B1_Kelompok 1_Pengujian Aktivitas Antidepresi

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/17/2019 B1_Kelompok 1_Pengujian Aktivitas Antidepresi

    1/20

    LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOTERAPI SISTEM SARAF 

    SEMESTER GENAP 2015 –  2016 

    PENGUJIAN AKTIVITAS ANTIDEPRESI 

    Hari / Jam Praktikum  : KAMIS, 13.00-16.00 

    Tanggal Praktikum  : 12 Mei 2016 

    Kelompok   : 1 

    Asisten  : 1. MOCHAMMAD INDRA P. 

    2. RAISSA DWI

    Anggota Kelompok

    Ayu Apriliani 260110140078 Tujuan, prinsip,alat Bahan,

    Prosedur, Editor

    Putri Raraswati 260110140079 Pembahasan

    Ummi Habibah 260110140080 PembahasanAyyu Widyazmara 260110140081 Data Pengamatan

    Anggia Diani A 260110140082 Teori Dasar

    Siti Nurohmah 260110140083 PembahasanAi siti rika 260110140084 Teori Dasar

    Doni Dermawan 260110140107 Pembahasan

    LABORATORIUM FARMAKOTERAPI SISTEM SARAF 

    FAKULTAS FARMASI 

    UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR

    2016

  • 8/17/2019 B1_Kelompok 1_Pengujian Aktivitas Antidepresi

    2/20

    I.  Tujuan

    Setelah menyelesaikan percobaan ini diharapkan mahasiswa:

    1.1 Memahami bagaimana aktivitas obat antidepresi pada hewan

     percobaan.

    1.2 

    Dapat merancang eksperimen untuk pengujiannya.

    II.  Prinsip

    2.1  Depresi

    Depresi adalah suatu kondisi yang dapat disebabkan oleh

    defisiensi relatif salah satu atau beberapa aminergik

    neurotransmiter (noradrenalin, serotonin, dopamin) pada sinaps

    neuron di SSP (terutama pada sistem limbik) (Maslim, 2002).

    2.2 Monoamin Aromatik Neurotransmiter

     Neurotransmitter merupakan zat kimia yang disintesis

    dalam neuron dan disimpan dalam gelembung sinaptik pada ujung

    akson. Zat kimia ini dilepaskan dari akson terminal melalui

    eksositosis dan juga direabsorbsi untuk daur ulang. Monoamin

    aromatik neurotransmitter (norepinefrin dan serotonin) yang

    mengalami defisiensi akan menyebabkan depresi (Muttaqin, 2008).

    2.3 Antidepresi

    Antidepresan adalah obat yang dapat digunakan untuk

    memperbaiki perasaan (mood ) yaitu dengan meringankan atau

    menghilangkan gejala keadaan murung yang disebabkan oleh

    keadaan sosial –  ekonomi, penyakit atau obat – obatan (Tjay, 2007).

    III.  Teori Dasar

    Pada penyakit psikis terjadi gangguan neurotransmitter,terutama pada

    monoamin aromatik yaitu dopamin, noradrenalin, dan serotonin. Psikofarmaka

  • 8/17/2019 B1_Kelompok 1_Pengujian Aktivitas Antidepresi

    3/20

    akan berinteraksi dengan penghantar rangsang fisiologik dan akan bekerja pada

     pengaturan saraf sehingga kesetimbangan neurotransmitter yang terganggu akan

    diperbaiki,tidak mempunyai kemampuan untuk menyembuhkan penyakit

     psikis,hanya mempengaruhi gejala tujuan tertentu seperti halusinasi

    (Mutcler,1991).

    Depresi adalah suatu kondisi medis-psikiatris dan bukan sekedar suatu

    keadaan sedih, bila kondisi depresi seseorang sampai menyebabkan terganggunya

    aktivitas sosial sehari-harinya maka hal itu disebut sebagai suatu Gangguan

    Depresi. Beberapa gejala gangguan depresi adalah perasaan sedih, rasa lelah yang

     berlebihan setelah aktivitas rutin yang biasa, hilang minat dan semangat, malas

     beraktivitas, dan gangguan pola tidur. Gejalanya tidak disebabkan oleh kondisi

    medis, efek samping obat, atau aktivitas kehidupan. Kondisi yang cukup parah

    menyebabkan gangguan klinis yang signifikan atau perusakan dalam keadaan

    sosial, pekerjaan, atau bidang-bidang penting lainnya (Semium, 2006).

