Upload
edy-rohmad
View
69
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kerja praktik adalah mata kuliah dalam kurikulum program strata satu
yang wajib dilaksanakan oleh setiap mahasiswa di lingkungan Universitas
Jenderal Soedirman. Untuk dapat melaksanakan kerja praktik, mahasiswa
diharuskan memenuhi persyaratan yang telah ditentukan, yaitu persyaratan
akademik dan administratif. Selanjutnya, hasil kerja praktik dibuat suatu
laporan dan diseminarkan sebagai dasar memperoleh nilai mata kuliah kerja
praktik.
Materi yang diperoleh pada proses perkuliahan akan dapat lebih
dikuasai oleh mahasiswa dengan melaksanakan kegiatan kerja praktik. Selain
untuk memperdalam materi, mahasiswa dapat mengetahui secara langsung
proses pelaksanaan proyek dengan permasalahan-permasalahan dan cara
mengatasi masalah-masalah tersebut.
Proyek yang dijadikan tempat kerja praktik adalah Proyek Gedung
Instalasi Bedah Sentral (IBS) Terpadu, RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo-
Purwokerto. Kegiatan Pembangunan Proyek Gedung Instalasi Bedah Sentral
(IBS) Terpadu ini merupakan bagian dari rencana pengembangan dari
kawasan RSUD Prof. Margono Soekarjo Purwokerto.
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN KERJA PRAKTIK
Maksud dan tujuan dari pelaksanaan kerja praktek ini antara lain
adalah :
1. Untuk melengkapi persyaratan dalam menempuh pendidikan tingkat
sarjana di Fakultas Sains dan Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas
Jenderal Soedirman,
1
2
2. Memberikan pengalaman kepada mahasiswa secara langsung dilapangan
terhadap penerapan ilmu Teknik Sipil yang telah didapat dibangku
kuliah,
3. Mengetahui secara langsung pelaksanaan pemasangan bekisting,
pembesian, dan proses pengecoran pada balok dan pelat lantai,
4. Mengetahui unsur yang terkait dengan pelaksanaan proyek sehingga
proyek dapat terlaksana dengan baik,
5. Mengetahui permasalahan yang terjadi selama proses konstruksi dan
solusi yang diambil sebagai penyelesaian masalah tersebut.
1.3 RUANG LINGKUP KERJA PRAKTIK
Ruang lingkup pekerjaan yang ditinjau pada pelaksanaan kerja praktik
pada Proyek Pembangunan Gedung Instalasi Bedah Sentral (IBS) Terpadu
adalah manajemen konstruksi dan pelaksanaan pekerjaan balok dan plat
Gedung Instalasi Bedah Sentral (IBS) Terpadu RSUD Prof. Dr. Margono
Soekarjo Purwokerto yang dilaksanakan dalam jangka waktu selama kerja
praktik yang meliputi :
1. Pembahasan pekerjaan bekisting pada struktur balok dan plat
2. Pembahasan pekerjaan pembesian pada struktur balok dan plat
3. Pembahasan pekerjaan pengecoran pada struktur balok dan plat
4. Pengendalian pelaksanaan, mutu, waktu, dan K3 pada pelaksanaan
pembangunan balok dan plat
1.4 METODE PENGUMPULAN DATA
Dalam penulisan laporan kerja praktik ini, data-data diperoleh dengan
cara sebagai berikut :
1. Pengamatan (Observasi)
Dalam metode ini kami melakukan pengamatan langsung di
lapangan mengenai teknik pekerjaan yang sedang berlangsung,
mengadakan pengamatan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan
2
3
pekerjaan struktur dan juga masalah-masalah yang timbul yang dapat
menghambat aktivitas kerja dan berusaha mencari pemecahan.
2. Wawancara (Interview)
Dalam hal ini kami melakukan wawancara atau tanya jawab
langsung dengan semua pihak yang terlibat dalam proyek, seperti
wawancara dengan pihak pengawas proyek, kontraktor, mandor, maupun
dengan tukang mengenai hal-hal yang belum diketahui atau menanyakan
berbagai masalah yang dijumpai di lapangan dengan maksud agar
mendapatkan masukan-masukan yang berguna dalam kerja praktik ini.
3. Pengumpulan data-data proyek
Pengumpulan data tertulis dan gambar proyek dari kontraktor.
4. Metode deskriptif (Literature)
Metode literature didapatkan dari buku-buku yang mempelajari
tentang contoh-contoh analisa yang digunakan dalam perhitungan
struktur. Metode literature digunakan dalam pemecahan-pemecahan
permasalahan yang dihadapi dalam pembuatan laporan kerja praktik.
5. Alat bantu (Instrumental)
Alat bantu yang digunakan dalam pelaksanaan kerja praktik antara
lain kamera, alat tulis, dan alat bantu lain. Alat bantu ini sekaligus
digunakan untuk pengambilan data yang didapat dari proyek pada waktu
pelaksanaan di lapangan.
1.5 SISTEMATIKA PENYUSUNAN LAPORAN
Laporan kerja praktik ini disusun dalam tiga bagian, yaitu bagian
awal, bagian isi atau pokok, dan bagian akhir. Bagian awal meliputi halaman
judul, lembar pengesahan, dan kata pengantar. Bagian isi atau bagian pokok
merupakan laporan itu sendiri yang berisi tentang data-data proyek yang akan
disajikan dalam 7 (tujuh) bab dan daftar isi. Sedangkan bagian akhir berisi
daftar pustaka dan lampiran-lampiran. Secara garis besar sistematika
penulisan Laporan Kerja Praktik ini adalah sebagai berikut :
3
4
Bab I : Pendahuluan
Bab ini berisi latar belakang kerja praktik, maksud dan tujuan kerja prakik,
ruang lingkup kerja praktik, metode pengumpulan data, dan sistematika
penyusunan laporan.
Bab II : Tinjauan Umum Proyek
Bab ini berisi gambaran umum, maksud dan tujuan proyek, lokasi proyek,
data-data proyek, dan struktur bangunan.
Bab III : Manajemen Proyek
Bab ini menguraikan tentang tinjauan umum, tahapan pelaksanaan proyek,
unsur-unsur pengelola proyek, hubungan unsur-unsur pengelola proyek,
struktur organisasi proyek, serta jadwal pelaksanaan pekerjaan.
Bab IV : Sumber Daya Proyek
Bab ini menguraikan tentang macam-macam sumber daya proyek, peralatan
proyek, material, dan tenaga kerja.
Bab V : Pelaksanaan Proyek
Membahas tentang pekerjaan bekisting, pekerjaan pembesian, pekerjaan
pengecoran, pembongkaran bekisting dan perawatan beton.
Bab VI : Pengendalian Proyek
Bab ini berisi tentang uraian umum, pengendalian mutu, pengendalian waktu,
pengendalian biaya, pengendalian teknis, dan pengendalian K3L.
Bab VII : Penutup
Bab ini membahas tentang kesimpulan dan saran.
4
5
BAB II
TINJAUAN UMUM PROYEK
1.6 GAMBARAN UMUM PROYEK
Pekerjaan Pembangunan Gedung Instalasi Bedah Sentral (IBS)
Terpadu merupakan pekerjaan dari PT. Jaya Arnikon yang dibiayai oleh
RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo. Pembangunan ini berlokasi di area
RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo, Purwokerto.
Proyek yang terdapat di Purwokerto ini mempunyai luas bangunan
total sebesar ± 5.500 m2 . Proyek ini terdiri atas gedung 3 lantai dengan nilai
kontrak sebesar Rp 27.501.709.000,00 (Dua puluh tujuh milyar lima ratus
satu juta tujuh ratus sembilan ribu rupiah) untuk nilai kontrak keseluruhan.
Proyek ini dilaksanakan selama 365 hari kalender dimulai dari 7 Maret 2012
sampai dengan 7 Maret 2013, dengan masa pemeliharan 180 hari kalender
dimulai dari tanggal 8 Maret 2013 sampai dengan 8 September 2013.
Proyek dengan luas ± 5.500 m2 ini mempunyai struktur organisasi
sebagai berikut :
Pemilik Proyek (Owner) : RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
Konsultan Perencana : PT. Puri Aji Buana
Konsultan Pengawas : CV. Prima Disain
Kontraktor Pelaksana : PT. Jaya Arnikon
1.7 MAKSUD DAN TUJUAN PROYEK
Maksud dan tujuan dari pelaksanaan proyek pembangunan Gedung
Instalasi Bedah Sentral (IBS) Terpadu yaitu :
1. Memberikan pelayanan kesehatan yang lebih optimal kepada masyarakat.
2. Sebagai bentuk pelaksanaan dari rencana pengembangan kawasan rumah
sakit.
3. Menciptakan lapangan kerja, baik selama maupun setelah proyek
berlangsung.
5
6
1.8 LOKASI PROYEK
Proyek Gedung Instalasi Bedah Sentral (IBS) Terpadu merupakan
bagian dari rencana pengembangan dari kawasan RSUD Prof. Dr. Margono
Soekarjo, Purwokerto.
Proyek ini terletak di Jl. Dr. Gumbreg No. 1 Purwokerto.
