17
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOTERAPI SISTEM SARAF SEMESTER GENAP 2015 2016 PENGUJIAN AKTIVITAS LOKOMOTOR Hari / Jam Praktikum : KAMIS, 13.00-16.00 Tanggal Praktikum : 19 Mei 2016 Kelompok : 1 (satu) Asisten : 1. MOCHAMMAD INDRA P. 2. RAISSA DWI Anggota Kelompok Ayu Apriliani 260110140078 Pembahasan Putri Raraswati 260110140079 Tujuan, prinsip,alat Bahan, Prosedur dan Editor Ummi Habibah 260110140080 Teori Dasar Ayyu Widyazmara 260110140081 Teori Dasar Anggia Diani A 260110140082 Pembahasan Siti Nurohmah 260110140083 Data Pengamatan Ai Siti Rika F 260110140084 Pembahasan Doni Dermawan 260110140107 Pembahasan LABORATORIUM FARMAKOTERAPI SISTEM SARAF FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR 2016

b1_kelompok 1_pengujian Aktivitas Lokomotor

Embed Size (px)

DESCRIPTION

pengujian Aktivitas Lokomotor

Citation preview

Page 1: b1_kelompok 1_pengujian Aktivitas Lokomotor

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOTERAPI SISTEM SARAF

SEMESTER GENAP 2015 – 2016

PENGUJIAN AKTIVITAS LOKOMOTOR

Hari / Jam Praktikum : KAMIS, 13.00-16.00

Tanggal Praktikum : 19 Mei 2016

Kelompok : 1 (satu)

Asisten : 1. MOCHAMMAD INDRA P.

2. RAISSA DWI

Anggota Kelompok

Ayu Apriliani 260110140078 Pembahasan

Putri Raraswati 260110140079 Tujuan, prinsip,alat Bahan, Prosedur dan Editor

Ummi Habibah 260110140080 Teori Dasar

Ayyu Widyazmara 260110140081 Teori Dasar

Anggia Diani A 260110140082 Pembahasan

Siti Nurohmah 260110140083 Data Pengamatan

Ai Siti Rika F 260110140084 Pembahasan

Doni Dermawan 260110140107 Pembahasan

LABORATORIUM FARMAKOTERAPI SISTEM SARAF

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS PADJADJARAN

JATINANGOR

2016

Page 2: b1_kelompok 1_pengujian Aktivitas Lokomotor

I. Tujuan

Mengetahui efek obat terhadap aktivitas lokmotor hewan percobaan

yang dimasukkan ke dalam “roda putar” (wheel cage), berdasarkan

pengamatan jumlah putaran roda.

II. Prinsip

1. Hipnotik-Sedatif/Depresan

Bentuk yang paling ringan dari penekanan SSP adalah sedasi, dimana

penekan SSP tertentu dalam dosis yang lebih rendah dapat menghilangkan

respons fisik dan mental tetapi tidak mempengaruhi kesadaran. Sedatif

terutama dipakai pada siang hari, dengan meningkatkan dosis dapat

ditimbulkan efek hipnotik. Jika diberikan dalam dosis yang sangat tinggi,

obat – obat sedatif-hipnotik mungkin dapat mencapai anestesi (Kee &

Hayes, 1996).

2. Stimulan

Stimulasi pada daerah korteks otak depan oleh senyawa stimulan SSP

(Sistem Saraf Pusat) akan meningkatkan kewaspadaan, pengurangan

kelelahan pikiran dan semangat bertambah. Sistem saraf pusat terdiri atas

otak dan medulla spinalis yang berfungsi mengatur fungsi tubuh.

Informasi yang disampaikan oleh rangsangan dari sistem saraf tepi

diterjemahkan oleh sistem saraf pusat (Kee & Hayes, 1996).