    Pengobatan untuk gangguan cemas dan gangguan depresi perlu meliputi

    ketiga aspek yang mempengaruhi kejiwaan seseorang. Pendekatan biologis,

     psikologis dan sosial (termasuk spiritual) adalah hal yang tidak bisa dilepaskan

     pada pengobatan pasien-pasien tersebut. Dalam tujuan terapinya adalah untuk

    mengeliminasi atau mengurangi gejala depresi, meminimalkan efek

    samping,memastikan kepatuhan terhadap pengobatan dan membantu

     pengembalian ke tingkat fungsi sebelum sakit (Sukandar dkk, 2013).

    Etiologi

    1. 

    Faktor biologis

    Banyak penelitian menjelaskan adanya abnormalitas biologis pada pasien-

     pasien dengan gangguan mood. Pada penelitian akhir-akhir ini,

    monoamine neurotransmitter seperti norephinefrin, dopamin, serotonin,

    dan histamin merupakan teori utama yang menyebabkan gangguan mood

    (Kaplan, et al, 2010).

    2. 

    Biogenic amines

    http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/

  • 8/17/2019 B1_Kelompok 1_Pengujian Aktivitas Antidepresi

    4/20

     Norephinefrin dan serotonin merupakan dua neurotransmitter yang paling

     berperan dalam patofisiologi gangguan mood (Kaplan, et al, 2010).

    3.  Gangguan neurotransmitter lainnya

    Ach ditemukan pada neuron-neuron yang terdistribusi secara menyebar

     pada korteks cerebrum. Pada neuron-neuron yang bersifat kolinergik

    terdapat hubungan yang interaktif terhadap semua sistem yang mengatur

    monoamine neurotransmitter. Kadar choline yang abnormal yang dimana

    merupakan prekursor untuk pembentukan Ach ditemukan abnormal pada

     pasien-pasien yang menderita gangguan depresi (Kaplan, et al, 2010).

    4. 

    Faktor neuroendokrin Hormon telah lama diperkirakan mempunyai

     peranan penting dalam gangguan mood, terutama gangguan depresi.

    Sistem neuroendokrin meregulasi hormon-hormon penting yang berperan

    dalam gangguan mood, yang akan mempengaruhi fungsi dasar, seperti :

    gangguan tidur, makan, seksual, dan ketidakmampuan dalam

    mengungkapkan perasaan senang (Kaplan, et al, 2010).

    5. 

    Abnormalitas otak

    Studi neuroimaging, menggunakan computerized tomography (CT) scan,

     positron-emission tomography (PET), dan magnetic resonance imaging

    (MRI) telah menemukan abnormalitas pada 4 area otak pada individu

    dengan gangguan mood. Area-area tersebut adalah korteks prefrontal,

    hippocampus, korteks cingulate anterior, dan amygdala. Adanya reduksi

    dari aktivitas metabolik dan reduksi volume dari gray matter pada korteks

     prefrontal, secara partikular pada bagian kiri, ditemukan pada individu

    dengan depresi berat atau gangguan bipolar (Kaplan, et al, 2010).

    Depresi dan gangguan mood melibatkan berbagai faktor yang saling

    mempengaruhi. Konsisten dengan model diatesis-stres, depresi dapat

    merefleksikan antara faktor-faktor biologis (seperti faktor genetis,

    ketidakteraturan neurotransmitter, atau abnormalitas otak), faktor psikologis

    (seperti distorsi kognitif atau ketidakberdayaan yang dipelajari), serta stressor

    sosial dan lingkungan (sepreti perceraian atau kehilangan pekerjaan).

