Upload
others
View
5
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan tentang (Pb)
Timbal atau timah hitam atau Plumbum (Pb) adalah salah satu bahan
pencemar utama saat ini di lingkungan, hal ini bisa terjadi karena sumber utama
pencemaran timbal adalah dari emisi gas buang kendaraan bermotor selain itu
timbal juga terdapat dalam limbah cair industri yang pada proses produksinya
menggunakan timbal, seperti industri pembuatan baterai, industri cat, dan industri
keramik. Timbal digunakan sebagai aditif pada bahan bakar, khususnya bensin di
mana bahan ini dapat memperbaiki mutu bakar. Bahan ini sebagai anti knocking
(anti letup), pencegah korosi, anti oksidan, diaktifator logam, anti pengembunan
dan zat pewarna (Evi, 2005).
2.1.1 Karakteristik Logam (Pb)
Menurut Sudarwin (2008) karakteristik dari Logam (Pb) adalah :
Pemberian : Plumbum atau timbal adalah logam bewarna kebiru-biruan
sampai abu pudar, mempunyai berat tipis yang tinggi dan lunak.
Kelarutan : Larut dalam HNO3 encer dan pekat, sedikit larut dalam
HCL dan H2SO4 pekat.
Nomor/Berat : 82/207,21
Berat jenis : 11,34
Titik lebur : 327,4oC
Titik didih : 1.620oC
2.1.2 Dampak Logam Pb terhadap Lingkungan
Timbal (Pb) yang lebih dikenal dengan nama plumbum atau timah dengan
konsentrasi tinggi dapat mengakibatkan kematian pada biota air. Logam berat
9
yang masuk ke dalam lingkungan perairan akan mengalami pengendapan,
kemudian diserap oleh organisme yang hidup di perairan tersebut. Logam berat
memiliki sifat yang mudah mengikat bahan organik dan mengendap di dasar
perairan lalu bersatu dengan sedimen sehingga kadar logam berat dalam sedimen
lebih tinggi dibandingkan dalam air. Logam berat bersama dengan padatan
tersuspensi akan mengendap mempengaruhi kualitas sedimen di dasar perairan
dan juga perairan sekitarnya. Pencemaran yang dihasilkan dari logam berat sangat
berbahaya karena bersifat toksik (Jenny, 2015).
2.2 Tinjauan tentang Tanaman Azolla microphylla
Azolla microphylla dapat ditemukan pada semua persawahan di Indonesia.
Menurut Sebayang (1996), Azolla microphylla merupakan tanaman paku-pakuan,
termasuk dalam famili Salviniaceae tetapi ada juga yang menamakan famili
Azollaceae. Genus Azolla dikelompokkan menjadi dua, yaitu Euazolla dan
Rhizosperma. Secara alami habitat Azolla terdapat di kolam-kolam, tempat
tergenang, danau, sungai, saluran air maupun tanaman padi. Azolla berasal dari
bahasa latin, yaitu Azo yang berarti kering dan Ollyo yang berarti mati. Tanaman
ini akan mati bila dalam keadaan kering. Azolla microphyla termasuk herba
berukuran kecil yang hidup secara terapung bebas di air. Daun berukuran kecil,
tidak bertangkai, berselang-seling membentuk dua baris disepanjang batang.
Selain itu memiliki batang yang bercabang, tetapi memiliki akar sederhana berupa
rhizoma. Azolla biasanya hidup bergerombol dalam jumlah banyak di atas
permukaan air.
10
2.2.1 Klasifikasi Azolla microphylla
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Leptosporangiopsida (heterosporous)
Ordo : Salviniales
Famili : Salviniaceae
Genus : Azolla
Spesies : Azolla microphylla (Briljan, 2014)
2.2.2 Morfologi Azolla microphylla
Azolla microphylla merupakan tumbuhan kecil yang mengapung di air,
terlihat berbentuk segitiga atau segiempat, berukuran 2-4 cm x 1cm, terdiri atas
tiga bagian, yaitu akar, rhizoma, dan daun yang terapung. Akar soliter,
menggantung di air, berbulu. panjang 1-5 cm, dengan membentuk kelompok 3-6
rambut akar. Rhizoma merupakan generasi sporofit, daun kecil, membentuk 2
barisan, menyirip bervariasi, duduk melekat, cuping dengan cuping dorsal
berpegang di atas permukaan air (Jeanne, 2010).
