguji

Parta Suhanda, S.Kp, M.Biomed NIP. 197003201993031004

Anggota Penguji

H. Toto Subiakto, S.Kep, Ners, M.Kep NIP. 197005262000031001

Anggota Penguji

Ns. Mike Heri, S.Kep NIP.196610301989032006

Menyetujui, Ketua Jurusan Keperawatan Tangerang

Reni Ratnasih, S.Kp, M.Kes NIP. 195703201980122001

Page 4: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan karya tulis ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Karya tulis ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dalam menempuh

ujian akhir program di Politeknik Kesehatan Banten Jurusan Keperawatan

Tangerang , adapun judul dari karya tulis ini adalah “Asuhan Keperawatan

Pada Ny.S Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler : Congestif Heart

Failure Pada Post Partum Hari Ke IV Atas Indikasi Pre Eklampsia

Berat di Pavilliun Cempaka Rumah Sakit Umum Tangerang”.

Selama penulisan karya tulis ini penulis telah banyak menerima bantuan

dari berbagai serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam

kesempatan ini penulis bermaksud mengucapkan banyak terima kasih

kepada :

1. Ibu Reni Ratnasih, S.Kp, M.Kes, selaku ketua Jurusan Keperawatan

Tangerang, Politeknik Kesehatan Banten.

2. Ibu Dr. Hj. Desiriana Dinardianti, MARS selaku Direktur Rumah Sakit

Umum Daerah Kabupaten Tangerang.

3. Ibu Hj. Lindawati, S.Kep, Ners, MKM, selaku pembimbing yang telah

menyediakan waktu untuk membimbing dalam penyusunan karya tulis

ini.

Page 5: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

v

4. Bapak Parta Suhanda, S.Kp, M.Biomed, Bapak H. Toto Subiakto,

S.Kep, Ners, M.Kep dan Ibu Ns Mike Heri, S.Kep, selaku tim penguji.

5. Kepala ruangan Cempaka Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten

Tangerang beserta seluruh staf yang telah memberikan kesempatan dan

bantuan kepada penulis dalam memberikan asuhan keperawatan.

6. Klien Ny. S dan keluarga yang telah bersedia bekerjasama dengan

penulis selama melakukan asuhan keperawatan.

7. Mama dan Bapak tercinta, terima kasih atas segala limpahan kasih

sayang, doa, dan perhatian, dukungan dan bimbingan yang telah

diberikan dan segala yang telah dilakukan selama ini kepada penulis

sehingga studi yang dijalani dapat selesai tepat waktu.

8. Nita Listianingsih dan Kusuma Wardani, saudara dari penulis yang

senantiasa memberikan dorongan agar segera menyelesaikan penulisan

karya tulis ini.

9. Teman terdekat penulis Misbah Amrullah yang telah dengan sabar dan

penuh kasih sayang memberikan dukungan, perhatian, mendengar keluh

kesah dan senantiasa menemani penulis menyusun karya tulis ini.

10. Seluruh staf dosen, pengelola perpustakaan, dan karyawan Perwakilan

Jurusan Keperawatan Tangerang Politeknik Kesehatan Banten.

11. Sahabat penulis, Noor Okti, Ani Desi dan Lisa Perikani yang telah

senantiasa menemani penulis dan menjadi tempat curahan hati penulis.

Page 6: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

vi

12. Teman-teman angkatan 13 yang tidak dapat disebutkan satu persatu,

yang senantiasa menemani dalam suka dan duka dan ikut berjuang

dalam penyusunan tugas akhir.

Demikianlah kata pengantar ini penulis sampaikan. Penulis

memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam penulisan karya

tulis ini terdapat berbagai kekurangan yang disebabkan keterbatasan

kemampuan penulis. Harapan penulis, semoga karya tulis ini dapat

bermanfaat bagi diri penulis pada khususnya dan bagi para pembaca

pada umumnya.

Tangerang, Juli 2013

Penulis

Page 7: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

vii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ...................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ................................................ iii

KATA PENGANTAR ........................................................................... iv

DAFTAR ISI .......................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................. ix

DAFTAR TABEL ................................................................................. x

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang ............................................................ 1

2. Tujuan ........................................................................ 4

3. Teknik Pengumpulan Data ......................................... 5

4. Sistematika Penulisan ................................................. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Gangguan Sistem

Kardiovaskular : CHF ................................................. 7

B. Asuhan Keperawatan Kasus Sistem

Kardiovaskular : CHF ................................................. 36

BAB III LAPORAN KASUS

I. Pengkajian ................................................................... 53

II. Analisa Data ................................................................ 68

III. Diagnosa Keperawatan ............................................... 71

IV. Intervensi Keperawatan .............................................. 72

V. Implementasi Keperawatan......................................... 75

VI. Evaluasi ....................................................................... 82

Page 8: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

viii

BAB IV PEMBAHASAN

1. Pengkajian ................................................................... 85

2. Diagnosa Keperawatan ............................................... 87

3. Perencanaan ................................................................ 89

4. Pelaksanaan ................................................................. 90

5. Evaluasi ....................................................................... 91

BAB V PENUTUP

1. Kesimpulan ................................................................. 93

2. Saran ........................................................................... 94

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 96

LAMPIRAN

Page 9: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : Gambar anatomi jantung manusia.

Gambar 2.2 : Bagan patofisiologi Preeklampsia dan CHF

Gambar 3.1 : Gambar genogram keluarga Ny.S

Page 10: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

x

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 : Intervensi Keperawatan Aktual/Resiko Menurunnya Curah

Jantung Berhubungan Dengan Penurunan Kontraktilitas

Ventrikel Kiri, Perubahan Frekuensi, Irama, Dan Konduksi

Elektrikal

Tabel 2.2 : Intervensi Keperawatan Aktual/Resiko Tinggi Kerusakan

Pertukaran Gas Yang Berhubungan Dengan Perembesan

Cairan, Kongesti Paru Sekunder, Perubahan Membrane

Kapiler Alveoli Dan Retensi Cairan Interstitial.

Tabel 2.3 : Intervensi Keperawatan Aktual/Resiko Tinggi Gangguan Pola

Nafas Tidak Efektif Berhubungan Dengan Pengembangan Paru

Yang Tidak Optimal, Kelebihan Cairan Di Paru Sekunder Pada

Edema Paru Akut.

Tabel 2.4 : Intervensi Keperawatan Aktual/Resiko Tinggi Gangguan

Perfusi Perifer Berhubungan Dengan Menurunnya Curah

Jantung.

Tabel 2.5 : Intervensi Keperawatan Aktual/Resiko Tinggi Kelebihan

Volume Cairan Yang Berhubungan Kelebihan Cairan

Elektrolit, Perebesan Cairan Interstitial Di Sistemik Sebagai

Dampak Sekunder Dari Penurunan Curah Jantung : Gagal

Jantung Kanan.

Tabel 2.6 : Intervensi Keperawatan Intoleransi Aktivitas Berhubungan

Dengan Ketidakseimbangan Antara Suplai Oksigen Ke

Jaringan Dengan Kebutuhan Sekunder Dari Penurunan Curah

Jantung.

Tabel 2.7 : Intervensi Keperawatan Defisit Perawatan Diri Berhubungan

Dengan Kelemahan Fisik.

Tabel 3.1 : Pola Aktivitas Sehari-hari Ny. S.

Tabel 3.2 : Analisa Data.

Tabel 3.3 : Intervensi Keperawatan Pada Ny. S.

Page 11: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

xi

Tabel 3.4 : Implementasi Keperawatan Pada Ny.S

Tabel 3.5 : Evaluasi Tindakan Pada Ny.S.

Page 12: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

1

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Penyakit kardiovaskular menjadi masalah kesehatan utama

dalam masyarakat pada beberapa negara industri maju dan negara

berkembang seperti Indonesia. Salah satunya adalah gagal jantung

yang dikenal dengan gagal jantung kongestif, yang merupakan

ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang adekuat untuk

memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi. Istilah gagal

jantung kongestif paling sering digunakan kalau terjadi gagal jantung

sisi kiri dan sisi kanan.( Brunner and Suddart vol.2, 2002 ).

Gagal jantung kongestif merupakan satu-satunya penyakit

kardiovaskular yang terus meningkat insiden dan prevalensinya.

Setengah dari pasien yang terdiagnosis gagal jantung masih

mempunyai harapan untuk hidup selama 5 tahun. Namun sekitar

250.000 pasien meninggal oleh sebab gagal jantung baik langsung

maupun tidak langsung setiap tahunnya, dan angka tersebut telah

meningkat 6 kali dalam 40 tahun terakhir. Risiko kematian dari

penyakit gagal jantung setiap tahunnya sebesar 5-10% pada pasien

dengan gejala ringan akan meningkat hingga 30-40% hingga

berlanjutnya penyakit (Joesoef, 2007).

Gagal jantung merupakan tahap akhir dari seluruh penyakit

jantung dan merupakan penyebab peningkatan morbiditas dan

Page 13: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

2

mortalitas pasien jantung. Mortalitas satu tahun klien dengan gagal

jantung berat lebih besar dari 50%. Sedangkan klien dengan gagal

jantung ringan mempunyai mortalitas satu tahun ≥ dari 10%.

Berdasarkan data di Rumah Sakit Umum Tangerang mengenai

mordibitas pasien rawat inap tahun 2012, terdapat 1632 kasus

mengenai gagal jantung dimana diantaranya 39 kasus pasien

meninggal dunia.(Medical Record RSU Tangerang, 2012)

Insiden gagal jantung dalam setahun diperkirakan 2,3-3,7%

penderita pertahun. Kejadian gagal jantung akan semakin meningkat

di masa depan karena semakin bertambahnya usia harapan hidup dan

perbaikan harapan hidup penderita dengan penurunan fungsi jantung

(Mariyono H, 2007).

Selain itu, penyakit lain yang berpengaruh terhadap timbulnya

gagal jantung ini salah satunya adalah penyakit preeklampsi yang

dapat terjadi pada masa kehamilan maupun pada masa post partum.

Apabila seorang ibu mengalami preeklampsia, akan mengakibatkan

gangguan pada berbagai organ dalam tubuh salah satunya adalah paru-

paru yang akan berakhir dengan gagal jantung. (Ida Ayu Chandranita,

2008).

Dampak gagal jantung terhadap morbiditas juga bergantung

pada beratnya penyakit. Klien dengan gagal jantung berat hanya

mungkin melakukan aktivitas yang sangat terbatas. Klien dengan

gagal jantung yang lebih ringan pun harus membatasi aktivitas

fisiknya. Sekali klien menderita gagal jantung, kemungkinan ia akan

Page 14: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

3

selalu mempunyai kapasitas latihan yang menurun, meskipun dengan

adanya pengobatan modern.(Arif Mutaqqin, 2009).

Besarnya masalah yang ditimbulkan gagal jantung kongestif dan

terhadap status kesehatan, maka dibutuhkan peran perawat untuk

mengatasi dampak penyakit gagal jantung kongestif. Perawat

memegang peranan penting dalam melaksanakan asuhan keperawatan

meliputi tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,

pelaksanaan dan implementasi. Perawat juga mempunyai peran dalam

memberikan pendidikan kesehatan kepada penderita gagal jantung

kongestif agar mengerti dan menghindari penyebab penyakit gagal

jantung. Peran perawat sebagai advokat harus dapat melindungi dan

menjamin agar hak dan kewajiban klien terlaksanan dengan seimbang,

yaitu memperoleh pelayanan kesehatan dengan baik.(Arif Mutaqqin,

2009).

Berdasarkan masalah diatas penulis tertarik untuk mengangkat

masalah gagal jantung sebagai tema penyusunan Karya tulis yang

dituangkan dalam judul “Asuhan Keperawatan Pada Ny.S Dengan

Gangguan Sistem Kardiovaskuler : Congestif Heart Failure Pada

Post Partum Hari Ke IV Atas Indikasi Pre Eklampsia Berat di

Pavilliun Cempaka Rumah Sakit Umum Tangerang”.

Page 15: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

4

2. Tujuan

Adapun tujuan dari penyusunan karya tulis ini adalah sebagai berikut :

a. Tujuan Umum

Mendapatkan pengalaman nyata melaksanakan studi kasus pada

pasien dengan gangguan sisten kardiovaskular : Congestif Heart

Failure, secara komprehensif mencakup unsur bio-psiko-sosial-

spiritual dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.

b. Tujuan Khusus

1. Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan gangguan

sistem kardiovaskular: Congestif Heart Failure.

2. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan

gangguan sistem kardiovaskuler : Congestif Heart Failure.

3. Mampu menyusun intervensi keperawatan sesuai dengan

diagnosa keperawatan.

4. Mampu melakukan implementasi sesuai dengan intervensi

keperawatan yang telah disusun.

5. Mampu melakukan penilaian/evaluasi sesuai dengan tujuan

keperawatan.

6. Mampu mendokumentasikan langkah-langkah proses

keperawatan dari pengkajian sampai penilaian.

Page 16: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

5

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam melakukan pengumpulan data, penulis menggunakan

prosedur yang sistematis, diantaranya :

a. Observasi/pengamatan

Studi lapangan merupakan sistem pengambilan data dimana penulis

mengadakan tinjauan langsung ke rumah sakit untuk mengamati,

berdiskusi dengan perawat ruangan tentang apa yang penulis amati

dan mencatat informasi yang penulis dapatkan mengenai hal-hal

yang berhubungan dengan klien.

b. Penelusuran literatur/dokumentasi

Adalah suatu metode dalam pengambilan bahan dan data

berdasarkan pada buku-buku, majalah, jurnal dan lain-lain yang

menggambarkan gambaran secara umum serta informasi terhadap

masalah tersebut diatas.

c. Pemeriksaan fisik

Adalah suatu metode pengumpulan data melalui pemeriksaan Head

To Toe yang meliputi pemeriksaan inspeksi, auskultasi, palpasi,

perkusi dan hasil pemeriksaan penunjang.

d. Interview/anamnesa

Wawancara ini dilakukan dengan melakukan tanya jawab atau

komunikasi langsung dengan klien dan keluarga klien.

Page 17: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

6

4. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan karya tulis ini penulis susun dalam bab-bab

sehingga para pembaca bisa memahami isi dari karya tulis ini. Secara

garis besar isi dari karya tulis ini adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN berisikan latar belakang, tujuan penulisan,

teknik pengumpulan data dan sistematika penulisan karya tulis.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA berisikan tentang dasar-dasar teori

yang berhubungan dengan permasalahan dan juga dilengkapi dengan

sumber-sumber yang digunakan dalam penulisan karya tulis.

BAB III LAPORAN KASUS berisikan tentang laporan kasus dan

asuhan keperawatan yang diangkat oleh penulis.

BAB IV PEMBAHASAN berisikan pembahasan kasus dan asuhan

keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,

intervensi, implementasi keperawatan dan evaluasi.

BAB V PENUTUP berisikan tentang kesimpulan dan saran mengenai

hasil asuhan keperawatan yang telah penulis berikan kepada klien

selama 5 hari.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 18: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

7

7

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Gangguan Sistem Kardiovaskular : CHF

1. Pengertian

“Gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologis berupa kelainan

fungsi jantung sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk

memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan atau kemampuannya

hanya ada kalau disertai peninggian volume diastolik secara abnormal”.

(Mansjoer Arif, 2005 : 434).

“Gagal jantung adalah suatu lingkaran yang tidak berkesudahan.

Semakin terisi berlebihan ventrikel, semakin sedikit darah yang dapat

dipompa keluar sehingga akumulasi darah dan peregangan serat otot

bertambah. Akibatnya, volume sekuncup, curah jantung dan tekanan darah

turun. Respon-respons refleks tubuh yang mulai bekerja sebagai jawaban

terhadap penurunan tekanan darah akan secara bermakna memeperburuk

situasi”. (Elizabeth J. Corwin, 2000: 376).

“Gagal jantung kongstif adalah ketidakmampuan jantung untuk

memompa darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan

oksigen dan nutrisi”. (Brunner and Suddarth, 2001 : 805).

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa gangguan sistem

kardiovaskular : gagagl jantung kongestif adalah suatu keadaan yang

dimana jantung tidak mampu untuk melakukan fungsinya, yaitu memompa

Page 19: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

8

darah ke seluruh tubuh untuk memenugi kebutuhan metabolisme jaringan

akan dara dan nutrisi.

2. Anatomi dan Fisiologi Sistem Kardiovaskuler

a. Anatomi Jantung

Jantung adalah organ berongga, berotot, yang terletak di tengah

thoraks dan ia menempati rongga antara paru dan diafragma. Beratnya

sekitar 300gr meskipun berat dan ukurannya dipengaruhi oleh usia,

jenis kelamin, berat badan, beratnya latihan dan kebiasaan fisik dan

penyakit jantung. Fungsi jantung adalah memompa darah ke jaringan,

menyuplai oksigen dan zaat nutrisi lain sambil mengangkut

karbondioksida dan sampah ahsil metabolisme. Sebenarnya terdapat

dua pompa jantung, yang terletak di sebelah kanan dan kiri. Keluaran

jantung kanan didistribusikan seluruhnya ke paru melalui arteri

pulmonalis dan keluaran jantung kiri seluruhnya didistribusikan ke

bagian tubuh lain melalui aorta. Kedua pompa itu menyemburkan darah

bersamaan dengan kecepatan keluaran yang sama.

