Upload
diah-sabatini-sitiningrum
View
34
Download
8
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Kerangka Acuan ANDAL
Citation preview
Rencana Pembangunan Bandar Udara Werur
Kabupaten Tambrauw
II-1
ilayah perencanaan lokasi Bandar Udara Werur berada di Distrik
Sausapor, Kabupaten Tambrauw, dimana Kabupaten Tambrauw
terletak antara 003000 074500 LS dan 1311500
1324500 BT. Luas wilayah Kabupaten Tambrauw sekitar
6.166,824 Km2 serta luas wilayah laut adalah 211.171,62 Ha.
Lokasi rencara pembangunan Bandar Udara Werur akan berada di empat kampung,
yaitu Kampung Werur, Kampung Werwaf, Kampung Wertam, dan Kampung Werbes.
Berdasarkan hasil desk study wilayah perencanaan menunjukkan bahwa
wilayah Kampung Werur, Werwaf, Wertam, dan Werbes yang berada di Distrik
Sausapor, Kabupaten Tambrauw terletak di dataran rendah sampai dengan perbukitan
dengan elevasi berkisar 6 m s/d 850 m diatas permukaan laut. Dengan identifikasi
karakteristik wilayah kajian sebagai berikut:
a. Sebagian besar kondisi bentang alam atau rupabumi di wilayah Kampung Werur,
Werwaf, Wertam, dan Werbes di Distrik Sausapor Kabupaten Tambrauw merupakan
daerah dataran sampai dengan perbukitan dan pegunungan dengan ketinggian
berkisar antara 6 410 m di atas permukaan laut.
b. Sebagian besar konsentrasi pusat-pusat permukiman di Kampung Werur, Werwaf,
Wertam, dan Werbes di Distrik Sausapor Kabupaten Tambrauw dan sekitarnya
2.1. Status dan Lingkup Rencana Kegiatan
W
2 BAB
RUANG LINGKUP
Rencana Pembangunan Bandar Udara Werur
Kabupaten Tambrauw
II-2
berada pada wilayah pantai yang terhubungkan oleh jalan tanah dari satu konsentrasi
permukiman ke permukiman lainnya.
c. Lahan atau lokasi yang memungkinkan untuk lokasi Bandar Udara Werur, Distrik
Sausapor, Kabupaten Tambrauw pada umumnya ladang milik penduduk.
Pada saat dilaksanakan survei awal (Bulan Desember 2011), lokasi sekitar
rencana pembangunan Bandar Udara Werur berupa kebun penduduk, semak belukar
dan lahan kosong. Berdasarkan Peta Rupa Bumi Bakosurtanal skala 1: 50.000 untuk
lembar-lembar yang terkait serta dengan bantuan gambar citra satelit dari Google Earth
sehingga dapat menggambarkan lokasi rencana pembangunan Bandar Udara Werur.
Untuk lebih jelasnya lokasi pembangunan Bandar Udara Werur disajikan pada Gambar
2.1.
Gambar 2.1 Peta Lokasi Bandar Udara Werur, Distrik Sausapor, Kabupaten Tambrauw
Sumber: Laporan Akhir Pekerjaan Studi Kelayakan Bandar Udara Kabupaten Tambrauw oleh Dinas Perhubungan Kabupaten Tambrauw, 2011.
Rencana Pembangunan Bandar Udara Werur
Kabupaten Tambrauw
II-3
2.1.1. Status Studi AMDAL
Pada saat pelaksanaan studi AMDAL ini dilaksanakan (Desember 2011), kondisi lahan
tapak rencana masih berupa kebun cokelat dan dipenuhi dengan beberapa tanam
Pada saat studi AMDAL ini dilakukan, status DED (Detailed Engginering Design)
masih dalam tahap penyelesaian. Sehingga untuk penyusunan dokumen AMDAL ini
menggunakan dokumen Studi Kelayakan Bandar Udara di Kabupaten Tambrauw dari
Dinas Perhubungan untuk memperoleh informasi mengenai jenis kegiatan yang akan di
lakukan dan dampak yang akan muncul dari kegiatan rencana pembangunan Bandar
Udara Werur tersebut. Pada lokasi rencana pembangunan Bandar Udara Werur tersebut
telah dibuat ada infrastruktur pendukung kegiatan seperti jalan dari Kabupaten
Tambrauw menuju lokasi Bandar Udara Werur.
2.1.2. Kesesuaian Lokasi Rencana Usaha/Kegiatan dengan Tata Ruang Setempat
Deskripsi lokasi secara administratif lokasi Rencana Pembangunan Bandara
terletak di Kampung Werur Distrik Sausapor Kabupaten Tambrauw. Titik referensi
rencana lokasi bandar udara tersebut berada pada posisi S 0 02 50,80 E 131 00 06,8.
Terdapat 3 lokasi alternatif untuk rencana pembangunan Bandar Udara di
Kabupaten Tambrauw. Lokasi alternatif 1 terletak di Werur, Werwaf, Wertam, dan
Kampung Werbes, Distrik Sausapor, Kabupaten Tambrauw; lokasi alternatif 2 terletak di
Pulau Dua, Distrik Sausapor; dan lokasi alternatif ke tiga terletak di Distrik Fef,
Kabupaten Tambrauw.
Deskripsi kondisi masing-masing alternatif lokasi rencana bandar udara disusun
berdasarkan hasil survei/peninjauan lapangan dalam rangka mengetahui sejauhmana
rencana lahan bandar udara ini dapat menampung pengembangan kegiatan Bandar
udara di masa yang akan datang dipandang dari aspek teknis, aspek operasional dan
keselamatan penerbangan serta aspek lingkungan.
1. Lokasi Alternatif 1
Secara administratif lokasi Alternatif-1 terletak di Desa Werur Distrik Sausapor
Kabupaten Tambrauw . Titik referensi rencana lokasi bandar udara tersebut berada pada
Rencana Pembangunan Bandar Udara Werur
Kabupaten Tambrauw
II-4
posisi S 0 02 50,80 E 131 00 06,8. Gambaran awal konsep zoning perletakan fasilitas
bandar udara pada Lokasi Alternatif 1 adalah disajikan pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2. Prakiraan Lokasi Block Plan Fasilitas Bandara Lokasi Alternatif 1
Sumber: Laporan Akhir Pekerjaan Studi Kelayakan Bandar Udara Kabupaten Tambrauw oleh Dinas Perhubungan Kabupaten Tambrauw, 2011.
Deskripsi kondisi rencana bandar udara disusun berdasarkan hasil survei atau
peninjauan lapangan dalam rangka mengetahui sejauh mana rencana lahan bandar
udara ini dapat menampung pengembangan kegiatan bandar udara di masa yang akan
datang dipandang dari aspek teknis, aspek operasional dan keselamatan penerbangan
serta aspek lingkungan. Deskripsi aspek-aspek teknis, operasional dan lingkungan
untuk pemilihan lokasi Bandar Udara Werur disajikan pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Aspek-Aspek Teknis, dan Operasional Bandara Alternatif Lokasi 1
A. Aspek Teknis
No Kriteria Deskripsi
1. Kondisi aspek alami: Arah landasan rencana azimuth 60 240
a. Topografi Topo relatif datar elevasi 6.00 -100.00 msl
b. Struktur tanah Tanah lapis organik tebal 50cm di bawahnya tanah pasir agak padat CBR < 6%
c. Hidrologi Kondisi limpasan air di lahan melimpas lancar
d. Geologi/Fisiografi Termasuk wilayah rawan gempa, zona 1
2. Kesesuaian dengan Rencana Tata Ruang Wilayah
Tata guna lahan rencana ladang bekas pembukaan hutan yang telah disiapkan oleh masyarakat untuk
Rencana Pembangunan Bandar Udara Werur
Kabupaten Tambrauw
II-5
perkebunan.
Belum ada RTRW
3. Aksesibilitas dari/ke rencana bandara
Akses relatif mudah, tersedia jalan padat (japad), sarana roda 4, roda 2,jalan kaki
4. Ketersediaan infrastruktur penunjang bandar udara
Jaringan jalan berupa jalan japad, telepon hanya ada telepon satelit, listrik menggunakan PLTD, sarana kesehatan terdapat puskesmas di pusat Kampung Werur Distrik Sausapor Kabupaten Tambrauw
5. Ketersediaan lahan untuk pengembangan yad
Lahan yang tersedia sepanjang 1.500 m dengan lebar 200 m dapat menampung kebutuhan pengembangan
6. Pengaruh lokasi bandar udara terhadap pengembangan pusat permukiman
Jarak dengan pusat permukiman 2,5 km, memiliki pengaruh relatif aman terhadap pengembangan pusat permukiman.
B. Aspek Operasional dan Keselamatan Penerbangan
No. Kriteria Deskripsi
1. Kesesuaian dengan master plan ruang udara
Ruang udara bebas untuk penerbangan sipil (bukan zone militer)
Berada dalam kontrol Biak Sector
2. Kondisi obyek obstacle di kawasan keselamatan operasi penerbangan:
- Approach surface Tidak ada obstacle alami dan buatan
- Transitional surface Tidak ada obstacle alami dan buatan
- Inner horizontal surface
Ada obstacle alami
3. Kondisi meteorologi:
a. Arah dan kecepatan angin
Arah angin T-B dan U-S, kecuali rendah-calm
b. Suhu Suhu + 300C
c.Tekanan dan kelembaban
Tekanan udara relatif rendah, kelembaban tinggi
Sumber: Sumber : Laporan Akhir Pekerjaan Studi Kelayakan Bandar Udara Kabupaten Tambrauw oleh Dinas Perhubungan Kabupaten Tambrauw, 2011.
2. Lokasi Alternatif 2
Secara administratif lokasi Alternatif-2 terletak di Pulau Dua, Distrik Sausapor
Kabupaten Tambrauw. Titik referensi rencana lokasi bandar udara tersebut berada pada
Rencana Pembangunan Bandar Udara Werur
Kabupaten Tambrauw
II-6
posisi S 0 02 52,92 E 131 00 07,85. Gambaran awal konsep zoning perletakan
fasilitas bandar udara pada Lokasi Alternatif 2 adalah sebagaimana disajikan pada
Gambar 2.3.
Gambar 2.3. Prakiraan Lokasi Block Plan Fasilitas Bandara Lokasi Alternatif 2
Sumber: Laporan Akhir Pekerjaan Studi Kelayakan Bandar Udara Kabupaten Tambrauw oleh Dinas Perhubungan Kabupaten Tambrauw, 2011.
Deskripsi aspek-aspek teknis, operasional dan lingkungan untuk alternatif lokasi ini
disajikan pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2. Deskripsi Aspek Teknis dan Operasional Bandara Alternatif Lokasi 2
A. Aspek Teknis
No Kriteria Deskripsi
1. Kondisi aspek alami: Arah landasan rencana azimuth 217 37
a. Topografi Topo relatif datar elevasi 6.00 -100.00 msl
b. Struktur tanah Tanah lapis organik tebal 50cm di bawahnya tanah pasir agak padat CBR < 6%
c. Hidrologi Kondisi limpasan air di lahan melimpas lancar
d. Geologi/Fisiografi Termasuk wilayah rawan gempa, zona 1
2. Kesesuaian dengan Rencana Tata Ruang Wilayah
Tata guna lahan rencana ladang bekas pembukaan hutan yang telah disiapkan oleh masyarakat untuk perkebunan.
Rencana Pembangunan Bandar Udara Werur
Kabupaten Tambrauw
II-7
Belum ada RTRW
3. Aksesibilitas dari/ke rencana bandara
Akses relatif mudah, tersedia jalan padat (japad), sarana roda 4, roda 2,jalan kaki
4. Ketersediaan infrastruktur penunjang bandar udara
Jaringan jalan berupa jalan japad, telepon hanya ada telepon satelit, listrik menggunakan PLTD, sarana kesehatan terdapat puskesmas di pusat Kampung Werur Distrik Sausapor Kabupaten Tambrauw
5. Ketersediaan lahan untuk pengembangan yad
Lahan yang tersedia sepanjang 1.500 m dengan lebar 200 m dapat menampung kebutuhan pengembangan
6. Pengaruh lokasi bandar udara terhadap pengembangan pusat permukiman
Jarak dengan pusat permukiman < 1.0 km, memiliki pengaruh relatif aman terhadap pengembangan pusat permukiman.
B. Aspek Operasional dan Keselamatan Penerbangan
No. Kriteria Deskripsi
1. Kesesuaian dengan master plan ruang udara
Ruang udara bebas untuk penerbangan sipil (bukan zone militer)
Berada dalam kontrol Biak Sector
2. Kondisi obyek obstacle di kawasan keselamatan operasi penerbangan:
- Approach surface Tidak ada obstacle alami dan buatan
- Transitional surface Tidak ada obstacle alami dan buatan
- Inner horizontal surface
Ada obstacle alami dan buatan
3. Kondisi meteorologi:
a. Arah dan kecepatan angin
Arah angin T-B dan U-S, kecuali rendah-calm
b. Suhu Suhu + 300C
c.Tekanan dan kelembaban
Tekanan udara relatif rendah, kelembaban tinggi
Sumber: Laporan Akhir Pekerjaan Studi Kelayakan Bandar Udara Kabupaten Tambrauw oleh Dinas Perhubungan Kabupaten Tambrauw, 2011.
