36
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tubuh manusia mempunyai kemampuan untuk melawan hampir semua organisme atau toksin yang cenderung masuk ke jaringan dan organ. Kemampuan ini dinamakan imunitas (imun) yang khusus untuk membentuk antibodi serta limfosit untuk menyerang dan menghancurkan mikroorganisme spesifik atau toksin. Ketika benda asing masuk ke dalam tubuh, segera dihasilkan zat yang akan bereaksi dan membuat substansi tersebut tidak berbahaya. Protein asing disebut antigen dan substansi yang dihasilkan untuk berespon terhadap antigen disebut antibodi. Bila sistem imun terpapar pada zat yang dianggap asing maka ada 2 jenis respon imun yang mungkin terjadi yaitu respon imun spesifik dan non- spesifik. Semua mekanisme yang digunakan badan untuk mempertahankan keutuhan tubuh sebagai perlindungan terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan berbagai bahan dalam lingkungan hidup. Imunitas mengacu pada kemampuan tubuh menahan atau mengeleminasi benda asing atau sel abnormal yang potensial berbahaya. Aktivitas yang berkaitan dengan sistem pertahanan imun, yang berperan penting dalam mengenali dan menghancurkan 1

BAB 1 - 3

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB 1 - 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tubuh manusia mempunyai kemampuan untuk melawan hampir semua

organisme atau toksin yang cenderung masuk ke jaringan dan organ. Kemampuan

ini dinamakan imunitas (imun) yang khusus untuk membentuk antibodi serta

limfosit untuk menyerang dan menghancurkan mikroorganisme spesifik atau

toksin. Ketika benda asing masuk ke dalam tubuh, segera dihasilkan zat yang

akan bereaksi dan membuat substansi tersebut tidak berbahaya. Protein asing

disebut antigen dan substansi yang dihasilkan untuk berespon terhadap antigen

disebut antibodi. Bila sistem imun terpapar pada zat yang dianggap asing maka

ada 2 jenis respon imun yang mungkin terjadi yaitu respon imun spesifik dan non-

spesifik.

Semua mekanisme yang digunakan badan untuk mempertahankan keutuhan

tubuh sebagai perlindungan terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan berbagai

bahan dalam lingkungan hidup. Imunitas mengacu pada kemampuan tubuh

menahan atau mengeleminasi benda asing atau sel abnormal yang potensial

berbahaya. Aktivitas yang berkaitan dengan sistem pertahanan imun, yang

berperan penting dalam mengenali dan menghancurkan atau menetralisasi benda-

benda di dalam tubuh yang diangggap asing oleh tubuh normal.

Pengaruh yang tidak menguntungkan dari proses imun menjadi dasar bagi

banyak penyakit pada manusia dan dapat mengganggu fungsi setiap sistem organ

yang penting. Selain itu, perubahan karakteristik pada reaktan imun yang

memberikan kunci diagnostic penting menyertai banyak keadaan sebagai akibat

atau peristiwa yang parallel. Antibody normal dan respons yang diperantarai sel

terdiri dari serangkaian langkah, yang masing-masing diatur oleh kelompok-

kelompok sel tertentu. Gangguan pada proses pengawasan ini dapat menyebabkan

reaksi imun yang berlebihan atau reaksi imun yang tidak semestinya. Keadaan

yang lebih jarang, akan terjadi penyakit apabila mekanisme hipersensitivitas tipe

cepat dan lambat yang dalam keadaan normal bersifat melindungi, terganggu atau

1

Page 2: BAB 1 - 3

gagal berkembang secara normal. Berbagai keadaan imunologik dapat dipandang

sebagai satu keseimbangan antara pengaruh patogenik dari agen asing suatu

penyakit yang berpotensi membahayakan (misalnya, mikroorganisme) dan

respons pertahanan tubuh, yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan atau

gangguan fungsi pada jaringan sekitarnya.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimanakah sejarah sistem imun tubuh manusia?

1.2.2 Apakah yang dimaksud dengan sistem imun tubuh?

1.2.3 Apakah fungsi dari sistem imun tubuh ?

1.2.4 Apa sajakah klasifikasi dari sistem imun tubuh pada manusia?

1.2.5 Apa sajakah faktor-faktor yang memengaruhi sistem imun tubuh?

1.2.6 Apa saja gangguan yang dapat terjadi pada sistem imun tubuh manusia?

1.2.7 Apa saja yang dapat dilakukan untuk mempertahankan sistem imun

tubuh manusia?

1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk mengetahui sejarah sistem imun pada tubuh manusia.

1.3.2 Untuk mengetahui pengertian sistem imun tubuh.

1.3.3 Untuk mengetahui fungsi dari sistem imun tubuh.

1.3.4 Untuk memahami jenis-jenis sistem imun tubuh pada manusia.

1.3.5 Untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi sistem imun tubuh.

1.3.6 Untuk mengetahui gangguan apa saja yang dapat mengenai sistem imun

tubuh manusia.