Kerja pemompaan jantung dijalankan oleh kontraksi dan relaksasi

ritmik dinding otot. Selama kontraksi otot ( sistolik), kamar jantung

menjadi lebih kecil karena darah disemburkan ke luar. Selama relaksasi

otot dinding jantung (diastolik), kamar jantung akan terisi darah sebagai

persiapan untuk penyemburan berikutnya. Jantung dewasa normal

berdetak sekitar 60 samapai 80 kali per menit, menyemburkan sekitar

Page 20: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

9

70 ml darah dari kedua ventrikel per detakan dan keluarannya sekitar

5L/menit.

Daerah dipertengahan dada diantara kedua paru disebut sebagai

mediastinum. Sebagian besar rongga mediastinum ditempati oleh

jantung yang terbungkus dalam kantung fibrosa tipis yang disebut

perikardium.

Perikardium melindungi permukaan jantung agar dapat berfungsi

dengan baik. Ruangan antara permukaan jantung dan lapisan dalam

perikardium berisi sejumlah kecil cairan, yang melumasi permukaan

dan mengurangi gesekan selama kontraksi otot jantung.

1) Kamar jantung

Sisi kanan dan kiri jantung, masing-masing tersusun atas dua

kamar, atrium (jamak=atria) dan ventrikel. Dinding yang

memisahkan kamar kanan dan kiri disebut septum. Ventrikel

adalah kamar yang menyemburkan darah ke arteri. Fungsi atrium

adalah menampung darah yang datang dari vena dan bertindak

sebagai tempat penimbunan sementara sebelum darah kemudian

dikosongkan ke ventrikel.

Perbedaan ketebalan dinding atrium dan ventrikel

berhubungan dengan beban kerja yang diperlukan oleh tiap kamar.

Dinding atrium lebih tipis daripada dinding ventrikel karena

rendahnya tekanan yang ditimbulkan oleh atrium untuk menahan

darah dan kemudian menyalurkannya ke ventrikel. Karena

Page 21: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

10

ventrikel kiri memiliki beban kerja yang lebih berat diantara dua

kamar bawah, maka tebalnya sekitar 2 - �

� lebih tebal dinding

ventrikel kanan. Ventrikel kiri menyemburkan darah melawan

tahanan sistematis yang tinggi, sementara ventrikel kanan melawan

tekanan rendah pembuluh darah paru.

Karena posisi jantung agak memutar dalam rongga dada,

maka ventrikel kanan terletak lebih ke anterior (tepat dibawah

sternum) dan ventrikel kiri bertanggung jawab atas terjadinya

denyut apeks atau titik pukulan maksimum (PMI), yang normalnya

teraba di garis midklavikularis dinding dada pada rongga

intercostalis ke-5.

2) Katup Jantung

Katup jantung memungkinkan darah mengalir hanya ke satu

arah dalam jantung. Katup yang tersusun atas bilah-bilah jaringan

fibrosa, membuka dan menutup secara pasif sebagai respon

terhadap perubahan tekanan aliran darah. Ada dua jenis katup yaitu

katup atrioventrikularis dan katup semilunaris.

3) Katup atrioventrikularis

Adalah katup yang memisahkan atrium dan ventrikel. Katup

trikuspidalis, dinamakan demikian karena tersusun atas tiga kuspis

atau daun, memisahkan atrium kanan dan ventrikel kanan. Katup

mitral atau bikuspidalis terletak diantara atrium dan ventrikel kiri.

Page 22: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

11

Normalnya ketika ventrikel berkontraksi, tekanan ventrikel

akan mendorong daun-daun katup atrioventrikularis ke atas ke

rongga atrium. Jika terdapat tekanan cukup kuat untuk mendesak

katup, darah akan disemburkan ke belakang dari ventrikel ke

atrium. Otot papilaris dan korda tendinea bertanggung jawab

menjaga aliran darah tetap menuju ke satu arah melalui katup

atrioventrikularis. Otot papilaris adalah bundel otot yang terletak di

sisi dinding ventrikel. Korda tendinea adalah pita fibrosa yang

memanjang dari otot papilaris ke tepi bilah katup, berfungsi

menarik tepi bebas katup ke dinding ventrikel. Kontraksi otot

papilaris mengakibatkan korda tendinea menjadi tegang. Hal ini

menjaga daun katup menutupm selama sistolik, mencegah aliran

balik darah.

Otot papilaris dan korda tendinea hanya terdapat pada katup

mitral dan trikuspidalis dan tidak terdapat di katup semilunaris.

4) Katup semilunaris

Katup semilunaris terletak diantara tiap ventrikel dan arteri

yang bersangkutan. Katup antara ventrikel kanan dan arteri

pulmonalis disebut katup pulmonalis. Katup antara ventrikel kiri

dan aorta dinamakan katup aorta. Katup semilunaris normalnya

tersusun atas tiga kupis yang berfungsi dengan baik tanpa otot

papilaris dan korda tendinea. Tidak terdapat katup antara vena-vena

besar dengan atrium.

Page 23: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

12

5) Arteri koronaria

Arteri koronaria adalah pembuluh yang menyuplai otot

jantung, yang mempunyai kebutuhan metabolisme tinggi terhadap

oksgen dan nutrisi. Jantung menggunakan 70% samapai 80%

oksigen yang dihantarkan melalui arteri koronaria; sebagai

perbandingan, organ lain hanya menggunakan rata-rata seperempat

oksigen yang dihantarkan. Arteri koronaria muncul dari aorta dekat

hulunya di ventrikel kiri. Dinding sisi kiri jantung disuplai dengan

bagian yang lebih banyak melalui arteri koronaria utama kiri, yang

kemudian terpecah menjadi dua cabang besar ke bawah ( arteri

desendens arterior sinistra )dan melintang ( arteri sirkumfleksa )

sisi kiri jantung. Jantung kanan dipasok seperti itu pula dari arteri

koronaria dekstra. Tidak seperti arteri lain, arteri koronaria

diperfusi selama diastolik.

6) Otot jantung

Jaringan otot khusus yang menyusun dinding jantung

dinamakan otot jantung. Secara mikroskopis, otot jantung mirip

otot serat lurik (skelet) yang berada dibawah kontrol kesadaran.

Namun secara fungsional, otot jantung menyerupai otot polos

karena sifatnya volunter.

Serat otot jantung tersusun secara interkoneksi sehingga

dapat berkontraksi dan berelaksasi secara terkoordinasi. Pola urutan

kontraksi dan relaksasi tiap-tiap serabut otot akan memastikan

Page 24: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

13

kelakuan ritmik otot jantung sebagai satu keseluruhan dan

memungkinkannya berfungsi sebagai pompa. Otot jantung itu

sendiri dinamakan miokardium. Lapisan dalam miokardium yang

berhubungan langsung dengan darah dinamakan endokardium dan

lapisan sel di bagian luar dinamakan epikardium. (Brunner and

Suddarth, Vol.2, 2002).

Gambar 2.1 Gambar Anatomi Jantung manusia

b. Fisiologi Sistem Kardiovaskuler

Aktifitas listrik jantung terjadi akibat ion (partikel bermuatan

seperti natrium, kalium, dan kalsium) bergerak menembus membrane

sel, perbedaan muatan listrik yang tercatat dalam sebuah sel

mengakibatkan apa yang disebut potensial aksi jantung.

Page 25: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

14

Pada keadaan istirahat, otot jantung terdapat dalam keadaan

terpolarisasi, artinya terdapat perbedaan muatan listrik antara perbedaan

membrane yang bermuatan negatif dan bagian luar bermuatan positif,

sirrkus jantung bermula saat dilepaskannya inpils listrik, mulailah fase

depolarisasi.

Repolarisasi terjadi saat sel kembali pada keadaan dasar (menjadi

lebih negatif) dan sesuai relaksasi otot miokardium.

Otot jantung tidak seperti otot lurik atau otot polos, mempunyai

periode refraktori yang panjang pada saat sel tidak dapat di stimulasi

untuk berkontraksi, hal tersebut melindungi jantung dari kontraksi

berkepanjangan (tetani) yang dapat mengakibatkan henti jantung

mendadak.

Kerja jantung mempunyai tiga periode, yaitu periode kontriksi

(periode sistole), periode dilatasi (periode diastole), periode istirahat.

1) Periode kontriksi (periode sistole)

Suatu keadaan ketika jantung bagian ventrikel dalam keadaan

menguncup, katup bikuspidalis dan trikuspidalis dalam keadaan

tertutup valvula semilunaris aorta dan valvulasemilunaris arteri

pulmonaris terbuka sehingga darah dari ventrikel dextra mengalir

ke arteri pulmonaris masuk keparu-paru kiri dan kanan, sedangkan

darah dari ventrikel sinistra mengalir ke aorta kemudian diedarkan

ke seluruh tubuh.

Page 26: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

15

2) Periode dilatasi (periode diastole)

Suatu keadaan jika jantung mengembang, katup bikuspidalis

dan trikuspidalis terbuka, sehingga darah dari atrium sinistra masuk

ventrikel sinistra dan darah dari atrium dextra masuk ke ventrikel

dextra, selanjutnya darah yang ada di paru-paru kiri dan kanan

melalui vena pulmonalis masuk ke atrium sinistra dan darah dari

seluruh tubuh melalui vena kava masuk ke atrium dextra.

3) Periode Istirahat

Yaitu waktu antara periode konstriksi dan dilatasi ketika

jantung berhenti kira-kira 110� detik, pada waktu kita beristirahat

jantung akan menguncup sebanyak 70-80x/menit, pada tiap-tiap

kontraksi jantung akan memindahkan darah ke aorta sebanyak 60-

70cc.

1. Siklus Jantung

Siklus jantung merupakan kejadian yang terjadi dalam jantung

selama peredaran darah, gerakan jantung terdiri dari 2 jenis yaitu

kontriksi (sistole) dan pengendoran (diastole) kontriksi dari kedua

atrium terjadi secara serentak yang disebut sistol atrial dan

pengendorannya disebut diastole atrial, lama kontriksi ventrikel ±0,3

detik dan tahap pengendorannya selama 0,5 detik.

Selama diastolic, katup atrioventrikuler terbuka dan darah yang

kembali dari vena mengalir ke atrium dan kemudian ke ventrikel,

Page 27: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

16

mendekati akhir periode diastolik otot atrium akan berkontraksi sebagai

respon terhadap sinyal yang ditimbulkan oleh nodus SA, kontraksi

kemudian meningkatkan tekanan di dalam atrium dan mendorong

sejumlah darah ke ventrikel, sebanyak 15-25%, pada titik ini ventrikel

akan berkontraksi sebagai respon terhadap propagasi impuls listrik yang

dimulai di nodus SA beberapa mili detik sebelumnya.

Selama sistolik, tekanan di dalam ventrikel dengan cepat

meningkat, mendorong katup AV untuk menutup, konsekuensinya tidak

ada lagi pengisian ventrikel dari atrium dan darah yang disemburkan

dari ventrikel tidak dapat mengalir, peningkatan tekanan secara cepat di

dalam ventrikel akan mendorong katup pulmonalis dan aorta dan

kemudian darah disemburkan ke areteri pulmonalis dan aorta.

Keluarnya darah mula-mula cepat ketika tekanan masing-masing

ventrikel dan arteri yang bersangkutan mendekati keseimbangan, aliran

darah secara bertahap melambat.

Bunyi jantung terbentuk sewaktu katup AV (katup mitral dan

semilunaris) serta katup pulmonaris dan aorta penutup, paling sedikit

dapat didengar 2 ( kadang-kadang empat) bunyi jantung :

a. Bunyi jantung pertama (S1)

Bunyi jantung pertama terjadi karena penutupan katup mitral

dan trikuspidalis secara bersamaan. S1 terdengar jelas pada apeks

jantung (daerah mitral), intensitasnya meningkat bila daun katup

mengeras akibat kalsium pada penyakit jantung rematik.

Page 28: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

17

Bunyi jantung pertama bervariasi intensitasnya pada setiap

denyutan ketika kontraksi atrium tidak sinkron dengan kontraksi

ventrikel.

b. Bunyi jantung kedua (S2)

Bunyi jantung kedua (S2) dihasilkan oleh penutupan katup aorta

dan pulmonaris, kedua katup ini menutup hampir bersamaan, katup

pulmonalis biasanya agak belakangan : pada keadaan tertentu kedua

komponen bunyi dapat terdengar terpisah (split S2) biasanya

semakin jelas saat inspirasi dan menghilang pada saat ekspirasi.

S2 paling keras terdengar pada basis jantung, komponen aorta

bunyi kedua terdengar jelas baik pada daerah aorta maupun

pulmonal dan terdengar kurang jelas pada apeks. Jika hanya akan

mendengarkan bunyi jantung kedua (tunggal) pada daerah aorta dan

split bunyi jantung kedua pada daerah pulmonal.

c. Bunyi jantung ketiga (S3)

Bunyi jantung ketiga terdengar karena pengisian ventrikel yang

cepat. Vibrasi yang ditimbulkan adalah akibat percepatan aliran yang

mendadak pada pengisian ventrikel karena relaksasi aktif ventrikel

kiri dan kanan dan segera disusul oleh perlambatan pengisian.

Bunyi jantung ketiga merupakan temuan normal pada anak dan

dewasa muda, suara ini terdengar pada pasien yang mengalami

penyakit miokard atau yang menderita gagal jantung kongestif dan

yang ventrikelnya gagal yang menyemburkan semua darah selama

Page 29: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

18

sistolik. S3 paling jelas terdengar pada pasien yang berbaring pada

sisi kiri.

d. Bunyi jantung ke empat (S4)

S4 dapat terdengar bila kontraksi atrium terjadi dengan kekuatan

yang lebih besar, misalnya pada tekanan akhir diastole ventrikel

yang meninggi, sehingga memerlukan dorongan pengisian yang

lebih keras dengan bantuan kontraksi atrium yang lebih kuat. S4

terjadi pada penyakit arteri koroner, hipertensi atau stenosis katup

aorta.

2. Curah jantung

Adalah volume darah yang dipompa oleh tiap ventrikel permenit. Curah

jantung pada orang dewasa adalah antara 4,5-8 liter permenit. Curah

jantu (CO) sebanding dengan volume sekuncup (SV) kali frekuensi

jantung.

CO = SV X HR

Keterangan :

CO = Cardiac Output

SV = Stroke volume

HR = Heart rate

a. Volume sekuncup

Adalah sejumlah darah yang disemburkan setiap denyut. Maka

curah jantung dapat dipengaruhi oleh perubahan volume sekuncup

Page 30: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

19

maupun frekuensi jantung. Frekuensi jantung istirahat pada orang

dewasa rata-rata 60 sampai 80 denyut/menit dan rata-rata volume

sekuncup sekitar 70ml/denyut.

b. Kontrol frekuensi jantung

Karena fungsi jantung adalah menyuplai darah ke seluruh

jaringan tubuh, maka keluarannya harus dapat berubah sesuai

perubahan kebutuhan metabolisme jaringan itu sendiri. Misalnya

selama latihan, curah jantung total dapat meningkat 4x sampai 20

liter/menit. Perubahan frekuensi jantung dapat terjadi akibat kontrol

refleks yang di mediasi oleh sistem saraf otonom, yaitu simpatis dan

parasimpatis.

c. Kontrol volume sekuncup

Volume sekuncup terutama ditentukan oleh tiga faktor yaitu:

1. Kontraktilitas intrinsik adalah istilah yang digunakan untuk

menyatakan tenaga yang dapat dibangkitkan oleh kontraksi

miokardium pada kondisi tertentu, peningkatan kontraktilitas

dapat terjadi pada volume sekuncup.

2. Preload merupakan tenaga yang menyebabkan otot ventrikel

menegang sebelum mengalami eksitasi dan kontraksi. Preload

ventrikel ditentukan oleh volume darah dalam ventrikel pada

akhir diastolik. Semakin besar preload semakin besar volume

sekuncupnya.

Page 31: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

20

3. Afterload yaitu suatu tekanan yang harus dilawan ventrikel untuk

menyemburkan darah, tahapan terhadap ejeksi ventrikel kiri

dinamakan tahanan vascular sistemik (SVR), tahanan oleh

tekanan pulmonal terhadap ejeksi ventrikel dinamakan tahanan

vaskuler pulmonal (PVR), peninggian afterload akan

mengakibatkan penurunan volume sekuncup. (Brunner and

Suddarth Volume II, 2002).

3. Patofisiologi

Gagal jantung congestif dapat disebabkan oleh beberapa sebab

diantaranya kelainan otot jantung, aterosklerosis koroner, hipertensi

sistemik/pulmonal, faktor sistemik dan penyakit jantung lain. Penyebab ini

secara keseluruhan dapat menyebabkan penurunan curah jantung.