3. Lokasi Alternatif 3
Secara administratif lokasi Alternatif-3 terletak di Distrik FEF dan merupakan Ibu kota
Kabupaten Tambrauw. Titik referensi rencana lokasi bandar udara tersebut berada pada
posisi S 0 03 37,31 E 131 00 45.84. Gambaran awal konsep zoning perletakan
Rencana Pembangunan Bandar Udara Werur
Kabupaten Tambrauw
II-8
fasilitas bandar udara pada Lokasi Alternatif 3 adalah sebagaimana disajikan pada
Gambar 2.4.
Gambar 2.4. Prakiraan Lokasi Block Plan Fasilitas Bandara Lokasi Alternatif 2
Sumber: Laporan Akhir Pekerjaan Studi Kelayakan Bandar Udara Kabupaten Tambrauw oleh Dinas Perhubungan Kabupaten Tambrauw, 2011.
Tabel 2.3. Deskripsi Aspek Teknis dan Operasional Bandara Alternatif Lokasi 3
A. Aspek Teknis
No Kriteria Deskripsi
1. Kondisi aspek alami: Arah landasan rencana azimuth 181 361
a. Topografi Topo perbukitan elevasi 30.00 -100.00 msl
b. Struktur tanah Tanah lapis organik tebal 50cm di bawahnya tanah keras berupa lempung bercampur batu kapur
c. Hidrologi Kondisi limpasan air di lahan melimpas lancar
d. Geologi/Fisiografi Termasuk wilayah rawan gempa, zona 1
2. Kesesuaian dengan Rencana Tata Ruang Wilayah
Tata guna lahan rencana ladang bekas pembukaan hutan yang telah disiapkan oleh masyarakat untuk perkebunan.
Belum ada RTRW
3. Aksesibilitas dari/ke rencana bandara
Akses relatif berata, tersedia jalan tanah, berjalan kaki menjadi moda transportasi pokok
4. Ketersediaan infrastruktur penunjang bandar udara
Jaringan jalan berupa jalam tanah, telepon hanya ada telepon satelit, listrik menggunakan aki atau solar cell, sarana kesehatan terdapat puskesmas di pusat Kampung Werur Distrik Sausapor Kabupaten Tambrauw
Rencana Pembangunan Bandar Udara Werur
Kabupaten Tambrauw
II-9
5. Ketersediaan lahan untuk pengembangan yad
Lahan yang tersedia sepanjang 1.500m dengan lebar 150 m dapat penampung kebutuhan pengembangan sangat terbatas
6. Pengaruh lokasi bandar udara terhadap pengembangan pusat permukiman
Jarak dengan pusat permukiman 15 km, memiliki pengaruh relatif aman terhadap pengembangan pusat permukiman.
B. Aspek Operasional dan Keselamatan Penerbangan
No. Kriteria Deskripsi
1. Kesesuaian dengan master plan ruang udara
Ruang udara bebas untuk penerbangan sipil (bukan zone militer)
Berada dalam kontrol Biak Sector
2. Kondisi obyek obstacle di kawasan keselamatan operasi penerbangan:
- Approach surface Tidak ada obstacle alami dan buatan
- Transitional surface Tidak ada obstacle alami dan buatan
- Inner horizontal surface
Ada obstacle alami dan buatan
3. Kondisi meteorologi:
a. Arah dan kecepatan angin
Arah angin T-B dan U-S, kecuali rendah-calm
b. Suhu Suhu + 300C
c.Tekanan dan kelembaban
Tekanan udara relatif rendah, kelembaban tinggi
Sumber: Laporan Akhir Pekerjaan Studi Kelayakan Bandar Udara Kabupaten Tambrauw oleh Dinas Perhubungan Kabupaten Tambrauw, 2011. Kajian keseuaian ini dapat dilihat dari adanya Rencana kajian RTRW yang sudah dimiliki
oleh Kabupaten Tambrauw disajikan pada Gambar 2.5 menjelaskan peta penggunaan
lahan Tahun 2009 untuk Kabupaten Tambrauw, sedangkan Gambar 2.6 merupakan pola
struktur ruang dari Kabupaten Tambrauw.
Rencana Pembangunan Bandar Udara Werur
Kabupaten Tambrauw
II-10
Gambar 2.5. Peta Penggunaan lahan Tahun 2009
Rencana Pembangunan Bandar Udara Werur
Kabupaten Tambrauw
II-11
Gambar 2.6 Peta Struktur Ruang
Rencana Pembangunan Bandar Udara Werur
Kabupaten Tambrauw
II-12
Meskipun pada Draft Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten
Tambrau yang tercantum di dalam Peta Struktur Ruang, lokasi bandar udara terletak di
Distrik Fef, akan tetapi lokasi bandar udara di Distrik Sausapor merupakan alternatif
yang terbaik berdasarkan Studi Kelayakan Bandar Udara di Kabupaten Tambrauw
berdasarkan aspek teknis, aspek operasional dan keselamatan penerbangan, dan aspek
lingkungan.
2.1.3. Uraian Rencana Usaha/Kegiatan
Secara umum wilayah perencanaan pembangunan Bandara Udara Werur
terletak di Kampung Werur, Werwaf, Wertam, dan Werbes, Distrik Sausapor, Kabupaten
Tambrauw. Panjang lintasan Bandar Udara Werur berdasarkan Masterplan yaitu 1400
m. Rencana Pembangunan Bandar Udara ini memiliki ketinggian antara 6 15 m di atas
permukaan laut. Arah landas pacu yang tersedia berdasarkan ketersediaan kondisi
topografi lahan dengan azimuth 060 240. Kondisi tanah dasar berupa lapisan tanah
organik setebal kurang lebih 50 cm dan lapis di bawahnya berupa pasir halus. Panjang
lahan tersedia yang relatif memungkinkan untuk perletakan fasilitas landas pacu
mencapai 2.000 m. Lebar lahan tersedia yang relatif datar sekitar 200 m.
Kondisi lahan berupa perkebunan warga dan terdapat juga pada kondisi
eksisting berupa bekas hutan yang beberapa radius sudah dibuka oleh masyarakat.
Rencana tapak bandar udara tersebut pada saat ini berupa lahan yang telah diserahkan
kepada masyarakat pemilik hak ulayat yang tinggal di sekitar lokasi rencana Bandar
Udara Werur.
Ketinggian titik awal pengukuran 6 m dan titik akhir 15 m pada jarak lurus
1.500 m yang berimpit pada perletakan rencana landas pacu. Kondisi cuaca pada saat
survey awal (Bulan Desember 2011), umumnya dengan cuaca yang cerah. Suhu udara
berkisar antara 24- 34C. Tidak terdapat kendala bentang alam yang menjadi obstacle
pada ruang udara di bawah rencana kawasan keselamatan operasi penerbangan yang
dipersyaratkan. Pada arah selatan dengan jarak lurus 10 km dari rencana lokasi terdapat
pegunungan dengan ketinggian antara 400 m sampai dengan 700 m di atas permukaan
laut.
Rencana Pembangunan Bandar Udara Werur
Kabupaten Tambrauw
II-13
Gambar 2.7 Kondisi Awal Lahan Rencana Tapak Bandara
Sumber: Survei lapangan, Desember 2011
Gambar 2.8 Kondisi Awal Lahan Rencana Tapak Bandara
Sumber: Survei lapangan, Desember 2011
Konsep awal pembangunan atau pokok pra rencana pengembanagan Bandar
Udara Werur di Kampung Werur, Kampung Werwaf, Kampung Wertam, dan Kampung
Werbes, Distrik Sausapor, Kabupaten Tambrauw selama tinjauan 20 tahun yang akan
datang dibagi dalam beberapa tahap.
1. Pembangunan Tahap I (2011-2021)
Tahap : 10 tahun pertama (2009 -2019)
Tahun Konstruksi : 3 tahun (2009, 2010, 2011)
Umur Layanan : 7 tahun (2012 2019)
Rencana Pembangunan Bandar Udara Werur
Kabupaten Tambrauw
II-14
Target : Terbangunnya bandar udara yang mampu melayani kegiatan
operasional penerbangan pesawat sekelas DHC6 Twin Otter
yang sejenis berpenumpang 20 orang dengan kondisi fasilitas
bandar udara memenuhi standar minimal pelayanan.
Kondisi Fasilitas : - Fasilitas Sisi Udara, tersedianya fasilitas sisi udara dengan
dimensi memenuhi kebutuhan dasar dan dengan
konstruksi fasilitas landasan berupa tasirtu (tanah pasir
batu) yang dipadatkan
- Fasilitas Sisi Darat, tersedianya bangunan terminal,
bangunan operasional, gudang kargo/logistik, dan
bangunan-bangunan lainnya dengan kondisi memenuhi
standar pelayanan minimal.
- Fasilitas Alat Bantu Navigasi Udara, tersedianya informasi
posisi koordinat ARP dan masing-masing THR landas pacu.
- Fasilitas Alat Bantu Pendaratan Visual, tersedia mark
landas pacu.
- Fasilitas Komunikasi Penerbangan, tersedia radi
komunikasi HF-SSB (point to point communication).
- VHF untuk Air Ground Fasilitas PKP-PK, tersedianya
peralatan portable PKPPK.
- Fasilitas utilitas, tersedianya catu daya listrik dengan
tenaga matahari (solar cell), bak penampung air bersih,
dan utilitas lainnya.
- Fasilitas alat bantu pengamatan cuaca berupa Windsock
2) Pembangunan Tahap II (2021-2031)
Tahap : 10 tahun kedua (2020 -2030)
Tahun Konstruksi : 2 tahun (2019, 2021)
Umur Layanan : 8 tahun (2022 2030)
Target : Terpeliharanya fasilitas Bandar Udara dan peningkatan
kemampuan/kualitas yang mampu melayani kegiatan
operasional penerbangan pesawat sekelas dua DHC 6 Twin
Otter dan atau Dornier 328, dengan kondisi fasilitas bandar
Rencana Pembangunan Bandar Udara Werur
Kabupaten Tambrauw
II-15
udara memenuhi standar minimal pelayanan selama umur
pelayanan.
Kondisi Fasilitas : - Fasilitas Sisi Udara, terpeliharanya fasilitas sisi udara yang
memenuhi persyaratan teknis dan dengan peningkatan
kualitas konstruksi fasilitas landasan menjadi aspal
penetrasi/kolakan.
- Fasilitas Sisi Darat, terpeliharanya bangunan terminal,
bangunan operasional, gudang kargo/logistik, dan
bangunan-bangunan lainnya dengan kondisi memenuhi
standar pelayanan minimal.
- Fasilitas Alat Bantu Navigasi Udara, tersedianya informasi
posisi koordinat ARP dan masing-masing THR landas pacu,
dengan pilihan tersedianya fasilitas NDB atau sistem lain
yang menggantikan , dengan fungsi lebih baik, dan yang
dipersyaratkan oleh Kementerian Perhubungan.
- Fasilitas Alat Bantu Pendaratan Visual, terpeliharanya
marka landas pacu
- Fasilitas Komunikasi Penerbangan, terpeliharanya radio
komunikasi HF-SSB (point to point communication), VHF
untuk Air Ground.
- Fasilitas PKP-PK, tersedianya peralatan portable PKP-PK.
- Fasilitas utilitas, tersedianya catu daya listrik dengan
tenaga matahari (solar cell), bak penampung air bersih,
dan utilitas lainnya.
- Fasilitas alat bantu pengamatan cuaca berupa Windsock
Rencana pengembangan fasilitas Bandar Udara Werur disajikan pada Tabel 2.4.
Tabel 2.4 Rencana Pengembangan Fasilitas Bandar Udara
NO. URAIAN TAHAPAN PENGEMBANGAN
TAHAP (2009-2019)
TAHAP (2010-2030)
KONDISI ULTIMIT (AKHIR)
I 1. 2.
FASILITAS SISI UDARA Desain Pesawat Terbesar Landasan Pacu (Runway)
DHC-6 Twin Otter 900 m x 23 m
DHC6 dan DO328 1250 x 30
DHC-6, DO328 1400 x 30 m
Rencana Pembangunan Bandar Udara Werur
Kabupaten Tambrauw
II-16
NO. URAIAN
TAHAPAN PENGEMBANGAN
TAHAP (2009-2019)
TAHAP (2010-2030)
KONDISI ULTIMIT (AKHIR)
3. 4. 5. 6.