III. Teori Dasar

Sistem saraf pusat (SSP) adalah bagian dari sistem saraf yang

mengkoordinasi kegiatan dari semua bagian tubuh hewan bilaterian yaitu

semua hewan multiseluler kecuali simetris radial spons dan binatang

seperti ubur-ubur. Pada vertebrata, sistem saraf pusat yang ditutupi dalam

meninges ini berisi sebagian besar sistem saraf dan terdiri dari otak dan

sumsum tulang belakang. Bersama-sama dengan sistem saraf perifer

memiliki peran fundamental dalam kontrol perilaku. Yang termasuk SSP

adalah otak dan sumsum tulang belakang. Otak dilindungi oleh tengkorak,

Page 3: b1_kelompok 1_pengujian Aktivitas Lokomotor

sedangkan sumsum tulang belakang dilindungi oleh tulang belakang(Neal,

2005).

Dalam sel saraf, energi dialihkan dengan penghantaran saraf yang

melibatkan proses elektrik murni. Proses hantaran sinaptik melibatkan

pengalihan energi dari ujung cabang akson pada neuron yang satu ke

neuron yang lain yang tidak saling berhubungan. Penghantaran impuls

saraf melalui sambungan sinaptik adalah suatu proses kimia. Perubahan

aktivitas listrik disebabkan oleh perubahan permeabilitas membran sel

pascasinaptik, dan ini disebabkan pula oleh pelepasan transmiter. Bila zat

transmiter bereaksi dengan reseptor pascasinaptik, zat itu dapat

menimbulkan eksitasi atau hambatan. Kerja transmiter itu meningkatkan

atau menurunkan secara selektif penghantaran ion atau permeabilitas

membran terhadap ion (Sukandar, 2010).

Obat yang bekerja pada susunan saraf pusat (SSP) memperlihatkan

efek yang sangat luas. Obat tersebut mungkin merangsang atau

menghambat aktivitas SSP secara spesifik atau secara umum(Tjay, 2002).

Pembagian obat dalam kelompok yang merangsang dan kelompok yang

menghambat SSP tidak tepat, karena psokofarmaka misalnya menghambat

fungsi bagian SSP tertentu dan merangsang bagian SSP yang lain. Obat

yang mempengaruhi susunan saraf pusat (SSP) dapat bersifat merangsang

atau mendepresi (Tjay, 2002).

Berdasarkan kegunaan terapeutiknya, obat SSP dapat dibagi dalam

tiga golongan :

1. Depresi SSP umum

Obat-obat ini menimbulkan efeknya dengan mendepresi secara tak

selektif struktur sinaptik, termasuk jaringan prasinaptik, termasuk

jaringan prasinaptik dan prasinaptik. Obat-obat ini menstabilkan

membran neuron dengan mendepresi struktur pascasinaptik, disertai

dengan pengurangan jumlah transmiter kimia yang dilepaskan oleh

neuron prasinaptik.

Page 4: b1_kelompok 1_pengujian Aktivitas Lokomotor

2. Perangsang DDP umum

Obat-obat ini melakukan kerjanya secara tak selektif dengan salah

satu mekanisme berikut : merintangi hambatan pascasinaptik atau

mengeksitasi neuron secara langsung. Eksitasi neuron secara langsung

dapat dicapai dengan mendepolarisasi sel prasinaptik, meningkatkan

pelepasan prasinaptik akan transmiter, melemahkan kerja transmiter,

melabilkan membran neuron atau menurunkan waktu pulih sinaptik.

3. Obat-obat SSP selektif

Obat golongan ini dapat berupa depresan atau perangsang. Kerja

melalui berbagai mekanisme, dan mencakup obat antikejang, pelemas

otot yang bekerja sentral, analgetika dan sedativa(Tjay, 2002).

Secara kualitatif benzodiazepin mempunyai efek yang hampir

sama, namun secara kuantitatif spektrum farmakodinamik serta data

farmakokinetik yang berbeda. Hal ini yang menyebabkan aplikasi terapi

golongan ini sangat luas. Benzodiazepin berefek hipnosis, sedasi,

relaksasi otot, ansiolitik dan antikonvulsi dengan potensi yang berbeda-

beda(Andrianto, 2008).

Efek benzodiazepin hampir semua merupakan hasil kerja golongan

ini pada SSP dengan efek utama: sedasi, hiposis, pengurangan terhadap

rangsangan emosi/ansietas, relaksasi otot dan antikonvulsi. Walaupun

benzodiazepin mempengaruhi aktivitas saraf pada semua tingkatan,

namun beberapa derivat yang lain pengaruhnya lebih besar dari

derivatnya yang lain, sedangkan sebagian lagi memiliki efek yang tak

langsung. Penggolongan benzodiazepin :

1. Obat-obat long-acting antara lain klordiazepoksida, diazepam,

nitrazepam, dan flurazepam.

