79
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kerja praktik adalah mata kuliah dalam kurikulum program strata satu yang wajib dilaksanakan oleh setiap mahasiswa di lingkungan Universitas Jenderal Soedirman. Untuk dapat melaksanakan kerja praktik, mahasiswa diharuskan memenuhi persyaratan yang telah ditentukan, yaitu persyaratan akademik dan administratif. Selanjutnya, hasil kerja praktik dibuat suatu laporan dan diseminarkan sebagai dasar memperoleh nilai mata kuliah kerja praktik. Materi yang diperoleh pada proses perkuliahan akan dapat lebih dikuasai oleh mahasiswa dengan melaksanakan kegiatan kerja praktik. Selain untuk memperdalam materi, mahasiswa dapat mengetahui secara langsung proses pelaksanaan proyek dengan permasalahan-permasalahan dan cara mengatasi masalah-masalah tersebut. Proyek yang dijadikan tempat kerja praktik adalah Proyek Gedung Instalasi Bedah Sentral (IBS) Terpadu, RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo-Purwokerto. Kegiatan Pembangunan Proyek Gedung Instalasi Bedah Sentral (IBS) Terpadu ini merupakan bagian dari 1

bab 1 - 4

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: bab 1 - 4

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kerja praktik adalah mata kuliah dalam kurikulum program strata satu

yang wajib dilaksanakan oleh setiap mahasiswa di lingkungan Universitas

Jenderal Soedirman. Untuk dapat melaksanakan kerja praktik, mahasiswa

diharuskan memenuhi persyaratan yang telah ditentukan, yaitu persyaratan

akademik dan administratif. Selanjutnya, hasil kerja praktik dibuat suatu

laporan dan diseminarkan sebagai dasar memperoleh nilai mata kuliah kerja

praktik.

Materi yang diperoleh pada proses perkuliahan akan dapat lebih

dikuasai oleh mahasiswa dengan melaksanakan kegiatan kerja praktik. Selain

untuk memperdalam materi, mahasiswa dapat mengetahui secara langsung

proses pelaksanaan proyek dengan permasalahan-permasalahan dan cara

mengatasi masalah-masalah tersebut.

Proyek yang dijadikan tempat kerja praktik adalah Proyek Gedung

Instalasi Bedah Sentral (IBS) Terpadu, RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo-

Purwokerto. Kegiatan Pembangunan Proyek Gedung Instalasi Bedah Sentral

(IBS) Terpadu ini merupakan bagian dari rencana pengembangan dari

kawasan RSUD Prof. Margono Soekarjo Purwokerto.

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN KERJA PRAKTIK

Maksud dan tujuan dari pelaksanaan kerja praktek ini antara lain

adalah :

1. Untuk melengkapi persyaratan dalam menempuh pendidikan tingkat

sarjana di Fakultas Sains dan Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas

Jenderal Soedirman,

1

Page 2: bab 1 - 4

2

2. Memberikan pengalaman kepada mahasiswa secara langsung dilapangan

terhadap penerapan ilmu Teknik Sipil yang telah didapat dibangku

kuliah,

3. Mengetahui secara langsung pelaksanaan pemasangan bekisting,

pembesian, dan proses pengecoran pada balok dan pelat lantai,

4. Mengetahui unsur yang terkait dengan pelaksanaan proyek sehingga

proyek dapat terlaksana dengan baik,

5. Mengetahui permasalahan yang terjadi selama proses konstruksi dan

solusi yang diambil sebagai penyelesaian masalah tersebut.

1.3 RUANG LINGKUP KERJA PRAKTIK

Ruang lingkup pekerjaan yang ditinjau pada pelaksanaan kerja praktik

pada Proyek Pembangunan Gedung Instalasi Bedah Sentral (IBS) Terpadu

adalah manajemen konstruksi dan pelaksanaan pekerjaan balok dan plat

Gedung Instalasi Bedah Sentral (IBS) Terpadu RSUD Prof. Dr. Margono

Soekarjo Purwokerto yang dilaksanakan dalam jangka waktu selama kerja

praktik yang meliputi :

1. Pembahasan pekerjaan bekisting pada struktur balok dan plat

2. Pembahasan pekerjaan pembesian pada struktur balok dan plat

3. Pembahasan pekerjaan pengecoran pada struktur balok dan plat

4. Pengendalian pelaksanaan, mutu, waktu, dan K3 pada pelaksanaan

pembangunan balok dan plat

1.4 METODE PENGUMPULAN DATA

Dalam penulisan laporan kerja praktik ini, data-data diperoleh dengan

cara sebagai berikut :

1. Pengamatan (Observasi)

Dalam metode ini kami melakukan pengamatan langsung di

lapangan mengenai teknik pekerjaan yang sedang berlangsung,

mengadakan pengamatan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan

2

Page 3: bab 1 - 4

3

pekerjaan struktur dan juga masalah-masalah yang timbul yang dapat

menghambat aktivitas kerja dan berusaha mencari pemecahan.

2. Wawancara (Interview)

Dalam hal ini kami melakukan wawancara atau tanya jawab

langsung dengan semua pihak yang terlibat dalam proyek, seperti

wawancara dengan pihak pengawas proyek, kontraktor, mandor, maupun

dengan tukang mengenai hal-hal yang belum diketahui atau menanyakan

berbagai masalah yang dijumpai di lapangan dengan maksud agar

mendapatkan masukan-masukan yang berguna dalam kerja praktik ini.

3. Pengumpulan data-data proyek

Pengumpulan data tertulis dan gambar proyek dari kontraktor.

4. Metode deskriptif (Literature)

Metode literature didapatkan dari buku-buku yang mempelajari

tentang contoh-contoh analisa yang digunakan dalam perhitungan

struktur. Metode literature digunakan dalam pemecahan-pemecahan

permasalahan yang dihadapi dalam pembuatan laporan kerja praktik.

5. Alat bantu (Instrumental)

Alat bantu yang digunakan dalam pelaksanaan kerja praktik antara

lain kamera, alat tulis, dan alat bantu lain. Alat bantu ini sekaligus

digunakan untuk pengambilan data yang didapat dari proyek pada waktu

pelaksanaan di lapangan.

1.5 SISTEMATIKA PENYUSUNAN LAPORAN

Laporan kerja praktik ini disusun dalam tiga bagian, yaitu bagian

awal, bagian isi atau pokok, dan bagian akhir. Bagian awal meliputi halaman

judul, lembar pengesahan, dan kata pengantar. Bagian isi atau bagian pokok

merupakan laporan itu sendiri yang berisi tentang data-data proyek yang akan

disajikan dalam 7 (tujuh) bab dan daftar isi. Sedangkan bagian akhir berisi

daftar pustaka dan lampiran-lampiran. Secara garis besar sistematika

penulisan Laporan Kerja Praktik ini adalah sebagai berikut :

3

Page 4: bab 1 - 4

4

Bab I : Pendahuluan

Bab ini berisi latar belakang kerja praktik, maksud dan tujuan kerja prakik,

ruang lingkup kerja praktik, metode pengumpulan data, dan sistematika

penyusunan laporan.

Bab II : Tinjauan Umum Proyek

Bab ini berisi gambaran umum, maksud dan tujuan proyek, lokasi proyek,

data-data proyek, dan struktur bangunan.

Bab III : Manajemen Proyek

Bab ini menguraikan tentang tinjauan umum, tahapan pelaksanaan proyek,

unsur-unsur pengelola proyek, hubungan unsur-unsur pengelola proyek,

struktur organisasi proyek, serta jadwal pelaksanaan pekerjaan.

Bab IV : Sumber Daya Proyek

Bab ini menguraikan tentang macam-macam sumber daya proyek, peralatan

proyek, material, dan tenaga kerja.

Bab V : Pelaksanaan Proyek

Membahas tentang pekerjaan bekisting, pekerjaan pembesian, pekerjaan

pengecoran, pembongkaran bekisting dan perawatan beton.

Bab VI : Pengendalian Proyek

Bab ini berisi tentang uraian umum, pengendalian mutu, pengendalian waktu,

pengendalian biaya, pengendalian teknis, dan pengendalian K3L.

Bab VII : Penutup

Bab ini membahas tentang kesimpulan dan saran.

4

Page 5: bab 1 - 4

5

BAB II

TINJAUAN UMUM PROYEK

1.6 GAMBARAN UMUM PROYEK

Pekerjaan Pembangunan Gedung Instalasi Bedah Sentral (IBS)

Terpadu merupakan pekerjaan dari PT. Jaya Arnikon yang dibiayai oleh

RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo. Pembangunan ini berlokasi di area

RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo, Purwokerto.

Proyek yang terdapat di Purwokerto ini mempunyai luas bangunan

total sebesar ± 5.500 m2 . Proyek ini terdiri atas gedung 3 lantai dengan nilai

kontrak sebesar Rp 27.501.709.000,00 (Dua puluh tujuh milyar lima ratus

satu juta tujuh ratus sembilan ribu rupiah) untuk nilai kontrak keseluruhan.

Proyek ini dilaksanakan selama 365 hari kalender dimulai dari 7 Maret 2012

sampai dengan 7 Maret 2013, dengan masa pemeliharan 180 hari kalender

dimulai dari tanggal 8 Maret 2013 sampai dengan 8 September 2013.

Proyek dengan luas ± 5.500 m2 ini mempunyai struktur organisasi

sebagai berikut :

Pemilik Proyek (Owner) : RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo

Konsultan Perencana : PT. Puri Aji Buana

Konsultan Pengawas : CV. Prima Disain

Kontraktor Pelaksana : PT. Jaya Arnikon

1.7 MAKSUD DAN TUJUAN PROYEK

Maksud dan tujuan dari pelaksanaan proyek pembangunan Gedung

Instalasi Bedah Sentral (IBS) Terpadu yaitu :

1. Memberikan pelayanan kesehatan yang lebih optimal kepada masyarakat.

2. Sebagai bentuk pelaksanaan dari rencana pengembangan kawasan rumah

sakit.

