34
Makalah ANALISIS PROGRAM & KEBIJAKAN GIZI GERAKAN 1000 HPK DENGAN ASI EKLUSIF oleh : KELOMPOK 5 Detty Ervita 1420322010 Eka Putri Primasari 1420322021 Santi Hariani 1420322037 Yenti Fitri 1420322041 Febrianti Nursya 1420322044 Dewi Oktavia 1320322045

BAB 2-3_tugas Kelompok 5_pak SYAFIQ

  • Upload
    eka-

  • View
    261

  • Download
    17

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB 2-3_tugas Kelompok 5_pak SYAFIQ

Makalah

ANALISIS PROGRAM & KEBIJAKAN GIZI

GERAKAN 1000 HPK DENGAN ASI EKLUSIF

oleh :

KELOMPOK 5

Detty Ervita 1420322010

Eka Putri Primasari 1420322021

Santi Hariani 1420322037

Yenti Fitri 1420322041

Febrianti Nursya 1420322044

Dewi Oktavia 1320322045

PASCASARJANA KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ANDALAS

Page 2: BAB 2-3_tugas Kelompok 5_pak SYAFIQ

PADANG, 2015

Page 3: BAB 2-3_tugas Kelompok 5_pak SYAFIQ

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,yang

senantiasa memberikan rahmatNya sehingga penulis dapat menelaah objek kajian

ini dan makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk melengkapi tugas yang diberikan dosen

mata kuliah Politik dan Kebijakan Kesehatan. Selain itu, pembuatan makalah ini juga

bertujuan untuk mengetahui pembahasan mengenai Analisis Program dan Kebijakan

Gizi Gerakan 1000 HPK dengan Asi Eksklusif. Dalam pembuatan makalah ini

penulis banyak mendapatkan bantuan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima

kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan dalam pembuatan makalah

ini hingga selesai.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena

itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar

makalah ini menjadi lebih baik dan berdaya guna dimasa mendatang.

Padang, Juni 2015

Penulis

i

Page 4: BAB 2-3_tugas Kelompok 5_pak SYAFIQ

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................ii

BAB 1 : PENDAHULUAN..........................................................................................1

1.1 Latar Belakang....................................................................................................1

1.2 Tujuan Penulisan................................................................................................1

1.3 Manfaat Penulisan..............................................................................................1

BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................2

2.1 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK).......................................................2

2.2 Gerakan 1000 HPK.............................................................................................3

2.2.1 Sasaran Gerakan 1000 HPK........................................................................3

2.2.2 Hasil yang Diharapkan................................................................................4

2.2.3 Pemangku Kepentingan...............................................................................4

2.2.4 Jenis Kegiatan : Intervensi Spesifik dan Intervensi Sensitif........................5

2.2.4.1 Intervensi spesifik.................................................................................5

2.2.4.2 Intervensi sensitif..................................................................................5

2.2.5 Monitoring dan Evaluasi Gerakan 1000 HPK.............................................6

2.2.5.1 Indikator monitoring dan evaluasi........................................................6

2.2.5.2 Mekanisme Monitoring dan Evaluasi (Monev)....................................7

2.3 Asi Ekslklusif......................................................................................................8

BAB 3 : PEMBAHASAN..........................................................................................10

3.1 Analisis Kebijakan Program 1000 HPK...........................................................10

ii

Page 5: BAB 2-3_tugas Kelompok 5_pak SYAFIQ

3.1.1 Analisi Konten...........................................................................................10

3.1.2 Analisis Konteks........................................................................................10

3.1.3 Analisis Proses...........................................................................................10

3.1.4 Analisis Aktor............................................................................................10

BAB 4 : PENUTUP....................................................................................................11

4.1 Kesimpulan.......................................................................................................11

4.2 Saran.................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA

iii

Page 6: BAB 2-3_tugas Kelompok 5_pak SYAFIQ

BAB 1 : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Tujuan Penulisan

1.3 Manfaat Penulisan

Page 7: BAB 2-3_tugas Kelompok 5_pak SYAFIQ

BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA

2.1 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK)

1000 hari pertama kehidupan, yaitu dimulai sejak janin dalam kandungan

hingga ulang tahun kedua seorang anak. Masa ini perupakan periode yang sangat

penting. Kebanyakan kerusakan atau terhambatnya pertumbuhan yang disebabkan

oleh kurang gizi terjadi selama periode ini. Salah satu bentuk dari gagal tumbuh

adalah balita pendek (stunting), yang akan mengakibatan kerusakan permanen atau

berlangsung seumur hidup. Oleh sebab itu sangatlah penting untuk memfokuskan

perhatian pada periode 1000 HPK. Seorang ibu harus dipastikan mendapat gizi yang

cukup selama kehamilan dan berbagai langkah harus diambil untuk mencegah anak

mengalami kurang gizi selama dua tahun pertama kehidupannya. Ganguan gizi yang

terjadi pada periode ini juga merupakan awal mula terjadinya kejadian gizi buruk. 2

