Upload
lyduong
View
214
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
70
BAB 3
ANALISA SISTEM YANG BERJALAN
3.1 Skema Kerangka Berpikir
Gambar 3.1 Skema Kerangka Berpikir
71
Penyusunan skrispi ini diawali dengan menentukan topik penelitian yaitu
evaluasi proses bisnis pada PT Sari Coffee Indonesia. Topik yang dipilih untuk
penelitian ini adalah evaluasi proses bisnis.
Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data menggunakan beberapa
instrumen yaitu wawancara, kuesioner dan studi pustaka. Data ini digunakan dalam
menganalisa proses bisnis yang berjalan pada perusahaan. Proses bisnis yang
dianalisa dibagi menjadi dua yaitu proses bisnis tanpa menggunakan aplikasi SAP
(proses bisnis procurement) dan proses bisnis yang menggunakan SAP (proses
bisnis Materials Management). Untuk menggambarkan proses bisnis procurement,
digunakan rich picture, sedangkan untuk menggambarkan proses bisnis Materials
Management digunakan SAP workflow.
Data yang dikumpulkan juga digunakan untuk analisisa terhadap kinerja
perusahaan dan analisis terhadap investasi sistem berjalan. Metode yang digunakan
untuk menganalisa kinerja perusahaan adalah IT Balanced Scorecard yang
mengukur kinerja perusahaan melalui 4 perspektif yakni perspektif kontribusi
perusahaan, perspektif orientasi pengguna, perspektif penyempurnaan operasional
serta perspektif orientasi masa depan. Metode cost and benefit analysis juga
digunakan untuk menganalisa biaya serta manfaat yang diperoleh dari investasi
sistem yang berjalan pada perusahaan.
Berdasarkan hasil analisa perusahaan terhadap proses bisnis berjalan, kinerja
perusahaan serta investasi sistem, dilakukan evaluasi terhadap kelebihan sistem
berjalan, kekurangan sistem berjalan serta requirement yang muncul. Dari hasil
72
evaluasi tersebut menghasilkan usulan pengembangan bagi PT Sari Coffee
Indonesia yaitu reimplementasi SAP ECC 6.0.
Reimplementasi SAP ECC 6.0 dilakukan dengan cara meng-upgrade SAP
R/3 4.7 ke SAP ECC 6.0 serta melakukan penambahan proses bisnis dan aktivasi
beberapa transaksi. Penambahan proses yang akan dilakukan adalah menambahkan
proses vendor selection, sedangkan aktivasi transaksi yang dilakukan adalah
aktivasi transaksi Request for Quotation (RFQ), aktivasi Material Requirement
Planning (MRP), aktivasi laporan kinerja vendor, penambahan fitur placing order /
stock transport, aktivasi stock placements and removals, aktivasi return purchase
order, dan aktivasi stock report.
Untuk mengetahui apakah SAP ECC 6.0 dapat memenuhi requirement yang
ada, maka digunakan metode fit/gap analysis yang akan mengukur kemampuan
sistem dalam memenuhi requirement yang muncul serta tingkat prioritas
pemenuhan requirement. Kemudian, akan disertakan jadwal usulan reimplementasi
SAP ECC 6.0 menggunakan metode ASAP.
3.2 Gambaran Umum Perusahaan
3.2.1 Sejarah Singkat Perusahaan
Saat ini, PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAP) mengelola lebih dari 700
store dengan total area penjualan seluas lebih dari 300.000 m2 di 22 kota besar
di Indonesia. Produk yang tersedia di store yang dikelola MAP terdiri dari
sepatu, pakaian, aksesoris, makanan dan minuman dan bahkan buku. Dikenal
untuk department store eksklusif dan konsep store untuk merek-merek
internasional di Indonesia, MAP memiliki kemitraan eksklusif dengan SEIBU,
73
Sogo dan Debenhams Department Store; dan juga gerai peralatan dan
perlengkapan olah raga serta fashion di antaranya: MaxMara, Habitat, Giorgio
Armani, Loewe, Chloe, Salvatore Ferragamo, Tumi, Zara, Massimo Dutti, Pull
and Bear, Topman, Topshop, NEXT, Planet Sports, Sports Station, The
Athlete’s Foot, Reebok. MAP juga memiliki hak waralaba eksklusif Starbucks
Coffee, Pizza Marzano, Cold Stone Creamery dan Burger King.
Starbucks Coffee di Indonesia dikelola oleh PT. Sari Coffee Indonesia
yang merupakan salah satu dari anak perusahaan PT. Mitra Adiperkasa Tbk
(MAP). PT. Sari Coffee Indonesia berlokasi di lantai 7 Wisma BNI 46, Jl.
Jendral Sudirman Kav. 1, Jakarta Selatan.
Starbucks Coffee adalah sebuah perusahaan yang menjual berbagai
jenis minuman, khususnya yang berbahan baku kopi, serta makanan ringan
seperti cake, sandwich, muffin, donut, dan sebagainya.
Sejak 2002, PT. Sari Coffee Indonesia telah memiliki 75 gerai di
Jakarta, Surabaya, Bandung, Bali, Yogyakarta, dan Medan, dan akan terus
mengembangkan bisnisnya di Tanah Air. Saat ini, dengan lebih dari 1000
partners, Starbucks Coffee Indonesia berkomitmen untuk membawa
pengalaman Starbucks (The Starbucks Experience) ke dalam kehidupan
pelanggan melalui setiap cangkir yang disuguhkan.
3.2.2 Struktur Organisasi Perusahaan
Berikut ini adalah struktur organisasi PT. Sari Coffee Indonesia yang
merupakan pemegang lisensi dari Starbucks Coffee Indonesia.
74
Gambar 3.2 Struktur Organisasi PT. Sari Coffee Indonesia
3.2.3 Tugas Wewenang dan Tanggung Jawab
Berikut ini adalah uraian tugas dan tanggung jawab tiap-tiap bagian dalam
struktur organisasi PT. Sari Coffee Indonesia:
1. Director
Director merupakan bagian tertinggi di PT. Sari Coffee Indonesia yang
mempunyai tugas dan wewenang sebagai berikut :
a. Menerima laporan jalannya bisnis PT. Sari Coffee Indonesia secara
global
b. Mengelola bisnis PT. Sari Coffee Indonesia secara global
c. Menentukan strategi bisnis yang harus dijalankan dalam PT. Sari
Coffee Indonesia
75
2. Human Resource and Development (HRD)
Bagian HRD memiliki wewenang memilih siapa saja orang-orang yang
tepat untuk ditempatkan di posisi yang tersedia di PT. Sari Coffee
Indonesia
3. Partner Resource Manager (PRM)
Tugas dan wewenangnya adalah :
a. Menangani semua perihal menyangkut seluruh karyawan yang
bekerja pada PT. Sari Coffee Indonesia
b. Mengontrol semua perihal mengenai perpindahan dan mutasi
karyawan
c. Merumuskan penggajian karyawan
4. Finance Manager (FM)
Mengontrol semua perihal menyangkut pembayaran kepada vendor baik
dari luar maupun dalam
5. Accounting Manager (AM)
Mengurus pembukuan mengenai seluruh rangkuman arus keuangan yang
terjadi di PT. Sari Coffee Indonesia
76
6. Operational Manager dan Marketing Manager
Seorang Operational Manager merangkap juga sebagai Marketing
Manager di PT. Sari Coffee Indonesia dan mengepalai beberapa divisi
yang mempunyai tugas dan wewenang sebagai berikut :
a. Memimpin keseluruhan operasional PT. Sari Coffee Indonesia
b. Mengontrol keseluruhan operasional PT. Sari Coffee Indonesia
c. Mengontrol pemasaran di PT. Sari Coffee Indonesia
d. Mengontrol pemesanan barang yang dilakukan oleh PT. Sari Coffee
Indonesia
e. Mengontrol seluruh market PT. Sari Coffee Indonesia dari setiap
store
f. Memunculkan ide-ide program pemasaran
7. Material Manager
Material manager berperan penting dalam pengadaan arus barang dalam
PT. Sari Coffee Indonesia, tugas dan wewenangnya adalah :
a. melakukan forecasting / prakiraan untuk menentukan banyaknya
pesanan yang akan dilakukan
b. melakukan pemesanan untuk bahan baku minuman serta peralatan
operasional dengan membuat Order Form
c. membuat commercial invoice dan Purchase Order
d. mengurus pembuatan Surat Keterangan Impor (SKI)
e. mengatur distribusi bahan baku ke store melalui dokumen Stock
Transport Order (STO)
77
f. menerima Receiving Variance Report (RVR) apabila terjadi selisih
dalam pemesanan barang
g. memantau jumlah stok bahan baku di warehouse
h. menyusun laporan tentang stok bahan baku kepada direktur
perusahaan.
8. Operational Service Manager
a. Mengontrol kualitas pelayanan di PT. Sari Coffee Indonesia
b. Membantu tugas yang dijalankan oleh Operational Manager
9. Management IT Support
a. Menangani masalah yang muncul pada sistem di store
b. Melakukan penambahan konfigurasi pada sistem di store
10. Operational Coordinator
a. Mengkoordinasi hal-hal yang berkaitan dengan berita-berita di PT.
Sari Coffee Indonesia dan komunikasi-komunikasi yang menyangkut
operasional PT. Sari Coffee Indonesia
b. Menjadi jembatan komunikasi antara pihak store dengan kantor pusat
11. Quality Assurance Manager
a. Memantau, mengontrol, dan mengatur kualitas pelayanan para
karyawan sampai pada nilai standar yang ditentukan seperti
memastikan kebersihan (cleanlines) setiap store dan para karyawan,
78
sampai dengan penempatan stok barang di warehouse setiap store
yang sesuai standar
b. Memastikan dijalankannya metode FIFO (First in First Out) bahan
baku di store
c. Mengawasi dan memperhatikan penggunaan cairan-cairan kimia
(chemical) yang tepat untuk semua standar kebersihan peralatan dan
lingkungan di setiap store
12. Food Manager
Food Manager harus selalu mengontrol food market PT. Sari Coffee
Indonesia, dari mulai bentuk, bahan yang digunakan, daya tahan
makanan, rasa, serta memikirkan ide makanan baru yang akan laku di
pasaran Indonesia.
13. Learning and Development Manager
Melatih semua karyawan mulai dari barista, Supervisor (SPV), Assistant
Manager, Store Manager, sampai District Manager.
14. District Manager
Merupakan orang yang membawahi beberapa store serta mempunyai
tugas dan wewenang sebagai berikut :
a. Memberikan laporan tentang keadaan beberapa store yang
dipegangnya kepada kantor pusat
79
b. Menetapkan kebijakan dan tujuan perusahaan serta melakukan
pengawasan dan pengendalian secara umum terhadap seluruh
kegiatan operasional store, mengadakan perencanaan keuangan dan
kesejahteraan karyawan
3.3 Visi dan Misi Perusahaan
Visi Perusahaan
“Untuk menginspirasi dan menaruh peduli kehidupan manusia – setiap individu,
satu cangkir, dan satu lingkup tempat tinggal pada saat yang bersamaan”.
Berikut adalah cara-cara untuk mewujudkan visi tersebut :
• Kopi kami Dari dulu dan akan selalu tentang kualitas. Kami berhasrat untuk
menggunakan biji kopi terbaik dengan pertukaran yang adil, menangani biji
kopi dengan sungguh-sungguh, dan memperbaiki kehidupan para petani kopi.
Kami sungguh peduli akan semua ini; pekerjaan kami tidak akan pernah
selesai.
• Partner kami Kami menyebut partner, karena disini tidak hanya soal
pekerjaan, melainkan hasrat kami. Bersama, kita menghargai perbedaan untuk
menciptakan sebuah tempat dimana setiap individu dapat menjadi pribadinya
sendiri. Kami selalu memperlakukan setiap orang dengan hormat dan harga
diri. Dan kami sepakat untuk selalu menerapkan hal tersebut.
• Pelanggan kami Saat kami sudah sepenuhnya terikat, kami terhubung
bersama, tertawa bersama, dan mengangkat hidup pelanggan kami-bahkan jika
80
hanya untuk hal terkecil sekalipun. Tentunya, dimulai dengan janji untuk selalu
membuat minuman yang sempurna sesuai standar, namun tugas kami jauh
melampaui sebatas itu. Ini sungguh mengenai koneksi antar manusia.
