27
10 BAB 2 KAJIAN PUSTAKA Pada bagian kajian pustaka ini akan dijelaskan mengenai beberapa teori yang berkaitan dengan penelitian yang dapat membantu dalam proses menganalisa dan mengidentifikasi suatu permasalahan yang terdapat dalam penelitian. Selain itu pada bagian kajian pustaka dijelaskan mengenai penelitian terdahulu dan kerangka pikir. 2.1 Kriteria UMKM Menurut UndangUndang No. 20 Tahun 2008 Pasal 6 tentang usaha mikro, kecil, dan menengah sebagai berikut: 1) Usaha Mikro adalah sebagai berikut: a. memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah). 2) Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut: a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).

BAB 2 KAJIAN PUSTAKArepository.ub.ac.id/6256/3/BAB II.pdf · 11 3) Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut: a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

10

BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

Pada bagian kajian pustaka ini akan dijelaskan mengenai beberapa teori

yang berkaitan dengan penelitian yang dapat membantu dalam proses

menganalisa dan mengidentifikasi suatu permasalahan yang terdapat dalam

penelitian. Selain itu pada bagian kajian pustaka dijelaskan mengenai penelitian

terdahulu dan kerangka pikir.

2.1 Kriteria UMKM

Menurut Undang–Undang No. 20 Tahun 2008 Pasal 6 tentang usaha

mikro, kecil, dan menengah sebagai berikut:

1) Usaha Mikro adalah sebagai berikut:

a. memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta

rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga

ratus juta rupiah).

2) Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:

a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta

rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta

rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus

juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar

lima ratus juta rupiah).

11

3) Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut:

a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta

rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh

milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua milyar

lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00

(lima puluh milyar rupiah).

4) Kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b, dan ayat (2)

huruf a, huruf b, serta ayat (3) huruf a, huruf b nilai nominalnya dapat diubah

sesuai dengan perkembangan perekonomian yang diatur dengan Peraturan

Presiden.

2.1.1 UMKM Dalam Perekonomian Indonesia

Secara umum UMKM dalam perekonomian nasional memiliki peranan

penting yakni: (Dinas Koperasi dan UKM: 2012)

a. Sebagai pemeran utama dalam kegiatan ekonomi

b. Penyedia lapangan pekerjaan

c. Sektor penting dalam pengembangan perekonomian lokal dan pemberdayaan

masyarakat

d. Pencipta pasar baru dan inovasi

e. Kontribusinya terhadap neraca pembayaran

Oleh karena itu pemberdayaan UMKM harus dilakukan secara terstruktur dan

berjangka panjang, dengan fokus pada peningkatan produktivitas dan daya saing

serta menumbuhkan wirausahawan baru yang kuat dan tangguh (Radam dkk.,

2013). Salah satu keunggulan UMKM adalah mereka mudah dalam mencari

12

peluang untuk berinovasi dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan besar

atau perusahan yang sudah mapan (Struyk, 2011). Dan sektor UMKM ini

merupakan peluang bagi masyarakat untuk turut berkecimpung di era globalisasi

sekaligus menggerakan sektor rill dalam ekonomi bangsa (Hanni, 2009).

2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan UMKM

a. Pendidikan, pendidikan merupakan salah satu unsur penentu, tingkat

pendidikan dapat merubah sikap dan perilaku, dapat pula meningkatkan pola

pikir, menyerap serta mengembangkan informasi yang didapat. Sehingga

dapat membawa perubahan dalam usaha yang dibangun atau sedang dijalani

oleh pelaku usaha (Tambunan, 2002:53). Tinggi rendahnya suatu pendidikan

berpengaruh pada hasil akhir dari kualitas produksi.

b. Modal, modal merupakan hal yang sangat diperlukan dalam mendirikan

sebuah usaha. Besar kecilnya modal yang dibutuhkan tergantung dari besar

kecilnya usaha yang akan didirikan, seseorang yang baru ingin membuka

usaha harus menghitung betul berapa modal yang cukup untuk membuat

usaha tersebut dan kapan modal tersebut dapat kembali ketika usahanya

sudah dimulai. Modal adalah hasil produksi yang digunakan untuk

memproduksi lebih lanjut. Dalam perkembangannya modal ditentukan pada

nilai, daya beli atau kekuasaan memakai atau menggunakan dalam barang-

barang modal (Riyanto, 1998:17).

c. Tenaga Kerja, merupakan penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut

UU No. 13 tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa tenaga kerja

adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan

barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk

masyarakat. Menurut Undang-Undang Tenaga Kerja, mereka yang

dikelompokkan sebagai tenaga kerja yaitu mereka yang berusia antara 15

13

tahun sampai dengan 64 tahun. Tenaga kerja merupakan bagian dari modal

kerja dan sangat dibutuhkan bagi sebuah perusahaan ataupun industri dalam

mengelola hasil produksi baik barang maupun jasa. Jumlah tenaga kerja yang

dipekerjakan dapat menjadi tolak ukur seberapa besar kapasitas perusahaan

atau industri tersebut dalam beroperasi. Selain itu kualitas tenaga kerja sangat

menentukan hasil akhir dari proses produksi. Penguasaan ilmu pengetahuan

dan teknologi yang terbatas menyebabkan rendahnya produktivitas tenaga

kerja, sehingga hal ini akan berpengaruh terhadap rendahnya kualitas hasil

produksi barang dan jasa.

d. Teknologi, bagian dari sarana untuk menyediakan barang-barang yang

diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia.

