Upload
others
View
8
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Poltekkes kemenkes Padang
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN KANKER SERVIKS POST KEMOTERAPI DI RUANG
GYNEKOLOGI-ONKOLOGI IRNA KEBIDANAN RSUP DR. M. DJAMIL PADANG
KARYA TULIS ILMIAH
DITA NOVELIA NIM : 143110212
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI D-III KEPERAWATAN PADANG
TAHUN 2017
Poltekkes Kemenkes Padang
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN KANKER SERVIKS POST KEMOTERAPI DI RUANG
GYNEKOLOGI-ONKOLOGI IRNA KEBIDANAN RSUP DR. M. DJAMIL PADANG
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Ahli Madya Keperawatan
DITA NOVELIA NIM : 143110212
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI D-III KEPERAWATAN PADANG
TAHUN 2017
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadiran ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmad dan
karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan Laporan Karya Tulis Ilmiah
ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Kanker Serviks
Post Kemoterapi Di ruang Gynekologi-Onkologi RSUP DR. M. Djamil Padang
Tahun 2017”. Peneliti menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan ibu Ns.
Elvia Metti, M.Kep, Sp. Kep,Mat selaku pembimbing I dan ibu Hj. Metri
Lidya, S.Kp, M.Biomed selaku pembimbing II yang telah menyediakan waktu,
tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan peneliti dalam penyusunan Karya Tulis
Ilmiah ini. Peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak H. Sunardi, SKM, M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes RI
Padang.
2. Ibu Hj. Murniati Muchtar, SKM, M.Biomed selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Poltekkes Kemenkes RI padang.
3. Ibu Ns. Idrawati Bahar, S.Kep, M.Kep selaku Ketua Program Studi Prodi
D-III Keperawatan Poltekkes Kemenkes RI Padang.
4. Bapak Ibu Dosen dan Staf yang telah membntu dan memberikan ilmu
dalam pendidikan untuk bekal bagi peneliti selama perkuliahan di Jurusan
Keperawatan Poltekkes Kemenkes RI Padang.
5. Pihak RSUP Dr. M. Djamil Padang yang telah mengizinkan untuk
melakukan studi awal.
6. Teristimewa untuk orang tua dan keluarga yang telah memberikan bantuan
dukungan material dan moral.
7. Teman-teman Republic Nurse B dan teman yang seperjuangan angkatan
2014 Keperawatan, serta sahabat dan penyemangat yang tidak dapat
peneliti sebutkan satu persatu yag telah banyak membantu peneliti dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Poltekkes Kemenkes Padang
Peneliti menyadari Karya Tulis Ilmiah ini masih terdapat kekurangan. Oleh sebab
itu peneliti mengharapkan tanggapan, kritikan dan saran yang membangun dari
semua pihak untuk kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Akhir kata, peneliti
berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan semua
pihak yang telah membantu. Semoga nantinya dapat membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu
Padang, 09 Juni 2017
Peneliti
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN PADANG JURUSAN KEPERAWATAN Karya Tulis Ilmiah, Juni 2017
DITA NOVELIA
Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Kanker Serviks Post Kemoterapi di ruang Gynekologi-Onkologi IRNA Kebidanan RSUP Dr. M. Djamil Padang
Isi : xiii + 91 halaman + 10 lampiran
ABSTRAK
Pengobatan untuk kanker serviks yang paling banyak digunakan adalah kemoterapi dan memiliki dampak secara fisik dan psikologi. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan asuhan keperawatan pada pasien dengan kanker serviks post kemoterapi di ruang Gynekologi-Onkologi Irna Kebidanan RSUP DR. M. Djamil Padang Jenis penelitian adalah deskriptif dengan studi kasus. Di ruang Gynekologi-Onkologi Irna kebidanan RSUP Dr. M. Djamil Padang. Waktu pengumpulan data penelitian yaitu partisipan I selama 5 hari dan partisipan II selama 12 hari. Populasi adalah semua pasien kanker serviks post kemoterapi berjumlah 8 orang dengan sampel 2 orang yang sesuai dengan kriteria inklusi dalam waktu rentang yang berbeda. Hasil penelitian didapatkan keluhan pada kedua partisipan sama yaitu mual muntah, tidak nafsu makan, mudah lelah dan letih, badan terasa panas, kulit memerah. Didapat 3 diagnosis keperawatan yang sama untuk kedua partisipan dan 1 diagnosis berbeda. Diagosis keperawatan prioritas ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dengan intervensi yaitu manajemen nutrisi dan monitor nutrisi. Tindakan keperatawan yang telah dilakukan adalah memonitor intake nutrisi, menganjurkan meningkatkan makan yang mengandung protein dan vitamin C, memberikan informasi tentang kebutuhan nutrisi dan memonitor hasil kadar haemoglobin. Evalusi keperawatan menunjukkan meningkatnya nafsu makan pasien, tidak ada mual muntah dan nilai hasil kadar haemoglobin dalam batas normal Disarankan pada perawat agar melibatkan keluarga dalam pemberikan informasi tentang asupan nutrisi yang harus ditingkatkan pasien seperti: sayuran dan buah-buahan yang segar dan menghindari komsumsi makanan kaleng. Kata Kunci : kanker serviks, kemoterapi, asuhan keperawatan Daftar pustaka : 27 (2005-2017)
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Dita Novelia
NIM : 143110212
Tempat/Tanggal Lahir : Simanau / 5 November 1995
Jenis Kelamin : Perempuan
Anak Ke : Satu (Pertama)
Agama : Islam
Alamat : Jorong Parik Batu Nagari Simanau Kecamatan Tigo Lurah Kabupaten Solok
Nama Orang Tua
Ayah : Afrizal (Alm)
Ibu :Wirdawati
RIWAYAT PENDIDIKAN
TAHUN ASAL SEKOLAH 2002-2008 SD N 04 SIMANAU 2008-2011 SMP N 3 KOTA SOLOK 2011-2014 SMA N 1 KOTA SOLOK 2014-2017 Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ ii KATA PENGANTAR .................................................................................... ii i LEMBAR ORISINALITAS ........................................................................... v LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................... vi ABSTRAK ...................................................................................................... vii DAFTAR ISI .................................................................................................... viii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... x DAFTAR SKEMA ........................................................................................... xi DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................ 4 C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 5 D. Manfaat penelitian ................................................................................ 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 7
A. Konsep Kanker Serviks ........................................................................ 7 1. Pengertian Kanker Serviks ............................................................. 7 2. Penyebab Kanker Serviks .............................................................. 8 3. Klasifikasi pertumbuhan Kanker Serviks ...................................... 9 4. Klasifikasi Stadium Kanker Serviks.............................................. 11 5. Patofisiologi Kanker Serviks......................................................... 12 6. WOC Kanker Serviks ................................................................... 14 7. Tanda dan Gejala Kanker Serviks................................................. 15 8. Respon Tubuh terhadap Fisiologis................................................ 15 9. Pemeriksaan Diagnostik Kanker Serviks...................................... 17 10. Penatalaksanaan Kanker Serviks................................................... 18
B. Konsep Asuhan Keperawatan pada Kasus Kanker Serviks ................ 24 1. Pengkajian Keperawatan............................................................... 24 2. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul............................ 27 3. Rencana Keperawatan................................................................... 28 4. Implementasi Keperawatan........................................................... 48 5. Evaluasi Keperawatan................................................................... 48
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 49
A. Desain Penelitian .................................................................................. 49 B. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 49 C. Populasi dan Sampel ............................................................................ 49 D. Alat / Instrumen Pengumpulan Data .................................................... 50 E. Jenis dan Pengumpulan Data ............................................................... 51 F. Analisis ................................................................................................. 55
Poltekkes Kemenkes Padang
BAB IV DESKRIBSI DAN PEMBAHASAN KASUS A. Deskripsi kasus .............................................................................. 56
1. Pengajian keperawatan ............................................................ 56 2. Diagnosa keperawatan ............................................................ 67 3. Rencana keperawatan ............................................................. 68 4. Implementasi keperawatan ..................................................... 70 5. Evaluasi keperawatan ............................................................. 71
B. Pembahasan kasus ......................................................................... 73
1. Pengajian keperawatan ............................................................ 73 2. Diagnosa keperawatan ............................................................ 77 3. Rencana keperawatan ............................................................. 82 4. Implementasi keperawatan ..................................................... 84 5. Evaluasi keperawatan ............................................................. 87
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .................................................................................. 90 B. Saran ............................................................................................ 91
DAFTAR PUSTAKA
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kanker Serviks ....................................................................... .... 7
Gambar 2.1 Stadium Kanker Serviks ......................................................... .... 12
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR SKEMA
Skema 2.1 WOC Kanker Serviks ................................................................ ... 14
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Klasifikasi Stadium Kanker Serviks .............................................. 11 Tabel 2.2 Penatalaksanaan medis berdasarkan stadium kanker Serviks........ 19 Tabel 2.3 Rencana Keperawatan .................................................................... 28 Tabel 2.4 Deskripsi Kasus ............................................................................ 55
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Jadwal kegiatan Karya tulis Ilmiah Lampiran 2 : Lembar Bimbingan KTI Lampiran 3 : Surat Pengantar dari Poltekkes Kemenkes Padang untuk
pengambilan data dan studi awal ke RSUP DR. M. Djamil Padang Lampiran 4 : Surat pengambilan data dan melakukan studi awal dari RSUP Dr.
M. Djamil Padang Lampiran 5 : Surat Pengantar dari Poltekkes Kemenkes Padang untuk izin
penelitian ke RSUP DR. M. Djamil Padang Lampiran 6 : Surat izin melakukan penelitian dari RSUP Dr. M. Djamil
Padang Lampiran 7 : Daftar hadir penelitian Lampiran 8 : Persetujuan Informed Consent Lampiran 9 : Laporan Asuhan Keperawatan Maternitas : Gynekologi-Onkologi Lampiran 10 : Surat selesai penelitian dari RSUP Dr. M. Djamil Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim.
Kanker serviks menunjukkan adanya sel- sel abnormal yang terbentuk
oleh sel-sel jaringan yang tumbuh terus- menerus dan tidak terbatas pada
bagian leher rahim (Ariani, 2015 ). Kanker ini biasanya terjadi pada
wanita yang telah berumur, tetapi bukti statistik menunjukkan bahwa
kanker serviks dapat juga menyerang wanita yang berumur antara 20
sampai 30 tahun (Prawirohardjo, 2014).
Kanker serviks merupakan penyakit kanker pada perempuan yang
mengakibatkan kematian terbanyak terutama di negara berkembang.
Insiden kanker serviks diperkirakan telah terjadi pada 500.000 wanita di
seluruh dunia dan sebagian besar terjadi di negara berkembang. Telah
terbukti sebanyak 70% penyebab dari kanker serviks adalah infeksi
Human Papilloma Virus (HPV) yang merangsang perubahan perilaku sel
epitel serviks. Meskipun infeksi Human Papilloma Virus HPV penyebab
lebih tinggi, namun faktor resiko lain untuk timbulnya kanker ini seperti
melakukan hubungan seksual diusia muda, melakukan hubungan seksual
yang berganti-ganti pasangan, dan perempuan perokok (Prawirohardjo,
2014).
Data World Health Organization (WHO) (2016) melaporkan bahwa pada
tahun 2012 terdapat 530.000 kasus, dimana kanker serviks merupakan
kanker dengan urutan keempat pada wanita, sedangkan pada tahun 2015
sekitar 90% dari 270.000 kematian akibat kanker serviks terjadi di negara-
negara berpenghasilan rendah dan menengah. Menurut Kementrian
Kesehatan RI pada tahun 2015, penderita kanker serviks di Indonesia
adalah 0,8% (98.692 orang). Provinsi DI Yogyakarta, Provinsi Kepulauan
Riau dan Provinsi Maluku Utara memiliki prevalensi kanker serviks
tertinggi yaitu sebesar 1,5%, sedangkan di Provinsi Sumatra Barat jumlah
penderita kanker serviks yaitu 0,9% atau sebanyak 2.285 orang.
Poltekkes Kemenkes Padang
RSUP DR. M.Djamil Padang merupakan salah satu rumah sakit rujukan di
Sumatera Barat. Data RSUP DR. M. Djamil Padang di ruang Gynekologi-
Onkologi penderita kanker serviks pada tahun 2014 sebanyak 241 orang
dan pada tahun 2015 sebanyak 241 orang (Medical Record RSUP DR. M.
Djamil Padang, 2014 & 2015). Sedangkan data 3 bulan terakhir kanker
serviks post kemoterapi di ruang Gynekologi-Onkologi Irna Kebidanan
RSUP DR. M. Djamil Padang sebanyak 41 orang.
Kanker serviks dapat dideteksi secara dini dengan melakukan skrining Pap
Smear. Pada stadium awal, kanker ini cendrung tidak terdeteksi sehingga
tidak menimbulkan gejala-gejala yang jelas dan baru terdeteksi setelah
stadium III atau lanjut. Menurut hasil penelitian yang dilakukan
Halimatusyaadiah (2014) di RSUP NTB menemukan penderita kanker
serviks paling banyak dengan stadium III sejumlah 33 orang (51,6%).
Kanker serviks yang sudah stadium lanjut biasanya menunjukkan gejala-
gejala, diantaranya: keputihan yang berbau busuk, perdarahan setelah
melakukan hubungan seksual, rasa nyeri disekitar vagina, nyeri pada
panggul, sehingga kondisi kanker sudah mencapai stadium lanjut. Hal ini
menyebabkan terlambatnya pengobatan dini (Diananda, 2008).
Pengobatan penyakit kanker serviks telah dikembangkan beberapa macam
yaitu melalui tindakan pembedahan, radioterapi dan kemoterapi.
Pengobatan yang paling banyak digunakan adalah kemoterapi, karena
kemoterapi bisa digunakan untuk stadium lanjut. Kemoterapi adalah
pengobatan yang menggunakan zat kimia untuk merusak atau membunuh
sel-sel yang tumbuh dengan cepat. Tujuannya adalah untuk mengurangi
jumlah sel-sel kanker atau mengurangi ukuran tumor. Kemoterapi
memiliki dampak dalam berbagai bidang kehidupan antara lain dampak
terhadap fisik dan psikologis (Ariani, 2015)
Dampak kemoterapi secara fisik yaitu mual dan muntah, diare, konstipasi,
neuropati perifer, toksisitas kulit, alopecia (kerontokan rambut), penurunan
Poltekkes Kemenkes Padang
berat badan, anemia, penurunan nafsu makan, perubahan rasa, nyeri
(Ariani, 2015). Penelitian kualitatif menurut Ambarwati & Wardani
(2015) di RSUD DR. Moewardi Sukarta terhadap 8 orang responden
penderita kanker serviks mengatakan bahwa efek samping kemoterapi
secara fisik yang paling banyak dialami oleh responden adalah mual
muntah. Keluhan fisik lainya yang dialami seperti konstipasi, kelelahan,
neuropati perifer, perubahan rasa, penurunan berat badan, nyeri, toksisitas
kulit dan penurunan nafsu makan.
Dampak kemoterapi secara psikologis yaitu kecemasan, despresi, berjuang
untuk menjadi normal, merasa baik dan merasa sedih, emosional, stres,
harga diri rendah, kesedihan, dan kepasrahan (Ariani, 2015). Penelitian
kualitatif menurut Wardani (2014) di RSUD DR Moewardi Surakarta
terhadap 8 orang responden penderita kanker serviks mengatakan bahwa
efek samping kemoterapi secara psikologis yang paling banyak dialami
oleh responden adalah kecemasan. Keluhan psikologis lain yang dialami
seperti berjuang untuk menjadi normal, kesedihan, kepasrahan, dan harga
diri rendah.
Berdasarkan studi awal yang dilakukan pada tanggal 20 Januari 2017 jam
17.00 WIB di ruang Gynekologi-Onkologi Irna Kebidanan RSUP DR. M.
Djamil Padang, didapat data jumlah pasien dengan kanker serviks post
kemoterapi sebanyak enam orang dan rata-rata hari rawatan untuk pasien
post kemoterapi yang melakukan perbaikan keadaan umumnya adalah 4-9
hari. Hasil wawancara peneliti dengan dua orang pasien, mengatakan
bahwa pasien cemas dengan penyakitnya, nyeri, lemah dan mudah lelah,
nafsu makan kurang, mual muntah dan rambut rontok. Berdasarkan
wawancara, perawat mengatakan bahwa sudah melakukan pengkajian
sesuai dengan format pengkajian, mengakkan diagnosa sudah sesuai
dengan keluhan pasien, rencana keperawatan yang dibuat sesuai dengan
NOC dan NIC dan implementasi keperawatan, eveluasi keperawatan serta
pendokumentasian sudah dilakukan dengan baik. Berdasarkan observasi
Poltekkes Kemenkes Padang
yang peneliti lakukan terhadap perawat ruangan dalam melakukan
pengkajian, perawat sudah melakukan pengkajian terhadap identitas
pasien, keluhan pasien dan pemeriksaan fisik tapi pada pengkajian
psikologis pasien hanya secara umum tanpa melihat kondisi pasiennya
serta sudah menegakkan diagnosa keperawatan utama yaitu nyeri akut,
ansientas, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan dari
kebutuhan tubuh, resiko infeksi dan sudah terdokumentasi dengan baik.
Tindakan yang sudah dilakukan oleh perawat ruangan yaitu memberikan
terapi obat untuk mengurangi nyeri dan mual muntah, memberikan
transfusi dalam hal ini peneliti melihat perawat ruangan dalam
memberikan asuhan keperawatan hanya berfokus pada tindakan yang
terdokumentasi seperti pemberian terapi obat tanpa memperhatikan
psikologis pasien dan kecemasan yang dihadapi keluarga pasien. Selain itu
dalam evaluasi keperawatan dengan diagnosa nyeri akut, perawat tidak
langsung melihat kondisi pasien setelah pemberian obat analgesik hanya
bertanya kepada keluarganya dan dalam pendokumentasian evaluasi
keperawatan hanya pernyataan dari keluarga saja, dan terkadang perawat
masih berpatokan terhadap evaluasi keperawatan yang dibuat sebelumnya.
Perawat memiliki peran yang penting sebagai pemberian pelayanan
kesehatan dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien secara
menyeluruh baik biologis, psikologis, sosial, budaya dan spiritual dengan
menerapkan aspek promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti telah melakukan “Asuhan
Keperawatan pada pasien dengan Kanker Serviks Post Kemoterapi di
Ruang Gynekologi-Onkologi Irna Kebidanan RSUP DR. M. Djamil
Padang tahun 2017.
Poltekkes Kemenkes Padang
B. Rumusan Masalah
Bagaimana penerapan asuhan keperawatan pada pasien dengan Kanker
Serviks Post Kemoterapi di Ruang Gynekologi-Onkologi Irna Kebidanan
RSUP DR. M. Djamil Padang tahun 2017?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Mampu menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan Penyakit
Kanker Servik Post Kemoterapi di Ruang Gynekologi-Onkologi Irna
Kebidanan RSUP DR. M. Djamil Padang tahun 2017.
2. Tujuan khusus
a. Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian pada pasien dengan
Kanker Servik Post Kemoterapi di Ruang Gynekologi-Onkologi
Irna Kebidanan RSUP DR. M. Djamil Padang tahun 2017.
b. Mampu mendeskripsikan diagnosa pada pasien dengan Kanker
Servik Post Kemoterapi di Ruang Gynekologi-Onkologi Irna
Kebidanan RSUP DR. M. Djamil Padang tahun 2017.
c. Mampu mendeskripsikan intervensi pada pasien dengan Kanker
Servik Post Kemoterapi di Ruang Gynekologi-Onkologi Irna
Kebidanan RSUP DR. M. Djamil Padang tahun 2017.
d. Mampu mendeskripsikan tindakan keperawatan pada pasien
dengan Kanker Servik Post Kemoterapi di Ruang Gynekologi
Onkologi Irna Kebidanan RSUP DR. M. Djamil Padang tahun
2017
e. Mampu mendeskripsikan evaluasi pada pasien dengan Kanker
Servik Post Kemoterapi di Ruang Gynekologi-Onkologi Irna
Kebidanan RSUP DR. M. Djamil Padang tahun 2017.
f. Mampu mendeskripsikan pendokumentasian pada pasien dengan
Kanker Servik Post Kemoterapi di Ruang Gynekologi-Onkologi
Irna Kebidanan RSUP DR. M. Djamil Padang tahun 2017.
Poltekkes Kemenkes Padang
D. Manfaat
1. Bagi peneliti
Studi kasus ini dapat mengaplikasikan dan menambah wawasan ilmu
pengetahuan serta kemampuan peneliti dalam menerapkan asuhan
keperawatan pada pasien dengan kasus kanker serviks post kemoterapi
2. Bagi rumah sakit
Studi kasus ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran
dalam menerapakan asuhan keperawatan pada pasien dengan kasus
kanker serviks post kemoterapi
3. Bagi institusi pendidikan
Studi kasus ini diharapkan dapat menambah wawasan/ide bagi peneliti
lebih lanjut dalam penerapan asuhan keperawatan pada pasien dengan
kasus kanker serviks post kemoterapi
Poltekkes Kemenkes Padang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.Konsep Kanker Serviks
1. Pengertian Kanker Serviks
Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim atau
serviks yang terdapat pada bagian terendah rahim yang menempel pada
puncak vagina (Diananda, 2008). Kanker ini biasanya paling sering terjadi
pada wanita yang berumur 35 tahun, tetapi bukti statistik menunjukkan
bahwa kanker serviks dapat juga menyerang wanita yang berumur antara
20 sampai 30 tahun (Ariani, 2015 ), sedangkan menurut Mitayani (2011)
Kanker Serviks adalah perubahan sel-sel serviks dengan karakteristik
histologi. Proses perubahan pertama menjadi tumor ini mulai terjadi pada
sel-sel squamocolummar junction.Kanker serviks ini terjadi paling sering
pada usia 30 tahun sampai 45 tahun,tetapi dapat terjadi pada usia dini yaitu
18 tahun.
Gambar 2.1 Kanker Serviks
Poltekkes Kemenkes Padang
2. Penyebab Kanker Serviks
Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui, namun ada beberapa
faktor resiko tertentu yang lebih besar kemungkinannya untuk menderita
kanker serviks menurut Ariani (2015) dan Diananda (2008) sebagai
berikut :
1. Usia
Perempuan yang rawan mengidap kanker serviks adalah mereka yang
berusia 35-50 tahun, terutama yang telah aktif secara seksual sebelum
usia 16 tahun. Hubungan seksual pada usia terlalu dini bisa
meningkatkan resiko terserang kanker serviks sebesar dua kali
dibanding perempuan yang melakukan hubungan seksual setelah usia
20 tahun.
2. Sering berganti pasangan
Semakin banyak berganti-ganti pasangan maka tertularnya infeksi
HPV juga semakin tinggi. Hal ini disebabkan terpaparnya sel-sel mulut
rahim yang mempuanyai pH tertentu dengan sperma-sperma yang
mempunyai pH yang berbeda-beda pada multi-patner sehingga dapat
merangsang terjadinya perubahan ke arah displasia.
3. Merokok
Pada wanita perokok konsentrasi nikotin pada getah serviks 56 kali
lebih tinggi dibandingkan didalam serum, efek langsung bahan
tersebut pada serviks adalah menurunkan status imun lokal sehingga
dapat menjadi kokarsinogen infeksi virus.
4. Hygiene dan Sirkumsisi
Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kanker serviks pada wanita
yang pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria non
sirkum hygiene penis tidak terawat sehingga banyak kumpulan-
kumpulan smegma.
5. Status sosial ekonomi
Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi
rendah dan kemungkinan faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan
gizi, imunitas dan kebersihan perorangan. Pada golongan sosial
Poltekkes Kemenkes Padang
ekonomi rendah umumnya kuantitas dan kualitas makanan kurang hal
ini yang mempengaruhi imunitas tubuh.
6. Terpapar virus
Human immunodeficiency virus (HIV) atau penyebab AIDS merusak
sistem kekebalan tubuh pada perempuan. Hal ini dapat menjelaskan
peningkatan risiko kanker serviks bagi perempuan dengan AIDS. Para
ilmuwan percaya bahwa sistem kekebalan tubuh adalah penting dalam
menghancurkan sel-sel kanker dan memperlambat pertumbuhan serta
penyebaran. Pada perempuan HIV, kanker pra serviks bisa
berkembang menjadi kanker yang invasif lebih cepat dari biasanya.
7. Faktor genetik
Terjadinya mutasi sel pada sel epitel skuamosa serviks yang
menyebabkan terjadinya kanker serviks pada wanita dan dapat
diturunkan melalui kombinasi genetik dari orang tua ke anaknya.
3. Klasifikasi pertumbuhan sel kanker serviks
Menurut padila (2015) Klasifikasi pertumbuhan sel kanker serviks sebagai
berikut :
1. Mikroskopis
a. Displasia
Displasia ringan terjadi pada sepertiga bagaian basal epidermis.
Displasia berat terjadi pada dua pertiga epidermis hampir tidak
dapat dibedakan dengan karsinoma insitu.
b. Stadium karsinoma insitu
Pada karsinoma insitu perubahan sel epitel terjadi pada seluruh
lapisan epidermis menjadi karsinoma sel skuamosa. Karsinoma
insitu yang tumbuh didaerah ektoserviks, peralihan sel skuamosa
kolumnar dan sel cadangan endoserviks.
c. Stadium karsionoma mikroinvasif.
Pada karksinoma mikroinvasif, disamping perubahan derajat
pertumbuhan sel meningkat juga sel tumor menembus membrana
basalis dan invasi pada stoma sejauh tidak lebih 5 mm dari
Poltekkes Kemenkes Padang
membrana basalis, biasanya tumor ini asimtomatik dan hanya
ditemukan pada skrining kanker.
d. Stadium karsinoma invasive
Pada karsinoma invasif perubahan derajat pertumbuhan sel
menonjol besar dan bentuk sel bervariasi. Petumbuhan invasif
muncul diarea bibir posterior atau anterior serviks dan meluas
ketiga jurusan yaitu jurusan forniks posterior atau anterior, jurusan
parametrium dan korpus uteri.
e. Bentuk kelainan dalam pertumbuhan karsinoma serviks
Pertumbuhan eksofilik: berbentuk bunga kol, tumbuh ke arah
vagina dan dapat mengisi setengah dari vagina tanpa infiltrasi ke
dalam vagina, bentuk pertumbuhan ini mudah nekrosis dan
perdarahan.
Pertumbuhan endofilik: biasanya lesi berbentuk ulkus dan
tumbuh progesif meluas ke forniks, posterior dan anterior ke
korpus uteri dan parametrium.
Pertumbuhan nodul: biasanya dijumpai pada endoserviks yang
lambatl aun lesi berubah bentuk menjadi ulkus.
2. Markroskopis
a. Stadium preklinis
Tidak dapat dibedakan dengan servisitis kronik biasa
b. Stadium permulaan
Sering tampak sebagian lesi sekitar osteum externum
c. Stadium setengah lanjut
Telah mengenai sebagian besar atau seluruh bibir porsio.
d. Stadium lanjut
Terjadi pengrusakan dari jaringan serviks, sehingga tampaknya
seperti ulkus dengan jaringan yang rapuh dan mudah berdarah.
4. Klasifikasi Stadium Kanker Serviks
Menurut Tanto (2015), Klasifikasi stadium TNM (Tumor Node
Metastases) dan FIGO (The Internasional Federation of Gynecology and
obstetrics) sebagai berikut.
Poltekkes Kemenkes Padang
Tabel 2.1
Klasifikasi Stadium Kanker Serviks
Klasifikasi TNM
Klasifikasi FIGO
Keterangan
TX Tumor primer tidak dapat dinilai T0 Tidak ditemukan adanya tumor primer Tisb Carsinoma in situ (karsinoma prainvasif) T1 I Karsinoma serviks yang terbatas pada uterus
(ekstensi samapai ke korpus tidak dihiraukan) T1ac IA Karsinoma yang yang didiagnosis hanya secara
mikroskopik. Invasi stroma dengan kedalaman maksimal 5.0 mm yang diukur dari dasar epitel dan penyebaran secara horiziontal sebesar ≤ 7.0 mm. Keterlibatan ruang vaskular, vena atau limpatik tidak mempengaruhi klasifikasi.
T1a1 IA1 Invasi stroma dengan kedalaman ≤ 3.0 mm dan penyebaran horiziontal ≤ 7.0 mm.
T1a2 IA2 Invasi stroma dengan kedalam > 3.0 mm tetapi ≤ 5.0 mm dengan penyebaran ≤ 7.0 mm.
T1b IB Lesi tampak secara klinis terbatas pada serviks atau lesi mikroskopik > T1a/IA2.
T1b1 IB1 Lesi tampak secara klinis ≤ 4.0 cm pada dimensi terbesar.
T1b2 IB2 Lesi tampak secara klinis > 4.0 cm pada dimensi terbesar.
T2 II Karsinoma serviks dengan invasi yang melewati uterus tetapi tidak mencapai dinding pelvis atau sepertiga bawah.
T2a IIA Tumor tanpa invasi parametrium T2a1 IIA Lesi tampak secara klinis ≤ 4.0 cm pada dimensi
terbesar. T2a2 IIA2 Lesi tampak secara klinis > 4.0 cm pada dimensi
terbesar. T2b IIB Tumor dengan invasi parametrium
T3 III Tumor meluas hingga dinding pelvis dan atau melibatkan sepertiga bawah vagina dan atau menyebabkan hidronefrosis atau ginjal yang tidak berfungsi.
T3a IIIA Tumor meluas hingga sepertiga bawah vagina tanpa perluasan ke dinding pelvis.
T3b IIIB Tumor meluas hingga ke dinding pelvis dan atau menyebutkan hidronefrosis atau ginjal yang tidak berfungsi.
T4 IV Karsinoma telah meluas melewati pelvis atau telah mencapai mukosa kandung kemih atau rektum (terbukti melalui biopsi).
Poltekkes Kemenkes Padang
T4a IVA Penyebaran mencapai organ sekitar. T4b IVB Penyebaran mencapai organ yang jauh.
Gambar 2.2 Stadium Kanker Serviks
5. Patofisiologi Kanker Serviks
Karsinoma sel skuamosa biasanya muncul pada taut epitel skuamosa dan
epitel kubus mukosa endoserviks (persambungan skuamokolumnar atau
zona transformasi). Pada zona transformasi serviks memperlihatkan tidak
normalnya sel progresif yang akhirnya berakhir sebagai karsinoma
servikal invasif. Displasia servikal dan karsinoma in situ (HSIL)
mendahului karsinoma invasif. Karsinoma seviks invasif terjadi bila tumor
menginvasi epitelium masuk ke dalam stroma serviks. Kanker servikal
menyebar luas secara langsung ke dalam jaringan para servikal.
Pertumbuhan yang berlangsung mengakibatkan lesi yang dapat dilihat dan
terlibat lebih progresif pada jaringan servikal. Karsinoma servikal invasif
dapat menginvasi atau meluas ke dinding vagina, ligamentum kardinale
dan rongga endometrium, invasi ke kelenjar getah bening dan pembuluh
darah mengakibatkan metastase ke bagian tubuh yang jauh.
Tidak ada tanda atau gejala yang spesifik untuk kanker servik. Karsinoma
servikal invasif tidak memilki gejala, namun karsinoma invasif dini dapat
Poltekkes Kemenkes Padang
menyebabkan sekret vagina atau perdarahan vagina. Walaupun perdarahan
adalah gejala yang signifikan, perdarahan tidak selalu muncul pada saat
awal, sehingga kanker dapat sudah dalam keadaan lanjut pada saat
didiagnosis. Jenis perdarahan vagina yang paling sering adalah pasca
coitus atau bercak antara menstruasi. Bersamaan dengan tumbuhnya
tumor, gejala yang muncul kemudian adalah nyeri punggung bagian
bawah atau nyeri tungkai akibat penekanan saraf lumbosakralis, frekuensi
berkemih yang sering dan mendesak, hematuri atau perdarahan rektum
(Price & Wilson, 2012).
Pada pengobatan kanker serviks sendiri akan mengalami beberapa efek
samping antara lain mual, muntah, sulit menelan, bagi saluran pencernaan
terjadi diare gastritis, sulit membuka mulut, sariawan, penurunan nafsu
makan ( biasa terdapat pada terapi eksternal radiasi ). Efek samping
tersebut menimbulkan masalah keperawatan yaitu nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh. Sedangkan efek dari radiasi bagi kulit yaitu
menyebabkan kulit merah dan kering sehingga akan timbul masalah
keperawatan resiko tinggi kerusakan integritas kulit. Semua tadi akan
berdampak buruk bagi tubuh yang menyebabkan kelemahan atau
kelemahan sehingga daya tahan tubuh berkurang dan resiko injury pun
akan muncul. Tidak sedikit pula pasien dengan diagnosa positif kanker
serviks ini merasa cemas akan penyakit yang dideritanya. Kecemasan
tersebut bias dikarenakan dengan kurangnya pengetahuan tentang
penyakit, ancaman status kesehatan dan mitos dimasyarakat bahwa kanker
tidak dapat diobati dan selalu dihubungkan dengan kematian (Aspiani,
2017).
