71
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I 2009 5 BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL 1.1. KONDISI UMUM Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan melambat sebesar -0,89% (y-o-y) di triwulan I-2009, sedangkan triwulan sebelumnya masih tumbuh di level 3,05%. Kinerja ekspor yang diperkirakan melambat sebesar -5,5% masih menjadi penyebab utama koreksi pertumbuhan di triwulan laporan. Kondisi tersebut sangat dipengaruhi oleh kesulitan finansial bahkan resesi yang dialami sebagian besar negara-negara prinsipal, seperti AS, Jepang, Eropa dan Singapura. Selain itu, realisasi investasi barang modal diperkirakan tumbuh terbatas setelah tahun 2008 mencapai tingkat pertumbuhan 30%. Meski demikian, tren menguatnya nilai tukar Rupiah serta penurunan harga komoditas internasional berkontribusi positif dalam menahan laju penurunan konsumsi lebih lanjut. Dari sisi produksi, perlambatan ekonomi Kepulauan Riau didorong oleh melemahnya pertumbuhan di 3 sektor utama, yaitu sektor Industri Pengolahan, sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, serta sektor Bangunan. Penurunan daya beli global berpengaruh signifikan terhadap turunnya permintaan barang-barang manufaktur yang diproduksi di Kepulauan Riau, khususnya kota Batam. Rata-rata penurunan utilisasi produksi bahkan telah mencapai 30% - 50%. Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Sektoral dan Penggunaan (yoy) Grafik 1.1. Struktur Perekonomian Kepulauan Riau 2009 III IV I II III IV* I** SEKTOR EKONOMI 1. Pertanian 6.77% 10.44% 8.37% 5.78% 2.18% -0.72% 0.08% 2. Pertambangan & Penggalian -2.28% -2.91% -1.89% -2.99% -2.85% -3.09% -1.29% 3. Industri Pengolahan 5.86% 6.35% 5.56% 6.35% 4.67% 1.78% -3.72% 4. Listrik, Gas & Air Bersih 6.07% 9.06% 13.49% 12.34% 5.12% 1.65% -0.73% 5. Bangunan 32.31% 46.12% 45.93% 42.58% 28.52% 24.03% 14.81% 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 8.60% 9.07% 10.52% 10.37% 8.36% 2.21% -0.87% 7. Pengangkutan & Komunikasi 11.36% 15.32% 18.56% 16.34% 13.84% 9.64% 5.71% 8. Keuangan, Persewaan & Jasa P'an 10.12% 11.51% 11.69% 10.69% 9.59% 7.10% 6.12% 9. Jasa-Jasa 13.81% 20.07% 20.57% 17.47% 14.77% 10.36% 8.29% KOMPONEN PENGGUNAAN 1. Konsumsi Rumah Tangga 16.03% 19.58% 23.04% 17.48% 18.59% 17.45% 11.42% 2. Konsumsi Lembaga Swasta 11.29% 15.26% 16.74% 11.26% 11.94% 13.91% 15.59% 3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 16.07% 20.67% 18.06% 13.30% 9.15% 13.01% 14.54% 4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 9.94% 17.96% 26.50% 34.38% 31.22% 25.72% 9.25% 5. Ekspor Barang dan Jasa 157.09% -0.50% 7.07% 5.88% 0.60% -1.39% -5.50% 6. Impor Barang dan Jasa 15.55% 13.06% 12.95% 15.59% 23.46% 19.57% 16.42% P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% 2007 2008

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO … Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I ‐ 2009 8 Daya beli masyarakat petani relatif meningkat didorong oleh kenaikan harga beberapa

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO … Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I ‐ 2009 8 Daya beli masyarakat petani relatif meningkat didorong oleh kenaikan harga beberapa

 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan I ‐ 2009 

5

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

1.1. KONDISI UMUM

Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan

Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

melambat sebesar -0,89% (y-o-y) di triwulan I-2009, sedangkan triwulan sebelumnya masih

tumbuh di level 3,05%. Kinerja ekspor yang diperkirakan melambat sebesar -5,5% masih

menjadi penyebab utama koreksi pertumbuhan di triwulan laporan. Kondisi tersebut sangat

dipengaruhi oleh kesulitan finansial bahkan resesi yang dialami sebagian besar negara-negara

prinsipal, seperti AS, Jepang, Eropa dan Singapura. Selain itu, realisasi investasi barang modal

diperkirakan tumbuh terbatas setelah tahun 2008 mencapai tingkat pertumbuhan 30%.

Meski demikian, tren menguatnya nilai tukar Rupiah serta penurunan harga komoditas

internasional berkontribusi positif dalam menahan laju penurunan konsumsi lebih lanjut.

Dari sisi produksi, perlambatan ekonomi Kepulauan Riau didorong oleh melemahnya

pertumbuhan di 3 sektor utama, yaitu sektor Industri Pengolahan, sektor Perdagangan, Hotel

dan Restoran, serta sektor Bangunan. Penurunan daya beli global berpengaruh signifikan

terhadap turunnya permintaan barang-barang manufaktur yang diproduksi di Kepulauan

Riau, khususnya kota Batam. Rata-rata penurunan utilisasi produksi bahkan telah mencapai

30% - 50%.

Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Sektoral dan Penggunaan (yoy)

Grafik 1.1. Struktur Perekonomian Kepulauan Riau

2009III IV I II III IV* I**

SEKTOR EKONOMI1. Pertanian 6.77% 10.44% 8.37% 5.78% 2.18% -0.72% 0.08%2. Pertambangan & Penggalian -2.28% -2.91% -1.89% -2.99% -2.85% -3.09% -1.29%3. Industri Pengolahan 5.86% 6.35% 5.56% 6.35% 4.67% 1.78% -3.72%4. Listrik, Gas & Air Bersih 6.07% 9.06% 13.49% 12.34% 5.12% 1.65% -0.73%5. Bangunan 32.31% 46.12% 45.93% 42.58% 28.52% 24.03% 14.81%6. Perdagangan, Hotel & Restoran 8.60% 9.07% 10.52% 10.37% 8.36% 2.21% -0.87%7. Pengangkutan & Komunikasi 11.36% 15.32% 18.56% 16.34% 13.84% 9.64% 5.71%8. Keuangan, Persewaan & Jasa P'an 10.12% 11.51% 11.69% 10.69% 9.59% 7.10% 6.12%9. Jasa-Jasa 13.81% 20.07% 20.57% 17.47% 14.77% 10.36% 8.29%

KOMPONEN PENGGUNAAN1. Konsumsi Rumah Tangga 16.03% 19.58% 23.04% 17.48% 18.59% 17.45% 11.42%2. Konsumsi Lembaga Swasta 11.29% 15.26% 16.74% 11.26% 11.94% 13.91% 15.59%3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 16.07% 20.67% 18.06% 13.30% 9.15% 13.01% 14.54%4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 9.94% 17.96% 26.50% 34.38% 31.22% 25.72% 9.25%5. Ekspor Barang dan Jasa 157.09% -0.50% 7.07% 5.88% 0.60% -1.39% -5.50%6. Impor Barang dan Jasa 15.55% 13.06% 12.95% 15.59% 23.46% 19.57% 16.42%

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89%

2007 2008

Page 2: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO … Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I ‐ 2009 8 Daya beli masyarakat petani relatif meningkat didorong oleh kenaikan harga beberapa

 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan I ‐ 2009 

6

Kuatnya interaksi antara provinsi Kepulauan Riau dengan Singapura semakin terlihat

dari pola historis pertumbuhan ekonomi kedua wilayah. Perekonomian Singapura yang

mengalami resesi sejak akhir tahun 2008 diperkirakan semakin memburuk di triwulan awal

2009 dengan melambat -11,5%. Kondisi tersebut diduga turut berperan terhadap

pertumbuhan negatif sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran di periode ini.

Sumber : Bank Indonesia Batam & MTI Singapore (diolah) *) Angka Sementara

Sumber : Kurs Tengah Bank Indonesia

Grafik 1.2. Perkembangan Kurs IDR terhadap USD dan SGD

Grafik 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Kepri. &Singapura (y-o-y)

Krisis 1997/ 1998 

Krisis 2007/ 2008 

Grafik 1.4. Perkembangan Harga Minyak Dunia (WTI)

Sumber : Bloomberg *) harga pertengahan April 2009

Grafik 1.7. Perkembangan Harga Karet Dunia

Grafik 1.6. Perkembangan Harga Batu Bara Dunia

Grafik 1.5. Perkembangan Harga CPO Dunia

Page 3: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO … Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I ‐ 2009 8 Daya beli masyarakat petani relatif meningkat didorong oleh kenaikan harga beberapa

 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan I ‐ 2009 

7

1.2. SISI PERMINTAAN

1.2.1. Konsumsi

Tren penguatan nilai tukar Rupiah dan menurunnya harga komoditas di pasar

internasional sejak awal tahun 2009 berpengaruh positif terhadap perkembangan konsumsi

di Kepulauan Riau. Meski melambat, pertumbuhan konsumsi rumah tangga di triwulan I-2009

relatif baik yakni sebesar 11,42% (yoy). Di lain pihak, komponen konsumsi lembaga swasta

nirlaba dan konsumsi pemerintah justru berakselerasi dibanding triwulan sebelumnya, dengan

laju pertumbuhan masing-masing sebesar 15,56% dan 14,54%.

Krisis keuangan global yang terjadi sejak akhir tahun 2007 mulai berdampak pada

variabel konsumsi sejak kuartal II tahun 2008. Efek penurunan yang ditimbulkan cukup

terbatas, namun tetap menunjukkan tren meningkat jika dibanding tahun-tahun sebelumnya.

Secara keseluruhan, komponen konsumsi merupakan faktor penyangga perekonomian

Kepulauan Riau di periode laporan.

Grafik 1.9. Perkembangan Impor Barang Konsumsi

Sumber : SEKDA - BI

Grafik 1.10.Perkembangan Indeks Nilai Tukar Petani (NTP)

Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Riau

Grafik 1.8. Laju Pertumbuhan Konsumsi (y-o-y)

Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Riau (diolah)

Periode Krisis  

Page 4: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO … Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I ‐ 2009 8 Daya beli masyarakat petani relatif meningkat didorong oleh kenaikan harga beberapa

 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan I ‐ 2009 

8

Daya beli masyarakat petani relatif meningkat didorong oleh kenaikan harga beberapa

komoditas pangan di wilayah Kepulauan Riau. Selama bulan Januari – Maret, wilayah

Kepulauan Riau mengalami “musim utara” dimana kecepatan angin relatif tinggi yang

menimbulkan gelombang laut yang tinggi. Terganggunya aktivitas pelayaran mengakibatkan

pasokan komoditas pangan yang diimpor, baik antar daerah maupun antar negara, menjadi

berkurang. Kondisi yang direspon dengan naiknya harga-harga kebutuhan pangan ternyata

cukup membantu daya beli petani di tengah penurunan harga komoditas, sebagaimana

ditunjukkan dengan tren kenaikan indeks Nilai Tukar Petani (NTP) selama Januari dan Februari

2009.

Melambatnya laju pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga di periode ini cukup

terkonfirmasi dari arah penurunan berbagai indikator konsumsi terutama untuk komoditas

non-makanan. Angka penjualan kendaraan bermotor baru semakin terkoreksi. Penjualan

kendaraan roda empat di bulan Februari 2009 hanya tumbuh 10,5% sedangkan di akhir

tahun 2008 masih tumbuh 63,5% (y-o-y). Bahkan, pertumbuhan penjualan Sepeda Motor

telah memasuki zona negatif sejak awal tahun 2009. Jika dibandingkan dengan tahun

sebelumnya, angka penjualan Sepeda Motor dalam 2 bulan pertama turun hingga 15%.

`

Selain itu, indikator konsumsi listrik untuk kelompok rumah tangga juga mengalami

penurunan level pertumbuhan. Total pemakaian listrik PT.PLN Batam oleh kelompok rumah

tangga selama triwulan I-2009 tercatat sebesar 87.620 MWh atau tumbuh hampir 9% (yoy).

Sementara itu pada triwulan sebelumnya pemakaian listrik rumah tangga masih mengalami

pertumbuhan lebih dari 15% (yoy).

Stimulus yang dihasilkan dari belanja Pemerintah daerah masih jauh dari harapan.

Asesmen ini didasarkan dari rendahnya tingkat realisasi anggaran belanja dalam 4 tahun

terakhir. Di samping kekhawatiran terhadap semakin intensifnya pengawasan terhadap

penggunaan anggaran pemerintahan daerah, masa kampanye pemilu legislatif ternyata cukup

Grafik 1.12. Pertumbuhan Penjualan Kendaraan Bermotor

Grafik 1.11. Pertumbuhan Penjualan Kendaraan Bermotor

Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kepulauan Riau (diolah)

Page 5: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO … Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I ‐ 2009 8 Daya beli masyarakat petani relatif meningkat didorong oleh kenaikan harga beberapa

 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan I ‐ 2009 

9

menyita konsentrasi pemerintah daerah untuk menjalankan program kerjanya. Tren

menurunnya laju pertumbuhan konsumsi pemerintah cukup tercermin dari tingkat

penyerapan anggaran yang relatif menurun sampai dengan tahun 2008. Akibatnya,

kontribusi pengeluaran pemerintah dalam menstimulus perekonomian daerah menjadi

semakin kecil.

Indikator konsumsi semen juga memperlihatkan penurunan tajam. Penjualan semen

untuk wilayah Kepulauan Riau selama triwulan I-2009 sebanyak 181,56 ribu ton, atau

melambat -0,41% dibanding triwulan I-2008 (yoy). Angka penjualan mengalami koreksi yang

signifikan pada bulan Maret 2009 yang turun 18,68% dibanding bulan Maret tahun

sebelumnya.

Sementara di sisi pembiayaan perbankan menunjukkan hal yang sama dimana

pertumbuhan kredit konsumsi terus menurun sejak Oktober 2008. Meski demikian angka

pertumbuhan masih berada di level yang cukup tinggi dimana pada bulan Maret 2009 posisi

penyaluran kredit Konsumsi total perbankan di Kepulauan Riau mencapai Rp 4,7 triliun atau

tumbuh sekitar 30,7%.

1.2.2. Investasi

Perkembangan investasi barang modal – Pembentukan Modal tetap Bruto (PMTB)

sepanjang tahun 2008 cenderung stabil dengan tren meningkat. Investasi PMTB pada tahun

2008 tumbuh 29,4% dibanding tahun 2007. Namun memasuki triwulan awal tahun 2009,

kinerja investasi relatif terbatas dengan pertumbuhan sebesar 9,25% (yoy). Penurunan angka

realisasi investasi tidak terlebas dari belum membaiknya perekonomian negara-negara

prinsipal utama seperti Singapura, AS, Jepang, dan Eropa. Kesulitan finansial yang dialami

negara-negara tersebut sangat mempengaruhi langkah ekspansi yang akan dilakukan di

Grafik 1.14.Penjualan Semen di Kepulauan Riau

Sumber : Asosiasi Semen Indonesia

Grafik 1.13. Kredit Konsumsi Perbankan Kepri.

Sumber : Laporan Bulanan Bank

Page 6: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO … Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I ‐ 2009 8 Daya beli masyarakat petani relatif meningkat didorong oleh kenaikan harga beberapa

 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan I ‐ 2009 

10

wilayah Kepulauan Riau, baik dalam bentuk investasi baru maupun tamabahan investasi

dalam rangka perluasan usaha.

Menurunnya laju pertumbuhan investasi PMTB dapat diidentifikasi dari penurunan

beberapa indikator seperti impor barang modal serta penyaluran kredit investasi oleh

perbankan. Nilai Impor barang modal yang masuk ke wilayah kepabeanan Kepulauan Riau

relatif berfluktuasi meski trennya menurun. Namun secara riil, volume barang modal yang

diimpor menunjukkan perlambatan yang lebih intens sampai bulan Februari 2009.

Sementara di sisi pembiayaan perbankan pertumbuhan kredit investasi posisi Maret

2009 masih relatif minimal. Jika pada akhir tahun 2008, penyaluran kredit invetasi masih

tumbuh 16,02%, namun pada posisi bulan Maret 2009 hanya tumbuh 13,4% dibanding

periode yang sama tahun sebelumnya.

Selama bulan Januari s/d Maret 2009 total aplikasi PMA yang disetujui sebanyak 18

proyek baru dengan nilai investasi US$16.649.493, dan perluasan sebanyak 4 proyek

perluasan dengan nilai US$6.259.344. Sedangkan investasi PMDN yang telah disetujui

Investasinya selama periode triwulan I-2009 sebanyak Rp 22.450.000. Dari seluruh rencana

Grafik 1.16. Nilai Impor Kepri Berdasarkan BEC

Sumber : SEKDA - BI Sumber : Laporan Bulanan Bank (BU+BPR)

Grafik 1.17. Kredit Investasi Perbankan Kepri.

Grafik 1.15 Perkembangan Investasi PMTB

Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Riau (diolah)

Periode Krisis  

Page 7: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO … Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I ‐ 2009 8 Daya beli masyarakat petani relatif meningkat didorong oleh kenaikan harga beberapa

 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan I ‐ 2009 

11

investasi tersebut diperkirakan dapat menyerap tenaga kerja lokal sebanyak 1.475 tenaga

kerja.

Lebih rinci, pada bulan Januari 2009 disetujui 7 aplikasi proyek PMA dengan nilai

investasi sebesar US$ 5.925.000, dan 1 proyek perluasan PMA dengan nilai US$350.000.

Sedangkan investasi PMDN baru yang disetujui aplikasinya sebanyak 2 proyek dengan nilai

investasi Rp11.050.000.000,-. Sementara pada bulan Februari 2009 disetujui 5 proyek aplikasi

PMA dengan nilai investasi sebesar US$4.624.493, dan investasi perluasan sebanyak 2 proyek

dengan nilai US$4.850.521. Serta 2 proyek PMDN baru senilai Rp11.400.000.000. Sedangkan

pada bulan Maret 2009 telah disetujui aplikasi proyek PMA sebanyak 6 proyek dengan nilai

investasi sebesar US$6.100.000, dan proyek perluasan sebanyak 1 proyek dengan nilai

US$1.058.823.

Persetujuan aplikasi investasi tersebut berasal dari negara-negara : Singapura, Inggris,

Australia, Malaysia, India, Luxemburg, Taiwan, Jepang, RRC, Belanda dan Korea Selatan.

Adapun bidang usaha aplikasi PMA tersebut adalah : Industri Pembuatan / Perbaikan Kapal (1

proyek); Industri Pallet Kayu dan Komponen bahan Bangunan (1 proyek); Perdagangan Besar

(Distributor Utama, Ekspor/Impor) (5 proyek); Industri peralatan lainnya dari logam dan

industri paku, mur dan baut (2 proyek); Penjualan langsung dari jaringan (direct selling) (1

proyek); Jasa Engineering Procurement Construction (EPC) (1 proyek); serta Industri dan jasa

lainnya (7 proyek).

Perencanaan pembangunan pada dasarnya akan ditentukan oleh kemampuan

penyediaan sumber pembiayaan atas dana untuk diinvestasikan guna mencapai laju

pertumbuhan dan tingkat kesejahteraan yang hendak dicapai. Untuk keperluan analisis ini,

biasanya digunakan konsep Incremental Capital Output Ratio (ICOR). Perhitungan yang

diperoleh berupa angka yang menunjukan perbandingan antara investasi yang diperlukan

untuk dapat meningkatkan tambahan pendapatan atau output.

Berdasarkan penelitian LPEM-UI pada tahun 2007, diketahui bahwa ICOR Kepulauan

Riau sebesar 3,795. Dengan laju pertumbuhan ekonomi tahun 2008 sebesar 6,65% (y-o-y)

dan asumsi belanja publik pada APBD 2009 sebesar 70% atau Rp 1,148 triliun (dispenda

Kepri), maka untuk mencapai tingkat pertumbuhan 2% - 5% dibutuhkan investasi swasta

sebesar Rp 2,6 – 5,8 triliun pada tahun 2009. Besaran ini diharapkan dapat tercapai dengan

resminya penerapan Free Trade Zone (FTZ) Batam-Bintan-Karimun (BBK) di awal April 2009 ini.

Page 8: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO … Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I ‐ 2009 8 Daya beli masyarakat petani relatif meningkat didorong oleh kenaikan harga beberapa

 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan I ‐ 2009 

12

1.2.3. Ekspor-Impor

Neraca perdagangan luar negeri Kepulauan Riau lebih tertekan menyusul penurunan

ekspor secara tajam hingga berkontraksi sebesar 5,5% di triwulan I-2009 (yoy). Sementara

itu, impor barang dan jasa tumbuh relatif stagnan selama masa krisis global. Resesi di

beberapa negara prinsipal besar seperti Singapura, Jepang dan Amerika Serikat, yang diikuti

dengan penurunan daya beli global sangat berpengaruh terhadap berkurangnya kuantitas

order produk yang diolah (manufactured) di wilayah Kepulauan Riau, khususnya kota Batam.

Imbasnya, lalu lintas perdagangan bahan baku dan bahan penolong menjadi menurun.

