Upload
others
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
10
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
Pada bagian kajian pustaka ini akan dijelaskan mengenai beberapa teori
yang berkaitan dengan penelitian yang dapat membantu dalam proses
menganalisa dan mengidentifikasi suatu permasalahan yang terdapat dalam
penelitian. Selain itu pada bagian kajian pustaka dijelaskan mengenai penelitian
terdahulu dan kerangka pikir.
2.1 Kriteria UMKM
Menurut Undang–Undang No. 20 Tahun 2008 Pasal 6 tentang usaha
mikro, kecil, dan menengah sebagai berikut:
1) Usaha Mikro adalah sebagai berikut:
a. memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga
ratus juta rupiah).
2) Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:
a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus
juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar
lima ratus juta rupiah).
11
3) Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut:
a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh
milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua milyar
lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00
(lima puluh milyar rupiah).
4) Kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b, dan ayat (2)
huruf a, huruf b, serta ayat (3) huruf a, huruf b nilai nominalnya dapat diubah
sesuai dengan perkembangan perekonomian yang diatur dengan Peraturan
Presiden.
2.1.1 UMKM Dalam Perekonomian Indonesia
Secara umum UMKM dalam perekonomian nasional memiliki peranan
penting yakni: (Dinas Koperasi dan UKM: 2012)
a. Sebagai pemeran utama dalam kegiatan ekonomi
b. Penyedia lapangan pekerjaan
c. Sektor penting dalam pengembangan perekonomian lokal dan pemberdayaan
masyarakat
d. Pencipta pasar baru dan inovasi
e. Kontribusinya terhadap neraca pembayaran
Oleh karena itu pemberdayaan UMKM harus dilakukan secara terstruktur dan
berjangka panjang, dengan fokus pada peningkatan produktivitas dan daya saing
serta menumbuhkan wirausahawan baru yang kuat dan tangguh (Radam dkk.,
2013). Salah satu keunggulan UMKM adalah mereka mudah dalam mencari
12
peluang untuk berinovasi dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan besar
atau perusahan yang sudah mapan (Struyk, 2011). Dan sektor UMKM ini
merupakan peluang bagi masyarakat untuk turut berkecimpung di era globalisasi
sekaligus menggerakan sektor rill dalam ekonomi bangsa (Hanni, 2009).
2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan UMKM
a. Pendidikan, pendidikan merupakan salah satu unsur penentu, tingkat
pendidikan dapat merubah sikap dan perilaku, dapat pula meningkatkan pola
pikir, menyerap serta mengembangkan informasi yang didapat. Sehingga
dapat membawa perubahan dalam usaha yang dibangun atau sedang dijalani
oleh pelaku usaha (Tambunan, 2002:53). Tinggi rendahnya suatu pendidikan
berpengaruh pada hasil akhir dari kualitas produksi.
b. Modal, modal merupakan hal yang sangat diperlukan dalam mendirikan
sebuah usaha. Besar kecilnya modal yang dibutuhkan tergantung dari besar
kecilnya usaha yang akan didirikan, seseorang yang baru ingin membuka
usaha harus menghitung betul berapa modal yang cukup untuk membuat
usaha tersebut dan kapan modal tersebut dapat kembali ketika usahanya
sudah dimulai. Modal adalah hasil produksi yang digunakan untuk
memproduksi lebih lanjut. Dalam perkembangannya modal ditentukan pada
nilai, daya beli atau kekuasaan memakai atau menggunakan dalam barang-
barang modal (Riyanto, 1998:17).
c. Tenaga Kerja, merupakan penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut
UU No. 13 tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa tenaga kerja
adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan
barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk
masyarakat. Menurut Undang-Undang Tenaga Kerja, mereka yang
dikelompokkan sebagai tenaga kerja yaitu mereka yang berusia antara 15
13
tahun sampai dengan 64 tahun. Tenaga kerja merupakan bagian dari modal
kerja dan sangat dibutuhkan bagi sebuah perusahaan ataupun industri dalam
mengelola hasil produksi baik barang maupun jasa. Jumlah tenaga kerja yang
dipekerjakan dapat menjadi tolak ukur seberapa besar kapasitas perusahaan
atau industri tersebut dalam beroperasi. Selain itu kualitas tenaga kerja sangat
menentukan hasil akhir dari proses produksi. Penguasaan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang terbatas menyebabkan rendahnya produktivitas tenaga
kerja, sehingga hal ini akan berpengaruh terhadap rendahnya kualitas hasil
produksi barang dan jasa.
d. Teknologi, bagian dari sarana untuk menyediakan barang-barang yang
diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia.
Perkembangan teknologi terbaru, termasuk di antaranya mesin cetak, telepon,
dan internet, telah memperkecil hambatan fisik terhadap komunikasi dan
memungkinkan manusia untuk berinteraksi secara bebas dalam skala global.