• Store kami Saat pelanggan kami merasakan rasa kebersamaan, store kami
menjadi layaknya surga, sebuah peristirahatan dari segala kekhawatiran diluar
sana, tempat dimana anda bisa bertemu dengan sahabat. Ini tentang kesenangan
akan hidup- terkadang perlahan dan nikmat, kadang terlampau cepat. Selalu
penuh akan rasa kemanusiaan.
• Lingkungan kami Setiap store merupakan bagian dari sebuah komunitas, dan
kami bertanggungjawab untuk menjadi tetangga yang baik. Kami ingin
diundang dimanapun kami melakukan bisnis. Kami bisa menjadi kekuatan
untuk kegiatan positif- menyatukan partner, pelanggan, dan komunitas untuk
turut berkontribusi setiap hari. Sekarang dapat dilihat bahwa tanggung jawab
kami-dan potensi kami-kian bertambah. Dunia mengikuti standar Starbucks.
Kami akan memimpin.
• Pemegang saham kami Kami tahu bahwa saat mencapai area ini, kami
menikmati jenis kesuksesan yang turut dibagikan kepada para pemegang
saham. Kami benar-benar terbuka akan hal keuangan sehingga Starbucks-dan
setiap orang yang berkepentingan-dapat bertahan dan terus berkembang.
Misi Perusahaan
• Berkomitmen akan sebuah peran memimpin lingkungan hidup dalam setiap
81
aspek bisnis
• Memahami isu-isu lingkungan hidup dan saling membagi informasi dengan
partner kami.
• Mengembangkan solusi inovatif dan fleksibel untuk mengahadapi perubahan.
• Berusaha untuk selalu membeli, menjual, dan menggunakan produk-produk
yang ramah lingkungan.
• Memahami tanggung jawab fiskal kepada pemerintah adalah penting bagi
kelangsungan masa depan lingkungan.
• Menjadikan tanggung jawab terhadap lingkungan sebagai nilai penting dari
perusahaan
• Mengukur dan mengawasi kemajuan dari setiap proyek
• Mendukung semua partner untuk turut serta dalam misi tersebut
3.4 Analisa Proses Bisnis yang Sedang Berjalan
Proses bisnis procurement yang sedang berjalan bisa dibagi menjadi :
3.4.1 Pemesanan Standar
Pemesanan ini merupakan pemesanan yang rutin dilakukan bagian
procurement untuk mendukung proses penjualan minuman. Proses pemesanan
ini dibagi menjadi :
3.4.1.1 Prakiraan pemesanan / Forecasting
82
Sebelum melakukan pemesanan, bagian Procurement dari PT.
Sari Coffee Indonesia akan melakukan forecasting / prakiraan untuk
menentukan banyaknya pesanan yang akan dilakukan. Prakiraan ini
didasarkan pada jumlah stok bahan baku di warehouse, tren penjualan
beberapa bulan sebelumnya serta tanggal kadaluarsa barang persediaan
di warehouse. Prakiraan pemesanan biasanya dilakukan beberapa bulan
sebelum melakukan pemesanan.
3.4.1.2 Pemesanan bahan baku
Setiap dua minggu sekali, bagian Procurement akan melakukan
pemesanan untuk bahan baku minuman antara lain : wholebean, syrup,
blended beverage coffee based, frappuccino juice blend, universal
beverage based, frappuccino beverage mix, international chocolate
drink mix, bar mocha powder, frappuccino chip, dan matcha powder.
Pemesanan ini dilakukan kepada SRDC (Sugar Research &
Development Center) Singapore yang merupakan warehouse bahan baku
Starbucks Coffee di Asia Tenggara. SRDC Singapore memperoleh
bahan baku dari Starbucks Coffee Asia Pacific di Hong Kong.
Berdasarkan prakiraan pemesanan bahan baku yang telah dibuat,
bagian Procurement akan melakukan pemesanan dengan membuat
Order Form. Bahan baku yang akan dipesan, dicatat ke dalam Order
Form dengan variancy sekitar 30%. Order Form ini kemudian
dikirimkan ke Starbucks Coffee Hong Kong untuk diproses.
83
Apabila Order Form disetujui, maka bagian Procurement akan
membuat commercial invoice. Pada saat yang bersamaan, dibuat juga
Purchase Order yang akan diberikan kepada Director PT. Sari Coffee
Indonesia. Purchase order ini kemudian diteruskan ke bagian finance
yang akan mengurusi pembayaran pemesanan.
Selanjutnya, bagian Procurement akan mengurus pembuatan Surat
Keterangan Impor (SKI). SKI harus atas persetujuan BPOM dan bea
cukai agar bahan baku dapat masuk ke Indonesia.
3.4.1.3 Distribusi Bahan Baku
Setelah Order Form disetujui oleh Starbucks Coffee Hong Kong
dan melewati berbagai regulasi serta inspeksi oleh SGS (Perusahaan
Inspeksi), maka penerimaan bahan baku akan dilakukan dalam selang
waktu 2 minggu.
Saat bahan baku sampai di Pelabuhan Tanjung Priok, Indonesia,
bahan baku kemudian diterima oleh pihak ketiga yaitu Key Maritim dan
disimpan di warehouse PT. Mitra Adiperkasa Tbk di Gunung Putri.
Sesampainya di warehouse, bagian warehouse akan mengecek bahan
baku dan membuat Goods Receipt yang akan memperbaharui stok
bahan baku.
Distribusi bahan baku ke store dilakukan oleh bagian warehouse
melalui dokumen Stock Transport Order (STO) yang berisi daftar bahan
baku yang akan didistribusikan ke store. Kemudian, bagian warehouse
84
akan membuat List STO bahan baku dan memberikannya kepada semua
district manager.
3.4.1.4 Pengembalian bahan baku
Apabila pada saat pengecekan terjadi selisih antara bahan baku
yang diterima dengan bahan baku yang dipesan, maka bagian warehouse
akan membuat Receiving Variance Report (RVR) kepada bagian
Procurement kemudian diteruskan ke customer service SRDC
Singapore. Bila benar terjadi kesalahan, maka pihak SRDC akan
memotong tagihan sebesar jumlah bahan baku yang tidak terkirim.
3.4.1.5 Pemantauan bahan baku
Pemantauan bahan baku dilakukan setiap saat untuk mengetahui
jumlah stok bahan baku di warehouse. Apabila bahan persediaan bahan
baku mendekati habis, maka bagian Procurement segera melakukan
pemesanan bahan baku agar mencegah terjadinya kekurangan persediaan
bahan baku.
Setiap akhir bulan, bagian Procurement akan menyusun laporan
tentang stok bahan baku kepada Director PT. Sari Coffee Indonesia.
85
Gambar 3.3 Rich Picture Pemesanan Standar
Keterangan Rich Picture Pemesanan Standar
1. Material Manager mengecek stok bahan baku di warehouse
2. Material Manager melakukan prakiraan / forecasting lalu membuat order
form untuk dikirim ke SRDC Singapore
3. Pihak SRDC Singapore meneruskan order form tadi ke Starbucks Coffee
Hongkong yang bertindak sebagai pusat Starbucks Coffee untuk wilayah
Asia Tenggara
4. Bila jumlah stok tersedia dan order bisa dipenuhi, Starbucks Coffee
Hongkong akan mengirim order form yang telah disetujui kepada SRDC
Singapore
86
5. SRDC menyerahkan kembali order form yang telah disetujui kepada
Material Manager
6. Material Manager membuat commercial invoice dan Purchase Order
kepada Director
7. Bila Director setuju, invoice dan PO akan dikembalikan kepada Material
Manager
8. Commercial invoice dan PO tadi kemudian diserahkan ke bagian Finance
untuk diurus perihal pembayarannya
9. Material Manager mengurus Surat Keterangan Import (SKI) ke bagian bea
cukai dan BPOM agar barang-barang bisa masuk ke Indonesia
10. Bila semua persyaratan sudah terpenuhi, bea cukai dan BPOM akan
meluluskan permintaan impor tersebut
11. SRDC akan langsung mengirimkan bahan baku ke pelabuhan Tanjun g
priok
12. Material Manager membuat Surat Jalan dan menyerahkannya berikut
dengan SKI kepada Key Maritim
13. Key Maritim mengurus surat-surat tersebut di pelabuhan Tanjung Priok
untuk keperluan impor barang
14. Setelah bahan baku sampai, Key Maritim bertugas mengambilnya di
pelabuhan
15. Key Maritim menyimpan bahan baku ke warehouse PT. Sari Coffee
Indonesia yang tergabung dalam satu warehouse PT. Mitra Adiperkasa Tbk
di Gunung Putri
87
16. Bagian Warehouse membuat Goods Receipt atas bahan baku yang sudah
diterimanya kepada Material Manager
17a. Jika terjadi selisih barang antara yang diorder dengan yang diterima,
bagian warehouse akan membuat Receiving Variance Report (RVR)
kepada Material Manager
18a. Material Manager mengirim RVR kepada pihak SRDC Singapore
19a. SRDC Singapore akan memotong jumlah tagihan ke PT. Sari Coffee
Indonesia atas selisih yang muncul
20. Warehouse akan mengatur dan mendistribusikan bahan baku ke store
dengan menggunakan Stock Transport Order (STO)
21. Warehouse juga menyerahkan List STO kepada District Manager
22. Setiap hari, store mengirimkan laporan persediaan bahan baku harian
kepada bagian Materials Management
23. Material Manager membuat laporan bulanan perihal pendistribusian
bahan baku kepada Director PT. Sari Coffee Indonesia
3.4.2 Pemesanan khusus
Disamping memesan bahan baku secara berkala, PT. Sari Coffee
Indonesia juga mengimpor peralatan operasional seperti blender, mesin
penggiling kopi, oven dan lain-lain serta berbagai furniture seperti meja
bar, sofa, lampu dan lain sebagainya. Proses ini dapat dibagi menjadi
beberapa subproses yaitu :
3.4.2.1 Menerima permintaan pesanan
88
Bagian procurement akan menerima permintaan pesanan
peralatan operasional serta furniture dari warehouse. Jumlah pesanan
disesuaikan dari permintaan pihak warehouse.
3.4.2.2 Pemesanan peralatan operasional dan furniture
Bagian Procurement akan melakukan pemesanan peralatan
operasional dan furniture. Pemesanan ini dilakukan kepada SRDC
(Sugar Research & Development Center) Singapore.
Berdasarkan permintaan pemesanan peralatan operasional dan
furniture yang telah dibuat, bagian Procurement akan melakukan
pemesanan dengan membuat Order Form. Peralatan operasional
serta furniture yang akan dipesan, dicatat ke dalam Order Form.
Order Form ini kemudian dikirimkan ke Starbucks Coffee Hong
Kong untuk diproses.
Apabila Order Form disetujui, maka bagian Procurement akan
membuat commercial invoice. Pada saat yang bersamaan, dibuat juga
Purchase Order yang akan diberikan kepada Director PT. Sari
Coffee Indonesia. Purchase order ini kemudian diteruskan ke bagian
finance yang akan mengurusi pembayaran pemesanan.
3.4.2.3 Distribusi peralatan operasional dan furniture
Setelah Order Form disetujui oleh Starbucks Coffee Hong
Kong dan melewati berbagai regulasi serta inspeksi oleh SGS
89
(Perusahaan Inspeksi), maka penerimaan akan dilakukan dalam
selang waktu 2 minggu.
Saat peralatan operasional dan furniture sampai di Pelabuhan
Tanjung Priok, Indonesia, barang akan diterima oleh pihak ketiga
yaitu Key Maritim dan disimpan di warehouse PT. Mitra Adiperkasa
Tbk di Gunung Putri. Kemudian, bagian warehouse akan mengecek
peralatan dan furniture dan membuat Goods Receipt yang akan
memperbaharui stok peralatan dan furniture.
Distribusi peralatan dan furniture ke store diatur oleh bagian
warehouse melalui dokumen Stock Transport Order (STO) yang
berisi daftar peralatan operasional dan furniture yang akan
didistribusikan ke store. Kemudian, bagian warehouse juga membuat
List STO peralatan operasional dan furniture kepada semua district
manager.
