Upload
hoanganh
View
213
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi alam besar dan
berusaha memanfaatkan kekayaan alam tersebut dengan mengembangkan
sektor industri. Perkembangan sektor industri tersebut mendorong
pemerintah Indonesia mengeluarkan regulasi dalam bidang ketenagakerjaan,
termasuk pengaturan masalah K3 (UU No. 1 tahun 1970) dan peraturan
Menteri Tenaga Kerja No.PER.05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). Kepedulian perusahaan untuk
menerapkan program kesehatan dan keselamatan kerja (K3) melalui SMK3
mulai berkembang seiring dengan kebutuhan konsumen dan isu persaingan
global yang tidak hanya sebatas kualitas barang dan jasa tetapi juga kepedulian
yang tinggi terhadap keselamatan dan kesehatan pekerja, masyarakat dan
lingkungan.
Menurut Mangkunegara (2002), keselamatan dan kesehatan kerja
adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan
kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khusunya,
dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju
masyarakat yang adil dan makmur (Alhamda & Sriani, 2015). Keselamatan
dan Kesehatan Kerja harus benar-benar diterapkan dalam suatu perusahaan,
pengawasan tidak hanya terhadap mesin saja tetapi yang lebih penting
terhadap manusianya. Hal ini dilakukan karena manusia adalah faktor yang
paling penting dalam suatu proses produksi. Manusia sebagai tenaga kerja
yang akan selalu berhadapan dengan resiko kerja yang antara lain dalam
2
bentuk kecelakaan kerja yang berdampak, cacat bahkan sampai meninggal.
Kecelakan kerja adalah situasi yang tidak diinginkan dan dapat mengakibatkan
kerugian manusia (sakit, cedera, bahkan kematian) dan kerusakan properti,
serta kerugian dalam proses (Frank E.Bird. Jr dalam Kusumaningrum, 2009).
Suatu cedera bahkan kematian yang terjadi setiap tahun nya selalu
meningkat baik ditinjau dari skala dunia maupun skala nasional. Menurut data
International Labour Organitation (ILO) pada tahun 2014, diperkirakan sebanyak
337 juta terjadi kecelakaan kerja dan 2,3 juta kematian akibat kerja terjadi
setiap tahunnya (ILO, 2014). Sedangkan Menurut data Kementrian
Kesehatan pada tahun 2014 sebanyak 24.910 jumlah kasus kecelakaan akibat
kerja dan untuk jumlah kasus penyakit yang ditimbulkan akibat kerja
sebanyak 40.694 . Bahkan menurut penelitian World Economic Forum tahun
2006, angka kematian akibat kecelakaan di indonesia mencapai 17-18 untuk
setiap 100.000 pekerja (Ramli, 2010).
Melihat besarnya angka kecelakaan kerja tersebut maka harus
diselenggarakan pengendalian resiko salah satunya yaitu berupa penggunaan
alat pelindung diri (APD). Berbagai upaya untuk mencegah kecelakaan kerja
dan melindungi tenaga kerja dengan penggunaan APD namun masih
seringkali ditemukan tenaga kerja yang tidak patuh dalam menggunakan
APD. Menurut Sari dalam Putri (2014) menyebutkan dalam penelitiannya
bahwa 26,3 % tenaga kerja yang jarang menggunakan APD pernah
mengalami kecelakaan kerja saat bekerja. Hal ini berarti kepatuhan dalam
menggunakan APD juga memiliki hubungan untuk terjadinya kecelakaan
kerja.
3
Kepatuhan dalam menggunakan alat pelindung diri merupakan suatu
sikap dan perilaku para pegawai atau karyawan untuk selalu menggunakan alat
pelindung diri. Faktor yang mempengaruhi kepatuhan terdiri dari faktor
internal dan eksternal. Faktor internal antara lain meliputi usia, lama kerja,
tingkat pendidikan, motivasi dan persepsi, sedangkan faktor eksternal antara
lain meliputi imbalan, kepemimpinan, pengembangan karir, dan supervisi
(Gibson dan James, 2000).
