28
35 BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Perusahaan Dalam profil perusahaan akan dijelaskan mengenai sejarah perusahaan disertai dengan visi dan misi, serta strategi perusahaan. 4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan PT SINGGANG JATI merupakan salah satu perusahaan yang memfokuskan usahanya pada pelaksanaan pembuatan meubelair, pemasok barang – barang meubelair pabrikan, alat -alat kantor, dan melayani jasa pembuatan design interior untuk kebutuhan di lingkungan instansi pemerintahan maupun swasta. PT SINGGANG JATI memulai usahanya pada tahun 1969. pada mulanya usaha kami bermula dari perdagangan kayu jati gelondongan dan gergajian, yang kemudian berkembang ke usaha pembuatan furniture. Kini PT SINGGANG JATI adalah wujud dari perusahaan pembuatan furniture yang didukung dengan alat - alat produksi bersklala besar, serta sumber daya manusia yang memiliki produktivitas kerja yang efektif dan efisien. Perusahaan ini biasanya melakukan tender – tender untuk memperoleh konsumen, selain melalui itu semua, PT SINGGANG JATI juga membuka showroom dimana barang yang ada sudah ready stock dan siap dibawa.

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-1-00305-MN Bab 4.pdf · pembuatan design interior untuk kebutuhan di lingkungan instansi ... Tim

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-1-00305-MN Bab 4.pdf · pembuatan design interior untuk kebutuhan di lingkungan instansi ... Tim

35

BAB 4

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Profil Perusahaan

Dalam profil perusahaan akan dijelaskan mengenai sejarah perusahaan

disertai dengan visi dan misi, serta strategi perusahaan.

4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan

PT SINGGANG JATI merupakan salah satu perusahaan yang

memfokuskan usahanya pada pelaksanaan pembuatan meubelair, pemasok

barang – barang meubelair pabrikan, alat -alat kantor, dan melayani jasa

pembuatan design interior untuk kebutuhan di lingkungan instansi

pemerintahan maupun swasta.

PT SINGGANG JATI memulai usahanya pada tahun 1969. pada

mulanya usaha kami bermula dari perdagangan kayu jati gelondongan dan

gergajian, yang kemudian berkembang ke usaha pembuatan furniture.

Kini PT SINGGANG JATI adalah wujud dari perusahaan

pembuatan furniture yang didukung dengan alat - alat produksi bersklala

besar, serta sumber daya manusia yang memiliki produktivitas kerja yang

efektif dan efisien.

Perusahaan ini biasanya melakukan tender – tender untuk

memperoleh konsumen, selain melalui itu semua, PT SINGGANG JATI

juga membuka showroom dimana barang yang ada sudah ready stock dan

siap dibawa.

Page 2: BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-1-00305-MN Bab 4.pdf · pembuatan design interior untuk kebutuhan di lingkungan instansi ... Tim

36

PT SINGGANG JATI berlokasi di Jl. Pahlawan Revolusi Komp. Pacul

Emas, Tel (62-21) 8615271. email : [email protected]

4.1.2 Visi Perusahaan

Visi dari PT SINGGANG JATI adalah :

Menjadi perusahaan furniture yang memiliki keunggulan dalam pelayanan

jasa design interior dan menyediakan produk unggulan, yang tepat kualitas,

dana kuantitas, serta menciptakan produk yang bermutu.

4.1.3 Misi Perusahaan

Misi dari PT SINGGANG JATI adalah :

Menyajikan produk – produk furniture yang Inovatif, Creatif dan Tepat Guna.

Misi ini terinspirasi dari komitmen perusahaan yang berusaha selalu

memberikan pelayanan terbaik dan memuaskan konsumen dan rekan bisnis.

4.1.4 Strategi Perusahaan

* meningkatkan daya saing dan mempertahankan keunggulan dalam

menghasilkan produk yang berkualitas (inovatif, up to date, tahan lama)

disamping memberikan service terbaik yang berkesinambungan sesuai

kebutuhan pelanggan,

* menjalin kemitraan yang berkesinambungan dengan pihak swasta

maupun pemerintahan,

* mengembangkan kemampuan dan kompetensi yang selalu diperbaharui

management mutu untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas

SDM, maupun penerapan teknologi yang inovatif, serta hemat energi.

Page 3: BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-1-00305-MN Bab 4.pdf · pembuatan design interior untuk kebutuhan di lingkungan instansi ... Tim

DokumenControl

Administrasi Tim Estimasi Gudang Administrasi Pelaksana Akuntansi PelaksanaMarketing dan Data Produksi Lapangan Umum Keamanan

Akuntansi PengawasKhusus Kendaraan

Pengawas Pengawas BagianStaff Produksi Produksi Bagian Kebersihan

Marketing Kayu dan Finishing Mesin Kayu danJok Daur Ulang Staff Umum

danPemeliharaan

Pelaksana

37

Penagihan

Gambar 4.1 Struktur Organisasi perusahaan

Komisaris

4.1.5 Struktur Perusahaan

Drafter

ManagerKeuangan dan Umum

Direktur Utama

InternalAuditor

Recepsionist

Asisten ManagerKeuangan dan Umum

Pemebelian

Kasir

ManagerProduksi dan Proyek

ManagerPemasaran

Pengiriman

Designer

Asisten ManagerProduksi dan Proyek

Sales

BagianPengepakan

dan

Tim Proyek

ManagerRepresentatif

TeamP.P.I.C

Page 4: BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-1-00305-MN Bab 4.pdf · pembuatan design interior untuk kebutuhan di lingkungan instansi ... Tim

37

4.2 Pelaksanaan Pengendalian Mutu pada PT Singgang Jati

Setiap perusahaan dalam menjalankan usahanya, hal yang menjadi

perhatian utama adalah mutu dari bahan baku yang diperoleh. Jika bahan baku yang

peroleh suatu perusahaan mempunyai mutu yang baik maka konsumen akan setia

pada produk yang dihasilkan tersebut dan tidak beralih ke produk lain yang sejenis

yang dihasilkan oleh perusahaan lain.