  • 8/17/2019 B1_Kelompok 1_Pengujian Aktivitas Antidepresi

    5/20

     

    Gejala Klinis

      Merasa sedih&bersalah

      Merasa tidak berguna dan

    gelisah

      Merasa cemas&kosong

     

    Merasa mudah tersinggung

      Merasa tidak ada harapan

      Merasa tidak ada yang perduli

      Hilangnya ketertarikan terhadap

    sesuatu atau aktivitas yang dijalani

      Kekurangan energi dan adanya

     pikiran untuk bunuh diri

     

    Gangguan berkonsentrasi, mengingat

    informasi,dan membuat keputusan

      Gangguan tidur, tidak dapat tidur

    atau tidur terlalu sering

      Kehilangan nafsu makan atau makan

    terlalu banyak

       Nyeri kepala, sakit kepala, keram

     perut, dan gangguan pencernaan

    (National Institute of Mental Health, 2010).

    Antidepresan merupakan obat-obat yang efektif pada pengobatan

    depresi, meringankan gejala gangguan depresi, termasuk penyakit psikis yang

    dibawa sejak lahir. Antidepresan digunakan untuk tujuan klinis dalam

    sejumlah indikasi termasuk:

     

    Untuk mengurangi perasaan gelisah, panik, dan stres.

    http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/

  • 8/17/2019 B1_Kelompok 1_Pengujian Aktivitas Antidepresi

    6/20

      Meringankan insomnia

     

    Untuk mengurangi kejang/ serangan dalam perawatan epilepsi.  Menyebabkan relaksasi otot pada kondisi ketegangan otot.

      Untuk menurunkan tekanan darah dan atau denyut jantung.

      Untuk meningkatkan mood dan atau meningkatkan kesupelan

    (Mutchler, 1991).

    Obat-obat antidepresan sintetik memiliki sembilan (9) mekanisme

    farmakologi, antara lain yaitu  Monoamine Oxidase Inhibitor (MAOI) dan

    Tricyclic Antidepressant (TCA), Selective Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRI), Dual Serotonin and Norepinephrine Reuptake Inhibitor (SNRI), Serotonin-2

     Antagonist and Reuptake Inhibitors (SARIs),  Norepnephrine and Dopamine

     Reuptake Inhibitor (NDRI) , Noradrenergic and Specific Serotonergic

     Antidepressant (NaSSAs) , Noradrenalin Specific Reuptake Inhibitor (NRI) , dan

    Serotonin Reuptake Enhancer. Contoh obat-obat antidepresan adalah

    fluoksetin, imipramin, venlafaksin, bupropion, trazodon, moklobemid,

    amoksapin, dan tianeptin (Yildis, 2002).

    Amitriptilin merupakan obat golongan TCA dan derivat dari

    dibenzocycloheptadiene dengan berat molekul 313.87, dan umum dipakai

    sebagai anti depresi selain itu juga berguna dalam pengobatan nyeri neuropatik

    kronis (Maslim, 2001).

    Amitriptilin bekerja dengan mempengaruhi aktivitas neurotransmiter

    monoamin, termasuk norepinefrin dan serotonin. Amitriptilin bekerja dengan

    cara menghambat reuptake neurotransmiter norepinefrin dan serotonin dari celah

    sinaps. Kerja TCA lebih luas dibandingkan SSRI, karena SSRI hanya

    mempengaruhi serotonin dan tidak norepinefrin. Amitriptilin juga berefek

    menekan anti muskarinik. Efek samping amitriptilin berupa mengantuk,

     peningkatan berat badan, gejala antikolinergik seperti mulut kering, mata kering,

    lightheadedness, konstipasi, aritmia jantung (Tjay, 2002).

  • 8/17/2019 B1_Kelompok 1_Pengujian Aktivitas Antidepresi

    7/20

    IV.  Alat Bahan

    4.1 Alat

    1. Alat suntik

    2. Sonde Oral 1 ml

    3. Tabung gelas panjang 20 cm diameter 10 cm

    2. Timbangan Mencit

    4.2 Bahan

    1. Aquadest

    2. Bahan Obat

    3. Mencit putih

    4. NaCl fisiologis

    4.3 Gambar Alat

    Timbangan Mencit Alat Suntik

    Sonde Oral

    Tabung gelas

  • 8/17/2019 B1_Kelompok 1_Pengujian Aktivitas Antidepresi

    8/20

    V.  Prosedur

    Dalam percobaan ini digunakan alat berupa tabung silinder gelas yang

     berisi air dengan ketinggian sekitar 8 cm pada suhu 25ºC. Sehari sebelum

     percobaan , setiap mencit dimasukan ke dalam tabung silinder tersebut selama 5

    menit dan dibiarkan berenang untuk mengadaptasikan diri dengan lingkungan.