Salah satu faktor yang lebih cenderung mempengaruhi kepatuhan
para pegawai atau karyawan dalam menggunakan APD adalah faktor internal
dari pekerja yaitu persepsi. Persepsi merupakan bentuk penilaian satu orang
dalam menghadapi rangsangan yang sama tetapi dalam kondisi lain akan
menimbulkan persepsi berbeda (Suprihanto, 2003). Persepsi dibagi menjadi
dua yaitu persepsi positif dan persepsi negatif. Suatu persepsi positif dapat
diterima jika sesuai dengan penghayatan dan dapat diterima secara rasional
dan emosional atau menyukai dan menanggapi sesuai dengan objek yang
dipersepsikan sedangkan persepsi negatif berlawanan dengan persepsi positif
yaitu tidak dapat menyukai dan menganggapi sesuai dengan objek yang
dipersepsikan. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan jika seseorang
karyawan yang tidak patuh menggunakan APD saat bekerja maka orang
tersebut memiliki persepsi negatif terhadap kebijakan perusahaan.
Kebijakan Perusahaan terkait K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
merupakan syarat dasar dalam membangun Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja untuk menjamin kesehatan dan keselamatan kerja
seluruh karyawan di tempat kerja. Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3) meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung
4
jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumberdaya yang dibutuhkan bagi
pengembangan, penerapan, pencapaian dan pengkajian dan pemeliharaan
kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko
yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang
aman, efesien dan produktif (Ramli, 2010).
Menurut OHSAS (occupational health and safety management system) 18001:
2007 pada klausal 4.2 tentang kebijakan K3 mensyaratkan bahwa manajemen
suatu perusahaan harus menerapkan kebijakan K3 dan memastikan dalam
ruang lingkup sistem manajemen K3 sebagai berikut : Sesuai dengan sifat dan
besar resiko K3 organisasi, mencakup komitmen untuk peningkatan
berkelanjutan termasuk adanya komitmen untuk sekurangnya memenuhi
perundangan K3 yang berlaku dan persyaratan lainnya yang berkaitan dengan
bahaya K3, memberikan kerangka untuk menetapkan dan meninjau ulang
objek K3, didokumentasikan, diimplementasikan dan dipelihara,
dikomunikasikan kepada seluruh pekerja dengan maksud agar pekerja
memahami kewajiban K3 dan perannya dalam K3, tersedia untuk pihak lain
yang terkait, dan di tinjau ulang secara berkala untuk memastikan masih
relevan dan sesuai bagi organisasi. Dengan menerapkan kebijakaan
perusahaan terkait occupational health and safety (OHS) salah satunya yaitu
mewajibkan para karyawan memakai alat pelindung diri saat bekerja sebagai
komitmen untuk membantu mengurangi angka kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja serta memberikan sanksi yang tegas jika para karyawan melanggar
kebijakan perusahaan yaitu tidak menggunakan APD sesuai standart pada saat
bekerja di PT X Malang khususnya pada bagian produksi.
5
PT. X adalah perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan kaca
pengaman untuk bangunan, industri, dan karoseri. Beroperasi sejak tahun
1997 dan berlokasi di Singosari, Kabupaten Malang Jawa Timur. PT.X
memperkejakan sekitar 300 karyawan yang bekerja setiap harinya. PT.X
Malang mempunyai 5 bagian yang terstruktur didalamnya diantaranya, bagian
produksi, bagian bengkel, bagian gudang, ekspedisi dan bagian kantor akan
tetapi peneliti hanya fokus pada 1 bagian saja yaitu bagian produksi, pada
bagian produksi berhubungan dengan menghasilkan produk sampai produk
siap dikirim ke pembeli. Bagian produksi sendiri memiliki 8 bagian
diantaranya yaitu bagian pemotongan kaca, bagian bym, bagian printing,
bagian gosok mesin, bagian gosok manual, bagian laminete, bagian bor dan
bagian refisi. Bagian produksi berpotensi mengalami kecelakaan kerja yang
berupa tergores kaca, menginjak kaca, terjepit kaca serta kejatuhan kaca.