90
Gambar 3.4 Rich Picture Pemesanan Khusus
Keterangan Rich Picture Pemesanan Khusus
1. Warehouse akan meminta berbagai peralatan operasional dan furniture
kepada Material Manager
2. Material Manager membuat order form untuk dikirim ke SRDC
Singapore
91
3. Pihak SRDC Singapore meneruskan order form tadi ke Starbucks Coffee
Hongkong yang bertindak sebagai pusat Starbucks Coffee untuk wilayah
Asia Tenggara
4. Bila jumlah stok tersedia dan order bisa dipenuhi, Starbucks Coffee
Hongkong akan mengirim order form yang telah disetujui kepada SRDC
Singapore
5. SRDC menyerahkan kembali order form yang telah disetujui kepada
Material Manager
6. Material Manager membuat commercial invoice dan Purchase Order
kepada Director
7. Bila Director setuju, invoice dan PO akan dikembalikan kepada Material
Manager
8. Commercial invoice dan PO tadi kemudian diserahkan ke bagian Finance
untuk diurus perihal pembayarannya
9. Material Manager mengurus Surat Keterangan Import (SKI) ke bagian
bea cukai agar barang-barang bisa masuk ke Indonesia
10. Bila semua persyaratan sudah terpenuhi, bea cukai akan meluluskan
permintaan impor tersebut
11. SRDC akan langsung mengirimkan peralatan operasional dan furniture
ke pelabuhan Tanjung Priok
12. Material Manager membuat Surat Jalan dan menyerahkannya berikut
dengan Surat Keterangan Import (SKI) kepada Key Maritim
13. Key Maritim mengurus surat-surat tersebut di pelabuhan Tanjung Priok
untuk keperluan impor barang
92
14. Setelah peralatan operasional dan furniture sampai, Key Maritim bertugas
mengambilnya di pelabuhan
15. Key Maritim mengantarkan peralatan operasional dan furniture ke
warehouse pusat PT. Sari Coffee Indonesia yang tergabung dalam satu
warehouse PT. Mitra Adiperkasa Tbk di Gunung Putri
16. Bagian Warehouse membuat Goods Receipt atas peralatan operasional
dan furniture yang sudah diterimanya kepada Material Manager
17. Warehouse akan mengatur dan mendistribusikan peralatan operasional
dan furniture ke store menggunakan Stock Transport Order (STO)
18. Bagian warehouse juga menyerahkan List STO kepada District Manager
19. Material Manager membuat laporan bulanan perihal pendistribusian
peralatan operasional dan furniture kepada Director PT. Sari Coffee
Indonesia
3.5 Workflow Pemesanan Menggunakan Aplikasi SAP R/3 4.7
Proses pemesanan pada PT. Sari Coffee Indonesia telah menggunakan
aplikasi SAP R/3 4.7 modul Procurement. Proses ini diawali dengan pembuatan
Purchase Requisition, Purchase Order, Goods Receipt serta proses memantau
persediaan bahan baku.
93
Gambar 3.5 Proses Pemesanan pada PT. Sari Coffee Indonesia Menggunakan Aplikasi
SAP R/3 4.7 Modul Materials Management
Berikut ini merupakan workflow dari proses pemesanan baik pemesanan
standar maupun pemesanan khusus.
3.5.1 Workflow Purchase Requitition
Proses pemesanan diawali dengan pembuatan Purchase
Requitition (PR) yang berisi permintaan pembelian bahan baku (pada
pemesanan standar) atau permintaan pembelian peralatan operasional atau
pembelian furniture (pada pemesanan khusus). Setelah menentukan apa
yang akan dibeli, maka bagian Procurement akan memasukkan jumlah
94
material yang akan dibeli. Selanjutnya, bagian Procurement memasukkan
cost center untuk material yang telah dipilih. Setelah itu, PR di-save /
disimpan dan kemudian dicetak.
Gambar 3.6 Workflow Purchase Requitition
3.5.2 Workflow Purchase Order
Proses pembuatan Purchase Order (PO) diawali dengan memilih
vendor, purchasing organization, serta purchasing group. Selanjutnya,
memilih account assignment category dan melengkapi tanggal pengiriman
barang, kode site, kode storage location, dan tracking number. Kemudian
memilih tombol reference to purchase requitition untuk secara otomatis
memindahkan data yang telah diisi dari purchase requitition ke purchase
95
order dengan cara mengetikkan kode purchase requitition yang sudah
dibuat sebelumnya. Kemudian PO di-save / disimpan dan dicetak.
Dalam transaksi ini terdapat beberapa jenis PO antara lain :
1. PO standard
PO untuk barang-barang jenis standar yang bukan termasuk free
goods yang akan masuk ke dalam inventory store untuk dijual.
2. PO Consignment :
PO yang dibuat untuk barang-barang konsinyasi, yang stoknya
tidak akan diperhitungkan sebagai stok PT. Mitra Adiperkasa
Tbk, melainkan milik vendor.
3. PO subcontract
PO yang dibuat apabila memesan barang jadi kepada vendor dan
mengirimkan komponen-komponen barang untuk membentuk
atau merakit barang jadi tersebut.
4. PO return
PO untuk pengembalian barang ke vendor atau pengembalian
barang dari toko ke gudang. Biasanya PO ini dibuat antara lain
untuk barang-barang sisa promosi, barang-barang seasonal yang
tersisa dari season sebelumnya, dan barang-barang rusak yang
harus dikembalikan ke vendor.
5. PO Free Goods
PO yang dibuat untuk barang-barang gratis dari supplier yang
akan masuk ke dalam inventory store.
96
6. PO Non-MD Other
PO yang dibuat untuk barang-barang Non-MD, yang tidak dijual
tapi tetap disimpan dan diperhitungkan stoknya. Terdiri dari 3
macam:
• Asset, misalnya komputer
• Expense, misalnya advertising dan promotion
• Other, misalnya paper bag
97
Gambar 3.7 Workflow Purchase Order
98
3.5.3 Workflow Goods Receipt Berdasarkan Purchase Order
Saat menerima material yang dipesan, bagian warehouse akan
membuat Goods Receipt (GR) berdasarkan Purchase Order (PO) yang
telah dibuat sebelumnya. Saat membuat Goods Receipt, nomor PO
dimasukkan dan diadopsi untuk menyalin data material dari PO ke GR.
Kemudian dimasukkan nomor delivery note. Lalu GR di-save / disimpan
dan kemudian dicetak.
99
Gambar 3.8 Workflow Goods Receipt
3.5.4 Workflow Memantau
Proses memantau dilakukan bagian Procurement untuk mengetahui
jumlah persediaan bahan baku yang ada. Apabila jumlah persediaan bahan
baku hampir habis, maka bagian Procurement segera membuat Purchase
100
Requitition. Apabila jumlah persediaan bahan baku masih mencukupi, maka
bagian Procurement hanya mencetak laporan persediaan bahan baku.
Gambar 3.9 Workflow Memantau
3.6 Pengukuran Kinerja
3.6.1 Perumusan Tujuan dan Ukuran Strategis IT Balanced Scorecard
Sebelum melakukan pengukuran kinerja, maka terlebih dahulu
dirumuskan tujuan dan ukuran strategis ke dalam empat perspektif pendekatan
IT Balanced Scorecard, antara lain:
101
1. Kontribusi Perusahaan
Merupakan perspektif yang mengukur kinerja TI berdasarkan
pandangan dari manajemen eksekutif, para direktur dan shareholder.
Tujuan strategis dari perspektif ini antara lain:
• Mengendalikan anggaran biaya divisi TI
Anggaran yang dikeluarkan untuk divisi TI harus dikendalikan dan
dialokasikan dengan sebaik mungkin.
Ukuran strategis :
Besarnya persentase anggaran divisi TI
• Menyediakan kemampuan bisnis yang baru
Perusahaan menginvestasikan sejumlah dana untuk menghadirkan
kemampuan bisnis baru yang dapat mendukung serta meningkatkan
fungsi bisnis dalam perusahaan.
Ukuran strategis :
Besarnya persentase anggaran untuk proyek baru
2. Perspektif orientasi Pengguna
Merupakan perspektif yang mengevaluasi kinerja TI berdasarkan
cara pandang pengguna aplikasi SAP. Tujuan strategis dari perspektif ini
adalah
• Meningkatkan pemahaman pengguna terhadap aplikasi SAP
102
Melalui peningkatan pemahaman serta frekuensi pelatihan sehingga
dapat menigkatkan pemahaman pengguna terhadap aplikasi SAP
Ukuran strategis :
Tingkat pemahaman pengguna terhadap aplikasi SAP
Frekuensi pelatihan pengguna terhadap aplikasi SAP
• Meningkatkan kepuasan pengguna terhadap hardware, software, dan
aplikasi SAP, membahas tentang tingkat kepuasaan pengguna melalui
minimalisasi frekuensi terjadinya kesalahan pada software, kegagalan
pada hardware, peningkatan akurasi serta kemudahan dalam
pemrosesan data serta efektivitas Help Desk TI dalam menangani
kebutuhan pengguna aplikasi SAP.
Ukuran strategis :
Tingkat pemenuhan kebutuhan yang diberikan aplikasi SAP
Tingkat keakuratan aplikasi SAP dalam pemrosesan data
Pengurangan kesalahan saat menjalankan proses bisnis
menggunakan aplikasi SAP
Tingkat integritas fungsi-fungsi dalam SAP
Tingkat rendahnya frekuensi kegagalan pada aplikasi SAP
Tingkat rendahnya frekuensi kegagalan server SAP
Fungsi Help Desk TI yang efektif
Tingkat Kepuasan Pengguna terhadap Aplikasi SAP
103
3. Penyempurnaan operasional
Perspektif ini adalah perspektif yang menilai kinerja TI
berdasarkan tingkat efektivitas serta efisiensi proses TI yang sedang
berjalan. Tujuan strategis dari perspektif ini adalah :
• Mengembangkan hardware dan software secara efektif dan efisien
Melalui pengembangan hardware dan software untuk meningkatkan
kualitas hardware dan software sehingga dpaat meningkatkan
kepuasaan pengguna aplikasi SAP.
Ukuran strategis :
Frekuensi terjadinya kesalahan (error) pada aplikasi SAP.
Frekuensi terjadinya kegagalan pada hardware misalnya server
SAP down.
Frekuensi terjadinya kerusakan pada hardware (seperti server,
jaringan, dan infrastruktur lainnya ) yang mendukung aplikasi
SAP.
• Meningkatkan pemeliharaan hardware dan software
Proses pemeliharaan hardware dan software dapat mengurangi
frekuensi terjadinya kerusakan hardware dan software sehingga dapat
meningkatkan kualitas hardware dan software untuk mendukung
proses bisnis perusahaan
Ukuran strategis :
104
• Frekuensi pemeliharaan terhadap aplikasi SAP (misalnya terus
memperbaharui / menambahkan fungsi-fungsi pada aplikasi SAP).
• Frekuensi pemeliharaan terhadap hardware yang mendukung
aplikasi SAP (misalnya server SAP)
• Memaksimalkan manajemen masalah
Tingkat kecepatan Help Desk TI dalam menangani masalah yang
terjadi pada aplikasi SAP atau hardware yang berhubungan dengan
aplikasi SAP
Ukuran strategis :
Fungsi Help Desk TI dalam membantu pengguna SAP dalam
menghadapi masalah pada aplikasi SAP.
4. Perspektif Orientasi Masa Depan
Membahas tentang penilaian kinerja TI berdasarkan cara pandang
dari departemen itu sendiri, yaitu : pelaksanaan, para praktisi dan
profesional yang ada. Secara umum, tujuan strategis dari prespektif ini
adalah
• Pelatihan staf divisi TI
Bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman staf divisi
TI melalui pelatihan-pelatihan.
Ukuran Strategis
Frekuensi pelatihan staf divisi TI
105
Pengadaan seminar tentang perkembangan SAP
Tingkat kepuasan terhadap frekuensi pelatihan saat ini
Frekuensi pelatihan yang diharapkan.
• Kemampuan staf divisi TI
Bertujuan untuk mendukung perusahaan dalam melaksanakan
kegiatan operasionalnya
Ukuran strategis
Tingkat pengalaman staf divisi TI dalam bidang SAP
3.6.2 Pengukuran Ukuran Strategis Tiap Perspektif
Pada bagian ini, akan dibahas tentang cara mengumpulkan hasil
pengukuran masing-masing ukuran strategis dari tiap perspektif sehingga
diperoleh gambaran aktual dari keadaan perusahaan.
