Upload
roh-bungaria-n-garingging
View
44
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
BAB 2TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Teoritis
2.1.1 Anatomi Dan Fisiologi
Gambar : Struktur Kulit
LAPISAN KULIT
Kulit dapat dibedakan menjadi dua lapisan utamayaitu kulit ari (epidermis)
dan kulit jangat (dermis/kutis). Kedua lapisan ini berhubungan dengan lapisan
yang ada dibawahnya dengan perantaraan jaringan ikat bawah kulit
(hipodermis/subkutis). Dermis atau kulit mempunyai alat tambahan atau
pelengkap kulit yang terdiri dari rambut dan kuku (Syaifuddin, 2012).
Epidermis
Kulit ari atau epidermis adalah lapisan paling luar yang terdiri dari lapisan
epitel gepeng unsur utamanya adalah sel – sel tanduk (keratinosit) dan sel
melanosit. Lapisan epidermis tumbuh terus karena lapisan sel induk yang berada
di lapisan bawah bermitosis terus, lapisan paling luar epidermis terutama serat –
serta kolagen dan sedikit serat elastis. Kulit ari (epidermis) terdiri dari beberapa
lapisan sel. Sel – sel ini berbeda dalam beberapa tingkat pembelahan sel secara
mitosis. Lapisan permukaan diangap sebagai akhir keaktifan sel. Lapisan tersebut,
terdiri dari lima lapisan (Syaifuddin, 2012) yaitu :
1. Stratum korneum: terdiri dari banyak lapisan sel tanduk (kreatinasi), gepeng,
kering dan tidak berinti. Sitoplasma diisi dengan serat keratin, makin keluar
letak sel makin gepeng seperti sisik lalu terkelupas dari tubuh, yang terkelupas
digantikan oleh sel yang lain. Zat tanduk merupakan keratin lunak yang
susunan kimianya berada dalam sel – sel keratin keras.
2. Stratum lusidum : terdiri dari beberapa lapisan sel yang sangat gepeng dan
bening. Sulit melihat membran yang membatasi sel –sel itu sehingga
lapisannya secara keseluruhan tampak seperti satuan yang bening.
3. Stratum granulosum: terdiri dari 2-3 lapis sel poligonal yang agak gepeng, inti
ditengah, dan sitoplasma berisi butiran glanula keratohialin atau gabungan
keratin dan hialin. Lapisan ini menghalangi masuknya benda asing, kuman,
dan bahan kimia ke dalam tubuh.
4. Stratum spinosum : terdiri dari banyak lapisan sel berbentuk kubus dan
poligonal, inti terdapat ditengah dan sitoplasmanya berisi berkas – berkas serta
yang terpaut pada desmosom (jembatan sel) seluruh sel terikat rapat lewat
serat– serat itu sehingga secara keseluruhan lapisannya berduri.
5. Stratum malfhighi : unsur – unsur lapis taju yang mempunyai susunan kimia
yang khas, inti bagian basal lapis taju mengandung koleterol dan asam – asam
amino. Stratum ini lapisan terdalam dari epidermis berbatas dengan dermis
dibawah terdiri dari selapis sel berbentuk kubus (batang).
Dermis
Lapisan dermis terdiri dari (Syaifuddin, 2012) :
1. Lapisan papila, mengandung lekuk – lekuk papila sehingga stratum malfigi
juga ikut berlekuk. Lapisan ini mengandung lapisan pngikat longgar
membentuk lapisan bunga karang disebut lapisan stratum spongeosum.
Lapisan ini memegang peran yang sangat penting dalam peremajaan dan
penggandaan unsur unsur kulit.
2. Lapisan retikulosa, mengandung jaringan pengikat rapat dan serta kolagen.
Sebagian besar lapisan ini tersusun bergelombang, sedikit serat retikulin, dan
banyak serta elastin. Sesuai dengan arah jalan serat – serat tersebut terbentuk
garis ketegangan kulit. Lapisan ini terdiri dari anyaman jarigan ikat yang lebih
tebal. Dalam lapisan ini ditemukan sel – sel fibrosa, sel histiosit, pembeluh
darah, pembuluh getah bening, saraf, kandung rambut kelenjar sebasea,
kelenjar keringat, sel lemak, dan otot penegak rambut.