Berikut ini adalah gambar bagan yang menunjukkan kenapa 1000 hari

pertama kehidupan itu dianggap penting.3

Gambar: Bagan dampak jangka pendek dan jangka panjang akibat dari

gangguan gizi pada masa 1000 HPK

Pada gambar bagan di atas dapat dilihat bahwa dalam jangka pendek jika gizi

pada masa 1000 HPK tidak dipenuhi dengan baik akan dapat berpengaruh pada: yang

pertama, perkembangan otak atau bisa menyebabkan perkembangan otak tidak

sempurna. Kedua akan berpegaruh pada pertumbuhan masa tubuh dan juga

komposisi badan. Keadaan ini akan terlihat dengan pengukuran berat adan dan juga

Page 8: BAB 2-3_tugas Kelompok 5_pak SYAFIQ

tinggi badan anak, dimana berat badan anak dan juga tinggi badan anak tidak sesuai

dengan standar berat dan tinggi badan menurut umurnya. Pengaruh ketiga ialah akan

terganggunya sistem metabolisme tubuh (glukosa, lemak, protein, hormon, dll).

Paling parahnya adalah jika terjadinya gangguan atau kekurangan gizi buruk yang

ekstrim, dimana kondisi ini bisa menyebabkan kematian.

Selain itu jika dampak jangka pendek itu berlanjut atau tidak mendapatkan

penanganan atau upaya-upaya perbaikan yang seharusnya akan timbul dampak

jangka panjang (permanen) pada saat anak dewasa. Diantaranya, dampak jangka

panjang yang akan timbul yaitu: rendahnya atau jeleknya kemampuan kognitif dan

prestasi belajar, rendahnya kekebalan kapasitas kerja, dan juga akibat dari gangguan

metabolisme yang berkepanjangan akan meningkatkan risiko terhadap kejadian

penyakit seperti: diabetes, obesitas, penyakit jantung koroner, hipertensi, kanker,

strok dan juga disabilitas pada saat lansia.

2.2 Gerakan 1000 HPK

Gerakan 1000 HPK adalah bentuk gerakan Scaling Up Nutrition (SUN

Movement) untuk negara Indonesia. Tujuan dari gerakan ini adalah untuk

mengurangi permasalahan gizi yang berfokus pada 1000 hari pertama kehidupan.

Landasan hukum dari prgram ini ialah Peraturan Presiden No. 42 tahun 2013 tentang

gerakan nasional percepatan perbaikan gizi. Pendanaan bagi pelaksanaan Gerakan

1000 HPK bersumber dari APBN, APBD dan sumber-sumber lain yang sah dan tidak

mengikat sesuai peraturan perundang-undangan (dukungan dari UNICEF). Visi

program ini ialah terpenuhinya kebutuhan pangan dan gizi untuk memenuhi hak dan

berkembangnya potensi ibu dan anak. Sedangkan misi yaitu:

1. Menjamin kerjasama antarberbagai pemangku kepentingan untuk memenuhi

kebutuhan pangan dan gizi setiap ibu dan anak

2. Menjamin dilakukannya pendidikan gizi secara tepat dan benar untuk

meningkatkan kualitas asuhan gizi ibu dan anak.

2.2.1 Sasaran Gerakan 1000 HPK

Adapun sarasan yang ingin dicapai dari Gerakan 1000 HPK pada akhir tahun

2025 disepakati sebagai berikut: 1

1. Menurunkan proporsi anak balita yang stunting sebesar 40 %

3

Page 9: BAB 2-3_tugas Kelompok 5_pak SYAFIQ

2. Menurunkan proporsi anak balilta yang menderita kurus (wasting) kurang dari

5%

3. Menurunkan anak yang lahir berat badan rendah sebesar 30%

4. Tidak ada kenaikan proporsi anak yang mengalami gizi lebih

5. Menurunkan proporsi ibu usia subur yang menderita anemia sebanyak 50 %

6. Meningkatkan prosentase ibu yang memberikan ASI ekslusif selama 6 bulan

paling kurang 50 %.