2.2.3 Proses Penyerapan Logam oleh Tanaman
Menurut Fitter dan Hay (1991), tanaman memiiki kemampuan untuk
menyerap ion-ion dari lingkungannya kedalam tubuh melalui membran sel. Sifat
penyerapan ion oleh tanaman yaitu faktor konsentrasi dan perbedaan kebutuhan
hara yang berbeda pada tiap jenis tanaman. Faktor konsentrasi yaitu kemampuan
tanaman dalam mengakumulasi ion sampai tingkat konsentrasi tertentu, bahkan
dapat mencapai beberapa tingkat lebih besar dari konsentrasi ion didalam
11
mediumnya, sedangkan perbedaan akan kebutuhan zat hara pada setiap tanaman
mempunyai kebutuhan yang berbeda.
Kebutuhan tanaman pada zat hara dan nutrisi membuat tanaman menyerap
logam berat bersama zat hara yang masuk kedalam jalur transpor. Logam berat
diserap oleh akar tumbuhan dalam bentuk ion yang larut dalam air. Lingkungan
yang banyak mengandung logam berat Pb, membuat protein regulator dalam
tumbuhan tersebut membentuk senyawa pengikat yang disebut fitokhelatin.
Fitokhelatin merupakan peptida yang mengandung 2-8 asam amino sistein dipusat
molekul serta suatu asam glutamat dan sebuah glisin pada ujung yang berlawanan
(Nuril, 2004). Fitokhelatin dibentuk dalam nukleus dan melewati retikulum
endoplasma (RE), apparatus golgi, vasikula sekretori untuk sampai ke permukaan
sel dan bertemu dengan Pb yang membuat fitokhelatin membentuk ikatan sulfida
di ujung belerang pada sistein dan membentuk senyawa kompleks sehingga Pb
akan terbawa menuju jaringan tumbuhan. Logam Pb kemudian diikat oleh
membran-membran sel, mitokondria dan kloroplas. Logam Pb dapat masuk dalam
sel dan berikatan dengan enzim sebagai katalisator, sehingga reaksi kimia di sel
tanaman akan terganggu. Kerusakan tersebut dapat ditandai dengan nekrosis dan
klorosis pada tanaman (Hermawati, dkk, 2005).
Menurut Dede (2013) bahwa, penyerapan dan akumulasi logam berat oleh
tanaman dapat dibagi menjadi tiga proses yaitu penyerapan logam oleh akar,
translokasi logam dari akar ke bagian tanaman lain, dan lokalisasi logam pada
bagian sel tertentu untuk menjaga agar tidak menghambat metabolisme tanaman.
Logam dibawa masuk ke sel akar dan selanjutnya logam ditranslokasikan di
dalam tubuh tanaman ke bagian tanaman lain melalui jaringan pengangkut (xilem
12
dan floem) dan untuk meningkatkan efisiensi pengangkutan, logam diikat oleh
molekul khelat. Pada konsentrasi rendah logam berat tidak mempengaruhi
pertumbuhan tanaman, tetapi pada konsentrasi tinggi akan menyebabkan
kerusakkan baik pada tanah, air maupun tanaman.
Tanaman memiliki mekanisme yang efisien untuk memperoleh nutrisi dari
lingkungan pada kondisi rendah nutrien kemudian dipindahkan dan disimpan
dalam organ tertentu. Mekanisme tersebut juga dilakukan dalam penyerapan zat
racun yang memiliki kandungan kimia serupa dengan zat esensial yang
dibutuhkan tumbuhan. Proses absorpsi racun termasuk logam berat dapat terjadi
melalui beberapa bagian tumbuhan dengan mekanisme translokasi (Gregorius,
2009). Menurut Enny (2002) Tumbuhan mengapung dapat digunakan sebagai
media pengolah limbah karena akarnya menjadi tempat filtrasi dan adsopsi
padatan tersuspensi.