2. Obat-obat short-acting : oksazepam, lorazepam, lormetazepam,

temazepam, loprazolam dan zopiclon.

3. Obat-obat ultra-short acting : triazolam, midazolam, dan estazolam.

Risiko akan efek abstinensi dan rebound-insomnia lebih besar lagi

Page 5: b1_kelompok 1_pengujian Aktivitas Lokomotor

pada obat-obat ini sehingga setidaknya jangan digunakan labih

lama dari 2 minggu (Muchtaridi,2008).

Barbiturat sejak lama digunakan sebagai hipnotika dan

sedativa, tetapi penggunaannya dalam tehun-tahun terakhit sangat

menurun karena adanya obat-obat dari kelompok benzodiazepin

yang lebih aman. Yang merupakan pengecualian adalah

fenobarbital, yang memiliki sifat antikonvulsif dan tiopental yang

masih banyak digunakan sebagai anestetikum i.v.(Mutchler, 1991).

Ada indikasi kuat bahwa terjadinya toleransi dan

ketergantunga berkaitan erat dengan aktivasi dari sistem

dopaminergik di otak. Semua zat yang bersifat adiksi berkhasiat

meningkatkan jumlah dopamin secara akut yang dihubungkan

dengan efek eufori, labilitas emosional, kekacauan dan histeri.

Lebih dari sepuluh neurotransmiter lain antaranya noradrenalin dan

serotonin, memegang peranan pula pada adiksi tetapi pengaruhnya

jauh lebih ringan. Kadar dopamin yang terlalu tinggi dapat

mengakibatkan halusinasi dan psikosis akut (Dewoto, 2007).

Kafein berkhasiat menstimulasi SSP, dengan efek

menghilangkan rasa letih, lapar dan mengantuk juga daya

konsentrasi dan kecepatan reaksi dipertingg,prestasi otak dan

suasana jiwa diperbaiki. Kerjanya terhadap kulit otak lebih ringan

dan singkat daripada amfetamin. Kafein juga berefek inotrop

positif terhadap jantung, vasodilatasi perifer dan diuresis (Depkes

RI,1979).

IV. Alat dan Bahan

4.1 Alat

1. Alat roda putar (Wheel cage)

2. Sonde oral mencit

3. Stopwatch

4. Timbangan mencit

Page 6: b1_kelompok 1_pengujian Aktivitas Lokomotor

4.2 Bahan

1. Hewan Percobaan : Mencit putih jantan dengan berat badan antara

20-25 gram.

2. Obat depresan atau stimulan yang diuji.

3. Larutan NaCl fisiologis atau larutan suspensi gom arab 1-2 %

4.3 Gambar Alat

Alat roda putar Sonde Oral

Stopwatch Neraca

V. Prosedur

Pengujian dilakukan dengan “metode roda putar” (Wheel cage

method) yang dimodifikasi, dengan cara hewan dibagi atas dua kelompok,

yang terdiri atas kelompok kontrol dan Kelompok obat uji ( obat uji 1 dan

obat uji 2). Semua hewan dari setiap kelompok diberi perlakuan sesuai

dengan kelompoknya. Kelompok kontrol diberi larutan NaCl fisiologis atau

larutan suspensi gom arab 1-2 %, sedangkan kelompok uji diberi obat

depresan atau stimulan , pemberian zat/obat dilakukan secara oral.Tiga puluh

menit kemudian mencit dimasukkan ke dalam alat “roda putar”. Aktivitas

mencit dicatat selama 90 menit dengan interval 15 menit. Data yang diperoleh

Page 7: b1_kelompok 1_pengujian Aktivitas Lokomotor

dianalisis secara statistik berdasarkan analisis variansi dan kebermaknaan

perbedaan lama waktu tidak bergerak antara kelompok kontrol dan kelompok

uji dianalisis dengan Student’s t-test. Data disajikan dalam bentuk tabel atau

grafik.

