Upload
vunhan
View
218
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Auditing
Auditing memberikan nilai tambah bagi laporan keuangan perusahaan,
karena akuntansi publik sebagai yang ahli dan independen pada akhir
pemeriksaannya akan memberikan pendapat mengenai kewajaran posisi
keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan laporan arus kas.
2.1.1 Pengertian Auditing
Auditing merupakan salah satu atestasi. Atestasi, pengertian umumnya
merupakan suatu komunikasi dari seorang expert mengenai kesimpulan tentang
realibilitas dari pernyataan seseorang. Berikut ini beberapa pengertian Auditing :
Menurut Sukrisno Agoes (2012 ; 4)
“Auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis,
oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh
manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya,
dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan
keuangan tersebut”.
Menurut Konrath (2002:5) dalam Sukrisno Agoes (2012:2) mendefinisikan
auditing sebagai: “Suatu proses sistematis untuk secara objektif mendapatkan
untuk mengevaluasi bukti mengenai asersi tentang kegiatan-kegiatan dan
kejadian-kejadian ekonomi untuk meyakinkan tingkat keterkaitan antara asersi
tersebut dan kriteria yang telah ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya
kepada pihak-pihak yang berkepentingan.”
9
Menurut Alvin A. Arens, Mark S. Beasley dan Randal J. Elder (2011; 4)
“Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about information to
determine and report on the degree of correspondence between the information
and established criteria. Auditing should be done by a competent, independent
person”.
Dapat disimpulkan bahwa auditing merupakan pemeriksaan yang
dilakukan oleh pihak independen terhadap laporan keuangan yang telah dibuat
oleh manajemen untuk mengumpulkan dan mengevaluasi bukti-bukti dengan
tujuan memberi kewajaran atas laporan keuangan.
2.1.2 Jenis-jenis Audit
Dalam (Sukrisno Agoes, 2012:10) Ditinjau dari luasnya pemeriksaan,
audit bisa dibedakan atas :
1. Pemeriksaan Umum (General Audit)
Suatu pemeriksaan umum atas laporan keuangan yang dilakukan oleh
KAP independen dengan tujuan untuk bisa memberikan pendapat
mengenai kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan. Pemeriksaan
tersebut harus sesuai dengan standar Professional Akuntan Publik dan
memperhatikan kode etik akuntan indonesia, aturan etika KAP yang telah
disahkan Ikatan Akuntan Indonesia serta standar pengendalian mutu.
2. Pemeriksaan Khusus (Special Audit)
Suatu pemeriksaan terbatas (sesuai dengan permintaan Auditee) yang
dilakukan oleh KAP yang independen, dan pada akhir pemeriksaannya
auditor tidak perlu memberikan pendapat terhadap kewajaran laporan
keuangan secara keseluruhan. Pendapat yang diberikan terbatas pada pos
atau masalah tertentu yang diperiksa, karena prosedur audit yang
10
dilakukan juga terbatas. Misalnya KAP diminta untuk memeriksa apakah
terdapat kecurangan pada penagihan piutang usaha perusahaan. Dalam hal
ini prosedur audit terbatas untuk memeriksa piutang, penjualan dan
penerimaan kas. Pada akhir pemeriksaan KAP hanya memberikan
pendapat apakah terdapat kecurangan atau tidak terhadap penagihan
piutang usaha di perusahaan. Jika memang ada kecurangan, berapa besar
jumlahnya dan bagaimana modus operandinya.
Dalam (Sukrisno Agoes, 2012 ; 11-13) Ditinjau dari jenis pemeriksaan,
audit bisa dibedakan atas:
1. Management Audit (Operational Audit)
Suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan, termasuk
kebijakan akuntansi dan kebijakan operasional yang telah ditentukan oleh
manajemen, untuk mengetahui apakah kegiatan operasi tersebut sudah
dilakukan secara efektif, efisien dan ekonomis. Pengertian efisien disini
adalah, dengan biaya tertentu dapat mencapai hasil atau manfaat yang telah
ditetapkan atau berdaya guna. Efektif adalah dapat mencapai tujuan atau
sasaran sesuai dengan waktu yang telah ditentukan atau berhasil/dapat
bermanfaat sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Ekonomis adalah
dengan pengorbanan yang serendah-rendahnya dapat mencapai hasil yang
optimal atau dilaksanakan secara hemat.