Oviliani (2000) dalam penelitian Bhagas 2016, menjelaskan bahwa aplikas TI
internet dapat memberi keunggulan strategi bisnis untuk memenangkan
kompetisi dalam global dissemination, interaction, customization, dan
electronic commerce. Teknologi telah mempengaruhi masyarakat dalam
banyak cara dan juga membantu memperbaiki keadaan
ekonomi (termasuk ekonomi global masa kini). Dengan adanya teknologi
baru, maka semakin mempermudah proses produksi dan juga mempermudah
pemasaran dari hasil produksi baik barang maupun jasa.
e. Orientasi Kewirausahaan, orientasi kewirausahaan menurut Miller dalam
Retno dkk 2012 dibentuk oleh tiga dimensi yaitu kemampuan berinovasi
(innovativeness), proaktif (proactive) dan kecenderungan mengambil risiko
(propensity for risk taking). Kemampuan pengusaha dalam berinovasi produk
mencerminkan kecenderungan pengusaha untuk menemukan dan terlibat
14
dengan ide-ide baru. Dimensi yang kedua yaitu proaktif mencerminkan
kemampuan pengusaha untuk menemukan dan mengeksploitasi peluang
produk baru dan peluang pasar untuk dapat bersaing secara sehat. Dimensi
ketiga yaitu kecenderungan pengusaha untuk mengambil risiko merupakan
dimensi orientsi kewirausahaan yang paling penting dan diartikan sebagai
kecenderungan perusahaan untuk terlibat dalam suatu bisnis baru yang
memiliki tujuan spesifik. Berlawanan dengan proaktif adalah perilaku pasif
pengusaha berakibat ketidakmampuan untuk menangkap peluang atau sulit
untuk bersaing dan menajdi pemimpin pasar (Mc.Mullen et al 2007). Dalam
dunia bisnis, khususnya sebagai pengusaha yang kesehariannya terjun dalam
kewirausahaan maka harus dapat memimiliki sikap etos yang tinggi, kerja
keras, dan disiplin. Karena seorang wirausaha adalah mereka yang mampu
mengambil resiko dan berani mengeksplorasi suatu produk agar hasilnya
dapat berguna serta diminati seluruh lapisan masyarakat.
2.2 Teori Ketenagakerjaan
a) Teori Klasik Adam Smith
Adam Smith merupakan tokoh utama dari aliran ekonomi yang kemudian
dikenal sebagai aliran klasik. Dalam hal ini teori klasik Adam Smith juga
melihat bahwa alokasi sumber daya manusia yang efektif adalah pemula
pertumbuhan ekonomi. Setelah ekonomi tumbuh, akumulasi modal (fisik) baru
mulai dibutuhkan untuk menjaga pertumbuhan ekonomi. Dengan kata lain,
alokasi sumber daya manusia yang efektif merupakan syarat yang dibutuhkan
(necessary condition) bagi pertumbuhan ekonomi.
b) Teori Malthus
15
Sesudah Adam Smith, Thomas Robert Malthus dianggap sebagai pemikir
klasik yang sangat berjasa dalam pengembangan pemikiran pemikiran
ekonomi. Thomas Robert Malthus mengungkapkan bahwa manusia
berkembang jauh lebih cepat dibandingkan dengan produksi hasil pertanian
untuk memenuhi kebutuhan manusia. Buktinya, bahwa tanah sebagai salah
satu faktor produksi utama tetap jumlahnya. Dalam banyak hal justru luas
tanah untuk pertanian berkurang karena sebagian digunakan untuk
membangun perumahan, pabrik-pabrik dan bangunan lain serta pembuatan
jalan. Malthus tidak percaya bahwa teknologi mampu berkembang lebih cepat
dari jumlah penduduk sehingga perlu dilakukan pembatasan dalam jumlah
penduduk.
c) Teori Keynes
John Maynard Keynes berpendapat bahwa dalam kenyataan pasar tenaga
kerja tidak bekerja sesuai dengan pandangan klasik. Dimanapun para pekerja
mempunyai semacam serikat kerja (labor union) yang akan berusaha
memperjuangkan kepentingan buruh dari penurunan tingkat upah.
Kalaupun tingkat upah diturunkan tetapi kemungkinan ini dinilai Keynes kecil
sekali, tingkat pendapatan masyarakat tentu akan turun. Turunnya
pendapatan sebagian anggota masyarakat akan menyebabkan turunnya daya
beli masyarakat, yang pada gilirannya akan menyebabkan konsumsi secara
keseluruhan berkurang. Berkurangnya daya beli masyarakat akan mendorong
turunya harga-harga.
d) Teori Harod-domar
Teori Harod-domar dikenal sebagai teori pertumbuhan. Menurut teori ini
investasi tidak hanya menciptakan permintaan, tapi juga memperbesar
kapasitas produksi. Kapasitas produksi yang membesar membutuhkan
permintaan yang lebih besar pula agar produksi tidak menurun. Jika kapasitas
16
yang membesar tidak diikuti dengan permintaan yang besar, surplus akan
terlihat, namun diikuti dengan penurunan jumlah produksi.
Salah satu permasalahan yang muncul dalam bidang angkatan kerja
adalah ketidak seimbangan akan permintaan tenaga kerja (demand for labor)
dan penawaran tenaga kerja (supply of labor), pada suatu tingkat upah. Ketidak
seimbangan penawaran yang lebih besar dari permintaan terhadap tenaga kerja
(excess supply of labor) atau lebih besarnya permintaan dibanding penawaran
tenaga kerja (excess demand for labor) dalam pasar tenaga kerja.
