75
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Menstruasi 2.1.1 Pengertian Menstruasi adalah suatu proses alami seorang perempuan yaitu proses deskramasi atau meluruhnya dinding rahim bagian dalam (endometrium) yang keluar melalui vagina bersamaan dengan darah. Jumlah darah yang keluar rata-rata 16 cc (Wiknjosastro, 2007). Siklus menstruasi adalah peristiwa yang komplek dan dikendalikan oleh berbagai kelenjar berikut produksi hormon yang dikeluarkan. Struktur otak yang bernama Hipotalamus mempengaruhi kelenjar hipofises didekatnya untuk menghasilkan bahan kimia khusus yang dapat memicu indung telur (ovarium) untuk mensekresi hormon seksual estrogen dan progesteron. Siklus nienstruasi normal terjadi setiap 2l-35 hari, dengan lamanya menstruasi selama 3-6 hari (Kusmiran, 2011).

BAB 2.docx

Embed Size (px)

Citation preview

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Menstruasi

2.1.1 Pengertian

Menstruasi adalah suatu proses alami seorang perempuan yaitu proses

deskramasi atau meluruhnya dinding rahim bagian dalam (endometrium)

yang keluar melalui vagina bersamaan dengan darah. Jumlah darah yang

keluar rata-rata 16 cc (Wiknjosastro, 2007).

Siklus menstruasi adalah peristiwa yang komplek dan dikendalikan

oleh berbagai kelenjar berikut produksi hormon yang dikeluarkan. Struktur

otak yang bernama Hipotalamus mempengaruhi kelenjar hipofises

didekatnya untuk menghasilkan bahan kimia khusus yang dapat memicu

indung telur (ovarium) untuk mensekresi hormon seksual estrogen dan

progesteron. Siklus nienstruasi normal terjadi setiap 2l-35 hari, dengan

lamanya menstruasi selama 3-6 hari (Kusmiran, 2011).

Siklus menstruasi merupakan sistem umpan balik yang berarti bahwa

semua struktur dan kelenjar memiliki keterkaitan pengaruh yang erat satu

sama lain (Bobak, 2004).

2.1.2 Siklus Menstruasi

Siklus menstruasi berkisar antara 2l-35 hari. Hanya 10-15 % wanita

yang memiliki siklus 28 hari dan lebih dari 35 hari dengan lama menstruasi

3-6 hari, ada yang 7-8 hari. Panjangnya siklus menstruasi ini dipengaruhi

oleh berat badan, aktivitas fisik, tingkat stres, genetik, adanya penyakit

9

kronis seperti lupus, diabeles, penyakit kelenjar gondok, penyakit ginjal dan

kelainan pada alat reproduksi juga dilihat dari status gizi (Wiknjosastro,

2007).

Proses terjadinya menstruasi berlangsung dengan empat tahapan yaitu

asa proliferasi masa ovulasi, masa sekresi dan masa menstruasi. Dalam

proses ovulasi. yang rnemegang peranan penting adalah hubungan

Hipotalamus, hipofisis, dan ovarium (hypothulumic-piruitury-ovuriun axis).

Menurut teori neurohumoral, hipotalamus mengawasi sekresi hormon

gonadotropin oleh adenohipofisis melalui neurohormon disalurkan ke sel-sel

adenohipofisis lewat sirkulasi portal khusus.

Hipotalamus menghasilkan faktor yang teiah dapat diisolasi clan

disebut Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH) karena dapat

merangsang pelepasan Lutenizing Hormone (LH) dan Follicle stimulating

Hormone (FSH) dari hipofisis. Pada hipotalamus terdapat dua pusat, yaitu

pusat tonik dibagian belakang hipotalamus di daerah nukleus arkuatus, dan

pusat siklik dibagian depan hipotalamus di daerah suprakiasmatik. Pusat

siklik di bagian depan hipotalamus di daerah suprakiasmatik. Pusat siklik

mengawasi lonjakan LH (LH-SURGE) pada pertengahan siklus menstruasi

yang menyebabkan terjadinya ovulasi.

Siklus menstruasi normal dapat dipahami dengan mudah dengan

membaginya merrjadi tiga fase yaitu fase folikuler, saat ovulasi, dan fase

luteal. Perubahan-perubahan kadar homon sepanjang siklus menstruasi

disebabkan oleh mekanisme umpan balik (feedback) antara hormon steroid

dan hormon gonadotropin. Estrogen menyebabkan umpan balik negatif

10

terhadap FSH, sedangkan terhadap LH, estrogen menyebabkan umpan balik

negatif jika kadarnya rendah, dan umpan balik positif jika kadarnya tinggi.

Tempat utama umpan balik terhadap hormo, gonadotropin ini terjadi pada

hipotalamus. tidak lama setelah menstruasi mulai, pada fase folikular dini,

beberapa folikel berkembang yang disebabkan oleh pengaruh FSH yang

meningkat.

Meningkatnya FSH ini disebabkan oleh regresi korpus luteum,

sehingga hormon steroid berkurang. Dengan berkembangnya folikel,

produksi estrogen meningkat, dan ini menekan FSH, folikel yang akan

berovulasi melindungi dirinya sendiri terhadap atresia. Pada waktu ini LH

juga meningkat, namun perananya pada tingkat ini hanya membantu

pembuatan estrogen dalam folikel.

Perkembangan folikel yang cepat pada fase folikel akhir ketika FSH

mulai menurun, menunjukan bahwa folikel yang telah masak itu bertambah

peka terhadap FSH. Perkembangan folikel berakhir setelah kadar estrogen

dalam plasma meningkat. Estrogen pada mulanya meninggi secara

berangsur-angsur, kemudian dengan cepat mencapai puncaknya. Ini

memberikan umpan balik positif terhadap pusat siklik, dan dengan 1onjakan

LH (LH-surge) pada pertengahan siklus, mengakibatkan terjadinya ovulasi.

LH yang meninggi itu menetap kira-kira 24 jam dan menurun pada fase

luteal.

Dalam beberapa jam setelah LH meningkat, estrogen menurun dan

inilah yang menyebabkan LH pun ikut menurun. Menurunya estrogen

disebabkan oleh perubahan morfologik pada folikel. Selain itu, menurunya

11

LH itu disebabkan oleh umpan balik negatif yang pendek dari LH terhadap

hipotalamus. Lonjakan LH yang cukup saja tidak menjamin terjadinya

ovulasi, folikel hendaknya pada tingkat yang matang, agar ia dapat

dirargsang untuk berovulasi.

Pecahnya folikel terjadi 16-24 jam setelah lonjakan LH. Biasanya

hanya satu folikel yang matang. Mekanisme terjadinya ovulasi terjadi

karena adanya perubahan-perubahan degeneratif kolagen pada dinding

folikel, sehingga ia menjadi tipis. prostaglandin F2 memegang peranan

dalam peristiwa itu. Pada fase luteal, setelah ovulasi. sel-sel granululose

membesar, membentuk vakuola dan bertumpuk pigmen kuning (lutein),

folikel menjadi korpus luteum. Vaskularisasi dalam lapisan granulosa juga

bertambah dan mencapai puncaknya pada 8-9 hari setelah ovulasi.

Luteinizing granurose ceil dalam korpus luteum itu membuat

progesteron banyak, dari liteinizing theca cell meningkatkan kadar estrogen

dalam tubuh, sehingga kedua hormon itu meningkat menjadi lebih tinggi

pada fase luteal. Mural 10-12 hari setelah ovulasi, korpus luteum mengalami

reglesi berangsur-angsur disertai dengan berkurangnya kapiler-kapiler dan

diikuti oleh menurunya sekresi progestcron dan estrogen.

Masa hidup korpus luteum tidak tergantung pada hormo,

gonadotropin, dan terbentuknya hanya sekali dan dapat berfungsi sendiri

(autonom). Narnun, akhir-akhir ini diketahui untuk berfungsinya korpus

luteum, diperlukan sedikit LH yang terus-menerus. Setelah empat belas hari

sesudah ovulasi maka terjadilah menstruasi. pada siklus menstruasi normal

12

umumnya terjadi variasi dalam panjangnya siklus yang disebabkan oleh

variasi dalam fase folikuler.

Karakteristik hormon dalam siklus menstruasi manusia berubah dari

satu tahap perkembangan ovarium ke tahap berikutnya dan setelah usia

mencapai 45 tahun ada kecendrungan ambang estrogen yang lebih rendah

dalam siklus. Siklus menstruasi normal berlangsung rata-rata 28 hari.

Fase-fase sehubungan dengan efek terhadap ovariunr adalah fase

folikular, ovulas dan luteal. Fase folikular berlangsung selama l4 hari awal

dari siklus saat folikel yang mengandung oocyte berkembang dan membesar

serta akhimya satu fblikel de Graaf pecah dan melepaskan telur (ovulasi).

Fase ovulasi berlangsung biasanya pada hari ke 13-15 dalam siklus saat

folikel yang pecah berubah menjadi corpus luteum yang memelihara

produksi estrogen dan progestin selama sisa waktu dalam siklus. Apabila

tidak terjadi kehamilan, corpus luteum mulai berdegenerasi dan

menghentikan produksi homon. Penurunan produksi estrogen dan progesti,

ini mengakibatkan pendarahan menstruasi hingga suatu siklus dimulai lagi

(Proverawati, 2009).