3. Menciptakan lapangan kerja, baik selama maupun setelah proyek

berlangsung.

5

Page 6: bab 1 - 4

6

1.8 LOKASI PROYEK

Proyek Gedung Instalasi Bedah Sentral (IBS) Terpadu merupakan

bagian dari rencana pengembangan dari kawasan RSUD Prof. Dr. Margono

Soekarjo, Purwokerto.

Proyek ini terletak di Jl. Dr. Gumbreg No. 1 Purwokerto.

Secara geografis batas-batas lokasi proyek yaitu:

a. Sebelah Utara : Gedung instalasi gawat darurat

b. Sebelah Timur : Gedung rawat inap pasien

c. Sebelah Selatan : Gedung laboratorium

d. Sebelah Barat : Rumah- rumah penduduk

Gedung Instalasi Bedah Sentral (IBS) Terpadu

6

Page 7: bab 1 - 4

7

Gambar 2. 1 Peta situasi

1.9 DATA-DATA PROYEK

Tahapan penyelenggaraan proyek pembangunan secara menyeluruh

mulai dari perencanaan, perancangan, pelaksanaan pembangunan fisik,

sampai dengan pemanfaatannya harus dikerjakan secara sistematik. Dalam

proses atau tahapan ini terdapat bermacam-macam unsur pendukung yang

saling berkaitan satu sama lain.

Unsur-unsur tersebut membentuk suatu ikatan kerjasama dimana

masing-masing mempunyai peranan, fungsi, dan tanggung jawab yang jelas.

Tujuan yang hendak dicapai pada dasarnya adalah efisiensi yang optimum

dari tenaga, waktu, dan biaya proyek terhadap hasil yang diperoleh.

Tahapan proyek umumnya terdiri dari :

1. Perumusan gagasan (idea)

2. Studi kelayakan (feasibility study),

3. Perencanaan (planning),

4. Perancangan (design),

5. Pelaksanaan (construction),

6. Pengujian akhir (test and commisioning), dan

7. Pengoperasian dan pemeliharaan (operation and maintenence).

7

Lokasi proyek

Page 8: bab 1 - 4

8

Berikut ini adalah data - data proyek pembangunan Gedung Instalasi

Bedah Sentral (IBS) Terpadu sebagai tinjauan kerja praktik :

I.1.1 Data Umum Proyek

Data umum proyek pembangunan Gedung Instalasi Bedah

Sentral (IBS) Terpadu adalah sebagai berikut :

a. Nama Proyek : Gedung Instalasi Bedah Sentral (IBS)

Terpadu

b. Lokasi Proyek : Jl. Dr. Gumbreg No. 1 Purwokerto

c. Pemilik Proyek : RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo

d. Konsultan Perencana : PT. Puri Aji Buana

e. Konsultan Pengawas : CV. Prima Disain

f. Kontraktor Pelaksana : PT. Jaya Arnikon

g. Lingkup Pekerjaan : Struktur, Arsitektur, Interior, MEP.

h. Nilai Kontrak : Rp 27.501.709.000,00

i. Mulai Pelaksanaan : 4 Maret 2013

j. Akhir Pelaksanaan : 3 Desember 2013

k. Lama Pelaksanaan : 275 hari kalender

l. Masa Pemeliharaan : 180 hari setelah selesainya tahap

pembanguan

I.1.2 Data Teknis Proyek

Data teknis Proyek Pembangunan Gedung Instalasi Bedah

Sentral (IBS) Terpadu adalah sebagai berikut :

a. Jumlah tingkat gedung : 3 Lantai

b. Luas lahan : ± 5.500 m2

c. Luas total bangunan : ± 5.100 m2, meliputi

1st floor : ± 1.800 m2

2nd floor : ± 1.700 m2

3rd floor : ± 1.600 m2

8

Page 9: bab 1 - 4

9

d. Fungsi Bangunan :

1st floor : Ruang ICU/ ICCU, Ruang transit jenazah, Ruang

staff dan administrasi, Gudang, Ruang perawat, dll.

2nd floor : Ruang dokter, Holding room, Ruang recovery,

Ruang persiapan, Ruang OK, dll.

3rd floor : Ruang dokter, Ruang patologi dan anatomi, Ruang

recovery, Ruang OK, Ruang persiapan, Holding

room, dll.

e. Pondasi : Pondasi tiang pancang dan wash boring. Ukuran

pondasi tiang pancang P1A-P6A = 400x400

mm, dan P1B-P6B= 450x450 mm. Ukuran

pondasi wash boring PB3 yaitu Ø 600 mm

(lingkaran).

f. Kolom : Kolom struktur untuk lantai basement, ground

floor, lantai 1, lantai 2, dan lantai 3 memiliki

ukuran yang sama. Ukuran kolom tipe C1=

800x800 ; C1A= 700x700, dan 750x750 ; C1B=

600x600 ; C2= 700x700, dan 750x750 ; C2A=

600x600 ; C3= 600x600 ; C4= Ø1000 ; C5=

900x900 ; C6= 700x700 ; C7= Ø900 ; C8=

800x800 dan 1000x1000 ; C9= 750x750 ; C10=

850x850 ; C10A= 800x800 ; C10B = 700x700 ;

C10C = 600x600 ; C11 = 600x600 ; TC1 =

800x800 ; TC2 = 700x700 dan 750x750 ; TC3 =

600x600 ; TC4 = 350x350 ; TC4A = 300x300 ;

TC5 = Ø900. Mutu Beton K250.

g. Balok : Ukuran balok induk tipe G810= 800x1000,

G710= 700x1000, G610= 600x1000, G68=

600x800, G510= 500x1000, G59= 500x900, G58=

9

Page 10: bab 1 - 4

10

500x800, G58-56 = 500x(800-600), G57 =

500x700, G56-58= 500x(600-800), G4A9=

450x900, G4A8= 450x800, G49= 400x900, G49-

47= 400x(900-700), G48= 400x800, G48-46=

400x(800-600), G47= 400x700, G46-49=

400x(600-900), G46= 400x600, G3A6= 350x600,

G38 = 300x800, G37 = 300x700, G36= 300x600,

G35= 300x500. G2A5= 250x500. Ukuran balok

anak B610 = 600x1000, B610-68 = 600x(1000-

800), B68-610 = 600x(800-1000), B48 = 400x800,

B46-48 = 400x(600-800), B3A8 = 350x800,

B3A8-3A5 = 350x(800-500), B3A6 = 350x600,

B38 = 300x800, B37 = 300x700, B36 = 300x600,

B35 = 300x500, B2A8 = 250x800, B2A7 =

250x700, B2A6 = 250x600, B2A5 = 250x500, B28

= 200x800, B27 = 200x700, B26 = 200x600, B25

= 200x500, B24 = 200x400, B1A5 = 150x500.

Mutu beton K250.

h. Plat lantai : Plat lantai dengan tebal 12 cm, 14 cm, 15 cm, 20

cm, dan 25 cm menggunakan mutu beton K250.

i. Pembesian : Tulangan yang digunakan memiliki ukuran besi

polos : 8 ; besi ulir : D10, D16, D19, D22.

j. Bekisting : Bekisting kolom, Balok, dan pelat digunakan

multiplek tebal 12 mm yang dibentuk sedemikian

rupa dengan perancah kayu.

I.1.3 Data Tanah

Penyelidikan tanah harus dilakukan secara detail dan teliti

sehingga diperoleh data dan gambaran yang jelas mengenai keadaan,

sifat, dan susunan lapisan tanahnya. Penyelidikan tanah secara umum

bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai kondisi dan

10

Page 11: bab 1 - 4

11

karakteristik lapisan tanah, jenis tanah, parameter tanah, dan muka air

tanah pada lokasi rencana bangunan, sehingga diketahui susunan

lapisan tanah yang ada di lokasi. Salah satu penyelidikan tanah pada

proyek ini menggunakan uji sondir (Cone Penetration Test) dan bor

dalam (deep boring).

Dari hasil penyelidikan titik sondir kedalaman tanah kerasnya

pada kedalaman -2,00 m dari muka tanah asli. Dari hasil penyelidikan

tanah tersebut dipilih pondasi jenis pondasi telapak.

1.10STRUKTUR BANGUNAN

Setelah diperoleh data-data dari hasil survey, dilakukan kompilasi

data. Kemudian dilakukan analisis data untuk mendapatkan hasil yang valid

sebelum dilakukan tahap analisis yang lebih lanjut. Hasil yang telah diperoleh

kemudian akan digunakan sebagai pertimbangan atau acuan dalam kajian

terhadap struktur bangunan.

Struktur adalah bagian utama dari suatu bangunan gedung yang

berfungsi sebagai penyangga atau dukungan bagi beban-beban yang bekerja,

baik beban transversal maupun beban longitudinal.

Pemilihan struktur sangat erat hubungannya dengan bentuk arsitektur,

konstruksi, dan kondisi alam dengan tidak mengesampingkan segi ekonomis

dan efisiensi untuk mendapat hasil yang optimal, untuk itu harus dipilih jenis

struktur yang tepat.

Struktur bangunan harus memenuhi persyaratan-persyaratan yang

ditinjau dari segi :

a. Kekuatan (strength)

b. Kekakuan (stiffness)

c. Kestabilan (stability)

d. Ekonomis (optimum design)

Tahap ini akan dilakukan dengan meninjau struktur bangunan yang

dapat dikelompokkan menjadi dua bagian struktur utama bangunan, yaitu

11

Page 12: bab 1 - 4

12

struktur bagian bawah dan struktur bagian atas. Hal tersebut akan dijelaskan

berikut ini.