1.3.7 Untuk memahami cara mempertahankan sistem imun tubuh manusia.

1.4 Manfaat Penulisan

1.4.1 Mahasiswa dapat mengetahui sejarah sistem imun pada tubuh manusia.

1.4.2 Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami pengertian dari sistem imun

tubuh.

1.4.3 Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami fungsi dari sistem imun tubuh.

2

Page 3: BAB 1 - 3

1.4.4 Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami klasifikasi dari sistem imun

tubuh pada manusia.

1.4.5 Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami nfaktor-faktor yang

berpengaruh pada sistem imun pada tubuh manusia.

1.4.6 Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami gangguan apa sajakah yang

dapat mengenai system imun tubuh manusia.

1.4.7 Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami cara mempertahankan system

imun tubuh manusia.

3

Page 4: BAB 1 - 3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Sistem Imun

Imunologi berasal dari gabungan dua kata, yaitu immunis (berarti bebas dari

beban) dan logos (berarti ilmu). Secara sederhana, imunologi didefinisikan sebagai

suatu mekanisme perthanan yang dapat dimobilisasi tubuh untuk memerangi ancaman

invasi asing. Asal mula istilah “imunologi” berawal dari sebuah serangan wabah

cacar di China pada abad XI. Masyarakat di China pada saat itu mencegah penyakit

cacar dengan pengisapan kerak cacar. Sekitar abad XV, dilakukan penelitian terhadap

rspons tubuh terhadap penyakit infeksi dan imunologi berdasarkan pengalaman

penyakit cacar. Para ahli saat itu menemui sebuah fakta yaknui apabila seseorang

telah mengalami cacar, maka ia tidak akan mengalami cacar untuk kedua kalinya

karena adanya sistem kekebalan tubuh.

Lady Mary Mortley Montage pada abad XVIII mempopulerkan metode

penyembuhan cowpox dengan variolasi, namun carai ini sangatlah berbahaya dan

dapat menimbulkan kefatalan, sehingga metode penyembuhan ini dilarang. Adapun

pada 1881, Louis Pasteur melakukan vaksinasi dengan teknik pembiakkan

mikroorganisme secara in-vitro. Teknik ini dilakukan dengan memproduksi

vaksin pesteurella aviseptica (kolera ayam yang sudah dilemahkan). Penelitian lebih

lanjut dilakukan oleh Paul Ehrlich, seorang ahli hematologi Jerman yang dijuluki

sebagai “Bapak Imunologi”. Beliau berhasil menemukan lima tipe sel darah putih,

tipe anemia serta cara pengobatan dengan kemoterapi pada tahun 1908.

2.2 Definisi Sistem Imun

Sistem kekebalan atau sistem imun adalah sistem perlindungan dari pengaruh

luar biologis yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme. Jika

sistem kekebalan bekerja dengan benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadap

infeksi bakteri dan virus, serta menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam

tubuh. Jika sistem kekebalan melemah, kemampuannya melindungi tubuh juga

4

Page 5: BAB 1 - 3

berkurang, sehingga menyebabkan patogen, termasuk virus yang menyebabkan

demam dan flu, dapat berkembang dalam tubuh. Sistem kekebalan juga memberikan

pengawasan terhadap sel tumor, dan terhambatnya sistem ini juga telah dilaporkan

meningkatkan resiko terkena beberapa jenis kanker.

Setiap sistem, organ, atau kelompok sel di dalam tubuh mewakili keseluruhan

di dalam suatu pembagian kerja yang sempurna. Setiap kegagalan dalam sistem akan

menghancurkan tatanan ini. Sistem imun sangat sangat diperlukan bagi tubuh kita.

Sistem imun adalah sekumpulan sel, jaringan, dan organ yang terdiri atas :

a.       Pertahanan lini pertama tubuh, merupakan bagian yang dapat dilihat oleh tubuh

dan berada pada permukaan tubuh manusia sepeti kulit, air mata, air liur, bulu hidung,

keringat, cairan mukosa, rambut.

b.      Pertahanan lini kedua tubuh, merupakan bagian yang tidak dapat dilihat seperti

timus, limpa, sistem limfatik, sumsum tulang, sel darah putih/ leukosit, antibodi, dan

hormon.

Semua bagian sistem imun ini bekerja sama dalam melawan masuknya virus,

bakteri, jamur, cacing, dan parasit lain yang memasuki tubuh melalui kulit, hidung,

mulut, atau bagian tubuh lain. Sistem imun kita tersebar di seluruh tubuh dan tidak

berada di bawah perintah otak, tetapi bekerja melalui rangkaian informasi pada tiap

bagian dari sistem imun. Jumlah sel-sel imun lebih banyak 10 kali lipat dari sistem

saraf dan mengeluarkan empat puluh agen imun yang berbeda-beda untuk melindungi

tubuh dari penyakit. Sistem pertahanan tubuh pada manusia atau lebih kita kenal

sebagai sistem imun sering diartikan sebagai suatu efektor dalam menghalau ‘musuh’

yang terdiri atas zat asing yang akan memasuki tubuh. Istilah “Imun” berasal dari

suatu istilah pada era Romawi yang berarti suatu keadaan “bebas hutang”. Dengan

demikian, sistem imun lebih tepat diartikan sebagai suatu sistem yang menjamin

terjalinnya komunikasi antara manusia dan lingkungan yaitu media hidupnya secara

setara dan tidak saling merugikan.