11
2. Pemeriksaan Ketaatan (Compliance Audit)
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah perusahaan sudah
mentaati peraturan-peraturan dan kebijakan-kebijakan yang berlaku, baik yang
ditetapkan oleh pihak intern perusahaan (manajemen, dewan komisaris)
maupun pihak eksternal (Pemerintah, Bapepam, Bank Indonesia, Direktorat
Jendral Pajak, dan lain-lain). Pemeriksaan bisa dilakukan oleh KAP maupun
bagian internal audit.
3. Pemeriksaan Intern (Internal Audit)
Pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan, baik
terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan, maupun
ketaatan terhadap kebijakan manajemen yang telah ditentukan. Pemeriksaan
umum yang dilakukan internal auditor biasanya lebih rinci dibandingkan
dengan pemeriksaan umum yang dilakukan oleh KAP. Internal auditor
biasanya tidak memberikan opini terhadap kewajaran laporan keuangan,
karena pihak-pihak diluar perusahaan menganggap bahwa internal auditor,
yang merupakan orang dalam perusahaan, tidak independen. Laporan internal
auditor berisi temuan pemeriksaan (audit finding) mengenai penyimpangan
dan kecurangan yang ditemukan, kelemahan pengendalian intern, beserta
saran-saran perbaikannya (recommendations).
4. Computer Audit
Pemeriksaan oleh KAP terhadap perusahaan yang memproses data
akuntansinya dengan menggunakan Electronic Data Processing (EDP) sistem.
12
2.1.3 Standar Auditing
Menurut PSAP 01 (2011: 150.1-150.2) Standar auditing yang ditetapkan
dan disahkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia terdiri atas sepuluh standar
yang dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar, yaitu:
a. Standar Umum
1. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian
dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor
2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi
dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor
3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib
menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama
b. Standar Pekerjaan Lapangan
1. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten
harus disupervisi dengan semestinya
2. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk
merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian
yang akan dilakukan
3. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar
memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit
c. Standar Pelaporan
1. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun
sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum di Indonesia
13
2. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada,
ketidakkonsistenan penerapan standar akuntansi dalam penyusunan
laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan
standar akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya
3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang
memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor
4. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai
laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan
demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak
dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama
auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus
memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang
dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh
auditor. (IAPI, 2011:150.1 & 150.2)
2.1.4 Kertas Kerja Pemeriksaan
Kertas kerja pemeriksaan adalah semua berkas-berkas yang dikumpulkan
oleh auditor dalam menjalankan pemeriksaan, yang berasal (Sukrisno Agoes,
2012: 128):
1. Dari pihak klien
2. Dari analisis yang dibuat oleh auditor
3. Dari pihak ketiga
14
Tujuan kertas kerja pemeriksaan antara lain : Mendukung opini auditor
mengenai kewajaran laporan keuangan, sebagai bukti bahwa auditor telah
melaksanakan pemeriksaan sesuai dengan Standar Profesional Akuntan Publik,
Sebagai referensi dalam hal ada pertanyaan dari pihak pajak, pihak bank, dan
pihak klien, sebagai salah satu dasar penilaian asisten (seluruh tim audit), dan
sebagai pegangan untuk audit tahun berikutnya. Kertas kerja pemeriksaan
biasanya dikelompokkan dalam (Sukrisno Agoes, 2012: 129-130) sebagai berikut:
a. Current file
Berisi kertas kerja yang mempunyai kegunaan untuk tahun berjalan,
misalnya:
Neraca saldo
Berita Acara Kas Opname
Rekonsiliasi Bank
Rincian Piutang
Rincian Persediaan
Rincian Liabilities
Rincian Biaya, dan lain-lain
b. Permanent File
Berisi kertas kerja yang mempunyai kegunaan untuk beberapa tahun,
misalnya :
Akta Pendirian
Buku Pedoman Akuntansi (Accounting Manual)
Kontrak-kontrak
15
Notulen rapat
c. Correspondence File
Berisi korespondensi dengan klien, berupa surat menyurat, facsimile,
email dan lain-lain
2.2 Audit Internal
Dengan berkembangnya era globalisasi dan meningkatnya persaingan
dewasa ini, setiap perusahaan dituntut untuk berusaha meningkatkan daya
saingnya secara berkelanjutan. Salah satu cara yang ditempuh adalah
meningkatkan efisiensi dan efektifitas dari kegiatan usahanya dimana sangat
memerlukan adanya departemen audit internal yang efektif.