1. Perspektif Kontribusi Perusahaan
Ukuran-ukuran strategis dari perspektif kontribusi perusahaan yaitu :
• Besarnya persentase anggaran divisi TI.
Pengukuran besarnya anggaran divisi TI diperoleh melalui
wawancara dengan Assistant Manager.
• Besarnya persentase anggaran untuk proyek baru
Pengukuran besarnya persentase anggaran untuk proyek baru
diperoleh melalui wawancara dengan Assistant Manager.
106
2. Perspektif Orientasi Pengguna
Data aktual mengenai perspektif orientasi pengguna diperoleh melalui
hasil kuesioner yang dibagikan kepada para pengguna aplikasi SAP
yang merupakan karyawan PT. Sari Coffee Indonesia.
3. Perspektif Penyempurnaan Operasional
Data aktual mengenai perspektif penyempurnaan operasional
diperoleh melalui hasil kuesioner yang dibagikan kepada para
pengguna aplikasi SAP yang merupakan karyawan PT. Sari Coffee
Indonesia.
4. Perspektif Orientasi Masa Depan
Data aktual mengenai perspektif orientasi masa depan diperoleh
melalui hasil kuesioner yang dibagikan kepada para pengguna
aplikasi SAP yang merupakan karyawan PT. Sari Coffee Indonesia.
3.6.3 Penentuan Sasaran dari Tiap Ukuran Strategis Perspektif IT Balanced
Scorecard
Setelah menentukan tujuan strategis serta ukuran strategis dari tiap
perspektif dalam IT Balanced Scorecard, selanjutnya ditentukan sasaran
strategis yang ingin dicapai oleh perusahaan untuk setiap ukuran strategis.
1. Perspektif Kontribusi Perusahaan.
Perspektif ini memiliki 2 ukuran strategis beserta sasarannya
yaitu:
107
a) Besarnya persentase anggaran divisi TI
Ukuran ini digunakan untuk melihat besarnya anggaran divisi TI
yang disetujui oleh perusahaan setiap tahunnya. Pengukuran
dilakukan dengan membandingkan usulan anggaran divisi TI
terhadap anggaran yang disetujui perusahaan.
Sasaran = 90%
b) Besarnya persentase anggaran untuk proyek baru
Ukuran ini digunakan untuk melihat besarnya anggaran divisi TI
yang digunakan untuk mengadakan proyek baru. Pengukuran
dilakukan berdasarkan besarnya anggaran untuk proyek baru
dibandingkan seluruh anggaran divisi TI
Sasaran = 80%
2. Perspektif Orientasi Pengguna
Perspektif ini memiliki 10 ukuran strategis beserta sasarannya
yaitu :
a) Pemahaman pengguna tentang aplikasi SAP sangat penting untuk
menunjang kinerja mereka dalam menjalankan proses bisnis.
Ukuran ini digunakan untuk mengukur sejauh mana pemahaman
pengguna terhadap modul aplikasi SAP yang digunakannya.
Sasaran = 90%
b) Frekuensi pelatihan pengguna terhadap aplikasi SAP
108
Pelatihan pengguna sangat penting untuk meningkatkan
kemampuan serta pengetahuan pengguna tentang aplikasi SAP.
Ukuran ini dimaksudkan untuk mengukur frekuensi pelatihan SAP
dalam setahun.
Sasaran = 80%
c) Tingkat pemenuhan kebutuhan yang diberikan aplikasi SAP
Ukuran ini dimaksudkan untuk melihat seberapa besar aplikasi
SAP dapat membantu dalam memenuhi kebutuhan penggunanya
dalam mendukung proses bisnis sehari-hari
Sasaran = 100%
d) Tingkat keakuratan aplikasi SAP dalam pemrosesan data
Ukuran ini untuk mengukur kepuasan pengguna terhadap akurasi
aplikasi SAP saat memroses data.
Sasaran = 100%
e) Pengurangan kesalahan saat menjalankan proses bisnis
menggunakan aplikasi SAP
Ukuran ini digunakan untuk mengetahui manfaat yang dirasakan
pengguna melalui penggunaan SAP yang dapat mengurangi
tingkat kesalahan saat menjalankan proses bisnis.
Sasaran = 100%
f) Tingkat integritas fungsi-fungsi dalam SAP
109
Ukuran ini digunakan untuk mengetahui tingkat integritas fungsi-
fungsi dalam SAP.
Sasaran = 90 %
g) Tingkat rendahnya frekuensi kegagalan aplikasi SAP
Ukuran ini dimaksudkan untuk mengukur tingkat kepuasan
pengguna terhadap aplikasi SAP yang dapat diandalkan / jarang
mengalami kegagalan.
Sasaran 100%
h) Tingkat rendahnya frekuensi kegagalan server SAP
Ukuran ini dimaksudkan untuk mengukur tingkat kepuasan
pengguna terhadap server yang dapat diandalkan / jarang
mengalami kegagalan.
Sasaran = 90%
i) Fungsi Help Desk TI yang efektif
Ukuran ini untuk mengukur seberapa cepat help desk TI merespon
dan menanggulangi masalah yang terjadi. Perhitungan dilakukan
berdasarkan waktu untuk menyelesaikan masalah dibandingkan
dengan target waktu penyelesaian yang ditentukan.
Sasaran = 90%
j) Tingkat kepuasan pengguna terhadap aplikasi SAP
110
Ukuran ini untuk mengukur seberapa puas pengguna aplikasi SAP
dalam menggunakan aplikasi tersebut.
Sasaran = 90%
3. Perspektif Penyempurnaan Operasional
Perspektif ini memiliki 6 ukuran strategis yaitu :
a) Frekuensi terjadinya kesalahan (error) pada aplikasi SAP.
Kesalahan pada aplikasi SAP dapat mengganggu kinerja
penggunanya. Pengukuran dilakukan dengan menghitung jumlah
kesalahan aplikasi SAP per bulan.
Sasaran = 80 %
b) Frekuensi terjadinya kegagalan pada hardware misalnya server
SAP down.
Kegagalan pada hardware dapat mengganggu aplikasi SAP.
Pengukuran dilakukan dengan menghitung jumlah kesalahan
seperti frekuensi server down per bulan.
Sasaran = 90%
c) Frekuensi terjadinya kerusakan pada hardware (seperti server,
jaringan, dan infrastruktur lainnya ) yang mendukung aplikasi
SAP.
111
Kegagalan pada hardware dapat mengganggu aplikasi SAP.
Pengukuran dilakukan dengan menghitung jumlah kegagalan pada
hardware per bulan.
Sasaran = 90%
d) Frekuensi pemeliharaan terhadap hardware yang mendukung
aplikasi SAP (misalnya server SAP)
Pemeliharaan hardware dapat mengurangi resiko terjadinya
kegagalan hardware. Pengukuran dilakukan dengan menghitung
frekuensi pemeliharaan hardware per tahun.
Sasaran = 100%
e) Frekuensi pemeliharaan terhadap aplikasi SAP (misalnya terus
memperbaharui/menambahkan fungsi-fungsi pada aplikasi SAP).
Pemeliharaan aplikasi SAP dapat mengurangi resiko terjadinya
kegagalan aplikasi. Pengukuran dilakukan dengan menghitung
frekuensi pemeliharaan aplikasi SAP per tahun.
Sasaran = 100%
f) Fungsi Help Desk TI dalam membantu pengguna SAP dalam
menghadapi masalah pada aplikasi SAP.
Perhitungan dilakukan berdasarkan waktu untuk menyelesaikan
masalah dibandingkan dengan target waktu penyelesaian yang
ditentukan.
112
Sasaran = 100%
4. Perspektif Orientasi Masa Depan
Perspektif ini memiliki 5 ukuran strategis yaitu :
a) Frekuensi pelatihan staf divisi TI
Ukuran ini dibuat untuk mengetahui frekuensi pelatihan dalam 1
tahun untuk meningkatkan kemampuan staff divisi TI.
Sasaran = 80%
b) Pengadaan seminar tentang perkembangan SAP
Ukuran ini dimaksudkan untuk mengetahui frekuensi seminar,
workshop, dan lainnya yang ditujukan untuk meningkatkan
pengetahuan staf divisi TI tentang perkembangan SAP.
Sasaran = 75%
c) Tingkat kepuasan terhadap frekuensi pelatihan saat ini
Ukuran ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kepuasan
responden terhadap frekuensi pelatihan yang ada saat ini.
Sasaran = 80%
d) Frekuensi pelatihan yang diharapkan
Ukuran ini dimaksudkan untuk mengetahui harapan para
responden terhadap frekuensi pelatihan yang diinginkan.
113
Pengukuran dilakukan dengan cara mengetahui jumlah pelatihan
yang diharapkan dalam 1 tahun.
Sasaran = 90%
e) Tingkat pengalaman staf divisi TI dalam bidang SAP
Ukuran ini dimaksudkan untuk mengetahui pengalaman staf divisi
TI di bidang SAP. Sasarannya adalah staf divisi TI yang
berpengalaman lebih dari 3 tahun.
Sasaran = 90%
3.7 Pengukuran Kinerja
3.7.1 Penyajian dan Pengolahan Hasil Wawancara
Data yang diperoleh melalui wawancara dilakukan kepada Assistant
Manager melalui pertanyaan seputar persentase anggaran dan pengalokasian
biaya.
3.7.2 Penyajian dan Pengolahan Hasil Kuesioner
Data yang diperoleh dari kuesioner dibagi menjadi dua yaitu :
• Data yang diperoleh dari para pengguna aplikasi SAP, yakni sebanyak
10 responden
• Data yang diperoleh dari staff divisi TI yaitu sebanyak 5 responden
114
Langkah-langkah Perhitungan Kuesioner adalah
• Memberikan bobot untuk masing-masing jawaban dari setiap
pertanyaan yang ada pada kuesioner. Bobot tersebut adalah
Jawaban A berbobot : 4
Jawaban B berbobot : 3
Jawaban C berbobot : 2
Jawaban D berbobot : 1
• Mengalikan semua jawaban dengan bobot, kemudian menjumlahkan
semua hasil perkalian untuk memperoleh nilai total.
• Nilai total dibagi dengan jumlah responden untuk memperoleh rata-
rata hasil kuesioner.
Rata-rata hasil kuesioner = Nilai total Kuesioner ───────────── Jumlah Responden • Rata-rata hasil kuesioner dibagi dengan bobot tertinggi kuesioner dan
dikali 100% untuk mendapatkan persentase data aktual
Persentase Data Aktual = ( Rata-rata Hasil Kuesioner ) x 100% ─────────────── 4
Tabel 3.1 menunjukkan tujuan strategis, ukuran strategis, sasaran
serta metode pengumpulan data yang digunakan untuk 4 perspektif IT
Balanced Scorecard.
115
Perspektif Tujuan Strategis Ukuran Strategis Sasaran Metode Pengumpulan
Data Kontribusi Perusahaan
1. Pengendalian biaya divisi TI
2. Tingkat penyediaan kemampuan bisnis baru
a. Persentase anggaran divisi TI yang disetujui
b. Persentase anggaran untuk proyek baru
90%
80%
Wawancara
Wawancara
Orientasi Pengguna
1. Meningkatkan pemahaman pengguna terhadap aplikasi SAP
a. Tingkat pemahaman pengguna terhadap aplikasi SAP
90% Kuesioner
b. Frekuensi pelatihan pengguna terhadap aplikasi SAP
80% Kuesioner
2. Meningkatkan kepuasan pengguna terhadap hardware, software & aplikasi SAP
a. Tingkat pemenuhan kebutuhan yang diberikan aplikasi SAP
100% Kuesioner
b. Tingkat keakuratan aplikasi SAP dalam pemrosesan data
100% Kuesioner
c. Pengurangan kesalahan saat menjalankan proses bisnis menggunakan aplikasi SAP
100% Kuesioner
d. Tingkat integritas fungsi-fungsi dalam SAP
100% Kuesioner
e. Tingkat rendahnya frekuensi kegagalan pada aplikasi SAP
100% Kuesioner
116
f. Tingkat rendahnya frekuensi kegagalan server SAP
90% Kuesioner
g. Fungsi Help Desk TI yang efektif 100% Kuesioner
h. Tingkat Kepuasan Pengguna terhadap aplikasi SAP
90% Kuesioner
Penyempurnaan
Operasional
a. Frekuensi terjadinya kesalahan (error) pada aplikasi SAP
90% Kuesioner
1. Mengembangkan hardware dan software secara efektif dan efisien
b. Frekuensi terjadinya kegagalan pada hardware
90% Kuesioner
c. Frekuensi terjadinya kerusakan pada hardware
90% Kuesioner
a. Frekuensi pemeliharaan terhadap aplikasi SAP
100% Kuesioner
2. Meningkatkan pemeliharaan hardware dan software
b. Frekuensi pemeliharaan terhadap hardware yang mendukung aplikasi SAP
100% Kuesioner
3. Memaksimalkan manajemen masalah
a. Fungsi Help Desk TI
100% Kuesioner
117
Tabel 3.1 Tabel Tujuan Strategis, Ukuran Strategis, Sasaran dan Metode Pengumpulan Data Perspektif IT Balanced Scorecard
Orientasi Masa Depan
1. Pelatihan staf divisi TI
a. Frekuensi pelatihan staf divisi TI
80% Kuesioner
b. Pengadaan seminar tentang perkembangan SAP
75% Kuesioner
c. Tingkat kepuasan terhadap frekuensi pelatihan saat ini
80% Kuesioner
d. Frekuensi pelatihan yang diharapkan.