Perkembangan teknologi terbaru, termasuk di antaranya mesin cetak, telepon,

dan internet, telah memperkecil hambatan fisik terhadap komunikasi dan

memungkinkan manusia untuk berinteraksi secara bebas dalam skala global.

Oviliani (2000) dalam penelitian Bhagas 2016, menjelaskan bahwa aplikas TI

internet dapat memberi keunggulan strategi bisnis untuk memenangkan

kompetisi dalam global dissemination, interaction, customization, dan

electronic commerce. Teknologi telah mempengaruhi masyarakat dalam

banyak cara dan juga membantu memperbaiki keadaan

ekonomi (termasuk ekonomi global masa kini). Dengan adanya teknologi

baru, maka semakin mempermudah proses produksi dan juga mempermudah

pemasaran dari hasil produksi baik barang maupun jasa.

e. Orientasi Kewirausahaan, orientasi kewirausahaan menurut Miller dalam

Retno dkk 2012 dibentuk oleh tiga dimensi yaitu kemampuan berinovasi

(innovativeness), proaktif (proactive) dan kecenderungan mengambil risiko

(propensity for risk taking). Kemampuan pengusaha dalam berinovasi produk

mencerminkan kecenderungan pengusaha untuk menemukan dan terlibat

14

dengan ide-ide baru. Dimensi yang kedua yaitu proaktif mencerminkan

kemampuan pengusaha untuk menemukan dan mengeksploitasi peluang

produk baru dan peluang pasar untuk dapat bersaing secara sehat. Dimensi

ketiga yaitu kecenderungan pengusaha untuk mengambil risiko merupakan

dimensi orientsi kewirausahaan yang paling penting dan diartikan sebagai

kecenderungan perusahaan untuk terlibat dalam suatu bisnis baru yang

memiliki tujuan spesifik. Berlawanan dengan proaktif adalah perilaku pasif

pengusaha berakibat ketidakmampuan untuk menangkap peluang atau sulit

untuk bersaing dan menajdi pemimpin pasar (Mc.Mullen et al 2007). Dalam

dunia bisnis, khususnya sebagai pengusaha yang kesehariannya terjun dalam

kewirausahaan maka harus dapat memimiliki sikap etos yang tinggi, kerja

keras, dan disiplin. Karena seorang wirausaha adalah mereka yang mampu

mengambil resiko dan berani mengeksplorasi suatu produk agar hasilnya

dapat berguna serta diminati seluruh lapisan masyarakat.

2.2 Teori Ketenagakerjaan

a) Teori Klasik Adam Smith

Adam Smith merupakan tokoh utama dari aliran ekonomi yang kemudian

dikenal sebagai aliran klasik. Dalam hal ini teori klasik Adam Smith juga

melihat bahwa alokasi sumber daya manusia yang efektif adalah pemula

pertumbuhan ekonomi. Setelah ekonomi tumbuh, akumulasi modal (fisik) baru

mulai dibutuhkan untuk menjaga pertumbuhan ekonomi. Dengan kata lain,

alokasi sumber daya manusia yang efektif merupakan syarat yang dibutuhkan

(necessary condition) bagi pertumbuhan ekonomi.

b) Teori Malthus

15

Sesudah Adam Smith, Thomas Robert Malthus dianggap sebagai pemikir

klasik yang sangat berjasa dalam pengembangan pemikiran pemikiran

ekonomi. Thomas Robert Malthus mengungkapkan bahwa manusia

berkembang jauh lebih cepat dibandingkan dengan produksi hasil pertanian

untuk memenuhi kebutuhan manusia. Buktinya, bahwa tanah sebagai salah

satu faktor produksi utama tetap jumlahnya. Dalam banyak hal justru luas

tanah untuk pertanian berkurang karena sebagian digunakan untuk

membangun perumahan, pabrik-pabrik dan bangunan lain serta pembuatan

jalan. Malthus tidak percaya bahwa teknologi mampu berkembang lebih cepat

dari jumlah penduduk sehingga perlu dilakukan pembatasan dalam jumlah

penduduk.

c) Teori Keynes

John Maynard Keynes berpendapat bahwa dalam kenyataan pasar tenaga

kerja tidak bekerja sesuai dengan pandangan klasik. Dimanapun para pekerja

mempunyai semacam serikat kerja (labor union) yang akan berusaha

memperjuangkan kepentingan buruh dari penurunan tingkat upah.

Kalaupun tingkat upah diturunkan tetapi kemungkinan ini dinilai Keynes kecil

sekali, tingkat pendapatan masyarakat tentu akan turun. Turunnya

pendapatan sebagian anggota masyarakat akan menyebabkan turunnya daya

beli masyarakat, yang pada gilirannya akan menyebabkan konsumsi secara

keseluruhan berkurang. Berkurangnya daya beli masyarakat akan mendorong

turunya harga-harga.

d) Teori Harod-domar

Teori Harod-domar dikenal sebagai teori pertumbuhan. Menurut teori ini

investasi tidak hanya menciptakan permintaan, tapi juga memperbesar

kapasitas produksi. Kapasitas produksi yang membesar membutuhkan

permintaan yang lebih besar pula agar produksi tidak menurun. Jika kapasitas

16

yang membesar tidak diikuti dengan permintaan yang besar, surplus akan

terlihat, namun diikuti dengan penurunan jumlah produksi.

Salah satu permasalahan yang muncul dalam bidang angkatan kerja

adalah ketidak seimbangan akan permintaan tenaga kerja (demand for labor)

dan penawaran tenaga kerja (supply of labor), pada suatu tingkat upah. Ketidak

seimbangan penawaran yang lebih besar dari permintaan terhadap tenaga kerja

(excess supply of labor) atau lebih besarnya permintaan dibanding penawaran

tenaga kerja (excess demand for labor) dalam pasar tenaga kerja.