Tujuan utama dari pengendalian mutu yang diterapkan pada PT Singgang

Jati adalah mempertahankan dan meningkatkan mutu dari produk baku yang

dihasilkan agar dapat diterima oleh konsumen. Dengan demikian perusahaan harus

selalu memperhatikan mutu dari produk yang dihasilkan, maka perusahaan

mengadakan kegiatan pengendalian mutu.

Pengendalian mutu dilakukan pada semua produk yang dihasilkan oleh

PT Singgang Jati. Agar semua produk yang dihasilkan oleh perusahaan harus sesuai

dengan standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Setiap produk yang

dihasilkan diperiksa agar tidak terjadi penyimpangan dari standar mutu yang

ditetapkan. Jika terjadi penyimpangan maka dilakukan analisis yang bertujuan

sebagai umpan balik atas tindakan perbaikan pada proses produksi selanjutnya.

Dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dan sesuai dengan

keinginan konsumen, perusahaan mengadakan pengendalian mutu yang menjamin

bahwa mutu yang telah ditetapkan oleh perusahaan sesuai dengan standar yang

telah ditentukan oleh perusahaan. Sebagai langkah awal dalam pengendalian mutu

perusahaan merencanakan standarisasi mutu produksi. Adapun perencanaan standar

mutu yang ditetapkan perusahaan meliputi:

1. Perencanaan standar mutu bahan baku

Penetapan standar bahan baku pada PT Singgang Jati adalah merupakan

Page 5: BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-1-00305-MN Bab 4.pdf · pembuatan design interior untuk kebutuhan di lingkungan instansi ... Tim

38

keputusan yang sangat penting, dalam rangka perencanaan pengendalian hasil

produksi, karena bahan baku merupakan faktor yang utama dalam melakukan

proses produksi.

Bahan baku yang digunakan oleh perusahaan terdiri dari berbagai jenis kayu

olahan seperti kayu jati, kayu mahoni, kayu kamper, kayu burneo, kayu ramin,

kayu sungkai, kayu mahoni,dan lain-lain, harus sesuai dengan standar mutu

yang telah ditetapkan antara lain :

a. Karena kayu dalam industri furniture merupakan bahan baku utama dan

dipakai sebanyak 98% dari seluruh bahan yang dipakai. Spesifikasi dari kayu

yang dapat diterima yaitu tidak ada lobang dan mata atau setidaknya tidak

banyak lobang dan mata yang dapat merugikan dalam pembuatan produk,

tidak pecah dan ukuran kayu harus besar (dengan ukuran diameter standar,

yaitu 25 cm) serta daging kayu harus tebal (untuk ketebalan kayu relatif

tergantung keperluan bahan dalam pembuatan furniture antara 5 cm sampai

dengan 15 cm).

Standar yang ditetapkan atas bahan baku kayu pada perusahaan adalah :

1) Jenisnya beraneka ragam sesuai dengan pesanan dan permintaan

pasar.

2) Tidak ada cacat, pecah atau berlubang.

3) Ukuran kayu yang standar (2 meter – 2,8 meter).

4) Kadar kelembabannya kurang lebih 14-15 bar.

b. Bahan baku lainnya juga yang merupakan pesanan dari konsumen seperti

kulit asli, kulit imitasi dan kain ( biasanya bahan ini hanya untuk kursi dan

sofa). Spesifikasi yang dapat diterima oleh perusahaan yaitu permukaan

halus, rata, tidak ada noda, tidak kotor, tidak cacat, bersih, kulit tidak boleh

Page 6: BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-1-00305-MN Bab 4.pdf · pembuatan design interior untuk kebutuhan di lingkungan instansi ... Tim

39

bergelombang dan tidak boleh mengerut serta corak dan warnanya sesuai

pesanan.

c. Untuk bahan baku lainnya seperti kaca dan besi berdasarkan pesanan,

spesifikasi yang bisa diterima yaitu bahan tidak bergelombang, tidak

melengkung dan tidak menyerong, permukaan halus dan rata, tidak

tergores, tidak ada noda, tidak pecah, tidak cacat press, padat dan kuat

serta warna dan corak sesuai dengan pesanan.

d. Bahan baku cair seperti thiner, plitur, dan cat harus sesuai dengan yang

tertera dalam daftar pembelian.

2. Perencanaan standar mutu proses produksi

Standar mutu proses produksi merupakan usaha untuk menjaga agar tidak

terjadi kerusakan produksi. Agar proses produksi perusahaan dapat berlangsung

secara efektif dan efisien harus melalui urutan pengendalian proses produksi.

Proses produksi yang dilakukan oleh PT Singgang Jati, melalui tiga tahap, yaitu:

a. Bagian Persiapan

Pada bagian ini dilakukan pengendalian terhadap bahan baku utama berupa

kayu bahan baku pembantu seperti : skrup, napping dan pelapis kayu serta

pengecekan mesin setiap hari, penyetelan mesin dan peralatannya tiap

minggu.

b. Bagian Pelaksanaan

Semua bahan baku kayu yang digunakan dalam proses produksi

dimasukkan ke dalam bak perendaman. Dalam bak perendaman ini kayu

tersebut terlapisi cairan anti rayap. Proses ini guna untuk mencegah

kekeroposan kayu akibat dari gigitan rayap yang dapat mengakibatkan

kerugian yang besar bagi pihak perusahaan. Dengan proses ini kayu tersebut

Page 7: BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-1-00305-MN Bab 4.pdf · pembuatan design interior untuk kebutuhan di lingkungan instansi ... Tim

40

dapat tahan lama baik di dalam proses penyimpanan sampai dengan

menjadi barang jadi.