7. II
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
10. 11. 12. 13.
Konstruksi / Kekuatan landasan Pacu Runway Strip Perpendicular Taxiway Tempat Parkir Pesawat (Apron) Dimensi Luas Kapasitas Parkir Pesawat : M-25 (sekelas DHC-6 Twin Otter) Total FASILITAS SISI DARAT Terminal Penumpang Gudang Kargo/Logistik Bangunan Administrasi Bangunan Operasi Bangunan PKP-PK Bangunan Catu Daya Listrik Gudang Peralatan Bangunan Pengolah Air Bersih Bangunan Pengolah Limbah Cair Bangunan Pengolah Limbah Padat Pos Penjagaan Rumah Dinas Tipe 36 Kebutuhan Air Bersih
Tasirtu / 12.500 lbs 1020 m x 150 m 1 (75 x 15 m) 70 m x 55 m 3.850 m2
1 (1) 2 120 m2
60 m2 20 m2 20 m2 20 m
2
15 m2 18 m2 18 m2 20 m2 20 m
2
8 m2 2 unit/72 m2 981 L
Penetrasi / 30.000 lbs 1370 x 150 m 1 (81 x 81 m) 70 m x 55 m 3.850 m2
1(1) 2 30 m2 40 m2 10 m2 10 m2 30 m
2
- 12 m2 6 m2 10 m2 10 m
2
8 m2 2 unit/72 m2 1000 L
Penetrasi / 30.000 lbs 1520 m x 150 m 2 (75 x 15&81 x 81 m) 140 m x 55 m 4.700 m2 2(2) 4 150 m2 100 m2 20 m2 30 m2 50 m
2
15 m2 30 m2 24 m2 30 m2 30 m
2
16 m2 4 unit/144 m2 2000 L
III FASILITAS ALAT BANTU NAVIGASI UDARA
Info Koordinat ARP dan THR Landasan,
pendekatan GPS
Pendekatan GPS Visual dan Instrument
Info Koordinat ARP dan THR Landasan, VOR (optional)
IV FASILITAS KOMUNIKASI PENERBANGAN
HF-SSB HF-SSB, VHF HF-SSB, VHF
V FASILITAS KOMUNIKASI PENERBANGAN
HF-SSB HF-SSB, VHF HF-SSB, VHF
VI FASILITAS PKP-PK Portable PKP-PK Rescue Car, Ambulance/Co
mando Car
Rescue Car, Ambulance/Comando
Car
VII ALAT BANTU PENGAMATAN CUACA Windsock Met Office Met Office
Sumber : Studi Kelayakan Bandar Udara Tambrauw, Dinas Perhubungan 2011
Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan
Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) adalah tanah dan/atau
perairan dan ruang udara di sekitar bandar udara yang dipergunakan untuk kegiatan
operasi penerbangan dalam rangka menjamin keselamatan penerbangan. Kawasan
keselamatan operasi penerbangan terdiri dari beberapa bagian sesuai Tabel 2.5 sebagai
berikut:
Rencana Pembangunan Bandar Udara Werur
Kabupaten Tambrauw
II-17
Tabel 2.5 Persyaratan Approach Runway - ICAO APPROACH RUNWAY Runway Clasification
Surface and Dimension Non Instrument Instrument
Code Number Code Number
1 2 3 4 1,2 3 4
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
CONICAL
Slope 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5%
Height 35 m 55 m 75 m 100 m 60 m 75 m 100 m
INNER HORIZONTAL
Height 45 m 45 m 45 m 45 m 45 m 45 m 45 m
Radius 2 000 m 2 500 m 4 000 m 4 000 m 3 500 m 4 000 m 4 000 m
INNER APPROACH
Width - - - - - - -
Distance from - - - - - - -
Length - - - - - - -
Slope - - - - - - -
APPROACH
Length Of Inner edge
60 m 80 m 150 m 150 m 150 m 300 m 300 m
Distance From Threshold
30 m 60 m 60 m 60 m 60 m 60 m 60 m
Divergence (Each Side)
10% 10% 10% 10% 15% 15% 15%
First Section
Length 1 600 m 2 500 m 3 000 m 3 000 m 2 500 m 3 000 m 3 000 m
Slope 5% 4% 3.33% 2.5% 3.33% 2% 2%
Second section
Length 3 600 mb 3 600 mb
Total Length 2.5% 2.5%
Horizontal Section
Length 8 400 mb 8 400 mb
Total Length 15 000 m 15 000 m
TRANSITIONAL
Slope 20% 20% 14.3% 14.3% 20% 14.3% 14.3%
INNER TRANSITIONAL
Slope - - - - - - -
a. All dimensions are measured horizontally unless specified otherwise. b. Variable length (see 4.2.9 or 4.2.17). c. Distance to the end of strip. d. Or end of runway whichever is less. e. Where the code letter is F (Column (3) of Table 1-1), the width is increased to 155 m
Sumber : Studi Kelayakan Bandar Udara Tambrauw, Dinas Perhubungan 2011
Rencana Pembangunan Bandar Udara Werur
Kabupaten Tambrauw
II-18
Didalam penilaian kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan model yang akan dipilih
adalah sesuai dengan kategori 3C penerbangan Instrument, walaupun pada
pembangunan phase I jenis penerbangan adalah Visual.
1. Daerah Approach Surface
Batas ketinggian pada kawasan Pendekatan dan Lepas Landas pada kedua ujung
landasan ditentukan dengan kemiringan dan jarak melalui perpanjangan sumbu landas
pacu sebagai berikut:
a. Bagian pertama dengan kemiringan sebesar 2% arah ke atas dan keluar, dimulai dari
ujung Permukaan Utama pada ketinggian ambang landas pacu sampai pada jarak
mendatar 3.000 m dengan asumsi tinggi permukaan pada ujung landas pacu + 0,00
m.
b. Bagian kedua dengan kemiringan 2,5% sampai dengan jarak mendatar tambahan
3.600 m.
c. Bagian ketiga dengan kemiringan 0% sampai dengan jarak mendatar 8.400 m.
2. Daerah Transitional Surface
Daerah Permukaan Transisi merupakan permukaan yang berbentuk kerucut, yang dibagi
menjadi 2 bagian permukaan transisi yaitu Permukaan Transisi Dalam dan Permukaan
Kerucut.
a. Batas Ketinggian pada Kawasan Permukaan Transisi Dalam ditentukan oleh
kemiringan 14,3% arah ke atas dan keluar, dimulai dari sisi panjang dan pada
ketinggian yang sama seperti Permukaan Utama dan Permukaan Pendekatan serta
Permukaan Lepas Landas menerus sampai memotong Permukaan Horizontal Dalam
pada ketinggian +45 m di atas datum yang tingginya +5 m dari ambang permukaan
landas pacu.
b. Batas ketinggian pada Kawasan di Bawah Permukaan Kerucut ditentukan oleh
kemiringan 5% arah ke atas dan keluar, dimulai dari tepi luar Kawasan di Bawah
Permukaan Horizontal Dalam pada ketinggian +50 m sampai memotong Permukaan
Horizontal Luar pada ketinggian +75 m di atas datum yang tingginya +5 m dari
ambang permukaan landas pacu.
3. Horizontal Surface
Rencana Pembangunan Bandar Udara Werur
Kabupaten Tambrauw
II-19
Kawasan di Bawah Permukaan Horizontal dibagi menjadi dua Kawasan yaitu Kawasan
Permukaan Horizontal Dalam dan Kawasan Permukaan Horizontal Luar.
a. Daerah Permukaan Horizontal dalam ditentukan +45 m di atas datum yang tingginya
+5m dari ambang permukaan landas pacu.
b. Daerah Permukaan Horizontal Dalam ditentukan dengan radius 4000 m dari masing
titik di masing-masing permukaan utama di ujung masing-masing landasan.,
selanjutnya dari titik radius ditarik titik paralel dengan landasan hingga pada titik
radius 4000 m pada ujung landasan lainnya.
4. Conical Surface
Kawasan Conical surface adalah kawasan diluar dan berhimpitan dengan
kawasan Horisontal Surface, yang ditentukan +45m di atas datum yang tingginya +5 m,
dan mendaki keluar dengan kemiringan 5% hingga mempunyai ketinggian + 120 m di
atas datum yang tingginya 5 m, atau mempunyai radius 5500m dari masing titik di
masing2 permukaan utama di ujung masing-masing landasan, selanjutnya dari titik
radius ditarik titik paralel dengan landasan hingga pada titik radius 4.000 m pada ujung
landasan lainnya. Wilayah perencanaan dalam hal ini wilayah Werur Distrik Sausapor
Kabupaten Tambrauw berada di bagian utara dari pulau di Papua Barat. dan berhadapan
langsung dengan lautan Pasifik.
5. Prosedur Navigasi Penerbangan Di Bandar Udara
a. Kategori pesawat terbang yang beroperasi
Bandar Udara Werur Distrik Sausapor pada tahap awal direncanakan akan beroperasi
dengan panjang Landasan 950 meter, dan tahap berikutnya adalah dengan panjang
1100 meter, ultimate dapat lebih dari 1850 meter. Pada Tahap awal pesawat terbang
yang beroperasi adalah category A dan B, dan pada phase berikutnya adalah category
pesawat C dan pada ultimate apabila traffic menghendaki adalah kategori pesawat D,
karena lahan untuk pengembangan mampu untuk menampung pesawat dengan
kategori D.
b. Kategori Ruang Udara bandar Udara Werur
Pada tahap awal ruang udara di bandar Udara Werur adalah mempunyai klasifikasi F,
dengan pemberian layanan adalah berbentuk Pemberian Informasi Penerbangan.
Pengoperasian Bandar Udara adalah Visual, namun didalam kajian ini dipersiapkan pula
Rencana Pembangunan Bandar Udara Werur
Kabupaten Tambrauw
II-20
prosedur untuk penerbangan Instrument, walaupun penerbangan ke Sorong dan
Manokwari kurang dari 30 menit, untuk pesawat terbang sejenis Dornier 328.
c. Rute Penerbangan dari dan ke Werur
Rute penerbangan yang mendominasi penerbangan adalah dari dan kearah barat, yaitu
ke Bandara DEO Sorong, selanjutnya ke Manokwari, Biak dan kearah selatan agak
Jarang.
6. Standar Arrival Untuk Landasan Pacu 06 Werur
a). Penerbangan dari arah barat Sorong dll, untuk penerbangan Visual dapat langsung
ke Long Final Landasan Pacu 06 Werur, penerbangan dengan ketinggian 4000 Kaki
keatas, untuk penerbangan instrument dengan referensi terestrial VOR-DME
terbang pada radial 64 pesawat dari Sorong dan arah barat terbang dengan
ketinggian paling rendah 9000 Kaki, menuju Holding Point atau langsung ke Long
Final untuk melakukan pendaratan atau melakukan prosedur kegagalan pendaratan,
selanjutnya ke titik holding atau sesuai saran Werur Information.
b). Penerbangan dari Arah Timur, Frans Kaisepo Biak dan atau Rendani Manokwari,
untuk penerbangan Visual dapat melakukan pendekatan untuk pendaratan melalui ,
melalui Left Down Wind Landasan Pacu 06-Werur, untuk penerbangan instrument
melalui Over head Werur, selanjutnya berbelok kekiri sambil melakukan
penurunan menuju Base Leg Landasan Pacu 06 Werur, pesawat datang melalui
Radial 283 VOR-DME Manokwari, atau dari Biak melalui Rute W61 pada Radial 283
BIK VOR-DME pada DME 150 berbelok ke kekiri heading 277 menuju Werur pada
Jarak 178Nm menuju Overhead atau langsung ke Down Wind Landasan Pacu-06
Werur.
c). Penerbangan dari Arah Selatan FEF, adalah penerbangan Visual walaupun jaraknya
pendek namun pesawat datang pada ketinggian terendah adalag 9500ckaki, karen
terdapat gunung dengan ketinggian 8400 kaki, menuju overhead Landasan Pacu,
menuju down wind atau base leg.
7. Standar Arrival Untuk Landasan Pacu 24 Werur
a). Penerbangan dari Arah Barat Sorong Radial 064 langsung ke Down Wind Landasan
Pacu-24 pada ketinggian terendah 2500 Kaki untuk penerbangan Visual, untuk
penerbangan instrument ketinggian terendah adalah 9000 Kaki, menuju Overhead ,
Rencana Pembangunan Bandar Udara Werur
Kabupaten Tambrauw
II-21
selanjutnya berbelok kekanan menuju Base Leg Landasan Pacu 24 untuk melakukan
pendaratan atau melakukan prosedur kegagalan pendaratn menuju tempat Holding,
atau untuk melakukan prosedur pendekatan berikutnya, sesuai yang disarankan
oleh Werur Information.
b). Penerbangan dari Arah Timur yaitu Radial 283 Manokwari VORDME, dengan
ketinggian terendah 9500 kaki menuju Over head atau Straight In menuju Long Final
Landasan Pacu-24 Werur. Penerbangan dari Biak Melalui Radial 283 BIK VOR-DME
pada jarak 150DME, berbelok kekiri 277 pada jarak 178NM langsung menuju ke
Long Final Landasan Pacu-24.
c). Dari Arah selatan dari ketinggian 9500 Kaki atau lebih menuju Overhead Landasan
Pacu24 selanjutnya sambil descend menuju Right Down Wind Landasan Pacu 24.