I.1.4 Struktur Bawah (Sub Structure)

Struktur bagian bawah merupakan bagian dari struktur

bangunan yang terletak di bagian bawah tanah, sebagai penghubung

dari struktur bagian atas dengan tanah dasar, serta bertugas memikul

beban struktur di atasnya dan meneruskan ke dasar bangunan. Struktur

bagian bawah yang digunakan dalam pembangunan Gedung Instalasi

Bedah Sentral (IBS) Terpadu adalah pondasi telapak. Pertimbangan

menggunakan pondasi tiang pancang karena kondisi tanah di lokasi

proyek berupa tanah keras dan kedalaman tanah keras relatif dangkal

yaitu – 2,00 m dari muka tanah asli.

I.1.5 Struktur Atas (Upper Structure)

Struktur atas adalah seluruh bagian struktur gedung yang berada

di atas muka tanah. Struktur atas berfungsi menampung beban-beban

yang ditimbulkan oleh beban di atasnya, kemudian menyalurkan pada

bangunan bawah.

Bagian-bagian dari struktur atas adalah sebagai berikut:

a) Kolom

Kolom adalah struktur atas pondasi yang berfungsi untuk

menyangga beban aksial vertikal. Kolom menempati posisi penting

dalam sistem struktur bangunan, karena kolom akan berakibat

langsung pada keruntuhan komponen struktur lain yang

berhubungan dengannya. Detail kolom dapat dilihat pada lampiran.

b) Plat lantai

Plat lantai pada proyek ini menggunakan beton bertulang.

Plat lantai adalah bagian dari struktur bangunan yang berfungsi

sebagai landasan. Plat secara struktur berfungsi untuk menahan

12

Page 13: bab 1 - 4

13

beban-beban yang bekerja di atasnya untuk didistribusikan ke

balok. Plat dibatasi oleh balok anak pada kedua sisi panjang dan

dibatasi oleh balok induk pada kedua sisi pendeknya. Jika pada

lantai ingin didirikan dinding penyekat dari pasangan bata, maka di

bawahnya harus diberi balok anak sebagai pengaku plat.

Plat lantai dari beton bertulang mempunyai banyak

keuntungan, seperti mampu mendukung beban besar, merupakan

isolasi suara yang baik, tidak dapat terbakar dan dapat dibuat lapis

kedap air sehingga di atasnya boleh dibuat dapur dan kamar mandi

atau WC, dapat dipasang tegel untuk keindahan lantai, merupakan

bahan yang kuat dan awet, tidak perlu perawatan dan dapat

berumur panjang. Detail ketebalan plat tiap lantai dapat dilihat pada

lampiran.

c) Balok

Balok adalah komponen struktur yang mendukung plat,

berat sendiri struktur, dan beban hidup yang bekerja sendiri di

atasnya. Balok diharapkan mampu mendukung beban lentur, gaya

geser, serta torsi yang terjadi pada balok tersebut, sehingga beban

dapat di distribusikan ke kolom kemudian kolom meneruskan

beban ke bawah sampai pondasi. Detail standar penulangan balok

lantai dapat dilihat pada lampiran.

d) Tangga

Tangga adalah jalur yang bergerigi (mempunyai trap-trap)

yang menghubungkan satu lantai dengan lantai di atasnya. Fungsi

pondasi tangga adalah sebagai dasar tumpuan (landasan) agar

tangga tidak mengalami penurunan, dan pergeseran. Ibu tangga

berfungsi sebagai pendukung anak tangga. Anak tangga berfungsi

sebagai tempat bertumpunya telapak kaki sehingga dipasang teratur

dengan bentuk dan lebar, serta selisih tinggi masing-masing anak

tangga dibuat sama besar agar nyaman dan aman bila dilalui. Pagar

tangga berfungsi sebagai pengaman di sisi samping kanan dan kiri

13

Page 14: bab 1 - 4

14

agar orang tidak terperosok. Pegangan tangan dipasang di

sepanjang anak tangga untuk bertumpunya tangan agar orang

merasa aman ketika menaiki tangga. Sedangkan bordes berguna

sebagai tempat untuk memberi kesempatan orang yang naik tangga

beristirahat sejenak. Denah, potongan, dan detail standar

penulangan tangga dapat dilihat pada lampiran.

e) Atap

Fungsi atap adalah untuk melindungi bangunan beserta

isinya dari pengaruh panas dan hujan. Bentuk dan bahan atap harus

serasi/sesuai dengan rangka bangunannya, agar dapat menambah

indah dan anggun, serta menambah nilai dari harga bangunannya.

Dalam proyek pembangunan Gedung Instalasi Bedah Sentral (IBS)

Terpadu, konstruksi atap pada proyek ini berupa konstruksi rangka

baja.

14

Page 15: bab 1 - 4

15

BAB III

MANAJEMEN PROYEK

1.11TINJAUAN UMUM

Manajemen adalah usaha yang berkaitan dengan memelihara

kerjasama sekelompok orang dalam satu kesatuan serta usaha memanfaatkan

sumber daya lain untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan

sebelumnya. Jika disederhanakan manajemen dapat diartikan menjadi dua hal

yaitu :

1. Manajemen adalah proses merencanakan, mengorganisasi, memimpin,

mengendalikan, usaha-usaha anggota organisasi dan proses penggunaan

sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan organisasi yang sudah

ditetapkan.

2. Manajemen adalah proses tertentu yang terdiri dari kegiatan

merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan sumber daya manusia

dan sumber daya lain untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan.

Fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang selalu melekat

di dalam proses manajemen yang dijadikan acuan oleh manajer dalam

melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan agar proses berjalan efektif

dan efisien dengan hasil yang optimal. Fungsi manajemen pertama kali

diperkenalkan oleh seorang industrialis Perancis bernama Henry Fayol pada

awal abad ke-20. Ketika itu ia menyebutkan lima fungsi manajemen, yaitu

merancang, mengorganisir, memerintah, mengkoordinasi, dan

mengendalikan. Namun saat ini kelima fungsi tersebut telah diringkas

menjadi empat, yang terdiri atas perencanaan (planning), pengorganisasian

(organizing), pelaksanaan (actuating) dan pengawasan (controlling).

Keempat fungsi dari manajemen tersebut dapat diuraikan sebagai berikut

(Elzha, 2010) :

15

Page 16: bab 1 - 4

16

1) Perencanaan (Planning)

Perencanaan (planning) adalah kegiatan pertama yang dilakukan

dalam administrasi. Perencanaan berarti menetapkan tujuan berdasarkan

perkiraan apa yang akan terjadi dalam waktu yang akan datang, dengan

mempertimbangkan kemungkinan terjadinya perubahan dan masalah pada

waktu tersebut.

Dalam perencanaan umumnya sangat memperhatikan hal-hal

berikut :

a. Apa yang akan terjadi

b. Mengapa hal itu dilakukan

c. Bagaimana akan dilaksanakan

d. Siapa yang akan melaksanakan

e. Mengadakan penelitian

f. Kemungkinan-kemungkinan apa yang dapat mempengaruh pelaksanaan

dan perubahan rencana.

2) Pengorganisasian (Organizing)

Pengorganisasian (organizing) adalah penentuan, pengelompokan

dan peraturan berbagai kegiatan dalam rangka mencapai tujuan, meliputi

penugasan kepada orang-orang dalam kegiatan serta menunjukkan

hubungan kewenangan yang dilimpahkan kepada setiap orang yang

ditugaskan untuk melaksanakan kegiatan tersebut yang dituangkan dalam

bentuk struktur formal.

3) Pelaksanaan (Actuating)

Pelaksanaan (actuating) adalah kegiatan pelaksanaan, merupakan

tindakan agar semua anggota kelompok dengan kesadaran berusaha untuk

mencapai tujuan atau sasaran berpedoman perencanaan dari organisasi.

4) Pengawasan (Controlling)

Pengawasan (controlling) adalah kegiatan mengawasi aktivitas-

aktivitas pekerjaan agar sesuai dengan sasaran. Setelah rancangan selesai

disiapkan, maka penting sekali untuk segera mengecek pekerjaan yang

telah dilaksanakan agar berjalan sesuai dengan rencana semula. Apabila

16

Page 17: bab 1 - 4

17

terjadi penyimpangan, maka perlu diberikan peringatan agar dapat

mengambil tindakan perbaikan. Sistem pengawasan yang dilaksanakan

adalah pengawasan mutu bahan dan mutu produksi, serta peralatan

permesinan yang diperlukan sesuai dengan ketentuan yang ada.

Apabila fungsi-fungsi manajemen di atas dilaksanakan dengan baik,

maka dapat tercapai sasaran akhir berupa pengendalian secara menyeluruh

yang terdiri dari sebagai berikut :

1. Biaya pelaksanaan dapat lebih terkontrol.

2. Kualitas bangunan akan lebih baik.

3. Waktu pelaksanaan yang sesuai rencana (tepat waktu).

Manajemen yang baik dan didukung oleh kegiatan administrasi yang

baik, akan dengan mudah memonitor suatu kegiatan proyek di lapangan,

mudah untuk memantau tingkat kemajuan proyek, dan mudah dalam

menentukan kebijakan atau langkah-langkah yang harus diambil pelaksanaan

proyek.

Dengan adanya manajemen proyek maka akan terlihat jelas batasan

mengenai tugas wewenang dan tanggung jawab dari pihak yang terlibat

dalam proyek sehingga tidak akan terjadi adanya wewenang dan tanggung

jawab yang merangkap (overlapping).

1.12TAHAPAN PELAKSANAAN PROYEK

Proses pengadaan penyedia jasa pada proyek pembangunan Gedung

Instalasi Bedah Sentral (IBS) Terpadu melalui proses pelelangan terbatas,

dimana proses pelelangan terbatas dapat dilaksanakan apabila dalam hal

penyedia barang/jasa yang mampu melaksanakan diyakini terbatas, yaitu

untuk pekerjaan yang kompleks, dengan cara mengumumkan secara luas

melalui media massa dan papan pengumuman resmi dengan mencantumkan

penyedia barang/jasa yang telah diyakini mampu, guna memberi kesempatan

kepada penyedia barang/jasa lainnya yang memenuhi kualifikasi. Tahapan

pelaksanaan proyek pembangunan Gedung Instalasi Bedah Sentral (IBS)

Terpadu berpedoman pada Tabel 3.1 berikut ini.