Dari proses perendaman kemudian dilanjutkan dengan proses

pengeringan/oven, di mana kayu-kayu yang sudah direndam kedalam bak

perendaman diangkut untuk kemudian dikeringkan di dalam ruangan oven

guna mengurangi tingkat kelembaban kayu-kayu tersebut. Proses ini

memakan waktu selama 12-15 hari sampai kayu tersebut mencapai kadar

kelembaban yang sudah ditentukan. Kadar yang ditentukan oleh perusahaan

kurang lebih 14-15 bar. Lamanya proses ini juga dipengaruhi oleh

banyaknya jumlah kayu dan jenis kayu yang akan dikeringkan. Proses ini

memerlukan pemantauan yang rutin karena kayu-kayu tersebut akan mudah

retak dalam proses perakitannya. Apabila kadar kelembabannya terlalu

rendah mengakibatkan kayu-kayu tersebut menjadi terlalu kering untuk

diolah. Setelah kayu dikeringkan, kayu-kayu tersebut telah siap untuk

dibentuk sesuai dengan model dan variasi model yang diinginkan. Ukuran

kayu yang dikirim oleh supplier kayu telah di tentukan di dalam pemesanan.

Beberapa kegiatan yang merupakan bagian dari proses perakitan ini antara

lain : smoothing (menghaluskan bagian sisi kayu), bending (melengkungkan

kayu misalnya untuk pegangan kursi kayu), pemboran/borring (membuat

lubang pada sisi kayu), pengeleman (menyatukan bagian-bagian yang perlu

disambung), pressing (setelah disambung kemudian akan dipress agar

sambungan tersebut menjadi lebih kuat). Setelah dibentuk potongan-

potongan kayu tersebut akan direkatkan sehingga menjadi meja, kursi, dan

lemari. Disini kursi, meja, dan lemari tersebut akan diberikan pewarnaan dan

penghalusan warna (furnishing). Bahan yang digunakan dalam proses

Page 8: BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-1-00305-MN Bab 4.pdf · pembuatan design interior untuk kebutuhan di lingkungan instansi ... Tim

41

pengecatan ini antara lain : stain yang digunakan sebagai warna dasar/base

coat dan mengandung polyorethan bahan kimia pewarna yang dapat

membantu penyerapan warna kedalam pori-pori kayu.

c. Bagian Pengepakan

Bagian ini merupakan bagian pemeriksaan akhir dan sekaligus pengepakan

terhadap hasil produksi.

Pemeriksaan yang dilakukan dengan memeriksa bahan baku yang telah

dihasilkan, apakah produk yang dihasilkan tersebut cacat atau baik dan tidak

ada yang rusak.

3. Perencanaan standar mutu barang jadi

Standar mutu barang jadi yang ditetapkan perusahaan, yaitu:

a. Kayu-kayu tidak mengalami keretakan dalam proses perakitannya

b. Barang yang dihasilkan dalam keadaan rapi dan tidak ada cacat pada bagian

tertentu.

Pengendalian mutu dilaksanakan untuk mempertahankan dan meningkatkan

mutu produk yang dihasilkan agar sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

Adapun pelaksanaan mutu yang dilaksanakan oleh PT Singgang Jati, antara lain:

1. Pengendalian mutu pada bahan baku

Bahan baku adalah dasar dalam pembuatan suatu produk. Baik buruknya

mutu bahan baku sangat mempengaruhi mutu produk jadi yang dihasilkannya,

jadi bahan baku adalah yang pertama harus diteliti sebelum dipergunakan.

Adapun proses pengendalian mutu bahan baku yang dilakukan oleh perusahaan

PT Singgang Jati, meliputi:

a. Seleksi penyedia bahan baku

Page 9: BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-1-00305-MN Bab 4.pdf · pembuatan design interior untuk kebutuhan di lingkungan instansi ... Tim

42

Dalam pengadaan bahan baku, perusahaan akan mengadakan

pemesanan kepada perusahaan pemasok bahan. Perusahaan melaksanakan

seleksi sumber bahan baku, karena dengan seleksi bahan baku ini

perusahaan dapat mengetahui mutu bahan baku yang ditawarkan, waktu

pengirimin, kemampuan kontinuitas pengiriman dalam jangka panjang, serta

harga yang ditawarkan pemasok. Dengan adanya pemilihan pemasok bahan

baku yang berkualitas baik diharapkan dapat mengurangi tingkat kerusakan

produk. Dalam hal ini perusahaan memperoleh bahan baku dari agen,

dimana agen tersebut memperolehnya dari Kalimantan ,Jawa dan Sumatera.

Alasan perusahaan memilih agen tersebut karena selama ini bahan baku

yang diberikan cukup berkualitas dan memenuhi syarat, meskipun terkadang

masih banyak barang yang tidak sesuai dengan pesanan.

b. Pemeriksaan dokumen pembelian

Dokumen pembelian merupakan data resmi bagi perusahaan atas adanya

pengiriman bahan baku ke perusahaan. Dokumen pembelian berisikan jenis

bahan baku, kuantitas bahan baku, jadwal pengiriman dan keterangan

lainnya. Yang tidak kalah pentingnya adalah surat jalan, harus dikontrol

apakah bahan baku yang dikirim ke gudang perusahaan sesuai dengan

yang tercantum pada surat jalan, oleh karena itu diadakan koordinasi

antara bagian pembelian dan bagian gudang.

c. Pemeriksaan penerimaan bahan baku

Sebelum bahan baku diproses, bahan baku akan diperiksa terlebih dahulu

apakah sesuai dengan kriteria mutu standar atau tidak. Jika bahan baku

tersebut tidak sesuai dengan yang dimaksudkan/dipesan, maka akan dikirim

Page 10: BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-1-00305-MN Bab 4.pdf · pembuatan design interior untuk kebutuhan di lingkungan instansi ... Tim

43

kembali ke penyedia bahan baku untuk menggantikannya dengan yang

baru atau yang bagus. Bahan baku yang masuk ke gudang sebagai stock

bahan baku. Bahan baku yang dipasok merupakan kayu dan perlengkapan

pendukung yang berfungsi sebagai bahan yang digunakan dalam proses

perakitan.

2. Pengendalian mutu selama proses produksi.

Proses produksi merupakan aktivitas perusahaan dalam usaha membuat

produk akhir. Untuk menghasilkan produk akhir yang bermutu tinggi, tidak cukup

hanya mengandalkan bahan baku yang bermutu dan petunjuk praktis tetapi

diperlukan pelaksanaan pengawasan mutu terhadap proses produksi yang

sedang dilakukan oleh perusahaan. Dalam proses produksi dilakukan proses

transformasi dan berbagai faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan

produk akhir.