Kongesti jaringan terjadi akibat tekanan arteri dan vena yang

meningkat akibat turunnya curah jantung pada kegagalan jantung.

Peningkatan tekanan vena pulmonalis dapat menyebabkan cairan mengalir

dari kapiler paru ke alveoli, akibatnya terjadi edema paru. Kongesti paru

menonjol pada gagal ventrikel kiri, karena ventrikel kiri tidak mampu

memompa darah yang datang dari paru. Peningkatan tekanan dalam

sirkulasi paru menyebabkan cairan terdorong ke jaringan paru. Dispneu

terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli yang mengganggu

pertukaran gas. Mudah lelah terjadi akibat curah jantung yang kurang yang

menghambat jaringan dari sirkulasi normal dan oksigen.

Page 32: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

21

Bila ventrikel kanan gagal, yang menonjol adalah kongesti visera dan

jaringan perifer. Hal ini terjadi karena sisi kanan jantung tidak mampu

mengosongkan volume darah dengan adekuat sehingga tidak dapat

mengakomodasi semua darah secara normal kembali dari sirkulasi vena.

Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen

terjadi akibat pembesaran vena di hepar. Bila proses ini berkembang, maka

tekanan dalam pembuluh portal meningkat sehingga cairan terdorong keluar

rongga abdomen, suatu kondisi yang dinamakan asites. Pengumpulan cairan

dalam rongga abdomen ini dapat menyebabkan tekanan pada diafragma dan

distress pernafasan.

Anoreksia dan mual terjadi akibat pembesaran vena dan statis vena

didalam rongga abdomen. Lemah yang menyertai gagal jantung sisi kanan

disebabkan karena menurunnya curah jantung. (Brunner and Suddarth

Volume II, 2002).

Pada kondisi preeklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai

dengan retensi garam dan air. Bila spasme arteriolar ditemukan di seluruh

tubuh, maka dapat dipahami bahwa tekanan darah yang meningkat

merupakan kompensasi mengatasi kenaikan tahanan perifer agar oksigenasi

jaringan tetap tercukupi. Spasme pada pembuluh darah juga mengakibatkan

penurunan pengisian darah di ventrikel kiri yang dapat mengakibatkan

penurunan cardiac output. Penurunan CO ini berakibat terjadi gangguan

transportasi oksigen. (Ida Ayu Chandranita, 2008).

Page 33: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

22

Gambar 2.2 Bagan patofisiologi Preeklampsia dan CHF

Diadaptasi dari Brunner and Suddarth & Bobak

Kelebihan volume cairan

Edema extermitas jaringan

Kongesti vena

Extermitas

Gg. Pemenuhan Keb. nutrisi

Mual, muntah

Merangsang medula

oblongata

Inefektif Pola Nafas

Penurunan kadar O2

Penurunan komplien dan ekspansi paru

Perpindahan cairan intravaskular keluar

rongga abdomen

Tekanan pembuluh portal meningkat

Hepatomegali

Pembesaran vena di hepar

Ventrikel tidak dapat

mengakomodasi semua darah secara normal

kembali dari vena

Gagal Jantung Kanan

Inefektif pola Nafas

Sesak Nafas

Gangguan pertukaran gas

Edema Paru

Penimbunan cairan dalam

alveoli

Cairan mengalir dari kapiler ke

alveoli

Peningkatan tek. Vena

poulmonalis

Ventrikel kiri tidak mampu memompa darah yang datang dari

paru.

Gagal Jantung Kiri

Retensi natrium dan cairan

Sekresi aldosteron

Pelepasan renin Gg. Perfusi ginjal

Inefektif pola Nafas

Sesak Nafas

Gg. Pertukaran Gas

Gg. Transportasi O2 ke paru-paru

Defisit Perawatan Diri

Kelemahan

Menghambat peredaran O2 ke

jaringan

Penurunan konsentrasi Hb

Penurunan vol darah yang

dibutuhkan oleh organ

Penurunan CO

Penurunan pengisian darah di ventrikel kiri

Vasospasme pd pembuluh darah

Pre Eklampsia

Penurunan volume sekuncup

Etiologi : Kelainan otot jantung, aterosklerosis jantung,

hipertensi sitemik, faktor sistemik, penyakit jantung

lain

Ketidakmampuan ventrikel kanan mengosongkan volume darah

Hepar

Ascites Penekanan pada diafragma

Anorexia

Tekanan atrium kanan meningkat

Page 34: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

23

4. Etiologi

Adapun beberapa penyebab seseorang terkena gagal jantung diantaranya :

a. Kelainan otot jantung.

Gagal jantung paling sering terjadi pada penderita kelainan otot

jantung, menyebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang

mendasari penyebab kelainan fungsi otot mencakup aterosklerosis

koroner, hipertensi arterial, dan penyakit otot degeneratif atau imflamasi.

b. Aterosklerosis koroner.

Mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran

darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis ( akibat penumpukan

asam laktat). Infark miokardium (kematian sel jantung ) biasanya

mendahului terjadinya gagal jantung.

c. Hipertensi sistemik atau pulmonal (peningkatan afterload ).

Meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya

mengakibatkan hipertofi serabutm otot jantung. Efek tersebut (hipertrofi

miokard) dapat dianggap sebagai mekanisme kompensasi karena akan

meningkatkan kontraktilitas jantung. Tetapi untuk alasan yang tidak

jelas, hipertrofi otot jantung tadi tidak dapat berfungsi secara normal, dan

akhirnya akan terjadi gagal jantung.

d. Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif.

Berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara

langsung merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun.

Page 35: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

24

e. Penyakit jantung lain.

Gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang

sebenarnya tidak secara langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme

yang biasanya terlibat mencakup gangguan aliran darah melalui jantung (

misalnya stenosis katup semiluner ), ketidakmampuan jantung untuk

mengisi darah ( misal tamponade perikardium, perikarditis konstriktif,

atau stenosis katup AV ), atau pengosongan katup abnormal ( misal

insufisiensi katup AV ). Peningkatan mendadak afterload akibat

meningkatnya tekanan darah sistemik (hipertensi “maligna” ) dapat

menyebabkan gagal jantung meskipun tidak ada hipertrofi miokardial.

f. Faktor sistemik.

Terdapat sejumlah faktor yang berperan dalam perkembangan dan

beratnya gagal jantung. Meningkatnya laju metabolisme ( misalnya

demam, tirotoksikosis ), hipoksia dan anemia memerlukan peningkatan

curah jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen sistemik. Hipoksia

atau anemia juga dapat menurunkan suplai oksigen ke jantung. Disritmia

jantung yang dapat terjadi dengan sendirinya atau secara sekunder akibat

gagal jantung menurunkan efisiensi keseluruhan fungsi jantung.

(Brunner and Suddarth Volume II, 2002).

5. Manifestasi Klinis

Tanda dominan gagal jantung adalah meningkatnya volume

intravaskular. Kongesti jaringan terjadi akibat tekanan arteri dan vena yang

Page 36: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

25

meningkat akibat turunnya curah jantung pada kegagalan jantung.

Peningkatan tekanan vena pulmonalis dapat menyebabkan cairan mengalir

dari kapiler paru ke alveoli, akibatnya terjadi edema paru, yang

dimanifestasikan dengan batuk dan nafas pendek. Meningkatnya tekanan

vena sistemik dapat mengakibatkan edema perifer umum dan penambahan

berat badan.

Turunnya curah jantung pada gagal jantung dimanifestasikan secara

luas karena darah tidak dapat mencapai jaringan dan organ (perfusi rendah)

untuk menyampaikan oksigen yang dibutuhkan. Beberapa efek yang

biasanya timbul akibat perfusi rendah biasanya adalah pusing, konfusi,

kelelahan, tidak toleran terhadap latihan dan panas, ekstermitas dingin dan

haluaran urin berkurang (oliguri). Tekanan perfusi ginjal menurun,

mengakibatkan pelepasan renin dari ginjal, yang ada gilirannya akan

menyebabkan sekresi aldosteron, retensi natrium dan cairan, serta

peningkatan volume intravaskuler.

Manifestasi gagal jantung sisi kiri dan kanan:

Ventrikel kanan dan kiri dapat mengalami kegagalan secara terpisah.

Gagal ventrikel kiri paling sering mendahului gagal ventrikel kanan. Gagal

ventrikel kiri murni sinonim dengan edema paru akut. Karena curah

ventrikel berpasangan atau sinkron, maka kegagalan salah satu ventrikel

dapat mengakibatkan penurunan perfusi jaringan. Tetapi manifestasi

kongesti dapat berbeda tergantung pada kegagalan ventrikel mana yang

terjadi.

Page 37: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

26

a. Gagal Jantung Kiri

Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri, karena ventrikel

kiri tidak mampu memompa darah yang datang dari paru. Peningkatan

tekanan dalam sirkulasi paru menyebabkan cairan terdorong ke jaringan

paru. Manifestasi klinis yang terjadi meliputi dispneu, batuk, mudah

lelah, denyut jantu cepat (takikardia) dengan bunyi jantung S3,

kecemasan dan kegelisahan.

Dispneu terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli yang

mengganggu pertukaran gas. Dispneu bahkan dapat terjadi saat istirahat

atau dicetuskan oleh gerakan yang minimal atau sedang. Dapat terjadi

ortopneu, kesulitan bernafas saat berbaring, tetapi akan menggunakan

bantal agar bisa tegak di tempat tidur atau duduk dikursi bahkan saat

tidur.

Beberapa pasien hanya mengalami ortopneu pada malam hari,

suatu kondisi yang dinamakan paroximal noktural dispneu (PND). Hal

ini terjadi bila pasien, yang sebelumnya duduk lama dengan posisi kaki

dan tangan dibawah, pergi berbaring ketempat tidur. Setelah beberapa

jam cairan yang tertimbun di ekstermitas yang sebelumnya berada

dibawah mulai diarbsopsi, dan ventrikel kiri yang sebelumnya sudah

terganggu , tidak mampu mengosongkan peningkatan volume dengan

adekuat. Akibatnya tekanan dalam sirkulasi paru meningkat dan lebih

lanjut, cairan berpindah ke alveoli.

Page 38: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

27

Batuk yang berhubungan dengan gagal ventrikel kiri bisa kering

dan tidak produktif, tetapi yang tersering adalah batuk basah, yaitu batuk

yang menghasilkan sputum berbusa dalam jumlah banyak yang kadang

disertai bercak darah.

Mudah lelah terjadi akibat curah jantung yang kurang yang

menghambat jaringan dari sirkulasi normal dan oksigen serta

menurunnya pembuangan sisa hasil katabolisme. Juga terjadi akibat

meningkatnya energi yang terjadi akibat distress pernafasan dan batuk.

Kegelisahan dan kecemasan terjadi akibat gangguan oksigenasi

jaringan, stres akibat kesakitan bernafas dan pengetahuan bahwa jantung

tidak berfungsi dengan baik. Begitu terjadi kecemasan, terjadi juga

dispneu yang pada gilirannya memperberat kecemasan, menciptakan

lingkaran setan.

b. Gagal Jantung Kanan

Bila ventrikel kanan gagal, yang menonjol adalah kongesti visera

dan jaringan perifer. Hal ini terjadi karena sisi kanan jantung tidak

mampu mengosongkan volume darah dengan adekuat sehingga tidak

dapat mengakomodasi semua darah secara normal kembali dari sirkulasi

vena.

Manifestasi klinis yang tampak meliputi edema ekstermitas bawah

( edema dependen ), yang biasanya merupakan pitting edema,

pertambahan berat badan, hepatomegali (pembesaran hepar), distensi

Page 39: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

28

vena leher, asites (penimbunancairan didalam rongga peritonium),

anoraksia, mual, nokturia dan lemah.

Edema dimulai pada kaki dan tumit (edema dependen) dan secara

bertahap bertambah ke atas tungkai dan paha dan akhirnya ke genitalia

eksterna dan tubuh bagian bawah. Edema sakral sering jarang terjadi

pada pasien yang berbaring lama, karena daerah sakral menjadi daerah

yang dependen.

Pitting edema adalah edema yang akan tetap cekung bahkan setelah

penekanan ringan dengan ujung jari, baru jelas terlihat setelah terjadi

retensi cairan paling tidak sebanyak 4,5kg.

Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen

terjadi akibat pembesaran vena di hepar. Bila proses ini berkembang,

maka tekanan dalam pembuluh portal meningkat sehingga cairan

terdorong keluar rongga abdomen, suatu kondisi yang dinamakan asites.

Pengumpulan cairan dalam rongga abdomen ini dapat menyebabkan

tekanan pada diafragma dan distress pernafasan.

Anoreksia dan mual terjadi akibat pembesaran vena dan statis vena

didalam rongga abdomen.

Nokturia atau rasa ingin kencing pada malam hari, terjadi karena

perfusi renal didukung oleh posisi penderita pada saat berbaring. Diuresis

paling sering terjadi pada malam hari karena curah jantung akan

membaik dengan istirahat.

Page 40: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

29

Lemah yang menyertai gagal jantung sisi kanan disebabkan karena

menurunnya curah jantung, gangguan sirkulasi, dan pembuangan produk

sampah katabolisme yang tidak adekuat dari jaringan. (Brunner and

Suddarth Volume II, 2002)

6. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan yang dilakukan diperlukan karena dua alasan yaitu untuk

menilai kinerja jantung dan untuk mementukan penyebab dasar gagal

jantung, khususnya jika penyebab ini dapat diobati atau bahkan dihilangkan,

misalnya kelainan katup, endokarditis inefektif, efusi perikardial dan emboli

paru yang berulang.

a) Ekokardiografi

Pemeriksaan ekokardigrafi dapat digunakan untuk memperkirakan

ukuran dan fungsi ventrikel kiri.

b) Rontgen dada

Foto sinar-X dada posterior-anterior dapat menunjukkan adanya

hipertensi vena, edema paru atau kardiomegali. Bukti pertama adanya

peningkatan ukuran pembuluh darah.

c) AGD, gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis respiratorik ringan

(dini) atau hipoksemia dengan peningkatan PCO2.

d) EKG, dapat mengungkapkan adanya takikardi, hipertrofi bilik jantung

dan iskemia (jika disebabkan oleh IMA). (Arif Mutaqqin, 2009).

Page 41: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

30

e) Scan Jantung, tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan gerakan

dinding.

f) Enzim hepar, meningkat dalam gagal atau kongesti hepar.

7. Preeklampsia

Preeklampsi merupakan kumpulan gejala atau sindroma yang mengenai

wanita hamil dengan usia kehamilan di atas 20 minggu dengan tanda utama

berupa adanya hipertensi dan proteinuria. Kumpulan gejala itu berhubungan

dengan vasospasme, peningkatan resistensi pembuluh darah perifer, dan

penurunan perfusi organ.

Dua gejala yang sangat penting pada preeklampsia adalah hipertensi

dan proteinuria. Gejala ini merupakan keadaan yang biasanya tidak disadari

oleh wanita hamil. Pada waktu keluhan lain seperti sakit kepala, gangguan

penglihatan, dan nyeri epigastrium mulai timbul, hipertensi dan proteinuria

yang terjadi biasanya sudah berat.

Tekanan darah. Kelainan dasar pada preeklampsia adalah vasospasme

arteriol sehingga tanda peringatan awal muncul adalah peningkatan tekanan

darah. Tekanan diastolik merupakan tanda prognostik yang lebih baik

dibandingkan tekanan sistolik dan tekanan diastolik sebesar 90 mmHg atau

lebih menetap menunjukan keadaan abnormal.

Kenaikan berat badan. Peningkatan berat badan yang terjadi tiba-tiba

dan kenaikan berat badan yang berlebihan merupakan tanda pertama

preeklampsia. Peningkatan berat badan sekitar 0,45 kg per minggu adalah

Page 42: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

31

normal, tetapi bila lebih dari 1 kg dalam seminggu atau 3 kg dalam sebulan

maka kemungkinan terjadinya preeklampsia harus dicurigai. Peningkatan

berat badan yang mendadak serta berlebihan terutama disebabkan oleh retensi

cairan dan selalu dapat ditemukan sebelum timbul gejala edema nondependen

yang terlihat jelas, seperti edema kelopak mata, kedua lengan, atau tungkai

yang membesar.

Proteinuria. Derajat proteinuria sangat bervariasi menunjukan adanya

suatu penyebab fungsional dan bukan organik. Pada preeklampsia awal,

proteinuria mungkin hanya minimal atau tidak ditemukan sama sekali. Pada

kasus yang berat, proteinuria biasanya dapat ditemukan dan mencapai 10 gr/l.

Proteinuria hampir selalu timbul kemudian dibandingkan dengan hipertensi

dan biasanya terjadi setelah kenaikan berat badan yang berlebihan.

Nyeri kepala. Gejala ini jarang ditemukan pada kasus ringan, tetapi

semakin sering terjadi pada kasus yang lebih berat. Nyeri kepala sering terasa

pada daerah frontalis dan oksipitalis, dan tidak sembuh dengan pemberian

analgesik biasa. Pada wanita hamil yang mengalami serangan eklampsia,

nyeri kepala hebat hampir selalu mendahului serangan kejang pertama.