17

Page 18: bab 1 - 4

18

Tabel 3. 1 Tabel Tahapan Pelaksanaan Konstruksi

Pra Konstruksi   Konstruksi   Pascakonstruksi

               

Id

eDesign

Tender

& Procure Hand Maintenance

  Engineering ment Produksi  

SPK       Over Fit Out

           

Perubahan Design Perubahan Order/Variation Order (VO) Renovasi

               

Sumber: Ervianto, WI. 2002. Manajemen Proyek Kontruksi: Edisi Revisi

I.1.6 Prakonstruksi

Prakonstruksi merupakan tahap awal dalam pelaksanaan

pekerjaan konstruksi. Pada tahap ini biasanya pihak owner mempunyai

ide untuk mengembangkan atau menginvestasikan modalnya dengan

membangun sebuah konstruksi gedung dan kemudian owner akan

menugaskan Konsultan Perencana untuk mewujudkan idenya.

Konsultan Perencana terdiri dari :

1. Konsultan Arsitektur

2. Konsultan Struktur

3. Konsultan Mechanikal & Elektrikal (ME)

4. Konsultan Manajemen Konstruksi (MK)

5. Konsultan Quantity Surveyor (QS)

18

Page 19: bab 1 - 4

19

Konsultan Arsitektur, Struktur dan ME akan membuat desain

konstruksi bangunan lengkap beserta spesifikasi yang diinginkan

owner, setelah melalui proses survey. Kemudian desain tersebut

diserahkan kepada Konsultan Quantity Surveyor (QS) untuk diestimasi

biaya yang dibutuhkan dan resiko yang mungkin timbul. Proses akan

menghasilkan Rencana Anggaran Biaya (RAB) yang berisi item

pekerjaan, volume dan estimasi anggaran. Selanjutnya Konsultan

Quantity Surveyor menyiapkan proses tender. Menurut Yasin (2006)

bahan yang disiapkan untuk keperluan tender yaitu :

1. Gambar tender yang telah disiapkan Konsultan Perencana

(Struktur, Arsitektur dan ME).

2. Spesifikasi Teknis bangunan, disiapkan oleh Konsultan Perencana.

3. Jadwal tender, pada proyek Pembangunan Gedung Instalasi Bedah

Sentral (IBS) Terpadu disiapkan oleh Konsultan Manajemen

Konstruksi.

Tahapan pelaksanaan proses tender adalah sebagai berikut :

1. Pembagian undangan

Setelah proses persiapan selesai kemudian dilaksanakan

proses pembagian undangan kepada kontraktor.

2. Pengambilan dokumen

Calon kontraktor melakukan pengambilan dokumen, berupa

gambar spesifikasi teknis dan uraian item pekerjaan/Bill of Quantity

(BQ).

3. Rapat penjelasan (Aanwijzing).

Yaitu rapat yang menjelaskan kepada calon pelaksana proyek

tentang seluruh aspek rencana bangunan dan ruang lingkup yang

akan dikerjakan. Rapat ini dihadiri oleh seluruh pihak yang

bersangkutan pada proyek tersebut yaitu Owner, Konsultan

Perencana, Konsultan Quantity Surveyor, Konsultan Manajemen

Konstruksi, serta Kontraktor yang diundang.

19

Page 20: bab 1 - 4

20

4. Pemasukan penawaran

Kontrakor mengajukan penawaran harga berdasarkan uraian

item pekerjaan. Penawaran yang diajukan kontraktor ini disebut

penawaran harga pemborongan.

5. Pembukaan surat penawaran harga pemborongan

Pada tahap ini dihadiri oleh seluruh kontraktor yang telah

mengajukan penawaran pada proyek tersebut.

6. Penelitian penawaran (evaluasi penawaran)

Tahap ini biasanya dilaksanakan bersamaan waktunya

dengan pembukaan penawaran. Penawaran yang diajukan akan

diteliti apakah telah memenuhi persyaratan, sehingga akan

ditentukan sah atau tidaknya penawaran dari kontraktor. Kontraktor

dengan penawaran yang tidak memenuhi persyaratan tidak dapat

mengikuti ke tahap selanjutnya.

7. Klarifikasi

Penawaran yang memenuhi persyaratan hingga tahap ini

masih harus di klarifikasi oleh pihak owner. Hal ini disebabkan

perbedaan persepsi tentang gambar atau spesifikasi teknis. Proses

klarifikasi selalu diikuti oleh penawaran baru yang telah

disesuaikan.

8. Negosiasi

Negosiasi mengenai penawaran yang diajukan dilakukan

setelah proses klarifikasi selesai. Proses klarifikasi dan negosiasi

ini dilakukan secara berulang hingga tercapai penawaran yang

memuaskan kedua belah pihak.

9. Penunjukan pemenang

Kontraktor dengan penawaran terbaik akan terpilih sebagai

pemenang tender. Kemudian dipilih pula penawaran terbaik kedua

dan ketiga sebagai kontraktor cadangan. Hal ini dilakukan untuk

20

Page 21: bab 1 - 4

21

berjaga-jaga apabila kontraktor utama yang terpilih tidak dapat

melaksanakan kewajibannya.

10. Surat Perintah Kerja (SPK)

Dengan dikeluarkannya SPK maka dimulai pula proses

konstruksi dengan pelaksana utama yang telah terpilih.

11. Kontrak

Kontrak merupakan perjanjian kerja antara owner sebagai

pihak pertama dan Kontraktor sebagai pihak kedua.

I.1.7 Konstruksi

Tahap konstruksi merupakan proses pelaksanaan pekerjaan di

lapangan oleh kontraktor terpilih, yaitu PT Jaya Arnikon (JA).

Pekerjaan di lapangan meliputi paket pekerjaan persiapan, pekerjaan

struktur dan atap, pekerjaan finishing arsitektur, dan pekerjaan

mekanikal elektrikal plumbing.

Konsultan perencana menyusun gambar yang akan dijadikan

pedoman pelaksanaan pekerjaan di lapangan. Gambar ini disebut

gambar For Construction. Gambar ini merupakan gambar tender yang

telah direvisi berdasarkan evaluasi dan klarifikasi pada proses tender.

Berdasarkan gambar For Construction, kontraktor membuat Shop

Drawing, yaitu detail parsial pekerjaan di lapangan. Shop Drawing

tersebut yang dijadikan acuan dalam pelaksanaan pekerjaan di

lapangan.

Seluruh kegiatan pelaksanaan pekerjaan di lapangan merupakan

tanggung jawab kontraktor dibawah pengawasan Konsultan Manajemen

Konstruksi. Setelah seluruh proses pelaksanaan telah selesai, dilakukan

serah terima Hand Over (HO) dari pihak kontraktor ke owner.

Kemudian dimulai tahapan pascakonstruksi.

21

Page 22: bab 1 - 4

22

I.1.8 Pascakonstruksi

Proses serah terima dilakukan sebanyak dua kali. Waktu antara

serah terima pertama dan kedua merupakan masa pemeliharaan

bangunan. Masa pemeliharaan (maintenance) dilakukan oleh kontraktor

dan Konsultan Pengawas dengan durasi yang telah disepakati dalam

kontrak. Pada proyek pembangunan Gedung Instalasi Bedah Sentral

(IBS) Terpadu masa pemeliharaan disepakati dengan durasi 180 hari

kalender.

1.13UNSUR PENGELOLA PROYEK

Agar diperoleh hasil bangunan yang sesuai dengan yang

direncanakan, untuk melaksanakan suatu pembangunan perlu adanya unsur-

unsur pengelola pembangunan. Unsur-unsur pengelola pembangunan harus

serasi dan konsekuen. Menurut Bambang (2009), unsur-unsur pengelola

pembangunan secara umum adalah sebagai berikut :

a. Pemberi tugas (owner)

b. Konsultan perencana (designer)

c. Konsultan Pengawas (supervisor)

d. Kontraktor (contractor)

I.1.9 Pemberi tugas (Owner)

Pemilik atau pemberi tugas atau pengguna jasa adalah seseorang

atau badan/lembaga baik swasta maupun pemerintah yang memiliki

proyek dan memberikan pekerjaan kepada pihak penyedia jasa dan

yang membayar biaya pekerjaan tersebut yang berkeinginan

mewujudkan pembangunan suatu proyek. Pemberi tugas pada proyek

ini adalah RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo.

Tugas sebagai pemberi tugas adalah sebagai berikut (Ahdi,

2009) :

1. Menyediakan biaya perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan proyek.

2. Mengadakan kegiatan administrasi.

22

Page 23: bab 1 - 4

23

3. Memberikan tugas kepada kontraktor atau pelaksana pekerjaan

proyek.