2.3 Fungsi Sistem Imun

Sistem imun memiliki beberapa fungsi bagi tubuh, yaitu sebagai berikut.

5

Page 6: BAB 1 - 3

1. Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit;  menghancurkan &

menghilangkan mikroorganisme  atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur,

dan virus, serta tumor) yang masuk ke dalam tubuh

2. Menghilangkan jaringan atau sel yg mati atau rusak untuk perbaikan jaringan.

3. Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal. Sasaran utama: bakteri

patogen & virus Leukosit merupakan sel imun utama (disamping sel plasma,

makrofag, & sel mast).

4. Pertahanan Tubuh, yaitu menangkal bahan berbahaya agar tubuh tidak sakit, dan

jika sel-sel imun yang bertugas untuk pertahana ini mendapatkan gangguan atau

tidak bekerja dengan baik, maka oranmg akan mudah terkena sakit

5. Keseimbangan, atau fungsi homeostatik artinya menjaga keseimbangan dari

komponen tubuh.

6. Perondaan, sebagian dari sel-sel imun memiliki kemampuna untuk memantau ke

seluruh bagian tubuh. Jika ada sel-sel tubuh yang mengalami mutasi maka sel

peronda tersebut akan membinasakannya.

2.4 Klasifikasi Sistem Imun

A. PERTAHANAN TUBUH SPESIFIK

Dikatakan spesifik karena hanya terbatas pada satu mikroorganisme dan tidak

memberikan proteksi terhadap mikro organisme yang tidak berkaitan. Pertahanan ini

didapat melalui pejanan terhadap agen infeksius spesifik sehingga jaringan tubuh

membentuk sistem imun.

Imunitas

Kemampuan tubuh untuk mempetahankan diri melawan infeksi dan berupaya

untuk membawanya ke dalam sel dari orang atau hewan lain.

Karakteristik sistem imun :

a. Spesifitas, dapat membedakan berbagai zat asing

b. Memikro organismeri dan amplifikasi, mengingat kembali kontak

sebelumnya

c. Pengenalan bagian diri, membedakan agen asing dan sel tubuh sendiri

6

Page 7: BAB 1 - 3

Komponen respon imun

1. Antigen, yaitu zat yang menyebabkan respon imun spesifik. Terdiri dari :

a. Determinan antigenik (epitop), yaitu kelompok kimia terkecil dari suatu

antigen yang mampu membangkitkan respon imun.

b. Hapten, adalah senyawa kecil yang jika sendirian tidak dapat menginduksi

respon imun, tetapi dapat menjadi imunogenik jika bersatu dengan carier

yang berat melekulnya seperti protein serum.

Contoh Hapten : antibiotik, vitamin kosmetik

2. Antibodi, yaitu suatu protein yang dihasilkan oleh sistem imun sebagai respon

terhadap keberadaan antigen.

Terdiri dari 5 kelas antibody yang disebut Immunogloubin (A,D,G,E dan M)

1) Imunoglobulin G

Terdapat dalam darah dan cairan jaringan 80% sampai dengan 85%.

Daya Kerja

Menyirkulasi secara terus-menerus melalui dinding kapiler kedalam cairan,

kedalam limfe dan kembali kedalam darah melalui duktus toratikus.

Berperang melawan mikroorganisme dan toksinya.

Dapat melewati plasenta untuk melindungi janin.

7

Page 8: BAB 1 - 3

Spesifik

Imunitas seluler

Limfosit T

Sel T

Kelenjar Imun

Mengenali

Imunitas humoral Makrofag

Sekresi Antibodi

Sumsum tulang

Sel B

Limfosit B

Imunoglobulin G, A, M, E, D

Respon imun spesifik

2) Imunoglobulin A

Terdapat dalam darah dan cairan jaringan 15% dalam serum, keringat, saliva,

air mata, pernapasan, genitourinaria dan sekresi usus serta air susu ibu.

Dihasilkan dalam dinding usus halus.

3) Imunoglobulin M

Pertahanan garis pertama terhadap mikro organisme yang bersirkulasi dan

berusaha bermultifikasi dalam darah.

4) Imunoglobulin D

8

Page 9: BAB 1 - 3

Jenis Komunitas

Imunitas Aktif (Akibat kontak langsung dg. MO) Imunitas Pasif(antibody dipindah Dari individu ke individu lain).

buatan

alami

Hasil dari vaksinasi

Terjadi saat terpapar dengan penyakit sehingga sistem imun memproduksi anti body serta limfosit khusus.

