Upload
palaktinggi
View
68
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Menstruasi
2.1.1 Pengertian
Menstruasi adalah suatu proses alami seorang perempuan yaitu proses
deskramasi atau meluruhnya dinding rahim bagian dalam (endometrium)
yang keluar melalui vagina bersamaan dengan darah. Jumlah darah yang
keluar rata-rata 16 cc (Wiknjosastro, 2007).
Siklus menstruasi adalah peristiwa yang komplek dan dikendalikan
oleh berbagai kelenjar berikut produksi hormon yang dikeluarkan. Struktur
otak yang bernama Hipotalamus mempengaruhi kelenjar hipofises
didekatnya untuk menghasilkan bahan kimia khusus yang dapat memicu
indung telur (ovarium) untuk mensekresi hormon seksual estrogen dan
progesteron. Siklus nienstruasi normal terjadi setiap 2l-35 hari, dengan
lamanya menstruasi selama 3-6 hari (Kusmiran, 2011).
Siklus menstruasi merupakan sistem umpan balik yang berarti bahwa
semua struktur dan kelenjar memiliki keterkaitan pengaruh yang erat satu
sama lain (Bobak, 2004).
2.1.2 Siklus Menstruasi
Siklus menstruasi berkisar antara 2l-35 hari. Hanya 10-15 % wanita
yang memiliki siklus 28 hari dan lebih dari 35 hari dengan lama menstruasi
3-6 hari, ada yang 7-8 hari. Panjangnya siklus menstruasi ini dipengaruhi
oleh berat badan, aktivitas fisik, tingkat stres, genetik, adanya penyakit
9
kronis seperti lupus, diabeles, penyakit kelenjar gondok, penyakit ginjal dan
kelainan pada alat reproduksi juga dilihat dari status gizi (Wiknjosastro,
2007).
Proses terjadinya menstruasi berlangsung dengan empat tahapan yaitu
asa proliferasi masa ovulasi, masa sekresi dan masa menstruasi. Dalam
proses ovulasi. yang rnemegang peranan penting adalah hubungan
Hipotalamus, hipofisis, dan ovarium (hypothulumic-piruitury-ovuriun axis).
Menurut teori neurohumoral, hipotalamus mengawasi sekresi hormon
gonadotropin oleh adenohipofisis melalui neurohormon disalurkan ke sel-sel
adenohipofisis lewat sirkulasi portal khusus.
Hipotalamus menghasilkan faktor yang teiah dapat diisolasi clan
disebut Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH) karena dapat
merangsang pelepasan Lutenizing Hormone (LH) dan Follicle stimulating
Hormone (FSH) dari hipofisis. Pada hipotalamus terdapat dua pusat, yaitu
pusat tonik dibagian belakang hipotalamus di daerah nukleus arkuatus, dan
pusat siklik dibagian depan hipotalamus di daerah suprakiasmatik. Pusat
siklik di bagian depan hipotalamus di daerah suprakiasmatik. Pusat siklik
mengawasi lonjakan LH (LH-SURGE) pada pertengahan siklus menstruasi
yang menyebabkan terjadinya ovulasi.
Siklus menstruasi normal dapat dipahami dengan mudah dengan
membaginya merrjadi tiga fase yaitu fase folikuler, saat ovulasi, dan fase
luteal. Perubahan-perubahan kadar homon sepanjang siklus menstruasi
disebabkan oleh mekanisme umpan balik (feedback) antara hormon steroid
dan hormon gonadotropin. Estrogen menyebabkan umpan balik negatif
10
terhadap FSH, sedangkan terhadap LH, estrogen menyebabkan umpan balik
negatif jika kadarnya rendah, dan umpan balik positif jika kadarnya tinggi.
Tempat utama umpan balik terhadap hormo, gonadotropin ini terjadi pada
hipotalamus. tidak lama setelah menstruasi mulai, pada fase folikular dini,
beberapa folikel berkembang yang disebabkan oleh pengaruh FSH yang
meningkat.
Meningkatnya FSH ini disebabkan oleh regresi korpus luteum,
sehingga hormon steroid berkurang. Dengan berkembangnya folikel,
produksi estrogen meningkat, dan ini menekan FSH, folikel yang akan
berovulasi melindungi dirinya sendiri terhadap atresia. Pada waktu ini LH
juga meningkat, namun perananya pada tingkat ini hanya membantu
pembuatan estrogen dalam folikel.
Perkembangan folikel yang cepat pada fase folikel akhir ketika FSH
mulai menurun, menunjukan bahwa folikel yang telah masak itu bertambah
peka terhadap FSH. Perkembangan folikel berakhir setelah kadar estrogen
dalam plasma meningkat. Estrogen pada mulanya meninggi secara
berangsur-angsur, kemudian dengan cepat mencapai puncaknya. Ini
memberikan umpan balik positif terhadap pusat siklik, dan dengan 1onjakan
LH (LH-surge) pada pertengahan siklus, mengakibatkan terjadinya ovulasi.
LH yang meninggi itu menetap kira-kira 24 jam dan menurun pada fase
luteal.
Dalam beberapa jam setelah LH meningkat, estrogen menurun dan
inilah yang menyebabkan LH pun ikut menurun. Menurunya estrogen
disebabkan oleh perubahan morfologik pada folikel. Selain itu, menurunya
11
LH itu disebabkan oleh umpan balik negatif yang pendek dari LH terhadap
hipotalamus. Lonjakan LH yang cukup saja tidak menjamin terjadinya
ovulasi, folikel hendaknya pada tingkat yang matang, agar ia dapat
dirargsang untuk berovulasi.
Pecahnya folikel terjadi 16-24 jam setelah lonjakan LH. Biasanya
hanya satu folikel yang matang. Mekanisme terjadinya ovulasi terjadi
karena adanya perubahan-perubahan degeneratif kolagen pada dinding
folikel, sehingga ia menjadi tipis. prostaglandin F2 memegang peranan
dalam peristiwa itu. Pada fase luteal, setelah ovulasi. sel-sel granululose
membesar, membentuk vakuola dan bertumpuk pigmen kuning (lutein),
folikel menjadi korpus luteum. Vaskularisasi dalam lapisan granulosa juga
bertambah dan mencapai puncaknya pada 8-9 hari setelah ovulasi.
Luteinizing granurose ceil dalam korpus luteum itu membuat
progesteron banyak, dari liteinizing theca cell meningkatkan kadar estrogen
dalam tubuh, sehingga kedua hormon itu meningkat menjadi lebih tinggi
pada fase luteal. Mural 10-12 hari setelah ovulasi, korpus luteum mengalami
reglesi berangsur-angsur disertai dengan berkurangnya kapiler-kapiler dan
diikuti oleh menurunya sekresi progestcron dan estrogen.
Masa hidup korpus luteum tidak tergantung pada hormo,
gonadotropin, dan terbentuknya hanya sekali dan dapat berfungsi sendiri
(autonom). Narnun, akhir-akhir ini diketahui untuk berfungsinya korpus
luteum, diperlukan sedikit LH yang terus-menerus. Setelah empat belas hari
sesudah ovulasi maka terjadilah menstruasi. pada siklus menstruasi normal
12
umumnya terjadi variasi dalam panjangnya siklus yang disebabkan oleh
variasi dalam fase folikuler.
Karakteristik hormon dalam siklus menstruasi manusia berubah dari
satu tahap perkembangan ovarium ke tahap berikutnya dan setelah usia
mencapai 45 tahun ada kecendrungan ambang estrogen yang lebih rendah
dalam siklus. Siklus menstruasi normal berlangsung rata-rata 28 hari.
Fase-fase sehubungan dengan efek terhadap ovariunr adalah fase
folikular, ovulas dan luteal. Fase folikular berlangsung selama l4 hari awal
dari siklus saat folikel yang mengandung oocyte berkembang dan membesar
serta akhimya satu fblikel de Graaf pecah dan melepaskan telur (ovulasi).
Fase ovulasi berlangsung biasanya pada hari ke 13-15 dalam siklus saat
folikel yang pecah berubah menjadi corpus luteum yang memelihara
produksi estrogen dan progestin selama sisa waktu dalam siklus. Apabila
tidak terjadi kehamilan, corpus luteum mulai berdegenerasi dan
menghentikan produksi homon. Penurunan produksi estrogen dan progesti,
ini mengakibatkan pendarahan menstruasi hingga suatu siklus dimulai lagi
(Proverawati, 2009).
Mekanisme terjadinya perdarahan menstruasi tadi dalam satu siklus
terdiri atas 4 fase (Llewellyn, 2001) :
1. Fase Folikuler / proliferasi (hari ke-5 sampai hari ke-r4)
Pada masa ini adalah masa paling subur bagi seorang wanita.
Dimulai dari hari 1 sampai sekitar sebelum kadar LH meningkat dan
terjadi pelepasan sel telur (ovulasi). Dinamakan fase folikuler karena
pada saat ini terjadi pertumbuhan folikel di dalam ovarium. Pada
13
Pertengahan fase folikuler, kadar FSH sedikit meningkat sehingga
merangsang pertumbuhan 3-30 folikel yang masing-masing mengandung
1 sel telur. Tetapi hanya 1 folikel yang terus tumbuh, yang lainya hancur.