8. Standard Instrument Departure Landasan Pacu 24 Werur
a) Keberangkatan Menuju Arah Biak dan Atau Manokwari
Setelah lepas landas berbelok kekanan menuju heading 090, hingga 50NM GPS
hingga memotong Radial 283 BIK VOR-DME, ke Biak. Untuk penerbangan ke
Manokwari setelah berbelok kekanan menuju heading 090 hingga jarak 50NM GPS
melalui heading 283 hingga 50NM GPS berbelok kekanan pada Radial 299 pada
jarak 50nm VOR-DME Manokwari.
b) Keberangkatan Menuju Kearah Barat Sorong dan atau Manado
Setelah Lepas Landas terbang lurus hingga memotong dan mengikuti Radial 64
menuju SOG VOR-DME, untuk penerbangan ke Manado Setelah lepas Landas menuju
titik FASAL 00 01 49,501 LS dan 131 22 36,913 BT.
c) Keberangkatan Menuju Ke Selatan
Setelah Lepas Landas berbelok kekanan terbang ke Over head Landasan Pacu 24
menuju keketinggian 9500 atau lebih menuju ke FEF, Kamina, Babo arah selatan.
9. Standard Instrument Departure Landasan Pacu 06 Werur
a). Keberangkatan Menuju Arah Biak dan Atau Manokwari
Untuk penerbangan menuju Manokwari Setelah Lepas Landas, berbelok kearah
Heading 90, hingga memotong Radial 283 VOR-DME BIK, terbang pada Radial 283
setelah 50NM berbelok pada radial 298 jarak 50DME VOR-DME Manokwari. Untuk
penerbangan kearah Biak setelah lepas landas berbelok ke heading 90 pada jarak
50NM GPS Distance berbelok kekanan mengikuti Radial 283 menuju ke Biak.
Rencana Pembangunan Bandar Udara Werur
Kabupaten Tambrauw
II-22
b). Keberangkatan Menuju Kearah Barat Sorong dan atau Manado
Untuk tujuan Sorong setelah Lepas Landas berbelok kekiri hingga memotong Radial
64 SOG VOR-DME , untuk penerbangan ke Manado menuju ke titik FASAL 00 01
49,501 LS dan 131 22 36,913 BT.
c). Keberangkatan Menuju Ke Selatan
Setelah Lepas Landas berbelok kekiri sambil Climb Overhead menuju ketinggian
diatas 9500 kaki menuju FEF atau Kaimana .
10.Instrument Approach Procedure
a). Penerbangan berbasis navigasi terestrial VOR-DME
Pendekatan berbasis terestrial , memerlukan peralatan Navigasi didarat dengan
penambahan biaya untuk pemasangan, harga peralatan, lokasi lahan didarat, detail
akan dibahas didalam Kajian Master Plan Bandara. Didalam Kajian Kelayakan akan
disampaikan bahwa apabila dipasang peralatan tersebut maka dapat diketahui
bahwa secara operasional dapat dipakai dan layak. Wewenang pembuatan
Instrument Approach Procedure adalah Direktorat Navigasi Penerbangan Direktorat
Jenderal Perhubungan Udara.
11. Lokasi Alat Bantu Navigasi
Lokasi VOR-DME akan ditempatkan disebelah sisi selatan landasan berjarak
sama dengan ujung Landasan Pacu 06 dan 24, dengan jarak dari as landasan
diperhitungkan agar sudut dengan azimutuh Landasan Pacu diupayakan lebih kecil dari
03, sehingga tidak mempunyai sudut terlalu besar untuk memudahkan olah gerak
pesawat terbang yang akan mendarat atau akan melakukan prosedur kegagalan
pendaratan.
Pendekatan Landasan Pacu 06
Azimuth 059 44 44,86,panjang landasan (RIB) 1850 m
Initial Approach Fix, diletakan 15Nm dari VOR-Dme diperkirakan holding pesawat pada
ketinggian 4500 kaki, walaupun pada sector tiga dan empat terdapat ketinggian gunung
hingga 9000 kaki dan 9500 kaki (MSA) 25Nm dari lokasi VOR-DME, sehingga pesawat
akan lewat diatas VOR-DME sebelum menuju Holding Point East atau Holding Point
West.
Rencana Pembangunan Bandar Udara Werur
Kabupaten Tambrauw
II-23
Karena lokasinya terutama disebelah utara adalah Flat, maka pendekatan
yang dilakukan adalah Race Track bukan Base Turn. Intermediate Approach Fix
diletakkan maksimum 10 Nm dari VOR-DME, diperkirakan ketinggian diwalayah tersebut
adalah 2000 kaki atau lebih memberi (tidak ada obstacle) untuk memberi keleluasaan
penerbang untuk menyiapakn kegiatan di final sebelum pendaratan.
Diupayakan Descend gradient adalah 3, dan kategori pesawat terbang adalah pada
phase awal kategori A dan B (maksimum).
Final Approach Fix, disiapkan maksimum 5Nm dari VOR DME, diperkirakan
ketinggian pesawat terbang 1579 kaki atau lebih, ketinggian pesawat sewaktu di
Threshold disiapkan 15 m atau 49 kaki. Miss Approach Point, disiapkan lebih kurang 1
Nm sebelum VoR-DME.
2.1.3.1 Tahap Prakonstruksi
1. Pembebasan Lahan
Status kepemilikan tanah yang akan digunakan untuk rencana Pembangunan
Bandar Udara Werur Tambrauw merupakan tanah milik penduduk setempat dengan hak
ulayat, dan telah terdapat kesepakatan pemegang hak adat dan hak ulayat untuk
menghibahkan tanah ini kepada pemerintah untuk kepentingan fasilitas umum. Dimana
kepemilikan lahan yang akan dibebaskan tersebut dimiliki oleh dua jenis suku yaitu Biak
dan Karon yang memiliki adat istiadat masing masing. Perencanaan lahan yang akan
digunakan secara keseluruhan untuk tahapan pembangunan rencana bandara Werur
adalah 718,250 m2. Dimana total lahan ini merupakan jumlah lahan yang terdiri dari 3
tahapan pengembangan bandara. Untuk tahap pertama lahan yang digunakan sekitar
393,759 m2 menuju tahap kedua hingga 417,866 m2.
2. Relokasi
Terdapat beberapa pemukiman yang berdekatan lokasinya dengan rencana
pembangunan Bandara. Hal ini berkaitan dengan yang berbatasanKawasan Keselamatan
Operasi Penerbangan (KKOP). Sehingga akan dimungkinkan sekali adanya relokasi
beberapa pemukiman dilokasi terdekat. Jumlah kampung serta penduduk yang akan
direlokasi adalah 4 kampung/desa yaitu Werwaf, Wertam, Werur, dan Werbes di Distrik
Sausapor Kabupaten Tambrauw dengan jumlah penduduk 1502 jiwa serta jumlah KK
Rencana Pembangunan Bandar Udara Werur
Kabupaten Tambrauw
II-24
sebanyak 328 KK. Dimana jumlah penduduk di 4 kampung yang terkena dampak
pembangunan Bandar Udara Werur disajikan pada Tabel 2.5.
Tabel 2.5. Jumlah Penduduk di Empat Kampung yang Terkena Dampak Pembangunan Bandar Udara Werur
No Kampung Jumlah
Jumlah Jumlah KK Laki-laki Perempuan
1 Werwaf 228 244 472 87
2 Wertam 184 123 307 84
3 Werur 196 184 380 87
4 Werbes 343 70
1502 328 Sumber : Jumlah Penduduk 4 Kampung Tahun 2012
Menurut infornasi dari Drs. Maximus Alwer (Dishub Tambrauw) rumah
masyarakat akan diganti dengan rumah kembali tanpa melihat apakah rumah itu sudah
rusak, kecil/besar. Pemerintah Kabupaten Tambrauw akan mengganti dengan rumah.
Selama pembangunan belum selesai maka penduduk/masyarakat yang terkena relokasi
tidak akan pindah sampai rumah tersebut siap untuk dihuni. Masalah tempat untuk
relokasi sampai saat ini masih dipilih lokasi yang tepat.
2.1.3.2. Tahap Konstruksi
Rencana kegiatan yang akan dilakukan pada tahap ini diuraikan sebagai berikut :
1. Penyiapan Lahan
Penyiapan lahan yang dimaksud adalah membersihkan lokasi lahan dari tanaman dan
gangguan lainnya sebelum pengerjaan konstruksi fisik dilaksanakan. Untuk wilayah yang
akan dibangun Bandar Udara Werur ini, lahan yang akan digunakan merupakan lahan
yang sebelumnya berupa perkebunan warga, semak belukar, dan lahan kosong. Dengan
demikian pada saat kegiatan konstruksi akan dilakukan kegiatan pengurugan. Dalam
kegiatan pengurugan haruslah mencapai ketinggian yang ditentukan, tanah urugan
harus cukup baik dan bebas dari vegetasi yang menutupi lapisan tanah atas (top soil).
Setiap lapisan tanah tersebut dilembabkan terlebih dahulu sebelum dilakukan
pemadatan yang dilakukan dengan penyiraman.
2. Mobilisasi Alat Berat dan Material
Rencana Pembangunan Bandar Udara Werur
Kabupaten Tambrauw
II-25
Mobilisasi dan demobilisasi peralatan dan material yang dimaksud ini adalah
mendatangkan peralatan dan material ke lokasi proyek. Dimana material yang dibawa
seperti pasir beton, pasir pasang, batu split, batu kali, semen, batu merah, kayu,
multiplek, keramik, cat, truk beton ready Mix, pipa beton dll. Dimana mobilisasi
pencampaian ke lokasi projek ditempuh melalui dua jalur yaitu jalan darat dan laut.
3. Mobilisasi Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang akan diserap dalam kegiatan konstruksi ini adalah tenaga yang
memiliki kualifikasi kompetensi (keahlian) tertentu sesuai jenis pekerjaannya.
Penerimaan tenaga kerja dilakukan untuk tenaga kasar/pelaksana, menengah dan
tanaga ahli, serta disesuaikan dengan keahlian dan kebutuhan. Untuk tenaga
kasar/pelaksana dan tenaga menengah memprioritaskan penduduk sekitar proyek atau
tenaga kerja lokal sesuai dengan spesifikasi yang diperlukan dan penerimaannya
dilakukan secara transparan. Jumlah Tenaga kerja ini adalah merupakan tenaga kerja
sementara dan bersifat harian lepas. Kontrak kerja antar pelaksana dan tenaga kerja ini
akan berakhir sejalan dengan berakhirnya pelaksanaan kegiatan. Perkiraan jumlah
tenaga kerja pada tahap ini adalah sekitar 32 orang/ hari pada saat masa puncak.
Dengan asumsi setiap 100m2 dibutuhkan 4 orang.
4. Konstruksi Fisik
Kontruksi fisik adalah kegiatan rencana pembangunan Bandar Udara Werur Tambrauw
ini secara arsitektural ataupun teknis sesuai tahapanya seperti pondasi, ataupun
langsung menuju kontruksi pembangunan.
2.1.3.3 Tahap Operasi
A. Mobilitas Tenaga Kerja dan Pengunjung
Prakiraan Jumlah Tenaga Kerja
Pada saat tahap operasi diprakirakan jumlah tenaga kerja untuk pengelola bandara yaitu
sebanyak 10 orang. Prakiraan jumlah pegawai jika nantinya Bandar Udara Werur
Tambrauw ini sudah beroperasi disajikan pada Tabel 2.6.
Tabel 2.6. Jumlah Pegawai Bandar Udara Werur pada Saat Tahap Operasi
No Bangunan peruntukan Luas Bangunan (m2) Asumsi Jumlah
pegawai
1 Bangunan Adminitrasi phase II 50 5 orang
Rencana Pembangunan Bandar Udara Werur
Kabupaten Tambrauw
II-26
2 Bangunan Operasi phase II 20 2 orang Sumber : Studi Kelayakan Bandar Udara Tambrauw, Dinas Perhubungan 2011
B. Pengelolaan Limbah Padat
- Sumber Limbah Padat
Limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan operasional Bandar Udara diperkirakan
bersumber dari tenaga kerja yang bekerja di bandar udara Werur Tambrauw ini.