Poltekkes kemenkes Padang
6. WOC Kanker Serviks
Kanker serviks
Penatalaksanaan
Sistem reproduksi Sistem hematologi dan Sistem Imun Sistem pencernaan
Pe asam
lambung
MK:Hambatan
mobilitas fisik
Mual muntah
Terjadi Kekeringan
cairan vagina
Rusaknya folikel rambut
Perubahan
fungsi tubuh MK: Gangguan
citra tubuh
Gangguan sumsum tulang
Anemia
MK: Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
Penurunan Hb
Nafsu makan Lemas dan mudah lelah
Pembedahan Radiasi Kemoterapi
Terganggu proses
pengumpalan darah
MK: Disfungsi
Seksual
Sistem integumen
Skema 2.1 WOC Kanker Serviks
(Price & Wilson, 2012 ; Smeltzer, 2015; Ariani, 2015)
Penurunan Trombosit
Pe dan pe leukosit
Pe kekebalan tubuh
MK: Risiko Infeksi
MK: Rsiko pendarahan
Pendarahan, ruam, dan
bercak pada kulit
Mudah terkena infeksi
Kerontokan rambut
MK: Ansietas
Penekan pada
sel saraf MK: Nyeri akut
infeksi
Pe suhu tubuh
Kejang otot perut
MK: Hipertermi
Nyeri di perut
Diare
MK: Kekurangan
volume cairan
Dehidrasi berat
Poltekkes Kemenkes Padang
7. Tanda dan gejala kanker serviks
Menurut Ariani (2015) dan Padila (2015) pada tahap awal , kanker serviks
stadium dini biasanya tanpa gejala-gejala. Gejala fisik serangan penyakit
ini pada umumnya dirasakan oleh penderita kanker stadium lanjut. Gejala-
gejala umumyang terjadi pada penderita kanker ini adalah :
a. Ada bercak atau pendaran setelah berhubungan seksual,
b. Ada bercak atau pendarahan di luar masa haid,
c. Ada bercak atau pendarahan pada masa menopause,
d. Mengalami masa haid yang lebih berat dan lebih panjang dari
biasanya, atau
e. Keluarnya bau menyengat yang tidak bisa dihilangkan walaupun
sudah diobati.
Jika kanker servik sudah tingkat stdium lanjut maka gejalanya adalah :
a. Munculnya rasa sakit dan pendarahan saat berhubungan intim
(contact bleeding)
b. Keputihan yang berlebihan dan tidak normal
c. Pendarahan diluar siklus menstruasi
d. Penurunan berat badan yang drastis
e. Apabila kanker sudah menyebar kepanggul, maka pasien akan
menderita keluhan nyeri punggung
f. Hambatan dalam berkemih
8. Respon Tubuh Terhadap Perubahan Fisiologis
a. Sistem pencernaan
Beberapa obat kemoterapi dapat menyebabkan mual dan muntah
berlangsung singkat atau lama. Mual muntah terjadi karena
peningkatan asam lambung sehingga terjadi penurunan nafsu
makan. Mengatasi mual dapat diberikan obat anti mual sebelum,
selama, dan sesudah pengobatan. Obat kemoterapi juga dapat
menyebabkan diare karna terjadi kejang otot perut yang
menimbulkan rasa tidak nyaman atau sakit pada perut, bahkan ada
Poltekkes Kemenkes Padang
yang diare sampai dehidrasi berat dan harus dirawat karna
kekurangan volume cairan, kadang sampai terjadi sembelit. Bila
terjadi diare : kurangi makan-makanan yang mengandung serat,
buah dan sayur. Harus minum air yang hilang untuk mengatasi
kehilangan cairan. Bila susah BAB : makan-makanan yang
berserat, dan jika memungkinkan olahraga (Ariani, 2015).
b. Sistem Imum dan Sistem hematologi
Sistem imun atau sistem kekebalan tubuh adalah pusat sistem
pertahanan tubuh yang melindungi tubuh dari penyakit. Organ
penyusun sistem kekebalan tubuh pada manusia salah satunya
adalah sumsum tulang. Sistem hematologi tersusun atas darah dan
tempat darah diproduksi, termasuk sumsum tulang dan nodus
limpa. Darah manusia adalah cairan jaringan tubuh. Fungsi
utamanya adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel
di seluruh tubuh. Darah juga menyuplai jaringan tubuh dengan
nutrisi, mengangkut zat-zat sisa metabolisme, dan mengandung
berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan
mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit (Potter & Perry,
2005).
Kemoterapi berpengaruh pada kerja sumsum tulang yang
merupakan pabrik pembuat sel darah merah, sehingga jumlah sel
darah merah menurun, yang paling sering adalah penurunan sel
darah putih (leukosit). Penurunan sel darah terjadi setiap
kemoterapi, dan test darah biasanya dilakukan sebelum kemoterapi
berikutnya untuk memastikan jumlah sel darah telah kembali
normal. Penurunan jumlah sel darah dapat menyebabkan :
a. Mudah terkena infeksi
Hal ini disebabkan oleh penurunan leukosit, karena leukosit
adalah sel darah yang memberikan perlindungan infeksi. Ada
juga beberapa obat kemoterapi yang menyebabkan
Poltekkes Kemenkes Padang
peningkatkan leukosit. Bila terjadi infeksi maka terjadi
peningkatan suhu tubuh.
b. Perdarahan
Keping darah (trombosit) berperan pada proses pembekuan
darah, apabila jumlah trombosit rendah dapat menyebabkan
pendarahan, ruam, dan bercak merah pada kulit.
c. Anemia
Anemia adalah penurunan sel darah merah yang ditandai
dengan penurunan Hb (Hemoglobin). Karena Hb letaknya
didalam sel darah merah. Penurunan sel darah merah dapat
menyebabkan lemah, mudah lelah, tampak pucat.
c. Sistem integumen
Kerontokan rambut terjadi karena kemoterapi menargetkan semua
sel yang dapat membelah dengan sangat cepat. Folikel rambut
adalah struktur dalam kulit yang berfungsi menumbuhkan rambut.
Folikel adalah salah satu sel dengan laju pertumbuhan tercepat
dalam tubuh. Selama menjalani kemoterapi bekerja untuk
menghancurkan sel kanker, prosedur ini juga akan menghancurkan
sel-sel rambut. Kerontokan rambut bersifat sementara, biasanya
terjadi dua atau tiga minggu setelah kemoterapi dimulai. Dapat
juga menyebabkan rambut patah didekat kulit kepala. Dapat terjadi
seminggu setelah kemoterapi (Ariani, 2015).
d. Sistem reproduksi
Terjadinya kekeringan cairan pada vagina karna efek terapi yang di
berikan dan dapat mengganggu hubungan seksual (Ariani, 2015).
9. Pemeriksaan Diagnostik Kanker Serviks
Menurut diananda (2008) dan Ariani (2015) pemeriksaan diagnostik
untuk menentukan kanker serviks sebagai berikut :
1. Schillentest
Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen karena tidak
mengikat yodium. Kalau porsio diberi yodium maka epitel karsinoma
Poltekkes Kemenkes Padang
yang normal akan berwarna coklat tua, sedang yang terkena karsinoma
tidak berwarna.
2. Koloskopi
Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks dengan
lampu dan dibesarkan 10-40 kali.
Keuntungan ; dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan sehingga
mudah untuk melakukan biopsy.
Kelemahan ; hanya dapat memeiksa daerah yang terlihat saja yaitu
porsio, sedang kelianan pada skuamosa columnar junction dan intra
servikal tidak terlihat.
3. Kolpomikroskopi
Melihat hapusan vagina (Pap Smear) dengan pembesaran sampai 200
kali
4. Biopsi
Dengan biopsi dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya
5. Konisasi
Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir serviks
dan epitel gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil
sitologi meragukan dan pada serviks tidak tampak kelainan-kelainan
yang jelas.
6. pemeriksaan lainnya.
a. Pemeriksaan hematology (Hb, Ht, lekosit, trombosit, LED,
golongan darah, masa peredaran dan masa pembekuan)
b. Pemeriksaan biokimia darah meliputi SGOt dan SGPT.
c. Pemeriksaan kardiovaskular, antara lain EKG.
d. Pemeriksaan system respiratorius dan urologi serta tes alergi
terhadap obat.
10. Penatalaksanaan Kanker Serviks
a. Penatalaksanaan Medis
Menurut Tanto (2014) penatalaksanaan medis secara umum
berdasarkan stadium kanker serviks:
Poltekkes Kemenkes Padang
Tabel 2.2
Penatalaksanaan medis berdasarkan stadium kanker serviks
STADIUM PENATALAKSANAAN
0 Biopsi kerucut Histerektomi transvaginal
Ia Biopsi kerucut Histerektomi transvaginal
Ib,Iia Histerektomi radikal dengan limfadenektomi panggul dan evaluasi kelenjar limfe paraaorta (bila terdapat metastasis dilakukan radioterapi pasca pembedahan
IIb, III, IV Histerektomi transvaginal
IVa, Ivb Radioterapi Radiasi paliatif Kemoterapi
Menurut Ariani (2015) dan Diananda (2008) pilihan pengobatan yang
bisa dilakukan adalah pembedahan, terapi radiasi (radioterapi),
kemoterapi, atau kombinasi metode-metode tersebut.
1. Operasi atau pembedahan
Pembedahan merupakan pilihan untuk perempuan dengan kanker
serviks stadium I dan II.
a. Trakelektomi radikal (Radical Trachelectomy)
Mengambil leher rahim, bagian dari vagina, dan kelenjar getah
bening di panggul. Pilihan ini dilakukan untuk perempuan
denga tumor kecil yang ingin mencoba untuk hamil di
kemudian hari.
b. Histerektomi total
Mengangakat leher rahim dan rahim.
c. Histerektomi radikal
Mengangkat leher rahim, beberapa jaringan di sekitar leher
rahim, rahim, dan bagian dari vagina.
d. Saluran telur dan ovarium
Mengangkat kedua saluran tuba dan ovarium. Pembedahan ini
disebut salpingo-ooforektomi.
Poltekkes Kemenkes Padang
e. Kelenjar getah bening
Mengambil kelenjar getah bening dekat tumor untuk melihat
apakah mengandung leher rahim. Jika sel kanker telah
histerektomy total dan radikal mencapai kelenjar getah bening,
itu berarti penyakit ini mungkin telah menyebar ke bagian lain
dari tubuh.
2. Radioterapi
Radioterapi adalah salah satu pilihan bagi perempuan yang
menderita kanker serviks dengan stadium berapa pun. Perempuan
dengan kanker serviks tahap awal dapat memilih terapi sebagai
pengganti operasi. Hal ini juga dapat digunakan setelah operasi
untuk menghancurkan sel-sel kanker apa pun yang masih di daerah
tersebut. Perempuan dengan kanker yang menyerang bagian-
bagian selain kenker serviks mungkin perlu diterapi radiasi dan
kemoterapi.Terapi radiasi menggunakan sinar berenergi tinggi
untuk membunuh sel-sel kanker. Terapi ini mempengaruhi sel-sel
di daerah yang diobati. Ada dua jenis terapi ini :
a. Terapi radiasi eksternal
Sebuah mesin besar akan mengarahkan radiasi pada panggul
atau jaringan lain di mana kanker telah menyebar. Pengobatan
biasanya di berikan di rumah sakit. Penderita mungkin
menerima radiasi eksternal 5 hari seminggu selama beberapa
minggu. Setiap pengobatan hanya memakan waktu beberapa
menit.
b. Terapi radiasi internal
Sebuah tabung tipis yang ditempatkan di dalam vagina. Suatu
zat radioaktif di masukkan ke dalam tagung tersebut. Penderita
mungkin harus tinggal di rumah sakit sementara sumber
radioaktif masih beradadi tempatnya (samapai 3 hari).
Efek samping tergantung terutama pada seberapa banyak radiasi
diberikan dan tubuh bagian mana yang di terapi.radiasi pada perut
Poltekkes Kemenkes Padang
dan panggul dapat menyebabkan mual, muntah, diare, atau
masalah eliminasi. Penderita mungkin kehilangan rambut di daerah
genital. Selain itu, kulit penderita di daerah yang dirawat menjadi
merah, kering, dan tender.
3. Kemoterapi
Kemoterapi telah digunakan untuk pengobatan kanker sejak tahun
1950-an dan diberikan sebelum operasi untuk memperkecil ukuran
kanker yang akan di operasi atau sesudah operasi untuk
membersihkan sisa-sisa sel kanker, kadang dikombinasikan dengan
terapi radiasi tapi kadang juga tidak. Kemoterapi ini biasanya
diberikan dalam tablet/pil, suntikan, atau infus. Jadwal pemberian
ada yang setiap hari, sekali seminggu atau bahkan sekali sebulan.
Efek samping yang terjadi terutama tergantung pada jenis obat-
obatan yang diberikan dan seberapa banyak.kemoterapi membunuh
sel-sel kanker yang tumbuh cepat, terapi juga dapat
membahayakan sel-sel normal yang membelah dengan cepat, yaitu:
a. Sel darah
Bila kemoterapi menurunkan kadar sel darah merah yang sehat,
penderita akan lebih mudah terkena infeksi, mudah memar atau
berdarah, dan merasa sangat lemah dan lelah.
b. Sel-sel pada akar rambut
Kemoterapi dapat menyebabkan rambut rontok. Rambut
penderita yang hilang akan tumbuh lagi, tetapi kemungkinan
mengalami perubahan warna dan tekstur.
c. Sel yang melapisi saluran pencernaan
Kemoterapi menurunkan nafsu makan, mual-mual dan muntah,
diare, atau infeksi pada mulut dan bibir.
Efek samping lainnya termasuk ruam kulit, kesemutan atau mati rasa
di tangan dan kaki, masalah pendengaran, kehilangan keseimbangan,
nyeri sendi, atau kaki bengkak.
Poltekkes Kemenkes Padang
Menurut Reeder dkk (2013), penatalksanaa pada kanker serviks yaitu:
1) Stadium I
Kanker serviks pada stadium IA ditangani dengan histerktomi atau
dengan radioterapi, karena kanker masih terbatas di daerah
serviks.
2) Stadium IB dan IIA
Pada stadium ini ditangani dengan histerektomi total dan
limfadektomi bilateral.
3) Stadium IIB sampai IVB
Pada stadium ini kanker sudah menyebar melewati daerah serviks
sampai ke organ lain. Penanganan yang dilakukan biasanya
dengan radioterapi.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
Asuhan keperawatan meliputi pemberian edukasi dan informasi untuk
meningkatkan pengetahuan pasien dan mengurangi kecemasan serta
ketakutan pasien. Perawat mendukung kemampuan pasien dalam
perawatan diri untuk meningkatkan kesetahan dan mencegah
komlipakai. Perawat perlu mengidentifikasi bagaimana pasien dan
pasangannya memandang kemampuan reproduksi wanita dan
memaknai setiap hal yang berhubungan dengan kemampuan
reproduksinya. Bagi sebagian wanita, masalah harga diri dan citra
tubuh yang berat dapat muncul saat mereka tidak dapat lagi
mempunyai anak. Pasangan mereka sering sekali menunjukkan sikap
yang sama, yang merendahkan wanita yang tidak dapat memberikan
keturunan.
Intervensi berfokus pada upaya membantu pasien dan pasangannya
untuk menerima berbagai perubahan fisik dan psikologis akibat
masalah tersebut serta menemukan kualitas lain dalam diri wanita
sehingga ia dapat di hargai. Bahkan, sekalipun kehilangan uterus dan
kemampuan reproduksi tidak terlalu mempengaruhiharga diri dan
Poltekkes Kemenkes Padang
cintra tubuhnya, wanita tetap memerlukan penguatan atas peran
lainnya yang berharga sebagai seorang manusia. Wanita yang
mengalami nyeri hebat ketika menstruasi dan sangat mengganggu
aktivitas rutinnya menganggap penanggulanagn seperti histerektomi,
sebagai pemecahan masalah.
Apabila terdiagnosis menderita kanker, banyak wanita merasa
hidupnya lebih terancam dan perasan ini jauh lebih penting
dibandingkan kehilangan kemampuan reprpduksi. Intervensi
keperawatan kemudian difokuskan untuk membantu pasien
mengekspresikan rasa takut, membuat parameter harapan yang
realistis, memperjelas nilai dan dukungan spiritual, meningkatkan
kualitas sumber daya keluarga dan komunitas, dan menemukan
kekuatan diri untuk menghadapi masalah (Reeder, dkk, 2013).
Poltekkes Kemenkes Padang
B. Konsep Asuhan Keperawatan Kanker Serviks Post Kemoterapi
1. Pengkajian keperawatan
a. Anamnesis
1. Data dasar
Pengumpulan data pada pasien dan keluarga dilakukan dengan cara
anamnesa, pemeriksaan fisik dan melalui pemeriksaan penunjang
(hasil laboratorium).
2. Identitas pasien
Meliputi nama lengkap, tempat/tanggal lahir, umur, jenis kelamin, ,
agama, alamat, pendidikan, pekerjaan, asal suku bangsa, tanggal
masuk rumah sakit, no medical record (MR), nama orang tua, dan
pekerjaan orang tua.
3. Identitas penanggung jawab
Meliputi nama, umur, pekerjaan dan hubungan dengan pasien.
4. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Biasaya pasien datang kerumah sakit dengan keluhan seperti
tpendarahan intra servikal dan disertai keputihan yang
menyerupai air dan berbau (Padila, 2015). Pada pasien kanker
serviks post kemoterapi biasanya datang dengan keluhan mual
muntah yang berlebihan, tidak nafsu makan, anemia.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Menurut Diananda (2008) biasanya pasien pada stadium awal
tidak merasakan keluhan yang mengganggu, baru pada stadium
akhir yaitu stadium 3 dan 4 timbul keluhan seperti keputihan
yang berbau busuk, perdarahan setelah melakukan hubungan
seksual, rasa nyeri disekitar vagina, nyeri pada panggul. Pada
pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya mengalami
keluhan mual muntah yang berlebihan, tidak nafsu makan, dan
anemia.
Poltekkes Kemenkes Padang
c. Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya pada pasien kanker serviks memiliki riwayat
kesehatan dahulu seperti riwayat penyakit keputihan, riwayat
penyakit HIV/AIDS (Ariani, 2015). Pada pasien kanker serviks
post kemoterapi biasanya ada riwayat penyakit keputihan dan
riwayat penyakit HIV/AIDS.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya riwayat keluarga adalah salah satu faktor yang paling
mempengaruhi karena kanker bisa dipengaruhi oleh kelainan
genetika. Keluraga yang memiliki riwayat kanker didalam
keluarganya lebih berisiko tinggi terkena kanker dari pada
keluraga yang tidak ada riwayat didalam keluarganya
(Diananda, 2008).
5. Riwayat Obstetri
Untuk mengetahui riwayat obstetri pada pasien dengan kanker
serviks yang perlu diketahui adalah:
a. Keluhan haid
Dikaji tentang riwayat menarche dan haid terakhir, sebab kanker
serviks tidak pernah ditemukan sebelumnya menarche dan
mengalami atropi pada masa menopose.
Siklus menstruasi yang tidak teratur atau terjadi pendarahan
diantara siklus haid adalah salah tanda gejala kanker serviks.
b. Riwayat kehamilan dan persalinan
Jumlah kehamilan dan anak yang hidup karna kanker serviks
terbanyak pada wanita yang sering partus, semakin sering partus
semakin besar kemungkinan resiko mendapatkan karsinoma
serviks (Aspiani, 2017).
6. Riwayat psikososial
Biasanya tentang penerimaan pasien terhadap penyakitnya serta
harapan terhadap pengobatan yang akan dijalani, hubungan dengan
suami/keluarga terhadap pasien dari sumber keuangan. Konsep diri
pasien meliputi gambaran diri peran dan identitas. Kaji juga
Poltekkes Kemenkes Padang
ekspresi wajah pasien yang murung atau sedih serta keluhan pasien
yang merasa tidak berguna atau menyusahkan orang lain (Reeder,
dkk, 2013). Pada pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya
mengalami keluhan cemas dan ketakutan.
7. Riwayat kebiasaan sehari-hari
Biasanya meliputi pemenuhan kebutuhan nutrisi, elimenasi,
aktivitas pasien sehari-hari, pemenuhan kebutuhan istirahat dan
tidur (Padila, 2015). Pada pasien kanker serviks post kemoterapi
biasanya mengalami keluhan tidak nafsu makan, kelehan, gangguan
pola tidur.
8. Pemeriksaan fisik, meliputi :
a. Keadaan umum: biasanya pasien kanker serviks post kemoterapi
sadar,lemah dan tanda-tanda vital normal (120/80 mmHg).
b. Kepala : Biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi
mengalami rambut rontok, mudah tercabut.
c. Mata : Biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi
mengalami konjungtiva anemis dan skelera ikterik.
d. Leher : Biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi
tidak ada kelainan
e. Thoraks:
Dada : biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi
tidak ada kelainan
Jantung : biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi
tidak ada kelainan
f. Abdomen : biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi
tidak ada kelainan
g. Genetalia : Biasanya pada pasien kanker serviks mengalami
sekret berlebihan, keputihan, peradangan, pendarahan dan lesi
(Brunner & suddarth, 2015). Pada pasien kanker serviks post
kemoterapi biasanya mengalami perdarahan pervaginam.
h. Ekstermitas : Biasanya pada pasien kanker serviks yang stadium
lanjut mengalami udema dan nyeri (Brunner & suddarth, 2015).
Poltekkes Kemenkes Padang
Pada pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya mengalami
kesemutan atau kebas pada tangan dan kaki.
9. Pemeriksaan penunjang.
1) Pemeriksaan hematologi
Biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi
mengalami anemia karna penurunan Haemoglobin. Nilai
normalnya Haemoglobin wanita (12-16 gr/dl).
2. Diagnosis Keperawatan yang mungkin muncul
Menurut NANDA (2015-2017), kemungkinan masalah yang muncul
adalah sebagai berikut :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (penekanan sel
syaraf)
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kurang asupan makanan
3. Ansietas berhubungan dengan status kesehatan menurun
4. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan agens farmaseutikal
5. Resiko infeksi berhubungan dengan imunosupresi
6. Disfungsi seksual berhubungan dengan gangguan struktur tubuh
7. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan program pengobatan
8. Resiko pendarahan berhubungan dengan Koagulopati inheren (trombositopenia)
9. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
10. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme tubuh
Poltekkes Kemenkes Padang
3. Rencana Keperawatan
Tabel 2.2 Rencana Keperawatan
DIAGNOSIS KEPERAWATAN NOC NIC Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (penekanan sel syaraf) Defenisi : pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau yang digambarkan sebagai kerusakan. Batasan Karaktreristik : 1) Bukti nyeri dengan menggunakan
standar periksa nyeri untuk pasien yang tidak mengungkapkannya
2) Fokus menyempit 3) Fokus pada diri sendiri 4) Keluhan tentang intensitas
menggunakan standar skala nyeri 5) Laporan tentang perilaku
nyeri/perubahan aktivitas 6) Mengekspresikan perilaku (mis.,
gelisah, merengek, menangis, waspada) 7) Perubahan selera makan 8) Putus asa 9) Sikap melindungi area nyeri 10) Sikap tubuh melindungi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pasien mampu mengontrol nyeri dengan kriteria hasil : a. Tingkat nyeri
1) Mengenali kapan nyeri terjadi 2) Menggambarkan faktor penyebab 3) Melaporkan perubahan terhadap gejala
nyeri pada profesional kesehatan 4) Mengenali apa yang terkait dengan gejala
nyeri 5) Melaporkan nyeri yang terkontrol
b. Pengetahuan: manajemen nyeri
1) Mengetahui faktor penyebab 2) Mengetahui tanda dan gejala 3) Mengetahi efek samping terapeutik obat
c. Respon pengobatan
1) Pasien mengetahui efek sampingnya 2) Tidak ada reaksi alergi 3) Tidak ada efek prilaku dari pengobatan
Manajemen Nyeri 1) Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang
meliputi lokasi, karakteristik, onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan faktor pencetus
2) Observasi adanya petunjuk nonverbal mengenai ketidaknyamanan terutama pada mereka yang tidak dapat berkomunikasi secara efektif
3) Gunakan strategi komunikasi terapeutik 4) Gali pengetahuan dan kepercayaan pasien
mengenai nyeri 5) Gali bersama pasien faktor-faktor yang dapat
menurunkan atau memperberat nyeri 6) Berikan informasi mengenai nyeri seperti
penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan dirasakan, dan antisipasi dari ketidaknyamanan akibat prosedur
7) Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri 8) Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi
(terapi relaksasi) 9) Evaluasi keefektifan dari tindakan pengontrol nyeri
yang dipakai selama pengkajian nyeri dilakukan 10) Dukung istirahat/tidur yang adekuat untuk
membantu penurunan nyeri Pemberian Analgesik 1) Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas dan
Poltekkes Kemenkes Padang
keparahan nyeri sebelum mengobati pasien 2) Cek perintah pengobatan meliputi obat, dosis, dan
frekuensi obat analgesik yang diresepkan 3) Cek adanya riwayat alergi obat 4) Pilih analgesik atau kombinasi analgesik yang
sesuai ketika lebih dari satu diberikan 5) Tentukan pilihan obat analgesik (narkotik, non
narkotik atau NSAID) berdasarkan tipe dan keparahan nyeri
6) Kolaborasi dengan dokter apakah obat, dosis, rute pemberian atau perubahan interval dibutuhkan, buat rekomendasi khusus berdasarkan prinsip analgesik
7) Monitor tanda vital sebelum dan setelah memberikan analgesik narkotik pada pemberian dosis pertama kali atau jika ditemukan tanda-tanda yang tidak biasanya
8) Berikan analgesik tambahan dan atau pengobatan jika diperlukan untuk mengingkatkan efek pengurangan nyeri
9) Lakukan tindakan-tindakan untuk menurunkan efek samping analgesik (misalnya: konstipasi dan iritasi lambung)
10) Evaluasi kefektifan analgesik dengan interval yang teratur pada setiap setelah pemberian khususnya setelah pemberian pertama kali, juga observasi adanya tanda dan gejala efek samping (misalnya: depresi pernafasan, mual dan muntah, mulut kering dan konstipasi)
11) Dokumentasikan respon terhadap analgesik dan adanya efek samping
12) Evaluasi dan dokumentasi tingkat sedasi dari pasien yang menerima opioid
Poltekkes Kemenkes Padang
Manajemen Obat 1) Tentukan obat yang diperlukan dan kelola
menurut resep dan / atau protokol 2) Monitor efektifitas cara pemberian obat yang
sesuai 3) Monitor pasien mengenai efek terapeutik obat 4) Monitor tanda dan gejala toksisitas obat 5) Monitor level serum darah ( misalnya: elektrolit,
protrombin, obat-obatan) yang sesuai 6) Monitor interaksi obat yang non terpeutik 7) Monitor respon terhadap perubahan pengobatan
dengan cara yang tepat Manajemen Energi 1) Kaji status fisiologis pasien yang menyebabkan
kekelahan sesuai dengan konteks usia dan perkembangan
2) Anjurkan pasien untuk mengungkapkan perasaan secara verbal mengenai keterbatasan yang dialami
3) Tentukan persepsi pasien atau orang terdekat dengan pasien mengenai penyebab kelelahan
4) Perbaiki defisit status pisiologis (misalnya, kemoterapi yang menyebabkan anemia) sebagai prioritas pertama
5) Monitor intake/asupan nutrisi untuk mengetahui sumber energi yang adekuat
6) Monitor waktu dan lama istirahat pasien 7) Kurangi ketidaknyamanan fisik yang dialami
pasien yang bisa mempengaruhi fungsi kognitif, pemnatauan diri dan pengaturan aktivitas pasien
8) Bantu pasien untuk mengidentifikasi kegiatan rumah yang bisa dilakukan oles keluarga dan
Poltekkes Kemenkes Padang
teman dirumah untuk mencegah/mengatasi kelelahan
9) Instrusikan pasien atau keluarga mengenali tanda dan gejala kelelahan yang memerlukan pengurangan aktivitas
10) Instruksikan pasien atau keluarga mengenai stres dan koping intervensi untuk mengurangi kelelahan
11) Ajarkan pasien atau keluarga untuk menghubungi tenaga kesehatan jika tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan Defenisi : asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik Batasan Karakteristik : 1) Berat badan 20 % atau lebih dari bawah
rentang berat badan ideal 2) Bising usus hiperaktif 3) Cepat kenyang setelah makan 4) Diare 5) Gangguan sensasi rasa 6) Kehilangan rambut berlebihan 7) Kelemahan otot pengunyah 8) Kelemahan otot untuk menelan 9) Kerapuhan kapiler
10) Kesalahan informasi 11) Kesalahan persepsi 12) Ketidakmampuan memakan makanan 13) Kram abdomen
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, nafsu makan pasien baik dengan kriteria hasil : a. Status nutrisi : asupan makanan dan cairan
1) Asupan makanan secara oral adekuat 2) Asupan cairan secara oral adekuat 3) Asupan cairan IV adekuat 4) Asupan nutrisi parenteral adekuat 5) Tidak ada mual dan muntah
b. Nafsu makan
1) Peningkatan keinginan untuk makan 2) Peningkatan rangsangan untuk makan 3) Intake makanan adekuat
Manajemen Gangguan Makan 1) Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk
mengembangkan rencana perawatan dengan melibatkan pasien dan orang-orang terdekatnya dengan tepat
2) Kolaborasi dengan tim dan pasien untuk mengatur target pencapaian berat badan jika berat badan pasien tidak berada dalam rentang normal
3) Kolaborasi dengan ahli gizi dalam menentukan asupan kalori harian yang diperlukan
4) Dorong pasien untuk mendiskusikan makanan yang disukai bersama ahli gizi
5) Timbang berat badan pasien 6) Monitor intake/asupan dan asupan cairan secara
tepat 7) Monitor asupan kalori makanan harian 8) Batasi makanan sesuai dengan jadwal 9) Observasi pasien selama dan setelah pemberian
makan/makanan ringan untuk meyakinkan bahwa asupan makanan yang cukup tercapai dan dipertahankan
10) Beri dulungan misalnya terapi relaksasi
Poltekkes Kemenkes Padang
14) Kurang minat pada makanan 11) Batasi aktivitas fisik sesuai kebutuhan untuk meningkatkan berat badan
12) Monitor berat badan pasien sesuai secara rutin
Manajemen Nutrisi 1) Tentukan status gizi pasien 2) Identifikasi alergi dan intoleransi terhadap
makanan 3) Atur diit yang diperlukan (rendah protein, tinggi
karbohidrat, rendah natrium) 4) Beri obat-obatan sebelum makan seperti
antiemeik 5) Anjurkan diit pasien sesuai kebutuhan 6) Monitor kalori dan asupan nutrisi Monitor Nutrisi 1) Timbang berat badan pasien 2) Identifikasi adanya penurunan berat badan 3) Monitor turgor kulit 4) Monitor adanya mual muntah 5) Identifikasi perubahan nafsu makan 6) Monitor pucat pada konjungtiva 7) Lakukan kemampuan menelan 8) Tentukan faktor yang mempengaruhi nutrisi
Ansietas berhubungan dengan status kesehatan menurun Defenisi : perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respons otonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidk diketahui oleh individu) perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pasien mampu mengontrol kecemasan dengan kriteria hasil :
1) Mengurangi penyebab kecemasan 2) Menggunakan strategi koping yang
efektif 3) Menggunakan teknik relaksasi 4) Mempertahankan hubungan sosial
Pengurangan Kecemasan 1) Gunakan pendekatan yang tenang dan
meyakinkan 2) Jelaskan semua prosedur termasuk sensai yang
akan dirasakan yang mungkin dialami pasien selama prosedur
3) Berikan informasi faktual terkait diagnosis, perawatan, dan prognosis
Poltekkes Kemenkes Padang
terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya bahaya dan memampukan individu untuk tidak menghadapi ancaman Batasan Karakteristik : 1) Agitasi 2) Gelisah 3) Gerakan ekstra 4) Insomnia 5) Kontak mata buruk 6) Melihat sepintas 7) Mengekspresikan kekhawatiran
karena perubahan dalam peristiwa hidup
8) Penurunan produktivitas 9) Perilaku mengintai
10) Tampak waspada
5) Mempertahankan tidur adekuat 6) Mengendalikan respon kecemasan
4) Dorong keluarga untuk mendampingi pasien dengan cara yang tepat
5) Puji/kuatkan perilaku yang baik secara tepat 6) Bantu pasien mengidentifikasikan situasi yang
memicu kecemasan Peningkatan Koping 1) Bantu pasien dalam mengidentifikasi tujuan
jangka pendek dan jangka panjang 2) Berikan penilaian (kemampuan) penyesuaian
pasien terhadap perubahan-perubahan dalam citra tubuh sesuai dengan indikasi
3) Berikan penilaian mengenai dampak dari situasi kehidupan pasien terhadap peran dan hubungan
4) Dukung pasien untuk mengidentifikasi deskripsi yang realistik terhadap perubahan dalam peran
5) Berikan penilaian mengenai pemahaman pasien terhadap proses penyakit
6) Bantu pasien untuk mengidentifikasi strategi-strategi positif untuk mengatasi keterbatasan dan kebutuhan gaya hidup maupun perubahan peran
Terapi Relaksasi 1) Gambarkan rasionalisasi dan manfaat relaksasi
serta jenis relaksasi yang tersedia 2) Tentukan apakah ada intervensi relaksasi di masa
lalu yang sudah memberikan manfaat 3) Ciptakan lingkungan yang tenang dan tanpa
distraksi 4) Dorong pasien untuk mengambil posisi yang
nyaman 5) Minta pasien untuk rileks dan merasakan sensasi
yang terjadi
Poltekkes Kemenkes Padang
6) Tunjukkan dan praktikkan teknik relaksasi pada pasien
7) Dorong pengulangan teknik dan praktik-praktik tertentu secara berkala