Pada suatu siklus sebagian endometrium dilepaskan sebagai
respons terhadap penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron.
Endometriurn terdiri dari 3 lapisan. Lapisan paling atas dan lapisan
tengah dijelaskan, sedangkan lapisan dasarnya tetap dipertahankan dan
menghasilkan sel-sel baru untuk kembali membentuk kedua lapisan yang
telah dilepaskan. Perdarahan menstrusi berlangsung selama 3-6 hari, rata-
rata selarna 5 hari. Pada akhir fase ini terjadi lonjakan penghasilan
hormon LH yang sangat meningkat yang menyebabkan terjadinya proses
ovulasi.
2. Fase luteal / Fase sekresi / Fase pramenstruasi (hari ke-14 sampai hari
ke-28)
Pada fase ini menunjukan masa ovarium beraktivitas membentuk
korpus luteum dari sisa-sisa folikel-folikel de Graaf yang sudah
mengeluarkan sel ovum (telur) pada saat terjadinya proses ovulasi. Pada
fase ini peningkatan hormon progesteron yang bermakna, yang diikuti
oleh penurunan kadar hormon-hormon FSH, estrogen, dan LH. Keadaan
ini digunakan sebagai penunjang lapisan endornetrium untuk
nempersiapkan dinding rahim dalam menerima hasil konsepsi jika terjadi
keharnilan, digunakan untuk pengharnbatan masuknya sperma ke dalam
uterus dan proses peluruhan dinding rahim yang prosesnya akan terjadi
pada akhir fase ini.
14
3. Fase Menstruasi (hari ke-2g sampai hari ke-2 atau 3)
Pada fase ini menunjukan masa terjadinya proses peluruhan dari
lapisan endometrium uteri disertai pengeluaran darah dari dalamnya.
Terjadi kembali peningkatan kadar dan aktivitas hormon-hormon FSH
dan estrogel, yang disebabkan tidak adanya hormon LH dan pengaruhnya
karena produksinya telah dihentikan oleh peningkatan kadar hormon
progesteron secara rnaksimal. Hal ini mempengaruhi kondisi flora
normal dan dinding-dinding di daerah vagina dan uterus yang
selanjutanya dapat mengakibatkan perubahan-perubahan higiene pada
daerah tersebut dan menimbulkan keputihan.
4. Fase Regenerasi / pascamenstruasi (hari ke-1 sampai hari ke-5)
Pada fase ini terjadi proses pemulihan dan pembentukan kembali
lapisan endometrium uteri, sedangkan ovarium mulai beraktivitas
kembali membentuk folikel-folikel yang terkandung di dalamnya melalui
pengaruh horrnon-hormon FSH dan estrogen yang sebelumnya sudah
dihasilkan kembali di dalam ovarium.
2.1.3 Gangguan Menstruasi dan Siklusnya
Gangguan menstruasi dan siklusnya khususnya dalam masa
reproduksi dapat digolongkan dalam (Winkjoastro, 200g):
1. Kelainan Dalam Banyaknya Darah dan Lamanya Pendarahan Pada
Menstruasi
a. Hipermenorea atau menoragia
Hipermenorea ialah perdarahan menstruasi yang lebih banyak dari
normal, atau iebih lama dari normal (lebih dari 8 hari). sebab kelainan
15
ini terletak pada kondisi dalam uterus, misalnya adanya mioma uteri
dengan permukaan endometrium lebih luas dari biasa dan dengan
kontraktilitas yang terganggu, polip endometrium, gangguan
pelepasan endometrium pada waktu menstruatasi (irregular
endometrial shedding), dan sebagainya. Pada gangguan pelepasan
endometrium yang diikuti dengan gangguan pelepasanya pada waktu
menstruasi. Terapi pada hipermenorea pada mioma uteri niscaya
tergantung dari penanganan mioma uteri, sedang diagnosis dan terapi
polip endometrium serta gangguan pelepasan endometrium terdiri rtas
kerokan.
b. Hipomenorea
Hipomenorea ialah perdarahan menstruasi yang lebih pendek dan atau
lebih kurang dari biasa. Sebab-sebabnya dapat terletak pada konstitusi
penderita, pada uterus (misalnya sesudah miomcktomi), pada
gangguan endokrin, dan lain-lain. Kecuali jika ditemukan sebab yang
nyata, terapi terdiri atas menenangkan penderita. Adanya hipomenorea
tidak mengganggu fertilitas.
2. Kelainan siklus
a. Polimenorea
Pada polimenorea siklus menstruasi lebih pendek dari biasa
(kurang dari 21 hari). perdarahan kurang lebih sama atau lebih banyak
dari menstruasi biasa. Hal yang terakhir ini diberi nama polimenoragia
atau epimenoragia. Polimenorea dapat disebabkan oleh gangguan
hormonal yang mengakibatkan gangguan ovulasi, atau menjadi
16
pendeknya masa luteal. Sebab lain ialah kongesti ovarium karena
peradangan, endometriosis dan sebagainya.
b. Oligomenorea
Disini siklus menstruasi lebih panjang. lebih dari 35 hari.
Apabila pajangnya siklus lebih dari 3 bulan. Hal itu sudah mulai
dinamakan amenorea. Perdarahan pada oligomenorea biasanya
berkurang. Oligomenorea dan amenorea sering kali mempunyai dasar
yang sama, perbedaanya terletak dalam tingkatnya. Pada kebanyakan
kasus oligomenorea, kesehatan wanita tidak terganggu dan fertilitas
cukup baik. Siklus menstruasi biasanya juga ovulatoar dengar masa
proliferasi lebih panjang dari biasa.
c. Amenorea
Amenorea ialah keadaan tidak adanya menstruasi untuk
sedikitnya 3 bulan berturut-turut. Lazim diadakan pembagian antara
amenorea primer dan amenorca sekunder. Kita berbicara tentang
amenorea primer apabila seorang wanita berumur 18 tahun ke atas
tidak pernah dapat menstruasi, sedang pada amenorea sekunder
penderita pernah mendapat menstruasi, tetapi kemudian tidak dapat
lagi. Amenorea primer umumnya mempunlai sebab-sebab yang lebih
berat dan lebih sulit untuk diketahui, seperti kelainan-kelainan
kongenital dan kelainan-kelainan genetik. Adanya amenorea sekuder
lebih menunjuk kepada sebab-sebab yang timbul kemudian dalam
kehidupan wanita, seperti gangguan gizi, pangguan metabolisme,
tumor-tumor, penyakit infeksi dari lain-lain.
17
Istilah kriptomenorea menunjuk kepada keadaan di mana tidak
tampak adanya menstruasi karena darah tidak keluar berhubung ada
yang menghalangi, misalnya pada ginatresia himenalis, penutupan
kanalis servikalis, dan lain-lain. Selanjutnya, ada pula amenorea
fisiologik, yakni yang terdapat dalam masa sebelum pubertas, masa
kehamilan, masa laktasi, dan sesudah menopause.
3. Perdarahan di luar menstruasi
Yang dimaksudkan disini ialah perdarahan yang terjadi dalam masa
antara 2 menstruasi. Perdarahan itu tampak terpisah dan dapat dibedakan
dari menstruasi, atau 2jenis perdarahan ini menjadi satu, yang pertama
dinamakan metroragia, yang kedua menometroragia. Metroragia atau
menometroragia dapat disebabkan oleh kelainan organik pada alat genital
atau oleh kelainan fungsional.
4. Gangguan lain yang ada hubungan dengan menstruasi
a. Premenstrual tension (ketegangan pramenstruasi).
b. Mastodinia.
c. Mittelschmerz (rasa nyeri pada ovulasi)
d. Dismenoreaa (rasa nyeri pada ovulasi).
Pada saat menstruasi, wanita kadang mengalami nyeri. Sifat dan
tingkat rirsa nyeri bervariasi, mulai dari yang ringan hingga yang berat.
Kondisi tersebut dinamakan dismenorea, yaitu keadaan nyeri yang hebat
dan dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Dismenorea merupakan
suatu fenornena simptomatik meliputi nyeri abdomen, kram, dari sakit
18
punggung. Gejala gastrointestinal seperti mual dan diare dapat terjadi
sebagai gejala dari menstruasi. Dismenoreaa terbagi atas dua macam :
a. Nyeri menstruasi primer. Timbul sejak menstruasi pertama dan akan
irulih sendiri dengan berjalanya waktu, tepatnya setelah stabiinya
hormon tubuh atau perubahan posisi rahim setelah menikah dan
melahirkan. Nyeri menstruasi itu normal, tetapi dapat berlebihan jika
dipengaruhi oleh faktor psikis dan fisik, dan seperti stres, syok,
penyempitan pembuluh darah, penyakit yang menahun, kurang darah,
dan kondisi trabuh yang menurun. Gejala tersebut tidak
membahayakan kesehatan.
b. Nyeri menstruasi sekunder. Biasanya baru muncul kemudian, yaitu
jika ada penyakit atau kelainan yang menetap seperti infeksi rahim,
kista atau polip, tumor sekitar kandungan, serta kelainan kedudukan
rahim yang mengganggu organ dan jaringan sekitarnya
(Kusmiran.2011).