Mekanisme terjadinya perdarahan menstruasi tadi dalam satu siklus

terdiri atas 4 fase (Llewellyn, 2001) :

1. Fase Folikuler / proliferasi (hari ke-5 sampai hari ke-r4)

Pada masa ini adalah masa paling subur bagi seorang wanita.

Dimulai dari hari 1 sampai sekitar sebelum kadar LH meningkat dan

terjadi pelepasan sel telur (ovulasi). Dinamakan fase folikuler karena

pada saat ini terjadi pertumbuhan folikel di dalam ovarium. Pada

13

Pertengahan fase folikuler, kadar FSH sedikit meningkat sehingga

merangsang pertumbuhan 3-30 folikel yang masing-masing mengandung

1 sel telur. Tetapi hanya 1 folikel yang terus tumbuh, yang lainya hancur.

Pada suatu siklus sebagian endometrium dilepaskan sebagai

respons terhadap penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron.

Endometriurn terdiri dari 3 lapisan. Lapisan paling atas dan lapisan

tengah dijelaskan, sedangkan lapisan dasarnya tetap dipertahankan dan

menghasilkan sel-sel baru untuk kembali membentuk kedua lapisan yang

telah dilepaskan. Perdarahan menstrusi berlangsung selama 3-6 hari, rata-

rata selarna 5 hari. Pada akhir fase ini terjadi lonjakan penghasilan

hormon LH yang sangat meningkat yang menyebabkan terjadinya proses

ovulasi.

2. Fase luteal / Fase sekresi / Fase pramenstruasi (hari ke-14 sampai hari

ke-28)

Pada fase ini menunjukan masa ovarium beraktivitas membentuk

korpus luteum dari sisa-sisa folikel-folikel de Graaf yang sudah

mengeluarkan sel ovum (telur) pada saat terjadinya proses ovulasi. Pada

fase ini peningkatan hormon progesteron yang bermakna, yang diikuti

oleh penurunan kadar hormon-hormon FSH, estrogen, dan LH. Keadaan

ini digunakan sebagai penunjang lapisan endornetrium untuk

nempersiapkan dinding rahim dalam menerima hasil konsepsi jika terjadi

keharnilan, digunakan untuk pengharnbatan masuknya sperma ke dalam

uterus dan proses peluruhan dinding rahim yang prosesnya akan terjadi

pada akhir fase ini.

14

3. Fase Menstruasi (hari ke-2g sampai hari ke-2 atau 3)

Pada fase ini menunjukan masa terjadinya proses peluruhan dari

lapisan endometrium uteri disertai pengeluaran darah dari dalamnya.

Terjadi kembali peningkatan kadar dan aktivitas hormon-hormon FSH

dan estrogel, yang disebabkan tidak adanya hormon LH dan pengaruhnya

karena produksinya telah dihentikan oleh peningkatan kadar hormon

progesteron secara rnaksimal. Hal ini mempengaruhi kondisi flora

normal dan dinding-dinding di daerah vagina dan uterus yang

selanjutanya dapat mengakibatkan perubahan-perubahan higiene pada

daerah tersebut dan menimbulkan keputihan.

4. Fase Regenerasi / pascamenstruasi (hari ke-1 sampai hari ke-5)

Pada fase ini terjadi proses pemulihan dan pembentukan kembali

lapisan endometrium uteri, sedangkan ovarium mulai beraktivitas

kembali membentuk folikel-folikel yang terkandung di dalamnya melalui

pengaruh horrnon-hormon FSH dan estrogen yang sebelumnya sudah

dihasilkan kembali di dalam ovarium.

2.1.3 Gangguan Menstruasi dan Siklusnya

Gangguan menstruasi dan siklusnya khususnya dalam masa

reproduksi dapat digolongkan dalam (Winkjoastro, 200g):

1. Kelainan Dalam Banyaknya Darah dan Lamanya Pendarahan Pada

Menstruasi

a. Hipermenorea atau menoragia

Hipermenorea ialah perdarahan menstruasi yang lebih banyak dari

normal, atau iebih lama dari normal (lebih dari 8 hari). sebab kelainan

15

ini terletak pada kondisi dalam uterus, misalnya adanya mioma uteri

dengan permukaan endometrium lebih luas dari biasa dan dengan

kontraktilitas yang terganggu, polip endometrium, gangguan

pelepasan endometrium pada waktu menstruatasi (irregular

endometrial shedding), dan sebagainya. Pada gangguan pelepasan

endometrium yang diikuti dengan gangguan pelepasanya pada waktu

menstruasi. Terapi pada hipermenorea pada mioma uteri niscaya

tergantung dari penanganan mioma uteri, sedang diagnosis dan terapi

polip endometrium serta gangguan pelepasan endometrium terdiri rtas

kerokan.

b. Hipomenorea

Hipomenorea ialah perdarahan menstruasi yang lebih pendek dan atau

lebih kurang dari biasa. Sebab-sebabnya dapat terletak pada konstitusi

penderita, pada uterus (misalnya sesudah miomcktomi), pada

gangguan endokrin, dan lain-lain. Kecuali jika ditemukan sebab yang

nyata, terapi terdiri atas menenangkan penderita. Adanya hipomenorea

tidak mengganggu fertilitas.

2. Kelainan siklus

a. Polimenorea

Pada polimenorea siklus menstruasi lebih pendek dari biasa

(kurang dari 21 hari). perdarahan kurang lebih sama atau lebih banyak

dari menstruasi biasa. Hal yang terakhir ini diberi nama polimenoragia

atau epimenoragia. Polimenorea dapat disebabkan oleh gangguan

hormonal yang mengakibatkan gangguan ovulasi, atau menjadi

16

pendeknya masa luteal. Sebab lain ialah kongesti ovarium karena

peradangan, endometriosis dan sebagainya.

b. Oligomenorea

Disini siklus menstruasi lebih panjang. lebih dari 35 hari.

Apabila pajangnya siklus lebih dari 3 bulan. Hal itu sudah mulai

dinamakan amenorea. Perdarahan pada oligomenorea biasanya

berkurang. Oligomenorea dan amenorea sering kali mempunyai dasar

yang sama, perbedaanya terletak dalam tingkatnya. Pada kebanyakan

kasus oligomenorea, kesehatan wanita tidak terganggu dan fertilitas

cukup baik. Siklus menstruasi biasanya juga ovulatoar dengar masa

proliferasi lebih panjang dari biasa.

c. Amenorea

Amenorea ialah keadaan tidak adanya menstruasi untuk

sedikitnya 3 bulan berturut-turut. Lazim diadakan pembagian antara

amenorea primer dan amenorca sekunder. Kita berbicara tentang

amenorea primer apabila seorang wanita berumur 18 tahun ke atas

tidak pernah dapat menstruasi, sedang pada amenorea sekunder

penderita pernah mendapat menstruasi, tetapi kemudian tidak dapat

lagi. Amenorea primer umumnya mempunlai sebab-sebab yang lebih

berat dan lebih sulit untuk diketahui, seperti kelainan-kelainan

kongenital dan kelainan-kelainan genetik. Adanya amenorea sekuder

lebih menunjuk kepada sebab-sebab yang timbul kemudian dalam

kehidupan wanita, seperti gangguan gizi, pangguan metabolisme,

tumor-tumor, penyakit infeksi dari lain-lain.

17

Istilah kriptomenorea menunjuk kepada keadaan di mana tidak

tampak adanya menstruasi karena darah tidak keluar berhubung ada

yang menghalangi, misalnya pada ginatresia himenalis, penutupan

kanalis servikalis, dan lain-lain. Selanjutnya, ada pula amenorea

fisiologik, yakni yang terdapat dalam masa sebelum pubertas, masa

kehamilan, masa laktasi, dan sesudah menopause.

3. Perdarahan di luar menstruasi

Yang dimaksudkan disini ialah perdarahan yang terjadi dalam masa

antara 2 menstruasi. Perdarahan itu tampak terpisah dan dapat dibedakan

dari menstruasi, atau 2jenis perdarahan ini menjadi satu, yang pertama

dinamakan metroragia, yang kedua menometroragia. Metroragia atau

menometroragia dapat disebabkan oleh kelainan organik pada alat genital

atau oleh kelainan fungsional.

4. Gangguan lain yang ada hubungan dengan menstruasi

a. Premenstrual tension (ketegangan pramenstruasi).

b. Mastodinia.

c. Mittelschmerz (rasa nyeri pada ovulasi)

d. Dismenoreaa (rasa nyeri pada ovulasi).

Pada saat menstruasi, wanita kadang mengalami nyeri. Sifat dan

tingkat rirsa nyeri bervariasi, mulai dari yang ringan hingga yang berat.