2.2.2 Hasil yang Diharapkan

Hasil yang ingin dicapai melalui program ini adalah: 1

1. Meningkatnya kerjasama multisektor dalam pelaksanaan program gizi sensitif

untuk mengatasi kekurangan gizi

2. Terlaksananya intervensi gizi spesifik yang cost effective, yang merata dan

cakupan tinggi, dengan cara:

Memperkuat kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan dalam upaya

perbaikan gizi meliputi perencanaan, pelaksanaan dan monitoring

Memperkuat kerjasama pemangku kepentingan untuk menjamin hak dan

kesetaraan dalam perumusan strategi dan pelaksanaan

Meningkatkan tanggung jawab para politisi dan pengambil keputusan dalam

merumuskan peraturan perundang-undangan untuk mengurangi kekurangan

gizi

Meningkatkan tanggung jawab bersama dari setiap pemangku kepentingan

untuk mengatasi penyebab dasar dari kekurangan gizi

Berbagai pengalaman berdasarkan bukti

Mobilisasi sumber daya untuk perbaikan gizi baik yang berasal dari

pemerintah, dunia usaha, mitra pembangunan dan masyarakat.

2.2.3 Pemangku Kepentingan

Dalam Gerakan 1000 HPK ditekankan pentingnya kemitraan dengan berbagai

pihak atau pemangku kepentingan untuk mengatasi masalah gizi. Program perbaikan

gizi tidak hanya menjadi tanggung jawab dan dilakukan oleh pemerintah, tetapi perlu

melibatkan berbagai pemangku kepentingan yang terdiri dari Kementerian dan

Lembaga, dunia usaha, mitra pembangunan internasional, lembaga sosial

4

Page 10: BAB 2-3_tugas Kelompok 5_pak SYAFIQ

kemasyarakatan, dan didukung oleh organisasi profesi, perguruan tinggi, serta

media.1

2.2.4 Jenis Kegiatan : Intervensi Spesifik dan Intervensi Sensitif

2.2.4.1 Intervensi spesifik

Tindakan atau kegiatan yang dalam perencanaannya ditujukan khusus untuk

kelompok 1000 HPK. Kegiatan ini pada umumnya dilakukan oleh sektor kesehatan.

Intervensi spesifik bersifat jangka pendek, hasilnya dapat dicatat dalam waktu relatif

pendek. Jenis-jenis intervensi gizi spesifik yang cost efektif adalah sebagai berikut: 1

1. Ibu Hamil

Suplementasi besi folat

Pemberian makanan tambahan pada ibu hamil KEK

Penanggulangan kecacingan pada ibu hamil

Pemberian kelambu berinsektisida dan pengobatan bagi ibu hamil yang

positif malaria

2. Kelompok 0 – 6 Bulan

Promosi menyusui (konseling individu dan kelompok)

3. Kelompok 7 – 23 Bulan

Promosi menyusui

KIE perubahan perilaku untuk perbaikan MP – ASI

Suplementasi Zink

Zink untuk manajemen diare

Pemberian Obat Cacing

Fortifikasi besi

Pemberian kelambu berinsektisida dan malaria

2.2.4.2 Intervensi sensitif

Berbagai kegiatan pembangunan di luar sektor kesehatan. Sasarannya adalah

masyarakat umum, tidak khusus untuk 1000 HPK. Namun apabila direncanakan

secara khusus dan terpadu dengan kegiatan spesifik, dampaknya sensitif terhadap

keselamatan proses pertumbuhan dan perkembangan 1000 HPK. Dampak kombinasi

dari kegiatan spesifik dan sensitif bersifat langgeng (sustainable) dan jangka

panjang. Intervensi gizi sensitif meliputi:1

1. Penyediaan air besih dan sanitasi

5

Page 11: BAB 2-3_tugas Kelompok 5_pak SYAFIQ

2. Ketahanan pangan dan gizi

3. Keluarga Berencana

4. Jaminan Kesehatan Masyarakat

5. Jaminan Persalinan Dasar

6. Fortifikasi Pangan

7. Pendidikan gizi masyarakat

8. Intervensi untuk remaja perempuan

9. Pengentasan Kemiskinan

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan rencana kegiatan-kegiatan

yaitu: 4

1. Pendataan

2. Pengadaan

3. Pelatihan

4. Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE)

5. Pemantauan

6. Bimbingan teknis (supervisi)

7. Regulasi.

2.2.5 Monitoring dan Evaluasi Gerakan 1000 HPK

2.2.5.1 Indikator monitoring dan evaluasi

1. Monitoring kegiatan proses

Indikator proses merupakan indikator yang digunakan untuk menilai

keberhasilan proses pelaksanaan Gerakan 1000 HPK. Indikator proses tersebut

meliputi hal-hal sebagai berikut: 1

1) Meningkatkatkan partisipasi pemangku kepentingan dalam berbagi pengalaman

pelaksanaan.

2) Terjaminnya kebijakan yang koheren dan adanya kerangka legalitas program.

3) Menyelaraskan program-program sesuai dengan Kerangka Program Gerakan

1000 HPK.

4) Teridentifikasinya sumber-sumber pembiayaan.