2.2.1 Pengertian Audit Internal
Definisi internal audit terus berkembang. Internal audit yang modern tidak
lagi terbatas fungsinya dalam bidang pemeriksaan finansial, tetapi sudah meluas
ke bidang lain seperti manajemen audit, audit lingkungan hidup, sosial audit, audit
investigasi, compliance audit. Berikut ini pengertian Internal audit :
Menurut Busra Emka (2006 : 27)
Pemeriksaan intern (Internal Auditing) adalah suatu kegiatan yang bebas dalam
suatu organisasi untuk memeriksa kembali semua kegiatan perusahaan. Selain itu
Pemeriksaan intern berfungsi memberikan laporan kepada manajemen, atau
merupakan suatu alat pengendalian manajemen yang berfungsi untuk mengukur
dan mengevaluasi efektivitas dari sistem pengendalian intern.
16
Menurut Hiro Tugiman (2006:11)
Internal auditing atau pemeriksaan internal adalah suatu fungsi penilaian yang
independen dalam suatu organisasi untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan
organisasi yang dilaksanakan.
Menurut Sukrisno Agoes (2012 : 204)
Internal audit (pemeriksaan intern) adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh
bagian internal audit perusahaan, terhadap laporan keuangan dan catatan
akuntansi perusahaan maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen puncak
yang telah ditentukan dan ketaatan terhadap peraturan pemerintah dan ketentuan-
ketentuan dari ikatan profesi yang berlaku. Peraturan pemerintah misalnya
peraturan di bidang perpajakan, pasar modal, lingkungan hidup, perbankan,
perindustrian, investasi, dan lain-lain.
Dari pengertian-pengertian internal auditing di atas, dapat disimpulkan
bahwa audit internal merupakan pemeriksaan kembali kegiatan operasi
perusahaan secara independen untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan
organisasi yang dilaksanakan guna memenuhi kebutuhan pemimpin.
Walaupun terdapat kesamaan antara pemeriksaan intern (Internal
Auditing) dengan pemeriksaan ekstern (External Auditing) dalam area audit
finansial, namun terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua tipe audit
tersebut perbedaan-perbedaan tersebut diringkas sebagai berikut:
Tabel 2.1
Perbedaan Internal Audit dan External Audit
NO INTERNAL AUDIT EXTERNAL AUDIT
1
Dilakukan oleh Internal Auditor yang
merupakan orang dalam perusahaan
(pegawai perusahaan)
Dilakukan oleh external auditor (Kantor
akuntan Publik) yang merupakan orang luar
perusahaan
17
2
Pihak luar perusahaan menganggap
Internal auditor independen
(Inappearance)
External auditor adalah pihak yang
independen
3
Tujuan pemeriksaannya adalah untuk
membantu (top management, middle
management, dan lower management)
dalam melaksanakan tanggung jawabnya
dengan memberikan analisis, penilaian,
saran dan komentar mengenai kegiatan
yang diperiksanya
Tujuan pemeriksaannya adalah untuk dapat
memberikan pendapat mengenai kewajaran
laporan keuangan yang telah disusun oleh
manajemen perusahaan
4
Laporan internal auditor tidak berisi opini
mengenai kewajaran laporan keuangan,
tetapi berupa temuan pemeriksaan (audit
findings) mengenai penyimpangan dan
kecurangan yang ditemukan, kelemahan
pengendalian intern, beserta saran-saran
perbaikannya
Laporan external auditor berisi opini
