7
Suara Suara adalah sensasi yang timbul apabila getaran longitudinal molekul di lingkungan eksternal, yaitu masa pemadatan dan pelonggaran molekul yang terjadi berselang seling mengenai memberan timpani. Plot gerakan-gerakan ini sebagai perubahan tekanan di memberan timpani persatuan waktu adalah satuan gelombang, dan gerakan semacam itu dalam lingukangan secara umum disebut gelombang suara. Kriteria orang tuli : ü Ringan masih bisa mendengar pada intensitas 20-40 dB ü Sedang masih bisa mendengar pada intensitas 40-60 dB ü Berat sudah tidak dapat mendengar pada intensitas 60-80 dB ü Berat sekali tidak dapat mendengar pada intensitas >80 dB Kebisingan Dampak negatif utama yang timbul sebagai akibat dari kebisingan terutama pada aspek kesehatan.Bunyi mendadak yang keras secara cepat diikuti oleh reflek otot di telinga tengah yang akan membatasi jumlah energi suara yang dihantarkan ke telinga dalam. Meskipun demikian di lingkungan dengan keadaan semacam itu relatif jarang terjadi. Kebanyakan seseorang yang terpajan pada kebisingan mengalami pajanan jangka lama, yang mungkin intermiten atau terus menerus. Transmisi energi seperti itu, jika cukup lama dan kuat akan merusak organ korti dan selanjutnya dapat mengakibatkan ketulian permanen. Kesepakatan para ahli mengemukakan bahwa batas toleransi untuk pemaparan bising selama 8 jam perhari, sebaiknya tidak

Audio Metri

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ad

Citation preview

Page 1: Audio Metri

Suara

Suara adalah sensasi yang timbul apabila getaran longitudinal molekul di

lingkungan eksternal, yaitu masa pemadatan dan pelonggaran molekul yang terjadi

berselang seling mengenai memberan timpani. Plot gerakan-gerakan ini sebagai

perubahan tekanan di memberan timpani persatuan waktu adalah satuan

gelombang, dan gerakan semacam itu dalam lingukangan secara umum disebut

gelombang suara.

Kriteria orang tuli :

ü Ringan masih bisa mendengar pada intensitas 20-40 dB

ü Sedang masih bisa mendengar pada intensitas 40-60 dB

ü Berat sudah tidak dapat mendengar pada intensitas 60-80 dB

ü Berat sekali tidak dapat mendengar pada intensitas >80 dB

Kebisingan

Dampak negatif utama yang timbul sebagai akibat dari kebisingan terutama

pada aspek kesehatan.Bunyi mendadak yang keras secara cepat diikuti oleh reflek

otot di telinga tengah yang akan membatasi jumlah energi suara yang dihantarkan

ke telinga dalam. Meskipun demikian di lingkungan dengan keadaan semacam itu

relatif jarang terjadi. Kebanyakan seseorang yang terpajan pada kebisingan

mengalami pajanan jangka lama, yang mungkin intermiten atau terus menerus.

Transmisi energi seperti itu, jika cukup lama dan kuat akan merusak organ korti dan

selanjutnya dapat mengakibatkan ketulian permanen.

Kesepakatan para ahli mengemukakan bahwa batas toleransi

untuk pemaparan bising selama 8 jam perhari, sebaiknya tidak melebihi ambang

batas 85 dBA. Pemaparan kebisinganyang keras selalu di atas 85 dBA, dapat

menyebabkan ketulian sementara. Biasanya ketulian akibat kebisingan terjadi tidak

seketika sehingga pada awalnya tidak disadari oleh manusia. Baru setelah beberapa

waktu terjadi keluhan kurang pendengaran yang sangat mengganggu dan dirasakan

sangat merugikan. Pengaruh-pengaruh kebisingan selain terhadap alat

pendengaran dirasakan oleh para pekerja yang terpapar kebisingan keras mengeluh

tentang adanya rasa mual, lemas, stres, sakit kepala bahkan peningkatan tekanan

Page 2: Audio Metri

darah. Apakah kebisingan dapat menyebabkan perubahan yang menetap seperti

penyakit tekanan darah tinggi.

Gangguan kesehatan lainnya selain gangguan pendengaran biasanya

disebabkan karena energi kebisingan yang tinggi mampu menimbulkan efek viseral,

seperti perubahan frekuensi jantung, perubahan tekanan darah, dan tingkat

pengeluaran keringat. Sebagai tambahan, ada efek psikososial dan psikomotor

ringanjika dicoba bekerja di lingkungan yang bising.

Bising menyebabkan berbagai gangguan pada tenaga kerja.Gangguan kesehatan

yang ditimbulkan akibat bising pada tenaga kerja bermacam-macam.

Audiometri test

Audiometry adalah teknik untuk mengidentifikasi prilaku dari kehilangan

kemampuan mendengar dan untuk mendapatkan tingkat pendengaran dengan cara

merekam respon dari pasien setelah memberikan pasien tersebut rangsangan

auditory dengan berbagai intensitas level. Untuk test air conducting, rangasangan

diberikan pada telinga dengan menggunakan earphones. Untuk bone conducting,

sebuah vibrator tulang ditempatkan pada tulang temporal. Dengan prosedur test

kedua telinga di test secara terpisah. Pada audiometry teknik masking merupakan

suatu cara untuk mencegah telinga non test mendapatkan tone dan rangsangan

yang diberikan pada telinga test, akan tetapi pada saat yang sama tidak memberikan

efek “overmasking”. Salah satu cara untuk memberikan efek masking adalah dengan

memberikan wide band noise, narrow band noise atau white noise dengan band

yang terletak pada tengahtengah frekuensi tes. Terdapat dua tipe audiometry yaitu

subjective dan objective. Pada test subjective pasien harus erespon pada saat dia

menerima rangsangan suara dan merekamnya. Pada test objective hanya ada

pemasangan elektroda-elektroda atau probe pada pasien.