    Pada hari berikutnya , tes berenang dilakukan terhadap mencit dengan perlakuan

    mencit dibagi ke dalam kelompok kontrol dan uji. Mencit diberi NaCl fisiologis

    untuk kelompok kontrol dan bahan uji untuk kelompok uji secara peroral dan 1

     jam kemudian mencit dimasukan ke dalam tabung silinder yang berisi air. Mencit

    akan berenang secara aktif. Dalam saat-saat tertentu mencit akan menunjujan

    sikap yang pasif, sama sekali tidak bergerak menunjukan bahwa mencit tersebut

    mengalami keputusasaan yang dianggap menyerupai keadaan depresi. Pada saat

    itu ,lamanya mencit tidak bergerak dicatat setiap 5 menit selama waktu pengamatn

    15 menit. Data dianalisis berdasarkan analisis varians dan untuk mengetahui

     perbedaan yang bermakna antara perlakuan bahan uji dan kontrol data dianalisis

    dengan student’s t-test. Data disajikan dalam bentuk tabel atau grafik. Hitung persentase aktivitas antidepresi dibandingkan dengan kelompok kontrol.

    VI.  Data Pengamatan

    6.1 Volume pemberian obat

    Kelompok Perlakuan Perhitungan Volume

    Kelompok 1 Kontrol

       

    Uji 1 Amitripilin

    (3.25 mg/BB)    

    Uji 2 Amitripilin

    (6.5 mg/BB)

       Kelompok 2 Kontrol    

    Uji 1 Amitripilin  

     

  • 8/17/2019 B1_Kelompok 1_Pengujian Aktivitas Antidepresi

    9/20

    (3.25 mg/BB)

    Uji 2 Amitripilin

    (6.5 mg/BB)    Kelompok 3 Kontrol    

    Uji 1 Amitripilin

    (3.25 mg/BB)

       Uji 2 Amitripilin

    (6.5 mg/BB)

       

    Kelompok 4 Kontrol    Uji 1 Amitripilin

    (3.25 mg/BB)

       Uji 2 Amitripilin

    (6.5 mg/BB)

       Kelompok 5 Kontrol

       

    Uji 1 Amitripilin

    (3.25 mg/BB)

       Uji 2 Amitripilin

    (6.5 mg/BB)

       

    6.2 Data waktu diam

    Perlakuan Kelompokmencit

    Waktu diam (sekon) Rata-rata5’  10’  15’  Σ 

    Kontrol

    PGA

    1 107 250 28 385 128.33

    2 7 96 107 210 70

    3 53 142 150 345 113

    4 10 33 47 90 30

    5 2 41 127 170 56.67

    Rata-rata hasil 35.8 112.4 91.8 240 80

  • 8/17/2019 B1_Kelompok 1_Pengujian Aktivitas Antidepresi

    10/20

    Uji 1

    Amitriplin

    (3.25

    mg/BB)

    1 80 78 105 263 87.67

    2 107 130 151 388 129.3

    3 0 68 129 197 63.67

    4 19 34 48 101 33.667

    5 2 34 68 104 34.67

    Rata-rata hasil 41.6 68.8 100.2 210.6 70.2

    Uji 2

    Amitriplin

    (6.5

    mg/BB)

    1 9 16 2 27 9

    2 30 111 219 360 120

    3 10 25 50 85 28.33

    4 10 19 27 56 18.667

    5 4 41 97 142 47.3

    Rata-rata hasil 12.6 42.4 79 134 44.67

    6.3 Hipotesa

      Hipotesis pengaruh utama faktor A (Waktu)

    Ho : α1 = α2 = α3 = 0 (Faktor waktu tidak mempengaruhi lama diam

    mencit).

    H1 : αi ≠ 0 i = 1, 2, 3 (Faktor waktu mempengaruhi lama diam pada

    mencit).

      Hipotesis pengaruh utama faktor B (Pemberian Jenis Obat)

    Ho : ß1 = ß2 = ß3 = 0 (Faktor pemberian jenis obat tidak mempengaruhi

    lama diam pada mencit).