90%
Kuesioner
2. Kemampuan staf divisi TI
a. Tingkat pengalaman staf divisi TI dalam bidang SAP
90% Kuesioner
118
3.7.3 Penentuan Bobot Penilaian Menggunakan Metode AHP
3.7.3.1 Dekomposisi Masalah
Dalam tahap ini, masalah didekomposisi menjadi tujuan
(goal) dari suatu kegiatan, identifikasi pilihan-pilihan (options) dan
perumusan kriteria (criteria) untuk memilih prioritas. Dalam hal ini,
tujuan dari dari penentuan bobot penilaian adalah untuk mengetahui
bobot prioritas dari masing-masing perspektif.
Berdasarkan tujuan dan kriteria, beberapa pilihan perlu
diidentifikasi. Pilihan-pilihan yang muncul setelah proses
dekomposisi masalah adalah :
• Pilihan-pilihan untuk perspektif kontribusi perusahaan :
Mengendalikan anggaran biaya divisi TI
Menyediakan kemampuan bisnis yang baru
• Pilihan-pilihan untuk perspektif orientasi pengguna :
Pemahaman pengguna terhadap SAP
Kepuasan pengguna terhadap hardware ,software, dan
aplikasi SAP
• Pilihan-pilihan untuk perspektif penyempurnaan operasional :
Mengembangkan hardware dan software secara efektif
dan efisien
Meningkatkan pemeliharaan hardware dan software
Memaksimalkan manajemen masalah
• Pilihan-pilihan untuk perspektif orientasi masa depan :
119
Pelatihan staf divisi TI
Kemampuan staf divisi TI
3.7.3.2 Penentuan Bobot Penilaian Untuk Perspektif Kontribusi Perusahaan
Mengendalikan
Anggaran Biaya Divisi TI
Menyediakan Kemampuan Bisnis
yang Baru
Total Bobot Prioritas
Mengendalikan Anggaran Biaya
Divisi TI
- 1,6 1,6 0,8
Menyediakan Kemampuan Bisnis
yang Baru
0,4 - 0,4 0,2
Total 2 1
Tabel 3.2 Penentuan Bobot Penilaian Untuk Perspektif Kontribusi Perusahaan
Melalui tabel di atas, terlihat bahwa mengendalikan anggaran
biaya divisi TI memiliki bobot prioritas yang lebih besar yaitu 0,8
dibandingkan dengan bobot penilaian menyediakan kemampuan
bisnis yang baru yaitu sebesar 0,2.
3.7.3.3 Penentuan Bobot Penilaian Untuk Perspektif Orientasi Pengguna
Pemahaman Pengguna
Terhadap SAP
Kepuasan Pengguna Terhadap Hardware, Software & aplikasi
SAP
Total Bobot Prioritas
Pemahaman Pengguna Terhadap SAP - 1,6 1,6 0,8
Kepuasan Pengguna Terhadap Hardware, Software & aplikasi
SAP
0,4 - 0,4 0,2
Total 2 1
120
Tabel 3.3 Penentuan Bobot Penilaian Untuk Perspektif Orientasi Pengguna
Melalui tabel di atas, terlihat bahwa memiliki bobot prioritas
pemahaman pengguna terhadap SAP lebih besar yaitu 0,8
dibandingkan dengan bobot penilaian kepuasan pengguna terhadap
hardware, software, & aplikasi SAP yaitu sebesar 0,2.
3.7.3.4 Penentuan Bobot Penilaian Untuk Perspektif Penyempurnaan Operasional
Mengembangkan hardware dan software secara
efektif dan efisien
Meningkatkan pemeliharaan hardware dan
software
Memaksimalkan manajemen
masalah
Total Bobot Prioritas
Mengembangkan hardware dan software secara
efektif dan efisien
- 0,7 1,6 2,3 0,38
Meningkatkan pemeliharaan hardware dan
software
1,3 - 1,6 2,9 0,48
Memaksimalkan manajemen
masalah
0,4 0,4 - 0,8 0,14
Total 6 1
Tabel 3.4 Penentuan Bobot Penilaian Untuk Perspektif Penyempurnaan Operasional
Melalui tabel di atas, terlihat bahwa meningkatkan
pemeliharaan hardware dan software memiliki bobot prioritas
paling besar yaitu 0,48. Kemudian mengembangkan hardware dan
121
software secara efektif dan efisien memiliki bobot prioritas sebesar
0,38 dan terakhir memaksimalkan manajemen masalah memiliki
bobot prioritas sebesar 0,13.
3.7.3.5 Penentuan Bobot Penilaian Untuk Perspektif Orientasi Masa
Depan
Pelatihan staf
divisi TI
Kemampuan staf divisi TI
Total Bobot
Prioritas
Pelatihan staf divisi TI
- 1,3 1,3 0,65
Kemampuan staf divisi TI
0,7 - 0,7 0,35
Total 2 1
Tabel 3.5 Penentuan Bobot Penilaian Untuk Perspektif Orientasi Masa Depan
Melalui tabel di atas, terlihat bahwa pelatihan staf divisi TI
memiliki bobot prioritas yang lebih besar yaitu 0,65 dibandingkan
dengan bobot penilaian kemampuan staf TI yaitu sebesar 0,35
3.7.4 Hasil Pengukuran Kinerja
3.7.4.1 Perspektif Kontribusi Perusahaan
• Pengendalian biaya divisi TI
Persentase anggaran divisi TI yang disetujui.
Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh dari Assistant
Manager, dari rencana anggaran divisi TI pada tahun 2009,
persentase anggaran yang disetujui sebesar 75%
122
• Tingkat penyediaan bisnis yang baru
Persentase anggaran untuk proyek yang baru
Berdasarkan hasil wawancara, dari rencana anggaran divisi
TI untuk proyek baru (misalnya penambahan fitur-fitur
pada aplikasi SAP) pada tahun 2009, persentase anggaran
yang disetujui hanya sebesar 50%.
3.7.4.2 Perspektif Orientasi Pengguna
• Meningkatkan pemahaman pengguna terhadap aplikasi SAP
Tingkat pemahaman pengguna terhadap aplikasi
Pada ukuran ini, dibagikan kuesioner untuk mengetahui
sejauh mana tingkat pemahaman pengguna terhadap
aplikasi SAP yang sedang berjalan saat ini. Hal ini dapat
dilihat dari pertanyaan berikut:
Seberapa tinggi tingkat pemahaman Anda terhadap aplikasi
SAP yang digunakan saat ini?
%
Responden
Jawaban Total Rata-rata
% Data Aktual
A B C D 54
3,6
90%
9 6 - -
60% 40% 0% 0% 100%
Persentase data aktual pemahaman pengguna terhadap
aplikasi SAP yang sesuai dengan kebutuhan pengguna
adalah 90%, yang berarti 60% pengguna sudah sangat
mengerti dan 40% pengguna sudah mengerti aplikasi SAP
123
yang digunakan saat ini.
Gambar 3.10 Persentase Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan 1
Frekuensi pelatihan pengguna terhadap aplikasi SAP
Pada ukuran ini, dibagikan kuesioner untuk mengetahui
seberapa seringnya PT.Sari Coffee Indonesia mengadakan
pelatihan kepada pengguna terhadap aplikasi SAP yang
sedang berjalan saat ini. Hal ini dapat dilihat dari
pertanyaan berikut:
Berapa frekuensi pelatihan terhadap aplikasi SAP dalam
waktu 1 tahun?
%
Responden
Jawaban Total Rata-rata
% Data Aktual
A B C D 25
1,7
42%
- 1 8 6
0% 7% 53% 40% 100%
Frekuensi data aktual pelatihan pengguna terhadap
124
aplikasi adalah 42%, dimana 7% responden mengaku
sering mendapat pelatihan, 53% jarang, sedangkan 40%
menjawab sangat jarang mendapat pelatihan.
Gambar 3.11 Persentase Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan 2
• Meningkatkan kepuasan pengguna
Tingkat pemenuhan kebutuhan yang diberikan aplikasi SAP
Pada ukuran ini, dibagikan kuesioner untuk
mengetahui apakah aplikasi SAP yang disediakan
sesuai dengan kebutuhan pengguna. Hal ini dapat
dilihat dari pertanyaan berikut:
Apakah aplikasi SAP yang disediakan oleh divisi TI
sesuai dengan kebutuhan untuk menjalankan proses
bisnis?
125
%
Responden
Jawaban Total Rata-rata
% Data Aktual
A B C D 48
3,2
80%
3 12 - -
20% 80% 0% 0% 100%
Persentase data aktual penyediaan aplikasi yang
sesuai dengan kebutuhan pengguna adalah 80%,
dimana 20% responden menjawab aplikasi yang
disediakan oleh divisi TI sudah sangat sesuai dengan
kebutuhan dan 80% menyatakan cukup sesuai.
Gambar 3.12 Persentase Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan 3
Tingkat keakuratan aplikasi SAP dalam pemrosesan data
Pada ukuran ini, dibagikan kuesioner untuk
mengetahui tingkat keakuratan pemrosesan data. Hal
ini dapat dilihat dari pertanyaan berikut:
126
Bagaimana tingkat keakuratan pemrosesan data dari
aplikasi SAP?
%
Responden
Jawaban Total Rata-rata
% Data Aktual
A B C D 59
3,9
98%
14 1 - -
93% 7% 0% 0% 100%
Persentase data aktual keakuratan pemrosesan data
adalah 98%, yang dijawab oleh 93 responden bahwa
pemrosesan data dari aplikasi SAP sangat akurat, 7%
sisanya menjawab akurat.
Gambar 3.13 Persentase Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan 4
127
Pengurangan kesalahan saat menjalankan proses bisnis
menggunakan aplikasi SAP
Pada ukuran ini, dibagikan kuesioner untuk mengetahui
sejauh mana aplikasi SAP dapat membantu pengguna
mengurangi kesalahan menjalankan tugas.
Misalnya : meminimalkan kesalahan saat pembuatan
laporan.
Hal ini dapat dilihat dari pertanyaan berikut:
Apakah SAP membantu Anda dalam mengurangi tingkat
kesalahan saat menjalankan proses bisnis?
%
Responden
Jawaban Total Rata-rata
% Data Aktual
A B C D 56
3,7
93%
11 4 - -
73% 27% 0% 0% 100%
Persentase data aktual pengurangan tingkat kesalahan
dalam menjalankan proses bisnis adalah 93%, 73%
responden menjawab aplikasi SAP sangat membantu
pengguna mengurangi tingkat kesalahan dalam
menjalankan tugas dan 27% sisanya mengaku cukup
membantu.
128
Gambar 3.14 Persentase Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan 5
Tingkat integritas fungsi-fungsi dalam SAP
Pada ukuran ini, dibagikan kuesioner untuk mengetahui
sejauh mana semua fungsi telah terintegrasi sehingga
komunikasi berjalan lancar antar semua bagian.
Hal ini dapat dilihat dari pertanyaan berikut:
Apakah semua fungsi terintegrasi dengan baik?