Nyeri epigastrium. Nyeri epigastrium atau nyeri kuadran kanan atas

merupakan keluhan yang sering ditemukan pada preeklampsia berat dan dapat

menjadi presiktor serangan kejang yang akan terjadi. Keluhan ini mungkin

disebabkan oleh regangankapsula hepar akibat edema atau perdarahan.

Gangguan penglihatan. Gangguan penglihatan yang dapat terjadi di

antaranya pandangan yang sedikit kabur, skotoma, hingga kebutaan sebagian

Page 43: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

32

atau total. Keadaan ini disebabkan oleh vasospasme, iskemia, dan perdarahan

petekie pada korteks oksipital.

Adapun terapi medikamentosa yang diberikan pada pasien dengan PEB

antara lain adalah tirah baring, oksigen, kateter menetap, cairan intravena.

Cairan intravena yang dapat diberikan dapat berupa kristaloid maupun koloid

dengan jumlah input cairan 1500 ml/24 jam dan berpedoman pada diuresis,

insensible water loss, dan central venous pressure (CVP). Balans cairan ini

harus selalu diawasi. Magnesium sulfat (MgSO4). Obat ini diberikan dengan

dosis 20 cc MgSO4 20% secara intravena loading dose dalam 4-5 menit.

Kemudian dilanjutkan dengan MgSO4 40% sebanyak 30 cc dalam 500 cc

ringer laktat (RL) atau sekitar 14 tetes/menit. (Bobak, 2008)

8. Penatalaksanaan

a) Medis

1) Meningkatkan oksigenasi dengan pemberian oksigen dan

menurunkan konsumsi oksigen melalui istirahat/pembatasan

aktivitas.

2) Memperbaiki kontraktilitas otot jantung.

- Mengatasi keadaan yang reversibel, termasuk tirotoksikosis,

miksedema, dan aritmia.

- Digitalisasi :

a. Dosis digitalis :

Page 44: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

33

1. Digoksin oral untuk digitalisasi cepat 0,5-2 mg dalam 4-

6 dosis selama 24 jam dan dilanjutkan 2x0,5 mg selama

2-4 hari.

2. Digoksin iv 0,75-1 mg dalam 4 dosis selama 24 jam.

b. Cara pemberian digitalis.

Dosis dan cara pemberian digitalis bergantung pada

beratnya gagal jantung. Pada gagal jantung berat dengan

sesak nafas hebat dan takikardi lebih dari 120x/menit,

biasanya diberikan digitalisasi capat. Pada gagal jantung

ringan diberikan digitalisasi lambat. Pemberian digitalisasi

per oral paling sering dilakukan karena paling aman.

Pemberian dosis besar tidak terlalu perlu, kecuali bila

diperlukan efek maksimal secepatnya, misalnya pada

fibrilasi atrium.

3) Menurunkan beban jantung

Menurunkan beban awal dengan diet rendah garam, diuretik, dan

vasodilator.

- Diet rendah garam

Pada gagal jantung dengan NYHA kelas IV, penggunaan diuretik,

digoksin dan penghambat angiotensin converting enzyme (ACE)

diperlukan mengingat usia harapan hidup yang pendek. Untuk

gagal jantung kelas II dan III diberikan:

Page 45: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

34

a. Diuretik dalam dosis rendah atau menengah (furosemid 40-

80mg).

b. Digoksin pada psien dengan fibrilasi atrium maupun kelainan

irama sinus.

c. Penghambat ACE (kaptropil mulai dari dosis 2 x 6,25 MG

atau setara penghambat ACE yang lain, dosis ditingkatkan

secra bertahap dengan memperhatikan tekanan darah pasien);

isosorbit dinitrat (ISDN) pada pasien dengan kemampuan

aktivitas yang terganggu atau adanya iskemia yang menetap,

dosis dimulai 3 x 10-15 mg. Semua obat ini harus dititrasi

secara bertahap.

- Diuretik

Yang digunakan furosemid 40-80 mg. Dosis penunjang rata-rata

20 mg. Efek samping berupa hipokalemia dapat diatasi dengan

suplai garam kalium atau diganti dengan spironolakton.

Dampak diuretik yang mengurangi beban awal tidak mengurangi

curah jantung atau kelangsungan hidup, tapi merupakan

pengobatan garis pertama karena mengurangi gejala dan

perawatan di rumah sakit.

- Vasodilator

Nitrogliserin 0,4-0,6 mg sublingual atau 0,2-2 mg/kgBB/menit iv,

nitropusid 0,5-1 mg/kgBB/menit iv, prazosin per oral 2-5 mg,

kaptropil 2x6,25 mg. (Mansjoer Arif, 2005)

Page 46: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

35

b) Keperawatan

1) Menganjurkan pasien istirahat untuk mengurangi beban kerja

jantung.

2) Mengatur posisi tempat tidur, kepala tempat tidur naik 20-30 derajat.

3) Memberikan kenyaman fisik dan menghindari situasi yang

cenderung menyebabkan kecemasan.

4) Penyuluhan pasien tentang perawatan dirumah.

9. Dampak masalah terhadap perubahan struktur/fungsi sistem

kardiovaskuler terhadap kebutuhan manusia

a) Kebutuhan aktifitas atau istirahat akibat kelelahan dan kelemahan

biasanya diakibatkan curah jantung yang rendah dan perifer yang

berkurang. Sesak biasanya semakin berat apabila pasien melakukan

kegiatan berat namun berkurang dengan istirahat. Dispneu biasanya

dihubungkan dengan kegiatan fisik, tetapi perubahan posisi tubuh dapat

mengurangi dispneu.

b) Kebutuhan eliminasi mengalami oliguri atau anuri, nokturi. Kebutuhan

hygiene tidak terpenuhi akibat kelelahan apabila melakukan suatu

kegiatan yang cukup berat. Kebutuhan nutrisi tidak tercukupi karena

kehilangan nafsu makan (anorexia dan mual).

c) Kenyamanan akibat nyeri dada, nyeri pada kuadran kanan atas

abdomen, tidak tenang dan gelisah.

Page 47: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

36

d) Kebutuhan pernafasan, ortopneu atau kesulitan bernafas pada posisi

berbaring, dispneu paroksimal noktural atau serangan yang terjadi pada

waktu beristirahat di malam hari dalam posisis berbaring dapat

berkurang dengan meninggikan bagian atas tubuh dengan alas kepala.

Batuk iritasi (batuk kering atau basah dan pendek). Penurunan bunyi

nafas, perubahan pengembangan paru-paru.

e) Kebutuhan sosial, penurunan keikutsertaan dalam aktifitas sosial yang

biasa dilakukan.

B. Asuhan Keperawatan Kasus Sistem Kardiovaskular : CHF

1. Pengkajian

a. Identitas

1) Identitas pasien meliputi : nama, jenis kelamin, agama, pendidikan,

pekerjaan, alamat, tanggal masuk RS, tanggal pengkajian, nomor

CM, diagnosa medis.

2) Identitas penanggung jawab : nama, jenis kelamin, agama,

pendidikan, hubungan dengan klien.

b. Riwayat Kesehatan

1) Keluhan utama

Keluhan yang paling sering menjadi alasan klien untuk meminta

pertolongan kesehatan meliputi dispneu, kelemahan fisik, dan

edema sistemik.

Page 48: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

37

2) Riwayat Penyakit Sekarang

Pengkajian RPS yang mendukung keluhan utama dengan

melakukan serangkaian pertanyaan tentang kronologis keluhan

utama. Pengkajian yang didapat dengan adanya gejala-gejala

kongesti vaskular pulmonal adalah dispneu, ortopneu, dispneu

noktural paroksimal, batuk, dan edema pulmonal akut. Pada

pengkajian dispneu ( dikarakteristikan oleh pernafasan cepat,

dangkal dan sensasi sulit dalam mendapatkan udara yang cukup

dan menekan klien ) apakah mengganggu aktivitas lainnya seperti

keluhan tentang insomnia, gelisah atau kelemahan yang disebakan

oleh dispneu.

3) Riwayat Penyakit Dahulu

Pengkajian RPD yang mendukung dengan mengkajia apakah

sebelumnya klien pernah menderita nyeri dada khas infark

miokardium, hipertensi, DM, dan hiperlipidemia. Tanyakan

mengenai obat-obat yang biasa diminum oleh klien pada masa lalu

yang masih relevan. Obat-obat ini meliputi obat diuretik, nitrat,

penghambat beta, serta obat-obatan antihipertensi. Catat adanya

efek samping yang terjadi di masa lalu. Juga harus tanyakan adanya

alergi obat, dan tanyakan reaksi alergi apa yang timbul. Seringkali

klien mengacaukan suatu alergi dengan efek samping obat.

Page 49: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

38

4) Riwayat Kesehatan Keluarga

Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah dialami oleh

keluarga, serta bila ada anggota keluarga yang meninggal, maka

penyebab kematian juga ditanyakan. Penyakit jantung iskemik pada

orang tua yang timbulnya pada usia muda merupakan faktor risiko

utama untuk penyakit jantung iskemik pada keturunannya. (Arif

Muttaqin, 2009)

c. Data Biologis

1) Nutrisi

Dalam nutrisi perlu dikaji pola makan dan minum klien dirumah

dan di rumah sakit, meliputi kebiasaan makan sehari-hari, frekuensi

makan dan minum, menu makanan, jenis makanan bila ada,

kebiasaan-kebiasaan tertentu, diit. Klien biasanya diadaptkan mual

dan muntah, penurunan nafsu makan akibat pembesaran vena di

dalam rongga abdomen, serta penurunan berat badan.

2) Eliminasi

Pada pasien dengan CHF biasanya terdapat pola eliminasi BAB

dan BAK yaitu penurunan berkemih, urine berwarna gelap,

berkemih pada malam hari.

3) Istirahat dan Tidur

Pada semua pasien perlu dikaji pola istirahat dan tidurnya, karena

bisa saja teeganggu akibat kondisi lingkungan dan penyakitnya,

terutama pasien dengan CHF biasanya pola tidurnya terganggu

Page 50: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

39

karena adanya sesak nafas dan batuk yang membangkitkan nyeri

dada.

4) Aktifitas dan Latihan

Pola aktifitas pada pasien dengan CHF biasnya banyak mengalami

gangguan kelemahan dan sesak nafas serta biasanya aktifitas pasien

dibatasi.

5) Personal Hygiene

Perlu dikaji bagaimana kegiatan mandi, gosok gigi, keramas, ganti

pakaian, gunting kuku, apakah dilakukan secara mandiri atau

dibantu, biasanya pasien dengan CHF terdapat gangguan

pemenuhan perawatan diri karena kelemahan fisik dan kelelahan.

d. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan dengan teknik inspeksi, palpasi,

auskultasi dan perkusi.

1) Kepala

Kaji bentuk kepala adakah kelainan bentuk, massa dan nyeri

tekan, penyebaran rambut, mudah dicabut apa tidak, bagaimana

keadaan kulit kepala, pada pasien jantung biasanya mengeluh

pusing.

2) Telinga

Kaji bentuk telinga, kebersihan, adakah nyeri tekan pada tulang

mastoid, keadaan membrane tympani, kaji fungsi pendengaran,

biasanya pasien CHF tidak ada gangguan.

Page 51: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

40

3) Mata

Kaji kesimetrisan mata, sklera apakah ada ikterik, konjungtiva

anemis atau tidak, pupil mata juga diperhatikan bentuk dan reflek

cahaya, biasanya pada pasien dengan CHF terdapat iktrus,

pergerakan bola mata, lapang pandang, serta visus biasanya tidak

berpengaruh.

4) Hidung

Kaji bentuk hidung, septum nasal, kebersihan, polip, cuping

hidung, nyeri tekan pada sinus maxilaris dan frontalis. Pada

pasien jantung terdapat pernafasan cuping hidung.

5) Gigi dan Mulut

Kaji bentuk bibir, biasanya sianosis, kelembapan kaji kebersihan

mulut dan gigi, kebersihan mulut dan gigi biasanya kotor karena

kelemahan fisik, pembesaran tonsil, serta indra pengecap tidak

ada gangguan.

6) Leher dan Thorax

Kaji kulit, adakah lesi, pembesaran kelenjar tiroid, peningkatan

vena jugularis, bendungan vena bilateral umumnya ditemukan

pada gagal jantung kanan, kaji bentuk dada, benjolan dada

disekitar sela iga ketiga dapat terjadi akibat aneurisma dari

pembuluh darah besar, pengembangan paru, iktus kordis,

normalnya ditemukan pulsasi apeks diapeks kordis dan dapat

diraba pada jarak ±8 dari garis midsternal pada ruang sela iga

Page 52: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

41

IV kiri, auskultasi bunyi nafas, pada pasien dengan CHF biasanya

terdapat bunyi nafas ronchi, bunyi jantung, perkusi bunyi jantung,

biasanya pada pasien jantung S3 (gallop) adalah diagnostik, S4

dapat terjadi, S1 dan S2 mungkin melemah.

7) Abdomen

Kaji bentuk abdomen, adanya asites, auskultasi bising usus, kaji

adakah nyeri tekan pada pasien jantung CHF biasnya terdapat

nyeri abdomen kanan atas, karena terdapat pembesaran hati,

perkusi di ke empat kuadran abdomen.

8) Genetalia

Kaji kebersihan genetalia, pembengkakan scrotum, biasanya tidak

terdapat gangguan kecuali memiliki riwayat penyakit kelamin.

9) Ekstermitas atas dan Bawah

Kaji kesimetrisan kedua ekstermitas, refleks bisep dan trisep,

refleks patela, babinski, kaji kekuatan otot. Biasanya terdapat

kelemahan. Pada ekstermitas bawah terdapat oedem.

(Marilynn E. Doengoes Rencana Asuhan Keperawatan, 2002)

e. Aspek Psikologis

Perlu dikaji tingkat kecemasan karena apda pasien CHF dapat terjadi

kecemasan. Kegelisahan dan kecemasan terjadi akibat gangguan

oksigenasi jaringan, sterss akibat kesakitan bernafas, dan pengetahuan

bahwa jantung tidak berfungsi dengan baik. Penurunan lebih lanjut

dari curah jantung dapat disertai insomia atau kebingungan.

Page 53: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

42

f. Aspek Sosial

Perlu dikaji hubungan pasien dengan keluarga, tetangga atau

hubungan pasien dengan pasien yang lain serta hubungan pasien

dengan petugas, biasanya terjadi penurunan keikutsertaan dalam

aktivitas sosial yang biasa dilakukan.

g. Aspek Spiritual

Perlu dikaji menyangkut masalah keeyakinan terhadap Tuhan Yang

Maha Esa, harapan pasien dan keluarga atas penyakit yang

dideritanya.

2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul

a. Aktual/resiko menurunnya curah jantung berhubungan dengan

penurunan kontraktilitas ventrikel kiri, perubahan frekuensi, irama,

dan konduksi elektrikal.

b. Aktual/resiko tinggi kerusakan pertukaran gas yang berhubungan

dengan perembesan cairan, kongesti paru sekunder, perubahan

membrane kapiler alveoli dan retensi cairan interstitial.

c. Aktual/resiko tinggi gangguan pola nafas tidak efektif berhubungan

dengan pengembangan paru yang tidak optimal, kelebihan cairan di

paru sekunder pada edema paru akut.

d. Aktual/resiko tinggi gangguan perfusi perifer berhubungan dengan

menurunnya curah jantung.

Page 54: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

43

e. Aktual/resiko tinggi kelebihan volume cairan yang berhubungan

kelebihan cairan elektrolit, perebesan cairan interstitial di sistemik

sebagai dampak sekunder dari penurunan curah jantung : gagal

jantung kanan.

f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara

suplai oksigen ke jaringan dengan kebutuhan sekunder dari penurunan

curah jantung.

g. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik. (Arif

Muttaqin, 2009)

3. Intervensi Keperawatan

DP I : Aktual/resiko menurunnya curah jantung berhubungan dengan

penurunan kontraktilitas ventrikel kiri, perubahan frekuensi, irama, dan

konduksi elektrikal.

Tujuan : Penurunan curah jantung dapat teratasi dan menunjukkan ttv

dalam batas normal.

Kriteria Hasil : Klien akan melaporkan penurunan episode dispneu,

berperan dalam aktivitas mengurangi beban kerja jantung, tekanan darah

dalam batas normal (120/80 mmHg), Nadi (80x/menit). Denyut jantung

dan irama jantung teratur, CRT kurang dari 3 detik.

Page 55: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

44

Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan Aktual/Resiko Menurunnya Curah Jantung

Berhubungan Dengan Penurunan Kontraktilitas Ventrikel Kiri, Perubahan

Frekuensi, Irama, Dan Konduksi Elektrikal

Intervensi Rasional

1. Kaji dan laporkan tanda penurunan curah jantung.

2. Catat bunyi jantung. 3. Palpasi nadi perifer. 4. Pantau adanya keluaran urine, catat

keluaran urine dan kepekatan/konsentrasi urine.

5. Istirahatkan klien dengan tirah

baring optimal.

