41
KOMITE – KOMITE DIBAWAH DEWAN KOMISARIS A. Manfaat Keberadaan Komite Audit Komite audit adalah sekelompok orang yang dipilih dari dewan komisaris perusahaan yang bertanggung jawab untuk membantu auditor dalam mempertahankan independensinya dari manajemen (Arens dan Loebbecke 1994). Dalam lampiran surat keputusan dewan direksi PT Bursa Efek Jakarta No Kep-315/BEJ/06/2000 poin 2f disebutkan bahwa: “komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris perusahaan tercatat yang anggotanya diangkat dan diberhentikan oleh dewan komisaris perusahaan tercatat untuk membantu dewan komisaris perusahaan tercatat melakukan pemeriksaan atau penelitian yang dianggap perlu terhadap pelaksanaan fungsi direksi dalam pengelolaan perusahaan tercatat” (BEJ 2000). Said, et.al. (2000) mengungkapkan bahwa tujuan utama dari pembentukan komite audit dalam perusahaan adalah untuk meningkatkan efektivitas, akuntabilitas, transparansi, dan obyektivitas dewan komisaris dan dewan direksi. Lebih dari itu, komite audit banyak memberikan manfaat lain bagi perusahaan, yaitu: a. Memperbaiki kualitas pelaporan keuangan

AUDIT

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ETIKA PROFESI

Citation preview

KOMITE KOMITE DIBAWAH DEWAN KOMISARIS1. Manfaat Keberadaan Komite AuditKomite audit adalah sekelompok orang yang dipilih dari dewan komisaris perusahaan yang bertanggung jawab untuk membantu auditor dalam mempertahankan independensinya dari manajemen (Arens dan Loebbecke 1994). Dalam lampiran surat keputusan dewan direksi PT Bursa Efek Jakarta No Kep-315/BEJ/06/2000 poin 2f disebutkan bahwa: komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris perusahaan tercatat yang anggotanya diangkat dan diberhentikan oleh dewan komisaris perusahaan tercatat untuk membantu dewan komisaris perusahaan tercatat melakukan pemeriksaan atau penelitian yang dianggap perlu terhadap pelaksanaan fungsi direksi dalam pengelolaan perusahaan tercatat (BEJ 2000). Said, et.al. (2000) mengungkapkan bahwa tujuan utama dari pembentukan komite audit dalam perusahaan adalah untuk meningkatkan efektivitas, akuntabilitas, transparansi, dan obyektivitas dewan komisaris dan dewan direksi.Lebih dari itu, komite audit banyak memberikan manfaat lain bagi perusahaan, yaitu: a. Memperbaiki kualitas pelaporan keuanganb. Memungkinkan dewan komisaris untuk memberikan penilaian yang independen atas kinerjakeuangan perusahaan.c. Memperkuat posisi auditor eksternal dalam memberikan rekomendasi perbaikan.d. Memperkuat independensi dan obyektivitas auditor internal.e. Meningkatkan keyakinan publik, khususnya investor, terhadap perusahaan.f. Mengurangi peluang terjadinya kecurangan (fraud) dalam perusahaan.