Upah riil (W)
Penawaran Tenaga Kerja (Sl)
Ne
Gambar 2.1 Kurva Penawaran Tenaga Kerja
Keterangan Gambar :
SL = Penawaran tenaga kerja (supply of labor)
DL = Permintaan tenaga kerja (demand for labor)
W = Upah (wage)
L = Jumlah tenaga kerja (labor)
Pada gambar 2.1 menunjukkan bahwa jumlah orang yang menawarkan
tenaganya untuk bekerja adalah sama dengan jumlah tenaga kerja yang diminta,
Jumlah Tenaga Kerja (L)
Permintaan Tenaga Kerja (Dl)
We
17
yaitu masing-masing sebesar Le pada tingkat upah keseimbangan We. Dengan
demikian, titik keseimbangan adalah titik E. Pada tingkat upah keseimbangan
We, semua orang yang ingin bekerja telah mendapat pekerjaan. Sehingga pada
kondisi tersebut tidak ada orang yang menjadi pengangguran. Secara ideal
keadaan ini disebut full employment pada tingkat upah We.
Gambar 2.2 Kurva Kelebihan Penawaran Tenaga Kerja
Pada gambar 2.2, terlihat adanya excess supply of labor. Pada tingkat upah W1,
penawaran tenaga kerja (SL) lebih besar daripada permintaan tenaga kerja (DL).
Jumlah orang yang menawarkan untuk bekerja adalah sebanyak N2, sedangkan
yang diminta hanya N1. Dengan demikian, ada orang yang menganggur pada
tingkat upah W1 sebanyak N1 N2.
Gambar 2.3 Kurva Kelebihan PermintaanTenaga Kerja
W1
N1
N1 N2
N2
E
SL
DL
N
Excess supply
Of labour
Excess
demand
W1
W SL
E
DL
18
Pada gambar ketiga, terlihat adanya excess demand for labor. Pada tingkat upah
W1, permintaan akan tenaga kerja (DL) lebih besar daripada penawaran tenaga
kerja (SL). Jumlah orang yang menawarkan dirinya untuk bekerja pada tingkat
upah W1 adalah sebanyak N1, sedangkan yang diminta adalah sebanyak N2.
2.2.1 Konsep Tenaga Kerja
Menurut Simanjuntak (1998), tenaga kerja mencakup penduduk yang
sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan dan yang
melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga.
Pencari kerja, bersekolah, dan mengurus rumah tangga walaupun tidak bekerja,
tetapi mereka secara fisik mampu dan sewaktu-waktu dapat ikut bekerja.
Berdasarkan UU No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, yang
disebut tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan
guna menghasilkan barang dan jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri
maupun untuk masyarakat. Penduduk usia kerja menurut Badan Pusat Statistik
(2008) dan sesuai dengan yang disarankan oleh International Labor Organization
(ILO) adalah penduduk usia 15 tahun ke atas yang dikelompokkan ke dalam
angkatan kerja dan bukan angkatan kerja.
Tenaga kerja atau manpower terdiri dari angkatan kerja dan bukan
angkatan kerja. Angkatan kerja atau labor force terdiri dari (1) golongan yang
bekerja, dan (2) golongan yang menganggur dan mencari pekerjaan. Kelompok
bukan angkatan kerja terdriri dari (1) golongan yang bersekolah, (2) golongan
yang mengurus rumah tangga, dan (3) golongan lain-lain atau penerima
pendapatan. Ketiga golongan dalam kelompok angkatan kerja sewaktu-waktu
dapat menawarkan jasanya untuk bekerja. Oleh sebab itu, kelompok ini sering
juga dinamakan sebagai potensial labor force.
19
Gambar 2.4 Komposisi Penduduk dan Tenaga Kerja
Pada gambar 2.4 diatas dapat dilihat mengenai bagan komposisi
penduduk dan tenaga kerja. Menurut Simanjuntak (1985), penjelasan mengenai
komposisi penduduk dan tenaga kerja tersebut adalah sebagai berikut:
Tenaga kerja merupakan penduduk yang berumur didalam batas usia
kerja. Tenaga kerja dibagi dalam dua kelompok yaitu angkatan kerja dan bukan
angkatan kerja. Angkatan kerja adalah penduduk dalam usia kerja yang terlibat
atau berusaha untuk terlibat dalam kegiatan produktif yaitu memproduksi barang
dan jasa. Angkatan kerja terdiri dari golongan bekerja serta golongan
menganggur dan mencari pekerjaan.
PENDUDUK
TENAGA KERJA
ANGKATAN KERJA
MENGANGGUR BEKERJA
BEKERJA PENUH
SETENGAH PENGANGGURAN
KENTARA (JAM KERJA
SEDIKIT)
TIDAK KENTARA
PRODUKTIVITAS RENDAH
PENGHASILAN RENDAH
BUKAN ANGKATAN
KERJA
SEKOLAH MENGURUS
RUMAH TANGGA
PENERIMA PENDAPATAN
BUKAN TENAGA
KERJA
20
Bukan angkatan kerja adalah penduduk dalam usia kerja yang tidak
bekerja, tidak mempunyai pekerjaan dan sedang tidak mencari pekerjaan. Bukan
angkatan kerja terdiri dari golongan yang bersekolah, golongan yang mengurus
rumah tangga dan golongan lain-lain atau penerima pendapatan. Ketiga
golongan dalam kelompok ini sewaktu-waktu dapat menawarkan jasanya untuk
bekerja. Oleh sebab itu, kelompok ini sering juga dinamakan sebagai angkatan
kerja potensial (potensial labor force).
Golongan bekerja dibedakan pula menjadi dua subkelompok yaitu
bekerja penuh dan setengah pengangguran. Menurut pendekatan pemanfaatan
tenaga kerja, bekerja penuh adalah pemanfaatan tenaga kerja secara optimal
dari segi jam kerja maupun keahlian. Sedangkan setengah menganggur adalah
mereka yang kurang dimanfaatkan dalam bekerja diukur dari segi jam kerja,
produktivitas tenaga kerja dan penghasilan yang diperoleh.