VI. Data Pengamatan

1. Berat Mencit

Mencit 1 = 17,6 gram

Mencit 2 = 16,5 gram

Mencit 3 = 20 gram

2. Perhitungan Dosis

Mencit PGA =

= 0,435 ml PGA

Mencit Kafein =

= 0,41 ml Kafein

Mencit Diazepam =

= 0,5 ml Diazepam

3. Aktivitas Lokomotor

Perlakuan Kelompok Jumlah Putaran

Total 5' 10' 15' 20' 25' 30'

PGA

1 1 0 0 0 0 0 1

2 36 2 0 0 0 0 38

3 102 63 60 86 81 90 482

4 23 10 37 33 33 32 168

5 82 57 107 83 115 156 600

48.8 26.4 40.8 40.4 45.8 55.6 257.8

Kafein

1 40 56 50 58 45 98 347

2 70 58 72 68 6 1 275

3 48 61 136 107 137 118 607

4 28 31 38 35 40 42 214

5 64 78 104 90 107 84 527

Page 8: b1_kelompok 1_pengujian Aktivitas Lokomotor

50 56.8 80 71.6 67 68.6 394

Diazepam

1 19 45 47 71 58 53 293

2 10 0 0 0 0 0 10

3 48 37 31 23 36 27 202

4 0 0 0 0 0 0 0

5 87 59 0 0 59 115 320

32.8 28.2 15.6 18.8 30.6 39 165

4. Perhitungan % Stimulan

% Stimulan = ∑ ( ) ∑ ( )

∑ ( ) x 100%

% Stimulan =

x 100%

% Stimulan = 52,83 %

5. Perhitungan % Depresan

% Depresan = ∑ ( ) ∑ ( )

∑ ( ) x 100%

% Depresan =

x 100%

% Depresan = 36 %

6. Analisis Varians

ANOVA

Jumlah Putaran

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

Between

Groups 132672,133 2

66336,06

7 1,610 ,240

Within Groups 494544,800 12

41212,06

7

Total 627216,933 14

7. Grafik Pengamatan

Page 9: b1_kelompok 1_pengujian Aktivitas Lokomotor

48.8

26.4

40.8 40.4 45.8

55.6

0

10

20

30

40

50

60

5' 10' 15' 20' 25' 30'

∑ P

uta

ran

Ro

da

Waktu

PGA

PGA

50 56.8

80 71.6 67 68.6

0

20

40

60

80

100

5' 10' 15' 20' 25' 30'∑ P

uta

ran

Ro

da

Waktu

KAFEIN

KAFEIN

32.8 28.2

15.6 18.8

30.6

39

0

10

20

30

40

50

5' 10' 15' 20' 25' 30'

∑ P

uta

ran

Ro

da

Waktu

DIAZEPAM

DIAZEPAM

Page 10: b1_kelompok 1_pengujian Aktivitas Lokomotor

VII. Pembahasan

Percobaan kali ini yaitu pengujian aktivitas lokomotor yang bertujuan

untuk mengetahui efek obat terhadap aktivitas lokomotor hewan percobaan

yang dimasukkan ke dalam roda putar (wheel cage) berdasarkan

pengamatan terhadap jumlah putaran. Prinsipnya yaitu pemberian obat

stimulant dan depresan yang mempengaruhi aktivitas lokomotor hewan

percobaan. Digunakan 3 mencit dalam percobaan kali ini dengan fungsi

yang berbeda-beda. Mencit pertama bertugas sebagai hewan control, yaitu

diberikan larutan PGA, mencit kedua dan ketiga sebagai hewan uji yang

masing-masing diberikan obat diazepam (sedatif) dan kafein (stimulant).

Sebagai hewan percobaan mencit yang digunakan harus memenuhi

beberapa persyaratan yaitu: bersifat homogen baik dari segi galur, berat,

umur dan jenis kelaminnya karena akan mempengaruhi dosisnya. Jenis

kelamin mencit yang digunakan pada percobaan ini adalah mencit jantan

karena mencit betina tidak stabil. Mencit betina mengalami menstruasi dan

pada saat menstruasi maka hormonnya akan meningkat sehingga

mempengaruhi kondisi psikologisnya. Kenaikan hormon ini juga akan

berpengaruh pada efek obat. Dengan alasan inilah mencit betina jarang

digunakan sebagai hewan percobaan.

