6
Atonia Uteri 1.1. Pendahuluan Pada kehamilan cukup bulan aliran darah ke uterus sebanyak 500-800 cc/ men uterus tidak berkontraksi dengan segera setelah kelahiran plasenta, mengalami perdarahan sekitar 350-500 cc/ menit dari bekas tempat melekatnya Bila uterus berkontraksi maka miometrium akan menepit anyaman pembu yang beralan diantara serabut otot tadi. !eorang ibu dapat meninggal karena perdarahan paska persalinan dalam "aktu dari # am. $tonia uteri menadi penyebab lebih dari %0& perdarahan paska pe yang teradi dalam '( am setelah kelahiran bayi )*ipley, #%%%+. !ebagian besar kematian akibat perdarahan paska persalinan teradi pada beberapa am pertam kelahiran bayi ) i, et al, #%% +. arena alasan ini, penatalaksaan persalina sesuai standar dan penerapan manaemen akti kala merupakan cara terbaik sangat penting untuk mengurangi kematian ibu. 1i masa lampau, sebagian besar penolong persalinan menatalaksana persalina dengan cara menunggu plasenta lahir secara alamiah ) isiologis+. nter2e dilakukan ika teradi penyulit atau ika kemauan persalinan kala tidak normal. anaemen akti kala hampir tidak menadi perhatian karena mela plasenta secara kon2ensional di anggap cukup memadai dan isiologis. Paradigma proakti )pencegahan+ dianggap berlebihan karena mengacu pada masalahnya belum teradi sehingga tindakan yang diberikan dianggap pemborosan. Beberapa aktor predisposisi yang terkait dengan perdarahan paska persalin disebabkan oleh atonia uteri adalah4 #. ang menyebabkan uterusmembesar lebih dari normal selama kehamilan, diantaranya4 Jumlah air ketuban yang berlebihan ehamilan gemelli Janin besar atau makrosomia '. ala atau yang memanang 3. Persalinan cepat )partus presipitatus+ (. Persalinan yang diinduksi atau dipercepat dengan oksitosin )augmentasi+ 5. n eksi intrapartum . ultiparitas tinggi 6. agnesuim sul at digunakan untuk mengendalikan keang pada preekla eklampsi Pementauan melekat pada semua ibu paska persalinan serta mempersiapkan dir menatalaksana atonia uteri pada setiap kelahiran merupakan tindakan pencegah sangat penting. eskipun beberapa aktor telah diketahui dapat meningkatkan

Atonia Uteri

Embed Size (px)

DESCRIPTION

atonia uteri

Citation preview

Atonia Uteri1.1. PendahuluanPada kehamilan cukup bulan aliran darah ke uterus sebanyak 500-800 cc/ menit. Jika uterus tidak berkontraksi dengan segera setelah kelahiran plasenta, maka ibu dapat mengalami perdarahan sekitar 350-500 cc/ menit dari bekas tempat melekatnya plasenta. Bila uterus berkontraksi maka miometrium akan menjepit anyaman pembuluh darah yang berjalan diantara serabut otot tadi.Seorang ibu dapat meninggal karena perdarahan paska persalinan dalam waktu kurang dari 1 jam. Atonia uteri menjadi penyebab lebih dari 90% perdarahan paska persalinan yang terjadi dalam 24 jam setelah kelahiran bayi (Ripley, 1999). Sebagian besar kematian akibat perdarahan paska persalinan terjadi pada beberapa jam pertama setelah kelahiran bayi (Li, et al, 1996). Karena alasan ini, penatalaksaan persalinan kala III sesuai standar dan penerapan manajemen aktif kala III merupakan cara terbaik dan sangat penting untuk mengurangi kematian ibu.Di masa lampau, sebagian besar penolong persalinan menatalaksana persalinan kala III dengan cara menunggu plasenta lahir secara alamiah (fisiologis). Intervensi hanya dilakukan jika terjadi penyulit atau jika kemajuan persalinan kala III tidak berjalan normal. Manajemen aktif kala III hampir tidak menjadi perhatian karena melahirkan plasenta secara konvensional di anggap cukup memadai dan fisiologis. Paradigma proaktif (pencegahan) dianggap berlebihan karena mengacu pada masalahnya yang belum terjadi sehingga tindakan yang diberikan dianggap pemborosan. Beberapa faktor predisposisi yang terkait dengan perdarahan paska persalinan yang disebabkan oleh atonia uteri adalah:1. Yang menyebabkan uterus membesar lebih dari normal selama kehamilan, diantaranya: Jumlah air ketuban yang berlebihan Kehamilan gemelli Janin besar atau makrosomia2. Kala I atau II yang memanjang3. Persalinan cepat (partus presipitatus)4. Persalinan yang diinduksi atau dipercepat dengan oksitosin (augmentasi)5. Infeksi intrapartum6. Multiparitas tinggi7. Magnesuim sulfat digunakan untuk mengendalikan kejang pada preeklampsi atau eklampsiPementauan melekat pada semua ibu paska persalinan serta mempersiapkan diri untuk menatalaksana atonia uteri pada setiap kelahiran merupakan tindakan pencegahan yang sangat penting. Meskipun beberapa faktor telah diketahui dapat meningkatkan resiko perdarahan paska perdarahan, 2/3 dari semua kasus perdarahan paska persalinan terjadi pada ibu tanpa faktor resiko yang diketahui sebelumnya dan tidak mungkin memperkirakan ibu mana yang akan mengalami atonia uteri atau perdarahan paska persalinan. Karena alasan tersebut maka manajemen aktif kala III merupakan hal yang sangat penting dalam upaya menurunkan kesakitan dan kematian ibu akibat perdarahan paska persalinan.