Keberadaan komite audit ini, merupakan usaha perbaikan terhadap cara pengelolaan perusahaan terutama cara pengawasan terhadap manajemen perusahaan, karena akan menjadi penghubung antara manajemen perusahaan dengan dewan komisaris maupun pihak ekstern lainnya. Komite audit juga berperan dalam mengawasi proses pelaporan keuangan perusahaan yang bertujuan untuk mewujudkan laporan keuangan yang disusun melalui proses pemeriksaan dengan integritas dan obyektivitas dari auditor. Berbagai manfaat potensial dari keberadaan komite audit dalam perusahaan tersebut mengakibatkan banyaknya perhatian yang diberikan untuk pembentukan komite audit. Perhatian terhadap penerapan fungsi komite audit diwujudkan baik dalam bentuk peraturan maupun berbagai penelitian yang berguna sebagai pedoman pelaksanaan aktivitas komite audit.1. Komite AuditFungsi utama dari keberadaan komite audit dalam perusahaan adalahmembantu dewan komisaris dalam melaksanakan tanggung jawab untuk mereview informasi keuangan yang disediakan untuk pemegang saham maupun pihak lain, menilai sistem pengendalian internal serta proses audit eksternal. Berkaitan dengan fungsi komite audit tersebut ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu (SET, 1999):(1) Komite audit ditugaskan dan disetujui oleh dewan komisaris. Fungsinya harus sesuai dengan ukuran bisnis, kompleksitas bisnis, jenis industri dan struktur organisasi.(2) Fungsi komite audit dinyatakan secara jelas dalam term of reference dan diungkapkan kepada seluruh pemegang saham.(3) Fungsi komite audit di-review dan di-update secara periodik.(4) Komite audit harus melaporkan setiap perubahan fungsi komite audit.(5) Komite audit mempunyai lingkup aktivitas antara lain: Meninjau kecukupan, kredibilitas dan obyektivitas laporan keuangan dengan berkoordinasi dengan auditor eksternal, sedangkan manajemen bertanggung jawab untuk menyiapkan laporan keuangan baik secara kuartal maupun tahunan. Meninjau kesesuaian dan efektivitas struktur pengendalian internal perusahaan dan fungsi audit internal. Meninjau kepatuhan perusahaan terhadap segala undang-undang yang berlaku. Memberikan saran dan pertimbangan untuk menentukan auditor eksternal termasuk dalam menentukan audit fee berdasarkan kemampuan professional auditor eksternal tersebut. Menilai kesesuaian semua transaksi yang berhubungan atau pengungkapan dari permasalahan kepentingan. Melaksanakan penugasan-penugasan lain yang telah ditetapkan. Melaporkan aktivitas komite audit dalam laporan tahunan perusahaan dan harus disetujui oleh ketua komite audit. Laporan aktivitas komite audit tersebut berisi informasi tentang: Pendapat atas proses pelaporan keuangan perusahaan dan pengungkapan informasi keuangan yang harus benar, lengkap dan kredible. Pendapat tentang kecukupan struktur pengendalian intern perusahaan. Pernyataan akan kesesuaian auditor perusahaan yang akan ditunjuk kembali. Pendapat atas kepatuhan perusahaan dengan undang-undang yang berlaku. Informasi lain yang kemungkinan menjadi bahan pertimbangan pemegang saham maupun investor secara umum. Komite audit mempunyai hak untuk mengetahui berbagai informasi yang berasal dari saran-saran profesional independen.Pada umumnya komite audit terdiri atas tiga orang dan sebanyakbanyaknya lima orang anggota yang merupakan pihak independen (IICG 2000). Jumlah anggota komite audit ini pada dasarnya dapat disesuaikan dengan kondisi perusahaan berkaitan dengan ukuran perusahaan serta fungsi dan tanggungjawab yang dibebankan kepada komite audit. Berkaitan dengan masalah ini terdapat beberapa hal yang merupakan ciri-ciri dari komite audit, yaitu (Sheridan dan Kendall, undated: 191):(a) Mereka adalah komite-komite dari majelis penyelia dan bertanggung jawab terhadapnya.(b) Pekerjaan mereka adalah meninjau laporan keuangan dan keefektifan kontrol internal, termasuk kontrol terhadap operasional perbendaharaan.(c) Mereka dapat memiliki pengaruh penting pada penyajian laporan keuangan kepada dunia luar dan memastikan adanya pelaporan yang berkualitas.(d) Mereka dapat memperoleh pokok informasi apapun yang mereka butuhkan dari bagian manapun dalam perusahaan.(e) Jumlah rapat yang diadakan selama setahun beragam menurut keadaan.(f) Komite ini melapor kepada majelis penyelia(a) Komite audit memegang peranan penting dalam meningkatkan akuntabilitas perusahaan kepada pemegang saham serta dalam menyeimbangkan hubungan auditor dengan manajemen. Namun, Kirk (2000) mengungkapkan bahwa komite audit tidak akan dapat berfungsi secara efektif tanpa anggota yang kompeten, independen dan aktif. Efektivitas komite audit juga ditentukan oleh kejelasan tentang komposisi, kualifikasi, tugas, maupun fungsi dan tanggung jawabnya. Dan kualifikasi anggota komite audit faktor yang sangat penting dalam pelaksanaan fungsi komite audit adalah independensi. Independensi merupakan faktor kritis yang menentukan terlaksananya keseluruhan peran komite audit secara obyektif serta pencapaian manajemen yang accountablebagi pemegang saham. Dari beberapa penelitian sebelumnya ditemukan bahwa dengan tingkat independensi yang tinggi maka akan memberikan dua manfaat penting, yaitu tingkat pengawasan yang tinggi dan rendahnya tingkat kecurangan laporan keuangan (NYSE, 2001). Di samping itu, independensi komite audit pun harus didukung dengan kemampuan lain, yang akan bermanfaat dalam proses pelaksanaan fungsi komite audit. Hal ini mendukung apa yang diungkapkan oleh Said et.al. (2000) bahv/a terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan keanggotaan komite audit, yaitu:(1) Independensi, untuk menjaga agar komite audit tetap independen terhadap manaiemen dan memiliki kredibilitas di rnata publik dan pemegang saham.(2) Koinpetensi, yaitu berkaitan dengan adanya pemahaman yang memadai yang harus dimiliki oleh anggota komite audit termasuk atribut-atribut yang mendukung pelaksanaan tugasnya, yaitu sifat tidak mudah percaya (suspicious mind), memiliki rasa ingin tahu (inquisite mind), dapat berpikir logis (logical mind) dan memiliki kemampuan untuk menganalisis masalah (analitical ability.(3) Komitmen, yaitu kesadaran akan tanggung jawab legal dan professional mereka sarna dengan manajer yang mengelola tugas-tugas eksekutif dalarn perusahaan.(4) Kompensasi. Anggota komite audit harus didukung dengan paket kompensasi yang memadai untuk menjaga independensi, obyektivitas dan mutu pekerjaan mereka.Dalam pelaksanaan aktivitasnya, komite audit harus berdasarkan pada tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Tugas-tugas komite audit, dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu (Tugiman 1995):a. Terhadap proses pemeriksaan yang merupakan tanggung jawab tertinggi dan komite audit, antara lain:(1) Meyakini bahwa semua temuan atau rekomendasi dari auditor telah ditanggapi dan ditindaklanjuti oleh manajemen dengan persetujuan/ pemberitahuan kepada auditor.(2) Melakukan penelaahan dan pengujian bersama-sama dengan auditor terhadap hasil pemeriksaan.(3) Melakukan penelaahan terhadap audit program dari auditor eksternal.(4) Membahas ruang lingkup pemeriksaan setelah berkonsultasi dengan auditor.(5) Melakukan penelaahan atas efektivitas dari external auditor.2. komitee audit a. tugas dan tanggung jawab komitee auditmenurut IKAI tugas pokok dari komite audit pada prinsipnya adalah membantu Dewan Komisaris dalam melakukan fungsi pengawasan atas kinerja perusahaan. Hal tersebut terutama berkaitan dengan review sistem pengendalian intern perusahaan, memastikan kualitas laporan keuangan, dan meningkatkan efektivitas fungsi audit. Laporan keuangan merupakan produk dari manajemen yang kemudian diverifikasi oleh eksternal auditor.Dalam pola hubungan tersebut, dapat dikatakan bahwa komite audit berfungsi sebagai jembatan penghubung antara perusahaan dengan eksternal auditor. Tugas komite audit juga erat kaitannya dengan penelaahan terhadap resiko yang dihadapi perusahaan, dan juga ketaatan terhadap peraturan.