Pengangguran adalah bagian dari angkatan kerja yang sekarang ini
tidak bekerja dan sedang aktif mencari pekerjaan. Banyak sedikitnya
pengangguran dapat mencerminkan baik buruknya suatu perekonomian. Indeks
yang dipakai adalah tingkat pengangguran yang merupakan persentase jumlah
orang yang sedang mencari pekerjaan terhadap jumlah orang yang menawarkan
tenaga kerjanya (Kusumosuwidho, 1981).
2.3 Teori Inovasi
Inovasi adalah suatu gagasan, praktek, atau benda yang dianggap atau
dirasa baru oleh individu atau kelompok masyarakat. Ungkapan dianggap atau
dirasa baru terhadap suatu ide, praktek atau benda oleh sebagian orang, belum
21
tentu juga pada sebagian yang lain. Kesemuanya tergantung apa yang dirasakan
oleh individu atau kelompok terhadap ide, praktek atau benda tersebut.
Inovasi bermula dari suatu ide kreatif, dan sebagai langkah bagaimana
suatu ide kreatif tersebut dapat menjadi produk yang berguna. Oleh karenya,
kreativitas sangat diperlukan dalam inovasi. Kreativitas ialah usaha secara sadar
dan sistematik untuk menerbitkan ide-ide yang berguna dan bernilai. Menurut
Rogers (1962), ide tersebar ke dalam sistem sosial (masyarakat) melalui empat
tahap, yaitu pengetahuan, pemujukan, keputusan, dan pelaksanaan.
Rogers (1983) mengemukakan ada 5 karakteristik inovasi, yaitu :
relative advantage (keuntungan relatif), compatibility atau kompatibilitas
(keserasian), complexity atau kompleksitas (kerumitan), triability atau triabilitas
(dapat diuji coba) dan observability (dapat diobservasi).
a) Relative Advantage (keuntungan relatif) adalah tingkat kelebihan suatu
inovasi, apakah lebih baik dari inovasi yang ada sebelumnya atau dari hal-hal
yang biasa dilakukan. Biasanya diukur dari segi ekonomi, prestasi sosial,
kenyamanan dan kepuasan. Semakin besar keuntungan relatif yang
dirasakan oleh adopter, maka semakin cepat inovasi tersebut diadopsi.
b) Compatibility atau kompatibilitas (keserasian) adalah tingkat keserasian dari
suatu inovasi, apakah dianggap konsisten atau sesuai dengan nilai-nilai,
pengalaman dan kebutuhan yang ada. Jika inovasi berlawanan atau tidak
sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang dianut oleh adopter maka inovasi
baru tersebut tidak dapat diadopsi dengan mudah oleh adopter.
c) Complexity atau kompleksitas (kerumitan) adalah tingkat kerumitan dari suatu
inovasi untuk diadopsi, seberapa sulit memahami dan menggunakan inovasi.
Semakin mudah suatu inovasi dimengerti dan dipahami oleh adopter, maka
semakin cepat inovasi diadopsi.
22
d) Triability atau triabilitas (dapat diuji coba) merupakan tingkat apakah suatu
inovasi dapat dicoba terlebih dahulu atau harus terikat untuk
menggunakannya. Suatu inovasi dapat diuji cobakan pada keadaan
sesungguhnya, inovasi pada umumnya lebih cepat diadopsi. Untuk lebih
mempercepat proses adopsi, maka suatu inovasi harus mampu menunjukkan
keunggulannya.
e) Observability (dapat diobservasi) adalah tingkat bagaimana hasil penggunaan
suatu inovasi dapat dilihat oleh orang lain. Semakin mudah seseorang melihat
hasil suatu inovasi, semakin besar kemungkinan inovasi diadopsi oleh orang
atau sekelompok orang.
2.3.1 Inovasi Pada Hasil Produksi
Inovasi bisa dikatakan sebagai ide baru dan segar yang bisa menambah
nilai serta memberikan dampak yang positif bagi kehidupan manusia. Menjadi
seorang wirausaha erat kaitannya dengan daya kreatif, inovatif dan berani
mengambil resiko. Inovasi dapat dilakukan diberbagai cara, diantaranya
melakukan inovasi pada cita rasa dan bentuk pada hasil akhir produksi. Dengan
mengekplorasi varian rasa terbaru maka pembeli tidak bosan akan pilihan rasa
yang tersedia. Bentuk atau tampilan pada suatu produk akan terlihat menarik
pembeli ketika bentuk dari suatu produk tersebut dibuat berbeda dari hasil-hasil
produksi yang sudah ada. Selain itu, inovasi juga dibutuhkan pada tampilan
kemasan produk. Ketika tampilan kemasan sebuah produk itu dibuat indah, maka
akan dapat menarik minat beli masyarakat. Tidak cukup itu saja inovasi juga
dapat dilakukan pada cara penjualan. Dengan kekuatan teknologi yang semakin
canggih, maka penjualan dapat dilakukan melalui online sehingga pembeli tidak
direpotkan lagi datang lansgung ke outlet penjualan. Dan barang akan dikirim ke
alamat pembeli sesuai pemesanan melalui jasa pengiriman barang.
23
Inovasi sangat diperlukan agar mampu bersaing dikalangan bisnis.