6

Page 12: BAB 2-3_tugas Kelompok 5_pak SYAFIQ

2. Monitoring kegiatan intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif

1. Indikator spesifik

Berikut ini adalah indikator dari kegiatan-kegiatan spesifik:

a. Perlindungan terhadap kekurangan zat besi, asam folat dan kekurangan

energi dan protein kronis

b. Perlindungan terhadap kekurangan Iodium

c. Perlindungan ibu hamil terhadap malaria

d. ASI Ekslusif

e. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI), imunisasi, zat gizi mikro

2. Indikator sensitif

a. Penyediaan Air Bersih dan Sanitasi

b. Ketahanan Pangan dan Gizi

c. Keluarga Berencana

d. Jaminan Kesehatan Masyarakat

e. Jaminan Persalinan Dasar

f. Fortifikasi Pangan

g. Pendidikan Gizi Masyarakat

h. Remaja Perempuan

i. Pengentasan Kemiskinan

3. Monitoring Hasil

Indikator hasil merupakan indikator yang digunakan untuk menilai dampak

pelaksanaan Gerakan 1000 HPK pada akhir tahun 2025. Indikator hasil tersebut

meliputi hal-hal sebagai berikut: 1

1. Menurunkan proporsi anak balita yang stunting sebesar 40 %

2. Menurunkan proporsi anak balilta yang menderita kurus (wasting) kurang dari 5

%.

3. Menurunkan anak yang lahir berat badan rendah sebesar 30 %

4. Tidak ada kenaikan proporsi anak yang mengalami gizi lebih

5. Menurunkan proporsi ibu usia subur yang menderita anemia sebanyak 50 %

6. Meningkatkan prosentase ibu yang memberikan ASI ekslusif selama 6 bulan

paling kurang 50 %

7

Page 13: BAB 2-3_tugas Kelompok 5_pak SYAFIQ

2.2.5.2 Mekanisme Monitoring dan Evaluasi (Monev)

1. Cara Melaksanakan Monev

1. Monitoring dan Evaluasi Indikator Proses: Identifikasi hasil dari setiap kegiatan

yang dikumpulkan berdasarkan indikator proses yang ditetapkan.

2. Monitoring Indikator Intervensi : Dilakukan sesuai dengan mekanisme yang ada

dengan mengacu pada indikator kinerja kunci program Gerakan 1000 HPK yang

telah ditetapkan.

3. Monitoring Indikator Hasil : Dikumpulkan pengumpulan data melalui supervisi,

survey atau studi yang sudah ada atau dirancang khusus untuk monitoring dan

evaluasi pencapaian Gerakan 1000 HPK.

2. Pelaksana Monev

1. Tingkat Pusat: gugus tugas membentuk tim monev yang

dikoordinasikan oleh tim teknis yang diketuai oleh Bappenas.

2. Tingkat Daerah: Pelaksanaan monitoring dan evaluasi

dikoordinasikan oleh Bappeda

3. Waktu Pelaksanaan Monev

Monitoring Input dan Proses dilakukan tiap semester (setahun dua kali),

sedangkan monitoring output (indikator sensitif dan spesifik) dan hasil akan

dilakukan tahunan hingga tiga tahun sekali melalui survey.

4. Mekanisme Pelaporan

1. Ketua Gugus Tugas melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada Presiden secara

berkala paling sedikit 1 (satu) kali dalam setahun atau sewaktu-waktu apabila

diperlukan.

2. Gubernur, Bupati/Walikota melaporkan pelaksanaan Gerakan Nasional

Percepatan Perbaikan Gizi di daerah masing-masing kepada Ketua Gugus Tugas

dengan tembusan kepada Menteri Dalam Negeri secara berkala paling sedikit 1

(satu) kali dalam setahun atau sewaktu-waktu apabila diperlukan.1

2.3 Asi Ekslklusif

Menurut WHO, pemberian ASI secara eksklusif adalah tidak memberi bayi

makanan atau minuman lain, termasuk air putih, selain menyusui (kecuali obat-

obatan dan vitamin atau mineral tetes, ASI perah juga diperbolehkan). UNICEF dan

WHO merekomendasikan pemberian ASI ekslusif sampai bayi berumur enam bulan.

Tahun 1974 dengan dikeluarkannya Instruksi Presiden No. 14 di bawah Persatuan

8

Page 14: BAB 2-3_tugas Kelompok 5_pak SYAFIQ

Program Perbaikan Gizi. Program untuk mempromosikan ASI dilaksanakan sesuai

dengan kebijakan di masing-masing pemerintah daerah. yAsi eksklusif termasuk

kedalam kegiatan intervensi spesifik dari program Gerakan 1000 HPK. Segera

setelah bayi lahir dilakukan inisiasi menyusui dini (IMD) dan diteruskan dengan

pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif. ASI eksklusif adalah ASI yang diberikan

kepada bayi sejak dilahirkan selama 6 bulan, tanpa menambahkan dan atau

mengganti dengan makanan atau minuman lain. Cairan lain yang boleh diberikan

hanya vitamin, mineral dan obat dalam bentuk drop atau sirup. United Nation

Childrens Fund (UNICEF) dan World Health Organization (WHO)

merekomendasikan agar anak sebaiknya hanya diberi ASI saja selama paling sedikit

enam bulan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi serta anak.