4. Meminta pertanggung jawaban kepada konsultan pengawas.

5. Menerima proyek yang sudah selesai dikerjakan oleh kontraktor.

Menurut Dear (2010), wewenang yang dimiliki pemilik proyek

atau owner yaitu :

1. Membuat surat perintah kerja (SPK)

2. Mengesahkan atau menolak perubahan pekerjaan yang telah

direncanakan

3. Meminta pertanggungjawaban kepada para pelaksana proyek atas

hasil pekerjaan konstruksi

4. Memutuskan hubungan kerja dengan pihak pelaksana proyek yang

tidak dapat melaksanakan pekerjaanya sesuai dengan isi surat

perjanjian kontrak

I.1.10 Konsultan Perencana (Designer)

Konsultan perencana adalah orang atau badan yang membuat

perencanaan lengkap dari suatu pekerjaan bangunan. Konsultan

perencana pada proyek pembangunan Gedung Instalasi Bedah Sentral

(IBS) Terpadu yaitu PT. Puri Aji Buana. Konsultan perencana dapat

berupa badan hukum maupun perseorangan yang dipilih oleh pemilih

proyek. Konsultan perencana ini mempunyai tugas mewujudkan

rencana dan keinginan pemilik proyek dalam bentuk perencanaan

struktur, arsitek, maupun mekanikal dan elektrikal. Berikut ini tugas

dan wewenang dari konsultan perencana (Ahdi, 2009) :

1. Mengadakan penyesuaian keadaan lapangan dengan keinginan

pemilik bangunan

2. Membuat gambar kerja pelaksanaan

3. Membuat rencana kerja dan syarat-syarat pelaksanaan bangunan

(RKS) sebagai pedoman pelaksanaan

4. Membuat rencana anggaran biaya bangunan

23

Page 24: bab 1 - 4

24

5. Memproyeksikan keinginan-keinginan atau ide-ide pemilik ke dalam

desain bangunan

6. Melakukan perubahan desain bila terjadi penyimpangan pelaksanaan

pekerjaan dilapangan yang tidak memungkinkan desain terwujud di

wujudkan

7. Mempertanggungjawabkan desain dan perhitungan struktur jika

terjadi kegagalan konstruksi

8. Mempertahankan desain dalam hal adanya pihak-pihak pelaksana

bangunan yang melaksanakan pekerjaan tidak sesuai dengan rencana

I.1.11 Konsultan Pengawas atau Manajemen Konstruksi (MK)

Konsultan pengawas atau MK adalah orang/badan yang ditunjuk

oleh pemberi tugas untuk membantu dalam pengelolaan pelaksanaan

pekerjaan pembangunan mulai awal hingga berakhirnya pekerjaan

tersebut. Dalam pelaksanaan pekerjaan, pemilik proyek akan menunjuk

suatu badan atau perseorangan untuk mengatur dan mengawasi

pelaksanaan proyek yang dilaksanakan oleh kontraktor agar segala

pekerjaan yang dilakukan oleh pihak kontraktor sesuai dengan

rancangan yang telah dibuat sebelumnya serta mutu dari pekerjaan

dapat tercapai secara maksimal sesuai spesifikasi teknis dengan waktu

yang telah direncanakan.

Konsultan pengawas atau MK akan memberikan laporan

harian, mingguan, dan bulanan tentang pembangunan pelaksanaan

proyek kepada pemilik proyek. Konsultan pengawas atau MK akan

mengawasi pekerjaan kontraktor yang meliputi kualitas, kecepatan

waktu, dan biaya. Pada pelaksanaan pembangunan Gedung Instalasi

Bedah Sentral (IBS) Terpadu, owner selaku pemilik proyek juga

bertindak sebagai konsultan manajemen konstruksi (Pengawas). Tugas

dan wewenang dari Konsultan Pengawas atau MK adalah sebagai

berikut :

1. Engineering process

24

Page 25: bab 1 - 4

25

Proses ini menjelaskan aktivitas insinyur dalam memastikan

bahwa dokumen kontrak adalah sah secara hukum, mengevaluasi,

menyetujui atau menolak permintaan persetujuan penggunaan

material/produk, shop drawing, metode kerja dan mock up yang

diajukan oleh kontraktor. Tujuan utama proses ini adalah

memastikan bahwa kontraktor melakukan proses penterjemahan

dokumen kontrak menjadi dokumen kerja dengan benar, agar

menghasilkan produk yang sesuai dengan persyaratan.

2. Ijin pelaksanaan pekerjaan

Ijin pelaksanaan pekerjaan adalah ijin memulai pekerjaan.

Tahap ini bertujuan untuk memastikan bahwa kontraktor sudah

melaksanakan persiapan pekerjaan dengan benar. Prosedur ini

mencakup pemeriksaan kesiapan lahan, sumber daya manusia, alat

material dan K3.

3. Proses pelaksanaan (execution process)

Bertujuan untuk memastikan proses pelaksanaan produksi

dilakukan dengan benar sehingga seluruh produk yang dihasilkan

oleh kontraktor sesuai mutu dan waktu yang ditetapkan dalam

kontrak. Prosedur ini menjelaskan aktivitas inspeksi pada saat

pekerjaan berlangsung dan setelah proses pelaksanaan produksi

yang dilakukan oleh kontraktor, dan juga menjelaskan cara meng-

handle produk yang tidak sesuai dengan spesifikasi disertai

tindakan pencegahan dan perbaikan.

4. Pekerjaan tambah kurang (variation order)

Prosedur ini menjelaskan tentang aktivitas manajemen

konstruksi mulai dari proses usulan perubahan pekerjaan sampai

dengan diterbitkan instruksi perubahan pekerjaan. Hal ini bertujuan

untuk memastikan seluruh proses usulan perubahan pekerjaan

teridentifikasi dengan jelas sehingga semua konsekuensinya dapat

diperhitungkan terhadap mutu, waktu, dan biaya.

25

Page 26: bab 1 - 4

26

Tugas konsultan pengawas atau MK dalam suatu proyek yaitu

(Dear, 2010) :

1. Menyelenggarakan administrasi umum mengenai pelaksanaan

kontrak kerja

2. Melaksanakan pengawasan secara rutin dalam perjalanan

pelaksanaan proyek

3. Menerbitkan laporan prestasi pekerjaan proyek

4. Konsultan pengawas atau MK memberikan saran atau

pertimbangan kepada pemilik proyek maupun kontraktor dalam

proyek pelaksanaan pekerjaan

Konsultan pengawas atau MK juga memiliki wewenang sebagai

berikut (Dear, 2010).

1. Memperingatkan atau menegur pihak pelaksana pekerjaan jika

terjadi penyimpangan terhadap kontrak kerja

2. Menghentikan pelaksanaan pekerjaan jika pelaksana proyek tidak

memperhatikan peringatan yang diberikan

3. Memberikan tanggapan atas usul pihak pelaksana proyek

4. Konsultan pengawas atau MK berhak memeriksa gambar shop

drawing pelaksana proyek

5. Melakukan perubahan dengan menerbitkan berita acara perubahan

(site instruction)

I.1.12 Kontraktor (Contractor)

Kontraktor adalah orang atau badan hukum yang menerima dan

menyelenggarakan pekerjaan bangunan menurut biaya yang telah

tersedia, melaksanakan sesuai dengan peraturan dan syarat-syarat serta

gambar-gambar rencana yang telah ditetapkan dalam kontrak sesuai

dengan waktu yang telah ditentukan. Dalam proyek ini yang bertindak

sebagai kontraktor adalah PT. Jaya Arnikon (JA).

26

Page 27: bab 1 - 4

27

Kontraktor bertanggung jawab secara langsung pada

pemilik proyek. Namun dalam pelaksanaan pekerjaan kontraktor akan

didampingi oleh konsultan pengawas atau MK yang telah dipilih oleh

pemilik proyek. Kontraktor dapat berkonsultasi secara langsung dengan

konsultan pengawas atau MK baik di proyek maupun di dalam kantor.

Segala kendala yang terjadi dalam pelaksanaan sehingga menyebabkan

perubahan pada desain harus dikonsultasikan oleh kontraktor pada

konsultan pengawas atau MK terlebih dahulu, selanjutnya akan di

proses lebih lanjut oleh konsultan pengawas atau MK sebelum

dilaksanakan perwujudan dari perubahan tersebut. Tugas dan

wewenang dari kontraktor adalah sebagai berikut (Dear, 2010) :

1. Melaksanakan pekerjaan sesuai bidang kontraknya yang

berdasarkan gambar-gambar rencana, risalah pekerjaan, peraturan,

dan syarat-syarat

2. Membuat gambar kerja (shop drawing) sebelum memulai

pelaksanaan pekerjaan yang bersangkutan untuk memudahkan

pelaksanaan pekerjaan maupun pengawasan

3. Mengikuti atau menghadiri rapat-rapat koordinasi yang

diselenggarakan oleh konsultan pengawas atau MK secara rutin.

4. Membuat laporan kemajuan pekerjaan yang harus disetujui dan

diserahkan kepada konsultan pengawas atau MK disertai

keterangan mutu bahan, alat dan hasil tes laboratorium.

5. Selalu berkonsultasi dan memberitahukan setiap permasalahan

yang timbul kepada konsultan pengawas atau MK.

6. Menerima pembayaran sesuai prosedur kontrak yang telah

disetujui.

1.14 Hubungan Kerjasama Pengelola Proyek

Tiap unsur-unsur dalam proyek mempunyai hubungan yang saling

terkait antara satu pengelola dengan pengelola lainnya. Hubungan tersebut

antara lain :

27

Page 28: bab 1 - 4

28

1. Antara pemilik proyek dengan konsultan pengawas atau MK

Pemberi tugas memberikan imbalan jasa/biaya pengawasan atas

jasa pengawasan yang telah dilakukan oleh konsultan pengawas atau

MK. Hubungan ini biasanya diikat dalam suatu kontrak. Pemberi tugas

juga berwenang untuk meminta laporan-laporan secara periodik

mengenai pelaksanaan pekerjaan.

2. Antara pemilik proyek dengan konsultan perencana

Konsultan perencana memberikan jasa/karya perencanaannya

kepada pemberi tugas, dan pemberi tugas memberikan imbalan jasa atau

biaya perencanaan kepada konsultan perencana. Hubungan kerja antara

kedua belah pihak biasanya diatur dalam sebuah kontrak.

3. Antara pemilik proyek dengan kontraktor/penyedia jasa

Pemberi tugas memberikan biaya pelaksanaan dan kontraktor

menyerahkan hasil pelaksanaan. Hubungan kerja antara kedua belah

pihak ini diatur dalam suatu ikatan kontrak. Dan untuk melakukan

hubungan kerja tersebut kontraktor harus melalui Project Management.