- Penanganan Limbah Padat
Penanganan limbah padat yang berasal dari kegiatan bandar udara dikelola dengan cara
pengumpulan limbah padat dari bin-bin atau tempat sampah yang disediakan di tempat
tempat yang telah ditentukan kemudian dikumpulkan di tempat pengumpulan
sementara (TPS).
- Fasilitas Pengolahan Limbah Padat
Ukuran bak pengumpul komunal disesuaikan dengan jumlah limbah padat yang
dihasilkan oleh aktifitas bandara. Perhitungan jumlah limbah padat diasumsikan 25
kg/1000 m2 (Studi Kelayakan Bandar Udara Tambrauw, Dinas Perhubungan 2011).
C. Penanganan Limbah Cair
- Sumber Limbah Cair
Limbah cair yang dihasilkan oleh Bandar udara dapat dibedakan dalam kategori
limbah domestik dan non domestik. Limbah cair domestik adalah limbah cair yang
berasal dari aktifitas kegiatan sehari hari dari manusia yang ada di bandara. Limbah cair
ini biasanya dari WC dan urinoir yang berupa feces dan urine, serta limbah yang berasal
dari kamar mandi, tempat cucian dan dapur.
Limbah cair non domestik adalah limbah cair seperti tumpahan minyak, oli,
bahan bakar pesawat dan kotoran yang berasal dari aktifitas bandara akan diserahkan
pihak ke tiga yang memiliki ijin dan harus memiliki TPS B3. Sumber limbah cair dari
kegiatan perencanaan Bandar Udara Werur Tambrauw dan fasilitas sarana
penunjang lainya adalah limbah domestil dari kegiatan toilet, MCK dari tenaga
kerja ataupun pengunjung.
- Pengelolaan Limbah Cair
Rencana Pembangunan Bandar Udara Werur
Kabupaten Tambrauw
II-27
Sumber limbah cair domestic dari office ini berasal dari kegiatan dapur, mess, toilet, dan
bangunan office. Jumlah limbah cair yang dihasilkan akan langsung disalurkan di saptic
tank.
- Fasilitas Pengolahan Limbah Cair
Secara umum limbah cair diolah dalam septic tank, kemudian air hasil olahan
dialirkan ke sistem peresapan. Septic tank juga dilengkapi dengan bak control sehingga
dapat digunakan untuk memeriksa apabila terjadi sumbatan. Limbah cair dari toilet
pesawat yang sedang transit dibandara ini juga dibuang ke septic tank yang ada. Adapun
untuk tahap operasi disajikan pada Gambar 2.9.
Gambar 2.9. Neraca Air Tahap Operasi
Sumber : Studi Kelayakan Bandar Udara Tambrauw, Dinas Perhubungan 2011.
C. Operasional Bandara
Dengan melihat pergerakan penumpang dan pesawat udara di rencana Bandar
udara di Werur nantinya ketika sudah beroperasi tergolong masih relative kecil, maka
status pelayanan lalu lintas udara pada Tahap 1 adalah berstatus sebagai Un-attended
Aerodrome dan tahap dua berstatus AFIS.
Septic Tank
Rencana Pembangunan Bandar Udara Werur
Kabupaten Tambrauw
II-28
- Sistem Jaringan Listrik
Arahan pengembangan sistem energi terutama listrik diarahkan sesuai dengan
kebutuhan pengembangannya, dalam sistem pengembangan energi listrik nasional
untuk Propinsi Papua Barat terdiri dari jaringan transmisi tenaga listrik 150 KV yang
melintas di Kota Sorong, Kabupaten Sorong, Kabupaten Tambrauw, Kabupaten
Manokwari, serta Kabupaten Fak-fak. Namun dengan mempertimbangkan kondisi di
Werur distrik Sausapor yang masih termasuk daerah terpencil, keterbatasan kesediaan
pasokan BBM, maka tenaga listrik yang direncanakan sebagai sumber listrik utama
adalah SistemSolar Cell., pada Phase I, namun pada phase II akan disediakan Generator
Diesel.
- Telekomunikasi
Secara umum rencana pengembangan sistem telekomunikasi diterapkan
dengan jaringan mikro digital yang melintasi seluruh Kabupaten / Kota di Propinsi Papua
Barat. Rencana pengembangan prasarana sistem telekomunikasi di Kabupaten
Tambrauw dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Mempertahankan serta memelihara jaringan telekomunikasi dengan sistem
komunikasi lainnya.
2. Mengembangkan jaringan komunikasi untuk mendukung pengembangan kota kota
kawasan prioritas, dengan cara :
Mengembangkan serta meningkatkan sarana dan prasarana telekomunikasi
keterkaitan antar wilayah.
Mengembangkan jaringan telekomunikasi sampai dengan Desa Pusat
Pertumbuhan (DPP) untuk meningkatkan keterkaitan kota dengan desa.
- Prasarana Jaringan Air Bersih
Pada umumnya sumber air bersih bagi masyarakat di Kabupaten Tambrauw berasal dari
sumur gali. Ada 3 kriteria pembangunan jaringan air bersih, adalah:
1. Pembangunan jaringan air bersih dengan sistem per-pipaan yang disesuaikan dengan
kondisi geografis, yaitu menggunakan sistem pompa.
2. Penyaluran air bersih dapat melalui sistem per-pipaan di setiap distrik terutama di
wilayah pusat distrik.
3. Perlindungan terhadap daerah resapan air bersih sehingga debit air tidak berkurang.
Rencana Pembangunan Bandar Udara Werur
Kabupaten Tambrauw
II-29
Perhitungan jumlah kebutuhan air bersih berdasarkan pada beberapa kategori antara
lain yaitu, jumlah penumpang, pengantar/penjemput, pegawai dan lain lain. Prakiraan
jumlah kebutuhan air bersih pada saat jam puncak dapat disajikan pada Tabel 2.7.
Tabel 2.7. Prakiraan Jumlah Kebutuhan Air Bersih pada Saat Jam Puncak
Penumpang = 25 x 3 Lpoh = 75 L
Pengantar/penjemput = 2 x 3 Lpoh = 6 L
Pengelola = 10 x 10 = 100 L
Rumah Pegawai = 4 x 200 Lpoh = 800 L
Jumlah kebutuhan air bersih Phase I = 981 L
Phase II dibutuhkan air bersih tambahan = 1000 L
Sumber : Studi Kelayakan Bandar Udara Tambrauw, Dinas Perhubungan 2011.
- Pemeliharaan Fasilitas
Pemeliharaan fasilitas terus dilakukan selama masa operasi Bandar Udara Werur
Tambrauw seperti kegiatan cleaning service yang dilakukan secara berkala seperti
maintainance sarana utilitas maupun fisik bangunan office bandaranya.
2.1.3. Kegiatan Lain di Sekitar Lokasi
Kegiatan lain disekitar Rencana Kegiatan Pembangunan Bandar Udara Werur
di Distrik Sausapor, Kabupaten Tambrauw terdapat jaringan jalan, telepon hanya ada
telepon satelit, listrik menggunakan PLTD, sedangkan sarana kesehatan terdapat
puskesmas di Kampung Werur, Distrik Sausapor Kabupaten Tambrauw. Terlebih dengan
adanya rencana pembangunan bandar udara ini harapanya akan dapat lebih
mempengaruhi kegiatan lain disekitar sehingga muncul pusat pertumbuhan baru.
Selebihnya kegiatan disekitar lokasi Bandar udara hanya ada pemukiman yang tergolong
cukup jauh dari lokasi.
Uraian singkat rona lingkungan yang akan di bahas pada sub bab ini ditekankan pada
komponen yang diperkirakan akan terkena dampak kegiatan yang meliputi :
2.2.1 Ruang dan Lahan
2.2.1.1 Aspek Tata Ruang dan Lahan
2.2. Lingkup Rona Lingkungan Hidup Awal
Rencana Pembangunan Bandar Udara Werur
Kabupaten Tambrauw
II-30
Mengacu pada RTRW Nasional (PP No. 26 Tahun 2008), diketahui bahwa Kabupaten
Tambrauw mempunyai fungsi sebagai berikut:
a. Dalam Rencana Struktur Sistem Pusat-pusat Permukiman, kota-kota di Kabupaten
Tambrauw tidak memiliki fungsi dan peran dalam lingkup nasional baik itu PKN
(Pusat Kegiatan Nasional) maupun PKW (Pusat Kegiatan Wilayah).
b. Kawasan Lindung Nasional yang terkait dengan Kabupaten Tambrauw antara lain:
Cagar Alam Laut Pantai Laut Sausapor (Distrik Sausapor)
Cagar Alam Tambrauw Utara
Cagar Alam Tambrauw Selatan.
c. Taman Wisata Alam Distrik Abun.
Merupakan salah satu kabupaten yang termasuk ke dalam Kawasan Andalan
Sorong dan Sekitarnya, dimana sektor unggulan yang akan dikembangkan adalah
sektor kehutanan, pertambangan, perikanan laut dan industri.
Sasaran dari tujuan pemanfaatan ruang Kabupaten Tambrauw yaitu :
1. Terwujudnya ruang wilayah Kabupaten Tambrauw yang berkualitas, terbuka dan
efisien
2. Terwujudnya keterpaduan pemanfaatan ruang darat, ruang laut dan ruang udara,
termasuk ruang di dalam bumi dalam kerangka Kabupaten Tambrauw yang
mandiri dan sejahtera
3. Mewujudkan struktur ruang kabupaten yang hirarkis dan seimbang
4. Mewujudkan keterpaduan pemanfaatan dan pengendalian ruang wilayah
kabupaten dalam rangka perlindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak
negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang
5. Berkembangnya Kabupaten Tambrauw melalui pemanfaatan potensi dan peluang
pengembangan wilayah untuk mewujudkan Tambrauw yang mandiri dan
sejahtera
6. Mengurangi kesenjangan perkembangan wilayah (Regional inequalitie/
imbalance) di Kabupaten Tambrauw
7. Meningkatkan perekonomian wilayah melalui optimalisasi pemanfaatan
sumberdaya secara berkelanjutan
8. Meningkatkan integrasi wilayah antar distrik
Rencana Pembangunan Bandar Udara Werur
Kabupaten Tambrauw
II-31
9. Terwujudnya keterpaduan penataan ruang wilayah Kabupaten Tambrauw dengan
wilayah berbatasan
10. Penggunaan lahan yang ada di Kabupaten Tambrauw berdasarkan data yang
diperoleh secara garis besar didominasi oleh hutan. Hutan yang terdapat di
Kabupaten Tambrauw ini terdiri atas hutan lindung, hutan suaka alam, hutan
produksi yang terbagi kedalam hutan produksi tetap, hutan produksi terbatas dan
hutan produksi konversi. Sedangkan peruntukan lahan lainnya adalah
tegalan/perkebunan dan tubuh air, sedangkan perkampungan atau perumahan
penggunaannya relatif masih kecil.
Luas dan sebaran penggunaan lahan eksisting di kabupaten tambrauw tahun
2009 disajikan pada Tabel 2.8. Serta kondisi hutan yang terdapat di Distrik Sausapor
disajikan pada Gambar 2.10.
Tabel 2.8 Luas dan Sebaran Penggunaan Lahan Eksisting di Kabupaten Tambrauw Tahun 2009
No Distrik Luas Penggunaan Lahan (Ha)
Luas Distrik (Ha) Kawasan Hutan* Permukiman Perkebunan Tubuh Air*
1 Sausapor 69.339,56 350,56 223,03 ** 70.497,15
2 Kwoor 149.251,34 1.346,85 109,29 ** 160.287,70
3 Abun 83.654,29 1.456,51 8,70 ** 93.267,37
4 Yembun 139.614,86 1.138,23 0 ** 117.877,86
5 Fef 59.220,51 503,60 0 ** 62.664,01
6 Syujak 26.582,45 287,92 0 ** 27.235,64
7 Miyah 43.444,84 452,95 0 ** 45.818,75
Total 571.107,86 5.536,62 341,02 662,98 577.648,48
Sumber: Laporan Antara Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Tambrauw, 2011.
Gambar 2.10. Kondisi Hutan yang Terdapat Di Distrik Sausapor
Rencana Pembangunan Bandar Udara Werur
Kabupaten Tambrauw
II-32
Sumber: Laporan Antara Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Tambrauw, 2011
2.2.1.1 Sistem Transportasi
A. Transportasi Darat
Berdasarkan kondisi perkerasannya, jaringan jalan di Kabupaten Tambrauw terdiri dari
jalan setapak pesisir pantai, jalan setapak, jalan tanah, jalan coran/beton dan jalan besar
perusahaan. Kondisi jaringan jaringan di Kabupaten Tambrauw secara lebih rinci
disajikan pada Tabel di bawah ini.