Buruknya kinerja ekspor berkontribusi signifikan terhadap perlambatan ekonomi Kepulauan

Riau di triwulan laporan.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kepulauan Riau, total ekspor barang dan

jasa dari wilayah kepabeanan selama Januari-Maret 2009 diperkirakan sebesar Rp9,24 triliun

atau turun 5,5% dibanding periode yang sama tahun 2008 yang tercatat sebesar Rp9,78

triliun. Sementara itu angka realisasi impor sebesar Rp 5,83 triliun masih menunjukkan tingkat

pertumbuhan yang stabil pada level 16,42% (yoy).

Ditinjau dari volume perdagangan, penurunan ekspor di kuartal awal 2009

berlangsung lebih agresif. Volume barang yang diekspor selama dua bulan pertama sebanyak

2,43 juta ton atau menurun 28,1% dibanding periode yang sama tahun 2008. Penurunan

volume ekspor sebagian besar terjadi pada jenis pasir, batu-batuan, bijih besi dan arang

sebagai komoditas yang memiliki volume ekspor dominan. Meski demikian, perkembangan

beberapa komoditas ekspor utama seperti barang-barang dari besi dan baja, serta

perlengkapan shipyard justru memperlihatkan arah meningkat. Sementara volume ekspor

mesin-mesin dan peralatan elektronik relatif stagnan di awal tahun 2009.

Grafik 1.18 Pertumbuhan Ekspor-Impor Kepulauan Riau (y-o-y)

Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Riau (diolah)

Periode Krisis

Page 9: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO … Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I ‐ 2009 8 Daya beli masyarakat petani relatif meningkat didorong oleh kenaikan harga beberapa

 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan I ‐ 2009 

13

Berdasarkan negara tujuan dan asal barang, volume ekspor-impor dari dan ke negara

Singapura relatif menurun. Pada periode Januari-Februari 2009, total barang yang diekspor ke

Singapura sebanyak 1,4 juta ton, sedangkan pada periode yang sama tahun 2008 masih

tercatat sebanyak 1,6 juta ton. Penurunan volume ekspor melalui Singapura berpengaruh

langsung terhadap menurunnya volume ekspor secara keseluruhan, karena pangsanya yang

dominan mencapai 57% dari total volume ekspor. Fenomena yang terjadi adalah peningkatan

volume ekspor ke Hongkong cukup mengkompensir penurunan ekspor ke negara Cina.

Adapun kinerja impor juga menunjukkan penurunan terutama disebabkan oleh menurnnya

impor dari negara Malaysia. Sementara itu impor dari Singapura, Eropa, dan Cina masih relatif

stabil.

Terkoreksinya aktivitas ekspor-impor juga cukup teridentifikasi dari penurunan

aktivitas peti kemas di pelabuhan Batu Ampar, Sekupang dan Kabil sebagai pelabuhan utama

Free Trade Zone (FTZ) kota Batam. Perlambatan aktivitas masih dirasakan pada jalur

perdagangan luar negeri dimana kuantitas bongkar-muat barang masih berada di level

terendah. Total barang yang dibongkar (impor) dari luar negeri selama Januari-Maret 2009

sebanyak 16.273 Teus atau turun 33,4% dibanding triwulan I tahun 2008. Sedangkan

Grafik 1.19. Perkembangan Volume Produk Ekspor Utama

Grafik 1.20. Perkembangan Volume Produk Impor Utama

Grafik 1.22.Volume Impor dari Negara Asal Utama

Grafik 1.21. Volume Ekspor ke Negara Tujuan Utama

Sumber : Statistik Ekonomi dan Keuangan Daerah – Bank Indonesia

Page 10: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO … Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I ‐ 2009 8 Daya beli masyarakat petani relatif meningkat didorong oleh kenaikan harga beberapa

 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan I ‐ 2009 

14

volume barang yang di-muat selama triwulan I-2009 menurun 39,9% dibanding periode yang

sama tahun sebelumnya menjadi sebanyak 14.540 Teus. Adapun perdagangan antar pulau

(domestik) memperlihatkan arah meningkat disebabkan adanya kenaikan arus perdagangan

kebutuhan pokok antar pulau akibat tingginya harga barang kebutuhan di pasar luar negeri

seiring pelemahan kurs Rupiah.

Informasi terkini pelaksanaan FTZ di Batam sejak 1 April 2009 belum memperlihatkan

perkembangan yang positif. Frekuensi kapal barang yang berlabuh dan bersandar di

Pelabuhan Batu Ampar mengalami penurunan akibat pembatasan importasi barang oleh

Badan Pengusahaan (BP) FTZ-Batam lalu. Salah satu aturan importasi tersebut adalah

mewajibkan proses importasi berdasarkan master list untuk kebutuhan 1 tahun sehingga

secara tidak langsung mengurangi intensitas kapal barang.

1.3. SISI PENAWARAN

Melambatnya aktivitas ekspor-impor berdampak besar terhadap kinerja sektor-sektor

produktif di Kepulauan Riau. Berdasarkan pantauan ke beberapa perusahaan manufaktur

skala besar diperoleh informasi bahwa penurunan kapasitas produksi terpakai (utilisasi)

berkisar antara 30% - 50%. Bersamaan dengan itu, kinerja sektor Bangunan dan sektor

Perdagangan, Hotel dan Restoran juga menurun tajam. Sedangkan sektor-sektor lainnya turut

terkoreksi meski dalam skala yang lebih minimal.

1.3.1. Sektor Industri Pengolahan

Laju perlambatan sektor industri pengolahan semakin berlanjut bahkan berkontraksi

di triwulan laporan. Nilai tambah yang dihasilkan sektor Industri Manufaktur di triwulan I-

2009 menurun 3,72% (yoy), setelah periode sebelumnya tumbuh cukup terbatas di angka

Grafik 1.23. Aktivitas Peti Kemas Internasional di Pelabuhan

Sumber : Otorita Batam, Pelabuhan Batam Ket.: Pelabuhan Batam meliputi pelabuhan Batu Ampar, Sekupang dan Kabil.

Grafik 1.24. Aktivitas Peti Kemas Domestik di Pelabuhan

Page 11: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO … Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I ‐ 2009 8 Daya beli masyarakat petani relatif meningkat didorong oleh kenaikan harga beberapa

 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan I ‐ 2009 

15

1,78%. Penurunan disebabkan oleh melemahnya permintaan global dan resesi yang dihadapi

beberapa negara mitra dagang utama seperti Singapura, Jepang, dan AS. Akibatnya utilisasi

produksi sebagian perusahaan manufaktur menurun sekitar 30% – 50% dibanding kondisi

normal. Peningkatan angka pengangguran akibat pemutusan hubungan kerja (PHK) atau

kontrak yang tidak diperpanjang juga semakin memperlambat laju perekonomian di triwulan

I-2009.

Kontribusi penurunan sebagian besar dihasilkan dari melambatnya aktivitas sub-sektor

Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya, serta sub-sektor Logam Dasar Besi dan Baja. Nilai

tambah yang dihasilkan dari industri Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya di triwulan I-

2009 turun 3,94% dibanding triwulan I-2008 (yoy), sedangkan industri logam dasar besi dan

baja menurun 2,49%. Adapun sub-sektor industri lainnya seperti industri Makanan, Tekstil,

Barang Kayu, Kertas, Pupuk, Kimia dan Semen juga mengalami pertumbuhan minus di

triwulan laporan.

Hasil survei terhadap 12 perusahaan manufaktur skala besar diperoleh informasi

bahwa perusahaan tidak melakukan perpanjangan kontrak kepada 5.200 lebih pekerja sejak

Januari 2008 sampai Maret 2009. Di samping itu, masih terdapat potensi PHK yang cukup

besar dari 12 perusahaan tersebut di tahun 2009 ini.

Sektor industri pengolahan di provinsi Kepulauan Riau memiliki keterkaitan dengan

sektor manufaktur Singapura. Hal ini disebabkan karena sebagian besar perusahaan

manufaktur yang berasal dari Amerika Serikat, Eropa dan Jepang juga memiliki production

site di Singapura, atau setidaknya kantor perwakilan (representative) dan marketing. Dengan

melihat kuatnya hubungan dagang antara provinsi Kepulauan Riau khususnya kota Batam

dengan Singapura, maka pertumbuhan negatif yang dialami oleh sektor industri telah dapat

diperkirakan sebelumnya. Estimasi terkini dari Departemen Perindustrian dan Perdagangan

Grafik 1.25. Pertumbuhan Sub-Sektor Industri Pengolahan

Tw.III & Tw.IV-2008

Sumber : BPS Kepulauan Riau, diolah Sumber : Survei Liaison Bank Indonesia Batam, Maret 2009

No. Nama PerusahaanJlh Pekerja   Des‐2007

PHK         2008‐2009

Potensi PHK 2009

Jlh Pekerja     Des‐2009 (P)

Penurunan Produksi

1 PT. Sat Nusapersada Tbk 6,000 400 1,600 4,000 40%2 PT. Schneider Electric  1,400 700 0 700 40%3 PT. Japan Servo 1,000 500 100 400 70%4 PT. Epcos 3,000 180 0 2,820 30%5 PT. Ciba Vision 3,066 800 0 2,266 30%6 PT. TEC Indonesia 1,600 400 200 1,000 30%7 PT. TEAC Electronics Indonesia 1,900 800 100 1,000 40%8 PT. Infineon Technologies 1,750 0 450 1,300 30%9 PT. Unisem 4,400 800 0 3,600 20%10 PT. Yoshikawa Electronic Bintan 800 121 0 679 20%11 PT. Amtek Enginering 1,000 202 200 598 50%12 PT. Sumitomo Wiring System 950 395 100 455 50%

26,866 5,298 2,750 18,818Total  

Tabel 1.2. Jumlah PHK di Beberapa Perusahaan

Manufaktur Kota Batam

Page 12: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO … Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I ‐ 2009 8 Daya beli masyarakat petani relatif meningkat didorong oleh kenaikan harga beberapa

 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan I ‐ 2009 

16

Singapura memperkirakan kinerja sektor manufaktur akan semakin memburuk di triwulan I-

2009 ini dengan berkontraksi sebesar -29% (yoy). Buruknya rapor sektor manufaktur

merupakan determinan utama semakin melambatnya laju pertumbuhan di triwulan laporan.

Penurunan kinerja di triwulan I-2009 cukup teridentifikasi dari perkembangan volume

impor produk utama sektor Industri Pengolahan (termasuk Kawasan Berikat), seperti barang-

barang dari besi dan baja, bahan baku dan perlengkapan industri kapal (shipyard), mesin-

mesin, serta perlengkapan elektronik. Perlambatan terbesar diperlihatkan oleh 2 produk

utama yakni logam dasar serta barang-barang (articles) yang terbuat dari besi dan baja.

Sementara itu impor perlengkapan eletronik dan mesin-mesin relatif stagnan selama bulan

Januari dan Februari 2009.

Indikasi perlambatan juga jelas terlihat dari berkurangnya konsumsi listrik golongan

Industri. Konsumsi listrik Industri selama triwulan I-2009 sebanyak 88.253 MWh atau turun

9,39% dibanding triwulan I-2008 (y-o-y). Angka pertumbuhan konsumsi listrik oleh kelompok

Industri terus menurun setelah 2 triwulan sebelumnya masih tumbuh sebesar 15,85% di

triwulan III-2008 dan 4,57% di triwulan IV-2008. Aspek pembiayaan perbankan juga

memperlihatkan pola yang serupa. Meski masih mengalami tingkat pertumbuhan yang tinggi,

penyaluran kredit perbankan untuk sektor Industri Pengolahan memasuki tren menurun

sepanjang triwulan I-2009.

1.3.2. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

Krisis likuiditas global yang diikuti penurunan daya beli domestik menyebabkan

pertumbuhan sektor unggulan ini merosot tajam. Sejak semester II tahun 2008, laju

pertumbuhan menurun secara gradual hingga tumbuh -0,87% (yoy) di triwulan I-2009.

Aktivitas perdagangan besar dan eceran merasakan dampak yang paling intens sehingga laju

Grafik 1.27. Perkembangan Kredit Sektor Industri Pengolahan

Sumber : Laporan Bulanan Bank (BU+BPR)

Grafik 1.26. Perkembangan Konsumsi Listrik Sektor Industri

Sumber : PT. PLN Batam

Page 13: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO … Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I ‐ 2009 8 Daya beli masyarakat petani relatif meningkat didorong oleh kenaikan harga beberapa

 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan I ‐ 2009 

17

pertumbuhan berkontraksi di kisaran 1,48%, sedangkan triwulan sebelumnya masih tumbuh

1,07%. Namun industri perhotelan dan restoran masih tetap tumbuh meski sangat terbatas.

Melambatnya sektor PHR terkonfirmasi dari penurunan pertumbuhan kredit untuk

usaha distribusi, perdagangan eceran, restoran dan hotel. Pada posisi Maret 2009, posisi

penyaluran kredit untuk bidang usaha distribusi sebesar Rp556 milyar atau naik 17,8%

dibanding tahun sebelumnya (yoy), dimana pada posisi akhir tahun 2008 masih tumbuh

28,2%. Sedangkan posisi kredit untuk sektor perdagangan eceran tercatat sebesar Rp 1,03

triliun atau tumbuh -5,29%, dimana pada akhir tahun masih tumbuh di kisaran 5%. Adapun

untuk sektor Restoran dan Hotel, pertumbuhan juga relatif terbatas di tingkat 2,53% dengan

posisi outstanding kredit sebesar Rp345 milyar.

Terkoreksinya kegiatan perdagangan besar dan eceran juga dapat teridentifikasi dari

penurunan aktivitas peti kemas di pelabuhan Batu Ampar, Sekupang dan Kabil sebagai

pelabuhan utama Free Trade Zone (FTZ) kota Batam sebagaimana yang telah dibahas

sebelumnya.

Sementara perlambatan yang terjadi di industri Perhotelan ditunjukkan dengan

menurunnya tingkat hunian hotel berbintang di wilayah Kepulauan Riau, khususnya kota

Batam. Tingkat hunian (occupancy rate) mengalami koreksi yang signifikan dari 49,63% di

posisi Desember 2008 menjadi 37,46% di bulan Februari 2009. Menurunnya nilai tambah

ekonomi yang dihasilkan oleh industri perhotelan diduga terkait dengan permasalahan energi

yang kini dihadapi oleh industri hotel di kota Batam. Sebagaimana diatur dalam Permen

ESDM No 33/2008, kenaikan tarif untuk hotel mencapai 43% dan untuk mall mencapai 51%.

Kenaikan tarif ini menyebabkan sebagian besar hotel dan mall tidak dapat melakukan

pembayaran seperti biasa. Akibatnya, PT. Pelayanan Listrik Nasional (PLN) Batam melakukan

pemutusan aliran listrik ke 28 hotel dan 4 mall mulai pertengahan Maret 2009 lalu, dengan

alasan untuk efisiensi beban operasional perusahaan. Dalam menjalankan aktivitas rutinnya,

hotel dan mall menggunakan genset sendiri yang biaya operasionalnya relatif lebih besar.

Grafik 1.28. Pertumbuhan PDRB Sub-sektor Perdagangan, Hotel & Restoran

Sumber : BPS Kepulauan Riau, diolah Sumber : Laporan Bulanan Bank (BU+BPR)

Grafik 1.29. Pertumbuhan Kredit Sektor Distribusi, Perdagangan Eceran, Hotel & Restoran

Page 14: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO … Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I ‐ 2009 8 Daya beli masyarakat petani relatif meningkat didorong oleh kenaikan harga beberapa

 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan I ‐ 2009 

18

Penurunan aktivitas bisnis di sektor pariwisata juga diperkuat dengan data penurunan

jumlah penumpang domestik dan internasional yang datang melalui pintu masuk bandara

Hang Nadim Batam. Jumlah penumpang pesawat yang datang selama triwulan I-2009

sebanyak 328.727 penumpang atau menurun 7,9% jika dibandingkan periode triwulan I-

2008 (yoy).

Adapun komposisi wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung ke wilayah

Kepualuan Riau tidak banyak mengalami perubahan. Kunjungan wisman dari Singapura

pangsanya cenderung menurun dari 54,6% di akhir tahun 2008 menjadi 42,6% di bulan

Februari 2009. Sedangkan wisatawan asal Malaysia, India, Cina, Inggris, AS dan Australia

relatif meningkat di bulan Februari 2009.

1.3.3. Sektor Bangunan

Pertumbuhan sektor bangunan semakin tertahan merespon turunnya daya beli pasar

dan kenaikan harga bahan baku impor. Aktivitas sektor bangunan di Kepulauan Riau

meningkat 14,81% (yoy) di triwulan I-2009, menurun tajam dibanding triwulan sebelumnya

Tabel 1.3 Pangsa Wisatawan Mancanegara

yang Berkunjung ke Kepulauan Riau

Sumber : BPS Kepulauan Riau

Jan-08 Jan-09 Feb-09

Singapura 54.61% 54.26% 52.59%Malaysia 15.68% 14.54% 16.55%Korea Selatan 7.12% 4.49% 5.72%India 2.70% 3.74% 2.76%China 1.92% 3.91% 2.44%Jepang 3.05% 2.89% 3.07%Inggris 1.97% 2.06% 2.50%Amerika Serikat 1.15% 1.42% 1.39%Australia 1.23% 1.83% 1.45%Taiwan 0.69% 0.94% 0.63%Jerman 1.07% 0.69% 0.87%Belanda 0.36% 0.44% 0.53%Lainnya 8.42% 8.77% 9.49%Jumlah Wisman 135,741 125,674 103,858

Pangsa (%)Kebangsaan

Grafik 1.30. Tingkat Hunian Hotel Berbintang (occ.rate)

Sumber : BPS Kepulauan Riau, diolah Sumber : Otorita Batam, Bandara Hang Nadim - Batam

Grafik 1.31. Volume Penumpang (Domestik & Int’l)

yang Datang Melalui Bandara Hang Nadim Batam

Page 15: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO … Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I ‐ 2009 8 Daya beli masyarakat petani relatif meningkat didorong oleh kenaikan harga beberapa

 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan I ‐ 2009 

19

yang tumbuh sebesar 24,03%. Para pelaku bisnis properti baru mulai optimis terhadap

perkembangan ekonomi di semester II-2009.

Kondisi ini terlihat dari penurunan konsumsi semen hingga memasuki zona

pertumbuhan negatif 18,68% (yoy) di bulan Maret 2009. Secara triwulan, konsumsi semen

Kepulauan Riau selama triwulan I-2009 sebanyak 181,56 ribu ton, turun -0,41% dibanding

pemakaian semen di triwulan I-2008.

Di sisi penawaran, kondisi ini disebabkan karena sebagian bahan baku konstruksi

masih diimpor dari luar negeri seperti besi, baja, peralatan sanitary, pipa, polycarbonate, dan

sebagainya. Selain dihadapkan pada nilai Rupiah yang terdepresiasi, sektor bangunan juga

harus menerima kondisi pengetatan kredit perbankan untuk sektor properti. Penurunan harga

BBM dan komoditas dunia belum direspon optimal oleh para pelaku pasar sehingga belum

mampu menurunkan cost of fund perusahaan-perusahaan konstruksi di Kepulauan Riau,

terutama kota Batam dan Tanjung Pinang.

Perkembangan volume impor produk utama sektor bangunan cukup mengkonfirmasi

hal tersebut. Dimana penurunan impor terbesar pada barang kayu dan barang dasar logam

(besi/baja). Adapun kenaikan yang terjadi pada komoditas logam dasar diduga disebabkan

intensifnya pengerjaan pulau Dompak yang akan dijadikan sebagai pusat pemerintahan

provinsi Kepulauan Riau ke depan, serta pembangunan beberapa fasilitas umum seperti

apartemen/hotel dan fasilitas hiburan keluarga di Batam.

Melambatnya sektor properti juga masih terkonfirmasi dari aspek pembiayaan

perbankan lokal. Total kredit properti yang disalurkan Bank Umum dan BPR di Kepulauan Riau

pada posisi Maret 2009 sebesar Rp3,22 triliun atau tumbuh 17,6%, relatif menurun

dibanding posisi akhir tahun 2008 yang mengalami peningkatan 21,2% (yoy). Adapun kredit

Sumber : SEKDA - BI

Grafik 1.33. Perkembangan Volume Impor Utama

Sektor Bangunan

Grafik 1.32. Volume Penjualan Semen di Kepulauan Riau

Sumber : Asosiasi Semen Indonesia

Page 16: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO … Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I ‐ 2009 8 Daya beli masyarakat petani relatif meningkat didorong oleh kenaikan harga beberapa

 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan I ‐ 2009 

20

kepemilikian rumah (KPR) mengalami pertumbuhan yang terus menurun dimana pada posisi

Desember 2008 masih mencatat pertumbuhan sebesar 28,42% sedangkan di akhir bulan

Maret 2009 tumbuh 23,05%, atau sebesar Rp2,55 triliun.

Berdasarkan persentase, penurunan yang lebih intens terjadi pada pembiayaan KPR

tipe ≥70 m2, sedangkan secara nilai penurunan lebih dirasakan pada KPR untuk tipe ≤70 m2.