Dari gambaran sederhana mengenai tugas dan fungsi dari lembaga tersebut, sudah barang tentu, keberadaan komite audit menjadi sangat penting sebagai salah satu perangkat utama dalam penerapan good corporate governance.Keberadaannya dipertegas dengan keputusan Bapepam yang dituangkan dalam SE BAPEPAM no. 03 tahun 2000 mengenai pembentukan komite audit dan juga Kep. Direksi BEJ No. 339 tahun 2001 mengenai peraturan pencatatan efek di Bursa yang mencakup komisaris Independen, komite audit, sekretaris perusahaan; keterbukaan; dan standar laporan keuangan per sektor.komite audit memiliki delapan kategori tanggung jawab. Tanggung jawab tersebut terkait dengan corporate governance, pengendalian internal, pelaporan keuangan perusahaan, aktivitas audit, kode etik perilaku dalam perusahaan, program whistle blower, manajemen risiko perusahaan, dan kecurangan yang mungkin terjadi dalam laporan keuangan. KNKG sendiri merumuskan empat tanggung jawab utama komite audit di Indonesia. Tanggung jawab tersebut adalah untuk memastikan bahwa:a. Laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum;b. Struktur pengandalian internal perusahaan dilaksanakan dengan baik;c. Pelaksanaan audit internal maupun eksternal dilaksanakan sesuai dengan standar audit yang berlaku;d. Tindak lanjut temuan hasil audit dilaksanakan oleh manajemen.

Dalam Corporate Management, Governance and Ethics Best Practice yang ditulis oleh Vallabhaneni, komite audit bertugas untuk mengawasi manajemen sehingga laporan keuangan yang dihasilkan berkualitas. Dengan laporan keuangan yang berkualitas, maka informasi yag diperoleh stakeholder juga berkualitas, dapat dipercaya, transparan dan objektif sehingga pasar modal menjadi lebih stabil. Hal ini menunjukkan pentingnya peranan komite audit dalam perekonomian negara. Meskipun mungkin investor tidak sepenuhnya mengandalkannlaporan keuangan, hal itu tidak lantas menghilangkan pentingnya peran komite audit dalam memastikan kualitas laporan keuangan. Komite audit juga harus menyeimbangkan peran fiduciary mereka sebagai pengawas dan sebagai penasihat manajemen. Vallabhaneni menyatakan bahwa komite audit memiliki tanggung jawab kunci sebagai berikut:a. Mengawasi proses penyusunan laporan keuangan yang dapat dipercaya dan kredibelb. Memastikan sistem pengendalian internal efektif.c. Menyeleksi dan mengurus fee auditor eksternal.d. Menyerap sebanyak mungkin informasi kunci.e. Mengawasi manajemen risiko dan kepatuhan atas hukum dan undang-undang yang mempengaruhi perusahaan.Komite audit juga berperan penting dalam menciptakan ekspektasi atas keikutsertaan karyawan eksekutif dalam kepatuhan atas peraturan dan perilaku etis.Komite audit juga bertugas untuk memproses calon auditor eksternal termasuk imbalan jasanya untuk disampaikan kepada dewan komisaris. Komite audit harus menjaga hubungan dengan auditor eksternal yang memegang peran kunci sebagai gatekeeper di pasar modal.Untuk menjalankan tugasnya tersebut, komite audit harus melaksanakan pertemuan secara rutin.Pertemuan tersebut dilaksanakan setidaknya empat kali dalam setahun.Namun, frekuensi pertemuan komite audit dapat disesuaikan dengan tingkat keterlibatan komite audit dalam fungsi pengawasan, tanggung jawab yang dilimpahkan kepadanya, dan aktivitas yang dikelolanya.Audit komite juga harus mengadakan pertemuan privat dengan auditor interal dan eksternal. Kualitas dan kuantitas pertemuan komite audit dapat memberikan dampak yang signifikan dalam efektivitas pelaksanaan tanggung jawab pengawasan.Efektivitas komite audit dapat ditingkatkan melalui enam cara berikut:1. Membuat rencana kerja berbasis risiko. Hal ini disebabkan karena efektivitas komite audit akan meningkat apabila berfokus pada risiko-risiko besar.2. Memahami operasional perusahaan, khususnya pada wilayah dengan kondisi geografis yang bervariasi.3. Memberikan sudut pandang objektif mengenai penilaian laporan keuangan.4. Terlibat dalam penciptaan budaya perusahaan yang etis.5. Megikuti perkembangan hukum, undang-undang, standard an hal-hal lain yang dibutuhkan untuk menunjang pekerjaansebagai komite audit.6. Menilai kinerja secara teratur.