Tabel 2.9. Panjang Jalan Dirinci menurut Kondisi Permukaannya Di Wilayah Pesisir Kabupaten Tambrauw (Distrik Sausapor, Kwoor dan Abun)
No Rute
JarakTempuh Satuan Keterangan Dari Ke
1 Jokte Sausapor 1,75 km
jalan setapak pesisir pantai
2 Werur Werbes 2,23 km
jalan setapak pesisir pantai
3 Werbes Hopmare 7,1 km
jalan setapak pesisir pantai
4 Hopmare Kwoor 9,97 km
jalan setapak pesisir pantai
Total Panjang Jalan Setapak Pesisir Pantai
21,05 km
5 Werur Bikar 11,11 km jalan setapak
6 Sukwes Batde Baru 1,02 km jalan setapak
7 Sukwes Kranfotsu 7,87 km jalan setapak
8 Kransfotsu Syuwaw 0,74 km jalan setapak
9 Syuwaw Krisnos 5,82 km jalan setapak
10 Krisnos Batde Lama 14,36 km jalan setapak
11 Batde lama Kwesefo 6,35 km jalan setapak
Rencana Pembangunan Bandar Udara Werur
Kabupaten Tambrauw
II-33
No Rute
JarakTempuh Satuan Keterangan Dari Ke
12 Kwesefo Syumbab 13,36 km jalan setapak
13 Kwesefo Banso 23,05 km jalan setapak
14 Sumbab ujung jalan/km 42
0,23 km
jalan setapak
15 Camp Multi Pesisir
Saubeba 2,11 km
jalan setapak
16 Wau Weyap 0,77 km jalan setapak
Total Panjang Jalan Setapak 86,02 km
17 Sausapor Eguwem 0,49 km Jalan Tanah
18 Sausapor Pelabuhan Sausapor
0,44 km
Jalan Tanah
19 Werur Werwap 0,93 km Jalan Tanah
20 Werur Wertam 1,01 km Jalan Tanah
21 Werwaf Wertam 1,47 km Jalan Tanah
Total Panjang Jalan Tanah 4,34 km
22 Eguwem Emaos 0,6 km jalan coran/beton
23 Emaos Sausapor 1,13 km jalan coran/beton
Total Panjang Jalan Coran/Beton 1,73 km
24 Ujung Jalan/km 42
Camp. Induk Multi
15 km
Jalan besar perusahaan
25 Camp induk Multi
Camp. Multi Pesisir
27 km
Jalan besar perusahaan
Total Panjang Jalan Besar Perusahaan 42 km
Total Panjang Jalan Keseluruhan 155,14 km
Sumber: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tambrauw, 2011
Tabel 2.10 Panjang Jalan Dirinci menurut Kondisi Permukaannya di Wilayah Daratan dan Pegunungan Kabupaten Tambrauw
(meliputi Distrik Yembun, Fef, Syujak dan Miyah)
No Rute Jarak
Tempuh Satuan Keterangan
Dari Ke
1 Metbesa Sumbekas 15,1 km jalan setapak
2 Sumbekas Bamus Bama 12,38 km jalan setapak
3 Jalan Besar Baun 3,24 km jalan setapak
4 Ujung Jalan Buntut
Bamus Waiman 3,7
km jalan setapak
5 Bamus Waiman Bamus Bama 3,37 km jalan setapak
6 Bamus Bama Syarwom 1,22 km jalan setapak
7 Syarwom Syubun 12,44 km jalan setapak
8 Syubun Kntr Distrik Fef 9,69 km jalan setapak
9 Kntr Distrik Fef Mawor 0,23 km jalan setapak
10 Mawor Ases 0,24 km jalan setapak
Rencana Pembangunan Bandar Udara Werur
Kabupaten Tambrauw
II-34
No Rute Jarak
Tempuh Satuan Keterangan
Dari Ke
11 Ases Wayo 0,64 km jalan setapak
12 Wayo Sikor 0,37 km jalan setapak
13 Kntr Distrik Fef Bandara 0,53 km jalan setapak
14 Kntr Distrik Fef Poligon Renc. Kntr Bupati
0,67 km jalan setapak
15 Kntr Distrik Fef Lof 11,79 km jalan setapak
16 Lof Syujak 1,53 km jalan setapak
17 Syujak Banso 1,9 km jalan setapak
18 Syujak Frafane 1,41 km jalan setapak
19 Frafane Soon 17,58 km jalan setapak
20 Kntr Distrik Fef Tabam Sere 26,66 km jalan setapak
21 Tabam Sere Pertigaan Jalan Trans
5,66 km jalan setapak
22 Ayopokiar Miri 14,31 km jalan setapak
23 Miri Meis 10,27 km jalan setapak
Totak Panjang Jalan Setapak 154,93 km
24 Mega Pertigaan Jalan 28 km jalan besar
25 Pertigaan Jalan Metbelum 2,41 km jalan besar
26 Metbelum Metnayam 9,41 km jalan besar
27 Metnayam Metbesa 1 km jalan besar
28 Pertigaan Jalan Ujung Jalan Buntut 13,47 km jalan besar
Totak Panjang Jalan Besar 54,29 km
29 Pertigaan Jalan Trans
Yabouw 4,28
km jalan trans papua
30 Yabouw Ruvewes 0,96 km jalan trans papua
31 Ruvewes Ayamane 0,15 km jalan trans papua
32 Pertigaan Jalan Trans
Ruf 10,32
km jalan trans papua
33 Ruf Ayopkiar 0,64 km jalan trans papua
34 Ayopokiar ayae 4,38 km jalan trans papua
35 Ayae Siakwa 7,01 km jalan trans papua
36 Siakwa Senopi 23,49 km jalan trans papua
Totak Panjang Jalan Trans Papua 51,23 km
Totak Panjang Keseluruhan 260,45 km
Sumber : Laporan Antara Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Tambrauw, 2011.
Gambar 2.11. Akses Jalan Menuju Distrik Fef
Rencana Pembangunan Bandar Udara Werur
Kabupaten Tambrauw
II-35
Sumber: Laporan Antara Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Tambrauw, 2011.
B. Transportasi Laut
Pelabuhan laut yang terdapat di Kabupaten Tambrauw, diantaraya yaitu :
1. Pelabuhan Umum Sausapor, yang terdapat di Distrik Sausapor serta pelabuhan
di Kampong Waibem Distrik Abun;
2. Pelabuhan Rakyat, terdapat di Kwoor, yang menghubungkan rute Kwoor-
Syukwes melalui jalur Sungai Kwoor.
C. Transportasi Udara
Prasarana bandara di Kabupaten Tambrauw saat ini terdapat di Distrik Fef dan
Sausapor. Bandara di Fef dengan jenis pesawat Cessna atau Pylatus Porter dengan
panjang lintasan kurang lebih 500 m. Sedangkan Bandara di Distrik Sausapor
tepatnya di Kampung Werur tidak di operasikan, padahal ada 2 lintasan yang
panjangnya masing-masing 3,2 Km dan 1,9 Km yang berpotensi untuk
pengembangan prasarana Bandar udara di masa yang akan datang.
Untuk lebih jelasnya Rencana Jaringan Transportasi Kabupaten Tambrauw
disajikan pada Gambar 2.12. Peta Jaringan Penerbangan Kabupaten Tambrauw disajikan
pada Gambar 2.13. Serta Rute Penerbangan disajikan pada Gambar 2.14.
Rencana Pembangunan Bandar Udara Werur
Kabupaten Tambrauw
II-36
Gambar 2.12 Rencana Jaringan Transportasi Kab. Tambrauw
Rencana Pembangunan Bandar Udara Werur
Kabupaten Tambrauw
II-37
Gambar 2.13 Jaringan Penerbangan Kabupaten Tambrauw
Rencana Pembangunan Bandar Udara Werur
Kabupaten Tambrauw
II-38
Gambar 2.14 Rute Penerbangan
Rencana Pembangunan Bandar Udara Werur
Kabupaten Tambrauw
II-39
2.2.2 GeoFisik Kimia
2.2.2.1 Kondisi Klimatologi
A. Iklim dan Curah Hujan
Keadaan iklim di Papua Barat sangat dipengaruhi oleh topografi daerah. Pada
saat musim panas di dataran Asia (bulan Maret dan Oktober) Australia mengalami
musim dingin, sehingga terjadi tekanan udara dari daerah yang tinggi (Australia) ke
daerah yang rendah (Asia) melintasi pulau Papua sehingga terjadi musim kering
terutama Papua bagian selatan (Merauke). Sedikitnya pada saat angin berhembus dari
Asia ke Australia (bulan Oktober dan Maret) membawa uap air yang menyebabkan
musim hujan, terutama Papua bagian utara, dibagian selatan tidak mendapat banyak
hujan karena banyak tertampung di bagian utara. Keadaan iklim di Kabupaten
Tambrauw termasuk iklim tropis, dengan keadaan curah hujan sangat bervariasi
terpengaruh oleh lingkungan alam sekitarnya.
Berdasarkan data dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG)
Stasiun Jefman Sorong, suhu udara rata-rata di Kabupaten Tambrauw adalah 27,23 C.
Sedangkan kelembaban udara bervariasi antara 74-89%. Curah hujan terendah dalam
jangka waktu mulai Tahun 2001 hingga 2010 yaitu sebesar 7 mm/bulan yaitu pada Bulan
Oktober 2006 dan tertinggi yaitu sebesar 912,9 mm/bulan yaitu pada Bulan Juli 2007.
Sedangkan intensitas penyinaran matahari terendah yaitu 33,5 dan tertinggi yaitu 78,2
Rencana Pembangunan Bandar Udara Werur
Kabupaten Tambrauw
II-40
untuk kurun waktu 10 tahun yaitu 2001 hingga 2010. Untuk lebih jelasnya kondisi Suhu
Udara, Penyinaran Matahari, Tekanan Udara, dan Kelembaban di Kabupaten Tambrauw
Tahun 2001 - 2010 disajikan pada Tabel 2.11, serta Data Curah Hujan Kabupaten
Tambraw Tahun 2001 - 2010 disajikan pada Tabel 2.12.