Kondisi tersebut dinamakan dismenorea, yaitu keadaan nyeri yang hebat

dan dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Dismenorea merupakan

suatu fenornena simptomatik meliputi nyeri abdomen, kram, dari sakit

18

punggung. Gejala gastrointestinal seperti mual dan diare dapat terjadi

sebagai gejala dari menstruasi. Dismenoreaa terbagi atas dua macam :

a. Nyeri menstruasi primer. Timbul sejak menstruasi pertama dan akan

irulih sendiri dengan berjalanya waktu, tepatnya setelah stabiinya

hormon tubuh atau perubahan posisi rahim setelah menikah dan

melahirkan. Nyeri menstruasi itu normal, tetapi dapat berlebihan jika

dipengaruhi oleh faktor psikis dan fisik, dan seperti stres, syok,

penyempitan pembuluh darah, penyakit yang menahun, kurang darah,

dan kondisi trabuh yang menurun. Gejala tersebut tidak

membahayakan kesehatan.

b. Nyeri menstruasi sekunder. Biasanya baru muncul kemudian, yaitu

jika ada penyakit atau kelainan yang menetap seperti infeksi rahim,

kista atau polip, tumor sekitar kandungan, serta kelainan kedudukan

rahim yang mengganggu organ dan jaringan sekitarnya

(Kusmiran.2011).

2.2 Fakior-Faktor Penyebab Gangguan Siklus Menstruasi

2.2.1 Fungsi Hormon Terganggu

Menstruasi terkait erat dengan sistem hormon yang diatur otak,

tepatnya dikelenjar hipofisa. Sistem hormonal ini akan mengirim sinyal ke

indung telur untuk memproduksi sel telur. Bila sistem pengaturan ini

terganggu, otomatis siklus menstruasi pun akan terganggu.

19

2.2.2 Hormon Prolaktin Berlebihan

Pada ibu menyusui, produksi hormon prolaktinnya cukup tinggi.

Honnon prolaktin ini sering kali membuat ibu tak kunjung menstruasi

karena memang hormon ini menekan tingkat kesuburan ibu. Pada kasus ini

tak masalah, justru sangat baik untuk memberikan kesempatan pada ibu

guna memelihara organ reproduksinya. Sebaliknya, jika tidak sedang

menyusui, hormon prolaktin juga bisa tinggi, biasanya disebabkan kelainan

pada kelenjar hipofisis yang terletak di dalam kepala (Proverawati, 2009).

2.2.3 Gangguan Endokrin

Adanya penyakit-penyakit endokrin seperti diabetes. Hipotiroid, serta

hipertiroid yang berhubuugan dengan gangguan menstruasi. Prevalensi

arnenorrhea dan oligomenorrhea lebih tinggi pada pasien diabetes. Penyakit

polycistic ovarium berhubungan dengan obesitas, resistensi insulin, dan

oligomenorrheii. anrenorrhea dan oligomenorrhea pada wanita dengan

penyakit polycistic ovarium berhubungan dengan insensitivitas hormon

insulin dan menjadikan wanita tersebut obesitas. Hipertiroid berhubungan

dengan oligornenorrhea dan lebih lanjut menjadi amenorrhea. Hipotiroid

berhubungan dengan polymenrrhea dan menorraghia (Kusmiran, 2011).

2.2.4 Aktifitas Fisik

Tingkat aktivitas fisik yang sedang dan berat dapat membatasi fungsi

menstruasi. Atlet wanita seperti penari, senarn balet memiliki risiko untuk

mengalami umenorrhea, anovulasi, dan def'ek pada luteal. Aktivitas fisik

yang berat merangsang inhibisi Gonatlotropin Releasing Hormon (GnRH)

20

dan aktivitas genadotropin sehingga menurunkan level dari serum estrogen

(Kasmiran, 2011).

Tubuh wanita memiliki mekanisme adaptif yang dapat berpengaruh

terhadap siklus menstruasi dalam kondisi stres fisik yang berat, yang

merupakan kejadian umum untuk atlet wanita. Athletic amenorrhea

memiliki hubungan yang signifikan dengan aktivitas fisik insensitas tinggi,

stres emosional terhadap adanya persaingan, penurunan berat badan dan

tingkat estrogen yang rendah.

Amenorrhoea atletik ditandai oleh disfungsi hipotalamus dan karena

itu dapat dilukiskan sebagai "hypogonadotrophic hypogonadism”, ovarium

atlet gagal berfungsi secara adekuat oleh karena berkurangnya rangsangan

dari trophic hormon hypofise, yang diatur oleh fungsi hipotalamus (Novita,

2011).

Tina Dusek (2001) dalam penelitiannya, mengemukakan bahwa kasus

amenore sekunder lebih banyak terjadi pada atlet pelari jarak jauh daripada

pelari jarak pendek, meskipun tidak ada perbedaan beban pelatihan antara

kedua sub kelornpok yang signifikan. program latihan yang dilakukan oleh

pelari jarak pendek memiliki beberapa karakteristik yaitu: intensif, cepat,

latihan bersifat anaerobik, durasi pendek dengan banyak perrgulangan dan

interval yang panjang antar sesi latihan, peregangan otot dan latihan beban

lain adalah komponen penting dari pelatihan mereka.

Program latihan untuk pelari jarak jauh ditandai dengan durasi latihan

yang lebih panjang, kontiniu, latihan aerobik dengan intensitas lebih rendah.

Seraca postur jika dibandingkan antara keduanya, pelari jarak pendek

21

biasanya tampak lebih berotot dan lebih berat. sedangkan pelari jarak jauh

memiliki struktur otot yang lebih landai dan berat badan yang lebih rendah.

Perbedaan konstitusional, perbedaan rasio berat badan, dan perbedaan

program latihan, dapat menjelaskan perbedaan dalam prevalensi amenore

sekunder pada pelari jarak jauh dan jarak pendek.

Hubungan antara meningkatnya jarak latihan pada pelari dan kejadian

ganggunan menstruasi telah ditemukan dalam banyak penelitian, termasuk

hubungan yang hampir linier dengan kejadian amenorrhoea bila jarak

latihan melebihi 30 km. Selanjutnya atlet, termasuk penari, diketahui

mendapatkan menstruasinya kembali selama masa tidak berlatihnya oleh

karena liburan ataupun oleh karena cedera, bila tidak ada perubahan pada

berat badannya.

Sejumlah penelitian menunjukkan adanya korelasi antara tingkat

latihan dengan perubahan menstruasi dan mungkin sekali terlalu cepatnya

peningkatan intensitas latihan lebih menjadi penentu bagi adanya perubahan

menstruasi dari pada jarak total ataupun durasi total latihan. Istilah

amenorrhoea atlet dimaksudkan untuk mendeskripsikan berhentinya

menstruasi yang dialami beberapa atlet selama masa latihan dan kompetisi

berat.

Upaya untuk memahami karakteristik perubahan ini membawa pada

kenyataan bahwa arti perubahan menstruasi pada atlet merupakan akibat

dari perubahan kesuburan (fertilitas) dan integritas skelet. Perubahan

menstruasi dapat berupa berkurangnya jumlah menstruasi pertahun

oligomettorrhoea atau sama sekali tidak ada menstruasi-amenorhoea.

22

Anrenorrhoea dapat bersif'at primer yaitu tertundanya awal menarche atau

sekunder yaitu setelah menstruasi pada waktu-waktu sebelumnya berjalan

nor mal.

Selama latihan akut, kadar insulin menurun, sementara kadar

glukagon, hormon pertumbuhan, cathecholamine, prolaktin, dopamin dan

β-endorphin meningkat. Hiperprolaktinemia kronik, seperti terlihat pada

tumor hipofise adalah penyebeb amenorrhoea yang sudah dikenal dan

diduga latihan rnenimbulkan pengaruh yang demikian. Tetapi kadar

prolaktin basal menurun pada ndividu yang melakukan iatihan secara

teratur.

Meningkatnya β-endorphin dan dopamin yang disekresikan oleh selsel

yang secara anatomis sangat menyerupai sel-sel penghasil gonadotrophin

releasing hormon (GnRH) di hipotalamus dapat menghambat sekresi GnRH.

Hal ini konsisten dengan pemberian infus naloxon, suatu antagonis opiat,

yang secara signifikan meningkatkan amplitudo pulsa luteinizing hormone

(LH) dan follicle stimulating hormone (FSH) pada pelari-pelari dengan

amenorrhoea (Santosa ,2007).

2.2.5 Status Nutrisi

1. Pengertian

Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang

dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,

penyimpanan metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan

untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari

organ-organ, serta menghasilkan energi. Status gizi merupakan ekspresi

23

dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau

perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu (Supariasa,

2001).

Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi

untuk anak yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak

(Fairus, 2009).

2. Penilaian Status Gizi

Menurut Supariasa tahun 2001, penilaian status nutrisi terdiri dari :

a. Secara Langsung

l) Biofisik

Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode

penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi

(khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dan jaringan.

umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian

buta senja epidenrik (epidemic of night blindnes). cara yang

digunakan adalah tes adaptasi gelap.

2) Biokimia

Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan

spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada

berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan

antara lain: darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh

seperti hati dan otot. Metode ini digunakan untuk suatu peringatan

bahwa, kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih

parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka

24

penentuan kimia faali dapat lebih banyak menolong untuk

menentukan kekurangan gizi yang spesifik.

3) Klinis

Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk

menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas

perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan

ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel

(supervicial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut dan

mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan

tubuh seperti kelenjar tiroid. penggunaan metode ini umumnya

untuk survei klinis secara cepat (rapid clinical surveys). Survei ini

dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum

dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu

digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan

melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala

(sympom) atau riwayat penyakit.