8) Berikan waktu yang tidak terganggu Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan agens farmaseutikal Defenisi : keterbatasan dalam gerakan fisik atau satu atau lebih ekstermitas secara mandiri dan terarah. Batasan Karakteristik : 1) Ketidaknyamanan 2) Kesulitan membolak-balik posisi 3) Gerakan lambat
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pasien mampu mempertahankan keseimbangan secara mandiri dengan kriteria hasil :
1) Keseimbangan gerakan 2) Mempertahankan keseimbangan ketika
berdiri 3) Mempertahankan keseimbangan ketika
berjalan
Manajemen Energi 1) Kaji status fisiologis pasien yang menyebabkan
kekelahan sesuai dengan konteks usia dan perkembangan
2) Anjurkan pasien untuk mengungkapkan perasaan secara verbal mengenai keterbatasan yang dialami
3) Tentukan persepsi pasien atau orang terdekat dengan pasien mengenai penyebab kelelahan
4) Perbaiki defisit status pisiologis (misalnya, kemoterapi yang menyebabkan anemia) sebagai prioritas pertama
5) Monitor intake/asupan nutrisi untuk mengetahui sumber energi yang adekuat
6) Monitor waktu dan lama istirahat pasien 7) Kurangi ketidaknyamanan fisik yang dialami
pasien yang bisa mempengaruhi fungsi kognitif, pemnatauan diri dan pengaturan aktivitas pasien
8) Bantu pasien untuk mengidentifikasi kegiatan rumah yang bisa dilakukan oleh keluarga dan teman dirumah untuk mencegah/mengatasi kelelahan
9) Instrusikan pasien atau keluarga mengenali tanda dan gejala kelelahan yang memerlukan pengurangan aktivitas
10) Instruksikan pasien atau keluarga mengenai stres dan koping intervensi untuk mengurangi kelelahan
11) Ajarkan pasien atau keluarga untuk
Poltekkes Kemenkes Padang
menghubungi tenaga kesehatan jika tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang
Manajemen Lingkungan 1) Ciptakan lingkungan yang aman bagi pasien 2) Identifikasi kebutuhan keselamatan pasien
berdasarkan fungsi fisik dan kognitif serta riwayat perilaku di masa lalu
3) Singkirkan benda-benda berbahayadari lingkungan
4) Batasi pengunjung Peningkatan Mekanika Tubuh 1) Bantu untuk mendemonstrasikan posisi tidur yang
tepat 2) Bantu untuk menghindari duduk dalam jangka
waktu yang lama 3) Instruksikan pasien untuk menggerakkan kaki
terlebih dahulu kemudian badan ketika memulai berjalan dari posisi berdiri
Resiko infeksi berhubungan dengan imunosupresi
Defenisi : rentan mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogenik yang dapat mengganggu kesehatan
Batasan Karakteristik :
1) kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan
2) malnutrisi 3) gangguan integritas kulit 4) prosedur invasif
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pasien mampu mengontrol resiko proses infeksi dengan kriteria hasil :
1) Mengidentifikasi faktor resiko infeksi 2) Mengenali faktor resiko individu terkait
infeksi 3) Mengetahui perilaku yang berhubungan
dengan resiko infeksi 4) Mengidentifikasi tanda dan gejala infeksi 5) Memonitor perilaku diri yang
berhubungan dengan resiko infeksi 6) Memonitor faktor di lingkungan yang
berhubungan dengan resiko infeksi
Kontrol Infeksi 1) Bersihkan lingkungan dengan baik setelah
dilakukan untuk setiap pasien 2) Batasi jumlah pengunjung 3) Ajarkan cara cuci tangan bagi tenaga kesehatan 4) Anjurkan pasien mengenai teknik mencuci tangan
dengan tepat 5) Anjurkan pengunjung untuk mencuci tangan pada
saat memasuki dan meninggalkan ruangan pasien 6) Gunakan sabun antimikroba 7) Cuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan
perawatan pasien 8) Lakukan tindakan-tindakan pencegahan yang
Poltekkes Kemenkes Padang
5) perubahan pH sekresi
7) Mencuci tangan 8) Mempertahankan lingkungan yang bersih
bersifat universal 9) Pakai sarung tangan steril dengan tepat 10) Pastikan teknik perawatan luka yang tepat 11) Berikan terapi antibiotik yang sesuai 12) Ajarkan pasien dan keluarga mengenai tanda
dan gejala infeksi 13) Ajarkan pasien dan keluarga mengenai
bagaimana menghindari infeksi Perlindungan Infeksi 1) Monitor adanya tanda dan gejala infeksi sistemik
atau lokal 2) Monitor kerentanan terhadap infeksi 3) Monitor hitung mutlak granulosit, WBC, dan
hasil-hasil diferensial 4) Batasi jumlah pengunjung 5) Berikan perawatan kulit yang tepat untuk area
(yang mengalami) edema 6) Tingkatkan asupan nutrisi yang cukup 7) Anjurkan asupan cairan yang tepat 8) Anjurkan istirahat 9) Ajarkan pasien atau keluarga mengenai tanda dan
gejala infeksi dan kapan harus melaporkannya kepada petugas kesetahan
10) Ajarkan pasien dan keluarga bagaimana cara menghindari infeksi
Manajemen Nutrisi 1) Tentukan status gizi pasien 2) Identifikasi alergi dan intoleransi terhadap
makanan 3) Atur diit yang diperlukan (rendah protein, tinggi
karbohidrat, rendah natrium)
Poltekkes Kemenkes Padang
4) Beri obat-obatan sebelum makan seperti antiemeik
5) Anjurkan diit pasien sesuai kebutuhan 6) Monitor kalori dan asupan nutrisi Monitor Nutrisi 1) Timbang berat badan pasien 2) Identifikasi adanya penurunan berat badan 3) Monitor turgor kulit 4) Monitor adanya mual muntah 5) Identifikasi perubahan nafsu makan 6) Monitor pucat pada konjungtiva 7) Lakukan kemampuan menelan 8) Tentukan faktor yang mempengaruhi nutrisi
Disfungsi seksual berhubungan dengan gangguan struktur tubuh
Defenisi : suatu kondisi ketika individu mengalami suatu perubahan fungsi seksual selama fase respons seksual berupa hasrat, terangsang, dan atau orgasme, yang dipandang tidak memuaskan, tidak bermakna, atau tidak adekuat
Batasan Karakteristik :
1) Gangguan aktivitas seksual 2) Gangguan eksitasi seksual 3) Gangguan kepuasan seksual 4) Merasakan keterbatasan seksual 5) Penurunan hasrat seksual 6) Perubahan minat terhadap diri sendiri 7) Perubahan minat terhadap orang lain 8) Perubahan peran seksual
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, status kesehatan baik dengan kriteria hasil : 1) Mengenali realita situasi kesehatan 2) Melaporkan harga diri yang positif 3) Mempertahankan hubungan 4) Menyesuaikan perubahan dalam status
kesehatan 5) Mencari informasi tentang kesehatan 6) Melaporkan perasaan berharga dalam hidup
Pengurangan Kecemasan 1) Gunakan pendekatan yang tenang dan
meyakinkan 2) Nyatakan dengan jelas harapan terhadap perilaku
pasien 3) Jelaskan semua prosedur termasuk sensai yang
akan dirasakan yang mungkin dialami pasien selama prosedur
4) Berikan informasi faktual terkait diagnosis, perawatan, dan prognosis
5) Dorong keluarga untuk mendampingi pasien dengan cara yang tepat
6) Puji/kuatkan perilaku yang baik secara tepat 7) Bantu pasien mengidentifikasikan situasi yang
memicu kecemasan Peningkatan Peran 1) Bantu pasien untuk mengidentifikasi peran yang
biasanya dalam keluarga
Poltekkes Kemenkes Padang
2) Bantu pasien untuk mengidentifikasi perubahan peran khusus yang diperlukan terkait dengan sakit
3) Dukung pasien untuk mengidentifikasi gambaran realistik dari adanya perubahan peran
4) Bantu pasien untuk mengidentifikasi strategi-strategi positif unutk memanajemen perubahan-perubahan peran
5) Fasilitasi diskusi mengenai bagaimana adaptasi peran keluarga untuk dapat mengkompensasi peran anggota yang sakit
Peningkatan Harga Diri 1) Monitor pernyataan pasien mengenai harga diri 2) Bantu pasien untuk penerimaan diri 3) Jangan mengkritisi pasien secara negatif 4) Sampaikan/ungkapkan kepercayaan diri pasien
dalam mengatasi situasi 5) Berikan hadiah atau pujian 6) Fasilitas lingkungan dan aktivitas-aktivitas yang
akan meningkatkan harga diri 7) Monitor tingkat harga diri dari waktu ke waktu
dengan tepat Gangguan citra tubuh berhubungan dengan program pengobatan
Definisi : konfunsi dalam gambaran mental lantang diri-fisik individu
Batasan Karakteristik :
1) Berfokus pada fungsi masa lalu 2) Berfokus pada penampilan masa lalu 3) Menekankan pencapaian
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pasien mampu beradaptasi terhadap disabilitas fisik dengan kriteria hasil : 1) Menyampaikan secara lisan kemampuan
untuk menyesuaikan terhadap disabilitas 2) Menyampaikan secara lisan penyesuaian
terhadap disabilitas 3) Beradaptasi terhadap keterbatasan secara
fungsional 4) Mengidentifikasi cara-cara untuk
Pengurangan Kecemasan 1) Gunakan pendekatan yang tenang dan
meyakinkan 2) Nyatakan dengan jelas harapan terhadap perilaku
pasien 3) Jelaskan semua prosedur termasuk sensai yang
akan dirasakan yang mungkin dialami pasien selama prosedur
4) Berikan informasi faktual terkait diagnosis, perawatan, dan prognosis
Poltekkes Kemenkes Padang
4) Personalisasi bagian tubuh dengan nama
5) Personalisasi bagian tubuh yang menghilang
6) Menolak menerima perubahan 7) Menghindari menyentuh tubuh 8) Menyembunyikan bagian tubuh
beradaptasi dengan perubahan hidup
5) Dorong keluarga untuk mendampingi pasien dengan cara yang tepat
6) Puji/kuatkan perilaku yang baik secara tepat 7) Bantu pasien mengidentifikasikan situasi yang
memicu kecemasan Peningkatan Citra Tubuh 1) Gunakan bimbingan antisipatif menyiapkan
perubahan-perubahan citra tubuh yang (telah) diprediksikan
2) Bantu pasien untuk mendiskusikan perubahan-perubahan (bagian tubuh) disebabkan adanya penyakit atau pembedahan dengan cara yang tepat
3) Bantu pasien untuk menentukan keberlanjutan dari perubahan-perubahan aktual dari tubuh atau tingkat fungsinya
4) Tentukan perubahan fisik saat ini berkontribusi pada citra diri pasien
5) Bantu memisahkan penampilan fisik dari perasaan berharga secara pribadi dengan cara yang tepat
Peningkatan Harga Diri 1) Monitor pernyataan pasien mengenai harga diri 2) Tentukan kepercayaan diri pasien dalam hal
penilaian diri 3) Bantu pasien mengidentifikasi respon positif dari
orang lain 4) Eksplorasi alasan-alasan untuk mengkritik diri
atau rasa bersalah 5) Fasilitasi lingkungan dan aktivitas-aktivitas yang
akan meningkatkan harga diri 6) Sampaikan atau ungkapkan kepercayaan diri
pasien dalam mengatasi situasi
Poltekkes Kemenkes Padang
Risiko pendarahan berhubungan dengan Koagulopati inheren (trombositopenia)
Defisi : rentan mengalami penurunan volume yang dapat menggangu kesehatan
Faktor Risiko :
1) Koagulopati inheren (misal: trombositopenia)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pasien mampu beradaptasi terhadap respon pengobatan dengan kriteria hasil:
a. Koagulasi darah 1. Haemoglobin normal 2. Hematokrit normal 3. Tidak ada memar
b. Pengetahuan: kanker
1. Mengetahui efek samping obat 2. Mengetahui efek fisik dari pengobatan
kanker 3. Mengetahui efek samping terhadap
seksualitas 4. Mengetahui masalah perawatan diri
selama pemulihan
c. Respon pengobatan 1) Pasien mengetahui efek sampingnya 2) Tidak ada reaksi alergi 3) Tidak ada efek prilaku dari pengobatan
Pencegahan Pendarahan 1) Monitor dengan ketat risiko terjadinya
pendarahan pada pasien 2) Catat nilai haemoglobin dan hematokrit sebelum
dan sesudah pasien kehilangan darah sesuai indikasi
3) Monitor tanda dan gejala pendaran menetap 4) Monitor komponen koagulasi darah (termasuk
protrombin time (PT), partial thromboplastin time (PTT), fibrinogen, degradasi fibrin/split product dan trombosit, hitung dengan cara yang cepat
5) Monitor tanda-tanda vital ortostatik, termasuk tekanan darah
6) Beri produk-produk penggantian darah (misalnya: trombosit dan plasma beku segar (FFP)) dengan cara yang tepat
7) Intruksikan pasien untuk menghindari konsumsi aspirin atau obat-obat antikoagulan
8) Instruksikan pasien untuk meningkatkan makanan yang mengandung vitamin K
Manajemen kemoterapi 1. Memonitor efek samping dan efek toksik dari
pengobatan 2. Berikan informasi kepada pasien dan keluarga
tentang efek obat-obatan kemoterapi pada sel kanker/ganas
3. Intruksikan pada pasien dan keluarga agar melaporkan gejala demam, menggigil, pendarahan hidung, memar yang sangat beasr dan BAB berdarah
4. Telusuri pengalaman pasien sebelumnya sehubungan dengan mual muntah terkait
Poltekkes Kemenkes Padang
kemoterapi 5. Berikan obat-obatan untuk mengontrol efek
kemoterapi, jika dibutuhkan (misanya : obat antiematik untuk mual dan muantah)
6. Ajarkan pasien teknik relaksasi dan imagery yang dapat digunakan sebelum,selama dan sesudah terapi dengan cara yang tepat
7. Monitur status nutrisi dan berat badan Manajemen Obat 1) Tentukan obat yang diperlukan dan kelola
menurut resep dan / atau protokol 2) Monitor efektifitas cara pemberian obat yang
sesuai 3) Monitor pasien mengenai efek terapeutik obat 4) Monitor tanda dan gejala toksisitas obat 5) Monitor level serum darah ( misalnya: elektrolit,
protrombin, obat-obatan) yang sesuai 6) Monitor interaksi obat yang non terpeutik 7) Monitor respon terhadap perubahan pengobatan
dengan cara yang tepat Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif Defenisi : penurunan cairan intravaskuler, interstisial, dan / atau intraseluler. Ini mengacu pada dehidrasi, kehilangan cairan saja dan tanpa perubahan kadar natrium. Batasan Karakteristik : 1) Haus 2) Kelemahan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pasien mampu mempertahankan keseimbangan volume cairan dengan kriteria hasil : 1) Tekanan darah normal (120/80 mmHg) 2) Nadi normal (60-100 x/menit) 3) Keseimbnagan intake dan output dalam 24
jam 4) Berat badan stabil 5) Turgor kulit lembab 6) Kelembaban membran mukosa 7) Hematokrit normal
Manajemen Diare 1) Evaluasi profil pengobatan terhadap adanya efek
samping pada gastrointestinal 2) Ajari pasien cara penggunaan obat antidiare
secara tepat 3) Evaluasi kandungan nutrisi dari makanan yang
sudah di komsumsi sebelumnya 4) Monitor tanda dan gejala diare 5) Amati turgor kulir secara berkala 6) Intruksikan diet rendah serat, tinggi proteindan
tinggi kalori sesuai kebutuhan 7) Ajari pasien cara menurunkan stres sesuai
Poltekkes Kemenkes Padang
3) Kulit kering 4) Membran mukosa kering 5) Peningkatan frekuensi nadi 6) Peningkatan hematokrit 7) Peningkatan suhu tubuh 8) Penurunan tekanan darah 9) Penurunan nadi 10) Penurunan turgor kulit
kebutuhan 8) Bantu pasien untuk melakukan teknik relaksasi Manajemen cairan 1) Jaga intake dan output pasien 2) Monitor status hidrasi (misalnya : membran
mukosa lemban, denyut nadi adekuat dan tekanan darah ortostatistik)
3) Monitor hasil laboratorium yang relevan dengan retensi cairan (misalnya : peningkatan BUN, penurunan hematokrit dan peningkatan osmolalitas urine)
4) Monitor tanda-tanda vital 5) Monitor makanan/cairan yang dikomsumsi dan
hitung asupan kalori harian 6) Berikan cairan IV 7) Atur ketersedian produk darah untuk transfusi,
jika perlu. 8) Persiapan pemberian produk darah (misalnya: cek
darah dan mempersiapkan pemasangan infus) 9) Berikan produk-produk darah (misalnya,
trombosit dan plasma yang baru) Monitor Cairan 1) Tentukan jumlah dan jenis intake/asupan cairan
serta kebiasaan eliminasi 2) Tentukan faktor-faktor yang mungkin
menyebabkan ketidakseimbangan cairan (mislanya kehilangan albumin, infeksi, muntah dan diare)
3) Monitor berat badan 4) Monitor asupan dan pengeluaran 5) Monitor nilai kadar serum dan elektrolit urine 6) Monitor kadar serum albumin dan protein total
Poltekkes Kemenkes Padang
7) Monitor kadar serum dan osmolalitas urine 8) Monitor tekanan darah, denyut nadi dan status
pernafsan 9) Monitor tekanan darah ortostatik dan perubahan
irama jantung dengan tepat 10) Monitor menbran mukosa, turgor kulit dan
respon haus 11) Berikan cairan yang tepat
Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme Definisi: suhu inti tubuh diatas kisaran normal diurnal kegagalan termogulasi. Batasan Karakteristik: 1) Gelisah 2) Kulit kemerahan 3) Kulit terasa hangat
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pasien mampu mempertahankan suhu tubuh dalam keadaan normal dengan kriteria hasil: a. Termoregulasi
1) Tingkat pernafasan tidak terganggu 2) Melaporkan kenyamanan setelah suhu
tubuh turun 3) Tidak terjadi perubahan warna kulit 4) Tidak ada dehidrasi
b. Status kenyamanan fisik
1) Suhu tubuh normal 2) Tidak terganggu intake makanan 3) Tidak terganggu intake cairan 4) Tingkat energi tidak terganggu
c. Keparahan infeksi
1) Tidak ada kulit kemerahan 2) Tidak terjadi demam 3) Tidak ada terjadi kehilangan nafsu makan 4) Tidak ada peningkatan jumlah sel darah
putih d. Respon pengobatan
4) Pasien mengetahui efek sampingnya
Perawatan Demam 1) Pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya 2) Monitor warna kulit dan suhu 3) Monitor asupan dan keluaran, sadari perubahan
kehilangan cairan yang tak dirasakan 4) Berikan obat atau cairan IV (misalnya: antipiretik,
agen antibakteri dan agen anti menggigil) 5) Dorong komsumsi cairan 6) Tingkatkan sirkulasi udara Manajemen cairan 1) Jaga intake dan output pasien 2) Monitor status hidrasi (misalnya : membran
mukosa lemban, denyut nadi adekuat dan tekanan darah ortostatistik)
3) Monitor hasil laboratorium yang relevan dengan retensi cairan (misalnya : peningkatan BUN, penurunan hematokrit dan peningkatan osmolalitas urine)
4) Monitor tanda-tanda vital 5) Monitor makanan/cairan yang dikomsumsi dan
hitung asupan kalori harian 6) Berikan cairan IV 7) Atur ketersedian produk darah untuk transfusi,
jika perlu.
Poltekkes Kemenkes Padang
5) Tidak ada reaksi alergi 6) Tidak ada efek prilaku dari pengobatan
8) Persiapan pemberian produk darah (misalnya: cek darah dan mempersiapkan pemasangan infus)
9) Berikan produk-produk darah (misalnya, trombosit dan plasma yang baru)
Manajemen Obat 1) Tentukan obat yang diperlukan dan kelola
menurut resep dan / atau protokol 2) Monitor efektifitas cara pemberian obat yang
sesuai 3) Monitor pasien mengenai efek terapeutik obat 4) Monitor tanda dan gejala toksisitas obat 5) Monitor level serum darah ( misalnya: elektrolit,
protrombin, obat-obatan) yang sesuai 6) Monitor interaksi obat yang non terpeutik 7) Monitor respon terhadap perubahan pengobatan
dengan cara yang tepat Pengaturan Suhu 1) Monitor suhu paling tidak setiap 2 jam, sesuai
kebutuhan 2) Monitor tekanan darah, nadi dan respirasi, sesuai
kebutuhan 3) Monitor suhu dan warna kulit 4) Tingkatkan intake cairan dan nutrisi adekuat
Sumber : Diagnosis Keperawatan,2015-2017, Nursing Outcomes Classification(NOC) (2016) & Nursing Interventions classification (NIC)
(2016)
56 Poltekkes Kemenkes Padang
4. Implementasi Keperawatan
Implementesi adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang
diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan
keperawatan dilakukan dan disesuaikan (Potter & Perry, 2005). Langkah-
langkah yang diperlukan dalam pelaksanaan adalah sebagai berikut :
a. Mengkaji ulang pasien
Fase pengkajian ulang terhadap komponen implementesi memberikan
mekanisme bagi perawat untuk menentukan apakah tindakan
keperawataan yang diusulkan masih sesuai.
b. Menelah dan memodifikasi rencana asuhan keperawatan yang ada sebelum
memulai perawatan.
Perawat menelah rencana asuhan dan membandingkannya dengan data
pengkajian untuk memvalidasi diagnosa keperawatan yang dinyatakan dan
menentukan apakah intervensi keperawatan yang paling sesuai untuk
situasi klinis saat itu. Jika status pasien telah berubah dan diagnosa
keperawatan dan intervensi keperawatan harus dimodifikasi.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi menurut Potter & Perry (2005) yaitu membandingkan data subjek dan
objek yang dikumpulkan dari pasien, perawat lain, dan keluarga untuk
menentukan tingkat keberhasilan dalam memenuhi hasil yang diharapkan yang
ditetapkan selama perencanaan.
Langkah-langkah evaluasi dari proses keperawatan mengukur respon pasien
terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan pasien kearah tujuan. Tujuan
asuhan keperawatan untuk membantu pasien menyelesaikan masalah kesehatan
aktual, mencegah kekambuhan dari masalah potensial dan mempertahankan
status sehat. Evaluasi terhadap asuhan menetukan apakah tujuan ini telah
terlaksana. Aspek lain dari evaluasi mencakup pengukuran kualitas asuhan
keperawatan yang diberikan dalam lingkungan perawatan kesehatan (Potter &
Perry, 2005).
Po
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yaitu suatu
metode penelitian yang dilakukakan dengan tujuan untuk membuat gambaran
atau deskriptif tentang suatu keadaan secara objektif (Nursalam, 2015).
Penelitian ini diarahkan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan
bagaimana penerapan asuhan keperawatan pada pasien dengan kanker serviks
post kemoterapi di ruang Gynekologi-Onkologi RSUP. DR. M. Djamil Padang
tahun 2017.
B. Tempat & Waktu Penelitian
Penelitian ini telah selesai dilakukan di ruang Gynekologi-Onkologi RSUP DR.
M. Djamil Padang pada bulan Januari-Juni 2017. Asuhan keperawatan telah
dilakukan pada partisipan I selama 5 hari dari tanggal 18 Mei-22 Mei 2017 dan
partisipan II selama 12 dari tanggal 26 Mei 06 Juni 2017.
C. Populasi dan sampel
a. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien dengan kanker serviks
post kemoterapi yang dirawat di ruang Gynekologi-Onkologi RSUP DR. M.
Djamil Padang tahun 2017 yang mengalami anemia dengan kadar Hb kurang
dari 10 g/dl.
b. Sampel
Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi
(Notoatmodjo, 2012). Pemilihan responden merujuk pada teknik non
ramdom sampling dengan teknik purposive sampling, dimana subjek
penelitian dipilih berdasarkan pertimbangan dari peneliti itu sendiri. Sampel
penelitian ini sebanyak dua orang yaitu pasien kanker serviks post
kemoterapi yang mengalami penurunan keadaan umumnya. Pada pemilihan
Po
sampel ada perbedaan dalam waktu rentang antara partipan I dan partisipan
II. Partisipan I didapatkan ada 4 orang pasien kanker serviks post kemoterapi
1 dipilih karna sesuai dengan kriteria inklusi dan partisipan II didapatkan ada
4 orang pasien kanker serviks post kemoterapi 1 dipilih karna sesuai dengan
kriteria inklusi dan beberapa pertimbangan lainya.
Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah:
a) Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah karakterisitik umum subjek penelitian dari suatu
populasi target yang terjangkau yang akan diteliti (Nursalam, 2015).
1) Pasien bersedia menjadi responden
2) Pasien yang kooperatif
3) Pasien kanker serviks post kemoterapi yang melakukan perbaikan
keadaan umumnya (yang mengalami anemia, mual dan muntah yang
berlebihan dan diare berat).
b) Kriteria eksklusi
Kriteria ekslusi adalah menghilangkan / mengeluarkan subjek yang
memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai hal sebab
(Nursalam, 2015).
1) Pasien yang pulang atau meninggal sebelum 5 hari rawatan
2) Pasien yang baru terdiagnosis kanker serviks
3) Pasien kanker serviks yang belum melakukan kemoterapi atau pre
kemoterapi
D. Alat/Instrumen Pengumpulan Data
Alat dan instrument yang dibutuhkan dalam penelitian adalah format asuhan
keperawatan maternitas Gynekologi-Onkologi (pengkajian, diagnosa, intervensi,
implementasi dan evaluasi ), alat perlindungan diri (handscoon dan maker), alat
pemeriksaan fisik (tensi meter, termometer, stetoskop, timbangan, arloji dengan
detik dan penlight).
Po
1. Format pengkajian keperawatan terdiri dari: identitas pasien, identifikasi
penanggung jawab, riwayat kesehatan, kebutuhan dasar, pemeriksaan fisik,
data psikologis, data ekonomi sosial, data spiritual, lingkungan tempat
tinggal, pemeriksaan laboratorium dan program pengobatan.
2. Format analisa data terdiri dari: nama pasien, nomor rekam medik, data,
masalah, dan etiologi.
3. Format diagnosa keperawatan terdiri dari: nama pasien, nomor rekam medik,
diagnosa keperawatan, tanggal dan paraf ditemukannya masalah, serta
tanggal dan paraf dipecahkannya masalah.
4. Format rencana asuhan keperwatan terdiri dari: nama pasien, nomor rekam
medik, diagnosa keperawatan, intervensi NOC dan NIC.
5. Format implementasi keperawatan terdiri dari: nama pasien, nomor rekam
medik, hari dan tanggal, diagnosa keperawatan, implementasi keperawatan,
dan paraf yang melakukan implementasi keperawatan.
6. Format evaluasi keperawatan terdiri dari: nama pasien, nomor rekam medik,
hari dan tanggal, diagnosa keperawatan, evaluasi keperawatan, dan paraf
yang mengevaluasi tindakan keperawatan.
E. Jenis dan Pengumpulan Data
1. Jenis Data
a. Data primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung dari responden
berdasarkan format pengkajian asuhan keperawatan maternitas. Data
primer dari penelitian berikut didapatkan dari hasil wawancara, observasi
langsung dan pemeriksaan fisik langsung pada responden.
b. Data sekunder
Data sekunder diperoleh dari Medical Record (MR) rumah sakit,
wawancara dengan keluarga pasien dan laporan status pasien. Informasi
yang diperoleh berupa data tambahan atau penunjang dalam
merumuskan diagnosa keperawatan. Data yang diperoleh biasanya
Po
berupa: data penunjang dari laboratorium seperti hasil pemeriksaan darah
lengkap dan terapi pengobatan yang diberikan dokter.
2. Cara pengumpulan data
Pengumpulan data pada penelitian berikut ini dilakukan dengan cara
observasi, pengukuran, wawancara mendalam atau anamnesa (pengkajian
dengan wawancara langsung dengan pasien atau keluarga), pemeriksaan
fisik, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak
(Sugiyono, 2014).
1. Observasi
Observasi adalah cara pengumpulan data penelitian melalui
pengamatan terhadap suatu objek atau proses, baik secara visual
maupun alat (Supardi & Rustika 2013). Penelitian ini obeservasi
tentang keadaan unum pasien, perubahan respon fisik dan perubahan
respon psikologis pasien setelah dilakukan kemoterapi.
2. Pengukuran
Pengukuran adalah cara pengumpulan data penelitian dengan
mengukur objek (Supardi & Rustika, 2013). Penelitian ini dilakukan
pemantau kondisi pasien dengan metoda pengukuran menggunakan
alat ukur pemeriksaan, seperti melakukan menimbang berat badan,
pengukuran tekanan darah, menghitung frekuensi nadi, menghitung
frekuensi pernafasan, suhu dan pemeriksaan fisik pada pasien yang
dilakukan secara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
3. Wawancara
Wawancara digunakan apabila peneliti ingin melakukan studi
pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang diteliti, tetapi
juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang
lebih mendalam (Sugiyono, 2014). Penelitian ini wawancara
dilakukan kepada pasien dan keluarga. Wawancara dilakukan untuk
mendapatkan data tentang identitas pasien, riwayat kesehatan pasien
Po
(sekarang, riwayat kehamilan dan kelahiran serta riwayat kesehatan
keluarga) dan aktivitas sehari-hari pasien.
4. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan perjalanan penyakit yang pasien yang
sudah berlalu yang disusun berdasarkan perkembangan kondisi
pasien (Sugiyono, 2014). Dokumentasi keperawatan berbentuk
catatan perkembangan, hasil pemeriksaan laboratorium, hasil
pemeriksaan diagnostik. Penelitian ini menggunakan dokumen dari
rumah sakit untuk menunjang penelitian yang telah dilakukan agar
mendapatkan hasil pemeriksaan hematologi (Hb, trombosit, leukosit,
eritrosit, dan Ht), hasil pemeriksaan kimia klinik dan terapi obat
yang didapat.
3. Prosedur pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah:
1) Prosedur administrasi
a. Peneliti mengurus perizinan pengambilan data untuk mendapatkan
surat rekomendasi penelitian dari Poltekkes Kemenkes Padang.
b. Peneliti menyerahkan surat rekomendasi untuk mengurus
perizinan untuk pengambilan data penelitian ke direktur melalui
Diklat RSUP DR. M. Djamil Padang.
c. Peneliti berkoordinasi dengan Kepala Instalasi Keperawatan
Ruang Gynekologi-Onkologi Irna Kebidanan RSUP DR. M.
Djamil Padang untuk penentuan data sampel.
d. Peneliti berkoordinasi dengan Kepala Ruang Gynekologi-
Onkologi Irna Kebidanan RSUP DR. M. Djamil Padang untuk
penentuan data sampel.
e. Mendatangi responden dan keluarga untuk meminta kesedian
waktunya dan menjelaskan tentang tujuan penelitian
f. Memberikan kesempatan responden dan keluarga untuk bertanya
g. Meminta kesedian responden / keluarga menandatangani
informed consent.
Po
h. Peneliti melakukan kontrak waktu dengan responden untuk
melakukan asuhan keperawatan dan pamit.
2) Prosedur asuhan keperawatan
Prosedur asuhan keperawatan dimulai dengan memilih partisipan
yang sesuai dengan kriteria lalu mengidentifikasi partisipan, dan
didapatkan satu orang kemudian beberapa hari selanjutnya dapat satu
orang lagi yang memenuhi kriteria. Setelah itu, peneliti membaca
catatan perkembangan pasien yang ada dengan izin dokter yang
merawat, kemudian peneliti menemui pasien dan keluarganya yang
berada diruang rawat inap pasien dan memberikan penjelasan tentang
tujuan kedatangan peneliti, setelah pasien mengerti, pasien
menandatangani informed concent di hadapan keluarga dan peneliti.
Peneliti mulai melakukan pengkajian tepat pada partisipan I tanggal
18 mei 2017 jam 15.00 Wib dan partisipan II tanggal 26 Mei 2017
jam 14.20 Wib dengan sumber informasi keluarga pasien dan pasien.
Pengkajian dimulai dari mengkaji identititas pasien hingga
mengumpulkan data-data yang terkait dengan kondisi anakuntuk
dianalisis, lalu menetapakan diagnosis keperawatan. Setelah itu,
merumuskan intervensi yang mungkin untuk dilakukan. Selanjutnya,
melakukan implementasi keperawatan sesuai dengan perencanaan
yang telah dibuat, lalu membuat evaluasi dan dokumentasi setiap kali
selesai melakukan asuhan keperawatan kepada pasien. Pertemuan
selanjutnya dimulai dengan melakukan evaluasi kegiatan sebelumnya
dan validasi perasaan dan keluhan pasien. Setelah itu menjelaskan
tujuan pertemuan dan membuat kontrak waktu dengan partisipan, lalu
melanjutkan kegiatan asuhan keperawatan, dan melakukan prosedur
yang sama dipertemuan selanjutnya, lalu diakhiri dengan fase
terminasi kepada pasien dan keluarga. Pertemuan dilakukan untuk
Po
partisipan I sebanyak 5 kali dan partisipan II sebanyak 12 kali beserta
tindakan.
F. Analisis
Data yang ditemukan saat pengkajian dikelompokkan dan dianalisis berdasarkan
data subjektif dan objektif, sehingga dapat dirumuskan diagnosis keperawatan,
kemudian menyusun rencana keperawatan serta melakukan implementasi dan
evaluasi keperawatan pada pasien kanker serviks post kemoterapi. Analisis
selanjutnya akan membandingkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan
pada pasien kelolaan dengan kriteria hasil dari NOC yang telah dibuat dan
membandingkan dengan teori yang ada dan penelitian terdahulu.
56 Poltekkes Kemenkes Padang
BAB IV
DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN KASUS
A. Deskripsi Kasus
Ny.A (Partisipan I) berusia 72 Tahun datang ke RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 17 Mei 2017 pukul 09.02 WIB melaui
Poliklinik Kebidanan. Pasien datang untuk melakukan kemoterapi yang ke VI.
Ny.S (Partisipan II) berusia 36 Tahun datang ke RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 25 Mei 2017 pukul 08.57 WIB
melalui IGD dan langsung rawat inap. Pasien datang untuk melakukan kemoterapi yang ke V.