    Hi : ßi ≠ 0 (Faktor pemberian jenis obat mempengaruhi lama diam pada

    mencit).

      Hipotesis pengaruh interaksi A dan B

    Ho : αßij = 0 (Faktor interaksi tidak mempengaruhi lama diam mencit).

    Hi : αßij ≠ 0 (Faktor interaksi mempengaruhi lama diam pada mencit). 

    Y...= 2923

    Y11.= 179 Y21. = 208 Y31. = 63 Y.1. = 450

    Y12.= 562 Y22. = 344 Y32. = 212 Y.2. = 1118

    Y13.= 459 Y23. = 501 Y33. = 395 Y.3. = 1355

  • 8/17/2019 B1_Kelompok 1_Pengujian Aktivitas Antidepresi

    11/20

    Y1..= 1200 Y2.. = 1053 Y3.. = 670

      

     

     

     

       

     

      

    JKAB = Yij2/n-JKA-JKB-FK  

    = (1792+2082+…+5012+3952)/5- FK

    = 235221-FK  

    = 45355,911

    Tabel ANAVA

    Sumber

    VariasiDf JK KT F P-Value

    Waktu 2 29365 14682 4.828 0.0139

    Kelompok 2 9982 4991 1.641 0.2079

    Interaksi

    Waktu dan4 6009 1502 0.494 0.7402

  • 8/17/2019 B1_Kelompok 1_Pengujian Aktivitas Antidepresi

    12/20

    Kelompok

    Error 36 109484 3041

    Kriteria uji:

    Tolak Ho jika Fhitung >Ftabel

    Ternyata untuk hipotesis A. Ho di tolak dengan Fhitung= 4,828 > P-Value=

    0.0139

    Kesimpulan:

    Faktor utama A (waktu) mempengaruhi lama diam pada mencit.

    Karena Ho di tolak maka digunakan uji lanjut Duncan

    a1 = Y1…= 30 

    a2 = Y2…= 74,53 

    a3 = Y3…= 90,33 

    √  √   

    √  √    | |   | |  

    | |  Faktor waktu yang mempengaruhi lama diam pada mencit adalah waktu diam

     pada 5 menit ketiga, artinya tingkat depresi paling tinggi ada di 5 menit ketiga.

  • 8/17/2019 B1_Kelompok 1_Pengujian Aktivitas Antidepresi

    13/20

     

    6.4 Grafik

    80

    107

    0

    19

    2

    78

    130

    68

    34 34

    105

    151

    129

    48

    68

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    120

    140

    160

    Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 Kelompok 5

       J   u   m    l   a    h   W   a    k   t   u   D   i   a   m

     

    Grafik Jumlah Waktu Diam Mencit Kontrol Uji(Amitriptyline 3,25mg/BB)

    5 menit pertama 5 menit kedua 5 menit ketiga

    107

    7

    53

    10 2

    250

    96

    142

    33 4128

    107

    150

    47

    127

    0

    50

    100

    150

    200

    250

    300

    Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 Kelompok 5

       J   u   m    l   a    h   W   a    k   t   u   D   i   a   m

     

    Grafik Jumlah Waktu Diam Mencit Kontrol Negatif

    PGA

    5 menit pertama 5 menit kedua 5 menit ketiga

  • 8/17/2019 B1_Kelompok 1_Pengujian Aktivitas Antidepresi

    14/20

     

    Persentase penurunan depresi

     

       

    Kelompok uji 1 Amitripilin (3.25 mg/BB)

       Kelompok uji 2 Amitripilin (6.5 mg/BB)

       

    VII.  Pembahasan

    Praktikum kali ini bertujuan untuk memahami aktivitas obat antidepresi

     pada hewan percobaan melalui rancangan eksperimen yang sesuai untuk

    mengujinya. Obat-obat antidepresan memiliki efek menurunkan perasaan tertekan

    secara psikis yang dimanifestaskan dengan meningkatnya aktivitas motorik dan

    930

    10 10 416

    111

    25 1941

    2

    219

    5027

    97

    0

    50

    100

    150

    200

    250

    Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 Kelompok 5

       J   u   m    l   a    h   W   a    k   t   u   D   i   a   m

     

    Grafik Jumlah Waktu Diam Mencit Kontrol Uji

    (Amitriptyline 6,5 mg/BB)

