BAB 1 Kelompok 2.Pptx

Embed Size (px)

DESCRIPTION

fascitis plantaris

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangKesehatan merupakan salah satu hal yang sangat penting bagi manusia dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Keadaan sehat tidak hanya secara fisik semata melainkan meliputi sehat secara fisik, mental, spiritual dan sosial yang memungkinkan seseorang untuk bisa hidup secara produktif. Karenanya, demi mewujudkan masyarakat yang sehat, maka baik pemerintah maupun masyarakat perlu secara serius melakukan berbagai upaya kesehatan.Gangguan terhadap gerak dan fungsi tubuh dalam melakukan kegiatan sehari-hari dapat menyebabkan seseorang dikatakan tidak sehat. Kaki merupakan bagian tubuh yang berfungsi untuk menerima beban seluruh tubuh saat berdiri, berjalan maupun berlari. Beban tubuh diterima oleh kaki secara bergantian pada saat berjalan atau berlari. Karena merupakan pusat tumpuan, maka bagian kaki cenderung mudah mengalami gangguan, salah satunya adalah fasiitis plantaris. Fasciitis plantaris merupakan radang pada fascia plantaris yang diawali dengan adanya lesi ada jaringan lunak di tempat perlekatan apponeurosis plantaris yang terletak di bawah tuberositas calcaneus. Radang tersebut kemudian dapat menimbulkan cidera, inflamasi dan nyeri ada fascia plantaris (Lawson, 2007) Masalah atau keluhan yang sering dijumpai ada pasien dengan fasciitis plantaris adalah nyeri pada awal gerakan baik saat berdiri maupun saat berjalan. Nyeri dapat memunculkan masalah lain yakini imobilisasi yang lebih jauh lagi, nantiya mengganggu produktifitas dan menurunkan kualitas hidup.Penyebab tersering terjadinya fasciitis plantaris adalah stres biomekanik pada fascia plantaris dan tuberositas calcaneal. Kelebihan bebean mekanik pada fascia plantaris antara lain dapat disebabkan oleh anatomi kaki (flat foot) obesitas, pekerjaan, serta akibat menggunaan sepatu yang tidak tepat (Thomas, 2010).Tenaga medis dalam hal ini berperan dalam memberikan tatalaksana fasciitis plantaris. Peranan tenaga medis antara lain membantu pasien mengurangi nyeri sedini mungkin dengan terapi medikamentosa, memberikan fisioterapi serta menganalisis faktor penyebab serta melakukan terapi berupa tindakan operasi juka diperlukan. Fisioterapi dapat diberikan pada pasien dengan fasciitis plantaris karena terbukti dapat mengurangi nyeri dalam jangka pendek dan meningkatkan fleksibilitas sendi (Thomas, 2008)

B. Rumusan Masalah1. Bagaimanakah patofisiologi terjadinya fasciitis plantaris?2. Apa saja manifestasi klinis fasciitis plantaris?3. Bagaimanakah penegakan diagnosis fasciitis plantaris berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang?4. Tatalaksana apa saja yang dapat diberikan pada pasien dengan fasciitis plantaris?5. Bagaimanakan peran fisioterapi dalam membantu meningkatkan kualitas hidup pasien dengan fasciitis plantaris?

C. Tujuan1. Mengetahui patofisiologi terjadinya fasciitis plantaris2. Mengetahui manifestasi klinis yang terjadi pada fasciitis plantaris3. Mengetahui penegakan diagnosis fasciitis plantaris berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang4. Mengetahui tatalaksana yang dapat diberikan pada pasien dengan fasciitis plantaris5. Mengetahui peran fisioterapi dalam membantu meningkatkan kualitas hidup pasien dengan fasciitis plantaris

D. ManfaatUntuk memperbaiki pengetahuan dalam memberikan solusi pemecahan masalah mengenai latihan yang tepat untuk meningkatkan lingkup gerak sendi dan mengurangi nyeri pada pasien dengan fasciitis plantaris

DAPUSLawson,Kari . 2007. Standard of Care: Plantar Fasciitis . Brighamand Womens HospitalDepartment of Rehabilitation Services Physical Therapy hal : 1

Thomas JL et al. 2010. The Diagnosis and Treatmen of Heel Pain: a clinical practice guideline.The Journal of Foot & Ankle Surgery 49: S1S19

Thomas GM et al. 2008. Heel Pain-Plantar Fasciitis: Clinical guidelines Linked to the International Classification of Functioning, Disability and Health from the Orthopaedic Section of the American Phisical Therapy Association. Journal of Orthopaedic and Sport Physical Therapy 38 (4): A1-18