Upah riil (W)

Penawaran Tenaga Kerja (Sl)

Ne

Gambar 2.1 Kurva Penawaran Tenaga Kerja

Keterangan Gambar :

SL = Penawaran tenaga kerja (supply of labor)

DL = Permintaan tenaga kerja (demand for labor)

W = Upah (wage)

L = Jumlah tenaga kerja (labor)

Pada gambar 2.1 menunjukkan bahwa jumlah orang yang menawarkan

tenaganya untuk bekerja adalah sama dengan jumlah tenaga kerja yang diminta,

Jumlah Tenaga Kerja (L)

Permintaan Tenaga Kerja (Dl)

We

17

yaitu masing-masing sebesar Le pada tingkat upah keseimbangan We. Dengan

demikian, titik keseimbangan adalah titik E. Pada tingkat upah keseimbangan

We, semua orang yang ingin bekerja telah mendapat pekerjaan. Sehingga pada

kondisi tersebut tidak ada orang yang menjadi pengangguran. Secara ideal

keadaan ini disebut full employment pada tingkat upah We.

Gambar 2.2 Kurva Kelebihan Penawaran Tenaga Kerja

Pada gambar 2.2, terlihat adanya excess supply of labor. Pada tingkat upah W1,

penawaran tenaga kerja (SL) lebih besar daripada permintaan tenaga kerja (DL).

Jumlah orang yang menawarkan untuk bekerja adalah sebanyak N2, sedangkan

yang diminta hanya N1. Dengan demikian, ada orang yang menganggur pada

tingkat upah W1 sebanyak N1 N2.

Gambar 2.3 Kurva Kelebihan PermintaanTenaga Kerja

W1

N1

N1 N2

N2

E

SL

DL

N

Excess supply

Of labour

Excess

demand

W1

W SL

E

DL

18

Pada gambar ketiga, terlihat adanya excess demand for labor. Pada tingkat upah

W1, permintaan akan tenaga kerja (DL) lebih besar daripada penawaran tenaga

kerja (SL). Jumlah orang yang menawarkan dirinya untuk bekerja pada tingkat

upah W1 adalah sebanyak N1, sedangkan yang diminta adalah sebanyak N2.

2.2.1 Konsep Tenaga Kerja

Menurut Simanjuntak (1998), tenaga kerja mencakup penduduk yang

sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan dan yang

melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga.

Pencari kerja, bersekolah, dan mengurus rumah tangga walaupun tidak bekerja,

tetapi mereka secara fisik mampu dan sewaktu-waktu dapat ikut bekerja.

Berdasarkan UU No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, yang

disebut tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan

guna menghasilkan barang dan jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri

maupun untuk masyarakat. Penduduk usia kerja menurut Badan Pusat Statistik

(2008) dan sesuai dengan yang disarankan oleh International Labor Organization

(ILO) adalah penduduk usia 15 tahun ke atas yang dikelompokkan ke dalam

angkatan kerja dan bukan angkatan kerja.

Tenaga kerja atau manpower terdiri dari angkatan kerja dan bukan

angkatan kerja. Angkatan kerja atau labor force terdiri dari (1) golongan yang

bekerja, dan (2) golongan yang menganggur dan mencari pekerjaan. Kelompok

bukan angkatan kerja terdriri dari (1) golongan yang bersekolah, (2) golongan

yang mengurus rumah tangga, dan (3) golongan lain-lain atau penerima

pendapatan. Ketiga golongan dalam kelompok angkatan kerja sewaktu-waktu

dapat menawarkan jasanya untuk bekerja. Oleh sebab itu, kelompok ini sering

juga dinamakan sebagai potensial labor force.

19

Gambar 2.4 Komposisi Penduduk dan Tenaga Kerja

Pada gambar 2.4 diatas dapat dilihat mengenai bagan komposisi

penduduk dan tenaga kerja. Menurut Simanjuntak (1985), penjelasan mengenai

komposisi penduduk dan tenaga kerja tersebut adalah sebagai berikut:

Tenaga kerja merupakan penduduk yang berumur didalam batas usia

kerja. Tenaga kerja dibagi dalam dua kelompok yaitu angkatan kerja dan bukan

angkatan kerja. Angkatan kerja adalah penduduk dalam usia kerja yang terlibat

atau berusaha untuk terlibat dalam kegiatan produktif yaitu memproduksi barang

dan jasa. Angkatan kerja terdiri dari golongan bekerja serta golongan

menganggur dan mencari pekerjaan.

PENDUDUK

TENAGA KERJA

ANGKATAN KERJA

MENGANGGUR BEKERJA

BEKERJA PENUH

SETENGAH PENGANGGURAN

KENTARA (JAM KERJA

SEDIKIT)

TIDAK KENTARA

PRODUKTIVITAS RENDAH

PENGHASILAN RENDAH

BUKAN ANGKATAN

KERJA

SEKOLAH MENGURUS

RUMAH TANGGA

PENERIMA PENDAPATAN

BUKAN TENAGA

KERJA

20

Bukan angkatan kerja adalah penduduk dalam usia kerja yang tidak

bekerja, tidak mempunyai pekerjaan dan sedang tidak mencari pekerjaan. Bukan

angkatan kerja terdiri dari golongan yang bersekolah, golongan yang mengurus

rumah tangga dan golongan lain-lain atau penerima pendapatan. Ketiga

golongan dalam kelompok ini sewaktu-waktu dapat menawarkan jasanya untuk

bekerja. Oleh sebab itu, kelompok ini sering juga dinamakan sebagai angkatan

kerja potensial (potensial labor force).