Alami (dari ibu ke anak) Buatan (injeksi antibody)

Seumur hidup (campak, cacar)

Hepatatitis,Gonore, pneumoni)

Fungsi belum jelas, terdapat dalam darah dan limfe relatif sedikit. Daya kerja

memicu respon imun.

5) Imunoglobulin E terdapat dalam darah sangat rendah

Daya kerja bertanggung jawab terhadap asma ekstrinsik dan rinitis alergika

yang terjadi karena allergen.

Jenis Imunitas

9

Page 10: BAB 1 - 3

Agen Asing

Patogen Zat Kimia

Produk TumbuhanProduk Hewan

Mekanisme Pertahanan Tubuh

Non Spesifik Spesifik

Fisik

Lizozim

Asam Laktat

Cilia

Granulos

Mukus

Kulit

Proses Inflamasi

Interfero

Imunitas humoral Imunitas seluler

Anti Bodi

Sel B

Sumsum tulang

Limfosit

Sel T

Kelenjar imun

Mekani

Bersin

Bilasan air mata

Bilasan Saliva

Urine dan Feses

Kimiawi

HCL lambung

Mukus saluran pencernaan

Mekanisme pertahanan tubuh

10

Page 11: BAB 1 - 3

B. PERTAHANAN TUBUH NON SPESIFIK

Dikatakan tidak spesifik karena berlaku untuk semua organisme dan memberikan

perlindungan umum terhadap berbagai jenis agen. secara umum pertahanan tubuh non

spesifik ini terbagi menjadi pertahanan fisik, mekanik, dan kimiawi

1. Pertahanan fisik

pertahanan tubuh non spesifik dengan pertahanan fisik dalam tubuh manusia

antara lain adalah

a. Kulit

Kulit yang utuh menjadi salah satu garis pertahanan pertama karena

sifatnya yang permeabel terhadap infeksi berbagai organisme.

b. Asam laktat

dalam keringat dan sekresi sebasea dalam mempertahankan pH kulit tetap

rendah, sehingga sebagian besar mikroorganisme tidak mampu bertahan

hidup dalam kondisi ini.

c. Cillia

Mikroorganisme yang masuk saluran nafas diangkut keluar oleh gerakan

cillia yang melekat pada sel epitel.

d. Mukus

Membran mukosa mensekresi mukus untuk menjebak mikroba dan

partikel asing lainnya serta menutup masuk jalurnya bakteri atau virus.

e. Granulosit

Granulosit mengenali organisme sebagai musuh dan menelan serta

menghancurkan mereka.

f. Proses inflamasi

Invasi jaringan oleh mikroorganisme merangsang respon inflamasi pada

tubuh dengan tanda inflamasi sebagai berikut :

Kemerahan

Panas

Pembengkakan

Nyeri

11

Page 12: BAB 1 - 3

Permeabilitas kapiler meningkat

Cedera/ ada infeksi

Produksi Faktor kimia fasoaktif

Fasodilatasi

Aliran darah Kemerahan Nyeri berdenyut Panas

Pembengkakan

KemotasisMarginasiDiapedesis

Fagositosis

Leukosit & sel jaringan mati PusAbses Granulasi

Pemuihan

Hilangnya fungsi

Granulosit dan Mikro organismenosit keluar

Bagan Respon inflamasi

Tanda infeksi diatas merangsang tubuh memproduksi faktor kimia vaso

aktif yaitu antara lain :

Histamin dari sel mast

12

Page 13: BAB 1 - 3

Serotonin dari trombosit

Prostaglandin, Leukotrien, Tromboksan ( derivat asam arakidonat)

Kinin ( Protein plasma teraktivasi )

Dari produksi faktor kimia ini, kemudian timbul vasodilatasi diameter

pembuluh darah sehingga meningkatkan aliran darah dan menyebabkan

kemerahan, nyeri berdenyut dan panas.

Peningkatan permeabilitas kapiler sehingga menyebabkan

pembengkakan atau edema.

Pembatasan area cedera dengan cara lepasnya fibrinogen menjadi

fibrin.

Tahap selanjutnya adalah ke mikro organisme ( gerakan fagosit ke

area cedera ) terjadi dalam 1 jam setelah permulaan proses

inflamasi ( marginasi atau perekatan) dan diapedesis ( migrasi

fagosit ) oleh neutrofil dan mikro organismenosit.

Neutrofil dan makrofag terurai secara enzimatik dan mati setelah

menelan mikro organisme.

Leukosit mati, sel jaringan mati dan berbagai cairan tubuh

membentuk pus dan terus terbentuk sampai infeksi teratasi.

Pus bergerak ke permukaan tubuh untuk diuraikan dan

dihancurkan dan diabsorbsi oleh tubuh.

Jika respon inflamasi tidak bisa mengatasi cedera maka akan

terjadi abses / granuloma

Abses adalah kantong pus terbatas yang dikelilingi oleh jaringan

terinflamasi ( abses ini biasanya tidak terurai secara spontan

sehingga harus dikeluarkan ).