Rencana Pembangunan Bandar Udara Werur
Kabupaten Tambrauw
Tabel 2.11 Kondisi Suhu Udara, Penyinaran Matahari, Tekanan Udara, dan Kelembaban di Kabupaten Tambrauw Tahun 2001 - 2010
Bulan
Tahun 2001 Tahun 2002 Tahun 2003
Suhu Udara Rata-rata (C)
Penyinaran Matahari (%)
Tekanan Udara (mb)
Kelembaban (%)
Suhu Udara Rata-rata (C)
Penyinaran Matahari (%)
Tekanan Udara (mb)
Kelembaban (%)
Suhu Udara Rata-rata (C)
Penyinaran Matahari (%)
Tekanan Udara (mb)
Kelembaban (%)
Januari 27,3 54,0 1009,1 85 27,7 55,2 1010,2 83 28,2 65 1011,0 81
Februari 27,4 37,6 1010,4 85 28,2 70,6 1011,3 79 27,7 51,12 1010,1 82,9
Maret 27,3 33,5 1009,9 85 27,7 54,8 1010,3 83 27,3 59,6 1011,0 84
April 27,7 59,2 1009,8 85 27,8 61,4 1010,1 84 27,7 60,6 1010,4 85
Mei 27,9 50,5 1010,2 84 28,1 74,6 1010,6 84 28,0 69 1010,0 84
Juni 27,4 40,7 1010,0 84 27,3 57,3 1010,9 85 27,6 81,8 1010,9 83
Juli 27,2 53,6 1010,9 83 27,7 83,0 1012,1 82 26,6 53,3 1011,1 86
Agustus 26,9 57,2 1011,1 83 27,5 79,0 1011,7 81 27,1 60 1011,4 84
September 27,1 64,2 1010,9 85 28,1 78,7 1012,3 80 27,2 51,4 1011,5 84
Oktober 27,9 67,2 1010,2 84 28,6 70,6 1010,6 79 27,6 64,4 1010,6 84
November 28,0 60,4 1008,6 84 28,2 53,7 1010,1 82 28,6 73,1 1009,7 81
Desember 27,5 39,8 1010,7 84 28,3 65,4 1011,0 82 28,2 76 1011,0 82
Lanjutan Tabel 2.11 Kondisi Suhu Udara, Penyinaran Matahari, Tekanan Udara, dan Kelembaban di Kabupaten Tambrauw Tahun 2001-2010
Bulan
Tahun 2004 Tahun 2005 Tahun 2006
Suhu Udara Rata-rata (C)
Penyinaran Matahari (%)
Tekanan Udara (mb)
Kelembaban (%)
Suhu Udara Rata-rata (C)
Penyinaran Matahari (%)
Tekanan Udara (mb)
Kelembaban (%)
Suhu Udara Rata-rata (C)
Penyinaran Matahari (%)
Tekanan Udara (mb)
Kelembaban (%)
Januari 27,8 61,1 1010,4 84 27,9 56,0 1009,9 83 27,7 62 1008,9 84
Februari 27,8 56,2 1009,9 82 28,0 66,3 1010,8 82 27,5 53 1009,7 85
Maret 28,5 69,9 1009,5 82 28,5 80,4 1011,1 80 28,0 53,2 1009,6 83
April 28,0 65,5 1919,4 82 27,6 45,3 1011,4 85 28,0 - 1009,4 83
Mei 28,2 71,3 1010,0 83 27,8 66,1 1010,7 86 27,5 - 1010,2 83
Juni 27,3 66,3 1011,7 83 27,4 65,4 1010,6 87 27,6 - 1009,7 85
Juli 26,6 56,0 27,2 55,5 1011,2 74 26,9 - 1009,6 83
Agustus 26,7 71,6 12,0 82 27,6 60,6 1011,6 83,7 26,4 - 1009,9 85
September 26,9 54,8 11,9 85 27,8 62,1 1011,3 84,9 26,0 - 1009,9 83
Oktober 27,9 78,2 11,1 82 27,5 60,6 1010,5 79,4 27,1 - 1010,3 81
November 28,1 65,5 10,0 84 27,6 50,9 1009,0 84,9 26,6 - 1008,8 82
Desember 27,9 61,9 9,6 85 27,3 47,3 1009,0 85 28,0 - 1007,9 83
Sumber: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Jefman Sorong
Rencana Pembangunan Bandar Udara Werur
Kabupaten Tambrauw
Lanjutan Tabel 2.11 Kondisi Suhu Udara, Penyinaran Matahari, Tekanan Udara, dan Kelembaban di Kabupaten Tambrauw Tahun 2001-2010
Bulan
Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009
Suhu Udara Rata-rata (C)
Penyinaran Matahari (%)
Tekanan Udara (mb)
Kelembaban (%)
Suhu Udara Rata-rata (C)
Penyinaran Matahari (%)
Tekanan Udara (mb)
Kelembaban (%)
Suhu Udara Rata-rata (C)
Penyinaran Matahari (%)
Tekanan Udara (mb)
Kelembaban (%)
Januari 27,8 - 1008,6 84 27,9 46,9 1008,4 82 27,0 60,0 1008,4 84
Februari 26,6 - 1008,8 85 27,7 58 1009,9 82 26,8 40,6 1007,8 85
Maret 27,2 - 1008,8 84 27,6 63,5 1008,4 86 26,8 46,1 1009,2 85
April 27,5 - 1008,9 85 27,6 51 1009,9 88 26,9 63,0 1008,7 86
Mei 27,0 - 1009,2 88 27,0 72,2 1011,2 83 27,1 58,3 1008,5 85
Juni 26,7 - 1007,7 83 26,8 65,3 1010,0 83 26,2 37,7 1009,9 87
Juli 25,8 - 1009,6 90 25,8 49,6 1009,1 84 25,8 45,5 1009,4 88
Agustus 25,7 42,0 1009,6 87 24,1 51 1010,0 90 26,2 40,8 1010,7 87
September 26,4 44,1 1008,7 88 24,2 40 1009,6 87 26,9 57,1 1010,5 86
Oktober 26,9 52,2 1008,4 88 24,6 40,4 1009,6 87 27,5 71,8 1009,3 83
November 26,8 46,3 1007,4 89 27,0 55,2 1008,2 87 27,1 66,6 1007,6 83
Desember 27,9 44,9 1006,6 87 24,6 51,8 1007,6 86 27,3 76,0 1010,0 82
Lanjutan Tabel 2.11 Kondisi Suhu Udara, Penyinaran Matahari, Tekanan Udara, dan Kelembaban di Kabupaten Tambrauw Tahun 2001-2010
Bulan
Tahun 2010
Suhu Udara Rata-rata (C)
Penyinaran Matahari (%)
Tekanan Udara (mb)
Kelembaban (%)
Januari 27,0 60,0 1008,4 84
Februari 26,8 40,6 1007,8 85
Maret 26,8 46,1 1009,2 85
April 26,9 63,0 1008,7 86
Mei 27,1 58,3 1008,5 85
Juni 26,2 37,7 1009,9 87
Juli 25,8 45,5 1009,4 88
Agustus 26,2 40,8 1010,7 87
September 26,9 57,1 1010,5 86
Oktober 27,5 71,8 1009,3 83
November 27,1 66,6 1007,6 83
Desember 27,3 76,0 1010,0 82
Sumber: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Jefman Sorong
Rencana Pembangunan Bandar Udara Werur
Kabupaten Tambrauw
II-43
Tabel 2.12 Data Curah Hujan Kabupaten Tambraw Tahun 2001 - 2010
Bulan
Tahun
2001 2002 2003 2004 2005
Curah Hujan
Hari Hujan
Curah Hujan
Hari Hujan
Curah Hujan
Hari Hujan
Curah Hujan
Hari Hujan
Curah Hujan
Hari Hujan
Januari 305 27 248 21 78 7 201 24 55,1 17
Februari 216 15 71 11 107 14 157 18 60,7 15
Maret 157 17 157 20 294 25 149 14 132,4 16
April 114 15 220 19 220 17 272 20 267,8 23
Mei 325 16 336 15 164 12 142 16 238,5 21
Juni 343 22 304 22 431 18 93 19 349,3 25
Juli 26 15 14 10 511 27 189 29 228,4 20
Agustus 476 7 29 8 314 16 24 8 135,7 14
September 418 27 18 6 183 17 339 24 112,6 13
Oktober 134 12 45 5 237 20 64 9 369 29
November 289 16 126 16 75 9 161 15 188 20
Desember 110 16 186 12 224 20 257 24 333,2 23 Sumber: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Jefman Sorong
Lanjutan Tabel 2.12 Data Curah Hujan Kabupaten Tambraw Tahun 2001 - 2010
Bulan
Tahun
2006 2007 2008 2009 2010
Hari Hujan
Curah Hujan
Hari Hujan
Hari Hujan
Curah Hujan
Hari Hujan
Curah Hujan
Hari Hujan
Curah Hujan
Hari Hujan
Januari 254 27 252,5 14 139,8 20 175,8 17 134,2 12
Februari 156 14 148 14 233,2 20 199,8 22 59 15
Maret 317 16 260,7 12 336,8 28 175,8 22 60,3 7
April 190 16 320,6 19 201 26 371 20 195,8 20
Mei 80 5 328,3 23 430,2 21 125,5 20 365,2 28
Juni 125 12 538,3 19 404 21 296 18 361 27
Juli 201 15 912,9 23 597,2 29 390,6 21 194,3 20
Agustus 224 5 839,4 27 614 29 150,4 18 592,2 27
September 393 19 287,2 17 417 22 132,8 12 471 26
Oktober 7 4 450,2 24 378,8 22 86 10 342,8 23
November 165 12 388,6 19 308,8 29 281,4 14 230,6 21
Desember 59 11 407,4 20 245,2 19 73,8 20 334,6 21 Sumber: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Jefman Sorong
Rencana Pembangunan Bandar Udara Werur
Kabupaten Tambrauw
II-44
B. Arah dan Kecepatan Angin
Berdasarkan analisis arah dan kecepatan angin, besar dan kecilnya kecepatan
angin dominan akan mempengaruhi penetapan jenis pesawat yang dapat dioperasikan
di bandar udara tersebut. Mengingat di wilayah Kampung Werur Distrik Sausapor
Kabupaten Tambrauw belum terdapat pengamatan kondisi meteorologi ataupun stasiun
meteorologi, maka dalam penentuan arah landas pada rencana bandar udara ini
dipergunakan pembanding data arah dan kecepatan angin dari stasiun meteorologi yang
terdekat. Dari tinjauan wilayah, stasiun meteorologi yang terdekat dengan lokasi adalah
Stasiun Meteorologi di Bandara Data yang tersedia untuk analisis arah dan kecepatan
angin adalah data harian selama 5 tahun pengamatan dari stasiun BMG yang berjumlah
1561 data. Data angin tercatat meliputi tahun, bulan, tanggal, arah terhadap Utara dan
kecepatan dalam satuan knot.
Prosedur pengolahan data adalah sebagai berikut :
1) Melakukan evaluasi terhadap kualitas data dan berkonsultasi dengan Instansi BMG
dalam hal tata cara pencatatan atau pendataannya, untuk mengetahui perilaku dan
karakteristik data yang akan diolah.
2) Melakukan pemilihan data yang akan dipakai untuk data terpakai.
3) Membagi masing-masing data ke dalam beberapa kecepatan sehingga menjadi 6
(enam) kelompok sesuai ketentuan ICAO, yaitu:
Kecepatan kurang dari 4 (empat) knot
Kecepatan antara 4 (empat) hingga 10 (sepuluh) knot
Kecepatan antara 10 (sepuluh) hingga 13 (tiga belas) knot
Kecepatan antara 13 (tiga belas) hingga 20 (dua puluh) knot
Kecepatan antara 20 (dua puluh) hingga 40 (empat puluh) knot, dan
Kecepatan lebih dari 40 (empat puluh) knot.
4) Membagi masing-masing data dalam setiap kelompok ke dalam arah angin per 10
(sepuluh) derajat untuk mengelompokkan data terhadap arah angin.
5) Membuat matrik arah angin terhadap kecepatan angin, sehingga didapatkan sejumlah
data untuk masing-masing arah dan kelompok kecepatan tertentu.
6) Membuat windrose terkait dengan prosentase jumlah data terhadap arah angin yang
dominan
Rencana Pembangunan Bandar Udara Werur
Kabupaten Tambrauw
II-45
Berdasarkan data dan metode pengolahan tersebut di atas didapatkan
besarnya prosentase arah angin yang dominan pada kecepatan angin yang telah
ditentukan serta jumlah frekuensi untuk masing-masing kecepatan tersebut. Dalam hal
ini untuk kondisi tersebut dilakukan analisis sehingga akan didapatkan gambaran kondisi
arah dan kecepatan angin maupun usability factor yang terjadi. Prosentase arah dan
kecepatan angin dari hasil analisis windrose disajikan pada Tabel berikut.
Tabel 2.13. Analisis Windrose (Berdasarkan Kecepatan Angin Maksimum)
Arah Kecepatan Angin
Proaentase 0 - 4 4 - 10 10 - 11 11
01-19 1,54% 1,54% - - 3,08%
02-20 1,54% - - - 1,54%
03-21 1,54% - - - 1,54%
04-22 6,15% 1,54% - - 7,69%
05-23 9,23% 1,54% 3,08% - 13,85%
06-24 12,31% 6,15% 1,54% - 20,00%
07-25 7,69% 3,08% - - 10,77%
08-26 - 1,54% - - 1,54%
09-27 - - - - 0,00%
10-28 1,54% 1,54% - - 3,08%
11-29 4,62% 4,62% - - 9,23%
12-30 6,15% 1,54% - - 7,69%
13-31 3,08% 7,69% 3,08% - 13,85%
14-32 - 1,54% - - 1,54%
15-33 1,54% 1,54% - - 3,08%
16-34 1,54% - - - 1,54%
17-35 0,00% - - - 0,00%
18-36 0,00% - - - 0,00%
Calm 3,08% - - - 3,08%
Prosentase 61,54% 33,85% 7,69% 0,00% 103,08% Sumber: Laporan Akhir Pekerjaan Studi Kelayakan Bandar Udara Kabupaten Tambrauw oleh Dinas Perhubungan Kabupaten Tambrauw, 2011.
Bedasarkan data frekuensi kejadian arah dan kecepatan angin tersebut maka dapat
dibuat Windrose untuk wilayah perencanaan Bandar Udara Werur seperti yang disajikan
pada Gambar 2.15.
Rencana Pembangunan Bandar Udara Werur
Kabupaten Tambrauw
II-46
Gambar 2.15. Windrose di Kawasan Bandar Udara Werur
Sumber: Laporan Akhir Pekerjaan Studi Kelayakan Bandar Udara Kabupaten Tambrauw oleh Dinas Perhubungan Kabupaten Tambrauw, 2011.
Data kecepatan angin yang lebih besar dari 10 knot adalah dari range arah 110,
160 dan 180 yaitu sebesar 3,08 %. Persentase tersebut masih dibagi kembali dengan
perhitungan crosswind dengan dibandingkan dengan Gambar 2.15. (Catatan : area >10
knot seluas adalah 6.4406, angka perbandingan), selanjutnya disajikan pada Tabel 2.14.
Tabel 2.14. Perhitungan Crosswind Arah Angin
Perhitungan Crosswind Ara Angin
Area > 10 Knot Sat
Area Non Crosswind Sat
Prosentase Angin
Prosentase Angin Non Crosswind
110 6.4406 2.2021 0.55% 0.19%
130 6.4406 0.5894 0.55% 0.05%
310 6.4406 1.3464 1.65% 0.34%
Jumlah 0.58% Sumber: Laporan Akhir Pekerjaan Studi Kelayakan Bandar Udara Kabupaten Tambrauw oleh Dinas Perhubungan Kabupaten Tambrauw, 2011.