Karena dengan melakukan inovasi pada sebuah produk yang sudah ada, maka
akan menambah nilai dari produk tersebut. Bisnis yang selalu melakukan inovasi
akan selalu eksis di pasaran. Bahkan, tidak hanya memiliki pelanggan setia,
pelanggan baru juga akan mulai berdatangan. Inovasi pada hasil produksi
merupakan salah satu cara wirausaha untuk bersaing secara sehat.
2.4 Teori Kewirausahaan dalam Disiplin Ilmu Ekonomi
Teori kewirausahaan dalam disiplin ilmu ekonomi memiliki akar dari teori
klasik dan neo klasik, dan proses pasar Austria atau yang dikenal dengan
Austrian Market Process (AMP). Teori ini mengeksplorasi faktor-faktor ekonomi
yang dapat mempengaruhi perilaku kewirausahaan.
Teori klasik mendukung manfaat perdagangan bebas, spesialisasi, dan
kompetisi. Teori Klasik menjelaskan peran pengusaha dalam konteks produksi
dan distribusi barang di pasar yang kompetitif. Teori ini merumuskan model
produksi yaitu bahwa produksi dipengaruhi oleh faktor sumber daya tanah,
modal, dan tenaga kerja.
Teori Neo-klasik adalah istilah yang digunakan untuk mendefinisikan
beberapa aliran pemikiran ilmu ekonomi yang mencoba menjabarkan
pembentukan harga, produksi, dan distribusi pendapatan melalui mekanisme
permintaan dan penawaran pada pasar. Model Neo-klasik menjelaskan peran
wirausaha dalam proses transaksi dalam rantai pasokan dari produsen sampai
ke konsumen akhir dan mempengaruhi keseimbangan permintaan dan
penawaran. Dalam teori Neo-klasik diungkapkan oleh Cantillon 1755, yang
melihat pengusaha tidak hanya sebagai faktor produksi, tetapi sebagai agen
24
yang mengambil risiko dengan demikian menyeimbangkan penawaran dan
permintaan dalam perekonomian.
Setelah teori Neo-klasik, terdapat gerakan baru yang dikenal sebagai
Austrian Market Process (AMP). Model AMP dipengaruhi oleh Schumpeter
(1934) yang berkonsentrasi pada tindakan manusia dalam konteks ekonomi
pengetahuan. Schumpeter juga menjelaskan bahwa kewirausahaan sebagai
penggerak sistem berbasis pasar. Dengan kata lain, fungsi penting dari suatu
perusahaan adalah untuk menciptakan sesuatu yang baru, dan mengakibatkan
proses yang berfungsi sebagai implus untuk gerakan ekonomi pasar. Ketika
pasar statis, wirausaha melalui proses inovasi memperkenalkan produk baru,
metode produksi, pasar, sumber pasokan, atau kombinasi industri yang
mempengaruhi ekonomi keluar dari ekuilibrium sebelumnya. Wirausaha
menemukan peluang untuk memenuhi permintaan untuk mencapai
keseimbangan baru (Kirzner, 1973). Teori Schumpter (1934) mengatakan bahwa
wirausaha mengganggu ekuilibrium untuk menciptakan kesempatan-kesempatan
ekonomi melalui inovasi. Melalui pendekatan teori ini, wirausaha masuk ke sektor
industri untuk memproduksi barang dan jasa karena kemampuannya dalam
menciptakan inovasi untuk membuka peluang-peluang baru dan menikmati
pertumbuhan.
2.5 Konsep Pendapatan
Dalam ilmu ekonomi pendapatan didefinisikan sebagai hasil berupa
uang atau hal materi lainnya yang dicapai dari penggunaan kekayaan atau jasa
manusia. Sedangkan pendapatan rumah tangga adalah total pendapatan dari
setiap anggota rumah tangga dalam bentuk uang yang didapatkan baik sebagai
gaji atau upah usaha rumah tangga. Kondisi seseorang dapat diukur dengan
menggunakan konsep pendapatan yang menunjukkan jumlah seluruh uang yang
25
diterima oleh seseorang atau rumah tangga dalam waktu tertentu (Samuelson
dan Nordhaus, 2002). Pendapatan juga merupakan suatu gambaran mengenai
posisi ekonomi keluarga dalam masyarakat, oleh karena itu setiap orang yang
bergelut dalam suatu jenis pekerjaan, termasuk pekerjaan di sektor informal atau
perdagangan, akan selalu berusaha untuk selalu meningkatkan pendapatan dari
hasil usahanya yang nantinya akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan
keluarganya dan sebisa mungkin pendapatan yang didapatkan seseorang dapat
meningkatkan kualitas ataupun taraf hidup keluarganya.
2.6 Teori Biaya Produksi
Ongkos atau biaya produksi adalah segala sesuatu yang dikeluarkan
perusahaan untuk memperoleh faktor produksi maupun bahan mentah yang
akan digunakan untuk menghasilkan sebuah produk atau barang yang akan
diproduksi (Khusaini, 2013).
Dalam proses produksi, perusahaan mengubah faktor produksi atau
input menjadi produk atau output. Faktor input dapat dibagi secara lebih terinci,
misalnya tenaga kerja, bahan-bahan dan modal yang masing-masing dapat
dibagi menjadi kategori yang lebih sempit. Faktor tenaga kerja dapat dibagi
menjadi tenaga kerja terampil dan tenaga kerja yang tidak terampil, dan para
wirausaha masuk didalamnya. Modal meliputi berbagai bentuk seperti bangunan,
alat-alat, persediaan serta bahan-bahan yang digunakan.