Golongan bekerja dibedakan pula menjadi dua subkelompok yaitu

bekerja penuh dan setengah pengangguran. Menurut pendekatan pemanfaatan

tenaga kerja, bekerja penuh adalah pemanfaatan tenaga kerja secara optimal

dari segi jam kerja maupun keahlian. Sedangkan setengah menganggur adalah

mereka yang kurang dimanfaatkan dalam bekerja diukur dari segi jam kerja,

produktivitas tenaga kerja dan penghasilan yang diperoleh.

Pengangguran adalah bagian dari angkatan kerja yang sekarang ini

tidak bekerja dan sedang aktif mencari pekerjaan. Banyak sedikitnya

pengangguran dapat mencerminkan baik buruknya suatu perekonomian. Indeks

yang dipakai adalah tingkat pengangguran yang merupakan persentase jumlah

orang yang sedang mencari pekerjaan terhadap jumlah orang yang menawarkan

tenaga kerjanya (Kusumosuwidho, 1981).

2.3 Teori Inovasi

Inovasi adalah suatu gagasan, praktek, atau benda yang dianggap atau

dirasa baru oleh individu atau kelompok masyarakat. Ungkapan dianggap atau

dirasa baru terhadap suatu ide, praktek atau benda oleh sebagian orang, belum

21

tentu juga pada sebagian yang lain. Kesemuanya tergantung apa yang dirasakan

oleh individu atau kelompok terhadap ide, praktek atau benda tersebut.

Inovasi bermula dari suatu ide kreatif, dan sebagai langkah bagaimana

suatu ide kreatif tersebut dapat menjadi produk yang berguna. Oleh karenya,

kreativitas sangat diperlukan dalam inovasi. Kreativitas ialah usaha secara sadar

dan sistematik untuk menerbitkan ide-ide yang berguna dan bernilai. Menurut

Rogers (1962), ide tersebar ke dalam sistem sosial (masyarakat) melalui empat

tahap, yaitu pengetahuan, pemujukan, keputusan, dan pelaksanaan.

Rogers (1983) mengemukakan ada 5 karakteristik inovasi, yaitu :

relative advantage (keuntungan relatif), compatibility atau kompatibilitas

(keserasian), complexity atau kompleksitas (kerumitan), triability atau triabilitas

(dapat diuji coba) dan observability (dapat diobservasi).

a) Relative Advantage (keuntungan relatif) adalah tingkat kelebihan suatu

inovasi, apakah lebih baik dari inovasi yang ada sebelumnya atau dari hal-hal

yang biasa dilakukan. Biasanya diukur dari segi ekonomi, prestasi sosial,

kenyamanan dan kepuasan. Semakin besar keuntungan relatif yang

dirasakan oleh adopter, maka semakin cepat inovasi tersebut diadopsi.

b) Compatibility atau kompatibilitas (keserasian) adalah tingkat keserasian dari

suatu inovasi, apakah dianggap konsisten atau sesuai dengan nilai-nilai,

pengalaman dan kebutuhan yang ada. Jika inovasi berlawanan atau tidak

sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang dianut oleh adopter maka inovasi

baru tersebut tidak dapat diadopsi dengan mudah oleh adopter.

c) Complexity atau kompleksitas (kerumitan) adalah tingkat kerumitan dari suatu

inovasi untuk diadopsi, seberapa sulit memahami dan menggunakan inovasi.

Semakin mudah suatu inovasi dimengerti dan dipahami oleh adopter, maka

semakin cepat inovasi diadopsi.

22

d) Triability atau triabilitas (dapat diuji coba) merupakan tingkat apakah suatu

inovasi dapat dicoba terlebih dahulu atau harus terikat untuk

menggunakannya. Suatu inovasi dapat diuji cobakan pada keadaan

sesungguhnya, inovasi pada umumnya lebih cepat diadopsi. Untuk lebih

mempercepat proses adopsi, maka suatu inovasi harus mampu menunjukkan

keunggulannya.

e) Observability (dapat diobservasi) adalah tingkat bagaimana hasil penggunaan

suatu inovasi dapat dilihat oleh orang lain. Semakin mudah seseorang melihat

hasil suatu inovasi, semakin besar kemungkinan inovasi diadopsi oleh orang

atau sekelompok orang.

2.3.1 Inovasi Pada Hasil Produksi

Inovasi bisa dikatakan sebagai ide baru dan segar yang bisa menambah

nilai serta memberikan dampak yang positif bagi kehidupan manusia. Menjadi

seorang wirausaha erat kaitannya dengan daya kreatif, inovatif dan berani

mengambil resiko. Inovasi dapat dilakukan diberbagai cara, diantaranya

melakukan inovasi pada cita rasa dan bentuk pada hasil akhir produksi. Dengan

mengekplorasi varian rasa terbaru maka pembeli tidak bosan akan pilihan rasa

yang tersedia. Bentuk atau tampilan pada suatu produk akan terlihat menarik

pembeli ketika bentuk dari suatu produk tersebut dibuat berbeda dari hasil-hasil

produksi yang sudah ada. Selain itu, inovasi juga dibutuhkan pada tampilan

kemasan produk. Ketika tampilan kemasan sebuah produk itu dibuat indah, maka

akan dapat menarik minat beli masyarakat. Tidak cukup itu saja inovasi juga

dapat dilakukan pada cara penjualan. Dengan kekuatan teknologi yang semakin

canggih, maka penjualan dapat dilakukan melalui online sehingga pembeli tidak

direpotkan lagi datang lansgung ke outlet penjualan. Dan barang akan dikirim ke

alamat pembeli sesuai pemesanan melalui jasa pengiriman barang.