Tabel 2.4 Deskripsi Kasus
Asuhan Keperawatan Partisipan I Partisipan II Identitas pasien Ny.A berusia 72 tahun, pendidikan
terakhir SD, tidak bekerja, agama islam, alamat Jl. Lakung Koto Tinggi Gunung Sariah Limo Puluh Koto
Ny.S berusia 36 tahun, pendidikan terakhir SMU, pekerjaan ibu rumah tangga, agama islam, alamat Lrg. Angsana pasir putih bungo jambi
Suami Suami Ny.A sudah meninggal 1 tahun lalu. Keluarga terdekat Ny.A yaitu Ny.N sebagai anak kandung
Nama suami Ny.S yaitu Tn.A, umur 36 tahun, pendidikan terakhir SMU, pekerjaan Wiraswasta, agama Islam, kelarga terdekat pasien yaitu suaminya sendiri
Poltekkes Kemenkes Padang
Diagnosa dan Informasi Medik yang Penting Waktu Masuk
Tanggal masuk Ny.A yaitu 16 Mei 2017 No. Medical Record 96.24.54 ruang rawat Kemuning 4, Diagnosa Medik Ny. A yaitu Kanker serviks post kemoterapi VI+ Anemia + Leukositosis Yang mengirim / merujuk yaitu poliklinik kebidanan RSUP DR. M. Djamil Padang
Tanggal masuk Ny.S yaitu 25Mei 2017 No. Medical Record 96.39.99, ruang rawat Kemuning 4, Diagnosa Medik Ny. S yaitu Kanker serviks post kemoterapi V+ Anemia + Leukositosis + Trombositopenia Yang mengirim / merujuk yaitu pasien datang sendiri ke rumah sakit
Keluhan utama Ny.A masuk RSUP Dr.M.Djamil Padang pada tanggal 17 Mei 2017 pukul 09.02 WIB melalui Poliklinik Kebidanan bersama dengan keluarganya untuk melakukan kemoterapi yang ke 6.
Ny.S masuk RSUP Dr.M.Djamil Padang pada tanggal 25 Mei 2017 pukul 08.57 WIB melalui IGD dan lanngsung rawat inap bersama dengan keluarganya untuk melakukan kemoterapi yang ke 5
Riwayat kesehatan sekarang Pada saat dilakukan penagkajian pada tanggal 18 Mei 2017 jam 15.00 WIB, Ny.A mengatakan kurang nasfu makan, badan terasa lemah dan mudah lelah. Pasien hanya menghabiskan setengah dari diit yang di berikan oleh rumah sakit.
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 26 Mei 2017 jam 14.20 WIB, Ny.S mengatakan badannya menggigil dan terasa panas, kurang nasfu makan, badan terasa lemah dan mudah lelah. Pasien hanya menghabiskan seperempat dari diit yang di berikan oleh rumah sakit.
Riwayat Kesehatan Dahulu Ny.A mengatakan pernah dirawat 4 hari di RSUD Liki pada tahun 2016 karena keluar darah dari kemaluannya dan kemudian dirujuk ke RSAM untuk pemeriksaan jaringan sampel dan pada november 2016 pasien masuk RSUP Dr. M Djamil Padang dirawat untuk menjalani kemoterapi.
Ny.S mengatakan mengidap penyakit HIV (+) dan sudah minum obat ARV selama 7 tahun dan pada desember tahun 2016 pernah dirawat di RSUP Dr. M. Djamil Padang sebelum melakukan kemoterapi.
Poltekkes Kemenkes Padang
Riwayat kesehatan keluarga Ny.A mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mempunyai sakit seperti ini dan tidak ada dan juga penyakit keturunan seperti kanker.
Ny.S mengatakan ada anggota keluarga yang mempunyai riwayat sakit kanker yaitu ibunya sakit kanker payudara dan ayahnya sakit kanker mulut.
Riwayat kemoterapi Pasien mengatakan sudah ini kemoterapi yang terakhir yaitu yang ke emam. Pasien mengatakan keluhan yang dirasakan setelah kemoterapi seperti mual muntah, tidak nafsu makan, badan terasa letih dan lemah.
Pasien mengatakan sudah ini kemoterapi yang ke lima. Pasien mengatakan keluhan yang dirasakan setelah kemoterapi seperti mual muntah, tidak nafsu makan, badan terasa letih dan lemah dan sekarang mengalami demam sebelumnya tidak pernah mengalami demam setelah kemoterapi.
Riwayat perkawinan Ny.A mengatakan menikah pada usia 17 tahun dan menikah sudah 55 tahun lamanya. Ny.A mengatakan menikah hanya sekali dan suaminya telah meninggal setahun yang lalu dan itu adalah suami yang pertama dan yang terakhir.
Ny.S mengatakan menikah pada usia 20 tahun dan menikah sudah 16 tahun lamanya. Ny.S mengatakan menikah sudah 2 kali, menikah yang pertama Ny.S cerai dengan suami pertamanya dan sekarang suami yang ke 2.
Riwayat haid/status ginekologi Ny.A mengatakan pertama kali datang haid pada berumur 12 tahun, siklus teratur, haid banyak pada hari pertama dan kedua, warna merah, bau khas, dismenorrhe ada pada saat hari pertama haid nyeri haid masih bisa ditahan. Sekarang pasien sudah mengalami menaupose
Ny.S mengatakan pasien pertama kali datang haid umur 13 tahun, siklus teratur, haid banyak pada hari ketiga haid, warna merah, bau khas, disminorrhe ada pada saat hari pertama haid, nyeri masih bisa ditahan.
Riwayat obstetri Ny.A mengatakan hamil pertama pada umur 20 tahun dan memiliki anak 3
Ny.S mengatakan hamil pertama pada umur 24 tahun dan memiliki anak 2 orang. Ny.S
Poltekkes Kemenkes Padang
orang, selama hamil mengalami siklus yang normal. Ny.A mengatakan melahirkan secara normal dan tidak pernah mengalami keguguran dan persalin ditolong oleh dukun kampung. Ny.A mengatakan masa nifas selama 2 minggu dan menyusui selama 2 tahun.
mengatakan melahirkan anak pertamanya secara normal dengan bantuan bidan dan anak yang kedua secara seksio sesarea (sc) dirumah sakit. Ny.S mengatakan masa nifas selama 2 minggu. Anak pertamanya ASI Eklusif dan menyusui sampai umur 2 tahun dan untuk anaknya yang kedua sama sekali tidak menyusui dengannya karna Ny.S mengidap HIV (+) .
Data keluarga berencana Ny.A mengatakan tidak pernah ikut karna susah untuk hamil.
Ny.S mengatakan tidak pernah ikut karna jarak anak yang jauh dan susah untuk hamil, harus ikut program untuk hamil.
Data psikologis Ny.A mengatakan tidak cemas dan pasien mengatakan ingin pulang ke rumah yang di kampung
Ny.S mengatakan tidak cemas dan pasien mengatakan ingin pulang ke rumah yang di kampung dan berkumpul dengan anak dan keluarganya.
Data spritual Ny.A mengatakan menjalankan sholat 5 kali sehari dan mengaji. Ny.A tampak melakukan ibadah.
Ny.S mengatakan menjalankan sholat 5 kali sehari dan mengaji. Ny.S tampak melakukan ibadah
Data sosial ekonomi Ny.A mengatakan berobat menggunakan BPJS
Ny.S mengatakan berobat menggunakan BPJ
ADL Dapat menolong diri sendiri : Ny.A mengatakan tidak bisa melakukan aktivitas secara mandiri harus dengan bantuan yang minimum. Nutrisi :
Dapat menolong diri sendiri : Ny.S mengatakan pasien tidak bisa melakukan aktivitas secara mandiri harus dengan bantuan yang minimum Nutrisi :
Poltekkes Kemenkes Padang
Ny.A memiliki kebiasaan makan 3 kali sehari, jenis makanan biasa yaitu nasi + lauk pauk + sayuran + buah. pola makan teratur, tetapi selama di rawat di rumah sakit mendapatkan diet TKTP, makanan habis makan hanya seperempat porsi habis. Selama dirumah sakit pasien makan 3 kali sehari. Pola tidur Pola tidur pasien sebelum sakit tidak mengalami kesulitan tidur yaitu sekitar ± 8 jam tetapi setelah sakit pasien hanya tidur 6-7 jam sehari BAB & BAK Kebiasaan BAK pasien sebelum sakit lebih 5-7 kali sehari, dengan jumlah lebih kurang 500 cc, warna normal, saat pasien sakit BAK 3 kali sehari dengan jumlah kira-kira 400 cc, kebiasaan BAB pasien sebelum sakit 2 kali sehari, jumlah tidak dapat ditentukan, warna kuning dengan konsistensi padat, saat pasien sakit BAB 1 kali sehari Personal hygiene : Kebiasaan mandi 2 kali sehari dan gosok gigi 2 kali sehari pagi dan sore, selama di rumah sakit pasien mengatakan mandi 1
Ny.S memiliki kebiasaan makan 3 kali sehari, jenis makanan biasa yaitu nasi + lauk pauk + sayuran + buah. pola makan teratur, tetapi selama di rawat di rumah sakit mendapatkan diet TKTP, makanan habis makan hanya seperempat porsi habis. Selama dirumah sakit pasien makan 3 kali sehari. Pola tidur Pola tidur pasien sebelum sakit tidak mengalami kesulitan tidur yaitu sekitar ± 8 jam tetapi setelah sakit pasien hanya tidur 6-7 jam sehari BAB & BAK Kebiasaan BAK pasien sebelum sakit lebih 5-7 kali sehari, dengan jumlah lebih kurang 500 cc, warna normal, saat pasien sakit BAK 3 kali sehari dengan jumlah kira-kira 400 cc, kebiasaan BAB pasien sebelum sakit 2 kali sehari, jumlah tidak dapat ditentukan, warna kuning dengan konsistensi padat, saat pasien sakit BAB 1 kali sehari Personal Hygiene Kebiasaan mandi 2 kali sehari dan gosok gigi 2 kali sehari pagi dan sore, selama di rumah sakit pasien mengatakan mandi 1 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari pagi dan sore
Poltekkes Kemenkes Padang
kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari pagi dan sore
Pemeriksaan fisik Saat dilakukan pemeriksaan fisik pada tanggal 18 Mei 2017 jam 15.15 WIB, didapatkan hasil kesadaran Compos mentis, pasien tampak lemah, TD 120/80 mmHg (Normal 120/80 mmHg) , S 36,2 ºC (Normal 36-37,5 ºC), nadi 88 x/i , 20 x/i, hasil pengukuran : berat badan 60 kg, tinggi badan 150 cm, Kepala tidak terdapat ada benjolan, bentuk simetris, rambut berwarna hampir seluruhnya warna putih, tampak bersih, tidak ada ketombe dan rontok. Mata simetris kiri dan kanan, konjungtiva anemis kiri dan kanan, sklera tidak ikterik kiri dan kanan, reflek cahaya positif kiri dan kanan, reflek pupil sama kiri dan kanan,. Pernafasan cuping hidung tidak ada serta tidak ada kelainan pada hidung. Mukosa bibir tampak kering dan tidak ada kelainan. Telinga simetris kiri dan kanan, tidak teraba kelenjar getah bening. Pemeriksaaan toraks, simetris kiri kanan, normochest, retraksi dinding dada tidak ada, premitus kiri kanan sama. Pemeriksaan jantung ditemukan
Saat dilakukan pemeriksaan fisik pada tanggal 26 Mei 2017 jam 14.40 WIB, didapatkan hasil keseadaran compos mentis, pasien tampak lemah, TD 100/60 mmHg (Normal 120/80 mmHg), S 38 ºC (Normal 36-37,5 ºC) , N 79 x/i (Normal 60-100 x/i), P 20 x/i, hasil pengukuran : berat badan 48 kg, tinggi badan 152 cm Kepala tidak terdapat ada benjolan, bentuk simetris, rambut berwarna hampir seluruhnya warna putih, tampak bersih, tidak ada ketombe dan rontok. Mata simetris kiri dan kanan, konjungtiva anemis kiri dan kanan, sklera tidak ikterik kiri dan kanan, reflek cahaya positif kiri dan kanan, reflek pupil sama kiri dan kanan,. Pernafasan cuping hidung tidak ada serta tidak ada kelainan pada hidung. Mukosa bibir tampak kering dan tidak ada kelainan. Telinga simetris kiri dan kanan, tidak teraba kelenjar getah bening. Pemeriksaaan toraks, simetris kiri kanan, normochest, retraksi dinding dada tidak ada, premitus kiri kanan sama. Pemeriksaan jantung ditemukan iktus cordis tidak terlihat, teraba di RIC 5 midklafikula, irama teratur/regular. Pemeriksaan payudara
Poltekkes Kemenkes Padang
iktus cordis tidak terlihat, teraba di RIC 5 midklafikula, irama teratur/regular. Pemeriksaan payudara ditemukan simetris kiri dan kanan, kulit sekitar payudara tidak seperti kulit jeruk, tidak ada bekas luka, aerola mamae tampak berwarna kecoklatan, papila mamae tampak kecoklatan dan puting tidak lecet/terbenam tidak ada teraba benjolan pada kedua payudara
Pada pemeriksaan abdomen tidak ada distensi abdomen, tidak tampak perubahan warna kulit, perut tampak kendor, bising usus normal, hepar dan limpa tidak teraba, tidak ada nyeri tekan. Pemeriksaan ekstremitas atas pada tangan sebelah kiri terpasang IVFD Nacl 0.9 %, kulit turgor agak kering, CRT kembali dalam dua detik. Pada ekstremitas bawah turgor kulit agak kering, tidak ada udema, CRT kembali dalam dua detik. Genitalia bersih dan tidak ada pengeluran pervaginam.
ditemukan simetris kiri dan kanan, kulit sekitar payudara tidak seperti kulit jeruk, tidak ada bekas luka, aerola mamae tampak berwarna kecoklatan, papila mamae tampak kecoklatan dan puting tidak lecet/terbenam tidak ada teraba benjolan pada kedua payudara
Pada pemeriksaan abdomen tidak ada distensi abdomen, tidak tampak perubahan warna kulit, perut tampak kendor, bising usus normal, hepar dan limpa tidak teraba, tidak ada nyeri tekan. Pemeriksaan ekstremitas atas pada tangan sebelah kiri terpasang IVFD Nacl 0.9 %, kulit turgor agak kering, terdapat ruam pada kulit, CRT kembali dalam dua detik. Pada ekstremitas bawah turgor kulit agak kering, tidak ada udema, CRT kembali dalam dua detik. Genitalia bersih dan masih ada pengeluaran pervaginam.
Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan hematologi 18 Mei 2017 Hemoglobin : 9.0 g/dl Leukosit : 3.280 /mm3
Pemeriksaan hematologi 26 Mei 2017 Hemoglobin : 8.1 g/dl Leukosit : 11.940/mm3
Poltekkes Kemenkes Padang
Trombosit : 442.00 /mm3 Hematokrit : 28 % 21 Mei 2017 Hemoglobin : 13,0 g/dl Leukosit : 3.190 /mm3 Trombosit : 306.000 /mm3 Hematokrit : 38 %
Trombosit : 64.000/mm3
Hematokrit : 24 % 28 Mei 2017 Hemoglobin : 10.6 g/dl Leukosit : 7.240/mm3 Trombosit : 59.000/mm3
30 Mei 2017 Hemoglobin : 10.5 g/dl Leukosit : 2.990/mm3 Trombosit : 78.000/mm3
Hematokrit : 31 % 1 Juni 2017 Hemoglobin : 10.6 g/dl Leukosit : 4.360/mm3 Trombosit : 87.000/mm3
Hematokrit : 31 % 3 Juni 2017 Hemoglobin : 9,6 g/dl Leukosit : 2.730/mm3 Trombosit : 107.000/mm3
Hematokrit : 28 % 5 Juni 2017 Hemoglobin : 10.4 g/dl Leukosit : 2.040/mm3 Trombosit : 73.000/mm3
Hematokrit : 30 %
Poltekkes Kemenkes Padang
Program Terapi Dokter 1. Obat oral : Paracetamol 3 x 500 mg 2. Obat paranteral : IVFD NaCl 0,9 %
20 tetes/menit 3. Transfusi PRC 3 kolf , 32 tetes/menit
1) Obat oral 26 Mei 2017 : - Paracetamol infus 10 mg/ml - Dexamethason 2 ampul 30 Mei 2017 - Methylprednisolone 3 x 1 tab 2) Obat paranteral : IVFD NaCl 0,9 % 20
tetes/menit 27 Mei 2017 - Tranfusi Packed Red Cell (PRC) 2 kolf 32 tetes/menit - Tranfusi Thrombocyte Concentrate (TC) 10 unit 32 tetes/menit 29 Mei 2017
- Tranfusi Thrombocyte Concentrate (TC) 10 unit 32 tetes/menit 31 Mei 2017
- Tranfusi Thrombocyte Concentrate (TC) 10 unit 32 tetes/menit 2 Juni 2017
- Tranfusi Thrombocyte Co (TC) 1 unit 32 tetes/menit 3 Juni 2017
- Tranfusi Packed Red Cell (PRC) 1 kolf 32 tetes/menit 4 Juni 2017
- Tranfusi Packed Red Cell (PRC) 1 kolf
Poltekkes Kemenkes Padang
32 tetes/menit 6 Juni 2017
- Tranfusi Thrombocyte Concentrate (TC) 10 unit 32 tetes/menit - Injeksi leucogen 300 mcg
Analisa data Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan
DS :
1. Pasien mengatakan tidak nafsu makan
2. Pasien mengatakan mual muntah 3. Pasien mengatakan mulut terasa
kebas 4. Pasien mengatakan hanya
mengabiskan ½ porsi dari diit yang di berikan rumah sakit
DO :
1. Pasien tampak mual muntah 2. Pasien tampak lemah 3. Pasien hanya menghabiskan ½
porsi dari diit yang diberikan rumah sakit
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan agens farmaseutikal
Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme
DS :
1. Pasien mengatakan badannya terasa menggigil
2. Pasien mengatakan badannya terasa panas
3. Pasien mengatakan seluruh tubuhnya memerah
DO :
1. Pasien tampak gelisah 2. Badan pasien teraba hangat 3. Wajah pasien tampak memerah 4. S : 38 oC
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan
DS :
1. Pasien mengatakan tidak nafsu makan
Poltekkes Kemenkes Padang
DS :
1. Pasien mengatakan badannya terasa lemah
2. Pasien menatakan badannya terasa letih
3. Pasien mengatakan tidak nafsu makan
4. Pasien mengatakan aktivitas di bantu oleh keluarganya
DO :
1. Aktifitas pasien di bantu oleh keluarga
2. Pasien tampak lemah 3. Konjungtiva anemis 4. Hb : 9,0 g/dl 5. Leukosit : 3.280/mm3 6. Trombosit:442.000/mm3 7. Ht : 28 %
Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme
DS :
1. Pasien mengatakan badannya terasa panas
2. Pasien mengatakan wajahnya tampak memerah
DO :
2. Pasien mengatakan mual muntah 3. Pasien mengatakan mulut terasa kebas 4. Pasien mengatakan hanya mengabiskan
¼ porsi dari diit yang di berikan rumah sakit
DO :
1. Pasien tampak mual muntah 2. Pasien tampak lemah 3. Pasien hanya menghabiskan ¼ porsi
dari diit yang diberikan rumah sakit
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan agens farmaseutikal
DS :
1. Pasien mengatakan badannya terasa lemah
2. Pasien mengatakan badannya terasa letih
3. Pasien mengatakan tidak nafsu makan 4. Pasien mengatakan aktivitas di bantu
oleh keluarganya DO :
1. Aktifitas pasien di bantu oleh keluarga 2. Pasien tampak lemah 3. Pasien tampak pucat 4. Konjungtiva anemis 5. Hb : 8,1 g/dl
Poltekkes Kemenkes Padang
1. Pasien tampak gelisah 2. Badan pasien teraba hangat 3. Wajah pasien tampak memerah 4. S : 39,4 oC
6. Leukosit : 11.940/mm3 7. Trombosit:64.000/mm3 8. Ht : 24 %
Risiko pendarahan berhubungan dengan Koagulopati inheren (trombositopenia)
DS:
1. Pasien mengatakan banyak biru-biru pada kulitnya
DO:
1. Pasien tampak lemah 2. Pasien tampak pucat 3. Terdapat ruam pada kulit 4. Konjungtiva anemis 5. Hb : 8,1 g/dl 6. Leukosit : 11.940/mm3 7. Trombosit:64.000/mm3 8. Ht : 24 %
Diagnosis Keperawatan Berdasarkan hasil pengkajian, masalah keperawatan yang muncul pada Ny. A adalah : Diagnosis pertama yaitu ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan Diagnosis ketiga yaitu hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan agens farmaseutikal
Berdasarkan hasil pengkajian, masalah keperawatan yang muncul pada Ny. S adalah : Diagnosis pertama yaitu hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme
Diagnosis kedua yaitu ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan
Poltekkes Kemenkes Padang
Diagnosis ketiga yaitu hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme
Diagnosis ketiga yaitu hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan agens farmaseutikal
Diagnosis keempat yaitu risiko pendarahan berhubungan dengan Koagulopati inheren (trombositopenia)
Rencana Keperawatan Diagnosis pertama yaitu ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan diharapkan setelah dilakukan tindakan keperawatan 5 x 24 jam, nafsu makan pasien baik dengan kriteria hasil : 1. Pasien berkeinginan untuk makan, 2. Pasien menyenagi makanan, 3. Pasien berenergi untuk makan, 4. Intake nutrisi dan cairan tercukupi. Rencana keperawatan yaitu : 1. Rundingkan dengan ahli gizi asupan pasien, 2. Timbang berat badan pasien, 3. Monitor pasien selama sebelum dan sesudah, 4. Monitor intake asupan makan dan cairan pasien, 5. Beri dukungan misalkan terapi relaksasi, 6. Batasi aktivitas fisik sesuai kebutuhan Diagnosis ketiga yaitu hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan agens farmaseutikal, diharapkan setelah dilakukan tindakan keperawatan 5 x 24
Diagnosis pertama yaitu hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme, diharapkan setelah dilakukan tindakan keperawatan 5 x 24 jam, pasien mampu mempertahankan suhu tubuh dalam keadaan normal dengan kriteria hasil: 1. Suhu tubuh normal, 2. Melaporkan kenyamanan setelah suhu tubuh turun, 3. Tidak terjadi perubahan warna kulit. Rencana keperawatan yaitu : 1.Monitor suhu paling tidak setiap 2 jam, sesuai kebutuhan, 2.Monitor warna kulit dan suhu, 3.Berikan obat atau cairan IV (misalnya: antipiretik, agen antibakteri dan agen anti menggigil), 4.Tingkatkan sirkulasi udara, 5.Jaga intake dan output pasien, 6.Tingkatkan intake cairan dan nutrisi adekuat, 7.Monitor hasil laboratorium, 8.Monitor tanda-tanda vital
Diagnosis kedua yaitu ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan, diharapkan setelah dilakukan tindakan keperawatan 5 x 24 jam, nafsu makan pasien
Poltekkes Kemenkes Padang
jam, pasien mampu mempertahankan keseimbangan secara mandiri dengan kriteria hasil : 1. Keseimbangan gerakan, 2.Mempertahankan keseimbangan ketika berdiri,3.Mempertahankan keseimbangan ketika berjalan. Rencana keperawatan yaitu : 1.Monitor tanda-tanda vital pasien, 2.Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaanya, 3.Observasi nutrisi sebagai sumber energy, 4.membantu pasien menidentifikasikan aktivitas yang mampu dilakukan, 5.Anjurkan pasien menghindari aktivitas selama periode istirahat, 6.Anjurkan keluarga untuk membantu aktivitas pasien, 7.Membantu pasien untuk mengidentifikan aktivitas yang mampu dilakukan, 8.Monitor kadar Hb, Leukosit dan Trombosit Diagnosis ketiga yaitu hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme, diharapkan setelah dilakukan tindakan keperawatan 5 x 24 jam, pasien mampu mempertahankan suhu tubuh dalam keadaan normal dengan kriteria hasil: 1. Suhu tubuh normal, 2. Melaporkan kenyamanan setelah suhu tubuh turun, 3. Tidak terjadi perubahan warna kulit. Rencana
baik dengan kriteria hasil : 1. Pasien berkeinginan untuk makan, 2. Pasien menyenagi makanan, 3. Pasien berenergi untuk makan, 4. Intake nutrisi dan cairan tercukupi Rencana keperawatan yaitu : 1. Rundingkan dengan ahli gizi asupan pasien, 2. Timbang berat badan pasien, 3. Monitor pasien selama sebelum dan sesudah, 4. Monitor intake asupan makan dan cairan pasien, 5. Beri dukungan misalkan terapi relaksasi, 6. Batasi aktivitas fisik sesuai kebutuhan Diagnosis ketiga yaitu hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan agens farmaseutikal, diharapkan setelah dilakukan tindakan keperawatan 5 x 24 jam, pasien mampu mempertahankan keseimbangan secara mandiri dengan kriteria hasil : 1. Keseimbangan gerakan, 2.Mempertahankan keseimbangan ketika berdiri,3.Mempertahankan keseimbangan ketika berjalan. Rencana keperawatan yaitu : 1.Monitor tanda-tanda vital pasien, 2.Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaanya, 3.Observasi nutrisi sebagai sumber energy, 4.membantu pasien menidentifikasikan aktivitas yang mampu dilakukan, 5.Anjurkan pasien menghindari aktivitas selama periode istirahat, 6.Anjurkan keluarga untuk
Poltekkes Kemenkes Padang
keperawatan yaitu : 1.Monitor suhu paling tidak setiap 2 jam, sesuai kebutuhan, 2.Monitor warna kulit dan suhu, 3.Berikan obat atau cairan IV (misalnya: antipiretik, agen antibakteri dan agen anti menggigil), 4.Tingkatkan sirkulasi udara, 5.Jaga intake dan output pasien, 6.Tingkatkan intake cairan dan nutrisi adekuat, 7.Monitor hasil laboratorium, 8.Monitor tanda-tanda vital
membantu aktivitas pasien, 7.Membantu pasien untuk mengidentifikan aktivitas yang mampu dilakukan, 8.Monitor kadar Hb, Leukosit dan Trombosit Diagnosis keempat yaitu risiko pendarahan berhubungan dengan Koagulopati inheren (trombositopenia), diharapkan setelah dilakukan tindakan keperawatan 5 x 24 jam, pasien mampu beradaptasi terhadap respon pengobatan dengan kriteria hasil: 1.Haemoglobin normal , 2. Hematokrit normal, 3.trombosit normal, 4. Tidak ada memar. Rencana keperawatan yaitu : 1.Monitor tanda-tanda vital, 2.Monitor hasil laboratorium ( Haemoglobin,leukosit, trombosit dan hematokrit), 3.Beri produk-produk penggantian darah (misalnya: trombosit dan plasma beku segar (FFP)) dengan cara yang tepat, 4.Menganjurkan pasien untuk meningkatkan mengkomsumsi makanan yang mengandung vitamin K, 5.Intruksikan pada pasien dan keluarga agar melaporkan gejala demam, menggigil, pendarahan hidung, memar yang sangat beasr dan BAB berdarah, 6.Berikan obat-obatan untuk mengontrol efek kemoterapi, jika dibutuhkan (misanya : obat antiematik untuk
Poltekkes Kemenkes Padang
mual dan muntah)
Implementasi keperawatan Tindakan keperawatan yang dilakukan pada diagnosis pertama yaitu ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan seperti : memberikan makanan diit TKTP, menganjurkan banyak makan buah dan sayur, menganjurkan banyak mengomsumsi fe dan vitamin c, memberikan IVFD Nacl 0.9 % 20 tetes/menit, monitor tanda-tanda vital.
Diagnosis kedua yaitu hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan agens farmaseutikal seperti : monitor tanda-tanda vital, memberikan transfusi PRC, memberikan IVFD Nacl 0.9 % 20 tetes/menit, memonitor hasil haemoglobin, hematokrit, trombosit dan leukosit.
diagnosis ketiga yaitu hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme seperti : mengukur suhu per dua jam, monitor tanda-tanda vital, memberikan paracetamol 3 x 500 mg, menganjurkan banyak minum air putih, memonitor hasil haemoglobin,
Tindakan keperawatan yang dilakukan pada diagnosis pertama yaitu hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme seperti : mengukur suhu per dua jam, monitor tanda-tanda vital memberikan dexamethason 2 ampul, memberikan paracetamol infus 20 tetes/menit, menganjurkan banyak minum air putih, memonitor hasil haemoglobin, hematokrit, trombosit dan leukosit.
Diagnosis kedua yaitu ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan seperti : memberikan makanan diit TKTP, menganjurkan banyak makan buah dan sayur, menganjurkan banyak mengomsumsi fe dan vitamin c, memberikan IVFD Nacl 0.9 % 20 tetes/menit, monitor tanda-tanda vital. Diagnosis ketiga yaitu hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan agens farmaseutikal seperti : monitor tanda-tanda vital, memberikan transfusi PRC, memberikan IVFD Nacl 0.9 % 20 tetes/menit, memonitor hasil haemoglobin, hematokrit, trombosit dan leukosit.
Diagnosis keempat yaitu risiko pendarahan
Poltekkes Kemenkes Padang
hematokrit, trombosit dan leukosit.
berhubungan dengan Koagulopati inheren (trombositopenia) seperti : memonitor hasil haemoglobin, hematokrit, trombosit dan leukosit, memberikan transfusi trombosit, memberikan transfusi PRC, memberikan IVFD Nacl 0.9 % 20 tetes/menit, memonitor tanda-tanda vital.
Evaluasi Diagnosis pertama yaitu ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan, evaluasi keperawatan dapat terasi pada hari kelima dengan kriteria hasil : pasien sudah menghabiskan seluruh diit yang diberikan rumah sakit. Diagnosis kedua yaitu hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan agens farmaseutikal, evaluasi keperawatan dapat terasi pada hari kelima dengan kriteria hasil : pasien sudah bisa melakukan aktivitas sendiri tanpa dibatu oleh keluarganya lagi. Diagnosis ketiga yaitu Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme, evaluasi keperawatan dapat terasi pada hari ketiga dengan kriteria hasil : pasien mengatakan badannya tidak panas lagi dan terasa
Diagnosis pertama yaitu hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolism, evaluasi keperawatan dapat terasi pada hari kedua dengan kriteria hasil : pasien mengatakan badannya tidak panas lagi dan terasa nyaman. Diagnosis kedua yaitu ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan, evaluasi keperawatan dapat terasi pada hari kelima dengan kriteria hasil : pasien sudah menghabiskan seluruh diit yang diberikan rumah sakit. Diagnosis ketiga yaitu hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan agens farmaseutikal, evaluasi keperawatan dapat terasi pada hari kelima dengan kriteria hasil : pasien sudah bisa melakukan aktivitas sendiri tanpa dibatu oleh keluarganya lagi.
Diagnosis keempat yaitu risiko pendarahan
Poltekkes Kemenkes Padang
nyaman.
berhubungan dengan Koagulopati inheren (trombositopenia), evaluasi keperawatan belum dapat terasi karna trombosit pasien masih rendah.
B. Pembahasan kasus
Pada pembahasan kasus ini peneliti akan membandingkan antara teori dengan laporan kasus asuhan keperawatan pada Ny. A dan Ny. S dengan kanker serviks post kemoterapi yang telah dilakukan sejak 18 Mei-31 Mei 2017di ruang Gynekologi-Onkologi RSUP Dr.M.Damil Padang. Kegiatan yang dilakukan meliputi pengkajian, menegakkan diagnosa keperawatan, membuat rencana intervensi keperawatan, melakukan implementasi, dan melakukan evaluasi keperawatan. 1. Pengkajian Keperawatan
Hasil pengkajian didapatkan pada partisipan I dengan keluhan kurang nasfu makan, badan terasa lemah dan mudah lelah dan hanya menghabiskan setengah dari diit yang di berikan oleh rumah sakit. Sedang pada partisipan II dengan keluhan badannya menggigil dan terasa panas, kurang nasfu makan, badan terasa lemah, mudah lelah dan hanya menghabiskan seperempat dari diit yang di berikan oleh rumah sakit. Menurut Ariani (2015), keluhan mual dan muntah, penurunan berat badan, anemia, penurunan nafsu makan dan perubahan rasa adalah beberapa dampak dari kemoterapi. Menurut Wardani (2014) bahwa waktu terjadinya mual dan muntah sangat beragam yaitu selama pemberian kemoterapi, setengah sampai dua jam setelah pemberian kemoterapi dan bahkan mual dan muntah dapat terjadi sehari setelah pemberian kemoterapi. Frekuensi terjadinya mual dan muntah hilang timbul atau terus menerus. Faktor pemicu rasa mual dan muntah meliputi aroma masakan dari rumah sakit, makan yang berminyak, makan yang berlemak, makanan dan minuman yang manis, bau yang menyengat, makanan dengan tekstur yang basah dan makanan yang berbau amis. Menurut analisis peneliti, keluhan pada partisipan I dan partisipan II tersebut sesuai dengan teori yang telah ada karena beberapa obat kemoterapi dapat menyebabkan mual muntah yang berlangsung singkat atau lama. Mual muntah terjadi akibat dari efek samping obat kemoterapi sehingga terjadi peningkatan asam lambung. Mual dan muntah juga dapat dipicu oleh selera, bau, pikiran dan kecemasan terkait kemoterapi. Untuk mengatasi rasa mual dan muntah dapat dengan mengkomsumsi makanan yang segar dan makan yang tidak terlalu manis. Pada pengkajian riwayat kesehatan dahulu partisipan I mengatakan pernah mengalami keputihan. Sedangkan partisipan II mengatakan
mengidap penyakit HIV (+) dan sudah minum obat ARV selama 7 tahun. Menurut Diananda (2008) faktor risiko terjadinya kanker serviks adalah usia, sering berganti pasangan, hygiene yang buruk, dan terpapar virus HIV. Menurut penelitian Setyarin (2009) mengatakan bahwa rata-rata umur penderita kanker serviks berada di antara 30-70 tahun. Kanker serviks stadium IA lebih sering ditemukan pada kelompok usia 30-39 tahun, sedang untuk stadium II lebih sering ditemukan pada kelompok usia 40-49 tahun. Kelompok usia 60-69 tahun merupakan proporsi tertinggi pada stadium III dan IV.