mengenai kewajaran laporan keuangan,
selain itu berupa management letter, yang
berisi pemberitahuan kepada manajemen
mengenai kelemahan-kelemahan dalam
pengendalian intern beserta saran-saran
perbaikannya
5
Pelaksanaan pemeriksaan berpedoman
pada internal auditing standards yang
ditentukan oleh Institute of Internal
Auditors, atau norma Pemeriksaan Intern
yang ditentukan oleh BPKP atau BPK dan
norma pemeriksaan satuan pengawasan
intern BUMN/BUMD oleh SPI (Institut
Akuntan Publik Indonesia belum
Pelaksanaan pemeriksaan berpedoman pada
Standar Profesional Akuntan Publik yang
ditetapkan Institut Akuntan Publik
Indonesia
18
menyusun Standar Pemeriksaan Intern)
Pemeriksaan intern dilakukan lebih rinci
dan memakan waktu sepanjang tahun,
karena internal auditor mempunyai waktu
yang lebih banyak di perusahaannya
Pemeriksaan ekstern dilakukan secara
sampling, karena waktu yang terbatas dan
akan terlalu tingginya audit fee jika
pemeriksaan dilakukan secara rinci
7
Pimpinan (penanggung jawab)
pemeriksaan intern tidak harus seorang
registered accountant
Pemeriksaan ekstern dipimpin oleh
(penanggung jawabnya adalah seorang
akuntan publik yang terdaftar dan
mempunyai nomor register (registered
public accountant)
8
Internal Auditor mendapatkan gaji dan
tunjangan sosial lainnya sebagai pegawai
perusahaan
External auditor mendapat audit fee atas
jasa yang diberikannya
9
Sebelum menyerahkan laporannya,
internal auditor tidak perlu meminta "Surat
Pernyataan Langganan".
Sebelum menyerahkan laporannya, external
auditor terlebih dahulu harus meminta
"Surat pernyataan Langganan" (Client
Representation Letter)
10
Internal Auditor tertarik pada kesalahan-
kesalahan yang material maupun tidak
material
External auditor hanya tertarik pada
kesalahan-kesalahan yang material, yang
bisa mempengaruhi kewajaran laporan
keuangan
Sumber : Sukrisno Agoes (2012 ; 208)
19
2.2.2 Auditor Internal
Walaupun seringkali memiliki hubungan kerja yang erat antara auditor
internal dan auditor eksternal, namun terdapat perbedaan penting berikut ini
diantara kedua jenis auditor tersebut:
Tabel 2.2
Perbedaan Auditor Internal dan Auditor Eksternal
Sumber : (Sukrisno Agoes, 2012 : 206-207)
Keterangan AUDITOR INTERNAL AUDITOR EKSTERNAL
Pemberi Kerja
Perusahaan dan unit-unit
Pemerintah
Kantor Akuntan Publik
Organisasi Nasional
Institute of Internal
Auditors (IIA)
American Institute of
certified Public Accountants
(AICPA)
Gelar Sertifikasi
Certified Internal Auditor
(CIA)
Certified Public Accountant
(CPA)
Lisensi untuk Praktik Tidak ada Ada
Tanggung jawab utama Kepada Dewan komisaris Kepada Pihak Ketiga
Ruang lingkup audit
Semua aktivitas dalam
suatu organisasi
Terutama Laporan Keuangan
20
2.2.3 Tahap Audit Internal
Menurut Hiro Tugiman dalam bukunya ”Standar Profesional Audit
Internal” mengemukakan bahwa: Kegiatan pemeriksaan harus meliputi
perencanaan, pemeriksaan, pengujian, dan pengevaluasian informasi,
pemberitahuan hasil dan menindaklanjuti (Follow up). (2006 : 53)
Jadi kegiatan pemeriksaan terdiri dari perencanaan pemeriksaan, pengujian
dan pengevaluasian informasi, penyampaian hasil pemeriksaan (pelaporan) dan
tindak lanjut (follow up).