Berdasarkan dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti
bulan Oktober 2015 kepada bapak Edi selaku HRD dan kepada beberapa
karyawan yang bekerja di PT.X, mereka mengatakan bahwa di tahun 2015
mulai bulan Januari sampai bulan Oktober pada bagian produksi terjadi
kecelakaan kerja berjumlah sekitar 175 karyawan yaitu 170 karyawan
mengalami luka ringan seperti tergores kaca dan 5 karyawan mengalami luka
berat yaitu menginjak kaca, terjepit kaca dan juga kejatuhan kaca..
Berdasarkan informasi yang didapatkan oleh peneliti jika luka yang diterima
ringan mereka melakukan perawatan sediri ataupun dibantu oleh satpam
dengan menggunakan kotak P3K (Pertolongan Pertama pada Kecelakaan)
namun jika luka yang diterima berat, karyawan dirujuk ke rumah sakit dengan
biaya ditanggung oleh perusahaan. Perusahaan menyediakan alat pelindung
6
diri lengkap seperti masker, helm kerja, gloves, sepatu dan baju pelindung
selain itu perusahaan juga memberikan training kepada setiap karyawan baru
tentang pentingnya menggunakan alat pelindung diri dan cara
mengoperasikan mesin atau alat lainnya yang digunakan saat bekerja.
Perusahaan memiliki kebijakan yang mengharuskan setiap karyawan untuk
menggunakan alat pelindung diri saat bekerja namun karena kebijakan yang
tertempel tidak permanen maka sebagian pekerja mengaku tidak mengetahui
adanya kebijakan tersebut namun sebagian karyawan mengaku bahwa mereka
mengetahuinya.
Adanya kebijakan dalam perusahaan tersebut menimbulkan persepsi
yang berbeda-beda pada karyawan, dan seseorang akan bertindak berdasarkan
persepsinya. Dalam mempersepsikan sesuatu karyawan harus mengetahui apa
yang akan dipersepsikan. Seorang karyawan yang memiliki persepsi positif
tentang adanya kebijakan perusahaan, maka mereka akan patuh dalam
menggunakan APD saat bekerja karenadengan menggunakan APD saat
bekerja mereka merasa aman, selamat, nyaman serta terjaga keselamatan dan
kesehatan dalam bekerja.
Para karyawan mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi
terjadinya persepsi adalah dari faktor individu dari diri mereka sendiri yang
berbeda dalam mempersepsikan kebijakan selain itu dari faktor lingkungan
karena sebagian besar pekerja di perusahaan tidak menggunakan alat
pelindung diri saat bekerja dan juga faktor lama kerja, mereka beranggapan
jika selama bekerja beberapa tahun di perusahaan mereka tidak pernah
mengalami kecelakaan kerja walaupun tidak menggunakan alat pelindung diri
7
saat bekerja. hal ini lah yang dapat mempengaruhi persepsi pekerja terhadap
kebijakan perusahaan.
Berdasarkan latar belakang diatas mendasari peneliti untuk melakukan
penelitian persepsi pekerja tentang kebijakan perusahaan terkait occupational
health and Safety terhadap kepatuhan dalam penggunaan APD saat bekerja di
bagian produksi PT X Malang.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka akan
diketahui tentang bagaimana persepsi pekerja tentang kebijakan perusahaan
terkait occupational health and Safety terhadap kepatuhan dalam penggunaan APD
pada saat bekerja di bagian produksi PT X Malang?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi
pekerja tentang kebijakan perusahaan terkait occupational health and Safety
terhadap kepatuhan dalam penggunaan APD pada saat bekerja di bagian
produksi PT X Malang.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui persepsi pekerja terhadap peraturan atau kebijakan perusahaan
terkait occupational health and Safety di bagian produksi PT X Malang.
2. Mengidentifikasi kepatuhan para pekerja dalam penggunaan APD pada saat
bekerja di bagian produksi PT X Malang.