Menurut peneliti, perbedaan usia pada partisipan I dan partisipan II penting merupakan faktor yang penting dalam terjadinya kanker. Sebagian besar kanker banyak terjadi pada usia lanjut. Risiko terjadinya kanker meningkat 2 kali lipat setelah usia 35 hingga 60 tahun. Meningkatnya risiko kanker pada usia lanjut merupakan gabungan dari meningkatnya dan bertambah lamanya waktu pemaparan terhadap karsinogen serta makin melemahnya sistem kekebalan tubuh akibat usia. Menurut Manuaba (2009) keputihan adalah suatu kondisi dimana vagina mengeluarkan cairan yang berwarna putih atau bening. Ada banyak faktor yang dapat menyebabkan keputihan. Keputihan fisiologis muncul pada saat ovulasi, rangsangan seksual, menjelang dan sesudah haid, atau pengaruh hormon. Salah satunya adalah pada saat memasuki masa subur dan pada saat hamil, kebanyakan wanita akan mengalami keputihan. Begitu juga ketika sedang melakukan banyak aktivitas yang berlebih, sehingga mengalami kelelahan, beberapa wanita juga akan mengalami keputihan. Keputihan yang disebabkan oleh virus salah satunya adalah virus human papilloma atau biasa dikenal dengan HPV. Virus ini menyerang leher rahim dan sangat mematikan. Maka dari itulah salah satu penyebab kanker serviks adalah virus HPV ini. Akibat infeksi dari virus ini, keputihan yang dialami oleh wanita ditunjukkan dengan warna yang kekuningan bahkan disertai dengan darah serta bau yang kurang sedap, seperti bau anyir. Sistem imun atau sistem kekebalan tubuh adalah pusat sistem pertahanan tubuh yang melindungi tubuh dari penyakit. Daya tahan tubuh berperan penting dalam proses penghancuran sel-sel kanker serta menghambat pertumbuhan dan penyebarannya. Salah satu keadaan imunosupresi bisa ditemui pada penderita AIDS. Virus HIV pada
penderita AIDS akan merusak fungsi kekebalan tubuh seseorang, sehingga wanita yang menderita AIDS memiliki risiko tinggi terkena infeksi HPV yang berkembang menjadi kanker serviks. Pada wanita penderita AIDS, perkembangan sel pra-kanker menjadi kanker yang biasanya memerlukan waktu beberapa tahun, dapat terjadi lebih cepat karena imunosupresi (Potter & Perry, 2005). Menurut peneliti pada kasus ini faktor risiko penyebab kanker serviks berbeda tetapi sesuai dengan teori. Pencegahan faktor risiko dapat dengan cara gaya hidup sehat, vaksinasi HPV, tidak melakukan seks bebas dan melakukan pemeriksaan pap smear.
Pada pengkajian riwayat kesehatan keluarga partisipan I mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mempunyai sakit seperti ini dan tidak ada dan juga penyakit keturunan seperti kanker dan lain-lain. Sedangkan partisipan II mengatakan ada anggota keluarga yang mempunyai riwayat sakit kanker yaitu ibunya sakit kanker payudara dan ayahnya sakit kanker mulut. Menurut Diananda (2008) keluarga yang memiliki riwayat kanker didalam keluarganya lebih berisiko tinggi terkena kanker dari pada keluraga yang tidak ada riwayat didalam keluarganya. Menurut penelitian Wulandari (2007) mengatakan mutasi genetik atau hilangnya fungsi normal dari gen yang penting adalah gen pemicu kanker (onkogen) dan peredam kanker (tumor suppressor gen). Onkogen sendiri terjadi akibat termutasinya gen proto-onkogen yang funsi asalnya adalah pengaturan perbanyakan sel. Mutasi gen proto-onkogen merubah jati dirinya menjadi onkogen yang memicu perbanyakan tanpa kendali. Menurut analisis peneliti, pada partisipan I tidak ada anggota keluarganya yang mempunyai riwayat kanker. Penyebab terjadinya kanker serviks pada partisipan I adalah dari salah faktor risiko, faktor resiko tersebut bisa dipengarui oleh hygiene yang buruk bisa menyebabkan keputihan, gaya hidup yang tidak sehat, kurangnya olahraga. Upaya untuk mencegah terjadinya kanker serviks adalah dengan meminimalkan terjadinya faktor risiko. Untuk keluarga yang telah mempunyai riwayat kanker dari keluraga harus menghindari faktor risiko, menjaga pola makan yang sehat, olahraga teratur dan melakukan pencegahan dengan cara skirining yaitu vaksinasi HPV, melakukan Pap smear dan test IVA.
2. Diagnosis Keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian diagnosis keperawatan yang muncul pada partisipan I yaitu ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan, hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan agens farmaseutikal, hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme. Sedangkan partisipan II diagnosis keperawatan yang muncul yaitu hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan, hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan agens farmaseutikal, risiko pendarahan berhubungan dengan Koagulopati inheren (trombositopenia). Pada partisipan I dan partisipan II ditegakkan diagnosis ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan, data yang didapat dari partisipan I dan partisipan II, data subjektif pasien mengatakan mual muntah, kurang nafsu makan, makan yang dihabiskan untuk partisipan I hanya setengah dari diit yang diberikan sedang untuk partisipan II hanya seperempat dari diit yang diberikan. Data objektif pasien tampak lemas, makan yang diberikan tidak dihabiskan. Menurut Ariani (2015) dampak kemoterapi secara fisik yaitu mual dan muntah, diare, konstipasi, neuropati perifer, toksisitas kulit, alopecia (kerontokan rambut), penurunan berat badan, anemia, penurunan nafsu makan, perubahan rasa, nyeri. Menurut penelitian Ambarwati & Wardani (2015) mengatakan porsi makan yang biasa di komsumsi mengalami penurunan setelah menjalani kemoterapi dan bahkan tidak mau makan sama sekali selama pemberian kemoterapi serta frekuensi makanan yang menjadi tidak teratur. Menurut analisis peneliti diagnosis ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan sesuai dengan teori yang telah ada. Kurangnya nasfu makan terkait kanker dapat terjadi karena sinayal rasa lapar berasal dari hipotalamus berkurang dan sinyal kenyang dihasilkan oleh melacortins diperkuat. Kurangnya nafsu makan juga dapat memperburuk saat pasien menerima kemoterapi yang berhubungan dengan mual atau perubahan rasa. Untuk mengatasi mual muntah dapat dengan memberikan makanan yang disukainya, memberikan makanan yang tidak memicu terjadinya mual
muntah seperti makanan yang segar contonya buah-buahan (apel, jeruk, pisang, pepaya, pir ), minum air putih dan tidak menyengat.
Diagnosis yang ditegakkan pada partisipan I dan partisipan II adalah hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan agens farmaseutikal, partisipan I dan Partisipan II didapat data subjektif pasien mengatakan badannya terasa letih, lemah dan lemas, pasien mengatakan aktivitas dibantu oleh keluarga. Data objektif pasien tampak lemah, konjungtiva tampak pucat, perbedaannya terdapat pada hasil ppemeriksaan hematologi untuk partisipan I haemoglobin 9,0 g/dl (12-16 g/dl) dan partisipan II haemoglobin 8,1 g/dl (12-16 g/dl). Menurut Ariani (2015) efek kemoterapi berpengaruh pada kerja sumsum tulang yang merupakan pabrik pembuat sel darah merah, sehingga jumlah sel darah merah menurun dan bisa menyebabkan anemia. Anemia adalah penurunan sel darah merah yang ditandai dengan penurunan Hb (Hemoglobin). Penurunan sel darah merah dapat menyebabkan lemah, mudah lelah, tampak pucat. Menurut penelitian Ambarwati & Wardani (2015) mengatakan bahwa waktu terjadinya kelelahan yaitu 1 sampai 2 minggu setelah pemberian kemoterapi. Kelelahan muncul saat berjalan dan melakukan aktivitas rumah tangga seperti menyapu, mencuci dan memasak. Menurut peneliti tegaknya diagnosis hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan agens farmaseutikal sesuai dengan teori. Kelelahan dapat disebabkan banyak faktor seperti anemia, gangguan tidur, nyeri dan efek pengobatan dari kanker. Kelelahan dapat terjadi karena anemia dan kebutuhan nutrisi yang terjadi kurang akibat penurunan nafsu makan. Efek kemoterapi menyebabkan adanya pelepasan zat-zat sitoksin seperti TNF (tumor nekrosis faktor) dan interluekin yang menyebabkan hipotalamus bereaksi dengan menurunkan rasa lapar mengakibatkan pasien kemoterapi mengalami penurunan nafsu makan sehingga kebutuhan energi dalam tubuh tidak tercukupi.
Pada kedua partisipan muncul dianognosis hipertemi, partisipan I didapatkan data subjektif pasien mengatakan demam setelah transfusi Packed Red Cell (PRC) 1 kolf dan badannya terasa panas, wajahnya memerah. Data objektif kulit pasien memerah , pasien tampak gelisah, suhu 39,4oC dan hasil pemeriksaan hematologi didapat leukosit 3.280/mm3 (5.000-10.000/mm3) . Sedangkan partisipan II didapatkan data subjektif pasien mengatakan badannya menggigil setelah menjalani
kempterapi lalu kemudian terasa panas, pasien mengatakan wawahnya memerah. Data objektifk wajah pasien tampak memerah, kulit pasien tampak memerah dan terasa panas, suhu 38oC dan hasil pemeriksaan hematologi didapat leukosit 11.940/mm3 (5.000-10.000/mm3). Menurut Ariani (2015) Kemoterapi berpengaruh pada kerja sumsum tulang yang merupakan pabrik pembuat sel darah merah, sehingga jumlah sel darah merah menurun, yang paling sering adalah penurunan sel darah putih (leukosit), tapi ada juga beberapa obat kemoterapi yang menyebabkan peningkatkan leukosit.
Menurut analisis peneliti tegaknya diagnosis hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme sesuai dengan teori karna efek samping dari obat kemoterapi tersebut bisa menyebabkan penurunan atau peningkatan leukosit hal ini menyebakan daya tahan tubuh menurun sehingga sangat mudah untuk terkena infeksi. Bila terjadi infeksi maka terjadi peningkatan suhu tubuh. Diangosis keperawatan pada partisipan II ditegakkannya risiko pendarahan berhubungan dengan Koagulopati inheren (trombositopenia) sesuai dengan teori. Pasien mengatakan terdapat ruam pada kulitnya dan hasil pemeriksaan hematologi didapatkan trombosit 64.000/mm3 (150.000-400.000/mm3). Menurut Ariani (2015) Keping darah (trombosit) berperan pada proses pembekuan darah, apabila jumlah trombosit rendah dapat menyebabkan pendarahan, ruam, dan bercak merah pada kulit. Risiko pendarahan adalah rentan mengalami penurunan volume darah, yang dapat mengganggu kesehatan (NANDA, 2015). Risiko pendarahan terjadi karena penurunan jumlah trombosit didalam tubuh. Trombosit berfungsi dalam mekanisme pembekuan darah, apabila jumlah trombosit rendah dapat menyebabkan pendarahan, ruam, dan bercak merah pada kulit. Trombositopenia adalah suatu kondisi dimana jumlah trombosit kurang dari normal yang disebabkan oleh reaksi awal obat-obatan, malignansi sumsum tulang, atau radiasi pengion yang merusak sumsum tulang. Keadaan sebaliknya disebut trombositosis, yaitu peningkatan jumlah trombosit karena pendarahan, terutama anemia karena kehilangan darah yang kronis, infeksi, pascabedah, keganasan dan penyakit inflamasi.
Analisa dari peneliti pada partisipan I tidak ditegakkan diagnosis risiko pendarahan berhubungan dengan Koagulopati inheren (trombositopenia), karna tidak terdapat ruam dikulitnya dan juga hasil pameriksaan hematologi didapat trombosit 442.000/mm3 (150.000-400.000/mm3) masih dalam batas normal. Berdasarkan diagnosis diatas, ada 6 diagnosis keperawatan yang tidak muncul pada partisipan I dan Partisipan II yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (penekanan sel syaraf). Berdasarkan analisis peneliti, nyeri abdomen pada bagian bawah pasien terjadi karena tumor telah menyebar keluar serviks dan melibatkan jaringan rongga pelvis, ini dapat mengakibatkan penekanan sel saraf lumbosakralis yang mengakibatkan nyeri dan pendarahan rektum. Diagnosis berikutnya yang tidak ditemui pada partisipan I dan partisipan II ansietas berhubungan dengan status kesehatan menurun. Berdasarkan analisis peneliti, ansietas adalah perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respons otonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu) perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya bahaya dan memampukan individu untuk tidak menghadapi ancaman. Namun hal ini tidak dialami oleh pasien. Diagnosis berikutnya yang tidak ditemui pada partisipan I dan partisipan II resiko infeksi berhubungan dengan imunosupresi. Berdasarkan analisis peneliti, resiko infeksi merupakan rentan mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogenik yang dapat mengganggu kesehatan. Diagnosis berikutnya yang tidak ditemui pada partisipan I dan partisipan II disfungsi seksual berhubungan dengan gangguan struktur tubuh. Berdasarkan analisis peneliti, disfungsi seksual merupakan suatu kondisi ketika individu mengalami suatu perubahan fungsi seksual selama fase respons seksual berupa hasrat, terangsang, dan atau orgasme, yang dipandang tidak memuaskan, tidak bermakna, atau tidak adekuat. Tetapi ini tidak terjadi pada pasien. Diagnosis berikutnya yang tidak ditemui pada partisipan I dan partisipan II yaitu gangguan citra tubuh berhubungan dengan program pengobatan. Berdasarkan analisis peneliti, akibat dari kemoterapi salah satunya adalah alopesia yaitu kerontokan rambut. Kerontokan rambut ini bersifat sementara yang terjadi antara hari ke 10 dan 21 setelah kemoterapi. Efek tersebut kemungkinan dapat mempengaruhi penampilan dan citra tubuh pasien. Diagnosis berikutnya yang tidak
ditemui pada partisipan I dan partisipan II yaitu kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif. Berdasarkan analisis peneliti, kekurangan volume cairan tidak terjadi pada pasien karena kekurangan volume cairan ditandai dengan timbulnya diare berat dan mual muntah yang berlebihan dari efek kemoterapi. Namun hal ini tidak dialami oleh pasien.
3. Rencana Keperawatan
Perencanaan tindakan keperawatan pada partisipan I didasarkan pada tujuan rencana maaslah keperawatan yang muncul yaitu ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan, hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan agens farmaseutikal, hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme. Sedangkan pada partisipan II didasarkan pada tujuan rencana masalah keperawatan yang muncul yaitu hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan, hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan agens farmaseutikal, risiko pendarahan berhubungan dengan Koagulopati inheren (trombositopenia). Berdasarkan pada kasus partisipan I tindakan yang dilakukan selama lima hari dan partisipan II tindakan yang dilakukan selama enam hari sesuai dengan rencana yang telah peneliti susun. Pada diagnosis ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan rencana tujuannya untuk memenuhi status nutrisi. Rencananya adalah manajemen nutrisi, tindakan yang dilakukan mengkaji apakah ada alergi makanan, monitor intake nutrisi: tujuannya untuk mengetahui tingkat/status nutrisi pasien agar status nutrisi pasien terpenuhi, mengkaji kemampuan pasien dalam asupan nutrisi, monitor adanya penurunan berat badan dengan tujuan untuk mengetahui asupan nutrisi pasien sudah terpaenuhi atau belum, menganjurkan pasien meningkatkan makanan yang mengandung protein dan vitamin C, identifikasi perubahan nafsu makan, monitor untuk mual dan muntah, memberikan informasi mengenai kebutuhan nutrisi pasien
Pada diagnosis hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan agens farmaseutikal. Rencananya adalah manajemen energi, tindakan yang dapat dilakukan monitor tanda-tanda vital pasien, dorong pasien untuk mengungkapkan perasaanya, observasi nutrisi sebagai sumber energi, membantu pasien untuk mengidentifikan aktivitas yang mampu
dilakukan, anjurkan pasien menghindari aktivitas selama periode istirahat, anjurkan keluarga untuk membantu aktivitas pasien, monitor kadar hb, leukosit dan trombosit Pada diagnosis hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme. Rencananya adalah a) pengaturan suhu, tindakan yang dapat dilakukan monitor suhu paling tidak setiap 2 jam sesuai kebutuhan, monitor tanda-tanda vital, monitor warna kulit dan suhu. b) manajemen cairan , tindakan yang dapat dilakukan berikan obat atau cairan iv (misalnya: antipiretik, agen antibakteri dan agen anti menggigil) , tingkatkan sirkulasi udara, jaga intake dan output pasien, tingkatkan intake cairan dan nutrisi adekuat, monitor hasil laboratorium.
Perencanaan keperawatan yang dilakukan untuk partisipan II pada diagnosis risiko pendarahan berhubungan dengan Koagulopati inheren (trombositopenia). Rencanaya adalah pencegahan pendarahan, tindakan yang dapat dilakukan monitor tanda-tanda vital, monitor hasil laboratorium (haemoglobin,leukosit, trombosit dan hematokrit), beri produk-produk penggantian darah (misalnya: trombosit dan plasma beku segar (ffp)) dengan cara yang tepat, menganjurkan pasien untuk meningkatkan mengkomsumsi makanan yang mengandung vitamin K, intruksikan pada pasien dan keluarga agar melaporkan gejala demam, menggigil. Menurut Aspiani (2017), pemenuhan nutrisi pada pasien kanker serviks mengalami gangguan karna efek kemoterapi ditandai dengan pasien mengatakan tidak ada nafsu makan, pasien mual muntah.
4. Implementasi Keperawatan
Peneliti melakukan semua implementasi berdasarkan tindakan yang telah direncanakan. Masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan yang terjadi pada partisipan I dan Partisipan II telah dilakukan tindakan a) mengkaji apakah ada alergi makanan, b) monitor intake nutrisi, c) monitor adanya penurunan berat badan, d) menganjurkan pasien meningkatkan makanan yang mengandung protein dan vitamin C, e) mengidentifikasi perubahan nafsu makan, f) monitor untuk mual dan muntah, g) memberikan informasi kepada pasien tentang kebutuhan nutrisi pasien.
Pada kasus partisipan I dan partisipan II , melakukan tindakan memberikan informasi kepada pasien tentang kebutuhan nutrisi pasien dan menganjurkan pasien untuk meningkatkan asupan protein dan vitamin C karna banyak anti-oksidan, tidak mengkomsumsi makanan berkaleng atau kemasan karena pada makanan berkaleng mengandung zat-zat kimia dan sebelum mengkomsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan dicuci terlebih dahulu untuk menghilangkan kandungan pestisida pada sayur dan buah tersebut, hal ini tersebut dapat memicu pertumbuhan dari sel-sel kanker. Memperbanyak makan sayur dan buah segar. Faktor nutrisi juga dapat mengatasi masalah kanker serviks. Penelitian mendapatkan hubungan yang terbalik antara komsumsi sayuran berwarna hijau tua dan kuning (banyak mengadung beta karoten atau vitamin A, vitamin C dan Vitamin E) dengan kejadian neoplasia intra epithel juga kanker serviks. Artinya semakin banyak mengkomsumsi makan sayuran berwarna hijau tua dan kuning, maka akan semakin kecil resiko untuk terkena kanker serviks. Menurut penelitian Lestari (2009), banyak mengkomsumsi sayur dan buah mengandung bahan-bahan anti-oksidan dan berkhiat mencegah kanker misalnya alpukat, brokoli, kol, wortel, tomat, anggur, jeruk, bawang dan bayam. Dari beberapa penelitian ternyata defisiensi asam folat ( folic acid), vitamin C, vitamin E, beta karoten/retinol dihunungkan dengan kanker serviks. Vitamin E, vitamin C dan beta karoten mempunyai anti-oksidan yang kuat. anti-oksidan dapat melindungi DNA/RNA terhadap pengaruh buruk radikal bebas yang terjadi akibat oksidasi karsinogen bahan kimia. Vitamin E banyak terdapat dalam minyak nabati (kedelai, jagung, biji-bijian dan kacang-kacangan) dan vitamin C banyak terdapat pada buah dan sayur. Berdasarkan analisis peneliti, intake asupan nutrisi pada pasien harus di monitor karena tujuan bertujuan untuk mencegah terjadinya anemia pada pasien dan membantu meningkatkan selera makan dan intake nutrisi pasien, sehingga membantu peningkatan kadar haemoglobin untuk mencegah penurunan keadaan umum pasien. Untuk masalah hambatan mobilitas fisik tindakan yang dilakukan a) monitor tanda-tanda vital pasien, b) observasi nutrisi sebagai sumber energi, c) membantu pasien untuk mengidentifikan aktivitas yang mampu dilakukan, d) anjurkan pasien menghindari aktivitas selama
periode istirahat, e) anjurkan keluarga untuk membantu aktivitas pasien, f) monitor kadar hb, leukosit dan trombosit. Salah satu tindakan untuk masalah hambatan mobilitas fisik adalah memonitor hasil dari laboratorium seperti haemoglobin, trombosit dan leukosit. Hasil laboratorium dipantau karena untuk mengetahui adanya tanda dan gejala anemia seperti adakah penurunan haemoglobin sehingga perlu ditanyakan bagaimana intake nutrisi pasien. Pemberian transfusi PRC dapat meningkat kadar haemoglobin dalam darah.
Pada diagnosis hipertermi tindakan yang dilakukan a) pengaturan suhu, tindakan yang dapat dilakukan monitor suhu paling tidak setiap 2 jam sesuai kebutuhan, monitor tanda-tanda vital, monitor warna kulit dan suhu. b) manajemen cairan , tindakan yang dapat dilakukan berikan obat atau cairan iv (misalnya: antipiretik, agen antibakteri dan agen anti menggigil), tingkatkan sirkulasi udara, jaga intake dan output pasien, tingkatkan intake cairan dan nutrisi adekuat, monitor hasil laboratorium. Salah satu tindakan untuk masalah hipertermi adalah memberikan obat antipiretik yaitu partisipan I diberikan paracetamol 3 x 500 mg per oral dan partisipan II diberikan paracetamol Infus 10 mg/ml melalui IV karena dapat menurunkan demam. Paracetamol tidak diberikan pada orang yang alergi terhadap obat anti-inflamasi non-streroid (AINS), memderita hepatitis, gangguan hati dan atau ginjal dan alkoholisme. Pemberian paracetamol juga tidak boleh diberikan berulang kali pada kepada penderita anemia, gangguan jantung, paru dan ginjal. Memberikan banyak minum air hangat pada pasien hipetermi dapat menurunkan demam dan membuat pendrita merasa nyaman namun tidak menghambat proses melawan penyakit di dalam tubuh. Berdasarkan analisis peneliti, perawatan demam dapat dilakukan dengan memonitor suhu sekali 2 jam ini berguna untuk mementau apakah demam turun atau tidak setelah pemberian antipiretik seperti paracetamol.
Perencanaan keperawatan yang dilakukan untuk partisipan II pada diagnosis risiko pendarahan berhubungan dengan Koagulopati inheren (trombositopenia. tindakan yang dapat dilakukan a) monitor tanda-tanda vital, b) monitor hasil laboratorium (haemoglobin,leukosit, trombosit dan hematokrit), c) beri produk-produk penggantian darah (misalnya: trombosit dan plasma beku segar (ffp)) dengan cara yang
tepat, d) menganjurkan pasien untuk meningkatkan mengkomsumsi makanan yang mengandung vitamin K, e) intruksikan pada pasien dan keluarga agar melaporkan gejala demam, menggigil.
Tindakan yang dilakukan untuk risiko pendarahan berhubungan dengan Koagulopati inheren (trombositopenia) adalah pemberian dexamethasone 2 ampul pada partisipan II untuk mencegah terjadinya alergi pada pemberian tranfusi trombosit. Pemberian transfusi trombosit untuk meningkatkan kadar trombosit dalam darah untuk pencegahan terjadinya pendarahan. Berdasarkan analisi peneliti, mengkomsumsi makanan yang mengandung vitamin K dapat membuat pembekuan darah secara alami. Sumber makanan yang vitamin K seperti sayuran yang berwarna hijau (kol, sawi, brokoli, dan kubis), susu, kedelai, keju dan yoghurt.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dilakukan pada tanggal 18 Mei sampai dengan 22 Mei untuk partisipan I dan 26 Mei sampai dengan 31 Mei 2017 untuk partisipan II Metode penelitian Subjective, Objective, Assesment, Planning (SOAP) untuk mengetahui keefektifan tindakan yang dilakukan. Setelah dilakukan tindakan keperawatan 5 x 24 jam untuk Diagnosis keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan. Hasil evaluasi dari diagnosis ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan yaitu pasien sudah mulai mau untuk makan, hasil pemeriksaan laboratorium haemoglobin pasien dalam batas normal, pasien menghabiskan satu porsi makan dan mendapatkan cairan IVFD Nacl 0,9% 16 tetes/menit. Evaluasi keperawatan pada partisipan I dan partisipan II sesuai dengan kritea atau indikator pada diagnosis ketidakseimbangan nutrisi antara lain: masukan makan peroral adekuat, nilai hasil laboratorium sebagian normal, dan masukan nutrisi parenteral dengan adekuat, sehingga masalah teratasi dan intervensi dihentikan. Evaluasi yang dilakukan pada diagnosis hambatan mobilitas fisik untuk mengetahui mempertahankan keseimbangan. Hasil evaluasi dari diagnosis hambatan mobilitas fisik yaitu pasien bisa melakukan aktivitas secara mandiri, asupan nutrisi yang kuat dan hasil laboratorium dalam batas normal. Evaluasi keperawatan pada partisipan I dan partisipan II sesuai dengan kritea atau indikator pada diagnosis hambatan mobilitas fisik antara lain: pasien beraktivitas secara mandiri
hasil laboratorium dalam batas normal dan asupan nutrisi yan adekuat, sehingga masalah teratasi dan intervensi dihentikan.
Evaluasi yang dilakukan pada diagnosis hipertermi untuk mempertahankan suhu tubuh dalam keadaan normal. Hasil evaluasi dari diagnosis hipertermi yaitu suhu pasien normal (partisipan I s: 36,2oC dan partisipan II s: 36,5oC), kulit pasien tidak tampak memerah, asupan nutrisi adekuat. Evaluasi keperawatan pada partisipan I dan partisipan II sesuai dengan kritea atau indikator pada diagnosis hipertermi antara lain: suhu dalam batas normal, tidak ada kulit yang kemerahan, sehingga masalah teratasi dan intervensi dihentikan.
Sedangkan untuk diagnosis keperawatan Partisipan II yaitu risiko pendarahan berhubungan dengan Koagulopati inheren (trombositopenia). Hasil pengkajian dari diagnosis risiko pendarahan berhubungan dengan Koagulopati inheren (trombositopenia) yaitu hasil laboratorium belum normal, tidak ada ruam pada kulit. Evaluasi keperawatan belum dapat terasi karna trombosit pasien masih rendah (trombosit 73.000/mm3) ( Normal 150.000-400.000/mm3) dan masih membutuhkan transfusi trombosit. Intervensi dilanjutkan dengan mendelegasikan keperawata yang bertugas. Menurut peneliti, evaluasi masing-masing partisipan berbeda-beda waktu teratasinya. Hal ini disebabkan karena perbedaan diagnosis keperawatan yang muncul dan koping dari masing-masing partisipan serta daya tahan tubuh partisipan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan kasus di atas dan setelah melakukan asuahan
keperawatan pada pasien dapat disimpulkan :
1. Pengkajian Keperawatan
Hasil pengkajian didapatkan partisipan I mengatakan kurang nasfu
makan, badan terasa lemah dan mudah lelah dan hanya menghabiskan
setengah dari diit yang di berikan oleh rumah sakit dan pada
pemeriksaan fisik ditemukan konjungtiva anemis. Sedang hasil
pengkajian pada didapatkan partisipan II mengatakan mengatakan
badannya menggigil dan terasa panas, kurang nasfu makan, badan
terasa lemah, mudah lelah dan hanya menghabiskan seperempat dari
diit yang di berikan oleh rumah sakit dan pemeriksaan fisik ditemukan
konjungtiva anemis, terdapat ruam pada kulit.
2. Diagnosis Keperawatan
Dalam teori diagnosis keperawatan yang muncul ada 10 diagnosis
keperawatan sedangkan pada partisipan I ditemukan ada 3 diagnosis
keperawatan dan pada partisipan II ada 4 diagnosis keperawatan.
Diagnosis utama yang diangkat ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan.
3. Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan untuk diagnosis ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan
makanan adalah menajemen nutrisi dan monitor nutrisi.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan dilakukan adalah monitor intake nutrisi,
menganjurkan meningkatkan makan yang mengandung protein dan
vitamin C, monitor mual muntah, monitor penurunan berat badan dan
monitor hasil laboratorium pasien.
5. Evaluasi Keperawatan
Hasil evalusi untuk diagnosis ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan yaitu
pasien sudah mulai mau untuk makan, asupan nutrisi pasien meningkat
dan hasil pemeriksaan laboratorium haemoglobin pasien dalam batas
normal.
B. Saran
1. Bagi Perawat
Studi kasus yang peneliti lakukan dapat menjadi sumbangan pemikiran
bagi perawat di ruang IRNA Kebidanan RSUP Dr. M. Djamil Padang
dalam melakukan asuhan keperawatan secara profesional.
2. Bagi instiusi pendidikan
Dapat dijadikan bahan bacaan di perpustakaan untuk menambah
wawasan dalam melakukan asuhan keperawatan secara profesional.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dapat dijadikan sebagai data awal untuk peneliti selanjutnya dalam
penerapan asuhan keperawatan secara profesional.
Poltekkes Kemenkes Padang
FORMAT PENGKAJIAN GINEKOLOGI-ONKOLOGI
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. A Umur : 72 tahun / 12 Agustus 1945 Pendidikan : SD Suku Bangsa : Minang Pekerjaan : Tidak bekerja Agama : Islam
Alamat Rumah : Jl. Lakung Koto Tinggi Gunung Sariah Limo Puluh Koto
2. Suami
Nama : Tn. A (Alm) Umur : - Pendidikan : - Suku Bangsa : - Pekerjaan : - Agama : - Keluarga terdekat : Ny. N(Anak kandung) yang mudah dihubungi
3. Diagnosa dan Informasi Medik yang Penting Waktu Masuk
Tanggal Masuk : 17 Mei 2017 Jam 09.02 WIB No. Medical Record : 96.24.54 Ruang Rawat : Kemuning 4 Diagnosa Medik : Kanker Serviks Post Kemoterapi VI + Anemia +
Leukositosis Yang mengirim/merujuk : Poli Klinik Kebidanan Alasan masuk :Pasien mengatakan akan melakukan kemoterapi
yang ke 6
4. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Keluhan utama masuk
Pasien masuk RSUP Dr.M.Djamil Padang pada tanggal 17 Mei 2017 pukul 09.02 WIB melalui Poli Klinik Kebidanan bersama dengan keluarganya untuk melakukan kemoterapi yang ke 6.
2) Keluhan saat ini (waktu pengkajian) :
Pada saat dilakukan penagkajian pada tanggal 18 Mei 2017 jam 15.00 WIB, pasien mengatakan kurang nasfu makan, badan terasa lemah dan mudah lelah. Pasien hanya menghabiskan setengah dari diit yang di berikan oleh rumah sakit.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan pernah mengalami keputihan, pasien mengatakan pernah dirawat 4 hari di RSUD Liki pada tahun 2016 karena keluar darah dari kemaluannya dan kemudian dirujuk ke RSAM untuk pemeriksaan jaringan sampel dan pada november 2016 pasien masuk RSUP Dr. M Djamil Padang dirawat untuk menjalani kemoterapi.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mempunyai sakit seperti ini dan tidak ada dan juga penyakit keturunan seperti kanker dan lain-lain.
d. Riwayat Kemoterapi
Pasien mengatakan sudah ini kemoterapi yang terakhir yaitu yang ke emam. Pasien mengatakan keluhan yang dirasakan setelah kemoterapi seperti mual muntah, tidak nafsu makan, badan terasa letih dan lemah.
e. Riwayat Perkawinan (JELASKAN)
1) Pada usia berapa pertama kali menikah
Pasien mengatakan menikah pada usia 17 tahun 2) Lama pernikahan
Pasien mengatakan menikah sudah 55 tahun lamanya 3) Sudah berapa kali menikah
Pasien mengatakan menikah hanya sekali
4) Ini adalah suami ke
Pasien mengatakan suaminya telah meninggal setahun yang lalu dan itu adalah suami yang pertama dan yang terakhir.
f. Riwayat Haid/Status Ginekologi (JELASKAN)
1) Menarche : 12 tahun
2) Siklus : Teratur
3) Banyak : Pasien mengatakan haid paling banyak yaitu
selama 3 hari
4) Warna : merah
5) Bau : bau khas
6) Dismenorrhe : Pasien mengatakan mengeluhkan nyeri haid pada
hari pertama, nyeri haidnya masih bisa di tahan
7) Keluhan lain : tidak ada
g. Riwayat Obstetri (JELASKAN)
1) Riwayat kehamilan
Pasien mengatakan Pasien hamil pertama pada umur 20 tahun. Pasien memiliki anak 3 orang. Pasien selama hamil mengalami siklus yang normal.
2) Riwayat persalinan
Pasien mengatakan melahirkan secara normal dan tidak pernah mengalami keguguran. Persalin ditolong oleh dukun kampung.
3) Riwayat nifas dan menyusui
Pasien mengatakan masa nifas selama 2 minggu. Menyusui selama 2 Tahun
h. Data Keluarga Berencana (JELASKAN)
1) Pernah ikut KB/tidak
Pasien mengatakan tidak pernah ikut karna susah untuk hamil.
5. Data Psikologis (JELASKAN)
Pasien mengatakan tidak cemas dan pasien mengatakan ingin pulang ke rumah yang di kampung
6. Data Spritual (JELASKAN)
Pasien mengatakan menjalankan sholat 5 kali sehari dan mengaji. Pasien tampak melakukan ibadah
7. Data Sosial Ekonomi (JELASKAN)
Pasien mengatakan berobat menggunakan BPJS
8. Aktivitas Sehari-hari sebelum sakit dan perbandingan dengan selama di
rawat (JELASKAN)
1) Dapat menolong diri sendiri
Pasien mengatakan sebelum sakit dapat melakukan aktivitas secara mandiri. Selama di rawat di rumah sakit pasien tidak bisa melakukan aktivitas secara mandiri.