Hipodermis
Lapisan bawah kulit (fasia superfisialis) terdiri dari jaringan pengikat
longgar. Komponennya serat longgar, elastis, dan sel lemak. Pada lapisan adiposa
terdapat susunan lapisan subkutan yang menentukan mobilitas kulit di atasnya.
Bila terdapat lobulus lemak yang merata di hipoermis membentuk bantalan lemak
disebut panikulus adiposus. Dalam lapisan hipodermis terdapat anyaman
pembuluh arteri,pembuluh vena, anyaman saraf yang berjalan sejajar dengan
permukaan kulit di bawah dermis. Lapisan ini mempunyai ketebalan bervariasi
dan mengikat kulit secara longgar terhadap jaringan di bawahnya (Syaifuddin,
2012).
2.1.2 Defenisi luka bakar
Luka bakar merupakan luka yang unik diantara bentuk-bentuk luka lainnya
karena luka tersebut meliputi sejumlah besar jaringan mati ( ekskar) yang tetap
berada pada tempatnya untuk jangka waktu yang lama ( Mutaqin, 2011)
Luka bakar adalah luka yang timbul akibat kulit terpajan kesuhu tinggi syok
listrik atau bahan kimia, luka bakar diklasifikasikan berdasarkan kedalaman dan
luas luka yang terbakar Luka bakar juga dapat terjadi secara langsung maupun
tidak langsung.
2.1.3. Etiologi luka bakar
Menurut penyebabnya,luka bakar dapat dibagi dalam beberapa
jenis,meliputi hal-hal berikut ( Mutaqin,2011)
1. Panas basah (luka bakar ) yang disebabkan oleh air panas ( misalnya :teko
atau minuman
2. Luka bakar dari lemak panas akibat memasak lemak
3. Luka bakar akibat api unggun,alat pemanggang,dan api yang disebabkan
oleh merokok ditempat tidur
4. Benda panas ( misalnya radiator )
5. Radiasi ( misalnya terbakar sinar matahari )
6. Luka bakar listrik akibat buruknya pemeliharaan peralatan listrik.
Mungkin tidak jelas adanya kerusakan kulit,tetapi biasanya terdapat titik
masuk dan keluar,luka bakar tersengat listrik dapat menyebabkan aritmea
jantung dan pasien ini harus mendapat pemantauan jantung minimal
selama 24 jam setelah cedera
7. Luka bakar akibat zat kimia,disebabkan olrh zat asam dan basa yang
sering menghasilkan kerusakan kulit yang luas
8. Cedera inhalasi terjadi akibat pajanan gas panas, ledakan, dan luka bakar
pada kepala dan leher atau trertahan diruangan yang dipenuhi asap
2.1.4 Klasifikasi luka bakar
Cedera luka bakar digambarkan dengan kedalamanan,agen penyebab dan
keparahan,dimana kulit adalah organ tubuh yang paling luas dan kulit melakukan
beberapa fungsi yang kompleks, kulit adalah pertahanan baris pertama dari tubuh
terhadap serangan mikroorganisme dan radiasi lingkungan. Kulit mencegah
kehilangan cairan tubuh,mengendalikan suhu tubuh,berfungsi sebagai organ
ekskretorik dan sensorik,menghasilkan vitamin D dan mempengaruhi citra tubuh
Klasifikasi luka bakar menurut kedalaman :
1. Luka bakar derajat I
Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis superfisial, kulit kering
hiperemik, berupa eritema, tidak dijumpai pula nyeri karena ujung –ujung
syaraf sensorik teriritasi, penyembuhannya terjadi secara spontan dalam
waktu 5 -10 hari (Brunicardi et al., 2005).
2. Luka bakar derajat II
Kerusakan terjadi pada seluruh lapisan epidermis dan sebagai lapisan
dermis, berupa reaksi inflamasi disertai proses eksudasi. Dijumpai pula,
pembentukan scar, dan nyeri karena ujung –ujung syaraf sensorik teriritasi.