4) Antrolrometri

Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia.

Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi

berhubungan dengan berbagai macarn pengukuran dimensi tubuh

dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.

Antropometri secara umum digunakan untuk melihat

ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan

25

ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh

seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.

b. Secara Tidak Langsung

1) Survei Konsumsi Makanan

Survei konsumsi rnakanan adalah metode penentuan status

gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi

yang dikonsumsi. Pengumpulan data konsumsi makanan dapat

memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada

masyarakat.

2) Statistik Vital

Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan

menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka

kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat

penyebab tertentu dan data lainya yang berhubungan dengan gizi,

Penggunaanya dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak

langsung pengukuran status gizi masyarakat.

3) Faktor Ekologi

Ilengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan

masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik,

biologis dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia

sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi

dan lain-lain. Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting

untuk mengetahui penyebab malnutrisi di suatu masyarakat sebagai

dasar untuk melakukan program intervensi gizi.

26

3. Indeks Massa Tubuh (IMT)

Masalah kekurangan dan kelebinan gizi pada orang dewasa (usia

10 tahun keatas merupakan masalah penting, karena selain mempunyai

risiko penyakit-penyakit tertentu, juga dapat mempengaruhi produktivitas

kerja. oleh karena itu, pemantauan keadaan tersebut perlu dilakukan

secara berkesinambungan. Salah satu cara adalah dengan

mempertahankan berat badan yang ideal atau normal.

Di indonesia khusunya, cara pemantauan dan batasan berat badan

normal orang dewasa belum jelas mengacu pada patokan tertentu. Sejak

tahun 1958 digunakan cara perhitungan berat badan normal berdasarkan

rumus:

Berat badan normal : (tinggi badan-100) - l0% (tinggi badan-100) atau

0.9 x (tinggi badan - 100)

Dengan batasan:

Niiai mininum: 0,8 x (tinggi badan- 100) dan Nilai maksimum: 1,1 x

(tinggi badan - I00).

Berat badan yang berada di bawah batas minimum dinyatakan

sebagai under weight atau "kekurusan", dan berat badan yang berada di

atas batas maksimum dinyatakan sebagai over weight, atau kegemukan.

orang-orang yang berada di bawah ukuran berat normal mempunyai

risiko terhatiap penyakit infeksi, sementara yang berada diatas ukuran

normai mempunyai resiko tinggi terhadap peryakit degeneratif.

Laporan FAO/WHO/UNU tahun 1995 menyatakan bahwa

batasan berat badan normal oranq dewasa ditentukan berdasarkan nilai

27

Body Mass Index. (BMI). Di indonesia istilah Body Mass Index

diterjemahkan menjadi ineks Massa Tubuh (IMT). IMT merupakan alat

yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya

yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan, maka

mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat

mencapai usia harapan hidup lebih panjang. pengguna.n IMT hanya

berlaku untuk orang dewasa berumur diatas l8 tahun. IMT tidak dapat

diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil dan olah ragawan.

Rumus perhitungan IMT adalah sebagai Berikut :

berat badan (kg) ITM = Tinggi badan (m) x tinggi badan (m)

Atau

Barat badan (dalam kilogram) dibagi kuadrat

(dalam meter)

Batas ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan

FAO/WHO, yang membedakan batas ambang untuk laki-laki dan

perempuan. Batas ambang normal laki-laki adalah 20,7-25,0 dan untuk

perempuar adalah 18,7-23,8. Untuk kepentingan pemantauan dan tingkat

kegemukan, lebih lanjut FAO/WHO menyarankan menggunakan suatu

batas ambang antara laki-laki dan perempran (Supariasa, 200l).

28

Tabel. 2.1

Kategori Ambang Batas IMT Untuk Indonesia

Kategori IMT

KurusKekurangan berat badan

tingkat berat< 17.0

Kekurangan berat badantingkat ringan

I 7,0- 18,5

Normal >18,5-25,0

GemukKelebihan berat badan

tingkat ringan>25,0-27.0

Kelebihan berat badantingkat berat

> 27,0

4. Lingkar Lengan Atas

Lingkar lengan atas merupakan salah satu pilihan untuk penentuan

status gizi karena mudah dilakukan dan tidak memerlukan alat-alat yang

sulit diperoleh dengan harga yang lebih murah. Nilai normal LILA

remaja putri di indonesia berkisar antara 23.5 cm – 25,7 cm. Alat yang

digunakan merupakan suatu pita pengukur yang terbuat dari fiberglass

atau jenis ukuran kertas tertentu berlapis plastik. Cara mengukurnya

lingkar lengan atas :

a. Yang diukur pertengahan lengan atas sebelah kiri (tangan yang tidak

aktif). Pertengahan ini dihitung jarak dari siku sampai batas lengan

kemudian dibagi dua.

b. Lengan dalam keadaan bergantung bebas, tidak tertutup kain atau

pakaian.

c. Pita dilingkarkan pada pertengahan lengan tersebut sampai cukup

terukur keliling lingkar lengan, tetapi jangan terlalu kuat atau terlalu

longgar (supariasa, 2001)

29

5. Obesitas

Obesitas biasa disebut dalam bahasa awam sebagai kegemukan

atau berat badan yang berlebih sebagai akibat penimbunan lemak tubuh

yang berlebihan. Permasalahan ini terjadi hampir di seluruh dunia dengan

prevalensi yang semakin meningkat, baik di negara-negara maju ataupun

negara berkembang, termasuk indonesia. Sejak tahun 1998, WHT juga

telah mendeklarasikan obesitas sebagai epidemik global.

Hasil survei nasional di Amerika menunjukkan bahwa prevalensi

obesitas pria remaja semakin meningkat, dari l2% pada tahun 1991

menjadi 119% pada tahun 1998. Hal serupa juga ditemui di DKI Jakarta

yang menunjukan prevalensi obesitas yang meningkat seiring dengan

penambahan umur. pada anak umur 6-12 tahun ditemukan obesitas

sekitar 4%, pada remaja 12-18 tahun ditemukan 6,2% dan pada umur 17-

18 tahun 7l,4%. Kasus obesitas pada remaja lebih banyak ditemukan ada

wanita (10,2%) dibanding laki-laki (3,1%).

Dikalangan remaja, obesitas merupakan permasalahan yang

merisaukan, karena dapat menurunkan rasa percaya diri seseorang dan

rnenyebabkan gangguan psikorogi yang serius. Belum lagi kemungkinan

diskriminasi dari lingkungan sekitar. Dapat dibayangkan jika obesitas

terjadi pada remaaja, maka remaja tersebut akan tumbuh menjadi remaja

yang kurang percaya diri. Hal tersebut diperkuat oleh American Jurnal of

Epicremiology dalam penelitianya yang mengungkabkan obesitas yang

dialami seseorang pada saat remaja berkaitan erat dengan peningkatan

risiko kematian di usia paruh baya. Rata-rata wanita memiliki lemak

30

tubuh lebih banyak dibandingkan pria. Perbandingan yang normal antara

lemak tubuh dengan berat badan sekitar 25-30% pada wanita dan l8-23%

pada pria.

Wanita dengan lemak tubuh rebih dari 30%. dan pria dengan lemak

tubuh lebih lari 25% dianggap mengalami obesitas. Menurut Mu'tadin

(2002), ada beberapa faktor pencetus obesitas, di antaranya adalah faktor

genetik, pola makan yang berlebih, kurang aktivitas, emosi, serta

lingkungan. Faktor genetik memegang peranan penting bagi terjadinya

bagi terjadinya obesitas. Bukan hal yang mengherankan jika pada orang

tua yang mengaiami obesitas, maka anak-anak mereka pada generasi

seianjutnya akan menjumpai masalah yang sama.

Pola makan yang berlebih juga menjadi faktor terjadinya obesitas.

Obesitas terjadi jika seseorang mengkonsumsi kalori melebihi jumlah

kalori yang dibakar. Pada hakikatnya, tubuh memerlukan asupan kalori

untuk kelangsungan hidup dan aktivitas fisik. Namun, untuk menjaga

rerat badan, perlu adanya keseimbangan energi yang terjadi dapat

mengarah pada kelebihan berat badan dan obesitas (Poltekkes, 2010).

2.2.6 Stres

1. Pengertian

Stres adalah reaksi atau respon tubuh terhadap tressor psikososial

(tekanan mental atau beban kehidupan) (Hawari, 2001). Sedangkan

menurut vincent cor"nelli, sebagaimana dikutip dalam Grant Brecht

(2000) bahwa yang dimaksud dengan srres adalah gangguan pada tubuh

31

dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan tuntutan, yang

dipengaruhi baik oleh lingkungan maupun penampilan individu di dalam

lingkungan tersebut (Sunaryo, 2004).

Stres adalah stimulus atau situasi yang menimbulkan distres dan

menciptakan tuntutan fisik dan psikis pada seseorang. Stres

membutuhkan koping dan adaptasi. Sindrom adaptasi umum atau teori

selye, menggarnbarkan stres sebagai kerusakan yang terjadi pada tubuh

tanpa mempedulikan apakah penyebab stres tersebut positif atau negatif.