2.2 Fakior-Faktor Penyebab Gangguan Siklus Menstruasi
2.2.1 Fungsi Hormon Terganggu
Menstruasi terkait erat dengan sistem hormon yang diatur otak,
tepatnya dikelenjar hipofisa. Sistem hormonal ini akan mengirim sinyal ke
indung telur untuk memproduksi sel telur. Bila sistem pengaturan ini
terganggu, otomatis siklus menstruasi pun akan terganggu.
19
2.2.2 Hormon Prolaktin Berlebihan
Pada ibu menyusui, produksi hormon prolaktinnya cukup tinggi.
Honnon prolaktin ini sering kali membuat ibu tak kunjung menstruasi
karena memang hormon ini menekan tingkat kesuburan ibu. Pada kasus ini
tak masalah, justru sangat baik untuk memberikan kesempatan pada ibu
guna memelihara organ reproduksinya. Sebaliknya, jika tidak sedang
menyusui, hormon prolaktin juga bisa tinggi, biasanya disebabkan kelainan
pada kelenjar hipofisis yang terletak di dalam kepala (Proverawati, 2009).
2.2.3 Gangguan Endokrin
Adanya penyakit-penyakit endokrin seperti diabetes. Hipotiroid, serta
hipertiroid yang berhubuugan dengan gangguan menstruasi. Prevalensi
arnenorrhea dan oligomenorrhea lebih tinggi pada pasien diabetes. Penyakit
polycistic ovarium berhubungan dengan obesitas, resistensi insulin, dan
oligomenorrheii. anrenorrhea dan oligomenorrhea pada wanita dengan
penyakit polycistic ovarium berhubungan dengan insensitivitas hormon
insulin dan menjadikan wanita tersebut obesitas. Hipertiroid berhubungan
dengan oligornenorrhea dan lebih lanjut menjadi amenorrhea. Hipotiroid
berhubungan dengan polymenrrhea dan menorraghia (Kusmiran, 2011).
2.2.4 Aktifitas Fisik
Tingkat aktivitas fisik yang sedang dan berat dapat membatasi fungsi
menstruasi. Atlet wanita seperti penari, senarn balet memiliki risiko untuk
mengalami umenorrhea, anovulasi, dan def'ek pada luteal. Aktivitas fisik
yang berat merangsang inhibisi Gonatlotropin Releasing Hormon (GnRH)
20
dan aktivitas genadotropin sehingga menurunkan level dari serum estrogen
(Kasmiran, 2011).
Tubuh wanita memiliki mekanisme adaptif yang dapat berpengaruh
terhadap siklus menstruasi dalam kondisi stres fisik yang berat, yang
merupakan kejadian umum untuk atlet wanita. Athletic amenorrhea
memiliki hubungan yang signifikan dengan aktivitas fisik insensitas tinggi,
stres emosional terhadap adanya persaingan, penurunan berat badan dan
tingkat estrogen yang rendah.
Amenorrhoea atletik ditandai oleh disfungsi hipotalamus dan karena
itu dapat dilukiskan sebagai "hypogonadotrophic hypogonadism”, ovarium
atlet gagal berfungsi secara adekuat oleh karena berkurangnya rangsangan
dari trophic hormon hypofise, yang diatur oleh fungsi hipotalamus (Novita,
2011).
Tina Dusek (2001) dalam penelitiannya, mengemukakan bahwa kasus
amenore sekunder lebih banyak terjadi pada atlet pelari jarak jauh daripada
pelari jarak pendek, meskipun tidak ada perbedaan beban pelatihan antara
kedua sub kelornpok yang signifikan. program latihan yang dilakukan oleh
pelari jarak pendek memiliki beberapa karakteristik yaitu: intensif, cepat,
latihan bersifat anaerobik, durasi pendek dengan banyak perrgulangan dan
interval yang panjang antar sesi latihan, peregangan otot dan latihan beban
lain adalah komponen penting dari pelatihan mereka.
Program latihan untuk pelari jarak jauh ditandai dengan durasi latihan
yang lebih panjang, kontiniu, latihan aerobik dengan intensitas lebih rendah.
Seraca postur jika dibandingkan antara keduanya, pelari jarak pendek
21
biasanya tampak lebih berotot dan lebih berat. sedangkan pelari jarak jauh
memiliki struktur otot yang lebih landai dan berat badan yang lebih rendah.
Perbedaan konstitusional, perbedaan rasio berat badan, dan perbedaan
program latihan, dapat menjelaskan perbedaan dalam prevalensi amenore
sekunder pada pelari jarak jauh dan jarak pendek.
Hubungan antara meningkatnya jarak latihan pada pelari dan kejadian
ganggunan menstruasi telah ditemukan dalam banyak penelitian, termasuk
hubungan yang hampir linier dengan kejadian amenorrhoea bila jarak
latihan melebihi 30 km. Selanjutnya atlet, termasuk penari, diketahui
mendapatkan menstruasinya kembali selama masa tidak berlatihnya oleh
karena liburan ataupun oleh karena cedera, bila tidak ada perubahan pada
berat badannya.
Sejumlah penelitian menunjukkan adanya korelasi antara tingkat
latihan dengan perubahan menstruasi dan mungkin sekali terlalu cepatnya
peningkatan intensitas latihan lebih menjadi penentu bagi adanya perubahan
menstruasi dari pada jarak total ataupun durasi total latihan. Istilah
amenorrhoea atlet dimaksudkan untuk mendeskripsikan berhentinya
menstruasi yang dialami beberapa atlet selama masa latihan dan kompetisi
berat.
Upaya untuk memahami karakteristik perubahan ini membawa pada
kenyataan bahwa arti perubahan menstruasi pada atlet merupakan akibat
dari perubahan kesuburan (fertilitas) dan integritas skelet. Perubahan
menstruasi dapat berupa berkurangnya jumlah menstruasi pertahun
oligomettorrhoea atau sama sekali tidak ada menstruasi-amenorhoea.
22
Anrenorrhoea dapat bersif'at primer yaitu tertundanya awal menarche atau
sekunder yaitu setelah menstruasi pada waktu-waktu sebelumnya berjalan
nor mal.
Selama latihan akut, kadar insulin menurun, sementara kadar
glukagon, hormon pertumbuhan, cathecholamine, prolaktin, dopamin dan
β-endorphin meningkat. Hiperprolaktinemia kronik, seperti terlihat pada
tumor hipofise adalah penyebeb amenorrhoea yang sudah dikenal dan
diduga latihan rnenimbulkan pengaruh yang demikian. Tetapi kadar
prolaktin basal menurun pada ndividu yang melakukan iatihan secara
teratur.
Meningkatnya β-endorphin dan dopamin yang disekresikan oleh selsel
yang secara anatomis sangat menyerupai sel-sel penghasil gonadotrophin
releasing hormon (GnRH) di hipotalamus dapat menghambat sekresi GnRH.
Hal ini konsisten dengan pemberian infus naloxon, suatu antagonis opiat,
yang secara signifikan meningkatkan amplitudo pulsa luteinizing hormone
(LH) dan follicle stimulating hormone (FSH) pada pelari-pelari dengan
amenorrhoea (Santosa ,2007).
2.2.5 Status Nutrisi
1. Pengertian
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang
dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,
penyimpanan metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan
untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari
organ-organ, serta menghasilkan energi. Status gizi merupakan ekspresi
23
dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau
perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu (Supariasa,
2001).
Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi
untuk anak yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak
(Fairus, 2009).
2. Penilaian Status Gizi
Menurut Supariasa tahun 2001, penilaian status nutrisi terdiri dari :
a. Secara Langsung
l) Biofisik
Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode
penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi
(khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dan jaringan.
umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian
buta senja epidenrik (epidemic of night blindnes). cara yang
digunakan adalah tes adaptasi gelap.
2) Biokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan
spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada
berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan
antara lain: darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh
seperti hati dan otot. Metode ini digunakan untuk suatu peringatan
bahwa, kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih
parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka
24
penentuan kimia faali dapat lebih banyak menolong untuk
menentukan kekurangan gizi yang spesifik.
3) Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk
menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas
perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan
ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel
(supervicial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut dan
mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan
tubuh seperti kelenjar tiroid. penggunaan metode ini umumnya
untuk survei klinis secara cepat (rapid clinical surveys). Survei ini
dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum
dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu
digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan
melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala
(sympom) atau riwayat penyakit.
4) Antrolrometri
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia.
Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi
berhubungan dengan berbagai macarn pengukuran dimensi tubuh
dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.
Antropometri secara umum digunakan untuk melihat
ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan
25
ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh
seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.
b. Secara Tidak Langsung
1) Survei Konsumsi Makanan
Survei konsumsi rnakanan adalah metode penentuan status
gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi
yang dikonsumsi. Pengumpulan data konsumsi makanan dapat
memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada
masyarakat.