    5 menit pertama 5 menit kedua 5 menit ketiga

  • 8/17/2019 B1_Kelompok 1_Pengujian Aktivitas Antidepresi

    15/20

     perbaikan mood. Terdapat beberapa percobaan yang bisa dilakukan untuk menguji

    aktivitas obat-obat antidepresan, antara lain yakni uji renang. Prinsip pada metode

    uji ini adalah dengan pemberian obat antidepresan dengan interval waktu yang

    diperlukan oleh hewan uji untuk melakukan pergerakan ketika pengujian renang

     berlangsung menjadi semakin panjang dibandingkan terhadap kontrol atau

    dengan kata lain aktivitas motorik hewan uji menjadi lebih tinggi dibandingkan

    kontrol.

    Amitriptilin merupakan antidepresi trisiklik. Amitriptilin bekerja dengan

    menghambat re-uptake neurontransmiter aminergik dan menghambat pemecahan

    neurotransmiter oleh enzim monoamin oksidase. Amitriptilin memiliki dua gugus

    metal, termasuk amin tersier sehingga lebih responsif terhadap depresi akibat

    kekurangan serotonin. Senyawa ini juga memiliki aktivitas sedatif dan

    antikolinergik yang cukup kuat. Efek samping dari pemberian obat ini adalah

    sedasi, efek anti-kolinergik, efek anti-adrenergik alfa, dan efek neurotoksis.

    Khasiat obat antidepresi dapat diketahui melalui lamanya waktu imobilitas

    (immobility time) yang lebih singkat dibandingkan kelompok yang tidak diberi

    obat antidepresi. Waktu imobilitas pada hewan uji dapat diasumsikan sebagai

    suatu keadaan putus asa pada manusia dan merupakan salah satu dari sindrom

    depresi yaitu terjadi penurunan minat dan motivasi.

    Hewan percobaan yang digunakan dalam pengujian efek antidepresi kali

    ini adalah mencit. Alasan dipilihnya mencit sebagai hewan percobaan adalah

    karena mencit bobotnya lebih kecil jika dibandingkan dengan tikus sehingga

    mencit lebih mudah ditangani. Jumlah mencit yang digunakan untuk pengujian

    adalah sebanyak 3 ekor. Mencit pertama digunakan sebagai kontrol, mencit kedua

    digunakan sebagai hewan uji obat antidepresan dosis rendah, dan mencit ketiga

    digunakan sebagai hewan uji obat antidepresan dosis tinggi Mencit kontrol diberi

     NaCl fisiologis sedangkan mencit uji diberi amitriptilin dosis kecil dan amitriptilin

    tinggi.

  • 8/17/2019 B1_Kelompok 1_Pengujian Aktivitas Antidepresi

    16/20

    Prinsip percobaan kali ini adalah metode forced swimming test yang

    diamati dari lamanya hewan uji menunjukkan sifat pasif tidak bergerak pada

    waktu tertentu setelah pemberian obat antidepresi. Forced swimming test adalah

    suatu metode dalam mendeteksi efek suatu obat antidepresi pada hewan uji.

    Untuk metode uji renang, prosedur pertama, satu hari sebelum percobaan

    hewan uji mencit dimasukkan ke dalam tabung silinder berisi air kemudian

    dibiarkan untuk berenang selama lima menit. Tujuannya adalah agar mencit dapat

     beradaptasi dengan kondisi percobaan. Pada hari percobaan, mencit uji

    dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok kontrol negatif, kelompok

    amitriptilin dosis I dan kelompok amitriptilin dosis II. Pada 0 menit mencit

    diberikan obat antidepresan peroral PGA untuk kelompok kontrol negatif,

    amitriptilin dosis 3,25 mg/kgBB untuk kelompok amitriptilin dosis I dan

    amitriptilin dosis 6,50 mg/kgBB untuk kelompok amitriptilin dosis II. Perbedaan

    dosis amitriptilin yang diberikan bertujuan untuk menguji hubungan dosis dengan

    tingkat aktivitas antidepresan yang diberikan.