Adapun pelaksanaan pengendalian mutu pada proses produksi yang

dilakukan PT Singgang Jati, meliputi :

a. Tahap sebelum proses produksi

Pemeriksaan pada tahap persiapan produksi meliputi pemeriksaan

mesin. Sebelum melakukan proses produksi, mesin harus dalam keadaan

yang siap pakai, walaupun semua mesin yang digunakan adalah mesin yang

canggih, yaitu semuanya semi otomatis tetapi tetap diperlukan pemeriksaan

mesin dan peralatan yang akan digunakan untuk dapat menunjang

pencapaian standar mutu dan hasil produksi yang maksimal.

b. Tahap proses produksi

Pada tahap proses produksi, pengendalian mutu dilakukan karena akan

Page 11: BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-1-00305-MN Bab 4.pdf · pembuatan design interior untuk kebutuhan di lingkungan instansi ... Tim

44

mempengaruhi produk akhir. Pengendalian mutu pada proses produksi ini

dilakukan untuk memisahkan bahan-bahan yang rusak selama proses

produksi agar tidak mengakibatkan kerusakan pada proses selanjutnya, dan

perlu diketahui kesalahan yang terjadi dalam proses produksi sehingga dapat

dilakukan tindakan perbaikan secepatnya agar tidak mengalami kerugian

yang lebih besar.

c. Tahap penyelesaian

Pada tahap penyelesaian ini, hasil produksi yang telah jadi diperiksa

secara seksama dan berurutan satu demi satu. Apabila hasil produksi telah

sesuai dengan standar mutu, kemudian diberi bungkusan lapisan plastik

dengan diameter yang disesuaikan dan selanjutnya dikirim ke konsumen.

Apabila masih ditemukan produk akhir yang rusak, maka produk tersebut

akan langsung ditukar dengan produk yang baik untuk mencapai standar

mutu yang telah ditetapkan.

3. Pengendalian mutu produk akhir

Pengendalian mutu produk akhir merupakan kegiatan terakhir yang

dilaksanakan perusahaan dalam usaha menjamin bahwa produk akhir benar-

benar sesuai dengan standar mutu yang telah ditetapkan PT Singgang Jati.

4.3 Analisis Pengendalian Mutu Dengan Acceptance sampling

Setelah menguraikan penetapan standar mutu bahan baku dan pelaksanaan

pengendalian mutu bahan baku, maka selanjutnya akan dianalisis hasil pengendalian

mutu untuk bahan baku dalam ukuran m3. Dalam analisis ini akan dilakukan dengan

metode acceptance sampling. Pemeriksaan ini kurang 100% karena hanya

memeriksa sebagian dari populasi.

Page 12: BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-1-00305-MN Bab 4.pdf · pembuatan design interior untuk kebutuhan di lingkungan instansi ... Tim

45

1. Mengidentifikasi Jumlah kerusakan.

Adapun jumlah penggunaan bahan baku, kerusakan dan persentase

kerusakan pada tahun 2007 adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1

Jumlah bahan baku, kerusakan dan proporsi kerusakan bahan baku

Per bulan untuk funiture pada tahun 2007

(dalam m3)

Bulan Jumlah penggunaan bahan baku

Jumlah bahan baku yang rusak

Proporsi Kerusakan

Januari 4.956 20 0,004 Februari 4.712 38 0,008 Maret 5.104 61 0,012 April 5.648 79 0,014 Mei 5.308 85 0,016 Juni 4.912 34 0,007 Juli 6.036 72 0,012 Agustus 5.313 48 0,009 September 5.102 26 0,005 Oktober 4.542 50 0,011 November 4.283 56 0,013 Desember 3.817 42 0,011 Total 59.733 611 0,010

Sumber : PT Singgang Jati

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa :

N = 59.733 m3

Rata-rata kerusakan per bulan =

% 1 % 100 x 59.733

611=

Lot Size =

3m 4.978 Bulan 12

59.733=

Berdasarkan perhitungan di atas diketahui bahwa ukuran lot size sebesar

4.978 akan didapat kode L (lihat Tabel Sample Size - Lampiran I). Dari kode tersebut

akan dapat diketahui ukuran/jumlah sampel yang akan diambil dalam analisis yaitu

Page 13: BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-1-00305-MN Bab 4.pdf · pembuatan design interior untuk kebutuhan di lingkungan instansi ... Tim

46

sebesar 200 m3 (lihat Tabel Single Sampling Plans for Normal Inspection - Lampiran

II).

Sesuai dengan ketentuan p = AQL (Acceptable Quality Level) merupakan

proporsi kerusakan terkecil, maka pada tabel 4.1 proporsi terkecil tersebut

ditunjukkan sebesar 0,004 (atau 0,004 x 100 % = 0,4 %) ditetapkan sebagai AQL

(Acceptable Quality Level). Dengan AQL (Acceptable Quality Level) sebesar 0,4%

tersebut akan diperoleh nilai c sebesar 2 (lihat Tabel Single Sampling Plans for

Normal Inspection - Lampiran II dengan kode L, sampel 200, nilai AQL 0,4%)

Sedangkan sesuai dengan ketentuan p = LTPD (Lot Tolerance Percent

Defective) maka 0,011 atau (0,011 x 100 % = 1,1 %) ditetapkan sebagai LTPD,

dimana LTPD(Lot Tolerance Percent Defective) merupakan tingkat kualitas terjelek

yang masih dapat ditoleransi oleh konsumen, LTPD (Lot Tolerance Percent Defective)

umumnya 50 % dari kualitas terburuk pada tabel 4.1 kualitas terburuk ditunjukkan

pada jumlah produk cacat sebanyak 85 m3, maka 50 % dari kualitas terburuk adalah

42,5 m3. Nilai ini mendekati nilai jumlah bahan baku pada bulan Desember yaitu

sebanyak 42 m3 dengan proporsional sebesar 0,011.