Dalam melaporkan kinerjanya, komite audit membuat laporan status rutin, laporan tahunan kepada dewan komisaris, dan laporan tahunan kepada pemegang saham.Penilaian kinerja komite audit tidak secara langsung diatur oleh SEC dan SOX. Penilaian kinerja komite audit dapat dilakukan secara tahunan, termasuk penilaian oleh seluruh anggota dewan komisaris. Dewan komisaris menunjuk pihak yang mengevaluasi kinerja komite audit, format evaluasi, dan prses dokumentasi. Hasil evaluasi kemudian didiskusikan dengan anggota yang lain dan ditelaah oleh seluruh anggota dewan komisaris. Kriteria yang umum dijadikan tolok ukur dalam penilaian kinerja adalah pengetahuan dan keahlian, kemampuan kepemimpinan dan penilaian, komitmen untuk mencapai misi dan tingkat kehadiran dalam pertemuan.Berdasarkan aturan SEC, komite audit harus sekurang-kurangnya terdiri atas tiga orang. Jumlah anggota komite audir bervariasi antara tiga sampai enam orang.Namun, di Indonesia tidak ditentukan jumlah anggota komite audit. Jumlah anggota komite audit disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan. Bagi perusahaan yang sahamnya tercatat di bursa efek, perusahaan negara, perusahaan daerah, perusahaan yang menghimpun dan mengelola dana masyarakat, perusahaan yang produknya digunakan oleh masyarakat luas serta perusahaan yang mempunyai dampak luas terhadap lingkungan, komite audit harus diketuai oleh komisaris independen, anggotanya dapat terdiri atas komisaris independen dan atau pelaku professional dari luar perusahaan serta salah satu anggotanya harus memiliki latar belakang pendidikan dan kemampuan akuntansi dan atau keuangan. Perusahaan diijinkan tetapi tidak disarankan, untuk memiliki lebih dari satu ahli akuntansi atau keuangan dalam komite audit.b. Kualifikasi komitee auditKualifikasi Keanggotaan- Harus memiliki integritas, kapabilitas, pengetahuan dan pengalaman yang memadai dan memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik.- Memahami laporan keuangan, bisnis perusahaan, proses audit, managemen resiko dan pengetahuan yang memadai tentang undang-undang dan peraturan-peraturan pasar modal serta peraturan-peraturan lainnya yang terkait.- Sedikitnya satu dari anggota memiliki latar belakang akademis dan kemampuan di bidang akuntansi atau keuangan.- Bukan merupakan anggota staf dari perusahaan akuntan publik, konsultan hukum atau pihak ketiga lainnya yang digunakan perusahaan terkait dengan jasa audit, non-audit atau jasa konsultasi lainnya sedikitnya selama 6 bulan sebelum penugasannya.- Bukan merupakan orang-orang yang bekerja pada perusahaan dan memiliki wewenang dan tanggung jawab untuk merencanakan, memimpin atau mengendalikan kegiatan perusahaan sedikitnya selama 6 bulan sebelum penugasannya, kecuali komisaris independen.- Tidak memiliki saham perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung- Tidak terafiliasi dengan komisaris, direktur dan pemegang saham utama.- Tidak memiliki hubungan usaha secara langsung maupun tidak langsung dengan perusahaan- Tidak memiliki hubungan yang dapat mempengaruhi kapabilitas untuk bertindak secara bebas (independen)Amien (2008: 63-64), menjelaskan klasifikasi anggota komite audit sebagai berikut:Kualifikasi yang harus dimiliki oleh setiap anggota Komite Audit meliputi:1. Memiliki latar belakang pendidikan formal minimal Strata Satu (S1);1. Memiliki integritas dan reputasi yang baik;1. Memiliki kompetensi yang diperlukan untuk melaksanakan seluruh tugas dan tanggungjawab komite audit;1. Memiliki kemampuan memimpin, komunikasi dan menciptakan hubungan kerja yang baik antara Anggota Komite audit dengan pihak lain;1. Memiliki komitmen untuk mendedikasikan waktu dan tenaga guna menjalankan semua tugas dan tanggungjawab sebagai anggota Komite Audit;1. Memiliki kepedulian yang besar dan kemampuan untuk memberikan pertimbangan yang objektif kepada perusahaan;1. Memiliki kemampuan untuk memberikan perspektif yang baru atau berbeda dan masukan yang kontruktif kepada perusahaan;1. Tidak merangkap sebagai komisaris dan/atau direksi dan/atau pejabat eksekutif di lebih dari 2 (dua) perusahaan.

c. Komposisi Komitee auditNational Code (NCG, 2001) dan berbagai peraturan terkait merekomendasikan agar anggota komite audit minimal 3 (tiga) orang. Jumlah anggota komite audit dapat bervariasi dari satu perusahaan ke perusahaan lain tergantung kebutuhan, budaya perusahaan dan ruang lingkup tanggungjawab komite audit yang diharapkan. Tujuannya adalah agar jumlah ini memungkinkan komite bekerja secara efisien dan efektif, dimana semua anggota berpartisipasi aktif, dan menjadi cermin dari adanya bauran pengalaman dan pengetahuan yang memadai. Umumnya, tiga sampai lima orang anggota telah dapat memenuhi tujuan ini. Disamping itu, para anggota ini harus independen, dan minimal salah seorang di antaranya memiliki pemahaman atau keahlian di bidang keuangan.

Komite Audit biasanya terdiri dari dua hingga tiga orang anggota.Dipimpin oleh seorang Komisaris Independen. Seperti komite pada umumnya, Komite audit yang beranggotakan sedikit cenderung dapat bertindak lebih efisien. Akan tetapi, Komite Audit beranggota terlalu sedikit juga menyimpan kelemahan yakni minimnya ragam pengalaman anggota.Sedapat mungkin anggota Komite Audit memiliki pemahaman memadai tentang pembuatan laporan keuangan dan prinsip-prinsip pengawasan internal.