Dasar luka berwarna merah atau pucat. Sering terletak lebih tinggi
diatas kulit normal (Moenadjat, 2001).
a) Derajat II Dangkal (Superficial)
1) Kerusakan mengenai bagian superficial dari dermis.
2) Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat,
kelenjar sebasea masih utuh. Bula mungkin tidak terbentuk
beberapa jam setelah cedera, dan luka bakar pada mulanya
tampak seperti luka bakar derajat I dan mungkin terdiagnosa
sebagai derajat II superficial setelah 12-24 jam
3) Ketika bula dihilangkan, luka tampak berwarna merah muda dan
basah.
4) Jarang menyebabkan hypertrophic scar.
5) Jika infeksi dicegah maka penyembuhan akan terjadi secara
spontan kurang dari 3 minggu (Brunicardi et al., 2005).
b) Derajat II dalam (Deep)
1. Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis
2. Organ-organ kulit seperti folikel-folikel rambut, kelenjar
keringat,kelenjar sebasea sebagian besar masih utuh.
3. Penyembuhan terjadi lebih lama tergantung biji epitel yang
tersisa.
4. Juga dijumpai bula, akan tetapi permukaan luka biasanya tanpak
berwarna merah muda dan putih segera setelah terjadi
cedera karena variasi suplay darah dermis (daerah yang
berwarna putih mengindikasikan aliran darah yang sedikit
atau tidak ada sama sekali, daerah yg berwarna merah muda
mengindikasikan masih ada beberapa aliran darah ) (Moenadjat,
2001)
5. Jika infeksi dicegah, luka bakar akan sembuh dalam 3 -9
minggu (Brunicardi et al., 2005)
3. Luka bakar derajat III (Full Thickness burn)
Kerusakan meliputi seluruh tebal dermis dermis dan lapisan lebih dalam,
tidak dijumpai bula, apendises kulit rusak, kulit yang terbakar berwarna
putih dan pucat. Karena kering, letak nya lebih rendah kulit sekitar. Terjadi
koagulasi protein pada epidermis yang dikenal sebagai scar, tidak dijumpai rasa
nyeri dan hilang sensasi, oleh karena ujung –ujung syaraf sensorik mengalami
kerusakan atau kematian. Penyembuhanterjadi lama karena tidak ada proses
epitelisasi spontan dari dasar luka (Moenadjat, 2001).
4. Luka bakar derajat IV
Luka full thickness yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan tulang
dengan adanya kerusakan yang luas. Kerusakan meliputi seluruh dermis, organ-
organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat
mengalami kerusakan, tidak dijumpai bula, kulit yang terbakar berwarna abu-
abu dan pucat, terletak lebih rendah dibandingkan kulit sekitar, terjadi
koagulasi protein pada epidemis dan dermis yang dikenal scar, tidak dijumpai
rasa nyeri dan hilang sensori karena ujung-ujung syaraf sensorik mengalami
kerusakan dan kematian. penyembuhannya terjadi lebih lama karena ada
proses epitelisasi spontan dan rasa luka (Moenadjat, 2001).