Pemberian ASI juga sangat penting bagi tumbuh kembang yang optimal baik fisik

maupun mental dan kecerdasan bayi.Manfaat pemberian ASI eksklusif menurut

WHO adalah:5

1. ASI merupakan makanan yang alami dan ideal untuk pertumbuhan dan

perkembangan bayi dan anak serta melindungi mereka dari infeksi,

2. Meningkatkan ikatan batin ibu-anak, kehangatan fisik dan perawatan yang

penting untuk kelangsungan hidup anak,

3. Memiliki efek kontrasepsi, ibu yang meyusui secara eksklusif mendapat

perlindungan dari kehamilan lebih dari 98% selama enam bulan setelah

melahirkan (post partum),

4. Mengurangi risiko kanker ovarium (indung telur) dan kanker payudara, 5)

Meningkatkan sumber daya keluarga dan sumber daya nasional,

5. Merupakan cara yang aman untuk memberi makan dan aman bagi

lingkungan, dan

6. Biaya lebih murah dibanding susu formula.

Manfaat ASI eksklusif menurut Perkumpulan Perinatologi Indonesia

(Perinasia) adalah:

1. Mengurangi kejadian karies dentis (gigi berlubang),

2. Mengurangi kejadian maloklusi rahang (kelainan susunan bagian atas dan

bagian bawah rahang yang mencegah gigi bertemu dengan semestinya),

3. Membantu involusi uterus (proses mengecilnya rahim setelah melahirkan)

dan mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan

9

Page 15: BAB 2-3_tugas Kelompok 5_pak SYAFIQ

4. Sangat praktis karena dapat diberikan di mana saja dan kapan saja. Keluarga

tidak perlu repot menyiapkan air masak, botol dan dot yang harus selalu

dibersihkan. Tidak perlu minta pertolongan orang lain.

Menyadari begitu pentingnya ASI eksklusif ini maka pemerintah sangat

mendukung gerakan ini. Bentuk dukungan pemerintah salah satunya dituangkan

dalam Peraturan Pemerintah (PP) no 33 tahun 2012 tentang Pemberian ASI

Eksklusif. PP yang disahkan pada Bulan Maret itu menggambarkan secara jelas

keberpihakan pemerintah terhadap gerakan pemenuhan ASI eksklusif. Dalam

tujuannya disebutkan bahwa hal ini untuk menjamin hak bayi dan memberikan

perlindungan kepada ibunya. PP ini sekaligus juga mengajak banyak pihak untuk

mendukungnya, seperti keluarga, masyarakat, termasuk pemerintah. 5

10

Page 16: BAB 2-3_tugas Kelompok 5_pak SYAFIQ

BAB 3 : PEMBAHASAN

3.1 Kajian Implementasi Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan

Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK) ditetapkan oleh

Pemerintah Indonesia untuk menjawab permasalahan kurang gizi di Indonesia yang

sangat tinggi. Gerakan ini melibatkan berbagai sektor dan pemangku kepentingan

untuk bekerja sama dalam menurunkan prevalensi stunting (pendek) dan bentuk-

bentuk masalah gizi lainnya yang ada di Indonesia. Hasil yang diharapkan dari 1000

HPK adalah peningkatan kemitraan multi-sektoral untuk pelaksanaan program-

program gizi sensitive serta meningkatkan cakupan atau percepatan peningkatan

intervensi gizi secara cost-effective (Bappenas dan Unicef, 2011).

Dalam implementasinya dirasa sangat perlu adanya peningkatan keterlibatan

berbagai pihak. Sesuai dengan Peraturan Presiden bahwa Pemerintah telah

memberikan kewenangan bagi Menteri Koordinasi Kesejahteraan Rakyat untuk

melakukan korrdinasi percepatan perbaikan gizi di Indonesia. Struktur korrdinasi

terrsebut eliibatkan berbagai pemangku kebijakan dari berbagai sektordi tingkat

nasional, propinsi dan kabupaten/kota yang telah ditetapkan. Pada tingkat nasional

dengan dibentuknya gugus tugas yang melibatkan berbagai multisektoral yang

didukung pula oleh tim pengarah dan tim teknis. Untuk mendukung kinerja

dibentuklah pula lima gugus tugas dimana perannya adalah untuk mendukung tim

teknis dalam bidang advokasi dan komunikasi, monitoring, evaluasi, riset

pengembangan dan pelatihan serta kemitraan.