4. Antara kontraktor dengan sub kontraktor

Kontraktor utama menunjuk sub kontraktor untuk membantu

dalam pekerjaan di lapangan. Dan kontraktor melakukan pengawasan

terhadap pekerjaan sub kontraktor tersebut.

5. Antara konsultan perencana dengan konsultan pengawas atau MK

Konsultan perencana dan konsultan pengawas atau MK saling

berkonsultasi mengenai perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan di

lapangan. Hubungan kerja antar keduanya diatur dalam ikatan aturan

pelaksanaan.

6. Antara kontraktor dengan konsultan pengawas atau MK

Konsultan pengawas atau MK mengontrol realisasi pelaksanaan

pekerjaan yang dilakukan oleh kontraktor agar sesuai dengan persyaratan

yang ada.

28

Page 29: bab 1 - 4

29

Hubungan kerjasama pengelola proyek seperti dijelaskan di atas dapat

digambarkan dengan skema berikut ini :

Keterangan :

: Garis Komando

: Garis Koordinasi

: Garis Tanggung Jawab

29

Gambar 3. 1 Bagan kerja sama pengelola proyek

Pemilik Proyek

RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo

Konsultan Perencana

PT. Puri Aji Buana

Konsultan Pengawas

CV. Prima Disain

Kontraktor Pelaksana

PT. Jaya Arnikon

Page 30: bab 1 - 4

30

1.15JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN

Penjadwalan merupakan implementasi dari perencanaan yang dapat

memberikan informasi tentang jadwal rencana dan kemajuan proyek yang

meliputi sumber daya (biaya, tenaga kerja, peralatan, material), durasi  dan

progres waktu untuk menyelesaikan proyek. Penjadwalan proyek mengikuti

perkembangan proyek dengan berbagai permasalahannya. Proses monitoring

dan updating selalu dilakukan untuk mendapatkan penjadwalan yang realistis

agar sesuai dengan tujuan proyek. Ada beberapa metode untuk mengelola

penjadwalan proyek, yaitu Kurva S (hanumm Curve), Barchart, Penjadwalan

Linear (diagram Vektor), Network Planning dan waktu atau durasi kegiatan.

Bila terjadi penyimpangan terhadap rencana semula, maka dilakukan evaluasi

dan tindakan koreksi agar proyek tetap berada dijalur yang diinginkan.

Kontraktor bertanggung jawab atas penyelesaian pekerjaan sesuai

dengan durasi yang telah disepakati. Oleh karena itu kontraktor menyusun

rencana kerja yang disebut Master Schedule yang berisi keseluruhan item

pekerjaan. Satuan durasi yang digunakan pada Master Schedule biasanya

dalam satuan bulan atau minggu. Jadwal yang di buat oleh kontraktor harus

dikonsultasikan terlebih dahulu dengan konsultan pengawas atau MK.

Kontraktor menyusun rencana kemajuan pekerjaan yang akan dilakukan

kaitannya terhadap bobot pekerjaan yang disebut dengan Kurva S (S Curve).

Kurva S berisi item pekerjaan, durasi pekerjaan, bobot pekerjaan serta

presentase kemajuan pekerjaan.

30

Page 31: bab 1 - 4

31

BAB IV

SUMBER DAYA PROYEK

1.16MACAM SUMBER DAYA PROYEK

Proyek merupakan gabungan dari sumber daya manusia, material,

alat/machine dan biaya/modal dalam suatu wadah organisasi sementara untuk

mencapai tujuan dalam sasaran dan tujuan. Faktor-faktor yang perlu

diperhatikan dalam pelaksanaan pekerjaan suatu proyek adalah sebagai

berikut :

1) Biaya/ modal

Biaya yang digunakan harus dikelola sesuai perencanaan, hal ini

dimaksudkan agar alokasi dana tidak membengkak. Biaya-biaya tersebut

misalnya biaya peralatan, upah tenaga kerja, harga bahan, dan lain-lain.

Antara jumlah pekerjaan, peralatan, bahan, dan tenaga kerja yang

digunakan mempunyai hubungan yang sangat erat untuk memperoleh

hasil kerja yang maksimal.

2) Tenaga kerja

Tenaga yang dimaksud disini adalah sumber daya manusia yang

mengelola pekerjaan, dapat membaca, memahami gambar dan kemudian

menerapkannya di lapangan, mengerti apa yang harus dikerjakan dan

dapat mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapi.

3) Peralatan

Memilih jenis peralatan untuk suatu jenis pekerjaan tertentu

dengan tepat agar diperoleh hasil kerja yang optimal.

4) Material

Material merupakan komponen yang sangat menentukan mutu dari

hasil pekerjaan, maka mutu bahan bangunan yang digunakan harus

disesuaikan dengan ketentuan yang ada dalam Rencana Kerja dan Syarat-

Syarat (RKS).

31

Page 32: bab 1 - 4

32

5) Metode

Koordinasi pelaksanaan dan metode yang tepat dalam pelaksanaan

proyek ini sangat diperlukan guna memenuhi kualitas yang diharapkan

dan proyek ini dapat berjalan tepat waktu.

6) Waktu

Waktu yang tersedia untuk pelaksanaan pekerjaan harus cukup dan

seefisien mungkin. Di dalam pekerjaan pembangunan gedung,

penggunaan waktu membutuhkan perhatian yang khusus, sebab pada

saat-saat tertentu dapat mengalami hambatan. Optimalisasi penggunaan

waktu untuk pekerjaan yang bisa dikerjakan secara bersamaan harus

dioptimalkan sebaik mungkin.

1.17 PERALATAN

Dalam melaksanakan suatu pekerjaan tidak selalu dapat dilaksanakan

dengan tenaga manusia atau dengan tangan, tetapi untuk jenis pekerjaan

tertentu dibutuhkan alat bantu, sehingga dengan adanya alat bantu tersebut

pekerjaan dapat berlangsung cepat dan efisien serta didapatkan hasil yang

baik dan memuaskan. Penggunaan peralatan di lokasi pekerjaan dan jumlah

alat yang digunakan disesuaikan dengan berbagai faktor yang ada di

lapangan, seperti (Suryadharma dan Wigroho, 1998) :

a) Lokasi pekerjaan

b) Keadaan lapangan

c) Jenis pekerjaan

d) Volume pekerjaan

e) Waktu yang tersedia

f) Biaya yang tersedia

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan alat kerja dalam

suatu proyek antara lain :

32

Page 33: bab 1 - 4

33

1. Kondisi alat harus dalam keadaan baik dan layak dioperasikan, sebelum

dipakai diperiksa terlebih dahulu mesin, minyak mesin, air untuk

pendingin dan sebagainya

2. Diusahakan untuk tidak membebani alat kerja melebihi kapasitas yang

telah ditetapkan oleh pabrik pembuatnya

3. Dipilih operator yang benar-benar ahli dan berpengalaman

Selain hal tersebut juga perlu dipertimbangkan apakah alat tersebut

akan dibeli atau disewa, yang merupakan bagian dari pekerjaan tersebut atau

akan disubkontraktorkan. Pertimbangan ini dihasilkan dari analisa usia

kegunaan, nilai guna, dan juga besarnya keuntungan yang diperoleh dari

penggunaan alat tersebut.

Peralatan yang digunakan pada kegiatan pembangunan Gedung

Instalasi Bedah Sentral (IBS) Terpadu ini adalah sebagai berikut :

I.1.13 Peralatan Pengukuran

a. Theodolite dan Waterpass

Theodolite dan waterpass digunakan untuk menentukan titik

ketinggian dan sudut-sudut karena alat ini memiliki ketepatan yang

dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini untuk menghindari adanya

ketidakcocokan yang mungkin terjadi antara gambar dengan keadaan

lapangan yang sebenarnya. Pengukuran yang dapat dilakukan antara

lain menetapkan titik-titik pondasi, penetapan as bangunan terhadap

bangunan-bangunan disekitarnya, kedudukan antara as satu dengan as

lainnya, penentuan tinggi lantai, penyetelan kolom, menentukan

kedataran posisi balok dan lain-lain. Alat pengukuran disajikan pada

Gambar 4. 1 Theodolite dan Gambar 4. 2 Waterpass.

33

Page 34: bab 1 - 4

34

Gambar 4. 1 Theodolite

Gambar 4. 2 Waterpass

I.1.14 Peralatan Pekerjaan Tanah

a. Backhoe/ Excavator

Backhoe sering juga disebut pull shovel, adalah alat dari

golongan shovel yang khusus dibuat untuk menggali material di

bawah permukaan tanah atau di bawah tempat kedudukan alatnya.

Galian di bawah permukaan ini misalnya parit, lubang untuk pondasi

bangunan, dan lubang galian pipa.

34

Page 35: bab 1 - 4

35

Gambar 4. 3 Backhoe

b. Bulldozer

Bulldozer digunakan sebagai alat penggusur atau pendorong

tanah lurus ke depan maupun ke samping, tergantung pada sumbu

kendaraannya. Pada dasarnya bulldozer menggunakan traktor sebagai

tempat dudukan penggerak utama yang dilengkapi dengan sudut

sehingga dapat menggusur tanah.

c. Stamper

Stamper ini digunakan untuk memadatkan tanah timbunan.

Gambar 4. 4 Handstamper

d. Peralatan Pendukung

Peralatan pendukung yang digunakan dalam pekerjaan tanah

ini antara lain ember plastik, dan drum.

35

Page 36: bab 1 - 4

36

I.1.15 Peralatan Pekerjaan Pembetonan

a. Gerobak sorong dan ember

Kedua alat ini digunakan untuk mengangkut pasir dan material

campuran beton ke lokasi pekerjaan. Gerobak sorong digunakan

sebagai wadah sampel beton segar sebelum dicetak kedalam cetakan

silinder beton.