Granuloma biasanya terjadi akibat proses inflamasi kronik dalam

merespon iritasi berulang. Granuloma ini merupakan akumulasi

sel-sel fagosit dan mikro organisme yang dikelilingi kapsul firosa.

13

Page 14: BAB 1 - 3

Inflamasi

Bakteri

Pirogen eksogen

Leukosit

Pirogen endogen

Suhu tubuh tinggi

Kompensasi tubuh

Peningkatan laju metabolikGemetar/ MenggigilVasokontriksi

Peningkatan suhu tubuh Meningkatkan panasMengurangi panas

Pemulihan merupakan regenerasi jaringan atau pembentukan

jaringan parut dan sel jaringan yang sehat akan membelah secara

mitosis.

Bagan efek sistemik inflamasi

g. Zat antivirus (interveron + sistem komplemen )

- Adalah protein anti virus yang dapat disintesis sel hospes sebagai respon

terhadap infeksi virus.

- Fungsi menghalangi multiplikasi virus dan memegang peranan penting dalam

mikro organisme dulasi aktivitas imunologis.

14

Page 15: BAB 1 - 3

- Sistem komplemen, adalah sekelompok protein plasma inaktif yang

bersikulasi dalam darah. Fungsi untuk menyerang dan menghancurkan mikro

organisme penyusup.

2. Pertahanan mekanik

Pertahanan tubuh non spesifik denan cara pertahanan mekanik antara lain

adalah :

a. Bersin, reaksi tubuh karena ada benda asing ( bakteri, virus, benda dan

lain-lain yang masuk hidung ) reaksi tubuh untuk mengeluarkan dengan

bersin.

b. Bilasan air mata, saat ada benda asing produksi air mata berlebih untuk

mengeluarkan benda tersebut.

c. Bilasa saliva, kalau ada zat berbahaya produksi saliva berlebih untuk

menetralkan.

d. Urine dan feses, jika berlebih maka respon tubuh untuk segera

mengeluarkannya.

3. Pertahanan Kimiawi

Pertahanan tubuh non spesifik dengan cara kimiawi anatara lain adalah :

a. Enzim dan asam dan cairan dalam pencernaan berfungsi sebagai

pelindung bagi tubuh.

b. HCL lambung, membunuh bakteri yang tidak tahan asam.

c. Asiditas vagina, membunuh bakteri yang tidak tahan asam.

d. Cairan empedu, membunuh bakteri yang tidak tahan asam.

Respon imun non-spesifik dan spesifik terhadap infeksi bakteri.

Mekanisme imun non-spesifik Mekanisme imun spesifik

Peradangan

1. Pencaplokan bakteri invasif oleh

makrofag jaringan.

1. Pengolahan dan penyajian bakteri

oleh makrofag ke sel B spesifik

untuk antigen

2. Respon vaskuler yang diinduksi 2. Proliferasi dan diferensiasi klon sel

15

Page 16: BAB 1 - 3

oleh histamin untuk meningkatkan

aliran darah ke tempat

peradangan, sehingga lebih

banyak sel efektor imun dan

protein plasma.

B menjadi sel plasma dan sel

pengikat. Sekresi antibodi oleh sel

plasma yang mengikat bakteri secara

spesisfik.

3. Pengepungan tempat peradangan

oleh bekuan fibrin.

3. Penguatan oleh interkulin yang

dikeluarkan oleh makrofag.

4. Emigrasi neutrofil

anmonosit/makrofag ke tempat

peradangan untuk mencaplok dan

menghancurkan benda asing dan

untuk membersihkan debris sel.

4. Penguatan oleh sel T penolong

yang telah diaktifkan oleh antigen

bakteri yang sama yang telah diolah

dan disajikan oleh makrofag.

5. Sekresi zat perantara kimiawi oleh

sel fagositik yang meningkatkan

respons imun nonspesifik dan

spesifik serta mencetuskan gejala

lokal dan sistemik yang terkait

dengan infeksi.

5. Pengikat antibodi dengan bakteri

dan penguatan mekanisme

nonspesifik yang menyebabkan

distruksi bakteri yang bersangkutan.

- Bakteri sebagai opsonin untuk

meningkatkan aktivitas fagosit.

- Pengaktifan sistem komplemen

-Stimulasi sel pembunuh, yang secara

langsung melisiskan bakteri.

Pengaktifan non-spesifik sistem

komplemen

6. Pembentukan tonjolan membran

attack complex yang

menimbulkan lubang di dinding

bakteri mengalami lisis. Pengikat

berbagai tahanan peradangan

6. Persistensi sel pengikat yang

mampu berespon secara lebih cepat

dan kuat jika bakteri yang sama

kembali masuk.

16

Page 17: BAB 1 - 3

2.5 Faktor-faktor yang Memengaruhi Sistem Imun

Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi sistem imun pada tubuh

manusia, diantaranya sebagai berikut.

1) Usia

Frekuensi dan intensitas infeksi meningkat pada usia lanjut, juga

terjadi penurunan kemampuan untuk bereaksi secara memadai terhadap

mikroorganisme yang menginvasi. Terganggunya fungsi limfosit T dan B

menurunkan fungsi sistem organ yang berkaitan seperti lambung, sel kemih,

jaringan paru, penipisan kulit, neuropati perifer, dan penurunan sensibilitas

sirkulasi.