Berdasarkan tabel di atas seluruh angin crosswind adalah 3,08 % dikurangi 0,58% adalah
= 2,50 %. Wind Coverage Arah landasan 06-24 adalah sebesar 100% - 0,0744% = 99,9255
%. Nilai tersebut memenuhi persyaratan bahwa nilai crosswind harus lebih besar dari
95%. Sehingga diketahui bahwa di wilayah perencanaan Bandar Udara Werur arah angin
bukan merupakan kendala untuk penetapan arah landas pacu. Selanjutnya arah landas
pacu sangat ditentukan oleh faktor kondisi/situasi ketersediaan lahan yang sesuai
dengan persyaratan operasional dan keselamatan penerbangan.
Rencana Pembangunan Bandar Udara Werur
Kabupaten Tambrauw
II-47
2.2.2.2 Hidrogeologi
Berdasarkan Peta Hidrogeologi Indonesia sekala 1:1.000.000 yang disusun oleh Hendri
Setiadi dan Ucu T, bahwa kondisi hidrogeologi Kabupaten Tambrauw terdiri dari 3 (tiga)
wilayah akuifer, yaitu :
a. Wilayah Akuifer Produktifitas Sedang
Wilayah akuifer produktifitas sedang di Kabupaten Tambrauw menempati
sebagian kecil dari luas wilayah ini (10%) yaitu terdapat di sebelah Barat lembar peta
atau termasuk wilayah Distrik Sausapor dan Distrik Yembun yang terbentuk oleh Satuan
Batuan Sedimen lepas atau setengah padu, dimana umumnya berukuran lempung
hingga kerakal yang mempunyai nilai keterusan (transmisivity) sedang.Wilayah akuifer
pruduktifitas sedang ini mempunyai kedalaman muka air tanah yang relatif dalam dan
mempunyai debit mata air beragam, umumnya kurang dari 5 l/det.
b. Wilayah Akuifer Setempat Produktif (Locally Productive Aquifers)
Wilayah akuifer setempat produktif mempunyai nilai keterusan sedang dan
muka air tanah pada umumnya dalam, dimana dapat dijumpai mata air dengan debit
relatif kecil. Wilayah akuifer ini terdapat secara terpisah yaitu di sebelah Utara, Tengah
dan Barat Daya lembar peta yang menempati areal 35% dari luas wilayah. Wilayah
akuifer di bagian utara umumnya terdapat di sekitar pantai yang merupakan Endapan
Aluvium sungai dan pantai yang terdiri dari material lepas atau setengah padu,
umumnya berukuran lempung, pasir hingga kerakal yang menempati sebagian kecil
wilayah.
Wilayah akuifer setempat produktif yang terletak di bagian Tengah dengan
arah penyebaran Barat-Timurterdapat di sekitar Pegunungan Tambrauw, dimana
batuannya adalah merupakan batuan sedimen padu dan gunungapi tua, terdiri dari
breksi, konglomerat, napal, batupasir, breksi vulkanik, aglomerat dan lava yang telah
mengalami perlipatan, umumnya mempunyai kelulusan rendah dan setempat
mempunyai kelulusan sedang. Wilayah akuifer setempat produktif yang terdapat di
sebelah barat daya lembar peta terdiri dari batuan sedimen padu dan gunungapi tua
yang disertai dengan batuan sedimen lepas atau setengah padu, umumnya berukuran
lempung hingga kerakal dengan nilai kelulusan (permeability) antara rendah sampai
sedang, sedangkan pada material kasar mempunyai nilai kelulusan tinggi.
Rencana Pembangunan Bandar Udara Werur
Kabupaten Tambrauw
II-48
c. Wilayah Akuifer Langka/Tidak Berarti.
Wilayah akuifer langka di Kabupaten Tambrauw terdapat di bagian Utara,
Tengah dan Selatan lembar peta dengan arah penyebaran relatif Barat-Timur yang
menempati areal paling luas atau sekitar 55% dari luas wilayah. Wilayah akuifer langka
yang terdapat di bagian utara lembar peta batuannya terdiri dari batuan sedimen padu
dan gunungapi tua serta batuan beku atau malihan yang terdiri dari granit, diorit, gabro,
sekis, batusabak dan kuarsit yang mempunyai nilai kelulusan rendah. Sedangkan di
bagian tengah dan selatan wilayah akuifer langka ini terjadi pada batuan beku dan
malihan yang padu dengan nilai kelulusan rendah.
Rencana Pembangunan Bandar Udara Werur
Kabupaten Tambrauw
II-49
Gambar 2.16 Peta Hidrogeologi
Rencana Pembangunan Bandar Udara Werur
Kabupaten Tambrauw
II-50
2.2.2.3 Geologi
Berdasarkan Peta Geologi Lembar Mar skala 1:250.000 yang disusun oleh U. Hartono,
CH. Amri dan P.E. Pieterss, 1989. Bahwa Daerah Tambrauw terbentuk dari beberapa
satuan batuan dan formasi yang diantaranya terdiri dari endapan Aluvium (Qa), Endapan
Danau (Ql), Aluvium dan endapan undak litoral (Qt), Formasi Opmorai (TQo), Bancuh tak
terpisahkan di dalam Sistem Sesar Sorong (SFx), Batugamping di dalam Sistem Sesar
Sorong ( SFl), Batupasir di dalam Sistem Sesar Sorong (SFs), Kalsilutit di dalam Sistem
Sesar Sorong (SFc), Batuan gunungapi dalam Sistem Sesar Sorong (SFv), Formasi Klasafet
(Tmk), Batuan Gunungapi Moon (Tmm), Formasi Koor (Tmko), Batugamping Kais (Tmka),
Formasi Sirga (Toms), Batuan gunungapi Mandi (Temm), Batupasir Amiri (Kua), Formasi
Tamrau (JKt), Formasi Tipuma (TRjt), Granodiorit Wariki (Rw), Komplek Terobosan
Netoni (Rn) dan Batulumpur Aifat (Pla). Satuan batuan dan Formasi yang membentuk
daerah Tambrauw dan sekitarnya berumur tua sampai muda berturut-turut diuraikan
sebagai berikut:
1. Batulumpur Aifat (Pla), terbentuk di bagian ujung selatan lembar peta dengan
penyebaran secara setempat, berumur Permian dan tersusun dari batulumpur
gampingan, sedikit batunapal, batugamping pasiran dan batupasir kuarsa.
2. Komplek Terobosan Netoni (TRn), terbentuk di G. Netoni yang terletak di sebelah
tenggara lembar peta. Batuan terobosan ini berumur Trias, terdiri dari granit, sienit
kuarsa, monzonit kuarsa, sedikit diorit kuarsa, diorit dan batuan asing yang terdiri
dari gabro, diorit, retas, urat pegmatit, aplit; setempat ampibolit dan sekis
hornblenda, dimana penyebarannya secara umum berarah barat-timur dan
terbentuk memanjang di sebelah utara Sistem Sesar Sorong.
3. Formasi Tipuma (TRJt), terbentuk di bagian selatan lembar peta yang tersebar
secara setempat. Formasi ini berumur Trias-Jura bagian bawah, terbentuk dari
batulumpur dan batupasir berwarna coklat kemerahan, kelabu kehijauan dan
kemerahan sampai kelabu muda yang mengandung sedikit konglomerat.
4. Formasi Tamrau (JKt), terbentuk di bagian tengah lembar peta atau terbentuk di
sepanjang Pegunungan Tohkiki atau di bagian selatan Pegunungan Tamrau. Formasi
ini penyebarannya barat-timur, berumur Yura Atas-Kapur Atas yang terdiri dari
serpih sampai batusabak, batulanau, batupasir dan jarang konglomerat dan
Rencana Pembangunan Bandar Udara Werur
Kabupaten Tambrauw
II-51
kalsilutit; setempat gampingan dan fosilan. Setempat batusabak berbintik bintik,
filit, kuarsit, sekis, genes dan granitoid malih.
5. Batupasir Amiri (Kua), terbentuk di sepanjang Sistem Sesar Sorong atau di bagian
tengah lembar peta yang penyebarannya secara setempat-setempat. Satuan
batuan ini berumur kapur atas yang terdiri dari arenit kuarsa.
6. Batuan Gunungapi Mandi (Temm), terbentuk di bagian utara lembar peta atau
tersebar di sekitar Pegunungan Tosem. Batuan gunungapi ini berumur Eosen Atas-
Miosen Tengah yang terdiri dari lava, breksi lava, lava bantal, tufa agglomerat
bersusunan basal sampai andesit; sedikit batuan klastika gunungapi; jarang
terdapat batugamping; terdapat sedikit terobosan gabro, dolerit, diorit, andesit
porfir dan granodiorit.
7. Formasi Sirga (Toms); terbentuk di bagian tenggara lembar peta secara setempat-
setempat di atas Formasi Kemum (SDk) yang berumur Silur-Devon secara tidak
selaras. Formasi Sirga yang berumur Oligosen Atas terdiri dari batupasir kuarsa
berfeldspar; sedikit mengandung batulumpur serpihan, batupasir gampingan,
batulumpur gampingan dan batunapal.
8. Batugamping Kais (Tmka), terbentuk di bagian selatan, barat daya dan tenggara
lembar peta yang tersebar secara setempat-setempat. Batuan ini berumur Miosen
Bawah-Miosen Tengah dan terbentuk saling membaji dengan Formasi Klasafet
(Tmk), terdiri dari biokalkarenit, biokalsilutit, batugamping terumbu, breksi
batugamping dan konglomerat batugamping.
9. Formasi Koor (Tmko), terbentuk di bagian utara lembar peta dengan penyebaran
barat-timur, hampir sepanjang Sistem Sesar Koor. Formasi Koor ini berumur Miosen
Bawah-Miosen Atas yang terdiri dari biokalsilutit, biokalkarenit setempat
mengandung bahan klastika kersik dan gunungapi, batulumpur dan batupasir
bersifat gampingan yang beragam; sedikit mengandung breksi batugamping dan
konglomerat batugamping, konglomerat aneka bahan, batupasir dan konglomerat
klastika gunungapi, batugamping terumbu dan breksi peperit.
10. Batuan Gunungapi Moon (Tmm), terdiri dari tufa, agglomerat, lava dan breksi lava
bersusunan andesit, sedikit dasit, basal; batuan terobosan diorit dan andesit sampai
dasit porfir dari magma sejenis; batuan klastika gunungapi dan batuan tufaan;
jarang terdapat batugamping. Batuan ini berumur Miosen Tengah yang menjadi
Rencana Pembangunan Bandar Udara Werur
Kabupaten Tambrauw
II-52
sisipan dan menjemari di bagian tengah dari Formasi Koor (Tmko) dan terbentuk di
bagian tengah lembar peta dengan penyebaran barat-timur sepanjang Pegunungan
Tambrau.
11. Formasi Klasafet (Tmk), terbentuk sebagian besar di sebelah barat daya dan
sebagian kecil di sebelah tenggara lembar peta dengan penyebaran secara
setempat, terdiri dari batulumpur gampingan, batunapal; sedikit biokalkarenit dan
kalsilutit. Formasi Klasafet ini berumur Miosen Tengah-Miosen Atas, dimana pada
bagian bawahnya saling menjemari dengan Batugamping Kais (Tmka) yang berumur
Miosen Bawah-Miosen Tengah.
12. Kalsilutit di dalam Sistem Sesar Sorong (SFc), terbentuk di bagian selatan-tenggara
lembar peta dengan penyebaran secara setempat. Satuan batuan ini berumur
Miosen Atas yang terdiri dari kalsilutit; sedikit kalkarenit halus.
13. Batupasir dalam Sistem Sesar Sorong (SFs), terbentuk di bagian tenggara lembar
peta secara setempat. Satuan batuan ini berumur Kuarter yang terdiri dari arenit
kuarsa berfeldspar; jarang terdapat batulempung.
14. Batugamping di dalam Sistem Sesar Sorong (SFl), terbentuk di sebelah barat daya
dan tenggara yang tersebar secara setempat-setempat. Satuan batuan ini berumur
Kuarter yang terdiri dari biokalkarenit; sedikit biokalsilutit; jarang breksi
batugamping dan konglomerat batugamping.
15. Bancuh tak terpisahkan di dalam Sistem Sesar Sorong (SFx), terbentuk di sebelah
selatan lembar peta dengan penyebaran berarah hampir barat-timur. Satuan
batuan ini berumur Mio-Pliosen yang terdiri dari bancuh tercenanga beragam
terutama berupa batulumpur gampingan dan tidak gampingan, serpih, batupasir
dan konglomerat, gampingan dan tidak gampingan dan batugamping; sedikit
kepingan s