Tabel .Karakteristik luka bakar dalam berbagai kedalaman
Kedalamanan Jaringan yang terkena
Penyebab umum
karakteristik Nyeri Penyembuhan
Ketebalan parsial superfisial (derajat pertama)
Kerusakan epitel minimal
Sinar Matahari
Kering tidak ada lepuh merah muda pucat dengan tekanan
Sangat nyeri
Sekitar 5 hari
Ketebalan angkal parsial ( derajat dua)
Epidermis dan minimal dermis
Cahaya cairan panas
Lembab merah berbintik atau merah muda lepuh sebagian memucat
Nyeri hiperestetik
Sekitar 21 hari jaringan parut ninimal
Ketebalan parsial dermal dalam ( derajat dua)
Seluruh epidermis,sebagian dermis, lapisan rambut epidermal dan kelenjar keringat utuh
Diatas benda padat panas,kebakaran jalan cedera yang kuat
Kering,pucat berlilin, tidak pucat
Sensitif terhadap tekanan
Lapisan jaringan parut hipertropik akhir, embentukan kontraktur jelas
Ketebalan penuh (derajat tiga)
Semua yang diatas dan bagian dari lemak subkutan, dapat mengenai jaringan ikat,otot ,tulang
Kebakaran terus-menerus, listrik,bahan kimia, dan uap panas
Kasar, vaskular retak-retak kuning pucat sampai coklat hingga hangus
Sedikit nyeri
Tidak beregenerasi sendiri memerlukan pancangkokan
2.1.5 Patofisiologi luka bakar
Kulit adalah organ terbesar dari tubuh,meskipun tidak efektif secara
metabolik.tetapi kulit melayani beberapa fungsi penting bagi kelangsungan hidup
dimana dapat terganggu akibat suatu cedrea luka bakar, suatu cerdera luka bakar
akan menganggu fungsi kulit seperti berikut :
1. Gangguan proteksi terhadap invasi kuman
2. Gangguan sensasi yang memberikan informasi tentang kondisi
lingkunagan
3. Gangguan sebagai fungsi termoregulasi dan keseimbangan air
Jenis umum sebagian besar luka bakar adalah luka bakar akibat panas,
jaringan lunak akan mengalami cedera bila terkena suhu diatas 115F ( 46
OC),luasnya kerusakan bergantung pada suhu permukaan dan lama kontak, cedera
luka bakar dapat menyebabkan keadaan hipermetabolik dimanefestasikan dengan
adanya demam, peningkatan laju metabolisme, peningkatan ventilasi,peningkatan
curah jantung,peningkatan glukoogemnesis,serta meningkatan katabolisme otot
viseral dan rangka.pasien membutuhkan dukungan komprehensif yang berlanjut
sampai penutupan luka selesai.
2.1.6 Manifestasi klinis luka bakar
Adapun tanda dan gejala luka bakar adalah :
1. Keracuna karbon monoksida (co)
Ditandai dengan kekurangan oksigen dalam darah lemas, bingung, mual,
muntah,koma bahkan meninggal dunia
2. Distress pernapasan
Ditandai dengan serak, ngiler, dan ketidakmampuan menangani sekresi
3. Cedera pulmonal
Ditandai dengan pernapasan cepat atau sulit,krakles, stridor, dan batuk
pendek
4. Gangguan hematologik
Tanda yang ditemukan adalah kenaikan hematokrit,penurunan
SDP,leukosit meningkat, penurunann trombosit
5. Gangguan elektrolit
Tanda yang ditemukan adalah penurunan kalium, kenaikan natrium,
klorida serta kenaikan BUN
6. Gangguan ginjal
Tanda yang ditemukan adalah peningkatan haluaran urine
7. Gangguan Metabolik
Tanda yang ditemukan adalah hipermetabolisme dan kehilangan berat
badan.
2.1.7 Komplikasi luka bakar
1. Setiap luka dapat terinfeksi yang menyebabkan cacat lebih lanjut atau
kematian
2. Lambatnya aliran darah dapat menyerbabkan pembentukan bekuan darah
sehingga timbul cerebrovascular accident, infark miokardium, atau emboli
paru
3. Kerusakan paru akibat inhalasi asap atau pembentukan embolus, dapat
terjadi kongesif paru akibat gagal jantung kiri atau infark miokardium
4. Gangguan elektrolit dapat menyebabkan distremia jantung
5. Syok luka bakar dapat secara irreversible merusak ginjal sehingga timbul
gagal ginjal dalam 1-2 minggu luka bakar
6. Penurunan aliran darah kesaluran cerna dapat menyebabkan hipoksiasel-
sel mucus sehingga terjadi ulkus peptikum