1. Kejadian mortalitas dan morbiditas sehubungan dengan MI yang lebih dari 24 jam pertama.

2. S1 dan S2 mungkin lemah karenaa menurunnya kerja pompa. Irama gallop umum (S3 dan S4) dihasilkan nsebagai aliran darah ke dalam serambi yang distensi murmur dapat menunjukkan inkompetensi/stenosis mitral.

3. Penurunan curah jantung menunjukkan menurunnya nadi radialis, popliteal, dorsalis pedis. Nadi mungkin cepat hilang atau tidak teratur untuk di palpasi, dan pulsus alteran (denyut kuat lauin dengan lemah ) mungkin ada.

4. Ginjal berspons untuk menurunkan curah jantung dengan menahan cairan dan natrium, keluaran urine biasanya menurun selama tiga hari karena perpindahan cairan ke jaringan tetapi dapat meningkat pada malam hari sehingga cairan berpindah kembali ke sirkulasi bila pasien tidur.

5. Untuk menurunkan seluruh kebutuhan kerja pada jantung dan membantu dalam menurunkan kebutuhan kerja pada jantung dengan menurunkan volume intravaskular melalui induksi berbaring diuresis.

Page 56: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

45

6. Atur posisi tirah baring yang ideal. Kepala tempat tidur harus dinaikkan 20-30 cm.

7. Kaji perubahan pada sensorik.

Contoh : letargi, cemas, dan depresi. 8. Berikan istirahat psikologi dengan

lingkungan yang tenang. 9. Berikan oksigen tambahan dengan

nasal kanul/masker sesuai dengan indikasi.

6. Posisi ini untuk mengurangi kesulitan bernafas dan mengurangi jumlah darah yang kembali ke jantung sehingga dapat mengurangi kongesti paru.

7. Dapat menunjukkan tidak adekuatnya perfusi serebral sekunder terhadap penurunan curah jantung.

8. Sters emosi menghasilkan vasokontriksi yang terkait, meningkatkan tekanan darah, dan meningkatkan frekuensi kerja jantung.

9. Meningktakan sediaan oksigen untuk kebutuhan miokardium guna melawan efek hipoksia/iskemia.

DP II : Aktual/resiko tinggi kerusakan pertukaran gas yang berhubungan

dengan perembesan cairan, kongesti paru sekunder, perubahan membrane

kapiler alveoli dan retensi cairan interstitial.

Tujuan : Tidak ada keluhan sesak atau terdapat penurunan respons sesak

nafas.

Kriteria Hasil : secara subyektif klien menyatakan penurunan sesak nafas,

secara objektif didapatkan TTV dalam batas normal (RR 16-20X/menit),

tidak ada penggunaan otot bantu nafas, analisa gas darah dalam batas

normal.

Page 57: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

46

Tabel 2.2

Intervensi Keperawatan Aktual/Resiko Tinggi Kerusakan Pertukaran Gas

Yang Berhubungan Dengan Perembesan Cairan, Kongesti Paru Sekunder,

Perubahan Membrane Kapiler Alveoli

Dan Retensi Cairan Interstitial.

Intervensi Rasional

1. Berikan tambahan oksigen 6 liter/menit.

2. Koreksi keseimbangan asam

basa 3. Cegah atelektasis dengan melatih

batuk efektif dan nafas dalam. 4. Kolaborasi pemberial RL

500cc/24 jam dan pemberian furocemid.

1. Untuk meningkatkan konsentrasi oksigen dalam proses pertukaran gas.

2. Mencegah asidosis yang dapat memperberat fungsi pernafasan.

3. Kongesti yang berat akan memperburuk proses pertukaran gas sehingga berdampak pada timbulnya hipoksia.

4. Meningkatkan kontraktilitas otot jantung, sehingga dapat mengurangi timbulnya edema dan dapat mencegah gangguan pertukaran gas. Furocemide dapat membantu mencegah terjadinya retensi cairan dengan menghambat ADH.

DP III : Aktual/resiko tinggi gangguan pola nafas tidak efektif berhubungan

dengan pengembangan paru yang tidak optimal, kelebihan cairan di paru

sekunder pada edema paru akut.

Tujuan : Tidak terjadi perubahan pola nafas.

Kriteria Hasil : Klien tidak sesak nafas, Rrdalam batas normal 16-

20x/menit, respons batuk berkurang.

Page 58: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

47

Tabel 2.3

Intervensi Keperawatan Aktual/Resiko Tinggi Gangguan Pola Nafas Tidak

Efektif Berhubungan Dengan Pengembangan Paru

Yang Tidak Optimal, Kelebihan Cairan Di

Paru Sekunder Pada Edema Paru Akut.

Intervensi Rasional

1. Auskultasi bunyi nafas 2. Kaji adanya edema. 3. Ukur intake dan output. 4. Timbang berat badan. 5. Pertahankan pemasukan total

cairan 2000ml/24 jam dalam toleransi kardiovaskuler.

6. Kolaborasi pemberian diet tanpa

garam.

1. Indikasi edema paru sekunder akibat dekompensasi jantung.

2. Curiga gagal kongestif/kelebihan cairan.

3. Penurunan curah jantung mengakibatkan penurunan perfusi ginjal, retensi natrium/air, dan penurunan keluaran urine.

4. Perubahan tiba-tiba dari berat badan menunjukkan gangguan keseimbangan cairan.

5. Memenuhi kebutuhan cairan tubuh orang dewasa, tetapi memerlukan pembatasan dengan adanya dekompensasi jantung.

6. Natrium meningkatkan retensio cairan dan meningkatkan volume plasma yang berdampak terhadap peningkatan beban kerja jantung dan akan membuat kebutuhan miokardium meningkat.

DP IV : Aktual/resiko tinggi gangguan perfusi perifer berhubungan dengan

menurunnya curah jantung.

Tujuan : Perfusi perifer meningkat.

Kriteria Hasil : Klien tidak mengeluh pusing, TTV dalam batas normal,

CRT <3 detik, urine > 500ml/hari.

Page 59: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

48

Tabel 2.4

Intervensi Keperawatan Aktual/Resiko Tinggi Gangguan Perfusi Perifer

Berhubungan Dengan Menurunnya Curah Jantung.

Intervensi Rasional

1. Auskultasi TD. Bandingkan kedua lengan : ukur dalam keadaan berbaring, duduk, atau berdiri bila memungkinkan.

2. Kaji warna kulit, suhu, sianosisi,

nadi perifer, dan diphoresisi secara teratur.

3. Kaji kualitas peristaltik, jika perlu pasang sonde.

4. Kaji adanya kongesti hepar pada

abdomen kanan atas. 5. Pantau urine output. 6. Catat adanya murmur. 7. Pantau frekuensi jantung dan

irama.

8. Berikan makanan kecil/mudah dikunyah, batasi asupan kafein.

9. Kolaborasi pertahankan cara

masuk heparin (IV) sesuai indikasi.

1. Hipotensi dapat terjadi juga disfungsi ventrikel. Jipertensi juga fenomena umum yang berhubungan dengan nyeri cemas karena pengeluaran katekolamin.

2. Mengetahui derajat hipoksemia dan peningkatan tahanan perifer.

3. Mengetahui pengaruh hipksia terhadap fungsi saluran cerna serta dampak penurunan elektrolit.

4. Sebagai dampak gagal jantung kanana. Jika berat akan ditemukan adanya tanda kongesti.

5. Penurunan curah jantung mengakibatkan menurunnya produksi urine, pemantauan yang ketat pada produksi urine <600 ml/hari merupakan tanda-tanda terjadinya syok kardiogenik.

6. Menunjukkan gangguan aliran darah dalam jantung.

7. Perubahan dan frekuensi irama jantung menunjukkan konplikasi disritmia.

8. Mkanan besar dapat meningkatkan kerja miokardium. Kafein dapat mernagsang langsung ke jantung sehingga meningkatkan frekuensi jantung.

9. Jalur yang paten pentung untuk pemberian obat darurat.

Page 60: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

49

DP V : Aktual/resiko tinggi kelebihan volume cairan yang berhubungan

kelebihan cairan elektrolit, perebesan cairan interstitial di sistemik sebagai

dampak sekunder dari penurunan curah jantung : gagal jantung kanan.

Tujuan : Tidak terjadi kelebihan cairan sistemik.

Kriteria Hasil : Klien tidak sesak nafas, edema ekstermitas berkurang, pitting

edema (-) , produksi urine >600ml/hari.

Tabel 2.5

Intervensi Keperawatan Aktual/Resiko Tinggi Kelebihan Volume Cairan Yang

Berhubungan Kelebihan Cairan Elektrolit, Perebesan Cairan Interstitial Di

Sistemik Sebagai Dampak Sekunder Dari

Penurunan Curah Jantung : Gagal Jantung Kanan.

Intervensi Rasional

1. Kaji adanya edema pada ekstermitas.

2. Kaji tekanan darah. 3. Kaji distensi vena jugularis. 4. Ukur inteke dan output. 5. Timbang berat badan.

1. Curiga gagal kongestif/kelebihan volume cairan.

2. Sebagai salah satu cara untuk mengetahui peningkatan jumlah cairan yang dapat diketahui dengan meningkatkan beban kerja jantung yang dapat diketahui dari meningkatnya tekanan darah.

3. Peningkatan cairan dapat membebani fungsi ventrikel kanan yang dapat dipantau melalui pemeriksaan tekanan vena jugularis.

4. Penurunan curah jantung mengakibatkan gangguan perfusi ginjal, retensi natrium dan penurunan pengeluaran urine.

5. Perubahan tiba-tiba berat badan dapat menunjukkan gangguan

Page 61: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

50

6. Beri posisi yang membantu

drainase ekstermitas : lakukan gerakan pasif.

7. Kolaborasi pemberian diet tanpa garam.

8. Kolaborasi pemberian diuretik,

contoh : furosemide. 9. Kolaborasi melakukan

pemantauan data laboratorium elektrolit kalium.

keseimbangan cairan. 6. Meningkatkan venous return dan

mendorong berkurangnya edema paru.

7. Natrium meningkatkan retensi cairan dan meningkatkan volume plasma yang berdampak terhadap peningkatan beban kerja jantung dan akan membuat kebutuhan miokardium meningkat.

8. Diuretik bertujuan untuk menurunkan volume plasma dan menurunkan retensi cairan di jaringan sehingga menurunkan risiko terjadinya edema paru.

9. Hipokalemia dapat membatasi keefektifan terapi.

DP VI : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara

suplai oksigen ke jaringan dengan kebutuhan sekunder dari penurunan curah

jantung.

Tujuan : Aktivitas sehari-hari klien terpenuhi dan meningkatnya kemampuan

beraktivitas.

Kriteria Hasil : Klien menunjukkan kemampuan beraktivitas tanpa gejala-gejal

yang berat, terutama mobilisasi di tempat tidur.

Page 62: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

51

Tabel 2.6

Intervensi Keperawatan Intoleransi Aktivitas Berhubungan Dengan

Ketidakseimbangan Antara Suplai Oksigen Ke Jaringan Dengan Kebutuhan

Sekunder Dari Penurunan Curah Jantung.

Intervensi Rasional

1. Catat frekuensi jantung : irama dan perubahan TD selama dan sesudah aktivitas.

2. Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas, dan berikan aktivitas senggang yang tidak berat.

3. Anjurkan klien untuk menghindari peningkatan tekanan abdomen, misalnya : mengejan saat defekasi.

4. Jelaskan pola peningkatan bertahap dari tingkat aktivitas. Contoh : bangun dari kursi, bila tak ada nyeri lakukan ambulasi, kemudian istirahat selama 1 jam setelah makan.

1. Respons klien terhadap aktivitas dapat mengindikasikan adanya penurunan oksigen miokard.

2. Menurunkan kerja miokard/konsumsi oksigen.

3. Dengan mengejan dapat mengakibatkan bradikardi, menurunkan curah jantung dan takikardia, serta peningkatan TD.

4. Aktivitas yang maju memberikan kontrol jantung, meningkatkan regangan dan mencegah aktivitas berlebihan.

DP VII : Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik

Tujuan : Kebutuhan klien akan personal hygiene dapat terpenuhi.

Kriteria Hasil : Menunjukkan perawatan diri : aktivitas kehidupan sehari –hari

seperti mandi dan oral hygiene, Mengungkapkan secara verbal kepuasan tentang

kebersihan tubuh dan hygiene oral, Dapat melakukan perawatan mulut, Tingkat

fungsi pasien dari tingkat 3 menjadi tingkat 0.

Page 63: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

52

Tabel 2.7

Intervensi Keperawatan Defisit Perawatan Diri

Berhubungan Dengan Kelemahan Fisik

Intervensi Rasional

1. Mengkaji kemampuan klien dalam memenuhi personal hygiene.

2. Mendukung kemandirian dalam melakukan mandi dan oral hygiene, bantu pasien hanya jika diperlukan.

3. Melibatkan keluarga dalam pemberian asuhan.

4. Memberikan bantuan sampai pasien benar-benar mampu melakukan perawatan diri.

1. Mentukan sejauh mana klien membutuhkan bantuan dalam memenuhi aktivitas sehari-hari.

2. Meningkatkan usaha klien dalam melakukan perawatan diri secara mandiri.

3. Keluarga adalah pengaruh besar dalam kesembuhan klien.

4. Klien yang tidak dapat melakukan personal hygiene secara mandiri tentunya harus dibantu agar dapat terpenuhi

Page 64: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

53

53

BAB III

LAPORAN KASUS

I. Pengkajian

A. Identitas Klien

Nama : Ny.S

Umur : 33 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Status Perkawinan : Sudah menikah

Agama : Islam

Suku Bangsa : Jawa, Indonesia

Alamat : Kp. Gebang, Priuk Tangerang

No. CM : 13711978

Diagnosa Penyakit : Congestif Heart Failure (CHF) dengan Post

Partum.

Tanggal masuk : 30 Juni 2013 pukul 08.00 WIB

Tanggal Pengkajian : 1 Juli 2013 pukul 09.00 WIB

Sumber Data :Pasien, Keluarga Pasien dan Rekam Medik

Identitas Penanggung Jawab

Nama : Tn. M

Umur : 47 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Page 65: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

54

Hub. dengan Klien : Suami Klien

Pekerjaan : Wiraswasta

Status Perkawinan : Sudah menikah

Agama : Islam

Suku Bangsa : Jawa, Indonesia

Alamat : Kp. Gebang, Priuk Tangerang

B. Riwayat Kesehatan

1. Keluhan Utama

Sesak Nafas

2. Riwayat Kesehatan Sekarang

Pada tanggal 26 Juni 2013 pukul 14.00 klien datang ke RSU Tangerang

karena mendapat rujukan dari bidan di sekitar tempat tinggalnya karena

mengalami hipertensi urgency. Sesampainya di RSU Tangerang klien

langsung dibawa ke kamr bersalin. Klien juga sempat mengeluh sesak

nafas pada saat masuk ke kamar bersalin. Setelah diberikan oksigen

melalui nasal kanul klien merasa sesak berkurang. Setelah pembukaan

lengkap, pada pukul 17.00 WIB klien melahirkan dan tidak lama

dibawa ke ruang perawatan nifas Paviliun Aster. Selama menjalani

perawatan di ruang Aster, klien masih merasakan sesak nafas. Karena

sesak yang dirasakan tidak mengalami perbaikan, akhirnya klien

dipindahkan ke ruang perawatan penyakit dalam Paviliun Cempaka

RSU Tangerang pada pukul 08.00 WIB dan di diagnosa mengalami

Page 66: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

55

CHF. Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 01 Juli 2013 pukul

09.00 WIB klien masih mengeluh sesak nafas. Sesak dirasakan akan

bertambah berat apabila klien berbaring terlentang dan berkurang

apabila klien berbaring dengan posisi setengah duduk atau duduk, sesak

dirasakan sepanjang hari. Sesak dirasakan seperti ditindih sesuatu.

Akibat sesak ini klien tidak bisa melakukan aktivitas secara mandiri.

Sesak dirasakan secara terus menerus. Klien juga mengatakan tidak

terdapat batuk.

3. Riwayat Kesehatan Dahulu

Sebelumnya klien tidak mempunyai riwayat penyakit seperti ini. Klien

juga tidak pernah merasakan nyeri dada, memiliki riwayat meminum

obat-obatan diuretik, nitrat, penghambat beta. Klien juga tidak

memiliki riwayat penyakit yang dapat memperburuk keadaan sesak

yang sekarang dialami klien seperti penyakit TBC, asma dan hipertensi

sebelumnya.

4. Riwayat Kesehatan Keluarga

a. Riwayat Penyakit Menular

Di dalam keluarga klien tidak ada riwayat penyakit menular. Klien

mengatakan tidak ada anggota keluarga pasien yang meninggal

karena penyakit jantung.

b. Riwayat Penyakit Keturunan

Di dalam keluarga klien tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit

keturunan yang dapat memperberat keadaan penyakit yang sedang

Page 67: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

56

dialami klien saat ini seperti hipertensi, diabetes mellitus, dan

penyakit jantung.