Secara geografis batas-batas lokasi proyek yaitu:
a. Sebelah Utara : Gedung instalasi gawat darurat
b. Sebelah Timur : Gedung rawat inap pasien
c. Sebelah Selatan : Gedung laboratorium
d. Sebelah Barat : Rumah- rumah penduduk
Gedung Instalasi Bedah Sentral (IBS) Terpadu
6
7
Gambar 2. 1 Peta situasi
1.9 DATA-DATA PROYEK
Tahapan penyelenggaraan proyek pembangunan secara menyeluruh
mulai dari perencanaan, perancangan, pelaksanaan pembangunan fisik,
sampai dengan pemanfaatannya harus dikerjakan secara sistematik. Dalam
proses atau tahapan ini terdapat bermacam-macam unsur pendukung yang
saling berkaitan satu sama lain.
Unsur-unsur tersebut membentuk suatu ikatan kerjasama dimana
masing-masing mempunyai peranan, fungsi, dan tanggung jawab yang jelas.
Tujuan yang hendak dicapai pada dasarnya adalah efisiensi yang optimum
dari tenaga, waktu, dan biaya proyek terhadap hasil yang diperoleh.
Tahapan proyek umumnya terdiri dari :
1. Perumusan gagasan (idea)
2. Studi kelayakan (feasibility study),
3. Perencanaan (planning),
4. Perancangan (design),
5. Pelaksanaan (construction),
6. Pengujian akhir (test and commisioning), dan
7. Pengoperasian dan pemeliharaan (operation and maintenence).
7
Lokasi proyek
8
Berikut ini adalah data - data proyek pembangunan Gedung Instalasi
Bedah Sentral (IBS) Terpadu sebagai tinjauan kerja praktik :
I.1.1 Data Umum Proyek
Data umum proyek pembangunan Gedung Instalasi Bedah
Sentral (IBS) Terpadu adalah sebagai berikut :
a. Nama Proyek : Gedung Instalasi Bedah Sentral (IBS)
Terpadu
b. Lokasi Proyek : Jl. Dr. Gumbreg No. 1 Purwokerto
c. Pemilik Proyek : RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
d. Konsultan Perencana : PT. Puri Aji Buana
e. Konsultan Pengawas : CV. Prima Disain
f. Kontraktor Pelaksana : PT. Jaya Arnikon
g. Lingkup Pekerjaan : Struktur, Arsitektur, Interior, MEP.
h. Nilai Kontrak : Rp 27.501.709.000,00
i. Mulai Pelaksanaan : 4 Maret 2013
j. Akhir Pelaksanaan : 3 Desember 2013
k. Lama Pelaksanaan : 275 hari kalender
l. Masa Pemeliharaan : 180 hari setelah selesainya tahap
pembanguan
I.1.2 Data Teknis Proyek
Data teknis Proyek Pembangunan Gedung Instalasi Bedah
Sentral (IBS) Terpadu adalah sebagai berikut :
a. Jumlah tingkat gedung : 3 Lantai
b. Luas lahan : ± 5.500 m2
c. Luas total bangunan : ± 5.100 m2, meliputi
1st floor : ± 1.800 m2
2nd floor : ± 1.700 m2
3rd floor : ± 1.600 m2
8
9
d. Fungsi Bangunan :
1st floor : Ruang ICU/ ICCU, Ruang transit jenazah, Ruang
staff dan administrasi, Gudang, Ruang perawat, dll.
2nd floor : Ruang dokter, Holding room, Ruang recovery,
Ruang persiapan, Ruang OK, dll.
3rd floor : Ruang dokter, Ruang patologi dan anatomi, Ruang
recovery, Ruang OK, Ruang persiapan, Holding
room, dll.
e. Pondasi : Pondasi tiang pancang dan wash boring. Ukuran
pondasi tiang pancang P1A-P6A = 400x400
mm, dan P1B-P6B= 450x450 mm. Ukuran
pondasi wash boring PB3 yaitu Ø 600 mm
(lingkaran).
f. Kolom : Kolom struktur untuk lantai basement, ground
floor, lantai 1, lantai 2, dan lantai 3 memiliki
ukuran yang sama. Ukuran kolom tipe C1=
800x800 ; C1A= 700x700, dan 750x750 ; C1B=
600x600 ; C2= 700x700, dan 750x750 ; C2A=
600x600 ; C3= 600x600 ; C4= Ø1000 ; C5=
900x900 ; C6= 700x700 ; C7= Ø900 ; C8=
800x800 dan 1000x1000 ; C9= 750x750 ; C10=
850x850 ; C10A= 800x800 ; C10B = 700x700 ;
C10C = 600x600 ; C11 = 600x600 ; TC1 =
800x800 ; TC2 = 700x700 dan 750x750 ; TC3 =
600x600 ; TC4 = 350x350 ; TC4A = 300x300 ;
TC5 = Ø900. Mutu Beton K250.
g. Balok : Ukuran balok induk tipe G810= 800x1000,
G710= 700x1000, G610= 600x1000, G68=
600x800, G510= 500x1000, G59= 500x900, G58=
9
10
500x800, G58-56 = 500x(800-600), G57 =
500x700, G56-58= 500x(600-800), G4A9=
450x900, G4A8= 450x800, G49= 400x900, G49-
47= 400x(900-700), G48= 400x800, G48-46=
400x(800-600), G47= 400x700, G46-49=
400x(600-900), G46= 400x600, G3A6= 350x600,
G38 = 300x800, G37 = 300x700, G36= 300x600,
G35= 300x500. G2A5= 250x500. Ukuran balok
anak B610 = 600x1000, B610-68 = 600x(1000-
800), B68-610 = 600x(800-1000), B48 = 400x800,
B46-48 = 400x(600-800), B3A8 = 350x800,
B3A8-3A5 = 350x(800-500), B3A6 = 350x600,
B38 = 300x800, B37 = 300x700, B36 = 300x600,
B35 = 300x500, B2A8 = 250x800, B2A7 =
250x700, B2A6 = 250x600, B2A5 = 250x500, B28
= 200x800, B27 = 200x700, B26 = 200x600, B25
= 200x500, B24 = 200x400, B1A5 = 150x500.
Mutu beton K250.
h. Plat lantai : Plat lantai dengan tebal 12 cm, 14 cm, 15 cm, 20
cm, dan 25 cm menggunakan mutu beton K250.
i. Pembesian : Tulangan yang digunakan memiliki ukuran besi
polos : 8 ; besi ulir : D10, D16, D19, D22.
j. Bekisting : Bekisting kolom, Balok, dan pelat digunakan
multiplek tebal 12 mm yang dibentuk sedemikian
rupa dengan perancah kayu.
I.1.3 Data Tanah
Penyelidikan tanah harus dilakukan secara detail dan teliti
sehingga diperoleh data dan gambaran yang jelas mengenai keadaan,
sifat, dan susunan lapisan tanahnya. Penyelidikan tanah secara umum
bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai kondisi dan
10
11
karakteristik lapisan tanah, jenis tanah, parameter tanah, dan muka air
tanah pada lokasi rencana bangunan, sehingga diketahui susunan
lapisan tanah yang ada di lokasi. Salah satu penyelidikan tanah pada
proyek ini menggunakan uji sondir (Cone Penetration Test) dan bor
dalam (deep boring).
Dari hasil penyelidikan titik sondir kedalaman tanah kerasnya
pada kedalaman -2,00 m dari muka tanah asli. Dari hasil penyelidikan
tanah tersebut dipilih pondasi jenis pondasi telapak.
1.10STRUKTUR BANGUNAN
Setelah diperoleh data-data dari hasil survey, dilakukan kompilasi
data. Kemudian dilakukan analisis data untuk mendapatkan hasil yang valid
sebelum dilakukan tahap analisis yang lebih lanjut. Hasil yang telah diperoleh
kemudian akan digunakan sebagai pertimbangan atau acuan dalam kajian
terhadap struktur bangunan.
Struktur adalah bagian utama dari suatu bangunan gedung yang
berfungsi sebagai penyangga atau dukungan bagi beban-beban yang bekerja,
baik beban transversal maupun beban longitudinal.
Pemilihan struktur sangat erat hubungannya dengan bentuk arsitektur,
konstruksi, dan kondisi alam dengan tidak mengesampingkan segi ekonomis
dan efisiensi untuk mendapat hasil yang optimal, untuk itu harus dipilih jenis
struktur yang tepat.
Struktur bangunan harus memenuhi persyaratan-persyaratan yang
ditinjau dari segi :
a. Kekuatan (strength)
b. Kekakuan (stiffness)
c. Kestabilan (stability)
d. Ekonomis (optimum design)
Tahap ini akan dilakukan dengan meninjau struktur bangunan yang
dapat dikelompokkan menjadi dua bagian struktur utama bangunan, yaitu
11
12
struktur bagian bawah dan struktur bagian atas. Hal tersebut akan dijelaskan
berikut ini.
I.1.4 Struktur Bawah (Sub Structure)
Struktur bagian bawah merupakan bagian dari struktur
bangunan yang terletak di bagian bawah tanah, sebagai penghubung
dari struktur bagian atas dengan tanah dasar, serta bertugas memikul
beban struktur di atasnya dan meneruskan ke dasar bangunan. Struktur
bagian bawah yang digunakan dalam pembangunan Gedung Instalasi
Bedah Sentral (IBS) Terpadu adalah pondasi telapak. Pertimbangan
menggunakan pondasi tiang pancang karena kondisi tanah di lokasi
proyek berupa tanah keras dan kedalaman tanah keras relatif dangkal
yaitu – 2,00 m dari muka tanah asli.
I.1.5 Struktur Atas (Upper Structure)
Struktur atas adalah seluruh bagian struktur gedung yang berada
di atas muka tanah. Struktur atas berfungsi menampung beban-beban
yang ditimbulkan oleh beban di atasnya, kemudian menyalurkan pada
bangunan bawah.