2) Statistik Vital
Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan
menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka
kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat
penyebab tertentu dan data lainya yang berhubungan dengan gizi,
Penggunaanya dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak
langsung pengukuran status gizi masyarakat.
3) Faktor Ekologi
Ilengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan
masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik,
biologis dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia
sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi
dan lain-lain. Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting
untuk mengetahui penyebab malnutrisi di suatu masyarakat sebagai
dasar untuk melakukan program intervensi gizi.
26
3. Indeks Massa Tubuh (IMT)
Masalah kekurangan dan kelebinan gizi pada orang dewasa (usia
10 tahun keatas merupakan masalah penting, karena selain mempunyai
risiko penyakit-penyakit tertentu, juga dapat mempengaruhi produktivitas
kerja. oleh karena itu, pemantauan keadaan tersebut perlu dilakukan
secara berkesinambungan. Salah satu cara adalah dengan
mempertahankan berat badan yang ideal atau normal.
Di indonesia khusunya, cara pemantauan dan batasan berat badan
normal orang dewasa belum jelas mengacu pada patokan tertentu. Sejak
tahun 1958 digunakan cara perhitungan berat badan normal berdasarkan
rumus:
Berat badan normal : (tinggi badan-100) - l0% (tinggi badan-100) atau
0.9 x (tinggi badan - 100)
Dengan batasan:
Niiai mininum: 0,8 x (tinggi badan- 100) dan Nilai maksimum: 1,1 x
(tinggi badan - I00).
Berat badan yang berada di bawah batas minimum dinyatakan
sebagai under weight atau "kekurusan", dan berat badan yang berada di
atas batas maksimum dinyatakan sebagai over weight, atau kegemukan.
orang-orang yang berada di bawah ukuran berat normal mempunyai
risiko terhatiap penyakit infeksi, sementara yang berada diatas ukuran
normai mempunyai resiko tinggi terhadap peryakit degeneratif.
Laporan FAO/WHO/UNU tahun 1995 menyatakan bahwa
batasan berat badan normal oranq dewasa ditentukan berdasarkan nilai
27
Body Mass Index. (BMI). Di indonesia istilah Body Mass Index
diterjemahkan menjadi ineks Massa Tubuh (IMT). IMT merupakan alat
yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya
yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan, maka
mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat
mencapai usia harapan hidup lebih panjang. pengguna.n IMT hanya
berlaku untuk orang dewasa berumur diatas l8 tahun. IMT tidak dapat
diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil dan olah ragawan.
Rumus perhitungan IMT adalah sebagai Berikut :
berat badan (kg) ITM = Tinggi badan (m) x tinggi badan (m)
Atau
Barat badan (dalam kilogram) dibagi kuadrat
(dalam meter)
Batas ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan
FAO/WHO, yang membedakan batas ambang untuk laki-laki dan
perempuan. Batas ambang normal laki-laki adalah 20,7-25,0 dan untuk
perempuar adalah 18,7-23,8. Untuk kepentingan pemantauan dan tingkat
kegemukan, lebih lanjut FAO/WHO menyarankan menggunakan suatu
batas ambang antara laki-laki dan perempran (Supariasa, 200l).
28
Tabel. 2.1
Kategori Ambang Batas IMT Untuk Indonesia
Kategori IMT
KurusKekurangan berat badan
tingkat berat< 17.0
Kekurangan berat badantingkat ringan
I 7,0- 18,5
Normal >18,5-25,0
GemukKelebihan berat badan
tingkat ringan>25,0-27.0
Kelebihan berat badantingkat berat
> 27,0
4. Lingkar Lengan Atas
Lingkar lengan atas merupakan salah satu pilihan untuk penentuan
status gizi karena mudah dilakukan dan tidak memerlukan alat-alat yang
sulit diperoleh dengan harga yang lebih murah. Nilai normal LILA
remaja putri di indonesia berkisar antara 23.5 cm – 25,7 cm. Alat yang
digunakan merupakan suatu pita pengukur yang terbuat dari fiberglass
atau jenis ukuran kertas tertentu berlapis plastik. Cara mengukurnya
lingkar lengan atas :
a. Yang diukur pertengahan lengan atas sebelah kiri (tangan yang tidak
aktif). Pertengahan ini dihitung jarak dari siku sampai batas lengan
kemudian dibagi dua.
b. Lengan dalam keadaan bergantung bebas, tidak tertutup kain atau
pakaian.
c. Pita dilingkarkan pada pertengahan lengan tersebut sampai cukup
terukur keliling lingkar lengan, tetapi jangan terlalu kuat atau terlalu
longgar (supariasa, 2001)
29
5. Obesitas
Obesitas biasa disebut dalam bahasa awam sebagai kegemukan
atau berat badan yang berlebih sebagai akibat penimbunan lemak tubuh
yang berlebihan. Permasalahan ini terjadi hampir di seluruh dunia dengan
prevalensi yang semakin meningkat, baik di negara-negara maju ataupun
negara berkembang, termasuk indonesia. Sejak tahun 1998, WHT juga
telah mendeklarasikan obesitas sebagai epidemik global.
Hasil survei nasional di Amerika menunjukkan bahwa prevalensi
obesitas pria remaja semakin meningkat, dari l2% pada tahun 1991
menjadi 119% pada tahun 1998. Hal serupa juga ditemui di DKI Jakarta
yang menunjukan prevalensi obesitas yang meningkat seiring dengan
penambahan umur. pada anak umur 6-12 tahun ditemukan obesitas
sekitar 4%, pada remaja 12-18 tahun ditemukan 6,2% dan pada umur 17-
18 tahun 7l,4%. Kasus obesitas pada remaja lebih banyak ditemukan ada
wanita (10,2%) dibanding laki-laki (3,1%).
Dikalangan remaja, obesitas merupakan permasalahan yang
merisaukan, karena dapat menurunkan rasa percaya diri seseorang dan
rnenyebabkan gangguan psikorogi yang serius. Belum lagi kemungkinan
diskriminasi dari lingkungan sekitar. Dapat dibayangkan jika obesitas
terjadi pada remaaja, maka remaja tersebut akan tumbuh menjadi remaja
yang kurang percaya diri. Hal tersebut diperkuat oleh American Jurnal of
Epicremiology dalam penelitianya yang mengungkabkan obesitas yang
dialami seseorang pada saat remaja berkaitan erat dengan peningkatan
risiko kematian di usia paruh baya. Rata-rata wanita memiliki lemak
30
tubuh lebih banyak dibandingkan pria. Perbandingan yang normal antara
lemak tubuh dengan berat badan sekitar 25-30% pada wanita dan l8-23%
pada pria.
Wanita dengan lemak tubuh rebih dari 30%. dan pria dengan lemak
tubuh lebih lari 25% dianggap mengalami obesitas. Menurut Mu'tadin
(2002), ada beberapa faktor pencetus obesitas, di antaranya adalah faktor
genetik, pola makan yang berlebih, kurang aktivitas, emosi, serta
lingkungan. Faktor genetik memegang peranan penting bagi terjadinya
bagi terjadinya obesitas. Bukan hal yang mengherankan jika pada orang
tua yang mengaiami obesitas, maka anak-anak mereka pada generasi
seianjutnya akan menjumpai masalah yang sama.
Pola makan yang berlebih juga menjadi faktor terjadinya obesitas.
Obesitas terjadi jika seseorang mengkonsumsi kalori melebihi jumlah
kalori yang dibakar. Pada hakikatnya, tubuh memerlukan asupan kalori
untuk kelangsungan hidup dan aktivitas fisik. Namun, untuk menjaga
rerat badan, perlu adanya keseimbangan energi yang terjadi dapat
mengarah pada kelebihan berat badan dan obesitas (Poltekkes, 2010).
2.2.6 Stres
1. Pengertian
Stres adalah reaksi atau respon tubuh terhadap tressor psikososial
(tekanan mental atau beban kehidupan) (Hawari, 2001). Sedangkan
menurut vincent cor"nelli, sebagaimana dikutip dalam Grant Brecht
(2000) bahwa yang dimaksud dengan srres adalah gangguan pada tubuh
31
dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan tuntutan, yang
dipengaruhi baik oleh lingkungan maupun penampilan individu di dalam
lingkungan tersebut (Sunaryo, 2004).
Stres adalah stimulus atau situasi yang menimbulkan distres dan
menciptakan tuntutan fisik dan psikis pada seseorang. Stres
membutuhkan koping dan adaptasi. Sindrom adaptasi umum atau teori
selye, menggarnbarkan stres sebagai kerusakan yang terjadi pada tubuh
tanpa mempedulikan apakah penyebab stres tersebut positif atau negatif.
Respon tubuh dapat diprediksi tanpa meperhatikan stressor atau
penyebab tertentu (lsaacs, 2004).