23

Inovasi sangat diperlukan agar mampu bersaing dikalangan bisnis.

Karena dengan melakukan inovasi pada sebuah produk yang sudah ada, maka

akan menambah nilai dari produk tersebut. Bisnis yang selalu melakukan inovasi

akan selalu eksis di pasaran. Bahkan, tidak hanya memiliki pelanggan setia,

pelanggan baru juga akan mulai berdatangan. Inovasi pada hasil produksi

merupakan salah satu cara wirausaha untuk bersaing secara sehat.

2.4 Teori Kewirausahaan dalam Disiplin Ilmu Ekonomi

Teori kewirausahaan dalam disiplin ilmu ekonomi memiliki akar dari teori

klasik dan neo klasik, dan proses pasar Austria atau yang dikenal dengan

Austrian Market Process (AMP). Teori ini mengeksplorasi faktor-faktor ekonomi

yang dapat mempengaruhi perilaku kewirausahaan.

Teori klasik mendukung manfaat perdagangan bebas, spesialisasi, dan

kompetisi. Teori Klasik menjelaskan peran pengusaha dalam konteks produksi

dan distribusi barang di pasar yang kompetitif. Teori ini merumuskan model

produksi yaitu bahwa produksi dipengaruhi oleh faktor sumber daya tanah,

modal, dan tenaga kerja.

Teori Neo-klasik adalah istilah yang digunakan untuk mendefinisikan

beberapa aliran pemikiran ilmu ekonomi yang mencoba menjabarkan

pembentukan harga, produksi, dan distribusi pendapatan melalui mekanisme

permintaan dan penawaran pada pasar. Model Neo-klasik menjelaskan peran

wirausaha dalam proses transaksi dalam rantai pasokan dari produsen sampai

ke konsumen akhir dan mempengaruhi keseimbangan permintaan dan

penawaran. Dalam teori Neo-klasik diungkapkan oleh Cantillon 1755, yang

melihat pengusaha tidak hanya sebagai faktor produksi, tetapi sebagai agen

24

yang mengambil risiko dengan demikian menyeimbangkan penawaran dan

permintaan dalam perekonomian.

Setelah teori Neo-klasik, terdapat gerakan baru yang dikenal sebagai

Austrian Market Process (AMP). Model AMP dipengaruhi oleh Schumpeter

(1934) yang berkonsentrasi pada tindakan manusia dalam konteks ekonomi

pengetahuan. Schumpeter juga menjelaskan bahwa kewirausahaan sebagai

penggerak sistem berbasis pasar. Dengan kata lain, fungsi penting dari suatu

perusahaan adalah untuk menciptakan sesuatu yang baru, dan mengakibatkan

proses yang berfungsi sebagai implus untuk gerakan ekonomi pasar. Ketika

pasar statis, wirausaha melalui proses inovasi memperkenalkan produk baru,

metode produksi, pasar, sumber pasokan, atau kombinasi industri yang

mempengaruhi ekonomi keluar dari ekuilibrium sebelumnya. Wirausaha

menemukan peluang untuk memenuhi permintaan untuk mencapai

keseimbangan baru (Kirzner, 1973). Teori Schumpter (1934) mengatakan bahwa

wirausaha mengganggu ekuilibrium untuk menciptakan kesempatan-kesempatan

ekonomi melalui inovasi. Melalui pendekatan teori ini, wirausaha masuk ke sektor

industri untuk memproduksi barang dan jasa karena kemampuannya dalam

menciptakan inovasi untuk membuka peluang-peluang baru dan menikmati

pertumbuhan.

2.5 Konsep Pendapatan

Dalam ilmu ekonomi pendapatan didefinisikan sebagai hasil berupa

uang atau hal materi lainnya yang dicapai dari penggunaan kekayaan atau jasa

manusia. Sedangkan pendapatan rumah tangga adalah total pendapatan dari

setiap anggota rumah tangga dalam bentuk uang yang didapatkan baik sebagai

gaji atau upah usaha rumah tangga. Kondisi seseorang dapat diukur dengan

menggunakan konsep pendapatan yang menunjukkan jumlah seluruh uang yang

25

diterima oleh seseorang atau rumah tangga dalam waktu tertentu (Samuelson

dan Nordhaus, 2002). Pendapatan juga merupakan suatu gambaran mengenai

posisi ekonomi keluarga dalam masyarakat, oleh karena itu setiap orang yang

bergelut dalam suatu jenis pekerjaan, termasuk pekerjaan di sektor informal atau

perdagangan, akan selalu berusaha untuk selalu meningkatkan pendapatan dari

hasil usahanya yang nantinya akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan

keluarganya dan sebisa mungkin pendapatan yang didapatkan seseorang dapat

meningkatkan kualitas ataupun taraf hidup keluarganya.

2.6 Teori Biaya Produksi

Ongkos atau biaya produksi adalah segala sesuatu yang dikeluarkan

perusahaan untuk memperoleh faktor produksi maupun bahan mentah yang

akan digunakan untuk menghasilkan sebuah produk atau barang yang akan

diproduksi (Khusaini, 2013).

Dalam proses produksi, perusahaan mengubah faktor produksi atau

input menjadi produk atau output. Faktor input dapat dibagi secara lebih terinci,

misalnya tenaga kerja, bahan-bahan dan modal yang masing-masing dapat

dibagi menjadi kategori yang lebih sempit. Faktor tenaga kerja dapat dibagi

menjadi tenaga kerja terampil dan tenaga kerja yang tidak terampil, dan para

wirausaha masuk didalamnya. Modal meliputi berbagai bentuk seperti bangunan,

alat-alat, persediaan serta bahan-bahan yang digunakan.