Genogram

Gambar 3.1 Genogram Keluarga Ny.S

Keterangan :

= Laki – laki

= Perempuan

= Hubungan pernikahan

= Klien

= Tinggal serumah

5. Pola Aktifitas Sehari-hari

Tabel 3.1 Pola Aktivitas Sehari-hari Ny. S

No. Aktivitas Sebelum Sakit Saat Sakit

1. Nutrisi � Makan : Klien makan 3-4x sehari menggunakan nasi, lauk pauk seperti sayur. Klien selalu habis dalam 1 porsi.

� Minum : Klien sehari dapat mmenghabiskan ±8-10 gelas setiap

� Makan : Klien makan 3 kali sehari menggunakan nasi, lauk pauk yang disediakan oleh RS. Selalu habis dalam 1 porsi. Klien juga selalu menghabiskan

Page 68: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

57

harinya. makanan ringan yang disediakan RS.

� Minum : Semenjak didiagnosa CHF, minum klien dibatasi. Dalam 1 hari klien hanya menghabiskan 600ml.

2. Eliminasi (BAB & BAK)

� BAB : Klien BAB 1x/ hari. Berwarna coklat kehitaman, konsistensi lunak.

� BAK : Klien dalam 1 hari dapat mengeluarkan urine sebanyak 6-8x/ hari. ±2000��

� BAB : Klien BAB 1x/ hari. Berwarna coklat kehitaman, konsistensi lunak. Pada saat dilakukan pengkajian klien sudah BAB pada pagi hari pukul 06.30.

� BAK : Selama di RS klien BAK menggunakan foley cateter. Pada saat dilakukan pengkajian, urine bag terisi 200cc, berwarna coklat pekat, tidak terdapat rasa ingin berkemih pada malam hari karena pasien terpasang foley kateter..

Page 69: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

58

3. Personal Hygiene (mandi, keramas, gosok gigi)

� Mandi Klien mengatakan mandi sebanyak 2 kali dalam sehari. Menggunakan sabun mandi. Klien mandi di kamar mandi.

� Keramas Klien keramas 2x sehari. Menggunakan shampo.

� Sikat gigi Klien sikat gigi 2x sehari. Menggonakan pasta gigi.

� Mandi Klien mandi 2x/hari. Klien dibantu oleh suami dan keluarganya. Klien mandi dengan di lap menggunakan waslap. Pada saat dilakukan pengkajian klien sudah mandi.

� Keramas Klien selama dirawat di ruang Cempaka klien belum pernah keramas.

� Sikat gigi Selama dirawat di ruang Cempaka klien belum pernah sikat gigi.

4. Istirahat tidur � Tidur siang Klien terbiasa tidur pada siang hari. Biasanya klien tidur sekitar 2-3 jam setiap harinya.

� Tidur malam Klien tidur pada pukul 20.00-05.00. klien suka terbangun pada malam hari untuk buang air kecil. Klien mengatakan pada malam hari tidur merasa nyenyak,tidak memiliki masalah kesulitan tidur.

� Tidur siang Klien terbiasa tidur pada siang hari. Biasanya klien tidur sekitar 2-3 jam setiap harinya.

� Tidur malam Klien terbiasa tidur cepat. Klien tidur pada pukul 20.00-05.00. Klien mengatakan pada malam hari tidur merasa nyenyak dan tidak memiliki kesulitan tidur.

Page 70: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

59

5. Latihan/ olah raga

Klien tidak pernah olahraga.

Klien tidak pernah berolahraga. Klien hanya dapat melakukan latihan rom aktif diatas tempat tidur.

6. Gaya Hidup Klien adalah seorang istri. Klien sehari-hari bekerja sebagai ibu rumah tangga.

Semenjak dirawat, klien hanya berbaring di tempat tidur sepanjang hari.

C. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan Umum

a. Tingkat Kesadaran : Compos Mentis, GCS= 15

b. Penampilan secara umum : Sakit sedang

c. Berat Badan : 70kg

d. Tinggi Badan : -

e. Tanda-tanda vital :

1) Tekanan Darah : 160/90 mmHg

2) Frekuensi Nafas : 25x/ menit

3) Nadi : 97x/ menit

4) Suhu : 38.1℃

2. Kulit, rambut dan kuku

Kulit

Berwarna kuning langsat kecoklatan, tidak terdapat jaringan paru, tidak

terdapat lesi pada bagian dada, tidak terdapat macula, papula, nodula,

Page 71: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

60

dan ulkus. Suhu kulit terasa hangat, tekstur kulit halus, tidak terdapat

nyeri tekan.

Rambut

Rambut berwarna hitam, distribusi merata, tekstur rambut kering, tidak

terdapat kerontokan, tidak mudah dicabut dan tidak terdapat kutu

rambut.

Kuku

Berwarna putih, bentuk normal, dan tidak terdapat lesi pada kuku. Kuku

tampak panjang dan kotor. CRT 3 detik.

3. Kepala

Bentuk wajah simetris, terdapat ketombe pada kulit kepala. Tidak

terdapat massa, tidak terdapat pembengkakan, dan tidak terdapat nyeri

tekan. Pada dahi tidak terdapat edema. Pada saat dilakukan pengkajian

klien mengatakan tidak merasakan pusing atau sakit kepala.

4. Mata

Pergerakan bola mata simetris, pada palpebra tidak terdapat edema,

tidak terdapat ptosis, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, bola mata

dapat bergerak ke segala arah, tekanan intra okuler sama besar, pupil

berbentuk bulat, isokor dan berdiameter 3 mm. Tidak terdapat nyeri

tekan pada tulang lakrimal.

5. Telinga

Kebersihan kurang, pada pinna tidak terdapat lesi atau massa, tampak

cahaya politzer dipantulkan membran timpani. Tidak terdapat nyeri

Page 72: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

61

tekan pada tulang tragus, mastoid, dan pinna. Pada tes rinne hasil (+)

pada telinga kanan dan telinga kiri.

6. Hidung dan Sinus

Berwarna kecoklatan, tidak tampak pembengkakan, tidak tampak lesi,

septum nasi terletak di tengah, bentik hidung simetris, tidak terdapat

sekret pada lubang hidung, tidak ada benda asing, tidak terdapat polip,

tidak terdapat pernafasan cuping hidung pada pasien. Terpasang kanul

O2 3 liter. Tidak terdapat nyeri tekan pada sinus frontalis, etmoidalis,

dan sinus maksilaris. Klien dapat membedakan bau- bauan yang

berbeda .

7. Mulut

Terdapat bau mulut, bibir berwarna merah kehitaman, tidak terdapat

sianosis, tidak terdapat sianosis, tidak ada gingivitis, terdapat karies

gigi, kebersihan lidah kurang, tidak terdapat peradangan faring,

berwarna kemerahan dan tidak terdapat eksudat, ukuran tonsil T1.

Tidak terdapat nyeri tekan pada lidah, tidak teraba pembesaran dan

nyeri tekan pada pipi. Klien dapat merasakan rasa pahit, manis, dan asin

dengan mata tertutup.

8. Leher

Bentuk simetris, tidak terdapat pembengkakan, tidak terdapat jaringan

parut, tidak terdapt kaku kuduk, mobilitas klien normal, nilai JVP 5 + 2

cm, produksi suara baik. Tidak terdapat pembesaran kelenjar limfe,

tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid.

Page 73: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

62

9. Paru-paru dan Rongga Thorax

Paru

Bentuk dada simetris, tidak terdapat retraksi intercosta, tidak terdapat

jejas pada dada. Tidak terdapat nyeri tekan, getaran dada terasa di

kedua sisi. Terdengar suara sonor. Bunyi nafas vesikuler.

Jantung

Tidak terdapat ictus cordis, Tidak teraba ictus cordis. Batas atas

intercostalis 2- 3, batas kanan linea strenalis kanan, batas kiri

intercostalis 4, 5, dan 8 midclavicula kiri. Bunyi jantung S1 S2 normal.

Tidak terdengar bunyi jantung S3 (murmur atau gallop).

Payudara

Ukuran sedang, bentuk payudara simetris, areola berwarna kehitaman,

puting meninjol, kebersihan puting kurang. Tidak terdapat lesi,

payudara teraba lunak, tidak terdapat nyeri tekan.

10. Abdomen

Bentuk buncit ( post partum hari ke V ), tidak terdapat jaringan parut,

tidak terdapat lesi. Lingkar perut 100 cm. Bising usus 8/xmenit. Pada

perkusi bunyi timpany. Pada ginjal kanan dan kiri tidak terdapat nyeri

ketuk. Tidak terdapat pembesaran hepar dan ginjal. Tinggi fundus uteri

3 jari dibawah pusat. Tidak terdapat nyeri tekan pada kuadran kanan

atas.

Page 74: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

63

11. Genitalia

Vagina

Terdapat bulu pubis, distribusi merata, tidak terdapat lesi, terdapat

edema pada labia mayora, terdapat lochea alba. Tidak terdapat nyeri

tekan pada vagina.

Anus

Tidak terdapat pembengkakan dan kemerahan, tidak terdapat

perdarahan. Tidak terdapat nyeri tekan.

12. Ekstermitas Atas

TaKa : Tidak terdapat lesi, tidak terdapat edema, tidak terdapat

kontraktur, pergerakan ROM aktif, kekuatan otot 4, reflek

bisep dan trisep (+).

TaKi : Terdapat edema pada bagian metakarpal, terpasang infus

NaCl 0.9%, tidak terdapat lesi, tidak terdapat kontraktur,

pergerakan ROM aktif, kekuatan otot 4, reflek bisep dan

trisep (+).

13. Ekstermitas Bawah

KaKa : Tidak terdapat lesi, tidak terdapat edema, tidak terdapat

kontraktur, pergerakan ROM aktif, kekuatan otot 4, reflek

patella dan babinski (+).

KaKi : Tidak terdapat lesi, tidak terdapat edema, tidak terdapat

kontraktur, pergerakan ROM aktif, kekuatan otot 4, reflek

patella dan babinski (+).

Page 75: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

64

D. Data Psikologis

1. Status emosi : Klien terlihat tenang dalam menjawab pertanyaan.

Pada saat dikaji status emosi klien stabil.

2. Kecemasan : Klien terlihat cemas karena sampai hari dilakukan

pengkajian klien belum bertemu dengan bayinya

lagi. Dan klien juga cemas akan ASI yang belum

bisa keluar.

3. Gaya Komunikasi : Gaya komunikasi klien berlangsung dua arah

dan saat dikaji klien sangat kooperatif terbukti

klien menjawab semua pertanyaan yang diajukan

perawat dengan baik.

4. Konsep diri : Klien menyukai apa yang ada di dirinya dan

bersyukur atas pemberian Allah SWT serta

berharap kesembuhan penyakitnya dan bisa

bertemu dengan bayinya lagi.

E. Data Sosial

1. Pendidikan

Pendidikan terakhir klien adalah SMP di jawa tengah.

2. Hubungan Sosial

Hubungan klien dengan keluarga, tetangga, serta dengan pasien lain

terjalin baik, klien pun cukup kooperatif dalam tindakan medis dan

perawatan di RS.

Page 76: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

65

3. Faktor sosio Kultural

Klien dan keluarga bersuku Jawa.

4. Gaya Hidup

Klien tampak hidup sederhana, klien tidak pernah mengkonsumsi

minuman beralkohol, kopi atau jamu.

F. Data Spiritual

Klien beragama Islam, klien selalu mengerjakan sholat 5 waktu dan

berdoa kepada Tuhan Yang maha Esa. Tapi selama dirawat di rumah Sakit

klien mengatakan tidak pernah melakukan shalat 5 waktu, klien hanya

berdoa untuk kesembuhan penyakitnya.

G. Data Penunjang

1. Hasil Laboratorium tanggal 26 Juni 2013.

Pemeriksaan hematologi

Jenis pemeriksaan

Hasil Nilai normal Satuan

Hemoglobin Jumlah leukosit Hematokrit Trombosit

4,1 22.700

16 293.000

12-14 5.000-10.000

37-48 150-500x103

G/dL /µL %

/µL Kimia Darah

Jenis pemeriksaan Hasil Nilai normal Satuan Gula darah sewaktu SGPT Ureum Kreatinin Protein total Albumin

54

10 20 0.9 5,1 2,5

< 180

< 31 < 50 < 1,1

6,6 – 8,7 3,5 – 5,2

mg/dL

U/L mg/dL mg/dL mg/dL mg/dL

Page 77: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

66

Elektrolit Jenis pemeriksaan Hasil Nilai normal Satuan Natrium Kalium Clorida

130,3 3,15 114

135-147 3,5-5,5 98-107

mEg/L mEg/L mEg/L

Analisa gas darah Jenis pemeriksaan Hasil Nilai normal Satuan pH pO2 pCO2 HCO3 O2 Saturasi

7,139 24,3 55,3 18,4 29,2

7,350-7,450 85-95 35-45 21-25 95-98

mmHg mmHg mmol/L

%

2. Gambaran Hasil EKG : Sinus Rhythm.

3. Hasil expertise USG abdomen tanggal 01 Juni 2013.

a. Hepar : Bentuk dan ukuran normal. Permukaan rata, reguler, tepi

tajam. Echostruktur parenkim homogen. Sistem biliovaskuler baik.

Tak tampak dilatasi duktus biliaris intra/extra kepatik. Tak tampak

lesi hiper/iso/hipoechoik.

b. Kandung empedu : Bentuk dan ukuran baik. Dinding tak

menebal. Tak tampak batu/sludge/sol.

c. Lien : Ukuran sedikit membesar. Echostruktur parenkim

homogen. Tak tampak lesi hiper/iso/hipoechoik.

d. Pancreas : Bentuk dan ukuran baik. Echostruktur parenkim baik. Tak

tampak dilatasi duktus pancreaticus/klasifikasi patologis.

e. Ginjal dextra : Ukuran 12 cm x 5 cm. Parenkim kortex menebal.

Sinus renalis tampak baik. Tak tampak batu/tumor/dilatasi

pelviokalises.

Page 78: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

67

f. Ginjal sinistra : Ukuran 12 cm x 6,1 cm. Parenkim kortex menebal.

Sinus renalis tampak baik. Tak tampak batu/tumor/dilatasi

pelviokalises.

g. GIT : Tak tampak echopatologis.

h. Aorta : Bentuk dan kaliber normal. Tak tampak pembesaran KGB

para aorta/illiaca/mesenterica.

i. Vesika urinaria : Bentuk dan ukuran baik. Dinding tak menebal. Tak

tampak batu/sol.

Tampak kumpulan cairan di cavum pleura dextra dan sinistra.

Tampak cairan bebas intra abdomen.

j. Uterus : Ukuran membesar (post partum).

Kesan :

- Ascites

- Efusi pleura dextra dan sinistra

- Suspek nefritis akut dextra dan sinistra

- Splenomegali

- Uterus membesar ( post partum ).

H. Program dan Therapy Pengobatan

Therapy oral :

1. Domperidone 2 x 10 mg

2. Pectosil 3 x 200 mg

3. Asam Mefenamat 3 x 500 mg

4. Amlodipin 3 x 5 mg

Page 79: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

68

5. Bisoprolol 1x 2.5 mg

6. Clonidin 3 x 0.15 mg

Therapy injeksi :

1. Ceftriaxone 1 x 2 gr

2. Furocemide 3 x 80 mg

3. Extrace 3 x 100 mg/ml

4. Vit. K 3 x 10 mg/ml

5. Transfusi darah 2 kolf pada tanggal 26 Juni 2013.

6. Transfusi darah 1 kolf pada tanggal 30 Juni 2013.

7. Transfusi darah 1 kolf pada tanggal 01 Juli 2013.

II. Analisa Data

Tabel 3.2 Analisa Data

No. Data Fokus Interpretasi Data Masalah

1. DS : - Klien mengatakan

sesak nafas yang akan bertambah berat apabila klien berbaring terlentang dan berkurang apabila klien berbaring dengan posisi setengah duduk atau duduk.

Gagal Jantung Kiri

Penurunan CO

Penurunan volume

sekuncup Penurunan vol darah

yang dibutuhkan oleh organ

Penurunan

konsentrasi Hb

Inefektif pola

nafas.

Page 80: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

69

DO : - Klien terlihat sesak

nafas. - RR : 25x/menit. - Klien tampak

menggunakan nasal kanul 3 liter.

- Posisi tempat tidur semi fowler.

- Hasil laboratorium tanggal 26 juni 2013 : Hb = 4,1 gr/dL pH = 7,139 pO2 = 24,3mmHg pCO2 = 55,3 mmHg HCO3 = 18,4 mmol/L O2 Saturasi = 29,2%

Gg. Transportasi O2 ke paru-paru

Gg. Pertukaran Gas

Sesak Nafas

Inefektif pola Nafas

2. DS : - Klien mengatakan

mandi 2x/hari. Klien dibantu oleh suami dan keluarganya. Klien mandi dengan di lap menggunakan waslap.

- Klien selama dirawat di ruang Cempaka klien belum pernah keramas.

- Selama dirawat di ruang Cempaka klien belum pernah sikat gigi.