Mekanisme fisiologi fitoremediasi menurut Gregorius (2009) dibagi atas 6
cara:
1. Fitoekstraksi, pemanfaatan tumbuhan pengakumulasi bahan pencemar
untuk memindahkan logam berat atau senyawa organik dari tanah dengan
cara mengakumulasikannya di bagian tumbuhan yang dapat dipanen.
2. Fitodegradasi, pemanfaatan tumbuhan dan asosiasi mikroorganisme untuk
mendegradasi senyawa organik.
3. Rhizofiltrasi, pemanfaatan akar tumbuhan untuk menyerap bahan
pencemar, terutama logam berat, dari air dan aliran limbah.
4. Fitostabilisasi, pemanfaatan tumbuhan untuk mengurangi bahan pencemar
dalam lingkungan.
13
5. Fitovolatilisasi, pemanfaatan tumbuhan untuk menguapkan atau
memindahkan bahan pencemar dari udara.
6. Fitoakumulasi, yaitu proses tumbuhan menarik zat kontaminan dari media
sehingga berakumulasi disekitar akar tumbuhan. Proses ini disebut juga
Hyperacumulation.
Hilangnya kandungan logam berat (Pb) dalam media tanam tidak
seluruhnya diserap oleh tanaman karena logam yang masuk ke dalam organ
tanaman akan dieksresikan dengan cara menggugurkan daunnya yang sudah
tua sehingga dapat mengurangi kadar logam. Logam tidak seluruhnya masuk
ke dalam tanaman disebabkan karena pengendapan logam yang berupa
molekul garam dalam air (Hermawati, dkk, 2005).
2.3 Umur Tanaman
Menurut Citra (2014), faktor yang mempengaruhi tanaman dalam
menyerap logam diantaranya adalah cahaya, banyaknya akar, berat tanaman,
temperatur, media tumbuh, pH dan umur tanaman. Salah satu faktor penting yang
mempengaruhi tanaman dalam menyerap logam adalah umur tanaman.
(Muhammadah, 2011) mengatakan, tanaman akan menyerap logam dengan umur
maksimal. Umur tanaman yang lebih lama akan mempunyai bobot yang lebih
besar dan kerapatan semakin padat sehingga konsentrasi dalam menyerap logam
juga lebih besar. Umur tanaman yang lebih lama akan membentuk xylem dan
floem yang lebih banyak sehingga meningkatkan efisiensi pengangkutan didalam
tubuh tanaman, selain itu semakin bertambahnya umur tanaman nukleus lebih
besar sehingga mampu membentuk fitokhelatin untuk mengikat logam lebih
banyak. Umur tanaman yang lebih lama juga mempengaruhi jumlah dan ukuran
14
RE (retikulum indoplasma) dan apparatus golgi yang dapat mempercepat
fitokhelatin sampai dipermukaan sel, selain itu juga mempengaruhi ukuran
membran sel mitokondria dan kloroplas yang membantu mengikat logam yang
masuk ke dalam sistem tanaman. Umur tanaman yang lebih lama, juga
mempengaruhi banyaknya akar, jumlah dan lebar daun tanaman, tinggi tanaman,
dan jumlah cabang yang akan semakin bertambah, dengan begitu akan semakin
efektif daun tersebut dalam menyerap polutan. Tanaman Azolla yang berumur 8
minggu efektif dalam proses penyerapan logam, hal tersebut pernah diteliti
(Nisma, 2010) yang menunjukkan kemampuan Azolla pinnata dalam menyerap
logam Cd pada air irigrasi paling tinggi terjadi pada umur 8 minggu.
2.4 Pengaruh Umur Tanaman Azolla microphylla terhadap
Penyerapan Logam Pb
Menurut Ishak (2014) bahwa, penyerapan dan akumulasi logam berat oleh
tanaman dapat dibagi menjadi tiga proses yaitu penyerapan logam oleh akar,
translokasi logam dari akar ke bagian tanaman lain, dan lokalisasi logam pada
bagian sel tertentu untuk menjaga agar tidak menghambat metabolisme tanaman.