Stres menurut Hans Selye dalam buku Hawari (2001) menyatakan
bahwa stres adalah respon tubuh yang sifatnya nonspesifik terhadap
setiap tuntutan beban atasnya. Bila seseorang setelah mengalami stres
mengalami gangguan pada satu atau lebih organ tubuh sehingga y;rng
bersangkutan tidak lagi dapat menjalankan fungsi pekerjaanya dengan
baik, rnaka ia disebut mengalami distres. Pada gejala stres, gejala yang
dikeluhkan penderita didominasi oleh keluhan-keluhan somatik (fisik),
tetapi dapat pula disertai keluhan-keluhan psikis. Tidak semua bentuk
banyak yang bersifat positif, stres mempunyai konotasi negatif, cukup hal
tersebut dikatakan eustres
2. Klasifikasi Stres
Stuart dan Sundeen (1998) dalam Maramis (2009)
mengklasifikasikan tingkat stres, yaitu :
32
a. Stres Ringan
Pada tingkat stres ini sering terjadi pada kehidup,an sehari-hari
dan kondisi ini dapat membantu individu menjadi waspada dan
bagaimana mencegah berbagai kemungkinan yang akan terjadi.
b. Stres Sedang
Pada tingkat stres ini individu lebih memfokuskan hal penting
saat ini dan mengesampingkan yang lain sehingga mempersempit
lahan persepsinya.
c. Stres Berat
Pada tingkat sres ini, persepsi individu sangat menurun dan
cenderung memusatkan perhatian pada hal-hal lain. Semua perilaku
ditujukan untuk mengurangi stres. Individu tersebut mencoba
memusatkan perhatian pada lahan lain dan memerlukan banyak
pengarahan.
3. Sumber Stres (Stressor)
Stressor adalah semua kondisi stimulasi yang berbahaya dan
menghasilkan reaksi stres. stress reuction acute (reaksi stres akut) adalah
ganguan sementara yang muncul pada seorang individu tanpa adanya
gangguan mental lain yang jelas, terjadi akibat stres fisik dan atau mental
yang sangat berat, biasanya mereda dalam beberapa jam atau hari.
Kerentanan dan kemampuan mengatasi (copying capacity) seseorang
memainkan peranan dalam terjadinya reaksi stres akut dan keparahannya
(Sunaryo, 2004).
33
Jenis stressor meliputi fisik, psikologis, dan sosial. Stesor fisik
berasal dari luar diri individu, seperti suara, polusi, radiasi, suhu udara,
makanan zat kimia, trauma, dan latihan fisik yang terpaksa. Pada stressor
psikologis tekanan diri dalam diri individu biasa yang bersifat negatif
yang menimbulkan frustasi, kecemasan, dan rasa bersalah, khawatir
berlebihan, serta rasa rendah hati, sedangkan stressor sosial yaitu tekanan
dari luar disebabkan oleh interakasi individu dengan lingkunganya.
Banyak stressor sosial yang bersifat traumatik yang tidak dapat dihindari
seperti kehilangan orang yang dicintai, kehilangan pekerjaan, perceraian,
masalah keuangan, pindah rumah dan lain-lain. Surnber stres bisa berasal
dari diri sendiri, keluarga, dan komunitas sosial (Alloy, 2004).
Menurut Maramis (2009) daram bukunya, ada empat sumber atau
penyebab stre, yaitu :
a. Frustasi
Frustasi dapat terjadi apabila usaha individu untuk mencapai
sasaran tertentu mendapat hambatan atau hilangnya kesempatan dalam
mendapatkan hasil yang diinginkan. Frustasi juga dapat diartikan
sebagai efek psikoiogis terhadap situasi yang mengancam, seperti
timbul reaksi rnarah, penolakan maupun depresi.
b. Konflik
Konflik terjadi ketika individu berada dalam tekanan dan
merespon langsung terhadap dua atau lebih dorongan, juga munculnya
dua kebutuhan maupun motif yang berbeda dalam waktu bersamaan.
34
c. Tekanan (Presure)
Tekanan terjadi karena adanya suatu tuntutan untuk mencapai
sasaran atau tujuan tertentu maupun tuntutan tingkah laku tertentu
Secara umurn tekanan mendorong individu untuk meningkatkan
performa, mengintensifkan usaha atau mengubah sasaran tingkah
laku. Tekanan dalam beberapa kasus tertentu dapat menghabiskan
sumber-sumber daya yang dimiliki, dalam proses pencapaian
sasarannya. Bahkan bila berlebihan dapat mengarah pada prilaku
maladaptive. Tekanan dapat berasal dari sumber internal atau
eksternal atau kombinasi dari keduanya. Tekanan internal misalnya
adalah sistem nilai, konsep diri dan komitmen person. Tekanan
eksternal misalnya berupa tekanan waktu atau peran yang harus
dijalani seseorang, atau juga dapat berupa kompetisi dalam kehidupan
sehari-hari di masyarakat antara lain dalam pekerjaan sekolah dan
mendapatkan pasangan hidup.
d. Krisis
Krisis yaitu keadaan rnendadak yang menimbulkan stres pada
individu misalnya kematian orang yang disayangi, kecelakaan dan
penyakit yang harus dioperasi.
4. Tahapan Stres
Sebagai mana dikemukakan Hawari (2001) mengatakan bahwa
Robert J. Van Amberg dalam penelitiannya membagi tahapan-tahapan
stres sebagai berikut:
35
a. Stres tahap pertama
Tahapan ini merupakan tahapan stres yang paling ringan dan
biasanya disertai dengan perasaan-perasaan sebagai berikut :
1) Semagat bekerja besar, berlebihan (over acting).
2) Pengelihatan tajam tidak sebagaimana biasanya.
3) Merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya,
namun tanpa disadari cadangan energi semakin menipis.
b. Stres tahap kedua
Dalam tahapan ini dampak / respon terhadap stressor yang
semula menyenangkan sebagaimana diuraikan pada tahap pertama
mulai menghilang dan timbul keluhan-keluhan yang disebabkan oleh
cadangan energi yang tidak lagi cukup sepanjang hari, karena tidak
cukup waktu untuk beristirahat. Istirahat yang dimaksud antara lain
dengan tidur yang cukup.
Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh seseorang yang
berada pada stres tahap kedua adalah :
1) Merasa letih sewaktu bangun pagi yang seharusnya merasa segar.
2) Merasa mudah lelah sesudah makan siang.
3) Lekas merasa lelah nrenjelang sore hari.
4) Sering mengeluh lambung atau perut tidak nyaman (bowet
discomfort).
5) Detakan jantung lebih lebih keras dari biasanya (berdebar-debar).
6) Otot-otot punggung dan tengkuk merasakan tegang.
7) Tidak bisa santai.
36
c. Stres tahap ketiga
Apabila seseorang tetap memaksakan diri dalam pekerjaannya
tanpa menghiraukan keluhan-keluhan yang semakin nyata dan
mengganggu, yaitu:
1) Ganguan lambung dan usus semakin nyata : misalnya keluhan
maag, buang air besar tidak teratur (diare).
2) Ketegangan otot-otot semakin terasa.
3) Perasaan ketidaktenangan dan ketegangan emosional semakin
meningkat.
4) Gangguan pola tidur (insomia), misalnya sukar untuk mulai masuk
tidur (carly insomniu) atau terbangun tengah malam dan sukar
kembali tidur (middle insomania) atau bangun terlalu pagi hari dan
tidak dapat kembali tidur (late insomnia).
5) Koordinasi tubuh terganggu (badan terasa akan jatuh dan serasa
mau pingsan).
d. Stres tahap keempat
Gejala stres tahap keempat, akan muncul :
1) Untuk bertahan sepanjang hari saja sudah terasa amat sulit.
2) Aktivitas pekerjaan yang semula menyenangkan dan mudah
diselesaikan menjadi membosankan dan terasa lebih sulit.
3) Yang semula tanggap terhadap situasi menjadi kehilangan
kemampuan untuk merespon secara memadai (adequate).
37
4) Ketidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan rutin sehari-hari,
gangguan pola tidur disertai dengan mimpi-mimpi yang
menegangkan.
5) Sering kali menolak ajakan (negativism) karena tiada semangat dan
kegairahan daya konsentrasi, daya ingat menurun.
6) Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak dapat
dijelaskan apa penyebabnya.
e. Stres tahap kelima
Bila keadaan berlanjut, maka seseorang akan jatuh dalam stres
tahap kelima yanq ditandai dengan hal-hal sebagai berikut:
1) Gangguan sistem pencernaan semakin berat (gastrointestinal
disorder).
2) Timbul perasaan ketakutan, kecemasan yang semakin meningkat,
rnudah bingung dan panik.
f. Stres tahap keenam
Tahapan ini merupakan tahapan klimaks, seseorang mengalami
serangan panik dan perasaan takut mati. Tidak jarang orang yang
mengalami stres pada tahap ini berulang dibawa ke instalasi Gawat
Darurat bahkan ICCU, meskipun pada akhirnya dipulangkan karena
tidak ditemukan kelainan fisik organ tubuh. Gambaran stres tahap
keenam ini adalah sebagai berikut:
1) Debaran jantung teramat keras.
2) Susah bernapas (sesak).
3) Sekujur tubuh terasa gemetar, dingin dan keringat bercucuran.