8
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian ini berguna bagi
perkembangan ilmu kesehatan khususnya pada bidang keperawatan
komunitas/masyarakat (public healt) dalam meningkatkan peran tenaga
kesehatan komunitas/masyarakat yang utama yaitu pelayanan promotif dan
preventif secara berkesinambungan salah satunya adalah dengan meningkatkan
kesadaran akan perilaku patuh para karyawan di bagian produksi PT X
Malang.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Peneliti
Untuk meningkatkan pengetahuan peneliti dan dapat memberikan
informasi mengenai persepsi pekerja tentang kebijakan perusahaan terkait
Occupational Health and Safety terhadap kepatuhan penggunaan APD pada saat
bekerja di bagian produksi PT X Malang.
2. Bagi Pekerja di Perusahaan
Bagi karyawan sebagai pengetahuan tentang penggunaan APD sesuai
standart sehingga meningkatkan kepatuhan karyawan dalam menggunakan
APD saat bekerja untuk mengurangi angka terjadinya kecelakaan kerja.
3. Bagi PT X
Sebagai informasi baru tentang resiko pekerja lapangan sehingga
meningkatkan Occupational Health and Safety pada pegawainya dan juga
peningkatan kualitas kerja dengan meningkatnya penerapan SOP (Standard
Operating Procedures) penggunaan alat pelindung diri yang sesuai standart
kesehatan para pegawainya.
9
4. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan kajian dan diskusi
dalam bidang mata kuliah keperawatan komunitas, khusunya peningkatan
penggunaan alat pelindung diri untuk mengurangi angka terjadinya kecelakaan
kerja.
5. Bagi peneliti lain
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan informasi bagi
penelitian lain yang akan mengembangkan topik yang berkaitan dengan
penggunaan APD.
1.6 Keaslian Penelitian
1. Penelitian Riyadina (2008)
Woro Riyadina (2008), dengan judul penelitian Cedera Akibat Kerja
pada Pekerja Industri di Kawasan Industri Pulo Gadung Jakarta. Variabel
dalam penelitian ini adalah cedera akibat kerja. Jenis penelitian ini adalah
operasional riset dengan rancangan penelitian cross-sectional. Responden
adalah 950 orang pekerja di bagian produksi yang berusia 15-55 tahun yang
bekerja pada tujuh perusahaan di kawasan industri Pulo Gadung. Data
dikumpulkan dengan metode wawancara dengan kuesioner. Mayoritas cedera
akibat kerja pada pekerja industri adalah luka terbuka (37,2%), lecet atau
superfisial (29,6%) dan cedera mata (14,8). Bagian tubuh yang mengalami
cedera didominasi oleh cedera sendi-pinggul- tungkai atas (40,2%), kepala
(24,8%) dan pergelangan tangan (14,3%). Penyebab cedera terbanyak adalah
tertusuk (43,1%) pada industri garmen dan mata kemasukan serpihan logam/
gram (10%) pada industri baja. Kepatuhan memakai APD pada pekerja
68,1% tetapi belum lengkap dan benar. Pemakaian APD pada pekerja industri
10
ini berhubungan bermakna (p<0.05) dengan terjadinya cedera akibat kerja
dengan risiko 2,2 kali (95% CI 1,59-3,06). Disimpulkan Proporsi cedera
akibat kerja pada pekerja industri masih tinggi sehingga perlu ditingkatkan
kepedulian, kepatuhan pemakaian APD secara lengkap dan benar serta
menyempurnakan desain APD agar nyaman dan ergonomis. Perbedaan
dengan penelitian yang dilakukan sekarang yaitu terletak pada variabel
penelitian yang digunakan, dimana penelitian terdahulu menggunakan variabel
yaitu cedera akibat kerja dan obyek penelitian yang digunakan yaitu pekerja di
Industri di Kawasan Industri Pulo Gadung Jakarta.