2.2.3.1 Perencanaan Pemeriksaan
Perencanaan pemeriksaan internal harus didokumentasikan dan meliputi
hal-hal berikut ini (Hiro Tugiman, 2006: 53-59) :
1. Penetapan tujuan pemeriksaan dan lingkup pekerjaan
2. Memperoleh informasi dasar (background information) tentang kegiatan
yang akan diperiksa
3. Penentuan berbagai tenaga yang diperlukan untuk melaksanakan
pemeriksaan
4. Pemberitahuan kepada para pihak yang dipandang perlu
5. Melaksanakan survei secara tepat untuk lebih mengenali kegiatan yang
diperlukan, risiko-risiko, dan pengawasan-pengawasan, untuk
mengidentifikasi area yang ditekankan dalam pemeriksaan, serta untuk
memperoleh berbagai ulasan dan sasaran dari pihak yang akan diperiksa.
6. Penulisan program pemeriksaan
21
2.2.3.2 Pengujian dan Pengevaluasian Informasi
Pemeriksa internal haruslah mengumpulkan, menganalisis,
menginterpretasi, dan membuktikan kebenaran informasi untuk mendukung hasil
pemeriksaan.
Proses pengujian dan pengevaluasian informasi adalah sebagai berikut
(Hiro Tugiman, 2006 : 59-68) :
1. Berbagai informasi tentang seluruh hal yang berhubungan dengan tujuan
pemeriksa dan lingkup kerja haruslah dikumpulkan.
2. Informasi haruslah mencukupi, kompeten, relevan dan berguna untuk
membuat dasar yang logis bagi temuan pemeriksaan dan rekomendasi
3. Prosedur pemeriksaan, termasuk teknik pengujian dan penarikan contoh
yang dipergunakan, harus terlebih dahulu diseleksi bila memungkinkan
dan diperluas atau diubah bila keadaan menghendaki demikian.
4. Proses pengumpulan, analisis, penafsiran dan pembuktian kebenaran
informasi haruslah diawasi untuk memberikan kepastian bahwa sikap
objektif pemeriksa terus dijaga dan sasaran pemeriksaan dapat dicapai.
5. Kertas kerja pemeriksaan adalah dokumen pemeriksaan yang harus dibuat
oleh pemeriksa dan ditinjau atau direview oleh manajemen bagian audit
internal. Kertas kerja ini harus mencantumkan berbagai informasi yang
diperoleh dan dianalisis yang dibuat serta harus mendukung dasar temuan
pemeriksaan dan rekomendasi yang akan dilaporkan.
22
2.2.3.3 Penyampaian hasil Pemeriksaan
Pemeriksa internal harus melaporkan hasil pemeriksaan yang
dilakukannya. Penyampaian hasil pemeriksaan lebih lanjut dijelaskan sebagai
berikut dalam (Hiro Tugiman, 2006 : 68-75) :
1. Laporan tertulis yang ditandatangani haruslah dikeluarkan setelah
pengujian terhadap pemeriksaan (audit examination) selesai dilakukan.
Laporan sementara dapat dibuat secara tertulis atau lisan dan diserahkan
secara formal atau informal
2. Pemeriksa internal harus terlebih dahulu mendiskusikan berbagai
kesimpulan dan rekomendasi dengan tingkatan manajemen yang tepat,
sebelum mengeluarkan laporan akhir
3. Suatu laporan haruslah objektif, jelas, singkat, konstruktif dan tepat waktu
4. Laporan haruslah mengemukakan tentang maksud, lingkup dan hasil
pelaksanaan pemeriksaan dan bila dipandang perlu, laporan harus pula
berisikan pernyataan tentang pendapat pemeriksa
5. Laporan-laporan dapat mencantumkan berbagai rekomendasi bagi
berbagai perkembangan yang mungkin dicapai, pengakuan terhadap
kegiatan yang dilaksanakan secara meluas dan tindakan korektif
6. Pandangan dari pihak yang diperiksa tentang berbagai kesimpulan atau
rekomendasi dapat pula dicantumkan dalam laporan pemeriksaan
7. Pimpinan audit internal atau staf yang ditunjuk harus mereview dan
menyetujui laporan pemeriksaan akhir, sebelum laporan tersebut
23
dikeuarkan, dan menentukan kepada siapa laporan tersebut akan
disampaikan
2.2.3.4 Tindak Lanjut Pemeriksaan
Pemeriksa internal harus terus-menerus meninjau dan melakukan tindak
lanjut (follow up) untuk memastikan bahwa terhadap temuan pemeriksaan yang
dilaporkan telah dilakukan tindakan yang tepat.