38
4) Ketiadaan tenaga untuk hal-hal yang ringan.
5) Pingsan atau kolaps.
6) Bila dikaji maka keluhan atau gejala sebagaimana digambarkan
diatas lebih didominasi oreh keluhan-keruhan fisik yang
disebabkan oleh gangguan fungsional oragan tubuh, sebagai akitbat
stressor psikososial yang melebihi kemampuan seseorang untuk
mengatasinya.
5. Respon Terhadap Stres
a. Respon fisiologis
situasi stres mengaktivasi hipotaramus yang selanjutnya
mengendalikan dua sistem neuroendokrin, yaitu sistem simpatis dan
sistem korteks adrenal. Sistem saraf simpatik merespons terhadap
impuls saraf dari hipotalamus, yaitu mengakitivasi berbagai organ dan
otot polos yang berada di bawah pengendaliannya. Sebagai contohnya,
meningkatkan kecepatan denyut jantung dan mendiratasi pupil. Sistem
saraf simpatis juga memberi sinyal ke medula adrenal. Untuk
melepaskan epinefirn dan norepinefrin ke aliran darah. Sistem korteks
adrenal diaktivasi jika hipotalamus mensekresi CRF (Corricotropin
Rereasing Factor) suatu zat kimia yang bekerja pada kelenjar hipofisis
yang terletak dibawah hipotalamus.
Kelenjar hipofisis selanjutnya mensekresi hormon ACTH
(adenotrtrticotropin hormon), yang dibawa meralui aliran darah ke
korteks adrenal. Dimana, ia menstimulasi pelepasan sekelompok
hormon, termasuk kortisol, yang meregurasi kadar gula darah. ACTH
39
juga memberi sinyal ke kerenjar endokrin lain untuk melepaskan
sekitar 30 hormon. Efek kombinasi berbagai hormon stres yang
dibawa melalui aliran darah ditambah aktivitas neural cabang simpatik
dari sistem saraf otonomik berperan dalam respons fight or flight.
Walter Canon (1992) memberikan deskripsi mengenai
bagaimana reaksi tubuh terhadap suatu peristiwa yang mengancam,
Ia meyebutnya reaksi tersebut sebagai fight or flight respone karena
respon fisiologis mempersiapkan individu untuk menghadapi atau
menghindari situasi yang mengancam tersebut fight or flight respone
rnenyebabkan individu dapat berespon cepat terhadap situasi yang
mengancam. Akan tetapi bila keadaan fisiologis dan psikologis yang
reaktif terhadap rangsangan tersebut tinggi dan terus menerus muncul
dapat membahayakan kesehatan individual Hans Syle mempelajari
akibat yang diperoleh bila stressor terus menerus muncul, yang
kemudian mengemukakannya dengan istilah General Atlapturion
syndronme (GAS) yang terdiri dari rangkaian tahapan reaksi fisiologis
terhadap stressor (Pinel, 2009).
1) Alarm reaction
Pada tahap awal rni perlawanan tubuh melawan stressor yang
diarahkan melalui aktivasi sistem saraf simpatis. Aktivasi system-
sistem tubuh untuk kekuatan maksimal dan mempersiapkan mereka
untuk respons fight of flight Adrenalin (epinefrin) dilepaskan,
denyut jantung dan tekanan darah meningkat, nafas jadi lebih
cepat, dan aktivitas gastriontestinal menurun. Sebagai respon
40
jangka pendek untuk keadaan emergensi, reaksi-reaksi fisik ini
dapat disesuaikan.
2) Stage of Resistance
Pada tahap ini, tahap adaptasi dengan stressor. Seberapa lama
tahap ini tergantung pada keparahan stressor dan kernampuan
organisme. Jika organisme mampu beradaptasi maka kekuatan
melawan pada tahap ini akan berlanjut untuk jangka waktu yang
lama. Selama tingkatan ini, seseorang memberikan gambaran
tingkatan normal. Akan tetapi, menurut ilmu jiwa, fungsi internal
tubuh berisiko. Stres yang terus menerus akan menyebabkan
perubahan neurologis dan hormon. Hipotesis Seyle menyatakan
bahwa ketakutan dalam melawan stres akan menyebabkan
perubahan terhadap sistem iman sehingga rentan terhadap infeksi.
3) Stage of Exhaustion
Respon fisiologis masih terus berlangsung. Hal ini dapat
melemahkan sistem kekebalan tubuh dan menguras energi tubuh.
Sehingga terjadi kelelahan pada tubuh Stressor yang terus terjadi
akan mengakibatkan penyakit dan kerusakan fisiologis dan dapat
menyebabkan kematian. secara umum orang yang mengalami stres
mengalami sejumlah gangguan fisik seperti gangguan pada organ
tubuh menjadi hiperaktif dalam salah satu sistem tertentu
(contohnya : tekanan darah naik; sistem pencernaan terganggu
seperti terjadi kembung, mual atau diare), gangguan pada sistem
reproduksi (seperti pada wanita terganggunya siklus menstruasi,
41
impoten pada pria), gangguan pada sistem penafasan (seperti sesak,
nafas terasa berat), gangguan lainnya seperti migrain, tegang otot
sampai timbulnya jerawat (Maramis, 2009).
b. Respons psikologis
Pemajanan terhadap stressor mengakibatkan respon adaptif
psikologis dan fisiologis. Ketika seseorang terpajan pada stressor,
maka kemampuan mereka untuk memenuhi kebutuhan darah
terganggu. Gangguan atau ancaman ini, baik yang aktual atau yang
di serap, menimbulkan fiustasi, ansietas, dan keteganggan. Perilaku
adaptil psikologi individu rnembantu kemampuan seseorang untuk
menghadapi stressor. Perilaku ini diarahkan pada penatalaksanaan
stres dan didapatkan melalui pembelajaran dan pengalaman sejalan
dengan individu mengidentifikasi perilaku yang dapat diterima dan
berhasil.
Prilaku adaptif psikologis dapat konstruktif atau destruktif.
Perilaku konstruktif membantu individu menerima tantangan untuk
menyelsaikan konflik. Bahkan ansietas dapat konstruktif misalnya
ansietas dapat menjadi tanda bahwa terdapat ancaman sehingga
seseorang dapat melakukan tindakan untuk mengurangi
keparahannya.
Perilaku destruktif mempengaruhi orientasi realitas,
kemampuan pemecahan masalah, kepribadian, dan situasi yang
sangat berat, kemampuan untuk berfungsi. Ansietas dapat juga
bersifat destruktif (mis. Jika seseorang tidak mampu bertindak
42
melepasskan diri dari stressor). Sama halnya, penyalahgunaan
alkohol atau obat-obatan dapat dipandang sebagai perilaku adaptif,
dalam kenyataanya, hal ini malah meningkatkan stres dan bukan
menurunkan stres.
Prilaku adaptif psikologis juga disebut sebagai mekanisme
koping. Mekanisme ini dapat berorientasi pada tugas, yang
mencakup penggunaan teknik pemecahan masalah secara langsung
untuk menghadapi ancaman, atau dapat juga mekanisme
pertahanan ego, yang tujuanya dalah untuk mengatur distres
emosional dan dengan demikian memberikan perlindungan
individu terhadap ansietas dan stres. Mekanisme pertahanan ego
adalah metoda koping terhadap stres secara tidak langsung (potter
dan Pety, 2005).
Perilaku berorientasi tugas mencakup penggunaan
kemampuan kognitif untuk mengurangi stres, memecahkan
masalah, menyelesaikan konflik. dan memenuhi kebutuhan.
Perilaku berorientasi tugas mernberdayakan seseorang untuk secara
realistis menghadapi tuntutan stressor. Tiga tipe umum perilaku
berorientasi pada tugas adalah perilaku menyerang, perilaku
menarik diri, dan perilaku kompromi.
Mekanisme pertahanan ego yang pertama kali diuraikan oleh
sigmud Freud adalah perilaku tidak sadar yang memberikan perulangan
psikoiogis terhadap peristiwa yang menegangkan. Mekanisme ini
digunakan oleh setiap orang dan membantu melindungi terhadap
43
perasaan tidak berdaya dan ansietas. Kedang mekanisme
pefiahanan diri dapat menyimpang dan tidak lagi mampli untuk
membantu seseorang dalam menghadapi stressor (Potter dan Perry,
2005).
6. Strategi Mengatasi Respon Fisiorogis Terhadap Stres
a. Olahraga teratur
Program olahraga teratur meningkatkan tonus otot dan postur
otot, mengontrol berat badan, mengirangi ketegangan, dan
meningkatkan relaksasi. program latihan efektif dalam menurunkan
keparahan kondisi akibat stres seperti hipertensi, kegemukan, sakit
kepala migrain, keletihan, keretihan mental, peka rangsang, dan
depresi Latihan meningkatkan pelepasan opioid endogen yang
menciptakan perasaan sejahtera.
b. Humor
Humor adalah terapi yang terkenar daram literatur umum
Norman cousins. Hipotesis fisiologis menyatakan bahwa tertawa
melepaskan endorfin ke dalam sirkulasi dan perasaan stres
dilenyapkan.
c. Nitrisi dan diet
Ilutrisi dan latihan berhubungan erat. Makanan memberi bahan
bakar untuk aktivitas dan meningkatkan latihan, meningkatkan
sirkulasi dan pemberian nutrien ke jaringan tubuh. setiap orang
didorong untuk mempertahankan berat badan sesuai dengan rentang
standar usia, jenis kelamin, dan bentuk tubuh.