2. Menggunakan Acceptance sampling

Setelah mendapatkan seluruh data atau variable yang diperlukan maka

selanjutnya data diolah dengan menggunakan metode acceptance sampling

seperti pada tabel 4.2 berikut ini

Page 14: BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-1-00305-MN Bab 4.pdf · pembuatan design interior untuk kebutuhan di lingkungan instansi ... Tim

47

Tabel 4.2

Tabel Acceptance Sampling

Proportion Defective(p)

n.p

Probability of c or Less Defects (Pa.)

Comments

0.004 (AQL) 0,8 0,953 α =1- 0,953 = 0,047 0.005 1 0,929 0.006 1,2 0,879 0.007 1,4 0,833 0.008 1,6 0,783 0.009 1,8 0,731 0.010 2 0,677

0.011 (LTPD) 2,2 0,623 β = 0,623 0.012 2,4 0,57 0.013 2,6 0,518 0.014 2,8 0,496

Sumber : diolah oleh penulis

Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa :

n = 200

c = 2

AQL = 0.004

n.p = 200 x 0.004 = 0,8

(Probabilitas Penerimaan [Pa] diperoleh berdasarkan Tabel Probabilitas

Penerimaan (Lampiran III) dengan n.p = 0,8 dengan c = 2 adalah sebesar

0,953)

Resiko produsen ( α) = 1 - probabilitas penerimaan

= 1 - 0,953

= 0,047

Kesimpulan dari perhitungan di atas, yaitu resiko perusahaan menolak bahan

baku yang baik sebesar 0,047 (0,047 x 100 % = 4,7 %) dengan kemungkinan

menerima bahan baku yang baik sebesar 0.953 (atau 0,953 x 100 % = 95.3 %).

LTPD = 0,011

Page 15: BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-1-00305-MN Bab 4.pdf · pembuatan design interior untuk kebutuhan di lingkungan instansi ... Tim

48

n.p = 200 *0,011 = 2,2

(Probabilitas Penerimaan [Pa] diperoleh berdasarkan tabel probabilitas

penerimaan (Lampiran III) dengan n. p = 2,2 dengan c = 2 adalah sebesar

0,623 )

Resiko konsumen (β) = probabilitas penerimaan

= 0,623

Dari perhitungan di atas, dapat disimpulkan bahwa resiko konsumen

menerima produk jadi yang rusak sebesar 0,623 (atau 0,623 x 100 % = 62,3

%). Demikian seterusnya perhitungan untuk nilai proporsi kerusakan lainnya.

Selanjutnya dari table Acceptance sampling dengan n = 200 dan c = 2 tersebut

dapat digambarkan Operating Characteristic Curve ( OC Curve ) seperti dibawah

ini.

Gambar 4.2

Kurva Karakteristik Operasi Sumber : diolah oleh penulis dari hal 48

Page 16: BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-1-00305-MN Bab 4.pdf · pembuatan design interior untuk kebutuhan di lingkungan instansi ... Tim

49

Dari kurva pada gambar 4.1 disimpulkan bahwa apabila tingkat kerusakan

bahan baku semakin besar, maka penerimaan produk jadi semakin kecil.

Sebaliknya, apabila tingkat kerusakan bahan baku semakin kecil, maka

penerimaan produk jadi akhir akan semakin besar. Dari kurva tersebut kita juga

mengetahui bahwa resiko perusahaan untuk menolak bahan baku dengan mutu

baik sebesar 4.7 % sedangkan resiko perusahaan untuk menerima bahan baku

dengan mutu baik sebesar 95,3%.

Besarnya nilai x diperoleh dari rata-rata nilai proporsi kerusakan dari bulan

Januari sampai bulan Desember tahun 2007 yakni sebesar 1 %, dimana c

sebesar 4,7 % berada diantara nilai AQL dan LTPD, maka dapat disimpulkan

bahwa seluruh bahan baku pada tahun 2007 dapat diterima oleh perusahaan.

3. Menentukan kurva karakteristik operasi

Selanjutnya akan dilakukan perhitungan perubahan pada kurva karakteristik

operasi dengan menggunakan sampel size effect yang berprinsip "Increasing c

while holding n constant decrease the producer's risk and increase the

consumer's risk." Artinya pada sampel size effect jumlah sampel adalah tetap

dan tidak berubah sedangkan untuk nilai c atau batas penerimaan dapat

ditingkatkan. Hal ini akan mengakibatkan penurunan resiko produsen dan

peningkatan resiko konsumen. Pada metode peningkatan nilai batas penerimaan

ini akan menyebabkan nilai α semakin kecil sedangkan nilai β semakin besar.

a. Menentukan kurva karakteristik operasi dengan n = 1250, c = 10

Setelah mendapatkan seluruh data atau variable yang diperlukan

maka selanjutnya data diolah dengan menggunakan metode acceptance

sampling pada sampel size effect jumlah sampel adalah tetap dan tidak

Page 17: BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-1-00305-MN Bab 4.pdf · pembuatan design interior untuk kebutuhan di lingkungan instansi ... Tim

50

berubah sedangkan untuk nilai c atau batas penerimaan dapat ditingkatkan.

Pemilihan dilakukan dengan n = 1250 karena mendekati jumlah penggunaan

bahan baku yang digunakan oleh perusahaan untuk dilakukan pemeriksaan

dengan menggunakan metode acceptance sampling pada sampel size effect

yang berbeda-beda seperti pada tabel 4.3 dengan n = 1250, c = 10,

sebagai berikut :

Tabel 4.3

Tabel Acceptance sampling dengan Acceptance level effect

n = 1250, c = 10

Proportion Defective(p)

n.p

Probability of c or Less Defects (Pa)

Comments

0,004 (AQL) 5,0 0,986 α = 1- 0,986 = 0,014 0,005 6,25 0,949 0,007 8,75 0,706 0,008 10,0 0,583 0,009 11,25 0,460

0,011 (LTPD) 13,75 0,176 β = 0,176 0,012 15,0 0,118 0,013 16,25 0,077 0,014 17,5 0,030 0,015 18,75 0,018

Sumber : diolah oleh penulis

Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa :

n = 1.250

c = 10

AQL = 0,004

n.p = 1250 x 0,004 = 5

(Probabilitas Penerimaan [Pa] diperoleh berdasarkan Tabel Probabilitas

Penerimaan (Lampiran III) dengan n.p = 5 dengan c = 10 adalah sebesar 0,986)

Page 18: BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-1-00305-MN Bab 4.pdf · pembuatan design interior untuk kebutuhan di lingkungan instansi ... Tim

51

Resiko produsen ( α) = 1 - probabilitas penerimaan

= 1 - 0,986

= 0,014

Kesimpulan dari perhitungan di atas, yaitu resiko perusahaan menolak bahan

baku yang baik sebesar 1,4% dengan kemungkinan menerima bahan baku yang

baik sebesar 98,6%.