Bagian-bagian dari struktur atas adalah sebagai berikut:
a) Kolom
Kolom adalah struktur atas pondasi yang berfungsi untuk
menyangga beban aksial vertikal. Kolom menempati posisi penting
dalam sistem struktur bangunan, karena kolom akan berakibat
langsung pada keruntuhan komponen struktur lain yang
berhubungan dengannya. Detail kolom dapat dilihat pada lampiran.
b) Plat lantai
Plat lantai pada proyek ini menggunakan beton bertulang.
Plat lantai adalah bagian dari struktur bangunan yang berfungsi
sebagai landasan. Plat secara struktur berfungsi untuk menahan
12
13
beban-beban yang bekerja di atasnya untuk didistribusikan ke
balok. Plat dibatasi oleh balok anak pada kedua sisi panjang dan
dibatasi oleh balok induk pada kedua sisi pendeknya. Jika pada
lantai ingin didirikan dinding penyekat dari pasangan bata, maka di
bawahnya harus diberi balok anak sebagai pengaku plat.
Plat lantai dari beton bertulang mempunyai banyak
keuntungan, seperti mampu mendukung beban besar, merupakan
isolasi suara yang baik, tidak dapat terbakar dan dapat dibuat lapis
kedap air sehingga di atasnya boleh dibuat dapur dan kamar mandi
atau WC, dapat dipasang tegel untuk keindahan lantai, merupakan
bahan yang kuat dan awet, tidak perlu perawatan dan dapat
berumur panjang. Detail ketebalan plat tiap lantai dapat dilihat pada
lampiran.
c) Balok
Balok adalah komponen struktur yang mendukung plat,
berat sendiri struktur, dan beban hidup yang bekerja sendiri di
atasnya. Balok diharapkan mampu mendukung beban lentur, gaya
geser, serta torsi yang terjadi pada balok tersebut, sehingga beban
dapat di distribusikan ke kolom kemudian kolom meneruskan
beban ke bawah sampai pondasi. Detail standar penulangan balok
lantai dapat dilihat pada lampiran.
d) Tangga
Tangga adalah jalur yang bergerigi (mempunyai trap-trap)
yang menghubungkan satu lantai dengan lantai di atasnya. Fungsi
pondasi tangga adalah sebagai dasar tumpuan (landasan) agar
tangga tidak mengalami penurunan, dan pergeseran. Ibu tangga
berfungsi sebagai pendukung anak tangga. Anak tangga berfungsi
sebagai tempat bertumpunya telapak kaki sehingga dipasang teratur
dengan bentuk dan lebar, serta selisih tinggi masing-masing anak
tangga dibuat sama besar agar nyaman dan aman bila dilalui. Pagar
tangga berfungsi sebagai pengaman di sisi samping kanan dan kiri
13
14
agar orang tidak terperosok. Pegangan tangan dipasang di
sepanjang anak tangga untuk bertumpunya tangan agar orang
merasa aman ketika menaiki tangga. Sedangkan bordes berguna
sebagai tempat untuk memberi kesempatan orang yang naik tangga
beristirahat sejenak. Denah, potongan, dan detail standar
penulangan tangga dapat dilihat pada lampiran.
e) Atap
Fungsi atap adalah untuk melindungi bangunan beserta
isinya dari pengaruh panas dan hujan. Bentuk dan bahan atap harus
serasi/sesuai dengan rangka bangunannya, agar dapat menambah
indah dan anggun, serta menambah nilai dari harga bangunannya.
Dalam proyek pembangunan Gedung Instalasi Bedah Sentral (IBS)
Terpadu, konstruksi atap pada proyek ini berupa konstruksi rangka
baja.
14
15
BAB III
MANAJEMEN PROYEK
1.11TINJAUAN UMUM
Manajemen adalah usaha yang berkaitan dengan memelihara
kerjasama sekelompok orang dalam satu kesatuan serta usaha memanfaatkan
sumber daya lain untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan
sebelumnya. Jika disederhanakan manajemen dapat diartikan menjadi dua hal
yaitu :
1. Manajemen adalah proses merencanakan, mengorganisasi, memimpin,
mengendalikan, usaha-usaha anggota organisasi dan proses penggunaan
sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan organisasi yang sudah
ditetapkan.
2. Manajemen adalah proses tertentu yang terdiri dari kegiatan
merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan sumber daya manusia
dan sumber daya lain untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan.
Fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang selalu melekat
di dalam proses manajemen yang dijadikan acuan oleh manajer dalam
melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan agar proses berjalan efektif
dan efisien dengan hasil yang optimal. Fungsi manajemen pertama kali
diperkenalkan oleh seorang industrialis Perancis bernama Henry Fayol pada
awal abad ke-20. Ketika itu ia menyebutkan lima fungsi manajemen, yaitu
merancang, mengorganisir, memerintah, mengkoordinasi, dan
mengendalikan. Namun saat ini kelima fungsi tersebut telah diringkas
menjadi empat, yang terdiri atas perencanaan (planning), pengorganisasian
(organizing), pelaksanaan (actuating) dan pengawasan (controlling).
Keempat fungsi dari manajemen tersebut dapat diuraikan sebagai berikut
(Elzha, 2010) :
15
16
1) Perencanaan (Planning)
Perencanaan (planning) adalah kegiatan pertama yang dilakukan
dalam administrasi. Perencanaan berarti menetapkan tujuan berdasarkan
perkiraan apa yang akan terjadi dalam waktu yang akan datang, dengan
mempertimbangkan kemungkinan terjadinya perubahan dan masalah pada
waktu tersebut.
Dalam perencanaan umumnya sangat memperhatikan hal-hal
berikut :
a. Apa yang akan terjadi
b. Mengapa hal itu dilakukan
c. Bagaimana akan dilaksanakan
d. Siapa yang akan melaksanakan
e. Mengadakan penelitian
f. Kemungkinan-kemungkinan apa yang dapat mempengaruh pelaksanaan
dan perubahan rencana.
2) Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian (organizing) adalah penentuan, pengelompokan
dan peraturan berbagai kegiatan dalam rangka mencapai tujuan, meliputi
penugasan kepada orang-orang dalam kegiatan serta menunjukkan
hubungan kewenangan yang dilimpahkan kepada setiap orang yang
ditugaskan untuk melaksanakan kegiatan tersebut yang dituangkan dalam
bentuk struktur formal.
3) Pelaksanaan (Actuating)
Pelaksanaan (actuating) adalah kegiatan pelaksanaan, merupakan
tindakan agar semua anggota kelompok dengan kesadaran berusaha untuk
mencapai tujuan atau sasaran berpedoman perencanaan dari organisasi.
4) Pengawasan (Controlling)
Pengawasan (controlling) adalah kegiatan mengawasi aktivitas-
aktivitas pekerjaan agar sesuai dengan sasaran. Setelah rancangan selesai
disiapkan, maka penting sekali untuk segera mengecek pekerjaan yang
telah dilaksanakan agar berjalan sesuai dengan rencana semula. Apabila
16
17
terjadi penyimpangan, maka perlu diberikan peringatan agar dapat
mengambil tindakan perbaikan. Sistem pengawasan yang dilaksanakan
adalah pengawasan mutu bahan dan mutu produksi, serta peralatan
permesinan yang diperlukan sesuai dengan ketentuan yang ada.
Apabila fungsi-fungsi manajemen di atas dilaksanakan dengan baik,
maka dapat tercapai sasaran akhir berupa pengendalian secara menyeluruh
yang terdiri dari sebagai berikut :
1. Biaya pelaksanaan dapat lebih terkontrol.
2. Kualitas bangunan akan lebih baik.
3. Waktu pelaksanaan yang sesuai rencana (tepat waktu).
Manajemen yang baik dan didukung oleh kegiatan administrasi yang
baik, akan dengan mudah memonitor suatu kegiatan proyek di lapangan,
mudah untuk memantau tingkat kemajuan proyek, dan mudah dalam
menentukan kebijakan atau langkah-langkah yang harus diambil pelaksanaan
proyek.
Dengan adanya manajemen proyek maka akan terlihat jelas batasan
mengenai tugas wewenang dan tanggung jawab dari pihak yang terlibat
dalam proyek sehingga tidak akan terjadi adanya wewenang dan tanggung
jawab yang merangkap (overlapping).
1.12TAHAPAN PELAKSANAAN PROYEK
Proses pengadaan penyedia jasa pada proyek pembangunan Gedung
Instalasi Bedah Sentral (IBS) Terpadu melalui proses pelelangan terbatas,
dimana proses pelelangan terbatas dapat dilaksanakan apabila dalam hal
penyedia barang/jasa yang mampu melaksanakan diyakini terbatas, yaitu
untuk pekerjaan yang kompleks, dengan cara mengumumkan secara luas
melalui media massa dan papan pengumuman resmi dengan mencantumkan
penyedia barang/jasa yang telah diyakini mampu, guna memberi kesempatan
kepada penyedia barang/jasa lainnya yang memenuhi kualifikasi. Tahapan
pelaksanaan proyek pembangunan Gedung Instalasi Bedah Sentral (IBS)
Terpadu berpedoman pada Tabel 3.1 berikut ini.