Pemeriksa internal harus memastikan apakah suatu tindakan korektif telah
dilakukan dan memberikan berbagai hasil yang diharapkan, ataukah manajemen
senior atau dewan telah menerima risiko akibat tidak dilakukannya tindakan
korektif atas temuan yang dilaporkan (Hiro Tugiman, 2006:75).
2.3 Persediaan
Setiap perusahaan, baik itu perusahaan perdagangan ataupun perusahaan
pabrik serta perusahaan jasa selalu mengadakan persediaan. Tanpa adanya
persediaan, para pengusaha akan dihadapkan pada resiko bahwa perusahaannya
pada suatu waktu tidak dapat memenuhi keinginan pelanggan yang memerlukan
atau meminta barang atau jasa.
24
2.3.1 Pengertian Persediaan
Berikut ini beberapa pendapat yang menulis mengenai pengertian
persediaan.
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 14
tahun 2012 menuliskan bahwa :
“Pengertian persediaan menurut PSAK no. 14 :
a. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal.
b. Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan
c. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam
proses produksi atau pemberian jasa”
Menurut Holy Icun Yuniarto dan Martinus Getty Santika (2005: 1)
Definisi Inventory adalah item atau material yang dipakai oleh suatu
organisasi atau perusahaan untuk menjalankan bisnisnya. Definisi dari inventory
yang lain secara umum adalah sebagai berikut :
Suatu item yang disimpan untuk memenuhi kebutuhan yang akan
datang
Suatu item yang harus ditentukan kapan harus dibutuhkan
Suatu item yang harus ditentukan berapa banyak yang harus
dibutuhkan
Suatu item yang seberapa jauh harus di-maintain
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa persediaan merupakan
1. Persediaan merupakan aktiva yang terus menerus mengalami perubahan.
2. Persediaan merupakan barang yang dibeli dan dimiliki untuk dijual kembali.
3. Persediaan dalam perusahaan dagang terdiri dari persediaan bahan baku,
persediaan barang dalam proses dan persediaan barang jadi.
25
2.3.2 Jenis-jenis Persediaan
Pada perusahaan dagang, hanya dikenal satu jenis inventory, yaitu
persediaan barang dagangan (Inventory of merchandise) yang merupakan barang-
barang yang dibeli dan dijual kembali tanpa adanya pengolahan lebih lanjut
sedangkan pada perusahaan industri terlibat bermacam-macam persediaan.
Berikut ini klasifikasi persediaan menurut Holy Icun Yunarto & Martinus Getty
Santika (2005: 5-7) yaitu:
1. Raw material
Merupakan bahan dasar dari suatu industri untuk memproduksi barang
yang siap dijual ke customer. Namun hal ini tergantung dari suatu jenis
perusahaan masing-masing, karena raw material di suatu perusahaan bisa
menjadi finished good dari perusahaan lainnya.
2. Work in Process
Merupakan inventory yang sudah diolah untuk proses menjadi finished
goods (barang jadi). Boleh dikatakan work in process inventory
merupakan barang setengah jadi.
3. Finished goods (barang jadi)
Merupakan barang yang siap disajikan/dikirimkan/dijual kepada customer.
Finished goods dalam industri manufacturing merupakan barang dari
proses terakhir yang kemudian disimpan dalam gudang.
4. MRO (Maintenance, Repair and Operating Supplies)
Maintenance merupakan kegiatan yang berhubungan dengan perawatan
peralatan mesin dalam produksi. Repair merupakan kegiatan perbaikan
26
mesin di dalam proses produksi maupun alat pendukung jalannya proses
bisnis. Sedangkan operating supplies merupakan kebutuhan pelengkap
yang selalu ada dalam proses produksi tersebut seperti komponen -
komponen kecil spare part.
5. Flow Process Inventory
Merupakan jalur jalannya inventory tersebut dalam bisnis perusahaan.
Semakin kompleks (ada barang yang diproduksi), maka semakin panjang
alur yang dibutuhkan.