Beberapa teknik audiometry berdasarkan rangsangan yang diberikan:

1.Pure Tone Audiometry

Prosedur ini akan memberikan gambaran yang luas mengenai tingkat

kehilangan pendengaran pasien dan penyebabnya. Pasien akan memberikan

respon terhadap rangsangan tone yang diberikan. Tone yang diberikan dengan cara

Page 3: Audio Metri

dari frekuensi rendah ke tinggi . Tone sebesar 30dB HL diberikan kepada pasien

sebagai rangsangan awal, jika respon positif maka level tone akan diturunkan

sebesar 10 dB HL sampai pasien tidak memberikan respon. Pada rangsangan

pertama jika pasien tidak mendengar maka level tone dinaikkan 10 dB HL sampai

terdengar oleh pasien kemudian diturunkan per 5 dB atau naik 5 dB HL. Frekuensi

yang diujikan berkisar 125-500 Hz.

2.Tone Decay Test (TDT)

Digunakan untuk mendeteksi kelainan pada jalur sensorineural. Prosedurnya

adalah, operator memilih frekuensi untuk kemudian pasien diinstruksikan untuk

merespon pada saat pasien mendapat rangsangan dan akan memberikan respon

lagi pada saat tidak dapat menerima rangsangan tersebut, durasi diantara keduanya

kemudian diukur. Tone yang dipakai diberikan dari frekuensi tinggi ke rendah.

Dengan 30 dB HL pada saat pertama untuk kemudian selama 1 menit pasien dapat

mendengarkan maka tone level akan diturunkan dengan skala 5 dB HL, hal ini

diulangi sampai tone tidak dapat didengarkan lagi selama kurang dari 1 menit.

3.Short Increment Sensitivity Index (SISI)

SISI digunakan untuk mendeteksi penyakit di cochleat atau recrocochlear

lesions. Test ini menggambarkan kapasitas pasien untuk mendeteksi perbedaan

kenaikan intensitas 1 dB, yang dalam rentan waktu 5 detik pada frekuensi tertentu.

Operator akan menset frekuensi pada level 20 dB, tone yang diberikan dengan

madulasi singkat 1 dB diatas carrier tone setiap 5 detik. Kenaikan 1 dB

dipresentasikan dengan interval 300 ms, dengan rise time dan fall time sebesar 50

ms. Respon pasien pada saat dapat membedakan perbedaan level adalah yang

diukur.

4.Bekesy Audiometry

Merupakan test audiometry yang dapat dijalankan secara automatis. Hal ini

dikarenakan frekuensi dan intensitas akan turun dan naik secara otomatis,

sedangkan respon pasien terhadap tone yang menjadi data diukur pada tes tesebut.

Page 4: Audio Metri

5.Speech Audiometry

Pure tone audiometry adalah test yang mengacu pada sensitivitas pasien

sedangkan speech audiometry mengacu kepada integritas seluruh system auditory

dengan mengacu pada kemampuan secara jelas mendengarkan dan mengerti

pembicaraan.

Manfaat audiometri

1) Untuk kedokteran klinik, khususnya penyakit telinga

2) Untuk kedokteran klinik Kehakiman,tuntutan ganti rugi

3) Untuk kedokteran klinik Pencegahan, deteksi ktulian pada anak-anak

Tujuan

Ada empat tujuan (Davis, 1978) :

1) Mediagnostik penyakit telinga

2) Mengukur kemampuan pendengaran dalam menagkap percakpan

sehari-hari, atau dengan kata lain validitas sosial pendengaran : untuk

tugas dan pekerjaan, apakah butuh alat pembantu mendengar atau

pndidikan khusus, ganti rugi (misalnya dalam bidang kedokteran

kehkiman dan asuransi).

3) Skrinig anak balita dan SD

4) Memonitor untuk pekerja-pekerja dinetpat bising.

Interpretasi

Normal / tidak ada penurunan pendengaran apabila :

Nilai Ambang pendengaran < 25 dB baik pada BC atau AC pada semua

frekuensi.

Page 5: Audio Metri

      SNHL / NIHL :

o   AC turun, BC turun

o   Kurva AC dan BC berhimpitan.

o   Adanya Takik pada Frekuensi 4000 Hz.

      CHL :

o   AC turun, BC normal

o   Kurva AC dan BC ada Gap.

      Campuran :

o   AC turun, BC Normal dan turun

o   Kurva AC dan BC ada yg berhimpitan dan ada

Hasil dan Pembahasan

Pasien OP : Saraswati

Page 6: Audio Metri

Hasil dan pembahasan :

Didapatkan hasil pendengaran dalam batas normal tidak ada perbedaan signifikan

antara telinga kanan maupun telinga kiri.Jika ada perbedaan signifikan maka

terdapat kelainan pendengaran