Agar mampu bekerja efektif, Komite Audit dibantu staff perusahaan dan auditor eksternal. Komite juga harus memiliki akses langsung kepada stand dan penasehat perusahaan seperti keuangan dan penasehat hukum.Keberadaan Komite Audit diatur melalui Surat Edaran Bapepam Nomor: SE/03 PM/2002 (bagi perusahaan publik) dan keputusan Menteri BUMN Nomor: Kep-103/MBU/2002 (Bagi BUMN) Komite Audit sedikitnya terdiri dari tiga orang, diketuai oleh seorang Komisaris Independen perusahaan dengan dua orang eksternal yang independen serta menguasai dan memiliki latar belakang akuntansi dan keuangan.Menurut Sarbanes-Oxley act jumlah anggota Komite Audit perusahaan yang dikutip Siswanto Sutojo dan E. John Aldridge (2005, 132) mengharuskan bahwa:

Komite Audit harus beranggotakan lima orang, diangkat untuk masa jabatan lima tahun. Mereka harus memiliki pengetahuan dasar tentang manajemen keuangan. Dua diantara lima orang anggota tersebut pernah menjadi akuntan publik. Tiga orang anggota yang lain bukan akuntan publik. Ketua Komite Audit dipegang oleh salah seorang anggota Komite Akuntan Publik, dengan syarat selama lima tahun terakhir mereka tidak berprofesi sebagai akuntan publik. Ketua dan anggota Komite Audit tidak diperkenankan menerima penghasilan dari perusahaan akuntan publik kecuali uang pensiun.Menurut Hiro Tugiman (1999, 11) mengatakan bahwa:

Anggota Komite Audit adalah profesional yang bukan pegawai perusahaan, satu diantaranya dipersyaratkan mempunyai latar belakang pendidikan dan berpengalaman dalam bidang akuntansi dan auditing anggota lainnya dapat berlatar belakang pendidikandan pengalaman dalam bidang hukum atau yang berkaitan dengan operasional atau kultur organisasi.Menurut Subur (2003) yang dikutip I Putu Sugiartha Sanjaya, syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi anggota Komite Audit adalah sebagaiberikut:

1.Anggota Komite Audit harus memiliki keseimbangan keterampilan dan pengalaman dengan latar belakang usaha yang luas.2.Anggota Komite Audit harus independen, objektif dan profesional.3.Anggota Komite Audit harus memiliki integritas, dedikasi, pemahaman yang baik mengenai organisasi, lingkungan bisnis serta risiko dan kontrol.4.Paling sedikit anggota komite audit harus memiliki pengertian yang baik tentang analisa dan penyusunan laporan keuangan.5.Ketua Komite Audit harus memiliki kemampuan untuk memimpin dan terampil berkomunikasi dengan baik.Selain hal tersebut, menurut Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-41/PM/2003 menambahkan bahwa anggota Komite Audit tidak merangkap jabatan yang sama pada perusahaan lain pada periode yang sama.

d. wewenang komitee auditKomite Audit mempunyai wewenang untuk menjalankan tugas-tugasnya seperti yang diutarakan oleh Barol (2004) yang dikutip oleh Siswanto Sutojo dan E. John Aldridge (2005, 237), yaitu:

Mengaudit kegiatan manajemen perusahaan dan auditor (intern dan ekstern).Mereka yang berwenang meminta informasi tambahan dan memperoleh penjelasan dari manajemen dan karyawan yang bersangkutan.Komite Audit juga mengevaluasi seberapa jauh peraturan telah mematuhi standar akunting dan prinsip akuntansi yang diterima di Australia.Menurut Hasnati (2003) yang dikutip oleh Indra Surya dan Ivan Yustiavandana (2006, 149), Komite audit memiliki wewenang, yaitu:

1.Menyelidiki semua aktivitas dalam batas ruang lingkup tugasnya;2.Menyelidiki semua aktivitas dalam batas ruang lingkup tugasnya;3.Mencari Informasi yang relevan dari setiap karyawan;4.Mengusahakan saran hukum dan profesional lainnya yang independen apabila dipandang perlu.Kewenangan Komite Audit dibatasi oleh fungsi mereka sebagai alat bantu Dewan Komisaris sehingga tidak memiliki otoritas eksekusi apapun (hanya sebatas rekomendasi kepada Dewan Komisaris) kecuali untuk hal spesifik yang telah memperoleh hak kuasa eksplisit dari Dewan Komisaris misalnya mengevaluasi dan menentukan komposisi auditor eksternal dan memimpin satu investigasi khusus. Selain itu Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-41/PM/2003 menyatakan bahwa Komite Audit memiliki wewenang mengakses secara penuh, bebas dan tak terbatas terhadap catatan, karyawan, dana, aset, serta sumber daya perusahaan dalam rangka tugasnya serta berwenang untuk bekerjasama dengan auditor internal.

Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) dan YPPMI Institute, yang dikutip oleh Indra Surya dan Ivan Yustiavandana (2006, 148) Komite Audit pada umumnya mempunyai tanggungjawab pada tiga bidang, yaitu:1. Laporan Keuangan (Financial Reporting)Komite Audit bertanggungjawab untuk memastikan bahwa laporan yang dibuat manajemen telah memberikan gambaran yang sebenarnya tentang kondisi keuangan, hasil usaha, rencana dan komitmen perusahaan jangka panjang.2. Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance)Komite Audit bertanggungjawab untuk memastikan bahwa perusahaan telah dijalankan sesuai undang-undang dan peraturan yang berlaku dan etika, melaksanakan pengawasan secara efektif terhadap benturan kepentingan dan kecurangan yang dilakukan oleh karyawan perusahaan.3. Pengawasan Perusahaan (Corporate Control)Komite Audit bertanggungjawab untuk pengawasan perusahaan termasuk didalamnya hal-hal yang berpotensi mengandung risiko dan sistem pengendalian intern serta memonitor proses pengawasan yang dilakukan oleh auditor internal.Menurut Keputusan Menteri BUMN Nomor: Kep-103/MBU/2002, dalam membantu Komisaris/Dewan Pengawas, Komite Audit bertugas:

a.Menilai pelaksanaan kegiatan serta hasil audit yang dilakukan oleh Satuan Pengawasan Intern maupun Auditor Ekstern sehingga dapat dicegah pelaksanaan dan pelaporan yang tidak memenuhi standar.b.Memberikan rekomendasi mengenai penyempurnaan sistem pengendalian manajemen perusahaan serta pelaksanaannya.c.Memastikan bahwa telah terdapat prosedur review yang memuaskan terhadap informasi yang dikeluarkan BUMN, termasuk brosur, laporan keuangan berkala, proyeksi/forecast dan lain-lain informasi keuangan yang disampaikan kepada pemegang saham.d.Mengidentifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian Komisaris/Dewan Pengawas.e.Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Komisaris/Dewan Pengawas sepanjang masih dalam lingkup tugas dan kewajiban Komisaris/Dewan Pengawas berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.Komite Audit bertugas untuk memberikan pendapat kepada Dewan Komisaris terhadap laporan atau hal-hal yang disampaikan oleh direksi kepada Dewan Komisaris, mengidentifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian Komisaris, dan melaksanakan tugas-tugas lain yang berkaitan dengan tugas Dewan Komisaris.d. akuntabilitas komitee auditAkuntabilitas adalah kejelasan fungsi, struktur, sistem dan pertangungjawaban organ perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif.Masalah yang sering ditemukan di perusahaan-perusahaan Indonesia adalah mandulnya fungsi pengawasan Dewan Komisaris.Atau justru sebaliknya, Komisaris Utama mengambil peran berikut wewenang yang seharusnya dijalankan direksi.Padahal, diperlukan kejelasan tugas serta fungsi organ perusahaan agar tercipta suatu mekanisme pengecekan dan perimbangan dalam mengelola perusahaan.Kewajiban untuk memiliki Komisaris Independen dan Komite Audit sebagaimana yang ditetapkan oleh Bursa Efek Jakarta, merupakan salah implementasi prinsip ini.Tepatnya, berupaya memberdayakan fungsi pengawasan Dewan Komisaris. Beberapa bentuk implementasi lain dari prinsip accountability antara lain: Praktek Audit Internal yang Efektif, serta Kejelasan fungsi, hak, kewajiban, wewenang dan tanggung jawab dalam anggaran dasar perusahaan dan Statement of Corporate Intent (Target Pencapaian Perusahaan di masa depan)Bila prinsip accountability ini diterapkan secara efektif, maka ada kejelasan fungsi, hak, kewajiban, wewenang, dan tanggung jawab antara pemegang saham, dewan komisaris, serta direksi. Dengan adanya kejelasan inilah maka perusahaan akan terhindar dari kondisi agency problem (benturan kepentingan peran).Komite RemunerasiKomite remunerasi atau di Amerika Serikat disebut compensation committee, bertugas untuk menentukan besaran kompensasi atau gaji dan bonus bagi direksi dan komisaris.Agar dapat bekerja secara efektif dan objektif, maka komite ini harus hanya beranggotakan direktur independen.Selain itu, komite ini harus mempekerjakan penasihat/advisor dari pihak eksternal yang langsung melapor kepada komite kompensasi.Penasihat ini digaji langsung oleh komite remunerasi untuk menjaga objektivitas dan independeninya dari pihak manajemen.Untuk memastikan efektvitas komite remunerasi, Council of Institutional Investor (CII) merekomendasikan beberapa prinsip.Prinsip tersebut terkait dengan struktur, tanggung jawab dan proksi pengungkapan.Struktur komite remunerasi harus terdiri dari komisaris independen untuk menjaga objektivitas dan independensinya.Dalam hal pengungkapan, komite remunerasi harus mengungkapkan seluruh aspek dalam kompensasi manajemen secara menyeluruh dan wajar dalam bahasa yang mudah dipahami agar pemegang saham dapat memahami bagaimana dan berapa banyak manajemen digaji.Secara umum tanggung jawab komite remunerasi adalah menentukan besaran gaji atau kompensasi yang diterima direksi maupun komisaris. Tanggung jawab komite remunerasi yang lebih rinci diuraikan oleh CII sebagai berikut:a. Mengembangkan, menyetujui, memantau, dan mengungkapkan gaji eksekutif perusahaan, mempertimbangkan berbagai komponen pembayaran, bauran dari kas dan penghargaan ekuitas, dan hubungan eksekutif untuk membayar kompensasi karyawan lain. b. Mengawasi semua aspek kompensasi eksekutif bagi para eksekutif puncak, untuk memastikan adil, tidak diskriminatif, bermanfaat, dan memandang ke depan.c. Pelaksana pembayaran untuk kinerja kompensasi eksekutif didorong terutama oleh kinerja dan penghargaan atas kinerja yang superior. d. Meninjau kinerja individu setiap tahunnya dalam kelompok pengawasan (komisaris) dan menyetujui bonus mereka, pesangon, penghargaan berbasis ekuitas, kematian/kecelakaan, pensiun, pemecatan dengan atau tanpa sebab, perubahan kontrol, dan pengunduran diri.e. Dengan asumsi akuntabilitas untuk operasi komite, termasuk menghadiri semua pertemuan pemegang saham tahunan dan khusus, yang tersedia untuk merespon langsung ke pertanyaan mengenai kompensasi eksekutif, melaporkan kegiatannya kepada direksi independen dari dewan perusahaan, dan mempersiapkan dan bertanggung jawab atas laporan komite kompensasi termasuk dalam bahan proksi tahunan. f. Bertanggung jawab untuk mempekerjakan, mempertahankan, dan memecat ahli independen termasuk penasihat hukum, penasihat keuangan, dan konsultan sumber daya manusia saat negosiasi kontrak dengan para eksekutif.Peran komite remunerasi sangat penting dalam tata kelola perusahaan. Aturan SEC mewajibkan perusahaan publik untuk menjelaskan proses dan prosedur komite remunerasi. Perusahaan harus menjelaskan ruang lingkup dan kewenangan komite remunerasi, sifat dan tingkat kewenagan yang didelegasikan komite remunerasi kepada pihak lain, serta berbagai aspek di mana konsultan dan komite bekerja sama untuk merekomendasikan besaran kompensasi direksi dan komisaris. Apabila perusahaan mempekerjakan akuntan, maka harus diungkapkan nama masing-masing konsultan, keterlibatan dengan komite nominasi dan sifat, dan ruang lingkup tugas konsultan. Untuk memenuhi tugasnya, komite remunerasi harus menyusun prosedur kebijakan pembayaran dan penghargaan atas kinerja manajemen yang unggul. Terdapat 10 aspek utama dalam laporan komite remunerasi:1. Komposisi komite remunerasi, termasuk jumlah anggota, nama anggota, kualifikasi anggota, dan independensi anggota.2. Tujuan dan pelaksanaan program kompensasi direktur dan eksekutif, termasuk kebijakan say on pay dari pemegang saham.3. Kebijakan dan prosedur komite remunerasi.4. Rincian kompensasi direksi individu dan pegawai lain, termasuk gaji, bonus, saham, dan opsi saham.5. Persetujuan oleh pemegang saham atas rencana kompensasi berbasis saham dan biaya rencana tersebut.6. Kebijakan dan praktik akuntansi untuk pengakuan atau pengungkapan biaya yang terkait dengan kompensasi berbasis saham.7. Sarana menghubungi dewan komisaris perusahaan, terutama anggota komite remunerasi.8. Informasi yang relevan tentang konsultan kompensasi independen.9. Kebijakan perusahaan dalam menarik kembali bonus eksekutif yang disebabkan oleh laporan keuangan yang menyesatkan yang kemudian disajikan kembali.10. Prosedur untuk persetujuan rencana opsi saham karyawan dan eksekutif kunci, baik oleh pemegang saham atau dewan perwakilan komisaris, administrasi rencana tersebut dan penentuan tanggal hibah mereka oleh komite remunerasi.