2) Ditolong dengan bantuan minimum
Pasien mengatakan selama di rawat di rumah sakit di bantu oleh anaknya untuk menolong aktivitas seperti makan, minum, bantu untuk berdiri dan duduk serta membantu ke kamar mandi.
3) Ditolong dengan bantuan maksimum
Pasien tidak dibantu dengan bantuan maksimum 4) Nafsu makan
Sehat : pasien mengatakan nafsu makan seperti biasa, porsi makan habis Sakit : pasien mengatakan selama di rawat nafsu makan menurun karena efek samping dari kemoterapi dan mulut terasa kebas
5) Makan / minum
Sehat :- makan : 3 kali sehari ( nasi + lauk pauk + sayuran ), porsi makan habis
- Minum : 6-7 kali sehari ( minum air putih )
Sakit : - makan 3 kali sehari ( nasi + lauk pauk + sayuran + buah-buahan ) - Minum 6-7 kali sehari ( minum air putih )
6) Istirahat dan pola tidur
Sehat : - Siang : 2-3 jam sehari ( nyenyak ) - Malam : 7-8 jam sehari ( nyenyak )
Sakit : - Siang : 2-3 jam sehari ( nyenyak )
- Malam : 7-8 jam sehari ( yenyak )
7) Personal hygiene
Sehat : mandi 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari pagi dan sore Sakit : mandi 1 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari pagi dan sore
8) Eliminasi (BAB dan BAK)
Sehat :- BAK : 4-6 kali sehari, warna bening, bau khas - BAB : 1 kali sehari
Sakit : - BAK : 4-6 kali sehari
- BAB : 1 kali sehari
Keluhan : tidak ada
9. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Lemah
1) Kesadaran : Compos Mentis
2) Tekanan darah : 120/80 mmHg
3) Suhu : 36,2 oC
4) Nadi : 88 x/menit
5) Pernafasan : 20 x/menit
6) BB : 60 Kg
7) TB : 150 Cm
b. Kepala dan rambut
Bentuk kepala simetris, rambut berwarna hampir seluruhnya warna putih, tampak bersih, tidak ada ketombe dan rontok. Keluhan : tidak ada
c. Telinga
Simetris kiri dan kanan, Telinga tampak bersih, puncak pina sejajar kantus mata, tidak ditemukan gangguan pendengaran Keluhan : tidak ada
d. Muka
1) Mata
Simetris kiri dan kanan, reflek cahaya positif, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, reflek pupil positif, isokor.
2) Hidung
Simetris kiri dan kanan, tampak bersih, Cupping hidung tidak ada, penciuman normal
3) Mulut dan gigi
mulut tampak kering, tidak ada sariawan, tidak ada sianosis, gusi didapatkan tidak ada perdarahan, lidah tidak kotor, mukosa mulut agak pucat
Keluhan : mulut dan lidah terasa kebas
e. Leher
bentuk simetris, tidak ada pembesaran kelenjer tiroid, tidak ada pembesaran vena jugularis Keluhan : tidak ada
f. Thoraks
Paru-paru Inspeksi : bentuk simetris kiri dan kanan, pergerakan simetris kiri dan kanan Palpasi : fremitus kiri kanan sama Perkusi : sonor Auskultasi : suara nafas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/- Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat Palpasi : ictis cordis teraba di RIC V Perkusi : pekak Auskultasi : irama teratur Keluhan : tidak ada
g. Payudara / mamae
Inspeksi : simetris kiri dan kanan, kulit sekitar payudara tidak seperti kulit jeruk, tidak ada bekas luka, aerola mamae tampak berwarna kecoklatan, papila mamae tampak kecoklatan dan puting tidak lecet/terbenam Palpasi : tidak ada teraba benjolan pada kedua payudara Keluhan : tidak ada
h. Abdomen
Inspeksi : tidak ada distensi abdomen, tidak tampak perubahan warna kulit, perut tampak kendor Auskultasi : bising usus normal Palapasi : hepar dan limpa tidak teraba, tidak ada nyeri tekan Perkusi : thympani Keluhan : tidak ada
i. Ekstremitas
Atas : akral hangat, tidak ada bekas garukan, tidak ada edema pada kedua tangan, CRT < 2 detik, terpasang infus sebelah kiri dengan cairan NaCl 0,9 % 20 tts/menit Bawah : akral hangat, CRT <2 detik, tidak ada edema pada kedua kaki Kekuatan otot 555 / 555 555 / 555 Keluhan : tidak ada
j. Genitalia
1) Kebersihan
tampak bersih 2) Pengeluaran pervaginam
Tidak ada karna pasien sudah menaupose
Keluhan : tidak ada
10. Data Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal Pemeriksaan
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
18 Mei 2017
Hemoglobin 9,0 g/dL 12-16 Leukosit 3.280 /mm3 5.000-10000 Trombosit 442.000 /mm3 150.000-400.000 Hematokrit 28 % 37-43
21 Mei 2017
Hemoglobin 13,0 g/dL 12-16 Leukosit 3.190 /mm3 5.000-10000 Trombosit 306.000 /mm3 150.000-400.000 Hematokrit 38 % 37-43
11. Program Terapi Dokter
3) Obat oral : Paracetamol 3 x 500 mg
4) Obat paranteral : IVFD NaCl 0,9 % 20 tetes/menit
5) Transfusi PRC 3 kolf , 32 tetes/menit
Padang, 18 Mei 2017
( Dita Novelia )
NIM :143110212
ANALISIS DATA
Nama Pasien : Ny. A
No. MR : 962454
NO Data Penyebab Masalah 1 DS :
1. Pasien mengatakan tidak nafsu makan
2. Pasien mengatakan mual muntah
3. Pasien mengatakan mulut terasa kebas
4. Pasien mengatakan hanya mengabiskan ½ porsi dari diit yang di berikan rumah sakit
DO : 1. Pasien tampak mual muntah 2. Pasien tampak lemah 3. Pasien hanya menghabiskan
½ porsi dari diit yang diberikan rumah sakit
kurang asupan makanan
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
2 DS : 1. Pasien mengatakan
badannya terasa lemah 2. Pasien menatakan badannya
terasa letih 3. Pasien mengatakan tidak
nafsu makan 4. Pasien mengatakan aktivitas
di bantu oleh keluarganya DO :
1. Aktifitas pasien di bantu oleh keluarga
2. Pasien tampak lemah 3. Konjungtiva anemis 4. Hb : 9,0 g/dl 5. Leukosit : 3.280/mm3 6. Trombosit:442.000/mm3 7. Ht : 28 %
agens farmaseutikal
Hambatan mobilitas fisik
3 DS : 1. Pasien mengatakan badannya
terasa panas 2. Pasien mengatakan wajahnya
tampak memerah DO :
1. Pasien tampak gelisah 2. Badan pasien teraba hangat 3. Wajah pasien tampak
memerah 4. S : 39,4 oC
peningkatan laju metabolisme
Hipertermi
DAFTAR DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny. A
No. MR : 962454
No Diagnosis Keperawatan Tanggal
Muncul
Tanggal
Teratasi
Tanda
Tangan
1 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan
18 Mei
2017
22 Mei
2017
2 Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan agens farmaseutikal
18 Mei
2017
22 Mei
2017
3 Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme
19 Mei
2017
20 Mei
2017
Poltekkes Kemenkes Padang
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny. A
No. MR : 962454
No Diagnosis Keperawatan Rencana Keperawatan
NOC NIC 1 Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, nafsu makan Pasien baik dengan kriteria hasil : c. Status nutrisi : asupan makanan dan cairan
6) Asupan makanan secara oral adekuat 7) Asupan cairan secara oral adekuat 8) Asupan cairan IV adekuat 9) Asupan nutrisi parenteral adekuat 10) Tidak ada mual dan muntah
d. Nafsu makan
4) Peningkatan keinginan untuk makan 5) Peningkatan rangsangan untuk makan 6) Intake makanan adekuat
Manajemen Gangguan Makan 13) Kolaborasi dengan tim kesehatan lain
untuk mengembangkan rencana perawatan dengan melibatkan pasien dan orang-orang terdekatnya dengan tepat
14) Kolaborasi dengan tim dan pasien untuk mengatur target pencapaian berat badan jika berat badan pasien tidak berada dalam rentang normal
15) Kolaborasi dengan ahli gizi dalam menentukan asupan kalori harian yang diperlukan
16) Dorong pasien untuk mendiskusikan makanan yang disukai bersama ahli gizi
17) Timbang berat badan pasien 18) Monitor intake/asupan dan asupan
cairan secara tepat 19) Monitor asupan kalori makanan harian
Poltekkes Kemenkes Padang
20) Batasi makanan sesuai dengan jadwal 21) Observasi pasien selama dan setelah
pemberian makan/makanan ringan untuk meyakinkan bahwa asupan makanan yang cukup tercapai dan dipertahankan
22) Beri dulungan misalnya terapi relaksasi 23) Batasi aktivitas fisik sesuai kebutuhan
untuk meningkatkan berat badan 24) Monitor berat badan pasien sesuai
secara rutin Manajemen Nutrisi 7) Tentukan status gizi pasien 8) Identifikasi alergi dan intoleransi terhadap
makanan 9) Atur diit yang diperlukan (rendah protein,
tinggi karbohidrat, rendah natrium) 10) Beri obat-obatan sebelum makan seperti
antiemeik 11) Anjurkan diit pasien sesuai kebutuhan 12) Monitor kalori dan asupan nutrisi Monitor Nutrisi 9) Timbang berat badan pasien 10) Identifikasi adanya penurunan berat
badan 11) Monitor turgor kulit 12) Monitor adanya mual muntah
Poltekkes Kemenkes Padang
13) Identifikasi perubahan nafsu makan 14) Monitor pucat pada konjungtiva 15) Lakukan kemampuan menelan 16) Tentukan faktor yang mempengaruhi
nutrisi 2 Hambatan mobilitas fisik
berhubungan dengan agens farmaseutikal
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, Pasien mampu mempertahankan keseimbangan secara mandiri dengan kriteria hasil :
4) Keseimbangan gerakan 5) Mempertahankan keseimbangan ketika
berdiri 6) Mempertahankan keseimbangan ketika
berjalan
Manajemen Energi 12) Kaji status fisiologis pasien yang
menyebabkan kekelahan sesuai dengan konteks usia dan perkembangan
13) Anjurkan pasien untuk mengungkapkan perasaan secara verbal mengenai keterbatasan yang dialami
14) Tentukan persepsi pasien atau orang terdekat dengan pasien mengenai penyebab kelelahan
15) Perbaiki defisit status pisiologis (misalnya, kemoterapi yang menyebabkan anemia) sebagai prioritas pertama
16) Monitor intake/asupan nutrisi untuk mengetahui sumber energi yang adekuat
17) Monitor waktu dan lama istirahat pasien 18) Kurangi ketidaknyamanan fisik yang
dialami pasien yang bisa mempengaruhi fungsi kognitif, pemanatauan diri dan pengaturan aktivitas pasien
19) Bantu pasien untuk mengidentifikasi kegiatan rumah yang bisa dilakukan oles keluarga dan teman dirumah untuk
Poltekkes Kemenkes Padang
mencegah/mengatasi kelelahan 20) Instrusikan pasien atau keluarga
mengenali tanda dan gejala kelelahan yang memerlukan pengurangan aktivitas
21) Instruksikan pasien atau keluarga mengenai stres dan koping intervensi untuk mengurangi kelelahan
22) Ajarkan pasien atau keluarga untuk menghubungi tenaga kesehatan jika tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang
Manajemen Lingkungan 5) Ciptakan lingkungan yang aman bagi pasien 6) Identifikasi kebutuhan keselamatan pasien
berdasarkan fungsi fisik dan kognitif serta riwayat perilaku di masa lalu
7) Singkirkan benda-benda berbahayadari lingkungan
8) Batasi pengunjung Peningkatan Mekanika Tubuh 4) Bantu untuk mendemonstrasikan posisi
tidur yang tepat 5) Bantu untuk menghindari duduk dalam
jangka waktu yang lama 6) Instruksikan pasien untuk menggerakkan
kaki terlebih dahulu kemudian badan ketika memulai berjalan dari posisi berdiri
Poltekkes Kemenkes Padang
3 Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, Pasien mampu mempertahankan suhu tubuh dalam keadaan normal dengan kriteria hasil: d. Termoregulasi
5) Tingkat pernafasan tidak terganggu 6) Melaporkan kenyamanan setelah suhu
tubuh turun 7) Tidak terjadi perubahan warna kulit 8) Tidak ada dehidrasi
e. Status kenyamanan fisik
5) Suhu tubuh normal 6) Tidak terganggu intake makanan 7) Tidak terganggu intake cairan 8) Tingkat energi tidak terganggu
f. Keparahan infeksi
5) Tidak ada kulit kemerahan 6) Tidak terjadi demam 7) Tidak ada terjadi kehilangan nafsu
makan 8) Tidak ada peningkatan jumlah sel darah
putih e. Respon pengobatan
7) Pasien mengetahui efek sampingnya 8) Tidak ada reaksi alergi 9) Tidak ada efek prilaku dari pengobatan
Perawatan Demam 7) Pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya 8) Monitor warna kulit dan suhu 9) Monitor asupan dan keluaran, sadari
perubahan kehilangan cairan yang tak dirasakan
10) Berikan obat atau cairan IV (misalnya: antipiretik, agen antibakteri dan agen anti menggigil)
11) Dorong komsumsi cairan 12) Tingkatkan sirkulasi udara Manajemen cairan 10) Jaga intake dan output pasien 11) Monitor status hidrasi (misalnya :
membran mukosa lemban, denyut nadi adekuat dan tekanan darah ortostatistik)
12) Monitor hasil laboratorium yang relevan dengan retensi cairan (misalnya : peningkatan BUN, penurunan hematokrit dan peningkatan osmolalitas urine)
13) Monitor tanda-tanda vital 14) Monitor makanan/cairan yang
dikomsumsi dan hitung asupan kalori harian 15) Berikan cairan IV 16) Atur ketersedian produk darah untuk
transfusi, jika perlu. 17) Persiapan pemberian produk darah
Poltekkes Kemenkes Padang
(misalnya: cek darah dan mempersiapkan pemasangan infus)
18) Berikan produk-produk darah (misalnya, trombosit dan plasma yang baru)
Manajemen Obat 8) Tentukan obat yang diperlukan dan kelola
menurut resep dan / atau protokol 9) Monitor efektifitas cara pemberian obat
yang sesuai 10) Monitor pasien mengenai efek
terapeutik obat 11) Monitor tanda dan gejala toksisitas obat 12) Monitor level serum darah ( misalnya:
elektrolit, protrombin, obat-obatan) yang sesuai
13) Monitor interaksi obat yang non terpeutik
14) Monitor respon terhadap perubahan pengobatan dengan cara yang tepat
Pengaturan Suhu 5) Monitor suhu paling tidak setiap 2 jam,
sesuai kebutuhan 6) Monitor tekanan darah, nadi dan respirasi,
sesuai kebutuhan 7) Monitor suhu dan warna kulit 8) Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
Poltekkes Kemenkes Padang
adekuat
Poltekkes Kemenkes Padang
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny. A
No. MR : 962454
Hari / tanggal / jam
Diagnosa Keperawatan Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan Tanda Tangan
Kamis / 18 Mei 2017 / jam 13.20 WIB
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan
1. Mengkaji apakah ada alergi makanan 2. Mengkaji kemampuan pasien dalam
asupan nutrisi 3. Menganjurkan pasien meningkatkan
makanan yang mengandung protein dan vit C
4. Menimbang berat badan. 5. Memberikan informasi kepada pasien
dan keluarga tentang kebutuhan nutrisi yang mencakup berapa banyak jumlah protein, vitamin, dan karbohidrat.
6. Memonitor untuk mual dan muntah
Jam 16.25 WIB S - Pasien mengatakan kurang nafsu
makan - Apabila makan masih mengeluh
mual dan muntah - Pasien mengatakan tidak ada
alergi makanan
O - Pasien tampak tidak
menghabiskan makanannya - Pasien tampak tidak nafsu makan,
makanan yang habis hanya ½ dari yang disajikan
- Pasien tampak lemah
Poltekkes Kemenkes Padang
- Pasien terpasang Nacl 0,9 % 20 tetes/menit
A:Kanker serviks Post kemoterapi dan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
P: Intervensi dilanjutkan - Monitor kalori dan intake nutrisi - Monitor adanya penurunan berat
badan - Monitor mual dan muntah
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan agens farmaseutikal
1. Kaji status fisiologis pasien yang menyebabkan kekelahan sesuai dengan konteks usia dan perkembangan
2. Anjurkan pasien untuk mengungkapkan perasaan secara verbal mengenai keterbatasan yang dialami
3. Perbaiki defisit status pisiologis (misalnya, kemoterapi yang menyebabkan anemia) sebagai prioritas pertama
4. Monitor intake/asupan nutrisi untuk mengetahui sumber energi yang adekuat
5. Monitor waktu dan lama istirahat Pasien 6. Bantu pasien untuk mengidentifikasi
kegiatan rumah yang bisa dilakukan oleh keluarga dan teman dirumah untuk
Jam 16.25 WIB S: - Pasien mengatakan badan masih
terasa lemah - Pasien mengatakan kurang nafsu
makan - Pasien mengatakan aktivitas masih
dibantu keluarga
O: - Pasien tampak lemah - Makanan pasien bersisa ½ porsi - Pasien terpasang Nacl 0,9 % 20
tetes/menit - TD 120/80 mmHg
Poltekkes Kemenkes Padang
mencegah/mengatasi kelelahan 7. Instruksikan pasien atau keluarga
mengenai stres dan koping intervensi untuk mengurangi kelelahan
8. Batasi pengunjung 9. Instruksikan pasien untuk
menggerakkan kaki terlebih dahulu kemudian badan ketika memulai berjalan dari posisi berdiri
10. Monitor kadar Hb, leukosit dan trombosit
11. Memberikan transfusi PRC I kolf
- HR 88 x/menit - RR 20 x/menit - S : 36,4 oC - Hb: 9.0 g/dl - Leukosit : 3.280 /mm3 - Trombosit : 442.000/ mm3 - Ht : 28 %
A: Kanker Serviks post kemoterapi dan hambatan mobilitas fisik
P: Intervensi dilanjutkan - Monitor tanda-tanda vital pasien - Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaanya - Observasi nutrisi sebagai sumber
energy - Membantu pasien untuk
mengidentifikan aktivitas yang mampu dilakukan
- Anjurkan pasien menghindari aktivitas selama periode istirahat
- Anjurkan keluarga untuk membantu aktivitas pasien
- Monitor kadar Hb, Leukosit dan Trombosit
- Memberikan transfusi PRC I kolf
Poltekkes Kemenkes Padang
Jum’at/ 19 Mei 2017 / jam 12.30 WIB
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan
1. Memonitor jumlah kalori dan intake nutrisi
2. Monitor adanya penurunan berat badan 3. Memonitor untuk mual dan muntah 4. Monitor turgor kulit
Jam 16.30 WIB S:
- Pasien mengatakan masih kurang nafsu makan
- pasien masih mengeluh mual O:
- Pasien seringkali tidak menghabiskan makanannya , makanan yang habis hanya ½ dari yang disajikan
- Pasien tampak lemas - Pasien terpasang Nacl 0,9 % 20
tetes/menit A: Kanker servik post kemoterapi dan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
P: Intervensi dilanjutkan - Monitor intake nutrisi - Monitor adanya penurunan berat
badan - Monitor mual dan muntah
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan agens farmaseutikal
1. Anjurkan pasien untuk mengungkapkan perasaan secara verbal mengenai keterbatasan yang dialami
2. Monitor intake/asupan nutrisi untuk
Jam 16.30 WIB S: - Pasien mengatakan badan masih
Poltekkes Kemenkes Padang
mengetahui sumber energi yang adekuat 3. Monitor waktu dan lama istirahat pasien 4. Membantu pasien untuk
mengidentifikan aktivitas yang mampu dilakukan
5. Anjurkan pasien menghindari akvitas selama periode istirahat
6. Anjurkan keluarga untuk membantu aktivitas pasien
7. Monitor tanda-tanda vital pasien 8. Batasi pengunjung 9. Monitor kadar Hb, leukosit dan
trombosit 10. Memberikan transfusi PRC I kolf
sedikit lemah - Pasien mengatakan aktivitas masih
dibantu keluarga - Pasien mengatakan sudah siap
transfusi PRC 1 kolf
O: - Pasien tampak masih lemah - Makanan hanya dihabiskan ½ porsi
saja - TD 120/80 mmHg - HR 91 x/menit - RR 21 x/menit - S : 39,4 oC - Hb: 9.0 g/dl - Leukosit : 3.280 /mm3 - Trombosit : 442.000/ mm3 - Ht : 28 % - Pasien terpasang IVFD Nacl 0.9 %
20 tetes/menit
A: Kanker serviks post kemoterapi dan hambatan mobititas fisik
P: Intervensi dilanjutkan - Monitor tanda-tanda vital pasien - Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaanya
Poltekkes Kemenkes Padang
- Observasi nutrisi sebagai sumber energy
- Membantu pasien untuk mengidentifikan aktivitas yang mampu dilakukan
- Anjurkan pasien menghindari aktivitas selama periode istirahat
- Anjurkan keluarga untuk membantu aktivitas pasien
- Monitor kadar Hb, Leukosit dan Trombosit
- Memberikan transfusi PRC II kolf setelah demannya turun
Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme
1. Monitor suhu paling tidak setiap 2 jam, sesuai kebutuhan
2. Monitor warna kulit dan suhu 3. Berikan obat atau cairan IV (misalnya:
antipiretik, agen antibakteri dan agen anti menggigil)
4. Tingkatkan sirkulasi udara 5. Jaga intake dan output pasien 6. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
adekuat 7. Monitor status hidrasi (misalnya :
membran mukosa lemban, denyut nadi adekuat dan tekanan darah ortostatistik)
8. Monitor hasil laboratorium yang relevan dengan retensi cairan (misalnya
Jam 16.30 WIB S: - Pasien mengatakan badannya
terasa panas O :
- Pasien tampak gelisah - Badan pasien teraba hangat - Wajah pasien tampak memerah - S : 39,4 oC - Pasien terpasang IVFD Nacl 0.9 %
20 tetes/menit - Pasien diberikan terapi paracetamol
3 x 500 mg
Poltekkes Kemenkes Padang
: peningkatan BUN, penurunan hematokrit dan peningkatan osmolalitas urine)
9. Monitor tanda-tanda vital 10. Atur ketersedian produk darah untuk
transfusi, jika perlu. 11. Persiapan pemberian produk darah
(misalnya: cek darah dan mempersiapkan pemasangan infus)
12. Berikan produk-produk darah (misalnya, trombosit dan plasma yang baru)
13. Monitor respon terhadap perubahan pengobatan dengan cara yang tepat
A : Kanker serviks post kemoterapi dan hipertermi P: Intervensi dilanjutkan
- Monitor suhu paling tidak setiap 2 jam, sesuai kebutuhan
- Monitor warna kulit dan suhu - Berikan obat atau cairan IV
(misalnya: antipiretik, agen antibakteri dan agen anti menggigil)
- Tingkatkan sirkulasi udara - Jaga intake dan output pasien - Tingkatkan intake cairan dan
nutrisi adekuat - Monitor hasil laboratorium - Monitor tanda-tanda vital
Sabtu / 20 Mei 2017 / jam 08.30
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan
1. Memonitor jumlah kalori dan intake nutrisi
2. Monitor adanya penurunan berat badan 3. Memonitor untuk mual dan muntah 4. Monitor turgor kulit
Jam 12.00 WIB S - Pasien mengatakan kurang nafsu
makan - Apabila makan masih mengeluh
mual dan muntah O:
- Pasien tampak tidak
Poltekkes Kemenkes Padang
menghabiskan makanannya - Pasien tampak sudah ada nafsu
makan, makanan yang habis hanya ½ dari yang disajikan
- Pasien tampak lemah - Pasien terpasang Nacl 0,9 % 20
tetes/menit
A:Kanker serviks Post kemoterapi dan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
P: Intervensi dilanjutkan - Monitor kalori dan intake nutrisi - Monitor adanya penurunan berat
badan - Monitor mual dan muntah
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan agens farmaseutikal
1. Anjurkan pasien untuk mengungkapkan perasaan secara verbal mengenai keterbatasan yang dialami
2. Monitor intake/asupan nutrisi untuk mengetahui sumber energi yang adekuat
3. Monitor waktu dan lama istirahat pasien 4. Membantu pasien untuk
mengidentifikan aktivitas yang mampu dilakukan
5. Anjurkan pasien menghindari aktivitas selama periode istirahat
Jam 12.00 WIB S: - Pasien mengatakan badan masih
sedikit lemah - Pasien mengatakan aktivitas masih
dibantu keluarga - Pasien mengatakan sudah siap
transfusi PRC 1 kolf
O:
Poltekkes Kemenkes Padang
6. Anjurkan keluarga untuk membantu aktivitas pasien
7. Monitor tanda-tanda vital pasien 8. Batasi pengunjung 9. Monitor kadar Hb, leukosit dan
trombosit 10. Memberikan tranfusi PRC II
- Pasien tampak masih lemah - Makanan hanya dihabiskan ½ porsi
saja - TD 130/80 mmHg - HR 82 x/menit - RR 20 x/menit - S : 36,3 oC - Hb: 9.0 g/dl - Leukosit : 3.280 /mm3 - Trombosit : 442.000/ mm3 - Ht : 28 % - Pasien terpasang IVFD Nacl 0.9 %
20 tetes/menit
A: Kanker serviks post kemoterapi dan hambatan mobititas fisik
P: Intervensi dilanjutkan - Monitor tanda-tanda vital pasien - Anjurkan pasien menghindari
aktivitas selama periode istirahat - Anjurkan keluarga untuk membantu
aktivitas pasien - Monitor kadar Hb, Leukosit dan
Trombosit - Memberikan transfusi PRC II
setelah demannya turun
Poltekkes Kemenkes Padang
Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme
1. Monitor suhu paling tidak setiap 2 jam, sesuai kebutuhan
2. Monitor warna kulit dan suhu 3. Berikan obat atau cairan IV (misalnya:
antipiretik, agen antibakteri dan agen anti menggigil)
4. Tingkatkan sirkulasi udara 5. Jaga intake dan output pasien 6. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
adekuat 7. Monitor hasil laboratorium yang
relevan dengan retensi cairan (misalnya : peningkatan BUN, penurunan hematokrit dan peningkatan osmolalitas urine)
8. Monitor tanda-tanda vital 9. Monitor respon terhadap perubahan
pengobatan dengan cara yang tepat
Jam 12.00 WIB S: - Pasien mengatakan badannya tidak
terasa panas O :
- Pasien tampak tenang - Badan pasien teraba hangat - Wajah pasien tampak tidak
memerah - S : 36,3 oC - Pasien terpasang IVFD Nacl 0.9 %
20 tetes/menit
A : Kanker serviks post kemoterapi dan masalah hipertermi teratasi P: Intervensi dihentikan (pasien sudah tidak demam)
Minggu/ 21 Mei 2017 / jam 08.00 WIB
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan
1. Memonitor intake nutrisi pasien 2. Memonitor mual dan muntah 3. Menganjurkan pasien meningkatkan
makanan yang mengandung protein dan vit C dirumah
4. Memberikan informasi kembali kepada pasien dan keluarga tentang kebutuhan nutrisi yang mencakup berapa banyak
Jam 12.30 S
- Pasien mengatakan mulai ada nafsu makan
- Apabila makan pasien masih mual sedikit
- Pasien seringkali tidak
Poltekkes Kemenkes Padang
jumlah protein, vitamin, dan karbohidrat.
5. Menganjurkan memakan makanan ringan (misal : Sering minum jus segar) yang sesuai
6. Menganjurkan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
menghabiskan makanannya , makanan yang habis hanya ¾ dari yang disajikan
- Mual pasien tampak berkurang
A: Kanker serviks dan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
P: Intervensi dilanjutkan
- Monitor intake nutrisi - Monitor mual dan muntah
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan agens farmaseutikal
1. Monitor intake/asupan nutrisi untuk mengetahui sumber energi yang adekuat
2. Monitor waktu dan lama istirahat pasien 3. Anjurkan pasien menghindari aktivitas
selama periode istirahat 4. Anjurkan keluarga untuk membantu
aktivitas pasien 5. Monitor tanda-tanda vital pasien 6. Batasi pengunjung 7. Monitor kadar Hb, leukosit dan
trombosit
Jam 12.30 WIB S: - Pasien mengatakan badan masih
sedikit lemah - Pasien mengatakan aktivitas masih
dibantu keluarga - Pasien mengatakan sudah siap
transfusi PRC II kolf kemarin sore dan transfusi PRC III kolf tadi pagi
O: - Pasien tampak masih lemah - Makanan hanya dihabiskan ½ porsi
saja - TD 130/80 mmHg
Poltekkes Kemenkes Padang
- HR 82 x/menit - RR 20 x/menit - S : 36,3 oC - Hb: 9.0 g/dl - Leukosit : 3.280 /mm3 - Trombosit : 442.000/ mm3 - Ht : 28 % - Pasien terpasang IVFD Nacl 0.9 %
20 tetes/menit
A: Kanker serviks post kemoterapi dan hambatan mobititas fisik
P: Intervensi dilanjutkan - Monitor tanda-tanda vital pasien - Anjurkan pasien menghindari
aktivitas selama periode istirahat - Anjurkan keluarga untuk membantu
aktivitas pasien - Monitor kadar Hb, Leukosit dan
Trombosit Senin / 21 Mei 2017 / jam 08.30 WIB
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan
1. Memonitor intake nutrisi pasien 2. Memonitor mual dan muntah 3. Menganjurkan pasien meningkatkan
makanan yang mengandung protein dan vit C dirumah
4. Memberikan informasi kembali kepada pasien dan keluarga tentang kebutuhan
Jam 12.00 S:
- Pasien mengatakan mulai ada nafsu makan
- Pasien mengatakan mual sudah hilang
Poltekkes Kemenkes Padang
nutrisi yang mencakup berapa banyak jumlah protein, vitamin, dan karbohidrat.
5. Menganjurkan memakan makanan ringan (misal : Sering minum jus segar) yang sesuai
6. Menganjurkan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
- Pasien mengatakan menghabiskan 1 porsi makanan rumah sakit
O: - Pasien sudah mulai menghabiskan
makanannya - Nafsu makan pasien tampak sudah
ada - Pasien tidak ada mual dan muntah
A : Kanker serviks dan masalah
ketidakseimbangan nutrisi teratasi P: Intervensi dihentikan (pasien pulang)
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan agens farmaseutikal
1. Monitor intake/asupan nutrisi untuk mengetahui sumber energi yang adekuat
2. Monitor waktu dan lama istirahat pasien 3. Anjurkan pasien menghindari aktivitas
selama periode istirahat 4. Anjurkan keluarga untuk membantu
aktivitas pasien 5. Monitor tanda-tanda vital pasien 6. Batasi pengunjung 7. Monitor kadar Hb, leukosit dan
trombosit
Jam 12.00 WIB S: - Pasien mengatakan tidak lemas lagi - Pasien mengatakan nafsu makan
meningkat - Pasien mengatakan mandi tanpa
dibantu keluarga - Pasien mengatakan sudah siap
transfusinya
O: - Pasien tampak tidak lemah lagi
Poltekkes Kemenkes Padang
- Pasien sudah nafsu makan - TD 140/80 mmHg - HR 88 x/menit - RR 20 x/menit - S : 36,1 oC - Hb: 13.0 g/dl - Leukosit : 3.190 /mm3 - Trombosit : 306 .000/ mm3 - Ht : 38 % - Pasien terpasang IVFD Nacl 0.9 %
20 tetes/menit
A: Kanker serviks post kemoterapi dan hambatan mobititas fisik teratasi
P: Intervensi dihentika (pasien pulang)
FORMAT PENGKAJIAN GINEKOLOGI-ONKOLOGI
12. Identitas Pasien
Nama : Ny. S Umur : 36 tahun / 17 November 1980 Pendidikan : SMU Suku Bangsa : Jawa Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Agama : Islam
Alamat Rumah : Lrg. Angsana pasir putih bungo jambi
13. Suami
Nama : Tn. A Umur : 36 tahun Pendidikan : SMU Suku Bangsa : Bugis Pekerjaan : Wiraswasta Agama : Islam Keluarga terdekat : Suami yang mudah dihubungi
14. Diagnosa dan Informasi Medik yang Penting Waktu Masuk
Tanggal Masuk : 25 Mei 2017 Jam 08.57 WIB No. Medical Record : 96.39.99 Ruang Rawat : Kemuning 5 Diagnosa Medik : Kanker Serviks Post Kemoterapi V + Anemia +
Trombositopenia + Leukositosis Yang mengirim/merujuk : Datang sendiri Alasan masuk : Pasien mengatakan akan melakukan kemoterapi
yang ke 5
15. Riwayat Kesehatan
i. Riwayat Kesehatan Sekarang
3) Keluhan utama masuk
Pasien masuk RSUP Dr.M.Djamil Padang pada tanggal 25 Mei 2017 pukul 08.57 WIB melalui IGD dan lanngsung rawat inap bersama dengan keluarganya untuk melakukan kemoterapi yang ke 5.