17
18
Tabel 3. 1 Tabel Tahapan Pelaksanaan Konstruksi
Pra Konstruksi Konstruksi Pascakonstruksi
Id
eDesign
Tender
& Procure Hand Maintenance
Engineering ment Produksi
SPK Over Fit Out
Perubahan Design Perubahan Order/Variation Order (VO) Renovasi
Sumber: Ervianto, WI. 2002. Manajemen Proyek Kontruksi: Edisi Revisi
I.1.6 Prakonstruksi
Prakonstruksi merupakan tahap awal dalam pelaksanaan
pekerjaan konstruksi. Pada tahap ini biasanya pihak owner mempunyai
ide untuk mengembangkan atau menginvestasikan modalnya dengan
membangun sebuah konstruksi gedung dan kemudian owner akan
menugaskan Konsultan Perencana untuk mewujudkan idenya.
Konsultan Perencana terdiri dari :
1. Konsultan Arsitektur
2. Konsultan Struktur
3. Konsultan Mechanikal & Elektrikal (ME)
4. Konsultan Manajemen Konstruksi (MK)
5. Konsultan Quantity Surveyor (QS)
18
19
Konsultan Arsitektur, Struktur dan ME akan membuat desain
konstruksi bangunan lengkap beserta spesifikasi yang diinginkan
owner, setelah melalui proses survey. Kemudian desain tersebut
diserahkan kepada Konsultan Quantity Surveyor (QS) untuk diestimasi
biaya yang dibutuhkan dan resiko yang mungkin timbul. Proses akan
menghasilkan Rencana Anggaran Biaya (RAB) yang berisi item
pekerjaan, volume dan estimasi anggaran. Selanjutnya Konsultan
Quantity Surveyor menyiapkan proses tender. Menurut Yasin (2006)
bahan yang disiapkan untuk keperluan tender yaitu :
1. Gambar tender yang telah disiapkan Konsultan Perencana
(Struktur, Arsitektur dan ME).
2. Spesifikasi Teknis bangunan, disiapkan oleh Konsultan Perencana.
3. Jadwal tender, pada proyek Pembangunan Gedung Instalasi Bedah
Sentral (IBS) Terpadu disiapkan oleh Konsultan Manajemen
Konstruksi.
Tahapan pelaksanaan proses tender adalah sebagai berikut :
1. Pembagian undangan
Setelah proses persiapan selesai kemudian dilaksanakan
proses pembagian undangan kepada kontraktor.
2. Pengambilan dokumen
Calon kontraktor melakukan pengambilan dokumen, berupa
gambar spesifikasi teknis dan uraian item pekerjaan/Bill of Quantity
(BQ).
3. Rapat penjelasan (Aanwijzing).
Yaitu rapat yang menjelaskan kepada calon pelaksana proyek
tentang seluruh aspek rencana bangunan dan ruang lingkup yang
akan dikerjakan. Rapat ini dihadiri oleh seluruh pihak yang
bersangkutan pada proyek tersebut yaitu Owner, Konsultan
Perencana, Konsultan Quantity Surveyor, Konsultan Manajemen
Konstruksi, serta Kontraktor yang diundang.
19
20
4. Pemasukan penawaran
Kontrakor mengajukan penawaran harga berdasarkan uraian
item pekerjaan. Penawaran yang diajukan kontraktor ini disebut
penawaran harga pemborongan.
5. Pembukaan surat penawaran harga pemborongan
Pada tahap ini dihadiri oleh seluruh kontraktor yang telah
mengajukan penawaran pada proyek tersebut.
6. Penelitian penawaran (evaluasi penawaran)
Tahap ini biasanya dilaksanakan bersamaan waktunya
dengan pembukaan penawaran. Penawaran yang diajukan akan
diteliti apakah telah memenuhi persyaratan, sehingga akan
ditentukan sah atau tidaknya penawaran dari kontraktor. Kontraktor
dengan penawaran yang tidak memenuhi persyaratan tidak dapat
mengikuti ke tahap selanjutnya.
7. Klarifikasi
Penawaran yang memenuhi persyaratan hingga tahap ini
masih harus di klarifikasi oleh pihak owner. Hal ini disebabkan
perbedaan persepsi tentang gambar atau spesifikasi teknis. Proses
klarifikasi selalu diikuti oleh penawaran baru yang telah
disesuaikan.
8. Negosiasi
Negosiasi mengenai penawaran yang diajukan dilakukan
setelah proses klarifikasi selesai. Proses klarifikasi dan negosiasi
ini dilakukan secara berulang hingga tercapai penawaran yang
memuaskan kedua belah pihak.
9. Penunjukan pemenang
Kontraktor dengan penawaran terbaik akan terpilih sebagai
pemenang tender. Kemudian dipilih pula penawaran terbaik kedua
dan ketiga sebagai kontraktor cadangan. Hal ini dilakukan untuk
20
21
berjaga-jaga apabila kontraktor utama yang terpilih tidak dapat
melaksanakan kewajibannya.
10. Surat Perintah Kerja (SPK)
Dengan dikeluarkannya SPK maka dimulai pula proses
konstruksi dengan pelaksana utama yang telah terpilih.
11. Kontrak
Kontrak merupakan perjanjian kerja antara owner sebagai
pihak pertama dan Kontraktor sebagai pihak kedua.
I.1.7 Konstruksi
Tahap konstruksi merupakan proses pelaksanaan pekerjaan di
lapangan oleh kontraktor terpilih, yaitu PT Jaya Arnikon (JA).
Pekerjaan di lapangan meliputi paket pekerjaan persiapan, pekerjaan
struktur dan atap, pekerjaan finishing arsitektur, dan pekerjaan
mekanikal elektrikal plumbing.
Konsultan perencana menyusun gambar yang akan dijadikan
pedoman pelaksanaan pekerjaan di lapangan. Gambar ini disebut
gambar For Construction. Gambar ini merupakan gambar tender yang
telah direvisi berdasarkan evaluasi dan klarifikasi pada proses tender.
Berdasarkan gambar For Construction, kontraktor membuat Shop
Drawing, yaitu detail parsial pekerjaan di lapangan. Shop Drawing
tersebut yang dijadikan acuan dalam pelaksanaan pekerjaan di
lapangan.
Seluruh kegiatan pelaksanaan pekerjaan di lapangan merupakan
tanggung jawab kontraktor dibawah pengawasan Konsultan Manajemen
Konstruksi. Setelah seluruh proses pelaksanaan telah selesai, dilakukan
serah terima Hand Over (HO) dari pihak kontraktor ke owner.
Kemudian dimulai tahapan pascakonstruksi.
21
22
I.1.8 Pascakonstruksi
Proses serah terima dilakukan sebanyak dua kali. Waktu antara
serah terima pertama dan kedua merupakan masa pemeliharaan
bangunan. Masa pemeliharaan (maintenance) dilakukan oleh kontraktor
dan Konsultan Pengawas dengan durasi yang telah disepakati dalam
kontrak. Pada proyek pembangunan Gedung Instalasi Bedah Sentral
(IBS) Terpadu masa pemeliharaan disepakati dengan durasi 180 hari
kalender.
1.13UNSUR PENGELOLA PROYEK
Agar diperoleh hasil bangunan yang sesuai dengan yang
direncanakan, untuk melaksanakan suatu pembangunan perlu adanya unsur-
unsur pengelola pembangunan. Unsur-unsur pengelola pembangunan harus
serasi dan konsekuen. Menurut Bambang (2009), unsur-unsur pengelola
pembangunan secara umum adalah sebagai berikut :
a. Pemberi tugas (owner)
b. Konsultan perencana (designer)
c. Konsultan Pengawas (supervisor)
d. Kontraktor (contractor)
I.1.9 Pemberi tugas (Owner)
Pemilik atau pemberi tugas atau pengguna jasa adalah seseorang
atau badan/lembaga baik swasta maupun pemerintah yang memiliki
proyek dan memberikan pekerjaan kepada pihak penyedia jasa dan
yang membayar biaya pekerjaan tersebut yang berkeinginan
mewujudkan pembangunan suatu proyek. Pemberi tugas pada proyek
ini adalah RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo.
Tugas sebagai pemberi tugas adalah sebagai berikut (Ahdi,
2009) :
1. Menyediakan biaya perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan proyek.
2. Mengadakan kegiatan administrasi.
22
23
3. Memberikan tugas kepada kontraktor atau pelaksana pekerjaan
proyek.