2.3.3 Metode Penilaian Persediaan
Penilaian persediaan barang adalah nilai rupiah atas persediaan barang
untuk pencantuman dalam neraca akhir periode akuntansi dan nilai yang akan
dibebankan sebagai harga pokok barang yang dijual.
Tujuan auditor mengetahui metode penilaian persediaan adalah untuk
menetukan secara layak besarnya hasil usaha dengan cara membandingkan biaya
bersangkutan dengan pendapatannya.
Beberapa metode penilaian persediaan barang yang biasanya digunakan
oleh perusahaan, yaitu (Busra Emka, 2006: 91):
1. FIFO (First In First Out)
Menurut metode ini, barang-barang yang paling awal masuk, dikeluarkan
paling awal juga. Dengan demikian persediaan akhir dinilai berdasarkan
harga-harga pembelian yang terakhir masuk.
27
2. LIFO (Last In First Out)
Menurut metode ini, barang-barang yang terakhir masuk dikeluarkan lebih
dulu. Dengan demikian persediaan akhir dinilai berdasarkan harga-harga
pembelian yang paling awal.
3. Simple Average (Rata-rata Sederhana)
Menurut metode ini, persediaan akhir dinilai berdasarkan harga pembelian
rata-rata selama satu periode akuntansi
4. Weighted Average (Rata-rata Tertimbang)
Menurut metode ini, persediaan akhir dinilai berdasarkan harga rata-rata
dari seluruh pembelian yang pernah dialami, yaitu nilai rupiah seluruh
pembelian dibagi dengan berat barang yang dibeli.
5. Cost or Market whichever is lower
Menurut cara ini, persediaan akhir dinilai dengan harga yang lebih rendah
antara harga pembelian (cost) dengan harga pasar pada saat penilaian
tersebut dilakukan.
6. Base Stock (persediaan dasar)
Menurut cara ini, persediaan akhir dinilai berdasarkan suatu jumlah
persediaan tertentu sebagai suatu persediaan dasar beserta dengan
harganya. Apabila persediaan akhir lebih besar atau lebih kecil dari base
stock, maka kelebihan atau kekurangannya dinilai berdasarkan harga pasar
pada waktu itu.
28
2.3.4 Metode Pencatatan Persediaan
Metode pencatatan persediaan dibagi 2 (Busra Emka, 2006 : 90-91) :
1. Perpetual method/ Metode Buku
Menurut metode ini, semua pembelian dan penjualan barang dibukukan ke
dalam perkiraan persediaan dari barang yang bersangkutan dengan harga
pembeliannya. Oleh karena itu, perkiraan inventory selalu menunjukkan
keadaan jumlah sisa persediaan yang masih ada dan segala mutasi
perubahannya.
2. Physical method /Metode fisik
Menurut metode ini, semua pembelian dan penjualan barang tidak
dibukukan ke dalam perkiraan persediaan yang bersangkutan. Setiap
adanaya pembelian, barang dibukukan ke dalam perkiraan pembelian
(purchase) beserta dengan perkiraan yang menyertainya, yaitu potongan
pembelian (purchase discount), pembelian yang dikembalikan (purchase
returned), dan cadangan pembelian (purchase allowance) sebesar harga
pembeliannya. Sedangkan penjualan atau pengeluaran barang dibukukan
dalam perkiraan penjualan (sales) beserta perkiraan yang menyertainya,
yaitu potongan penjualan (sales discount), penjualan yang dikembalikan
(sales returned), dan cadangan penjualan (sales allowances) sebesar harga
penjualannya.
29
2.4 Audit Persediaan
Persediaan merupakan bagian dari aset perusahaan yang pada umumnya
nilainya cukup material dan rawan oleh tindakan pencurian ataupun
penyalahgunaan. Oleh karena itu, biasanya akun persediaan menjadi salah satu
perhatian utama auditor dalam pemeriksaan atas laporan keuangan perusahaan.