2. Penelitian Putri dan Denny (2014)
Hasil penelitian Kartika Dyah Sertiya Putri dan Yustinus Denny A.W
(2014), dengan judul penelitian Analisis Faktor yang Berhubungan dengan
Kepatuhan Menggunakan Alat Pelindung Diri di unit produksi alumunium
sulfat PT.Liku Telaga Gresik. Variabel dalam penelitian ini adalah faktor yang
berhubungan dengan kepatuhan menggunakan alat pelindung diri diukur dari
pendidikan, sikap terhadap kebijakan, umur, masa kerja, pengetahuan, motivasi,
kepribadian, pelatihan, komunikasi dan ketersediaan APD. Penelitian ini
bersifat observasional analitik, dengan desain cross sectional. Subyek penelitian
ini adalah total populasi yaitu 114 tenaga kerja. Data yang tersedia disajikan
dalam bentuk distribusi frekuensi dan tabulasi silang kemudian dianalisis secara
statistik chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar tenaga
kerja patuh menggunakan APD di tempat kerja. Hasil analisis statistik
menunjukkan bahwa pendidikan (p=0,005; r=0,336) dan sikap terhadap
kebijakan (p=0,045; r=0,233) sebagai faktor yang berhubungan signifikan
dengan kepatuhan menggunakan APD dan memiliki kuat hubungan rendah.
11
Umur (p=1) masa kerja (p=1), pengetahuan (p=0,483), motivasi (p=1),
kepribadian (p=0,464), pelatihan (p=0,559), komunikasi (p=0,72) dan
ketersediaan APD (p=0,652) tidak berhubungan dengan kepatuhan
menggunakan APD. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan sekarang
yaitu terletak pada variabel penelitian yang digunakan, dimana penelitian
terdahulu menggunakan variabel yaitu mengenai faktor yang berhubungan
kepatuhan karyawan dan obyek penelitian yang digunakan yaitu karyawan di
unit produksi alumunium sulfat PT.Liku Telaga Gresik.
3. Penelitian Tanko dan Anigbogu (2012)
B. L Tanko and N.A. Anigbogu (2012), dengan judul penelitian yaitu
penggunaan alat pelindung diri di tempat kejadian kontruksi di Nigeria.
Variabel yang diteliti yaitu penggunaan Alat Pelindung Diri di tempat kerja
diukur dariketersediaan, pemeliharaan, kemudahan digunakan, dan juga
pelatihan dalam menggunakan APD. Terdapat sebanyak 120 kuesioner
dibagikan pada para karyawan dan 90 kuesioner dikembalikan dan
dipergunakan untuk menganalisa data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sebagian pekerja memahami manfaat penggunaan APD saat bekerja yaitu dapat
melindungi diri dari kecelakaan, cedera dan penyakit akibat kerja. Namun,
dibutuhkan solusi untuk mengatasi kenyamanan penggunaan APD agar tidak
menganggu karyawan saat bekerja. Kebijakan dan peraturan sehubungan
dengan penggunaan APD juga perlu ditingkatkan dan di
implementasikan.Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan sekarang yaitu
terletak pada variabel penelitian yang digunakan, dimana penelitian terdahulu
menggunakan variabel yaitu mengenai penggunaan APD saat bekerja dan
obyek penelitian yang digunakan yaitu karyawan kontruksi di Nigeria.
12
4. Penelitian Kesanda (2012)
Maulida Miranti Kesanda (2012), dengan judul penelitian Persepsi
Pekerja PT.X terhadap faktor yang mempengaruhi kejadian kecelakaan di
tempat kerja. Variabel dalam penelitian ini adalah persepsi pekerja dan faktor
yang mempengaruhi kejaian kecelakaan kerja. Penelitian ini mengacu pada teori
human factors yaitu model SHEL (Software, Hardware, Enivironment,
Liveware) yang mana kecelakaan dipengaruhi oleh adanya peraturan, mesin,
lingkungan dan manusia. Desain penelitian ini menggunakan cross sectional
dengan metode pengumpulan data primer (kuesioner dan wawancara) dan data
sekunder. Pengambilan sampel menggunakan tekhnik simple random sampling.