4. Meminta pertanggung jawaban kepada konsultan pengawas.
5. Menerima proyek yang sudah selesai dikerjakan oleh kontraktor.
Menurut Dear (2010), wewenang yang dimiliki pemilik proyek
atau owner yaitu :
1. Membuat surat perintah kerja (SPK)
2. Mengesahkan atau menolak perubahan pekerjaan yang telah
direncanakan
3. Meminta pertanggungjawaban kepada para pelaksana proyek atas
hasil pekerjaan konstruksi
4. Memutuskan hubungan kerja dengan pihak pelaksana proyek yang
tidak dapat melaksanakan pekerjaanya sesuai dengan isi surat
perjanjian kontrak
I.1.10 Konsultan Perencana (Designer)
Konsultan perencana adalah orang atau badan yang membuat
perencanaan lengkap dari suatu pekerjaan bangunan. Konsultan
perencana pada proyek pembangunan Gedung Instalasi Bedah Sentral
(IBS) Terpadu yaitu PT. Puri Aji Buana. Konsultan perencana dapat
berupa badan hukum maupun perseorangan yang dipilih oleh pemilih
proyek. Konsultan perencana ini mempunyai tugas mewujudkan
rencana dan keinginan pemilik proyek dalam bentuk perencanaan
struktur, arsitek, maupun mekanikal dan elektrikal. Berikut ini tugas
dan wewenang dari konsultan perencana (Ahdi, 2009) :
1. Mengadakan penyesuaian keadaan lapangan dengan keinginan
pemilik bangunan
2. Membuat gambar kerja pelaksanaan
3. Membuat rencana kerja dan syarat-syarat pelaksanaan bangunan
(RKS) sebagai pedoman pelaksanaan
4. Membuat rencana anggaran biaya bangunan
23
24
5. Memproyeksikan keinginan-keinginan atau ide-ide pemilik ke dalam
desain bangunan
6. Melakukan perubahan desain bila terjadi penyimpangan pelaksanaan
pekerjaan dilapangan yang tidak memungkinkan desain terwujud di
wujudkan
7. Mempertanggungjawabkan desain dan perhitungan struktur jika
terjadi kegagalan konstruksi
8. Mempertahankan desain dalam hal adanya pihak-pihak pelaksana
bangunan yang melaksanakan pekerjaan tidak sesuai dengan rencana
I.1.11 Konsultan Pengawas atau Manajemen Konstruksi (MK)
Konsultan pengawas atau MK adalah orang/badan yang ditunjuk
oleh pemberi tugas untuk membantu dalam pengelolaan pelaksanaan
pekerjaan pembangunan mulai awal hingga berakhirnya pekerjaan
tersebut. Dalam pelaksanaan pekerjaan, pemilik proyek akan menunjuk
suatu badan atau perseorangan untuk mengatur dan mengawasi
pelaksanaan proyek yang dilaksanakan oleh kontraktor agar segala
pekerjaan yang dilakukan oleh pihak kontraktor sesuai dengan
rancangan yang telah dibuat sebelumnya serta mutu dari pekerjaan
dapat tercapai secara maksimal sesuai spesifikasi teknis dengan waktu
yang telah direncanakan.
Konsultan pengawas atau MK akan memberikan laporan
harian, mingguan, dan bulanan tentang pembangunan pelaksanaan
proyek kepada pemilik proyek. Konsultan pengawas atau MK akan
mengawasi pekerjaan kontraktor yang meliputi kualitas, kecepatan
waktu, dan biaya. Pada pelaksanaan pembangunan Gedung Instalasi
Bedah Sentral (IBS) Terpadu, owner selaku pemilik proyek juga
bertindak sebagai konsultan manajemen konstruksi (Pengawas). Tugas
dan wewenang dari Konsultan Pengawas atau MK adalah sebagai
berikut :
1. Engineering process
24
25
Proses ini menjelaskan aktivitas insinyur dalam memastikan
bahwa dokumen kontrak adalah sah secara hukum, mengevaluasi,
menyetujui atau menolak permintaan persetujuan penggunaan
material/produk, shop drawing, metode kerja dan mock up yang
diajukan oleh kontraktor. Tujuan utama proses ini adalah
memastikan bahwa kontraktor melakukan proses penterjemahan
dokumen kontrak menjadi dokumen kerja dengan benar, agar
menghasilkan produk yang sesuai dengan persyaratan.
2. Ijin pelaksanaan pekerjaan
Ijin pelaksanaan pekerjaan adalah ijin memulai pekerjaan.
Tahap ini bertujuan untuk memastikan bahwa kontraktor sudah
melaksanakan persiapan pekerjaan dengan benar. Prosedur ini
mencakup pemeriksaan kesiapan lahan, sumber daya manusia, alat
material dan K3.
3. Proses pelaksanaan (execution process)
Bertujuan untuk memastikan proses pelaksanaan produksi
dilakukan dengan benar sehingga seluruh produk yang dihasilkan
oleh kontraktor sesuai mutu dan waktu yang ditetapkan dalam
kontrak. Prosedur ini menjelaskan aktivitas inspeksi pada saat
pekerjaan berlangsung dan setelah proses pelaksanaan produksi
yang dilakukan oleh kontraktor, dan juga menjelaskan cara meng-
handle produk yang tidak sesuai dengan spesifikasi disertai
tindakan pencegahan dan perbaikan.
4. Pekerjaan tambah kurang (variation order)
Prosedur ini menjelaskan tentang aktivitas manajemen
konstruksi mulai dari proses usulan perubahan pekerjaan sampai
dengan diterbitkan instruksi perubahan pekerjaan. Hal ini bertujuan
untuk memastikan seluruh proses usulan perubahan pekerjaan
teridentifikasi dengan jelas sehingga semua konsekuensinya dapat
diperhitungkan terhadap mutu, waktu, dan biaya.
25
26
Tugas konsultan pengawas atau MK dalam suatu proyek yaitu
(Dear, 2010) :
1. Menyelenggarakan administrasi umum mengenai pelaksanaan
kontrak kerja
2. Melaksanakan pengawasan secara rutin dalam perjalanan
pelaksanaan proyek
3. Menerbitkan laporan prestasi pekerjaan proyek
4. Konsultan pengawas atau MK memberikan saran atau
pertimbangan kepada pemilik proyek maupun kontraktor dalam
proyek pelaksanaan pekerjaan
Konsultan pengawas atau MK juga memiliki wewenang sebagai
berikut (Dear, 2010).
1. Memperingatkan atau menegur pihak pelaksana pekerjaan jika
terjadi penyimpangan terhadap kontrak kerja
2. Menghentikan pelaksanaan pekerjaan jika pelaksana proyek tidak
memperhatikan peringatan yang diberikan
3. Memberikan tanggapan atas usul pihak pelaksana proyek
4. Konsultan pengawas atau MK berhak memeriksa gambar shop
drawing pelaksana proyek
5. Melakukan perubahan dengan menerbitkan berita acara perubahan
(site instruction)
I.1.12 Kontraktor (Contractor)
Kontraktor adalah orang atau badan hukum yang menerima dan
menyelenggarakan pekerjaan bangunan menurut biaya yang telah
tersedia, melaksanakan sesuai dengan peraturan dan syarat-syarat serta
gambar-gambar rencana yang telah ditetapkan dalam kontrak sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan. Dalam proyek ini yang bertindak
sebagai kontraktor adalah PT. Jaya Arnikon (JA).
26
27
Kontraktor bertanggung jawab secara langsung pada
pemilik proyek. Namun dalam pelaksanaan pekerjaan kontraktor akan
didampingi oleh konsultan pengawas atau MK yang telah dipilih oleh
pemilik proyek. Kontraktor dapat berkonsultasi secara langsung dengan
konsultan pengawas atau MK baik di proyek maupun di dalam kantor.
Segala kendala yang terjadi dalam pelaksanaan sehingga menyebabkan
perubahan pada desain harus dikonsultasikan oleh kontraktor pada
konsultan pengawas atau MK terlebih dahulu, selanjutnya akan di
proses lebih lanjut oleh konsultan pengawas atau MK sebelum
dilaksanakan perwujudan dari perubahan tersebut. Tugas dan
wewenang dari kontraktor adalah sebagai berikut (Dear, 2010) :
1. Melaksanakan pekerjaan sesuai bidang kontraknya yang
berdasarkan gambar-gambar rencana, risalah pekerjaan, peraturan,
dan syarat-syarat
2. Membuat gambar kerja (shop drawing) sebelum memulai
pelaksanaan pekerjaan yang bersangkutan untuk memudahkan
pelaksanaan pekerjaan maupun pengawasan
3. Mengikuti atau menghadiri rapat-rapat koordinasi yang
diselenggarakan oleh konsultan pengawas atau MK secara rutin.
4. Membuat laporan kemajuan pekerjaan yang harus disetujui dan
diserahkan kepada konsultan pengawas atau MK disertai
keterangan mutu bahan, alat dan hasil tes laboratorium.
5. Selalu berkonsultasi dan memberitahukan setiap permasalahan
yang timbul kepada konsultan pengawas atau MK.
6. Menerima pembayaran sesuai prosedur kontrak yang telah
disetujui.
1.14 Hubungan Kerjasama Pengelola Proyek
Tiap unsur-unsur dalam proyek mempunyai hubungan yang saling
terkait antara satu pengelola dengan pengelola lainnya. Hubungan tersebut
antara lain :
27
28
1. Antara pemilik proyek dengan konsultan pengawas atau MK
Pemberi tugas memberikan imbalan jasa/biaya pengawasan atas
jasa pengawasan yang telah dilakukan oleh konsultan pengawas atau
MK. Hubungan ini biasanya diikat dalam suatu kontrak. Pemberi tugas
juga berwenang untuk meminta laporan-laporan secara periodik
mengenai pelaksanaan pekerjaan.
2. Antara pemilik proyek dengan konsultan perencana
Konsultan perencana memberikan jasa/karya perencanaannya
kepada pemberi tugas, dan pemberi tugas memberikan imbalan jasa atau
biaya perencanaan kepada konsultan perencana. Hubungan kerja antara
kedua belah pihak biasanya diatur dalam sebuah kontrak.
3. Antara pemilik proyek dengan kontraktor/penyedia jasa
Pemberi tugas memberikan biaya pelaksanaan dan kontraktor
menyerahkan hasil pelaksanaan. Hubungan kerja antara kedua belah
pihak ini diatur dalam suatu ikatan kontrak. Dan untuk melakukan
hubungan kerja tersebut kontraktor harus melalui Project Management.
4. Antara kontraktor dengan sub kontraktor
Kontraktor utama menunjuk sub kontraktor untuk membantu
dalam pekerjaan di lapangan. Dan kontraktor melakukan pengawasan
terhadap pekerjaan sub kontraktor tersebut.