Suatu fungsi produksi menunjukkan hubungan antara jumlah output

yang dihasilkan untuk setiap kombinasi output tertentu. Menurut Sukirno,

(2006:195) fungsi produksi dapat dinyatakan dalam bentuk rumus sebagai

berikut:

Q = f (K, L, R, T)

26

Dimana K merupakan jumlah stok modal, L adalah jumlah tenaga kerja

dan ini meliputi berbagai jenis tenaga kerja dan keahliaan keusahawanan, R

adalah kekayaan alam dan T adalah tingkat teknologi yang digunakan.

Sedangkan Q adalah jumlah produksi yang dihasilkan dari berbagai jenis faktor-

faktor produksi tersebut, yaitu secara bersama digunakan untuk memproduksi

barang.

Permintaan masyarakat terhadap hasil produksi mempengaruhi

permintaan akan tenaga kerja oleh pengusaha (derived demand). Sehingga

untuk mempertahankan tenaga kerja yang digunakan perusahaan, maka

perusahaan harus memiliki kemamuan bersaing untuk aset dalam negeri

maupun luar negeri. Oleh karena itu perusahaan harus benar-benar mempunyai

tenaga kerja yang mampu membawa perusahaan untuk menghadapi persaingan.

Salah satu faktor yang mempengaruhi naik turunnya permintaan pasar akan hasil

produksi dari perusahaan yang bersangkutan adalah permintaan terhadap

tenaga kerja. Apabila permintaan hasil produksi perusahaan meningkat, maka

produsen cenderung untuk menambah kapasitas produksinya.

Gambar 2.5 Fungsi Produksi

Y1

Total Produk

Tenaga Kerja

Output

27

Sumber: Sukirno, 2000.

Pada gambar diatas terlihat bahwa setiap tambahan tenaga kerja akan

menambah total produk. Pada mulanya setiap tambahan tenaga kerja akan

menambah total produk dengan tingkat pertambahan yang menaik. Namun

apabila tambahan tenaga kerja diteruskan maka tingkat pertambahan total

produk semakin mengecil. Hal ini sering disebut dengan hukum tingkat

pertambahan hasil (output) yang makin berkurang (law of deminishing marginal

product).

Jika ditinjau dari jangka waktu ongkos atau biaya produksi terbagi

menjadi dua macam yaitu jangka pendek dan jangka panjang. Dalam penelitian

ini penulis menggunakan biaya produksi jangka pendek, yang dapat dilihat

seperti berikut :

1) Biaya Tetap (Fixed Cost)

Biaya yang tidak bergantung pada produk yang dihasilkan, walaupun

perusahaan sedang tidak dalam proses produksi (Q=0), biaya tersebut akan

tetap dikeluarkan.

2) Biaya Variabel (Variabel Cost)

Biaya yang besar kecilnya tergantung pada proses produksinya.

3) Biaya Total (Total Cost)

Jumlah antara biaya tetap dan biaya variabel.

2.7 Teori Profit

Tujuan utama sebuah perusahaan adalah untuk mencari laba (profit).

Maka secara teoritis laba adalah kompensasi atas resiko yang ditanggung oleh

28

perusahaan. Menurut Harahap (2009) “Laba adalah kelebihan penghasilan

diatas biaya selama satu periode akuntansi”. Sedangkan menurut Suwardjono

“Laba dimaknai sebagai imbalan atas upaya perusahaan menghasilkan barang

dan jasa. Ini berarti laba merupakan kelebihan pendapatan di atas biaya (biaya

total yang melekat dalam kegiatan produksi dan penyerahan barang atau jasa)”.

Besar kecilnya laba sangat berpengaruh pada kelangsungan hidup perusahaan.

Adapun rumus dari laba adalah sebagai berikut :

Dimana pendapatan total adalah jumlah output yang terjual sejumlah (Q),

dikalikan harga perunit sejumlah (P). Sedangkan total biaya sudah terjabarkan

diatas. Maka rumus laba dijabarkan sebagai berikut :

2.8 Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian Tegar Dwiangga R yang berjudul “Analisa Faktor-

Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Pemilik Usaha Dan Tenaga Kerja Pada

Industri Berskala Kecil Di Kota Kediri” dengan menggunakan variabel terikat

pendapatan pemilik usaha(Y1) dan pendapatan tenaga kerja(Y2). Sedangkan

variabel bebasnya jumlah produksi, modal, dan jumlah unit usaha (X1, X2, X3,

X4) dan masa studi, masa kerja (X1, X2). Penelitian ini bertujuan untuk

menganalisis pengaruh antara variabel jumlah produksi, modal, dan jumlah unit

usaha terhadap pendapatan pemilik usaha, serta pengaruh antara variabel masa

studi, masa kerja, dan umur terhadap pendapatan tenaga kerja. Model yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu model analisis deskripsi dan regresi linier

berganda. Hasil dari penelitian ini yaitu secara keseluruhan jumlah produksi,

Π = TR – TC

= (P.Q) – (FC + VC)

Π = TR – TC

29

modal, dan jumlah unit usaha mempunyai pengaruh positif terhadap tingkat

pendapatan pemilik usaha, serta variabel yang meliputi masa studi, masa kerja,

dan umur mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap upah tenaga kerja

usaha tahu Poo di Kota Kediri.