    Setelah 1 jam, mencit uji dimasukkan ke dalam tabung silinder berisi air

    setinggi 8 cm dengan suhu 25o C kemudian mencit dibiarkan berenang. Pada saat

    tubuh mencit terendam air, secara spontan mencit akan menggerakkan kaki dan

    tangannya untuk berenang dan berusaha keluar dari air. Namun saat-saat tertentu

    mencit akan menghentikkan gerakkan kaki dan tangannya, menunjukkan sikap

    yang pasif. Pada saat itulah mencit dianggap mengalami depresi. Pengamatan

     percobaan dilakukan dengan membiarkan mencit berenang selama 15 menit.

    Setiap 5 menit, dihitung dengan stopwatch, lamanya waktu mencit uji mengalami

    depresi, sehingga diperolehlah data lamanya depresi tiap mencit pada menit ke-5,

    ke-10 dan ke-15. Data dicatat dalam tabel pengamatan kemudian dihitung

     persentase aktivitas dan persentase inhibisi dari setiap kelompok mencit.

    Selanjutnya data dianalisis berdasarkan analisis varians dan dianalisis dengan

    Student’s t-test untuk mengetahui perbedaan yang bermakna antara perlakuan

     bahan uji dan kontrol. Data disajikan pula dalam bentuk tabel dan grafik.

  • 8/17/2019 B1_Kelompok 1_Pengujian Aktivitas Antidepresi

    17/20

    Setelah pemberian obat pada mencit didiamkan selama 1 jam yang akan

    menyebabkan obat menuju waktu puncaknya, kemudian dilakukan pengujian

    dengan cara satu persatu mencit dimasukan kedalam tabung yang berisi air. Tiap

    interval waktu 5 menit di cek berapa lama mencit diam/pasif sampai waktu ke 45

    menit. Hasil yang ditunjukkan oleh mencit adalah bahwa semakin lama mencit

    tersebut di dalam air, semakin lama pula hewan itu diam pasif, yang berarti bahwa

    efektivitas dari obat amitriptilin perlahan habis sehingga menyebabkan hewan uji

    mengalami depresi.

    Pada mencit control di waktu ke 5 menit mengalami kepasifan selama 107

    detik, pada waktu ke 10 menit mengalami kepasifan selama 250 detik dan mencit

    ketiga mengalami kepasifan selama 28 detik. Dari menit ke 5 sampai menit ke 10

    mencit mengalami kepasifan yang lama, ini dikarenakan mencit belum mengalami

    adaptasi dengan lingkungannya, karena seharusnya sebelum dilakukannya

     pengujian mencit harus direnangkan dahulu satu hari sebelum percobaan.

    Sedangkan pada menit ke 15 mencit hanya mengalami sedikit kepasifan, mencit

    cenderung lebih banyak bergerak dan aktif ini menunjukan bahwa mencit controlini memiliki keinginan untuk dapat mempertahankan hidupnya sehingga mencit

    tersebut aktif untuk dapat keluar dari lingkungan yang membahayakannya.

    Pada mencit dengan zat uji amitriptilin dosis rendah diperoleh kepasifan

    selama 80 detik pada 5 menit pertama, 78 detik pada menit ke 10, dan 105 detik

     pada menit ke 15. Hasil ini menunjukan bahwa semakin lama efektivitas dari obat

    amitriptilin perlahan habis sehingga menyebabkan hewan uji mengalami depresi

    yang ditandai dengan semakin lamanya mencit mengalami kepasifan.

    Sedangkan pada mencit sebagai hewan uji yang diberi zat amitriptilin

    dosis tinggi yang diberikan secara oral dengan pemberian 0,625 ml larutan uji.

    Dapat dilihat dari grafik dan table menunjukkan bahwa pada dosis tinggi ini

    semakin lama waktu semakin lama kepasifan hewan, ini dikarenakan banyaknya

    gerakan yang dialami oleh mencit selama 15 menit. Namun, pada menit pertama

  • 8/17/2019 B1_Kelompok 1_Pengujian Aktivitas Antidepresi

    18/20

    mencit membuat banyak gerakan yang membuat kepasifan semakin kecil

    dikarenakan efek amitriptilin sebagai anti depresi ketika mencit berada dalam air.