Terdapat 12 faktor penentu komite remunerasi yang efektif:1. Semua perusahaan publik harus memiliki komite remunerasi dewan komisaris mereka, yang secara langsung bertanggung jawab untuk menentukan tingkat dan struktur rencana kompensasi yang sesuai untuk eksekutif utama perusahaan Komite juga dapat mempertimbangkan kompensasi bagi komisaris perusahaan.2. Komite remunerasi harus terdiri hanya dari direktur independen yang tidak berafiliasi dengan dan tidak menerima kompensasi apapun selain fee pertemuan dewan komisaris dan yang terkait dengan komite.3. Komite remunerasi harus memiliki sebuah piagam yang menyatakan peran, tanggung jawab, dan fungsi komite. Piagam tersebut harus disetujui oleh dewan komisaris dan seluruh sepenuhnya diungkapkan kepada pemegang saham.4. Komite remunerasi harus memiliki wewenang dan sumber daya anggaran untuk menyewa ahli, penasihat, dan konsultan yang dianggap diperlukan untuk merancang dan menerapkan pengaturan kompensasi eksekutif. Manajemen tidak harus mengontrol sumber daya anggaran perusahaan, dan konsultan yang sama tidak harus disewa oleh manajemen.5. Komite remunerasi harus mengembangkan kompensasi berbass kinerja untuk eksekutif perusahaan, menetapkan kompensasi eksekutif rencana untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, mengevaluasi kinerja eksekutif, dan merevisi rencana kompensasi yang diperlukan untuk memberikan insentif bagi kinerja eksekutif tinggi.6. Komite remunerasi harus memastikan pengungkapan kompensasi eksekutif yang cukup dan sesuai dengan persyaratan pengungkapan SEC. 7. Komite remunerasi harus memastikan bahwa eksekutif mengembalikan kompensasi mereka apabila terjadi penyajian kembali hasil keuangan perusahaan.8. Komite menetapkan kebijakan kompensasi harus memberikan bauran yang tepat dari bonus gaji dan kompensasi insentif jangka panjang, termasuk pengaturan pesangon dan pensiun, yang sepenuhnya diungkapkan kepada dan disetujui oleh para pemegang saham.9. Komite harus menetapkan metrik kompensasi berbasis kinerja berdasarkan tolok ukur kinerja yang tepat seperti nilai tambah ekonomi (EVA), nilai tambah pemegang saham (SVA), return on equity (ROE), return on assets (ROA), sisa pendapatan (RI), pendapatan, dan uang tunai pertumbuhan arus (EKG). 10. Komite remunerasi harus mendorong kepemilikan saham eksekutif dan mempromosikan kesetaraan berbasis kompensasi (opsi saham, saham terbatas). 11. Komite remunerasi harus memiliki sebuah piagam yang menyatakan kebijakan, prosedur, komposisi, otoritas, sumber daya, dan tanggung jawab serta persyaratan untuk memproduksi laporan tahunan tentang kompensasi eksekutif untuk dimasukkan dalam proksi pernyataan perusahaan.12. Komite remunerasi harus memberikan kompensasi dan pengungkapan analisis dan meminta untuk dimasukkan dalam laporan tahunan perusahaan.