Menurunnya pembiayaan KPR tipe sederhana dan menengah ini sejalan dengan perkiraan

pada asesmen sebelumnya. Menurunnya daya beli sebagian besar masyarakat bawah dan

menengah akibat efisiensi perusahaan yang intens terjadi sejak pertengahan tahun 2008.

Akibatnya penjualan rumah terutama untuk tipe sederhana (tipe ≤36 m2) belum cukup

terbantu dengan menurunnya harga rumah sederhana berdasarkan hasil survei harga properti

residensial (SHPR) kota Batam pada triwulan I-2009. Sedangkan pertumbuhan KPR untuk

rumah tipe menegah dan besar yang masih mengalami kenaikan harga selama triwulan I-

2009 mengalami perlambatan dalam persentase yang lebih besar.

1.3.4. Pertambangan dan Penggalian

Kinerja sektor pertambangan dan penggalian yang mengalami pertumbuhan negatif

sejak akhir tahun 2007 relatif membaik dengan laju -1,29%, sedangkan di triwulan IV-2008

berkontraksi lebih dalam di level -3,09%. Hal ini dihasilkan dari perlambatan sub-sektor

Pertambangan Minyak dan Gas (Migas) yang semakin melandai seiring dengan semakin

normalnya operasional di lapangan Belanak.

Aspek pembiayaan perbankan cukup mengkonfirmasi hal ini. Penyaluran kredit untuk

sub-sektor Pertambangan Migas relatif stagnan dengan tetap berkontraksi sepanjang tahun

2008 hingga bulan Maret 2009. Sementara itu, pertumbuhan sub-sektor penggalian yang

relatif berakselerasi dari 2,32% pada triwulan IV-2008 menjadi 3,82%, cukup sejalan dengan

Grafik 1.35. Perkembangan KPR Type >70m2

Grafik 1.34. Perkembangan KPR Type <70m2

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum

Page 17: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO … Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I ‐ 2009 8 Daya beli masyarakat petani relatif meningkat didorong oleh kenaikan harga beberapa

 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan I ‐ 2009 

21

kenaikan indikator kredit sub-sektor Bijih Logam. Sedangkan perlambatan sub sektor

Pertambangan Non-Migas dapat terindentifikasi dari menurunnya laju pertumbuhan kredit di

sektor pertambangan lainnya.

Sebagai penghasil minyak utama yakni sebesar 65% dari total produksi minyak

Kepulauan Riau, berangsur normalnya lapangan minyak Belanak milik ini berkontribusi besar

terhadap kenaikan produksi minyak yang dihasilkan dari Kepulauan Riau. Bahkan sepanjang

tahun 2008, lifting minyak Belanak mencapai 181,97% dari prognosa yang ditetapkan

sebesar 11,13 juta barel. Adapun selama bulan Januari-Maret 2009, akumulasi lifting minyak

telah mencapai 4,41 juta barel atau terealisasi 62,9% dari prognosa tahun 2009 sebesar 8,39

juta barel.

Sementara itu, perkembangan lifting minyak dari lapangan Belida yang juga milik

Conoco Phillips relatif melambat jika dibandingkan selama triwulan laporan. Di tahun 2008

lapangan ini juga tidak berproduksi optimal dengan pencapaian lifting 88,1%. Sedangkan

selama triwulan I-2009, akumulasi lifting hanya tercatat sebesar 1,55 juta barel, atau 17%

dari target tahun 2009 yang ditetapkan sebesar 9,11 juta barel. Kurang maksimalnya

operasional di lapangan minyak ini diduga memberi kontribusi besar terhadap kontraksi

pertumbuhan yang dialami sektor Pertambangan Migas.

Grafik 1.38. Perkembangan Lifting Minyak Kepri

Sumber : ESDM – Dirjen Minyak & Gas Bumi

Grafik 1.39. Perkembangan Lifting Gas Kepulauan Riau 

Sumber : ESDM – Dirjen Minyak & Gas Bumi

Sumber : BPS Kepulauan Riau

Grafik 1.36. Pertumbuhan PDRB Sektor Minyak & Gas 

Grafik 1.37.Pertumbuhan Kredit Sub‐Sektor 

Pertambangan Migas, Bijih Logam & Lainnya 

Sumber : Laporan Bulanan Bank

Page 18: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO … Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I ‐ 2009 8 Daya beli masyarakat petani relatif meningkat didorong oleh kenaikan harga beberapa

 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan I ‐ 2009 

22

Adapun pencapaian lifting gas Kepulauan Riau selama triwulan I-2009 tergolong

cukup optimal. Lapangan gas Conoco Phillips yang sepanjang tahun 2008 berproduksi

melebihi target, selama triwulan ini telah menghasilkan Gas sebanyak 37,4 juta MMBTU, atau

29,8% dari prognosa 2009. Tidak jauh berbeda, lapangan gas Kakap milik Star Energy telah

memproduksi 4,35 juta MMBTU atau mencapai 20,6% dari target produksi tahun 2009.

1.3.5. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

Koreksi pertumbuhan sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan mulai

melandai di triwulan I-2009 dengan laju sebesar 6,12% (yoy). Kinerja sektor Perbankan yang

relatif baik dengan meningkat 6,83% telah berkontribusi besar dalam menahan perlambatan

yang lebih dalam.

Adapun rapor kinerja terburuk dialami oleh sub-sektor Jasa Perusahaan yang

berkontraksi 2,01% sedangkan triwulan sebelumnya masih tumbuh 7,82%. Kondisi ini

sangat tidak terlepas dari melambatnya aktivitas sektor riil di kepulauan Riau. Menurunnya

nilai perekonomian yang dihasilkan dari aktivitas jasa penunjang perusahaan sangat

terkonfirmasi dari merosotnya pertumbuhan kredit perbankan untuk sektor dimaksud.

Pembiayan perbankan mencatat pertumbuhan -4,10% di posisi Maret 2009, sedangkan di

triwulan IV-2008 masih tumbuh 11,88%.

Di tengah ketatnya likuiditas perbankan, upaya perbankan untuk meningkatkan

pertumbuhan dana dan menahan laju pertumbuhan kredit dapat dikatakan berhasil. Kondisi

ini terlihat dari terus menurunnya gap pertumbuhan kredit dan dana bahkan mencapai

tingkat pertumbuhan yang hampir ekuivalen di triwulan laporan. Konsekuensinya, rasio loan

to deposit (LDR) menjadi semakin menurun. Bagi perbankan secara individu kondisi ini baik

Sumber : BPS Kepulauan Riau, diolah

Grafik 1.40. Pertumbuhan PDRB Sub-Sektor

Bank, LKBB, Sewa Bangunan & Jasa Perusahaan Grafik 1.41.

Perkembangan Kredit Sektor Jasa Dunia Usaha

Sumber : Laporan Bulanan Bank (BU+BPR)

Page 19: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO … Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I ‐ 2009 8 Daya beli masyarakat petani relatif meningkat didorong oleh kenaikan harga beberapa

 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan I ‐ 2009 

23

untuk menjaga keberlangsungan bisnisnya, meskipun berdampak terbalik bagi perekonomian

regional karena nilai tambah yang dihasilkan menjadi berkurang.

Sikap prudent yang ditunjukkan perbankan dalam menghadapi situasi krisis juga

terlihat dari menurunnya tingkat kredit bermasalah (non performing loan/NPL), dimana rasio

NPL Perbankan wilayah Kepulauan Riau menurun dari 2,6% di akhir tahun 2008 menjadi

2,05% di posisi Maret 2009. Meski demikian resiko meningkatnya NPL ke depan tetap harus

menjadi perhatian penting mengingat intensnya dampak krisis global terhadap perekonomian

Kepulauan Riau di triwulan ini.

1.3.6. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

Pertumbuhan sektor Pengangkutan dan Komunikasi masih menurun bersamaan

dengan berlanjutnya perlambatan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Laju pertumbuhan

(yoy) sektor pengangkutan dan komunikasi kembali turun dari 9,64% menjadi 5,71% di

triwulan I-2009.

Meski tumbuh positif, perlambatan terbesar terjadi pada aktivitas sub-sektor angkutan

yang sempat terpukul akibat kenaikan harga BBM di tahun 2008. Sektor Pengangkutan di

triwulan ini tumbuh 5,78%, menurun dibanding triwulan sebelumnya yang mengalami

pertumbuhan sebesar 9,91%. Kondisi ini disumbangkan oleh perlambatan sub-sektor

Angkutan Jalan Raya dari 9,28% menjadi 4%. Di samping itu, pertumbuhan sub-sektor

Angkutan Laut juga menurun dari 10,05% menjadi 7,61%. Di lain pihak, sektor Pos dan

Telekomunikasi menunjukkan koreksi yang melandai dari 7,68% di triwulan sebelumnya

menjadi 5,21% di periode ini.

Grafik 1.43. Perkembangan LDR & NPL Perbankan

Sumber : Laporan Bulanan Bank (BU+BPR)

Grafik 1.42. Pertumbuhan Aset, DPK & Kredit

Perbankan Kepulauan Riau

Page 20: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO … Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I ‐ 2009 8 Daya beli masyarakat petani relatif meningkat didorong oleh kenaikan harga beberapa

 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan I ‐ 2009 

24

Sementara di sisi pembiayaan perbankan kurang cukup mengkonfirmasi hal tersebut.

Kredit untuk bidang usaha Pengangkutan Umum dan Biro Perjalanan mengalami

pertumbuhan yang signifikan selama triwulan laporan. Walaupun penurunan yang ditujukkan

kredit sektor komunikasi cukup mengkonfirmasi data Badan Pusat Statistik (BPS) tersebut.

Penurunan volume penerbangan dan kargo udara di Bandara Hang Nadim Batam,

serta bongkar-muat kargo di pelabuhan utama kota Batam, dapat mengindikasikan

rendahnya pertumbuhan industri pengangkutan di Kepulauan Riau. Jumlah penerbangan dan

aktivitas kargo (domestik dan internasional), baik melalui pengangkutan udara maupun laut

relatif menurun selama awal tahun 2009. Penurunan terutama terjadi pada aktivitas bongkar

(impor) barang, baik dari luar daerah maupun dari luar negeri.

Sumber : BPS Kepulauan Riau, diolah

Grafik 1.44. Pertumbuhan PDRB Sub-sektor

Transportasi, Pos & Telekomunikasi (y-o-y) Grafik 1.45.

Perkembangan Kredit Sub-Sektor Pengangkutan, Biro Perjalanan & Komunikasi

Sumber : SEKDA - BI

Grafik 1.47. Volume Kargo Udara (Domestik & Int’l)

Grafik 1.46. Volume Penerbangan (Domestik & Int’l)

Sumber : Otorita Batam, Bandara Hang Nadim Batam

Page 21: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO … Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I ‐ 2009 8 Daya beli masyarakat petani relatif meningkat didorong oleh kenaikan harga beberapa

 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan I ‐ 2009 

25

1.3.7. Sektor Pertanian

Penurunan harga BBM bersubsidi seiring dengan tren harga komoditas primer

berdampak positif terhadap perkembangan sektor Pertanian. Sektor pertanian bahkan relatif

berakselerasi di dari -0,72% menjadi 0,08% (yoy), akibat kenaikan produksi sub-sektor

Peternakan dan Hasil-hasilnya yang tumbuh 7,36% di triwulan I-2009. Sedangkan kinerja

sub-sektor Perikanan sedikit membaik walau tetap berada dalam area pertumbuhan negatif

dari -1,92% di triwulan sebelumnya, menjadi -1,8%. Sementara sub-sektor Pertanian lainnya

tetap mengalami tren pertumbuhan yang menurun.

Kenaikan hasil produksi Peternakan cukup dikonfirmasi oleh peningkatan ekspor

hewan hidup (live animal) selama Januari-Februari 2009 dibanding periode yang sama tahun

2008. Begitu juga halnya dengan komoditas perikanan yang mengalami kenaikan relatif

sebagaimana ditunjukkan oleh perkembangan positif ekspor ikan dan hasil-hasil laut dalam

periode yang sama.

Sumber : Otorita Batam, Pelabuhan Batu Ampar, Kabil dan Sekupang Batam

Grafik 1.48. Volume Kargo Laut (Domestik & Int’l)

Grafik 1.49. Pertumbuhan PDRB Sub-Sektor

TBM, Peternakan & Pertanian

Sumber : BPS Kepulauan Riau, diolah

Grafik 1.50.Perkembangan Ekspor

Ikan, Udang dan Kepiting

Sumber : SEKDA - BI

Page 22: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO … Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I ‐ 2009 8 Daya beli masyarakat petani relatif meningkat didorong oleh kenaikan harga beberapa

 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan I ‐ 2009 

26

Sementara itu di sisi pembiayaan perbankan belum mampu mengkonfirmasi

peningkatan yang terjadi pada sub-sektor Peternakan, dimana pertumbuhan kredit sektor

tersebut justru semakin menurun sampai posisi akhir triwulan I-2009. Namun secara

keseluruhan, kenaikan pembiayaan untuk bidang usaha Tanaman Pangan dan Perikanan

cukup mengidentifikasi berakselerasinya sektor Pertanian di triwulan laporan.

1.3.8. Sektor Listik, Gas dan Air Bersih

Melambatnya aktivitas bisnis di Kepulauan Riau semakin berdampak pada penurunan

konsumsi listrik, gas dan air. Pertumbuhan sektor infrastruktur tersebut terus menurun hingga

berkontraksi di tingkat -0,73% (yoy). Meski demikian, perlambatan sektor LGA mulai

melandai dibanding 2 periode sebelumnya yang masing-masing tumbuh 5,12% dan 1,65%

di triwulan IV-2008.

Nilai tambah yang dihasilkan sub-sektor Gas menurun secara drastis hingga tumbuh -

5,74% di triwulan laporan. Kondisi ini dipicu oleh penurunan utilisasi produksi industri

manufaktur berkisar antara 30%-50%, sehingga berdampak langsung terhadap

Sumber : BPS Kepulauan Riau, diolah

Grafik 1.52. Pertumbuhan PDRB Sub-Sektor

Listrik, Gas & Air Bersih

Sumber : Hasil Survei BI-Batam, Nov 2008, diolah

Diagram 1.1. Rata-rata Penggunaan Per Jenis Bahan Bakar

Grafik 1.51. Pertumbuhan Kredit Sub-sektor

Tanaman Pangan, Perikanan & Peternakan

Sumber : Laporan Bulanan Bank

Page 23: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO … Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I ‐ 2009 8 Daya beli masyarakat petani relatif meningkat didorong oleh kenaikan harga beberapa

 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan I ‐ 2009 

27

berkurangnya pemakaian energi, terutama Gas sebagai sumber energi penting dalam aktivitas

produksi. Hasil survei menunjukkan bahwa pemakaian energi gas di 103 perusahaan

manufaktur besar di kota Batam adalah lebih dominan dibanding pemakaian BBM dan listrik.

Meski terus melambat sejak semester II-2008, sub-sektor Listrik dan Air Bersih masih

tumbuh masing-masing sebesar 5,81% dan 4,97% di periode kali ini. Berbagai permasalahan

yang terjadi di sektor ini, antara lain kurangnya pasokan listrik di beberapa daerah di luar

Batam seperti kota Tanjungpinang dan kabupaten Bintan, penurunan aktivitas bisnis dan

industri, serta kenaikan tarif dasar listrik Hotel dan Mall yang akhirnya menimbulkan

permasalahan hukum, semakin memperburuk kinerja penjualan listrik oleh Perusahaan Listrik

Negara (PLN). Kondisi tersebut antara lain diperlihatkan dengan menurunnya penjualan daya

listrik oleh PT. PLN Batam, dimana selama triwulan I-2009 tercatat sebanyak 293.085 MWh

atau hanya tumbuh 0,95%, sementara di triwulan akhir 2008 lalu masih tumbuh 11,26%.

Khusus di Batam, sistem pengelolaan sarana Listrik sejak awal tahun 2006 dilakukan

melalui kerja sama jual-beli tenaga listrik antara PT. PLN Batam dengan Independend Power

Plant (IPP) milik swasta, dimana saat ini komposisi supply mesin pembangkit PT. PLN Batam

sebesar 27% dengan menggunakan energi diesel, sedangkan sisanya dipenuhi oleh IPP yang

menggunakan bahan bakar gas. Selain itu, sebagian aktivitas produksi perusahaan

manufaktur juga menggunakan bahan bakar gas dengan alasan harga yang relatif lebih

murah dibandingkan memakai tenaga listrik. Besarnya penggunaan gas untuk menjamin

pasokan listrik di kota Batam mengakibatkan arah pertumbuhan sub-sektor Gas relatif

konvergen dengan sub-sektor Listrik.

Perlambatan di sektor Listrik juga terkonfirmasi dari menurunnya pertumbuhan kredit

untuk sektor tersebut sampai bulan Maret 2009. Sementara itu penyaluran kredit untuk sub-

sektor Gas yang naik signifikan belum mampu mencerminkan penurunan kinerja sektor

dimaksud.

Sumber : PT. PLN Batam, diolah

Grafik 1.53 Perkembangan Penjualan Listrik

PT. PLN Batam

Sumber : Laporan Bulanan Bank

Grafik 1.54. Pertumbuhan Kredit Sub-Sektor

Listrik, Gas & Air Bersih

Page 24: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO … Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I ‐ 2009 8 Daya beli masyarakat petani relatif meningkat didorong oleh kenaikan harga beberapa

 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan I ‐ 2009 

28

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI REGIONAL

2.1. INFLASI KOTA BATAM

2.1.1. KONDISI UMUM

Laju inflasi Kota Batam pada triwulan I 2009 tercatat relatif rendah dibandingkan tahun

sebelumnya. Penurunan harga BBM di akhir tahun 2008 serta turunnya harga komoditas

dunia juga mempengaruhi rendahnya inflasi di triwulan awal 2009. Krisis keuangan global

juga mempengaruhi terhadap rendahnya permintaan sehingga berpengaruh pada turunnya

harga di wilayah Kota Batam. Laju inflasi tahun kalender Kota Batam sampai dengan triwulan

I 2009 tercatat sebesar 0,65% (ytd), lebih rendah dibanding periode yang sama tahun 2008

yang tercatat sebesar 2,89% (ytd).

Melanjutkan trend triwulan-triwulan sebelumnya, inflasi Batam pada triwulan I 2009

juga berada di bawah inflasi nasional. Secara tahunan inflasi Kota Batam tercatat sebesar

6,33% (yoy) di bawah angka inflasi tahunan nasional yang tercatat sebesar 7,92% (yoy).

Turunnya harga komoditas dunia serta berakhirnya musim utara di bulan Maret ikut

berpengaruh pada rendahnya laju inflasi di Kota Batam pada triwulan I 2009.

Grafik 2.1 – PERKEMBANGAN LAJU INFLASI TAHUNAN BATAM & NASIONAL

  

 

Page 25: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO … Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I ‐ 2009 8 Daya beli masyarakat petani relatif meningkat didorong oleh kenaikan harga beberapa

 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan I ‐ 2009 

29

2.1.2. INFLASI TRIWULANAN

Secara triwulanan, laju inflasi Kota Batam mengalami sedikit peningkatan

dibandingkan dengan triwulan IV 2008. Peningkatan ini terjadi karena pada akhir triwulan IV

2008, tepatnya pada bulan Desember Kota Batam mengalami deflasi sebagai dampak dari

penurunan harga BBM oleh pemerintah. Pada triwulan I 2009 laju inflasi kota Batam tercatat

0,65% (qtq) sedikit lebih tinggi dibandingkan laju inflasi triwulan IV 2008 yang tercatat

sebesar 0,58% (qtq).

Inflasi Kota Batam sempat mengalami kenaikan yang cukup tinggi di bulan Februari

2009 yang disebabkan karena adanya gangguan cuaca akibat bertiupnya angin utara.

Bertiupnya angin utara tersebut menyebabkan gelombang tinggi yang berdampak supply

barang kebutuhan pokok ke Kota Batam menjadi terganggu. Selain itu musim utara juga

menyebabkan para nelayan kecil tidak bisa melaut sehingga mengurangi supply kebutuhan

ikan masyarakat Kota Batam. Selama bertiupnya angin utara ini kebutuhan ikan masyarakat

Kota Batam dipenuhi dari stok ikan yang ada di storage para penampung ikan. Pada bulan

Februari 2009 inflasi Kota Batam tercatat sebesar 0,59% (mtm). Meskipun demikian inflasi

yang relatif rendah di bulan Januari dan Maret 2009 ikut mempengaruhi rendahnya inflasi di

Kota Batam.