%
Responden
Jawaban Total Rata-rata
% Data Aktual
A B C D 57
3,8
95%
12 3 - -
80% 20% 0% 0% 100%
Persentase data aktual integrasi semua fungsi yang baik
adalah 95%, dimana 80% responden mengaku semua
129
fungsi sudah sangat terintegrasi, dan 20% sisanya
menjawab cukup terintegrasi.
Gambar 3.15 Persentase Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan 6
Tingkat rendahnya frekuensi kegagalan pada aplikasi SAP
Pada ukuran ini, dibagikan kuesioner untuk mengetahui
rata-rata frekuensi terjadinya kesalahan pada aplikasi SAP.
Hal ini dapat dilihat dari pertanyaan berikut:
Berapa rata-rata frekuensi terjadinya kesalahan pada
aplikasi SAP dalam kurun waktu 1 bulan?
%
Responden
Jawaban Total Rata-rata
% Data Aktual
A B C D
57
3,8
95% 14 1 - -
93% 7% 0% 0%
130
Persentase data aktual frekuensi terjadinya kesalahan pada
aplikasi SAP adalah 95% , dimana menurut 93%
respondern sangat jarang, yaitu kurang dari 2 kali dalam
kurun waktu satu bulan, 7% sisanya menjawab jarang
terjadi kesalahan atau 2-4 kali dalam sebulan.
Gambar 3.16 Persentase Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan 7
Tingkat rendahnya frekuensi kegagalan server SAP
Pada ukuran ini, dibagikan kuesioner untuk mengetahui
rata-rata frekuensi terjadinya kesalahan atau downtime
pada server SAP. Hal ini dapat dilihat dari pertanyaan
berikut:
Seberapa sering frekuensi kegagalan / downtime pada
server SAP dalam kurun waktu satu bulan?
131
%
Responden
Jawaban Total Rata-rata
% Data Aktual
A B C D 58
3,9
97%
13 2 - -
87% 13% 0% 0% 100%
Persentase data aktual frekuensi terjadinya kegagalan pada
server SAP adalah 97%, dimana menurut 87% responden
sangat jarang, yaitu kurang dari 2 kali dalam kurun waktu
satu bulan dan 13% mengaku jarang, yakni 2-4 kali dalam
sebulan.
Gambar 3.17 Persentase Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan 8
Fungsi Help Desk TI yang efektif
Pada ukuran ini, dibagikan kuesioner untuk mengetahui
seberapa efektif fungsi Help Desk TI. Hal ini dapat dilihat
dari pertanyaan berikut:
132
Seberapa cepat Help Desk TI membantu Anda dalam
menyelesaikan masalah saat menggunakan aplikasi SAP?
(Contoh : Error pada aplikasi SAP)
%
Responden
Jawaban Total Rata-rata
% Data Aktual
A B C D 34
2,3
57%
- 6 7 2
0% 40% 47% 13% 100%
Persentase data aktual keefektifan fungsi Help Desk TI
adalah 57%, yang berarti kecepatan Help Desk TI menurut
40% responden adalah cepat sekitar 2-3 jam. 47%
mengaku lambat yakni, 4-5 jam. 13% menjawab sangat
lambat karena membutuhkan waktu diatas 5 jam.
Gambar 3.18 Persentase Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan 9
133
Tingkat Kepuasan Pengguna terhadap aplikasi SAP Pada ukuran ini, dibagikan kuesioner untuk mengetahui
kepuasan pengguna terhadap aplikasi SAP. Hal ini dapat
dilihat dari pertanyaan berikut:
Apakah Anda puas dengan aplikasi SAP yang Anda
gunakan saat ini?
%
Responden
Jawaban Total Rata-rata
% Data Aktual
A B C D 48
3,2
80%
6 7 2 -
40% 47% 13% 0% 100%
Persentase data aktual kepuasan pengguna terhadap
aplikasi SAP adalah 80%, dimana 40% responden sudah
sangat puas dengan fitur-fitur di dalam aplikasi SAP, 47%
puas, hanya 13% yang menjawab tidak puas.
Gambar 3.19 Persentase Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan 10
134
3.7.4.3 Perspektif Penyempurnaan Operasional
• Mengembangkan hardware dan software secara efektif dan
efisien
Frekuensi terjadinya kesalahan (error) pada aplikasi SAP
Pada ukuran ini, dibagikan kuesioner untuk mengetahui
rata-rata frekuensi terjadinya kesalahan pada aplikasi SAP.
Hal ini dapat dilihat dari pertanyaan berikut:
Apakah Anda pernah mengalami kesalahan pada aplikasi
SAP?
%
Responden
Jawaban Total Rata-rata
% Data Aktual
A B C D 54
3,6
90%
9 6 - -
60% 40% 0% 0% 100%
Persentase data aktual frekuensi terjadinya kesalahan pada
aplikasi SAP adalah 90%, dimana 60% responden
menjawab sangat jarang, yaitu rata-rata kurang dari 2 kali
dalam kurun waktu satu bulan dan 40% mengaku jarang
atau 2-4 kali dalam sebulan.
135
Gambar 3.20 Persentase Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan 1
Frekuensi terjadinya kegagalan pada hardware
Pada ukuran ini, dibagikan kuesioner untuk mengetahui
rata-rata frekuensi terjadinya kesalahan atau downtime
pada hardware.
(Contoh : kegagalan atau downtime pada server SAP)
Hal ini dapat dilihat dari pertanyaan berikut:
Apakah Anda pernah mengalami kegagalan atau downtime
pada server SAP?
%
Responden
Jawaban Total Rata-rata
% Data Aktual
A B C D 54
3,6
90%
9 4 2 -
60% 27% 13% 0% 100%
Persentase data aktual frekuensi terjadinya kegagalan pada
136
server SAP adalah 90%, dimana 60% responden mengaku
sangat jarang, yaitu rata-rata kurang dari 2 kali dalam
kurun waktu satu bulan, 27% responden menjawab jarang
atau 2-4 kali, dan 13% menjawab sering atau 5-8 kali
dalam sebulan.
Gambar 3.21 Persentase Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan 2
Frekuensi terjadinya kerusakan pada hardware
Pada ukuran ini, dibagikan kuesioner untuk mengetahui
rata-rata frekuensi terjadinya kerusakan pada hardware
yang mendukung aplikasi SAP. Hal ini dapat dilihat dari
pertanyaan berikut:
Apakah Anda pernah mengalami kerusakan pada hardware
(seperti server, jaringan, dan infrastruktur lainnya ) yang
mendukung aplikasi SAP?
137
%
Responden
Jawaban Total Rata-rata
% Data Aktual
A B C D 57
3,8
95%
12 3 - -
80% 20% 0% 0% 100%
Persentase data actual frekuensi terjadinya kerusakan pada
hardware yang mendukung aplikasi SAP adalah 95%,
dimana 80% responden menjawab sangat jarang, yaitu rata-
rata kurang dari 2 kali dalam kurun waktu satu tahun, 20%
sisanya mengaku jarang atau 2-4 kali per tahun.
Gambar 3.22 Persentase Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan 3
138
• Meningkatkan pemeliharaan hardware dan software
Frekuensi pemeliharaan terhadap aplikasi SAP
Pada ukuran ini, dibagikan kuesioner untuk mengetahui
rata-rata frekuensi pemeliharaan terhadap aplikasi SAP.
Hal ini dapat
dilihat dari pertanyaan berikut:
Berapa rata-rata frekuensi pemeliharaan terhadap aplikasi
SAP yang digunakan dalam satu tahun?
%
Responden
Jawaban Total Rata-rata
% Data Aktual
A B C D 34
2,3
58%
- 7 5 3
0% 47% 33% 20% 100%
Persentase data aktual frekuensi pemeliharaan terhadap
hardware yang mendukung aplikasi SAP adalah 58%,
dimana 47% responden menjawab staf divisi TI sering
melakukan pemeliharaan terhadap aplikasi SAP antara 5-8
kali, 33% mengaku jarang, atau 2-4 kali dan 20%
mengatakan sangat jarang dilakukan pemeliharaan atau
kurang dari 2 kali setahun.
139
Gambar 3.23 Persentase Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan 4
Frekuensi pemeliharaan terhadap hardware yang
mendukung aplikasi SAP
Pada ukuran ini, dibagikan kuesioner untuk mengetahui
rata-rata frekuensi pemeliharaan terhadap hardware yang
mendukung aplikasi SAP. Hal ini dapat dilihat dari
pertanyaan berikut:
Berapa rata-rata frekuensi pemeliharaan terhadap
hardware (seperti server, jaringan, dan infrastruktur
lainnya) yang mendukung aplikasi SAP?
%
Responden
Jawaban Total Rata-rata
% Data Aktual
A B C D 42
2,8
70%
3 6 6 -
20% 40% 40% 0% 100%
Persentase data aktual frekuensi pemeliharaan terhadap
140
hardware (seperti server, jaringan, dan infrastruktur
lainnya) yang mendukung aplikasi SAP adalah 70%, hal
ini berarti 20% responden mengaku bahwa staf divisi TI
sangat sering melakukan pemeliharaan terhadap hardware
yang mendukung aplikasi SAP yakni lebih dari 8 kali
dalam setahun, 40% menjawab sering atau 5-8 kali, dan
40% sisanya menjawab jarang atau antara 2-4 kali.
Gambar 3.24 Persentase Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan 5
• Memaksimalkan manajemen masalah
Fungsi Help Desk TI
Pada ukuran ini, dibagikan kuesioner untuk mengetahui
seberapa efektif fungsi Help Desk TI. Hal ini dapat dilihat
dari pertanyaan berikut:
Seberapa cepat Help Desk TI membantu Anda dalam
menyelesaikan masalah saat menggunakan aplikasi SAP?
141
%
Responden
Jawaban Total Rata-rata
% Data Aktual
A B C D 34
2,3
57%
- 6 7 2
0% 40% 47% 13% 100%
Persentase data aktual fungsi Help Desk TI dalam
membantu pengguna SAP menghadapi masalah adalah
57%, dimana 40% responden menjawab kecepatan Help
Desk TI dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi rata-
rata 2-3 jam, 47% menjawab lambat atau 4-5 jam, dan 13%
mengaku sangat lambat atau lebih dari 5 jam.
Gambar 3.25 Persentase Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan 6
142
3.7.4.4 Perspektif Orientasi Masa Depan
• Pelatihan staf divisi TI
Frekuensi pelatihan staf divisi TI
Pada ukuran ini, dibagikan kuesioner untuk mengetahui
frekuensi pelatihan staf divisi TI yang diberikan. Hal ini
dapat dilihat dari pertanyaan berikut:
Berapa frekuensi pelatihan terhadap aplikasi SAP dalam
waktu 1 tahun?
%
Responden
Jawaban Total Rata-rata
% Data Aktual
A B C D 25
1,7
42%
- - 10 5
0% 0% 67% 33% 100%
Persentase data aktual frekuensi pelatihan staf divisi TI
adalah 42%, dimana 67% responden mengaku pelatihan
staf divisi TI terhadap aplikasi SAP jarang dilakukan atau
2-3 kali, bahkan 33% responden menjawab sangat jarang
atau kurang dari 2 kali dalam setahun.
143
Gambar 3.26 Persentase Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan 1
Pengadaan seminar tentang perkembangan SAP
Pada ukuran ini, dibagikan kuesioner untuk mengetahui
frekuensi pengadaan seminar tentang perkembangan SAP
yang diberikan. Hal ini dapat dilihat dari pertanyaan
berikut:
Seberapa sering anda mengikuti seminar tentang
perkembangan SAP dalam satu tahun?
%
Responden
Jawaban Total Rata-rata
% Data Aktual
A B C D 34
2,3
57%
- 2 8 5
0% 13% 54% 33% 100%
Persentase data aktual pengadaan seminar tentang
perkembangan SAP adalah 57%, dimana 13% responden
mengaku sering mengikuti seminar tentang perkembangan
144
SAP antara 6-8 kali, 54% menjawab jarang atau 3-5 kali,
bahkan 33% responden menjawab sangat jarang atau
kurang dari 3 kali dalam setahun.
Gambar 3.27 Persentase Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan 2
Tingkat kepuasan terhadap frekuensi pelatihan saat ini
Pada ukuran ini, dibagikan kuesioner untuk mengetahui
tingkat kepuasan staf divisi TI terhadap frekuensi
pelatiahan saat ini. Hal ini dapat dilihat dari pertanyaan
berikut:
Apakah Anda puas dengan frekuensi pelatihan / seminar
yang ada sekarang?