LTPD = 0,011

n.p = 1.250 x 0,011 = 13,75

(Probabilitas Penerimaan [Pa] diperoleh berdasarkan tabel Probabilitas

Penerimaan (Lampiran III) dengan n. p = 14 dengan c = 10 adalah sebesar

0,176 )

Resiko konsumen (β) = probabilitas penerimaan

= 0,176

Dari perhitungan di atas, dapat disimpulkan bahwa resiko konsumen menerima

bahan baku yang rusak sebesar 17,6 %. Demikian seterusnya perhitungan untuk

nilai proporsi kerusakan lainnya.

b. Menentukan kurva karakteristik operasi dengan n = 1250, c = 11

Pada tabel 4.4 berikut ini dilakkan pengolahan data dengan

menggunakan metode acceptance sampling pada sampel size effect jumlah

sampel adalah tetap dan tidak berubah sedangkan untuk nilai c atau batas

penerimaan dapat ditingkatkan, dimana n = 1250, c = 11 sebagai berikut :

Page 19: BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-1-00305-MN Bab 4.pdf · pembuatan design interior untuk kebutuhan di lingkungan instansi ... Tim

52

Tabel 4.4

Tabel Acceptance sampling dengan Acceptance level effect

n = 1250, c = 11

Proportion Defective

(p)

n.p Probability of c or Less Defects (Pa)

Comments

0,004 (AQL) 5,0 0,995 α =1 – 0,995 = 0,0050,005 6,2 0,975

0,007 9,0 0,803 0,008 10,0 0,697 0,009 11,0 0,579

0,011 (LTPD) 14,0 0,260 β= 0,260 0,012 15,0 0,185 0,013 16,0 0,127 0,014 18,0 0,055 0,015 19,0 0,035

Sumber : diolah oleh penulis.

Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa :

n = 1.250

c = 11

AQL = 0,004

n.p = 1250 x 0,004 = 5

(Probabilitas Penerimaan [Pa] diperoleh berdasarkan Tabel Probabilitas

Penerimaan (Lampiran III) dengan n.p = 5 dengan c = 11 adalah sebesar 0,995)

Resiko produsen ( α) = 1 - probabilitas penerimaan

= 1 - 0,995

= 0,005

Kesimpulan dari perhitungan di atas, yaitu resiko perusahaan menolak bahan

baku yang baik sebesar 0,5% dengan kemungkinan menerima bahan baku yang

baik sebesar 99,5%.

LTPD = 0,011

Page 20: BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-1-00305-MN Bab 4.pdf · pembuatan design interior untuk kebutuhan di lingkungan instansi ... Tim

53

n.p = 1250*0,011 = 13,75

(Probabilitas Penerimaan [Pa] diperoleh berdasarkan tabel Probabilitas

Penerimaan (Lampiran III) dengan n. p = 14 dengan c = 11 adalah sebesar

0,260 )

Resiko konsumen (β) = probabilitas penerimaan

= 0,260

Dari perhitungan di atas, dapat disimpulkan bahwa resiko konsumen menerima

bahan baku yang rusak sebesar 26 %. Demikian seterusnya perhitungan untuk

nilai proporsi kerusakan lainnya.

c. Menentukan kurva karakteristik operasi dengan n = 1.250, c = 12

Pada tabel 4.5 berikut ini dilakkan pengolahan data dengan

menggunakan metode acceptance sampling pada sampel size effect jumlah

sampel adalah tetap dan tidak berubah sedangkan untuk nilai c atau batas

penerimaan dapat ditingkatkan, dimana n = 1.250, c = 12 sebagai berikut :

Tabel 4.5

Tabel Acceptance sampling dengan Acceptance level effect

n = 1.250, c = 12

Proportion Defective

(p)

n.p Probability of c or Less Defects (Pa)

Comments

0,004 (AQL) 5,0 0,998 α = 1 – 0,998 = 0,002 0,005 6,2 0,989 0,007 9,0 0,876 0,008 10,0 0,792 0,009 11,0 0,689

0,011 (LTPD) 14,0 0,358 β = 0,358 0,012 15,0 0,268 0,013 16,0 0,193 0,014 18,0 0,092 0,015 19,0 0,061

Sumber : diolah oleh penulis

Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa :

Page 21: BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-1-00305-MN Bab 4.pdf · pembuatan design interior untuk kebutuhan di lingkungan instansi ... Tim

54

n = 1250

c = 12

AQL = 0,004

n.p = 1250 x 0,004 = 5

(Probabilitas Penerimaan [Pa] diperoleh berdasarkan Tabel Probabilitas

Penerimaan (Lampiran III) dengan n.p = 5 dengan c = 10 adalah sebesar 0,998)

Resiko produsen ( α) = 1 - probabilitas penerimaan

= 1 - 0,998

= 0,002

Kesimpulan dari perhitungan di atas, yaitu resiko perusahaan menolak bahan

baku yang baik sebesar 0,2% dengan kemungkinan menerima bahan baku yang

baik sebesar 99,8%.