2) Gender (jenis kelamin)

a. Estrogen memodulasi aktivitas limfosit T (sel supresor)

b. Androgen berfungsi untuk mempertahankan produksi interkulin 2 dan

aktivitas sel sukresor

c. Estrogen cenderung menggalakkan imunitas sedangkan androgen bersifat

imunosupresif

3) Nutrisi:

a. Gangguan fungsi imun yang disebabkan oleh insufisiensi protein kalori

terjadi akibat kekurangan vitamin yang diperlukan untuk sintesis DNA

dan protein.

b. Vitamin akan membantu dalam pengaturan proliferasi sel dan maturasi sel

imun.

c. Kelebihan atau kekurangan unsure-unsur renik (tembaga, besi, mangan,

selenium, zink) akan memengaruhi fungsi imun.

4) Faktor psikoneuroimunologi

a. Limfosit dan makrofag memiliki reseptor yang dapat bereaksi terhadap

neurotransmitter dan hormon-hormon endokrin.

b. Proses imun dapat memengaruhi fungsi neural dan endokrin termasuk

perilaku.

17

Page 18: BAB 1 - 3

5) Kelainan organ lain

Keadaan seperti luka bakar atau bentuk cedera lain (infeksi dan kanker) turut

mengubah fungsi sistem imun. Hilangnya serum dalam jumlah besar akan

menimbulkan deplesi (kehilangan) protein tubuh yang esensial, termasuk

immunoglobulin stressor fisiologis dan psikologis, disertai stress karena pembedahan

atau cedera akan menstimulasi (mendorong) pelepasan kortisol dari korteks adrenal

turut menyebabkan supresi respons imun yang normal.

Abnormalitas fungsi sistem imun menyebabkan timbulnya penyakit imun melalui

dua cara yaitu penyakit defisiensi dan serangan imun yang tidak sesuai. Penyakit

defisiensi terjadi apabila sistem imun gagal berespons secara adekuat terhadap invasi

(serangan) benda asing. Keadaan ini dapat bersifat congenital (sejak lahir) atau non-

herediter. Penderita tahanan yang sangat terbatas terhadap organisme patogen dan

meninggal semasa bayi kecuali pasien hidup dalam lingkungan yang bebas kuman.

Penyakit defisiensi imun yang paling baru dan tragisnya paling sering dijumpai

adalah AIDS yang disebabkan oleh virus HIV yang menyerang dan melumpuhkan sel

T helper. Serangan imun spesifik yang tidak sesuai dan menimbulkan reaksi yang

merugikan tubuh mencakup:

1. Respons autoimun, yaitu sistem imun menyerang jaringan tubuh sendiri.

2. Penyakit kompleks imun. Respon antibodi yang berlebihan dan merusak

jaringan normal.

3. Alergi. Akuisisi (pemindahan) reaktivitas imun spesifik yang tidak sesuai atau

hipersensitivitas terhadap bahan lingkungan yang dalam keadaan normal tidak

berbahaya (mis; debu, serbuk sari).

2.6 Gangguan pada Sistem Imun

a) Alergi

Alergi atau hipersensivitas adalah respons imun yang berlebihan terhadap

senyawa yang masuk ke dalam tubuh. Senyawa tersebut dinamakan alergen. Alergen

dapat berupa debu, serbuk sari, gigitan serangga, rambut kucing, dan jenis makanan

tertentu, misalnya udang.

18

Page 19: BAB 1 - 3

Proses terjadinya alergi diawali dengan masuknya alergen ke dalam tubuh yang

kemudian merangsang sel B plasma untuk menyekresikan antibod IgE. Alergen yang

pertama kali masuk ke dalam tubuh tidak akan menimbulkan alergi, namun IgE yang

terbentuk akan berikatan dengan mastosit. Akibatnya, ketika alergen masuk ke dalam

tubuh untuk kedua kalinya, alergen akan terikat pada IgE yang telah berikatan dengan

mastosit. Mastosit kemudian melepaskan histamin yang berperan dalam proses

inflamasi. Respons inflamasi ini mengakibatkan timbulnya gejala alergi seperti

bersin, kulit terasa gatal, mata berair, hidung berlendir, dan kesulitan bernapas. Gejala

alergi dapat dihentikan dengan pemberian antihistamin.

b) Autoimunitas

Autoimunitas merupakan gangguan pada sistem kekebalan tubuh saat antibodi

yang diproduksi justru menyerang sel-sel tubuh sendiri karena tidak mampu

membedakan sel tubuh sendiri dengan sel asing. Autoimunitas dapat disebabkan oleh

gagalnya proses pematangan sel T di kelenjar timus. Autoimunitas menyebabkan

beberapa kelainan, yaitu :

1. Diabetes mellitus

Diabetes mellitus disebabkan oleh antibodi yang menyerang sel-sel beta di

pankreas yang berfungsi menghasilkan hormon insulin. Hal ini mengakibatkan tubuh

kekurangan hormon insulin sehingga kadar gula darah meningkat.