Penyerapan oleh akar dilakukan dengan membawa logam masuk bersama zat hara
dalam bentuk ion yang larut dalam air melalui akar (rizosfer) pada tanaman air.
Logam dibawa masuk ke dalam sel akar, selanjutnya logam ditranslokasikan di
dalam tubuh tanaman melalui jaringan pengangkut, (xilem dan floem) ke bagian
tanaman lain, untuk meningkatkan efisiensi pengangkutan, logam diikat oleh
molekul khelat.
Berbagai molekul khelat yang berfungsi mengikat logam dihasilkan oleh
tumbuhan. Tumbuhan dalam mencegah peracunan logam terhadap sel, tumbuhan
mempunyai mekanisme detoksifikasi yaitu dengan melokalisasi logam pada
15
jaringan, misalnya dengan menimbun logam di dalam organ tertentu seperti akar
pada tanaman air.
Menurut Muhammadah (2011) dua jalan masuknya logam (Pb) ke dalam
tanaman adalah melalui akar dan daun. Penyerapan melalui akar terjadi jika Pb
dalam tanah terdapat dalam bentuk terlarut, sedangkan masuknya partikel Pb
dalam jaringan daun disebabkan oleh ukuran stomata yang cukup besar dan
ukuran partikel Pb yang jauh lebih kecil, setelah masuk kedalam sistem tanaman
Pb akan diikat oleh membran sel mitokondria, dan kloroplas, bahkan pencemaran
dapat menyebabkan terjadinya kerusakkan fisik. Kerusakkan yang tidak tampak
dapat berupa penurunan kemampuan tanaman dalam menyerap air, pertumbuhan
yang lambat dan pembukaan stomata yang tidak sempurna.
Salah satu faktor yang mempengaruhi penyerapan logam adalah umur
tanaman. (Muhammadah, 2011) mengatakan, tanaman akan menyerap polutan
dengan umur maksimal. Umur tanaman yang lebih lama akan mempunyai bobot
yang lebih besar dan kerapatan semakin padat sehingga konsentrasi dalam
menyerap logam juga lebih besar. Umur tanaman yang lebih lama akan
mempunyai bobot yang lebih besar dan kerapatan semakin padat sehingga
konsentrasi dalam menyerap logam juga lebih besar. Semakin bertambah umur
tanaman juga mempengaruhi jumlah dan ukuran akar, batang, serta daun yang
semakin banyak sehingga semakin efektif menyerap dan menimbun logam berat
dengan kadar tinggi. Pengaruh umur tanaman Azolla microphylla terhadap
penyerapan logam (Pb) sangat berhubungan dengan proses penyerapan zat hara
oleh tanaman. Penyerapan zat hara pada pertumbuhan awal tanaman sangat kuat
dan zat mineral yang diserap bertambah baik macamnya maupun jumlahnya, pada
16
fase pertumbuhan pokok penyerapan naik sedikit saat waktu permulaan
pembentukkan akar dan penyerapan terbesar saat fase reproduksi untuk
pembentukkan daun, ketika pada fase akhir pertumbuhan penyerapan berkurang,
sebagian unsur yang dilepaskan ke dalam medium atau kehilangan karena
gugurnya daun (Hadi, 2014)
Azolla memiliki pertumbuhan yang cepat, mampu beradaptasi dengan
keasaman, tanah yang tidak subur, temperatur dan bahan pencemar yang tinggi.
Menurut Saxena & Sharma (2006), menunjukkan Azolla toleran terhadap logam-
logam Cu, Fe, Zn, Mo, Co, Cd, As, Hg, Cr, dan Pb. Penelitian Dewi, (2011)
menunjukkan bahwa tanaman yang paling efektif menurunkan Cd pada air limbah
industri yaitu Azolla dan diikuti oleh Hydrilla. Penelitian menggunakan Azolla
juga dilakukan (Nisma, 2010) yang menunjukkan kemampuan tanaman eceng
gondok, semanggi air dan Azolla dalam menyerap logam Cd pada air irigrasi
paling tinggi terjadi pada umur 8 minggu. Penelitian lain juga dilakukan oleh Eka
(2010) yang menunjukkan bahwa tanaman Azolla pinnata dengan konsentrasi
25,00 mg/L mampu menyerap Cd dan Cr pada waktu optimal 15 hari.