7. Pada luka bakar yang luas akan menyebabkan kecacatan, trauma
psikologis dapat menyebabkan depresi, perpecahan keluarga, dan
keininginan untuk bunuh diri
2.1.8.Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan laboratorium berupa :
1. Jumlah darah lengkap mengaji hemokonsentrasi
2. Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan biokimia
3. Gas-gas darah arteri ( GDA ) dan sinar x dada mengkaji fungsi pulmonal
khususnya pada cedera inhalasi asap
4. Kreatinin mengkaji fungsi ginjal
5. Urinalis menunjukkan mioglobin dan hemokroen yang menujjukan
kerusakan otot pada luka bakar ketebalan penuh dan luas
6. Bronskoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap
2.1.9.Penatalaksanaan
a. Fase Resusitatif :
1. Perawatan awal ditempat kejadian
Prioritas utama yang harus dilakukan pada tempat kejadiannya cedera
adalah menghentikan proses kebakaran dan mencegah mencederai diri
sendiri, nyala api harus dimatikan dengan air atau menutupinya dengan
selimut dan korban harus digulingkan ditanah.pakaian yang
terbakar,pakaian yang meleleh,ikat pinggang dan perhiasan harus dilepas
sebelum mulai terjadi pembengkakan diman perhiasan dan pakaian dapat
menahan panas dan dapat menyebabkan luka bakar berlanjut sampai
kejaringan yang lebih lama
Pada cedera kimia, semua pakaian harus dilepas dan bagian luka dibilas
dengan air yang sangat banyak.pada peristiwa cedera sengatan listrik
korban harus dipindahkan dari pengaruh arus listrik dengan benda yang
tidak menghantarkan arus listrik untuk menjamin keamanan penolong
2. Perawatan di unit perawatan kritis
Perawat unit perawatan kritis memainkan peranan penting dalam merawat
pasien luka bakar dan keluarganya
Resusitasi Cairan :
1. Memperbaiki deficit cairan,elektrolit dan protein
2. Menggantikan kehilangan cairan berlanjut dan mempertahankan
keseimbangan cairan
3. Mencegah pembentukan edema yang berlebihan
4. Mempertahankan haluaran urine pada orang dewasa 30 sampai
70ml/jam
3. Perawatan di unit Gawat Darurat
Jika pemasangan kanulasi intravena tidak dilakukan ditempat
kejadian,maka kanula dengan diameter, besar harus dipasang pada vena
perifer atau harus dimulai aliran sentral.semua pasien dengan luka bakar
LPTT diatas 20% sampai 30% harus dipasang kateter untuk prngukuran
haluaran urine yang akurat selang nasogastrik harus dipasang pada semua
pasien dengan resiko ileus paralitik (luka bakar LPTT lebih besar dari
25%). Jika diduga adanya cedera inhalasi atau keracunan karbon
monoksida,maka harus diberikan oksigen yang dilembabkan 100%
Tanggung jawab keperawatan termasuk pemantauan terhadap cedera
inhalasi,pemantauan resusitasi cairan. Pengkajian luka bakar,pemantauan
tanda-tanda vital,pemgumpulan riwayat kesehatan yang akurat dan
melakukan tidakan –tindakan kedaduratan
2.3.6 Fisiologi Penyembuhan Luka
Proses dasar biokimia dan selular yang sama terjadi dalam penyembuhan
semua cedera jaringan lunak, baik luka ulseratif kronik, seperti dekubitus dan
ulkus tungkai; luka traumatis, misalnya laserasi, abrasi, dan luka bakar; atau luka
akibat tindakan bedah.
Proses fisiologis penyembuhan luka dapat dibagi ke dalam 4 fase utama :
1. Respons inflamasi akut terhadap cedera: mencakup hemostasis, pelepasan
histamin dan mediator lain dari sel-sel. yang rusak, dan migrasi sel darah
putih (leukosit polimorfonuklear dan makrofag) ke tempat yang rusak
tersebut.
2. Fase destruktif., Pembersihan jaringan yang mati dan yang mengalami
devitalisasi oleh leukosit polimorfonuklear dan makrofag.
3. Fase proliferatif: Yaitu pada saat pembuluh darah baru, yang diperkuat oleh
jaringan ikat, menginfiltrasi luka.
4. Fase maturasi: Mencakup re-epitelisasi, konstraksi luka dan reorganisasi
jaringan ikat.