1.2. PengertianAtonia uteri adalah suatu kondisi dimana myometrium tidak dapat berkontraksi dan bila ini terjadi maka darah yang keluar dari bekas tempat melekatnya plasenta menjadi tidak terkendali. Atonia uterus adalah tidak berkontraksi uteri dalam 15 detik setelah dilakukan rangsangan taktil (pemijatan) fundus uteri (Azwar, 2004). Perdarahan Atonia Uteri terjadi bila uterus atonik dan tidak mampu berkontraksi dengan baik setelah kelahiran (Vicky, 2006)

1.3. Penyebab Otot uterus tidak mengalami retraksi dan kontraksi yang kuat sehingga pembuluh darah terbuka Menimbulkan perdarahan yang banyak dan singkat Terjadinya atonia uteri mempunyai predisposisi yang dapat diperkirakan (Manuaba, 2007)

1.4. Penatalaksanaan Atonia UteriAtonia uteri terjadi jika uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan rangsangan taktil (masase) fundus uteri:Kompresi Bimanual Interna (KBI)1. Segera lakukan kompresi bimanual internal: a. Pakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril, dengan lembut masukkan secara obstetrik melalui introitus dan kedalam vagina ibu.b. Periksa vagina dan serviks. Jika ada selaput ketuban atau bekuan darah pada kavum uteri mungkin hal ini menyebabkan uterus tak dapat berkontraksi secara penuh.c. Kepalkan tangan dalam dan tempatkan pada forniks anterior, tekan dinding anterior uterus, kearah tangan luar yang menahan dan mendorong dinding posterior uterus kearah depan sehingga uterus ditekan dari arah depan dan belakangd. Tekan kuat uterus diantara kedua tangan. Kompresi uterus ini memberikan tekanan langsung pada pembuluh darah yang terbuka (bekas implantasi plasenta) di dinding uterus dan juga merangsang myometrium untuk berkontaksi.

Kompresi Bimanual Internal

e. Evaluasi keberhasilan: Jika uterus berkontraksi dan perdarahan berkurang, teruskan melakukan KBI selama 2 menit, kemudian perlahan-lahan keluarkan tangan dan pantau ibu secara melekat selama kala IV. Jika uterus berkontraksi tapi perdarahan masih berlangsung, periksa ulang perineum, vagina dan servika apakah terjadi laserasi. Jika demikian, segera melakukan penjahitan untuk menghentikan perdarahan Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 5 menit, ajarkan keluarga untuk melakukan kompresi bimanual eksternal kemudian lakukan langkah-langkah penetalaksanaan atonia uteri selanjutnya. Minta keluarga untuk mulai mempersiapkan rujukan.Alasan: atonia uteri sering kali bisa diatasi dengan KBI, jika KBI tidak berhasil dalam waktu 5 menit diperlukan tindakan-tindakan lain.2. Berikan 0,2 mg ergometrin IM atau misoprostol 600-1000 mcg/rektal. Jangan berikan ergometrin pada ibu dengan hipertensi karena ergometrin dapat menaikan tekanan darah.3. Gunakan jarum berdiameter besar (ukuran 16 atau 18), pasang infus dan berikan 500 cc larutan Ringer Laktat yang mengandung 20 unit oksitosin.Alasan: jarum berdiameter besar memungkinkan pemberian cairan IV secara cepat dan dapat dipakai untuk transfusi darah (jika perlu). Oksitosin secara IV cepat merangsang kontraksi uterus. RL diberikan untuk restorasi volume cairan yang hilang selama perdarahan.4. Pakai sarung tangan steril atau disinfeksi tingakat tinggi dan ulangi KBI.Alasan: KBI dengan ergometrin dan oksitosin akan membentu uterus berkontraksi. 5. Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 1-2 menit, segera rujuk ibu karena hal ini bukan atonia uteri sederhana. Ibu membutuhkan tindakan gawat darurat di fasilitas kesehatan rujukan yang mampu melakukan tindakan operasi dan tranfusi darah.6. Sambil membawa ibu ketempat rujukan, teruskan tindakan KBI dan infus cairan hingga ibu tiba di tempat rujukana. Infus 500 ml pertama dihabiskan dalam waktu 10 menit. b. Berikan tambahan 500 ml/jam hingga tiba ditempat rujukan atau hingga jumlah cairan yang diinfuskan mencapai 1,5 l dan kemudian lanjutkan dalam jumlah 125 cc/jam c. Jika cairan infus tidak cukup, infuskan 500 ml (botol ke-2) cairan infus dengan tetesan sedang dan ditambah dengan pemberian cairan secara oral untuk rehidrasi.Kompresi Bimanual Eksternal (KBE)1. Letakkan 1 tangan pada dinding abdomen dan dinding depan korpus uteri dan diatas symfisis pubis.2. Letakkan tangan lain pada dinding abdomen dan dinding belakang korpus uteri, sejajar dengan dinding depan korpus uteri. Usahakan untuk mencakup/ memegang bagian belakang uterus seluas mungkin.3. Lakukan kompresi uterus dengan cara saling mendekatkan tangan depan dan belakang agar pembuluh darah didalam anyaman myometrium dapat dijepit secara manual. Cara ini dapat menjepit pembuluh darah uterus dan membentu uterus untuk berkontraksi

Kompresi Bimanual Eksternal

DAFTAR PUSTAKA

Wiknjosastro GH, dkk. Asuhan Persalinan Normal. 2008nd ed. Jakarta: JNPK-KR; 2008. P. 107-13