Tabel 2.1. Perkembangan Inflasi Triwulanan Kota Batam

KELOMPOK Triwulan IV ‐2008  Triwulan I ‐2009 

Inflasi Sumbangan Inflasi  Sumbangan I  Bahan Makanan  3,50  0,10  1,02  0,24 

II  Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau  3,21  0,50  3,57  0,57 

III  Perumahan, Air, Listrik & Bahan Bakar  1,30  0,33  0,30  0,08 IV  Sandang  3,31  0,22  5,48  0,38 

V  Kesehatan  0,70  0,03  0,34  0,02 

VI  Pendidikan, Rekreasi & Olahraga  0,22  0,01  0,20  0,01 

VII  Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan ‐3,02  ‐0,61  ‐3,36  ‐0,65 

   INFLASI  0.58  0,65 

Sumber : BPS (diolah)         

 

Berdasarkan kontribusinya, pada triwulan I 2009 kelompok makanan jadi, minuman,

rokok dan tembakau merupakan penyumbang terbesar dalam pembentukan angka inflasi

dengan kontribusi sebesar 0,57% (qtq) dan angka inflasi sebesar 3,51% (qtq). Kelompok

yang menyumbang inflasi terbesar kedua adalah kelompok sandang yang memberikan

kontribusi inflasi sebesar 0,38% (qtq) dengan angka inflasi sebesar 5,48% (qtq).

Kelompok berikutnya yang memberikan kontribusi terbesar terhadap pembentukan

inflasi Kota Batam adalah kelompok bahan makanan yang memberikan kontribusi inflasi

sebesar 0,24% (qtq) dengan angka inflasi sebesar 1,02%. Sementara itu kelompok

Page 26: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO … Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I ‐ 2009 8 Daya beli masyarakat petani relatif meningkat didorong oleh kenaikan harga beberapa

 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan I ‐ 2009 

30

perumahan, air, listrik dan bahan bakar memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,08% (qtq)

dengan angka inflasi sebesar 0,30% (qtq). Kelompok kesehatan memberikan kontribusi

sebesar 0,02% (qtq) dengan angka inflasi sebesar 0,34% (qtq). Sedangkan kelompok

pendidikan, rekreasi dan olahraga memberikan kontribusi sebesar 0,01% (qtq) dengan angka

inflasi sebesar 0,20% (qtq).

Kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan pada triwulan laporan justru

memberikan sumbangan deflasi yang cukup besar yaitu sebesar 0,65% (qtq) dengan angka

deflasi sebesar 3,36% (qtq). Penurunan harga yang terjadi pada kelompok ini terjadi pada

bulan Januari dan Februari sedangkan bulan Maret kelompok ini tidak mengalami perubahan

harga. Penurunan harga yang dialami kelompok ini masih dipengaruhi oleh penurunan harga

BBM yang dilakukan oleh pemerintah di akhir bulan Desember 2009.

2.1.3. INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK BARANG

Secara total, inflasi Kota Batam pada triwulan I 2009 tercatat sebesar 0,65% (qtq)

lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama yang tercatat sebesar 2,89% (qtq).

Inflasi pada triwulan laporan yang relatif rendah tersebut dipengaruhi oleh rendahnya inflasi

di bulan Januari dan Maret 2009. Selain itu penurunan harga kelompok transportasi,

komunikasi dan jasa keuangan yang terjadi selama dua bulan berturut-turut yaitu bulan

Januari dan Februari juga berpengaruh pada rendahnya inflasi di triwulan I 2009.

 

 

 

 

Grafik 2.2. Inflasi Kota Batam Berdasarkan Kelompok Barang 

Sumber : BPS data diolah

Page 27: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO … Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I ‐ 2009 8 Daya beli masyarakat petani relatif meningkat didorong oleh kenaikan harga beberapa

 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan I ‐ 2009 

31

2.1.3.1. Bahan Makanan

Kelompok bahan makanan di Kota Batam pada triwulan I 2009 mengalami inflasi

sebesar 1,02% (qtq). Sub kelompok yang mengalami inflasi terbesar adalah sub kelompok

buah-buahan dan ikan segar yang mengalami inflasi masing-masing sebesar 9,75% (qtq) dan

8,20% (qtq). Sub kelompok buah-buahan dan ikan segar mengalami kenaikan harga yang

cukup tinggi dipengaruhi oleh bertiupnya angin utara yang bertiup di bulan Januari dan

Februari. Angin utara ini menimbulkan ombak tinggi sehingga lalu lintas pelayaran terganggu

yang mempengaruhi supply kebutuhan buah-buahan dan ikan segar.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Selain itu ombak tinggi yang dibawa oleh angin utara juga menyebabkan nelayan kecil

sulit melaut. Kebutuhan ikan segar masyarakat Kota Batam selama musim utara ini dipasok

dari storage yang dimiliki oleh para pengumpul ikan di Kota Batam. Fenomena ini juga

berpengaruh pada permintaan terhadap sub kelompok ikan diawetkan yang mengalami

peningkatan sehingga mengalami kenaikan harga sebesar 3,97% (qtq).

Sementara itu beberapa sub kelompok yang lain mengalami perubahan harga yang

relatif stabil dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sub kelompok padi-padian, sub

kelompok kacang-kacangan dan sub kelompok sayur-sayuran mengalami kenaikan harga di

bawah satu persen masing-masing sebesar 0,4% (qtq), 0,4% (qtq) dan 0,01% (qtq).

Grafik 2.3.. Rata‐rata Kecepatan Angin & Tinggi Gelombang Laut di Indonesia 

FORECAST JANUARI 2009 VALID : 18-25/01/2009 00 UTC FORECAST FEBRUARI 2009 VALID : 18-25/01/2009 00 UTC

Page 28: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO … Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I ‐ 2009 8 Daya beli masyarakat petani relatif meningkat didorong oleh kenaikan harga beberapa

 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan I ‐ 2009 

32

Pada triwulan I 2009 terdapat 4 (empat) sub kelompok yang mengalami penurunan

harga (deflasi). Sub kelompok yang mengalami penurunan harga terbesar adalah sub

kelompok bumbu-bumbuan yang mengalami penurunan harga sebesar 6,60%. Penurunan

harga sub kelompok ini merupakan proses menuju keseimbangan baru setelah pada triwulan

sebelumnya mengalami kenaikan harga sebesar 14,08%.

Sedangkan tiga sub kelompok lain yang mengalami penurunan harga adalah sub

kelompok daging, sub kelompok telur dan susu serta sub kelompok lemak dan minyak yang

masing-masing mengalami deflasi sebesar 3,46% (qtq), 1,80% (qtq), dan 0,91% (qtq).

2.1.3.2 . Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau

Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pada triwulan I 2009

mengalami inflasi sebesar 3,57% (qtq). Ketiga sub kelompok yang ada pada kelompok ini

mengalami inflasi. Sub kelompok yang mengalami inflasi tertinggi adalah sub kelompok

minuman tidak beralkohol yang mengalami inflasi sebesar 8,63% (qtq). Sedangkan sub

kelompok tembakau dan minuman beralkohol mengalami inflasi sebesar 3,80% (qtq).

Sementara itu, sub kelompok makanan jadi mengalami terendah dalam kelompok ini dengan

angka inflasi sebesar 1,80% (qtq).

2.1.3.3. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar

Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar pada triwulan laporan

mengalami kenaikan harga sebesar 0,30% (qtq). Inflasi tertinggi dialami oleh sub kelompok

perlengkapan rumah tangga yang mengalami inflasi sebesar 1,26% (qtq) yang diikuti sub

kelompok biaya tempat tinggal dengan angka inflasi sebesar 0,37% (qtq).

Sub kelompok penyelenggaraan rumah tangga mengalami inflasi sebesar 0,14%

(qtq). Sub kelompok bahan bakar, penerangan dan air mengalami inflasi terendaha dengan

angka inflasi sebesar 0,06% (qtq). Sub kelompok ini mengalami inflasi yang cukup rendah

setelah pada triwulan sebelumnya mengalami inflasi yang cukup tinggi yaitu sebesar 4,71%

(qtq).

2.1.3.4. Kelompok Sandang

Kelompok sandang pada triwulan I 2009 mengalami inflasi yang cukup tinggi yaitu

sebesar 5,48% (qtq). Angka inflasi yang cukup tinggi ini disumbang terutama oleh kenaikan

harga pada sub kelompok barang pribadi dan sandang lain dengan angka inflasi sebesar

16,65% (qtq). Kenaikan harga sub kelompok ini terutama disebabkan oleh kenaikan harga

komoditas emas. Komoditas emas mengalami kenaikan harga mengikuti kenaikan harga

emas internasional.

Page 29: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO … Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I ‐ 2009 8 Daya beli masyarakat petani relatif meningkat didorong oleh kenaikan harga beberapa

 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan I ‐ 2009 

33

Sub kelompok sandang anak-anak dan sandang wanita tercatat mengalami

perubahan harga yang relatif stabil. Kenaikan harga yang dialami oleh kedua sub kelompok

ini masih berada di bawah satu persen. Sub kelompok sandang anak-anak mengalami

kenaikan harga dengan angka inflasi 0,18% (qtq) diikuti oleh sub kelompok sandang wanita

yang mengalami inflaasi sebesar 0,04% (qtq).

Sementara itu sub kelompok sandang laki-laki terus melanjutkan trend di triwulan

sebelumnya yang menunjukkan stabilitas harga. Pada triwulan I 2009 sub kelompok sandang

laki-laki tidak mengalami kenaikan harga. Artinya sejak bulan Oktober 2008 sub kelompok ini

tidak mengalami kenaikan harga selama enam bulan berturut-turut.

2.1.3.5. Kelompok Kesehatan

Kelompok kesehatan pada triwulan laporan mengalami inflasi sebesar 0,34% (qtq)

yang berasal dari sub kelompok jasa perawatan jasmani yang mengalami inflasi sebesar

3,58% (qtq) dan sub kelompok perawatan jasmani dan kosmetik yang mengalami inflasi

sebesar 0,22% (qtq). Sementara itu sub kelompok jasa kesehatan dan obat-obatan pada

triwulan I 2009 tidak mengalami perubahan harga.

2.1.3.6. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga

Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga pada triwulan I 2009 mengalami

kenaikan harga sebesar 0,20% (qtq). Satu-satunya sub kelompok yang mengalami kenaikan

harga pada triwulan laporan adalah sub kelompok rekreasi sedangkan sub kelompok jasa

pendidikan, sub kelompok perlengkapan/peralatan pendidikan, sub kelompok kursus-kursus

dan sub kelompok olahraga tidak mengalami perubahan harga.

2.1.3.7. Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan

Melanjutkan trend triwulan sebelumnya kelompok transportasi, komunikasi dan jasa

keuangan pada triwulan I 2009 juga mengalami penurunan harga dengan angka deflasi

sebesar 3,36% (qtq) yang berasal dari sub kelompok transportasi yang mengalami penurunan

harga sebesar 4,81%. Penurunan harga dialami sub kelompok ini terjadi pada bulan Januari

dan Februari sebagai dampak kebijakan pemerintah menurunkan harga BBM pada bulan

Desember 2008. Sementara itu sub kelompok sarana penunjang transportasi, sub kelompok

komunikasi dan pengiriman serta sub kelompok jasa keuangan pada triwulan laporan tidak

mengalami perubahan harga.

Page 30: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO … Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I ‐ 2009 8 Daya beli masyarakat petani relatif meningkat didorong oleh kenaikan harga beberapa

 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan I ‐ 2009 

34

2.2. INFLASI KOTA TANJUNG PINANG

2.2.1. KONDISI UMUM

Searah dengan yang terjadi di Batam, laju inflasi Kota Tanjung Pinang pada triwulan I

2009 mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Laju inflasi Kota Tanjung

Pinang di triwulan awal 2009 tercatat sebesar 10,28% (yoy) lebih rendah dibandingkan

dengan triwulan IV 2008 yang tercatat sebesar 11,90% (yoy). Melanjutkan trend triwulan

sebelumnya, inflasi tahunan Kota Tanjung Pinang pada triwulan I 2009 tetap lebih tinggi

dibanding angka inflasi nasional yang tercatat sebesar 7,92% (yoy).

Laju inflasi Kota Tanjung Pinang yang masih relatif tinggi ini salah satunya dipengaruhi

oleh economic of scale Kota Tanjung Pinang yang masih terbatas. Sejak peralihan ibukota

Provinsi Kepulauan Riau dari Kota Batam ke Kota Tanjung Pinang, banyak terjadi pergerakan

penduduk dan kegiatan ekonomi dari Kota Batam ke Kota Tanjung Pinang. Oleh karena itu,

terjadi peningkatan permintaan terhadap kebutuhan pokok masyarakat baik untuk konsumsi

maupun sebagai bahan baku distribusi. Karena supply barang-barang kebutuhan pokok

tersebut ke Kota Tanjung Pinang masih cukup terbatas, sehingga terjadi kenaikan harga yang

masih cukup tinggi di Kota Tanjung Pinang.

2.1.2. INFLASI TRIWULANAN

Secara triwulanan, laju inflasi Kota Tanjung Pinang pada triwulan I 2009 tercatat

sebesar 0,33% (qtq) lebih rendah dibandingkan triwulan IV 2008 yang tercatat sebesar

1,19% (qtq). Kelompok mkanan jadi, minuman, rokok dan tembakau menjadi kontributor

terbesar pada pembentukan inflasi Kota Tanjung Pinang dengan kontribusi sebesar 0,38%

(qtq) dengan angka inflasi sebesar 1,73% (qtq). Kelompok yang menjadi penyumbang inflasi

terbesar berikutnya adalah kelompok sandang, yang memberikan sumbangan sebesar 0,26%

(qtq) dengan angka inflasi sebesar 4,66% (qtq).

  Tabel 2.2. Perkembangan Inflasi Triwulanan Kota Tanjung Pinang 

KELOMPOK Triwulan IV ‐2008  Triwulan I ‐2009 

Inflasi Sumbangan Inflasi  Sumbangan I  Bahan Makanan  2,66  0,69  0,48  0,1 II  Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau  2,48  0,53  1,73  0,38 III  Perumahan, Air, Listrik & Bahan Bakar 0,81 0,18 ‐0,06  ‐0,02 IV  Sandang  3,48  0,19  4,66  0,26 

V  Kesehatan  0,75  0,03  0,8  0,03 

VI  Pendidikan, Rekreasi & Olahraga  0,13  0,01  ‐0,17  0 

VII  Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan  ‐2,67  ‐0,44  ‐2,61  ‐0,42 

   INFLASI  1,19  0,33 

Sumber : BPS (diolah)       

   

Page 31: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO … Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I ‐ 2009 8 Daya beli masyarakat petani relatif meningkat didorong oleh kenaikan harga beberapa

 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan I ‐ 2009 

35

  Sedangkan kelompok bahan makanan di Kota Tanjung Pinang pada triwulan I 2009

memberikan kontribusi sebesar 0,10% (qtq) dengan angka inflasi sebesar 0,48% (qtq), diikuti

oleh kelompok kesehatan yang memberikan kontribusi sebesar 0,03% (qtq). Sedangkan

kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga pada triwulan laporan tidak mengalami

perubahan harga. Pada triwulan laporan, terdapat dua kelompok yang mengalami penurunan

harga yaitu kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar dan kelompok transportasi,

komunikasi dan jasa keuangan masing-masing dengan angka deflasi 0,02% (qtq) dan 0,42%

(qtq).

2.1.3. INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK BARANG

Inflasi selama triwulan I 2009 di Kota Tanjung Pinang tercatat sebesar 0,33% (qtq)

lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 1,19% (qtq).

Inflasi tersebut sebagian besar dipengaruhi oleh pergerakan harga pada kelompok makanan

jadi, rokok dan tembakau yang memberikan sumbangan cukup besar terhadap pembentukan

inflasi Kota Tanjung Pinang. Pada triwulan laporan, angka inflasi yang terbentuk di Kota

Tanjung Pinang juga dipengaruhi oleh deflasi yang terjadi di bulan Maret 2009 serta deflasi

yang dialami oleh kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan yang selama bulan

Januari dan Februari akibat kebijakan pemerintah yang menurunkan harga BBM di bulan

Desember 2008.

 

 

Grafik 2.4. Inflasi Kota Tanjung Pinang dan Inflasi Kelompok Makanan Jadi

Page 32: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO … Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I ‐ 2009 8 Daya beli masyarakat petani relatif meningkat didorong oleh kenaikan harga beberapa

 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan I ‐ 2009 

36

2.1.3.1. Bahan Makanan

Kelompok bahan makanan di Kota Tanjung Pinang pada triwulan I 2009 mengalami

inflasi sebesar 0,48% (qtq). Sub kelompok yang mengalami inflasi terbesar adalah sub

kelompok bumbu-bumbuan yang mengalami inflasi sebesar 4,98% (qtq) yang diikuti oleh sub

kelompok sayur-sayuran yang mengalami inflasi sebesar 2,41% (qtq) dan sub kelompok ikan

segar yang mengalami inflasi sebesar 2,29% (qtq). Sub kelompok ikan segar pada bulan

Januari sempat mengalami inflasi sebesar 22,96% (mtm) akibat bertiupnya angin utara di

wilayah perairan Kota Tanjung Pinang pada bulan tersebut. Namun setelah angin utara

tersebut tidak bertiup kembali kelompok ikan segar mengalami penurunan harga sebesar

19,97% (mtm). Sub kelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya yang mengalami inflasi

sebesar 2,14% (qtq) dan sub kelompok buah-buahan yang mengalami inflasi sebesar 0,09%

(qtq).

Sementara itu empat sub kelompok yang terdapat kelompok bahan makanan Kota

Tanjung Pinang pada triwulan I 2009 mengalami penurunan harga. Keempat sub kelompok

itu antara lain sub kelompok lemak dan minyak yang mengalami deflasi sebesar 2,26% (qtq),

sub kelompok daging dan hasil-hasilnya dengan angka deflasi sebesar 1,74% (qtq), sub

kelompok ikan yang diawetkan dengan angka deflasi sebesar 0,81% (qtq) dan sub kelompok

telur, susu dan hasilnya yang mengalami deflasi sebesar 0,58% (qtq).

2.1.3.2 . Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau

Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pada triwulan I 2009

mengalami inflasi sebesar 1,73% (qtq). Inflasi tertinggi dialami oleh sub kelompok tembakau

dan minuman beralkohol yang mengalami deflasi sebesar 5,09% (qtq) diikuti sub kelompok

minuman tidak beralkohol dengan angka inflasi sebesar 3,03% (qtq). Sementara itu sub

kelompok makanan jadi yang mengalami inflasi sebesar 0,18% (qtq) yang diakibatkan

kenaikan harga di bulan Januari dan Februari 2009.

2.1.3.3. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar

Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar pada triwulan laporan

mengalami penurunan harga yang dipengaruhi penurunan harga pada sub kelompok biaya

tempat tinggal dan perlengkapan rumah tangga dengan angka deflasi masing-masing 0,26%

(qtq) dan 0,11% (qtq). Sementara itu dua sub kelompok lain dalam kelompok ini mengalami

kenaikan harga yaitu sub kelompok penyelenggaraah rumah tangga dengan angka inflasi

sebesar 1,03% (qtq) dan sub kelompok bahan bakar, penerangan dan air dengan angka

inflasi sebesar 0,07% (qtq).

Page 33: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO … Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I ‐ 2009 8 Daya beli masyarakat petani relatif meningkat didorong oleh kenaikan harga beberapa

 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan I ‐ 2009 

37

2.1.3.4. Kelompok Sandang

Pada triwulan I 2009 kelompok sandang mengalami inflasi tertinggi dibandingkan

dengan kelompok lain. Kenaikan harga yang dialami oleh kelompok sandang sangat

dipengaruhi oleh kenaikan harga yang dialami oleh sub kelompok barang pribadi dan

sandang lain dengan angka inflasi sebesar 15,37% (qtq). Kenaikan harga yang cukup tinggi

pada sub kelompok ini dipengaruhi oleh pergerakan harga komoditas emas. Harga emas

mengalami kenaikan sebagai akibat kenaikan harga emas internasional. Sub kelompok

sandang anak-anak pada triwulan ini mengalami kenaikan harga sebesar 0,20% (qtq).

Sementara itu sub kelompok sandang laki-laki dan sub kelompok sandang wanita pada

triwulan I 2009 tidak mengalami kenaikan harga.

2.1.3.5. Kelompok Kesehatan

Kelompok kesehatan pada triwulan laporan mengalami inflasi sebesar 0,80% (qtq)

yang berasal dari sub kelompok obat-obatan yang mengalami inflasi sebesar 0,29% (qtq) dan

sub kelompok perawatan jasmani dan kosmetika dengan angka inflasi sebesar 1,56% (qtq).

Sementara itu dua sub kelompok lain yaitu sub kelompok jasa kesehatan dan sub kelompok

jasa perawatan jasmani pada triwulan I 2009 tidak mengalami perubahan harga. Sub

kelompok jasa kesehatan di Kota Tanjung Pinang sejak bulan Juli 2008 sampai dengan Maret

2009 sama sekali tidak mengalami perubahan harga.

2.1.3.6. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga

Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga pada triwulan I 2009 mengalami

penurunan harga dibandingkan triwulan sebelumnya dengan angka deflasi sebesar 0,17%

(qtq). Penurunan harga pada kelompok ini dipengaruhi oleh penurunan harga yang dialami

oleh sub kelompok rekreasi yang mengalami penurunan harga dengan angka deflasi sebesar

0,74% (qtq). Sementara itu sub kelompok olah raga mengalami kenaikan harga sebesar

0,30% (qtq). Sedangkan tiga sub kelompok tidak mengalami perubahan harga antara lain

sub kelompok kursus-kursus, sub kelompok perlengkapan/peralatan pendidikan dan sub

kelompok olahraga.