    Pada 5 menit pertama masa diam mencit hasilnya adalah 12,6 detik, pada

    menit ke 10 didapat 42,4 detik, menit ke 15 sebesar 74 detik. Ini mengalami

    kenaikkan yang disebabkan oleh banyaknya gerakan yang dibuatnya. Hasil rata-

    rat dari uji dengan dosis in iadalah 134 detik.

    Perbandingan kepasifan dari ketiga mencit yang dieksperimentalkan

    manunjukkan bahwa mencit akan mengalami depresi atau keputusasaan ketika

     berada dalam kondisi yang tidak biasa seperti dicelupkan dalam air dan

    membiarkannya berenang ataupun dikarenakan kurangnya adaptasi dengan

    lingkungan yang diberikan lebih. Perbedaan kepasifan ini sangat menonjol pada

    mencit control yang hanya diberikan NaCl fisiologis sehingga hasil yang

    dihasilkan kepasifan lebihbesar di bandingka dengan mencit yang diberikan obat

    amitriptilin. Mencit yang diberikan amitriptilin dosis tinggi menunjukkan hasil

    yang lebih kecil kepasifannya. Hal ini dikarenakan efek yang dihasilkan oleh

    amtriptilin sebagai obat antidepresan. Dimana ketika obat tersebut diberikan maka

    dapat menyebabkan objek terhindar dari kedepresian yang ditandai dengan

    kepasifan atau kediaman diri. Namun dalam keadaan yang menimbulkan banyak

    gerkan dapat membuat kepasifan sejenak akibat kelelahan. Kepasifan yang

    dialami oleh mencit sebanding dengan pemberian obat dan dosis yang diberikan

     pada objek.

  • 8/17/2019 B1_Kelompok 1_Pengujian Aktivitas Antidepresi

    19/20

    VIII.  Kesimpulan

    Aktivitas obat antidepresi terhadap mencit yaitu mengurangi depresi mencit

    yang ditandai dengan lamanya waktu untuk melakukan aksi diam mencit atau

    waktu gerakyang lebih lama dalam wadah berisi air yang lebih pendek.

    Eksperimen percobaan dapat dirancang dengan menggunakan metode forced

    swimming pada pengujiannya. Dimana pada pengujiannya mencit diberenangkan.

    Pada pengujiannya, kelompok uji dibagi menjadi 2 jenis dosis, ada yang tinggi

    [6,5 mg/bb] dan yang rendah [3,25 mg/bb] agar diketahui pada dosis berapa dapat

    menimbulkan efek yang baik. Hasilnya semakin besar dosis antidepresan yang

    diberikan, maka semakin sedikit jumlah waktu diam dari masing-masing mencit.

  • 8/17/2019 B1_Kelompok 1_Pengujian Aktivitas Antidepresi

    20/20

    Daftar Pustaka

    Kaplan, H.I & Saddock, B.J. Sinopsis Psikiatri. 10th ed . Jakarta: Bina Rupa

    Aksara; 2010. p:1-8.

    Maslim R. 2001. Obat antidepresi. Panduan praktis penggunaan klinis obat

     psikotropik . Edisi 3. Jakarta : EGC.

    Maslim. R., 2002. Gejala Depresi, Diagnosa Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas Dari

     PPDGJ-III. Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya, 58-

    65.

    Mutchler , Ernst. 1991. Dinamika Obat Edisi Kelima. Bandung : Penerbit ITB. National Institute of Mental Health.2010. Depression and College

    Students. NIMH: 1-8. Neil,

    Muttaqin, Arif, 2008,  Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan

    Sistem Persarafan, Jakarta: Salemba Medika.

     Nevid, J. S., et al. 2005. Psikologi Abnormal (Edisi Kelima). Jakarta: Erlangga. 

    Semiun, Drs Yustinus. 2006. Kesehatan Mental 2. Yogyakarta : Kanisius.

    Sukandar dkk. 2013. Iso Farmakoterapi. Jakarta : PT. ISFI Penerbitan.

    Tjay T H, Rahardja K.2002.  Antidepresiva. Obat-obat penting khasiat,

     penggunaan dan efek-efek sampingnya. Edisi 5. Jakarta: PT Elex Media

    Komputindo.

    Yildis A, Gonul AS, L T. Mechanism of Actions of Antidepressants: Beyond the

    Receptors. Bull Clin Psychopharmacol 2002;12: 194-200.

    http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/