LTPD = 0,011

n.p = 1250 x 0,011 = 13,75

(Probabilitas Penerimaan [Pa] diperoleh berdasarkan tabel Probabilitas

Penerimaan (Lampiran III) dengan n. p = 14 dengan c = 12 adalah sebesar

0,358 )

Resiko konsumen (β) = probabilitas penerimaan

= 0,358

Dari perhitungan di atas, dapat disimpulkan bahwa resiko konsumen menerima

bahan baku yang rusak sebesar 35,8%. Demikian seterusnya perhitungan untuk

nilai proporsi kerusakan lainnya.

d. Menentukan kurva karakteristik operasi dengan n = 1250, c = 13

Page 22: BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-1-00305-MN Bab 4.pdf · pembuatan design interior untuk kebutuhan di lingkungan instansi ... Tim

55

Pada tabel 4.6 berikut ini dilakkan pengolahan data dengan

menggunakan metode acceptance sampling pada sampel size effect jumlah

sampel adalah tetap dan tidak berubah sedangkan untuk nilai c atau batas

penerimaan dapat ditingkatkan, dimana n = 1250, c = 13 sebagai berikut :

Tabel 4.6

Tabel Acceptance sampling dengan Acceptance level effect

n = 1250, c = 13

Proportion Defective

(p)

n.p Probability of c or Less Defects (Pa)

Comments

0,004 (AQL) 5,0 0,999 α= 1 – 0,999 = 0,001 0,005 6,2 0,995 0,007 9,0 0,926 0,008 10,0 0,864 0,009 11,0 0,781

0,011 (LTPD) 14,0 0,464 β = 0,464 0,012 15,0 0,363 0,013 16,0 0,275 0,014 18,0 0,143 0,015 19,0 0,098

Sumber : diolah oleh penulis.

Berdasarkan tabel 4.6 diketahui bahwa :

n = 1250

c = 13

AQL = 0,004

n.p = 1250*0,004 = 5

(Probabilitas Penerimaan [Pa] diperoleh berdasarkan Tabel Probabilitas

Penerimaan (Lampiran III) dengan n.p = 5 dengan c = 10 adalah sebesar 0,999)

Resiko produsen ( α) = 1 - probabilitas penerimaan

= 1 - 0,999

= 0,001

Kesimpulan dari perhitungan di atas, yaitu resiko perusahaan menolak bahan

Page 23: BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-1-00305-MN Bab 4.pdf · pembuatan design interior untuk kebutuhan di lingkungan instansi ... Tim

56

baku yang baik sebesar 0,1% dengan kemungkinan menerima bahan baku yang

baik sebesar 99,9%.

LTPD = 0,011

n.p = 1250 x 0,011 = 13,75

(Probabilitas Penerimaan [Pa] diperoleh berdasarkan tabel Probabilitas

Penerimaan (Lampiran III) dengan n. p = 14 dengan c = 13 adalah sebesar

0,464 )

Resiko konsumen (β) = probabilitas penerimaan

= 0,464

Dari perhitungan di atas, dapat disimpulkan bahwa resiko konsumen menerima

bahan baku yang rusak sebesar 46,4%. Demikian seterusnya perhitungan untuk

nilai proporsi kerusakan lainnya.

Adapun perubahan perhitungan pada Acceptance level effect dengan

meningkatkan nilai batas penerimaan ( Acceptance ) dari 10 sampai 13 dan

mempertahankan jumlah sampel sebesar 1250 m3 dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.7

Tabel Acceptance sampling dengan Acceptance level effect

C Producer's Risk (α) (%) Consumer's Risk (β) (%) 10 1,4 17,6 11 0,5 26,0 12 0,2 35,8 13 0,1 46,4

Sumber : diolah oleh penulis.

Perubahan C ( Batas Penerimaan) dengan n (Jumlah Sampel) tetap. Perubahan ini

bertujuan untuk mengetahui seberapa besar peningkatan pada risiko produsen dan

resiko konsumen. Dari data yang diperoleh di atas, maka perubahan pada kurva

Page 24: BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-1-00305-MN Bab 4.pdf · pembuatan design interior untuk kebutuhan di lingkungan instansi ... Tim

57

Operating Characteristic Curve (OC Curve) untuk Acceptance level effect dapat

digambarkan sebagai berikut:

Gambar 4.3

Kurva Karakteristik Operasi Dengan Acceptance level effect

Sumber : diolah penulis

Berdasarkan kurva diatas, dapat disimpulkan bahwa kenaikan nilai c (batas

penerimaan) dengan nilai n (jumlah sampel) tetap, dapat menurunkan kemungkinan

penolakan bahan baku yang rusak atau tidak sesuai dengan standar mutu dan

sebagai akibatnya resiko produsen menjadi rendah dan resiko konsumen menjadi

tinggi. Peningkatan nilai c akan menurunkan tingkat ketelitian pengendalian mutu

sehingga kemungkinan bahan baku rusak yang lolos dari pemeriksaan dan diterima

Page 25: BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-1-00305-MN Bab 4.pdf · pembuatan design interior untuk kebutuhan di lingkungan instansi ... Tim

58

oleh konsumen semakin besar. Seperti dapat dilihat pada tabel 4.7 dengan jumlah

sampel sebesar 1250 unit dengan nilai c sebesar 10 kemungkinan menerima bahan

baku rusak sebesar 17.6%, apabila c sebesar 11, kemungkinan penerimaannya

sebesar 26%, kemudian apabila c menjadi 12 kemungkinan penerimannya menjadi

35.8%, dan akhirnya apabila c menjadi 13 kemungkinan menerima bahan baku

rusak semakin meningkat lagi hingga mencapai 46.4%.

Selanjutnya akan dilakukan perhitungan perubahan pada Kurva Karakteristik

Operasi (Operating Characteristic Curve) dengan menggunakan Sampel Size Effect

yang berprinsip "Increasing n while holding c constant increase the producer's risk

and decrease the consumer's risk." Artinya pada Sampel Size Effect jumlah sampel

berubah, sedangkan nilai c atau batas penerimaan tetap. Hal ini akan mengakibatkan

penurunan resiko konsumen dan peningkatan resiko produsen. Pada metode

peningkatan nilai batas penerimaan ini akan menyebabkan nilai α semakin besar

sedangkan nilai β semakin kecil.

Untuk meningkatkan kepuasan konsumen, maka perusahaan memiliki resiko

yang diterima oleh konsumen dan perusahaan akan menanggung kerusakan yang

terjadi sebelum produk yang dihasilkan di terima oleh konsumen.