2.1.3.7. Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan

Melanjutkan trend penurunan harga triwulan sebelumnya, pada triwulan I 2009

kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan di Kota Tanjung Pinang juga

mengalami penurunan harga. Kelompok ini mengalami deflasi sebesar 2,61% (qtq) yang

Page 34: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO … Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I ‐ 2009 8 Daya beli masyarakat petani relatif meningkat didorong oleh kenaikan harga beberapa

 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan I ‐ 2009 

38

berasal dari penurunan harga yang dialami oleh sub kelompok transportasi dengan angka

deflasi sebesar 4,12% (qtq). Penurunan harga yang dialami oleh sub kelompok ini masih

dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah yang menurunkan harga BBM pada bulan Desember

2008.

Sementara itu sub kelompok komunikasi justru mengalami kenaikan harga dengan

angka inflasi sebesar 0,48% (qtq). Sementara itu sub kelompok sarana penunjang transportasi

dan sub kelompok jasa keuangan pada triwulan laporan tidak mengalami perubahan harga.

 

Page 35: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO … Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I ‐ 2009 8 Daya beli masyarakat petani relatif meningkat didorong oleh kenaikan harga beberapa

 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan I ‐ 2009 

39

BAB 2 PERKEMBANGAN PERBANKAN REGIONAL

3.1. Kondisi Umum

Kondisi perbankan di Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan I 2009 menunjukkan

pergerakan yang cukup stabil terhadap periode sebelumnya. Beberapa indikator-indikator

perbankan, seperti total aset, Dana Pihak Ketiga (DPK) dan terus mengalami pertumbuhan.

Sementara itu penyaluran kredit oleh perbankan mengalami sedikit penurunan dibandingkan

triwulan sebelumnya.

Total asset perbankan di Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan I 2009 tercatat

sebesar Rp21,33 triliun atau mengalami peningkatan sebesar Rp511,55 miliar (2,46%)

dibandingkan triwulan IV 2008. Sedangkan secara tahunan total asset perbankan mengalami

peningkatan Rp4,62 triliun (27,65%) dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya yang

tercatat sebesar Rp16,71 triliun.

Sementara itu, total DPK yang berhasil dihimpun oleh perbankan di Provinsi

Kepulauan Riau sampai dengan triwulan I 2009 tercatat sebesar Rp17,40 triliun atau

mengalami peningkatan sebesar Rp409,03 miliar (2,41%) dibandingkan posisi akhir tahun

2009. Sedangkan secara tahunan DPK perbankan mengalami peningkatan Rp3,46 triliun

(24,83%) dibandingkan posisi Maret 2008 yang tercatat sebesar Rp13,94 triliun.

Penyaluran kredit yang dilakukan oleh perbankan di Provinsi Kepulauan Riau

mengalami sedikit penurunan. Pada triwulan I 2009, penyaluran kredit di Provinsi Kepulauan

Grafik. 3.1. Perkembangan Indikator Perbankan

Sumber : Bank Indonesia

Page 36: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO … Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I ‐ 2009 8 Daya beli masyarakat petani relatif meningkat didorong oleh kenaikan harga beberapa

 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan I ‐ 2009 

40

Riau oleh perbankan tercatat sebesar Rp11,12 triliun atau mengalami penurunan sebesar

Rp95,00 miliar (0,85%) dibandingkan triwulan IV 2008 yang tercatat sebesar Rp11,22 triliun.

Secara tahunan penyaluran kredit perbankan di Provinsi Kepulauan Riau mengalami

peningkatan sebesar Rp2,14 triliun (23,88%) dibandingkan posisi yang sama tahun

sebelumnya yang tercatat sebesar Rp8,97 triliun.

Sebagai dampak penurunan penyaluran kredit oleh perbankan yang diiringi kenaikan

DPK maka LDR perbankan Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan akhir 2008 mengalami

penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Jika pada triwulan IV 2008 LDR perbankan

Provinsi Kepulauan Riau tercatat sebesar 66,01% maka pada triwulan I 2009 LDR perbankan

tercatat sebesar 63,91%.

Dampak krisis keuangan global sudah mulai terasa terhadap perekonomian Provinsi

Kepulauan Riau yang ditunjukkan dengan turunnya indikator penyaluran kredit oleh para

pelaku perbankan di Provinsi Kepulauan Riau sebagaimana tergambar dari data tersebut di

atas. Alih-alih menyalurkan dana ke masyarakat dalam bentuk kredit, kalangan perbankan di

Provinsi Kepulauan Riau lebih banyak menghimpun dana dalam rangka memperkuat kondisi

likuiditasnya.

3.2. Kondisi Bank Umum

Beberapa indikator industri bank umum menunjukkan pertumbuhan yang cukup stabil

meskipun indikator penyaluran kredit oleh perbankan menunjukkan penurunan dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya. Total asset bank umum yang berada di wilayah kerja Kantor

Bank Indonesia Batam mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan DPK yang

dihimpun oleh bank umum.

Grafik 3.2. Perkembangan Total Asset, Kredit, DPK dan LDR Bank Umum 

Grafik 3.3. Perkembangan Kredit dan NPL’s Bank Umum 

Sumber : Bank Indonesia 

Page 37: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO … Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I ‐ 2009 8 Daya beli masyarakat petani relatif meningkat didorong oleh kenaikan harga beberapa

 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan I ‐ 2009 

41

Jumlah jaringan kantor cabang bank umum di wilayah Provinsi Kepulauan Riau

tercatat sebanyak 46 kantor cabang pada triwulan I 2009 atau tidak mengalami pertambahan

dibandingkan triwulan sebelumnya.

Tabel 3.1 –Perkembangan Indikator Bank Umum (juta rupiah)

Indikator

Periode

2008 2009 Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 Tw.1

1. Jaringan BU 45 45 45 46 46

a. Batam 29 29 29 29 29

b. Tj. Pinang 13 13 13 14 14

c. Karimun 2 2 2 2 2

d. Natuna 1 1 1 1 1

2. Total Asset 16.065.809 16.709.890 17.600.675 19.898.329 20.242.439

a. Batam 11.821.641 12.319.472 12.891.294 14.478.579 14.578.187

b. Tj. Pinang 3.586.531 3.619.643 3.830.760 4.392.858 4.621.290

c. Dati II lain 657.637 770.775 878.621 1.026.892 1.042.962

3. Total DPK 13.442.509 14.071.918 14.446.343 16.332.781 16.601.580

a. Batam 9.389.470 9.873.065 9.966.579 11.249.163 11.245.003

b. Tj. Pinang 3.421.781 3.442.043 3.609.408 4.067.217 4.328.898

c. Dati II lain 631.258 756.810 870.356 1.016.401 1.027.679

4. Total Kredit 8.583.889 9.291.399 9.944.195 10.653.877 10.529.216

a. Batam 7.100.350 7.623.089 8.139.988 8.729.088 8.512.180

b. Tj. Pinang 1.193.191 1.319.883 1.423.511 1.539.970 1.622.192

c. Dati II lain 290.348 348.427 380.696 384.819 394.844

5. LDR (%) 63,86 66,03 68,84 65,23 63.42

a. Batam 75,62 77,21 81,67 77,6 77.73

b. Tj. Pinang 34,87 38,35 39,44 37,86 37.47

c. Karimun 41,57 41,65 39,89 38,41 38.32

d. Natuna 62,4 59,59 54,34 36,83 38.63

6. NPLs (%) 1,57 2,33 2,94 2,60 2.96

a. Batam 1,4 2,14 2,96 2,76 3.15

b. Tj. Pinang 2,93 3,21 2,64 2,04 2.44

c. Karimun 0,57 4,84 5,29 1,72 1.47

d. Natuna 0 0 0 0 0.04

Sumber : Bank Indonesia

3.2.1. Total Asset Bank Umum

Sampai dengan triwulan I 2009, total asset bank umum mencapai Rp20,24 triliun atau

mengalami peningkatan sebesar Rp344,11 miliar (1,73%) dibanding triwulan IV 2008 yang

tercatat sebesar Rp19,89 triliun. Secara tahunan terjadi peningkatan sebesar Rp4,1 triliun

(26,00%) terhadap posisi yang sama tahun sebelumnya.

Page 38: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO … Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I ‐ 2009 8 Daya beli masyarakat petani relatif meningkat didorong oleh kenaikan harga beberapa

 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan I ‐ 2009 

42

Berdasarkan Dati II, kegiatan bank umum masih terkonsentrasi di Kota Batam, dimana

jumlah total asset bank umum sebagian besar masih tetap terhimpun di Kota Batam. Total

asset bank umum yang ada di Kota Batam pada triwulan I 2009 sebesar Rp14,58 triliun atau

72,02% dari seluruh total asset bank umum di Kepulauan Riau. Sedangkan total asset yang

berhasil dihimpun oleh bank umum di Tanjung Pinang sebesar Rp4,62 triliun atau 22,83%

dari seluruh total asset perbankan di Kepulauan Riau. Sementara itu total asset perbankan di

wilayah Kepulauan Riau (Tanjung Uban, Tanjung Balai Karimun, dan Natuna) sebesar Rp1,04

triliun (5,15%).

Total asset perbankan di Kota Batam mengalami peningkatan sebesar Rp99,61 miliar

(0,69%) secara triwulanan (qtq) sedangkan secara tahunan mengalami peningkatan sebesar

Rp2,76 triliun (23,32%). Sedangkan untuk total asset perbankan di wilayah Kota Tanjung

Pinang mengalami peningkatan sebesar Rp228,43 miliar (5,20%) sedangkan secara tahunan

mengalami peningkatan sebesar Rp1,03 triliun (28,85%). Untuk perbankan di wilayah

Kepulauan Riau yang meliputi Tanjung Uban, Tanjung Balai Karimun dan Natuna, total asset

perbankan di wilayah tersebut mengalami peningkatan secara triwulanan sebesar Rp16,07

miliar (1,56%) sedangkan secara tahunan mengalami peningkatan sebesar Rp385,32 miliar

(58,59%).

3.2.2. Dana Pihak Ketiga Bank Umum

Pada triwulan I 2009, jumlah dana masyarakat yang dihimpun oleh bank umum

mengalami peningkatan sebesar Rp268,79 miliar (1,65%) menjadi sebesar Rp16,60 triliun.

Peningkatan DPK bank umum pada triwulan I 2009 sebagian besar disumbangkan oleh

peningkatan simpanan dalam bentuk deposito yang naik Rp598,64 miliar (18,22%)

dibandingkan triwulan sebelumnya sehingga tercatat sebesar Rp3,88 triliun. Secara tahunan

simpanan dalam bentuk deposito mengalami peningkatan sebesar Rp985,22 miliar atau

Diagram 3.1. Share Asset Bank Umum 

Grafik 3.4. Perkembangan Asset Bank Umum 

Sumber : Bank Indonesia 

Page 39: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO … Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I ‐ 2009 8 Daya beli masyarakat petani relatif meningkat didorong oleh kenaikan harga beberapa

 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan I ‐ 2009 

43

33,99%. Sedangkan simpanan dalam bentuk tabungan mengalami peningkatan sebesar

Rp17,27 miliar (0,30%). Secara tahunan, simpanan dalam bentuk tabungan juga mengalami

peningkatan sebesar Rp816,47 miliar (16,36%).

Sementara itu simpanan dalam bentuk giro secara triwulanan justru mengalami

penurunan sebesar Rp347,12 miliar (4,78%) terhadap triwulan sebelumnya. Secara tahunan

simpanan dalam bentuk deposito mengalami peningkatan sebesar Rp1,36 triliun (24,45%).

Meskipun mengalami penurunan, secara nominal porsi simpanan giro masih

merupakan jenis simpanan terbesar (41,62%) diantara dua jenis simpanan lain dengan nilai

nominal sebesar RpRp6,91 triliun. Porsi simpanan jenis tabungan tercatat sebesar Rp5,81

triliun (34,99%). Sedangkan simpanan dalam bentuk deposito tercatat sebesar Rp3,88 triliun

(23,39%). Dominasi sektor industri dan sektor perdagangan pada perekonomian Kota Batam

turut mempengaruhi jenis transaksi perbankan di Provinsi Kepulauan Riau. Kebutuhan

masyarakat akan dana likuid serta transaksi ekonomi yang membutuhkan waktu singkat

menyebabkan simpanan berbentuk giro memiliki porsi terbesar terhadap total simpanan

masyarakat di perbankan.

3.2.3. Kredit Bank Umum

Jumlah kredit yang disalurkan oleh bank umum di wilayah kerja Kantor Bank

Indonesia Batam pada triwulan I 2009 tercatat sebesar Rp10,52 triliun turun sebesar

Rp124,66 miliar (1,17%) dibandingkan triwulan sebelumnya. Penurunan jumlah kredit yang

disalukan oleh bank umum tersebut berakibat pada penurunan tingkat LDR (Loan to Deposit

Ratio) bank umum di Provinsi Kepulauan Riau menurun dari 65,23% pada triwulan IV 2008

menjadi 63,42%.

Sumber : Bank Indonesia 

Grafik 3.5. Perkembangan DPK Bank Umum Diagram 3.2. Share DPK Bank Umum 

Page 40: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO … Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I ‐ 2009 8 Daya beli masyarakat petani relatif meningkat didorong oleh kenaikan harga beberapa

 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan I ‐ 2009 

44

Berdasarkan jenis penggunaannya, kredit yang disalurkan di wilayah kerja KBI Batam

sebagian besar digunakan untuk kredit konsumsi sebesar Rp4,31 triliun atau 40,98% dari

total kredit yang diberikan. Sedangkan kredit untuk modal kerja dan investasi masing-masing

sebesar Rp3,75 triliun (35,59%) dan Rp2,46 triliun (23,43%).

Dari segi pertumbuhan, jenis kredit yang mengalami peningkatan pada triwulan I

2009 adalah kredit konsumsi yang mengalmai peningkatan sebesar Rp116,59 miliar (2,78%)

terhadap triwulan IV 2008. Secara tahunan kredit konsumsi mengalami peningkatan sebesar

Rp977,76 miliar (29,30%).

Kredit modal kerja dan kredit investasi secara triwulanan pada triwulan I 2009

mengalami penurunan masing-masing sebesar Rp227,59 miliar (5,73%) dan Rp13,65 miliar

(0,55%). Secara tahunan baik kredit modal kerja maupun kredit investasi mengalami

kenaikan. Pada triwulan I kredit modal kerja mengalami peningkatan sebesar Rp692,71 miliar

(22,67%). Sedangkan kredit investasi secara tahunan meningkat sebesar Rp274,87 miliar

(12,54%).

NPL bank umum di Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan I 2009 menunjukkan

peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. NPL bank umum meningkat dari

2,60% pada triwulan IV 2008 menjadi 2,96% pada triwulan laporan. Krisis keuangan global

yang berdampak kepada kondisi perekonomian Singapura ikut berkontribusi pada kualitas

kredit di Provinsi Kepulauan Riau. Turunnya permintaan berakibat pada turunnya kapasitas

produksi beberapa perusahaan yang berdampak pada pengurangan tenaga kerja. Meski

demikian, angka NPL’s kantor cabang bank umum di Provinsi Kepulauan Riau masih berada di

bawah standar NPL’s yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu 5%.

Grafik 3.6. Perkembangan Kredit Jenis Penggunaan Bank Umum 

Diagram 3.3. Kredit Jenis Penggunaan  Bank Umum 

Sumber : Bank Indonesia 

Page 41: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO … Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I ‐ 2009 8 Daya beli masyarakat petani relatif meningkat didorong oleh kenaikan harga beberapa

 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan I ‐ 2009 

45

3.2.4. Kredit UMKM Bank Umum

Searah dengan yang terjadi pada total kredit bank umum, penyaluran kredit UMKM

pada triwulan I 2009 juga mengalami penurunan. Jika pada triwulan IV 2008 penyaluran

kredit UMKM tercatat sebesar Rp5,71 triliun pada triwulan I 2009 kredit UMKM bank umum

turun menjadi sebesar Rp5,64 triliun atau mengalami penurunan sebesar Rp62,25 miliar

(1,09%). Namun secara tahunan kredit UMKM bank umum pada triwulan I 2009 mengalami

peningkatan sebesar Rp821,81 miliar (17,04%).

Sementara itu jika dilihat dari share kredit UMKM, menunjukkan trend penurunan.

Namun pada triwulan I 2009 nampak telah menunjukkan kenaikan dibandingkan triwulan

sebelumnya. Jika pada triwulan IV 2008, share kredit UMKM tercatat sebesar 53,56% maka

pada triwulan I 2009 share kredit UMKM mengalami peningkatan menjadi 53,61%.

3.3. Bank Perkreditan Rakyat

Sebagai daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi cukup tinggi, Provinsi

Kepulauan Riau menarik minat investor untuk menanamkan modalnya untuk diinvestasikan

pada bisnis perbankan, khususnya BPR. Adapun alasan investor tersebut karena bisnis BPR

tidak terlalu membutuhkan modal besar dan proses pendiriannya tidak terlalu rumit.

Grafik 3.7 Perkembangan Kredit UMKM dan Share terhadap Total Kredit 

Sumber : Bank Indonesia

Page 42: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO … Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I ‐ 2009 8 Daya beli masyarakat petani relatif meningkat didorong oleh kenaikan harga beberapa

 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan I ‐ 2009 

46

TABEL 3.2 – PERKEMBANGAN INDIKATOR BPR (dalam jutaan rupiah)

KETERANGAN 2008 2009

Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 Tw.1 TOTAL ASSET 642.366 680.641 776.379 918.784 1.086.223 TOTAL DANA 498.168 504.879 564.556 660.973 801.204 a. Tabungan 40.902 44.805 51.715 63.749 82.123 b. Deposito 457.266 460.073 512.841 597.224 719.079

TOTAL KREDIT 394.750 461.337 538.346 563.476 593.136 a. Investasi 30.844 40.208 50.540 52.551 54.784 b. Modal Kerja 90.339 108.041 128.903 128.638 134.479 c. Konsumsi 273.567 313.088 358.903 382.287 403.873

Sampai dengan triwulan I 2009 jumlah kantor Bank Perkreditan Rakyat (BPR) tercatat

ada 24 kantor BPR dan 3 (tiga) kantor cabang BPR atau terjadi penambahan 1 (satu) BPR.

Perkembangan BPR yang sudah beroperasi juga tergolong cukup baik yang ditunjukkan oleh

kenaikan share beberapa indikator kinerja BPR terhadap perbankan di Provinsi Kepulauan Riau

secara keseluruhan.

Dilihat dari total asset, share asset BPR terhadap total asset perbankan di Provinsi

Kepulauan Riau mengalami peningkatan secara gradual tiap triwulan. Pada triwulan I 2009

terjadi peningkatan yang cukup tinggi. Jika pada triwulan IV 2008 share asset BPR terhadap

total asset perbankan di Provinsi Kepulauan Riau tercatat 4,41% maka pada triwulan I 2009

share total asset BPR Provinsi Kepulauan Riau terhadap perbankan provinsi Kepulauan Riau

tercatat sebesar 5,09%. Peningkatan share ini terjadi karena tingkat pertumbuhan asset BPR

lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan asset kantor cabang bank umum

yang beroperasi di wilayah Provinsi Kepulauan Riau.

Grafik 3.8. Share Asset BPR terhadap Perbankan

Sumber : Bank Indonesia 

Grafik 3.9. Share Kredit BPR terhadap Perbankan

Sumber : Bank Indonesia 

Page 43: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO … Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I ‐ 2009 8 Daya beli masyarakat petani relatif meningkat didorong oleh kenaikan harga beberapa

 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan I ‐ 2009 

47

Selain itu peningkatan asset share asset BPR tersebut tidak lepas dari tingkat

pertambahan BPR baru yang cukup tinggi. Adanya peningkatan jumlah BPR tersebut

memberikan masyarakat lebih banyak pilihan dalam memenuhi kebutuhan pembiayaan baik

konsumsi, investasi maupun modal kerja. Penambahan jumlah BPR tersebut juga dapat ikut

serta mendorong pertumbuhan sektor usaha domesitik khususnya koperasi dan UMKM.

Dari sisi pembiayaan, share kredit BPR terhadap total kredit perbankan di Provinsi

Kepulauan Riau juga mengalami peningkatan terhadap triwulan IV 2008. Pada triwulan I

2009 share kredit BPR terhadap total kredit perbankan tercatat sebesar 5,33% lebih tinggi

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,33%. Peningkatan share

kredit ini dipengaruhi oleh penurunan kredit yang disalurkan oleh bank umum. Sementara itu

kredit BPR terus melanjutkan trend peningkatan selama tiga tahun terakhir.

3.3.1. Total Asset Bank Perkreditan Rakyat

Total asset BPR yang berada di wilayah kerja Kantor Bank Indonesia Batam sampai

dengan triwulan I 2009 terus melanjutkan trend peningkatan. Sampai dengan triwulan I

2009, total asset BPR mengalami peningkatan sebesar Rp167,44 miliar (18,22%) menjadi

sebesar Rp1,09 triliun dibanding triwulan IV 2008 yang tercatat sebesar Rp918,78 miliar.