Sampel yang diteliti adalah pekerja di PT.X yang berada di daerah Jakarta
Pusatdan Cilegon. Sample ini diambil dari 96 responden yang mengisi
kuesioner dan 6 orang yang di wawancarai. Hasil penelitian yang dilakukan
dengan penyebaran kuesioner menunjukkan sebanyak 52,1% pekerja memiliki
persepsi tidak setuju terhadap peraturan sebagai faktor yang mempengaruhi
kejadian kecelakaan kerja, sebanyak 68,8% pekerja memiliki persepsi tidak
setuju terhadap manusia sebagai faktor kecelakaan kerja. Namun sebanyak
96,6% pekerja memiliki persepsi setuju terhadap peralatan dan lingkungan
sebagai faktor yang mempengaruhi kejadian kecelakaan ditempat kerja.
Sedangkan hasil wawancara, empat sampai lima orang mengatakan bahwa
faktor peraturan, peralatan, lingkungan, dan manusia dapat mempengaruhi
kejadian kecelakaan kerja. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan
sekarang yaitu terletak pada variabel penelitian yang digunakan, dimana
penelitian terdahulu menggunakan variabel yaitu persepsi pekerja dan objek
13
penelitian yang digunakan yaitu pekerja di PT.X yang berada di daerah Jakarta
Pusat dan Cilegon.
5. Penelitian Prasetyo (2015)
Eko Prasetyo (2015), dengan judul penelitian Pengaruh Pengetahuan,
Sikap, dan Ketersediaan Alat Pelindung Diri (APD) terhadap Kepatuhan dalam
Menggunakan APD di Unit Coanting PT.Pura Barutama Kudus. Variabel
dalam penelitian ini adalah dari pengaruh pengetahuan, sikap, dan ketersedian
Alat Pelindung diri dan variabel kepatuhan menggunakan APD. Berdasarkan
survei pertama yang dilakukan oleh penulis untuk 20 pekerja dalam produk
subdivisi di Coating Unit PT. Pura Barutama Kudus tentang kedisiplinan dalam
menggunakan APD, hasil dari pengamatan di lapangan mendapatkan 17 (85%)
pekerja tidak menggunakan APD saat bekerja dan 3 (15%) pekerja
menggunakan APD saat bekerja. Desain penelitian ini adalah penggunaan
proyek perencanaan survei Regresi Logistik untuk studi pengaruh dinamis
antara faktor risiko (pengetahuan, sikap, penghargaan dan hukuman, dan
ketersediaan APD) dengan efek (disiplin menggunakan APD) dengan
pengamatan cara pendekatan atau mengumpulkan data dalam satu waktu
(pendekatan waktu titik), sampel yang digunakan adalah sekitar 65 pekerja
dalam produk subdivisi. Hasil uji statistik dengan Regresi Logistik Test,
pengaruh antara pengetahuan variabel dengan disiplin menggunakan APD
mendapatkan p-value = 0,000; sikap dengan disiplin menggunakan APD
mendapatkan p-value = 0,000; dan ketersediaan APD dengan kedisiplinan
menggunakan APD mendapatkan p-value = 0,009. Ada pengaruh antara
variabel independen pengetahuan, sikap, penghargaan dan hukuman, dan juga
ketersediaan APD dengan variabel dependen adalah kedisiplinan pekerja
14
menggunakan APD dalam produk subdivisi di unit Coating di PT. Pura
Barutama Kudus. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan sekarang yaitu
terletak pada variabel penelitian yang digunakan, dimana penelitian terdahulu
menggunakan variabel yaitu mengenai kepatuhan karyawan dan obyek
penelitian yang digunakan yaitu pekerja di Unit Coanting PT.Pura Barutama
Kudus.