Menurut Prof. Endang L. Achadi Salah satu Guru Besar Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Indonesia berpendapat bahwa penerapan gerakan 1000 HPK

memang masih dalam tahap advokasi dan sosialisasi, dimana dalam bidang

Page 17: BAB 2-3_tugas Kelompok 5_pak SYAFIQ

akademisi pun sudah berperan aktif dengan cara adanya pelaksanaan seminar dan

workshop terkait 1000 HPK disetiap tingkatan universitas. Diharapkan dengan

adanya seminar-seminar dan workshop, baik mahasiswa ataupun tenaga pendidik

dapat mengetahui tentang 1000 HPK untuk selanjutkan disosialisasikan dalam

kehidupan bermasyarakat. Misalnya, mahasiswa yang telah mengetahui tentang 1000

HPK mereka dapat turun ke lapangan untuk berperan aktif menerapkan apa yang dia

dapat terkait HPK seperti penyuluhan ataupun pendidikan gizi ke masyarakat.

Selain itu dari segi pemerintah, Peran dari setiap kementrian untuk memiliki

rencana strategis yang mendukung pelaksanaan G1000 HPK tidak hanya kementrian

kesehatan saja yang berperan melainkan kementrian non kesehatan juga harus

berperan aktif dalam pelaksanaan gerakan 1000 HPK, Adanya kerja sama dari pihak

kementrian bersama dengan industry dalam pelaksanaan G1000 HPK. Peran industry

juga dirasa sangat dibutuhkan dalam rangka pengembangan produk makanan yang

memenuhi standar gizi yang optimal, selain itu setiap perusahaan perlu adanya rasa

tanggung jawab social sebagai bentuk partisipasi dalam mendukung kegiatan gerakan

1000 HPK.

Analisis Aktor

Dalam penyusunan kebijakan siapa saja yang sangat berperan dalam

penentuan implementasi kebijakan. Setiap actor yang berperan dalam suatu

kebijakan harus jelas detail-detail apa yang harus dikerjakan seperti posisi, peran,

kewenangan, dan tanggung jawabnya sehingga tidak terjadi tumpang tindih peran.

Dalam Peraturan Pemerintah telah jelas siapa saja yang berperan dan apa saja

peran dari setiap actor dalam kebijakan Gerakan 1000 HPK. Diantaranya adalah dari

kalangan pemerintah pusat dan daerah, mitra pembangunan dan swasta, dunia

12

Page 18: BAB 2-3_tugas Kelompok 5_pak SYAFIQ

usaha/industry, media massa, organisasi kemsyarakatan, network, organisasi profesi

dan akademisi, dan parlemen (Peraturan Pemerintah No.42 Tahun 2013).

Berdasarkan kerangka UNICEF tahun 1990, masalah gizi tidak hanya

menyangkut masalah kesehatan, tetapi juga segi lain seperti ekonomi, sosial,

pendidikan, sehingga penanganannya membutuhkan kontribusi dari bidang non

kesehatan. Artinya tidak hanya dari kalangan sektor kesehatan saja berperan tetapi

seluruh sektor dari pemangku kepentingan yang ada di Indonesia.

“Program perbaikan gizi tidak hanya menjadi tanggungjawab dan dilakukan

oleh pemerintah, tetapi perlu melibatkan berbagai pemangku kepentingan yang

terdiri dari Kementerian dan Lembaga, dunia usaha, mitra pembangunan

internasional, lembaga sosial kemasyarakatan, dan didukung oleh organisasi profesi,

perguruan tinggi, serta media massa”. Penyebaran melalui media massa mempunyai

tujuan tersendiri sebagai media komunikasi dan promosi perubahan perilaku untuk

hidup lebih sehat kepada masyarakat dimana komunikasi harus bersifat interaktif dan

partisipatif. Penyebaran melalui media massa mempunyai tujuan tersendiri sebagai

media komunikasi dan promosi perubahan perilaku untuk hidup lebih sehat kepada

masyarakat.

Analisis Proses

Proses penyusunan kebijakan di Indonesia melibatkan berbagai sektor

pemerintahan dan berbagai tahapan kebijakan hingga terbentuknya Gerakan 1000

HPK. Menurut Bappenas tahun 2013 tahap pertama yaitu pada tahun 1970

dibentuklah UPGK yaitu Upaya Perbaikan Gizi Keluarga, kebijakan ini focus pada

penanggulangan gizi kurang seperti penanggulangan KEP, KVA, GAKI, dan Anemia

Gizi. Pada tahun 1980 disusun “Posyandu” dengan tujuan untuk mempercepat

13

Page 19: BAB 2-3_tugas Kelompok 5_pak SYAFIQ

penurunan angka kematian bayi, balita, dan ibu. Kegiatan ini merupakan pemantauan

pertumbuhan yang diintegrasikan dengan pelayanan kesehatan dasar lain (KIA,

Imunisasi dan pemberantasan penyakit) di posyandu. Pada tahun 1990, JPS-BK yaitu

Jaringan Pengaman Sosial Bidang Kesehatan, kebijakan ini disusun oleh pemerintah

dalam rangka untuk pencegahan dampak krisis ekonomi terhadap kesehatan dan

permasalahan gizi yang terjadi di Indonesia.