Suatu fungsi produksi menunjukkan hubungan antara jumlah output
yang dihasilkan untuk setiap kombinasi output tertentu. Menurut Sukirno,
(2006:195) fungsi produksi dapat dinyatakan dalam bentuk rumus sebagai
berikut:
Q = f (K, L, R, T)
26
Dimana K merupakan jumlah stok modal, L adalah jumlah tenaga kerja
dan ini meliputi berbagai jenis tenaga kerja dan keahliaan keusahawanan, R
adalah kekayaan alam dan T adalah tingkat teknologi yang digunakan.
Sedangkan Q adalah jumlah produksi yang dihasilkan dari berbagai jenis faktor-
faktor produksi tersebut, yaitu secara bersama digunakan untuk memproduksi
barang.
Permintaan masyarakat terhadap hasil produksi mempengaruhi
permintaan akan tenaga kerja oleh pengusaha (derived demand). Sehingga
untuk mempertahankan tenaga kerja yang digunakan perusahaan, maka
perusahaan harus memiliki kemamuan bersaing untuk aset dalam negeri
maupun luar negeri. Oleh karena itu perusahaan harus benar-benar mempunyai
tenaga kerja yang mampu membawa perusahaan untuk menghadapi persaingan.
Salah satu faktor yang mempengaruhi naik turunnya permintaan pasar akan hasil
produksi dari perusahaan yang bersangkutan adalah permintaan terhadap
tenaga kerja. Apabila permintaan hasil produksi perusahaan meningkat, maka
produsen cenderung untuk menambah kapasitas produksinya.
Gambar 2.5 Fungsi Produksi
Y1
Total Produk
Tenaga Kerja
Output
27
Sumber: Sukirno, 2000.
Pada gambar diatas terlihat bahwa setiap tambahan tenaga kerja akan
menambah total produk. Pada mulanya setiap tambahan tenaga kerja akan
menambah total produk dengan tingkat pertambahan yang menaik. Namun
apabila tambahan tenaga kerja diteruskan maka tingkat pertambahan total
produk semakin mengecil. Hal ini sering disebut dengan hukum tingkat
pertambahan hasil (output) yang makin berkurang (law of deminishing marginal
product).
Jika ditinjau dari jangka waktu ongkos atau biaya produksi terbagi
menjadi dua macam yaitu jangka pendek dan jangka panjang. Dalam penelitian
ini penulis menggunakan biaya produksi jangka pendek, yang dapat dilihat
seperti berikut :
1) Biaya Tetap (Fixed Cost)
Biaya yang tidak bergantung pada produk yang dihasilkan, walaupun
perusahaan sedang tidak dalam proses produksi (Q=0), biaya tersebut akan
tetap dikeluarkan.
2) Biaya Variabel (Variabel Cost)
Biaya yang besar kecilnya tergantung pada proses produksinya.
3) Biaya Total (Total Cost)
Jumlah antara biaya tetap dan biaya variabel.
2.7 Teori Profit
Tujuan utama sebuah perusahaan adalah untuk mencari laba (profit).
Maka secara teoritis laba adalah kompensasi atas resiko yang ditanggung oleh
28
perusahaan. Menurut Harahap (2009) “Laba adalah kelebihan penghasilan
diatas biaya selama satu periode akuntansi”. Sedangkan menurut Suwardjono
“Laba dimaknai sebagai imbalan atas upaya perusahaan menghasilkan barang
dan jasa. Ini berarti laba merupakan kelebihan pendapatan di atas biaya (biaya
total yang melekat dalam kegiatan produksi dan penyerahan barang atau jasa)”.
Besar kecilnya laba sangat berpengaruh pada kelangsungan hidup perusahaan.
Adapun rumus dari laba adalah sebagai berikut :
Dimana pendapatan total adalah jumlah output yang terjual sejumlah (Q),
dikalikan harga perunit sejumlah (P). Sedangkan total biaya sudah terjabarkan
diatas. Maka rumus laba dijabarkan sebagai berikut :
2.8 Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian Tegar Dwiangga R yang berjudul “Analisa Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Pemilik Usaha Dan Tenaga Kerja Pada
Industri Berskala Kecil Di Kota Kediri” dengan menggunakan variabel terikat
pendapatan pemilik usaha(Y1) dan pendapatan tenaga kerja(Y2). Sedangkan
variabel bebasnya jumlah produksi, modal, dan jumlah unit usaha (X1, X2, X3,
X4) dan masa studi, masa kerja (X1, X2). Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis pengaruh antara variabel jumlah produksi, modal, dan jumlah unit
usaha terhadap pendapatan pemilik usaha, serta pengaruh antara variabel masa
studi, masa kerja, dan umur terhadap pendapatan tenaga kerja. Model yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu model analisis deskripsi dan regresi linier
berganda. Hasil dari penelitian ini yaitu secara keseluruhan jumlah produksi,
Π = TR – TC
= (P.Q) – (FC + VC)
Π = TR – TC
29
modal, dan jumlah unit usaha mempunyai pengaruh positif terhadap tingkat
pendapatan pemilik usaha, serta variabel yang meliputi masa studi, masa kerja,
dan umur mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap upah tenaga kerja
usaha tahu Poo di Kota Kediri.