Secara tahunan total asset BPR mengalami peningkatan sebesar Rp443,85 miliar (69,10%)

dibanding posisi yang sama pada tahun 2008.

3.3.2. DPK Bank Perkreditan Rakyat

Grafik 3.10. Perkembangan Asset BPR

Sumber : Bank Indonesia

Page 44: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO … Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I ‐ 2009 8 Daya beli masyarakat petani relatif meningkat didorong oleh kenaikan harga beberapa

 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan I ‐ 2009 

48

Sebagaimana indikator BPR yang lain, total dana yang berhasil dihimpun oleh BPR

pada triwulan laporan meningkat dengan triwulan sebelumnya. Jika pada triwulan IV 2008

total dana yang dihimpun BPR tercatat sebesar Rp660,97 miliar, maka pada triwulan I 2009

DPK BPR meningkat menjadi Rp801,20 miliar atau naik sebesar Rp140,23 miliar (21,22%).

Secara tahunan dana yang berhasil dihimpun oleh BPR mengalami peningkatan sebesar

Rp303,03 miliar (60,83%). Sebagaimana karakteristik BPR, sebagian besar dana masyarakat

yang dihimpun oleh BPR disimpan dalam bentuk deposito. Sedangkan simpanan dalam

bentuk tabungan biasanya digunakan oleh nasabah untuk proses pencairan kredit. Dana

simpanan dalam bentuk deposito yang dihimpun oleh BPR di Provinsi Kepulauan Riau tercatat

sebesar Rp719,08 miliar atau 89,75% dari seluruh total DPK BPR. Sedangkan 10,25%

disimpan dalam bentuk tabungan sebesar Rp82,15 miliar.

Simpanan dalam bentuk deposito mengalami peningkatan sebesar Rp121,86 miliar

(20,40%) dibandingkan triwulan sebelumnya. Sedangkan secara tahunan simpanan dalam

bentuk deposito di BPR mengalami peningkatan sebesar Rp261,81 miliar (57,26%). Secara

triwulanan simpanan dalam bentuk tabungan mengalami peningkatan sebesar Rp18,37 miliar

(28,82%) dibandingkan triwulan IV 2008. Sedangkan secara tahunan mengalami

peningkatan sebesar Rp41,22 miliar (100,78%) dibandingkan posisi yang sama tahun 2008.

3.6. Kredit Bank Perkreditan Rakyat

Ketika penyaluran kredit bank umum mengalami peningkatan, penyaluran kredit yang

dilakukan oleh BPR kepada masyarakat pada triwulan I 2009 justru mengalami peningkatan

dibandingkan triwulan IV 2008. Jumlah kredit yang disalurkan oleh 24 BPR yang beroperasi di

wilayah Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan I 2009 tercatat sebesar Rp593,14 miliar atau

meningkat Rp29,66 miliar (5,26%) dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp563,48

miliar. Sementara itu secara tahunan kredit BPR di Provinsi Kepulauan Riau mengalami

Grafik 3.11. Perkembangan DPK BPR Diagram 3.4. Share DPK BPR

Sumber : Bank Indonesia 

Page 45: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO … Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I ‐ 2009 8 Daya beli masyarakat petani relatif meningkat didorong oleh kenaikan harga beberapa

 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan I ‐ 2009 

49

peningkatan sebesar Rp198,39 miliar (50,26%) dibandingkan triwulan I 2008 yang tercatat

sebesar Rp394,75 miliar..

Penyaluran kredit yang dilakukan oleh BPR di wilayah kerja KBI Batam sebagian besar

digunakan untuk keperluan konsumsi. Kredit untuk konsumsi yang disalurkan BPR di wilayah

kerja KBI Batam pada triwulan I 2009 tercatat sebesar Rp403,87 miliar atau 68,09% dari

seluruh total kredit yang diberikan oleh BPR. Sementara kredit untuk modal kerja yang

diberikan BPR di Provinsi Kepulauan Riau sebesar Rp134,48 miliar atau 22,67% dari seluruh

total kredit yang diberikan oleh BPR. Sedangkan porsi kredit investasi adalah sebesar Rp54,79

miliar (9,24%).

Kredit konsumsi BPR di Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan I 2009 mengalami

peningkatan sebesar Rp21,58 miliar (5,26%) dibandingkan triwulan IV 2008 yang tercatat

sebesar Rp382,29 miliar. Sementara itu secara tahunan kredit konsumsi BPR mengalami

peningkatan sebesar Rp130,30 miliar (47,63%) dibandingkan posisi yang sama tahun 2008.

Kredit modal kerja yang disalurkan BPR di Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan I

2009 mengalami peningkatan sebesar Rp5,84 miliar (4,54%) dibandingkan triwulan

sebelumnya. Sedangkan secara tahunan kredit modal kerja BPR mengalami peningkatan

sebesar Rp44,14 miliar (48,86%) dibandingkan posisi triwulan I 2008. Kredit investasi yang

disalurkan oleh BPR kepada masyarakat Provinsi Kepulauan Riau sampai dengan triwulan I

2009 mengalami peningkatan sebesar Rp2,24 miliar (4,26%) dibandingkan triwulan IV 2008

yang tercatat sebesar Rp52,55 miliar. Secara tahunan kredit investasi BPR di Provinsi

Kepulauan Riau mengalami peningkatan sebesar Rp23,95 miliar (77,66%) terhadap posisi

yang sama tahun 2008 yang tercatat sebesar Rp30,84 miliar.

Besarnya kredit BPR untuk keperluan konsumsi mencerminkan intermediasi yang

dilakukan BPR terhadap dunia usaha masih belum optimal. Sebagian besar BPR di Provinsi

Grafik 3.12. Perkembangan DPK BPR Diagram 3.5. Share Kredit BPR

Sumber : Bank Indonesia

Page 46: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO … Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I ‐ 2009 8 Daya beli masyarakat petani relatif meningkat didorong oleh kenaikan harga beberapa

 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan I ‐ 2009 

50

Kepulauan Riau menyalurkan kredit untuk keperluan pembelian mobil dan beberapa untuk

pembelian rumah atau ruko. Sedangkan porsi yang untuk kredit produktif terutama

pemberdayaan UMKM masih kurang optimal. Hal ini perlu digalakkan mengingat fitrah BPR

adalah sebagai lembaga pembiayaan UMKM dan Koperasi.

Sementara itu, NPLs kredit yang diberikan oleh BPR sampai dengan triwulan I 2009

mengalami kenaikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. NPLs kredit BPR pada

triwulan laporan tercatat sebesar 2,10% lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan IV 2008

yang tercatat sebesar 1,59%. Meskipun mengalami kenaikan rasio kredit bermasalah NPLs

BPR yang beroperasi di wilayah Provinsi Kepulauan Riau secara trend data masih berada pada

kisaran 1% - 2%, jauh di bawah standar yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu 5%.

Namun jika dibandingkan dengan posisi yang sama tahun sebelumnya NPLs BPR di Provinsi

Kepulauan Riau justru mengalami penurunan. NPLs BPR pada posisi Maret 2008 tercatat

sebesar 2,33%.

Grafik 3.13. Perkembangan Kredit dan NPLs BPR

Sumber : Bank Indonesia

Page 47: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO … Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I ‐ 2009 8 Daya beli masyarakat petani relatif meningkat didorong oleh kenaikan harga beberapa

 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan I ‐ 2009 

51

BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

4.1. KONDISI UMUM  

Beragam tantangan yang dihadapi pemerintah daerah dalam reformasi anggaran dan

keuangan berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku. Selain berupa peraturan yang

saling bertentangan yang dikeluarkan oleh Departemen di tingkat nasional, kesulitan muncul

dalam keseluruhan siklus keuangan pemerintah daerah. Mulai dari pengesahan anggaran

sampai ke penyusunan laporan keuangan, yang disebabkan oleh kompleksitas peraturan,

kurangnya SDM, buruknya koordinasi dan tidak memadainya teknologi yang digunakan.

Beberapa contoh yang lebih spesifik antara lain: Keterpaduan Perencanaan dan

Penganggaran. Keterkaitan antara UU No 25/1999, UU No 17/2003 dan UU No 32/2004

dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM). Perencanaan Tahunan

Kebijakan Umum Anggaran (KUA/PPAS), dan anggaran tahunan tidak jelas. Sedang tujuan

dari PP No 58/2005 dan Permendagri No 13/2006 adalah untuk mengaitkan perencanan dan

penganggaran.

Dalam Permendagri No 13 Tahun 2006 dokumen perencanaan dan anggaran tertentu

disiapkan oleh Satuan Kerja Perangkan Daerah (SKPD). Dan ini menyulitkan pemerintah

daerah karena kurangnya kompetensi teknis pada tingkat tersebut. Tidak terdapat indikator

untuk mengukur pencapaian target penyediaan layanan yang digunakan dalam perencanaan,

serta tidak adanya kaitan dengan indikator target dalam anggaran tahunan yang berbasiskan

kinerja. Kemudian dalam Kep. Mendagri No 29 Tahun 2002, DPRD (pihak legislatif)

menetapkan Arah Kebijakan Umum (AKU), yang berfungsi sebagai panduan kebijakan umum

bagi eksekutif dalam menyusun rancangan anggaran (RAPBD). Sementara, dalam

Permendagri No 13 Tahun 2006, DPRD mengeluarkan KUA, yang mirip dengan AKU tapi

dengan program dan kagiatan yang jauh lebih rinci. AKU membatasi Eksekutif dalam

penyusunan rancangan anggaran sampai Batas rincian yang mungkin tidak realistis atau tidak

praktis. Hasilnya, rancangan anggaran yang dihasilkan akan terliha berbeda dengan KUA

sehingga menyebabkan konflik antara DPRD dan Eksekutif.

Page 48: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO … Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I ‐ 2009 8 Daya beli masyarakat petani relatif meningkat didorong oleh kenaikan harga beberapa

 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan I ‐ 2009 

52

Hasilnya, rancangan anggaran yang dihasilkan akan terlihat berbeda dengan KUA

sehingga menyebabkan konflik antaran DPRD dan Eksekutif. Tertundanya pengesahan APBD

juga merupakan hal yang sangat lazim terjadi, akibat prosesnya sendiri yang seringkali

berjalan tidak sesuai dengan kalender anggaran yang telah ditetapkan. Beberapa tahap yang

seharusnya dilakukan secara beruntun, seperti misalnya penyusunan kebijakan umum

anggaran dan instruksi anggaran bagi dinas, pada kenyataannya dilakukan secara bersamaan.

Kadang rancangan anggaran sudah dalam tahap review sementara kebijakan umum

anggaran belum lagi disahkan. Meskipun menurut peraturan, anggaran harus sudah disahkan

pada akhir Desember untuk tahun anggaran yang dimulai bulan Januari, kadang eksekutif

baru mengajukan rancangan anggaran kepada DPRD pada bulan Pebruari. Sementara DPRD

membutuhkan paling tidak dua bulan untuk review rancangan anggaran tersebut untuk

memastikan anggaran telah mencerminkan kebutuhan dan prioritas masyarakat. Konsekuensi

tidak dapat disahkannya anggaran sesuai jadwal, berarti pemerintah daerah tidak dapat

mendanai proyek-proyek di luar belanja rutin, seperti gaji pegawai negeri.

Kualitas beberapa proyek menjadi jauh berkurang jika keterlambatan pengesahan

anggaran menyebabkan tidak tersedianya waktu yang memadai untuk merencanakan dan

melakukan proyek bersangkutan.Untuk mempercepat proses pengesahan anggaran, baik

pihak legislatif maupun eksekutif harus melakukan pendekatan yang tegas dalam

menerapkan langkah -langkah yang diperlukan bagi penyelesaian proses APBD secara efisien

dan tepat waktu.

4.2. PERKEMBANGAN PENERIMAAN PEMERINTAH

Anggaran Penerimaan seluruh pemerintah kabupaten dan kota pada tahun 2009

mengalami penurunan yang signifikan, sebesar 29,6% dibanding tahun 2008. Total

Penerimaan tahun 2009 dianggarkan sebesar Rp 5,07 triliun, sedangkan di tahun 2008

sebesar Rp7,2 triliun.

Menurunnya anggaran penerimaan tahun 2009 disebabkan adanya penyesuaian-

penyesuaian pos pendapatan yang berasal dari Dana Perimbangan. Setelah mencermati

perkembangan informasi tentang penetapan target DBH PPh, Pertambangan, DAU, DAK

bagian Provinsi Kepri Tahun 2009 melalui Surat Dirjen Perimbangan Keuangan Nomor : S-

539/PK/2008 tanggal 31 Oktober 2008, maka perlu untuk dilakukan penyesuaian terhadap

target penerimaan yang berasal dari DBH PPh, Pertambangan, Dana Alokasi Umum (DAU) dan

Dana Alokasi Khusus (DAK). Selain itu, dengan adanya tren penurunan harga komoditas

Page 49: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO … Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I ‐ 2009 8 Daya beli masyarakat petani relatif meningkat didorong oleh kenaikan harga beberapa

 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan I ‐ 2009 

53

primer di pasaran internasional, maka perlu dilakukan penyesuaian penurunan jumlah target

penerimaan yang bersumber dari DBH Migas, dan DBH PBB.

Tabel 4.1. Perkembangan APBD Kab/Kota di Provinsi Kepulauan Riau

Tahun Anggaran 2008 dan 2009

2008 2009 % ∆

TOTAL PENERIMAAN 7,199,276 5,066,700 -29.62%Pendapatan Asli Daerah (PAD) 13,732,036 1,050,395 -92.35%DANA PERIMBANGAN 3,020,707 3,836,335 27.00%TOTAL BELANJA 5,155,325 6,702,499 30.01%Belanja Tidak Langsung 1,959,360 2,463,137 25.71% - Belanja bantuan Sosial 194,997 222,388 14.05%Belanja Langsung 3,195,965 4,239,364 32.65% - Belanja Pegawai 400,679 590,169 47.29% - Belanja Barang dan Jasa 1,330,753 1,519,122 14.16% - Belanja Modal 1,464,533 2,130,074 45.44%

 

4.3. PERKEMBANGAN BELANJA PEMERINTAH

Dalam kurun waktu tahun 2002-2008, tingkat penyerapan anggaran belanja oleh

sebagian besar kabupaten dan kota di provinsi Kepulauan Riau tergolong belum optimal.

Tingkat penyerapan terendah terjadi pada kabupaten Natuna, dimana pada tahun 2008

diperkirakan hanya 75% dari APBD TA.2008 yang disetujui sebesar Rp1,04 triliun. Sedangkan

tahun 2007 hanya terealisasi sebesar 73,5% dari target APBD tahun berjalan.

Sumber : Direktorat Jenderal Keuangan Daerah (diolah) *) data tahun 2009 tidak termasuk Kabupaten Kepulauan Anambas

Sumber : Direktorat Jenderal Keuangan Daerah (diolah)

Grafik 4.1. Tingkat Penyerapan Anggaran APBD Kabupaten/Kota

di Provinsi Kepulauan Riau

Page 50: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO … Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I ‐ 2009 8 Daya beli masyarakat petani relatif meningkat didorong oleh kenaikan harga beberapa

 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan I ‐ 2009 

54

Adapun daerah yang memiliki tingkat penyerapan anggaran belanja tertinggi adalah

kabupaten Bintan, dimana realisasi belanja pemerintah di tahun 2008 diperkirakan sekitar

Rp663 milyar, mencapai 127,9% dari target APBD TA. 2008 yang ditetapkan sebesar Rp518,3

milyar. Kinerja pemerintah kabupaten Bintan sangat baik selama 3 tahun terakhir, antara lain

terlihat dari optimalnya penyerapan anggaran belanja hingga melampaui target APBD yang

telah ditetapkan. Hal ini sekaligus memperlihatkan kesadaran seluruh perangkat daerah dalam

memberikan stimulus bagi perekonomian daerahnya.

Pengelolaan keuangan yang cukup baik juga dilakukan oleh pemerintahan kabupaten

Karimun, meski di tahun 2008 diperkirakan menurun. Total pengeluaran pemerintah selama

tahun 2005 s.d. 2007 terealisasi maksimal dengan tingkat pencapaian yang melampaui target

APBD yang ditetapkan. Bahkan pada tahun 2007, tingkat penyerapan anggaran mencapai

162,7%. Namun di tahun 2008, tingkat penyerapan anggaran diperkirakan menurun hingga

hanya terealisasi sekitar 80,2% dari target APBD TA. 2008 sebesar Rp 757 milyar.

Sementara itu kota Batam yang diharapkan menjadi lokomotif pertumbuhan provinsi

Kepulauan Riau tidak pernah mencapai tingkat realisasi yang optimal dalam 5 tahun terakhir.

Penyerapan anggaran belanja rata-rata hanya sebesar 85,2%. Di tahun 2008, dari target

APBD yang telah disahkan sebesar Rp 882 milyar diperkirakan hanya terserap sekitar 84,4%.

Meskipun kontribusinya terhadap pembentukan PDRB kota Batam terus meningkat dari tahun

2002 sebesar 0,93%, di tahun 2008 memberi kontribusi sebesar 2,27% terhadap

perekonomian kota.

Sumber : Direktorat Jenderal Keuangan Daerah; BPS Provinsi Kepulauan Riau; BPS Kota Batam (diolah)

Grafik 4.2. Tingkat Penyerapan Anggaran Belanja & Kontribusinya thp PDRB kota Batam

Grafik 4.3. Tingkat Penyerapan Anggaran Belanja

& Kontribusinya thp PDRB Kepulauan Riau

Page 51: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO … Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I ‐ 2009 8 Daya beli masyarakat petani relatif meningkat didorong oleh kenaikan harga beberapa

 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan I ‐ 2009 

55

Secara keseluruhan, dalam 3 tahun terakhir diketahui bahwa penyerapan anggaran

dari seluruh kabupaten dan kota di Kepulauan Riau semakin menurun. Penyerapan anggaran

belanja di tahun 2006 sempat melampaui target pengeluaran dengan tingkat realisasi sekitar

102,7%, akibat tingginya penyerapan di kabupaten Bintan dan Karimun, serta kota

Tanjungpinang. Namun di tahun 2007 turun menjadi 87,8%, dan di tahun 2008 diperkirakan

hanya terserap sebesar 86,3%. Bersamaan dengan itu, kontribusi yang diberikan terhadap

perkembangan ekonomi Kepulauan Riau juga semakin menurun. Dimana pada tahun 2008

diperkirakan memberi kontribusi sebesar 8,28%, menurun dibandingkan tahun 2007 yang

berkontribusi mencapai 10,42%.

Jika melihat target APBD TA.2009 seluruh kabupaten dan kota di Kepulauan Riau

diketahui bahwa secara total terdapat kenaikan yang signifikan mencapai 30% dibanding

tahun 2008. Target anggaran belanja tahun 2009 sebesar Rp 6,7 triliun sedangkan tahun

sebelumnya tercatat sebesar Rp5,2 triliun. Kenaikan anggaran APBD tersebut diharapkan

dapat men-trigger pertumbuhan ekonomi provinsi Kepulauan Riau, karena kenaikan terbesar

terjadi pada pos anggaran Belanja Modal yang mengalami peningkatan 45,4% di tahun 2009

menjadi sebesar Rp2,13 triliun. Sementara anggaran belanja Barang dan Jasa juga mengalami

peningkatan yang cukup siginifikan dari Rp1,33 triliun menjadi Rp 1,52 triliun, atau naik

14,2%.

Peningkatan anggaran belanja Modal dan Barang/jasa akan memberi efek pengganda

(multiplier) bagi perkembangan ekonomi daerah di tengah situasi krisis keuangan global yang

mulai dirasakan dampaknya sejak pertengahan tahun 2008 lalu. Upaya pemerintah daerah

dalam meredam dampak krisis juga cukup terlihat dari meningkatnya anggaran belanja

Bantuan Sosial bagi masyarakat tidak mampu, dimana pada tahun 2009 dianggarkan sebesar

Rp222 milyar, atau meningkat 14,05% dibandingkan anggaran yang tersedia pada tahun

2008.

Dengan demikian, partisipasi aktif pemerintah daerah Kepulauan Riau menjadi

semakin penting dalam menjaga tingkat pertumbuhan ekonomi wilayahnya sejalan dengan

target pertumbuhan Nasional tahun 2009. Percepatan realisasi belanja secara proporsional

diyakini mampu memberi stimulus positif bagi penciptaaan lapangan kerja di tengah langkah

rasionalisasi karyawan yang mulai dilakukan perusahaan-perusahaan untuk menjaga

kesinambungan bisnisnya. Lebih jauh, realisasi belanja secara optimal selama semester I-2009

sangat dibutuhkan guna mengantisipasi dampak krisis yang semakin intens dirasakan pada

triwulan I-2009 dan diperkirakan masih berlanjut di triwulan mendatang.