2.5 Tinjauan tentang Sumber Belajar Biologi
2.5.1 Sumber Belajar Biologi
Biologi merupakan salah satu ilmu yang mempelajari tentang makhluk hidup
dan lingkungannya, dalam mempelajari biologi diperlukan suatu sumber belajar
agar mempermudah peserta didik dalam memperoleh informasi yang
dibutuhkannya. Pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada lingkungan belajar. Tujuan proses
pembelajaran dapat tercapai dengan baik apabila komponen-komponen dalam
pembelajaran dapat terpenuhi, beberapa komponen diantaranya manusia dan
17
penggunaan media atau sumber belajar. Sumber belajar adalah segala sumber
yang dapat dimanfaatkan oleh siswa untuk mempelajari bahan dan pengalaman
yang akan dicapai. Sumber belajar bukan hanya alat dan materi yang
dipergunakan dalam pembelajaran, tetapi juga meliputi orang, anggaran, dan
fasilitas. Sumber belajar bisa termasuk apa saja yang tersedia untuk membantu
seseorang belajar (Wina, 2006).
Menurut Ridwan (2008) masalah yang sering dihadapi dalam proses
pembelajaran adalah kurang tersedianya buku teks yang berkualitas sehingga
peserta didik sulit memahami buku yang dibacanya dan buku teks tersebut
cenderung membuat peserta didik bosan. Berdasarkan permasalahan tersebut,
dapat diterapkan sistem pembelajaran modul yang memberi kepercayaan pada
kemampuan peserta didik untuk belajar mandiri. Hasil penelitian ini akan
dimanfaatkan sebagai sumber belajar biologi berupa jurnal ilmiah dalam
perencanaan pembelajaran biologi materi pencemaran lingkungan air.
2.5.2 Ciri-ciri Sumber Belajar
Menurut Basuki (2010), ciri-ciri sumber belajar sebagai berikut :
1. Sumber belajar merupakan suatu “daya” yang dapat mendukung proses
pencapaian tujuan pembelajaran.
2. Secara keseluruhan sumber belajar dapat digunakan sebagaian atau
secara keseluruhan
3. Sumber belajar dapat dibedakan menjadi 2, yaitu : By design dan By
utilization
4. Sumber belajar mempunyai nilai-nilai belajar
5. Sumber belajar dapat memungkinkan siswa memicu diri sendiri
18
2.5.3 Macam-macam Sumber Belajar
Menurut (Fred, 2000) terdapat enam macam sumber belajar yaitu pesan,
manusia, bahan, alat, teknik, lingkungan.
1. Pesan, adalah pelajaran/informasi yang diteruskan oleh komponen
dalam bentuk ide, fakta, arti dan data.
2. Manusia, orang yang menyimpan atau menyalurkan informasi, tidak
termasuk yang menjalankan fungsi pengembangan dan pengelolaan
belajar.
3. Bahan, merupakan sesuatu disebut programatau software yang dapat
berupa teks, cetak, rekaman, web dan lain-lain dan menyalurkan pesan
melalui penggunaan alat atau dirinya sendiri,
4. Alat, adalah sesuatu disebut hardware yang menyalurkan pesan dalam
bahan.
5. Teknik, prosedur yang disiapkan dalam menggunakan bahan pelajaran,
peralata, situasi dan orang untuk menyampaikan pesan.
6. Lingkungan, merupakan situasi sekitar dimana pesan diterima.
Keenam sumber belajar tersebut juga merupakan komponen sistem
dalam pembelajaran, artinya dalam setiap kegiatan pembelajaran selalu
terdapat keenam komponen tersebut (Fred, dkk, 2000). Hasil penelitian ini
kemudian dimanfaatkan sebagai sumber belajar berupa bahan, yaitu segala
sesuatu yang berupa teks tertulis, cetak, rekaman elektronik, web dan lain-
lain yang dapat digunakan untuk belajar dalam bentuk jurnal ilmiah yang
memuat hasil kegiatan bidang keilmuan tertentu, baik berupa hasil
19
pengamatan empirik maupun kajian konseptual yang bersifat penemuan
baru, konsep dan teori yang sudah ada (Ramli, 2012).