DO : - Terdapat ketombe

pada kulit kepala. - Kuku tampak panjang

dan kotor. - Kebersihan telinga

kurang. - Tercium bau mulut

Gagal Jantung Kiri

Penurunan CO

Penurunan volume

sekuncup Penurunan vol darah

yang dibutuhkan oleh organ

Penurunan

konsentrasi Hb

Menghambat peredaran O2 ke

jaringan

Kelemahan

Defisit

perawatan diri

Page 81: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

70

dan lidah tampak kotor.

- Klien terpasang foley catheter.

- Puting payudara tampak kotor.

Defisit Perawatan

Diri

3. DS : - Klien mengatakan

sudah terpasang kateter selama 6 hari dan belum pernah diganti.

- Klien mengatakan sudah terpasang selang infus selama 6 hari dan belum pernah diganti.

DO : - Klien terpasang

foley cateter. - Klein terpasang

selang infus di tangan sebelah kiri.

- Tampak bengkak/oedema pada metakarpal sinistra (tempat penusukan infus).

Gagal Jantung Kiri

Penurunan CO

Penurunan volume

sekuncup

Penurunan vol darah yang dibutuhkan

oleh organ

Penurunan konsentrasi Hb

Ketidakmampuan

BAK di toilet secara mandiri

Indikasi pemasangan

kateter

Kateter > 6 hari tidak diganti/tidak dilepas

Invasi

mikroorganisme melalui selang

Resti infeksi nosokomial

Resti infeksi

nosokomial

Page 82: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

71

4. DS : - Klien menanyakan

tentang ASI-nya yang belum bisa keluar.

- Klien mengatakan tidak tahu tentang perawatan payudara dan tidak pernah perawatan payudara selama dan setelah hamil.

DO : - Klien tampak cemas

dan gelisah. - Klien banyak

bertanya tentang mengeluarkan ASI

- Payudara teraba lunak dan puting payudara tampak menonjol dan kotor.

Post partum hari ke IV

Kurang perawatan payudara pasca

melahirkan

Colostrum belum keluar

Kurangnya

Pengetahuan

Ansietas

Ansietas

III. Diagnosa Keperawatan

1. Inefektif pola nafas berhubungan dengan penurunan jumlah Hb

2. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan.

3. Resti infeksi nosokomial berhubungan dengan pemakaian alat medis

yang lama.

4. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang

perawatan payudara.

Page 83: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

72

IV. Intervensi Keperawatan

Tabel 3.3 Intervensi Keperawatan Pada Ny. S

Diagnosa

Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional

1. Inefektif pola nafas berhubungan dengan penurunan jumlah Hb akibat perdarahan.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan nafas klien kembali efektif dengan kriteria hasil : 1. Klien

mengatakan sesak berkurang.

2. RR kembali normal. Dari 25x/menit menjadi 20x/menit.

3. Tidak tampak sianosis dan retraksi intercosta.

4. CRT < 2”. 5. Jumlah Hb

mengalami peningkatan. dari 4,1 menjadi 9 g/dl

Mandiri : 1. Lakukan

pengaturan posisi semifowler.

2. Kaji frekuensi

dan kedalaman pernafasan.

3. Kaji dan awasi

warna secara rutin kulit dan membrane mukosa.

4. Auskultasi bunyi nafas, catat area penurunan aliran udara dan atau bunyi tambahan.

Kolaborasi : 1. Pertahankan

pemberian therapi oksigen.

2. Kolaborasi

pemberian

Mandiri : 1. Posisi

semifowler dapat meningkatkan ekspansi paru.

2. Berguna dalam evaluasi derajat distres atau kronisnya proses penyakit.

3. Sianosis mengindikasikan beratnya hipoxemia.

4. Bunyi nafas

mungkin redup karena penurunan aliran udara pada paru.

Kolaborasi : 1. Therapi

oksigen yang adekuat dapat mencegah terjadinya hipoxemia.

2. Transfusi sel darah merah

Page 84: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

73

transfusi darah sesuai dengan indikasi dokter.

(9-4.1x70x4 PRC)= 4 KOLF 3. Kolaborasi

pemberian obat penambah darah.

dapat meningkatkan hemoglobin dalam darah.

3. Penambah darah akan meningkatkan pembentukan sel darah merah.

2. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam kebutuhan klien akan personal hygiene dapat terpenuhi dengan kriteria hasil : 1. Menunjukkan

perawatan diri : aktivitas kehidupan sehari –hari seperti mandi dan oral hygiene.

2. Mengungkapkan secara verbal kepuasan tentang kebersihan tubuh dan hygiene oral.

3. Dapat melakukan perawatan mulut.

4. Tingkat fungsi pasien dari tingkat 3 menjadi tingkat 0.

Mandiri : 1. Mengkaji

kemampuan klien dalam memenuhi personal hygiene.

2. Mendukung

kemandirian dalam melakukan mandi dan oral hygiene, bantu pasien hanya jika diperlukan.

3. Melibatkan keluarga dalam pemberian asuhan.

4. Memberikan

bantuan sampai pasien benar-benar mampu melakukan perawatan diri.

Mandiri : 1. Mentukan

sejauh mana klien membutuhkan bantuan dalam memenuhi aktivitas sehari-hari.

2. Meningkatkan usaha klien dalam melakukan perawatan diri secara mandiri.

3. Keluarga adalah pengaruh besar dalam kesembuhan klien.

4. Klien yang tidak dapat melakukan personal hygiene secara mandiri tentunya harus dibantu

Page 85: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

74

5. Letakkan sabun,

handuk, deodoran, dan peralatan lain yang dibutuhkan di samping tempat tidur.

agar dapat terpenuhi kebutuhanny.

5. Memberikan kemudahan bagi pasien melakukan perawatan diri secara mandiri.

3. Resti infeksi nosokomial berhubungan dengan pemakaian alat medis yang lama.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan infeksi tidak terjadi dengan kriteria hasil : 1. Tanda-tanda

vital normal. 2. Tidak terdapat

tanda-tanda infeksi pada daerah tempat pemasangan alat.

Mandiri : 1. Memonitor

tanda-tanda vital. 2. Kaji apakah

terdapat tanda-tanda infeksi disekitar pemasangan alat.

3. Melepaskan alat-alat yang sudah terpasang lama dan menggantinya dengan yang baru.

Kolaborasi : 1. Melakukan

pemasangan alat-alat medis baru. Seperti folley kateter yang baru, infus set yang baru.

2. Memberikan antibiotik.

Mandiri : 1. Mengetahui

tanda-tanda awal terjadinya infeksi.

2. Mengetahui secara dini tanda-tanda infeksi.

3. Untuk

mencegah terjadinya infeksi.

Kolaborasi : 1. Mencegah

terjadinya infeksi nosokomial dan mencegah komplikasi.

2. Antibiotik

adalah obat antibakteri yang dapat mencegah terjadinya infeksi.

Page 86: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

75

4. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang perawatan payudara

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x60 menit diharapkan cemas berkurang atau hilang dengan kriteria hasil : 1. Klien dapat

memahami dan menjelaskan kembali tentang pengertian, manfaat dan tujuan perawatan payudara.

2. Klien dapat memperagakan cara perawatan payudara secara mandiri.

3. Klien terlihat tenang

Mandiri : 1. Mengkaji sejauh

mana pengetahuan klien tentang perawatan payudara dan tentang penyakit darah tinggi.

2. Melakukan demonstrasi teknik cara perawatan payudara post partum.

Mandiri : 1. Menentukan

materi yang tepat yang akan diberikan.

2. Demonstrasi

secara visual dapat mempermudah penerimaan materi yang diberikan.

V. Implementasi Keperawatan

Tabel 3.4 Implementasi Keperawatan Pada Ny.S

Tanggal Jam Tindakan Dx Paraf

01-07-2013 08.00 09.00

1. Membantu menggantikan diapers yang lama dengan yang baru. R: Diapers lama telah diganti Klien terlihat nyaman dan senang dan terdapat lochea alba.

2. Melakukan pengaturan posisi

semifowler. R: Klien berbaring dengan posisi semifowler. Klien tampak tenang

2

1

Page 87: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

76

09.05 09.10 09.25 09.25 09.35 09.50 09.55

dan nyaman.

3. Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital. R: TD : 160/90 mmHg

RR : 25x/menit. N : 97x/menit S : 38,1℃

4. Mengkaji warna kulit dan membrane mukosa bibir. R: Warna kulit kecoklatan, tidak terdapat sianosis pada membrane mukosa dan CRT 3, konjungtiva anemis”.

5. Mengkaji kedalaman pernafasan. R:Tidak terdapat retraksi intercosta, tidak terdapat penggunaan otot-otot pernafasan.

6. Melakukan auskultasi bunyi nafas. R: Bunyi nafas vesikuler.

7. Mengganti air oksigen yang lama

dengan yang baru. R:Air oksigen telah diganti, klien tampak tenang dan sudah merasakan kembali aliran udara.

8. Mengkaji genitalia yang terpasang kateter dan extermitas atas yang terpasang infus. R : Pada genitalia tidak terdapat tanda-tanda infeksi, labia mayora terlihat masih bengkak dan pada extermitas atas sebelah kiri yang terpasang infus terlihat bengkak.

9. Mengkaji sejauh mana tingkat kecemasan ibu tentang ASI yang belum keluar. R:Klien banyak bertanya

1&3 1

1

1

1&2

3 4

Page 88: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

77

bagaimana mengeluarkan ASI yang tidak keluar.

02-07-2013 07.15 07.30 08.15 08.25 09.00

1. Memeriksa tanda-tanda vital R: TD : 190/90 mmHg

RR : 24x/menit. N : 88x/menit S : 37,5℃

2. Memberikan therapy injeksi intravena dan oral. Inj : Ceftriaxone 2 gr IV Furocemide 80 mg IV Extrace 200gr IV Oral : Donperidone 10mg Pecticosil 200mg Asam mefenamat 500mg Amlodipine 5mg Clonidine 0,15mg R : tidak terdapat tanda-tanda alergi, klien terlihat meringis, obat dapat ditoleransi oleh tubuh.

3. Melakukan vulva hygiene.

R:Terdapat lochea sanguinolenta, pada labia mayora terdapat edema, tidak terdapat tanda-tanda infeksi pada vagina. Tidak terdapat perdarahan pervaginam. Klien kooperatif saat dilakukan tindakan.

4. Mengganti diapers yang baru.

R: Diapers telah diganti dan klien tampak senang dan nyaman.

5. Melakukan perawatan kuku pada pasien. R: Kuku tampak bersih dan rapi setelah dipotong dan dibersihkan.

1&3 3

2

2

2

Page 89: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

78

11.00 14.00

6. Melakukan penyuluhan

kesehatan dan mendemonstrasikan perawatan payudara. R: Colostrum dapat keluar dan klien masih perlu dibimbing untuk praktik perawatan payudara selanjutnya.

7. Melakukan pemasangan infus baru dan memberikan transfusi darah 1 kantong 250cc. R: tidak terdapat tanda-tanda alergi, demam, dan darah dapat ditoleransi oleh tubuh.

4

1&3

03-07-2013 07.45 08.00 08.10

1. Memeriksa tanda-tanda vital. R: TD : 170/70 mmHg

RR : 22x/menit. N : 71x/menit S : 35,5℃

2. Memberikan therapy injeksi

intravena dan oral. Inj : Ceftriaxone 2 gr IV Furocemide 80 mg IV Extrace 200gr IV Oral : Donperidone 10mg Pecticosil 200mg Asam mefenamat 500mg Amlodipine 5mg Clonidine 0,15mg R : Klien kooperatif, tidak terdapat tanda-tanda alergi, klien terlihat meringis saat disuntikkan obat.

3. Mengkaji warna kulit dan membrane mukosa. R: Warna kulit kecoklatan, tidak terdapat sianosis pada membrane

1&3

3 1

Page 90: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

79

08.30 08.45 09.00 09.03 10.00 12.30 14.00

mukosa dan CRT 2, konjungtiva sudah tidak anemis”.

4. Melakukan vulva hygiene dan pemeriksaan vagina yang terpasang kateter. R:Terdapat lochea sanguinolenta, pada labia mayora terdapat edema, tidak terdapat tanda-tanda infeksi pada vagina. Tidak terdapat perdarahan pervaginam. Klien kooperatif saat dilakukan tindakan.

5. Melakukan oral hygiene. R: Klien dapat melakukan sikat gigi secara mandiri ditempat tidur. Klien tampak segar dan nyaman.

6. Mengkaji kedalaman pernafasan. R:Tidak terdapat retraksi intercosta, tidak terdapat pengguunaan otot-otot pernafasan.

7. Melakukan auskultasi bunyi nafas. R: Bunyi nafas vesikuler.

8. Melatih kemampuan ibu melakukan perawatan payudara secara mandiri. R: Klien dapat melakukan perawatan payudara secara mandiri.

9. Memeriksa tanda-tanda vital R: TD : 140/70 mmHg

RR : 20x/menit. N : 75x/menit S : 36,2℃

10.Memeriksa tangan yang

2 2 1 1 4

1&3 3

Page 91: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

80

terpasang cairan infus. R: Tidak terdapat tanda-tanda plebitis pada daerah sekitar pemasangan infus.

04-07-2013 07.30

08.00 08.05 08.20

1. Memeriksa tanda-tanda vital. R: TD : 130/70 mmHg

RR : 20x/menit. N : 80x/menit S : 36℃

2. Memberikan therapy oral.

Oral : Donperidone 10mg Pecticosil 200mg Asam mefenamat 500mg Amlodipine 5mg Clonidine 0,15mg R : Klien kooperatif, tidak terdapat tanda-tanda alergi, klien terlihat meringis saat disuntikkan obat.

3. Mengkaji warna kulit dan membrane mukosa. R: Warna kulit kecoklatan, tidak terdapat sianosis pada membrane mukosa dan CRT 2, konjungtiva sudah tidak anemis”.

4. Melakukan vulva hygiene dan melepaskan selang kateter. R: Kateter sudah dilepas. Terdapat lochea sanguinolenta, edema sudah berkurang pada labia mayora, tidak terdapat tanda-tanda infeksi pada vagina. Tidak terdapat perdarahan pervaginam. Klien kooperatif saat dilakukan tindakan.

1&3

3 1 2

Page 92: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

81

08.30 10.00 11.30 11.35 14.00 15.30

5. Melakukan auskultasi bunyi nafas. R: Bunyi nafas vesikuler

6. Mengkaji kemampuan klien

berkemih secara mandiri. R: Klien dapat berkemih secara mandiri ke kamar mandi.

7. Mengkaji pengetahuan klien dan keluarga tentang darah tinggi. R: Klien dan keluarga mengatakan tidak tahu tentang penyakit darah tinggi dan cara pencegahannya.

8. Melakukan penyuluhan

kesehatan tentang penyakit darah tinggi. R: Keluarga dan pasien sudah memahami tentang hipertensi dan paham bagaimana pencegahannya.

9. Memeriksa tanda-tanda vital. R: TD : 120/80 mmHg

RR : 20x/menit. N : 83x/menit S : 36℃

10. Pasien pulang kerumahnya.

1

2 4 4

1&3

05-07-2013

(Home Visit)

11.00 12.10

1. Memeriksa tanda-tanda vital. R: TD : 130/80 mmHg

RR : 20x/menit. N : 80x/menit S : 36℃

2. Memberikan obat oral. Pectocil 200mg Asam Mefenamat 500mg Amlodopine 5 mg Clonidine 0,15mg R: Klien kooperatif dan mau meminum obat secara mandiri dan rutin.

3

3

Page 93: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

82

VI. Evaluasi

Nama : Ny. S

Usia : 33 Tahun

NO CM : 13711978

Tabel 3.5 Evaluasi Tindakan Pada Ny.S

Tanggal/jam Dx Catatan Perkembangan Paraf

02-07-2013

4 S : - Klien mengatakan sudah

mengerti tentang perawatan payudara setelah melahirkan.

O : - Klien dapat menjelaskan

kembali pengertian, tujuan dan manfaat untuk perawatan payudara.

- Klien dapat memperagakan kembali bagaimana cara perawatan payudara .

- Colostrum sudah keluar - Klien tampak senang A : Masalah teratasi P : Hentikan intervensi

04-07-2013 1 S : - Klien mengatakan sudah

tidak sesak dan akan pulang pada hari ini.

O : - TD : 130/70 mmHg - RR : 20x/menit. - N : 80x/menit - S : 36℃ - Konjungtiva tidak anemis. - Tidak tampak retraksi

intercosta - Bunyi nafas vesikuler. - Klien sudah tidak memakai

Page 94: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

83

kanul. A : Masalah teratasi (pasien pulang) P : Lakukan Home Visit

04-07-2013 2 S : - Klien mengatakan sudah mandi

pada pagi hari, sudah sikat gigi dan akan pulang kerumah pada hari ini.

- O : - Klien terlihat bersih dan rapi. A : - Masalah teratasi (pasien

pulang) P : - Lakukan Home Visit.

04-07-2013 4 S : - Klien dan keluarga

mengatakan sudah mengerti tentang perawatan dirumah mengenai pencegahan penyakit hipertensi.