Respon tubuh dapat diprediksi tanpa meperhatikan stressor atau

penyebab tertentu (lsaacs, 2004).

Stres menurut Hans Selye dalam buku Hawari (2001) menyatakan

bahwa stres adalah respon tubuh yang sifatnya nonspesifik terhadap

setiap tuntutan beban atasnya. Bila seseorang setelah mengalami stres

mengalami gangguan pada satu atau lebih organ tubuh sehingga y;rng

bersangkutan tidak lagi dapat menjalankan fungsi pekerjaanya dengan

baik, rnaka ia disebut mengalami distres. Pada gejala stres, gejala yang

dikeluhkan penderita didominasi oleh keluhan-keluhan somatik (fisik),

tetapi dapat pula disertai keluhan-keluhan psikis. Tidak semua bentuk

banyak yang bersifat positif, stres mempunyai konotasi negatif, cukup hal

tersebut dikatakan eustres

2. Klasifikasi Stres

Stuart dan Sundeen (1998) dalam Maramis (2009)

mengklasifikasikan tingkat stres, yaitu :

32

a. Stres Ringan

Pada tingkat stres ini sering terjadi pada kehidup,an sehari-hari

dan kondisi ini dapat membantu individu menjadi waspada dan

bagaimana mencegah berbagai kemungkinan yang akan terjadi.

b. Stres Sedang

Pada tingkat stres ini individu lebih memfokuskan hal penting

saat ini dan mengesampingkan yang lain sehingga mempersempit

lahan persepsinya.

c. Stres Berat

Pada tingkat sres ini, persepsi individu sangat menurun dan

cenderung memusatkan perhatian pada hal-hal lain. Semua perilaku

ditujukan untuk mengurangi stres. Individu tersebut mencoba

memusatkan perhatian pada lahan lain dan memerlukan banyak

pengarahan.

3. Sumber Stres (Stressor)

Stressor adalah semua kondisi stimulasi yang berbahaya dan

menghasilkan reaksi stres. stress reuction acute (reaksi stres akut) adalah

ganguan sementara yang muncul pada seorang individu tanpa adanya

gangguan mental lain yang jelas, terjadi akibat stres fisik dan atau mental

yang sangat berat, biasanya mereda dalam beberapa jam atau hari.

Kerentanan dan kemampuan mengatasi (copying capacity) seseorang

memainkan peranan dalam terjadinya reaksi stres akut dan keparahannya

(Sunaryo, 2004).

33

Jenis stressor meliputi fisik, psikologis, dan sosial. Stesor fisik

berasal dari luar diri individu, seperti suara, polusi, radiasi, suhu udara,

makanan zat kimia, trauma, dan latihan fisik yang terpaksa. Pada stressor

psikologis tekanan diri dalam diri individu biasa yang bersifat negatif

yang menimbulkan frustasi, kecemasan, dan rasa bersalah, khawatir

berlebihan, serta rasa rendah hati, sedangkan stressor sosial yaitu tekanan

dari luar disebabkan oleh interakasi individu dengan lingkunganya.

Banyak stressor sosial yang bersifat traumatik yang tidak dapat dihindari

seperti kehilangan orang yang dicintai, kehilangan pekerjaan, perceraian,

masalah keuangan, pindah rumah dan lain-lain. Surnber stres bisa berasal

dari diri sendiri, keluarga, dan komunitas sosial (Alloy, 2004).

Menurut Maramis (2009) daram bukunya, ada empat sumber atau

penyebab stre, yaitu :

a. Frustasi

Frustasi dapat terjadi apabila usaha individu untuk mencapai

sasaran tertentu mendapat hambatan atau hilangnya kesempatan dalam

mendapatkan hasil yang diinginkan. Frustasi juga dapat diartikan

sebagai efek psikoiogis terhadap situasi yang mengancam, seperti

timbul reaksi rnarah, penolakan maupun depresi.

b. Konflik

Konflik terjadi ketika individu berada dalam tekanan dan

merespon langsung terhadap dua atau lebih dorongan, juga munculnya

dua kebutuhan maupun motif yang berbeda dalam waktu bersamaan.

34

c. Tekanan (Presure)

Tekanan terjadi karena adanya suatu tuntutan untuk mencapai

sasaran atau tujuan tertentu maupun tuntutan tingkah laku tertentu

Secara umurn tekanan mendorong individu untuk meningkatkan

performa, mengintensifkan usaha atau mengubah sasaran tingkah

laku. Tekanan dalam beberapa kasus tertentu dapat menghabiskan

sumber-sumber daya yang dimiliki, dalam proses pencapaian

sasarannya. Bahkan bila berlebihan dapat mengarah pada prilaku

maladaptive. Tekanan dapat berasal dari sumber internal atau

eksternal atau kombinasi dari keduanya. Tekanan internal misalnya

adalah sistem nilai, konsep diri dan komitmen person. Tekanan

eksternal misalnya berupa tekanan waktu atau peran yang harus

dijalani seseorang, atau juga dapat berupa kompetisi dalam kehidupan

sehari-hari di masyarakat antara lain dalam pekerjaan sekolah dan

mendapatkan pasangan hidup.

d. Krisis

Krisis yaitu keadaan rnendadak yang menimbulkan stres pada

individu misalnya kematian orang yang disayangi, kecelakaan dan

penyakit yang harus dioperasi.

4. Tahapan Stres

Sebagai mana dikemukakan Hawari (2001) mengatakan bahwa

Robert J. Van Amberg dalam penelitiannya membagi tahapan-tahapan

stres sebagai berikut:

35

a. Stres tahap pertama

Tahapan ini merupakan tahapan stres yang paling ringan dan

biasanya disertai dengan perasaan-perasaan sebagai berikut :

1) Semagat bekerja besar, berlebihan (over acting).

2) Pengelihatan tajam tidak sebagaimana biasanya.

3) Merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya,

namun tanpa disadari cadangan energi semakin menipis.

b. Stres tahap kedua

Dalam tahapan ini dampak / respon terhadap stressor yang

semula menyenangkan sebagaimana diuraikan pada tahap pertama

mulai menghilang dan timbul keluhan-keluhan yang disebabkan oleh

cadangan energi yang tidak lagi cukup sepanjang hari, karena tidak

cukup waktu untuk beristirahat. Istirahat yang dimaksud antara lain

dengan tidur yang cukup.

Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh seseorang yang

berada pada stres tahap kedua adalah :

1) Merasa letih sewaktu bangun pagi yang seharusnya merasa segar.

2) Merasa mudah lelah sesudah makan siang.

3) Lekas merasa lelah nrenjelang sore hari.

4) Sering mengeluh lambung atau perut tidak nyaman (bowet

discomfort).

5) Detakan jantung lebih lebih keras dari biasanya (berdebar-debar).

6) Otot-otot punggung dan tengkuk merasakan tegang.

7) Tidak bisa santai.

36

c. Stres tahap ketiga

Apabila seseorang tetap memaksakan diri dalam pekerjaannya

tanpa menghiraukan keluhan-keluhan yang semakin nyata dan

mengganggu, yaitu:

1) Ganguan lambung dan usus semakin nyata : misalnya keluhan

maag, buang air besar tidak teratur (diare).

2) Ketegangan otot-otot semakin terasa.

3) Perasaan ketidaktenangan dan ketegangan emosional semakin

meningkat.

4) Gangguan pola tidur (insomia), misalnya sukar untuk mulai masuk

tidur (carly insomniu) atau terbangun tengah malam dan sukar

kembali tidur (middle insomania) atau bangun terlalu pagi hari dan

tidak dapat kembali tidur (late insomnia).

5) Koordinasi tubuh terganggu (badan terasa akan jatuh dan serasa

mau pingsan).

d. Stres tahap keempat

Gejala stres tahap keempat, akan muncul :

1) Untuk bertahan sepanjang hari saja sudah terasa amat sulit.

2) Aktivitas pekerjaan yang semula menyenangkan dan mudah

diselesaikan menjadi membosankan dan terasa lebih sulit.

3) Yang semula tanggap terhadap situasi menjadi kehilangan

kemampuan untuk merespon secara memadai (adequate).

37

4) Ketidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan rutin sehari-hari,

gangguan pola tidur disertai dengan mimpi-mimpi yang

menegangkan.

5) Sering kali menolak ajakan (negativism) karena tiada semangat dan

kegairahan daya konsentrasi, daya ingat menurun.

6) Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak dapat

dijelaskan apa penyebabnya.

e. Stres tahap kelima

Bila keadaan berlanjut, maka seseorang akan jatuh dalam stres

tahap kelima yanq ditandai dengan hal-hal sebagai berikut:

1) Gangguan sistem pencernaan semakin berat (gastrointestinal

disorder).

2) Timbul perasaan ketakutan, kecemasan yang semakin meningkat,

rnudah bingung dan panik.

f. Stres tahap keenam

Tahapan ini merupakan tahapan klimaks, seseorang mengalami

serangan panik dan perasaan takut mati. Tidak jarang orang yang

mengalami stres pada tahap ini berulang dibawa ke instalasi Gawat

Darurat bahkan ICCU, meskipun pada akhirnya dipulangkan karena

tidak ditemukan kelainan fisik organ tubuh. Gambaran stres tahap

keenam ini adalah sebagai berikut:

1) Debaran jantung teramat keras.