2.5.4 Manfaat Sumber Belajar
Manfaat sumber belajar menurut (Riyana, 2008) adalah:
1. Memberi motivasi yang baik.
2. Dapat memberi pengalaman belajar langsung kepada peserta didik.
3. Membantu memecahkan masalah pendidikan.
4. Menyajikan sesuatu yang tidak bisa diadakan, dikunjungi, dilihat
secara langsung.
5. Meningkatkan ketrampilan berpikir peserta didik.
6. Memberi informasi yang akurat dan terpadu.
2.5.5 Pemanfaatan Hasil Penelitian sebagai Sumber Belajar Biologi
Menurut Munifah (2012), suatu hasil penelitian dapat dimanfaatkan
sebagai sumber belajar biologi apabila ditinjau dari segi proses dan produknya,
dimulai dari perumusan masalah hingga penarikkan kesimpulan yang akan
menghasilkan fakta-fakta selama kegiatan penelitian untuk kemudian
digeneralisasikan menjadi konsep dan prinsip. Pemanfaatan hasil penelitian ini
harus disesuaikan dengan konsep yang ingin dicapai pada kurikulum, sehingga
dapat menunjang kebutuhan kurikulum yang digunakan.
Pada prinsipnya, setiap benda atau gejala dapat digunakan sebagai sumber
belajar, namun dalam pemanfatannya harus memperhatikan syarat-syarat tertentu.
Menurut Djohar (2012), syarat tersebut adalah:
1. Kejelasan potensi, didasari pada proses dan produk dari kegiatan
penelitian yang dapat dijadikan sumber belajar.
20
2. Kesesuaian dengan tujuan belajar, dimana antara tujuan penelitian yang
dilakukan dengan tujuan belajar sesuai dengan tujuan intruksional yang
dirumuskan.
3. Kejelasan sasaran, berkaitan dengan sasaran subjek belajar atau sasaran
peruntukan sumber belajar.
4. Kejelasan informasi yang dapat diungkap, berdasarkan informasi dari hasil
penelitian eksplorasi yang berupa proses dan produk penelitian.
5. Kejelasan pedoman eksplorasi, berhubungan erat dengan proses
pelaksanaan penelitian.
6. Kejelasan perolehan yang diharapkan, yaitu hal-hal yang diperoleh dari
kegiatan yang dikembangkan.
Setelah memenuhi keenam pernyataan tersebut, maka hasil penelitian ini
dapat digunakan sebagai sumber belajar biologi melalui dua tahapan yaitu,
analisis hasil penelitian dan pengembangan penelitian dalam organisasi
instruksional yang akan disajikan kedalam bentuk jurnal.
2.5.6 Sumber Belajar Biologi dalam Bentuk Jurnal Ilmiah
Jurnal ilmiah merupakan bentuk publikasi ilmiah yang memuat hasil
kegiatan bidang keilmuan tertentu, baik berupa hasil pengamatan empirik maupun
kajian konseptual yang bersifat penemuan baru, konsep atau teori yang sudah ada.
Jurnal ilmiah dapat dijadikan sebagai sumber belajar karena merupakan sarana
komunikasi antar komunitas bidang keilmuan. Dengan sarana ini, para ilmuan
dapat berinteraksi satu sama lain dan saling mengisi untuk membangun suatu
bidang keilmuaan. Jurnal ilmiah umumnya memuat kumpulan informasi terbaru,
21
hasil objektif dari sebuah kajian ilmu dan rekomendasi dengan kata lain jurnal
ilmiah tetap dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar (Ridwan, 2008).
Suhardi (2007) menyatakan sumber belajar biologi adalah segala sesuatu,
baik benda maupun gejalanya yang dapat digunakan untuk memperoleh
pengalaman dalam rangka memperoleh pemecahan permasalahan biologi tertentu.