2. Myasthenia gravis

Myasthenia gravis disebabkan oleh antibodi yang menyerang otot lurik sehingga

otot lurik mengalami kerusakan.

3. Addison’s disease

Addison’s disease disebabkan oleh antibodi yang menyerang kelenjar adrenal.

Hal ini mengakibatkan berat badan menurun, kadargula darah menurun, mudah lelah,

dan pigmentasi kulit meningkat.

4. Lupus

Lupus disebabkan oleh antibodi yang menyerang tubuh sendiri. Pada

penderita lupus, antibodi menyerang tubuh dengan dua cara, yaitu :

19

Page 20: BAB 1 - 3

Antibodi menyerang jaringan tubuh secara langsung. Misalnya, antibodi yang

menyerang sel darah merah sehingga menyebabkan anemia.

Antibodi bergabung dengan antigen sehingga membentuk ikatan yang

dianamakan kompleks imun. Dalam kondisi normal, sel asing yang antigennya

telah diikat oleh antibodi selanjutnya akan ditangkap dan dihancurkan oleh sel-sel

fagosit. Namun, pada penderita lupus, sel-sel asing ini tidak dapat dihancurkan

oleh sel-sel fagosit dengan baik. Jumlah sel fagosit justru akan semakin

bertambah sambil mengeluarkan senyawa yang menimbulkan inflamasi. Proses

inflamasi ini akan menimbulkan berbagai gejala penyakit lupus. Jika terjadi dalam

jangka panjang, fungsi organ tubuh akan terganggu.

5. Radang sendi (artritis reumatoid)

Radang sendi merupakan penyakit autoimunitas yang menyebabkan peradangan

dalam waktu lama pada sendi. Penyakit ini biasanya mengenai banyak sendi dan

ditandai dengan radang pada membransinovial dan struktur sendi, atrofi otot, serta

penipisan tulang.

c) AIDS

AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) merupakan kumpulan berbagai

penyakit yang disebabkan oleh melemahnya sistem kekebalan tubuh. Penyakit ini

disebabkan oleh infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang menyerang sel T

pembantu yang berfungsi menstimulasi pembentukan sel B plasma dan jenis sel T

lainnya. Hal ini mengakibatkan berkurangnya kemampuan tubuh dalam melawan

berbagai kuman penyakit.

Sel T pembantu menjadi target utama HIV karena pada permukaan sel tersebut

terdapat molekul CD4 sebagai reseptor. Infeksi dimulai ketika molekul glikoprotein

pada permukaan HIV menempel ke reseptor CD4 pada permukaan sel T pembantu.

Selanjutnya, HIV masuk ke dalam sel T pembantu secara endositosis dan mulai

memperbanyak diri. Kemudian, virus-virus baru keluar dari sel T yang terinfeksi

secara eksositosis atau melisiskan sel.

Jumlah sel T pada orang normal sekitar 1.000 sel/mm3 darah, sedangkan pada

penderita AIDS, jumlah sel T-nya hanya sekitar 200 sel/mm3. Kondisi ini

20

Page 21: BAB 1 - 3

menyebabkan penderita AIDS mudah terserang berbagai penyakit seperti TBC,

meningitis, kanker darah, dan melemahnya ingatan.

Penderita HIV positif umumnya masih dapat hidup dengan normal dan

tampak sehat,tetapi dapat menularkan virus HIV.Penderita AIDS adalah

penderitaHIV positif yang telah menunjukkan gejala penyakit AIDS. Waktu yang

dibutuhkan seorang penderita HIV positif untuk menjadi penderita AIDS relatif

lama,yaitu antara 5-10 tahun.Bahkan ada penderita HIV positif yang seumur

hidupnya tidak menjadi penderita AIDS.Hal tersebut dikarenakan virus HIV didalam

tubuh membutuhkan waktu untuk menghancurkan sistem kekebalan tubuh penderita.

Ketika sistem kekebalan tubuh sudah hancur, penderita HIV positif akan

menunjukkan gejala penyakit AIDS. Penderita yang telah mengalami gejala AIDS

atau penderita AIDS umumnya hanya mampu bertahan hidup selama dua tahun.