Page 52: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO … Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I ‐ 2009 8 Daya beli masyarakat petani relatif meningkat didorong oleh kenaikan harga beberapa

 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan I ‐ 2009 

56

BAB 5 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

5.1. PENGEDARAN UANG KARTAL

Perkembangan aliran uang yang masuk (inflow) dan keluar (outflow) Kantor Bank

Indonesia Batam pada triwulan I 2009 ditandai dengan angka outflow yang mengalami

penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan I 2009 terjadi outflow

sebesar Rp582,64 miliar atau turun sebesar Rp913,83 miliar (61,07%) dibandingkan triwulan

IV 2008 yang tercatat sebesar Rp1,49 triliun.

        

 

  Sementara itu inflow ke Kantor Bank Indonesia Batam tercatat sebesar Rp165 milyar.

Oleh karena itu secara keseluruhan terjadi net outflow Rp417,23 miliar. Turunnya penarikan

maupun setoran dari bank ke Bank Indonesia dibandingkan dengan triwulan sebelumnya

terkait dengan kebutuhan uang kartal di masyarakat yang mengalami penurunan. Pada dua

triwulan sebelumnya kebutuhan masyarakat Provinsi Kepulauan Riau akan uang kartal cukup

tinggi mengingat pada triwulan tersebut terdapat hari raya keagamaan baik Hari Raya Idul

Fitri yang jatuh pada bulan Oktober 2008 maupun Hari Raya Natal yang jatuh di akhir bulan

Desember. Kebutuhan masyarakat juga meningkat cukup tinggi di akhir tahun 2008 terkait

Grafik 5.1. Perkembangan Inflow Outflow

Page 53: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO … Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I ‐ 2009 8 Daya beli masyarakat petani relatif meningkat didorong oleh kenaikan harga beberapa

 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan I ‐ 2009 

57

dengan Tahun Baru Masehi dan Tahun Baru Imlek yang dirayakan cukup meriah mengingat

banyak penduduk keturunan Tiong Hoa yang berada di Provinsi Kepulauan Riau.

Tabel 5.1 Perkembangan Uang Kartal (dalam milyar rupiah) 

KETERANGAN 2007 2008 2009

Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I

Inflow 60,55 47,68

214,06 59,97 60,95 64,57

278,55 165,41

Outflow 502,94

851,82

1.208,18 405,16 791,49

1.527,09

1.496,47 582,64

Net 442,39

804,14

994,12 345,19 730,54

1.462,53

1.217,92 417,23

Sumber: Bank Indonesia 

 

5.1.1. Penyediaan Uang Kartal Layak Edar

Peracikan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) merupakan salah satu upaya yang dilakukan

oleh Bank Indonesia dalam melaksanakan kebijakan uang bersih (clean money policy) yaitu

Bank Indonesia senantiasa menyediakan uang rupiah dalam kondisi yang layak kepada

masyarakat. Di samping itu, Bank Indonesia juga memberikan pelayanan kepada perbankan

dan masyarakat untuk kegiatan setoran, penarikan dan penukaran untuk pecahan besar ke

pecahan kecil serta untuk uang rupiah lusuh. Selama triwulan I 2009, jumlah UTLE yang

diracik di KBI Batam Rp38,53 milyar atau mengalami penurunan dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp58,54 miliar. Penurunan jumlah UTLE yang

diracik oleh KBI Batam terkait dengan turunnya setoran bank yang terlihat dari indikator

inflow yang mengalami penurunan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Grafik 5.2. Perkembangan UTLE

Page 54: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO … Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I ‐ 2009 8 Daya beli masyarakat petani relatif meningkat didorong oleh kenaikan harga beberapa

 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan I ‐ 2009 

58

5.2. LALU LINTAS PEMBAYARAN GIRAL

5.2.1. Kliring Lokal

Untuk wilayah kerja Kantor Bank Indonesia Batam, terdapat 3 (tiga) wilayah kliring lokal,

yaitu: di Kantor Bank Indonesia Batam untuk wilayah Kota Batam, PT. Bank Mandiri untuk

wilayah Tanjung Pinang, dan PT. BNI untuk wilayah Tanjung Balai Karimun.

Nilai transaksi melalui sistem kliring lokal di wilayah Provinsi Kepulauan Riau pada

triwulan I 2009 mencapai Rp2,59 triliun dengan jumlah warkat sebanyak 101.670 lembar.

Nilai total kliring tersebut menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat

sebesar Rp2,74 triliun dengan jumlah warkat sebanyak 102.838 lembar.

 

   

Sementara itu, penolakan Cek/BG kosong di wilayah kerja KBI Batam pada triwulan I

2009 tercatat sebesar Rp56,98 milyar dengan jumlah warkat sebanyak 2.892 lembar. Jika

dilihat dari nominal dan jumlah warkatnya, jumlah Cek/BG kosong yang ditolak mengalami

peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan III 2008 jumlah

Cek/BG kosong yang ditolak tercatat sebesar Rp 56,80 milyar dengan jumlah warkat sebesar

1.812 lembar.

Tabel 5.2 – Perkembangan Kliring Lokal

Keterangan 2007 2008 2009 Tw.4 Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 Tw.1

Perputaran Kliring Lembar 103.390 104.027 108.574 111.429 102.838 101.670 Nominal (Rp Miliar) 2.652 2.456 2.719 2.964 2.742 2.597

Penolakan Cek/BG Kosong Lembar 1.665 1.873 1.770 1.986 2.160 1.812 Nominal (Rp Miliar) 93,26 47,16 71,27 49,34 56,80 56.98

  Sumber: Bank Indonesia 

 

5.2.2. Transaksi BI-RTGS

Grafik 5.3. Perputaran Kliring Grafik 5.4. Penolakan Cek/BG Kosong  

Page 55: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO … Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I ‐ 2009 8 Daya beli masyarakat petani relatif meningkat didorong oleh kenaikan harga beberapa

 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan I ‐ 2009 

59

Transaksi masyarakat melalui sarana Bank Indonesia Real Time Gross Settlement

(RTGS) di Provinsi Kepulauan Riau baik secara nominal maupun sencara volume masih

didominasi transaksi yang terjadi di Kota Batam. Transaksi BI-RTGS selama triwulan I 2009

yang berasal dari Kota Batam tercatat sebesar Rp5,04 triliun atau 89,43% dari total seluruh

transaksi BI-RTGS yang berasal dari Provinsi Kepulauan Riau. Sedangkan transaksi yang berasal

dari Kabupaten Tanjung Balai Karimun dan Kota Tanjung Pinang masing-masing tercatat

sebesar Rp322,48 milyar dan Rp273,34 milyar.

Sementara itu, transaksi BI-RTGS yang masuk ke Kota Batam selama triwulan I 2009

tercatat sebesar Rp6,11 triliun atau 85,55% dari seluruh transaksi BI-RTGS yang masuk ke

Provinsi Kepulauan Riau. Transaksi BI-RTGS yang masuk ke Kota Tanjung Pinang tercatat

sebesar Rp681,88 miliar, sedangkan transaksi BI-RTGS yang masuk ke Tanjung Balai dan

Natuna tercatat sebesar Rp330,49 milyar dan Rp19,61 milyar.

Tabel 5.3 Perkembangan BI-RTGS Tw. I 2009

Region 

 FROM    TO    FROM ‐ TO  

 Nilai   Volume  

 Nilai   Volume  

 Nilai  

 Volume   (Milyar Rp)    (Milyar Rp)    (Milyar Rp)  

BATAM                5.042,91  

                       9.555  

              6.108,54  

                    12.051  

            3.274,46  

                 5.202  

NATUNA                                ‐    

                                ‐    

                     19,61  

                              47  

                             ‐    

                          ‐    

TANJUNG BALAI                    322,48  

                       1.257  

                  330,49  

                           764  

                    12,86  

                        26  

TANJUNGPINANG                    273,34  

                           676  

                  681,88  

                       1.165  

                 194,89  

                     454  

Sumber: Bank Indonesia 

 

5.3. UANG PALSU

Jumlah uang rupiah palsu yang dilaporkan ke Bank Indonesia Batam pada triwulan I

2009 berjumlah Rp 1.180.000,00 dengan jumlah lembar sebanyak 20 lembar. Jumlah

tersebut menurun dibandingkan dengan triwulan IV 2008 yang tercatat sebesar Rp 1.470.000

dengan jumlah lembar sebanyak 28 lembar.

Tabel 5.4. Perkembangan Uang Palsu

Pecahan Tw. IV 2008 Tw. I 2009 

Nominal  Lembar  Nominal  Lembar      100.000   600.000 6 500.000 5        50.000   800.000 16 650.000 13        20.000   20.000 1 20.000 1        10.000   50.000 5 10.000 1          5.000   ‐ ‐ ‐ ‐          1.000   ‐ ‐ ‐ ‐ 

Page 56: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO … Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I ‐ 2009 8 Daya beli masyarakat petani relatif meningkat didorong oleh kenaikan harga beberapa

 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan I ‐ 2009 

60

  1.470.000               28  1.180.000 20 Sumber: Bank Indonesia 

  Berdasarkan jenis pecahan, uang kertas rupiah palsu pecahan Rp100.000,00

dilaporkan sebanyak 5 lembar, uang kertas rupiah palsu pecahan Rp50.000,00 dilaporkan

sebanyak 13 lembar, uang kertas rupiah palsu pecahan Rp20.000,00 dilaporkan sebanyak 1

lembar, uang kertas rupiah palsu pecahan Rp10.000,00 dilaporkan sebanyak 1 lembar.  

 

Diagram 5.1. Prosentase Pecahan Uang Palsu      

 

 

 

Terkait dengan uang palsu yang beredar di masyarakat, Bank Indonesia Batam terus

melakukan berbagai upaya untuk menekan peredarannya, antara lain dengan melakukan

sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah kepada berbagai kalangan (perbankan, pelajar,

mahasiswa, masyarakat umum). Selain itu, Kantor Bank Indonesia Batam juga memasang

iklan layanan masyarakat tentang ciri-ciri keaslian uang rupiah di beberapa media, salah

satunya adalah di bioskop yang ada di Kota Batam.

LembarNominal 

Page 57: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO … Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I ‐ 2009 8 Daya beli masyarakat petani relatif meningkat didorong oleh kenaikan harga beberapa

 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan I ‐ 2009 

61

BAB 6 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN

6.1. PENDUDUK

Jumlah penduduk Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2008 meningkat dibandingkan

tahun sebelumnya. Penduduk Provinsi Kepulauan Riau meningkat sebesar 60.155 jiwa

(4,32%) menjadi 1.453.073 jiwa dibandingkan tahun 2007 yang tercatat sebesar 1.392.918

jiwa.

Secara jumlah, peningkatan penduduk terbesar terjadi di Kota Batam yang mengalami

peningkatan jumlah penduduk sebesar 41.794 jiwa (6,01%) dibandingkan tahun 2007

sehingga pada tahun 2008 tercatat sebesar 737.533 jiwa. Selanjutnya diikuti Kabupaten

Karimun yang meningkat sebesar 7.657 (3,54%) menjadi 223.878 jiwa pada tahun 2008.

Kota Tanjung Pinang mengalami peningkatan jumlah penduduk sebesar 4.778 jiwa (2,68%)

dibandingkan dengan tahun 2007 sehingga tercatat sebesar 182.741 jiwa pada tahun 2008.

Sedangkan jumlah penduduk Kabuten Bintan meningkat 2.381 jiwa (1,94%)

dibandingkan dengan tahun 2007 yang tercatat sebesar 122.277 jiwa menjadi 125.058 jiwa

pada tahun 2008. Sementara itu jumlah penduduk Kabupaten Lingga dan Kabupaten Natuna

pada tahun 2008 masing-masing mengalami peningkatan sebesar 2.107 jiwa dan 1.438 jiwa

dibandingkan dengan 2007 menjadi masing-masing sebesar 95.531 jiwa dan 88.332 jiwa

pada tahun 2008.

Tabel 6.1 Perkembangan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota

Kab./Kota 2006 2007 2008 Selisih Pert. (%) Karimun 209.875 216.221 223.878 7.657 3,54 Bintan 121.303 122.677 125.058 2.381 1,94 Lingga 91.918 93.424 95.531 2.107 2,26

Page 58: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO … Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I ‐ 2009 8 Daya beli masyarakat petani relatif meningkat didorong oleh kenaikan harga beberapa

 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan I ‐ 2009 

62

Natuna 86.150 86.894 88.332 1.438 1,65 Batam 656.001 695.739 737.533 41.794 6,01 Tanjung Pinang 172.616 177.963 182.741 4.778 2,68 Total 1.337.863 1.392.918 1.453.073 60.155 4,32

Sumber : BPS Prov. Kepri

Penyebaran penduduk Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2008 sebagian besar

masih terkonsentrasi di Kota Batam. Jumlah penduduk Kota Batam pada tahun 2008 tercatat

sebesar 737.533 jiwa atau 50,76% dari total penduduk Provinsi Kepulauan Riau. Secara

trend, share jumlah penduduk Kota Batam juga terus mengalami peningkatan yang cukup

tajam selama tiga tahun terakhir. Selanjutnya diikuti oleh jumlah penduduk Kabupaten

Karimun yang tercatat sebesar 223.878 jiwa (15,41%) dan jumlah penduduk Kota Tanjung

Pinang yang tercatat sebesar 182.741 jiwa (12,58%). Penduduk Kabupaten Bintan

mempunyai porsi 8,61% dari total penduduk Provinsi Kepulauan Riau. Sementara itu

penduduk Kabupaten Lingga dan Kabupaten Natuna masing-masing memiliki porsi 6,57%

dan 6,08% dari total penduduk Provinsi Kepulauan Riau.

6.2. KETENAGAKERJAAN

6.2.1. Angkatan Kerja, Penduduk Yang Bekerja dan Angka Pengangguran

Secara keseluruhan struktur ketenagakerjaan di Propinsi Kepri pada bulan Agustus

2008 mengalami perubahan yang cukup berarti. Pada bulan Agustus 2008, jumlah angkatan

kerja mencapai 666.000 orang, naik sebanyak 13.463 orang dibandingkan bulan Februari

2008. Jumlah penduduk yang bekerja di Provinsi Kepulauan Riau bertambah 15.508 orang

dibandingkan Februari 2008.

Diagram 6.1. Share Jumlah Penduduk di Provinsi Kepulauan Riau

Grafik 6.1. Perkembangan Share Penduduk Kota Batam Terhadap Provinsi

Kepulauan Riau

Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Riau

Page 59: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO … Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I ‐ 2009 8 Daya beli masyarakat petani relatif meningkat didorong oleh kenaikan harga beberapa

 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan I ‐ 2009 

63

Sementara itu, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) juga menunjukkan sedikit

kenaikan, yaitu dari 65,61% pada Februari 2008 menjadi 66,09% pada Agustus 2008. Hal ini

dipengaruhi oleh turunnya tingkat pengangguran terbuka dari 8,49 pada Februari 2008

menjadi 8,01% pada Agustus 2008.

Tabel 6.2. Perkembangan Penduduk Menurut Kegiatan

URAIAN FEB 2007 AGT 2007 FEB 2008 AGT 2008 Angkatan Kerja Bekerja 583.155 535.797 597.159 612.667

Pengangguran 56.708 53.077 55.378 53.333Total 639.863 588.874 652.537 666.000

Bukan Angkatan Kerja Sekolah 67.247 75.895 72.455 60.596Mengurus RT 192.966 234.848 240.225 249.224Lainnya 23.486 34.059 29.314 31.951Total 283.699 344.802 341.994 341.771

Total Penduduk 15+ 923.562 933.676 994.531 1.007.771Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) 69,28 63,07 65,61 66,09Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 8,86 9,01 8,49 8,01

Sumber : BPS, Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional 2007 dan 2008

Sedangkan jumlah penduduk setengah penganggur mengalami peningkatan dari

88.066 jiwa pada bulan Februari 2008 menjadi 90.175 jiwa pada Agustus 2008. Peningkatan

jumlah penduduk setengah penganggur ini dipengaruhi oleh kenaikan jumlah setengah

penganggur sukarela yang meningkat sebesar 11.363 jiwa dibandingkan Februari 2008

menjadi 50.443 jiwa pada Agustus 2008. Sementara itu jumlah penduduk setengah

penganggur terpaksa justru mengalami penurunan dibandingkan bulan Februari 2008. Jika

pada Februari 2008 jumlah penduduk setengah penganggur terpaksa berjumlah 48.986 jiwa

maka pada bulan Agustus 2008 jumlah penduduk setengah penganggur terpaksa tercatat

sebesar 39.732 jiwa.

Grafik 6.2. Perkembangan Jumlah Penduduk Setengah

Penganggur Provinsi Kepulauan Riau

Page 60: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO … Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I ‐ 2009 8 Daya beli masyarakat petani relatif meningkat didorong oleh kenaikan harga beberapa

 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan I ‐ 2009 

64

6.2.2. Lapangan Pekerjaan Utama

Dilihat dari lapangan usahanya, jumlah pekerja di Provinsi Kepulauan Riau masih

terkonsentrasi di sektor industri dengan total pekerja sebanyak 185.624 orang atau 30,30%

dari total pekerja di Provinsi Kepulauan Riau. Penduduk yang bekerja di sektor ini mengalami

peningkatan sebanyak 3.268 orang atau 1,79% dibandingkan bulan Februari 2008. Sektor

yang cukup dominan dalam menyerap pekerja berikutnya adalah sektor perdagangan dengan

jumlah pekerja sebanyak 124.820 orang (20,37%). Pekerja di sektor ini pada bulan Agustus

2008 mengalami peningkatan sebanyak 12.522 (11,15%) dibandingkan bulan Februari 2008.

Sementara itu sektor pertanian menyerap tenaga kerja sebanyak 81.139 orang atau 13,24%

dari total pekerja di Provinsi Kepulauan Riau. Pekerja di sektor ini pada bulan Agustus 2008

mengalami penurunan sebanyak 21.039 orang (20,59%) dibandingkan Februari 2008.

 

6.2.3. Status Pekerjaan

Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Riau

Grafik 6.3. Perkembangan Share Tenaga Kerja di Sektor industri

Grafik 6.4. Perkembangan Share Tenaga Kerja di Sektor Perdagangan

Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Riau

Page 61: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO … Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I ‐ 2009 8 Daya beli masyarakat petani relatif meningkat didorong oleh kenaikan harga beberapa

 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan I ‐ 2009 

65

Dari tujuh pembedaan status pekerjaan yang terekam pada Survei Angkatan Kerja

Nasional (Sakernas), dapat diidentifikasi dua kelompok utama terkait dengan kegiatan

ekonomi formal dan informal. Kegiatan formal terdiri dari mereka yang berstatus berusaha

dibantu buruh tetap dan buruh/karyawan. Sementara kelompok kegiatan yang tidak dibantu

buruh tetap dan buruh/karyawan termasuk kegiatan informal.

Pekerja yang berstatus sebagai karyawan memiliki porsit terbesar dibandingkan

dengan status pekerjaan lain dengan jumlah sebesar 348.611 jiwa. Jumlah ini menurun

dibandingkan dengan jumlah buruh/karyawan pada bulan Februari yang berjumlah 349.264

jiwa. Kelompok penduduk yang bekerja dengan berusaha sendiri tercatat sebesar 150.136

jiwa pada Agustus 2008 atau mengalam pertambahan 2.630 jiwa dibandingkan Februari

2008 yang tercatat sebesar 147.506 jiwa.

Tabel 6.3. Perkembangan Status Pekerjaan Penduduk

STATUS Feb-07 Agt-2007 Feb-08

Agt- 2008

Berusaha sendiri 127.290 147.430 147.506 150.136Berusaha dibantu buruh tidak tetap/brh tdk dibayar 19.397 15.991 28.147 43.422

Berusaha dibantu buruh tetap/brh dibayar 13.796 13.838 19.493 19.465

Buruh/karyawan 366.591 314.653 349.264 348.611

Pekerja bebas pertanian 9.685 7.269 11.586 6.827

Pekerja bebas non tani 24.109 14.279 14.551 19.839

Pekerja tak dibayar 22.287 22.337 26.612 24.367

Total 583.155 535.797 597.159 612.667Sumber : BPS, Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional 2007 dan 2008

Seiring dengan penurunan jumlah pekerja sebagai karyawan, sharing pekerjaan

karyawan terhadap total pekerja di Provinsi Kepulauan Riau juga mengalami penurunan. Jika

pada Februari 2008 sharing pekerja yang bekerja sebagai karyawan adalah sebesar 58,49%

maka pada bulan Agustus 2008 turun menjadi 56,90%. Sebagian besar pekerja yang bekerja

sebagai karyawan bekerja di sektor industri yang tersebar di Kota Batam dan Kabupaten

Bintan.

Grafik 6.5. Perkembangan Share Pekerja sebagai Karyawan

Grafik 6.6. Perkembangan Share Pekerja yang Berusaha Sendiri

Page 62: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO … Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I ‐ 2009 8 Daya beli masyarakat petani relatif meningkat didorong oleh kenaikan harga beberapa

 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan I ‐ 2009 

66

Sementara itu sharing pekerja yang berusaha sendiri tanpa bantuan buruh meskipun

mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya namun secara share

mengalami penurunan. Sharing pekerja yang berusaha sendiri di Provinsi Kepulauan Riau

pada bulan Agustus 2008 tercatat sebesar 24,51% atau mengalami sedikit penurunan

dibandingkan dengan bulan Februari yang tercatat sebesar 24,70%. Namun perkembangan

share pekerja yang berusaha sendiri menunjukkan trend peningkatan. Hal ini cukup positif

mengingat pekerja yang berusaha sendiri dengan sendirinya menciptakan lapangan kerja.