2) Susah bernapas (sesak).

3) Sekujur tubuh terasa gemetar, dingin dan keringat bercucuran.

38

4) Ketiadaan tenaga untuk hal-hal yang ringan.

5) Pingsan atau kolaps.

6) Bila dikaji maka keluhan atau gejala sebagaimana digambarkan

diatas lebih didominasi oreh keluhan-keruhan fisik yang

disebabkan oleh gangguan fungsional oragan tubuh, sebagai akitbat

stressor psikososial yang melebihi kemampuan seseorang untuk

mengatasinya.

5. Respon Terhadap Stres

a. Respon fisiologis

situasi stres mengaktivasi hipotaramus yang selanjutnya

mengendalikan dua sistem neuroendokrin, yaitu sistem simpatis dan

sistem korteks adrenal. Sistem saraf simpatik merespons terhadap

impuls saraf dari hipotalamus, yaitu mengakitivasi berbagai organ dan

otot polos yang berada di bawah pengendaliannya. Sebagai contohnya,

meningkatkan kecepatan denyut jantung dan mendiratasi pupil. Sistem

saraf simpatis juga memberi sinyal ke medula adrenal. Untuk

melepaskan epinefirn dan norepinefrin ke aliran darah. Sistem korteks

adrenal diaktivasi jika hipotalamus mensekresi CRF (Corricotropin

Rereasing Factor) suatu zat kimia yang bekerja pada kelenjar hipofisis

yang terletak dibawah hipotalamus.

Kelenjar hipofisis selanjutnya mensekresi hormon ACTH

(adenotrtrticotropin hormon), yang dibawa meralui aliran darah ke

korteks adrenal. Dimana, ia menstimulasi pelepasan sekelompok

hormon, termasuk kortisol, yang meregurasi kadar gula darah. ACTH

39

juga memberi sinyal ke kerenjar endokrin lain untuk melepaskan

sekitar 30 hormon. Efek kombinasi berbagai hormon stres yang

dibawa melalui aliran darah ditambah aktivitas neural cabang simpatik

dari sistem saraf otonomik berperan dalam respons fight or flight.

Walter Canon (1992) memberikan deskripsi mengenai

bagaimana reaksi tubuh terhadap suatu peristiwa yang mengancam,

Ia meyebutnya reaksi tersebut sebagai fight or flight respone karena

respon fisiologis mempersiapkan individu untuk menghadapi atau

menghindari situasi yang mengancam tersebut fight or flight respone

rnenyebabkan individu dapat berespon cepat terhadap situasi yang

mengancam. Akan tetapi bila keadaan fisiologis dan psikologis yang

reaktif terhadap rangsangan tersebut tinggi dan terus menerus muncul

dapat membahayakan kesehatan individual Hans Syle mempelajari

akibat yang diperoleh bila stressor terus menerus muncul, yang

kemudian mengemukakannya dengan istilah General Atlapturion

syndronme (GAS) yang terdiri dari rangkaian tahapan reaksi fisiologis

terhadap stressor (Pinel, 2009).

1) Alarm reaction

Pada tahap awal rni perlawanan tubuh melawan stressor yang

diarahkan melalui aktivasi sistem saraf simpatis. Aktivasi system-

sistem tubuh untuk kekuatan maksimal dan mempersiapkan mereka

untuk respons fight of flight Adrenalin (epinefrin) dilepaskan,

denyut jantung dan tekanan darah meningkat, nafas jadi lebih

cepat, dan aktivitas gastriontestinal menurun. Sebagai respon

40

jangka pendek untuk keadaan emergensi, reaksi-reaksi fisik ini

dapat disesuaikan.

2) Stage of Resistance

Pada tahap ini, tahap adaptasi dengan stressor. Seberapa lama

tahap ini tergantung pada keparahan stressor dan kernampuan

organisme. Jika organisme mampu beradaptasi maka kekuatan

melawan pada tahap ini akan berlanjut untuk jangka waktu yang

lama. Selama tingkatan ini, seseorang memberikan gambaran

tingkatan normal. Akan tetapi, menurut ilmu jiwa, fungsi internal

tubuh berisiko. Stres yang terus menerus akan menyebabkan

perubahan neurologis dan hormon. Hipotesis Seyle menyatakan

bahwa ketakutan dalam melawan stres akan menyebabkan

perubahan terhadap sistem iman sehingga rentan terhadap infeksi.

3) Stage of Exhaustion

Respon fisiologis masih terus berlangsung. Hal ini dapat

melemahkan sistem kekebalan tubuh dan menguras energi tubuh.

Sehingga terjadi kelelahan pada tubuh Stressor yang terus terjadi

akan mengakibatkan penyakit dan kerusakan fisiologis dan dapat

menyebabkan kematian. secara umum orang yang mengalami stres

mengalami sejumlah gangguan fisik seperti gangguan pada organ

tubuh menjadi hiperaktif dalam salah satu sistem tertentu

(contohnya : tekanan darah naik; sistem pencernaan terganggu

seperti terjadi kembung, mual atau diare), gangguan pada sistem

reproduksi (seperti pada wanita terganggunya siklus menstruasi,

41

impoten pada pria), gangguan pada sistem penafasan (seperti sesak,

nafas terasa berat), gangguan lainnya seperti migrain, tegang otot

sampai timbulnya jerawat (Maramis, 2009).

b. Respons psikologis

Pemajanan terhadap stressor mengakibatkan respon adaptif

psikologis dan fisiologis. Ketika seseorang terpajan pada stressor,

maka kemampuan mereka untuk memenuhi kebutuhan darah

terganggu. Gangguan atau ancaman ini, baik yang aktual atau yang

di serap, menimbulkan fiustasi, ansietas, dan keteganggan. Perilaku

adaptil psikologi individu rnembantu kemampuan seseorang untuk

menghadapi stressor. Perilaku ini diarahkan pada penatalaksanaan

stres dan didapatkan melalui pembelajaran dan pengalaman sejalan

dengan individu mengidentifikasi perilaku yang dapat diterima dan

berhasil.

Prilaku adaptif psikologis dapat konstruktif atau destruktif.

Perilaku konstruktif membantu individu menerima tantangan untuk

menyelsaikan konflik. Bahkan ansietas dapat konstruktif misalnya

ansietas dapat menjadi tanda bahwa terdapat ancaman sehingga

seseorang dapat melakukan tindakan untuk mengurangi

keparahannya.

Perilaku destruktif mempengaruhi orientasi realitas,

kemampuan pemecahan masalah, kepribadian, dan situasi yang

sangat berat, kemampuan untuk berfungsi. Ansietas dapat juga

bersifat destruktif (mis. Jika seseorang tidak mampu bertindak

42

melepasskan diri dari stressor). Sama halnya, penyalahgunaan

alkohol atau obat-obatan dapat dipandang sebagai perilaku adaptif,

dalam kenyataanya, hal ini malah meningkatkan stres dan bukan

menurunkan stres.

Prilaku adaptif psikologis juga disebut sebagai mekanisme

koping. Mekanisme ini dapat berorientasi pada tugas, yang

mencakup penggunaan teknik pemecahan masalah secara langsung

untuk menghadapi ancaman, atau dapat juga mekanisme

pertahanan ego, yang tujuanya dalah untuk mengatur distres

emosional dan dengan demikian memberikan perlindungan

individu terhadap ansietas dan stres. Mekanisme pertahanan ego

adalah metoda koping terhadap stres secara tidak langsung (potter

dan Pety, 2005).

Perilaku berorientasi tugas mencakup penggunaan

kemampuan kognitif untuk mengurangi stres, memecahkan

masalah, menyelesaikan konflik. dan memenuhi kebutuhan.

Perilaku berorientasi tugas mernberdayakan seseorang untuk secara

realistis menghadapi tuntutan stressor. Tiga tipe umum perilaku

berorientasi pada tugas adalah perilaku menyerang, perilaku

menarik diri, dan perilaku kompromi.

Mekanisme pertahanan ego yang pertama kali diuraikan oleh

sigmud Freud adalah perilaku tidak sadar yang memberikan perulangan

psikoiogis terhadap peristiwa yang menegangkan. Mekanisme ini

digunakan oleh setiap orang dan membantu melindungi terhadap

43

perasaan tidak berdaya dan ansietas. Kedang mekanisme

pefiahanan diri dapat menyimpang dan tidak lagi mampli untuk

membantu seseorang dalam menghadapi stressor (Potter dan Perry,

2005).