2.2 Konsep dasar keperawatan
2.2.1 Pengkajian
Adapun tindakan pertama yang kita lakukan pada pasien luka bakar
adalah:
1. Peneliaan keadaan umum pasien, perhatikan A:airway ( jalan
nafas ),B:breathing ( pernapasan, C:circulating (sirkulasi )
2. Peneliaan luas dan kedalaman luka bakar
3. Kaji adanya kesulitan menelan atau berbicara (kemungkinan pasien
mengalami trauma inhalasi)
4. Kaji adanya edema saluran pernafasan (mungkin pasien perlu dilakukan
intubasi atau trakhestomi)
5. Kaji adanya factor-faktor yang memperberat luka bakar seperti adanya fraktur
riwayat penyakit sebelumnya (seperti diabetes,hipertensi, gagal ginjal )
6. Pasang infus (IV line).jika luka bakar > 20% derajat II/III biasanya dipasang
CVP ( Kolaborasi dengan,Dokter )
7. Pasang kateter urin
8. Pasang NGT jika diperlukan (Kolaborasi dengan Dokter )
9. Pemberian terapi cairan intravena (kolaborasi dengan Dokter ),biasanya
diberikan sesuai formula Parkland. Pemberian cairan akan dibahas pada
bagian manajemen cairan pada pasien luka bakar
10. Pemberian terapi oksigen sesuai kebutuhan (kolaborasi dengan Dokter )
11. Periksa laboratorium darah yang meliputi :
a. HB,HT,Trombiosit
b. Protein total (albumin dan globulin)
c. Ureum dan kreatinin
d. Elektrolit
e. Gula darah
f. Analisa gas darah
g. Tes fungsi hati
12. Berikan suntikan ATS / Toxoid (kolaborasi dengan dokter )
13. Lakukan perawatan luka:
1) Cuci luka cairan savlon 1% (savlon :NACL=1:100
2) Biarkan bullae (lepuh) utuh, jangan dipecah kecuali terdapat pada daerah
sendi yang dapat menganggu gerakan
3) Selimuti pasien dengan selimut steril. Usahakan pasien tidak ke dinginan
sampai siap dipindahkan keruang rawat
14. Pemberian obat-obatan (kolaborasi dengan dokter )
1) Antasida
2) Roborantia (Vit C dan Vit A )
3) Analgetik
4) Antibioatika
15. Mobilisasi secara dini (Range of motion )
16. Pengaturan posisi yang nyaman
2.2.2 Diagnosa keperawatan luka bakar :
1. Resiko kekurangan volume cairan b/d kegagalan mekanisme regulasi
(peningkatan permeabilitas kapiler)
2. Nyeri akut b/d agen cedera zat kimia
3. Resiko tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif b/d spasme jalan nafas
4. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan
untuk mengabsorpsi nutrien
5. Resiko terhadap infeksi b/d gangguan integritas kulit
6. Gangguan integritas kulit b/d zat kimia
2.2.3 Interpensi keperawatan
DIAGNOSA NOC NICKekurangan volume cairan (00027) berhubungan dengan kegagalan mekanisme regulasi (peningkatan permeabilitas kapiler)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam diharapkan cairan dalam batas normal dengan indikator menunjukkan keseimbangan cairan (0601) dengan kriteria hasil:Tekanan darah dalam batas normal (060101)Rata-rata tekanan arteri dalam batas norma (060102)Tekanan vena sentral dalam batas normal (060103)Keseimbangan intake dan output 24 jam (060107)Berat badan stabil (060109)Tidak haus berlebihan(060115)
Manjeman Cairan (4120)Pengkajian1. Kaji status hidrasi (membrane
mukosa) yang adekua2. Kaji indikasi kekurangan cairan3. Kaji status nutrisi4. Kaji intake dan output5. Kaji lokasi dan luas edemaPendidikan Kesehatan6. Ajarkan pada pasien memenuhi
nutrisi secara oralMandiri7. Timbang berat badan/ hari8. Monitor vital sign9. Pertahankan intake dan output
yang akuratKolaboratif10. Kolaborasi pemberian deuretik11. Kolaborasi dengan dokter jika
kekurangan volume cairan
Nyeri akut b/d agen cedera zat kimia
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam jam diharapkan nyeri dapat diatasi dengan indikator:a. Tingkat Kenyamanan
(2100)b. Perilaku mengendalikan
nyeri (1605)c. Tingkat nyeri (2102)Dengan kriteria Hasil:a. Skala nyeri: ringan (1-3)
(210204)b. Ekspresi nyeri lisan atau
pada wajah (210206)c. Pasien menunjukkan teknik
relaksasi yang efektif (160504)
d. Tidak ada kegelisahan (210001)
e. Tanda-tanda vital dalam keadaan baik (210008)
Pasien mengatakan nyeri berkurang atau tidak ada
Managemen NyeriPengkajian:1. Gunakan laporan dari pasien
sendiri sebagai pilihan pertama untuk mengumpulkan informasi pengkajian.