Pada akhirnya tahun 2010 Indonesia telah menjadi bagian dari SUN

Movement melalui surat keikutsertaan dari Menteri Kesehatan kepada Sekjen PBB

pada bulan Desember 2011. SUN mendukung upaya suatu negara untuk melakukan

percepatan perbaikan gizi. Pada tahun 2013 Penerapan SUN di Indonesia disetujui

oleh Pemerintah sesuai PP No.42 tahun 2013 dimana pelaksanaan SUN Fokus pada

1000 Hari pertama kehidupan sehingga disebut Gerakan 1000 HPK dalam rangka

percepatan perbaikan gizi di Indonesia. Pada kebijakan ini permasalahan gizi

terfokus pada penanggulangan stunting dan gizi kurang (Bappenas,2014).

Dalam rangka mendukung gerakan percepatan perbaikan gizi Badan

Perencanaan Pembangnan Nasional (Bappenas) pada tahun 2013 menyusun 2

dokumen penting yaitu Kerangka Kebijakan Gerakan Sadar Gizi dalam rangka

Seribu Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK) dan Pedoman Perencanaan Program

Gerakan Sadar Gizi dalam rangka Seribu Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK).

Selanjutya dituangkan dalam Peraturan Pemerintah No.42 Tahun 2013 tentang

Percepatan Perbaikan Gizi.

Analisis Konten

Peraturan Presiden No. 42 tahun 2013 Tentang Gerakan Nasional Percepatan

Perbaikan Gizi terdiri atas 6 bab dan 19 pasal. Bab I mengenai ketentuan umum

14

Page 20: BAB 2-3_tugas Kelompok 5_pak SYAFIQ

menyebutkan bahwa seribu hari pertama kehidupan merupakan fase kehidupan yang

dimulai sejak terbentuknya janin dalam kandungan sampai anak berusia 2 (dua)

tahun. Penggunaan istilah seribu hari pertama kehidupan dapat menyebabkan

persepsi dan bayangan yang berbeda bagi tiap masyarakat dalam memahami konsep

tersebut. Sebelumnya, masyarakat lebih akrab dengan istilah dua tahun pertama

kehidupan, Akibatnya, masyarakat sulit membayangkan berapa lama seribu hari,

padahal istilah tersebut sama dengan 2 tahun pertama kehidupan. Masyarakat

cenderung tidak sadar bahwa seribu hari tersebut berlangsung cepat dan

membutuhkan perhatian khusus pada awal kehidupan bayi.

Kerangka kebijakan Gerakan Sadar Gizi dalam Rangka Seribu Hari Pertama

Kehidupan yang diterbitkan pada tahun 2012 terdiri atas bab pendahuluan, kebijakan

perbaikan gizi di Indonesia, gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan, monitoring dan

evaluasi gerakan 1000 HPK. Bab Kebijakan Perbaikan Gizi menyebutkan bahwa

terdapat dua macam intervensi dalam rangka perbaikan gizi, yaitu intervensi spesifik

(penyebab langsung) dan intervensi sensitif (penyebab tidak langsung). Salah satu

program dalam intervensi sensitive mengenai fortifikasi pangan disebutkan bahwa

pemerintah daerah agar memperhatikan masalah kekurangan iodium. Menurut

laporan riskesdas 2013 risiko untuk mengalami kecukupan iodium jauh lebih besar

dibanding kekurangan iodium pada ibu hamil dan wanita usia subur. Rusda dkk.

(2013) menemukan bahwa jumlah penduduk wanita dewasa dengan kadar FT4

meningkat sebanyak 14%. Pemberian kapsul iodium diduga sebagai penyebab

meningkatnya kejadian ini. Berdasarkan laporan dan temuan tersebut sudah saatnya

pemerintah tidak hanya memperhatikan masalah kekurangan iodium namun masalah

kelebihan iodium juga sudah mulai mendapat perhatian. Pemerintah sebaikya

15

Page 21: BAB 2-3_tugas Kelompok 5_pak SYAFIQ

melakukan evaluasi asupan iodium dalam hal pemberian kapsul iodium dengan

melakukan control kadar ekskresi yodium urin (EYU) secara teratur.