%
Responden
Jawaban Total Rata-rata
% Data Aktual
A B C D 47
3,1
78%
4 9 2 -
27% 60% 13% 0% 100%
145
Persentase data aktual pengadaan pelatihan/seminar untuk
staf divisi TI adalah 78%, dimana 27% responden sudah
sangat puas dengan frekuensi pelatihan/seminar yang ada
sekarang, 60% puas, dan hanya 13% responden yang
mengaku tidak puas.
Gambar 3.28 Persentase Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan 3
Frekuensi pelatihan yang diharapkan
Pada ukuran ini, dibagikan kuesioner untuk mengetahui
frekuensi pelatihan yang diharapkan staf divisi TI. Hal ini
dapat dilihat dari pertanyaan berikut:
Menurut Anda, sebaiknya berapa frekuensi pelatihan SAP
dalam 1 tahun untuk menunjang pekerjaan Anda??
146
%
Responden
Jawaban Total Rata-rata
% Data Aktual
A B C D 40
2,7
67%
3 5 6 1
20% 33% 40% 7% 100%
Persentase data aktual frekuensi pelatihan SAP untuk staf
divisi TI adalah 67%, dimana 20% staf divisi TI
membutuhkan lebih dari 5 kali pelatihan dalam setahun
untuk menunjang pekerjaan mereka, 33% menjawab antara
4-5 kali, 40% mengaku dan 2-3 kali, sedangkan 7% sisanya
hanya membutuhkan kurang dari 2 kali dalam setahun.
Gambar 3.29 Persentase Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan 4
• Kemampuan staf divisi TI
Tingkat pengalaman staf divisi TI dalam bidang SAP.
Pada ukuran ini, dibagikan kuesioner untuk mengetahui
147
tingkat kemampuan staf divisi TI terhadap aplikasi SAP.
Hal ini dapat dilihat dari pertanyaan berikut:
Berapa lama pengalaman Anda di bidang SAP?
%
Responden
Jawaban Total Rata-rata
% Data Aktual
A B C D 43
2,9
72%
4 7 2 2
27% 47% 13% 13% 100%
Persentase data aktual kemampuan staf divisi TI adalah
72%, dimana 27% responden mempunyai pengalaman
lebih dari 3 tahun, 47% telah berpengalaman selama 3
tahun, 13% berpengalaman 2 tahun, dan 13% terakhir
hanya mempunyai pengalaman kurang dari 2 tahun.
Gambar 3.30 Persentase Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan 5
148
3.7.5 Tingkat Pencapaian 4 Perspektif IT Balanced Scorecard
Perspektif Tujuan Strategis Ukuran Strategis Sasaran Aktual Pencapaian
Kontribusi Perusahaan
1.Pengendalian biaya divisi TI
a. Persentase anggaran divisi TI yang disetujui.
90% 75%
84%
Rata-Rata 84% 2.Tingkat penyediaan
kemampuan bisnis baru
b. Persentase anggaran untuk
proyek baru
80%
50%
63%
Rata-Rata 63%
Orientasi Pengguna
1. Meningkatkan
pemahaman pengguna terhadap aplikasi SAP
a. Tingkat pemahaman
pengguna terhadap aplikasi SAP
90%
90%
100%
b. Frekuensi pelatihan pengguna terhadap aplikasi SAP
80% 42% 53%
Rata-rata 77% 2. Meningkatkan kepuasan
pengguna terhadap hardware, software & aplikasi SAP
a. Tingkat pemenuhan kebutuhan yang diberikan aplikasi SAP
100% 80% 80%
b. Tingkat keakuratan aplikasi SAP dalam pemrosesan data
100% 98% 98%
149
c. Pengurangan kesalahan saat menjalankan proses bisnis menggunakan aplikasi SAP
100% 93% 93%
d. Tingkat integritas fungsi-fungsi dalam SAP
e. Tingkat rendahnya frekuensi
kegagalan pada aplikasi SAP f. Tingkat rendahnya frekuensi
kegagalan server SAP
100% 95% 95%
100%
100%
95%
97%
95%
97%
g. Fungsi Help Desk TI yang efektif
90% 57% 64%
h. Tingkat Kepuasan Pengguna terhadap Aplikasi SAP
90% 80% 89%
Rata-rata 89% Penyempurnaan
Operasional
1.Mengembangkan hardware dan software secara efektif dan efisien
a. Frekuensi terjadinya
kesalahan (error) pada aplikasi SAP
90%
90%
100%
b. Frekuensi terjadinya kegagalan pada hardware
90% 90% 100%
150
c. Frekuensi terjadinya kerusakan pada hardware
100% 95% 95%
Rata-rata 98%
2.Meningkatkan pemeliharaan hardware dan software
a. Frekuensi pemeliharaan
terhadap aplikasi SAP
100%
58%
58%
b. Frekuensi pemeliharaan terhadap hardware yang mendukung aplikasi SAP
100% 70% 70%
Rata-rata 64%
3.Memaksimalkan manajemen masalah
a. Fungsi Help Desk TI
100%
57%
57%
Rata-rata 57%
Orientasi Masa Depan
1.Pelatihan staf divisi TI
a. Frekuensi pelatihan staf divisi
TI
80%
42%
53%
b. Pengadaan seminar tentang perkembangan SAP
75% 57% 76%
151
Tabel 3.6 Tabel Tingkat Pencapaian 4 Perspektif IT Balanced Scorecard
c. Tingkat kepuasan terhadap frekuensi pelatihan saat ini
80% 78% 98%
d. Frekuensi pelatihan yang diharapkan.
90% 67% 75%
Rata-rata 76% 2. Kemampuan staf divisi TI
a. Tingkat pengalaman staf divisi
TI dalam bidang SAP
90% 72% 80%
Rata-rata 80%
152
3.7.6 Tingkat Pembobotan Tujuan Strategis
Tabel 3.7 Tabel Tingkat Pembobotan Tujuan Strategis
Perspektif Tujuan Strategis Bobot Pencapaian Hasil Tujuan
Kontribusi Perusahaan
1.Pengendalian biaya divisi TI
2.Tingkat penyediaan kemampuan
bisnis baru
0,8
0,2
84%
63%
67%
13%
Total 80%
Orientasi Pengguna
1.Meningkatkan pemahaman pengguna
terhadap aplikasi SAP
0,8
77%
62%
2.Meningkatkan kepuasan pengguna
terhadap hardware, software & aplikasi SAP
0,2 89% 18%
Total 80%
Penyempurnaan Operasional
1.Mengembangkan hardware dan
software secara efektif dan efisien
0,38
98%
37%
2.Meningkatkan pemeliharaan hardware dan software
0,48 64% 31%
3.Memaksimalkan manajemen masalah
0,14 57% 8%
Total 76% Orientasi Masa
Depan
1. Pelatihan staf divisi TI
0,65 76% 50%
2. Kemampuan staf divisi TI
0,35 80% 28%
Total 77%
153
3.8 Grafik Hasil Pengukuran IT Balanced Scorecard
Hasil pengukuran IT Balanced Scorecard terlihat pada grafik seperti gambar
di bawah ini :
Perspektif Hasil
Kontribusi Perusahaan 80%
Orientasi Pengguna 80%
Penyempurnaan Operasional 76%
Orientasi Masa Depan 77%
Tabel 3.8 Tabel Grafik Hasil Pengukuran IT Balanced Scorecard
Gambar 3.31 Grafik Hasil Pengukuran Kinerja Menggunakan IT Balanced Scorecard
154
Gambar 3.31 menunjukkan bahwa pencapaian perspektif kontribusi
perusahaan sebesar 80% dari sasaran yang diharapkan. Tingkat pencapaian tujuan
strategis pada pengendalian biaya divisi TI sebesar 84%. Tingkat pencapaian tujuan
strategis pada tingkat penyediaan kemampuan bisnis baru adalah 63%
Pencapaian perspektif orientasi pengguna sebesar 80% dari sasaran yang
diharapkan. Tingkat pencapaian tujuan strategis pada meningkatkan pemahaman
pengguna terhadap aplikasi SAP adalah 77%. Tingkat pencapaian tujuan strategis
pada meningkatkan kepuasan pengguna terhadap hardware, software, dan aplikasi
SAP adalah 89%
Pencapaian perspektif penyempurnaan operasional sebesar 76% dari sasaran
yang diharapkan. Tingkat pencapaian tujuan strategis pada mengembangkan
hardware dan software secara efektif dan efisien adalah 98%. Tingkat pencapaian
tujuan strategis pada meningkatkan pemeliharaan hardware dan software adalah
64%. Tingkat pencapaian tujuan strategis pada memaksimalkan manajemen
masalah adalah 57%
Pencapaian perspektif orientasi masa depan sebesar 76% dari sasaran yang
diharapkan. Tingkat pencapaian tujuan strategis pada pelatihan staf divisi TI adalah
76%. Tingkat pencapaian tujuan strategis pada kemampuan staf divisi TI adalah
80%.
Dari hasil pengukuran kinerja menggunakan IT Balanced Scorecard terhadap
4 perspektif yang ada pada perusahaan, dapat diambil kesimpulan bahwa hasil
155
pencapaian tidak merata. Untuk meningkatkan kinerja perusahaan dalam kegiatan
operasional yang lebih baik serta menghasilkan kondisi finansial yang lebih baik,
maka dibutuhkan pengembangan aplikasi agar dapat lebih memenuhi kebutuhan
pengguna, mengurangi tingkat kesalahan dalam menjalankan proses bisnis, mampu
meningkatkan integritas semua fungsi bisnis dalam perusahaan serta mengurangi
tingkat kesalahan.
3.9. Analisa biaya dan manfaat
Salah satu cara untuk menilai apakah suatu investasi memberi manfaat bagi
perusahaan adalah dengan cara menganalisa biaya dan manfaat yang dikeluarkan
untuk investasi tersebut. Analisa biaya dan manfaat dapat dilakukan pada
implementasi SAP R/3 4.7 yang dilakukan oleh PT. Sari Coffee Indonesia. Analisa
ini meliputi biaya-biaya apa saja yang telah dikeluarkan untuk investasi tersebut
serta manfaat apa saja yang telah diperoleh PT. Sari Coffee Indonesia melalui
investasi tersebut.
3.9.1 Analisa biaya
Biaya merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan saat
menginvestasikan suatu strategi termasuk saat mengimplementasikan SAP R/3
4.7 di PT. Sari Coffee Indonesia. Oleh karena itu, perhitungan biaya diperlukan
untuk mengetahui seberapa besar investasi yang dikeluarkan untuk
mengimplementasikan SAP R/3 4.7. Investasi yang dikeluarkan antara lain
untuk pengadaan hardware, software, pelatihan, lisensi SAP R/3 4.7, serta biaya
156
instalasi yang membutuhkan bantuan konsultan SAP dan programmer ABAP.
Berikut ini penjelasan lebih lanjut mengenai biaya-biaya yang dikeluarkan.
3.9.1.1 Biaya Hardware
Berikut ini adalah biaya hardware yang dikeluarkan PT. Sari
Coffee Indonesia untuk implementasi SAP R/3 4.7
Biaya Spesifikasi Biaya
PC Processor --- Intel P4 2.4
RAM --- 512 MB
Hard Disk --- 80 GB
Mother board -- Intel 915 , 945
and 101
-
Server Rp. 180.000.000
Network LAN Rp. 20.000.000
Total Biaya Rp. 200.000.000
Tabel 3.9 Tabel biaya hardware
Biaya di atas merupakan biaya hardware yang dikeluarkan.
Tidak ada biaya PC karena PC yang ada telah memenuhi spesifikasi
sehingga tidak perlu pengadaan PC baru.
3.9.1.2 Biaya Software
Berikut ini adalah biaya software yang harus dikeluarkan PT.
Sari Coffee Indonesia untuk implementasi SAP R/3 4.7
157
Biaya Spesifikasi Biaya
Server • Windows Server 2003 Enterprise
Edition
• Client Access License 20-pack
Rp 40.000.000
Rp 8.000.000
SAP
Server SAP Web Application Server 6.3 Rp 70.000.000
Database
System
Oracle 9.0 Enterprise Edition
Rp 400.000.000
License SAP License Rp 1.408.000.000
Module SAP Module Materials Management,
Sales & Distribution, and Financial
Controlling.