Dalam penelitaian Zakiyatus Soliha yang berjudul “Pengaruh Modal,

Jam Kerja, Lokasi Usaha, Dan Pembinaan Terhadap Pendapatan Mitra UMKM

Indomaret Di Kota Malang” dengan menggunakan variabel terikat pendapatan

mitra UMKM sewa teras Indomaret, dengan variabel bebasnya modal, jam kerja,

lokasi usaha, dan pembinaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variabel

apa saja yang dapat mempengaruhi/menambah pendapat mitra UMKM sewa

teras Indomaret. Alat uji yang digunakan dalam penelitian ini yaitu model regresi

linier berganda. Dan hasil dari penelitian ini adalah: 1)Secara simultan variabel

modal, jam kerja, lokasi usaha, dan pembinaan memiliki pengaruh positif dan

signifikan terhadap pendapatan mitra UMKM Indomaret di Kota Malang.

2)Secara parsial variabel modal, jam kerja, lokasi usaha, dan pembinaan

memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan mitra UMKM

Indomaret di Kota Malang.

Dalam penelitian Retno Budi Lestari, dkk yang berjudul “Analisis

Pengaruh Kualitas Kewirausahaan Terhadap Kinerja Usaha Kecil Dan

Menengah” dengan variabel terikat kinerja Usaha Kecil dan Menengah dan

variabel bebasnya karakteristik personal dan orientasi kewirausahaan. Penelitian

ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kualitas kewirausahaan yang terdiri

dari variabel bebas karakteristik personal dan orientasi kewirausahaan terhadap

kinerja Usaha Kecil dan Menengah dengan studi empiris pada industri kerupuk

kemplang di Palembang. Metode analisis data yang dilakukan adalah analisis

data kuantitatif. Untuk menjawab rumusan masalah digunakan analisis regresi

linier berganda dan untuk membuktikan hipotesis penelitian digunakan uji t dan

30

uji F. Hasil Penelitian ini adalah karakteristik personal dan orientasi

kewirausahaan secara simultan berpengaruh terhadap kinerja usaha kerupuk

kemplang. Variabel karakteristik personal lebih signifikan berpengaruh terhadap

kinerja usaha.

Dalam penelitian Anak Agung Ngurah Gede Maheswara, dkk yang

berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan UKM Sektor

Perdagangan Di Kota Denpasar” dengan menggunakan variabel terikat

pendapatan pada UKM sektor perdagangan, dan variabel bebas upah, jam keja,

modal, dan pendidikan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis ada atau

tidaknya pengaruh signifikan secara tidak langsung upah, jam keja, modal, dan

pendidikan terhadap pendapatan melalui jumlah penjualan pada UKM sektor

perdagangan di Kota Denpasar. Model yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

Analisis jalur (Path Analysis), yang merupakan perluasan dari analisis regresi

linear berganda. Hasil penelitian ini adalah: 1) Upah dan modal secara langsung

berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah penjualan 2) Jam kerja dan

pendidikan secara langsung berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap

jumlah penjualan. 3) Upah, modal dan jumlah penjualan berpengaruh positif dan

signifikan terhadap pendapatan UKM sektor perdagangan di Kota Denpasar. 4)

Jam kerja berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap pendapatan UKM

sektor perdagangan di Kota Denpasar. 5) Pendidikan berpengaruh negatif

namun tidak signifikan terhadap pendapatan UKM sektor perdagangan di Kota

Denpasar. 6) Upah dan modal secara tidak langsung berpengaruh signifikan

terhadap pendapatan UKM sektor perdagangan di Kota Denpasar melalui jumlah

penjualan. 7) Jam kerja dan pendidikan secara tidak langsung berpengaruh tidak

signifikan terhadap pendapatan UKM sektor perdagangan di Kota Denpasar

melalui jumlah penjualan.

31

Dalam penelitian Arva Bhagas yang berudul “Analisis Pengaruh

Modal, Jumlah Tenaga Kerja, Teknologi Dan Bantuan Pemerintah Terhadap

Pendapatan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (Studi Kasus Umkm Sulampita Di

Kota Semarang)” dengan variabel terikat pendapatan UMKM Sulampita dan

variabel bebasnya modal, jumlah tenaga kerja, teknologi dan bantuan

pemerintah. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh modal,

jumlah tenaga kerja, teknologi dan bantuan pemerintah terhadap pendapatan

UMKM Sulampita di Kota Semarang. Model analisis yang digunakan dalam

penelitian ini adalah regresi linier berganda dengan menggunakan software e-

views. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari keempat variabel independen

dalam persamaan regresi, terdapat tiga variabel yang berpengaruh signifikan

terhadap pendapatan pengusaha UMKM Sulampita yaitu modal, jumlah tenaga

kerja dan teknologi. Sedangkan variabel bantuan pemerintah tidak berpengaruh

siginifikan terhadap pendapatan UMKM Sulampita Kota Semarang.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No. Nama Peneliti

Judul Penelitian

Tujuan Hasil Penelitian

1. Ramamarta, Tegar Dwiangga. (2012)

Analisa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pemilik Usaha Dan Tenaga Kerja Pada Industri Berskala Kecil Di Kota Kediri

Menganalisa pengaruh antara variabel jumlah produksi, modal, dan jumlah unit usaha terhadap pendapatan pemilik usaha, serta pengaruh antara variabel masa studi, masa kerja, dan umur terhadap pendapatan tenaga kerja.

Secara keseluruhan jumlah produksi, modal, dan jumlah unit usaha mempunyai pengaruh positif terhadap tingkat pendapatan pemilik usaha, serta variabel yang meliputi masa studi, masa kerja, dan umur mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap upah tenaga kerja usaha tahu Poo di Kota Kediri.