44
d. Teknik relaksasi
Relaksasi progresif dengan dan tanpa ketegangan otot dan
teknik manipulasi pikiran mengurangi komponen fisiologis dan
emosional stres. Teknik relaksasi adalah perilaku yang dipelajari dan
membutuhkan rvaktu pelatihan dan praktik.
e. Istirahat
Pola istiraliat dan tidur yang tetap, dan kebiasaan juga penting
untuk menangani stres. Seseorang yang mengalami stres harus
didorong meruangkan waktunya untuk istirahat dan tidur. Tidur tidak
hanya menyegarkan tubuh tetapi juga membantu seseorang menjadi
rileks secara mental. Klien mungkin membutuhkan bantuan spesifik
daiam mempelajari teknik rileks sehingga dapat tidur.
f. Spiritual
Aktivitas spiritual dapat juga mempunyai efek yang positif
dalam menurunkan stres. praktik berdoa, meditasi, atau membaca
bahan bacaan keagamaan dapat menjadi sumber yang bermanfaat
(Potter & Perry, 2005).
7. Skala Ukur Stres
Depression Anxiety srress scare (DASS) merupakan instrumen
yang digunakan oleh Lovibon (1995) untuk mengetahui tingkat depresi,
kecemasan dan stres. Tes ini merupakan tes standar yang sudah diterima
secara internasional. Kemudian mengkategorikan 3 tingkatan stres yaitu:
l) Stres ringan dengan skor < 56 % dari skor total.
45
2) Stres sedang dengan skor > 56- <75 % dari skor total.
3) Stres berat dengan skor >75 % dari skor total
(Brunner & Suddarth, 2001).
2.2.7 Diet
1. Pengertian
Definsi diet penurunan berat badan menurut Mcvey et.al tahun
2004 merupakan perubahan perilaku kebiasaan makan dan meningkatkan
fiekuensi latihan fisik untuk mencapai penurunan berat badan. Diet
penurunan berat badan tidak hanya dilakukan oleh remaja putri yang
gemuk (overwieight) atau obesitas saja, namun remaja putri yang normal
dan kurus juga banyak yang melakukan diet penurunan berat badan
Seseorang melakukan diet sangat dipengaruhi oleh ketidakpuasaan
terhadap bentuk tubuh. perilaku diel yang terus menerus dan ketat akan
menimbulkan perilaku makan menyimpang (eating disorder) (Brown,
2005).
Diet yang tidak sehat menimbulkan banyak resiko gangguan
kesehatan Joanne F.Dorgan, ph.D, dalam penelitianya mengatakan bahwa
diet pada gadis remaja dapat mengurangi kadar hormon seks mereka.
bahkan Dr. Dianne Neumark Sztarner dari universitas Minnesota.
Minneapolis, dalam tulisan penelitianya di Journal of American Dietetic
Association, menyatakan bahwa remaja yang melakukan diet tidak sehat
justru akan mengalami kenaikan berat badan pada lima tahun ke depan
46
meskipun saat studi ini dilakukan remaja-remaja yang diteliti telah
memiliki berat badan yang mereka inginkan (Poltekkes, 2010).
2. Alasan dan Ciri-Ciri seseorang Merakukan Diet penurunan Berat Badan
Alasan seseorang melakukan diet penurunan berat badan,
khususnya pada remaja putri lebih banyak dilakukan agar tampil lebih
menarik, terlihat lebih bagus, meningkatkan kesehatan, tuntutan
pekerjaan, saran atau komentar dari orang lain (keluarga, dokter, teman
atau pelatih) (Neurnark-Sztainer, 2002. Berdasarkan penelitian
Maliauskas et.all (2006) motivasi remaja putri menurunkan berat badan
adalah agar menjadi kurus dan terrihat menarik sehingga mendapatkan
perhatian dari lawan jenis, dapat diterima dalam pergaulan teman sebaya
dan meningkatkan rasa percaya diri mereka.
Remaja putri sering memiliki pandangan yang ekstrim dalam
melakukan diet untuk menurunkan berat badannya. Perilaku seseorang
melakukan diet untuk melakukan diet yang salah ditandakan dengan ciri-
ciri sebagai berikut : (poltekkes, 2010).
a. Membatasi frekuensi dan intake makanan, menghilangkan kebiasaan
sarapan atau tidak makan malam dengan tujuan untuk menurunkan
berat badan.
b. Tidak makan nasi dengan asumsi berat badan akan turun, padahal
nantinya individu tersebut akan lari ke makanan lain yang kalorinya
lebih besar dari pada nasi seperti mie/kentang.
47
c. Menganggap makanan yang bentuknya kecil atau ringan seperti
kripik, permen, makanan selingan lainya dll kandungan kalorinya
sedikit.
Diet penurunan berat badan yang sesuai dan sehat bisa dilakukan
dengan cara melakukan latihan fisik untuk mengontrol berat badan,
peneliti berpendapat kemampuan seseorang dalam meningkatkan latihan
fisik sehari-hari dapat mengurangi akumulasi lemak dalam tubuh. strategi
diet dengan meningkatkan asupan makanan dan aktivitas fisik dengan
tujuan mengontrol berat badan dan supaya lebih sehat bagi perempuan
sangat di anjurkan (Poltekkes, 2010).
Hal diatas merupakan praktik diet yang sesuai dan sehat, namun
berdasarkar studi-studi penelitian yang telah dilakukan menemukan
berbagai macam praktek diet yang banyak dilakukan oleh remaja.
Berdasarkan penelitian Neumark-sztainer (2002) menyebutkan bahwa
macam-macanm praktik diet penurunan berat badan terbagi menjadi tiga
kategori, yaitu :
a. Diet sehat
Perilaku diet yang sehat masih memenuhi kcbutuhan gizi
seseorang perharinya dan penurunan berat badan yang terjadi masih
dalam batas normal. Praktik diet yang sehat misalnya perubahan
perilaku makan dengan mengurangi asupan lemak dan membatasi
asupan energi, mengurangi makanan cemilan dan meningkatkan
aktivitas fisik / berolahraga.
48
b. Diet tidak sehat
Perilaku diet penurunan berat badan yang dilakukan umumnya
dengan cara mengurangi asupan makanan dan mengurangi frekuensi
makan, sehingga kebutuhan zat gizi perharinya tidak terpenuhi.
Praktik diet tidak sehat misalnya dengan melewatkan waktu makan
(sarapan, makan siang dan makan malam) dan berpuasa. Menurut Kim
& Lennon (2006), perilaku diet yang tidak sehat seperti melewatkan
waktu makan, asupan energi yang dibatasi ketat akan berhubungan
dengan defisier isi nutrisi seperti kalsium.
c. Diet ektrim
Diet penurunan berat badan yang ekstrim sangat berbahaya
dampaknya bagi tubuh karena umumnya memakai produk atau
substansi untuk mempercepat proses pcnurunan berat badan (seperti
penggunaan pil diet, pil pelangsing, pil penurun nafsu makan, obat
pencahar yang bersifat laksatif dan diuresis dan diikuti dengan
perilaku kesehatan yang buruk misalnya dengan memuntahkan
makanan dengan sengaja, olahraga / latihan fisik yang berlebihan).
Diet ekstrirn yang dilakukan seseorang biasanya menimbulkan
perilaku kesehatan buruk lainya (poltekkes, 2010).
Penelitian penelitian yang telah dilakukan sebelumnya mengenai
perilaku diet pada umumnya mengacu pada alat ukur yang tersusun
oleh French, Perry, Leon dan Fulkerson. Alat ukur ini terdiri dari dua
metode penurunan berat badan yaitu : metode penurunan berat badan
sehat dan metode penurunan badan yang tidak sehat (Elga, 2007).
49
3. Dampak Diet Penurunan Berat Badan
Diet penurunan berat badan yang dilakukan pada masa remaja akan
menyebabkan terganggunya pertumbuhan fisik, perkembangan
psikososial ketidakcukupan asupan gizi (seperti kalsium, zat besi),
mempengaruhi status kesehatan, terganggunya kesehatan mental
seseorang (capek, cemas, depresi dan malas), perilaku diet juga
merupakan awal indikasi dan berkembangnya perilaku makan
menyimpang (eating disorder) (Kim & Lennon, 2002).
Diet mempengaruhi ketidakcukupan asupan zat gizi khusunya
kalsium dan besi. Pada remaja putri yang sedang berdiet banyak yang
berhenti minum susu dan asupan makanan lain juga dibatasi sehingga
tubuh mengalami defisiensi kalsium dan proses pertumbuhan tulang tidak
optimall. Wanita muda yang tidak cukup mengkonsumsi kalsium lebih
berisiko mengalami anemia, karena memiliki gangguan siklus menstruasi
Bagi rernaja putri yang melakukan diet penurunan berat badan, mereka
menghindari makanan yang berprotein tinggi, berkalori tinggi dan
berlemak. Hal ini akan memperparah risiko anemia, karena sumber besi
yang paling berkualitas berasal dari daging. biji-bijian dan serelia
(Poltekkes, 2010).