Dalam penelitaian Zakiyatus Soliha yang berjudul “Pengaruh Modal,
Jam Kerja, Lokasi Usaha, Dan Pembinaan Terhadap Pendapatan Mitra UMKM
Indomaret Di Kota Malang” dengan menggunakan variabel terikat pendapatan
mitra UMKM sewa teras Indomaret, dengan variabel bebasnya modal, jam kerja,
lokasi usaha, dan pembinaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variabel
apa saja yang dapat mempengaruhi/menambah pendapat mitra UMKM sewa
teras Indomaret. Alat uji yang digunakan dalam penelitian ini yaitu model regresi
linier berganda. Dan hasil dari penelitian ini adalah: 1)Secara simultan variabel
modal, jam kerja, lokasi usaha, dan pembinaan memiliki pengaruh positif dan
signifikan terhadap pendapatan mitra UMKM Indomaret di Kota Malang.
2)Secara parsial variabel modal, jam kerja, lokasi usaha, dan pembinaan
memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan mitra UMKM
Indomaret di Kota Malang.
Dalam penelitian Retno Budi Lestari, dkk yang berjudul “Analisis
Pengaruh Kualitas Kewirausahaan Terhadap Kinerja Usaha Kecil Dan
Menengah” dengan variabel terikat kinerja Usaha Kecil dan Menengah dan
variabel bebasnya karakteristik personal dan orientasi kewirausahaan. Penelitian
ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kualitas kewirausahaan yang terdiri
dari variabel bebas karakteristik personal dan orientasi kewirausahaan terhadap
kinerja Usaha Kecil dan Menengah dengan studi empiris pada industri kerupuk
kemplang di Palembang. Metode analisis data yang dilakukan adalah analisis
data kuantitatif. Untuk menjawab rumusan masalah digunakan analisis regresi
linier berganda dan untuk membuktikan hipotesis penelitian digunakan uji t dan
30
uji F. Hasil Penelitian ini adalah karakteristik personal dan orientasi
kewirausahaan secara simultan berpengaruh terhadap kinerja usaha kerupuk
kemplang. Variabel karakteristik personal lebih signifikan berpengaruh terhadap
kinerja usaha.
Dalam penelitian Anak Agung Ngurah Gede Maheswara, dkk yang
berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan UKM Sektor
Perdagangan Di Kota Denpasar” dengan menggunakan variabel terikat
pendapatan pada UKM sektor perdagangan, dan variabel bebas upah, jam keja,
modal, dan pendidikan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis ada atau
tidaknya pengaruh signifikan secara tidak langsung upah, jam keja, modal, dan
pendidikan terhadap pendapatan melalui jumlah penjualan pada UKM sektor
perdagangan di Kota Denpasar. Model yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
Analisis jalur (Path Analysis), yang merupakan perluasan dari analisis regresi
linear berganda. Hasil penelitian ini adalah: 1) Upah dan modal secara langsung
berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah penjualan 2) Jam kerja dan
pendidikan secara langsung berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap
jumlah penjualan. 3) Upah, modal dan jumlah penjualan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pendapatan UKM sektor perdagangan di Kota Denpasar. 4)
Jam kerja berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap pendapatan UKM
sektor perdagangan di Kota Denpasar. 5) Pendidikan berpengaruh negatif
namun tidak signifikan terhadap pendapatan UKM sektor perdagangan di Kota
Denpasar. 6) Upah dan modal secara tidak langsung berpengaruh signifikan
terhadap pendapatan UKM sektor perdagangan di Kota Denpasar melalui jumlah
penjualan. 7) Jam kerja dan pendidikan secara tidak langsung berpengaruh tidak
signifikan terhadap pendapatan UKM sektor perdagangan di Kota Denpasar
melalui jumlah penjualan.
31
Dalam penelitian Arva Bhagas yang berudul “Analisis Pengaruh
Modal, Jumlah Tenaga Kerja, Teknologi Dan Bantuan Pemerintah Terhadap
Pendapatan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (Studi Kasus Umkm Sulampita Di
Kota Semarang)” dengan variabel terikat pendapatan UMKM Sulampita dan
variabel bebasnya modal, jumlah tenaga kerja, teknologi dan bantuan
pemerintah. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh modal,
jumlah tenaga kerja, teknologi dan bantuan pemerintah terhadap pendapatan
UMKM Sulampita di Kota Semarang. Model analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah regresi linier berganda dengan menggunakan software e-
views. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari keempat variabel independen
dalam persamaan regresi, terdapat tiga variabel yang berpengaruh signifikan
terhadap pendapatan pengusaha UMKM Sulampita yaitu modal, jumlah tenaga
kerja dan teknologi. Sedangkan variabel bantuan pemerintah tidak berpengaruh
siginifikan terhadap pendapatan UMKM Sulampita Kota Semarang.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No. Nama Peneliti
Judul Penelitian
Tujuan Hasil Penelitian
1. Ramamarta, Tegar Dwiangga. (2012)
Analisa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pemilik Usaha Dan Tenaga Kerja Pada Industri Berskala Kecil Di Kota Kediri
Menganalisa pengaruh antara variabel jumlah produksi, modal, dan jumlah unit usaha terhadap pendapatan pemilik usaha, serta pengaruh antara variabel masa studi, masa kerja, dan umur terhadap pendapatan tenaga kerja.
Secara keseluruhan jumlah produksi, modal, dan jumlah unit usaha mempunyai pengaruh positif terhadap tingkat pendapatan pemilik usaha, serta variabel yang meliputi masa studi, masa kerja, dan umur mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap upah tenaga kerja usaha tahu Poo di Kota Kediri.