5. Antara konsultan perencana dengan konsultan pengawas atau MK
Konsultan perencana dan konsultan pengawas atau MK saling
berkonsultasi mengenai perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan di
lapangan. Hubungan kerja antar keduanya diatur dalam ikatan aturan
pelaksanaan.
6. Antara kontraktor dengan konsultan pengawas atau MK
Konsultan pengawas atau MK mengontrol realisasi pelaksanaan
pekerjaan yang dilakukan oleh kontraktor agar sesuai dengan persyaratan
yang ada.
28
29
Hubungan kerjasama pengelola proyek seperti dijelaskan di atas dapat
digambarkan dengan skema berikut ini :
Keterangan :
: Garis Komando
: Garis Koordinasi
: Garis Tanggung Jawab
29
Gambar 3. 1 Bagan kerja sama pengelola proyek
Pemilik Proyek
RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
Konsultan Perencana
PT. Puri Aji Buana
Konsultan Pengawas
CV. Prima Disain
Kontraktor Pelaksana
PT. Jaya Arnikon
30
1.15JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN
Penjadwalan merupakan implementasi dari perencanaan yang dapat
memberikan informasi tentang jadwal rencana dan kemajuan proyek yang
meliputi sumber daya (biaya, tenaga kerja, peralatan, material), durasi dan
progres waktu untuk menyelesaikan proyek. Penjadwalan proyek mengikuti
perkembangan proyek dengan berbagai permasalahannya. Proses monitoring
dan updating selalu dilakukan untuk mendapatkan penjadwalan yang realistis
agar sesuai dengan tujuan proyek. Ada beberapa metode untuk mengelola
penjadwalan proyek, yaitu Kurva S (hanumm Curve), Barchart, Penjadwalan
Linear (diagram Vektor), Network Planning dan waktu atau durasi kegiatan.
Bila terjadi penyimpangan terhadap rencana semula, maka dilakukan evaluasi
dan tindakan koreksi agar proyek tetap berada dijalur yang diinginkan.
Kontraktor bertanggung jawab atas penyelesaian pekerjaan sesuai
dengan durasi yang telah disepakati. Oleh karena itu kontraktor menyusun
rencana kerja yang disebut Master Schedule yang berisi keseluruhan item
pekerjaan. Satuan durasi yang digunakan pada Master Schedule biasanya
dalam satuan bulan atau minggu. Jadwal yang di buat oleh kontraktor harus
dikonsultasikan terlebih dahulu dengan konsultan pengawas atau MK.
Kontraktor menyusun rencana kemajuan pekerjaan yang akan dilakukan
kaitannya terhadap bobot pekerjaan yang disebut dengan Kurva S (S Curve).
Kurva S berisi item pekerjaan, durasi pekerjaan, bobot pekerjaan serta
presentase kemajuan pekerjaan.
30
31
BAB IV
SUMBER DAYA PROYEK
1.16MACAM SUMBER DAYA PROYEK
Proyek merupakan gabungan dari sumber daya manusia, material,
alat/machine dan biaya/modal dalam suatu wadah organisasi sementara untuk
mencapai tujuan dalam sasaran dan tujuan. Faktor-faktor yang perlu
diperhatikan dalam pelaksanaan pekerjaan suatu proyek adalah sebagai
berikut :
1) Biaya/ modal
Biaya yang digunakan harus dikelola sesuai perencanaan, hal ini
dimaksudkan agar alokasi dana tidak membengkak. Biaya-biaya tersebut
misalnya biaya peralatan, upah tenaga kerja, harga bahan, dan lain-lain.
Antara jumlah pekerjaan, peralatan, bahan, dan tenaga kerja yang
digunakan mempunyai hubungan yang sangat erat untuk memperoleh
hasil kerja yang maksimal.
2) Tenaga kerja
Tenaga yang dimaksud disini adalah sumber daya manusia yang
mengelola pekerjaan, dapat membaca, memahami gambar dan kemudian
menerapkannya di lapangan, mengerti apa yang harus dikerjakan dan
dapat mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapi.
3) Peralatan
Memilih jenis peralatan untuk suatu jenis pekerjaan tertentu
dengan tepat agar diperoleh hasil kerja yang optimal.
4) Material
Material merupakan komponen yang sangat menentukan mutu dari
hasil pekerjaan, maka mutu bahan bangunan yang digunakan harus
disesuaikan dengan ketentuan yang ada dalam Rencana Kerja dan Syarat-
Syarat (RKS).
31
32
5) Metode
Koordinasi pelaksanaan dan metode yang tepat dalam pelaksanaan
proyek ini sangat diperlukan guna memenuhi kualitas yang diharapkan
dan proyek ini dapat berjalan tepat waktu.
6) Waktu
Waktu yang tersedia untuk pelaksanaan pekerjaan harus cukup dan
seefisien mungkin. Di dalam pekerjaan pembangunan gedung,
penggunaan waktu membutuhkan perhatian yang khusus, sebab pada
saat-saat tertentu dapat mengalami hambatan. Optimalisasi penggunaan
waktu untuk pekerjaan yang bisa dikerjakan secara bersamaan harus
dioptimalkan sebaik mungkin.
1.17 PERALATAN
Dalam melaksanakan suatu pekerjaan tidak selalu dapat dilaksanakan
dengan tenaga manusia atau dengan tangan, tetapi untuk jenis pekerjaan
tertentu dibutuhkan alat bantu, sehingga dengan adanya alat bantu tersebut
pekerjaan dapat berlangsung cepat dan efisien serta didapatkan hasil yang
baik dan memuaskan. Penggunaan peralatan di lokasi pekerjaan dan jumlah
alat yang digunakan disesuaikan dengan berbagai faktor yang ada di
lapangan, seperti (Suryadharma dan Wigroho, 1998) :
a) Lokasi pekerjaan
b) Keadaan lapangan
c) Jenis pekerjaan
d) Volume pekerjaan
e) Waktu yang tersedia
f) Biaya yang tersedia
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan alat kerja dalam
suatu proyek antara lain :
32
33
1. Kondisi alat harus dalam keadaan baik dan layak dioperasikan, sebelum
dipakai diperiksa terlebih dahulu mesin, minyak mesin, air untuk
pendingin dan sebagainya
2. Diusahakan untuk tidak membebani alat kerja melebihi kapasitas yang
telah ditetapkan oleh pabrik pembuatnya
3. Dipilih operator yang benar-benar ahli dan berpengalaman
Selain hal tersebut juga perlu dipertimbangkan apakah alat tersebut
akan dibeli atau disewa, yang merupakan bagian dari pekerjaan tersebut atau
akan disubkontraktorkan. Pertimbangan ini dihasilkan dari analisa usia
kegunaan, nilai guna, dan juga besarnya keuntungan yang diperoleh dari
penggunaan alat tersebut.
Peralatan yang digunakan pada kegiatan pembangunan Gedung
Instalasi Bedah Sentral (IBS) Terpadu ini adalah sebagai berikut :
I.1.13 Peralatan Pengukuran
a. Theodolite dan Waterpass
Theodolite dan waterpass digunakan untuk menentukan titik
ketinggian dan sudut-sudut karena alat ini memiliki ketepatan yang
dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini untuk menghindari adanya
ketidakcocokan yang mungkin terjadi antara gambar dengan keadaan
lapangan yang sebenarnya. Pengukuran yang dapat dilakukan antara
lain menetapkan titik-titik pondasi, penetapan as bangunan terhadap
bangunan-bangunan disekitarnya, kedudukan antara as satu dengan as
lainnya, penentuan tinggi lantai, penyetelan kolom, menentukan
kedataran posisi balok dan lain-lain. Alat pengukuran disajikan pada
Gambar 4. 1 Theodolite dan Gambar 4. 2 Waterpass.
33
34
Gambar 4. 1 Theodolite
Gambar 4. 2 Waterpass
I.1.14 Peralatan Pekerjaan Tanah
a. Backhoe/ Excavator
Backhoe sering juga disebut pull shovel, adalah alat dari
golongan shovel yang khusus dibuat untuk menggali material di
bawah permukaan tanah atau di bawah tempat kedudukan alatnya.
Galian di bawah permukaan ini misalnya parit, lubang untuk pondasi
bangunan, dan lubang galian pipa.
34
35
Gambar 4. 3 Backhoe
b. Bulldozer
Bulldozer digunakan sebagai alat penggusur atau pendorong
tanah lurus ke depan maupun ke samping, tergantung pada sumbu
kendaraannya. Pada dasarnya bulldozer menggunakan traktor sebagai
tempat dudukan penggerak utama yang dilengkapi dengan sudut
sehingga dapat menggusur tanah.
c. Stamper
Stamper ini digunakan untuk memadatkan tanah timbunan.
Gambar 4. 4 Handstamper
d. Peralatan Pendukung
Peralatan pendukung yang digunakan dalam pekerjaan tanah
ini antara lain ember plastik, dan drum.
35
36
I.1.15 Peralatan Pekerjaan Pembetonan
a. Gerobak sorong dan ember
Kedua alat ini digunakan untuk mengangkut pasir dan material
campuran beton ke lokasi pekerjaan. Gerobak sorong digunakan
sebagai wadah sampel beton segar sebelum dicetak kedalam cetakan
silinder beton.
Gambar 4. 5 Gerobak Sorong
b. Mesin aduk beton (concrete mixer)
Alat ini digunakan untuk membuat beton yang digunakan pada
pengecoran non struktur seperti lantai kerja (pada sumpit). Satu unit
concrete mixer mempunyai kapasitas 0,3 m3 sampai 0,6 m3. Adukan
beton yang didapatkan oleh alat ini akan lebih homogen jika
dibandingkan cara adukan manual.