32

No. Nama Peneliti

Judul Penelitian

Tujuan Hasil Penelitian

2. Soliha, Zakiyatus (2016)

Pengaruh Modal, Jam Kerja, Lokasi Usaha, Dan Pembinaan Terhadap Pendapatan Mitra UMKM Indomaret Di Kota Malang

Mengetahui variabel apa saja yang dapat mempengaruhi/menambah pendapat mitra UMKM sewa teras Indomaret, yang mana variabel yang dipilih antara lain: modal, jam kerja, lokasi usaha, dan pembinaan.

1) Secara simultan variabel modal, jam kerja, lokasi usaha, dan pembinaan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan mitra UMKM Indomaret di Kota Malang. 2) Secara parsial variabel modal, jam kerja, lokasi usaha, dan pembinaan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan mitra UMKM Indomaret di Kota Malang.

3. Lestari, dkk (2015)

Analisis Pengaruh Kualitas Kewirausahaan Terhadap Kinerja Usaha Kecil Dan Menengah

Menganalisa pengaruh kualitas kewirausahaan yang terdiri dari variabel bebas karakteristik personal dan orientasi kewirausahaan terhadap kinerja Usaha Kecil dan Menengah dengan studi empiris pada industri kerupuk kemplang di Palembang.

Hasil Penelitian ini adalah karakteristik personal dan orientasi kewirausahaan secara simultan berpengaruh terhadap kinerja usaha kerupuk kemplang. Variabel karakteristik personal lebih signifikan berpengaruh terhadap kinerja usaha.

4. Maheswara, Nyoman, dkk (2016)

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan UKM Sektor Perdagangan Di Kota Denpasar

Menganalisis ada atau tidaknya pengaruh signifikan secara tidak langsung upah, jam keja, modal, dan pendidikan terhadap pendapatan melalui jumlah penjualan pada UKM sektor perdagangan di Kota Denpasar.

1) Upah dan modal secara langsung berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah penjualan. 2) Jam kerja dan pendidikan secara langsung berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap jumlah penjualan.

33

No. Nama Peneliti

Judul Penelitian

Tujuan Hasil Penelitian

3) Upah, modal dan jumlah penjualan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan UKM sektor perdagangan di Kota Denpasar. 4) Jam kerja berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap pendapatan UKM sektor perdagangan di Kota Denpasar. 5) Pendidikan berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap pendapatan UKM sektor perdagangan di Kota Denpasar. 6) Upah dan modal secara tidak langsung berpengaruh signifikan terhadap pendapatan UKM sektor perdagangan di Kota Denpasar 7) Jam kerja dan pendidikan secara tidak langsung berpengaruh tidak signifikan terhadap pendapatan UKM sektor perdagangan di Kota Denpasar melalui jumlah penjualan.

34

No. Nama Peneliti

Judul Penelitian

Tujuan Hasil Penelitian

5. Bhagas, Arva (2016)

Analisis Pengaruh Modal, Jumlah Tenaga Kerja, Teknologi Dan Bantuan Pemerintah Terhadap Pendapatan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (Studi Kasus Umkm Sulampita Di Kota Semarang)

Mengetahui pengaruh modal, jumlah tenaga kerja, teknologi dan bantuan pemerintah terhadap pendapatan UMKM Sulampita di Kota Semarang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari keempat variabel independen dalam persamaan regresi, terdapat tiga variabel yang berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pengusaha UMKM Sulampita yaitu modal, jumlah tenaga kerja dan teknologi. Sedangkan variabel bantuan pemerintah tidak berpengaruh siginifikan terhadap pendapatan UMKM Sulampita Kota Semarang.

Sumber : Berbagai literatur diolah, 2017

2.9 Kerangka Pikir

Kerangka pemikiran penelitian ini mengarah pada UMKM kota Kediri

khususnya pada sentra produksi tahu takwa. Dengan meningkatnya pelaku

usaha atau UMKM, maka akan semakin banyak menyerap tenaga kerja yang

ada di Kota Kediri. Selain itu dengan pertumbumbuhan pelaku usaha atau

UMKM yang mengalami peningkatan setiap tahunnya maka akan mendorong

pertumbuhan ekonomi lokal.

35

Gambar 2.6 Kerangka Pikir

2.10 Hipotesis

Hipotesis diartikan sebagai jawaban sementara terhadap rumusan

masalah penelitian (Sugiyono, 2007:84). Sesuai dengan variabel-variabel yang

akan diteliti diantaranya jumlah tenaga kerja, modal, teknologi, dan

kewirausahaan terhadap laba UMKM tahu takwa di kota Kediri, maka hipotesis

yang akan diajukan dalam peneltian ini:

1) Ha: Tenaga kerja, modal, teknologi, dan kewirausahaan secara simultan

berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba UMKM.

UMKM Tahu Takwa

Tenaga Kerja

(X1)

Modal

(X2)

Teknologi

(X3)

Kewirausahaan

(X4)

Laba UMKM Tahu Takwa

Tidak

Berpengaruh

Berpengaruh

Faktor – Faktor yang Mempengaruhi

Laba UMKM

36

Ho: Tenaga kerja, modal, teknologi, dan kewirausahaan secara simultan tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan laba UMKM.

2) Ha: Tenaga kerja, modal, teknologi, dan kewirausahaan secara parsial

berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba UMKM.

Ho: Tenaga kerja, modal, teknologi, dan kewirausahaan secara parsial tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan laba UMKM.