2. Kaji dampak agama, budaya, kepercayaan dan lingkungan terhadap nyeri dan respon pasien.
3. Kaji tingkat nyeri, lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi dan kualitas nyeri pada pasien
Pendidikan Kesehatan:4. Informasikan pada pasien tentang
prosedur yang dapat meningkatkan nyeri dan tawaraknn saran koping.
5. Berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab nyeri, seberapa lama akan berlangsung.
Tindakan Mandiri: 6. Ajarkan pasien tentang
penggunaan teknik
(210201) nonfarmakologi (misalnya, teknik relaksasi, hypnosis).
7. Instruksikan pasien untuk menginformasikan kepada perawat jika rasa nyeri tetap ada.
8. Berikan perawatan dengan tidak terburu-buru, dengan sikap yang mendukung.
9. Libatkan pasien dalam pengambilan keputusan yang menyangkut aktivitas perawatan.
Kolaboratif:10. Laporkan kepada dokter jika
tindakan tidak berhasil atau rasa nyeri masih ada.
11. Kolaborasi penggunaan analgesik sesuai dengan instruksi dokter.
Resiko tinggi
bersihan jalan nafas
tidak efektif b/d
spasme jalan nafas
Setelah dilakukan asuhan keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan napas dapat diatasi dengan indikator status respirasi: kepatenan jalan nafas (0410). Dengan kriteria hasil:a. Pasien mudah untuk
bernapas (041009)b. Frekuensi pernapasan 12-20
x/ menit (041004)c. Irama pernapasan teratur
(041004)d. Pasien dapat mengeluarkan
sputum dari jalan napas (041006)
Management airway:Pengkajian:1. Identifikasi apakah klien
membutuhkan insertion airway2. Auskultasi suara nafas, catat
daerah yang terjadi penurunan atau tidak adanya ventilasi
Pendidikan Kesehatan:3. Ajarkan pasien teknik relaksasi
napas dalam, batuk efektif4. Ajarkan pasien dan keluarga
pasien tentang kebutuhan pemakaian inhalasi
Mandiri:5. Bebaskan jalan nafas6. Instruksikan pasien untuk batuk
efektif7. Posisikan klien untuk
memaksimalkan ventilasi8. Lakukan pengeluaran sekresi
dengan batuk dan menggunakan suction
9. Gunakan oral/ nasopfaring airway
10. Atur intake cairan agar seimbang
11. Atur posisi untuk mengurangi dyspnea
12. Monitor status pernafasan dan oksigenasi
Kolaboratif:13. Jika perlu, lakukan terapi fisik
(dada)14. Berikan bronkhodilator, jika
perlu (sesuai instruksi dokter)15. Atur pemberian O2, jika perlu
(sesuai kebutuhan pasien)
DAFTAR PUSTAKA
Arisanty, I. 2013. Konsep Dasar Manajemen Perawatan Luka. Jakarta : EGC
First, A. 2009. Pertolongan Pertama, Edisi kelima, Penerbit: ERLANGGA
Heather, T. 2012. Diagnosis Keperawatan Defenisi dan klasifikasi 2012-2014.
Jakarta: EGC
Muttaquin, A. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen. Jakarta :
Salemba Medika.
Paula, K. 2009. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta: Trans Info Media