Jurnal ilmiah biologi yang disajikan harus sesuai dengan ketentuan syarat yang
harus didasari pada kejelasan potensi, kesesuaian dengan tujuan belajar, kejelasan
sasaran, kejelasan informasi, kejelasan pedoman eksplorasi dan kejelasan
perolehan yang diharapkan (Djohar, 2012). Bagian yang paling penting dari
serangkaian penelitian untuk dijadikan sumber belajar adalah proses pelaksanaan
dan produk hasil penelitian, namun tujuan penelitian, subjek, kejelasan informasi
dan pedoman eksplorasi juga sangat penting sebagai modal penyusunan jurnal
ilmiah.
Jurnal ilmiah mempunyai kaidah khusus yang harus diikuti oleh peneliti.
Kaidah tersebut sudah terstandarisasi pada setiap kelompok bidang ilmu. Seorang
peneliti yang ingin menerbitkan tulisannya harus mengikuti kaidah tersebut yang
biasanya terlihat pada Guidance for Authors pada setiap jurnal. Pedoman yang
dibuat ini disusun mengikuti petunjuk umum yang telah ada (Ridwan 2008).
Adapun penulisan jurnal ilmiah atau karya tulis ilmiah harus memenuhi
pedoman yang berlaku diantaranya terdiri atas:
1. Judul
Judul diharapkan mencerminkan masalah yang akan dibahas, dan
menggambarkan keterkaitan variabel yang digunakan dalam penelitian.
22
2. Penulis
Pakar yang dicantumkan sebagai penulis adalah yang berperan dalam
karyanya
3. Abstrak
Abstrak merupakan kondensasi singkat dari isi karangan yang dapat
memberikan informasi mengenai isi keseluruhan karangan yang berisi:
(1) Tujuan penelitian, (2) metode penelitian, dan (3) hasil penelitian.
Abstrak dketik dengan satu spasi dan disertai dengan 3-5 kata kunci.
4. Pendahuluan
Pendahuluan merupakan bagian yang memberikan gambaran ringkas
mengenai masalah.
5. Metode penelitian
Dalam penulisan metode diuraikan dengan ringkas, dan jelas.
6. Hasil penelitian
Hasil penelitian untuk mengemukakan bagian yang berisi penemuan-
penemuan penelitian, penafsiran data dan penjelasan yang diperoleh.
7. Pembahasan
Pembahasan disusun dengan berpedoman pada hipotesis dan tujuan
penelitian. Harapan-harapan dalam hipotesis harus disesuaikan dengan
hasil-hasil pokok penelitian.
8. Daftar pustaka
Daftar pustaka berisi informasi tentang sumber pustaka yang telah
dirujuk dalam tubuh tulisan (Tim Pascasarjana UB, 2010).
23
2.6 Kerangka Konsep
Gambar 2.1 Kerangka Konsep
Pencemaran Air
Penanggulangan limbah (Pb)
Fitoremidiasi
Tanaman Azolla microphylla
Faktor yang mempengaruhi
penyerapan :
Umur tanaman
Proses penyerapan logam (Pb)
1. Penyerapan logam oleh akar
2. Translokasi logam dari akar
ke bagian tumbuhan lain
3. Lokalisasi logam pada
bagian tertentu (akar, batang
dan daun)
Penyerapan zat hara oleh
tanaman:
1. Pertumbuhan awal
2. Pertumbuhan pokok
3. Fase akhir pertumbuhan
Penyerapan Pb tertinggi oleh tanaman Azolla pada
umur 8 minggu
Hasil penelitian
Sumber belajar biologi
kelas X IPA KD 3.10 Jurnal
Anatomi
Xylem
Floem
Nukleus
Mitokondria
Kloroplas
Morfologi
Banyaknya akar
Jumlah dan
lebar daun
Tinggi tanaman
Jumlah cabang
24
2.7 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
1) Ada pengaruh umur tanaman Azolla microphylla dengan kadar penyerapan
logam (Pb).
2) Penyerapan logam (Pb) tertinggi oleh tanaman Azolla microphylla pada
umur 8 minggu.
3) Hasil penelitian dimanfaatkan sebagai sumber dalam pembelajaran biologi
SMA kelas X IPA pada materi kerusakkan/pencemaran lingkungan dan
upaya pelestarian dalam bentuk jurnal.