2.4.1 Tujuan Audit Persediaan
Menurut Sukrisno Agoes (2012: 229), tujuan audit persediaan sebagai berikut:
1. Untuk memeriksa apakah terdapat Internal control yang cukup baik atas
persediaan
2. Untuk memeriksa apakah persediaan yang tercantum di neraca betul-betul ada
dan dimiliki oleh perusahaan pada tanggal neraca
3. Untuk memeriksa apakah metode penilaian persediaan (valuation) sesuai
dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia (SAK/ETAP/IFRS)
4. Untuk memeriksa apakah sistem pencatatan persediaan sesuai dengan standar
akuntansi keuangan di Indonesia (SAK/ETAP/IFRS)
5. Untuk memeriksa apakah terhadap barang-barang yang rusak (defective),
bergerak lambat (slow moving) dan ketinggalan mode (absolescence) sudah
dibuatkan allowance yang cukup
6. Untuk mengetahui apakah ada persediaan yang dijadikan jaminan kredit
7. Untuk mengetahui apakah persediaan diasuransikan dengan nilai
pertanggungan yang cukup
30
8. Untuk mengetahui apakah ada perjanjian pembelian/penjualan persediaan
(purchase/sales commitment) yang mempunyai pengaruh yang besar terhadap
laporan keuangan.
9. Untuk memeriksa apakah penyajian persediaan dalam laporan keuangan sudah
sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia
2.4.2 Prosedur Audit Persediaan
Menurut Sukrisno Agoes (2008 : 233), Prosedur Audit pemeriksaan untuk
Compliance test untuk persediaan terdiri atas:
1. Pelajari dan evaluasi internal control atas persediaan
a. Dalam hal ini auditor bisanya menggunakan internal control
questionnaires
b. Lakukan tes transaksi (compliance test) atas pembelian dengan
menggunakan purchase order sebagai sampel. Untuk tes transaksi
atas pemakaian persediaan (bahan baku) bisa digunakan material
requisition sebagai sampel. Untuk tes transaksi penjualan, bisa
digunakan faktur penjualan sebagai sampel.
2. Tarik kesimpulan mengenai internal control atas persediaan
Jika dari tes transaksi auditor tidak menemukan kesalahan yang berarti,
maka auditor bisa menyimpulkan bahwa internal control atas persediaan
berjalan efektif. Karena itu substantive test atas persediaan bisa
dipersempit.
31
Menurut Sukrisno Agoes (2008 : 233), Prosedur Audit substantive atas
persediaan terdiri atas:
1. Lakukan observasi atas Stock opname (perhitungan fisik) yang dilakukan
perusahaan (klien)
2. Minta Final Inventory List (Inventory Compilation) dan lakukan prosedur
pemeriksaan berikut ini :
Check mathematical accuracy (penjumlahan dan perkalian)
Cocokkan “quantity per book” dengan Stock Card
Cocokkan “quantity per count” dengan count sheet kita (auditor)
Cocokkan “total value” dengan buku besar persediaan
3. Kirimkan konfirmasi untuk persediaan Consignment out
4. Periksa unit price dan bahan baku (raw material), barang dalam proses
(work in proses), barang jadi (finished goods) dan bahan pembantu
(supplies)
5. Lakukan rekonsiliasi jika stock opname dilakukan beberapa waktu sebelum
atau sesudah tanggal neraca
6. Periksa cukup tidaknya allowance for slow moving (barang-barang yang
bergerak lambat), barang-barang yang rusak dan barang-barang yang
ketinggalan mode
7. Periksa kejadian sesudah tanggal neraca (subsequent event)
8. Periksa cut off penjualan dan cut off pembelian
9. Periksa jawaban konfirmasi dari bank, perjanjian kredit (loan agreement),
notulen rapat
32
10. Periksa apakah ada sales atau purchase commitment per tanggal neraca
11. Seandainya ada barang dalam perjalanan (goods in transit), lakukan
prosedur berikut ini :
Minta rincian goods in transit per tanggal neraca
Periksa mathematical accuracy
Periksa subsequent clearance
12. Buat kesimpulan dari hasil pemeriksaan persediaan dan buat usulan
adjustment jika diperlukan
13. Periksa apakah penyajian persediaan di laporan keuangan sudah sesuai dengan
standar akuntansi yang berlaku umum di Indonesia/SAK/ETAP/IFRS