6. Penelitian Njoulou, Desmarais dan Perusse (2015)
Fidele Njoulou, Lise Desmarais, Michel Perusse (2015), dengan judul
penelitianTanggung jawab manager untuk Keselamatan dan Kesehatan Kerja:
Tantangan, Masalah dan Pendekatan. Tujuan utama adalah untuk
mengidentifikasi pendekatan ke OHSIR. Untuk mencapai tujuan ini, gambaran
sastra didirikan. Hasil menunjukkan adanya empat pendekatan sistem tanggung
jawab internal yaitu : 1) pendekatan regulasi, 2) pendekatan ekonomi, 3) sistem
kesehatan dan manajemen keselamatan kerja, dan, 4) pendekatan
pembangunan berkelanjutan: model perkembangan. Studi ini menunjukkan
kekuatan dan batas-batas masing-masing pendekatan dan menyarankan
pendekatan kolaboratif baru yang akan menyelaraskan faktor keberhasilan
pendekatan di atas disajikan. Hal ini mengusulkan untuk mengembangkan
model dan pada saat yang sama, akan menghargai peran penengah eksternal,
pentingnya insentif ekonomi, dan komitmen manajer dan partisipasi pekerja
dalam konteks organisasi terlibat dalam dialog sosial yang konstruktif tentang
OHSIR. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan sekarang yaitu terletak
pada variabel penelitian yang digunakan, dimana penelitian terdahulu
menggunakan variabel yaitu mengenai tanggung jawab manager dan obyek
penelitian yang digunakan yaitu pekerja.
15
7. Penelitian Susihono dan Rini (2013)
Wahyu Susihono, Feni Akbar Rini (2013) dengan judul penelitian
Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) dan
Identifiksasi Potensi Bahaya Kerja. Variabel dalam penelitian ini adalah
penerapan Sistem manajemen K3 dan identifikasi potensi bahaya kerja.
Penelitian ini menggunakan pendekatan metode HIRA dan FTA. Hasil yang
diperoleh menunjukkan bahwa penerapan SMK3 telah sesuai dengan undang-
Undang yang berlaku, namun nilai resiko potensi bahaya bagian fluid utility
menunjukkan tingkat keparahan bahaya kerja kecil dan kemungkinan
terjadinya potensi bahaya kerja juga kecil, nilai kategori potensi bahaya kerja
perlu dikendalikan dengan prosedur rutin. Faktor penyebab potensial
terjadinya potensi bahaya adalah suara mesin bising, Standard Operational
procedure (SOP) belum terpasang secara ergonomis, terdapat benda asing
yang menghalangi jalan, temperatur ruangan meningkat 50C dari temperatur
normal. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan sekarang yaitu terletak
pada variabel penelitian yang digunakan, dimana penelitian terdahulu
menggunakan variabel yaitu mengenai penerapan SMK3 dan identifikasi
bahaya dan obyek penelitian yang digunakan yaitu pekerja.
8. Penelitian Supriyanto, Wiguna dan Irawan (2015)
Agus Supriyanto, Putu Artama Wiguna, dan Isa Irawan (2015),
dengan judul penelitian Analisis Faktor Persepsi Keselamatan Kerja
Supervisor Pada Proyek Minyak dan Gas Bumi: Studi Kasus Proyek
Konstruksi PT. XYZ Balik Papan. Variabel dalam penelitian ini adalah faktor
persepsi keselamatan kerja supervisor. Populasi penelitian adalah para
Karyawan tingkat Penyelia (Supervisor) di lapangan yang berjumlah lebih dari
16
70 personel. Pengambilan sampel dilakukan secara acak, melibatkan semua
lini area kerja. Jumlah kuesioner yang dikirim dan yang kembali dari
responden kemudian dilakukan analisa. Kuisioner mengacu dan mengadaptasi
pada kuesioner yang dikeluarkan oleh UK HSE Comittee ”Summary guide to
safety climate tool” tahun 1996. Penelitian bertujuan untuk mendapatkan faktor-
faktor dominan penerimaan persepsi keselamatan dari Supervisor terhadap
faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan sistem K3. Faktor-faktor
dominan tersebut dikelompokkan dan diharapkan menjadi parameter
tindakan lanjut untuk perbaikan dan pengembangan sistem K3 di Perusahaan.
Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan sekarang yaitu terletak pada
variabel penelitian yang digunakan, dimana penelitian terdahulu
menggunakan variabel yaitu mengenai faktor persepsi keselamatan kerja
supervisor dan obyek penelitian yang digunakan yaitu pekerja di Konstruksi
PT. XYZ Balik.