Gerak lokomotor dapat diartikan sebagai gerak memindahkan tubuh

dari satu tempat ke tempat yang lain. Bentuk gerak lokomotor diantaranya

berjalan, berlari, berjingkat melompat dan meloncat, berderap, merayap

dan memanjat. Lokomotor sendiri berasal dari kata loko “gerak”,

0

20

40

60

80

100

5' 10' 15' 20' 25' 30'

∑ P

uta

ran

Ro

da

Waktu

Kelompok

PGA

KAFEIN

DIAZEPAM

Page 11: b1_kelompok 1_pengujian Aktivitas Lokomotor

dan motor “penggerak”. Jadi, lokomotor adalah gerak yang dilakukan oleh

penggerak. Untuk menguji aktivitas lokomotorik digunakan 3 hewan

mencit dengan pemberian obat yang berbeda yang bertujuan untuk

mengetahui perbandingan aktivitas lokomotor dari suatu hewan uji yang

diberikan jenis obat yang berbeda dan tanpa pemberian obat (larutan

PGA).

Diazepam termasuk golongan benzodiazepine yaitu jenis obat yang

memiliki efek sedative atau menenangkan. Sedangkan kafein adalah zat

stimulant untuk system saraf pusat sebagai peransang serta dapat

menangkal rasa kantuk dan mengembalikan kewaspadaan. Sehingga

berdasarkan teori, mencit yang diberikan obat diazepam akan memberikan

aktivitas yang lemah yang ditandai dengan sedikitnya jumlah putaran

sedangkan hewan yang diberikan kafein memiliki aktivitas berlebih yang

ditunjukan dengan banyaknya putaran yang dilakukan mencit.

Mencit pertama berfungsi sebagai hewan control dimana mencit

tersebut diberikan PGA dalam percobaan ini. Mencit control ini

beraktivitas alami tanpa pengaruh obat sehingga mencit control ini dapat

dijadikan sebagai pembanding dengan mencit lain yang diberikan obat.

Jumlah putaran mencit hasil pengamatan yaitu dengan jumlah rata-rata

pada menit ke 5= 48,8; menit ke 10=26,4; menit ke 15= 40,8; menit ke 20=

40,4; menit ke 25= 45,8; dan menit terakhir yaitu menit ke 30= 55,6. Dari

grafik yang didapat, terlihat bahwa mencit control ini menunjukan hasil

yang fluktuatif yaitu naik turun dalam jumlah putarannya. Hal ini

dikarenakan mencit control ini tidak dipengaruhi oleh efek obat sehingga

gerakan yang ditunjukkan alami.

Obat stimulan yang digunakan adalah kafein. Kafein merupakan

senyawa hasil metabolisme sekunder alkaloid. Efek fisiologis kafein

sebagai antagonisme reseptor adenosine. Terdapat empat reseptor

adenosine yang dikenal: A1, A2 (A dan B) dan A3. Reseptor A1 dan A2

merupakan subtipe utama yang terlibat dengan efek kafein karena dapat

berikatan dengan kafein pada dosis kecil, A2B pula berikatan pada dosis

yang tinggi dan A3 tidak sensitif terhadap kafein. Selain memberi efek

Page 12: b1_kelompok 1_pengujian Aktivitas Lokomotor

terhadap tidur dan kewaspadaan melalui aktivasi neuron kolinergik

mesopontin oleh antagonisme receptor A1 , kafein juga berinteraksi

dengan sistem dopamin untuk memberikan efeknya terhadap perilaku. Hal

ini dicapai melalui penghambatan reseptor adenosine A2 sehingga kafein

dapat mempotensiasi neurotansmisi dopamin, dengan demikian dapat

mengaktivasi reseptor D1 dan D2.