4) Keluhan saat ini (waktu pengkajian) :
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 26 Mei 2017 jam 14.20 WIB, pasien mengatakan badannya menggigil dan terasa panas, kurang nasfu makan, badan terasa lemah dan mudah lelah. Pasien hanya menghabiskan ¼ dari diit yang di berikan oleh rumah sakit.
j. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan mengidap penyakit HIV (+) dan sudah minum obat ARV selama 7 tahun dan pada desember tahun 2016 pernah dirawat di RSUP Dr. M. Djamil Padang sebelum melakukan kemoterapi.
k. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan ada anggota keluarga yang mempunyai riwayat sakit kanker yaitu ibunya sakit kanker payudara dan ayahnya sakit kanker mulut.
l. Riwayat Kemoterapi
Pasien mengatakan sudah ini kemoterapi yang ke lima. Pasien mengatakan keluhan yang dirasakan setelah kemoterapi seperti mual muntah, tidak nafsu makan, badan terasa letih dan lemah dan sekarang mengalami demam sebelumnya tidak pernah mengalami demam setelah kemoterapi.
m. Riwayat Perkawinan (JELASKAN)
5) Pada usia berapa pertama kali menikah
Pasien mengatakan menikah pada usia 20 tahun 6) Lama pernikahan
Pasien mengatakan menikah sudah 16 tahun lamanya 7) Sudah berapa kali menikah
Pasien mengatakan menikah sudah 2 kali, menikah yang pertama Pasien cerai dengan suami pertamanya.
8) Ini adalah suami ke
Pasien mengatakan ini adalah suami yang ke 2 n. Riwayat Haid/Status Ginekologi (JELASKAN)
8) Menarche : 13 tahun
9) Siklus : Teratur
10) Banyak : Pasien mengatakan haid paling banyak yaitu
selama 3 hari dan ganti pembalut 3x sehari.
11) Warna : merah
12) Bau : bau khas
13) Dismenorrhe : Pasien mengatakan mengeluhkan nyeri haid pada
hari pertama, nyeri haidnya masih bisa di tahan.
14) Keluhan lain : tidak ada
o. Riwayat Obstetri (JELASKAN)
4) Riwayat kehamilan
Pasien mengatakan pasien hamil pertama pada umur 24 tahun. Pasien memiliki anak 2 orang.
5) Riwayat persalinan
Pasien mengatakan melahirkan anak pertamanya secara normal dengan bantuan bidan dan anak yang kedua secara seksio sesarea (sc) dirumah sakit.
6) Riwayat nifas dan menyusui
Pasien mengatakan masa nifas selama 6 minggu. Anak pertamanya ASI Eklusif dan menyusui sampai umur 2 tahun dan untuk anaknya yang kedua sama sekali tidak menyusui dengannya karna pasien mengidap HIV (+).
p. Data Keluarga Berencana (JELASKAN)
2) Pernah ikut KB/tidak
Pasien mengatakan tidak pernah ikut karna jarak anak yang jauh dan susah untuk hamil, harus ikut program untuk hamil.
16. Data Psikologis (JELASKAN)
Pasien mengatakan tidak cemas dan pasien mengatakan ingin pulang ke rumah yang di kampung dan berkumpul dengan anak dan keluarganya.
17. Data Spritual (JELASKAN)
Pasien mengatakan menjalankan sholat 5 kali sehari dan mengaji. Pasien tampak melakukan ibadah
18. Data Sosial Ekonomi (JELASKAN)
Pasien mengatakan berobat menggunakan BPJS
19. Aktivitas Sehari-hari sebelum sakit dan perbandingan dengan selama di
rawat (JELASKAN)
9) Dapat menolong diri sendiri
Pasien mengatakan sebelum sakit dapat melakukan aktivitas secara mandiri. Selama di rawat di rumah sakit pasien tidak bisa melakukan aktivitas secara mandiri.
10) Ditolong dengan bantuan minimum
Pasien mengatakan selama di rawat di rumah sakit di bantu oleh suaminya untuk menolong aktivitas seperti makan, minum, bantu untuk berdiri dan duduk serta membantu ke kamar mandi.
11) Ditolong dengan bantuan maksimum
Pasien tidak dibantu dengan bantuan maksimum 12) Nafsu makan
Sehat : pasien mengatakan nafsu makan seperti biasa, porsi makan habis Sakit : pasien mengatakan selama di rawat nafsu makan menurun karena efek samping dari kemoterapi dan mulut terasa kebas
13) Makan / minum
Sehat :- makan : 3 kali sehari ( nasi + lauk pauk + sayuran ), porsi makan habis
- Minum : 7-8 kali sehari ( minum air putih )
Sakit : - makan 3 kali sehari ( nasi + lauk pauk + sayuran + buah-buahan ) - Minum 5-6 kali sehari ( minum air putih )
14) Istirahat dan pola tidur
Sehat : - Siang : 2-3 jam sehari ( nyenyak ) - Malam : 7-8 jam sehari ( nyenyak )
Sakit : - Siang : 1-2 jam sehari ( nyenyak )
- Malam : 6-7 jam sehari ( yenyak )
15) Personal hygiene
Sehat : mandi 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari pagi dan sore Sakit : mandi 1 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari pagi dan sore
16) Eliminasi (BAB dan BAK)
Sehat :- BAK : 4-6 kali sehari, warna bening, bau khas - BAB : 1 kali sehari
Sakit : - BAK : 4-5 kali sehari
- BAB : 1 kali sehari
Keluhan : tidak ada
20. Pemeriksaan Fisik
k. Keadaan umum : Lemah
8) Kesadaran : Compos Mentis
9) Tekanan darah : 100/60 mmHg
10) Suhu : 38 oC
11) Nadi : 79 x/menit
12) Pernafasan : 20 x/menit
13) BB : 48 Kg
14) TB : 152 Cm
l. Kepala dan rambut
Bentuk kepala simetris, rambut berwarna warna hitam, tampak bersih, tidak ada ketombe dan rontok. Keluhan : tidak ada
m. Telinga
Simetris kiri dan kanan, Telinga tampak bersih, puncak pina sejajar kantus mata, tidak ditemukan gangguan pendengaran. Keluhan : tidak ada
n. Muka
4) Mata
Simetris kiri dan kanan, reflek cahaya positif, Konjungtiva anemis, Sklera tidak Ikterik, reflek pupil positif, isokor.
5) Hidung
Simetris kiri dan kanan, tampak bersih, Cupping hidung tidak ada, penciuman normal
6) Mulut dan gigi
mulut tampak kering, tidak ada sariawan, tidak ada sianosis, gusi didapatkan tidak ada perdarahan, lidah tidak kotor, mukosa mulut agak pucat
Keluhan : mulut dan lidah terasa kebas
o. Leher
bentuk simetris, tidak ada pembesaran kelenjer tiroid, tidak ada pembesaran vena jugularis Keluhan : tidak ada
p. Thoraks
Paru-paru
Inspeksi : bentuk simetris kiri dan kanan, pergerakan simetris kiri dan kanan
Palpasi : fremitus kiri kanan sama
Perkusi : sonor Auskultasi : suara nafas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/- Jantung Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat Palpasi : ictis cordis teraba di RIC V Perkusi : pekak Auskultasi : irama teratur Keluhan : tidak ada
q. Payudara / mamae
Inspeksi : simetris kiri dan kanan, kulit sekitar payudara tidak seperti kulit jeruk, tidak ada bekas luka, aerola mamae tampak berwarna kecoklatan, papila mamae tampak kecoklatan dan puting tidak lecet/terbenam Palpasi : tidak ada teraba benjolan pada kedua payudara Keluhan : tidak ada
r. Abdomen
Inspeksi : tidak ada distensi abdomen, tidak tampak perubahan warna kulit, perut tampak kendor Auskultasi : bising usus normal Palapasi : hepar dan limpa tidak teraba, tidak ada nyeri tekan Perkusi : thympani Keluhan : tidak ada
s. Ekstremitas
Atas : akral hangat, tidak ada bekas garukan, tidak ada edema pada kedua tangan, terdapat ruam pada kulit, CRT < 2 detik, terpasang infus sebelah kiri dengan cairan NaCl 0,9 % 20 tts/menit Bawah : akral hangat, CRT <2 detik, tidak ada edema pada kedua kaki Kekuatan otot 555 / 555 555 / 555 Keluhan : tidak ada
t. Genitalia
3) Kebersihan
tampak bersih 4) Pengeluaran pervaginam
Pasien mengatakan masih ada keluar cairan, warnanya kehitaman atau plak-plak hitam dan ganti pembalut 1x sehari.
Keluhan : tidak ada
21. Data Penunjang
b. Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal Pemeriksaan
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
26 Mei 2017
Hemoglobin 8,1 g/dL 12-16 Leukosit 11.940 /mm3 5.000-10000 Trombosit 64.000 /mm3 150.000-400.000 Hematokrit 24 % 37-43
28 Mei 2017
Hemoglobin 10,6 g/dL 12-16 Leukosit 7.120 /mm3 5.000-10000 Trombosit 59.000 /mm3 150.000-400.000 Hematokrit - % 37-43
30 Mei 2017
Hemoglobin 10,5 g/dL 12-16 Leukosit 2.990 /mm3 5.000-10000 Trombosit 78.000 /mm3 150.000-400.000 Hematokrit 31 % 37-43
1 Juni 2017
Hemoglobin 10,6 g/dL 12-16 Leukosit 4360 /mm3 5.000-10000 Trombosit 87.000 /mm3 150.000-400.000 Hematokrit 31 % 37-43
3 Juni 2017
Hemoglobin 9,6 g/dL 12-16 Leukosit 2730 /mm3 5.000-10000 Trombosit 107.000 /mm3 150.000-400.000 Hematokrit 28 % 37-43
5 Juni 2017
Hemoglobin 10,4 g/dL 12-16 Leukosit 2.040 /mm3 5.000-10000 Trombosit 73.000 /mm3 150.000-400.000 Hematokrit 30 % 37-43
22. Program Terapi Dokter
6) Obat oral
26 Mei 2017 : - Paracetamol infus 10 mg/ml
- Dexamethasone 2 ampul 5 mg/ml
30 Mei 2017
- Methylprednisolone 3 x 1 tab
7) Obat paranteral :
IVFD NaCl 0,9 % 20 tetes/menit 27 Mei 2017
- Tranfusi Packed Red Cell (PRC) 2 kolf 32 tetes/menit
- Tranfusi Thrombocyte Concentrate (TC) 10 unit 32 tetes/menit
29 Mei 2017
- Tranfusi Thrombocyte Concentrate (TC) 10 unit 32 tetes/menit
31 Mei 2017
- Tranfusi Thrombocyte Concentrate (TC) 10 unit 32 tetes/menit
2 Juni 2017
- Tranfusi Thrombocyte Co (TC) 1 unit 32 tetes/menit
3 Juni 2017
- Tranfusi Packed Red Cell (PRC) 1 kolf 32 tetes/menit
4 Juni 2017
- Tranfusi Packed Red Cell (PRC) 1 kolf 32 tetes/menit
6 Juni 2017
- Tranfusi Thrombocyte Concentrate (TC) 10 unit 32 tetes/menit
- Injeksi leucogen 300 mcg
Padang, 26 Mei 2017
( Dita Novelia )
NIM :143110212
ANALISIS DATA
Nama Pasien : Ny. S
No. MR : 963999
NO Data Penyebab Masalah 1 DS :
3. Pasien mengatakan badannya terasa menggigil
4. Pasien mengatakan badannya terasa panas
5. Pasien mengatakan seluruh tubuhnya memerah
DO :
5. Pasien tampak gelisah 6. Badan pasien teraba
hangat 7. Wajah pasien tampak
memerah 8. S : 38 oC
peningkatan laju metabolisme
Hipertermi
2 DS : 5. Pasien mengatakan tidak
nafsu makan 6. Pasien mengatakan mual
muntah 7. Pasien mengatakan
mulut terasa kebas 8. Pasien mengatakan
hanya mengabiskan ¼ porsi dari diit yang di berikan rumah sakit
DO : 4. Pasien tampak mual
muntah 5. Pasien tampak lemah 6. Pasien hanya
menghabiskan ¼ porsi dari diit yang diberikan rumah sakit
kurang asupan makanan
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3 DS : 5. Pasien mengatakan
badannya terasa lemah 6. Pasien mengatakan
badannya terasa letih 7. Pasien mengatakan tidak
nafsu makan 8. Pasien mengatakan
aktivitas di bantu oleh keluarganya
DO : 8. Aktifitas pasien di bantu
oleh keluarga 9. Pasien tampak lemah 10. Pasien tampak pucat 11. Konjungtiva anemis 12. Hb : 8,1 g/dl 13. Leukosit : 11.940/mm3 14. Trombosit:64.000/mm3 15. Ht : 24 %
agens farmaseutikal
Hambatan mobilitas fisik
4 DS: 2. Pasien mengatakan
banyak biru-biru pada kulitnya
DO: 9. Pasien tampak lemah 10. Pasien tampak pucat 11. Terdapat ruam pada kulit 12. Konjungtiva anemis
Koagulopati inheren (trombositopenia)
Risiko pendarahan
13. Hb : 8,1 g/dl 14. Leukosit : 11.940/mm3 15. Trombosit:64.000/mm3 16. Ht : 24 %
DAFTAR DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny. S
No. MR : 963999
No Diagnosis Keperawatan Tanggal
Muncul
Tanggal
Teratasi
Tanda
Tangan
1 Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme
26 Mei
2017
27 Mei
2017
2 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan
26 Mei
2017
31 Mei
2017
3 Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan agens farmaseutikal
26 Mei
2017
31 Mei
2017
4 Risiko pendarahan berhubungan dengan Koagulopati inheren (trombositopenia)
26 Mei
2017
31 Mei
2017
Poltekkes Kemenkes Padang
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny. S
No. MR : 963999
No Diagnosis Keperawatan Rnacana Keperawatan
NOC NIC 1 Hipertermi berhubungan
dengan peningkatan laju metabolisme
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pasien mampu mempertahankan suhu tubuh dalam keadaan normal dengan kriteria hasil:
g. Termoregulasi 9) Tingkat pernafasan tidak terganggu 10) Melaporkan kenyamanan setelah suhu
tubuh turun 11) Tidak terjadi perubahan warna kulit 12) Tidak ada dehidrasi
h. Status kenyamanan fisik
9) Suhu tubuh normal 10) Tidak terganggu intake makanan 11) Tidak terganggu intake cairan 12) Tingkat energi tidak terganggu
i. Keparahan infeksi
9) Tidak ada kulit kemerahan
Perawatan Demam 13) Pantau suhu dan tanda-tanda vital
lainnya 14) Monitor warna kulit dan suhu 15) Monitor asupan dan keluaran, sadari
perubahan kehilangan cairan yang tak dirasakan
16) Berikan obat atau cairan IV (misalnya: antipiretik, agen antibakteri dan agen anti menggigil)
17) Dorong komsumsi cairan 18) Tingkatkan sirkulasi udara Manajemen cairan 19) Jaga intake dan output pasien 20) Monitor status hidrasi (misalnya :
membran mukosa lemban, denyut nadi adekuat dan tekanan darah ortostatistik)
Poltekkes Kemenkes Padang
10) Tidak terjadi demam 11) Tidak ada terjadi kehilangan nafsu
makan 12) Tidak ada peningkatan jumlah sel darah
putih f. Respon pengobatan
10) Pasien mengetahui efek sampingnya 11) Tidak ada reaksi alergi 12) Tidak ada efek prilaku dari pengobatan
21) Monitor hasil laboratorium yang relevan dengan retensi cairan (misalnya : peningkatan BUN, penurunan hematokrit dan peningkatan osmolalitas urine)
22) Monitor tanda-tanda vital 23) Monitor makanan/cairan yang
dikomsumsi dan hitung asupan kalori harian 24) Berikan cairan IV 25) Atur ketersedian produk darah untuk
transfusi, jika perlu. 26) Persiapan pemberian produk darah
(misalnya: cek darah dan mempersiapkan pemasangan infus)
27) Berikan produk-produk darah (misalnya, trombosit dan plasma yang baru)
Manajemen Obat 15) Tentukan obat yang diperlukan dan
kelola menurut resep dan / atau protokol 16) Monitor efektifitas cara pemberian obat
yang sesuai 17) Monitor pasien mengenai efek
terapeutik obat 18) Monitor tanda dan gejala toksisitas obat 19) Monitor level serum darah ( misalnya:
elektrolit, protrombin, obat-obatan) yang sesuai
20) Monitor interaksi obat yang non
Poltekkes Kemenkes Padang
terpeutik 21) Monitor respon terhadap perubahan
pengobatan dengan cara yang tepat Pengaturan Suhu 9) Monitor suhu paling tidak setiap 2 jam,
sesuai kebutuhan 10) Monitor tekanan darah, nadi dan
respirasi, sesuai kebutuhan 11) Monitor suhu dan warna kulit 12) Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
adekuat 2 Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, nafsu makan pasien baik dengan kriteria hasil :
e. Status nutrisi : asupan makanan dan cairan 11) Asupan makanan secara oral adekuat 12) Asupan cairan secara oral adekuat 13) Asupan cairan IV adekuat 14) Asupan nutrisi parenteral adekuat 15) Tidak ada mual dan muntah
f. Nafsu makan
7) Peningkatan keinginan untuk makan 8) Peningkatan rangsangan untuk makan 9) Intake makanan adekuat
Manajemen Gangguan Makan 25) Kolaborasi dengan tim kesehatan lain
untuk mengembangkan rencana perawatan dengan melibatkan pasien dan orang-orang terdekatnya dengan tepat
26) Kolaborasi dengan tim dan pasien untuk mengatur target pencapaian berat badan jika berat badan pasien tidak berada dalam rentang normal
27) Kolaborasi dengan ahli gizi dalam menentukan asupan kalori harian yang diperlukan
28) Dorong pasien untuk mendiskusikan makanan yang disukai bersama ahli gizi
29) Timbang berat badan pasien 30) Monitor intake/asupan dan asupan
cairan secara tepat
Poltekkes Kemenkes Padang
31) Monitor asupan kalori makanan harian 32) Batasi makanan sesuai dengan jadwal 33) Observasi pasien selama dan setelah
pemberian makan/makanan ringan untuk meyakinkan bahwa asupan makanan yang cukup tercapai dan dipertahankan
34) Beri dulungan misalnya terapi relaksasi 35) Batasi aktivitas fisik sesuai kebutuhan
untuk meningkatkan berat badan 36) Monitor berat badan pasien sesuai
secara rutin Manajemen Nutrisi 13) Tentukan status gizi pasien 14) Identifikasi alergi dan intoleransi
terhadap makanan 15) Atur diit yang diperlukan (rendah
protein, tinggi karbohidrat, rendah natrium) 16) Beri obat-obatan sebelum makan seperti
antiemeik 17) Anjurkan diit pasien sesuai kebutuhan 18) Monitor kalori dan asupan nutrisi Monitor Nutrisi 17) Timbang berat badan pasien 18) Identifikasi adanya penurunan berat
badan 19) Monitor turgor kulit
Poltekkes Kemenkes Padang
20) Monitor adanya mual muntah 21) Identifikasi perubahan nafsu makan 22) Monitor pucat pada konjungtiva 23) Lakukan kemampuan menelan 24) Tentukan faktor yang mempengaruhi
nutrisi 3 Hambatan mobilitas fisik
berhubungan dengan agens farmaseutikal
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, Pasien mampu mempertahankan keseimbangan secara mandiri dengan kriteria hasil :
7) Keseimbangan gerakan 8) Mempertahankan keseimbangan ketika
berdiri 9) Mempertahankan keseimbangan ketika
berjalan
Manajemen Energi 23) Kaji status fisiologis pasien yang
menyebabkan kekelahan sesuai dengan konteks usia dan perkembangan
24) Anjurkan pasien untuk mengungkapkan perasaan secara verbal mengenai keterbatasan yang dialami
25) Tentukan persepsi pasien atau orang terdekat dengan pasien mengenai penyebab kelelahan
26) Perbaiki defisit status pisiologis (misalnya, kemoterapi yang menyebabkan anemia) sebagai prioritas pertama
27) Monitor intake/asupan nutrisi untuk mengetahui sumber energi yang adekuat
28) Monitor waktu dan lama istirahat pasien 29) Kurangi ketidaknyamanan fisik yang
dialami pasien yang bisa mempengaruhi fungsi kognitif, pemanatauan diri dan pengaturan aktivitas pasien
30) Bantu pasien untuk mengidentifikasi kegiatan rumah yang bisa dilakukan oles
Poltekkes Kemenkes Padang
keluarga dan teman dirumah untuk mencegah/mengatasi kelelahan
31) Instrusikan pasien atau keluarga mengenali tanda dan gejala kelelahan yang memerlukan pengurangan aktivitas
32) Instruksikan pasien atau keluarga mengenai stres dan koping intervensi untuk mengurangi kelelahan
33) Ajarkan pasien atau keluarga untuk menghubungi tenaga kesehatan jika tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang
Manajemen Lingkungan 9) Ciptakan lingkungan yang aman bagi pasien 10) Identifikasi kebutuhan keselamatan
pasien berdasarkan fungsi fisik dan kognitif serta riwayat perilaku di masa lalu
11) Singkirkan benda-benda berbahayadari lingkungan
12) Batasi pengunjung Peningkatan Mekanika Tubuh 7) Bantu untuk mendemonstrasikan posisi
tidur yang tepat 8) Bantu untuk menghindari duduk dalam
jangka waktu yang lama 9) Instruksikan pasien untuk menggerakkan
kaki terlebih dahulu kemudian badan ketika
Poltekkes Kemenkes Padang
memulai berjalan dari posisi berdiri
4 Risiko pendarahan berhubungan dengan Koagulopati inheren (trombositopenia)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pasien mampu beradaptasi terhadap respon pengobatan dengan kriteria hasil: a. Koagulasi darah
4. Haemoglobin normal 5. Hematokrit normal 6. Tidak ada memar
g. Pengetahuan: kanker
5. Mengetahui efek samping obat 6. Mengetahui efek fisik dari pengobatan
kanker 7. Mengetahui efek samping terhadap
seksualitas 8. Mengetahui masalah perawatan diri
selama pemulihan
h. Respon pengobatan 4) Pasien mengetahui efek sampingnya 5) Tidak ada reaksi alergi
Tidak ada efek prilaku dari pengobatan
Pencegahan Pendarahan 9) Monitor dengan ketat risiko terjadinya
pendarahan pada pasien 10) Catat nilai haemoglobin dan hematokrit
sebelum dan sesudah pasien kehilangan darah sesuai indikasi
11) Monitor tanda dan gejala pendaran menetap
12) Monitor komponen koagulasi darah (termasuk protrombin time (PT), partial thromboplastin time (PTT), fibrinogen, degradasi fibrin/split product dan trombosit, hitung dengan cara yang cepat
13) Monitor tanda-tanda vital ortostatik, termasuk tekanan darah
14) Beri produk-produk penggantian darah (misalnya: trombosit dan plasma beku segar (FFP)) dengan cara yang tepat
15) Intruksikan pasien untuk menghindari konsumsi aspirin atau obat-obat antikoagulan
Poltekkes Kemenkes Padang
16) Instruksikan pasien untuk meningkatkan makanan yang mengandung vitamin K
Manajemen kemoterapi 8. Memonitor efek samping dan efek toksik
dari pengobatan 9. Berikan informasi kepada pasien dan
keluarga tentang efek obat-obatan kemoterapi pada sel kanker/ganas
10. Intruksikan pada pasien dan keluarga agar melaporkan gejala demam, menggigil, pendarahan hidung, memar yang sangat beasr dan BAB berdarah
11. Telusuri pengalaman pasien sebelumnya sehubungan dengan mual muntah terkait kemoterapi
12. Berikan obat-obatan untuk mengontrol efek kemoterapi, jika dibutuhkan (misanya : obat antiematik untuk mual dan muantah)
13. Ajarkan pasien teknik relaksasi dan imagery yang dapat digunakan sebelum,selama dan sesudah terapi dengan cara yang tepat
14. Monitur status nutrisi dan berat badan Manajemen Obat 8) Tentukan obat yang diperlukan dan kelola
Poltekkes Kemenkes Padang
menurut resep dan / atau protokol 9) Monitor efektifitas cara pemberian obat
yang sesuai 10) Monitor pasien mengenai efek
terapeutik obat 11) Monitor tanda dan gejala toksisitas obat 12) Monitor level serum darah ( misalnya:
elektrolit, protrombin, obat-obatan) yang sesuai
13) Monitor interaksi obat yang non terpeutik
14) Monitor respon terhadap perubahan pengobatan dengan cara yang tepat
Poltekkes Kemenkes Padang
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny. S
No. MR : 96399
Hari / tanggal / jam
Diagnosis Keperawatan Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan Tanda Tangan
Jum’at / 26 Mei 2017 / jam 14.20 WIB
Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme
14. Monitor suhu paling tidak setiap 2 jam, sesuai kebutuhan
15. Monitor warna kulit dan suhu 16. Berikan obat atau cairan IV
(misalnya: antipiretik, agen antibakteri dan agen anti menggigil)
17. Tingkatkan sirkulasi udara 18. Jaga intake dan output pasien 19. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
adekuat 20. Monitor status hidrasi (misalnya :
membran mukosa lemban, denyut nadi adekuat dan tekanan darah ortostatistik)
21. Monitor hasil laboratorium yang relevan dengan retensi cairan (misalnya : peningkatan BUN, penurunan hematokrit dan peningkatan osmolalitas
Jam 16.40 WIB S: - Pasien mengatakan badannya
terasa panas - Pasien mengatakan badanya terasa
mengigil O :
- Pasien tampak gelisah - Badan pasien teraba hangat - Wajah pasien tampak memerah - S : 43 oC - Pasien terpasang IVFD Nacl 0.9 %
20 tetes/menit - Pasien diberikan terapi paracetamol
infus / IV 10 mg/ml
Poltekkes Kemenkes Padang
urine) 22. Monitor tanda-tanda vital 23. Atur ketersedian produk darah untuk
transfusi, jika perlu. 24. Persiapan pemberian produk darah
(misalnya: cek darah dan mempersiapkan pemasangan infus)
25. Berikan produk-produk darah (misalnya, trombosit dan plasma yang baru)
26. Monitor respon terhadap perubahan pengobatan dengan cara yang tepat
A : Kanker serviks post kemoterapi dan hipertermi P: Intervensi dilanjutkan
- Monitor suhu paling tidak setiap 2 jam, sesuai kebutuhan
- Monitor warna kulit dan suhu - Berikan obat atau cairan IV
(misalnya: antipiretik, agen antibakteri dan agen anti menggigil)
- Tingkatkan sirkulasi udara - Jaga intake dan output pasien - Tingkatkan intake cairan dan
nutrisi adekuat - Monitor hasil laboratorium - Monitor tanda-tanda vital - Memberikan transfusi PRC 1 kolf
jika suhu tubuh sudah turun Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan
7. Mengkaji apakah ada alergi makanan 8. Mengkaji kemampuan pasien dalam
asupan nutrisi 9. Menganjurkan pasien meningkatkan
makanan yang mengandung protein dan vit C
10. Menimbang berat badan. 11. Memberikan informasi kepada pasien
dan keluarga tentang kebutuhan nutrisi yang mencakup berapa banyak jumlah
Jam 16.40 WIB S: - Pasien mengatakan kurang nafsu
makan - Pasien mengatakan mual muntah - Pasien mengatakan tidak ada
alergi makanan
O - Pasien tampak tidak
Poltekkes Kemenkes Padang
protein, vitamin, dan karbohidrat. 12. Memonitor untuk mual dan muntah
menghabiskan makanannya - Pasien tampak tidak nafsu makan,
makanan yang habis hanya ¼ dari yang disajikan
- Pasien tampak lemah - Pasien terpasang Nacl 0,9 % 20
tetes/menit
A:Kanker serviks Post kemoterapi dan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
P: Intervensi dilanjutkan - Monitor kalori dan intake nutrisi - Monitor adanya penurunan berat
badan - Monitor mual dan muntah
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan agens farmaseutikal
12. Kaji status fisiologis pasien yang menyebabkan kekelahan sesuai dengan konteks usia dan perkembangan
13. Anjurkan pasien untuk mengungkapkan perasaan secara verbal mengenai keterbatasan yang dialami
14. Perbaiki defisit status pisiologis (misalnya, kemoterapi yang menyebabkan anemia) sebagai prioritas pertama
15. Monitor intake/asupan nutrisi untuk
Jam 16.40 WIB S: - Pasien mengatakan badan masih
terasa lemah - Pasien mengatakan kurang nafsu
makan - Pasien mengatakan aktivitas masih
dibantu keluarga
O: - Pasien tampak lemah
Poltekkes Kemenkes Padang
mengetahui sumber energi yang adekuat 16. Monitor waktu dan lama istirahat
Pasien 17. Bantu pasien untuk mengidentifikasi
kegiatan rumah yang bisa dilakukan oleh keluarga dan teman dirumah untuk mencegah/mengatasi kelelahan
18. Instruksikan pasien atau keluarga mengenai stres dan koping intervensi untuk mengurangi kelelahan
19. Batasi pengunjung 20. Instruksikan pasien untuk
menggerakkan kaki terlebih dahulu kemudian badan ketika memulai berjalan dari posisi berdiri
21. Monitor kadar Hb, leukosit dan trombosit
22. Memberikan transfusi PRC I kolf
- Makanan pasien bersisa ¼ porsi - Pasien terpasang Nacl 0,9 % 20
tetes/menit - TD 100/60 mmHg - HR 88 x/menit - RR 21 x/menit - S : 43 oC - Hb: 8,1 g/dl - Leukosit : 11.940 /mm3 - Trombosit : 64.000/ mm3 - Ht : 24 %
A: Kanker Serviks post kemoterapi dan hambatan mobilitas fisik
P: Intervensi dilanjutkan - Monitor tanda-tanda vital pasien - Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaanya - Observasi nutrisi sebagai sumber
energy - Membantu pasien untuk
mengidentifikan aktivitas yang mampu dilakukan
- Anjurkan pasien menghindari aktivitas selama periode istirahat
- Anjurkan keluarga untuk membantu aktivitas pasien
Poltekkes Kemenkes Padang
- Monitor kadar Hb, Leukosit dan Trombosit
- Memberikan transfusi PRC I kolf jika suhu tubuh sudah turun
Risiko pendarahan berhubungan dengan Koagulopati inheren (trombositopenia)
1. Monitor dengan ketat risiko terjadinya pendarahan pada pasien
2. Catat nilai haemoglobin dan hematokrit sebelum dan sesudah pasien kehilangan darah sesuai indikasi
3. Monitor tanda dan gejala pendarahan menetap
4. Monitor komponen koagulasi darah (termasuk protrombin time (PT), partial thromboplastin time (PTT), fibrinogen, degradasi fibrin/split product dan trombosit, hitung dengan cara yang cepat
5. Monitor tanda-tanda vital ortostatik, termasuk tekanan darah
6. Beri produk-produk penggantian darah (misalnya: trombosit dan plasma beku segar (FFP)) dengan cara yang tepat
7. Intruksikan pasien untuk menghindari konsumsi aspirin atau obat-obat antikoagulan
8. Instruksikan pasien untuk meningkatkan makanan yang mengandung vitamin K
9. Memonitor efek samping dan efek
Jam 16.40 WIB S:
- Pasien mengatakan banyak biru-biru pada kulitnya
O: - Pasien tampak lemah - Pasien tampak pucat - Konjungtiva anemis - Hb : 8,1 g/dl - Leukosit : 11.940/mm3 - Trombosit:64.000/mm3 - Ht : 24 %
A: Kanker serviks post kemoterapi dan risiko pendarahan P: intervensi dilanjutkan
- Monitor tanda-tanda vital - Monitor hasil laboratorium (
Haemoglobin,leukosit, trombosit dan hematokrit)
- Beri produk-produk penggantian darah (misalnya: trombosit dan plasma beku segar (FFP)) dengan
Poltekkes Kemenkes Padang
toksik dari pengobatan 10. Berikan informasi kepada pasien dan
keluarga tentang efek obat-obatan kemoterapi pada sel kanker/ganas
11. Intruksikan pada pasien dan keluarga agar melaporkan gejala demam, menggigil, pendarahan hidung, memar yang sangat beasr dan BAB berdarah
12. Telusuri pengalaman pasien sebelumnya sehubungan dengan mual muntah terkait kemoterapi
13. Berikan obat-obatan untuk mengontrol efek kemoterapi, jika dibutuhkan (misanya : obat antiematik untuk mual dan muntah)
14. Ajarkan pasien teknik relaksasi dan imagery yang dapat digunakan sebelum,selama dan sesudah terapi dengan cara yang tepat
15. Monitur status nutrisi dan berat badan 16. Monitor efektifitas cara pemberian obat
yang sesuai 17. Monitor pasien mengenai efek
terapeutik obat 18. Monitor respon terhadap perubahan
pengobatan dengan cara yang tepat
cara yang tepat - Menganjurkan pasien untuk
meningkatkan mengkomsumsi makanan yang mengandung vitamin K
- Intruksikan pada pasien dan keluarga agar melaporkan gejala demam, menggigil, pendarahan hidung, memar yang sangat beasr dan BAB berdarah
- Berikan obat-obatan untuk mengontrol efek kemoterapi, jika dibutuhkan (misanya : obat antiematik untuk mual dan muntah)
Sabtu / 27 Mei
Hipertermi berhubungan dengan
10. Monitor suhu paling tidak setiap 2 jam, sesuai kebutuhan
Jam 16.30 WIB
Poltekkes Kemenkes Padang
2017 / jam 12.30 WIB
peningkatan laju metabolisme
11. Monitor warna kulit dan suhu 12. Berikan obat atau cairan IV
(misalnya: antipiretik, agen antibakteri dan agen anti menggigil)
13. Tingkatkan sirkulasi udara 14. Jaga intake dan output pasien 15. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
adekuat 16. Monitor hasil laboratorium yang
relevan dengan retensi cairan (misalnya : peningkatan BUN, penurunan hematokrit dan peningkatan osmolalitas urine)
17. Monitor tanda-tanda vital 18. Monitor respon terhadap perubahan
pengobatan dengan cara yang tepat
S: - Pasien mengatakan badannya tidak
terasa panas - Pasien mengatakan sudah selesai
transfusi darah satu kantong dan sekarang terpasang yang kedua
O :
- Pasien tampak tenang - Wajah pasien tampak tidak
memerah - S : 36,3 oC - Pasien terpasang transfusi PRC
kolf kedua
A : Kanker serviks post kemoterapi dan masalah hipertermi teratasi P: Intervensi dihentikan (pasien sudah tidak demam)
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan
1. Memonitor intake nutrisi pasien 2. Memonitor mual dan muntah 3. Menganjurkan pasien meningkatkan
makanan yang mengandung Fe, protein dan vit C dirumah
4. Memberikan informasi kembali kepada pasien dan keluarga tentang kebutuhan nutrisi yang mencakup berapa banyak
Jam 16.30 WIB S:
- Pasien mengatakan masih kurang nafsu makan
- pasien masih mengeluh mual O:
- Pasien tidak menghabiskan
Poltekkes Kemenkes Padang
jumlah protein, vitamin, dan karbohidrat.