Tujuan gerakan 1000 HPK yang dituangkan dalam kerangka kebijakan adalah

menangani masalah stunting, wasting, overweight, berat bayi lahir rendah (BBLR),

dan ASI eksklusif. Indikator yang akan dicapai pada tahun 2025 ialah sebagai

berikut:

a. Menurunkan proporsi anak balita yang tunting sebesar 40%.

b. Menurunkan proporsi anak balita yang menderita kurus (wasting) kurang dari

5%.

c. Menurunkan anak yang lahir berat badan rendah sebesar 30%.

d. Tidak ada kenaikan proporsi anak yang mengalami gizi lebih.

e. Menurunkan proporsi ibu usia subur yang menderita anemia sebanyak 50%.

f. Meningkatkan prosentase ibu yang memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan

paling kurang 50%.

Agar pencapaian indikator berjalan optimal dan sesuai harapan maka

sebaiknya indikator hasil yang akan dicapai tahun 2025 dipecah dalam beberapa

termin waktu agar mudah tercapai. Seperti RPJPN yaitu pembangunan jangka

panjang dijalankan secara bertahap dalam kurun waktu 5 tahunan, dirumuskan dalam

dokumen RPJMN, sebaiknya indikator hasil yang akan dicapai tahun 2025 dipecah

dalam beberapa termin waktu, misalnya dibagi setiap 4 tahun dari 2013-2025

menjadi indikator hasil 2017, 2021, 2025 agar memudahkan pemangku kebijakan

lain mencapai indikator akhir di tahun 2025.

Pedoman Perencanaan Program Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi

dalam Rangka Seribu Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK) yang dikeluarkan tahun

2013 terdiri atas empat bab yaitu dimulai dari bab pendahuluan, gerakan 1000 HPK,

mekanisme kerja, monitoring dan evaluasi, serta penutup.

16

Page 22: BAB 2-3_tugas Kelompok 5_pak SYAFIQ

Salah satu tujuan Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan dalam pedoman

tersebut ialah tidak menambah proporsi obesitas, namun pada program intervensi

sensitif tidak disebutkan secara jelas mengenai program pencegahan obesitas. Sama

halnya dengan status gizi kurang, obesitas atau status gizi lebih berisiko

menimbulkan penyakit degeneratif yang dapat menggangu kinerja atau produktivitas

kerja seseorang (Rossner, 2012).

Analisis Konteks

Kebijakan mengenai Gerakan 1000 HPK telah sesuai dengan Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025. Pembangunan pangan

dan gizi dalam kedua kebijakan tersebut sama-sama menggunakan pendekatan

multisektor. Beberapa sektor yang yang terlibat ialah bidang produksi, pengolahan,

hingga distribusi, sehingga makanan yang dikonsumsi memiliki kandungan gizi yang

cukup, seimbang, serta terjamin keamanannya. Kebijakan lain yang telah sesuai

dengan Gerakan 1000 HPK adalah :

a. Instruksi Presiden No. 3 tahun 2010 tentang Pembangunan yang Berkeadilan

b. Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi 2011-2015

c. Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi 2011-2015

d. Rencana Aksi Akselerasi Konsumsi Garam Beryodium untuk Semua (RAN-

KGBS) 2011-2015

e. PP No. 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif.

Selanjutnya perlu diadakan kajian lebih lanjut mengenai implementasi

kebijakan Gerakan 1000 HPK dengan faktor kebudayaan, kondisi social, ekonomi,

dan politik. Selama satu tahun gerakan 1000 HPK berjalan, kebijakan masih dalam

tataran advokasi dan sosialisasi.Sehingga belum tampak hambatan pelaksanaan

Gerakan 1000 HPK dalam lingkup kebudayaan, social, ekonomi, dan politik.

17

Page 23: BAB 2-3_tugas Kelompok 5_pak SYAFIQ

BAB 4 : PENUTUP

4.1 Kesimpulan

4.2 Saran

18

Page 24: BAB 2-3_tugas Kelompok 5_pak SYAFIQ

DAFTAR PUSTAKA

1. BAPPENAS. Pedoman Perencanaan Program Gerakan Nasional Percepatan

Perbaikan Gizi dalam Rangka Seribu Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK).

Jakarta: BAPPENAS RI; 2013

2. UNICEF dan BAPPENAS. Pertanyaan yang sering muncul seputar gerakan

nasional percepatan perbaikan gizi dalam rangkan 1000 HPK. Jakarta:

BAPPENAS RI; 2011

3. Hadiat. Stunting di Indonesia dan Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi

(Gerakan 1000 HPK). Jakarta: BAPPENAS RI; 2015

4. Presiden RI. Peraturan Presiden no. 42 tahun 2013 tentang Gerakan, Nasional

Percepatan Perbaikan Gizi. Jakarta: Presiden RI; 2013

5. Dinkes D.I.Y. Asi Eksklusif dan 1000 HPK. [online], dari:

http://dinkes.jogjaprov.go.id/berita/detil_berita/754-asi-eksklusif-dan-1000-hari-

pertama-kehidupan

19