Obat stimulan dapat bekerja merangsang susunan sistem saraf pusat

melalui dua mekanisme yaitu merintangi hambatan pascasinaps atau

mengeksitasi neuron secara langsung. Kafein dapat berfungsi sebagai

stimulan karena kerjanya pada sistem saraf pusat yakni meningkatkan

rangsangan sinaps yaitu terutama pada korteks serebri. Selain itu, kafein

juga dapat memberikan rangsangan pada medula oblongata sehingga pusat

vasomotor dan pusat pernapasan pun ikut terangsang. Akan tetapi tekanan

darah tidak naik, hal ini terjadi karena pada saat bersamaan, terjadi juga

dilatasi pembuluh kulit, ginjal dan koroner, akibat kerjanya di sistem saraf

perifer. Rangsangan pada pusat vasomotor oleh kafein disebabkan adanya

kostriksi pembuluh darah otak dan turunnya tekanan liquor. Meningkatnya

perangsangan sinaps oleh kafein mengakibatkan kondisi tubuh menjadi

siaga dan kemampuan psikis pun akan meningkat. Dengan pemberian

secara per oral, kafein akan diabsorpsi dengan cepat dan sempurna

sehingga efek kafein dapat dengan cepat dirasakan.

Hasil presentase efek kafein sebagai stimulan yakni sebesar 52,83 %

yang diperoleh dari perbedaan jumlah putaran roda kelompok hewan

percobaan uji stimulan dengan kelompok kontrol (PGA) yang kemudian

dibandingkan nilainya dengan jumlah putaran roda pada kelompok kontrol

(PGA). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian obat stimulan dapat

meningkatkan aktivitas lokomotor hewan percobaan dengan menstimulasi

sistem saraf pusat. Grafik meningkat sampai puncaknya pada menit ke-15

kemudian kembali mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan bahwa

pada grafik yang mengalami peningkatan, hewan percobaan mulai

mengalami efek stimulan dari kafein dengan adanya peningkatan aktivitas

lokomotor kemudian grafik mengalami penurunan setelah menit ke-15

Page 13: b1_kelompok 1_pengujian Aktivitas Lokomotor

menunjukkan bahwa hewan percobaan mulai kehilangan efek dari kafein

dan merasa lelah sehingga jumlah putaran roda mengalami penurunan.

Pada mencit uji kelompok III diberi obat berupa depresan yaitu

diazepam. obat antidepresan biasanya bekerja pada sistem yaitu dengan

memperkuat fungsi hambatan neuron GABA. Reseptor Benzodiazepin

dalam seluruh sistem saraf pusat, terdapat dengan kerapatan yang tinggi

terutama dalam korteks otak frontal dan oksipital, di hipokampus dan

dalam otak kecil. Pada reseptor ini, benzodiazepin akan bekerja sebagai

agonis. Terdapat korelasi tinggi antara aktivitas farmakologi berbagai

benzodiazepin dengan afinitasnya pada tempat ikatan. Dengan adanya

interaksi benzodiazepin, afinitas GABA terhadap reseptornya akan

meningkat, dan dengan ini kerja GABA akan meningkat. Dengan aktifnya

reseptor GABA, saluran ion klorida akan terbuka sehingga ion klorida

akan lebih banyak yang mengalir masuk ke dalam sel. Meningkatnya

jumlah ion klorida menyebabkan hiperpolarisasi sel bersangkutan dan

sebagai akibatnya, kemampuan sel untuk dirangsang berkurang.

Penurunan aktivitas pada mencit ini disebabkan karena

diazepam termasuk golongan benzodiazepin. Untuk mencit yang

diberikan obat uji berupa diazepam seiring dengan berjalannya waktu

pengamatan, seharusnya aktivitas mencit perlahan mengalami penurunan.

Hal tersebut di tunjukkan dengan berkurangnya jumlah putaran roda

putarnya. Penurunan aktivitas pada mencit ini disebabkan karena diazepam

termasuk golongan benzodiazepin dimana termasuk obat yang bersifat

hipnotik sedatif sehingga mengakibatkan mencit perlahan mengalami rasa

sedasi yang cukup kuat dan apabila dosisnya ditingkatkan maka

kemungkinan mencit tersebut akan tertidur atau terjadi pengurangan

aktivitas hingga tidak melakukan aktivitas apapun. Sedangkan untuk

mencit yang diberikan obat kafein ternyata mengalami peningkatan

aktivitas yang cukup signifikan ditandai dengan peningkatan jumlah

putaran rodanya. Kafein meningkatan kerja psikomotor sehingga tubuh

tetap terjaga dan memberikan efek fisiologis berupa peningkatan energi.