5. Menganjurkan memakan makanan ringan (misal : Sering minum jus segar) yang sesuai
6. Menganjurkan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
makanannya, makanan yang habis hanya ¼ dari yang disajikan
- Pasien tampak lemas - Pasien terpasang transfusi PRC
kolf kedua A: Kanker servik post kemoterapi dan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
P: Intervensi dilanjutkan - Monitor intake nutrisi - Monitor adanya penurunan berat
badan - Monitor mual dan muntah
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan agens farmaseutikal
11. Anjurkan pasien untuk mengungkapkan perasaan secara verbal mengenai keterbatasan yang dialami
12. Monitor intake/asupan nutrisi untuk mengetahui sumber energi yang adekuat
13. Monitor waktu dan lama istirahat pasien
14. Membantu pasien untuk mengidentifikan aktivitas yang mampu dilakukan
15. Anjurkan pasien menghindari akvitas selama periode istirahat
16. Anjurkan keluarga untuk membantu
Jam 16.30 WIB S: - Pasien mengatakan badan masih
sedikit lemah - Pasien mengatakan aktivitas masih
dibantu keluarga - Pasien mengatakan sudah siap
transfusi darah satu kantong
O: - Pasien tampak masih lemah - Makanan hanya dihabiskan ¼ porsi
Poltekkes Kemenkes Padang
aktivitas pasien 17. Monitor tanda-tanda vital pasien 18. Batasi pengunjung 19. Monitor kadar Hb, leukosit dan
trombosit 20. Beri produk-produk penggantian
darah (misalnya: trombosit dan plasma beku segar (FFP)) dengan cara yang tepat
saja - Konjungtiva anemis - TD 100/60 mmHg - HR 75 x/menit - RR 21 x/menit - Hb : 8,1 g/dl - Leukosit : 11.940/mm3 - Trombosit:64.000/mm3 - Ht : 24 % - Pasien terpasang transfusi PRC kolf
kedua A: Kanker serviks post kemoterapi dan
hambatan mobititas fisik P: Intervensi dilanjutkan - Monitor tanda-tanda vital pasien - Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaanya - Observasi nutrisi sebagai sumber
energy - Membantu pasien untuk
mengidentifikan aktivitas yang mampu dilakukan
- Anjurkan pasien menghindari aktivitas selama periode istirahat
- Anjurkan keluarga untuk membantu aktivitas pasien
Poltekkes Kemenkes Padang
- Monitor kadar Hb, Leukosit dan Trombosit
- Beri produk-produk penggantian darah (misalnya: trombosit dan plasma beku segar (FFP)) dengan cara yang tepat
Risiko pendarahan berhubungan dengan Koagulopati inheren (trombositopenia)
1. Catat nilai haemoglobin dan hematokrit sebelum dan sesudah pasien kehilangan darah sesuai indikasi
2. Monitor tanda dan gejala pendarahan menetap
3. Monitor komponen koagulasi darah (termasuk protrombin time (PT), partial thromboplastin time (PTT), fibrinogen, degradasi fibrin/split product dan trombosit, hitung dengan cara yang cepat
4. Monitor tanda-tanda vital ortostatik, termasuk tekanan darah
5. Beri produk-produk penggantian darah (misalnya: trombosit dan plasma beku segar (FFP)) dengan cara yang tepat
6. Instruksikan pasien untuk meningkatkan makanan yang mengandung vitamin K
7. Intruksikan pada pasien dan keluarga agar melaporkan gejala demam, menggigil, pendarahan hidung, memar yang sangat beasr dan BAB berdarah
Jam 16.30 WIB S:
- Pasien mengatakan biru-biru pada kulitnya belum hilang
O: - Pasien tampak lemah - Pasien tampak pucat - Terdapar ruam pada kulit pasien - Konjungtiva anemis - Hb : 8,1 g/dl - Leukosit : 11.940/mm3 - Trombosit:64.000/mm3 - Ht : 24 %
- Pasien terpasang transfusi PRC kolf kedua
A: Kanker serviks post kemoterapi dan risiko pendarahan P: intervensi dilanjutkan
- Monitor tanda-tanda vital - Monitor hasil laboratorium (
Poltekkes Kemenkes Padang
8. Monitur status nutrisi dan berat badan Haemoglobin,leukosit, trombosit dan hematokrit)
- Beri produk-produk penggantian darah (misalnya: trombosit dan plasma beku segar (FFP)) dengan cara yang tepat
- Menganjurkan pasien untuk meningkatkan mengkomsumsi makanan yang mengandung vitamin K
- Intruksikan pada pasien dan keluarga agar melaporkan gejala demam, menggigil, pendarahan hidung, memar yang sangat beasr dan BAB berdarah
Minggu / 28 Mei 2017 / jam 08.30 WIB
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan
1. Memonitor intake nutrisi pasien 2. Memonitor mual dan muntah 3. Menganjurkan pasien meningkatkan
makanan yang mengandung protein dan vit C dirumah
4. Memberikan informasi kembali kepada pasien dan keluarga tentang kebutuhan nutrisi yang mencakup berapa banyak jumlah protein, vitamin, dan karbohidrat.
5. Menganjurkan memakan makanan ringan (misal : Sering minum jus segar) yang sesuai
Jam 12.00 WIB S: - Pasien mengatakan masih kurang
nafsu makan - Apabila makan masih mengeluh
mual dan muntah - Pasien mengatakan sudah siap
melakukan tranfusi trombosit 10 kantong
O: - Pasien tampak tidak
menghabiskan makanannya
Poltekkes Kemenkes Padang
6. Menganjurkan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
- Pasien tampak sudah ada nafsu makan, makanan yang habis hanya ¼ dari yang disajikan
- Pasien tampak lemah - Pasien terpasang IVFD Nacl 0,9 %
20 tetes/menit
A:Kanker serviks Post kemoterapi dan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
P: Intervensi dilanjutkan - Monitor kalori dan intake nutrisi - Monitor adanya penurunan berat
badan - Monitor mual dan muntah
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan agens farmaseutikal
11. Anjurkan pasien untuk mengungkapkan perasaan secara verbal mengenai keterbatasan yang dialami
12. Monitor intake/asupan nutrisi untuk mengetahui sumber energi yang adekuat
13. Monitor waktu dan lama istirahat pasien
14. Membantu pasien untuk mengidentifikan aktivitas yang mampu dilakukan
15. Anjurkan pasien menghindari aktivitas selama periode istirahat
Jam 12.00 WIB S: - Pasien mengatakan badan masih
sedikit lemah - Pasien mengatakan aktivitas masih
dibantu keluarga - Pasien mengatakan sudah siap
transfusi trombosit 10 kantong
O: - Pasien tampak masih lemah
Poltekkes Kemenkes Padang
16. Anjurkan keluarga untuk membantu aktivitas pasien
17. Monitor tanda-tanda vital pasien 18. Batasi pengunjung 19. Monitor kadar Hb, leukosit dan
trombosit 20. Beri produk-produk penggantian
darah (misalnya: trombosit dan plasma beku segar (FFP)) dengan cara yang tepat
- Makanan hanya dihabiskan ¼ porsi saja
- TD 100/60 mmHg - HR 77 x/menit - RR 20 x/menit - S : 36,6 oC - Hb: 9.0 g/dl - Leukosit : 3.280 /mm3 - Trombosit : 442.000/ mm3 - Ht : 28 % - Pasien terpasang IVFD Nacl 0.9 %
20 tetes/menit
A: Kanker serviks post kemoterapi dan hambatan mobititas fisik
P: Intervensi dilanjutkan - Monitor tanda-tanda vital pasien - Anjurkan pasien menghindari
aktivitas selama periode istirahat - Anjurkan keluarga untuk membantu
aktivitas pasien - Monitor kadar Hb, Leukosit dan
Trombosit - Beri produk-produk penggantian
darah (misalnya: trombosit dan plasma beku segar (FFP)) dengan cara yang tepat
Poltekkes Kemenkes Padang
Risiko pendarahan berhubungan dengan Koagulopati inheren (trombositopenia)
1. Catat nilai haemoglobin dan hematokrit sebelum dan sesudah pasien kehilangan darah sesuai indikasi
2. Monitor tanda dan gejala pendarahan menetap
3. Monitor komponen koagulasi darah (termasuk protrombin time (PT), partial thromboplastin time (PTT), fibrinogen, degradasi fibrin/split product dan trombosit, hitung dengan cara yang cepat
4. Monitor tanda-tanda vital ortostatik, termasuk tekanan darah
5. Beri produk-produk penggantian darah (misalnya: trombosit dan plasma beku segar (FFP)) dengan cara yang tepat
6. Instruksikan pasien untuk meningkatkan makanan yang mengandung vitamin K
7. Intruksikan pada pasien dan keluarga agar melaporkan gejala demam, menggigil, pendarahan hidung, memar yang sangat beasr dan BAB berdarah
8. Monitur status nutrisi dan berat badan
Jam 12.00 WIB S:
- Pasien mengatakan biru-biru pada kulitnya belum hilang
- Pasien mengatakan sudah siap transfusi trombosit 10 kantong
O: - Pasien tampak lemah - Pasien tampak pucat - Terdapat ruam pada kulit pasien - Konjungtiva anemis - Hb : 8,1 g/dl - Leukosit : 11.940/mm3 - Trombosit:64.000/mm3 - Ht : 24 %
A: Kanker serviks post kemoterapi dan risiko pendarahan P: intervensi dilanjutkan
- Monitor tanda-tanda vital - Monitor hasil laboratorium (
Haemoglobin,leukosit, trombosit dan hematokrit)
- Beri produk-produk penggantian darah (misalnya: trombosit dan plasma beku segar (FFP)) dengan cara yang tepat
Poltekkes Kemenkes Padang
- Menganjurkan pasien untuk meningkatkan mengkomsumsi makanan yang mengandung vitamin K
- Intruksikan pada pasien dan keluarga agar melaporkan gejala demam, menggigil, pendarahan hidung, memar yang sangat besar dan BAB berdarah
Senin / 29 Mei 2017 / jam 08.00 WIB
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan
7. Memonitor intake nutrisi pasien 8. Memonitor mual dan muntah 9. Menganjurkan pasien meningkatkan
makanan yang mengandung protein dan vit C dirumah
10. Memberikan informasi kembali kepada pasien dan keluarga tentang kebutuhan nutrisi yang mencakup berapa banyak jumlah protein, vitamin, dan karbohidrat.
11. Menganjurkan memakan makanan ringan (misal : Sering minum jus segar) yang sesuai
12. Menganjurkan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
Jam 12.30 WIB S:
- Pasien mengatakan mulai ada nafsu makan
- Apabila makan pasien masih mual sedikit
- O:
- Pasien makanan yang habis hanya ¼ dari yang disajikan
- Mual pasien tampak berkurang
A: Kanker serviks dan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
P: Intervensi dilanjutkan
- Monitor intake nutrisi
Poltekkes Kemenkes Padang
- Monitor mual dan muntah - Menganjurkan makanan tinggi
serat untuk mencegah konstipasi - Menganjurkan pasien
meningkatkan makanan yang mengandung Fe, protein dan vit C dirumah
- Memberikan informasi kembali kepada pasien dan keluarga tentang kebutuhan nutrisi yang mencakup berapa banyak jumlah protein, vitamin, dan karbohidrat.
- Menganjurkan memakan makanan ringan (misal : Sering minum jus segar) yang sesuai
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan agens farmaseutikal
8. Monitor intake/asupan nutrisi untuk mengetahui sumber energi yang adekuat
9. Monitor waktu dan lama istirahat pasien 10. Anjurkan pasien menghindari aktivitas
selama periode istirahat 11. Anjurkan keluarga untuk membantu
aktivitas pasien 12. Monitor tanda-tanda vital pasien 13. Batasi pengunjung 14. Monitor kadar Hb, leukosit dan
trombosit
Jam 12.30 WIB S: - Pasien mengatakan badan masih
sedikit lemah - Pasien mengatakan aktivitas masih
dibantu keluarga O: - Pasien tampak masih lemah - Makanan hanya dihabiskan ¼ porsi
saja - TD 110/80 mmHg - HR 80 x/menit
Poltekkes Kemenkes Padang
- RR 20 x/menit - S : 36 oC - Hb: 10,6 g/dl - Leukosit : 7.120 /mm3 - Trombosit : 59.000/ mm3 - Pasien terpasang IVFD Nacl 0.9 %
20 tetes/menit
A: Kanker serviks post kemoterapi dan hambatan mobititas fisik
P: Intervensi dilanjutkan - Monitor tanda-tanda vital pasien - Anjurkan pasien menghindari
aktivitas selama periode istirahat - Anjurkan keluarga untuk membantu
aktivitas pasien - Monitor kadar Hb, Leukosit dan
Trombosit Risiko pendarahan berhubungan dengan Koagulopati inheren (trombositopenia)
1. Catat nilai haemoglobin dan hematokrit sebelum dan sesudah pasien kehilangan darah sesuai indikasi
2. Monitor tanda dan gejala pendarahan menetap
3. Monitor komponen koagulasi darah (termasuk protrombin time (PT), partial thromboplastin time (PTT),
Jam 12.30 WIB S:
- Pasien mengatakan biru-biru pada kulitnya belum hilang
- Pasien mengatakan sedang mencari pendonor untuk transfusi trombosit 10 kantong
O: - Pasien tampak lemah
Poltekkes Kemenkes Padang
fibrinogen, degradasi fibrin/split product dan trombosit, hitung dengan cara yang cepat
4. Monitor tanda-tanda vital ortostatik, termasuk tekanan darah
5. Beri produk-produk penggantian darah (misalnya: trombosit dan plasma beku segar (FFP)) dengan cara yang tepat
6. Instruksikan pasien untuk meningkatkan makanan yang mengandung vitamin K
7. Intruksikan pada pasien dan keluarga agar melaporkan gejala demam, menggigil, pendarahan hidung, memar yang sangat beasr dan BAB berdarah
8. Monitur status nutrisi dan berat badan
- Pasien tampak pucat - Terdapat ruam pada kulit pasien - Hb : 10.5 g/dl - Leukosit : 7.120/mm3 - Trombosit: 59.000/mm3
A: Kanker serviks post kemoterapi dan risiko pendarahan P: intervensi dilanjutkan
- Monitor tanda-tanda vital - Monitor hasil laboratorium (
Haemoglobin,leukosit, trombosit dan hematokrit)
- Beri produk-produk penggantian darah (misalnya: trombosit dan plasma beku segar (FFP)) dengan cara yang tepat
- Menganjurkan pasien untuk meningkatkan mengkomsumsi makanan yang mengandung vitamin K
- Intruksikan pada pasien dan keluarga agar melaporkan gejala demam, menggigil, pendarahan hidung, memar yang sangat besar dan BAB berdarah
Poltekkes Kemenkes Padang
Selasa / 30 Mei 2017 / Jam 14.00 WIB
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan
1. Memonitor intake nutrisi pasien 2. Memonitor mual dan muntah 3. Menganjurkan pasien meningkatkan
makanan yang mengandung protein dan vit C dirumah
4. Memberikan informasi kembali kepada pasien dan keluarga tentang kebutuhan nutrisi yang mencakup berapa banyak jumlah protein, vitamin, dan karbohidrat.
5. Menganjurkan memakan makanan ringan (misal : Sering minum jus segar) yang sesuai
6. Menganjurkan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
Jam 17.00 WIB S:
- Pasien mengatakan mulai ada nafsu makan
- Pasien mengatakan mual sudah berkurang
- O:
- Pasien makanan yang habis hanya ¾ dari yang disajikan
- Mual pasien tampak berkurang - Pasien terpasang IVFD Nacl 0.9 %
20 tetes/menit
A: Kanker serviks dan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
P: Intervensi dilanjutkan
- Monitor intake nutrisi - Monitor mual dan muntah - Menganjurkan makanan tinggi
serat untuk mencegah konstipasi - Menganjurkan pasien
meningkatkan makanan yang mengandung Fe, protein dan vit C dirumah
Poltekkes Kemenkes Padang
- Memberikan informasi kembali kepada pasien dan keluarga tentang kebutuhan nutrisi yang mencakup berapa banyak jumlah protein, vitamin, dan karbohidrat.
- Menganjurkan memakan makanan ringan (misal : Sering minum jus segar) yang sesuai
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan agens farmaseutikal
15. Monitor intake/asupan nutrisi untuk mengetahui sumber energi yang adekuat
16. Monitor waktu dan lama istirahat pasien
17. Anjurkan pasien menghindari aktivitas selama periode istirahat
18. Anjurkan keluarga untuk membantu aktivitas pasien
19. Monitor tanda-tanda vital pasien 20. Batasi pengunjung 21. Monitor kadar Hb, leukosit dan
trombosit
Jam 17.00 WIB S: - Pasien mengatakan badan masih
sedikit lemah - Pasien mengatakan aktivitas masih
dibantu keluarga O: - Pasien tampak masih lemah - Makanan hanya dihabiskan ¾ porsi
saja - TD 100/80 mmHg - HR 79 x/menit - RR 20 x/menit - S : 36,8 oC - Hb: 10,5 g/dl - Leukosit : 2.990 /mm3 - Trombosit : 78.000/ mm3 - Ht : 31 % - Pasien terpasang IVFD Nacl 0.9 %
Poltekkes Kemenkes Padang
20 tetes/menit
A: Kanker serviks post kemoterapi dan hambatan mobititas fisik
P: Intervensi dilanjutkan - Monitor tanda-tanda vital pasien - Anjurkan pasien menghindari
aktivitas selama periode istirahat - Anjurkan keluarga untuk membantu
aktivitas pasien - Monitor kadar Hb, Leukosit dan
Trombosit Risiko pendarahan berhubungan dengan Koagulopati inheren (trombositopenia)
1. Catat nilai haemoglobin dan hematokrit sebelum dan sesudah pasien kehilangan darah sesuai indikasi
2. Monitor tanda dan gejala pendarahan menetap
3. Monitor komponen koagulasi darah (termasuk protrombin time (PT), partial thromboplastin time (PTT), fibrinogen, degradasi fibrin/split product dan trombosit, hitung dengan cara yang cepat
4. Monitor tanda-tanda vital ortostatik, termasuk tekanan darah
5. Beri produk-produk penggantian darah (misalnya: trombosit dan plasma beku
Jam 17.00 WIB S:
- Pasien mengatakan biru-biru pada kulitnya belum hilang
- Pasien mengatakan sedang mencari pendonor untuk transfusi trombosit 10 kantong
O: - Pasien tampak lemah - Pasien tampak pucat - Terdapat ruam pada kulit pasien - Hb : 10.5 g/dl - Leukosit : 2.990/mm3 - Trombosit: 78.000/mm3 - Ht : 31 %
Poltekkes Kemenkes Padang
segar (FFP)) dengan cara yang tepat 6. Instruksikan pasien untuk meningkatkan
makanan yang mengandung vitamin K 7. Intruksikan pada pasien dan keluarga
agar melaporkan gejala demam, menggigil, pendarahan hidung, memar yang sangat beasr dan BAB berdarah
8. Monitur status nutrisi dan berat badan
- Pasien terpasang IVFD Nacl 0.9 % 20 tetes/menit
A: Kanker serviks post kemoterapi dan risiko pendarahan P: intervensi dilanjutkan
- Monitor tanda-tanda vital - Monitor hasil laboratorium (
Haemoglobin,leukosit, trombosit dan hematokrit)
- Beri produk-produk penggantian darah (misalnya: trombosit dan plasma beku segar (FFP)) dengan cara yang tepat
- Menganjurkan pasien untuk meningkatkan mengkomsumsi makanan yang mengandung vitamin K
- Intruksikan pada pasien dan keluarga agar melaporkan gejala demam, menggigil, pendarahan hidung, memar yang sangat besar dan BAB berdarah
Poltekkes Kemenkes Padang
Rabu / 31 Mei 2017 / jam 12.30 WIB
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan
1. Memonitor intake nutrisi pasien 2. Memonitor mual dan muntah 3. Menganjurkan pasien meningkatkan
makanan yang mengandung protein dan vit C dirumah
4. Memberikan informasi kembali kepada pasien dan keluarga tentang kebutuhan nutrisi yang mencakup berapa banyak jumlah protein, vitamin, dan karbohidrat.
5. Menganjurkan memakan makanan ringan (misal : Sering minum jus segar) yang sesuai
6. Menganjurkan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
Jam 16.30 WIB S:
- Pasien mengatakan mulai ada nafsu makan
- Pasien mengatakan mual sudah hilang
- Pasien mengatakan menghabiskan 1 porsi makanan rumah sakit
O: - Pasien sudah mulai menghabiskan
makanannya - Nafsu makan pasien tampak sudah
ada - Pasien tidak ada mual dan muntah - Pasien terpasang IVFD Nacl 0.9 %
20 tetes/menit A : Kanker serviks dan masalah
ketidakseimbangan nutrisi teratasi P: Intervensi dihentikan
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan agens farmaseutikal
8. Monitor intake/asupan nutrisi untuk mengetahui sumber energi yang adekuat
9. Monitor waktu dan lama istirahat pasien 10. Anjurkan pasien menghindari aktivitas
selama periode istirahat
Jam 16.30 WIB S: - Pasien mengatakan tidak lemas lagi - Pasien mengatakan nafsu makan
meningkat
Poltekkes Kemenkes Padang
11. Anjurkan keluarga untuk membantu aktivitas pasien
12. Monitor tanda-tanda vital pasien 13. Batasi pengunjung 14. Monitor kadar Hb, leukosit dan
trombosit
- Pasien mengatakan sudah transfusi 5 kantong trombosit dan masih mencari 5 kantong lagi
O: - Pasien tampak tidak lemah lagi - Pasien sudah nafsu makan - TD 110/80 mmHg - HR 76 x/menit - RR 20 x/menit - S : 36,4 oC - Hb: 10.5 g/dl - Leukosit : 2.990 /mm3 - Trombosit : 78 .000/ mm3 - Ht : 31 % - Pasien terpasang IVFD Nacl 0.9 %
20 tetes/menit
A: Kanker serviks post kemoterapi dan hambatan mobititas fisik teratasi
P: Intervensi dihentika (pasien pulang)
Risiko pendarahan berhubungan dengan Koagulopati inheren (trombositopenia)
1. Monitor tanda dan gejala pendarahan menetap
2. Monitor tanda-tanda vital ortostatik, termasuk tekanan darah
3. Beri produk-produk penggantian darah (misalnya: trombosit dan plasma beku
Jam 16.30 WIB S:
- Pasien mengatakan biru-biru pada kulitnya belum hilang
- Pasien mengatakan sudah transfusi 5 kantong trombosit
Poltekkes Kemenkes Padang
segar (FFP)) dengan cara yang tepat 4. Instruksikan pasien untuk meningkatkan
makanan yang mengandung vitamin K 5. Intruksikan pada pasien dan keluarga
agar melaporkan gejala demam, menggigil, pendarahan hidung, memar yang sangat beasr dan BAB berdarah
6. Monitur status nutrisi dan berat badan
dan masih mencari 5 kantong lagi
- O:
- Pasien tampak lemah - Pasien tampak pucat - Terdapat ruam pada kulit pasien - Hb : 10.5 g/dl - Leukosit : 2.990/mm3 - Trombosit: 78.000/mm3 - Ht : 31 % - Pasien terpasang IVFD Nacl 0.9
% 20 tetes/menit A: Kanker serviks post kemoterapi dan risiko pendarahan P: intervensi dilanjutkan
- Monitor tanda-tanda vital - Monitor hasil laboratorium (
Haemoglobin,leukosit, trombosit dan hematokrit)
- Beri produk-produk penggantian darah (misalnya: trombosit dan plasma beku segar (FFP)) dengan cara yang tepat
- Menganjurkan pasien untuk meningkatkan mengkomsumsi
Poltekkes Kemenkes Padang
makanan yang mengandung vitamin K
- Intruksikan pada pasien dan keluarga agar melaporkan gejala demam, menggigil, pendarahan hidung, memar yang sangat besar dan BAB berdarah
Kamis / 1 juni 2017 / Jam 16.00 WIB
Risiko pendarahan berhubungan dengan Koagulopati inheren (trombositopenia)
1. Monitor tanda dan gejala pendarahan menetap
2. Monitor tanda-tanda vital ortostatik, termasuk tekanan darah
3. Beri produk-produk penggantian darah (misalnya: trombosit dan plasma beku segar (FFP)) dengan cara yang tepat
4. Instruksikan pasien untuk meningkatkan makanan yang mengandung vitamin K
5. Monitur status nutrisi dan berat badan
Jam 16.30 WIB S:
- Pasien mengatakan biru-biru pada kulitnya belum hilang
- Pasien mengatakan sudah transfusi 10 kantong trombosit
O: - Pasien tampak pucat - Ruam pada kulit berkurang
pasien - Hb : 10,6 g/dl - Leukosit : 4.360/mm3 - Trombosit: 87.000/mm3 - Ht : 31 % - Pasien terpasang IVFD Nacl 0.9
% 20 tetes/menit A: Kanker serviks post kemoterapi dan risiko pendarahan P: intervensi dilanjutkan
Poltekkes Kemenkes Padang
- Monitor tanda-tanda vital - Monitor hasil laboratorium (
Haemoglobin,leukosit, trombosit dan hematokrit)
- Beri produk-produk penggantian darah (misalnya: trombosit dan plasma beku segar (FFP)) dengan cara yang tepat
- Menganjurkan pasien untuk meningkatkan mengkomsumsi makanan yang mengandung vitamin K
Jum’at / 2 Juni 2017 / Jam 17.00 WIB
Risiko pendarahan berhubungan dengan Koagulopati inheren (trombositopenia)
1. Monitor tanda dan gejala pendarahan menetap
2. Monitor tanda-tanda vital ortostatik, termasuk tekanan darah
3. Beri produk-produk penggantian darah (misalnya: trombosit dan plasma beku segar (FFP)) dengan cara yang tepat
4. Instruksikan pasien untuk meningkatkan makanan yang mengandung vitamin K
5. Monitur status nutrisi dan berat badan
Jam 17.00 WIB S:
- Pasien mengatakan biru-biru pada kulitnya belum hilang tapi sudah berkurang
- Pasien mengatakan sudah transfusi trombosit 1 kantong
O: - Pasien tampak pucat - Terdapat ruam pada kulit pasien - Hb : 10.6 g/dl - Leukosit : 4.360/mm3 - Trombosit: 87.000/mm3 - Ht : 31 % - Pasien terpasang IVFD Nacl 0.9
% 20 tetes/menit
Poltekkes Kemenkes Padang
A: Kanker serviks post kemoterapi dan risiko pendarahan P: intervensi dilanjutkan
- Monitor tanda-tanda vital - Monitor hasil laboratorium (
Haemoglobin,leukosit, trombosit dan hematokrit)
- Beri produk-produk penggantian darah (misalnya: trombosit dan plasma beku segar (FFP)) dengan cara yang tepat
- Menganjurkan pasien untuk meningkatkan mengkomsumsi makanan yang mengandung vitamin K
Sabtu / 3 juni 2017 / Jam 16.00 WIB
Risiko pendarahan berhubungan dengan Koagulopati inheren (trombositopenia)
1. Monitor tanda dan gejala pendarahan menetap
2. Monitor tanda-tanda vital ortostatik, termasuk tekanan darah
3. Beri produk-produk penggantian darah (misalnya: trombosit dan plasma beku segar (FFP)) dengan cara yang tepat
4. Instruksikan pasien untuk meningkatkan makanan yang mengandung vitamin K
5. Monitur status nutrisi dan berat badan
Jam 16.00 WIB S:
- Pasien mengatakan biru-biru pada kulitnya belum hilang sudah berkurang
- Pasien mengatakan transfusi sela darah merah ditambah 2 kantong lagi
O: - Pasien tampak lemah - Pasien tampak pucat - Terdapat ruam pada kulit pasien
Poltekkes Kemenkes Padang
- Hb : 9,6 g/dl - Leukosit : 2.730/mm3 - Trombosit: 107.000/mm3 - Ht : 28 % - Pasien terpasang IVFD Nacl 0.9
% 20 tetes/menit A: Kanker serviks post kemoterapi dan risiko pendarahan P: intervensi dilanjutkan
- Monitor tanda-tanda vital - Monitor hasil laboratorium (
Haemoglobin,leukosit, trombosit dan hematokrit)
- Beri produk-produk penggantian darah (misalnya: trombosit dan plasma beku segar (FFP)) dengan cara yang tepat
- Menganjurkan pasien untuk meningkatkan mengkomsumsi makanan yang mengandung vitamin K
Minggu / 4 Juni 2017 / Jam 12.00
Risiko pendarahan berhubungan dengan Koagulopati inheren (trombositopenia)
1. Monitor tanda dan gejala pendarahan menetap
2. Monitor tanda-tanda vital ortostatik, termasuk tekanan darah
3. Beri produk-produk penggantian darah
Jam 12.00 WIB S:
- Pasien mengatakan biru-biru pada kulitnya belum hilang
- Pasien mengatakan sudah
Poltekkes Kemenkes Padang
WIB (misalnya: trombosit dan plasma beku segar (FFP)) dengan cara yang tepat
4. Instruksikan pasien untuk meningkatkan makanan yang mengandung vitamin K
5. Monitur status nutrisi dan berat badan
transfusi 2 darah merah O:
- Pasien tampak lemah - Pasien tampak pucat - Terdapat ruam pada kulit pasien - Hb : 9,6 g/dl - Leukosit : 2.730/mm3 - Trombosit: 107.000/mm3 - Ht : 28 % - Pasien terpasang IVFD Nacl 0.9
% 20 tetes/menit A: Kanker serviks post kemoterapi dan risiko pendarahan P: intervensi dilanjutkan
- Monitor tanda-tanda vital - Monitor hasil laboratorium (
Haemoglobin,leukosit, trombosit dan hematokrit)
- Beri produk-produk penggantian darah (misalnya: trombosit dan plasma beku segar (FFP)) dengan cara yang tepat
- Menganjurkan pasien untuk meningkatkan mengkomsumsi makanan yang mengandung vitamin K
Poltekkes Kemenkes Padang
Senin / 5 Juni 2017 / Jam 16.30 WIB
Risiko pendarahan berhubungan dengan Koagulopati inheren (trombositopenia)
1. Monitor tanda dan gejala pendarahan menetap
2. Monitor tanda-tanda vital ortostatik, termasuk tekanan darah
3. Beri produk-produk penggantian darah (misalnya: trombosit dan plasma beku segar (FFP)) dengan cara yang tepat
4. Instruksikan pasien untuk meningkatkan makanan yang mengandung vitamin K
5. Intruksikan pada pasien dan keluarga agar melaporkan gejala demam, menggigil, pendarahan hidung, memar yang sangat beasr dan BAB berdarah
6. Monitur status nutrisi dan berat badan
Jam 16.30 WIB S:
- Pasien mengatakan biru-biru pada kulitnya belum hilang tapi sudah berkurang
- Pasien mengatakan sudah selesai transfusi darah merah 2 kantong
- O:
- Pasien tampak pucat - Ruam pada kulit pasien sudah
berkurang - Hb : 10.4 g/dl - Leukosit : 2.040/mm3 - Trombosit: 73.000/mm3 - Ht : 30 % - Pasien terpasang IVFD Nacl 0.9
% 20 tetes/menit A: Kanker serviks post kemoterapi dan risiko pendarahan P: intervensi dilanjutkan
- Monitor tanda-tanda vital - Monitor hasil laboratorium (
Haemoglobin,leukosit, trombosit dan hematokrit)
Poltekkes Kemenkes Padang
- Beri produk-produk penggantian darah (misalnya: trombosit dan plasma beku segar (FFP)) dengan cara yang tepat
- Menganjurkan pasien untuk meningkatkan mengkomsumsi makanan yang mengandung vitamin K
- Intruksikan pada pasien dan keluarga agar melaporkan gejala demam, menggigil, pendarahan hidung, memar yang sangat besar dan BAB berdarah
Selasa / 6 Juni 2017/ Jam 17.30 WIB
Risiko pendarahan berhubungan dengan Koagulopati inheren (trombositopenia)
1. Monitor tanda dan gejala pendarahan menetap
2. Monitor tanda-tanda vital ortostatik, termasuk tekanan darah
3. Beri produk-produk penggantian darah (misalnya: trombosit dan plasma beku segar (FFP)) dengan cara yang tepat
4. Instruksikan pasien untuk meningkatkan makanan yang mengandung vitamin K
5. Monitur status nutrisi dan berat badan
Jam 17.30 WIB S:
- Pasien mengatakan biru-biru pada kulitnya belum hilang
- Pasien mengatakan rencana transfusi 10 kantong trombosit dan masih mencari pendonor
- Pasien mengatakan diberikan injeksi dibawah pusat unutk menaikkan leukosit
O: - Pasien tampak lemah - Pasien tampak pucat - Terdapat ruam pada kulit pasien - Hb : 10.5 g/dl
Poltekkes Kemenkes Padang
- Leukosit : 2.040/mm3 - Trombosit: 73.000/mm3 - Ht : 30 % - Pasien terpasang IVFD Nacl 0.9
% 20 tetes/menit A: Kanker serviks post kemoterapi dan risiko pendarahan P: intervensi dilanjutkan
- Monitor tanda-tanda vital - Monitor hasil laboratorium (
Haemoglobin,leukosit, trombosit dan hematokrit)
- Beri produk-produk penggantian darah (misalnya: trombosit dan plasma beku segar (FFP)) dengan cara yang tepat
- Menganjurkan pasien untuk meningkatkan mengkomsumsi makanan yang mengandung vitamin K