Gejala-gejala penyakit AIDS yaitu :

Gangguan pada sistem saraf

Penurunan libido

Sakit kepala

Demam

Berkeringat pada malam hari selama berbulan-bulan

Diare

Terdapat bintik-bintik berwarna hitam atau keunguan pada sekujur tubuh

Terdapat banyak bekas luka yang belum sembuh total

Terjadi penurunan berat badan secara drastis

Cara penularan virus HIV/AIDS :

Hubungan seks dengan penderita HIV/AIDS

Pemakaian jarum suntik bersama-sama dengan penderita

Transfusi darah yang terinfeksi HIV/AIDS

Bayi yang minum ASI penderita HIV/AIDS atau dilahirkan dari seorang ibu

penderita HIV/AIDS

Cara mencegah penularan HIV/AIDS :

Menghindari hubungan seks di luar nikah

21

Page 22: BAB 1 - 3

Memakai jarum suntik yang steril

Menghindari kontak langsung dengan penderita HIV/AIDS yang terluka

Menerima transfusi darah yang tidak terinfeksi HIV/AIDS

2.7 Cara Mempertahankan Sistem Imun

1. Nutrisi yang sempurna

Setiap makanan yang kita makan harus mencakup berbagai nutrisi untuk

tubuh kita karena nutrisi dan sistem imun saling berkaitan. Oleh karena itu,

penting bagi kita untuk memakan makanan yang mengandung :

Protein

Protein diperlukan untuk menghasilkan immunoglobulin dan berbagai

antibodi. Protein dapat diperoleh dari daging, ikan, telur, dan kacang-

kacangan.

Vitamin dan mineral

Vitamin dan mineral dapat diperoleh dari berbagai jenis sayuran dan buah.

Teh hijau

Teh hijau mengandung antioksidan flavonoid yang dapat membantu

meningkatkan sistem imun. Para ahli sains menemukan bahwa kandungan

theanine pada daun teh dapat membantu sel imun badan dalam melawan

bakteri dan virus.

Aloevera

Aloevera mengandung zat aktif seperti asam amino dan vitamin yang dapat

membantu badan dalam mengeluarkan toksin, memulihkan jaringan yang

terluka, dan meningkatkan sistem imun badan dengan cepat.

2. Olahraga yang sesuai

Olahraga minimal 15 menit setiap hari secara berkelanjutan dapat

meningkatkan ketahanan tubuh. Olahraga seperti jogging, berenang, berjalan,

dan yoga dapat meningkatkan peredaran darah, menguatkan jantung, dan

meningkatkan sistem imun dalam tubuh.

22

Page 23: BAB 1 - 3

3. Senantiasa gembira dan bijak menangani tekanan

Tekanan psikologi yang berkepanjangan dapat mengganggu mekanisme

sistem imun dalam tubuh. Apabila otak merasa tertekan, otak akan

menghasilkan hormon kortisol yang jika berlebihan akan berdampak negatif

bagi sistem kekebalan tubuh kita.

23

Page 24: BAB 1 - 3

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Imunologi berasal dari gabungan dua kata, yaitu immunis (berarti bebas dari

beban) dan logos (berarti ilmu). Secara sederhana, imunologi didefinisikan sebagai

suatu mekanisme perthanan yang dapat dimobilisasi tubuh untuk memerangi ancaman

invasi asing. Asal mula istilah “imunologi” berawal dari sebuah serangan wabah

cacar di China pada abad XI. Masyarakat di China pada saat itu mencegah penyakit

cacar dengan pengisapan kerak cacar. Sistem kekebalan atau sistem imun adalah

sistem perlindungan dari pengaruh luar biologis yang dilakukan oleh sel dan organ

khusus pada suatu organisme. Jika sistem kekebalan bekerja dengan benar, sistem ini

akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus, serta menghancurkan sel

kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Klasifikasi sistem imun pada manusia secara

garis besar dapat dibagi menjadi 32 jebis yaitu: sistem imun spesifik dan non spesifik.

Adapun faktor-faktor yang memengaruhi sistem kekebalan tubuh manusia; Usia,

Gender (jenis kelamin), Nutrisi, Faktor psikoneuroimunologi, dan Kelainan organ

lain. Gangguan pada sistem imunitas secara garis besar dapat dibagi menjadi 3 jenis:

alergi, autoimunitas dan AIDS. Cara mempertahankan sistem imun meliputi nutrisi

yang sempurna, olahraga yang sesuai, senantiasa gembira dan bijak menangani

tekanan.

3.2 Saran

Melalui penulisan makalah ini penulis menyarankan kepada para pembaca agar

dapat memahami materi sistem imun pada tubuh manusia secara lebih mendalam dan

spesifik, karena hal ini akan sangat membantu sebagai bahan panduan dalam

penerapan teori dan aplikasi pelayanan kesehatan.

24

Page 25: BAB 1 - 3

DAFTAR PUSTAKA

Setiadi. 2007. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Yogyakarta: Graha Ilmu

Syaiffudin. 2013. Anatomi Fisiologi Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk Keperawatan dan

Kebidanan Edisi 4. Jakarta: Buku Kedokteran

EGChttp://widhiesworld.blogspot.com/2012/12/v-behaviorurldefaultvmlo.html

diakses pada tanggal 11 November 2014 pukul 14.30 wita 

https://www.academia.edu/7294780/Definisi_Sistem_Imun diakses pada tanggal 12

November 2014 pukul 19.32

wit

ahttps://www.academia.edu/7537645/makalah_biologi_sistem_imunitas_pada_tubuh

_manusia diakses pada tanggal 12 November 2014 pukul 17.10 wita

25