Dengan demikian maka mencit akan terus aktif bergerak selama efek obat

Page 14: b1_kelompok 1_pengujian Aktivitas Lokomotor

tersebut masih ada di dalam tubuh mencit. Pada grafik mencit dengan

pemberian diazepam seharusnya terlihat bahwa grafik semakin menurun.

Hal tersebut dapat diartikan bahwa efek sedasi dan hipnosis yng diberkan

diazepam pada mencit semakin meningkat sehingga putaran rodanya

semakin sedikit. Namun berdasarkan hasil pengamatan terjadi fluktuasi

naik turun dari grafik pemberian obat diazepam dikarenakan banyak

mencit yang mati saat pengamatan sehingga mempengaruhi data jumlah

gerakan dari mencit setiap lima menitnya selama 30 menit.

Setelah didapat hasil pengamatan percobaan, dilihat pengaruh

pemberian obat diazepam maupun kaffein pada mencit dengan

perhitungan persentasi aktivitas masing-masing obat. Setelah dilakukan

perhitungan % aktivitas stimulan untuk mengukur efek dari kafein yang

diberikan dengan rumus:

∑ ∑ ( )

∑ ( )

Didapatkan hasil % aktivitas stimulan sebesar 52,83 %.

Kemudian dilakukan juga perhitungan % aktivitas depresan untuk

mengukur efek dari diazezpam yang diberikan dengan rumus :

∑ ∑

∑ ( )

Setelah dihitung, didapatkan hasil % aktivitas depresan sebesar 36,00

%. Hal ini menunjukkan baik obat stimulan (kafein) maupun depresan

(diazepam) memiliki efek yang cukup signifikan terhadap kontrol uji.

Kemudian dilakukan pengujian dengan Student’s t-test. Berdasarkan

pengujian data secara statistika dapat dilihat bahwa pemberian

diazepam ataupun kafein memberikan efek terhadap mencit apabila

dibandingkan dengan kontrol sesuai dengan fungsinya.

Banyak sekali faktor yang dapat mempengaruhi jumlah putaran selain

pemberian obat uji. Salah satunya yang sangat mempengaruhi

adalah keseragaman berat badan dari mencit uji yang digunakan. Seperti

yang sudah dijelaskan sebelumnya, adanya metabolisme obat dalam tubuh

Page 15: b1_kelompok 1_pengujian Aktivitas Lokomotor

dapat menurunkan aktivitas obat. Kemampuan metabolisme obat dalam

tubuh dipengaruhi oleh luas permukaan daerah absorpsi obat, yang

berkaitan dengan berat badan mencit karena semakin berat mencit

maka luas permukaan daerah absorpsi obat akan semakin besar. Adapun

berat badan mencit uji kontrol adalah 17,6 g, berat badan mencit uji kafein

16,5 g dan berat badan mencit uji diazepam adalah 20 g.

Hal tersebut mempengaruhi bagaimana ketersediaan obat dalam

mencit. Semakin lama obat dalam mencit akan bekerja sampai puncaknya

dan kemudian lama-lama efeknya akan menurun karena ketersediaan obat

makin berkurang, sehingga efek obat uji yang diberikan baik berupa

depresan (diazepam) maupun stimulan (kafein) dapat berkurang

aktivitasnya. Maka dari itu mencit yang digunakan diusahakan

memiliki keseragaman bobot antar mencit yang sama atau tidak terlalu

berbeda agar efek dari obat uji yang diamati dapat diteliti lebih akurat.

Selain itu, pemberian jeda waktu yang diperlukan obat untuk mencapai

efek kerja setelah diberikan sebelum mencit dimasukkan dalam wheel cage

dapat mempengaruhi. Hal ini disebabkan obat uji yang diberikan mencit

yang memiliki bobot berat akan lebih mudah termetabolisme daripada

mencit yang memiliki bobot yang lebih ringan, sehingga efek yang

ditimbulkan pun lebih cepat.sehingga dikhawatirkan efek obat yang

ditimbulkan dapat tidak sesuai dengan literatur.