Gambar 4. 5 Gerobak Sorong

b. Mesin aduk beton (concrete mixer)

Alat ini digunakan untuk membuat beton yang digunakan pada

pengecoran non struktur seperti lantai kerja (pada sumpit). Satu unit

concrete mixer mempunyai kapasitas 0,3 m3 sampai 0,6 m3. Adukan

beton yang didapatkan oleh alat ini akan lebih homogen jika

dibandingkan cara adukan manual.

Concrete mixer terdiri dari beberapa bagian yaitu :

1) Bagian pengaduk yang berupa silinder atau drum yang dapat

berputar

2) Bagian penggerak yang di jalankan oleh diesel

3) Kemudi (stir)

4) Pengunci

Bagian pertama dan kedua dihubungkan dengan penghubung

roda gigi atau karet. Dinding dalam drum pengaduk dilengkapi dengan

36

Page 37: bab 1 - 4

37

sirip-sirip pengaduk yang dapat mencampur adukan dengan lebih

homogen. Hal-hal yang perlu diperhatikan dari alat ini adalah :

1) Pemakaian alat terbatas pada kapasitas maksimal

2) Jangan menghentikan alat sebelum beton teraduk minimal 15

menit setelah campuran masuk

3) Kebersihan alat sebelum campuran beton masuk harus

diperhatikan

Pengoperasian concrete mixer menggunakan satu orang

operator sebagai pengontrol mesin dan beberapa tenaga kerja yang

bertugas mengisi bahan campuran adukan. Sebelum pelaksanaan

campuran adukan, mesin harus diberi pelumas pada bagian-bagian

penting, seperti roda gigi dan as putar.

Gambar 4. 6 Concrete Mixer

c. Truk pengangkut beton (concrete dump truck)

Pekerjaan pengecoran struktur plat, balok, tie beam, kolom,

retaining wall, pile cap, dan tangga digunakan alat berat berupa truk

pengangkut beton (concrete dump truck). Penggunaan concrete dump

truck menghasilkan kapasitas pengecoran beton yang besar

dibandingkan dengan tenaga manusia, disamping akan sangat lambat

juga produktifitasnya rendah. Kapasitas dari concrete dump truck

yang dipakai adalah (3, 5, 7, 8) m3.

37

Page 38: bab 1 - 4

38

Gambar 4. 7 Concrete dump truck

d. Pompa beton (concrete pump)

Pompa beton (concrete pump) digunakan untuk menyalurkan

bahan cor beton dari concrete dump truck ke tempat pengecoran

melalui saluran yang tertutup. Pemompaan dilakukan melalui pipa

atau selang dalam kombinasi vertikal, horizontal atau miring.

Produksivitas pompa beton tergantung pada tipe pompa yang dipakai,

ukuran pipa pengecoran, dan efisiensi operasi (Suryadharma dan

Wigroho, 2006).

Gambar 4. 8 Concrete pump

38

Page 39: bab 1 - 4

39

e. Bucket

Bucket digunakan untuk mengangkut adukan beton segar dari

truk mixer ke pelat, balok, tangga, dan kolom yang akan dicor. Bucket

digunakan jika lokasi yang akan dicor tidak bisa dicapai oleh concrete

pump, concrete pump rusak, dan volume pengecoran sedikit, misal

untuk pengecoran kolom dan tangga.

Gambar 4. 9 Bucket

f. Penggetar beton segar (concrete vibrator)

Alat ini digunakan untuk proses perataan adukan beton pada

saat pengecoran. Concrete vibrator ini digunakan selama pengecoran

berlangsung dan dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak merusak

acuan maupun posisi besi tulangan. Pada prinsipnya alat penggetar ini

terdiri atas :

1) Sumber tenaga (mesin diesel)

2) Batang penggetar

3) Jarum penggetar

Dalam penggunaan alat penggetar ini perlu diperhatikan hal-

hal sebagai berikut :

39

Page 40: bab 1 - 4

40

1) Jarum penggetar harus dimasukkan ke dalam adukan kira-kira

vertikal, tetapi dalam keadaan khusus diperbolehkan miring 45˚

2) Selama penggetaran, jarum tidak boleh horizontal karena dapat

menyebabkan pemisahan bahan

3) Selama penggetaran harus dijaga agar jarum tidak mengenai

cetakan atau bagian beton yang mulai mengeras

4) Lapisan adukan beton tidak boleh lebih tebal dari panjang jarum

penggetar atau tidak boleh lebih tebal dari 30-50 cm, sebab pada

pemadatan konstruksi yang tebal yang tidak dilakukan lapis demi

lapis, hasil pemadatannya tidak akan sempurna

5) Pengeluaran dan pemasukan alat penggetar dilakukan sejauh

kurang lebih selang 0,5 m

6) Waktu yang diperlukan untuk tiap pemasukan alat tersebut diatur

harus cukup untuk memadatkan beton tanpa terjadi pemisahan

agregat, sekitar 5 sampai 15 detik

7) Ujung jarum vibrator diusahakan tidak mengenai tulangan

8) Alat penggetar cadangan harus tersedia selama pengeboran

Gambar 4. 10 Concrete vibrator

g. Concrete trowel

Concrete trowel adalah alat bantu mesin yang digunakan untuk

meratakan dan menghaluskan permukaan beton yang masih dalam

40

Page 41: bab 1 - 4

41

proses pengerasan. Pada proyek ini trowel digunakan untuk

menghaluskan permukaan beton pada ramp.

h. Perancah (schafolding)

Struktur penunjang keberhasilan pekerjaan acuan beton adalah

perancah. Perancah berfungsi sebagai penyangga, yang kemudian

meneruskan gaya dan beban dari atas ke bawah. Diharapkan

penerusan seluruh gaya dapat berlangsung merata. Perancah yang

digunakan pada proyek ini terbuat dari besi. Kelebihan dari

penggunaan perancah besi adalah :

1) Kekuatannya sangat besar.

2) Dapat dibongkar pasang dengan mudah dan cepat.

3) Letaknya teratur karena ukuran perancah sama.

4) Dapat diatur ketinggiannya.

Gambar 4. 11 Perancah (Schafolding)

i. Peralatan pendukung

Peralatan pendukung yang digunakan dalam pekerjaan

pengecoran antara lain sendok semen, alat penggaruk dan kayu perata.

Sendok semen digunakan pada finishing pekerjaan beton.

41

Page 42: bab 1 - 4

42

I.1.16 Peralatan Pekerjaan Besi Tulangan

a. Alat pembengkok tulangan (bar bender)

Sesuai dengan namanya, alat ini digunakan untuk

membengkokkan besi tulangan guna mendapatkan bentuk pembesian

yang sesuai dengan rencana. Besi tulangan dapat dibengkokan 450

ataupun 900 sesuai dengan kebutuhan.

Gambar 4. 11 Bar bender

b. Alat pemotong tulangan

Tulangan yang akan digunakan sebagai tulangan struktur harus

disesuaikan panjangnya dengan kebutuhan yang ada di lapangan. Alat

yang digunakan untuk memotong besi tulangan pada proyek ini ada

dua macam, yaitu mesin pemotong besi tulangan/bar cutter untuk

memotong besi berdiameter besar, dan catut besi yang digunakan

untuk memotong besi polos D8.

Gambar 4. 12 Bar cutter

42

Page 43: bab 1 - 4

43

Gambar 4. 13 Catut besi

I.1.17 Peralatan Pekerjaan Kayu

a. Peralatan pekerjaan kayu terdiri dari gergaji, meteran, palu dan catut.

Gambar 4. 14 Alat pekerjaan kayu

I.1.18 Peralatan Pengangkutan

a. Mobil pengangkut (truck)

Alat angkut sangat berguna dalam menunjang kelancaran

pekerjaan, yaitu untuk menjamin ketersediaan bahan bangunan di

lapangan. Alat ini juga digunakan untuk mengangkut material ke

43

Page 44: bab 1 - 4

44

lokasi proyek, mengangkut tanah timbunan, dan mengangkut material

sisa.

Gambar 4. 15 Truck

I.1.19 Pekerjaan Pembersihan

a. Air compressor

Air compressor digunakan untuk membersihkan area yang

akan dicor dari debu-debu dan material sisa lainnya agar tidak

tercampur dengan beton.

Gambar 4. 17 Air compressor

1.18 MATERIAL

Material merupakan komponen yang sangat menentukan mutu dari

hasil pekerjaan, karena itu mutu bahan bangunan yang digunakan harus

disesuaikan dengan ketentuan yang ada dalam Rencana Kerja dan Syarat-

44

Page 45: bab 1 - 4

45

Syarat (RKS). Cara penyimpanan bahan bangunan harus diperhatikan dan

menjadi tanggung jawab pelaksana, agar bahan bangunan tetap dalam kondisi

yang layak pakai. Apabila selama penyimpanan bahan menjadi tidak layak

pakai, maka pelaksana wajib mengganti dengan bahan yang memenuhi syarat.

Bahan-bahan yang digunakan dalam proyek Pembangunan Gedung

Instalasi Bedah Sentral (IBS) Terpadu ini antara lain sebagai berikut :

a. Semen portland

Semen yang digunakan untuk kegiatan ini ada dua tipe, yaitu

semen portland jenis I (semen Holcim) dan semen khusus (sika) yang

digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan grouting. Pada proyek ini tidak

dilakukan uji terhadap semen yang digunakan, karena semen yang

digunakan merupakan semen pabrikasi yang telah teruji kekuatannya.

Gambar 4. 18 Semen

45

Page 46: bab 1 - 4

46

b. Agregrat halus (pasir)

Gambar 4. 19 Agregat halus

c. Agregat kasar (koral)

Agregat kasar yang digunakan berupa batu-batuan yang diperoleh

dari pemecahan batu (split). Bahan ini terdiri dari butir-butir yang keras

dan tidak berpori, tidak mengandung butir-butir yang pipih melampaui

20% dari berat agregat seluruhnya. Selain itu, agregat kasar ini tidak boleh

mengandung lumpur lebih dari 1% terhadap berat keringnya, serta bebas

dari bahan-bahan yang dapat merusak seperti zat-zat yang reaktif alkali.