2.3 Hubungan status Gizi dengan ketidakteraturan Siklus Menstruasi
Kekurangan nutrisi pada seseorang akan berdampak pada penurunan
fungsi reproduksi hal ini dapat diketahui apabila seseorang dapat mengalami
anoreksia nervosa, maka akan terlihat perubahan-peiubahan hormonal
50
tertentu, yang ditandai dengan penurunan berat badan yang mencolok. Hal ini
terjadi karena gonadotropin dalam serum dan urin menurun, serta penurunan
pola sekresinya. Kejadian tersebut berhubungan dengan gangguan fungsi
hiporalamus.
Pada wanita yang anoreksia kadar hormon steroid mengalami
perubahan yaitu meningkatnya kadar tostesteron serum dan penurunan
ekskresi l7-keto-steroid dalam urin, diantaranya androsteron dan
epiardrosteron dampakanya terjadi perubahan siklus ovulasi. Bila anoreksia
tidak terlalu berat dapat diberikan hormon GRH (Gonadothropin relating
hormone), karena hormon tersebut dapat mengembalikan siklus menstruasi ke
arah normal. Berhubungan dengan fungsi menstruasi, secara khusus .jumlah
wanit yang anovulasi akan meningkat bila berat badannya meningkat. Pada
penelitian ternyata wanita gemuk memiliki risiko tinggi terhadap ovulasi
inveftil, dan ovirlasi terganggu sehingga menjadi tidak subur. Keadaan ini
terjadi apabila peningkatan berat badan disebabkan karena asupan gizi yang
berlebihan. Bila sikius berlangsung tanpa ovulasi pada wanita gemuk,
menunjukan adanya kelainan pada pengeluaran hormon. Bila kadar SHBG
rendah, maka akan terjadi peningkatan produksi hormon endrogen baik di
ovatium maupun dikelenjar adrenalin. Kondisi kegemukan berkaitan dengan
proses androgen menjadi estrogen. Hipotalamus merangsang peningkatan
sekresi hormon LH serta terjadi hiperandrogenisme.
Mekanisme lain adalah gangguan pematangan folikel akibat
peningkatan LH dan kadar testosteron yang rendah. Wanita kegemukan
dengan siklus menstruasi normal kadar testosteronya lebih rendah dari pada
51
wanita gemuk yang mengalami anlenore. Seberapa gemuk yang akan
menyebabkan siklus anovulasi tidak diketahui dengan pasti, yang jelas bahwa
diet dan berat badan sangat mempengaruhi fungsi menstruasi (Paath, 2005).
2.4 Hubungan stres dengan Ketidakteraturan Siklus Menstruasi
Stressor diketahui merupakan faktor etiologi dari banyak penyakit.
salah satunya menyebabkan stres fisiologis yaitu gangguan pada menstruasi.
Kebanyakan wanita mengalami sejumlah perubahan dalam pola menstruasi
selama masa reproduksi. Dalam pengaruhnya terhadap pola menstruasi, stres
melibatkan sistem neuro endokrinologi sebagai sistem yang besar peranannya
dalam reproduksi wanita (Sriati, 2009).
Isnaeni (2010), rnengungkapkan bahwa berbagai macam perubahan
emosi akibat suatu stressor telah dihubungkan dengan adanya fluktuasi
hormonal selama siklus menstruasi. Beberapa penelitian menunjukkan
stressor seperti meninggalkan keluarga, masuk kuliah, bergabung dengan
militer, atau memulai kerja baru murngkin berhubungan dengan tidak
datangnya menstruasi.
Stressor yang membuat satu tuntutan baru bagi suatu pekerjaan,
meningkatkan panjang siklus menstruasi, jadi menunda periode menstruasi
setiap bulannya. Sebagai tambahan mengenai meninggalkan keluarga atau
rnemulai satu pekerjaan baru, beberapa penelitian menunjukkan satu
hubungan baru meningkatkan kemungkinan untuk mendapatkan siklus yang
lebih panjang. Gangguan pada pola menstruasi ini melibatkan mekanisme
52
regulasi intergratif yang mempengaruhi proses biokimia dan seluler seluruh
tubuh termasuk otak dan psikologis.
Pengaruh otak dalam reaksi hormonal terjadi melalui jalur
hipotalamushipofisis-ovarim yang meliputi multiefek dan mekanisme kontrol
umpan balik. Pada keadaan stres terjadi aktivasi pada arnygdala pada sistem
limbik. Sistem ini akar menstimulasi pelepasan hormon dari hipotalamus
yaitu corticotropic releasing hormone (CRH). Hormon ini secara langsung
akan menghambat sekresi GnRH hipotalarnus dari tempat produksinya di
nukleus arkuata. Proses ini kemungkinan terjadi melalui penambahan sekresi
opioid endogen. Peningkatan CRFI akan menstimulasi pelepasan endorfin
dan adrenocorticotrotic hormone (ACTH) ke dalam darah. Endorfin sendiri
diketahui merupakan opiat endosen yang peranannya terbukti dapat
mengurangi rasa nyeri.
Peningkatan kadar ACTH akan menyebabkan peningkatan pada kadar
kortisol darah. Pada wanita dcngan gejala amenore hipotalamik menunjukkan
keadaan hiperkertisolisme yang disebabkan adanya peningkatan CRH dan
ACTH Hormon-hormon tersebut secara langsung dan tidak langsung
rnenyebabkan penurunan kadar GnRH, dimana melalui jalan ini maka stres
menyebabkan gangguan siklus menstruasi. Dari yang tadinya siklus
nenstruasinya normal menjadi oligomenorea, polimenorea atau amunorea.
Gejala klinis yang timbul ini tergantung pada derajat penekanan pada GIRH.
Gejala-gejala ini umunmya bersifat sementara dan biasanya akan kembali
nornral apabila stres yang ada bisa diatasi.
53
2.5 Hubungan Diet Dengan Ketidakteraturan Siklus Menstruasi
Diet dapat mepengaruhi fungsi menstruasi, diet vegetarian
berhubungan denrgan anovolasi, penurunan respons hormon pituitari, fase
folikel yang pendek, berisikonya siklus mensrruasi (kurang dari l0 kali /
tahun). Diet rendah lemak berhubungan dengan panjangnya siklus menstruasi
dan periode perdarahan. Diet rendah kalori seperti daging merah dan rendah
lemak berhubungan dengan amenorrhea. (Kusmiran, 2011).
a. Diet Vegetariar
Pengaruh diet vegetarian terhadap hormon seks telah diteliti, 9 orang
vegetarian dieberi diet yang mengandung daging, ternyata fase folekuler
memajang, rata-rata 4.2 hari FSH juga meningkat. Sebaliknya l6 orang diet
biasa beralih ke diet yang kurang daging selama dua bulan mengalami
pemendekan fase lolikel, rata-rata 3.8 hari, mengalami penurunan
frekuensi puncak LH. Pada wanita yang mengkonsumsi diet vegetarian
terjadi peningkatan frekuensi gangguan siklus menstruasi. Prevalensi
ketidakteraturan menstruasi 26,5% pada vegetarian dan 4,9 % pada non
vegetarian.
b. Diet Rendah Lemak
Hasil penelitian pada diet rendah lemak dibanding tinggi lemak,
ternyata pada diet tinggi lemak, teryata pada diet tinggi lemak tidak
memberikan perbedaan kadar hormon dalam plasma dan urin,
kesimpulannya tidak mempunyai pengaruh pada kadar hormon seks.
Sedangkan pada diet rendah lemak akan menyebabkan tiga efek utama,
yaitu panjang siklus mensmuasi meningkat rata-rata 1.3 hari, lamanya
54
waktu menstruasi meningkat rata-rata 0.5 hari, dan fase folekuler
meningkat rata-rata 0.9 hari. Dengan demikian maka bagi wanita yang
bukan vegetarian bila berubah ke diet rendah lemak akan memperpanjang
siklus menstruasi sebagai akibat dari memanjangnya fase menstruasi dan
frase folikuler (Paath, 2005).
55
2.6 Kerangka Konsep
Secara Langsung Respon Stres
Diet sehat P Sekresi P Hormon estrogenIMT dan LILA Diet Tidak Sehat Hormon Hypotise
P Gonadotropin
Gangguan SirkulasiGNRH Hipotalamus
Gangguan SekresiEstrogen dan Progesterogen
: Tidak Diteliti
: Diteliti
(Proverawati, 2009)
Kerangka 2.6 Kerangka Teori Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Ketidakteraturan Siklus Menstruasi
STATUS NUTRISI STRES DIET AKTIFITAS FISIK IBU MENYUSUI
STATUS NUTRISI
DAN REPRODUKSI
KETIDAKTERATURAN SIKLUS MENTRUASI