6. Strategi Mengatasi Respon Fisiorogis Terhadap Stres

a. Olahraga teratur

Program olahraga teratur meningkatkan tonus otot dan postur

otot, mengontrol berat badan, mengirangi ketegangan, dan

meningkatkan relaksasi. program latihan efektif dalam menurunkan

keparahan kondisi akibat stres seperti hipertensi, kegemukan, sakit

kepala migrain, keletihan, keretihan mental, peka rangsang, dan

depresi Latihan meningkatkan pelepasan opioid endogen yang

menciptakan perasaan sejahtera.

b. Humor

Humor adalah terapi yang terkenar daram literatur umum

Norman cousins. Hipotesis fisiologis menyatakan bahwa tertawa

melepaskan endorfin ke dalam sirkulasi dan perasaan stres

dilenyapkan.

c. Nitrisi dan diet

Ilutrisi dan latihan berhubungan erat. Makanan memberi bahan

bakar untuk aktivitas dan meningkatkan latihan, meningkatkan

sirkulasi dan pemberian nutrien ke jaringan tubuh. setiap orang

didorong untuk mempertahankan berat badan sesuai dengan rentang

standar usia, jenis kelamin, dan bentuk tubuh.

44

d. Teknik relaksasi

Relaksasi progresif dengan dan tanpa ketegangan otot dan

teknik manipulasi pikiran mengurangi komponen fisiologis dan

emosional stres. Teknik relaksasi adalah perilaku yang dipelajari dan

membutuhkan rvaktu pelatihan dan praktik.

e. Istirahat

Pola istiraliat dan tidur yang tetap, dan kebiasaan juga penting

untuk menangani stres. Seseorang yang mengalami stres harus

didorong meruangkan waktunya untuk istirahat dan tidur. Tidur tidak

hanya menyegarkan tubuh tetapi juga membantu seseorang menjadi

rileks secara mental. Klien mungkin membutuhkan bantuan spesifik

daiam mempelajari teknik rileks sehingga dapat tidur.

f. Spiritual

Aktivitas spiritual dapat juga mempunyai efek yang positif

dalam menurunkan stres. praktik berdoa, meditasi, atau membaca

bahan bacaan keagamaan dapat menjadi sumber yang bermanfaat

(Potter & Perry, 2005).

7. Skala Ukur Stres

Depression Anxiety srress scare (DASS) merupakan instrumen

yang digunakan oleh Lovibon (1995) untuk mengetahui tingkat depresi,

kecemasan dan stres. Tes ini merupakan tes standar yang sudah diterima

secara internasional. Kemudian mengkategorikan 3 tingkatan stres yaitu:

l) Stres ringan dengan skor < 56 % dari skor total.

45

2) Stres sedang dengan skor > 56- <75 % dari skor total.

3) Stres berat dengan skor >75 % dari skor total

(Brunner & Suddarth, 2001).

2.2.7 Diet

1. Pengertian

Definsi diet penurunan berat badan menurut Mcvey et.al tahun

2004 merupakan perubahan perilaku kebiasaan makan dan meningkatkan

fiekuensi latihan fisik untuk mencapai penurunan berat badan. Diet

penurunan berat badan tidak hanya dilakukan oleh remaja putri yang

gemuk (overwieight) atau obesitas saja, namun remaja putri yang normal

dan kurus juga banyak yang melakukan diet penurunan berat badan

Seseorang melakukan diet sangat dipengaruhi oleh ketidakpuasaan

terhadap bentuk tubuh. perilaku diel yang terus menerus dan ketat akan

menimbulkan perilaku makan menyimpang (eating disorder) (Brown,

2005).

Diet yang tidak sehat menimbulkan banyak resiko gangguan

kesehatan Joanne F.Dorgan, ph.D, dalam penelitianya mengatakan bahwa

diet pada gadis remaja dapat mengurangi kadar hormon seks mereka.

bahkan Dr. Dianne Neumark Sztarner dari universitas Minnesota.

Minneapolis, dalam tulisan penelitianya di Journal of American Dietetic

Association, menyatakan bahwa remaja yang melakukan diet tidak sehat

justru akan mengalami kenaikan berat badan pada lima tahun ke depan

46

meskipun saat studi ini dilakukan remaja-remaja yang diteliti telah

memiliki berat badan yang mereka inginkan (Poltekkes, 2010).

2. Alasan dan Ciri-Ciri seseorang Merakukan Diet penurunan Berat Badan

Alasan seseorang melakukan diet penurunan berat badan,

khususnya pada remaja putri lebih banyak dilakukan agar tampil lebih

menarik, terlihat lebih bagus, meningkatkan kesehatan, tuntutan

pekerjaan, saran atau komentar dari orang lain (keluarga, dokter, teman

atau pelatih) (Neurnark-Sztainer, 2002. Berdasarkan penelitian

Maliauskas et.all (2006) motivasi remaja putri menurunkan berat badan

adalah agar menjadi kurus dan terrihat menarik sehingga mendapatkan

perhatian dari lawan jenis, dapat diterima dalam pergaulan teman sebaya

dan meningkatkan rasa percaya diri mereka.

Remaja putri sering memiliki pandangan yang ekstrim dalam

melakukan diet untuk menurunkan berat badannya. Perilaku seseorang

melakukan diet untuk melakukan diet yang salah ditandakan dengan ciri-

ciri sebagai berikut : (poltekkes, 2010).

a. Membatasi frekuensi dan intake makanan, menghilangkan kebiasaan

sarapan atau tidak makan malam dengan tujuan untuk menurunkan

berat badan.

b. Tidak makan nasi dengan asumsi berat badan akan turun, padahal

nantinya individu tersebut akan lari ke makanan lain yang kalorinya

lebih besar dari pada nasi seperti mie/kentang.

47

c. Menganggap makanan yang bentuknya kecil atau ringan seperti

kripik, permen, makanan selingan lainya dll kandungan kalorinya

sedikit.

Diet penurunan berat badan yang sesuai dan sehat bisa dilakukan

dengan cara melakukan latihan fisik untuk mengontrol berat badan,

peneliti berpendapat kemampuan seseorang dalam meningkatkan latihan

fisik sehari-hari dapat mengurangi akumulasi lemak dalam tubuh. strategi

diet dengan meningkatkan asupan makanan dan aktivitas fisik dengan

tujuan mengontrol berat badan dan supaya lebih sehat bagi perempuan

sangat di anjurkan (Poltekkes, 2010).

Hal diatas merupakan praktik diet yang sesuai dan sehat, namun

berdasarkar studi-studi penelitian yang telah dilakukan menemukan

berbagai macam praktek diet yang banyak dilakukan oleh remaja.

Berdasarkan penelitian Neumark-sztainer (2002) menyebutkan bahwa

macam-macanm praktik diet penurunan berat badan terbagi menjadi tiga

kategori, yaitu :

a. Diet sehat

Perilaku diet yang sehat masih memenuhi kcbutuhan gizi

seseorang perharinya dan penurunan berat badan yang terjadi masih

dalam batas normal. Praktik diet yang sehat misalnya perubahan

perilaku makan dengan mengurangi asupan lemak dan membatasi

asupan energi, mengurangi makanan cemilan dan meningkatkan

aktivitas fisik / berolahraga.

48

b. Diet tidak sehat

Perilaku diet penurunan berat badan yang dilakukan umumnya

dengan cara mengurangi asupan makanan dan mengurangi frekuensi

makan, sehingga kebutuhan zat gizi perharinya tidak terpenuhi.

Praktik diet tidak sehat misalnya dengan melewatkan waktu makan

(sarapan, makan siang dan makan malam) dan berpuasa. Menurut Kim

& Lennon (2006), perilaku diet yang tidak sehat seperti melewatkan

waktu makan, asupan energi yang dibatasi ketat akan berhubungan

dengan defisier isi nutrisi seperti kalsium.

c. Diet ektrim

Diet penurunan berat badan yang ekstrim sangat berbahaya

dampaknya bagi tubuh karena umumnya memakai produk atau

substansi untuk mempercepat proses pcnurunan berat badan (seperti

penggunaan pil diet, pil pelangsing, pil penurun nafsu makan, obat

pencahar yang bersifat laksatif dan diuresis dan diikuti dengan

perilaku kesehatan yang buruk misalnya dengan memuntahkan

makanan dengan sengaja, olahraga / latihan fisik yang berlebihan).

Diet ekstrirn yang dilakukan seseorang biasanya menimbulkan

perilaku kesehatan buruk lainya (poltekkes, 2010).

Penelitian penelitian yang telah dilakukan sebelumnya mengenai

perilaku diet pada umumnya mengacu pada alat ukur yang tersusun

oleh French, Perry, Leon dan Fulkerson. Alat ukur ini terdiri dari dua

metode penurunan berat badan yaitu : metode penurunan berat badan

sehat dan metode penurunan badan yang tidak sehat (Elga, 2007).

49

3. Dampak Diet Penurunan Berat Badan

Diet penurunan berat badan yang dilakukan pada masa remaja akan

menyebabkan terganggunya pertumbuhan fisik, perkembangan

psikososial ketidakcukupan asupan gizi (seperti kalsium, zat besi),

mempengaruhi status kesehatan, terganggunya kesehatan mental

seseorang (capek, cemas, depresi dan malas), perilaku diet juga

merupakan awal indikasi dan berkembangnya perilaku makan

menyimpang (eating disorder) (Kim & Lennon, 2002).