Biasanya pekerja yang berusaha sendiri ini berada di sektor perdagangan.

6.3 KESEJAHTERAAN DAERAH

6.3.1. Indeks Pembangunan Manusia

Salah satu alat ukur untuk mengetahui pencapaian kesejahteraan penduduk adalah

kelangsungan hidup, pengetahuan dan daya beli yang terangkum dalam Indeks

Pengembangan Manusia (IPM). Indikator yang digunakan untuk mengukur dimensi

kelangsungan hidup dan sehat adalah angka harapan hidup, untuk mengukur dimensi

pengetahuan adalah angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah, sedangkan dimensi

kehidupan yang layak diukur dengan paritas daya beli.

Tabel 6.4 – IPM Kab/Kota di Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2007

Prov/Kab /Kota

Angka Harapan

Hidup (tahun)

Angka Melek Huruf

(persen)

Rata2 Lama

Sekolah (tahun)

Rata2 Pengeluran

riil perkapita (000Rp)

IPM Peringkat

Prop.Kepri 69,60 96,00 8,94 631,94 73,68 6

Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Riau

Page 63: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO … Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I ‐ 2009 8 Daya beli masyarakat petani relatif meningkat didorong oleh kenaikan harga beberapa

 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan I ‐ 2009 

67

Karimun

Bintan

Natuna

Lingga

Kota Batam

Kota Tj.Pinang

69,76

69,57

67,96

69,70

70,62

69,40

95,00

94,40

95,75

90,90

98,84

97,30

7,80

7,95

6,90

7,20

10,70

9,20

628,00

637,00

608,00

618,10

640,20

624,20

72,40

72,97

69,36

70,25

76,82

73,46

124

97

252

212

12

84

Secara keseluruhan Propinsi Kepulauan Riau termasuk propinsi yang mempunyai IPM

kategori terbaik (73,68) dibandingkan dengan 33 propinsi di Indonesia, yaitu ditunjukkan oleh

peringkat IPM nomor 6 dari 33 propinsi. Sedangkan pada tingkat kabupaten/kota, Kota

Batam mempunyai peringkat IPM urutan ke 12 dari 440 kabupaten/kota seluruh Indonesia

dengan nilai 76,82. Posisi kedua adalah Kota Tanjungpinang dengan nilai 73,46 atau urutan

ke 84 dari 440 kabupaten/kota. Diikuti oleh Kabupaten Karimun dengan nilai 72,97 dan

peringkat 97 dari 440 kabupaten/kota. Sementara itu, Kabupaten Lingga mempunyai IPM

72,40 dengan peringkat 124 dari 440 kabupaten/kota. Kabupaten Bintan tercatat mempunyai

nilai IPM 70,25 dengan peringkat 212 dari 440 kabupaten/kota. Sedangkan Kabupaten

Natuna tercatat mempunyai IPM 69,36 dengan peringkat 252 dari 440 kabupaten/kota.

6.3.2. Kemiskinan

Selain itu, jumlah penduduk miskin di Provinsi Kepulauan Riau sampai dengan tahun

2008 tercatat berjumlah 268.935 jiwa atau 18,51% dari total penduduk Provinsi Kepulauan

Riau. Angka ini menunjukkan penurunan sebesar 4.688 jiwa (1,71%) dibandingkan dengan

angka kemiskinan tahun 2005 yang tercatat sebesar 273.623 jiwa.

Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah Provinsi Kepulauan Riau dalam

rangka mengurangi angka kemiskinan adalah program pengentasan desa tertinggal yang

telah berjalan selama empat tahun. Program ini memberikan bantuan kepada setiap desa

tertinggal dengan jumlah bantuan sebesar Rp500 juta. Dana ini dikelola oleh masyarakat desa

untuk membiayai kegiatan-kegiatan produktif yang dapat meningkatkan pendapatan

masyarakatnya.

Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Riau

Page 64: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO … Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I ‐ 2009 8 Daya beli masyarakat petani relatif meningkat didorong oleh kenaikan harga beberapa

 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan I ‐ 2009 

68

Saat ini terdapat 169 desa tertinggal yang tersebar di seluruh wilayah Provinsi

Kepuauan Riau baik yang terdapat di pulau-pulau besar seperti Bintan, Batam dan Karimun

juga terdapat di pulau-pulau kecil. Program pengentasan desa tertinggal telah dilaksanakan

kepada 72 desa tertinggal sejak tahun 2003. Pada tahun 2009, direncanakan akan diberikan

bantuan kepada 36 desa tertinggal berikutnya sehingga pada akhir tahun 2009 akan ada 108

desa yang telah mendapatkan bantuan. Target pemerintah daerah Provinsi Kepulauan Riau di

tahun 2010, seluruh desa yang berjumlah 169 desa tertinggal sudah ditangani dan diberikan

bantuan. Pelaksanaan percepatan pembangunan desa juga mendapatkan dukungan dari

kabupaten maupun kota melalui dana-dana APBD.

BAB 7 PROSPEK PEREKONOMIAN DAN INFLASI REGIONAL

Kondisi perekonomian regional di triwulan II-2009 sedikit membaik meski tetap

mengalami laju pertumbuhan yang berkontraksi. Sumber pertumbuhan diduga berasal dari

kenaikan demand domestik seiring dengan tren menguatnya nilai tukar Rupiah dan BI-Rate

yang menurun signifikan sejak akhir tahun 2008. Penurunan suku bunga acuan tersebut

diharapkan dapat direspon oleh perbankan dengan mulai menurunkan suku bunga kreditnya

secara bertahap di periode mendatang. Di samping itu, penurunan harga komoditas primer,

bergeraknya perekonomian regional selama masa Pemilu, serta efektifnya penerapan Free

Trade Zone (FTZ) di kawasan Batam-Bintan-Karimun sejak 1 April 2009 lebih memperkuat

asesmen terhadap perkembangan konsumsi di triwulan II-2009. Adapun aktivitas

perdagangan luar negeri diperkirakan stagnan akibat berlanjutnya koreksi pertumbuhan

sektor Industri Pengolahan. Sedangkan investasi barang modal (PMTB) masih tetap tumbuh

dengan laju perlambatan yang lebih melandai.

Grafik 7.2. Perkembangan Harga Minyak Dunia (WTI)

Grafik 7.1. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah

terhadap US Dollar dan Singapore Dollar

Page 65: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO … Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I ‐ 2009 8 Daya beli masyarakat petani relatif meningkat didorong oleh kenaikan harga beberapa

 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan I ‐ 2009 

69

Berlanjutnya krisis keuangan global akan semakin menekan pertumbuhan sektor

produktif Kepulauan Riau terutama pada sektor Industri Pengolahan sebagai sektor dominan.

Sementara aktivitas Perdagangan yang relatif meningkat diperkirakan mampu

mengkompensir perlambatan yang akan dialami industri Perhotelan. Sedangkan sektor

Bangunan diproyeksi tetap tumbuh di atas 10% didorong oleh penyelesaian beberapa proyek

konstruksi besar, baik oleh Pemerintah maupun Swasta.

Tekanan inflasi di kota Batam dan Tanjung Pinang selama triwulan II-2009 akan

sedikit meningkat merespon kenaikan permintaan atas barang-barang kebutuhan masyarakat.

Meski demikian pengaruh faktor cuaca semakin hilang dengan membaiknya iklim di perairan

sekitar wilayah Kepulauan Riau.

7.1. PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI

`Laju perekonomian di triwulan II-2009 diperkirakan berada pada kisaran -0,48 ± 1%

(y-o-y). Asesmen ini sangat dipengaruhi oleh semakin turunnya permintaan global terhadap

produk yang diolah industri manufaktur di kota Batam. Tingkat utilisasi produksi perusahaan

manufaktur besar diperkirakan relatif sama dengan triwulan I-2009 yakni sekitar 30% - 50%,

merosot tajam dibanding kondisi normal sekitar 80% - 90%.

Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Riau *) angka sementara; **) angka sangat sementara; ***) proyeksi Bank Indonesia Batam (revisi Maret 2009)

Grafik 7.3. Estimasi Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Kepulauan Riau (yoy)

Grafik 7.4. Estimasi Pertumbuhan Ekspor

Barang dan Jasa

Page 66: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO … Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I ‐ 2009 8 Daya beli masyarakat petani relatif meningkat didorong oleh kenaikan harga beberapa

 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan I ‐ 2009 

70

Akibatnya, lalu lintas bahan baku dan barang hasil olahan dari dan ke luar negeri

menjadi semakin berkurang. Pertumbuhan ekspor Kepulauan Riau di triwulan mendatang

diproyeksi sebesar -4,11 ± 1%. Peluang menguatnya pertumbuhan ekspor terindikasi dari

lalu-lintas peti kemas internasional di 3 pelabuhan FTZ kota Batam yang relatif stabil selama

bulan Januari – Maret 2009.

Penurunan BI-Rate selama tahun 2009 mencapai 175 bps, diikuti tren penurunan

harga komoditas primer dan menguatnya nilai tukar Rupiah diperkirakan dapat menahan laju

penurunan Konsumsi Rumah Tangga di triwulan II-2009. Laju pertumbuhan Konsumsi Rumah

Tangga diperkirakan sekitar 11,6 ± 1%, relatif sama dengan triwulan I-2009 yang tumbuh

11,42%. Adapun pertumbuhan Konsumsi Pemerintah diproyeksi akan meningkat menjelang

akhir masa jabatan sebagian pejabat daerah di Kepulauan Riau. Di samping itu, bergeraknya

perekonomian regional selama periode Pemilu serta efektifnya penerapan Free Trade Zone

(FTZ) diduga turut mendorong pertumbuhan konsumsi di triwulan mendatang.

Keberhasilan kawasan FTZ di beberapa negara tidak bisa diraih dalam waktu singkat.

Meski demikian, momentum krisis finansial diharapkan menjadi keuntungan komparatif yang

dimiliki provinsi ini sebagai tujuan berinvestasi. Berjalannya FTZ diperkirakan cukup menahan

perlambatan komponen Investasi Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB). Laju perlambatan

semakin melandai dengan tumbuh 6,32 ± 1%, dibanding triwulan I-2009 yang terkoreksi dari

25,72% menjadi 9,25%.

Sumber : Otorita Batam, Pelabuhan Batam Ket.: Pelabuhan Utama Batam meliputi pelabuhan Batu Ampar, Sekupang dan Kabil.

Grafik 7.6. Estimasi Pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga, Swasta Nirlaba dan Pemerintah

Grafik 7.5. Lalu Lintas Peti Kemas Internasional

di Pelabuhan Utama Batam

Grafik 7.8. Estimasi Pertumbuhan

Sektor Industri Pengolahan Grafik 7.7.

Estimasi Pertumbuhan Investasi Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)

Page 67: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO … Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I ‐ 2009 8 Daya beli masyarakat petani relatif meningkat didorong oleh kenaikan harga beberapa

 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan I ‐ 2009 

71

Sementara itu, aktivitas ekonomi produktif sektor Industri Pengolahan diproyeksi lebih

melambat dibanding triwulan sebelumnya dengan laju berkisar -4,6 ± 1%. Indikasi penurunan

kinerja sektor Industri Pengolahan dapat terlihat dari koreksi tajam aktivitas industri

manufaktur Singapura yang diperkirakan mencapai -29% di triwulan I-2009. Rendahnya

tingkat utilisasi produksi memaksa perusahaan melakukan efisiensi dan penyesuasian

terhadap seluruh faktor produksi. Efisiensi tenaga kerja melalui PHK maupun tidak

memperpanjang kontrak kerja masih akan terjadi sepanjang triwulan II-2009, namun

jumlahnya diperkirakan semakin menurun.

Arah perkembangan sektor Jasa (services) Singapura yang mengalami bergerak

negatif sedikitnya akan mempengaruhi industri pariwisata di Kepulauan Riau, terutama kota

Batam. Sedangkan arus perdagangan barang masih tertahan seiring dengan menurunnya

aktivitas sektor Industri Pengolahan dan sektor-sektor lainnya. Di samping itu, industri

perhotelan dan mall masih dihadapkan pada masalah tingginya kenaikan tarif dasar listrik

mencapai 51% akan berdampak pada penurunan nilai tambah yang akan dihasilkan sektor ini

di triwulan mendatang. Laju pertumbuhan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran di

triwulan II-2009 diperkirakan -0,29 ± 1%.

Grafik 7.9. Pertumbuhan GDP Singapura,

Sektor Manufaktur, Konstruksi dan Jasa (yoy)

Sumber : MTI Singapore April 2009 *) angka sementara Sumber : Survei Liaison Bank Indonesia Batam, Maret 2009

No. Nama PerusahaanJlh Pekerja   Des‐2007

PHK         2008‐2009

Potensi PHK 2009

Jlh Pekerja     Des‐2009 (P)

Penurunan Produksi

1 PT. Sat Nusapersada Tbk 6,000 400 1,600 4,000 40%2 PT. Schneider Electric  1,400 700 0 700 40%3 PT. Japan Servo 1,000 500 100 400 70%4 PT. Epcos 3,000 180 0 2,820 30%5 PT. Ciba Vision 3,066 800 0 2,266 30%6 PT. TEC Indonesia 1,600 400 200 1,000 30%7 PT. TEAC Electronics Indonesia 1,900 800 100 1,000 40%8 PT. Infineon Technologies 1,750 0 450 1,300 30%9 PT. Unisem 4,400 800 0 3,600 20%10 PT. Yoshikawa Electronic Bintan 800 121 0 679 20%11 PT. Amtek Enginering 1,000 202 200 598 50%12 PT. Sumitomo Wiring System 950 395 100 455 50%

26,866 5,298 2,750 18,818Total  

Tabel 7.1. Jumlah PHK di Beberapa Perusahaan

Manufaktur Kota Batam

Page 68: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO … Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I ‐ 2009 8 Daya beli masyarakat petani relatif meningkat didorong oleh kenaikan harga beberapa

 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan I ‐ 2009 

72

Adapun perlambatan sektor bangunan diproyeksi semakin melandai dengan

meningkat sekitar 12,32 ± 1%, dimana pada triwulan sebelumnya tumbuh 14,81%.

Pertumbuhan didorong oleh semakin intensifnya penyelesaian proyek Dompak, hotel dan

apartemen, serta pusat hiburan keluarga di Ocarina. Sementara industri properti residensial

diperkirakan belum memasuki masa recovery di triwulan II-2009. Pelaku bisnis properti

memiliki optimisme terhadap kondisi perekonomian pasca pemilu Presiden bulan Juni

mendatang. Sejalan dengan itu, kegiatan promosi dan pemasaran direncanakan lebih intens

memasuki semester II tahun 2009.

Perkembangan sektor produktif lainnya relatif konvergen dengan sektor-sektor

dominan tersebut. Industri perbankan diperkirakan tumbuh stabil pada triwulan II-2009 di

kisaran 6,01 ± 1%, sedangkan triwulan I tumbuh sebesar 6,12%.Desakan berbagai pihak

kepada perbankan agar lebih intensif dalam mendorong bergeraknya sektor riil akan

berdampak positif bagi kinerja sektor Keuangan. Sehingga target pertumbuhan kredit sebesar

20% di tahun 2009 optimis dapat tercapai.

Meski tumbuh sangat terbatas, laju perekonomian di sektor Pertanian diproyeksi

membaik di triwulan II mendatang didorong oleh kenaikan produksi ikan dan hasil laut.

Musim angin utara yang terjadi sejak penghujung tahun menyebabkan nelayan tidak dapat

melaut akibat tingginya kecepatan angin dan gelombang laut di sekitar wilayah perairan

Kepulauan Riau. Sehingga aktivitas penangkapan ikan baru dimulai pada awal bulan Maret

setelah musim ini berakhir.

7.2. PROSPEK INFLASI

Memperhatikan kecenderungan pergerakan indikator ekonomi wilayah Provinsi

Kepulauan Riau serta berdasarkan pemantauan pada hal-hal yang dapat memberikan

Grafik 7.10. Estimasi Pertumbuhan

Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran Grafik 7.11.

Estimasi Pertumbuhan Sektor Bangunan

Page 69: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO … Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I ‐ 2009 8 Daya beli masyarakat petani relatif meningkat didorong oleh kenaikan harga beberapa

 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan I ‐ 2009 

73

pengaruh bagi pergerakan dimaksud seperti dampak musiman, pengaruh alam serta

perkembangan terkini mengenai perekonomian global triwulan I 2009, prospek inflasi pada

periode triwulan II 2009 di Kota Batam dan Kota Tanjung Pinang diperkirakan tetap

mengalami kenaikan harga dengan level yang lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan I

2009.

Inflasi Kota Batam pada triwulan II 2009

diperkirakan akan tetap mengalami inflasi pada

kisaran 5,59% - 7,70% (yoy). Sementara itu inflasi

tahun kalender diperkirakan akan berada pada kisaran

0,87% - 1,37% (ytd). Sementara itu inflasi Kota

Tanjung Pinang pada triwulan II 2009 diperkirakan

akan mengalami  kenaikan  pada  kisaran  10,21%  ‐ 

11,39%  (yoy).  Sedangkan  inflasi  tahun  kalender 

diperkirakan  akan  berada  pada  kisaran  1,17%  ‐  2,49% 

(ytd). 

7.1.2 Prospek Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang

Kelompok bahan makanan pada triwulan II 2009 diperkirakan akan mengalami

kenaikan harga yang cukup tinggi di Kota Batam dengan angka inflasi rata-rata sekitar 1,24%

- 1,32% (mtm) setiap bulannya. Sementara itu untuk Kota Tanjung Pinang, rata-rata angka

inflasi pada triwulan II 2009 diperkirakan berada pada kisaran 0,27% -0,49% (mtm).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau di Kota Batam pada triwulan

II 2009 diperkirakan akan mengalami angka rata-rata inflasi pada kisaran 0,46% - 0,63%

(mtm). Sedangkan untuk Kota Tanjung Pinang angka rata-rata inflasi sampai dengan triwulan

II 2009 inflasi diperkirakan akan berada pada kisaran 0,01% -0,06% (mtm).

Grafik 7.13 Estimasi Inflasi Bahan Makanan Grafik 7.14 Estimasi Inflasi Makanan Jadi

Page 70: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO … Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I ‐ 2009 8 Daya beli masyarakat petani relatif meningkat didorong oleh kenaikan harga beberapa

 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan I ‐ 2009 

74

Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar di Kota Batam pada triwulan II

2009 diperkirakan akan mengalami rata-rata angka inflasi pada kisaran 0,10% - 0,28%

(mtm). Sementara itu di Kota Tanjung Pinang diperkirakan angka rata-rata inflasi kelompok

perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar antara 0,08% -0,14% (mtm). Sementara itu rata-

rata inflasi kelompok sandang di Kota Batam pada triwulan II 2009 diperkirakan berada pada

kisaran 1,58% - 1,61% (mtm). Sedangkan di Kota Tanjung Pinang rata-rata inflasi pada

triwulan II 2009 diperkirakan berada pada kisaran 0,10% - 0,13% (mtm).

 

 

 

 

 

 

 

 

Kelompok kesehatan di Kota Batam pada triwulan II 2009 diperkirakan akan

mengalami rata-rata angka inflasi pada kisaran 0,47% - 0,58% (mtm). Rata-rata angka inflasi

Kota Tanjung Pinang pada triwulan II 2009 diperkirakan akan berada pada kisaran 0,01% -

0,02% (mtm). Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga pada triwulan II 2009

diperkirakan akan mengalami rata-rata inflasi dengan kisaran 0,36% - 0,66% (mtm).

Sementara itu di Kota Tanjung Pinang kelompok ini diperkirakan akan mengalami inflasi

dengan rata-rata 0,06% - 0,12% (mtm).

 

     

Grafik 7.15 Estimasi Inflasi Perumahan Grafik 7.16 Estimasi Inflasi Sandang 

Grafik 7.17 Estimasi Inflasi Kesehatan  Grafik 7.18 Estimasi Inflasi Pendidikan  

Page 71: BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO … Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I ‐ 2009 8 Daya beli masyarakat petani relatif meningkat didorong oleh kenaikan harga beberapa

 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan I ‐ 2009 

75

Kelompok tranportasi, komunikasi dan jasa keuangan di Kota Batam pada triwulan II

2009 diperkirakan akan mulai mengalami kenaikan setelah tiga bulan sebelumnya mengalami

penurunan sebagai dampak kebijakan penurunan BBM oleh pemerintah. Pada tiwulan II 2009

kelompok ini diperkirakan akan mengalami inflasi dengan rata-rata 0,08% - 1,67% (mtm)

setiap bulannya. Searah dengan yang terjadi di Kota Batam kelompok transportasi,

komunikasi dan jasa keuangan di Kota Tanjung Pinang diperkirakan akan mengalami inflasi

dengan kisaran 0,23% - 0,28% (mtm).