Concrete mixer terdiri dari beberapa bagian yaitu :
1) Bagian pengaduk yang berupa silinder atau drum yang dapat
berputar
2) Bagian penggerak yang di jalankan oleh diesel
3) Kemudi (stir)
4) Pengunci
Bagian pertama dan kedua dihubungkan dengan penghubung
roda gigi atau karet. Dinding dalam drum pengaduk dilengkapi dengan
36
37
sirip-sirip pengaduk yang dapat mencampur adukan dengan lebih
homogen. Hal-hal yang perlu diperhatikan dari alat ini adalah :
1) Pemakaian alat terbatas pada kapasitas maksimal
2) Jangan menghentikan alat sebelum beton teraduk minimal 15
menit setelah campuran masuk
3) Kebersihan alat sebelum campuran beton masuk harus
diperhatikan
Pengoperasian concrete mixer menggunakan satu orang
operator sebagai pengontrol mesin dan beberapa tenaga kerja yang
bertugas mengisi bahan campuran adukan. Sebelum pelaksanaan
campuran adukan, mesin harus diberi pelumas pada bagian-bagian
penting, seperti roda gigi dan as putar.
Gambar 4. 6 Concrete Mixer
c. Truk pengangkut beton (concrete dump truck)
Pekerjaan pengecoran struktur plat, balok, tie beam, kolom,
retaining wall, pile cap, dan tangga digunakan alat berat berupa truk
pengangkut beton (concrete dump truck). Penggunaan concrete dump
truck menghasilkan kapasitas pengecoran beton yang besar
dibandingkan dengan tenaga manusia, disamping akan sangat lambat
juga produktifitasnya rendah. Kapasitas dari concrete dump truck
yang dipakai adalah (3, 5, 7, 8) m3.
37
38
Gambar 4. 7 Concrete dump truck
d. Pompa beton (concrete pump)
Pompa beton (concrete pump) digunakan untuk menyalurkan
bahan cor beton dari concrete dump truck ke tempat pengecoran
melalui saluran yang tertutup. Pemompaan dilakukan melalui pipa
atau selang dalam kombinasi vertikal, horizontal atau miring.
Produksivitas pompa beton tergantung pada tipe pompa yang dipakai,
ukuran pipa pengecoran, dan efisiensi operasi (Suryadharma dan
Wigroho, 2006).
Gambar 4. 8 Concrete pump
38
39
e. Bucket
Bucket digunakan untuk mengangkut adukan beton segar dari
truk mixer ke pelat, balok, tangga, dan kolom yang akan dicor. Bucket
digunakan jika lokasi yang akan dicor tidak bisa dicapai oleh concrete
pump, concrete pump rusak, dan volume pengecoran sedikit, misal
untuk pengecoran kolom dan tangga.
Gambar 4. 9 Bucket
f. Penggetar beton segar (concrete vibrator)
Alat ini digunakan untuk proses perataan adukan beton pada
saat pengecoran. Concrete vibrator ini digunakan selama pengecoran
berlangsung dan dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak merusak
acuan maupun posisi besi tulangan. Pada prinsipnya alat penggetar ini
terdiri atas :
1) Sumber tenaga (mesin diesel)
2) Batang penggetar
3) Jarum penggetar
Dalam penggunaan alat penggetar ini perlu diperhatikan hal-
hal sebagai berikut :
39
40
1) Jarum penggetar harus dimasukkan ke dalam adukan kira-kira
vertikal, tetapi dalam keadaan khusus diperbolehkan miring 45˚
2) Selama penggetaran, jarum tidak boleh horizontal karena dapat
menyebabkan pemisahan bahan
3) Selama penggetaran harus dijaga agar jarum tidak mengenai
cetakan atau bagian beton yang mulai mengeras
4) Lapisan adukan beton tidak boleh lebih tebal dari panjang jarum
penggetar atau tidak boleh lebih tebal dari 30-50 cm, sebab pada
pemadatan konstruksi yang tebal yang tidak dilakukan lapis demi
lapis, hasil pemadatannya tidak akan sempurna
5) Pengeluaran dan pemasukan alat penggetar dilakukan sejauh
kurang lebih selang 0,5 m
6) Waktu yang diperlukan untuk tiap pemasukan alat tersebut diatur
harus cukup untuk memadatkan beton tanpa terjadi pemisahan
agregat, sekitar 5 sampai 15 detik
7) Ujung jarum vibrator diusahakan tidak mengenai tulangan
8) Alat penggetar cadangan harus tersedia selama pengeboran
Gambar 4. 10 Concrete vibrator
g. Concrete trowel
Concrete trowel adalah alat bantu mesin yang digunakan untuk
meratakan dan menghaluskan permukaan beton yang masih dalam
40
41
proses pengerasan. Pada proyek ini trowel digunakan untuk
menghaluskan permukaan beton pada ramp.
h. Perancah (schafolding)
Struktur penunjang keberhasilan pekerjaan acuan beton adalah
perancah. Perancah berfungsi sebagai penyangga, yang kemudian
meneruskan gaya dan beban dari atas ke bawah. Diharapkan
penerusan seluruh gaya dapat berlangsung merata. Perancah yang
digunakan pada proyek ini terbuat dari besi. Kelebihan dari
penggunaan perancah besi adalah :
1) Kekuatannya sangat besar.
2) Dapat dibongkar pasang dengan mudah dan cepat.
3) Letaknya teratur karena ukuran perancah sama.
4) Dapat diatur ketinggiannya.
Gambar 4. 11 Perancah (Schafolding)
i. Peralatan pendukung
Peralatan pendukung yang digunakan dalam pekerjaan
pengecoran antara lain sendok semen, alat penggaruk dan kayu perata.
Sendok semen digunakan pada finishing pekerjaan beton.
41
42
I.1.16 Peralatan Pekerjaan Besi Tulangan
a. Alat pembengkok tulangan (bar bender)
Sesuai dengan namanya, alat ini digunakan untuk
membengkokkan besi tulangan guna mendapatkan bentuk pembesian
yang sesuai dengan rencana. Besi tulangan dapat dibengkokan 450
ataupun 900 sesuai dengan kebutuhan.
Gambar 4. 11 Bar bender
b. Alat pemotong tulangan
Tulangan yang akan digunakan sebagai tulangan struktur harus
disesuaikan panjangnya dengan kebutuhan yang ada di lapangan. Alat
yang digunakan untuk memotong besi tulangan pada proyek ini ada
dua macam, yaitu mesin pemotong besi tulangan/bar cutter untuk
memotong besi berdiameter besar, dan catut besi yang digunakan
untuk memotong besi polos D8.
Gambar 4. 12 Bar cutter
42
43
Gambar 4. 13 Catut besi
I.1.17 Peralatan Pekerjaan Kayu
a. Peralatan pekerjaan kayu terdiri dari gergaji, meteran, palu dan catut.
Gambar 4. 14 Alat pekerjaan kayu
I.1.18 Peralatan Pengangkutan
a. Mobil pengangkut (truck)
Alat angkut sangat berguna dalam menunjang kelancaran
pekerjaan, yaitu untuk menjamin ketersediaan bahan bangunan di
lapangan. Alat ini juga digunakan untuk mengangkut material ke
43
44
lokasi proyek, mengangkut tanah timbunan, dan mengangkut material
sisa.
Gambar 4. 15 Truck
I.1.19 Pekerjaan Pembersihan
a. Air compressor
Air compressor digunakan untuk membersihkan area yang
akan dicor dari debu-debu dan material sisa lainnya agar tidak
tercampur dengan beton.
Gambar 4. 17 Air compressor
1.18 MATERIAL
Material merupakan komponen yang sangat menentukan mutu dari
hasil pekerjaan, karena itu mutu bahan bangunan yang digunakan harus
disesuaikan dengan ketentuan yang ada dalam Rencana Kerja dan Syarat-
44
45
Syarat (RKS). Cara penyimpanan bahan bangunan harus diperhatikan dan
menjadi tanggung jawab pelaksana, agar bahan bangunan tetap dalam kondisi
yang layak pakai. Apabila selama penyimpanan bahan menjadi tidak layak
pakai, maka pelaksana wajib mengganti dengan bahan yang memenuhi syarat.
Bahan-bahan yang digunakan dalam proyek Pembangunan Gedung
Instalasi Bedah Sentral (IBS) Terpadu ini antara lain sebagai berikut :
a. Semen portland
Semen yang digunakan untuk kegiatan ini ada dua tipe, yaitu
semen portland jenis I (semen Holcim) dan semen khusus (sika) yang
digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan grouting. Pada proyek ini tidak
dilakukan uji terhadap semen yang digunakan, karena semen yang
digunakan merupakan semen pabrikasi yang telah teruji kekuatannya.
Gambar 4. 18 Semen
45
46
b. Agregrat halus (pasir)
Gambar 4. 19 Agregat halus
c. Agregat kasar (koral)
Agregat kasar yang digunakan berupa batu-batuan yang diperoleh
dari pemecahan batu (split). Bahan ini terdiri dari butir-butir yang keras
dan tidak berpori, tidak mengandung butir-butir yang pipih melampaui
20% dari berat agregat seluruhnya. Selain itu, agregat kasar ini tidak boleh
mengandung lumpur lebih dari 1% terhadap berat keringnya, serta bebas
dari bahan-bahan yang dapat merusak seperti zat-zat yang reaktif alkali.