Diet mempengaruhi ketidakcukupan asupan zat gizi khusunya

kalsium dan besi. Pada remaja putri yang sedang berdiet banyak yang

berhenti minum susu dan asupan makanan lain juga dibatasi sehingga

tubuh mengalami defisiensi kalsium dan proses pertumbuhan tulang tidak

optimall. Wanita muda yang tidak cukup mengkonsumsi kalsium lebih

berisiko mengalami anemia, karena memiliki gangguan siklus menstruasi

Bagi rernaja putri yang melakukan diet penurunan berat badan, mereka

menghindari makanan yang berprotein tinggi, berkalori tinggi dan

berlemak. Hal ini akan memperparah risiko anemia, karena sumber besi

yang paling berkualitas berasal dari daging. biji-bijian dan serelia

(Poltekkes, 2010).

2.3 Hubungan status Gizi dengan ketidakteraturan Siklus Menstruasi

Kekurangan nutrisi pada seseorang akan berdampak pada penurunan

fungsi reproduksi hal ini dapat diketahui apabila seseorang dapat mengalami

anoreksia nervosa, maka akan terlihat perubahan-peiubahan hormonal

50

tertentu, yang ditandai dengan penurunan berat badan yang mencolok. Hal ini

terjadi karena gonadotropin dalam serum dan urin menurun, serta penurunan

pola sekresinya. Kejadian tersebut berhubungan dengan gangguan fungsi

hiporalamus.

Pada wanita yang anoreksia kadar hormon steroid mengalami

perubahan yaitu meningkatnya kadar tostesteron serum dan penurunan

ekskresi l7-keto-steroid dalam urin, diantaranya androsteron dan

epiardrosteron dampakanya terjadi perubahan siklus ovulasi. Bila anoreksia

tidak terlalu berat dapat diberikan hormon GRH (Gonadothropin relating

hormone), karena hormon tersebut dapat mengembalikan siklus menstruasi ke

arah normal. Berhubungan dengan fungsi menstruasi, secara khusus .jumlah

wanit yang anovulasi akan meningkat bila berat badannya meningkat. Pada

penelitian ternyata wanita gemuk memiliki risiko tinggi terhadap ovulasi

inveftil, dan ovirlasi terganggu sehingga menjadi tidak subur. Keadaan ini

terjadi apabila peningkatan berat badan disebabkan karena asupan gizi yang

berlebihan. Bila sikius berlangsung tanpa ovulasi pada wanita gemuk,

menunjukan adanya kelainan pada pengeluaran hormon. Bila kadar SHBG

rendah, maka akan terjadi peningkatan produksi hormon endrogen baik di

ovatium maupun dikelenjar adrenalin. Kondisi kegemukan berkaitan dengan

proses androgen menjadi estrogen. Hipotalamus merangsang peningkatan

sekresi hormon LH serta terjadi hiperandrogenisme.

Mekanisme lain adalah gangguan pematangan folikel akibat

peningkatan LH dan kadar testosteron yang rendah. Wanita kegemukan

dengan siklus menstruasi normal kadar testosteronya lebih rendah dari pada

51

wanita gemuk yang mengalami anlenore. Seberapa gemuk yang akan

menyebabkan siklus anovulasi tidak diketahui dengan pasti, yang jelas bahwa

diet dan berat badan sangat mempengaruhi fungsi menstruasi (Paath, 2005).

2.4 Hubungan stres dengan Ketidakteraturan Siklus Menstruasi

Stressor diketahui merupakan faktor etiologi dari banyak penyakit.

salah satunya menyebabkan stres fisiologis yaitu gangguan pada menstruasi.

Kebanyakan wanita mengalami sejumlah perubahan dalam pola menstruasi

selama masa reproduksi. Dalam pengaruhnya terhadap pola menstruasi, stres

melibatkan sistem neuro endokrinologi sebagai sistem yang besar peranannya

dalam reproduksi wanita (Sriati, 2009).

Isnaeni (2010), rnengungkapkan bahwa berbagai macam perubahan

emosi akibat suatu stressor telah dihubungkan dengan adanya fluktuasi

hormonal selama siklus menstruasi. Beberapa penelitian menunjukkan

stressor seperti meninggalkan keluarga, masuk kuliah, bergabung dengan

militer, atau memulai kerja baru murngkin berhubungan dengan tidak

datangnya menstruasi.

Stressor yang membuat satu tuntutan baru bagi suatu pekerjaan,

meningkatkan panjang siklus menstruasi, jadi menunda periode menstruasi

setiap bulannya. Sebagai tambahan mengenai meninggalkan keluarga atau

rnemulai satu pekerjaan baru, beberapa penelitian menunjukkan satu

hubungan baru meningkatkan kemungkinan untuk mendapatkan siklus yang

lebih panjang. Gangguan pada pola menstruasi ini melibatkan mekanisme

52

regulasi intergratif yang mempengaruhi proses biokimia dan seluler seluruh

tubuh termasuk otak dan psikologis.

Pengaruh otak dalam reaksi hormonal terjadi melalui jalur

hipotalamushipofisis-ovarim yang meliputi multiefek dan mekanisme kontrol

umpan balik. Pada keadaan stres terjadi aktivasi pada arnygdala pada sistem

limbik. Sistem ini akar menstimulasi pelepasan hormon dari hipotalamus

yaitu corticotropic releasing hormone (CRH). Hormon ini secara langsung

akan menghambat sekresi GnRH hipotalarnus dari tempat produksinya di

nukleus arkuata. Proses ini kemungkinan terjadi melalui penambahan sekresi

opioid endogen. Peningkatan CRFI akan menstimulasi pelepasan endorfin

dan adrenocorticotrotic hormone (ACTH) ke dalam darah. Endorfin sendiri

diketahui merupakan opiat endosen yang peranannya terbukti dapat

mengurangi rasa nyeri.

Peningkatan kadar ACTH akan menyebabkan peningkatan pada kadar

kortisol darah. Pada wanita dcngan gejala amenore hipotalamik menunjukkan

keadaan hiperkertisolisme yang disebabkan adanya peningkatan CRH dan

ACTH Hormon-hormon tersebut secara langsung dan tidak langsung

rnenyebabkan penurunan kadar GnRH, dimana melalui jalan ini maka stres

menyebabkan gangguan siklus menstruasi. Dari yang tadinya siklus

nenstruasinya normal menjadi oligomenorea, polimenorea atau amunorea.

Gejala klinis yang timbul ini tergantung pada derajat penekanan pada GIRH.

Gejala-gejala ini umunmya bersifat sementara dan biasanya akan kembali

nornral apabila stres yang ada bisa diatasi.

53

2.5 Hubungan Diet Dengan Ketidakteraturan Siklus Menstruasi

Diet dapat mepengaruhi fungsi menstruasi, diet vegetarian

berhubungan denrgan anovolasi, penurunan respons hormon pituitari, fase

folikel yang pendek, berisikonya siklus mensrruasi (kurang dari l0 kali /

tahun). Diet rendah lemak berhubungan dengan panjangnya siklus menstruasi

dan periode perdarahan. Diet rendah kalori seperti daging merah dan rendah

lemak berhubungan dengan amenorrhea. (Kusmiran, 2011).

a. Diet Vegetariar

Pengaruh diet vegetarian terhadap hormon seks telah diteliti, 9 orang

vegetarian dieberi diet yang mengandung daging, ternyata fase folekuler

memajang, rata-rata 4.2 hari FSH juga meningkat. Sebaliknya l6 orang diet

biasa beralih ke diet yang kurang daging selama dua bulan mengalami

pemendekan fase lolikel, rata-rata 3.8 hari, mengalami penurunan

frekuensi puncak LH. Pada wanita yang mengkonsumsi diet vegetarian

terjadi peningkatan frekuensi gangguan siklus menstruasi. Prevalensi

ketidakteraturan menstruasi 26,5% pada vegetarian dan 4,9 % pada non

vegetarian.

b. Diet Rendah Lemak

Hasil penelitian pada diet rendah lemak dibanding tinggi lemak,

ternyata pada diet tinggi lemak, teryata pada diet tinggi lemak tidak

memberikan perbedaan kadar hormon dalam plasma dan urin,

kesimpulannya tidak mempunyai pengaruh pada kadar hormon seks.

Sedangkan pada diet rendah lemak akan menyebabkan tiga efek utama,

yaitu panjang siklus mensmuasi meningkat rata-rata 1.3 hari, lamanya

54

waktu menstruasi meningkat rata-rata 0.5 hari, dan fase folekuler

meningkat rata-rata 0.9 hari. Dengan demikian maka bagi wanita yang

bukan vegetarian bila berubah ke diet rendah lemak akan memperpanjang

siklus menstruasi sebagai akibat dari memanjangnya fase menstruasi dan

frase folikuler (Paath, 2005).

55

2.6 Kerangka Konsep

Secara Langsung Respon Stres

Diet sehat P Sekresi P Hormon estrogenIMT dan LILA Diet Tidak Sehat Hormon Hypotise

P Gonadotropin

Gangguan SirkulasiGNRH Hipotalamus

Gangguan SekresiEstrogen dan Progesterogen

: Tidak Diteliti

: Diteliti

(Proverawati, 2009)

Kerangka 2.6 Kerangka Teori Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Ketidakteraturan Siklus Menstruasi

STATUS NUTRISI STRES DIET AKTIFITAS FISIK IBU MENYUSUI

STATUS NUTRISI

DAN REPRODUKSI

KETIDAKTERATURAN SIKLUS MENTRUASI