Komite NominasiKomite nominasi bertugas untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, dan menominasikan direktur baru pada dewan, dan juga memfasilitasi pemilihan direksi baru oleh pemegang saham.Komite dapat menggunakan dukungan staf yang diberikan oleh CEO dalam mengidentifikasi dan merekrut anggota baru dewan direksi perusahaan.Sebuah komite nominasi yang efektif secara substansial dapat mengurangi peran tradisional dimainkan oleh direktur utama dalam memilih komisaris baru yang tidak mungkin independen dari manajemen. Sedangkan di Indonesia menurut Pedoman Umum GCG (KNKG) tahun 2006 menyatakan bahwa komite nominasi dan remunerasi bertugas membantu dewan komisaris dalam menetapkan kriteria pemilihan calon anggota dewan komisaris dan direksi serta sistem remunerasinya.Menurut Sarbanes-Oxley Act (SOX), komite nominasi bertanggung jawab untuk:1. Meninjau kinerja komisaris saat ini.2. Menilai kebutuhan untuk komisaris baru.3. Mengidentifikasi dan mengevaluasi keterampilan, latar belakang, keragaman (jenis kelamin, latar belakang etnis, dan pengalaman), dan pengetahuan calon komisaris.4. Memiliki proses nominasi kandidat yang memenuhi syarat objektif.5. Membantu dalam pemilihan komisaris baru yang berkualitas.6. Menetapkan kebijakan tata kelola perusahaan (misalnya, kebijakan suara mayoritas).7. Berkomunikasi dengan pemegang saham mengenai calon dewan dan pemegang saham lainnya kekhawatiran dan masalah.8. Menentukan apakah seluruh dewan komisaris memenuhi persyaratan independensi yang ditetapkan oleh standar pencatatan dalam hal sebagian besar direktur (setidaknya dua pertiga) yang independen.

Menurut KNKG di Indonesia, komite nominasi dan remunerasi bertanggung jawab membantu dewan komisaris mempersiapkan calon anggota dewan komisaris dan direksi dan mengusulkan besaran remunerasinya. Dewan komisaris dapat mengajukan calon tersebut dan remunerasinya untuk memperoleh keputusan RUPS dengan cara sesuai ketentuan anggaran dasar.Komite nominasi harus memimpin proses penilaian direktur dan pemilihan. Isu-isu berikut harus dipertimbangkan dalam proses evaluasi termasuk (tetapi tidak terbatas pada hal-hal berikut): Jenis kelamin dan keragaman etnis dalam menciptakan keseimbangan yang tepat untuk memungkinkan komisaris untuk menghadapi tantangan bisnis saat ini dan masa depan dan mencerminkan basis pelanggan perusahaan sebagai keunggulan kompetitif. Pengalaman diperlukan untuk secara efektif mengoperasikan komite dewan. Keahlian yang dibutuhkan di masa depan. Sebagai contoh, jika perusahaan mengharapkan masa depan merger dan akuisisi, memiliki komisaris dengan pengetahuan dan latar belakang dalam model penilaian akan sangat membantu. Tantangan bagi perusahaan di masa depan terkait manajemen risiko perusahaan dan tanggung jawab sosial dan lingkungan juga memerlukan pertimbangan direksi berpengetahuan di daerah tersebut. Kebijakan dua termin keanggotaan dewan komisaris bagi komisaris non-eksekutif untuk menjaga independensinya. Kombinasi yang tepat atas kualifikasi komisaris dan karakteristik perilaku.

Setelah komite nominasi menyeleksi beberapa kandidat komisaris, kandidat-kandidat tersebut harus diseleksi lebih lanjut berdasarkan latar belakang, pengetahuan, keahlian, keragaman, nilai-nilai etika, dan karakter kandidat yang bersangkutan.Kandidat yang lolos itu kemudian harus memperoleh persetujuan seluruh komisaris sebelum diajukan dalam pemilihan oleh pemegang saham. Komite nominasi juga harus melakukan wawancara untuk memastikan bahwa kandidat yang dipilih tidak hanya memiliki kualitas yang baik, tetapi juga memiliki waktu dan perhatian untuk menjadi anggota dewan komisaris yang efektif dan kandidat tersebut tidak menjabat terlalu banyak di dewan lain. Apabila kandidat tersebut telah terpilih dalam RUPS, maka ia akan menjabat selama masa jabatannya kecuali dipecat atau dipaksa mengundurkan diri, sesuatu yang jarang terjadi. Pada masa lalu, tidak terdapat batasan masa jabatan dewan komisaris. Dengan demikian, komisaris incumbentakan selalu terpilih kembali kecuali dipecat atau pensiun, suatu hal yang jarang terjadi. Namun, pada saat ini, telah diberikan saran untuk memastikan bahwa kandidat incumbent memadai untuk dipilih kembali: Menetapkan usia pensiun wajib bagi semua komisaris independen, komisaris interal dan incumbent. Saat ini tidak ada hukum, standar pencatatan, atau persyaratan eksternal lainnya mandat usia pensiun standar untuk direksi. Dengan demikian, perusahaan publik, dalam mengikuti praktek tata kelola perusahaan terbaik (misalnya, pernyataan kebijakan CII), harus memutuskan usia pensiun terbaik bagi komisaris mereka (mungkin di kisaran 70 sampai 75 tahun). Gunakan evaluasi tahunan dewan sebagai sarana untuk menilai kualifikasi, pengetahuan, kepercayaan, dan perubahan dalam status komisaris yang ada dan kelayakan mereka untuk dinominasikan untuk pemilihan kembali. Gunakan batas maksimal untuk pemilihan kembali komisaris incumbent. Perlu sertifikasi tahunan dari komisaris untuk mengungkapkan setiap perubahan keadaan kerja utama mereka, potensi konflik kepentingan, dan keterlibatan dalam tindakan ilegal atau perilaku tidak etis yang dapat memalukan bagi perusahaan. Memberikan insentif dan kesempatan bagi direksi untuk mengundurkan diri dari dewan sebelum pencalonan kembali dan dipilih kembali dalam keadaan ketika mereka tidak efektif, telah terlibat dalam perilaku tidak etis atau tindakan ilegal, atau terkait dengan konflik kepentingan. Mendorong pemegang saham, investor institusional khususnya, untuk memasukkan nominator dewan mereka pada surat suara resmi perusahaan. Mendorong pendidikan tahunan melanjutkan direktur untuk memastikan bahwa pengetahuan mengenai corporate governance dan finansial tetap diperbarui.