Rp 1.104.000.000
Total biaya Rp. 3.030.000.000
Tabel 3.10 Tabel biaya software
Biaya di atas merupakan biaya software yang harus dikeluarkan.
Server yang dipilih adalah Windows Server 2003 dengan client access
license untuk 20 user. Biaya untuk SAP License meliputi semua modul
yang ada.
3.9.1.3 Biaya pelatihan
Pelatihan diperlukan untuk pengenalan dan cara pemakaian
sistem SAP R/3 4.7. Pelatihan bertujuan agar karyawan dapat
memahami dan menggunakan sistem baru dengan baik sehingga dapat
menunjang pekerjaan mereka dan dapat menghindari kesalahan-
kesalahan dalam menjalankan sistem baru.
158
Pelatihan diberikan oleh konsultan SAP kepada key user yang
mewakili masing-masing modul, yaitu Sales and Distribution,
Materials Management, dan Financial Controlling. Key user masing-
masing modul sebanyak 2 orang sehingga total key user adalah 6 orang.
Pelatihan juga diberikan kepada 5 orang divisi TI yang bertugas sebagai
IT help desk. Total keseluruhan dari peserta pelatihan adalah 11 orang.
Pelatihan berlangsung selama 2 minggu atau 10 hari kerja.
Materi pelatihan yang diberikan berupa hardcopy, dimana biaya materi
pelatihan untuk masing-masing modul adalah Rp.50,000,- biaya snack
untuk masing-masing pengguna adalah Rp.15,000,- dan biaya makan
siang untuk masing-masing pengguna adalah Rp. 20,000,- .
Adapun rincian biaya-biaya yang dibutuhkan pada pelatihan
pengguna:
Jenis Rincian Biaya
Materi 10 hari x 11 peserta x Rp 50.000 Rp 5.500.000
Snack 10 hari x 11 peserta x Rp 15.000 Rp 1.650.000
Makan Siang 10 hari x 11 peserta x Rp 20.000 Rp 2.200.000
Total biaya Rp 9.350.000
Tabel 3.11 Tabel biaya pelatihan
3.9.1.4 Biaya instalasi dan konfigurasi
Aplikasi SAP R/3 4.7 yang akan dijalankan memerlukan
bantuan konsultan SAP serta programmer ABAP untuk melakukan
instalasi dan konfigurasi sehingga aplikasi SAP R/3 4.7 dapat
mendukung semua aktivitas proses bisnis PT. Sari Coffee Indonesia.
159
Adapun biaya konsultan SAP dan programmer ABAP akan
dijelaskan sebagai berikut:
Tahap Waktu Sumber Daya Manusia Biaya
Preparation 2 Minggu ( 10
hari kerja) • 1 Project Manager
(PM)
• 1 Procurement (MM)
Consultant
• 1 Sales & Distribution
(SD) Consultant
• 1Financial
Controlling (FICO)
Consultant
• 1Technical
Consultant
10 hari x 5 consultant x
US$250 / consultant=
US$12.500
Blueprint 4 minggu ( 20
hari kerja)
• 1 PM
• 1 Basis
• 1 programmer ABAP
• 1 SD consultant
• 1 MM consultant
• 1 FICO consultant
20 hari x 6 Consultant x
US$ 250 / consultant =
US$ 30.000
Realization 6 minggu (30
hari kerja) • 1 PM
• 1 Basis
• 1 programmer ABAP
• 1 SD consultant
• 1 MM consultant
• 1 FICO consultant
30 hari x 6 Consultant x
US$ 250 / consultant =
US$ 45.000
160
User
acceptance
test
2 minggu (10
hari kerja) • 1 PM
• 1 Basis
• 1 programmer ABAP
• 1 SD consultant
• 1 MM consultant
• 1 FICO consultant
10 hari x 6 Consultant x
US$ 250 / consultant =
US$ 15.000
Go live
preparation
2 minggu ( 10
hari kerja)
• 1 PM
• 1 Basis
• 1 programmer ABAP
• 1 SD consultant
• 1 MM consultant
• 1 FICO consultant
10 hari x 6 Consultant x
US$ 250 / consultant =
US$ 15.000
Go live and
support
4 minggu (20
hari kerja)
• 1 PM
• 1 Basis
• 1 programmer ABAP
• 1 SD consultant
• 1 MM consultant
• 1 FICO consultant
20 hari x 6 Consultant x
US$ 250 / consultant =
US$ 30.000
Total biaya instalasi dan konfigurasi US$147.500 x Rp. 10.000
= Rp. 1.475.000.000
Kurs 1 USD = Rp. 10.000
Tabel 3.12 Tabel biaya instalasi dan konfigurasi
Proses implementasi SAP R/3 4.7 membutuhkan waktu 5 bulan yang
terdiri dari 6 tahap yaitu preparation, blueprint, realization, user
acceptance test, go live preparation, dan go live and support. Dengan
mengambil rata-rata biaya per consultant US$ 250 / hari maka total biaya
161
yang dikeluarkan sebesar US$147.500 atau Rp. 1.475.000.000 untuk
implementasi SAP R/3 4.7.
3.9.1.5 Total Biaya
Total biaya yang harus dikeluarkan PT. Sari Coffee Indonesia
untuk implementasi SAP R/3 4.7 adalah
Jenis Biaya
Biaya hardware Rp 200.000.000
Biaya software Rp 3.030.000.000
Biaya pelatihan Rp. 9.350.000
Biaya instalasi dan konfigurasi Rp. 1.475.000.000
Total biaya Rp 4.714.000.000
Tabel 3.13 Tabel total biaya
3.9.2 Analisa manfaat
Untuk menilai apakah suatu implementasi SAP R/3 4.7 yang telah
dilakukan memberi kontribusi bagi perusahaan, dapat dilihat dari manfaat
yang dapat diperoleh dari implementasi tersebut. Pada umumnya, manfaat
yang besar diperoleh melalui investasi dengan biaya yang besar pula. Namun,
ada kalanya manfaat yang besar diperoleh melalui investasi dengan
pengeluaran biaya yang minim. Oleh karena itu, perlu dilakukan peninjauan
lebih lanjut tentang manfaat yang diperoleh perusahaan dari implementasi ini.
Manfaat dari suatu investasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu
tangible benefits dan intangible benefits. Tangible benefits adalah manfaat
162
yang diperoleh dari suatu investasi yang dapat diukur melalui nilai ekonomi /
finansial misalnya penghematan pengeluaran. Intangible benefits adalah
manfaat yang diperoleh dari suatu investasi yang tidak dapat diukur melalui
nilai ekonomi / finansial misalnya peningkatan hubungan antara perusahaan
dengan vendor, mendukung proses pengambilan keputusan dan lain
sebagainya.
Manfaat-manfaat dari implementasi SAP R/3 4.7 adalah :
1. Tangible Benefits terdiri dari :
a. Peningkatan laba
Dengan implementasi SAP, perusahaan dapat meningkatkan laba
karena setiap melakukan transaksi semakin mudah dan cepat, serta
menjamin selalu tersedianya bahan baku di store. Besarnya laba
yang dapat ditingkatkan adalah 5% per tahun. Atau rata-rata 20%
selama 4 tahun.
Tahun Laba
2006 Rp. 39.328.503.617
2007 Rp. 41.294.928.798
2008 Rp. 43.359.675.238
2009 Rp. 45.527.659.000
Tabel 3.14 Tabel Peningkatan Laba
b. Penghematan penggunaan kertas
Penggunaan aplikasi SAP telah membantu dalam menghemat
penggunaan kertas misalnya dalam pembuatan laporan persediaan
163
harian per store. Sebelumnya, pusat harus menerima laporan
persediaan harian per store untuk mengetahui persediaan akhir.
Dengan menggunakan SAP, bagian Materials Management cukup
menggunakan transaksi stock overview untuk mengetahui
persediaan akhir. Berdasarkan hasil wawancara, rata-rata
penggunaan kertas dalam sebulan mencapai 2 rim. Dengan
implementasi SAP, perusahaan dapat menghemat penggunaan kertas
hingga 80%. Harga 1 rim kertas adalah Rp. 35.000,00. Jadi,
perusahaan dapat menghemat pengeluaran kertas sekitar
Rp.56.000,00 per bulan sehingga penghematan dalam setahun dapat
mencapai Rp. 672.000,00. Penghematan ini terus meningkat seiring
tingkat rata-rata inflasi tahun 2006-2009 sebesar 8,7% (sumber:
www.bi.go.id).
Total manfaat tangible selama 4 tahun implementasi SAP R/3 4.7 pada PT.
Sari Coffee Indonesia disajikan pada tabel 3.15
*dalam Rupiah
Manfaat Tahun
2006 2007 2008 2009
Peningkatan
Laba
39.328.503.617 41.294.928.798 43.359.675.238 45.527.659.000
Penghematan
Kertas
672.000 730.464 794.014 863.093
Total 39.329.175.617 41.295659.262 43.360.469.252 45.528.522.093
Tabel 3.15 Total Manfaat Tangible
164
2. Intangible benefits terdiri dari :
a. Kemudahan dalam pemesanan dan pembelian bahan baku
Dengan implementasi SAP, proses pemesanan dan pembelian bahan
baku dapat dilakukan dengan lebih mudah, cepat, dan akurat melalui
pembuatan Purchase Requisition, Purchase Order serta Goods
Receipt.
b. Meningkatkan pemantauan bahan baku
Sebelum implementasi SAP, bagian Materials Management harus
meminta laporan persediaan bahan baku dari semua store, setelah
store menyelesaikan transaksi pada hari itu . Bagian Materials
Management baru bisa melihat laporan ini keesokkan harinya. Hal
ini menghambat pemantauan persediaan bahan baku. Dengan
adanya SAP, pemantauan persediaan dapat dilakukan dengan lebih
baik karena bagian Materials Management dapat memantau
persediaan dari tiap store secara real time.
c. Efisiensi waktu yang digunakan
Dengan implementasi SAP, dapat mengefisiensikan waktu yang
digunakan untuk pembuatan laporan-laporan manual seperti laporan
pembelian dan laporan persediaan bahan baku yang lebih lengkap,
cepat dan sesuai kebutuhan.
d. Peningkatan integritas
165
Dengan menggunakan SAP, perusahaan, store dan warehouse saling
terintegrasi sehingga semakin memudahkan bagian Procurement
dalam memantau persediaan dan membuat laporan.
e. Mengurangi kesalahan dan meningkatkan akurasi dokumen
transaksi
Sebelum menggunakan SAP, proses pembuatan Purchase Order
dilakukan dengan menggunakan aplikasi Microsoft Word atau
menggunakan surat elektronik yang dikirim ke vendor. Hal ini
sangat menyulitkan dan rentan terjadi kesalahan dalam memasukkan
jenis bahan baku yang akan dipesan. Dengan aplikasi SAP,
kesalahan-kesalahan tersebut dapat dikurangi dengan menggunakan
fitur-fitur yang ada seperti Purchase Order.
f. Pengambilan keputusan yang lebih cepat dan akurat
Dengan SAP, maka perusahaan dapat memperoleh informasi penting
yang berguna bagi pihak manajemen dalam mengambil keputusan
bisnis, yang sangat berpengaruh bagi kelangsungan proses bisnis
yang ada serta penentuan strategi-strategi yang dapat berpengaruh
pada citra perusahaan dan kemampuan bersaing perusahaan.
Informasi yang dapat diperoleh untuk mendukung proses
pengambilan keputusan antara lain :
• Laporan-laporan tentang persediaan bahan baku dan
laporan pembelian.
166
• Informasi mengenai persediaan bahan baku di store
sehingga meminimalisir terjadi kehabisan bahan baku
di store.
• Informasi tentang bahan baku yang kurang laku dan
sangat laku sehingga bagian Materials Management
dapat memperbanyak pemesanan bahan baku yang laku
dan mengurangi pemesanan bahan baku yang kurang
laku.
Berdasarkan hasil analisa biaya dan manfaat, terlihat bahwa untuk
mengimplementasikan SAP diperlukan biaya yang cukup besar. Namun,
biaya yang besar ini disertai dengan sejumlah manfaat, baik manfaat
tangible maupun manfaat intangible, yang didapat oleh PT. Sari Coffee
Indonesia.