- Klien dan keluarga sudah dapat menjelaskan kembali bagaimana cara perawatan dirumah mengenai pencegahan hipertensi.

- Klien mengatakan akan pulang kerumah pada hari ini.

O : - Klien dan keluarga

mengatakan sudah mengerti tentanf perawatan pasien hipertensi dirumah.

A : Masalah teratasi.(pasien pulang) P : Lakukan Home Visite.

05-07-2013

(Home Visite)

3 S : - O : - TD : 130/80 mmHg - RR : 20x/menit. - N : 80x/menit

Page 95: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

84

- S : 36℃ - Tidak terdapat tanda-tanda

infeksi pada vagina. - Klien tidak terpasang kateter. A : Masalah teratasi P : Hentikan intervensi

Page 96: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

85

85

BAB IV

PEMBAHASAN

Fokus pembahasan pada karya tulis ini untuk mencermati persamaan dan

ketidaksesuaian antara teori dan praktek dalam asuhan keperawatan pada pada

paien dengan gangguan sistem kardiovaskuler : congestif heart failure pada post

partum hari ke iv atas indikasi pre eklampsia berat yang telah dilakukan dari

tanggal 01 Juli 2013 sampai 05 Juli 2013 di ruang Cempaka Rumah Sakit Umum

Tangerang, dengan pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan,

tindakan keperawatan dan evaluasi.

1. Tahapan Pengkajian

Tahap ini merupakan tahap awal dari proses keperawatan, penulis

menggunakan pendekatan pada pasien dan keluarga, untuk mengumpulkan

data subyektif dan data obyektif dengan teknik pengkajian berupa wawancara

pada pasien dan keluarga serta melaksanakan pemeriksaan fisik secara head to

toe dengan menggunakan empat metode yaitu : inspeksi, palpasi, perkusi, dan

auskultasi. Dalam melakukan tahap pengkajian ini penulis tidak menemukan

hambatan yang berarti. Hal ini dikarenakan keluarga dan klien yang sangat

kooperatif dan peran perawat ruangan yang dapat membantu dalam

memperoleh data-data penunjang yang berhubungan dengan pasien.

Menurut Brunner and Suddarth (2002) penyebab gagal jantung kongestif

antara lain kelainan otot jantung, aterosklerosis koroner, hipertesnsi sistemik

Page 97: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

86

atau pulmonal, peradangan dan penyakit jantung degeneratif. Sedangkan data

yang diperoleh dari hasil anamnesa dan pengkajian fisik pada Ny.S bahwa

pasien sebelumnya memiliki riwayat hipertensi selama masa kehamilan dan

pada saat masa post partum.

Dengan melihat penyebab gagal jantung kongestif berdasarkan teori dan

melihat data yang diperoleh dari pasien, maka penulis mengambil kesimpulan

bahwa kemungkinan penyebab gagal jantung pada Ny. S karena komplikasi

dari preeklampsi berat.

Dari data yang diperoleh selama melakukan pengkajian telah ditemukan

tanda dan gejala yaitu dispneu, ortopneu, kelemahan dan kelelahan dan asites.

Sedangkan tanda dan gejala secara teoritis yang tidak ditemukan adalah

kardiomegali, anoreksia, distensi vena jugularis, hepatomegali, pitting edema

pada ekstermitas bawah, peningkatan tekanan darah dan pusing kepala. Hal ini

disebabkan karena pasien meminum obat penurun tekanan darah yaitu

amlodipin 3x5mg, bisoprolol 1x2.5mg, dan clonidin 3x0,15 mg sehingga tidak

terjadi bendungan pada vena jugularis dan hepar. Pasien juga mendapatkan

obat injeksi furosemide 3x80 mg sehingga tidak terjadi penumpukan cairan di

dalam tubuh. Pada klien juga tidak ditemukan adanya nokturia karena pasien

menggunakan folley catheter. Tidak ada kegelisahan dan kecemasan karena

klien dan keluarga telah mendapatkan penjelasan dari dokter.

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada Ny. S yang dilakukan yaitu

pemeriksaan EKG, kreatinin, elektrolite, hematologi dan pemeriksaan AGD.

Namun berdasarkan hasil laboratorium didapatkan pemeriksaan kreatinin

Page 98: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

87

tanggal 26 Juni 2013 dalam batas normal. Hal ini dikarenakan tidak terdapat

kerusakan pada ginjal klien. Dan hasil pemeriksaan EKG menunjukkan gambar

sinus rhythm. Sedangkan hasil pemeriksaan elektrolite,hematologi,dan AGD

mendukung diagnosa CHF. Sedangkan pemeriksaan penunjang secara teoritis

yang tidak dilakukan pada Ny.S antara lain, rontgen thorak, scan jantung,

kateterisasi jantung dan enzim hepar.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa yang terdapat dalam teori Arif Muttaqin 2009 adalah sebagai berikut:

Aktual/resiko menurunnya curah jantung berhubungan dengan penurunan

kontraktilitas ventrikel kiri, perubahan frekuensi, irama, dan konduksi

elektrikal, aktual/resiko tinggi kerusakan pertukaran gas yang berhubungan

dengan perembesan cairan, kongesti paru sekunder, perubahan membrane

kapiler alveoli dan retensi cairan interstitial, aktual/resiko tinggi gangguan pola

nafas tidak efektif berhubungan dengan pengembangan paru yang tidak

optimal, kelebihan cairan di paru sekunder pada edema paru akut, aktual/resiko

tinggi gangguan perfusi perifer berhubungan dengan menurunnya curah

jantung, aktual/resiko tinggi kelebihan volume cairan yang berhubungan

kelebihan cairan elektrolit, perebesan cairan interstitial di sistemik sebagai

dampak sekunder dari penurunan curah jantung : gagal jantung kanan,

intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai

oksigen ke jaringan dengan kebutuhan sekunder dari penurunan curah jantung,

defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik.

Page 99: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

88

Berdasarkan analisa data dari Ny. S ketujuh diagnosa diatas tidak dapat

dirumuskan semua. hanya satu yang dapat dirumuskan yaitu defisit perawatan

diri berhubungan dengan kelemahan fisik. Sedangkan diagnosa lainnya tidak

dapat dirumuskan karena Ny. S menderita gagal jantung kongestif akibat

komplikasi dari preeklampsi berat. Adapun diagnosa yang tidak sesuai dengan

teori yaitu inefektif pola nafas berhubungan dengan penurunan jumlah Hb, resti

infeksi nosokomial berhubungan dengan pemakaian alat medis yang lama,

ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang perawatan

payudara.

Adapun diagnosa keperawatan yang dapat dirumuskan pada Ny. S

diantaranya inefektif pola nafas berhubungan dengan penurunan jumlah Hb.

Penulis mengangkat diagnosa ini dikarenakan klien mengalami sesak nafas

namun tidak ditemukan tanda-tanda yang dapat mendukung sesak nafas yang

sesuai dengan tanda-tanda gagal jantung secara teoritis dan pada hasil

laboratorium terjadi penurunan Hb dimana fungsi dari Hb itu sendiri adalah

mengikat oksigen.

Diagnosa yang kedua adalah defisit perawatan diri berhubungan dengan

kelemahan. Penulis mengangkat diagnosa ini karena pada saat dilakukan

pengkajian klien masih sesak dan merasa lemah, sehingga tidak dapat

melakukan perawatan diri secara mandiri.

Diagnosa yang ketiga yaitu resti infeksi nosokomial berhubungan dengan

pemakaian alat medis yang lama. Penulis mengangkat masalah ini karena

berdasarkan data medical record pasien, tidak terdapat data yang menyatakan

Page 100: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

89

bahwa pasien dilakukan pemasangan alat medis baru dan pasien juga

menuturkan bahwa infus dan selang kateter yang terpasang belum pernah

diganti sebelumnya.

Diagnosa yang keempat yaitu ansietas berhubungan dengan kurangnya

pengetahuan tentang perawatan payudara. Masalah ini diangkat karena klien

masih dalam masa post partum hari ke empat dan klien tidak pernah melakukan

perawatan payudara setelah melahirkan sehingga ASI belum keluar. Hal ini

terjadi karena klien tidak mengerti tentang perawatan payudara post partum

sehingga penulis merasa perlu memberikan penyuluhan kesehatan untuk

mengatasi kecemasan ibu.

3. Tahapan Perencanaan

Rencana keperawatan yang diberikan kepada Ny.S secara garis besar

mengacu pada konsep teori. Sesuai dengan fungsi perawat yaitu independen,

dependen, dan interdependen oleh karena itu rencana keperawatan harus terdiri

dari rencana tindakan mandiri dan tindakan kolaborasi yang disesuaikan

dengan kondisi pasien untuk mengatasi masalah yang dialami pasien. Karena

klien baru saja melahirkan, intervensi yang disusun tidak hanya berfokus pada

perencanaan untuk gagal jantung saja, perencanaan untuk post partum juga

dimasukkan oleh penulis sebagai intervensi.

Rencana tindakan mandiri yang dirumuskan untuk Ny.S diantaranya

lakukan pengaturan posisi semifowler, kaji frekuensi dan kedalaman

pernafasan, kaji dan awasi warna secara rutin kulit dan membrane

Page 101: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

90

mukosa,mengkaji konjungtiva, auskultasi bunyi nafas, kaji kemampuan klien

dalam memenuhi personal hygiene, dukung kemandirian dalam melakukan

mandi dan oral hygiene, bantu pasien hanya jika diperlukan, libatkan keluarga

dalam pemberian asuhan, berikan bantuan sampai pasien benar-benar mampu

melakukan perawatan diri, yaitu monitor tanda-tanda vital, kaji apakah terdapat

tanda-tanda infeksi disekitar pemasangan alat, ganti alat-alat yang sudah

terpasang lama dengan yang baru, kaji sejauh mana pengetahuan klien tentang

perawatan payudara dan tentang penyakit darah tinggi, berikan penyuluhan

kesehatan tentang perawatan payudara post partum dan perawatan pasien

hipertensi dirumah, lakukan demonstrasi teknik cara perawatan payudara post

partum.

Sedangkan rencana tindakan kolaborasi yang dirumuskan untuk Ny.S

diantaranya pertahankan pemberian therapi oksigen, kolaborasi pemberian

transfusi darah sesuai dengan indikasi dokter, kolaborasi pemberian obat

penambah darah, lakukan pemasangan alat-alat medis baru, pemberian

antibiotik.

4. Tahap Pelaksanaan

Secara garis besar dalam pelaksanaan tindakan keperawatan pada Ny.S

berdasarkan pada intervensi yang telah disusun sebelumnya, antara lain

memeriksa TTV, melakukan pengaturan posisi semifowler, mengkaji warna

kulit dan membrane mukosa, mengakaji kedalaman pernafasan, melakukan

auskultasi bunyi nafas, mengkaji genetalia yang terpasang kateter dan

Page 102: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

91

extermitas atas yang terpasang infus, mengkaji sejauh mana tingkat kecemasan

ibu, memberikan therapy injeksi ceftriaxone untuk mencegah terjadinya

infeksi, furosemide untuk membantu meningkatkan produksi urine melalui

ginjal, memberikan obat oral pectosil, amlodipine, bisoprolol, dan clonidine

yang dimana obat-obatan tersebut merupakan obat yang digunakan untuk

menurunkan tekanan darah yang tinggi, melakukan vulva hygiene, mengganti

diapers yang baru, melakukan perawatan kuku pada pasien, melakukan penkes

dan demonstrasi mengenai perawatan payudara.

Dalam melaksanakan tindakan, penulis tidak mendapatkan kesulitan yang

berarti dikarenakan klien dan keluarga yang sangat kooperatif, disamping itu

kerjasama yang diberikan perawat ruangan sangat membantu penulis dalam

melakukan asuhan keperawatan pada Ny. S.

5. Tahap Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan untuk menilai

keberhasilan asuhan keperawatan yang telah diberikan kepada klien. Evaluasi

yang digunakan oleh penulis adalah evaluasi formatif dan sumatif. Evaluasi

formatif dilakukan selama 3 hari setelah dilakukan implementasi, sedangkan

evaluasi sumatif dilakukan berdasarkan kriteria waktu yang telah ditentukan

dengan hasil sebagai berikut :

a. Inefektif pola nafas berhubungan dengan penurunan jumlah Hb masalah

teratasi pada hari kedua.

Page 103: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

92

b. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan masalah teratasi

pada hari kedua.

c. Resti infeksi nosokomial berhubungan dengan pemakaian alat medis yang

lama masalah teratasi pada hari ketiga.

d. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang perawatan

payudara masalah teratasi pada hari pertama.

Page 104: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

93

BAB V

PENUTUP

1. Kesimpulan

Setelah penulis melaksanakan asuhan keperawatan pada Ny.S dengan

gangguan sistem kardiovaskuler : Congestif Heart Failure pada post

partum hari ke IV atas indikasi preeklampsi berat di Paviliun Cempaka

Rumah Sakit Umum Tangerang tanggal 01 Juli 2013 sampai 05 Juli 2013

dengan menggunakan proses keperawatan maka penulis mengambil

beberapa kesimpulan yaitu :

a. Pada pengkajian yang dilakukan terhadap Ny. S ditemukan tanda dan

gejala antara lain dispneu, ortopneu, kelemahan dan kelelahan. Tidak

semua tanda dan gejala yang ada di teori terdapat dalam kasus ini hal

ini menunjukkan bahwa manusia bersifat unik dalam merespon suatu

keadaan baik secara biologis maupun psikologis.

b. Diagnosa keperawatan yang timbul pada Ny. S adalah inefektif pola

nafas berhubungan dengan penurunan jumlah Hb, defisit perawatan

diri berhubungan dengan kelemahan, resti infeksi nosokomial

berhubungan dengan pemakaian alat medis yang lama, ansietas

berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang perawatan

payudara.

c. Rencana keperawatan yang ditetapkan disesuaikan dengan masalah

keperawatan yang timbul pada pasien. Rencana keperawatan harus

Page 105: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

94

terdiri dari rencana tindakan mandiri dan tindakan kolaborasi yang

disesuaikan dengan kondisi pasien untuk mengatasi masalah yang

dialami pasien.

d. Pelaksanaan asuhan keperawatan pada Ny. S dilakukan sesuai dengan

rencana asuhan keperawatan yang ditetapkan yaitu memeriksa TTV,

melakukan pengaturan posisi semifowler, mengkaji warna kulit dan

membrane mukosa, mengakji kedalaman pernafasan, melakukan

auskultasi bunyi nafas, dll.

e. Evaluasi sangat membantu dalam menentukan tercapai tidaknya suatu

tujuan masalah-masalah yang terjadi pada pasien dan semua masalah

dapat teratasi sesuai dengan kriteria waktu yang ditentukan.

2. Saran

Sehubungan dengan penulisan kasus ini, penulis memberikan beberapa

saran sebagai berikut :

a. Bagi rumah sakit

Untuk menambah pengetahuan pasien dan keluarga diharapkan rumah

sakit memasang penkes tentang gagal jantung kongestif dan resiko

tinggi pengidap gagal jantung kongestif di tempat-tempat yang

strategis.

b. Bagi perawat

Adanya peningkatan dalam proses pengawasan, pemeriksaan serta

penggantian alat medis yang terpasang pada pasien-pasien yang

Page 106: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

95

memang menggunakan alat medis dalam jangka waktu yang lama agar

tidak menimbulkan komplikasi baru pada pasien.

c. Bagi institusi pendidikan

Diharapkan institusi menyediakan lebih banyak lagi referensi mengenai

gagal jantung kongestif agar memudahkan mencari informasi dan

menyusun data yang diperoleh.

Page 107: asuhan keperawatan pada pasien dengan congestif hearth failure

96

DAFTAR PUSTAKA

Arif, Mansjoer . 2005 . Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1 ed.3. Jakarta : Media Aesculapius.

Bobak, dkk . 2005 . Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

Brunner and Suddarth. 2001 . Keperawatan Medikal Bedah Volume 2 ed.8 Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

Chandranita, Ida A, dkk . 2012 . Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan , dan KB . Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

Corwin, Elizabeth J. 2007. Buku Saku Patofisiologi, ed. 3. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

Doengoes, E Marilynn . 2002 . Rencana Asuhan Keperawatan . Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

Joesoef, Andang, dr, SpJP. 2007. Gagal jantung. PJNHK. Ethical Digest, No.29, Th IV. Terdapat dalam: http://www.pjnhk.go.id/content/view/560/1/. (Diakses pada 01 Juli 2012).

Mariyono, H., 2007. Gagal Jantung. Bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam, FK Unud/ RSUP Sanglah, Denpasar. Volume 8 Nomor 3 Bulan September 2007. Terdapat dalam http://ojs.unud.ac.id/index.php/jim/article/download/3853/2848&ei. (Diakses pada 13 Juli 2013).

Mutaqqin, Arif . 2009 . Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler dan Hematologi . Jakarta : Salemba Medika

Wilkinson, M. Judith . 2012 . Buku Saku Diagnosis Keperawatan . Jakarta : Buku Kedokteran EGC