Agregat kasar yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat ASTM dan
PBI. Penyimpanan dan penggunaan agregat juga harus diatur untuk
mencegah tercampurnya agregat dengan ukuran yang berbeda.
Gambar 4. 20 Agregat kasar
46
47
d. Batu Bata
Batu bata yang dipakai harus berkualitas baik, matang,
permukaannya rata tidak berlubang, saling tegak lurus, warna merah,
bebas dari retak, mempunyai ukuran yang seragam, akan menimbulkan
suara yang nyaring bila dua bata saling dipukulkan, dan berasal dari satu
produk dan langsung didatangkan dari pabrik.
Gambar 4. 21 Batu bata
e. Besi tulangan
Besi tulangan adalah besi yang dipakai untuk konstruksi beton
bertulang dengan panjang 12 m. Besi tulangan dalam konstruksi beton
bertulang berfungsi untuk menahan tegangan tarik. Kondisi fisik besi harus
baru, berwarna abu-abu, dan tidak berkarat. Semua besi tulangan yang
akan dipakai harus berasal dari produksi pabrik yang telah disetujui direksi
pengawas.
Besi tulangan harus mempunyai sertifikat asli dari pabrik dan
sertifikat hasil test. Sertifikat asli dari pabrik dan sertifikat hasil test untuk
setiap pengiriman besi tulangan yang akan digunakan dalam pekerjaan
harus diserahkan kepada Direksi/Pengawas. Sertifikat harus menunjukan
analisa kimia serta hasil uji tarik dan lengkung baja. Untuk Setiap
pengiriman, minimum dua buah contoh benda uji harus diambil secara
acak per jumlah 50.000 kg untuk masing-masing diameter, dengan panjang
47
48
masing-masing 100 cm dari tiap jenis ukuran dan harus diuji pada
laboratorium uji independen yang telah ditunjuk direksi pengawas. Untuk
tulangan dan beton pada proyek ini disediakan oleh kontraktor (supply by
contractor).
Gambar 4. 22 Besi tulangan
f. Bekisting
Bekisting merupakan cetakan beton lengkap dengan konstruksi
pendukung yang memungkinkan pengecoran beton sampai mengeras. Pada
proyek ini digunakan bekisting dari multipleks dengan tebal 12 mm yang
dibentuk sedemikian rupa dengan perancah kayu. Bekisting dibuat
sedemikian rupa dengan perancah-perancah/sekur-sekur yang kokoh dan
cukup kuat, sehingga pada saat pengecoran bekisting tidak mengalami
perubahan dan kerusakan/jebol.
Gambar 4. 23 Bekisting pada balok
48
49
g. Water stop
Water stop digunakan untuk mengantisipasi kebocoran air pada
sambungan antara beton lama dan beton baru, serta pada area yang
berhubungan dengan air.
Gambar 4. 24 Water stop
h. Stop cor
Stop cor ini merupakan anyaman kawat yang digunakan sebagai
pembatas cor beton, sehingga tidak menyebar ke area yang bukan area
pengecoran.
Gambar 4. 25 Stop cor
49
50
i. Perekat beton (calbon)
Perekat beton digunakan untuk merekatkan beton lama dan beton
baru. Perekat yang digunakan adalah merek am.
Gambar 4. 26 Perekat Beton
j. Bahan tambah beton
Bahan tambah beton berupa zat kimia yang ditambahkan untuk
beton khusus. Bahan tambah pada proyek Gedung Instalasi Bedah Sentral
(IBS) Terpadu adalah Fosroc Conplast WP 421. Bahan tambah ini
digunakan untuk beton integral, yaitu beton kedap air yang terletak di lift
dan area lain yg berhubungan dengan air.
Gambar 4. 27 Bahan tambah beton
k. Solar
Solar digunakan pada bekisting sebelum pengecoran dilakukan,
baik kolom ataupun dinding supaya pada waktu pengangkatan bekisting
kolom tidak menempel di tempat pengecoran.
50
51
Gambar 4. 29 Solar
l. Air
Air yang dimaksud disini adalah air sebagai bahan pembantu dalam
konstruksi bangunan. Air dibutuhkan untuk campuran beton, adukan spesi
dan perawatan dalam pengerasan beton guna menjamin pengerasan yang
sempurna. Persyaratan teknis air yang dipergunakan dalam proyek ini
adalah air yang bersih, tidak mengandung minyak, asam, alkali, garam-
garam, bahan organis, atau bahan lain yang dapat merusak beton atau baja
tulangan. Sebaiknya dipakai air yang dapat diminum. Air yang digunakan
pada proyek ini diambil dari air sumur dan PAM.
.
1.19TENAGA KERJA
Tenaga kerja merupakan sumber daya manusia yang memegang
peranan penting dan sangat menentukan dalam keberhasilan pelaksanaan
suatu pekerjaan. Pemilihan tenaga kerja yang tepat dan ahli akan
memperlancar proyek, menghemat biaya proyek, serta akan memberikan
mutu dan kualitas hasil pekerjaan yang baik.
I.1.20 Macam-macam Tenaga kerja
Tenaga kerja yang digunakan dalam penanganan proyek ini
terdiri atas :
51
52
a. Tenaga ahli
Tenaga ahli adalah tenaga yang mengelola bidang pekerjaan
yang menuntut ketelitian, misalnya perencanaan, project manager,
site engineer, staf manajemen proyek, operator alat berat, surveyor.
b. Tenaga menengah
Tenaga menengah adalah tenaga yang mengelola bidang
pekerjaan teknik dan administrasi, misal penanggung jawab
lapangan, pelaksana lapangan, juru gambar.
c. Tenaga mandor
Tenaga mandor memberi komando kepada para tenaga kasar
agar pelaksanaan pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik.
Tenaga mandor biasanya diperlukan untuk pekerjaan yang
memerlukan tenaga kasar yang banyak, misalnya pada pekerjaan
galian, pemasangan bekisting, perancah, penulangan, dan
pengecoran.
d. Tenaga tukang
Tenaga tukang meliputi tenaga ahli dalam bidangnya
berdasarkan pengalaman serta cara kerja yang sederhana.
e. Tenaga kasar
Tenaga kasar merupakan tenaga kerja yang tidak banyak
memerlukan pikiran, cukup dengan bekal kondisi badan yang sehat
dan kuat. Tenaga kasar biasanya bertanggung jawab terhadap
mandor.
I.1.21 Status Tenaga Kerja
Tenaga yang bekerja diproyek ini berdasarkan statusnya dapat
dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu tenaga kerja tetap, tenaga kerja
harian dan tenaga kerja borongan.
a. Tenaga Kerja Tetap
Tenaga kerja tetap adalah tenaga kerja yang menjadi
karyawan tetap dan menerima gaji setiap bulannya. Yang termasuk
52
53
dalam tenaga kerja tetap antara lain project manager, deputy
project manager, construction manager, site manager, site
engineering, field engineering, field coordinator, inspector,
progress controller, project admin, logistic, surveyor, office boy.
b. Tenaga kerja harian
Tenaga kerja harian adalah tenaga kerja yang bekerja pada
pelaksana dengan upah berdasarkan jumlah kerja atau jam kerja
yang diperolehnya.
c. Tenaga kerja borongan
Tenaga kerja borongan adalah tenaga kerja yang diperlukan
untuk mengerjakan suatu bagian pekerjaan tertentu yang
dikoordinasikan oleh mandor sebagai pimpinan kelompok dengan
upah berdasarkan volume hasil pekerjaan yang dibayar mingguan.
I.1.22 Waktu Kerja
Lama waktu pelaksanaan proyek ditentukan oleh volume
pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan waktu kerja. Waktu kerja normal
untuk pekerja lapangan yang berlaku pada proyek ini yaitu dalam satu
hari mulai pukul 08.00 WIB – 16.00 WIB dengan waktu istirahat 1 jam
pada pukul 12.00 WIB – 13.00 WIB. Waktu Kerja konsultan pengawas
atau MK 08.45 WIB – 17.00 WIB dengan waktu istirahat 1 jam pada
pukul 12.00 WIB – 13.00 WIB. Kemudian jika ada pekerjaan penting
yang harus segera diselesaikan, maka pekerjaan yang dilakukan diatas
jam kerja seharusnya dihitung sebagai waktu lembur. Hari kerja pada
proyek ini adalah 7 hari kerja tiap minggunya untuk pekerja lapangan
dan 6 hari kerja untuk konsultan pengawas atau MK dengan tambahan
jadwal piket pada hari libur.
I.1.23 Upah Tenaga Kerja
Upah tenaga kerja pada proyek pembangunan Gedung Instalasi
Bedah Sentral (IBS) Terpadu ini dibedakan sebagai berikut ini :
53
54
a. Upah bulanan
Upah bulanan adalah upah yang diberikan pada tenaga kerja
tetap.
b. Upah harian
Upah harian adalah upah yang diberikan pada tenaga kerja
harian dengan cara pembayaran tiap 2 minggu melalui mandor
yang mempekerjakan mereka. Besarnya upah berdasarkan jumlah
hari kerja masing-masing tenaga kerja.
c. Upah borongan
Upah borongan adalah upah berdasarkan harga satuan
borongan dan berat atau volume pekerjaan yang telah disepakati
bersama. Pembayaran upah ini melalui mandor bangunan atau bos
borongan sesuai dengan volume pekerjaan yang telah diselesaikan
dan menurut kesepakatan.
54