Agregat kasar yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat ASTM dan

PBI. Penyimpanan dan penggunaan agregat juga harus diatur untuk

mencegah tercampurnya agregat dengan ukuran yang berbeda.

Gambar 4. 20 Agregat kasar

46

Page 47: bab 1 - 4

47

d. Batu Bata

Batu bata yang dipakai harus berkualitas baik, matang,

permukaannya rata tidak berlubang, saling tegak lurus, warna merah,

bebas dari retak, mempunyai ukuran yang seragam, akan menimbulkan

suara yang nyaring bila dua bata saling dipukulkan, dan berasal dari satu

produk dan langsung didatangkan dari pabrik.

Gambar 4. 21 Batu bata

e. Besi tulangan

Besi tulangan adalah besi yang dipakai untuk konstruksi beton

bertulang dengan panjang 12 m. Besi tulangan dalam konstruksi beton

bertulang berfungsi untuk menahan tegangan tarik. Kondisi fisik besi harus

baru, berwarna abu-abu, dan tidak berkarat. Semua besi tulangan yang

akan dipakai harus berasal dari produksi pabrik yang telah disetujui direksi

pengawas.

Besi tulangan harus mempunyai sertifikat asli dari pabrik dan

sertifikat hasil test. Sertifikat asli dari pabrik dan sertifikat hasil test untuk

setiap pengiriman besi tulangan yang akan digunakan dalam pekerjaan

harus diserahkan kepada Direksi/Pengawas. Sertifikat harus menunjukan

analisa kimia serta hasil uji tarik dan lengkung baja. Untuk Setiap

pengiriman, minimum dua buah contoh benda uji harus diambil secara

acak per jumlah 50.000 kg untuk masing-masing diameter, dengan panjang

47

Page 48: bab 1 - 4

48

masing-masing 100 cm dari tiap jenis ukuran dan harus diuji pada

laboratorium uji independen yang telah ditunjuk direksi pengawas. Untuk

tulangan dan beton pada proyek ini disediakan oleh kontraktor (supply by

contractor).

Gambar 4. 22 Besi tulangan

f. Bekisting

Bekisting merupakan cetakan beton lengkap dengan konstruksi

pendukung yang memungkinkan pengecoran beton sampai mengeras. Pada

proyek ini digunakan bekisting dari multipleks dengan tebal 12 mm yang

dibentuk sedemikian rupa dengan perancah kayu. Bekisting dibuat

sedemikian rupa dengan perancah-perancah/sekur-sekur yang kokoh dan

cukup kuat, sehingga pada saat pengecoran bekisting tidak mengalami

perubahan dan kerusakan/jebol.

Gambar 4. 23 Bekisting pada balok

48

Page 49: bab 1 - 4

49

g. Water stop

Water stop digunakan untuk mengantisipasi kebocoran air pada

sambungan antara beton lama dan beton baru, serta pada area yang

berhubungan dengan air.

Gambar 4. 24 Water stop

h. Stop cor

Stop cor ini merupakan anyaman kawat yang digunakan sebagai

pembatas cor beton, sehingga tidak menyebar ke area yang bukan area

pengecoran.

Gambar 4. 25 Stop cor

49

Page 50: bab 1 - 4

50

i. Perekat beton (calbon)

Perekat beton digunakan untuk merekatkan beton lama dan beton

baru. Perekat yang digunakan adalah merek am.

Gambar 4. 26 Perekat Beton

j. Bahan tambah beton

Bahan tambah beton berupa zat kimia yang ditambahkan untuk

beton khusus. Bahan tambah pada proyek Gedung Instalasi Bedah Sentral

(IBS) Terpadu adalah Fosroc Conplast WP 421. Bahan tambah ini

digunakan untuk beton integral, yaitu beton kedap air yang terletak di lift

dan area lain yg berhubungan dengan air.

Gambar 4. 27 Bahan tambah beton

k. Solar

Solar digunakan pada bekisting sebelum pengecoran dilakukan,

baik kolom ataupun dinding supaya pada waktu pengangkatan bekisting

kolom tidak menempel di tempat pengecoran.

50

Page 51: bab 1 - 4

51

Gambar 4. 29 Solar

l. Air

Air yang dimaksud disini adalah air sebagai bahan pembantu dalam

konstruksi bangunan. Air dibutuhkan untuk campuran beton, adukan spesi

dan perawatan dalam pengerasan beton guna menjamin pengerasan yang

sempurna. Persyaratan teknis air yang dipergunakan dalam proyek ini

adalah air yang bersih, tidak mengandung minyak, asam, alkali, garam-

garam, bahan organis, atau bahan lain yang dapat merusak beton atau baja

tulangan. Sebaiknya dipakai air yang dapat diminum. Air yang digunakan

pada proyek ini diambil dari air sumur dan PAM.

.

1.19TENAGA KERJA

Tenaga kerja merupakan sumber daya manusia yang memegang

peranan penting dan sangat menentukan dalam keberhasilan pelaksanaan

suatu pekerjaan. Pemilihan tenaga kerja yang tepat dan ahli akan

memperlancar proyek, menghemat biaya proyek, serta akan memberikan

mutu dan kualitas hasil pekerjaan yang baik.

I.1.20 Macam-macam Tenaga kerja

Tenaga kerja yang digunakan dalam penanganan proyek ini

terdiri atas :

51

Page 52: bab 1 - 4

52

a. Tenaga ahli

Tenaga ahli adalah tenaga yang mengelola bidang pekerjaan

yang menuntut ketelitian, misalnya perencanaan, project manager,

site engineer, staf manajemen proyek, operator alat berat, surveyor.

b. Tenaga menengah

Tenaga menengah adalah tenaga yang mengelola bidang

pekerjaan teknik dan administrasi, misal penanggung jawab

lapangan, pelaksana lapangan, juru gambar.

c. Tenaga mandor

Tenaga mandor memberi komando kepada para tenaga kasar

agar pelaksanaan pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik.

Tenaga mandor biasanya diperlukan untuk pekerjaan yang

memerlukan tenaga kasar yang banyak, misalnya pada pekerjaan

galian, pemasangan bekisting, perancah, penulangan, dan

pengecoran.

d. Tenaga tukang

Tenaga tukang meliputi tenaga ahli dalam bidangnya

berdasarkan pengalaman serta cara kerja yang sederhana.

e. Tenaga kasar

Tenaga kasar merupakan tenaga kerja yang tidak banyak

memerlukan pikiran, cukup dengan bekal kondisi badan yang sehat

dan kuat. Tenaga kasar biasanya bertanggung jawab terhadap

mandor.

I.1.21 Status Tenaga Kerja

Tenaga yang bekerja diproyek ini berdasarkan statusnya dapat

dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu tenaga kerja tetap, tenaga kerja

harian dan tenaga kerja borongan.

a. Tenaga Kerja Tetap

Tenaga kerja tetap adalah tenaga kerja yang menjadi

karyawan tetap dan menerima gaji setiap bulannya. Yang termasuk

52

Page 53: bab 1 - 4

53

dalam tenaga kerja tetap antara lain project manager, deputy

project manager, construction manager, site manager, site

engineering, field engineering, field coordinator, inspector,

progress controller, project admin, logistic, surveyor, office boy.

b. Tenaga kerja harian

Tenaga kerja harian adalah tenaga kerja yang bekerja pada

pelaksana dengan upah berdasarkan jumlah kerja atau jam kerja

yang diperolehnya.

c. Tenaga kerja borongan

Tenaga kerja borongan adalah tenaga kerja yang diperlukan

untuk mengerjakan suatu bagian pekerjaan tertentu yang

dikoordinasikan oleh mandor sebagai pimpinan kelompok dengan

upah berdasarkan volume hasil pekerjaan yang dibayar mingguan.

I.1.22 Waktu Kerja

Lama waktu pelaksanaan proyek ditentukan oleh volume

pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan waktu kerja. Waktu kerja normal

untuk pekerja lapangan yang berlaku pada proyek ini yaitu dalam satu

hari mulai pukul 08.00 WIB – 16.00 WIB dengan waktu istirahat 1 jam

pada pukul 12.00 WIB – 13.00 WIB. Waktu Kerja konsultan pengawas

atau MK 08.45 WIB – 17.00 WIB dengan waktu istirahat 1 jam pada

pukul 12.00 WIB – 13.00 WIB. Kemudian jika ada pekerjaan penting

yang harus segera diselesaikan, maka pekerjaan yang dilakukan diatas

jam kerja seharusnya dihitung sebagai waktu lembur. Hari kerja pada

proyek ini adalah 7 hari kerja tiap minggunya untuk pekerja lapangan

dan 6 hari kerja untuk konsultan pengawas atau MK dengan tambahan

jadwal piket pada hari libur.

I.1.23 Upah Tenaga Kerja

Upah tenaga kerja pada proyek pembangunan Gedung Instalasi

Bedah Sentral (IBS) Terpadu ini dibedakan sebagai berikut ini :

53

Page 54: bab 1 - 4

54

a. Upah bulanan

Upah bulanan adalah upah yang diberikan pada tenaga kerja

tetap.

b. Upah harian

Upah harian adalah upah yang diberikan pada tenaga kerja

harian dengan cara pembayaran tiap 2 minggu melalui mandor

yang mempekerjakan mereka. Besarnya upah berdasarkan jumlah

hari kerja masing-masing tenaga kerja.

c. Upah borongan

Upah borongan adalah upah berdasarkan harga satuan

borongan dan berat atau volume pekerjaan yang telah disepakati

bersama. Pembayaran upah ini melalui mandor bangunan atau bos

borongan sesuai dengan volume pekerjaan yang telah diselesaikan

dan menurut kesepakatan.

54