32
No. Nama Peneliti
Judul Penelitian
Tujuan Hasil Penelitian
2. Soliha, Zakiyatus (2016)
Pengaruh Modal, Jam Kerja, Lokasi Usaha, Dan Pembinaan Terhadap Pendapatan Mitra UMKM Indomaret Di Kota Malang
Mengetahui variabel apa saja yang dapat mempengaruhi/menambah pendapat mitra UMKM sewa teras Indomaret, yang mana variabel yang dipilih antara lain: modal, jam kerja, lokasi usaha, dan pembinaan.
1) Secara simultan variabel modal, jam kerja, lokasi usaha, dan pembinaan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan mitra UMKM Indomaret di Kota Malang. 2) Secara parsial variabel modal, jam kerja, lokasi usaha, dan pembinaan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan mitra UMKM Indomaret di Kota Malang.
3. Lestari, dkk (2015)
Analisis Pengaruh Kualitas Kewirausahaan Terhadap Kinerja Usaha Kecil Dan Menengah
Menganalisa pengaruh kualitas kewirausahaan yang terdiri dari variabel bebas karakteristik personal dan orientasi kewirausahaan terhadap kinerja Usaha Kecil dan Menengah dengan studi empiris pada industri kerupuk kemplang di Palembang.
Hasil Penelitian ini adalah karakteristik personal dan orientasi kewirausahaan secara simultan berpengaruh terhadap kinerja usaha kerupuk kemplang. Variabel karakteristik personal lebih signifikan berpengaruh terhadap kinerja usaha.
4. Maheswara, Nyoman, dkk (2016)
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan UKM Sektor Perdagangan Di Kota Denpasar
Menganalisis ada atau tidaknya pengaruh signifikan secara tidak langsung upah, jam keja, modal, dan pendidikan terhadap pendapatan melalui jumlah penjualan pada UKM sektor perdagangan di Kota Denpasar.
1) Upah dan modal secara langsung berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah penjualan. 2) Jam kerja dan pendidikan secara langsung berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap jumlah penjualan.
33
No. Nama Peneliti
Judul Penelitian
Tujuan Hasil Penelitian
3) Upah, modal dan jumlah penjualan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan UKM sektor perdagangan di Kota Denpasar. 4) Jam kerja berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap pendapatan UKM sektor perdagangan di Kota Denpasar. 5) Pendidikan berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap pendapatan UKM sektor perdagangan di Kota Denpasar. 6) Upah dan modal secara tidak langsung berpengaruh signifikan terhadap pendapatan UKM sektor perdagangan di Kota Denpasar 7) Jam kerja dan pendidikan secara tidak langsung berpengaruh tidak signifikan terhadap pendapatan UKM sektor perdagangan di Kota Denpasar melalui jumlah penjualan.
34
No. Nama Peneliti
Judul Penelitian
Tujuan Hasil Penelitian
5. Bhagas, Arva (2016)
Analisis Pengaruh Modal, Jumlah Tenaga Kerja, Teknologi Dan Bantuan Pemerintah Terhadap Pendapatan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (Studi Kasus Umkm Sulampita Di Kota Semarang)
Mengetahui pengaruh modal, jumlah tenaga kerja, teknologi dan bantuan pemerintah terhadap pendapatan UMKM Sulampita di Kota Semarang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari keempat variabel independen dalam persamaan regresi, terdapat tiga variabel yang berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pengusaha UMKM Sulampita yaitu modal, jumlah tenaga kerja dan teknologi. Sedangkan variabel bantuan pemerintah tidak berpengaruh siginifikan terhadap pendapatan UMKM Sulampita Kota Semarang.
Sumber : Berbagai literatur diolah, 2017
2.9 Kerangka Pikir
Kerangka pemikiran penelitian ini mengarah pada UMKM kota Kediri
khususnya pada sentra produksi tahu takwa. Dengan meningkatnya pelaku
usaha atau UMKM, maka akan semakin banyak menyerap tenaga kerja yang
ada di Kota Kediri. Selain itu dengan pertumbumbuhan pelaku usaha atau
UMKM yang mengalami peningkatan setiap tahunnya maka akan mendorong
pertumbuhan ekonomi lokal.
35
Gambar 2.6 Kerangka Pikir
2.10 Hipotesis
Hipotesis diartikan sebagai jawaban sementara terhadap rumusan
masalah penelitian (Sugiyono, 2007:84). Sesuai dengan variabel-variabel yang
akan diteliti diantaranya jumlah tenaga kerja, modal, teknologi, dan
kewirausahaan terhadap laba UMKM tahu takwa di kota Kediri, maka hipotesis
yang akan diajukan dalam peneltian ini:
1) Ha: Tenaga kerja, modal, teknologi, dan kewirausahaan secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba UMKM.
UMKM Tahu Takwa
Tenaga Kerja
(X1)
Modal
(X2)
Teknologi
(X3)
Kewirausahaan
(X4)
Laba UMKM Tahu Takwa
Tidak
Berpengaruh
Berpengaruh
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi
Laba UMKM
36
Ho: Tenaga kerja, modal, teknologi, dan kewirausahaan secara simultan tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan laba UMKM.
2) Ha: Tenaga kerja, modal, teknologi, dan kewirausahaan secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba UMKM.
Ho: Tenaga kerja, modal, teknologi, dan kewirausahaan secara parsial tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan laba UMKM.