Dengan menggunakan bahan baku kayu yang baik, maka perusahaan akan

menghasilkan produk furniture yang memiliki kualitas yang cukup baik dan tahan

yang lama sesuai dengan kebutuhan konsumen, sehingga konsumen merasakan

kepuasan atas produk yang diterima.

4.4 Kendala yang dihadapi oleh PT Singgang Jati

Hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pengendalian mutu oleh

Page 26: BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-1-00305-MN Bab 4.pdf · pembuatan design interior untuk kebutuhan di lingkungan instansi ... Tim

59

PT Singgang Jati adalah sebagai berikut:

1. Bahan Baku

Bahan baku yang diterima dari pemasok kadang kala tidak sesuai dengan

pesanan dan standar mutu yang telah ditetapkan karena diperiksa secara

random atau acak, sehingga adanya bahan baku yang mutunya tidak baik lolos

dari pemeriksaan. Jika sampai bahan baku yang mutunya kurang baik itu

diproses, tentu menghasilkan produk yang kurang baik pula. Tentu saja ini

merupakan dampak yang kurang baik bagi perusahaan sehingga perlu perhatian

dan penanganan yang serius dari perusahaan sehingga mutu produk tidak

menurun.

2. Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan faktor yang paling menentukan dalam proses

produksi dan paling sulit untuk diawasi. Keahlian dan keterampilan dari para

karyawan akan langsung mempengaruhi jalannya proses produksi maka faktor-

faktor seperti kurangnya keahlian, keterampilan dan tingkat pendidikan yang

rendah dapat menimbulkan dampak yang kurang baik bagi perusahaan,

sehingga mutu yang dihasilkan tidak sesuai atau menyimpang dari standar yang

telah ditetapkan.

Kendala lain yang berkaitan dengan tenaga kerja ini adalah faktor kelalaian

dan kecerobohan karyawan dalam menjalankan kegiatan produksi. Seringkali

juga karyawan kurang disiplin dalam melakukan kegiatan proses produksi

sehingga menyebabkan banyak produk yang cacat. Selain itu, pekerjaan yang

bersifat rutin dapat menimbulkan kejenuhan bagi para karyawan membuat

mereka tidak teliti dan cermat dalam menjalankan kegiatan produksi.

3. Mesin

Page 27: BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-1-00305-MN Bab 4.pdf · pembuatan design interior untuk kebutuhan di lingkungan instansi ... Tim

60

Mesin merupakan peralatan produksi yang dipergunakan dalam suatu

perusahaan mempunyai peranan yang penting dalam pembentukan kualitas atau

mutu dari suatu produk. Kendala yang kadang kala dihadapi perusahaan adalah

kerusakan mesin, hal ini disebabkan oleh pemakaian mesin yang terlalu lama

atau melebihi kapasitas, sehingga produk yang dihasilkan tidak sesuai dengan

standar mutu yang ditetapkan. Kendala lain yang berkaitan dengan mesin adalah

pemeliharaan mesin yang kurang intensif, hal ini disebabkan karena pengunaan

mesin yang baik dan teratur seperti pemberian minyak pelumas pada bagian-

bagian tertentu dan kurangnya kebersihan pada mesin. Perawatan yang kurang

memadai akan menyebabkan kinerja mesin yang menurun.

Adapun usaha-usaha yang dilakukan oleh perusahaan dalam mengatasi

hambatan-hambatan adalah sebagai berikut:

1. Usaha yang dilakukan perusahaan untuk mengatasi hambatan pada tenaga

kerja, antara lain:

a. Dalam penerimaan tenaga kerja, perusahaan melakukan 3 tahap

penyeleksian, yaitu:

1) Harus memenuhi persyaratan umum perusahaan antara lain: tingkat

pendidikan, pengalaman kerja, usia, dan lain sebagainya

2) Setelah lulus tahap pertama para calon karyawan akan diwawancarai oleh

bagian personalia.

3) Mengadakan program pelatihan secara berkala untuk meningkatkan

pengetahuan dan keterampilan karyawan.

b. Menempatkan tenaga kerja sesuai dengan bidang keahliannya dan

diusahakan berkembang melalui program pelatihan untuk memperbaiki mutu

Page 28: BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-1-00305-MN Bab 4.pdf · pembuatan design interior untuk kebutuhan di lingkungan instansi ... Tim

61

pekerjaan dan keahlian bekerja agar produktivitas meningkat.

c. Menempatkan peraturan kerja yang harus ditaati oleh setiap karyawan agar

tercipta kedisiplinan dalam melakukan pekerjaan, apabila karyawan

membuat pelanggaran akan dikenakan sanksi.

d. Menciptakan suasana kerja yang baik dan komunikasi yang lancar antara

karyawan dan pimpinan.

2. Usaha yang dilakukan perusahaan untuk mengatasi masalah pada mesin, antara

lain:

a. Melakukan pemeriksaan secara rutin terhadap mesin-mesin yang digunakan

dalam proses produksi. Apabila terjadi kerusakan pada mesin maka harus

segera diperbaiki agar proses produksi tidak terganggu.

b. Sebelum melakukan proses produksi, ada bagian khusus yang mengontrol

kondisi dari mesin, sehingga dapat dicegah terjadinya kemacetan dan

kerusakan mesin yang digunakan pada saat proses produksi berlangsung.

3. Usaha pada produk jadi perusahaan melakukan beberapa tindakan yaitu:

a. Menempatkan tenaga kerja yang berpengalaman dan kompeten

dibidangnya, untuk mengawasi pemeriksaan, penyimpanan dan

pemeliharaan terhadap bahan baku yang lebih cermat dan teliti.

b. Memeriksa mutu produk jadi dengan lebih teliti dan ketat.

c. Menjalin komunikasi yang baik dengan pemasok, agar pemasok dapat

memberikan barang yang dibutuhkan oleh perusahaan dengan cepat dan

tepat.

d. Melakukan penyimpanan produk jadi yang baik dan benar, yaitu di tempat

yang kering dan tidak lembab untuk mencegah timbulnya jamur dan hal lain

yang dapat merusak produk jadi.