Data pengamatan yang didapat diolah berdasarkan statistika melalui

metode analisis variansi (ANAVA). Disebut analisis variansi, karena pada

prosedur ini kita melihat variasi-variasi yang muncul karena adanya

beberapa perlakuan atau treatment untuk menyimpulkan ada tidaknya

perbedaan rata-rata pada k populasi tersebut. Adapun persyaratan dalam

analisis variansi yaitu pengambilan sampel dilakukan secara random atau

acak dari populasi, masing masing populasi saling independen dan masing

masing data pengamatan saling independen di dalam kelompoknya,

populasi penelitian harus berdistribusi normal dan populasi-populasi

mempunyai variasi yang sama atau homogen. Prinsip Uji Anova adalah

Page 16: b1_kelompok 1_pengujian Aktivitas Lokomotor

melakukan analisis variabilitas data menjadi dua sumber variasi yaitu

variasi di dalam kelompok (within) dan variasi antar kelompok (between).

Bila variasi within danbetween sama (nilai perbandingan kedua varian

mendekati angka satu), maka berarti tidak ada perbedaan efek dari

intervensi yang dilakukan, dengan kata lain nilai mean yang dibandingkan

tidak ada perbedaan. Sebaliknya bila variasi antar kelompok lebih besar

dari variasi didalam kelompok, artinya intervensi tersebut memberikan

efek yang berbeda, dengan kata lain nilai mean yang dibandingkan

menunjukkan adanya perbedaan.

Adapun dasar pengambilan keputusan dalam analisis variansi, jika

nilai probabilitas signifikansi > 0,05, maka tidak terdapat perbedaan yang

signifikan pada mencit dan jika nilai probabilitas signifikansi < 0,05 maka

terdapat perbedaan yang signifikan pada perlakuan terhadap mencit.

Berdasarkan perhitungan anava, diperoleh nilai probabilitas

signifikansi sebesar 0,240. Oleh karena, nilai probabilitas signifikansi

0,240 > 0,05, maka hipotesis diatas diterima, yang berarti tidak terdapat

perbedaan/aktivitas yang signifikan dari efek pemberian obat-obat

tersebut. Hal tersebut tidak sesuai dengan kenyataan yang seharusnya

terjadi, dimana pemberian zat stimulan dan depresan pada hewan uji akan

memberikan efek yang signifikan terhadap hewan uji yang digunakan

sebagai kontrol negatif berdasarkan perbedaan jumlah putaran yang

dilakukan oleh hewan uji.

VIII. Kesimpulan

Efek obat terhadap aktivitas lokomotor hewan percobaan

yang dimasukkan ke dalam roda putar (wheel cage) dapat diketahui yang

didasarkan pada persen aktivitas stimulan yaitu sebesar 52,83 % pada

kafein dan persen aktivitas depresan yaitu sebesar 36,00 % pada

diazepam.

Page 17: b1_kelompok 1_pengujian Aktivitas Lokomotor

DAFTAR PUSTAKA

Andrianto. 2008. Sistem Saraf Pusat. Dapat diakses pada http://medicastore.com

[diakses tanggal 20 April 2013].

Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi ke 3. Departemen Kesehatan

Republik Indonesia. Jakarta.

Dewoto, Hedi R. 2007. Analgesik Opiod dan Antagonis-Farmakologi dan Terapi

edisi 5. Fakultas kedokteran-UI. Jakarta.

Kee, J. And Hayes, E. 1996. Farmakologi: Pendekatan dan Proses Keperawatan.

Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Muchtaridi. 2008. Lokomotor Mencit. Dapat diakses pada

http://farmasi.ugm.ac.id/[diakses tanggal 20 April 2013].

Mutchler, Ernst. 1991. Dinamika Obat. Edisi Kelima. Penerbit ITB. Bandung.

Neal, M.J. 2005. At A Glance Farmakologi Medis. Penerbit Buku EGC. Jakarta.

Sukandar, Elin Yulinah, dkk. 2010. ISO Farmakoterapi. PT. ISFI. Jakarta.

Tjay, Hoan Tan dan Kirana Rahardja. 2002. Obat-obat Penting Khasiat,

Penggunaan, dan Efek-efek Sampingnya edisi kelima. PT. Elex Media

Komputindo. Jakarta.